Chapter II

17
 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Rotan Pengelompokan jenis-jenis rotan umumnya didasarkan atas persamaan ciri-ciri karakteristik morfologi organ tanaman, yaitu: akar, batang, daun, bunga,  buah dan alat-alat tambahan. Dalam ilmu taksonomi tumbuhan, rotan diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh ) Divisi : Spermatophy ta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyled oneae Ordo : Arecales Famili : Palmae (Arecaceae) Sub Famili : Calamoideae Genus : Calamus Spesies : Calamus  caesius (rotan sega) (Plantamor, 2008). Rotan dan Potensinya Rotan merupakan palem berduri yang memanjat dan hasil hutan bukan kayu yang terpenting di Indon esia. Rotan dapat berbatang tunggal atau berumpun. Rotan y ang tumbuh soliter hanya dipanen sekali dan tidak beregenerasi d ari tunggul y ang terpotong, sedan gkan rotan yang tum buh berump un dapat dipanen terus-menerus. Habitat rotan pada umumnya pada daerah yang tinggi, tumbuh Universitas Sumatera Utara

Transcript of Chapter II

5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 1/17

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Rotan

Pengelompokan jenis-jenis rotan umumnya didasarkan atas persamaan

ciri-ciri karakteristik morfologi organ tanaman, yaitu: akar, batang, daun, bunga,

buah dan alat-alat tambahan. Dalam ilmu taksonomi tumbuhan, rotan

diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Arecales

Famili : Palmae (Arecaceae)

Sub Famili : Calamoideae

Genus : Calamus

Spesies : Calamus caesius (rotan sega)

(Plantamor, 2008).

Rotan dan Potensinya

Rotan merupakan palem berduri yang memanjat dan hasil hutan bukan

kayu yang terpenting di Indonesia. Rotan dapat berbatang tunggal atau berumpun.

Rotan yang tumbuh soliter hanya dipanen sekali dan tidak beregenerasi dari

tunggul yang terpotong, sedangkan rotan yang tumbuh berumpun dapat dipanen

terus-menerus. Habitat rotan pada umumnya pada daerah yang tinggi, tumbuh

Universitas Sumatera Utara

5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 2/17

normal pada daerah yang tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering. Sedikit rotan

yang mampu bertahan hidup pada daerah yang kering dan daerah yang tergenang

air atau banjir berkepanjangan (Dransfield dan Manokaran, 1996).

Rotan sebagaimana asalnya merupakan tumbuhan yang tergolong dalam

kelompok palem- paleman yang hidupnya merambat. Golongan ini termasuk 

dalam sub-famili calamoideae yang mempunyai 13 marga dan sekitar 600 jenis

dan hidup pada kawasan hutan hujan tropis di Asia Tenggara. Kelompok rotan

pada umumnya tumbuh dan dijumpai pada daerah yang beriklim basah. Beberapa

laporan menyebutkan bahwa di Jawa dapat dijumpai sekitar 25 jenis, Sumatera 75

 jenis, Kalimantan 100 jenis, Sulawesi mencapai 25 jenis. Dari lebih 50 jenis yang

sudah dimanfaatkan dan diperdagangkan di Indonesia, ternyata baru sebagian

kecil yang diekspor; antara lain rotan manau, rotan tohiti , rotan irit  , rotan sega,

rotan semambu, rotan pulut putih, rotan pulut merah yang kesemuanya ini

termasuk dalam kelompok calamus (Erwinsyah, 1999) .

Potensi produksi rotan Indonesia sangat besar. Indonesia menempati

urutan pertama (75,5%) dalam produksi rotan dunia, urutan berikutnya adalah

Malaysia (8,5%), Thailand (7,5%), Filipina (6,6%) dan sisanya (1,9%) diproduksi

oleh negara-negara lain. Produksi rotan Indonesia sebagian besar (90%) diekspor

ke pasar dunia. Ekspor rotan Indonesai tersebut berupa rotan mentah, rotan

setengah jadi, dan barang jadi rotan. Penerimaan devisa rotan menempati urutan

kedua setelah kayu dalam ekspor hasil hutan (Muhdi, 2008).

Keberadaan sumber daya rotan yang hampir merata di seluruh wilayah

Indonesia merupakan suatu peluang dan tantangan bagi daerah setempat untuk 

memanfaatkannya menjadi komoditi yang dapat diandalkan terutama untuk 

Universitas Sumatera Utara

5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 3/17

pembangunan daerah dan untuk modal kesejahteraan masyarakat dan modal bagi

pembangunan ekonomi nasional. Dari beberapa tempat penghasil rotan yang

tersebar di Indonesia, terutama di Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan Irian jaya

diketahui bahwa kemampuan produksi rotan adalah berkisar antara 250.000 ton

sampai dengan 600.000 ton pertahunnya. Bahkan di Kalimantan Selatan dan

Kalimantan Timur rotan tanaman merupakan penghasil yang sangat penting.

Pernah dilaporkan bahwa seluas 30% hutan di Kalimantan Timur merupakan

daerah yang ditumbuhi rotan (Hartono, 1998).

Kegunaan Rotan

Rotan secara umum dapat digunakan sebagai bahan untuk mebeler atau

furniture, tetapi kenyataannya bagi yang menyenangi bahan dan produk dari rotan

dapat digunakan hampir disemua segi kehidupan manusia seperti konstruksi

rumah, isi rumah, perkantoran, jembatan, keranjang, tikar, lampit, tali, dll. Rotan

merupakan sumber devisa yang sangat besar bagi negara karena Indonesia adalah

satu satunya negara terbesar penghasil rotan didunia, rotan sebagai bahan baku

pabrik atau industri, home industri, sumber mata pencaharian dan meningkatkan

tarap hidup dan perekonomian masyarakat, terutama masyarakat sekitar hutan

(Maryana, 2010).

Produk tanaman rotan yang paling penting adalah batangnya. Batang rotan

yang sudah tua banyak dimanfaatkan untuk bahan baku kerajinan dan perabot

rumah tangga. Batang yang muda digunakan untuk sayuran, akar dan buahnya

untuk bahan obat tradisional. Getah rotan dapat digunakan untuk bahan baku

pewarnaan pada industri keramik dan farmasi. Manfaat tidak langsung dari rotan

adalah kontribusinya meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan,

Universitas Sumatera Utara

5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 4/17

peranannya dalam membentuk budaya, ekonomi, dan sosial masyarakat. Batang

rotan dapat dibuat bermacam-macam bentuk perabot rumah tangga atau hiasan-

hiasan lainnya. Misalnya mebel, kursi, rak, penyekat ruangan, keranjang, tempat

tidur, lemari, lampit, sofa, baki, pot bunga, dan sebagainya. Selain itu, batang

rotan juga dapat digunakan untuk pembuatan barang-barang anyaman untuk 

dekorasi, tas tangan, kipas, bola takraw, karpet, dan sebagainya

(Januminro, 2000).

Pemanfaatan Rotan 

Sebagai komoditi yang mulai dapat diandalkan untuk penerimaan negara,

rotan telah dipandang sebagai komoditi perdagangan hasil hutan non-kayu yang

cukup penting bagi Indonesia. Produk rotan ini juga telah menambah penerimaan

ekspor unggulan selain minyak dan gas bumi, serta dapat disejajarkan dengan

penerimaan ekspor utama pertanian lainnya seperti kopi, karet dan minyak sawit.

Disamping itu, industri rotan juga memenuhi persyaratan pengembangan ekspor

bukan migas karena: (a) memanfaatkan sumberdaya dalam negeri, (b) dapat

memperbesar nilai tambah, (c) dapat bersaing di pasar dunia, (d) dapat menyerap

tenaga kerja (Muhdi, 2008).

Dewasa ini nilai rotan begitu tinggi sehingga setiap batang dari spesies

yang komersial atau bernilai tinggi selalu di panen akibat dari jalan untuk 

penebangan kayu membuka kawasan kawasan yang semula sukar dicapai

sekarang sudah terbuka. Pengumpul rotan dapat memasuki kawasan hutan dan

memanen rotan dari dalam kawasan yang luas. Bahkan setelah diterbitkan ijin dan

retribusi dibayarkan kepada Dinas Kehutanan sangat mudah, ada bukti bukti yang

Universitas Sumatera Utara

5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 5/17

menunjukan bahwa panen dilakukan tanpa memperhatikan kelestarian sumber

daya (Maryana, 2010).

Dalam pengolahan rotan masih belum cukup memperlihatkan daya saing

yang tinggi. Desain yang dimiliki masih belum begitu berkembang dari bentuk 

furniture, keranjang, alat olahraga dan beberapa bentuk produk lainnya. Hal ini

diduga karena pemerintah dan instansi lain terkait di daerah masih belum

menunjukkan perhatian yang serius sebagaimana perhatian yang selama ini telah

diberikan kepada produk hasil hutan lainnya terutama kayu. Sebagaimana

diketahui kayu masih dipakai sebagai barometer keberhasilan ekspor hasil hutan

Indonesia (Sumadiwangsa, 2008).

Pemanfaatan hasil rotan alam dan rotan tanaman cukup berpeluang untuk 

meningkatkan penerimaan ekspor. Beberapa perubahan kebijakan pemerintah

yang dilakukan akhir-akhir ini telah memberikan harapan bagi peningkatan

penerimaan ekspor rotan Indonesia, sebagaimana dilaporkan bahwa ternyata

hasilnya telah menempatkan Indonesia menjadi ekportir produk rotan yang cukup

berhasil pada tahun 1991. Namun demikian walaupun telah terjadi peningkatan

penerimaan ekspor namun di sisi lain masalah yang dihadapi oleh para petani,

pengrajin, industri pengolah rotan dan pedagang rotan di lapangan, menjadikan

memanfaatkan rotan masih sangat rendah dan bahkan sering tidak menarik lagi

bagi para petani (Hartono, 1998).

Keberadaan industri pengolahan rotan akan sangat tergantung kepada

kondisi pasar. Apabila kondisi pasar mendukung, maka perlu terus didukung oleh

kelancaran bahan baku. Keberadaan rotan alam pada saat ini adalah sangat

mengkhawatirkan apabila mempertimbangkan kualitas hutan yang menurun

Universitas Sumatera Utara

5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 6/17

ditambah lagi dengan tekanan yang cukup serius akibat semakin meningkatnya

kebutuhan bahan baku rotan itu untuk pemenuhan kapasitas terpasang industri

(Erwinsyah, 1999).

Pengolahan Rotan dan Produknya

Pengolahan rotan adalah pengerjaan lanjutan dari rotan bulat (rotan asalan)

menjadi barang setengah jadi dan barang jadi atau siap dipakai atau dijual.

Pengolahan dalam industri yaitu proses pemisahan rotan bulat menjadi bagian-

bagian rotan seperti kulit dan hati, masing-masing bagian tersebut diolah lagi

sesuai tujuan dan pemanfaatannya. Pengolahan rotan terdiri pengolahan rotan

berdiameter kecil (< 18 mm) dan rotan berdiamerter besar (> 18 mm).

Pengolahan rotan asalan 

a.  Penggorengan

Tujuan penggorengan adalah untuk menurunkan kadar air agar cepat

kering dan juga untuk mencegah terjadinya serangan jamur. Cara

penggorengannya adalah potongan-potongan rotan tersebut diikat menjadi suatu

bundelan, kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang sudah disiapkan campuran

solar dengan minyak kelapa.

b.  Penggosokan dan pencucian

Setelah rotan digoreng, ditiriskan beberapa menit, kemudian digosok 

dengan kain perca (sabut kelapa) atau karung goni yang dicampur dengan serbuk 

gergaji, agar sisa kotoran terutama getah yang masih menempel pada kulit rotan

dapat dilepaskan, sehingga kulit rotan menjadi bersih dan akan dihasilkan warna

rotan yang bewarna cerah dan mengkilap. Setelah digoreng rotan dicuci dengan

Universitas Sumatera Utara

5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 7/17

air bersih sambil digosok dengan sabut kelapa untuk membersihkan kotoran yang

melekat pada batang.

c.  Pengeringan

Setelah rotan dicuci lalu dikeringkan dengan cara dijemur pada panas

matahari sampai kering dengan kadar air berkisar 15% - 19%. Pengeringan dapat

dilakukan dengan menjemur rotan langsung pada terik matahari.

d.  Pelurusan dan pemotongan

Sebagian besar rotan secara alami tidak ada yang lurus sempurna, terutama

rotan yang berdiameter besar. Pelurusan rotan dilakukan pada jenis rotan

berdiameter besar yang secara alamiah tidak lurus. Pelurusan rotan dilakukan

dengan alat yang dibuat dari sebatang balok ukuran 10 cm x 10 cm, panjang 1,25

m, dan pada bagian atas diberi lubang koakan untuk memasukkan dan meluruskan

rotan. Pemotongan dilakukan untuk menyeragamkan ukuran rotan secara

keseluruhan sesuai dengan syarat dan kualitas yang ditentukan/diinginkan.

e.  Pengawetan/pemutihan rotan

Pengawetan atau pemutihan rotan bertujuan untuk mengurangi kerusakan

dan kemunduran kualitas akibat senyawa berbagai organisme perusak.

Pengawetan rotan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

1. 

Perendaman pada air yang mengalir

2.  Perendaman dalam larutan pengawet/pemutih

3.  Perebusan dalam larutan bahan pengawet

f.  Pengasapan

Pengasapan bertujuan memasukkan asap belerang ke dalam pori-pori rotan

untuk membasmi serangan hama penyakit bila rotan disimpan dalam gudang

Universitas Sumatera Utara

5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 8/17

terlalu lama dan untuk meningkatkan warna mutu rotan. Lama pengasapan kurang

lebih 12-24 jam, tetapi dapat ditambah apabila warna rotan belum cukup putih.

g.  Sortasi kualitas

Sortasi kualitas bertujuan untuk menentukan kelas dan kualitas rotan

sesuai dengan standar yang berlaku atau syarat yang ditentukan menyangkut

diameter, warna, cacat dan lain sebagainya.

h.  Pengikatan, penimbangan, dan pembungkusan

Setelah rotan disortir menurut diameter dan tingkat kualitasnya, rotan

tersebut diikat dan ditimbangkan menjadi beberapa unit berat berdasrakan jenis

rotan, kualitas, dan ukurannya masing-masing. Selanjutnya, rotan yang sudah

ditimbang dan diikat dibungkus agar tidak terkena kotoran.

Pengolahan rotan menjadi barang jadi 

Proses pembuatan barang jadi sangat tergantung pada kreasi, imajinasi dan

keterampilan pembuatannya. Bentuk produk barang jadi dari bahan baku rotan

perlu memperhatikan beberapa faktor teknis, antara lain sebagai berikut:

a.  Aspek kenyamanan dan keselamatan fisiologis manusia yang akan

memanfaatkan dan mempergunakannya.

b.  Efisiensi penggunaan bahan, material, tenaga kerja dalam proses

produksinya.

c.  Hasil olahan harus mencerminkan dan menampilkan keindahan dan

estetika.

d.  Bahan baku yang digunakan harus sesuai dan serasi dengan bentuk 

produknya.

Universitas Sumatera Utara

5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 9/17

Cara membuat mebel rotan 

a.  Proses perancangan

Proses perancangan merupakan proses imajinasi bentuk produk yang ingin

dibuat. Proses perancangan dapat pula berupa kreasi terhadap bentuk yang sudah

ada.

b.  Pembentukan dan pembuatan tipe mebel

Pembentukan dan pembuatan tipe mebel dilakukan melalui tahap-tahap berikut:

1.  Proses pengukuran

Rotan yang akan dipakai untuk komponen pembuatan mebel disiapkan,

kemudian diukur secara teliti sesuai dengan ukuran yang tercantum dalam gambar

prototipe. Rotan yang dipakai untuk membuat mebel dapat berupa gabungan

antara rotan poles halus berkulit atau tanpa kulit dari kelompok rotan berdiameter

besar yang digunakan untuk rangka.

2.  Pemotongan

Pemotongan perlu memperhatikan tanda atau coretan sebagai hasil

pengukuran. Alat yang diperlukan untuk memotong rotan adalah gergaji.

3.  Pembengkokan

Alat yang diperlukan untuk membengkokkan rotan adalah engkol (catok),

meja kerja, kompor gas/semprot, dan steaming oven. Ada beberapa kerusakan

pada proses pembengkokan, seperti pecah, patah dan putusnya serat pada bagian

permukaan yang dilengkungkan

4.  Perakitan

Perakitan adalah penggabungan potongan atau bahan-bahan komponen

mebel yang sudah dipotong dan dibengkokkan. Perakitan memerlukan bahan

Universitas Sumatera Utara

5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 10/17

pembantu, antara lain lem kayu, paku (scrop, paku biasa) dan paku T Nedle.

Pelaksanaan perakitan dilakukan dengan cara merangkai potongan-potongan rotan

dengan mengacu pada bentuk gambar yang telah dibuat baik ukuran, bentuk, letak 

dan posisinya.

5.  Pengikatan

Dilakukan untuk menambah kekuatan dan keindahan bentuk mebel.

Bagian yang perlu diikat adalah sambungan-sambungan yang bentuk ikatannya

disesuaikan dengan bentuk sambungan dan mengikuti sambungan yang ada.

6.  Finishing

Finishing adalah penyempurnaan hasil akhir suatu produk barang jadi

mebel rotan. Proses finishing yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan

bentuk akhir yang indah dan menarik. Kegiatan finishing dapat berupa pewarnaan,

pemberian tambahan anyaman atau jok (Januminro, 2000).

Gambar 1. Beberapa produk rotan

Perkembangan Industri Rotan di Indonesia

Industri pengolahan barang jadi dari rotan masih terbatas pada industri rakyat

(home industry) seperti furniture, kerajinan dan lain-lainnya. Industri yang bersifat

mekanis masih sangat terbatas dan umumnya penghasil barang setengah jadi.

Universitas Sumatera Utara

5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 11/17

Barang-barang dari rotan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan umumnya

dihasilkan melalui proses industri yaitu kerajinan. Ciri khas hasil kerajinan yang

berbentuk karya seni dihasilkan melalui keterampilan. Di Indonesia orang-orang

yang terampil membuat kerajinan disebut perajin, yang jumlahnya cukup banyak 

dan peralatan yang digunakan sangat sederhana.

Pertumbuhan kerajinan relatif tidak banyak dipengaruhi oleh teknologi

industri. Pengaruh teknologi industri hanya dirasakan dari segi pengadaan bahan

baku. Karena keterbatasan penggunaan teknologi industri ini, maka

pengembangan kerajinan rotan rotan akan tetap banyak menyerap tenaga kerja.

Modal utama industri kerajinan rotan di Indonesia adalah keterampilan dan

kreativitas seni yang dapat dikembangkan melalui latihan-latihan. Masyarakat

Indonesia memiliki potensi cukup besar di bidang seni kriya rotan. Hal ini dapat

dilihat dari hasil kerajinan rotan dengan bentuk dan desain yang beraneka ragam.

Secara garis besar industri kerajinan rotan di Indonesia dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu:

1.  Industri Nonmekanis

Industri nonmekanis terdiri atas industri kerajinan rakyat dan industri

barang jadi yang pertumbuhannya tidak tergantung pada ketersediaan

bahan baku di satu daerah saja, tetapi lebih tergantung pada keterampilan

dan keahlian tenaga kerja.

2.  Industri Mekanis

Industri mekanis tumbuh di pusat-pusat produksi rotan. Hasil produksi

industri mekanis adalah barang bahan setengah jadi

(Januminro, 2000).

Universitas Sumatera Utara

5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 12/17

Ekspor Rotan

Departemen Perindustrian mendesak ekspor rotan mentah ditutup karena

ekspor rotan akan mematikan industri mebel dan kerajinan berbasis rotan dalam

negeri. Indonesia merupakan produsen rotan alam terbesar di dunia dengan 22

  jenis rotan alam. Banyak produsen lebih memilih mengekspor rotan karena

tingginya harga dan permintaan bahan baku dari luar negeri. Hal ini disebabkan

karena industri mebel dunia sangat tergantung pada suplai bahan baku dari

Indonesia (Wardhana, 2010).

Dalam memasarkan rotan, Indonesia mempunyai kekuatan dan kelemahan.

Kekuatannya adalah posisi yang dominan untuk menghasilkan bahan baku dan

tenaga kerja yang murah, sedangkan kelemahannya mencakup tingkat

keterampilan dari tenaga penghasil, kurangnya penguasaan atas selera konsumen

dan kalah bersaing dengan negara pengekspor barang jadi.

Kegiatan ekspor akan tetap menempati peranan penting sebagai penggerak 

ekonomi dalam negeri. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya usaha untuk 

mendorong kegiatan ekspor, baik yang dilakukan pemerintah maupun pengusaha

misalnya dengan dikeluarkannya kebijaksanaan perdagangan luar negeri seperti

dikeluarkannya tata niaga ekspor komoditas tertentu dan kebijaksanaan lain.

Kebijaksanaan perdagangan di samping berorientasi pasar juga memperkuat

sektor produksi (Admin, 2009).

Dalam rangka membuka kesernpatan ekspor secara terkendali bagi produk 

rotan setengah jadi yang bahan bakunya berasal dari rotan hutan alam dengan

tetap mempertimbangkan kepentingan dan kebutuhan industri dalam negeri,

dengan sasaran kebijakan :

Universitas Sumatera Utara

5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 13/17

a.  Untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat petani/pengumpul rotan

di daerah penghasil rotan untuk memperoleh manfaat dari hasil sumber

daya alam daerah mereka sendiri.

b.  Untuk mempertahankan kelangsungan pasokan bahan baku rotan yang

diperlukan oleh industri barang jadi rotan di dalam negeri dengan cara

menetapkan suatu batas maksimum rotan yang dapat diekspor.

c.  Untuk tetap menjaga kelestarian tanaman rotan serta kelestarian alam di

daerah penghasil rotan.

(Departemen Perdagangan, 2007).

Kebijakan Pemerintah Mengenai Ekspor Rotan 

Pada tahun 1986, pemerintah telah mengeluarkan surat keputusan tentang

Tata Niaga Rotan melalui Surat Keputusan Menteri Perdagangan

No.274/Kp/X/1986 dengan materi utamanya berupa pelarangan ekspor rotan

bahan mentah. Kemudian, dengan pertimbangan bahwa industri rotan barang jadi

di dalam negeri telah berkembang dengan baik sejak diberlakukan Tata Niaga

Rotan maka dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Perdagangan No.179/Kp/VI/92

tanggal 8 Juni 1992 tentang Ketentuan Ekspor Rotan yang materi utamanya

adalah pencabutan larangan ekspor rotan mentah dan rotan setengah jadi.

Upaya Menteri Perdagangan menjembatani pro dan kontra ekspor rotan

dengan mengeluarkan Permendag Nomor 36/M-DAG/PER/8/2009 tanggal 11

Agustus 2009, dalam upaya (i) untuk menjamin pasokan bahan baku bagi industri

dalam negeri dengan tetap (ii) menjamin petani/pengumpul mendapatkan manfaat

serta sekaligus (iii) menjaga kelestarian rotan; patut didukung. Namun yang diatur

dalam Permendag ini bukan berapa yang harus dipasok untuk dalam negeri tetapi

Universitas Sumatera Utara

5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 14/17

  justru berapa yang boleh diekspor. Walaupun jumlah rotan yang boleh diekspor

sudah ditetapkan, namun ijin ekspor hanya diberikan kepada perusahaan yang

berdomisili di daerah penghasil rotan saja. Hal ini berarti banyak 

petani/pengumpul rotan di banyak daerah penghasil rotan akan sulit menjual

rotannya hanya karena di daerahnya tidak terdapat eksportir rotan

(Sumardjani, 2009).

Analisis Kelayakan Ekonomi

Studi kelayakan usaha adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu

usaha/proyek dilaksanakan dengan berhasil. Pengertian keberhasilan ini mungkin

bisa ditafsirkan agak berbeda-beda. Ada yang mengartikan dalam artian yang

lebih terbatas, terutama digunakan oleh pihak swasta yang lebih berminat tentang

manfaat ekonomi suatu investasi, sedangkan bagi pihak pemerintah atau lembaga

non-profit, pengertian menguntungkan bisa dalam arti yang lebih relatif. Proyek 

yang diteliti bisa proyek raksasa sampai proyek sederhana. Semakin besar proyek 

yang akan dijalankan semakin luas dampak yang terjadi baik dampak ekonomi

maupun sosial (Suad dan Suwarsono, 2000).

Suatu usaha dikatakan baik dan layak untuk ditekuni bila dalam

perhitungan kelayakan usaha memenuhi keriteria. Adapun beberapa perhitungan

yang digunakan untuk menilai kelayakan usaha antara lain Break Event Point

(BEP) dan B/C ratio.

Analisis break event adalah suatu analisis yang bertujuan untuk 

menemukan satu titik, dalam unit atau rupiah, yang menunjukkan biaya sama

dengan pendapatan. Dengan mengetahui break even ini diharapkan pada volume

penjualan berapa perusahaan mencapai titik impasnya, yaitu tidak rugi ataupun

Universitas Sumatera Utara

5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 15/17

tidak untung. Analisis ini memerlukan estimasi mengenai biaya tetap, biaya

variabel, dan penjualan. Contoh dari biaya tetap adalah biaya depresiasi, pajak 

bumi dan bangunan, bunga kredit, dan gaji pimpinan, sedangkan contoh dari biaya

variabel adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya material, biaya utiliti. Dan

untuk pendapatan diasumsikan berbentuk linier dimana besarnya bertambah

sesuai dengan pertambahan volume penjualan. Sedangkan metode R/C ratio

merupakan perbandingan antara penerimaan total dan biaya total, yang

menunjukkan nilai penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan

(Aswoko, 2009).

Analisis ekonomi suatu proyek tidak hanya memperhatikan manfaat yang

dinikmati dan pengorbanan yang ditanggung oleh perusahaan, tetapi oleh semua

pihak dalam perekonomian. Sedangkan analisis yang hanya membatasi manfaat

dan pengorbanan dari sudut pandang perusahaan disebut sebagai analisis

keuangan atau analisis finansial (Suad dan Suwarsono, 2000).

Gambaran Umum Perusahaan

Perusahaan CV. Haramas yang berlokasi di Jl. Bunga Rampai No. 7,

Simalingkar B, Medan berdiri pada tanggal 13 November 2003. Berdirinya

perusahaan ini atas dasar inisiatif pengusaha yang telah berpengalaman dalam

pembuatan mebel rotan. Perusahaan CV. Haramas bekerja sama dengan

perusahaan Jaya Parna Mandiri (JPM) yang menjadi pemasok bahan baku bagi

perusahaan ini.

Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan rotan,

CV. Haramas secara terus menerus berusaha meningkatkan desain produk agar

menambah pasokan orderan. Kualitas dan desain produk yang baik harus tercapai

Universitas Sumatera Utara

5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 16/17

agar keberlangsungan perusahaan dapat terjaga. Hal ini dapat dicapai apabila

seluruh komponen yang ada dalam perusahaan bekerjasama membentuk jaringan

kerja yang teroganisir sehingga stabilitas perusahaan benar-benar dapat terjaga

dengan baik.

Tujuan CV. Haramas

Tujuan didirikannya CV. Haramas antara lain:

1.  Memajukan industri rotan dengan kualitas dan desain terbaik 

2.  Untuk memberikan kontribusi dalam pendapatan devisa negara, khususnya

dari ekspor perusahaan

3.  Menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan/kesejahteraan

masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan.

Perusahaan CV. Haramas menggunakan rotan sebagai bahan baku dalam

produksinya. Bahan baku tersebut diolah dengan menggunakan mesin-mesin

produksi. Rotan dipilih karena sifatnya yang kuat, lentur dan menarik. Selain itu

tim kelola perusahaan telah berpengalaman dalam pengelolaan produk rotan.

Struktur perusahaan

Struktur organiasasi pada CV. Haramas sangat sederhana yang berbentuk 

garis. Wewenang dari atas ke bawah, sedang tanggung jawab bergerak dari bawah

ke atas. Struktur perusahaan CV. Haramas dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur perusahaan CV. Haramas

Pimpinan

Administrasi

Mandor

Tenaga Kerja

Universitas Sumatera Utara

5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 17/17

Tenaga kerja

Tenaga kerja di CV. Haramas hanya berjumlah 15 orang. Sistem

penggajian tenaga kerja di CV. Haramas ada dua yaitu sistem harian dan

borongan. Sistem harian menerima gaji setiap minggu, sedangkan sistem

borongan menerima gaji setiap bulan. Sistem borongan identik dengan mengejar

target. Pada Tabel 1 disajikan data umum tenaga kerja berdasarkan sistem

penggajian.

Tabel 1. Data umum tenaga kerja berdasarkan sistem gaji

Sistem Gaji Jumlah Upah/hari

Harian 8 orang Rp 60.000,00

Borongan 7 orang Rp 70.000,00

Tenaga kerja CV. Haramas berasal dari daerah setempat, sehingga dengan

adanya CV. Haramas di daerah tersebut memberikan kontribusi dalam

meningkatkan pendapatan masyarakat. Bekerja di pabrik rotan ini adalah

pekerjaan utama bagi para tenaga kerja.

Selama ± 8 tahun berproduksi, salah satu kendala produksi perusahaan

adalah penyesuaian orderan yang tidak tetap dengan jumlah tenaga kerja dan

bahan baku yang harus disediakan. Untuk mengatasi kendala tersebut perusahaan

terkadang melakukan subkontrak pembuatan produk terhadap perusahaan atau

usaha rumah tangga yang lain. Subkontrak dalam hal ini berarti menggaji usaha

rumah tangga lain untuk membuat produk dengan waktu yang ditentukan.

Universitas Sumatera Utara