Chapter II
-
Upload
aminudin-alfat -
Category
Documents
-
view
116 -
download
0
Transcript of Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Cincau Hitam
Bahan baku cincau hitam adalah ekstrak tanaman jenggelan (Mesona
palutris BL) yang telah dikeringkan. Daun janggelan mengandung nilai gizi yang
cukup baik per 100 gramnya, terutama ditinjau dari kandungan mineral dan
vitaminnya. Cincau hitam merupakan bahan makanan yang sangat minim
kandungan gizinya. Kandungan terbesar adalah air, hampir mencapai 98 %
(Indosiar, 2007).
Tanaman janggelan merupakan tanaman perdu, tumbuh dengan baik pada
ketinggian antara 150-1800 meter dari permukaan laut. Pohon janggelan yang
telah dipanen selanjutnya dikeringkan dengan cara menghamparkannya di atas
permukaan tanah, hingga warnanya berubah dari hijau menjadi cokelat tua.
Tanaman cincau yang telah kering inilah yang merupakan bahan baku utama
pembuatan cincau hitam (Sunanto, 1995).
Tanaman cincau hitam sebagai bahan baku cincau hitam banyak tumbuh
secara liar dihutan hutan, akan tetapi dengan semakin meningkatnya permintaan
akan potongan kering tanaman cincau hitam atau biasa disebut sebagai simplisia
kering, maka petani banyak yang membudidayakannya. Tanaman cincau hitam
yang telah dipanen selanjutnya dikeringkan dengan cara dihamparkan di atas
permukaan tanah, sehingga warnanya berubah dari hijau menjadi berwarna
cokelat tua. Simplisia yang dipotong-potong kemudian dimasukkan kedalam
karung dan ditekan sehingga menjadi padat. Simplisia kering inipun siap
dipasarkan (Widyanigsih, 2007).
5
Universitas Sumatera Utara
Cincau hitam mengandung sejumlah mineral dan karbohidrat dalam
jumlah lumayan, vitamin A, B1, C, kandungan kalori rendah dan memiliki khasiat
menurunkan panas badan, panas dalam, mencegah gangguan pencernaan,
menurunkan tekanan darah tinggi dan menurunkan berat badan. Di dalam tubuh,
serat larut air dapat mengikat kadar gula dan lemak sehingga bermanfaat untuk
mencegah penyakit diabetes mellitus, jantung, serta stroke. Ekstrak cincau hitam
memiliki aktivitas antioksidan yang jauh lebih kuat dari vitamin E
(Indosiar,2007).
Farmakologi Cina dan pengobatan tradisional juga mengatakan tanaman
cincau bermanfaat untuk anti demam, anti racun, bahkan menurunkan tekanan
darah. Manfaat tanaman ini biasanya dari penggunaan rimpang dan daunnya. Bila
dicicipi getah dari tanaman ini, rasanya agak manis dan dingin. Khasiat yang
terkandung didalam janggelan berasal dari unsur kimia yang ada di dalamnya
(Ruhnayat, 2002).
Ekstrak Cincau Hitam
Adapun kandungan serat di dalam cincau juga tinggi. Penelitian yang
dilakukan oleh Direktorat Gizi Departemen Kesehatan terhadap cincau
mengungkapkan terdapat 6,23 gram per 100 gram kandungan serat kasar dalam
gel cincau. Ini berarti bila cincau dikonsumsi bersama dengan buah dan sayur-
mayur sehari-hari bias memadai untuk memenuhi kebutuhan serat harian sebesar
30 gram sehingga bias membantu memerangi penyakit degeneratif seperti jantung
koroner. Kalori yang terkandung di dalamnya adalah 122 kalori dan protein
sebesar 6 gram. Karena kandungan seratnya yang tinggi dan kalorinya yang
rendah sehingga baik dikonsumsi sehari-hari (Pitojo,2008).
Universitas Sumatera Utara
Cincau hitam bermanfaat untuk kesehatan, khasiat tersebut terkait erat
dengan kandungan serat larut air (soluble dietary fiber) yang terdapat di
dalamnya. Di dalam tubuh, serat larut air dapat mengikat kadar gula dan lemak/
kolestrol, sehingga bermanfaat untuk mencegah penyakit diabetes mellitus,
jantung, stroke, dan penyakit kardiovaskular lainnya. Komponen aktif polifenol
yang terdapat pada cincau hitam mampu mencegah kerusakan DNA pada limfosit
manusia yang terpapar radikal bebas berupa hidrogen peroksida dan iridiasi sinar
UV. Ekstrak cincau hitam memiliki aktivitas antioksidan yang kuat akibat adanya
senyawa-senyawa fenol (Ardyan, 2007).
Cincau merupakan bahan makanan tradisional yang telah lama dikenal
masyarakat dan digunakan sebagai isi minuman segar. Cincau disenangi karena
berasa khas, segar dan dingin serta harganya murah. Umumnya masyarakat
membuat cincau secara tradisional yang bersifat turun-temurun, yaitu dengan
meremas-remas daun cincau segar dalam air dingin dengan perbandingan tertentu,
disaring dan didiamkan selama 1 jam. Cara tradisional menyebabkan pembuatan
dan kegunaan cincau sangat terbatas, juga kualitas gel cincau yang dihasilkan
beragam (Koswara,2009).
Untuk mengeraskan tekstur gel, dalam air dicampurkan bubuk batu
karang. Sebelum proses ekstraksi daun lebih dulu dicuci dengan air dingin untuk
menurunkan suhu daun yang akan diekstrak. Jika daun cincau terkena suhu tinggi
terlalu lama, gel cincau yang dihasilkan tidak baik karena terjadi proses kimiawi
dalam daun yang merubah struktur polimer pembentuk gel (Koswara, 2009).
Cincau hitam dibuat dari seluruh bagian tanaman janggelan dengan
bantuan proses pemanasan dan penambahan pati serta NaOH. Tanaman janggelan
Universitas Sumatera Utara
dapat diekstrak menghasilkan komponen pembentuk gel berupa hidrokoloid. Gel
ini bersama-sama dengan sejumlah pati dan NaOH mampu membentuk gel yang
kokoh dan kuat. Gel yang terbentuk inilah dikenal dengan istilah cincau hitam.
Tingkat kekerasan gel cincau hitam pada umumnya lebih baik. Dengan demikian
cincau hitam lebih tahan terhadap proses sineresis yaitu keluarnya cairan dari gel,
sehingga gel menjadi mudah hancur dan kehilangan sifat kenyalnya. Itulah
sebabnya cincau hitam banyak diperjual belikan diberbagai tempat
(Astawan, 2009a).
Meskipun suatu gel adalah sistem dispersi koloid zat cair dalam zat padat
namun tidak berarti zat cair sebagai fase dispersinya harus lebih sedikit daripada
zat padat sebagai medium dispersi. Pada kenyataannya dijumpai bahwa persentase
zat padat pada hampir semua gel adalah jauh lebih kecil dari pada persentase zat
cairnya. Semua gel mempunyai konsistensi padat atau hampir padat dengan harga
plastisitas yang tinggi, dan gel pati merupakan golongan gel elastis, reversible
yang dapat kembali membentuk sol (Sulaiman, 1995).
Komponen pembentuk gel cincau merupakan hidrokoloid dan termasuk
dalam jenis hidrokoloid yang dapat membentuk gel. Sifat pembentukan gel
bervariasi dari satu jenis hidrokoloid ke hidrokoloid yang lainnya tergantung pada
jenisnya. Gel mungkin mengandung 99,9 % air tetapi mempunyai sifat lebih khas
seperti padatan, khususnya sifat elastisitas dan kekuatan. Ada banyak faktor yang
mempengaruhi pembentukkan gel hidrokoloid, faktor-faktor ini dapat berdiri
sendiri atau berhubungan satu sama lain sehingga memberikan pengaruh yang
sangat kompleks. Diantara faktor tersebut yang paling menonjol adalah
Universitas Sumatera Utara
konsentrasi, suhu, pH, dan adanya ion atau komponen aktif lainnya
(ebookpangan, 2006a).
Hidrokoloid adalah suatu polimer larut dalam air, mampu membentuk
koloid dan mampu mengentalkan larutan atau membentuk gel dari larutan
tersebut. Ada beberapa jenis hidrokoloid yang digunakan dalam industri pangan
baik yang alami maupun sintetik. Hidrokoloid tersebut diklasifikasikan menjadi
tiga jenis utama yaitu hidrokoloid alami, hidrokoloid alami termodifikasi, dan
hidrokoloid sintetik (ebookpangan, 2006b).
Untuk membentuk gel pada cincau, ekstrak janggelan harus ditambahkan
pati tapioka kemudian dipanaskan kembali diaduk dengan cepat hingga mendidih
dan membentuk adonan yang jernih. Tapioka yang dibuat dari ubi kayu
mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu dalam
berbagai industri. Pada pembuatan gel cincau yang ditambahkan dengan pati
gandum dapat menghasilkan gel yang lebih baik dibandingkan dengan pati jagung
ataupun tapioka (Tabloid Posmo, 2007).
Pengolahan daun cincau menghasilkan gelatin atau semacam agar-agar
serta memiliki aroma spesifik. Gelatin cincau ini merupakan hasil olahan daun
cincau yang dicampur dengan sejumlah air sebagai pelarutnya dan cairan yang
didapatkan mengental dengan sendirinya. Gelatin cincau mudah mengalami
sinersis yaitu keluarnya air dari agar-agar terutama jika gelatin cincau tersebut
disimpan pada suhu kamar (Artha, 2001).
Bahan Pembantu Ekstraksi Cincau
Pati merupakan simpanan karbohidrat dalam tumbuh-tumbuhan dan
merupakan karbohidrat utama yang dimakan manusia diseluruh dunia. Komposisi
Universitas Sumatera Utara
amilopektin dan amilosa berbeda dalam pati berbagai bahan makanan.
Amilopektin pada umumnya terdapat dalam jumlah lebih besar. Sebagian besar
Pati mengandung antara 15 % - 35 % amilosa. Dalam butiran pati, rantai-rantai
amilosa dan amilopektin tersusun dalam bentuk semi kristal, yang
menyebabkannya tidak larut dalam air dan memperlambat pencernaannya oleh
amilase di pancreas (Almatsier, 2004).
Tapioka yang dibuat dari ubi kayu mempunyai banyak kegunaan, antara
lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri. Dibandingkan dengan
tepung jagung, kentang, gandum atau terigu, komposisi zat gizi tapioka cukup
baik sehingga mengurangi kerusakan tenun, juga digunakan sebagai bahan bantu
pewarna putih. Tapioka juga banyak digunakan sebagai bahan pengental, bahan
pengisi dan bahan pengikat dalam industri makanan seperti dalam pembuatan
pudding, makanan bayi, es krim, pengolahan sosis daging dan industri farmasi
(Teknopangan & Agroindustri, 2008).
Proses ekstraksi janggelan dilakukan dengan cara perebusan, pada tahap
ini beberapa jenis mineral sering kali ditambahkan untuk meningkatkan rendemen
ekstrak dan kekuatan gel. Di Indonesia, mineral yang sering digunakan adalah
ekstraksi natrium dalam bentuk natrium bikarbonat atau natrium karbonat
(Pitojo dan Zumiati, 2005).
Meskipun suatu gel adalah sistem dispersi koloid zat cair dalam zat padat
namun tidak berarti zat cair sebagai fase dispersinya harus lebih sedikit daripada
zat padat sebagai medium dispersi. Pada kenyataannya dijumpai bahwa persentase
zat padat pada hampir semua gel adalah jauh lebih kecil dari pada persentase zat
cairnya. Semua gel mempunyai konsistensi padat atau hampir padat dengan harga
Universitas Sumatera Utara
plastisitas yang tinggi , dan gel pati merupakan golongan gel elastis, reversibel
yang dapat kembali membentuk sol (Sulaiman, 1995).
Untuk membentuk gel pada cincau , ekstrak janggelan harus ditambahkan
pati (tapioka) kemudian dipanaskan sambil diaduk dengan cepat hingga mendidih
dan membentuk adonan yang jernih. Tapioka yang dibuat dari ubi kayu
mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu dalam
berbagai industri. Pada pembuatan gel cincau yang ditambahkan dengan pati
gandum dapat menghasilkan gel yang lebih baik dibandingkan dengan pati jagung
ataupun tapioka (Tabloid Posmo, 2007).
NaOH (Natrium Hidroksida) adalah salah satu bahan yang dipakai dalam
membuat cincau hitam, sifat NaOH korosif dan bisa menghasilkan panas apabila
diberi air sehingga NaOH sering juga disebut soda api. Hasil pencampuran air dan
NaOH bisa mencapai suhu 90oC. Secara umum sifat basa adalah memiliki tekstur
yang licin karena diakibatkan korosif lemak pada permukaan kulit dan larutan
NaOH pada air akan membentuk ion sehingga merupakan larutan elektrolit
(Hamazaro, 2009).
Basa merupakan senyawa kimia yang menyerap ion hidronium ketika
dilarutkan dalam air. Basa ditunjukkan untuk unsur atau senyawa kimia yang
memiliki pH lebih dari 7. Basa dapat dibagi menjadi dua yaitu basa kuat dan basa
lemah. Kostik merupakan istilah yang digunakan untuk basa kuat. Kekuatan basa
sangat tergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam
larutan dan konsentrasi larutan basa tersebut (Wikipedia,2008).
Dalam pembuatan cincau hitam, pati tapioka merupakan komponen
penting. Tanpa penambahan pati, maka gel yang diharapkan tidak akan terbentuk.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, tapioka juga berguna untuk meningkatkan nilai energinya. Tanaman
janggelan yang mempunyai batang dan daun yang lebih kecil tetapi relatif lebih
berat dapat menghasilkan gel cincau yang lebih banyak dibandingkan dengan
tanaman jenggelan yang batang dan daunnya lebih besar tetapi beratnya relatif
lebih ringan. Mutu tapioka dan air yang digunakan sangat menentukan daya tahan
atau keawetan cincau yang dihasilkan (Astawan,. 2009b).
Pati sangat perlu ditambahkan sebagai pengental dalam pembentukkan gel
cincau hitam. Ekstrak cincau hitam berupa suspensi komponen pembentuk gel ini
baru dapat membentuk gel yang kokoh dan kuat seperti agar-agar bila terdapat
bersama-sama pati setelah mengalami proses pemanasan. Pati yang biasa
digunakan adalah pati tapioka tetapi pati lainnya juga dapat digunakan seperti pati
sagu atau pati garut. Agar-agar atau keragenan dapat juga ditambahkan untuk
menggantikan pati, gel cincau hitam yang dihasilkannya akan lebih keras dan
kokoh (Widyaningsih, 2007).
Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik.
Berbagai macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai C, serta
apakah lurus atau bercabang rantai molekulnya. Pati terdiri dari dua fraksi yang
dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi yang
tidak terlarut dinamakan amilopektin. Amilosa memiliki struktur lurus dengan
ikatan α-(1-4)-D-glukosa sedangkan amilopektin mempunyai cabang dengan
ikatan α-(1-6)-D-glukosa sebanyak 4-5 hari berat total (Winarno, 1997).
Pati merupakan bentuk dari karbohidrat yang ditimbun di dalam tanaman
dan sebagai sumber energi pada makanan. Pati terdiri dari rantai molekul-molekul
glukosa yang panjang dengan 2 jenis, yaitu amilosa dari rantai molekul glukosa
Universitas Sumatera Utara
yang panjang dan lurus serta amilopektin yang terdiri dari rantai molekul glukosa
yang lebih pendek dan bercabang. Apabila pati dipanasi dengan panas basah atau
direbus, butir-butir pati tersebut akan menyerap air dan mengembang dan
didnding sel-sel akan pecah (hancur) sehingga lebih mudah dicerna oleh enzim-
enzim perncernaan. Amilopektin mempunyai sifat koloidal sehingga jika
dipanaskan, campuran air dengan pati akan menjadi kental (Purba et al., 1984).
Beberapa sifat pati adalah mempunyai rasa yang tidak manis, tidak larut
dalam air dingin tetapi di dalam air panas dapat membentuk gel atau sol yang
bersifat kental. Sifat kekentalannya ini dapat digunakan untuk mengatur tekstur
makanan dan sifat gelnya dapat diubah oleh gula atau asam. Penguraian tidak
sempurna dari pati dapat menghasilkan dekstrin yaitu suatu bentuk oligosakarida
(Winarno, et al., 1980).
Apabila pati mentah dimasukkan ke dalam air dingin, granula patinya akan
menyerap air dan membengkak. Namun demikian jumlah air yang terserap dan
pembengkakannya terbatas. Air yang terserap tersebut hanya dapat mencapai
30%. Peningkatan volume granula pati yang terjadi di dalam air pada suhu antara
55oC – 65oC merupakan pembengkakan yang sesungguhnya, dan setelah
pembengkakan ini granula pati dapat kembali pada kondisi semula. Granula pati
dapat dibuat membengkak luar biasa, tetapi bersifat tidak dapat kembali lagi pada
kondisi semula. Perubahan tersebut dinamakan gelatinisasi. Suhu gelatinisasi
tergantung pada konsentrasi pati. Makin kental larutan, suhu tersebut makin
lambat tercapai, sampai suhu tertentu kekentalan tidak bertambah bahkan kadang-
kadang turun (Winarno, 1997).
Universitas Sumatera Utara
Tapioka banyak digunakan dalam berbagai industri karena kandungan
patinya yang tinggi dan sifat patinya yang mudah membengkak dalam air panas
dengan membentuk kekentalan yang dikehendaki. Selain itu pemakaian tapioka
disukai karena memiliki larutan yang jernih, daya gel yang baik, rasa yang netral,
warna yang terang dan daya lekatnya yang sangat baik (Somaatmadja, 1984).
Pati dapat digolongkan berdasarkan sifat-sifat pasta yang dimasak. Pati
serelia (jagung, gandum, beras dan sorghum) membentuk pasta kental yang
mengandung bagian-bagian pendek dan pada pendinginan membentuk gel yang
buram. Pati akar dan umbi (kentang, ketela, dan tapioka) membentuk pasta sangat
kental dan mengandung bagian-bagian panjang. Pasta ini jernih dan
kecenderungan membentuk gel rendah. Pati beramilosa tinggi (jagung)
memerlukan suhu tinggi untuk penggelatinan dan menhasilkan pasta dengan
bagian-bagian pendek yang membentuk gel buram yang sangat kokoh pada
pendinginan (deMan, 1997).
Bubuk Cincau Hitam Instan
Saat ini dengan kemajuan teknologi di pasaran telah mulai dikenal produk
baru bubuk cincau hitam instan. Bubuk cincau hitam instan adalah produk baru
cincau hitam yang lebih awet, praktis, higienis bila dibandingkan dengan produk
bentuk gel cincau hitam. Cincau bubuk dapat dibuat dengan cara seperti
pembuatan cincau pada umumnya (Widyaningsih, 2000).
Bila ditinjau dari segi manfaatnya yang banyak dan peluang pasar yang
cukup besar, maka perlu adanya penganekaragaman dari produk cincau hitam ini,
salah satunya yaitu dibuat tepung. Tepung cincau hitam mempunyai beberapa
keuntungan bila dibandingkan dalam bentuk gelatinnya, karena bentuk gelatinnya
Universitas Sumatera Utara
mudah mengalammi sineresis dan mudah ditumbuhi jamur, sehingga tidak dapat
di simpan dalam waktu yang lama serta menjadi masalah dalam transportasinya.
Adapun pemilihan tepung tapioka sebagai bahan pengisi karena mempunyai kadar
amilopektin yang tinggi (Sudiatmini, 2004).
Pembuatan Bubuk Cincau Hitam Instan
Bubuk cincau hitam instan adalah produk baru cincau hitam yang lebih
praktis, awet, dan higienis bila dibandingkan dengan produk bentuk gel cincau
hitam. Cincau bubuk dapat dilihat dengan cara seperti pembuatan cincau pada
umumnya. Simplisia kering janggelan dibersihkan, dididihkan dalam air dan
dimasukkan simplisia dan NaOH. Setelah diperoleh ekstrak yang akan dibuat
cincau, lakukan penambahan tapioka yang telah diencerkan dengan ekstrak
cincau, dimasak, diaduk merata hingga cairan kental. Cairan kental tersebut
dimasukkan tipis-tipis kedalam loyang dan dikeringkan dalam oven ataupun
menggunakan sinar matahari. Hasil pengeringan tersebut diblender sampai halus
dan dapat dikemas sehingga menjadi produk bubuk cincau hitam
(Widyaningsih, 2000).
Standard Cincau Hitam Instan
Dari daftar komposisi bahan makanan yang diterbitkan oleh Direktorat
Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(DEPKES.RI.NO.SP.0608/13.06/99) yang menyatakan komposisi zat gizi daun
cincau hitam setiap 100 gram bahan diketahui bahwa daun cincau memiliki
kandungan karbohidrat cukup, kalsium, fosfor, vitamin A, dan vitamin B cukup
tinggi. Oleh karena itu, daun cincau dapat dikategorikan sebagai bahan pangan
Universitas Sumatera Utara
yang layak konsumsi baik sebagai campuran penyegar minuman dan sebagai
khasiat obat (DepKes, 1996).
Adapun kandungan zat gizi daun cincau hitam setiap 100 gram bahan
dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini :
Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Daun Cincau Hitam per 100 gram bahan
Komposisi Gizi Daun Cincau
Energi (kkal) 122 Protein (g) 6 Lemak (g) 1 Karbohidrat (g) 26 Kalsium (mg) 100 Fosfor (mg) 100 Besi (mg) 3,3 Vitamin A (SI) 10750 Vitamin B1 (mg) 80 Vitamin C (mg) 17 Air (g) 66,0 Bahan yang dapat dicerna (%) 40 Sumber : Direktorat Gizi DepKes (1996)
Universitas Sumatera Utara