Chapter II

24
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Otonomi Daerah Otonomi atau autonomie berasal dari bahasa Yunani yaitu kata auto yang berarti sendiri dan nomos yang berarti undang-undang (Silalahi,1996, mengutip kamus Petit Larousse). Jadi Otonomi berarti mengatur dengan undang-undang sendiri. Dengan demikian yang dimaksud dengan otonomi adalah “pemberian hak dan kekuasaan perundang-undangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri kepada instansi, perusahaan ataupun daerah”. Pengertian Otonomi dalam lingkup suatu negara selalu dikaitkan dengan daerah atau pemerintah daerah (local government). Otonomi dalam pengertian ini, selain berarti mengalihkan kewenangan dari pusat (central government) ke daerah juga berarti menghargai atau mengefektifkan kewenangan asli yang sejak semula tumbuh dan hidup di daerah untuk melengkapi sistem prosedur pemerintahan negara di daerah (Sumitro,2000). Pengertian otonomi daerah berdasarkan UUD 1945 adalah hak dan wewenang daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri dan diberikan oleh peraturan perundang- undangan. Otonomi menurut UUD 1945 adalah otonomi yang berkedaulatan rakyat dengan menerapkan pemerintahan daerah yang bersendi atas dasar permusyawaratan rakyat. Daerah yang dimaksud dalam UUD 1945 adalah “daerah propinsi” dan “daerah yang lebih kecil dari daerah propinsi”, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang. Otonomi daerah dalam pengertian UUD 1945 adalah desentralisasi ketatanegaraan atau teritorial. Universitas Sumatera Utara

Transcript of Chapter II

Page 1: Chapter II

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Otonomi Daerah

Otonomi atau autonomie berasal dari bahasa Yunani yaitu kata auto yang berarti

sendiri dan nomos yang berarti undang-undang (Silalahi,1996, mengutip kamus Petit

Larousse). Jadi Otonomi berarti mengatur dengan undang-undang sendiri. Dengan

demikian yang dimaksud dengan otonomi adalah “pemberian hak dan kekuasaan

perundang-undangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri kepada instansi, perusahaan

ataupun daerah”.

Pengertian Otonomi dalam lingkup suatu negara selalu dikaitkan dengan daerah

atau pemerintah daerah (local government). Otonomi dalam pengertian ini, selain berarti

mengalihkan kewenangan dari pusat (central government) ke daerah juga berarti

menghargai atau mengefektifkan kewenangan asli yang sejak semula tumbuh dan hidup di

daerah untuk melengkapi sistem prosedur pemerintahan negara di daerah (Sumitro,2000).

Pengertian otonomi daerah berdasarkan UUD 1945 adalah hak dan wewenang

daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri dan diberikan oleh peraturan perundang-

undangan. Otonomi menurut UUD 1945 adalah otonomi yang berkedaulatan rakyat dengan

menerapkan pemerintahan daerah yang bersendi atas dasar permusyawaratan rakyat.

Daerah yang dimaksud dalam UUD 1945 adalah “daerah propinsi” dan “daerah yang lebih

kecil dari daerah propinsi”, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan

undang-undang. Otonomi daerah dalam pengertian UUD 1945 adalah desentralisasi

ketatanegaraan atau teritorial.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter II

2.1.1 Prinsip Otonomi Daerah

Pembanguan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional yang tidak

bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai

kewenangan dan tanggung jawab penyelenggaraan kepentingan masyarakat berdasarkan

prinsip keterbukaan partisipasi masyarakat dan bertanggungjawaban kepada masyarakat.

Upaya untuk melaksanakan Otonomi Daerah yang telah di gulirkan 1 Januari 2001 adalah

merupakan tekat bersama, baik aparat yang di pusat maupun yang di daerah. Tentu dalam

hal ini harus dilaksanakan dengan hati-hati, seksama namun tidak mengurangi jangka

waktu yang telah ditetapkan agar mencapai hasil maksimal dalam pelaksanan otonomi

daerah.

Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah

Perinsip-perinsip pemberian otonomi daerah yang dijadikan pedoman dalam UU

No. 22 Tahun 1999 adalah (Ismawan,2005) :

1. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi,

keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman daerah.

2. Pelaksanaan otonomi daerah di dasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung

jawab

3. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten dan

daerah kota, sedang otonomi daerah propinsi merupakan otonomi yang terbatas.

4. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga tetap

terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar-daerah

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter II

5. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom dan

karenanya dalam daerah kabupaten dan daerah kota tidak ada lagi wilayah administrasi.

Demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang dibina oleh pemerintah atau pihak

lain, seperti badan otorita, kawasan pelabuhan, kawasan perumahan, kawasan industri,

kawasan perkebunan, kawasan pertambangan, kawasan kehutanan, kawasan perkotaan

baru, kawasan pariwisata dan semacamnya berlaku ketentuan peraturan daerah otonom.

6. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan dan fungsi badan legislatif

daerah, baik sebagai fungsi legislasi, fungsi pengawas maupun fungsi anggaran atas

penyelenggaraan pemerintahan daerah.

7. Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi dalam kedudukannya

sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan pemerintahan tertentu

yang dilimpahkan kepeda Gubernur sebagai wakil pemerintah.

8. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari pemerintah kepada

daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang disertai dengan

pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia denagan kewajiban

melaporkan pelaksanaan dan mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter II

2.1.2 Otonomi yang Luas, Nyata dan Bertanggung Jawab

Pengalaman penyelenggaraan otonomi daerah dimasa lampau menganut prinsip

otonomi yang nyata dan bertanggung jawab, namun dengan penekanan pada otonomi yang

lebih merupakan kewajiban dari pada hak. Dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1999

pemberian kewenangan otonomi pada daerah kabupaten dan daerah kota di dasarkan pada

asas desentralisasi saja dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab

(Ismawan,2005).

Kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan

pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali

kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan

fiskal, agama, serta kewenagan bidang lainnya (yang ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah No.25 Tahun 2000). Disamping itu keluasaan otonomi mencakup pula

kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraan mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi.

Otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan kewenangan

pemerintahan dibidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh, hidup

dan berkembang didaerah.

Otonomi yang bertanggung jawab adalah berupa perwujudan pertanggung jawaban

sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas

dan kewajiban yang harus dipikul oleh daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi,

berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik,

pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter II

hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam rangka menjaga

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.1.3 Tujuan Otonomi Daerah

Tujuan utama yang ingin dicapai melalui kebijakan otonomi daerah yaitu tujuan

politik dan tujuan administrasi (Widjaja,2008).

a. Tujuan Politik

Tujuan politik akan memosisikan pemerintah daerah sebagai medium pendidikan

politik bagi masyarakatdi tingkat local dan secara agregat akan berkontribusi pada

pendidikan politik secara nasional untuk mencapai terwujudnya civil society

(masyarakat madani).

b. Tujuan Administratif

Tujuan Administratif akan memosisikan pemerintah daerah sebagai unit pemerintahan

ditingkat lokal yang berfungsi untuk menyediakan pelayanan masyarakat secara efektif,

efisien dan ekonomis.

2.1.4 Sumber Penerimaan Daerah Otonom

Untuk dapat memiliki keuangan yang memadai dengan sendirinya daerah

membutuhkan sumber keuangan yang cukup pula. Dalam hal ini daerah dapat

memperolehnya melalui beberapa cara, yaitu :

1. Daerah dapat mengumpulkan dana pajak daerah yang telah disetujui pemerintah.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter II

2. Pemerintah Kabupaten/Kota dapat melakukan pinjaman dan pihak ketiga, pasar

uang barang maupun pemerintah.

3. Ikut ambil bagian dalam pendapatan pajak sentral yang dipungut oleh daerah,

misalnya sekian persen dari pajak tersebut.

4. Pemerintah Kabupaten/Kota dapat meminta bantuan atau subsidi dari pemerintah

Kabupaten.

2.1.5 Desentralisasi Fiskal

Tiga variasi desentralisasi fiskal dalam kaitannya dengan derajat kemandirian

pengambilan keputusan yang dilakukan di daerah yaitu ;

1. Desentralisasi, yang berarti pelepasan tanggung jawab yang berada dalam

lingkungan pemerintah pusat ke instansi vertikal di daerah atau pemerintah

daerah.

2. Delegasi yang berhubungan dengan situasi, yaitu daerah bertindak sebagai

perwakilan pemerintah untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu atas nama

pemerintah.

3. Devolusi atau pelimpahan yang berhubungan dengan suatu situasi yang bukan

saja implementasi tetapi juga kewenangan untuk memutuskan apa yang perlu

dikerjakan, berada di daerah.

2.1.6 Peranan Pemerintah

Penyelenggaraan pemerintah di daerah merupakan manifestasi dari pemerintahan

seluruh wilayah negara. Untuk itu segala aspek menyangkut konfigurasi kegiatan dan

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter II

karakter yang berkembang, akan mewarnai penyelenggaraan pemerintahan secara nasional.

Peranan dan kedudukan pemerintahan daerah sangat strategis, dan sangat menetukan

secara nasional, sehingga paradigma baru pemerintahan yang berbasis daerah akan

berimplikasi pada bergesernya tugas dan fungsi pemerintah pusat lebih banyak ke arah

penyelenggaraan fungsi pengarah dan mendelegasikan sebagian besar kegiatan di daerah

dengan memberi kepercayaan dan tanggung jawab sepenuhnya kepada daerah, sehingga

persepsi lama yang sering didengar menyangkut egoisme sektoral akan terhapus. Propinsi

yang berkedudukan sebagai daerah otonom dan sekaligus sebagai wilayah administrasi

akan melaksanakan kewenangan pemerintah pusat yang didelegasikan kepada gubernur.

Propinsi sebagai daerah otonom, bukan merupakan daerah dari daerah Kabupaten maupun

Kota. Daerah otonom Propinsi tidak membawahi daerah otonom Kabupaten dan Kota,

tetapi dalam praktek terdapat hubungan koordinasi, kerjasama, dan atau kemitraan sebagai

sesama daerah otonom. Dalam kedudukan sebagai wilayah administrasi, gubernur selaku

wakil pemerintah melakukan hubungan pembinaan dan pengawasan terhadap daerah

Kabupaten dan Kota.

2.2 Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia dikembangkan oleh pemenang nobel India

Amartya Sen dan Mahbub ul Haq seorang ekonom pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari

Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics dan sejak itu

dipakai oleh Program pembangunan PBB pada laporan HDI tahunannya. Digambarkan

sebagai "pengukuran vulgar" oleh Amartya Sen karena batasannya. Indeks ini lebih fokus

pada hal-hal yang lebih sensitif dan berguna daripada hanya sekedar pendapatan per kapita

yang selama ini digunakan, dan indeks ini juga berguna sebagai jembatan bagi peneliti

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter II

yang serius untuk mengetahui hal-hal yang lebih terinci dalam membuat laporan

pembangunan manusianya.

2.2.1 Pengertian Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator komposit tunggal yang

walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan manusia, tetapi

mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mampu mencerminkan

status kemampuan dasar (basic capabilities) penduduk. Ketiga kemampuan dasar itu

adalah umur panjang dan sehat, berpengetahuan dan berketerampilan, serta akses terhadap

sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup layak. Konsep pembangunan

manusia berbeda dengan pembangunan yang memberikan perhatian utama pada

pertumbuhan ekonomi, dengan asumsi bahwa pertumbuhan ekonomi pada akhirnya akan

menguntungkan manusia. Pembangunan manusia memperkenalkan konsep yang lebih luas

dan lebih komprehensif yang mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia di

semua golongan masyarakat pada semua tahap pembangunan. Pembangunan manusia

merupakan perwujudan tujuan jangka panjang dari suatu masyarakat dan meletakkan

pembangunan di sekeliling manusia, bukan manusia di sekeliling pembangunan.

Subjek sekaligus objek pembangunan, berarti manusia pelaksana dan peminat

pembangunan. Publikasi ini menempatkan manusia bukan hanya sekedar tujuan yang

penting untuk dicapai, tetapi juga akan menjadi fondasi untuk demokrasi yang kuat dan

mempersatukan masyarakat karena manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya.

Titik berat pembangunan adalah yang menyangkut konsep pembangunan manusia. Konsep

pembangunan yang seutuhnya merupakan konsep yang menghendaki peningkatan kualitas

hidup penduduk baik secara fisik, mental maupun spiritual. Bahkan secara eksplisit

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter II

disebutkan bahwa pembangunan yang dilakukan menitikberatkan pada pembangunan

sumber daya manusia seiring dengan pembangunan di bidang lainnya.

Pembangunan sumber daya manusia secara fisik dan mental mengandung makna

peningkatan kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar untuk dapat

berpartisipasi dalam proses pembangunan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau

Human Development Index (HDI) digunakan untuk mengukur keberhasilan atau kinerja

(performance) suatu negara dalam bidang pembangunan manusia. Mengingat manusia

sebagai subjek dan objek pembangunan maka manusia di dalam kehidupannya harus

mampu meningkatkan kualitas hidupnya sebagai insan pembangunan.

Konsep pembangunan manusia dimensi yang sangat luas dengan banyak pilihan,

dapat tercapai jika penduduk tersebut memiliki peluang angka harapan hidup yang tinggi

atau umur yang panjang dan sehat, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta

kesempatan untuk merealisasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan yang

produktif, sehingga penduduk memiliki daya beli. Dengan kata lain manusia itu harus

berkualitas, serta berproduktivitas tinggi, sehingga dapat mewujudkan kehidupannya

mencapai standar hidup layak.

Secara umum pembangunan manusia dalam pengertian luas mengandung konsep

teori-teori pembangunan ekonomi yang konvensional termasuk model pertumbuhan

ekonomi, pembangunan sumber daya manusia, pendekatan kesejahteraan, dan pendekatan

kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Model pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan

peningkatan pendapatan dan produksi nasional (GNP). Input dari proses produksi (sebagai

suatu sarana bukan tujuan). Pendekatan kesejahteraan melihat manusia sebagai manfaat

(beneficiaries) bukan sebagai objek perubahan dasar memfokuskan pada penyediaan

barang dan jasa kebutuhan hidup. Hubungan pembangunan ekonomi dengan pertumbuhan

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter II

ekonomi sangat erat sekali dan merupakan prasyarat untuk tercapainya pembangunan

manusia, karena peningkatan pembangunan ekonomi akan mendukung peningkatan

produktivitas melalui pengisian kesempatan kerja dengan usaha-usaha produktif sehingga

tercipta peningkatan pendapatan sesuai dengan UNDP.

Tabel 2.1

Tingkatan Status Indeks Pembangunan Manusia

Tingkatan Status Kriteria

Rendah 0 – 50

Menengah Bawah 50 – 66

Menengah Atas 66 – 80

Tinggi 80 -100

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Binjai, 2009

2.2.2 Metode Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia

Adapun komponen IPM disusun dari tiga komponen yaitu lamanya hidup diukur

dengan harapan hidup pada saat lahir, tingkat pendidikan diukur dengan dengan kombinasi

antara angka melek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot dua per tiga) dan rata-rata

lama sekolah (dengan bobot sepertiga), dan tingkat kehidupan yang layak yang diukur

dengan pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan (PPP rupiah), Indeks ini merupakan

rata-rata sederhana dari ketiga komponen tersebut diatas.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter II

Rumus dan Ilustrasi Penghitungan IPM

IPM = 1/3 (X (1) + X (2) + X (3))

Dimana :

X(1) : Indeks harapan hidup

X(2) : Indeks pendidikan = 2/3 (indeks melek huruf) + 1/3 (indeks rata-rata lama

sekolah)

X(3) : Indeks standar hidup layak

Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandingan antara

selisih nilai suatu indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan nilai

minimum indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut :

1. Indeks Harapan Hidup :

X(1) : [( eo - 25 )/( 85 - 25 )] x 100

Dimana :

X(1) : Indeks harapan hidup

eo : angka harapan hidup.

25 : angka minimum harapan hidup (UNDP).

85 : angka maksimum harapan hidup (UNDP).

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter II

2. Indeks Pendidikan :

X(2) : [( 2/3 [Lit – 0)/(100 – 0)] + 1/3 [( MYS – 0)/( 15 – 0 )] x 100

Dimana :

X(2) : Indeks pendidikan

Lit : Angka melek huruf.

MYS : Lama sekolah.

0 : Angka minimum baik untuk Lit maupun MYS.

100 : Angka maksimum Lit (melek huruf).

15 : Angka maksimum untuk MYS (lama sekolah).

3. Indeks Konsumsi Riil per Kapita :

X(3) : [( PPP - 300,00 ) / ( 732,7 - 300,00 )] x 100

Dimana :

X(3) : Indeks standar hidup layak

PPP : Nilai Konsumsi riil per kapita yang disesuaikan

300,00 : Nilai standar minimal (standar UNDP)

732,00 : Nilai maksimum (standar UNDP)

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter II

Untuk lebih mudah dalam memahami , berikut disajikan nilai maksimum dan nilai

minimum dari masing-masing komponen pembentuk Indeks Pembangunan Manusia.

Tabel 2.2

Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM

Indikator IPM Nilai Maksimum Nilai Minimum Catatan

Angka

Harapan

Hidup

85 25 Sesuai standar

global (UNDP)

Angka Melek

Huruf 100 0

Sesuai standar

global (UNDP)

Rata-rata

lama sekolah 15 0

Sesuai standar

global (UNDP)

Konsumsi per

kapita yang

disesuaikan

732.720 a) 300.000 b)

UNDP

menggunakan

PDB per kapita

riil yang

disesuaikan

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Tahun 2001

Catatan :

a) Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk propinsi yang memiliki angka tertinggi

(Jakarta) pada tahun 2018 setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi

mengasumsikan kenaikan 6,5 persen per tahun selama kurun 1996-2018.

b) Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk propinsi yang memiliki angka terendah

tahun 1996 di Papua.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter II

2.2.3 Konsep Pembangunan Manusia dan Pengukuran

Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

pembangunan adalah menciptakan lingkungan hidup yang memungkinkan bagi rakyatnya

untuk menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang produktif. Hal ini

tampaknya merupakan suatu kenyataan sederhana, tetapi hal ini seringkali terlupakan oleh

berbagai kesibukan jangka pendek untuk mengumpulkan harta dan uang. UNDP

mendefinisikan bahwa pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas

pilihan-pilihan bagi penduduk dalam hal pendapatan, kesehatan, pendidikan, lingkungan

fisik, dan sebagainya. Konsep Indeks Pembangunan Manusia adalah mengukur pencapaian

keseluruhan suatu negara. Dengan demikian, IPM mengukur pencapaian kemajuan

pembangunan sosial ekonomi. IPM yang direpresentasikan oleh 3 dimensi, yaitu umur

panjang dan sehat, pengetahuan dan kehidupan yang layak. Indikator yang digunakan

untuk mengukur dimensi umur panjang dan sehat adalah angka harapan hidup. Untuk

mengukur dimensi pengetahuan adalah angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah,

sedangkan dimensi kehidupan yang layak diukur dengan paritas daya beli.

Dalam konsep tersebut ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimate end)

sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana (principal means) untuk

mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat

hal pokok yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan,

pemberdayaan (UNDP,1995).

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter II

2.2.4 Pengukuran Pencapaian Pembangunan

Pembangunan nasional menurut Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang

kemudian dijabarkan kedalam Repelita adalah pembangunan yang menganut konsep

pembangunan manusia. Konsep Pembangunan Manusia seutuhnya merupakan konsep yang

menghendaki peningkatan kualitas hidup penduduk secara spiritual, Bahkan secara

eksplisit disebutkan bahwa pembangunan sumber daya manusia yang seiring dengan

pertumbuhan ekonomi.

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan, maka perlu dipikirkan komponen-

komponen pembangunan yang terdiri atas sumber daya alam, sumber daya manusia, modal

dan teknologi. Pembangunan khususnya dalam bidang ekonomi di tempatkan pada urutan

pertama dari seluruh aktivitas pembangunan. (Sirojuzilam,2008).

Salah satu prinsip pembangunan manusia yang dijabarkan dalam trilogi

pembangunan yang akan diimplementasikan dalam berbagai bentuk program

pembangunan. Melalui strategi delapan jalur pemerataan, kebijaksanaan pembangunan

yang mengarah pada pemilikan terhadap kelompok penduduk yang tertinggal. Seiring

dengan pertumbuhan ekonomi, peningkatan kualitas fisik dan mental penduduk dan

kesehatan yang program pembangunan yang dirancang untuk memperluas jangkauan

pelayanan pendidikan dan kesehatan dasar. Untuk menyerap tenaga kerja diusahakan

penciptaan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha yang ditempuh secara makro

ekonomi melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Dengan membuka

kesempatan kerja dan berusaha memungkinkan peningkatan pendapatan penduduk

terutama penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Hal ini merupakan jembatan

utama dalam meningkatkan daya beli melalui pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya

merupakan prinsip pemberdayaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter II

Jumlah penduduk yang besar akan menjadi modal pembangunan jika penduduk

tersebut berkualitas, namun akan menjadi beban pembangunan jika penduduk tersebut

kurang kualitasnya. Untuk menciptakan pembangunan manusia yang berkualitas

diharapkan pertama sekali terlaksana dalam keluarga melalui penerapan keluarga kecil

sejahtera. Program pengendalian jumlah penduduk melalui program keluarga berencana

diharapkan dapat mengendalikan jumlah penduduk, sehingga angka kelahiran dapat

diturunkan. Dengan penurunan angka kelahiran dapat mempercepat proses peningkatan

kualitas hidup. Dengan demikian pembangunan bidang sosial sangat terlaksana dengan

baik sesuai dengan konteks pembangunan manusia. Pembangunan manusia menyangkut

dimensi yang sangat luas. Upaya membuat pengukuran pencapaian pembangunan manusia

yang dilakukan telah dilakukan disuatu wilayah harus dapat memberikan gambaran tentang

dampak dari pelaksanaan pembangunan terhadap peningkatan kualitas manusia selaku

penduduk dan sekaligus dapat memberikan gambaran tentang persentase pencapaian

terhadap sasaran ideal. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator

komposit tunggal yang walaupun belum dapat mengukur semua dimensi dari

pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar (basic

capabilities) penduduk. Ketiga kemampuan dasar tersebut adalah umur yang panjang dan

sehat, mengukur peluang hidup ataupun harapan hidup, berpengetahuan dan

berketerampilan, serta akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mancapai

standar hidup layak.

Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia dimaksudkan untuk mengukur

dampak dari upaya peningkatan kemampuan dasar, dengan menggunakan indikator

dampak sebagai komponen dasar penghitungannya yaitu, angka harapan hidup waktu lahir

(e 0 ), pencapaian pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama

sekolah, serta pengeluaran konsumsi. Nilai IPM suatu wilayah menunjukkan seberapa jauh

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter II

wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun,

pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran

dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak. Semakin dekat IPM suatu wilayah

terhadap angka 100, semakin baik dan sempurna keadaan pembangunan manusia di

wilayah tersebut dan semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu.

Komponen IPM hanya mencakup tiga komponen yaitu angka harapan hidup,

tingkat pendidikan atau pengetahuan dan daya beli. Maka sebagai penyederhanaan dari

realitas yang kompleks tercermin dari luasnya dimensi pembangunan manusia yang harus

diadakan. Oleh karena itu dasar IPM perlu dilengkapi dengan kajian dan analisis yang

dapat mengungkapkan dimensi-dimensi pembangunan manusia yang penting lainnya (yang

tidak seluruhnya dapat diukur) seperti stabilitas politik, rasa aman, kebutuhan rohani atau

spiritual, sanitasi lingkungan dan perumahan, kebebasan mengeluarkan pendapat,

kemerataan antargenerasi dan lain-lain.

2.3 Kesejahteraan Masyarakat

Pembangunan diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan

perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang, dari defenisi ini

mengandung tiga unsur, yaitu :

1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terus menerus yang didalamnya telah

mengandung unsure-unsur kekuatan sendiri untuk investasi.

2. Usaha peningkatan pendapatan perkapita

3. Berlangsung dalam jangka panjang.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter II

Perkembangan ekonomi selalu dipandang sebagai kenaikan dalam pendapatan

perkapita merupakan suatu pencerminan dari timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan

ekonomi masyarakat namun masalah pembangunan merupakan suatu jalinan eksitensi dari

masalah sosial dan ekonomi, oleh karena itu kebijakan pembangunan ekonomi yang

dilaksanakan perlu pertimbangan faktor-faktor yang bersifat non-ekonomi.

Pembanguan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarat

Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan berdasarkan kemampuan nasional dengan

memanfaatkan kemampuan nasional dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta memperjatikan tantangan perkembangan global. Dalam pelaksanaannya

mengaju pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan

kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, keadilan, sejahtera, maju dan kukuh kekuatan

moral dan etikanya.

Dalam pelaksanan Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan

sosial disebutkan bahwa usaha kesejahteraan sosial mempunyai ruang lingkup yang khusus

tertuju pada manusia sebagai perorangan manusia atau faktor-faktor dari luar mengatasi

kehilangan kemampuan untuk melaksanakan peran sosialnya (disfungsi sosial). Yang

dimaksud kesejahteraan sosial adalah bagian kegiatan yang terorganisir dengan tujuan

meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui pembangunan dan bantuan kepada

orang untuk memenuhi kebutuhan didalam berbagai situasi seperti kehidupan keluarga dan

anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang dan hubungan sosial. Adapaun tahap

keluarga sejahtera menurut kantor mentri negara kependudukan (BKKBN) dibagi lima

tahap yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chapter II

1. Keluarga prasejahtera

Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimual

seperti kebutuhan pangan,sandang, kesehatan, dan keluarga berencana.

2. Keluarga sejahtera I

Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal

tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kegiatan sosial psikologisnya seperti kebutuhan

akan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan

transportasi.

3.Keluarga sejahtera II

Yaitu keluarga yang telah memenuhi kebutuhan fisik dan sosial psikologisnya dan

pengembangan namun kebutuhan pengembangan seperti kebutuhan untuk menabung dan

informasi.

4. Keluarga sejahtera III

Yaitu keluarga yang telah memenuhi fisik, sosial psikologisnya dan pengembangan

namun belum dapat memberikan sumbangan dan peran serta aktif menjadi pengurus

lembanga kemasyarakatan yang ada.

5. Keluarga sejahtera plus

Yaitu keluarga yang telah memenuhi seluruh kebutuhan serta memiliki suatu

kepedulian yang tinggi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga sekitarnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Chapter II

Bila kemakmuran masyarakat (people prosperity) merupakan sasaran utama

pembangunan daerah, maka tekanan utama pembangunan akan lebih banyak diarahkan

pada pembangunan penduduk setempat. Dalam kaitan dengan hal ini, program dan

kegiatan lebih banyak diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam

bentuk pengembangan pendidikan, peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat dan

peningkatsn penerapan teknologi tepat guna. Disamping itu, perhatian juga akan lebih

diarahkan untuk meningkatkan kegiatan produksi masyarakat setempat dalam bentuk

pengembangan kegiatan pertanian yang meliputi tanaman pangan, perkebunan,

peternakan, peikanan dan kehutanan, serta kegiatan ekonomi kerakyatan lainnya.

Bila upaya pembangunan wilayah lebih banyak diarahkan pada peningkatan

kemakmuran masyarakat ini, biasanya laju pertumbuhan ekonomi dan peningkatan.

Penyediaan lapangan kerja pada daerah bersangkutan cenderung bertumbuh lambat

dibandingkan bila sasaran pembangunan diarahkan pada peningkatan kemakmuran

wilayah. Hal ini terjadi karena, upaya pembangunan lebih banyak diarahkan pada

peningkatan kualitas sumber daya manusia dam pemberdayaan masyarakat yang biasanya

memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan upaya pembangunan fisik

wilayah. Akibatnya peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja

daerah cenderung menjadi lebih rendah yang selanjutnya mengakibatkan pula kinerja

pembangunan daerah bersangkutan akan cenderung akan lebih lambat.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Chapter II

2.4 Penelitian Terdahulu

1. Sinta Uli Afrida Tobing

Dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap

Keejahteraan Masyarakat Kota Binjai“, bertujuan untuk menganalisis pengaruh

pelakasanaan otonomi daerah terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya Kota

Binjai selama kurun waktu 1993-2007 dengan menggunakan Ordinary Least Square

(OLS).

Hasil estimasi data dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS)

menunjukkan bahwa otonomi daerah yang digambarkan dengan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) dan anggaran pembangunan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap

tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya Kota Binjai.

2. Ventauli Friska Simanjuntak

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, dan yang menjadi

populasinya adalah seluruh daerah kecamatan (area sampel) yang terdiri dari 17 kecamatan

dan seluruh penduduk yang ada di kabupaten Serdang Bedagai yang terdiri dari 618.656

jiwa. Pemilihan sample dalam penelitian ini dilakukan dengan cara cluster random

sampling dengan melihat kriteria tingkat kesejahteraan. Oleh karena keterbatasan waktu

dan biaya, maka area sampel dilakukan dengan cara mengambil tiga kecamatan saja dari

17 kecamatan yang ada yaitu Kecamatan Sei Rampah, Kecamatan Dolok Masihul, dan

Kecamatan Kotarih. Dengan rumus didapat besar sampel ke tiga desa tersebut yakni 100

orang. Data yang telah terkumpul (dari hasil kuisioner) kemudian di analisis secara

kuantitatif dan kualitatif.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Chapter II

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada kesejahteraan

masyarakat sebelum dan sesudah pemekaran wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai yang

dapat dilihat melalui IPM.

3. Tatas Firmansyah

Penelitian yang berjudul “Analisis Tingkat Kemandirian Daerah Sebelum dan

Sesudah diberlakukannya Otonomi Daerah”, bertujuan untuk mengetahui apakah ada

perbedaan tingkat kemandirian daerah periode sebelum dan sesudah otonomi daerah.

Variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat kemandirian adalah tingkat kemampuan

pembiayaan diukur dengan rasio antara Penerimaan Asli Daerah (PAD) terhadap

Pengeluaran Rutin (PR), tingkat ketergantungan diukur dengan rasio antara

Bantuan/subsidi terhadap Total Penerimaan Daerah (TPD), dan tingkat desentralisasi fiskal

diukur dengan rasio antara PAD terhadap TPD. Data yang digunakan adalah data tiga

tahun periode sebelum otonomi daerah yaitu tahun 1998, 1999, 2000 dan tiga tahun setelah

otonomi daerah yaitu tahun 2001, 2002, 2003. Alat analisis yang digunakan adalah uji

Paired Sample t-test.

Hasil analisis menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan variabel

tingkat kemandirian daerah berupa tingkat kemampuan pembiayaan dan tingkat

ketergantungan. Nilai rata-rata variabel tersebut menunjukkan periode sebelum otonomi

daerah tinggi secara signifikan dibandingkan sesudah otonomi daerah. Sedangkan tingkat

ketergantungan daerah menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara

periode sebelum dan sesudah otonomi daerah. Nilai rata-rata tingkat ketergantungan

sebelum maupun sesudah otonomi daerah menunjukkan nilai yang sangat tinggi, ini

menunjukkan bahwa otonomi daerah tidak membawa dampak terhadap tingkat

ketergantungan daerah, artinya bantuan/subsidi dari pemerintah pusat masih nyata.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Chapter II

4. Putri Sion H. M. Daely

Penelitian dilakukan dengan melakukan metode penelitian deskriptif analisis, dan

yang menjadi populasinya adalah seluruh daerah kecamatan (area sampel) yang terdiri atas

8 kecamatan dan seluruh penduduk yang ada di Kabupaten Nias Selatan yang terdiri dari

271.026 jiwa. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara cluster random

sampling dengan melihat kriteria tingkat kesejahteraannya. Oleh kerena keterbatasa waktu

dan biaya, maka area sampel penelitian dilakukan dengan cara mengambil 3 kecamatan

saja dari 8 kecamatan yang ada yakni Kecamatan Teluk Dalam, Kecamatan Amandraya,

Kecamatan Lolowau. Dengan rumus didapat besar sampel ketiga desa terebut yakni 100

orang. Data yang telah terkumpul (dari hasil kuisioner) kemudian dianalisi secara

kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak pemekaran daerah di Kabupaten Nias

Selatan berpengaruh positif bagi kesejahteraan masyarakat setempat yang dapat dilihat

melalui Indeks Pembangunan Manusia.

5. Muhammad Ilham Irawan

Penelitian Muhammad Ilham Irawan yang berjudul “ Analisis faktor-faktor yang

Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia” bertujuan untuk mengetahui

pengaruh pertumbuhan ekonomi dalam hal ini PDB, Anggaran Pengeluaran Peemerintah,

Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri terhadap Indeks

Pembangunan Manusia di Indonesia.

Metode yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan

metode analisis regresi Linear Logaritme. Penelitian ini menggunakan observasi sebanyak

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Chapter II

18 tahun dari periode 1990-2007. Data yang ada diproses dengan mengunakan program

komputer Eviews 5.1.

Hasil penelitian ini adalah tiga dari empat variabel memberikan pengaruh positif

terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia dan signifikan pada alpha (α) 1 %

(CI=99%) yaitu PDB, Anggaran Pengeluaran Pemerintah, Penanaman Modal Asing dan

variabel lainnya yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri tidak signifikan tetapi memberikan

pengaruh yang positif terhadap IPM di Indonesia

Universitas Sumatera Utara