Chapter II

13
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kemampuan Harus diakui bahwa setiap aktivitas yang dilakukan haruslah dilandasi dengan kemampuan. Tanpa kemampuan, apapun yang dilakukan akan sulit dicapai. Kemampuan sekecil dan seringan apapun aktivitas itu tetap dilandasi oleh kemampuan, karena kemampuan adalah Batas usaha yang dilakukan oleh perorang atau kelompok. Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan dalam melaksanakan kegiatan (Makmun, 1998). Kemampuan adalah identik dengan keterampilan. Kemampuan sangat menghendaki adanya tingkat perhatian. Untuk mempertahankan tingkat perhatian yang tinggi diperlukan latihan terus menerus. Dengan demikian seseorang yang telah mengalami pelatihan yang terus menerus dapat dikatakan kalau dia memiliki kemampuan di bidang yang ia tekuni (Purwanto, 2006). Kemampuan profesional atau kompetensi tenaga kesehatan adalah manusia baik dalam kehidupan individu maupun dalam kelompok masyarakat atau komunitas. Lingkungan kehidupan manusia atau komunitas yang berbeda antar jenis tempat kerja ataupun jenis daerah pemukiman memberikan dampak pengaruh terhadap kesehatan (Budi, 2007). Agar pelaksanaan Kurikulum berbasis kompetensi perlu didukung oleh: Kesiapan dosen, alat dan saran pendukung, sarana dan bahan ajar, kesiapan sumber daya manusia pendukung, lahan praktek (Budi, 2007). Universitas Sumatera Utara

Transcript of Chapter II

Page 1: Chapter II

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kemampuan

Harus diakui bahwa setiap aktivitas yang dilakukan haruslah dilandasi

dengan kemampuan. Tanpa kemampuan, apapun yang dilakukan akan sulit

dicapai. Kemampuan sekecil dan seringan apapun aktivitas itu tetap dilandasi oleh

kemampuan, karena kemampuan adalah Batas usaha yang dilakukan oleh

perorang atau kelompok. Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan

dalam melaksanakan kegiatan (Makmun, 1998).

Kemampuan adalah identik dengan keterampilan. Kemampuan sangat

menghendaki adanya tingkat perhatian. Untuk mempertahankan tingkat perhatian

yang tinggi diperlukan latihan terus menerus. Dengan demikian seseorang yang

telah mengalami pelatihan yang terus menerus dapat dikatakan kalau dia memiliki

kemampuan di bidang yang ia tekuni (Purwanto, 2006).

Kemampuan profesional atau kompetensi tenaga kesehatan adalah

manusia baik dalam kehidupan individu maupun dalam kelompok masyarakat

atau komunitas. Lingkungan kehidupan manusia atau komunitas yang berbeda

antar jenis tempat kerja ataupun jenis daerah pemukiman memberikan dampak

pengaruh terhadap kesehatan (Budi, 2007).

Agar pelaksanaan Kurikulum berbasis kompetensi perlu didukung oleh:

Kesiapan dosen, alat dan saran pendukung, sarana dan bahan ajar, kesiapan

sumber daya manusia pendukung, lahan praktek (Budi, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II

7

Dalam asuhan Kebidanan yang dimaksud dengan kompetensi Kebidanan

meliputi pengetahuan, keterampilan dan prilaku yang harus dimiliki oleh seorang

bidan dalam melaksanakan praktek Kebidanan secara aman dan bertanggung

jawab pada bidang tatanan pelayanan kebidanan (Ikatan Bidan Indonesia, 2001).

2.2. Kemampuan yang Harus Dimiliki Bidan

Adapun kemampuan yang harus dimiliki bidan adalah bidan harus

memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat

selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani

situasi kegawatdaruratan ertentu unutk mengoptimalkan kesehatan wanita dan

bayinya yang baru lahir (IBI, 2001).

2.3. Kemampuan Mahasiswa Pada Praktek Klinik II dalam Melakukan

Asuhan Persalinan Normal

Kompetensi yang harus dicapai mahasiswa pada praktek klinik II adalah

A. Kompetensi Praktek Persalinan Kala I

1. Pengertian kala I persalinan

Adalah dimulai dari pembukaan serviks 0 sampai 10 cm.

2. Tahapan/fase-fase kala I persalinan

Kala I terbagi dalam dua fase yaitu :

a. Kala I fase laten : Pembukaan serviks 0 cm – 3 cm lamanya 8 jam

b. Kala II fase aktif : Pembukaan serviks 4 cm – 10 cm lamanya 6-7 jam

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II

8

3. Langkah-langkah pengkajian pada kala I persalinan

a. Cek umur kehamilan

b. Tanyakan riwayat sakit kepala, sakit perut : sejak kapan, lamanya,

frekuenssi dan intensitas.

c. Tanyakan adanya cairan dari vagina

d. Tanyakan adanya lendir darah (bloodyshow) atau darah dari vagina

e. Lakukan manuever leopold untuk menentukan presentasi, posisi dan

letak kepala.

f. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan dilatasi dan

pembukaan serviks, serta presentasi dan penurunan kepala.

g. Mengisi partograf dan catat setiap temuan.

h. Bila ditemukan kelainan, atur rujukan dan transportasi

4. Tindakan asuhan kebidanan pada kala I persalinan

a. Memberikan dukungan moral

b. Memberi kenyamanan pada ibu seperti mengganti posisi yang nyaman

bagi ibu, memijat, melap, mengipasi, memberikan kompres hangat

atau dingin sesuai dengan keinginan ibu.

c. Menasehatkan untuk berjalan-jalan, duduk, jongkok untuk membantu

turunnya bayi.

d. Mendorong ibu untuk minum cairan yang bergizi.

e. Memantau kemajuan persalinan.

f. Membantu sang ibu mengatasi nyeri

g. Sering mencuci tangan; ikuti cara-cara mencegah infeksi

h. Mendorong ibu untuk sering berkemih.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II

9

B. Kompetensi Praktek Persalinan Kala II

1. Pengertian kala II persalinan

Adalah dimulai dari pembukaan serviks 10 cm sampai dengan lahirnya

bayi keseluruhan.

2. Tanda-tanda persalinan kala II

a. Ibu merasa dorongan kuat untuk meneran

b. Ibu merasa adanya tekanan pada anus

c. Perineum terlihat menonjol

d. Vulva dan anus terlihat membuka

3. Cara meneran yang baik untuk melahirkan kepala

Meneran dilakukan saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran pada saat timbul his dan disesuaikan dengan kecepatan lahirnya

kepala. Ibu harus tetap diberi kesempatan mengambil nafas saat ada his.

Memberi ibu kesempatan istirahat disaat tidak ada his (diantara his)

4. Cara melahirkan kepala yang benar

Saat sub-occiput tampak dibawah simfisis, tangan kanan melindungi

perineum dengan dialas lipatan kain dibawah bokong ibu, sementara

tangan kiri menahan puncak kepala agar tidak terjadi defleksi yang terlalu

cepat saat kepala lahir (minta ibu untuk tidak meneran dengan bernafas

pendek-pendek)

5. Cara melahirkan bahu yang benar

Setelah kepala janin menghadap paha ibu, tempatkan kedua telapak tangan

biparietal kepala janin, tarik secara hati-hati kearah bawah sampai bahu

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II

10

anterior/depan lahir, kemudian tarik secara hati-hati keatas sampai bahu

posterior/belakang lahir.

6. Cara melahirkan seluruh badan

Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu janin

bagian posterior dengan posisi ibu jari pada leher (bagian bawah kepala)

dan keempat jari pada bahu dan dada/punggung janin, sementara tangan

kiri memegang lengan dan bahu janin bagian anterior saat badan dan

lengan lahir.

C. Pencapaian Kompetensi Berdasarkan Kala III

1. Pengertian persalinan kala III adalah kala uri yaitu dari lahirnya bayi

sampai plasenta lahir.

2. Tanda-tanda pelepasan plasenta

a. Semburan darah secara tiba-tiba

b. Pemanjangan tali pusat

c. Perubahan bentuk uterus dari discoid menjadi bentuk bundar

d. Perubahan dalam posisi uterus : uterus naik didalam abdomen

3. Manajemen aktif kala III adalah penatalaksanaan kala III dengan

pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali dan masase uterus.

4. Tujuan manajemen aktif kala III adalah

a. Menurunkan kejadian perdarahan post partum

b. Mengurangi lamanya kala III

c. Mengurangi angka kematian dan angka kesakitan yang berhubungan

dengan perdarahan

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II

11

5. Cara melahirkan plasenta

a. Lahirkan plasenta dengan peregangan yang lembut, bergerak

mengikuti kurva (lengkung) alamiah panggul dengan sedikit arah

posterior dan kemudian menuju anterior ibu.

b. Jika plasenta muncul divulva, pegang plasenta dengan tangan, sambil

dituntun dengan lembut sampai keluar dari introitus dan memutarnya

untuk mencegah robekan membran.

c. Setelah plasenta dan membran lahir, lakukan masase uterus dengan

gerakan melingkar hingga fundus menjadi keras.

d. Sementara tangan kiri melakukan masase uterus, tangan kanan

memeriksa plasenta untuk memastikan kotiledon dan membran sudah

lengkap. Tempatkan plasenta yang sudah diperiksa kedalam kantong

plastik atau pot tanah.

D. Kompetensi praktek persalinan kala IV

1. Pengertian kala IV persalinan adalah dimulai dari lahirnya plasenta sampai

dengan 2 jam setelah persalinan.

2. Tahapan pemantauan dalam kala IV persalinan

- Pada 1 jam pertama : Pemantauan dilakukan setiap 15 menit

- Pada 1 jam kedua : Pemantauan dilakukan setiap 30 menit

Pemantauan dilakukan terhadap : kontraksi uterus, tanda perdarahan

pervaginam, tinggi fundus uteri, pengosongan kandung kemih dan tanda

vital ibu.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II

12

3. Tanda-tanda bahaya pada kala IV persalinan

a. Denyut nadi cepat dan lemah

b. Tekanan darah menurun

c. Pernafasan cepat dan dangkal

d. Suhu tubuh menurun

e. Uterus terasa lembek

f. Tinggi fundus diatas pusat

g. Jumlah darah yang keluar pervaginam lebih dari 500 cc

h. Kandung kemih penuh

4. Pendokumentasian asuhan persalinan secara menyeluruh

Pendokumentasian dilakukan pada partograf dan pencatatan asuhan

dengan menggunakan catatan berbentuk SOAP (Politeknik Kesehatan

Medan)

2.4. Pengertian Lahan Praktek dan Bimbingan Klinik

2.4.1. Lahan Praktek

Lahan praktek yaitu unit pemerintah maupun swasta yang digunakan

mahasiswa dalam melakukan pembelajaran klinik untuk mencapai kemampuan

yang diharapkan. Yang dimaksud dengan unit kesehatan adalah rumah sakit,

rumah sakit bersalin, Puskesmas dan bidan praktek swasta.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II

13

Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar, oleh sebab itu

lingkungan harus memiliki hal-hal sebagai berikut :

1) Lingkungan tempat praktek memberikan kenyamanan bagi peserta

didik.

2) Mempunyai sumber belajar supervisi yang tepat, cocok dan kualitas.

3) Pengalaman dalam praktek sudah disusun untuk memberikan

kesempatan maksimal pada pencapaian tujuan belajar peserta didik.

2.4.2. Bimbingan Klinik

Bimbingan klinik adalah :

- Bidan lulusan Diploma III atau Diploma IV

- Mempunyai pengalaman praktek minimal 2 tahun

2.5. Hubungan Lahan Praktek Dan Bimbingan Klinik Terhadap Pencapaian

Kemampuan Mahasiswa Pada Praktek Klinik II yaitu :

2.5.1. Lahan Praktek

Lahan praktek yaitu tempat yang digunakan mahasiswa untuk melatih

keterampilan klinik dalam angka mencapai kompetensi yang ditetapkan.

Adapun kriterianya :

- Adanya kasus yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai

- Adanya sarana dan prasarana yang menunjang

- Memberi pelayanan sesuai standar kebidanan

- Memiliki pembimbing klinik

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II

14

2.5.2. Bimbingan Klinik

Untuk mencapai tingkat kemampuan yang harus dimiliki mahasiswa,

dilaksanakan bimbingan praktek klinik. Hal ini merupakan suatu bentuk proses

belajar mengajar dilahan praktek yang sengajar disiapkan bagi mahasiswa,

dengan maksud para mahasiswa mendapat kesempatan mengembangkan

kemampuan sesuai dengan prilaku yang diharapkan (Depkes RI, 1996).

Pada hakekatnya bimbingan diartikan sebagai proses pemberian bantuan

yang berkesinambungan dan terarah kepada peserta praktek klinik dalam

memperoleh penadaran diri sesuai dengan peran/ tugas yang akan diemban

dikemudian hari yang dilakukan oleh instruktur klinik (Karmaningsih, 2001).

Instruktur klinik adalah seorang yang bertanggung jawab dan

berkewajiban melaksanakan pengajaran klinik untuk memberikan pengalaman

nyata secara optimal dan membantu mahasiswa agar dapat mencapai kemampuan

yang diharapkan.

Peran dan tugas pembimbing klinik

Pembimbing klinik mempunyai peran dan tugas untuk membimbing,

memberikan pengalaman yang seluas-luasnya, mengarahkan dalam pencapaian

kemampuan dan membina sikap mental sebagai bidan yang bertanggung jawab

terhadap asuhan kebidanan yang diberikan. Peran dan tugas pembimbing klinik

yaitu:

1. Sebagai pendidik yang mempunyai tanggung jawab dalam merencanakan,

melaksanakan atau membimbing praktek klinik.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II

15

2. Sebagai Bidan pelaksana, melaksanakan pelayanan kebidanan secara langsung

kepada pasien yang merupakan bagian dari keseluruhan proses pelayanan

kebidanan yang dilakukan mahasiswa dilahan praktek.

3. Sebagai Bidan yang profesional yang diteladani oleh mahasiswa.

Adapun kesiapan pembimbing klinik

Kriteria :

a. Dewasa emosional dan sosial

- Kemampuan berkomunikasi

- Kemampuan untuk empati, sadar dan peduli terhadap orang lain

- Mengendalikan amarah

- Kemandirian

- Kemampuan menyesuaikan diri

- Disukai

- Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi

- Ketekunan

- Tanggung jawab

- Keramahan

b. Profesional dibidangnya

c. Memahami asuhan dan konsep

d. Menjadi tutor (pembimbing), narasumber

e. Kualifikasi pendidikan tinggi

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II

16

1. Pengajaran klinik terdiri dari tiga tahap, yakni :

1. Pre conference (pertemuan awal)

Pada tahap ini pembimbing klinik mengupayakan agar mahasiswa dapat

mempersiapkan pikirannya untuk mempersiapkan apa yang akan mereka

lakukan dan diskusikan. Pembimbing menyampaikan secara sekilas

tentang masalah pasien sehingga mahasiswa mempunyai kerangka acuan

berpikir serta sistematika tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.

Selanjutnya pembimbing mendorong mahasiswa mengeluarkan pendapat

serta pertanyaan-pertanyaan.

2. Pelaksanaan praktek klinik

Dalam tahap ini pembimbing klinik dapat mengembangkan pengetahuan

dan potensi yang dimiliki mahasiswa untuk diarahkan dalam penguasaan

keterampilan praktek kebidanan dan menerapkan dalam hal yang nyata.

Tanggung jawab pertama pembimbing klinik pada saat sesi ini adalah

sebagai role model.

3. Post conference

Pada saat ini mahasiswa diberi kesempatan untuk merefleksikan

pengalamannya dimana pada praktek klinik mahasiswa memperoleh

pengalaman dari berbagai fakta dan perasaan. Sebaiknya disediakan waktu

yang cukup diskusi sehingga mahasiswa dapat menganalisa dan

mengevaluasi proses interaksi dan pemecahan masalah pasien.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II

17

2. Metode Pelaksanaan Bimbingan

1. Metode orientasi nursing round adalah metode mengajar dengan cara

membawa mahasiswa peserta didik melihat beberapa pasien serta

menjelaskan segala permasalahan yang berhubungan dengan pasien.

2. Metode demonstrasi adalah suatu cara mengajar dimana pembimbing/guru

memperlihatkan suatu proses penanganan kasus termasuk prosedur asuhan

kebidanan.

3. Metode bed side teaching adalah suatu metode belajar mengajar dengan

mempelajari suatu kasus, kemudian dibahas dan dilakukan tindakan

kebidanan, kemudian disajikan untuk pembahasan.

4. Metode diskusi adalah suatu metode belajar mengajar dengan cara

membentuk suatu pertemuan bersama, untuk membahas dan memecahkan

suatu masalah.

3. Teknik Bimbingan

1. Pembimbing lapangan

Pembimbing mengikuti dan memandu pre dan post conference

Pembimbing mendampingi mahasiswa selama melaksanakan

keterampilan

Mengevaluasi keterampilan mahasiswa dengan menggunakan

performan asesmant yang ada dan menilai sikap mahasiswa selama

praktek.

Mengoreksi laporan mahasiswa

Mengecek kehadiran mahasiswa

Memberikan nilai bimbingan selama praktek

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II

18

2. Pembimbing pendidikan

Melaksanakan bimbingan dari laporan kasus dan seminar.

Membimbing ke lapangan sesuai dengan bimbingannya untuk

mencapai keterampilan yang ditentukan.

Melaksanakan seminar kasus sesuai dengan jadwal

Melaksanakan refleksi dalam pelaksanaan praktek klinik

Memberikan nilai bimbingan

2.5.3 Pembelajaran Praktek Klinik II

Pada pembelajaran praktek klinik II ini memberikan kemampuan untuk

melaksanakan keterampilan dasar praktek kebinanan terhadap ibu hamil, ibu

melahirkan, ibu nifas dan bayi baru lahir.

Tujuan pembelajaran praktek klinik II adalah memenuhi kebutuhan dasar

manusia, melakukan pencegahan infeksi, melakukan pemeriksaan fisik,

menyiapkan untuk pemeriksaan diagnostik, menerapkan prosedur pemberian obat,

melakukan perawatan bedah kebidanan dan melakukan asuhan pada klien yang

kehilangan, menghadapi kematian dan setelah kematian (Depkes RI, 2002).

Universitas Sumatera Utara