Chapter II

23
13 BAB II LANDASAN TEORI A. Prestasi Akademik 1. Pengertian Prestasi Akademik Menurut pendapat Djamarah (dalam Rini, 2012) tentang pengertian prestasi adalah “hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok”. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. Adesanjaya (dalam Rini, 2012) menyatakan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Dari beberapa pengertian prestasi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah bukti dari suatu hasil kegiatan yang dapat dicapai baik individu maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Menurut Sobur (2006) prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu dan tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar. Perwujudan bentuk hasil proses belajar tersebut dapat berupa pemecahan lisan maupun tulisan, dan keterampilan serta pemecahan masalah langsung dapat diukur atau dinilai dengan menggunakan tes yang terstandar. Prestasi akademik juga dapat diartikan istilah untuk menunjukkan suatu pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan, karena suatu usaha belajar telah dilakukan oleh Universitas Sumatera Utara

description

d

Transcript of Chapter II

  • 13

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Prestasi Akademik

    1. Pengertian Prestasi Akademik

    Menurut pendapat Djamarah (dalam Rini, 2012) tentang pengertian

    prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik

    secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan

    selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. Adesanjaya (dalam Rini, 2012)

    menyatakan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,

    diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja,

    baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.

    Dari beberapa pengertian prestasi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi

    adalah bukti dari suatu hasil kegiatan yang dapat dicapai baik individu maupun

    kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.

    Menurut Sobur (2006) prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal

    kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama

    beberapa waktu dan tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi

    belajar. Perwujudan bentuk hasil proses belajar tersebut dapat berupa pemecahan

    lisan maupun tulisan, dan keterampilan serta pemecahan masalah langsung dapat

    diukur atau dinilai dengan menggunakan tes yang terstandar. Prestasi akademik

    juga dapat diartikan istilah untuk menunjukkan suatu pencapaian tingkat

    keberhasilan tentang suatu tujuan, karena suatu usaha belajar telah dilakukan oleh

    Universitas Sumatera Utara

  • 14

    seseorang secara optimal (Setiawan dalam Naam, 2009). Menurut Chaplin (1997)

    mengemukakan bahwa prestasi akademik adalah suatu keberhasilan yang khusus

    dari seseorang dalam melaksanakan tugas akademik.

    2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik

    Terdapat 2 faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar

    seseorang yaitu:

    a. Faktor internal

    1. Faktor Kesehatan Fisik

    Menurut Ahmadi (dalam Septiarini, 2011) seseorang yang mengalami

    kelemahan fisik baik karena sakit maupun cacat di mana saraf sensoris dan

    motoriknya terganggu dapat mengakibatkan rangsangan yang diterima

    melalui indera tidak dapat diteruskan ke otak dengan baik. Kondisi ini dapat

    menyebabkan mahasiswa tertinggal dalam pelajarannya.

    2. Intelegensi

    Menurut Ahmadi (dalam Septiarini, 2011) intelegensi seseorang

    mempengaruhi potensi orang tersebut untuk menyelesaikan pendidikannya

    dan potensi itu sesuai dengan tingkatan IQ yang dimilikinya, semakin tinggi

    IQ seseorang maka semakin baik pula potensinya. Dengan melalui ujian

    saringan masuk perguruan tinggi yang demikian ketat persaingannya secara

    praktis sebenarnya mahasiswa sudah terseleksi dalam hal aspek

    intelegensinya. Namun kenyataan menunjukkan masih cukup besar kendala

    bagi mahasiswa untuk mendapatkan prestasi yang baik. Intelegensi bukan

    satu-satunya yang menentukan prestasi akademik mahasiswa.

    Universitas Sumatera Utara

  • 15

    3. Motivasi

    Menurut Maslow (dalam Septiarini, 2011) motivasi adalah sesuatu

    yang mengarahkan dan membangkitkan suatu tingkah laku pada manusia

    baik dari diri sendiri yakni berupa kebutuhan-kebutuhan tertentu seperti

    kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan maupun dari orang

    lain. Setiap mahasiswa memiliki motivasi yang berbeda-beda untuk

    berprestasi.

    4. Minat

    Minat merupakan rasa suka dan ketertarikan terhadap sesuatu yang

    muncul dari dalam diri sendiri tanpa ada yang menyuruh. Minat tidak

    dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian melalui proses

    pembelajaran terhadap hal yang diminati (Septiarini, 2011). Menurut

    Djamarah (2002) minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang

    besar dalam mencapai ataupun memperoleh benda atau tujuan yang

    diinginkan. Timbulnya minat belajar disebabkan oleh berbagai hal, antara

    lain karena keinginan yang kuat untuk menaikan martabat atau memperoleh

    pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar

    yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat

    yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.

    5. Kepribadian

    Pribadi yang seimbang sangat mempengaruhi proses belajar, pribadi

    yang seimbang dapat menciptakan kesehatan mental dan ketenangan emosi

    yang dapat mendorong keberhasilan dalam belajar (Ahmadi dalam

    Universitas Sumatera Utara

  • 16

    Septiarini, 2011). Menurut Purwanto (2004) tiap-tiap orang mempunyai

    sifat-sifat kepribadiannya masing-masing yang berbeda dengan orang lain.

    Ada orang memiliki sikap keras hati, berkemauan keras, tekun dalam segala

    usahanya, halus perasaannya dan sebaliknya. Sifat-sifat kepribadiannya

    dapat mempengaruhi sampai manakah hasil belajar yang dapat dicapai oleh

    orang tesebut.

    6. Fisiologis

    Menurut Noehi (dalam Djamarah, 2002) kondisi fisiologis pada

    umumnya sangat berpegaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang

    yang dalam keadaan segar jasmaninya akan lain cara belajarnya dari orang

    yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi memiliki

    kemampuan belajar yang di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi.

    Mereka lekas lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima pelajaran.

    Selain itu menurut Neohi (dalam Djamarah, 2002) hal yang tidak

    kalah pentingnya adalah kondisi panca indra (mata, hidung, pengecap,

    telinga, dan tubuh), terutama mata sebagai alat untuk melihat dan telinga

    untuk mendengar. Sebagian besar yang dipelajari manusia yang belajar

    berlangsung dengan membaca, melihat contoh, melihat model, melakukan

    observasi, mengamati hasil-hasil eksperimen, mendengarkan keterangan

    guru, mendengarkan ceramah, mendengarkan keterangan orang lain dalam

    diskusi dan sebagainya, sehingga kondisi mata dan telinga akan sangat

    mempengaruhi keefektifan manusia menerima pelajaran dan akan

    mempengaruhi prestasi akademiknya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 17

    b. Faktor eksternal

    1. Keadaan keluarga

    Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam mau tidak mau

    turut menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai

    oleh seseorang. Selain itu ada kemampuan keluarga untuk meberikan

    fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan

    penting (Purwanto, 2004).

    2. Guru dan cara mengajar

    Faktor guru dan cara mengajarnya juga merupakan faktor yang

    penting dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Bagaimana sikap

    dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan

    bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak

    didiknya turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak

    (Purwanto, 2004).

    3. Alat-alat pelajaran

    Menurut Purwanto (2004) institusi yang cukup memiliki alat-alat dan

    perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar

    yang baik oleh guru atau dosen, dan kecakapan pengajar dalam

    menggunakan alat-alat itu akan mempermudah dan mempercepat belajar

    seseorang.

    4. Motivasi sosial

    Jika seseorang mendapatkan motivasi sosial dari lingkungan

    sekitarnya, maka akan timbul keinginan dan hasrat belajar yang lebih baik.

    Universitas Sumatera Utara

  • 18

    Motivasi sosial dapat berasal dari orang tua, guru, tetangga, sanak saudara,

    dan teman sebaya (Purwanto, 2004).

    5. Lingkungan dan kesempatan

    Menurut Purwanto (2004) anak yang berasal dari keluarga yang baik,

    memiliki intelegensi yang baik, bersekolah di suatu sekolah yang keadaan

    guru-gurunya dan alat-alat yang baik, belum tentu dapat belajar dengan

    baik. Masih ada faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Seperti

    jarak antara rumah dan sekolah yang cukup jauh sehingga cukup

    melelahkan untuk berangkat sekolah.

    Selain itu menurut Djamarah (2002) pencemaran lingkungan hidup

    merupakan malapetaka bagi anak didik yang hidup didalamnya. Udara yang

    tercemar merupakan polusi yang dapat menggangu pernapasan. Udara yang

    terlalu dingin dan terlalu panas juga dapat mempengaruhi hasil belajar.

    Lingkungan sekolah yang asri dan kondisi kelas yang baik juga dapat

    mempengaruhi hasil belajar secara positif. Banyak anak-anak memiliki hasil

    belajar yang tidak baik karena tidak ada kesempatan seperti sibuknya

    pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk dan negatif serta

    faktor-faktor lain diluar kemampuannya (Purwanto, 2004).

    6. Kurikulum

    Menurut Djamarah (2002) kurikulum adalah a plan for learning yang

    merupakan unsur substansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan

    belajar mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi apa yang harus guru

    sampaikan dalam suatu pertemuan kelas belum guru programkan

    Universitas Sumatera Utara

  • 19

    sebelumnya. Itulah sebabnya, untuk semua mata pelajaran, setiap guru

    memiliki kurikulum untuk mata pelajaran yang dipegang dan diajarkan

    kepada anak didik. Setiap guru harus mempelajari dan menjabarkan isi

    kurikulum ke program yang lebih rincidan jelas sasarannya, sehingga dapat

    diketahui dan diukur dengan pasti tingkat keberhasilan belajar mengajar

    yang telah dilaksanankan.

    Menurut Djamarah (2002) muatan kurikulum akan mempengaruhi

    akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar anak didik. Seorang

    guru terpaksa menjejalkan sejumlah bahan pelajaran kepada anak didik

    dalam waktu yang masih sedikit tersisa, karena ingin mencapai target

    kurikulum, akan memaksa anak didik belajar dengan keras tanpa mengenal

    lelah. Padahal anak didik sudah lelah belajar ketika itu. Tentu saja hasil

    belajar yang demikian kurang memuaskan dan cenderung mengecewakan

    (Djamarah, 2002).

    Dari berbagai faktor yang mempengaruhi prestasi akademik, penelitian ini

    memfokuskan diri terhadap dampak kepribadian terhadap prestasi akademik

    mahasiswa.

    3. Penilaian Prestasi

    Prestasi akademik pada mahasiswa tergantung oleh angka indeks prestasi

    yang ditentukan pada setiap akhir semester. Indeks Prestasi Semester (IPS)

    dihitung berdasarkan jumlah beban kredit yang diambil dalam satu semester

    dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah kemudian dibagi dengan

    Universitas Sumatera Utara

  • 20

    jumlah beban kredit yang diambil (Universitas Sumatera Utara, 2010). IPS dapat

    diukur dengan menggunakan rumus:

    IPS = (K X N) K

    K = Jumlah SKS setiap mata kuliah yang tercantum dalam KRS pada

    semester yang bersangkutan.

    N = Bobot prestasi setiap mata kuliah.

    Sedangkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang digunakan sebagai alat

    ukur prestasi akademik pada penelitian ini adalah indeks prestasi yang dihitung

    berdasarkan jumlah keseluruhan beban kredit yang diambil mulai dari semester 1

    sampai semester terakhir, dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah

    kemudian dibagi dengan beban kredit yang diambil. (Universitas Sumatera Utara,

    2010). IPK dapat dihitung dengan rumus:

    IPK = (K X N) K

    K = Jumlah SKS semua mata kuliah yang dijalani mulai dari semester 1

    sampai dengan yang terakhir.

    N = Bobot prestasi setiap mata kuliah.

    Perhitungan Indeks Prestasi dan Indeks Prestasi Kumulatif dilakukan oleh

    bagian pendidikan Fakultas. Klasifikasi Indeks Prestasi Kumulatif dapat

    dikelompokkan dengan ketentuan sebagai berikut:

    Tabel 3. Klasifikasi Indeks Prestasi Kumulatif

    No Kategori Indeks Prestasi Akademik

    1 Memuaskan 2,00 x 2,75

    2 Sangat Memuaskan 2,76 x 3,50

    3 Cumlaude 3,51 x 4,00 Sumber: Buku Peraturan akademik Program Sarjana Universitas Sumatera Utara

    2010

    Universitas Sumatera Utara

  • 21

    B. Kepribadian

    1. Pengertian Kepribadian

    Kepribadian menurut Allport (dalam Endah, 2005) didefinisikan sebagai

    suatu organisasi yang dinamik dalam diri individu yang merupakan sistem

    psikopsikal dan hal tersebut menentukan penyesuaian diri individu secara unik

    terhadap lingkungan. Definisi ini menekankan pada atribut eksternal seperti peran

    individu dalam lingkungan sosial, penampilan individu, dan reaksi individu

    terhadap orang lain. Menurut Feist & Feist (2009) kepribadian merupakan suatu

    pola yang relatif menetap, trait, disposisi atau karakteristik di dalam individu yang

    memberikan beberapa ukuran yang konsisten tentang perilaku.

    Kepribadian itu dinamis, tidak statis. Kepribadian itu menunjukan tingkah

    laku yang terintegrasi dan merupakan interaksi antara kesanggupan-kesanggupan

    bawaan yang ada pada diri individu dengan lingkungannya. Kepribadian juga

    bersifat psikofisik, yang berarti baik faktor jasmaniah maupun rohaniah individu

    bersama-sama memegang peranan dalam kepribadian. Kepribadian juga bersifat

    unik, artinya kepribadian mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dari

    individu lain (dalam Purwanto, 2004).

    2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian

    Menurut Purwanto (2004) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

    kepribadian antara lain:

    a. Faktor Biologis

    Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan

    jasmani, atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan

    Universitas Sumatera Utara

  • 22

    genetik, pencernaan, pernafasaan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf,

    tinggi badan, berat badan, dan sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan

    jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan-

    perbedaan. Hal ini dapat kita lihat pada setiap bayi yang baru lahir memiliki

    bentuk fisik yang berbeda. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang

    ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan dan ada pula yang

    merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik yang

    berlainan menyebabkan sifat-sifat serta tempramen yang berbeda-beda pula.

    b. Faktor Sosial

    Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat yakni manusia-

    manusia lain di sekitar individu yang bersangkutan. Termasuk juga kedalam

    faktor sosial adalah tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa,

    dan sebagainya yang berlaku di masyarakat itu.

    Sejak dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orang-orang

    disekitarnya. Lingkungan pertama anak adalah keluarga. Dalam

    perkembangan anak, peranan keluarga sangat penting dan menentukan bagi

    pembentukan kepribadian selanjutnya. Demikian pula tradisi, adat-istiadat

    dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam keluarga itu. Keadaan dan

    suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh yang bermacam-

    macam pula terhadap perkembangan kepribadian anak.

    Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak

    kecil adalah sangat mendalam dan menentukan perkembangan pribadi anak

    selanjutnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh itu merupakan pengalaman

    Universitas Sumatera Utara

  • 23

    yang pertama, pengaruh yang diterima anak masih terbatas jumlah dan

    luasnya, intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena berlangsung terus

    menerus, serta umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana aman serta

    bersifat intim dan bernada emosional. Semakin besar seorang anak maka

    pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini

    dapat diartikan bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap

    perkembangan dan pembentukan kepribadian.

    c. Faktor Kebudayaan

    Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-

    masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana

    seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat

    mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain:

    a. Nilai-nilai (Values)

    Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung

    tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk

    dapat diterima sebagai anggota suatu masyarakat, kita harus memiliki

    kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat

    itu.

    1. Adat dan Tradisi

    Adat dan tradisi yang berlaku di suatu daerah, di samping menentukan

    nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan

    pula cara-cara bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak pada

    kepribadian seseorang.

    Universitas Sumatera Utara

  • 24

    2. Pengetahuan dan Keterampilan

    Pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat mempengaruhi sikap dan

    tindakannya. Tiap orang memiliki pengetahuan yang berlain-lainan, dari

    pengetahuan yang sangat elementer sampai kepada yang tinggi dan luas.

    Juga jenis pengetahuan yang dimiliki berlainan pula. Demikian juga

    kecakapan dan keterampilan seseorang membuat atau mengerjakan sesuatu

    merupakan bagian dari kebudayaannya.

    Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu

    masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat

    itu. Makin tinggi kebudayaan suatu masyarakat makin berkembang pula

    sikap hidup dan cara-cara kehidupan manusia-manusianya.

    3. Bahasa

    Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas,

    bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menentukan ciri-ciri khas

    dari suatu kebudayaan. Betapa erat hubungan bahasa dengan kepribadian

    manusia yang memiliki bahasa itu. Karena bahasa merupakan alat

    komunikasi dan alat berpikir yang dapat menunjukkan bagaimana seseorang

    itu bersikap, bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan orang lain.

    Pendeknya bagaimana cara-cara kita hidup bermasyarakat sebagian besar

    dipengaruhi oleh bahasa yang kita miliki serta bahasa yang berlaku dalam

    masyarakat.

    Universitas Sumatera Utara

  • 25

    4. Milik Kebendaan (material possessions)

    Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju dan

    modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu

    semua sangat mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki

    kebudayaan itu.

    3. Teori Kepribadian Big Five

    Menurut Schultz (1994) ada beberapa pendekatan yang dikemukakan oleh

    para ahli untuk memahami kepribadian. Salah satu pendekatan yang digunakan

    adalah teori trait. Teori trait merupakan sebuah model untuk mengidentifikasi

    trait dasar yang diperlukan untuk menggambarkan suatu kepribadian. Trait

    didefinisikan sebagai suatu dimensi yang menetap dari karakteristik kepribadian,

    hal tersebut yang membedakan individu dengan individu yang lain.

    Penelitian mengenai trait diawali oleh Alport dan Odbert pada tahun 1930

    dan dilanjutkan oleh Cattell pada tahun 1940-an. Kemudian penelitian mengenai

    trait dilakukan lagi pada tahun 1960-an oleh Tupes, Christal, dan Norman (Feist

    & Feist, 2009). Pada akhir 1970-an dan awal 1980-an, Costa dan McCrae

    mencoba membuat taksonomi dari trait kepribadian (Feist & Feist, 2009). Mereka

    berusaha menemukan unit dasar dari kepribadian dengan menganalisa kata-kata

    yang umumnya digunakan oleh orang awam bukan hanya psikolog. Cara yang

    digunakan adalah meminta sampel untuk merating diri mereka sendiri ataupun

    orang lain berdasarkan beragam kata sifat yang diambil dan diseleksi dari kamus

    (John, Angleitner, & Ostendorf dalam Pervin dkk, 2005). Hasil dari rating

    tersebut kemudian di faktor analisakan (Pervin dkk, 2005).

    Universitas Sumatera Utara

  • 26

    Pada saat itu Costa dan McCrae hanya memfokuskan diri kepada 2 dimensi

    yaitu neuroticism (N) dan extraversion (E). Setelah menemukan faktor N dan E,

    Costa dan McCrae menemukan faktor ketiga, yang disebut Openness (O).

    Kebanyakan penelitian diawal Costa dan Mc Crae berfokus kepada ketiga faktor

    ini. Walaupun Lewis Goldberg pertama kali menggunakan istilah Big Five pada

    tahun 1981 untuk menjelaskan penemuan yang konsisten dengan cara faktor

    analisis pada trait kepribadian, Costa dan McCrae tetap mefokuskan diri kepada

    tiga faktor (Feist & Feist, 2009).

    Pada akhir 1983 Costa dan MaCrae masih tetap meneliti 3 faktor

    kepribadian. Pada tahun 1985 baru mereka mulai melaporkan hasil penelitian 5

    faktor kepribadian. Hasil penelitian ini ditunjukan dengan Five Factor Personality

    yang baru yang disebut NEO-PI. NEO-PI adalah hasil revisi dari inventory

    kepribadian yang belum dipublikasikan, inventory kepribadian ini hanya

    mengukur 3 faktor awal yaitu N, E, dan O. Pada 1985 skala untuk dua faktor

    lainnya yaitu agreeableness (A) dan conscientiousness (C) masih belum

    sempurna. Pada tahun 1992 munculah NEO-PI-R, dimana skala untuk faktor A

    dan C sudah cukup baik (Feist & Feist, 2009).

    Pada tahun 1980-an, McCrae dan Costa melanjutkan penelitian mereka

    dengan memfaktor analisiskan hampir semua inventory kepribadian, termasuk

    Myers-Briggs Type Indicator (Myers, 1962) dan Eysenck Personality Inventory

    (H. Eysenck & S Eysenck, 1975, 1993). Pengukuran Eysenck mengenai psikotism

    menunjukan hasil yang sama dengan agreeableness dan conscientiousness yang

    Universitas Sumatera Utara

  • 27

    rendah namun tidak berhubungan dengan openness (McCrae & Costa dalam Feist

    & Feist, 2009).

    Adapun karateristik yang berkorelasi dengan kelima dimensi ini adalah

    (dalam Pervin dkk, 2005; Friedman, 2008):

    1. Openness (O) sering disebut Culture atau Intellect

    Merujuk kepada keproaktifan mencari dan menghargai pengalaman

    karena keinginannya sendiri, toleran dan melakukan eksplorasi terhadap

    sesuatu yang belum dikenal. Individu dengan skor yang tinggi memiliki

    karateristik memiliki ketertarikan yang luas, kreatif, imajinatif, tidak

    tradisional, menyenangkan, dan artistik. Individu dengan skor rendah

    memiliki karateristik konventional, berketertarikan sempit, membosankan,

    sederhana dan tidak realistis.

    2. Conscientiousness (C) disebut juga Lack of Impulsivity

    Merujuk pada derajat keteraturan individu, tekun, dan motivasi yang

    berorientasi pada tujuan. Individu dengan skor yang tinggi memiliki

    karateristik terorganisir, reliabel, pekerja keras, disiplin, rapi, berhati-hati,

    dapat diandalkan, dan ambisius. Individu dengan skor rendah memiliki

    karateristik tidak memiliki tujuan, tidak reliabel, malas, kurang berhati-hati,

    berkeinginan lemah, ceroboh, berantakan, dan hedonistik.

    3. Extraversion (E) sering disebut juga Surgency

    Merujuk pada kuantitas dan intersitas interaksi personal, activity level,

    kebutuhan akan stimulasi, kapasitas untuk mendapatkan kesenangan.

    Individu dengan skor yang tinggi memiliki karateristik penuh semangat,

    Universitas Sumatera Utara

  • 28

    antusias, dominan, ramah, komunikatif, bersosialisasi, aktif, talkactive,

    person-oriented, optimis dan fun-loving. Individu dengan skor rendah

    memiliki karateristik task oriented, pendiam, penyendiri, pemalu, tidak

    percaya diri, dan submisif.

    4. Agreeableness (A)

    Merujuk pada kualitas orientasi interpersonal seseorang dimulai dari

    perasaan peduli sampai dengan perasaan permusuhan dalam pikiran,

    perasaan, dan tindakan. Individu dengan skor yang tinggi memiliki

    karateristik berhati baik, suka menolong, pemaaf, berterus terang, ramah,

    kooperatif, hangat, dan mudah mempercayai orang lain. Individu dengan

    skor rendah memiliki karateristik kasar, tidak kooperatif, sinis, curiga,

    dingin, konfrontatif, kejam, dan pendendam.

    5. Neuroticism (N) disebut juga Emotional Instability

    Merujuk pada adjustment vs emotional instability, yaitu

    mengidentifikasikan kecenderungan indvidu untuk mengalami distress

    psikologis, ide-ide yang tidak realistik, menginginkan sesuatu secara

    eksesif, dan coping respon yang maladaptive. Individu dengan skor yang

    tinggi memiliki karateristik mudah khawatir, gugup, emosional, sensitif,

    tegang, mudah cemas, inadequate dan hypochodriacal. Individu dengan

    skor rendah memiliki karateristik tenang, santai, tidak emosional, secure,

    dan merasa puas diri.

    Universitas Sumatera Utara

  • 29

    Menurut Costa & McRae (dalam Pervin dkk, 2005), setiap dimensi dari

    Big Five terdiri dari 6 (enam) faset atau subfaktor. Faset-faset tersebut adalah:

    1. Extraversion terdiri dari:

    a. Gregariousness (suka berkumpul)

    b. Activity level (level aktivitas)

    c. Assertiveness (asertif)

    d. Excitement Seeking (mencari kesenangan)

    e. Positive Emotions (emosi yang positif)

    f. Warmth (kehangatan)

    2. Agreeableness terdiri dari:

    a. Straightforwardness (berterus terang)

    b. Trust (kepercayaan)

    c. Altruism (mendahulukan kepentingan orang lain)

    d. Modesty (rendah hati)

    e. Tendermindedness (berhati lembut)

    f. Compliance (kerelaan)

    3. Conscientiousness terdiri dari:

    a. Self-discipline (disiplin)

    b. Dutifulness (patuh)

    c. Competence (kompetensi)

    d. Order (teratur)

    e. Deliberation (pertimbangan)

    f. Achievement striving (pencapaian prestasi)

    Universitas Sumatera Utara

  • 30

    4. Neuroticism terdiri dari:

    a. Anxiety (kecemasan)

    b. Self-consciousness (kesadaran diri)

    c. Depression (depresi)

    d. Vulnerability (mudah tersinggung).

    e. Impulsiveness (menuruti kata hati).

    f. Angry hostility (amarah).

    5. Openness terdiri dari:

    a. Fantasy (khayalan)

    b. Aesthetics (keindahan)

    c. Feelings (perasaan)

    d. Ideas (ide)

    e. Actions (tindakan)

    f. Values (nilai-nilai)

    C. Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Menurut Salim & Salim (dalam Siagian, 2011) mahasiswa adalah orang

    yang terdaftar dan menjalani pendidikan di perguruan tinggi. Hurlock (1999)

    mengkategorikan usia mahasiswa ke dalam masa dewasa dini. Menurut Hurlock

    (1999) masa dewasa dini dimulai pada usia 18 tahun sampai kira-kira usia 40

    tahun dimana tugas perkembangan pada masa dewasa dini salah satunya adalah

    mencakup pemilihan karir atau mendapatkan suatu pekerjaan.

    Berdasarkan definisi yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil

    kesimpulan bahwa mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar dan belajar

    Universitas Sumatera Utara

  • 31

    pada perguruan tinggi tertentu serta berada pada masa dewasa dini dimana tugas

    perkembangan pada masa dewasa dini salah satunya adalah mencakup pemilihan

    karir atau mendapatkan suatu pekerjaan.

    Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara didirikan pada tanggal 17

    Nopember 2007. Fakultas ini pada awalnya merupakan program studi yang berada

    di bawah organisasi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Program

    studi Psikologi sudah berdiri sejak 7 April 1999. Selain program sarjana (S-1),

    Fakultas Psikologi menawarkan program magister (S-2). Program Studi jenjang

    magister memperoleh izin pembukaan Program Pendidikan Profesi Psikologi

    Jenjang Magister (P4JM) dari Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) yang

    disusul kemudian dengan izin dari DIKTI pada tanggal 20 Desember 2005.

    Peresmian Pembukaan P4JM USU dilaksanakan tanggal 26 Agustus 2006

    (sumber: http://www.usu.ac.id/psikologi.html).

    Psikologi adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari perilaku manusia

    sepanjang rentang kehidupannya mulai dari masa anak-anak hingga lanjut usia,

    dan juga dalam berbagai bidang kehidupan. Program Studi Psikologi adalah

    program pendidikan akademik-profesional yang bertujuan menghasilkan tenaga

    sarjana psikologi dan profesi psikologi dengan kemampuan: (sumber:

    http://www.usu.ac.id /psikologi.html).

    1. Memahami pengetahuan dasar psikologi dan teknik pengamatan secara

    obyektif sehingga dapat rnenginterpretasikan tingkah laku manusia

    2. Melaksanakan penelitian psikologi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 32

    3. Menunjukkan kepekaan yang bertanggungjawab terhadap nilai, proses dan

    masalah sosial budaya, agama, politik dan ekonomi yang berpengaruh pada

    tingkah laku manusia, sehingga mampu menginterpretasrkan tingkah laku

    dalam kaitannya dengan kondisi Indonesia khususnya kondisi Wilayah

    Sumatera Utara yang menitik-beratkan pada bidang industri dan

    pengembangan wilayah.

    4. Mengenal, menghayati dan mengamalkan kode etik psikologi.

    Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara adalah orang

    yang terdaftar dan menjalani pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas

    Sumatera Utara.

    D. Dinamika antara Kepribadian Big Five dengan Prestasi Akademik

    Di dalam dunia pendidikan sendiri mahasiswa adalah substansi yang perlu

    diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah terhadap dinamika ilmu

    pengetahuan, dan melaksanakan tugas mendalami ilmu pengetahuan tersebut

    (Harahap dalam Naam, 2009). Mahasiswa juga diharapkan menunjukan kualitas

    daya yang dimilikinya. Kualitas mahasiswa dapat dilihat dari prestasi akademik

    yang didapatkannya. Prestasi akademik adalah istilah untuk menunjukkan suatu

    pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan, karena suatu usaha belajar

    telah dilakukan oleh seseorang secara optimal (Setiawan dalam Naam, 2009).

    Prestasi akademik pada mahasiswa dapat dilihat dari Indeks Prestasi

    Akademik (IPK). Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang digunakan sebagai alat

    ukur prestasi akademik pada penelitian ini adalah indeks prestasi yang dihitung

    Universitas Sumatera Utara

  • 33

    berdasarkan jumlah keseluruhan beban kredit yang diambil mulai dari semester 1

    sampai semester terakhir, dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah

    kemudian dibagi dengan beban kredit yang diambil.

    Indeks Prestasi Kumulatif yang baik adalah hal yang penting bagi

    mahasiswa karena akan mempengaruhi masa depannya. Namun sayangnya masih

    banyak mahasiswa yang terkendala dalam hal prestasi akademik. Prestasi

    akademik ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor

    internal adalah kepribadian.

    Kepribadian adalah sebuah karakteristik didalam diri individu yang relatif

    menetap, bertahan, yang mempengaruhi penyesuaian diri individu terhadap

    lingkungan. Menurut Schultz & Schultz (1994) pendekatan dalam menjelaskan

    kepribadian adalah psikoanalisa, neopsikoanalisa, trait, life-span, humanistik,

    kognitif behavioral, social-learning, dan limited domain. Salah satu pendekatan

    adalah trait yaitu sebuah model untuk mengidentifikasi trait dasar yang

    diperlukan untuk menggambarkan suatu kepribadian. Salah satu teori trait adalah

    teori Big five atau Five Factor Model. Teori Big five membagi kepribadian

    menjadi 5 dimensi yaitu Neuroticism (N), Extraversion (E), Openness (O),

    Agreeableness (A) dan Conscientiousness (C). Kelima dimensi ini memiliki

    sekumpulan trait yang berbeda antar dimensi.

    Berdasarkan penelitian terdahulu dimensi kepribadian conscientiousness

    paling sering ditemukan mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa, namun ada

    beberapa penelitian lain yang menemukan dimensi kepribadian yang lain juga

    mempengaruhi prestasi akademik. Dimensi conscientiousness berasosiasi dengan

    Universitas Sumatera Utara

  • 34

    prilaku disiplin, seperti merencanakan dan mengorganisir tugas, berprilaku

    dengan rasa tanggung jawab untuk mencapai sesuatu dan keinginan kuat untuk

    belajar dan berambisi untuk sukses di bidang akademik (Lim & Melissa, 2012).

    Menurut Vermetten, Lodewijks & Vermunt dimensi agreeableness berhubungan

    dengan kepatuhan terhadap perintah guru dan berusaha fokus kepada materi

    pembelajaran (Poropat, 2009).

    Dimensi openness berasosiasi dengan kemampuan kognitif yang tinggi

    seperti pemikiran divergen (Lim & Melissa, 2012). Menurut De Raad dan

    Schouwenburg siswa dengan tingkat extraversion yang tinggi cenderung akan

    memiliki prestasi yang baik diakibatkan tingginya tingkat energi ditambah

    dengan attitude positif yang mengarahkan kepada keinginan untuk belajar dan

    memahami (Poropat 2009). Menurut De Raad & Schouwenburg (dalam Poropat,

    2009) individu dengan neuroticism yang tinggi cenderung memfokuskan diri

    kepada perasaan mereka dan self-talk untuk tidak fokus terhadap tugas di

    universitas sehingga menurunkan prestasi akademik.

    E. Hipotesa Penelitian

    Berdasarkan uraian teoritis yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

    hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

    1. Ada pengaruh dimensi Neuroticism terhadap prestasi akademik mahasiswa

    Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

    2. Ada pengaruh dimensi Extraversion terhadap prestasi akademik Fakultas

    Psikologi Universitas Sumatera Utara.

    Universitas Sumatera Utara

  • 35

    3. Ada pengaruh dimensi Openness terhadap prestasi akademik Fakultas

    Psikologi Universitas Sumatera Utara.

    4. Ada pengaruh dimensi Agreeableness terhadap prestasi akademik Fakultas

    Psikologi Universitas Sumatera Utara.

    5. Ada pengaruh dimensi Conscientiousness terhadap prestasi akademik

    Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

    Universitas Sumatera Utara