Chapter II
-
Upload
edi-suryadi -
Category
Documents
-
view
24 -
download
0
Transcript of Chapter II
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Otonomi Daerah
Otonomi atau autonomie berasal dari bahasa Yunani yaitu kata auto yang berarti
sendiri dan nomos yang berarti undang-undang (Silalahi,1996, mengutip kamus Petit
Larousse). Jadi Otonomi berarti mengatur dengan undang-undang sendiri. Dengan
demikian yang dimaksud dengan otonomi adalah “pemberian hak dan kekuasaan
perundang-undangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri kepada instansi, perusahaan
ataupun daerah”.
Pengertian Otonomi dalam lingkup suatu negara selalu dikaitkan dengan daerah
atau pemerintah daerah (local government). Otonomi dalam pengertian ini, selain berarti
mengalihkan kewenangan dari pusat (central government) ke daerah juga berarti
menghargai atau mengefektifkan kewenangan asli yang sejak semula tumbuh dan hidup di
daerah untuk melengkapi sistem prosedur pemerintahan negara di daerah (Sumitro,2000).
Pengertian otonomi daerah berdasarkan UUD 1945 adalah hak dan wewenang
daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri dan diberikan oleh peraturan perundang-
undangan. Otonomi menurut UUD 1945 adalah otonomi yang berkedaulatan rakyat dengan
menerapkan pemerintahan daerah yang bersendi atas dasar permusyawaratan rakyat.
Daerah yang dimaksud dalam UUD 1945 adalah “daerah propinsi” dan “daerah yang lebih
kecil dari daerah propinsi”, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan
undang-undang. Otonomi daerah dalam pengertian UUD 1945 adalah desentralisasi
ketatanegaraan atau teritorial.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1 Prinsip Otonomi Daerah
Pembanguan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional yang tidak
bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai
kewenangan dan tanggung jawab penyelenggaraan kepentingan masyarakat berdasarkan
prinsip keterbukaan partisipasi masyarakat dan bertanggungjawaban kepada masyarakat.
Upaya untuk melaksanakan Otonomi Daerah yang telah di gulirkan 1 Januari 2001 adalah
merupakan tekat bersama, baik aparat yang di pusat maupun yang di daerah. Tentu dalam
hal ini harus dilaksanakan dengan hati-hati, seksama namun tidak mengurangi jangka
waktu yang telah ditetapkan agar mencapai hasil maksimal dalam pelaksanan otonomi
daerah.
Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah
Perinsip-perinsip pemberian otonomi daerah yang dijadikan pedoman dalam UU
No. 22 Tahun 1999 adalah (Ismawan,2005) :
1. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi,
keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman daerah.
2. Pelaksanaan otonomi daerah di dasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung
jawab
3. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten dan
daerah kota, sedang otonomi daerah propinsi merupakan otonomi yang terbatas.
4. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga tetap
terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar-daerah
Universitas Sumatera Utara
5. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom dan
karenanya dalam daerah kabupaten dan daerah kota tidak ada lagi wilayah administrasi.
Demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang dibina oleh pemerintah atau pihak
lain, seperti badan otorita, kawasan pelabuhan, kawasan perumahan, kawasan industri,
kawasan perkebunan, kawasan pertambangan, kawasan kehutanan, kawasan perkotaan
baru, kawasan pariwisata dan semacamnya berlaku ketentuan peraturan daerah otonom.
6. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan dan fungsi badan legislatif
daerah, baik sebagai fungsi legislasi, fungsi pengawas maupun fungsi anggaran atas
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
7. Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi dalam kedudukannya
sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan pemerintahan tertentu
yang dilimpahkan kepeda Gubernur sebagai wakil pemerintah.
8. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari pemerintah kepada
daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang disertai dengan
pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia denagan kewajiban
melaporkan pelaksanaan dan mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskannya.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Otonomi yang Luas, Nyata dan Bertanggung Jawab
Pengalaman penyelenggaraan otonomi daerah dimasa lampau menganut prinsip
otonomi yang nyata dan bertanggung jawab, namun dengan penekanan pada otonomi yang
lebih merupakan kewajiban dari pada hak. Dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1999
pemberian kewenangan otonomi pada daerah kabupaten dan daerah kota di dasarkan pada
asas desentralisasi saja dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab
(Ismawan,2005).
Kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan
pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali
kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan
fiskal, agama, serta kewenagan bidang lainnya (yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah No.25 Tahun 2000). Disamping itu keluasaan otonomi mencakup pula
kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi.
Otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan kewenangan
pemerintahan dibidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh, hidup
dan berkembang didaerah.
Otonomi yang bertanggung jawab adalah berupa perwujudan pertanggung jawaban
sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas
dan kewajiban yang harus dipikul oleh daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi,
berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik,
pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan
Universitas Sumatera Utara
hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam rangka menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.1.3 Tujuan Otonomi Daerah
Tujuan utama yang ingin dicapai melalui kebijakan otonomi daerah yaitu tujuan
politik dan tujuan administrasi (Widjaja,2008).
a. Tujuan Politik
Tujuan politik akan memosisikan pemerintah daerah sebagai medium pendidikan
politik bagi masyarakatdi tingkat local dan secara agregat akan berkontribusi pada
pendidikan politik secara nasional untuk mencapai terwujudnya civil society
(masyarakat madani).
b. Tujuan Administratif
Tujuan Administratif akan memosisikan pemerintah daerah sebagai unit pemerintahan
ditingkat lokal yang berfungsi untuk menyediakan pelayanan masyarakat secara efektif,
efisien dan ekonomis.
2.1.4 Sumber Penerimaan Daerah Otonom
Untuk dapat memiliki keuangan yang memadai dengan sendirinya daerah
membutuhkan sumber keuangan yang cukup pula. Dalam hal ini daerah dapat
memperolehnya melalui beberapa cara, yaitu :
1. Daerah dapat mengumpulkan dana pajak daerah yang telah disetujui pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
2. Pemerintah Kabupaten/Kota dapat melakukan pinjaman dan pihak ketiga, pasar
uang barang maupun pemerintah.
3. Ikut ambil bagian dalam pendapatan pajak sentral yang dipungut oleh daerah,
misalnya sekian persen dari pajak tersebut.
4. Pemerintah Kabupaten/Kota dapat meminta bantuan atau subsidi dari pemerintah
Kabupaten.
2.1.5 Desentralisasi Fiskal
Tiga variasi desentralisasi fiskal dalam kaitannya dengan derajat kemandirian
pengambilan keputusan yang dilakukan di daerah yaitu ;
1. Desentralisasi, yang berarti pelepasan tanggung jawab yang berada dalam
lingkungan pemerintah pusat ke instansi vertikal di daerah atau pemerintah
daerah.
2. Delegasi yang berhubungan dengan situasi, yaitu daerah bertindak sebagai
perwakilan pemerintah untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu atas nama
pemerintah.
3. Devolusi atau pelimpahan yang berhubungan dengan suatu situasi yang bukan
saja implementasi tetapi juga kewenangan untuk memutuskan apa yang perlu
dikerjakan, berada di daerah.
2.1.6 Peranan Pemerintah
Penyelenggaraan pemerintah di daerah merupakan manifestasi dari pemerintahan
seluruh wilayah negara. Untuk itu segala aspek menyangkut konfigurasi kegiatan dan
Universitas Sumatera Utara
karakter yang berkembang, akan mewarnai penyelenggaraan pemerintahan secara nasional.
Peranan dan kedudukan pemerintahan daerah sangat strategis, dan sangat menetukan
secara nasional, sehingga paradigma baru pemerintahan yang berbasis daerah akan
berimplikasi pada bergesernya tugas dan fungsi pemerintah pusat lebih banyak ke arah
penyelenggaraan fungsi pengarah dan mendelegasikan sebagian besar kegiatan di daerah
dengan memberi kepercayaan dan tanggung jawab sepenuhnya kepada daerah, sehingga
persepsi lama yang sering didengar menyangkut egoisme sektoral akan terhapus. Propinsi
yang berkedudukan sebagai daerah otonom dan sekaligus sebagai wilayah administrasi
akan melaksanakan kewenangan pemerintah pusat yang didelegasikan kepada gubernur.
Propinsi sebagai daerah otonom, bukan merupakan daerah dari daerah Kabupaten maupun
Kota. Daerah otonom Propinsi tidak membawahi daerah otonom Kabupaten dan Kota,
tetapi dalam praktek terdapat hubungan koordinasi, kerjasama, dan atau kemitraan sebagai
sesama daerah otonom. Dalam kedudukan sebagai wilayah administrasi, gubernur selaku
wakil pemerintah melakukan hubungan pembinaan dan pengawasan terhadap daerah
Kabupaten dan Kota.
2.2 Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia dikembangkan oleh pemenang nobel India
Amartya Sen dan Mahbub ul Haq seorang ekonom pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari
Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics dan sejak itu
dipakai oleh Program pembangunan PBB pada laporan HDI tahunannya. Digambarkan
sebagai "pengukuran vulgar" oleh Amartya Sen karena batasannya. Indeks ini lebih fokus
pada hal-hal yang lebih sensitif dan berguna daripada hanya sekedar pendapatan per kapita
yang selama ini digunakan, dan indeks ini juga berguna sebagai jembatan bagi peneliti
Universitas Sumatera Utara
yang serius untuk mengetahui hal-hal yang lebih terinci dalam membuat laporan
pembangunan manusianya.
2.2.1 Pengertian Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator komposit tunggal yang
walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari pembangunan manusia, tetapi
mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mampu mencerminkan
status kemampuan dasar (basic capabilities) penduduk. Ketiga kemampuan dasar itu
adalah umur panjang dan sehat, berpengetahuan dan berketerampilan, serta akses terhadap
sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup layak. Konsep pembangunan
manusia berbeda dengan pembangunan yang memberikan perhatian utama pada
pertumbuhan ekonomi, dengan asumsi bahwa pertumbuhan ekonomi pada akhirnya akan
menguntungkan manusia. Pembangunan manusia memperkenalkan konsep yang lebih luas
dan lebih komprehensif yang mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia di
semua golongan masyarakat pada semua tahap pembangunan. Pembangunan manusia
merupakan perwujudan tujuan jangka panjang dari suatu masyarakat dan meletakkan
pembangunan di sekeliling manusia, bukan manusia di sekeliling pembangunan.
Subjek sekaligus objek pembangunan, berarti manusia pelaksana dan peminat
pembangunan. Publikasi ini menempatkan manusia bukan hanya sekedar tujuan yang
penting untuk dicapai, tetapi juga akan menjadi fondasi untuk demokrasi yang kuat dan
mempersatukan masyarakat karena manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya.
Titik berat pembangunan adalah yang menyangkut konsep pembangunan manusia. Konsep
pembangunan yang seutuhnya merupakan konsep yang menghendaki peningkatan kualitas
hidup penduduk baik secara fisik, mental maupun spiritual. Bahkan secara eksplisit
Universitas Sumatera Utara
disebutkan bahwa pembangunan yang dilakukan menitikberatkan pada pembangunan
sumber daya manusia seiring dengan pembangunan di bidang lainnya.
Pembangunan sumber daya manusia secara fisik dan mental mengandung makna
peningkatan kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar untuk dapat
berpartisipasi dalam proses pembangunan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau
Human Development Index (HDI) digunakan untuk mengukur keberhasilan atau kinerja
(performance) suatu negara dalam bidang pembangunan manusia. Mengingat manusia
sebagai subjek dan objek pembangunan maka manusia di dalam kehidupannya harus
mampu meningkatkan kualitas hidupnya sebagai insan pembangunan.
Konsep pembangunan manusia dimensi yang sangat luas dengan banyak pilihan,
dapat tercapai jika penduduk tersebut memiliki peluang angka harapan hidup yang tinggi
atau umur yang panjang dan sehat, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta
kesempatan untuk merealisasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan yang
produktif, sehingga penduduk memiliki daya beli. Dengan kata lain manusia itu harus
berkualitas, serta berproduktivitas tinggi, sehingga dapat mewujudkan kehidupannya
mencapai standar hidup layak.
Secara umum pembangunan manusia dalam pengertian luas mengandung konsep
teori-teori pembangunan ekonomi yang konvensional termasuk model pertumbuhan
ekonomi, pembangunan sumber daya manusia, pendekatan kesejahteraan, dan pendekatan
kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Model pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan
peningkatan pendapatan dan produksi nasional (GNP). Input dari proses produksi (sebagai
suatu sarana bukan tujuan). Pendekatan kesejahteraan melihat manusia sebagai manfaat
(beneficiaries) bukan sebagai objek perubahan dasar memfokuskan pada penyediaan
barang dan jasa kebutuhan hidup. Hubungan pembangunan ekonomi dengan pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
ekonomi sangat erat sekali dan merupakan prasyarat untuk tercapainya pembangunan
manusia, karena peningkatan pembangunan ekonomi akan mendukung peningkatan
produktivitas melalui pengisian kesempatan kerja dengan usaha-usaha produktif sehingga
tercipta peningkatan pendapatan sesuai dengan UNDP.
Tabel 2.1
Tingkatan Status Indeks Pembangunan Manusia
Tingkatan Status Kriteria
Rendah 0 – 50
Menengah Bawah 50 – 66
Menengah Atas 66 – 80
Tinggi 80 -100
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Binjai, 2009
2.2.2 Metode Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia
Adapun komponen IPM disusun dari tiga komponen yaitu lamanya hidup diukur
dengan harapan hidup pada saat lahir, tingkat pendidikan diukur dengan dengan kombinasi
antara angka melek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot dua per tiga) dan rata-rata
lama sekolah (dengan bobot sepertiga), dan tingkat kehidupan yang layak yang diukur
dengan pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan (PPP rupiah), Indeks ini merupakan
rata-rata sederhana dari ketiga komponen tersebut diatas.
Universitas Sumatera Utara
Rumus dan Ilustrasi Penghitungan IPM
IPM = 1/3 (X (1) + X (2) + X (3))
Dimana :
X(1) : Indeks harapan hidup
X(2) : Indeks pendidikan = 2/3 (indeks melek huruf) + 1/3 (indeks rata-rata lama
sekolah)
X(3) : Indeks standar hidup layak
Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandingan antara
selisih nilai suatu indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan nilai
minimum indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut :
1. Indeks Harapan Hidup :
X(1) : [( eo - 25 )/( 85 - 25 )] x 100
Dimana :
X(1) : Indeks harapan hidup
eo : angka harapan hidup.
25 : angka minimum harapan hidup (UNDP).
85 : angka maksimum harapan hidup (UNDP).
Universitas Sumatera Utara
2. Indeks Pendidikan :
X(2) : [( 2/3 [Lit – 0)/(100 – 0)] + 1/3 [( MYS – 0)/( 15 – 0 )] x 100
Dimana :
X(2) : Indeks pendidikan
Lit : Angka melek huruf.
MYS : Lama sekolah.
0 : Angka minimum baik untuk Lit maupun MYS.
100 : Angka maksimum Lit (melek huruf).
15 : Angka maksimum untuk MYS (lama sekolah).
3. Indeks Konsumsi Riil per Kapita :
X(3) : [( PPP - 300,00 ) / ( 732,7 - 300,00 )] x 100
Dimana :
X(3) : Indeks standar hidup layak
PPP : Nilai Konsumsi riil per kapita yang disesuaikan
300,00 : Nilai standar minimal (standar UNDP)
732,00 : Nilai maksimum (standar UNDP)
Universitas Sumatera Utara
Untuk lebih mudah dalam memahami , berikut disajikan nilai maksimum dan nilai
minimum dari masing-masing komponen pembentuk Indeks Pembangunan Manusia.
Tabel 2.2
Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM
Indikator IPM Nilai Maksimum Nilai Minimum Catatan
Angka
Harapan
Hidup
85 25 Sesuai standar
global (UNDP)
Angka Melek
Huruf 100 0
Sesuai standar
global (UNDP)
Rata-rata
lama sekolah 15 0
Sesuai standar
global (UNDP)
Konsumsi per
kapita yang
disesuaikan
732.720 a) 300.000 b)
UNDP
menggunakan
PDB per kapita
riil yang
disesuaikan
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Tahun 2001
Catatan :
a) Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk propinsi yang memiliki angka tertinggi
(Jakarta) pada tahun 2018 setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi
mengasumsikan kenaikan 6,5 persen per tahun selama kurun 1996-2018.
b) Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk propinsi yang memiliki angka terendah
tahun 1996 di Papua.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Konsep Pembangunan Manusia dan Pengukuran
Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari
pembangunan adalah menciptakan lingkungan hidup yang memungkinkan bagi rakyatnya
untuk menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang produktif. Hal ini
tampaknya merupakan suatu kenyataan sederhana, tetapi hal ini seringkali terlupakan oleh
berbagai kesibukan jangka pendek untuk mengumpulkan harta dan uang. UNDP
mendefinisikan bahwa pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas
pilihan-pilihan bagi penduduk dalam hal pendapatan, kesehatan, pendidikan, lingkungan
fisik, dan sebagainya. Konsep Indeks Pembangunan Manusia adalah mengukur pencapaian
keseluruhan suatu negara. Dengan demikian, IPM mengukur pencapaian kemajuan
pembangunan sosial ekonomi. IPM yang direpresentasikan oleh 3 dimensi, yaitu umur
panjang dan sehat, pengetahuan dan kehidupan yang layak. Indikator yang digunakan
untuk mengukur dimensi umur panjang dan sehat adalah angka harapan hidup. Untuk
mengukur dimensi pengetahuan adalah angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah,
sedangkan dimensi kehidupan yang layak diukur dengan paritas daya beli.
Dalam konsep tersebut ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimate end)
sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana (principal means) untuk
mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat
hal pokok yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan,
pemberdayaan (UNDP,1995).
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Pengukuran Pencapaian Pembangunan
Pembangunan nasional menurut Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang
kemudian dijabarkan kedalam Repelita adalah pembangunan yang menganut konsep
pembangunan manusia. Konsep Pembangunan Manusia seutuhnya merupakan konsep yang
menghendaki peningkatan kualitas hidup penduduk secara spiritual, Bahkan secara
eksplisit disebutkan bahwa pembangunan sumber daya manusia yang seiring dengan
pertumbuhan ekonomi.
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan, maka perlu dipikirkan komponen-
komponen pembangunan yang terdiri atas sumber daya alam, sumber daya manusia, modal
dan teknologi. Pembangunan khususnya dalam bidang ekonomi di tempatkan pada urutan
pertama dari seluruh aktivitas pembangunan. (Sirojuzilam,2008).
Salah satu prinsip pembangunan manusia yang dijabarkan dalam trilogi
pembangunan yang akan diimplementasikan dalam berbagai bentuk program
pembangunan. Melalui strategi delapan jalur pemerataan, kebijaksanaan pembangunan
yang mengarah pada pemilikan terhadap kelompok penduduk yang tertinggal. Seiring
dengan pertumbuhan ekonomi, peningkatan kualitas fisik dan mental penduduk dan
kesehatan yang program pembangunan yang dirancang untuk memperluas jangkauan
pelayanan pendidikan dan kesehatan dasar. Untuk menyerap tenaga kerja diusahakan
penciptaan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha yang ditempuh secara makro
ekonomi melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Dengan membuka
kesempatan kerja dan berusaha memungkinkan peningkatan pendapatan penduduk
terutama penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Hal ini merupakan jembatan
utama dalam meningkatkan daya beli melalui pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya
merupakan prinsip pemberdayaan.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah penduduk yang besar akan menjadi modal pembangunan jika penduduk
tersebut berkualitas, namun akan menjadi beban pembangunan jika penduduk tersebut
kurang kualitasnya. Untuk menciptakan pembangunan manusia yang berkualitas
diharapkan pertama sekali terlaksana dalam keluarga melalui penerapan keluarga kecil
sejahtera. Program pengendalian jumlah penduduk melalui program keluarga berencana
diharapkan dapat mengendalikan jumlah penduduk, sehingga angka kelahiran dapat
diturunkan. Dengan penurunan angka kelahiran dapat mempercepat proses peningkatan
kualitas hidup. Dengan demikian pembangunan bidang sosial sangat terlaksana dengan
baik sesuai dengan konteks pembangunan manusia. Pembangunan manusia menyangkut
dimensi yang sangat luas. Upaya membuat pengukuran pencapaian pembangunan manusia
yang dilakukan telah dilakukan disuatu wilayah harus dapat memberikan gambaran tentang
dampak dari pelaksanaan pembangunan terhadap peningkatan kualitas manusia selaku
penduduk dan sekaligus dapat memberikan gambaran tentang persentase pencapaian
terhadap sasaran ideal. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator
komposit tunggal yang walaupun belum dapat mengukur semua dimensi dari
pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar (basic
capabilities) penduduk. Ketiga kemampuan dasar tersebut adalah umur yang panjang dan
sehat, mengukur peluang hidup ataupun harapan hidup, berpengetahuan dan
berketerampilan, serta akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mancapai
standar hidup layak.
Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia dimaksudkan untuk mengukur
dampak dari upaya peningkatan kemampuan dasar, dengan menggunakan indikator
dampak sebagai komponen dasar penghitungannya yaitu, angka harapan hidup waktu lahir
(e 0 ), pencapaian pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama
sekolah, serta pengeluaran konsumsi. Nilai IPM suatu wilayah menunjukkan seberapa jauh
Universitas Sumatera Utara
wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun,
pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran
dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak. Semakin dekat IPM suatu wilayah
terhadap angka 100, semakin baik dan sempurna keadaan pembangunan manusia di
wilayah tersebut dan semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu.
Komponen IPM hanya mencakup tiga komponen yaitu angka harapan hidup,
tingkat pendidikan atau pengetahuan dan daya beli. Maka sebagai penyederhanaan dari
realitas yang kompleks tercermin dari luasnya dimensi pembangunan manusia yang harus
diadakan. Oleh karena itu dasar IPM perlu dilengkapi dengan kajian dan analisis yang
dapat mengungkapkan dimensi-dimensi pembangunan manusia yang penting lainnya (yang
tidak seluruhnya dapat diukur) seperti stabilitas politik, rasa aman, kebutuhan rohani atau
spiritual, sanitasi lingkungan dan perumahan, kebebasan mengeluarkan pendapat,
kemerataan antargenerasi dan lain-lain.
2.3 Kesejahteraan Masyarakat
Pembangunan diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan
perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang, dari defenisi ini
mengandung tiga unsur, yaitu :
1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terus menerus yang didalamnya telah
mengandung unsure-unsur kekuatan sendiri untuk investasi.
2. Usaha peningkatan pendapatan perkapita
3. Berlangsung dalam jangka panjang.
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan ekonomi selalu dipandang sebagai kenaikan dalam pendapatan
perkapita merupakan suatu pencerminan dari timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan
ekonomi masyarakat namun masalah pembangunan merupakan suatu jalinan eksitensi dari
masalah sosial dan ekonomi, oleh karena itu kebijakan pembangunan ekonomi yang
dilaksanakan perlu pertimbangan faktor-faktor yang bersifat non-ekonomi.
Pembanguan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarat
Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan berdasarkan kemampuan nasional dengan
memanfaatkan kemampuan nasional dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta memperjatikan tantangan perkembangan global. Dalam pelaksanaannya
mengaju pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan
kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, keadilan, sejahtera, maju dan kukuh kekuatan
moral dan etikanya.
Dalam pelaksanan Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan
sosial disebutkan bahwa usaha kesejahteraan sosial mempunyai ruang lingkup yang khusus
tertuju pada manusia sebagai perorangan manusia atau faktor-faktor dari luar mengatasi
kehilangan kemampuan untuk melaksanakan peran sosialnya (disfungsi sosial). Yang
dimaksud kesejahteraan sosial adalah bagian kegiatan yang terorganisir dengan tujuan
meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui pembangunan dan bantuan kepada
orang untuk memenuhi kebutuhan didalam berbagai situasi seperti kehidupan keluarga dan
anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang dan hubungan sosial. Adapaun tahap
keluarga sejahtera menurut kantor mentri negara kependudukan (BKKBN) dibagi lima
tahap yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Keluarga prasejahtera
Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimual
seperti kebutuhan pangan,sandang, kesehatan, dan keluarga berencana.
2. Keluarga sejahtera I
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal
tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kegiatan sosial psikologisnya seperti kebutuhan
akan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan
transportasi.
3.Keluarga sejahtera II
Yaitu keluarga yang telah memenuhi kebutuhan fisik dan sosial psikologisnya dan
pengembangan namun kebutuhan pengembangan seperti kebutuhan untuk menabung dan
informasi.
4. Keluarga sejahtera III
Yaitu keluarga yang telah memenuhi fisik, sosial psikologisnya dan pengembangan
namun belum dapat memberikan sumbangan dan peran serta aktif menjadi pengurus
lembanga kemasyarakatan yang ada.
5. Keluarga sejahtera plus
Yaitu keluarga yang telah memenuhi seluruh kebutuhan serta memiliki suatu
kepedulian yang tinggi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga sekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
Bila kemakmuran masyarakat (people prosperity) merupakan sasaran utama
pembangunan daerah, maka tekanan utama pembangunan akan lebih banyak diarahkan
pada pembangunan penduduk setempat. Dalam kaitan dengan hal ini, program dan
kegiatan lebih banyak diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam
bentuk pengembangan pendidikan, peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat dan
peningkatsn penerapan teknologi tepat guna. Disamping itu, perhatian juga akan lebih
diarahkan untuk meningkatkan kegiatan produksi masyarakat setempat dalam bentuk
pengembangan kegiatan pertanian yang meliputi tanaman pangan, perkebunan,
peternakan, peikanan dan kehutanan, serta kegiatan ekonomi kerakyatan lainnya.
Bila upaya pembangunan wilayah lebih banyak diarahkan pada peningkatan
kemakmuran masyarakat ini, biasanya laju pertumbuhan ekonomi dan peningkatan.
Penyediaan lapangan kerja pada daerah bersangkutan cenderung bertumbuh lambat
dibandingkan bila sasaran pembangunan diarahkan pada peningkatan kemakmuran
wilayah. Hal ini terjadi karena, upaya pembangunan lebih banyak diarahkan pada
peningkatan kualitas sumber daya manusia dam pemberdayaan masyarakat yang biasanya
memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan upaya pembangunan fisik
wilayah. Akibatnya peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja
daerah cenderung menjadi lebih rendah yang selanjutnya mengakibatkan pula kinerja
pembangunan daerah bersangkutan akan cenderung akan lebih lambat.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Penelitian Terdahulu
1. Sinta Uli Afrida Tobing
Dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap
Keejahteraan Masyarakat Kota Binjai“, bertujuan untuk menganalisis pengaruh
pelakasanaan otonomi daerah terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya Kota
Binjai selama kurun waktu 1993-2007 dengan menggunakan Ordinary Least Square
(OLS).
Hasil estimasi data dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS)
menunjukkan bahwa otonomi daerah yang digambarkan dengan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan anggaran pembangunan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya Kota Binjai.
2. Ventauli Friska Simanjuntak
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, dan yang menjadi
populasinya adalah seluruh daerah kecamatan (area sampel) yang terdiri dari 17 kecamatan
dan seluruh penduduk yang ada di kabupaten Serdang Bedagai yang terdiri dari 618.656
jiwa. Pemilihan sample dalam penelitian ini dilakukan dengan cara cluster random
sampling dengan melihat kriteria tingkat kesejahteraan. Oleh karena keterbatasan waktu
dan biaya, maka area sampel dilakukan dengan cara mengambil tiga kecamatan saja dari
17 kecamatan yang ada yaitu Kecamatan Sei Rampah, Kecamatan Dolok Masihul, dan
Kecamatan Kotarih. Dengan rumus didapat besar sampel ke tiga desa tersebut yakni 100
orang. Data yang telah terkumpul (dari hasil kuisioner) kemudian di analisis secara
kuantitatif dan kualitatif.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada kesejahteraan
masyarakat sebelum dan sesudah pemekaran wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai yang
dapat dilihat melalui IPM.
3. Tatas Firmansyah
Penelitian yang berjudul “Analisis Tingkat Kemandirian Daerah Sebelum dan
Sesudah diberlakukannya Otonomi Daerah”, bertujuan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan tingkat kemandirian daerah periode sebelum dan sesudah otonomi daerah.
Variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat kemandirian adalah tingkat kemampuan
pembiayaan diukur dengan rasio antara Penerimaan Asli Daerah (PAD) terhadap
Pengeluaran Rutin (PR), tingkat ketergantungan diukur dengan rasio antara
Bantuan/subsidi terhadap Total Penerimaan Daerah (TPD), dan tingkat desentralisasi fiskal
diukur dengan rasio antara PAD terhadap TPD. Data yang digunakan adalah data tiga
tahun periode sebelum otonomi daerah yaitu tahun 1998, 1999, 2000 dan tiga tahun setelah
otonomi daerah yaitu tahun 2001, 2002, 2003. Alat analisis yang digunakan adalah uji
Paired Sample t-test.
Hasil analisis menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan variabel
tingkat kemandirian daerah berupa tingkat kemampuan pembiayaan dan tingkat
ketergantungan. Nilai rata-rata variabel tersebut menunjukkan periode sebelum otonomi
daerah tinggi secara signifikan dibandingkan sesudah otonomi daerah. Sedangkan tingkat
ketergantungan daerah menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara
periode sebelum dan sesudah otonomi daerah. Nilai rata-rata tingkat ketergantungan
sebelum maupun sesudah otonomi daerah menunjukkan nilai yang sangat tinggi, ini
menunjukkan bahwa otonomi daerah tidak membawa dampak terhadap tingkat
ketergantungan daerah, artinya bantuan/subsidi dari pemerintah pusat masih nyata.
Universitas Sumatera Utara
4. Putri Sion H. M. Daely
Penelitian dilakukan dengan melakukan metode penelitian deskriptif analisis, dan
yang menjadi populasinya adalah seluruh daerah kecamatan (area sampel) yang terdiri atas
8 kecamatan dan seluruh penduduk yang ada di Kabupaten Nias Selatan yang terdiri dari
271.026 jiwa. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara cluster random
sampling dengan melihat kriteria tingkat kesejahteraannya. Oleh kerena keterbatasa waktu
dan biaya, maka area sampel penelitian dilakukan dengan cara mengambil 3 kecamatan
saja dari 8 kecamatan yang ada yakni Kecamatan Teluk Dalam, Kecamatan Amandraya,
Kecamatan Lolowau. Dengan rumus didapat besar sampel ketiga desa terebut yakni 100
orang. Data yang telah terkumpul (dari hasil kuisioner) kemudian dianalisi secara
kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak pemekaran daerah di Kabupaten Nias
Selatan berpengaruh positif bagi kesejahteraan masyarakat setempat yang dapat dilihat
melalui Indeks Pembangunan Manusia.
5. Muhammad Ilham Irawan
Penelitian Muhammad Ilham Irawan yang berjudul “ Analisis faktor-faktor yang
Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia” bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pertumbuhan ekonomi dalam hal ini PDB, Anggaran Pengeluaran Peemerintah,
Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri terhadap Indeks
Pembangunan Manusia di Indonesia.
Metode yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan
metode analisis regresi Linear Logaritme. Penelitian ini menggunakan observasi sebanyak
Universitas Sumatera Utara
18 tahun dari periode 1990-2007. Data yang ada diproses dengan mengunakan program
komputer Eviews 5.1.
Hasil penelitian ini adalah tiga dari empat variabel memberikan pengaruh positif
terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia dan signifikan pada alpha (α) 1 %
(CI=99%) yaitu PDB, Anggaran Pengeluaran Pemerintah, Penanaman Modal Asing dan
variabel lainnya yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri tidak signifikan tetapi memberikan
pengaruh yang positif terhadap IPM di Indonesia
Universitas Sumatera Utara