Chapter II
Click here to load reader
Transcript of Chapter II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Uraian Teoritis
2.1.1 Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran
Pemasaran sekarang ini ditandai dengan sejumlah perubahan- perubahan penting.
Orientasinya tidak lagi menciptakan keuntungan sebesar-besamya, rnelainkan
menciptakan pelanggan sebanyak mungkin melalui kepuasan konsumen (customer
satisfaction). Produsen selalu berusaha agar melalui produk yang dihasilkannya, tujuan
dan sasaran perusahaan dapat tercapai. Melalui produk yang dijualnya, perusahaan dapat
menjamin kehidupannya atau menjaga kestabilan usahanya untuk dapat berkembang.
Dalam rangka inilah produsen harus memikirkan kegiatan pemasaran produknya, jauh
sebelum produk ini dihasilkan sampai produk tersebut dikonsumsikan oleh konsumen
akhir.
Pemasaran tidak boleh dilihat secara sempit sebagai tugas mencari cara-cara yang
cerdik untuk menjual produk-produk perusahaan. Banyak orang mengaburkan pemasaran
dengan sub fungsiya, seperti iklan dan penjualan. Pemasaran haruslah dibedakan dengan
penjualan, karena sesungguhnya pemasaran merupakan penggabungan dari berbagai
fungsi yang terpisah yaitu: penjualan, periklanan, penelitian pemasaran, pengembangan
hasil produk baru, pelayanan pelanggan, dan distribusi.
Pemasaran telah didefinisikan dalam berbagai pengertian. Untuk lebih memahami
pengertian pemasaran, penulis akan menguraikan pemasaran yang dikemukakan dalam
berbagai cara yang berbeda oleh beberapa ahli pemasaran. Philip Kotler (2009:5)
mengemukakan bahwa pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan dimana individu
dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan
Universitas Sumatera Utara
orang lain. Menurut William J.Stanton dalam (Khotijah, 2004:11) pemasaran adalah suatu
sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan
dan jasa baik kepada para konsumen saat ini maupun konsumen potensial. Pengertian
pemasaran lebih luas dari distribusi, sebab distribusi hanya merupakan penyaluran barang
dari produsen ke konsumen, sedangkan kegiatan pemasaran sudah berjalan sebelum
mengadakan produksi barang dan pemasaran bersifat dinamis serta selalu mengikuti
perkembangan zaman.
Pemasaran diarahkan pada suatu proses pertukaran antara produsen dan konsumen
dengan memberikan kepuasan pada konsumen serta imbalan yang wajar diterima oleh
produsen. Segala langkah dan usaha tersebut merupakan suatu proses yang di dalam
manajemen pemasaran disebut sebagai suatu proses manajemen pemasaran. Manajemen
pemasaran terjadi apabila sekurang-kurangnya satu pihak dari pertukaran potensial
memikirkan cara untuk mendapatkan tanggapan dari pihak lain sesuai dengan yang
dikehendaki. Mengelola pemasaran perusahaan diperlukan sejumlah upaya dan
keterampilan penting. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan defenisi manajemen
pemasaran berikut ini : Manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu memilih pasar
sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan
menciptakan, menghantarkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul
(Kotler,2009:5). Defenisi tersebut menguraikan bahwa manajemen pemasaran adalah
proses yang melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian; yang
mencakup barang, jasa, dan gagasan; yang tergantung pada pertukaran; dan dengan tujuan
menghasilkan kepuasan bagi pihak-pihak yang terlibat. Manajemen pemasaran
mempengaruhi tingkat, waktu dan komposisi permintaan sehingga membantu perusahaan
mencapai tujuannya.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Multi Level Marketing (MLM)
1. Pengertian dan Prinsip MLM
Multi Level Marketing (MLM) ditemukan oleh dua orang profesor pemasaran dari
Universitas Chicago pada tahun 1940-an. Rencana multi-level marketing pertama
diperkenalkan oleh California Vitamin Perusahaan (tak lama kemudian menjadi
Nutrilite). Dengan modal awal yang relatif tidak besar, seorang tenaga penjual biasa
mendapatkan penghasilan melalui dua cara. Pertama, keuntungan diperoleh dari setiap
program makanan tambahan yang berhasil dijual ke konsumen. Kedua, dalam bentuk
potongan harga dari jumlah produk yang berhasil dijual oleh distributor yang direkrut dan
dilatih oleh seorang tenaga penjual dari perusahaan. (www.wikipedia.com).
Multi Level Marketing merupakan suatu cara penjualan. Sebagaimana sebuah
bisnis, MLM memenuhi persyaratan sebagai bisnis murni, yaitu bisnis pemasaran. Bisnis
pada dasarnya adalah suatu kegiatan individu maupun organisasi untuk menghasilkan
suatu produk kemudian menjualnya untuk mendapatkan keuntungan. Demikian juga
halnya dengan MLM, di mana MLM harus ada produknya baik benda maupun jasa. Tanpa
produk, bukanlah MLM, boleh jadi arisan berantai atau penggandaan uang, dan
sebagainya. Bahkan produk MLM harus memenuhi kriteria tertentu supaya dapat
bertahan. Produk tersebut dijual. Penjualannya ini yang merupakan kunci. Bisnis MLM
ini bertujuan untuk mendapatkan keuntungan, tentu dengan wajar. Keuntungan sesuai
dengan prestasi yang diberikan. Dengan adanya keuntungan ini, bisnis bisa berkelanjutan.
Keuntungan dapat merupakan pemupukan modal, dapat dijadikan sumber untuk
berkembang.
Ciri dari MLM adalah pada upaya mengembangkan penjualan melalui suatu
jaringan individu-individu yang secara mandiri mengembangkan usahanya sendiri dengan
Universitas Sumatera Utara
bertindak sebagai distributor. Mereka yang berusaha paling keras dalam kegiatan ini akan
mencapai tingkat yang paling tinggi dan dengan demikian akan menerima imbalan
finansial paling besar.
Multi Level Marketing (MLM) yang baik biasanya bergabung dalam APLI
(Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia). Setiap perusahaan yang ingin bergabung dalam
APLI, diteliti dulu apakah memenuhi persyaratan sebagai perusahaan yang bergerak
dalam penjualan langsung, dalam hal ini MLM. Bagi perusahaan yang sudah bergabung
dalam APLI berarti sudah melewati masa seleksi yang ketat.
MLM tidak ada pembatasan penghasilan dari distributor, yang bekerja keras akan
mendapatkan penghasilan yang besar. Karenanya, tekad untuk menjual menjadi inti dari
MLM. Waktu yang dicurahkan tidak terikat, dalam arti terserah pada distributor yang
bersangkutan.
Multi Level Marketing atau network marketing menurut David Roller adalah
sistem melalui sebuah induk perusahaan mendistribusikan barang atau jasanya lewat suatu
jaringan orang-orang bisnis yang independen (www.wikipedia.com). Perilaku tertentu
yang harus dituntut bagi seseorang untuk menjadi anggota MLM, yakni setiap orang yang
mempunyai jaringan sosial, baik ikatan keluarga, kerabat, alumni, dan sebagainya.
Semua penjualan Multi Level Marketing dilakukan rnelalui penjualan langsung
(direct selling). Penjualan langsung dirumuskan oleh APLI sebagai berikut penjualan
barang-barang konsumsi langsung ke perorangan, di rumah-rumah maupun di tempat
kerja mereka, melalui transaksi yang diawali dan diselesaikan oleh tenaga penjualnya.
MLM dapat juga dinamakan pemasaran jaringan (network marketing) yang dapat
digambarkan sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Skema Networking Sumber: www.wikipedia.com
Kekuatan dari MLM terletak pada sampai seberapa jauh masing-masing individu
yang terkait dalam jaringan tersebut mampu mengembangkan jaringan bisnisnya. Dengan
pola ini, bilamana jaringan yang terbentuk semakin membesar dengan sendirinya volume
penjualan pun akan semakin membesar pula karena masing-masing individu berperan
aktif sebagai penjual dan konsumen sekaligus. Jadi, pengembangan organisasi akan
efektif jika distributor pada setiap tingkatan melakukan hal yang sama. Setiap distributor
yang terlibat dalam kegiatan penjualan bukan merupakan karyawan perusahaan, dan
mereka itu mempekerjakan dirinya sendiri.
Perusahaan akan membantu para distributor awal untuk merekrut distributor-
distributor selanjutnya, demikian seterusnya, dengan mengadakan seminar-seminar dan
pertemuan-pertemuan peluang usaha di seluruh negeri. Angka pertumbuhan penjualan
perusahaan itu sepenuhnya bergantung pada keterlibatan distributor mereka dalam
menjual produk itu dan dalam merekrut lebih banyak distributor lagi.
2. Mekanisme Kerja MLM
Pengembangan MLM dimulai dengan pembentukan organisasi penjualan sendiri.
Tindakan pertama yang dilakukan seorang calon anggota adalah memperoleh seorang
sponsor. Sponsor berasal dari distributor yang sudah ada atau orang yang ditunjuk oleh
perusahaan untuk mensponsori setelah calon anggota menghubungi calon anggota itu
Universitas Sumatera Utara
secara langsung. Seandainya calon anggota langsung disponsori oleh perusahaan pada
permulaannya.
Perusahaan terikat kontrak untuk memasok barang dan membayar komisi
penjualan serta memberikan pelayanan. Lazimnya perusahaan memberikan kartu tanda
anggota agar distributor dapat membeli produk dari perusahaan MLM untuk dijual kepada
pelanggan atau untuk dipergunakan sendiri. Setiap distributor harus berlatih dahulu
sebelum distributor diijinkan untuk turut menjual.
Mengecerkan produk merupakan langkah pertama menuju pendapatan tambahan.
Perbedaan harga eceran dan harga grosir merupakan penghasilan distributor. Tanggung
jawab distributor adalah membayar produk saat memesan, dan mengambil produk-produk
tersebut dari sponsornya. Sponsor akan memasok distributor secara langsung dengan
semua produk dan peralatan rnenjual. Sponsor menerima produk tersebut dari sponsornya,
demikian seterusnya,
Seorang distributor dengan volume bisnis yang telah ditentukan akan dapat
memesan produk-produk langsung dari perusahaan yang bersangkutan. Makin besar
volume maka makin besar pula potongan harga. Jika telah dicapai potongan harga
maksimum, maka distributor dapat memperoleh bonus ekstra dari perusahaan yang
bersangkutan. Agar penghasilan distributor berlipat ganda maka dikembangkan jaringan
penjualan. Jaringan penjualan yang dibentuk dapat berwujud berbagai tingkatan
distributor (bertingkat satu, dua, tiga, dan seterusnya), yang digambarkan sebagai berikut .
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Tingkatan Distributor dalam MLM Sumber : www.solusimlm.com
Tingkatan distributor akan mempengaruhi perhitungan penghasilan. Oleh karena
itu organisasi dari penjualan harus dapat dikendalikan oleh distributor. Semakin banyak
anggota pada setiap tingkatan, maka lebih banyak waktu dan perhatian yang dilimpahkan
untuk melakukan pemantauan dan pengendalian.
2.1.3. Strategi Pemasaran Dalam Perusahaan
Strategi pemasaran adalah "rencana tindakan" yang hendak diikuti oleh manajer
pemasaran Strategi pemasaran harus dapat memberi gambaran yang jelas dan terarah
tentang apa yang akan dilakukan perusahaan dalatn menggunakan setiap peluang atau
kesempatan pada beberapa pasar sasaran. Rencana tindakan ini didasarkan atas analisa
situasi dan tujuan perusahaan. Strategi ini merupakan cara untuk pencapaian tujuan
tersebut.
Setiap fungsi manajemen memberikan kontribusi tertentu pada saat penyusunan
strategi pada level yang berbeda. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk tetap hidup
dan berkembang. Tujuan tersebut hanya dapat dilakukan apabila perusahaan dapat
mempertahankan dan meningkatkan penjualannya.untuk meraih laba, melalui usaha
mencari dan membina langganan, serta usaha menguasai pasar. Tujuan ini dapat dicapai
Universitas Sumatera Utara
apabila bagian pemasaran perusahaan melakukan strategi yang mantap. Oleh karena itu
strategi pemasaran mempunyai peranan penting untuk keberhasilan usaha perusahaan.
Pengertian strategi pemasaran menurut Tjiptono (2005:8) adalah alat fundamental
yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan
keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program
pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut. Strategi pemasaran
memberikan arah dalam kaitannya dengan variabel-variabel seperti segmentasi pasar,
identifikasi pasar sasaran, positioning, elemen bauran pemasaran dan biaya bauran
pemasaran. Dalam merencanakan strategi pemasaran, manajer pemasaran haruslah
mengambil keputusan mengenai bagaimana ia akan menggunakan alat-alat pemasaran
yang dimilikinya untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Khusus dalam bidang pemasaran ada 2 faktor (variabel ) yang dihadapi manajer
pemasaran dalam rnerencanakan strateginya yaitu faktor yang dapat dikendalikan
(controllable factors) dan faktor yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable factors ).
Pada faktor yang dapat dikendalikan, manajer dihadapkan pada faktor yang terkait dengan
pelaksanaan fungsi perusahaan, yang meliputi keuangan/pembelanjaan, pemasaran,
produksi serta organisasi dan SDM. Sedangkan faktor yang tidak dapat dikendalikan,
yang perlu dianalisa adalah keadaan pasar atau persaingan, perkembangan teknologi,
keadaan ekonomi, peraturan dan kebijakan pemerintah, keadaan sosial budaya dan
keadaan politik.
Manajer pemasaran dihadapkan pada faktor-faktor yang tak dapat dikendalikan
yang membatasinya. Manajer dihadapkan pada ciri-ciri tertentu dan permintaan (demand)
yang terdapat di pasar. Persaingan (competition) adalah suatu faktor hidup yang sangat
berpengaruh terhadap apa yang dapat dan yang tak dapat dilakukannya. Banyak
pertimbangan hukum yang membatasi usahanya. Adanya penyesuaian strategi dengan
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan dan operasi dari para distributor dan penjual, melalui siapa produknya akan
dijual. Biaya non pemasaran seperti biaya produksi dan overhead (umum) menimbulkan
keterbatasan pada strategi yang direncanakan.
Salah satu unsur dalam strategi pemasaran yang merupakan inti dari sistem
pemasaran perusahaan adalah bauran pemasaran (Marketing Mix) yang berkaitan dengan
penentuan bagaimana perusahaan menyajikan penawaran produk pada segmen pasar
tertentu, yang merupakan sasaran pasarnya.
Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan
untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran. ( Kotler, 2009 :119). Bauran
pemasaran ini secara umum terdiri dari 4 komponen variabel pemasaran (4P) yaitu
Product (produk), Price (harga), Place (lokasi) dan Promotion (promosi). Keempat
strategi tersebut saling mempengaruhi (independent), sehingga semuanya penting sebagai
satu kesatuan strategi, yaitu strategi Acuan/Bauran, dan merupakan bagian dari strategi
pemasaran (Marketing Strategy).
1. Strategi Produk
Menurut Yoeti (2004:59), produk adalah segala sesuatu yang dapat dinikmati
konsumen. Produk dapat dipasarkan oleh Marketer. Marketer harus dapat
mengembangkan value tambahan dari produknya selain basic features-nya, supaya dapat
dibedakan dan bersaing dengan produk lain, dengan kata lain memiliki image tersendiri
(Lupiyoadi, 2001:59).
2. Strategi Harga
Merupakan sesuatu yang diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu
barang atau jasa (Lamb, dkk. 2001:268). Harga adalah jumlah uang yang pelanggan bayar
untuk produk tertentu (Kotler, 2009:120). Harga berkenaan dengan kebijakan strategis
dan taktis, seperti tingkat harga, struktur diskon, syarat pembayaran, dan tingkat
Universitas Sumatera Utara
diskriminasi harga di antara berbagai kelompok pelanggan. Menurut Tjiptono (2005:181),
penetapan harga maksimum akan dibatasi oleh permintaan pelanggan, khususnya daya
beli. Strategi penentuan harga (pricing) sangat signifikan dalam pemberian value kepada
konsumen dan mempengaruhi image produk serta keputusan konsumen untuk membeli.
Pricing juga berhubungan dengan pendapatan dan turut mempengaruhi supply atau
marketing channel. Akan tetapi, yang paling penting adalah keputusan dalam pricing
harus konsisten dengan strategi pemasaran secara keseluruhan.
3. Strategi Lokasi
Keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses penyaluran produk bagi para
pelanggan potensial. Menurut Lupiyoadi (2001:61), place dalam service merupakan
gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan
dengan bagaimana cara penyampaian produk kepada konsumen dan di mana lokasi yang
strategis.
4. Strategi Promosi
Meliputi berbagai metode untuk mengkomunikasikan manfaat jasa kepada
pelanggan potensial dan aktual. Yang perlu diperhatikan dalam promosi adalah pemilihan
bauran promosi yang sangat penting untuk dilaksanakan oleh perusahaan untuk
memasarkan jasa dalam kegiatan pembelian / penggunaan jasa. Metode tersebut terdiri
atas aktivitas periklanan (advertising), personal selling, promosi penjualan, public
relations, informasi dari mulut ke mulut (word of mouth), dan pemasaran langsung
(direct marketing). (Kotler, 2009:24)
2.1.4. Keputusan Konsumen
a. Pengertian Konsumen
Menurut Setiadi (2003:25), konsumen adalah raja. Konsumen adalah individu dan
pembeli berbentuk organisasi yang menukarkan sumber daya untuk berbagai macam
Universitas Sumatera Utara
baarang dan jasa. Konsumen memiliki kemampuan penuh untuk menyaring semua upaya
untuk mempengaruhi dengan hasil bahwa semua yang dilakukan oleh perusahaan niaga
harus disesuaikan dengan motivasi dan perilaku konsumen.
Pasar konsumen terdiri dari semua individu dan rumah tangga yang membeli atau
memperoleh barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Para konsumen sangat beraneka
ragam menurut usia, pendapatan, tingkat pendidikan, pola perpindahan tempat dan selera.
b. Proses Pengambilan Keputusan
Menurut Kotler dan Keller (2007:235), para sarjana pemasaran telah menyusun
“model lima tahap” proses keputusan pembelian. Para konsumen melewati lima tahap,
yaitu:
Gambar 2.3 Proses Pembelian Konsumen Model Lima Tahap Sumber: Kotler dan Keller (2007:235)
1. Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan.
Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal.
2. Pencarian Informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan
dinamakan penguatan perhatian. Pada level ini, orang hanya sekedar lebih peka
terhadap informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu mungkin mulai aktif
mencari informasi, seperti, mencari bahan bacaan, menelepon teman dan
mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu.
Pengenalan Masalah
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Keputusan Pembelian
Perilaku Pasca Pembelian
Universitas Sumatera Utara
3. Evaluasi Alternatif
Beberapa konsep dasar akan membantu kita memahami proses evaluasi
konsumen. Pertama, konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen
mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen memandang
masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang
berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan
kebutuhan itu.
4. Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merek-
merek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga dapat membentuk niat
untuk membeli merek yang paling disukai. Dalam melaksanakan maksud
pembelian, konsumen bisa mengambil lima sub keputusan: merek, dealer,
kuantitas, waktu, dan metode pembayaran.
5. Perilaku Pasca Pembelian
Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami ketidaksesuaian karena
memperhatikan fitur-fitur tertentu yang mengganggu atau mendengar hal-hal yang
menyenangkan tentang merek lain, dan akan selalu siaga terhadap informasi yang
mendukung keputusannya. Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika
produk dibeli. Para pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan
pasca pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian.
Menurut Tjiptono (2005:54) Salah satu perbedaan fundamental antara pembelian
barang dan jasa adalah menyangkut proses produksi dan konsumsi. Pada barang, tahap
pembelian dan konsumsi biasanya terpisah. Meskipun terdapat interaksi antara pemasar
dan pelanggan selama tahap pembelian aktual, tahap pemakaian barang biasanya terlepas
dari pengaruh langsung para pemasar. Sebaliknya sebagian besar jasa diproduksi dan
Universitas Sumatera Utara
dikonsumsi secara bersamaan. Konsekuensinya, perusahaan jasa berpeluang besar untuk
secara aktif membantu pelanggan memaksimumkan nilai dari pengalaman konsumsinya
sehingga penyedia jasa secara efektif mempengaruhi proses konsumsi dan evaluasi.
Pengambilan keputusan konsumen adalah Proses pengintegrasian yang
mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif,
dan memilih salah satu diantaranya (Setiadi, 2003:415). Menurut Tjptono (2005:43),
proses keputusan konsumen bisa diklasifikasikan secara garis besar ke dalam tiga tahap
utama, yakni pra pembelian, konsumsi, dan evaluasi purna beli. Menurut Kotler dan
Amstrong (2001:226) Keputusan Konsumen adalah tahap dalam proses pengambilan
keputusan pembelian di mana konsumen benar-benar membeli. Menurut Hasan
(2008:139), proses pengambilan pembelian berakhir pada tahap perilaku purna beli di
mana konsumen merasakan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan akan
mempengaruhi perilaku berikutnya. Banyak orang berpendapat bahwa pembeli yang puas
merupakan iklan yang terbaik bagi produk.
2.2 Penelitian terdahulu
Hutagaol (2005) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Bauran Pemasaran
Terhadap Keputusan Pembelian Produk Minuman Kopi di POTLUCK Coffee Bar and
Library Bandung”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan strategi
bauran pemasaran (X) yang dilakukan di POTLUCK khususnya untuk produk minuman
kopi mempunyai hubungan yang cukup kuat dan searah dengan keputusan pembelian (Y)
produk minuman kopi tersebut Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan strategi bauran pemasaran yang dilakukan oleh POTLUCK secara umum
telah dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian.untuk
itu, pihak POTLUCK sebaiknya dapat memperhatikan strategi bauran pemasaran yang
selama ini digunakan khususnya dalam hal harga karena harga memiliki pengaruh terbesar
Universitas Sumatera Utara
bagi keputusan pembelian yakni sebesar 0,655 dan memperbaiki strategi promosi yang
selama ini dilakukan karena promosi memiliki pengaruh yang terkecil bagi keputusan
pembelian yakni sebesar 0,273 sehingga dengan memperbaiki segala kekurangan-
kekurangan tersebut diharapkan dapat meningkatkan keputusan pembelian konsumen atas
produk minuman kopi yang ditawarkan di POTLUCK.
Suryadi (2009) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Bauran Pemasaran
terhadap Keputusan Konsumen dalam Pembelian Kartu Prabayar IM3 di Kota Pontianak”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh bauran pemasaran yang terdiri dari
produk, lokasi, harga, promosi ke konsumen dalam keputusan pembelian IM3 di
Pontianak. Data dianalisis menggunakan regresi linier berganda dengan SPSS 12.0
program sebagai alat untuk pengolahan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengolahan data produk, lokasi, harga, promosi yang signifikan secara simultan
berpengaruh terhadap keputusan konsumen untuk membeli kartu prabayar IM3 di
Pontianak. Keempat faktor ini dapat mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli
IM3 Kartu Prabayar di Pontianak sebanyak 83,70%, sedangkan sisanya 16.30%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual atau kerangka pemikiran adalah pondasi utama di mana
sepenuhnya proyek penelitian itu ditujukan, di mana hal ini merupakan jaringan hubungan
antarvariabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan, dan dikolaborasi dari
perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi, dan
survei literatur (Kuncoro, 2009:52).
Menurut Tjiptono (2005:30), bauran pemasaran produk merupakan seperangkat
alat yang dapat digunakan pemasar untuk membentuk karakteristik produk yang
Universitas Sumatera Utara
ditawarkan kepada pelanggan. Bauran pemasaran produk terdiri dari produk (product),
lokasi (place), harga (pricing), promosi (promotion).
Menurut Kotler dan Amstrong (2001: 226), pengertian keputusan pembelian atau
keputusan konsumen adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana
konsumen benar-benar membeli. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan
individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang
yang ditawarkan.
Menurut Kotler dan Keller (2007:24), Bauran pemasaran menggambarkan pandangan
penjual tentang alat pemasaran yang tersedia untuk mempengaruhi pembeli untuk membeli
suatu produk. Marketing mix digunakan dalam strategi pemasaran sebagai suatu cara untuk
mempengaruhi konsumen agar mau bertindak membeli suatu product (Yoeti, 2004:26).
Produk Herbalife menggunakan 4P faktor yaitu produk (product), lokasi (place), harga
(price), dan promosi (promotion) yang lebih dominan untuk menarik minat konsumen
dalam membeli produk Herbalife.
Berdasarkan teori pendukung tersebut, maka kerangka konseptual pada penelitian
ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Sumber: Kotler (2009:24) (diolah)
Keputusan Konsumen (Y)
Bauran Pemasaran (X)
X1: Produk (Product)
X2: Lokasi (Place)
X3: Harga (Price)
X4: Promosi (Promotion)
Universitas Sumatera Utara
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu penjelasan sementara tentang perilaku,fenomena,atau
keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. (Kuncoro, 2009:59) Berdasarkan
perumusan masalah ini, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: bauran pemasaran
yang terdiri variabel produk, lokasi, harga dan promosi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan konsumen dalam membeli produk Herbalife.
Universitas Sumatera Utara