Chapter II
-
Upload
octa-tirandha -
Category
Documents
-
view
215 -
download
1
description
Transcript of Chapter II
-
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Prestasi Akademik
1. Pengertian Prestasi Akademik
Menurut pendapat Djamarah (dalam Rini, 2012) tentang pengertian
prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik
secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan
selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. Adesanjaya (dalam Rini, 2012)
menyatakan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja,
baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.
Dari beberapa pengertian prestasi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi
adalah bukti dari suatu hasil kegiatan yang dapat dicapai baik individu maupun
kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.
Menurut Sobur (2006) prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal
kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama
beberapa waktu dan tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi
belajar. Perwujudan bentuk hasil proses belajar tersebut dapat berupa pemecahan
lisan maupun tulisan, dan keterampilan serta pemecahan masalah langsung dapat
diukur atau dinilai dengan menggunakan tes yang terstandar. Prestasi akademik
juga dapat diartikan istilah untuk menunjukkan suatu pencapaian tingkat
keberhasilan tentang suatu tujuan, karena suatu usaha belajar telah dilakukan oleh
Universitas Sumatera Utara
-
14
seseorang secara optimal (Setiawan dalam Naam, 2009). Menurut Chaplin (1997)
mengemukakan bahwa prestasi akademik adalah suatu keberhasilan yang khusus
dari seseorang dalam melaksanakan tugas akademik.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik
Terdapat 2 faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar
seseorang yaitu:
a. Faktor internal
1. Faktor Kesehatan Fisik
Menurut Ahmadi (dalam Septiarini, 2011) seseorang yang mengalami
kelemahan fisik baik karena sakit maupun cacat di mana saraf sensoris dan
motoriknya terganggu dapat mengakibatkan rangsangan yang diterima
melalui indera tidak dapat diteruskan ke otak dengan baik. Kondisi ini dapat
menyebabkan mahasiswa tertinggal dalam pelajarannya.
2. Intelegensi
Menurut Ahmadi (dalam Septiarini, 2011) intelegensi seseorang
mempengaruhi potensi orang tersebut untuk menyelesaikan pendidikannya
dan potensi itu sesuai dengan tingkatan IQ yang dimilikinya, semakin tinggi
IQ seseorang maka semakin baik pula potensinya. Dengan melalui ujian
saringan masuk perguruan tinggi yang demikian ketat persaingannya secara
praktis sebenarnya mahasiswa sudah terseleksi dalam hal aspek
intelegensinya. Namun kenyataan menunjukkan masih cukup besar kendala
bagi mahasiswa untuk mendapatkan prestasi yang baik. Intelegensi bukan
satu-satunya yang menentukan prestasi akademik mahasiswa.
Universitas Sumatera Utara
-
15
3. Motivasi
Menurut Maslow (dalam Septiarini, 2011) motivasi adalah sesuatu
yang mengarahkan dan membangkitkan suatu tingkah laku pada manusia
baik dari diri sendiri yakni berupa kebutuhan-kebutuhan tertentu seperti
kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan maupun dari orang
lain. Setiap mahasiswa memiliki motivasi yang berbeda-beda untuk
berprestasi.
4. Minat
Minat merupakan rasa suka dan ketertarikan terhadap sesuatu yang
muncul dari dalam diri sendiri tanpa ada yang menyuruh. Minat tidak
dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian melalui proses
pembelajaran terhadap hal yang diminati (Septiarini, 2011). Menurut
Djamarah (2002) minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang
besar dalam mencapai ataupun memperoleh benda atau tujuan yang
diinginkan. Timbulnya minat belajar disebabkan oleh berbagai hal, antara
lain karena keinginan yang kuat untuk menaikan martabat atau memperoleh
pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar
yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat
yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.
5. Kepribadian
Pribadi yang seimbang sangat mempengaruhi proses belajar, pribadi
yang seimbang dapat menciptakan kesehatan mental dan ketenangan emosi
yang dapat mendorong keberhasilan dalam belajar (Ahmadi dalam
Universitas Sumatera Utara
-
16
Septiarini, 2011). Menurut Purwanto (2004) tiap-tiap orang mempunyai
sifat-sifat kepribadiannya masing-masing yang berbeda dengan orang lain.
Ada orang memiliki sikap keras hati, berkemauan keras, tekun dalam segala
usahanya, halus perasaannya dan sebaliknya. Sifat-sifat kepribadiannya
dapat mempengaruhi sampai manakah hasil belajar yang dapat dicapai oleh
orang tesebut.
6. Fisiologis
Menurut Noehi (dalam Djamarah, 2002) kondisi fisiologis pada
umumnya sangat berpegaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang
yang dalam keadaan segar jasmaninya akan lain cara belajarnya dari orang
yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi memiliki
kemampuan belajar yang di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi.
Mereka lekas lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima pelajaran.
Selain itu menurut Neohi (dalam Djamarah, 2002) hal yang tidak
kalah pentingnya adalah kondisi panca indra (mata, hidung, pengecap,
telinga, dan tubuh), terutama mata sebagai alat untuk melihat dan telinga
untuk mendengar. Sebagian besar yang dipelajari manusia yang belajar
berlangsung dengan membaca, melihat contoh, melihat model, melakukan
observasi, mengamati hasil-hasil eksperimen, mendengarkan keterangan
guru, mendengarkan ceramah, mendengarkan keterangan orang lain dalam
diskusi dan sebagainya, sehingga kondisi mata dan telinga akan sangat
mempengaruhi keefektifan manusia menerima pelajaran dan akan
mempengaruhi prestasi akademiknya.
Universitas Sumatera Utara
-
17
b. Faktor eksternal
1. Keadaan keluarga
Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam mau tidak mau
turut menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai
oleh seseorang. Selain itu ada kemampuan keluarga untuk meberikan
fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan
penting (Purwanto, 2004).
2. Guru dan cara mengajar
Faktor guru dan cara mengajarnya juga merupakan faktor yang
penting dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Bagaimana sikap
dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan
bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak
didiknya turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak
(Purwanto, 2004).
3. Alat-alat pelajaran
Menurut Purwanto (2004) institusi yang cukup memiliki alat-alat dan
perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar
yang baik oleh guru atau dosen, dan kecakapan pengajar dalam
menggunakan alat-alat itu akan mempermudah dan mempercepat belajar
seseorang.
4. Motivasi sosial
Jika seseorang mendapatkan motivasi sosial dari lingkungan
sekitarnya, maka akan timbul keinginan dan hasrat belajar yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
-
18
Motivasi sosial dapat berasal dari orang tua, guru, tetangga, sanak saudara,
dan teman sebaya (Purwanto, 2004).
5. Lingkungan dan kesempatan
Menurut Purwanto (2004) anak yang berasal dari keluarga yang baik,
memiliki intelegensi yang baik, bersekolah di suatu sekolah yang keadaan
guru-gurunya dan alat-alat yang baik, belum tentu dapat belajar dengan
baik. Masih ada faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Seperti
jarak antara rumah dan sekolah yang cukup jauh sehingga cukup
melelahkan untuk berangkat sekolah.
Selain itu menurut Djamarah (2002) pencemaran lingkungan hidup
merupakan malapetaka bagi anak didik yang hidup didalamnya. Udara yang
tercemar merupakan polusi yang dapat menggangu pernapasan. Udara yang
terlalu dingin dan terlalu panas juga dapat mempengaruhi hasil belajar.
Lingkungan sekolah yang asri dan kondisi kelas yang baik juga dapat
mempengaruhi hasil belajar secara positif. Banyak anak-anak memiliki hasil
belajar yang tidak baik karena tidak ada kesempatan seperti sibuknya
pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk dan negatif serta
faktor-faktor lain diluar kemampuannya (Purwanto, 2004).
6. Kurikulum
Menurut Djamarah (2002) kurikulum adalah a plan for learning yang
merupakan unsur substansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan
belajar mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi apa yang harus guru
sampaikan dalam suatu pertemuan kelas belum guru programkan
Universitas Sumatera Utara
-
19
sebelumnya. Itulah sebabnya, untuk semua mata pelajaran, setiap guru
memiliki kurikulum untuk mata pelajaran yang dipegang dan diajarkan
kepada anak didik. Setiap guru harus mempelajari dan menjabarkan isi
kurikulum ke program yang lebih rincidan jelas sasarannya, sehingga dapat
diketahui dan diukur dengan pasti tingkat keberhasilan belajar mengajar
yang telah dilaksanankan.
Menurut Djamarah (2002) muatan kurikulum akan mempengaruhi
akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar anak didik. Seorang
guru terpaksa menjejalkan sejumlah bahan pelajaran kepada anak didik
dalam waktu yang masih sedikit tersisa, karena ingin mencapai target
kurikulum, akan memaksa anak didik belajar dengan keras tanpa mengenal
lelah. Padahal anak didik sudah lelah belajar ketika itu. Tentu saja hasil
belajar yang demikian kurang memuaskan dan cenderung mengecewakan
(Djamarah, 2002).
Dari berbagai faktor yang mempengaruhi prestasi akademik, penelitian ini
memfokuskan diri terhadap dampak kepribadian terhadap prestasi akademik
mahasiswa.
3. Penilaian Prestasi
Prestasi akademik pada mahasiswa tergantung oleh angka indeks prestasi
yang ditentukan pada setiap akhir semester. Indeks Prestasi Semester (IPS)
dihitung berdasarkan jumlah beban kredit yang diambil dalam satu semester
dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah kemudian dibagi dengan
Universitas Sumatera Utara
-
20
jumlah beban kredit yang diambil (Universitas Sumatera Utara, 2010). IPS dapat
diukur dengan menggunakan rumus:
IPS = (K X N) K
K = Jumlah SKS setiap mata kuliah yang tercantum dalam KRS pada
semester yang bersangkutan.
N = Bobot prestasi setiap mata kuliah.
Sedangkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang digunakan sebagai alat
ukur prestasi akademik pada penelitian ini adalah indeks prestasi yang dihitung
berdasarkan jumlah keseluruhan beban kredit yang diambil mulai dari semester 1
sampai semester terakhir, dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah
kemudian dibagi dengan beban kredit yang diambil. (Universitas Sumatera Utara,
2010). IPK dapat dihitung dengan rumus:
IPK = (K X N) K
K = Jumlah SKS semua mata kuliah yang dijalani mulai dari semester 1
sampai dengan yang terakhir.
N = Bobot prestasi setiap mata kuliah.
Perhitungan Indeks Prestasi dan Indeks Prestasi Kumulatif dilakukan oleh
bagian pendidikan Fakultas. Klasifikasi Indeks Prestasi Kumulatif dapat
dikelompokkan dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3. Klasifikasi Indeks Prestasi Kumulatif
No Kategori Indeks Prestasi Akademik
1 Memuaskan 2,00 x 2,75
2 Sangat Memuaskan 2,76 x 3,50
3 Cumlaude 3,51 x 4,00 Sumber: Buku Peraturan akademik Program Sarjana Universitas Sumatera Utara
2010
Universitas Sumatera Utara
-
21
B. Kepribadian
1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian menurut Allport (dalam Endah, 2005) didefinisikan sebagai
suatu organisasi yang dinamik dalam diri individu yang merupakan sistem
psikopsikal dan hal tersebut menentukan penyesuaian diri individu secara unik
terhadap lingkungan. Definisi ini menekankan pada atribut eksternal seperti peran
individu dalam lingkungan sosial, penampilan individu, dan reaksi individu
terhadap orang lain. Menurut Feist & Feist (2009) kepribadian merupakan suatu
pola yang relatif menetap, trait, disposisi atau karakteristik di dalam individu yang
memberikan beberapa ukuran yang konsisten tentang perilaku.
Kepribadian itu dinamis, tidak statis. Kepribadian itu menunjukan tingkah
laku yang terintegrasi dan merupakan interaksi antara kesanggupan-kesanggupan
bawaan yang ada pada diri individu dengan lingkungannya. Kepribadian juga
bersifat psikofisik, yang berarti baik faktor jasmaniah maupun rohaniah individu
bersama-sama memegang peranan dalam kepribadian. Kepribadian juga bersifat
unik, artinya kepribadian mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dari
individu lain (dalam Purwanto, 2004).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian
Menurut Purwanto (2004) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
kepribadian antara lain:
a. Faktor Biologis
Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan
jasmani, atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan
Universitas Sumatera Utara
-
22
genetik, pencernaan, pernafasaan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf,
tinggi badan, berat badan, dan sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan
jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan-
perbedaan. Hal ini dapat kita lihat pada setiap bayi yang baru lahir memiliki
bentuk fisik yang berbeda. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang
ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan dan ada pula yang
merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik yang
berlainan menyebabkan sifat-sifat serta tempramen yang berbeda-beda pula.
b. Faktor Sosial
Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat yakni manusia-
manusia lain di sekitar individu yang bersangkutan. Termasuk juga kedalam
faktor sosial adalah tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa,
dan sebagainya yang berlaku di masyarakat itu.
Sejak dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orang-orang
disekitarnya. Lingkungan pertama anak adalah keluarga. Dalam
perkembangan anak, peranan keluarga sangat penting dan menentukan bagi
pembentukan kepribadian selanjutnya. Demikian pula tradisi, adat-istiadat
dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam keluarga itu. Keadaan dan
suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh yang bermacam-
macam pula terhadap perkembangan kepribadian anak.
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak
kecil adalah sangat mendalam dan menentukan perkembangan pribadi anak
selanjutnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh itu merupakan pengalaman
Universitas Sumatera Utara
-
23
yang pertama, pengaruh yang diterima anak masih terbatas jumlah dan
luasnya, intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena berlangsung terus
menerus, serta umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana aman serta
bersifat intim dan bernada emosional. Semakin besar seorang anak maka
pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini
dapat diartikan bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan dan pembentukan kepribadian.
c. Faktor Kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-
masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana
seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat
mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain:
a. Nilai-nilai (Values)
Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung
tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk
dapat diterima sebagai anggota suatu masyarakat, kita harus memiliki
kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat
itu.
1. Adat dan Tradisi
Adat dan tradisi yang berlaku di suatu daerah, di samping menentukan
nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan
pula cara-cara bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak pada
kepribadian seseorang.
Universitas Sumatera Utara
-
24
2. Pengetahuan dan Keterampilan
Pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat mempengaruhi sikap dan
tindakannya. Tiap orang memiliki pengetahuan yang berlain-lainan, dari
pengetahuan yang sangat elementer sampai kepada yang tinggi dan luas.
Juga jenis pengetahuan yang dimiliki berlainan pula. Demikian juga
kecakapan dan keterampilan seseorang membuat atau mengerjakan sesuatu
merupakan bagian dari kebudayaannya.
Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu
masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat
itu. Makin tinggi kebudayaan suatu masyarakat makin berkembang pula
sikap hidup dan cara-cara kehidupan manusia-manusianya.
3. Bahasa
Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas,
bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menentukan ciri-ciri khas
dari suatu kebudayaan. Betapa erat hubungan bahasa dengan kepribadian
manusia yang memiliki bahasa itu. Karena bahasa merupakan alat
komunikasi dan alat berpikir yang dapat menunjukkan bagaimana seseorang
itu bersikap, bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan orang lain.
Pendeknya bagaimana cara-cara kita hidup bermasyarakat sebagian besar
dipengaruhi oleh bahasa yang kita miliki serta bahasa yang berlaku dalam
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
-
25
4. Milik Kebendaan (material possessions)
Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju dan
modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu
semua sangat mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki
kebudayaan itu.
3. Teori Kepribadian Big Five
Menurut Schultz (1994) ada beberapa pendekatan yang dikemukakan oleh
para ahli untuk memahami kepribadian. Salah satu pendekatan yang digunakan
adalah teori trait. Teori trait merupakan sebuah model untuk mengidentifikasi
trait dasar yang diperlukan untuk menggambarkan suatu kepribadian. Trait
didefinisikan sebagai suatu dimensi yang menetap dari karakteristik kepribadian,
hal tersebut yang membedakan individu dengan individu yang lain.
Penelitian mengenai trait diawali oleh Alport dan Odbert pada tahun 1930
dan dilanjutkan oleh Cattell pada tahun 1940-an. Kemudian penelitian mengenai
trait dilakukan lagi pada tahun 1960-an oleh Tupes, Christal, dan Norman (Feist
& Feist, 2009). Pada akhir 1970-an dan awal 1980-an, Costa dan McCrae
mencoba membuat taksonomi dari trait kepribadian (Feist & Feist, 2009). Mereka
berusaha menemukan unit dasar dari kepribadian dengan menganalisa kata-kata
yang umumnya digunakan oleh orang awam bukan hanya psikolog. Cara yang
digunakan adalah meminta sampel untuk merating diri mereka sendiri ataupun
orang lain berdasarkan beragam kata sifat yang diambil dan diseleksi dari kamus
(John, Angleitner, & Ostendorf dalam Pervin dkk, 2005). Hasil dari rating
tersebut kemudian di faktor analisakan (Pervin dkk, 2005).
Universitas Sumatera Utara
-
26
Pada saat itu Costa dan McCrae hanya memfokuskan diri kepada 2 dimensi
yaitu neuroticism (N) dan extraversion (E). Setelah menemukan faktor N dan E,
Costa dan McCrae menemukan faktor ketiga, yang disebut Openness (O).
Kebanyakan penelitian diawal Costa dan Mc Crae berfokus kepada ketiga faktor
ini. Walaupun Lewis Goldberg pertama kali menggunakan istilah Big Five pada
tahun 1981 untuk menjelaskan penemuan yang konsisten dengan cara faktor
analisis pada trait kepribadian, Costa dan McCrae tetap mefokuskan diri kepada
tiga faktor (Feist & Feist, 2009).
Pada akhir 1983 Costa dan MaCrae masih tetap meneliti 3 faktor
kepribadian. Pada tahun 1985 baru mereka mulai melaporkan hasil penelitian 5
faktor kepribadian. Hasil penelitian ini ditunjukan dengan Five Factor Personality
yang baru yang disebut NEO-PI. NEO-PI adalah hasil revisi dari inventory
kepribadian yang belum dipublikasikan, inventory kepribadian ini hanya
mengukur 3 faktor awal yaitu N, E, dan O. Pada 1985 skala untuk dua faktor
lainnya yaitu agreeableness (A) dan conscientiousness (C) masih belum
sempurna. Pada tahun 1992 munculah NEO-PI-R, dimana skala untuk faktor A
dan C sudah cukup baik (Feist & Feist, 2009).
Pada tahun 1980-an, McCrae dan Costa melanjutkan penelitian mereka
dengan memfaktor analisiskan hampir semua inventory kepribadian, termasuk
Myers-Briggs Type Indicator (Myers, 1962) dan Eysenck Personality Inventory
(H. Eysenck & S Eysenck, 1975, 1993). Pengukuran Eysenck mengenai psikotism
menunjukan hasil yang sama dengan agreeableness dan conscientiousness yang
Universitas Sumatera Utara
-
27
rendah namun tidak berhubungan dengan openness (McCrae & Costa dalam Feist
& Feist, 2009).
Adapun karateristik yang berkorelasi dengan kelima dimensi ini adalah
(dalam Pervin dkk, 2005; Friedman, 2008):
1. Openness (O) sering disebut Culture atau Intellect
Merujuk kepada keproaktifan mencari dan menghargai pengalaman
karena keinginannya sendiri, toleran dan melakukan eksplorasi terhadap
sesuatu yang belum dikenal. Individu dengan skor yang tinggi memiliki
karateristik memiliki ketertarikan yang luas, kreatif, imajinatif, tidak
tradisional, menyenangkan, dan artistik. Individu dengan skor rendah
memiliki karateristik konventional, berketertarikan sempit, membosankan,
sederhana dan tidak realistis.
2. Conscientiousness (C) disebut juga Lack of Impulsivity
Merujuk pada derajat keteraturan individu, tekun, dan motivasi yang
berorientasi pada tujuan. Individu dengan skor yang tinggi memiliki
karateristik terorganisir, reliabel, pekerja keras, disiplin, rapi, berhati-hati,
dapat diandalkan, dan ambisius. Individu dengan skor rendah memiliki
karateristik tidak memiliki tujuan, tidak reliabel, malas, kurang berhati-hati,
berkeinginan lemah, ceroboh, berantakan, dan hedonistik.
3. Extraversion (E) sering disebut juga Surgency
Merujuk pada kuantitas dan intersitas interaksi personal, activity level,
kebutuhan akan stimulasi, kapasitas untuk mendapatkan kesenangan.
Individu dengan skor yang tinggi memiliki karateristik penuh semangat,
Universitas Sumatera Utara
-
28
antusias, dominan, ramah, komunikatif, bersosialisasi, aktif, talkactive,
person-oriented, optimis dan fun-loving. Individu dengan skor rendah
memiliki karateristik task oriented, pendiam, penyendiri, pemalu, tidak
percaya diri, dan submisif.
4. Agreeableness (A)
Merujuk pada kualitas orientasi interpersonal seseorang dimulai dari
perasaan peduli sampai dengan perasaan permusuhan dalam pikiran,
perasaan, dan tindakan. Individu dengan skor yang tinggi memiliki
karateristik berhati baik, suka menolong, pemaaf, berterus terang, ramah,
kooperatif, hangat, dan mudah mempercayai orang lain. Individu dengan
skor rendah memiliki karateristik kasar, tidak kooperatif, sinis, curiga,
dingin, konfrontatif, kejam, dan pendendam.
5. Neuroticism (N) disebut juga Emotional Instability
Merujuk pada adjustment vs emotional instability, yaitu
mengidentifikasikan kecenderungan indvidu untuk mengalami distress
psikologis, ide-ide yang tidak realistik, menginginkan sesuatu secara
eksesif, dan coping respon yang maladaptive. Individu dengan skor yang
tinggi memiliki karateristik mudah khawatir, gugup, emosional, sensitif,
tegang, mudah cemas, inadequate dan hypochodriacal. Individu dengan
skor rendah memiliki karateristik tenang, santai, tidak emosional, secure,
dan merasa puas diri.
Universitas Sumatera Utara
-
29
Menurut Costa & McRae (dalam Pervin dkk, 2005), setiap dimensi dari
Big Five terdiri dari 6 (enam) faset atau subfaktor. Faset-faset tersebut adalah:
1. Extraversion terdiri dari:
a. Gregariousness (suka berkumpul)
b. Activity level (level aktivitas)
c. Assertiveness (asertif)
d. Excitement Seeking (mencari kesenangan)
e. Positive Emotions (emosi yang positif)
f. Warmth (kehangatan)
2. Agreeableness terdiri dari:
a. Straightforwardness (berterus terang)
b. Trust (kepercayaan)
c. Altruism (mendahulukan kepentingan orang lain)
d. Modesty (rendah hati)
e. Tendermindedness (berhati lembut)
f. Compliance (kerelaan)
3. Conscientiousness terdiri dari:
a. Self-discipline (disiplin)
b. Dutifulness (patuh)
c. Competence (kompetensi)
d. Order (teratur)
e. Deliberation (pertimbangan)
f. Achievement striving (pencapaian prestasi)
Universitas Sumatera Utara
-
30
4. Neuroticism terdiri dari:
a. Anxiety (kecemasan)
b. Self-consciousness (kesadaran diri)
c. Depression (depresi)
d. Vulnerability (mudah tersinggung).
e. Impulsiveness (menuruti kata hati).
f. Angry hostility (amarah).
5. Openness terdiri dari:
a. Fantasy (khayalan)
b. Aesthetics (keindahan)
c. Feelings (perasaan)
d. Ideas (ide)
e. Actions (tindakan)
f. Values (nilai-nilai)
C. Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Menurut Salim & Salim (dalam Siagian, 2011) mahasiswa adalah orang
yang terdaftar dan menjalani pendidikan di perguruan tinggi. Hurlock (1999)
mengkategorikan usia mahasiswa ke dalam masa dewasa dini. Menurut Hurlock
(1999) masa dewasa dini dimulai pada usia 18 tahun sampai kira-kira usia 40
tahun dimana tugas perkembangan pada masa dewasa dini salah satunya adalah
mencakup pemilihan karir atau mendapatkan suatu pekerjaan.
Berdasarkan definisi yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar dan belajar
Universitas Sumatera Utara
-
31
pada perguruan tinggi tertentu serta berada pada masa dewasa dini dimana tugas
perkembangan pada masa dewasa dini salah satunya adalah mencakup pemilihan
karir atau mendapatkan suatu pekerjaan.
Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara didirikan pada tanggal 17
Nopember 2007. Fakultas ini pada awalnya merupakan program studi yang berada
di bawah organisasi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Program
studi Psikologi sudah berdiri sejak 7 April 1999. Selain program sarjana (S-1),
Fakultas Psikologi menawarkan program magister (S-2). Program Studi jenjang
magister memperoleh izin pembukaan Program Pendidikan Profesi Psikologi
Jenjang Magister (P4JM) dari Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) yang
disusul kemudian dengan izin dari DIKTI pada tanggal 20 Desember 2005.
Peresmian Pembukaan P4JM USU dilaksanakan tanggal 26 Agustus 2006
(sumber: http://www.usu.ac.id/psikologi.html).
Psikologi adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari perilaku manusia
sepanjang rentang kehidupannya mulai dari masa anak-anak hingga lanjut usia,
dan juga dalam berbagai bidang kehidupan. Program Studi Psikologi adalah
program pendidikan akademik-profesional yang bertujuan menghasilkan tenaga
sarjana psikologi dan profesi psikologi dengan kemampuan: (sumber:
http://www.usu.ac.id /psikologi.html).
1. Memahami pengetahuan dasar psikologi dan teknik pengamatan secara
obyektif sehingga dapat rnenginterpretasikan tingkah laku manusia
2. Melaksanakan penelitian psikologi.
Universitas Sumatera Utara
-
32
3. Menunjukkan kepekaan yang bertanggungjawab terhadap nilai, proses dan
masalah sosial budaya, agama, politik dan ekonomi yang berpengaruh pada
tingkah laku manusia, sehingga mampu menginterpretasrkan tingkah laku
dalam kaitannya dengan kondisi Indonesia khususnya kondisi Wilayah
Sumatera Utara yang menitik-beratkan pada bidang industri dan
pengembangan wilayah.
4. Mengenal, menghayati dan mengamalkan kode etik psikologi.
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara adalah orang
yang terdaftar dan menjalani pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas
Sumatera Utara.
D. Dinamika antara Kepribadian Big Five dengan Prestasi Akademik
Di dalam dunia pendidikan sendiri mahasiswa adalah substansi yang perlu
diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah terhadap dinamika ilmu
pengetahuan, dan melaksanakan tugas mendalami ilmu pengetahuan tersebut
(Harahap dalam Naam, 2009). Mahasiswa juga diharapkan menunjukan kualitas
daya yang dimilikinya. Kualitas mahasiswa dapat dilihat dari prestasi akademik
yang didapatkannya. Prestasi akademik adalah istilah untuk menunjukkan suatu
pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan, karena suatu usaha belajar
telah dilakukan oleh seseorang secara optimal (Setiawan dalam Naam, 2009).
Prestasi akademik pada mahasiswa dapat dilihat dari Indeks Prestasi
Akademik (IPK). Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang digunakan sebagai alat
ukur prestasi akademik pada penelitian ini adalah indeks prestasi yang dihitung
Universitas Sumatera Utara
-
33
berdasarkan jumlah keseluruhan beban kredit yang diambil mulai dari semester 1
sampai semester terakhir, dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah
kemudian dibagi dengan beban kredit yang diambil.
Indeks Prestasi Kumulatif yang baik adalah hal yang penting bagi
mahasiswa karena akan mempengaruhi masa depannya. Namun sayangnya masih
banyak mahasiswa yang terkendala dalam hal prestasi akademik. Prestasi
akademik ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor
internal adalah kepribadian.
Kepribadian adalah sebuah karakteristik didalam diri individu yang relatif
menetap, bertahan, yang mempengaruhi penyesuaian diri individu terhadap
lingkungan. Menurut Schultz & Schultz (1994) pendekatan dalam menjelaskan
kepribadian adalah psikoanalisa, neopsikoanalisa, trait, life-span, humanistik,
kognitif behavioral, social-learning, dan limited domain. Salah satu pendekatan
adalah trait yaitu sebuah model untuk mengidentifikasi trait dasar yang
diperlukan untuk menggambarkan suatu kepribadian. Salah satu teori trait adalah
teori Big five atau Five Factor Model. Teori Big five membagi kepribadian
menjadi 5 dimensi yaitu Neuroticism (N), Extraversion (E), Openness (O),
Agreeableness (A) dan Conscientiousness (C). Kelima dimensi ini memiliki
sekumpulan trait yang berbeda antar dimensi.
Berdasarkan penelitian terdahulu dimensi kepribadian conscientiousness
paling sering ditemukan mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa, namun ada
beberapa penelitian lain yang menemukan dimensi kepribadian yang lain juga
mempengaruhi prestasi akademik. Dimensi conscientiousness berasosiasi dengan
Universitas Sumatera Utara
-
34
prilaku disiplin, seperti merencanakan dan mengorganisir tugas, berprilaku
dengan rasa tanggung jawab untuk mencapai sesuatu dan keinginan kuat untuk
belajar dan berambisi untuk sukses di bidang akademik (Lim & Melissa, 2012).
Menurut Vermetten, Lodewijks & Vermunt dimensi agreeableness berhubungan
dengan kepatuhan terhadap perintah guru dan berusaha fokus kepada materi
pembelajaran (Poropat, 2009).
Dimensi openness berasosiasi dengan kemampuan kognitif yang tinggi
seperti pemikiran divergen (Lim & Melissa, 2012). Menurut De Raad dan
Schouwenburg siswa dengan tingkat extraversion yang tinggi cenderung akan
memiliki prestasi yang baik diakibatkan tingginya tingkat energi ditambah
dengan attitude positif yang mengarahkan kepada keinginan untuk belajar dan
memahami (Poropat 2009). Menurut De Raad & Schouwenburg (dalam Poropat,
2009) individu dengan neuroticism yang tinggi cenderung memfokuskan diri
kepada perasaan mereka dan self-talk untuk tidak fokus terhadap tugas di
universitas sehingga menurunkan prestasi akademik.
E. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan uraian teoritis yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Ada pengaruh dimensi Neuroticism terhadap prestasi akademik mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
2. Ada pengaruh dimensi Extraversion terhadap prestasi akademik Fakultas
Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
-
35
3. Ada pengaruh dimensi Openness terhadap prestasi akademik Fakultas
Psikologi Universitas Sumatera Utara.
4. Ada pengaruh dimensi Agreeableness terhadap prestasi akademik Fakultas
Psikologi Universitas Sumatera Utara.
5. Ada pengaruh dimensi Conscientiousness terhadap prestasi akademik
Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara