Chapter II
Transcript of Chapter II
5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 1/17
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Rotan
Pengelompokan jenis-jenis rotan umumnya didasarkan atas persamaan
ciri-ciri karakteristik morfologi organ tanaman, yaitu: akar, batang, daun, bunga,
buah dan alat-alat tambahan. Dalam ilmu taksonomi tumbuhan, rotan
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Arecales
Famili : Palmae (Arecaceae)
Sub Famili : Calamoideae
Genus : Calamus
Spesies : Calamus caesius (rotan sega)
(Plantamor, 2008).
Rotan dan Potensinya
Rotan merupakan palem berduri yang memanjat dan hasil hutan bukan
kayu yang terpenting di Indonesia. Rotan dapat berbatang tunggal atau berumpun.
Rotan yang tumbuh soliter hanya dipanen sekali dan tidak beregenerasi dari
tunggul yang terpotong, sedangkan rotan yang tumbuh berumpun dapat dipanen
terus-menerus. Habitat rotan pada umumnya pada daerah yang tinggi, tumbuh
Universitas Sumatera Utara
5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 2/17
normal pada daerah yang tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering. Sedikit rotan
yang mampu bertahan hidup pada daerah yang kering dan daerah yang tergenang
air atau banjir berkepanjangan (Dransfield dan Manokaran, 1996).
Rotan sebagaimana asalnya merupakan tumbuhan yang tergolong dalam
kelompok palem- paleman yang hidupnya merambat. Golongan ini termasuk
dalam sub-famili calamoideae yang mempunyai 13 marga dan sekitar 600 jenis
dan hidup pada kawasan hutan hujan tropis di Asia Tenggara. Kelompok rotan
pada umumnya tumbuh dan dijumpai pada daerah yang beriklim basah. Beberapa
laporan menyebutkan bahwa di Jawa dapat dijumpai sekitar 25 jenis, Sumatera 75
jenis, Kalimantan 100 jenis, Sulawesi mencapai 25 jenis. Dari lebih 50 jenis yang
sudah dimanfaatkan dan diperdagangkan di Indonesia, ternyata baru sebagian
kecil yang diekspor; antara lain rotan manau, rotan tohiti , rotan irit , rotan sega,
rotan semambu, rotan pulut putih, rotan pulut merah yang kesemuanya ini
termasuk dalam kelompok calamus (Erwinsyah, 1999) .
Potensi produksi rotan Indonesia sangat besar. Indonesia menempati
urutan pertama (75,5%) dalam produksi rotan dunia, urutan berikutnya adalah
Malaysia (8,5%), Thailand (7,5%), Filipina (6,6%) dan sisanya (1,9%) diproduksi
oleh negara-negara lain. Produksi rotan Indonesia sebagian besar (90%) diekspor
ke pasar dunia. Ekspor rotan Indonesai tersebut berupa rotan mentah, rotan
setengah jadi, dan barang jadi rotan. Penerimaan devisa rotan menempati urutan
kedua setelah kayu dalam ekspor hasil hutan (Muhdi, 2008).
Keberadaan sumber daya rotan yang hampir merata di seluruh wilayah
Indonesia merupakan suatu peluang dan tantangan bagi daerah setempat untuk
memanfaatkannya menjadi komoditi yang dapat diandalkan terutama untuk
Universitas Sumatera Utara
5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 3/17
pembangunan daerah dan untuk modal kesejahteraan masyarakat dan modal bagi
pembangunan ekonomi nasional. Dari beberapa tempat penghasil rotan yang
tersebar di Indonesia, terutama di Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan Irian jaya
diketahui bahwa kemampuan produksi rotan adalah berkisar antara 250.000 ton
sampai dengan 600.000 ton pertahunnya. Bahkan di Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Timur rotan tanaman merupakan penghasil yang sangat penting.
Pernah dilaporkan bahwa seluas 30% hutan di Kalimantan Timur merupakan
daerah yang ditumbuhi rotan (Hartono, 1998).
Kegunaan Rotan
Rotan secara umum dapat digunakan sebagai bahan untuk mebeler atau
furniture, tetapi kenyataannya bagi yang menyenangi bahan dan produk dari rotan
dapat digunakan hampir disemua segi kehidupan manusia seperti konstruksi
rumah, isi rumah, perkantoran, jembatan, keranjang, tikar, lampit, tali, dll. Rotan
merupakan sumber devisa yang sangat besar bagi negara karena Indonesia adalah
satu satunya negara terbesar penghasil rotan didunia, rotan sebagai bahan baku
pabrik atau industri, home industri, sumber mata pencaharian dan meningkatkan
tarap hidup dan perekonomian masyarakat, terutama masyarakat sekitar hutan
(Maryana, 2010).
Produk tanaman rotan yang paling penting adalah batangnya. Batang rotan
yang sudah tua banyak dimanfaatkan untuk bahan baku kerajinan dan perabot
rumah tangga. Batang yang muda digunakan untuk sayuran, akar dan buahnya
untuk bahan obat tradisional. Getah rotan dapat digunakan untuk bahan baku
pewarnaan pada industri keramik dan farmasi. Manfaat tidak langsung dari rotan
adalah kontribusinya meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan,
Universitas Sumatera Utara
5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 4/17
peranannya dalam membentuk budaya, ekonomi, dan sosial masyarakat. Batang
rotan dapat dibuat bermacam-macam bentuk perabot rumah tangga atau hiasan-
hiasan lainnya. Misalnya mebel, kursi, rak, penyekat ruangan, keranjang, tempat
tidur, lemari, lampit, sofa, baki, pot bunga, dan sebagainya. Selain itu, batang
rotan juga dapat digunakan untuk pembuatan barang-barang anyaman untuk
dekorasi, tas tangan, kipas, bola takraw, karpet, dan sebagainya
(Januminro, 2000).
Pemanfaatan Rotan
Sebagai komoditi yang mulai dapat diandalkan untuk penerimaan negara,
rotan telah dipandang sebagai komoditi perdagangan hasil hutan non-kayu yang
cukup penting bagi Indonesia. Produk rotan ini juga telah menambah penerimaan
ekspor unggulan selain minyak dan gas bumi, serta dapat disejajarkan dengan
penerimaan ekspor utama pertanian lainnya seperti kopi, karet dan minyak sawit.
Disamping itu, industri rotan juga memenuhi persyaratan pengembangan ekspor
bukan migas karena: (a) memanfaatkan sumberdaya dalam negeri, (b) dapat
memperbesar nilai tambah, (c) dapat bersaing di pasar dunia, (d) dapat menyerap
tenaga kerja (Muhdi, 2008).
Dewasa ini nilai rotan begitu tinggi sehingga setiap batang dari spesies
yang komersial atau bernilai tinggi selalu di panen akibat dari jalan untuk
penebangan kayu membuka kawasan kawasan yang semula sukar dicapai
sekarang sudah terbuka. Pengumpul rotan dapat memasuki kawasan hutan dan
memanen rotan dari dalam kawasan yang luas. Bahkan setelah diterbitkan ijin dan
retribusi dibayarkan kepada Dinas Kehutanan sangat mudah, ada bukti bukti yang
Universitas Sumatera Utara
5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 5/17
menunjukan bahwa panen dilakukan tanpa memperhatikan kelestarian sumber
daya (Maryana, 2010).
Dalam pengolahan rotan masih belum cukup memperlihatkan daya saing
yang tinggi. Desain yang dimiliki masih belum begitu berkembang dari bentuk
furniture, keranjang, alat olahraga dan beberapa bentuk produk lainnya. Hal ini
diduga karena pemerintah dan instansi lain terkait di daerah masih belum
menunjukkan perhatian yang serius sebagaimana perhatian yang selama ini telah
diberikan kepada produk hasil hutan lainnya terutama kayu. Sebagaimana
diketahui kayu masih dipakai sebagai barometer keberhasilan ekspor hasil hutan
Indonesia (Sumadiwangsa, 2008).
Pemanfaatan hasil rotan alam dan rotan tanaman cukup berpeluang untuk
meningkatkan penerimaan ekspor. Beberapa perubahan kebijakan pemerintah
yang dilakukan akhir-akhir ini telah memberikan harapan bagi peningkatan
penerimaan ekspor rotan Indonesia, sebagaimana dilaporkan bahwa ternyata
hasilnya telah menempatkan Indonesia menjadi ekportir produk rotan yang cukup
berhasil pada tahun 1991. Namun demikian walaupun telah terjadi peningkatan
penerimaan ekspor namun di sisi lain masalah yang dihadapi oleh para petani,
pengrajin, industri pengolah rotan dan pedagang rotan di lapangan, menjadikan
memanfaatkan rotan masih sangat rendah dan bahkan sering tidak menarik lagi
bagi para petani (Hartono, 1998).
Keberadaan industri pengolahan rotan akan sangat tergantung kepada
kondisi pasar. Apabila kondisi pasar mendukung, maka perlu terus didukung oleh
kelancaran bahan baku. Keberadaan rotan alam pada saat ini adalah sangat
mengkhawatirkan apabila mempertimbangkan kualitas hutan yang menurun
Universitas Sumatera Utara
5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 6/17
ditambah lagi dengan tekanan yang cukup serius akibat semakin meningkatnya
kebutuhan bahan baku rotan itu untuk pemenuhan kapasitas terpasang industri
(Erwinsyah, 1999).
Pengolahan Rotan dan Produknya
Pengolahan rotan adalah pengerjaan lanjutan dari rotan bulat (rotan asalan)
menjadi barang setengah jadi dan barang jadi atau siap dipakai atau dijual.
Pengolahan dalam industri yaitu proses pemisahan rotan bulat menjadi bagian-
bagian rotan seperti kulit dan hati, masing-masing bagian tersebut diolah lagi
sesuai tujuan dan pemanfaatannya. Pengolahan rotan terdiri pengolahan rotan
berdiameter kecil (< 18 mm) dan rotan berdiamerter besar (> 18 mm).
Pengolahan rotan asalan
a. Penggorengan
Tujuan penggorengan adalah untuk menurunkan kadar air agar cepat
kering dan juga untuk mencegah terjadinya serangan jamur. Cara
penggorengannya adalah potongan-potongan rotan tersebut diikat menjadi suatu
bundelan, kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang sudah disiapkan campuran
solar dengan minyak kelapa.
b. Penggosokan dan pencucian
Setelah rotan digoreng, ditiriskan beberapa menit, kemudian digosok
dengan kain perca (sabut kelapa) atau karung goni yang dicampur dengan serbuk
gergaji, agar sisa kotoran terutama getah yang masih menempel pada kulit rotan
dapat dilepaskan, sehingga kulit rotan menjadi bersih dan akan dihasilkan warna
rotan yang bewarna cerah dan mengkilap. Setelah digoreng rotan dicuci dengan
Universitas Sumatera Utara
5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 7/17
air bersih sambil digosok dengan sabut kelapa untuk membersihkan kotoran yang
melekat pada batang.
c. Pengeringan
Setelah rotan dicuci lalu dikeringkan dengan cara dijemur pada panas
matahari sampai kering dengan kadar air berkisar 15% - 19%. Pengeringan dapat
dilakukan dengan menjemur rotan langsung pada terik matahari.
d. Pelurusan dan pemotongan
Sebagian besar rotan secara alami tidak ada yang lurus sempurna, terutama
rotan yang berdiameter besar. Pelurusan rotan dilakukan pada jenis rotan
berdiameter besar yang secara alamiah tidak lurus. Pelurusan rotan dilakukan
dengan alat yang dibuat dari sebatang balok ukuran 10 cm x 10 cm, panjang 1,25
m, dan pada bagian atas diberi lubang koakan untuk memasukkan dan meluruskan
rotan. Pemotongan dilakukan untuk menyeragamkan ukuran rotan secara
keseluruhan sesuai dengan syarat dan kualitas yang ditentukan/diinginkan.
e. Pengawetan/pemutihan rotan
Pengawetan atau pemutihan rotan bertujuan untuk mengurangi kerusakan
dan kemunduran kualitas akibat senyawa berbagai organisme perusak.
Pengawetan rotan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1.
Perendaman pada air yang mengalir
2. Perendaman dalam larutan pengawet/pemutih
3. Perebusan dalam larutan bahan pengawet
f. Pengasapan
Pengasapan bertujuan memasukkan asap belerang ke dalam pori-pori rotan
untuk membasmi serangan hama penyakit bila rotan disimpan dalam gudang
Universitas Sumatera Utara
5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 8/17
terlalu lama dan untuk meningkatkan warna mutu rotan. Lama pengasapan kurang
lebih 12-24 jam, tetapi dapat ditambah apabila warna rotan belum cukup putih.
g. Sortasi kualitas
Sortasi kualitas bertujuan untuk menentukan kelas dan kualitas rotan
sesuai dengan standar yang berlaku atau syarat yang ditentukan menyangkut
diameter, warna, cacat dan lain sebagainya.
h. Pengikatan, penimbangan, dan pembungkusan
Setelah rotan disortir menurut diameter dan tingkat kualitasnya, rotan
tersebut diikat dan ditimbangkan menjadi beberapa unit berat berdasrakan jenis
rotan, kualitas, dan ukurannya masing-masing. Selanjutnya, rotan yang sudah
ditimbang dan diikat dibungkus agar tidak terkena kotoran.
Pengolahan rotan menjadi barang jadi
Proses pembuatan barang jadi sangat tergantung pada kreasi, imajinasi dan
keterampilan pembuatannya. Bentuk produk barang jadi dari bahan baku rotan
perlu memperhatikan beberapa faktor teknis, antara lain sebagai berikut:
a. Aspek kenyamanan dan keselamatan fisiologis manusia yang akan
memanfaatkan dan mempergunakannya.
b. Efisiensi penggunaan bahan, material, tenaga kerja dalam proses
produksinya.
c. Hasil olahan harus mencerminkan dan menampilkan keindahan dan
estetika.
d. Bahan baku yang digunakan harus sesuai dan serasi dengan bentuk
produknya.
Universitas Sumatera Utara
5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 9/17
Cara membuat mebel rotan
a. Proses perancangan
Proses perancangan merupakan proses imajinasi bentuk produk yang ingin
dibuat. Proses perancangan dapat pula berupa kreasi terhadap bentuk yang sudah
ada.
b. Pembentukan dan pembuatan tipe mebel
Pembentukan dan pembuatan tipe mebel dilakukan melalui tahap-tahap berikut:
1. Proses pengukuran
Rotan yang akan dipakai untuk komponen pembuatan mebel disiapkan,
kemudian diukur secara teliti sesuai dengan ukuran yang tercantum dalam gambar
prototipe. Rotan yang dipakai untuk membuat mebel dapat berupa gabungan
antara rotan poles halus berkulit atau tanpa kulit dari kelompok rotan berdiameter
besar yang digunakan untuk rangka.
2. Pemotongan
Pemotongan perlu memperhatikan tanda atau coretan sebagai hasil
pengukuran. Alat yang diperlukan untuk memotong rotan adalah gergaji.
3. Pembengkokan
Alat yang diperlukan untuk membengkokkan rotan adalah engkol (catok),
meja kerja, kompor gas/semprot, dan steaming oven. Ada beberapa kerusakan
pada proses pembengkokan, seperti pecah, patah dan putusnya serat pada bagian
permukaan yang dilengkungkan
4. Perakitan
Perakitan adalah penggabungan potongan atau bahan-bahan komponen
mebel yang sudah dipotong dan dibengkokkan. Perakitan memerlukan bahan
Universitas Sumatera Utara
5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 10/17
pembantu, antara lain lem kayu, paku (scrop, paku biasa) dan paku T Nedle.
Pelaksanaan perakitan dilakukan dengan cara merangkai potongan-potongan rotan
dengan mengacu pada bentuk gambar yang telah dibuat baik ukuran, bentuk, letak
dan posisinya.
5. Pengikatan
Dilakukan untuk menambah kekuatan dan keindahan bentuk mebel.
Bagian yang perlu diikat adalah sambungan-sambungan yang bentuk ikatannya
disesuaikan dengan bentuk sambungan dan mengikuti sambungan yang ada.
6. Finishing
Finishing adalah penyempurnaan hasil akhir suatu produk barang jadi
mebel rotan. Proses finishing yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan
bentuk akhir yang indah dan menarik. Kegiatan finishing dapat berupa pewarnaan,
pemberian tambahan anyaman atau jok (Januminro, 2000).
Gambar 1. Beberapa produk rotan
Perkembangan Industri Rotan di Indonesia
Industri pengolahan barang jadi dari rotan masih terbatas pada industri rakyat
(home industry) seperti furniture, kerajinan dan lain-lainnya. Industri yang bersifat
mekanis masih sangat terbatas dan umumnya penghasil barang setengah jadi.
Universitas Sumatera Utara
5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 11/17
Barang-barang dari rotan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan umumnya
dihasilkan melalui proses industri yaitu kerajinan. Ciri khas hasil kerajinan yang
berbentuk karya seni dihasilkan melalui keterampilan. Di Indonesia orang-orang
yang terampil membuat kerajinan disebut perajin, yang jumlahnya cukup banyak
dan peralatan yang digunakan sangat sederhana.
Pertumbuhan kerajinan relatif tidak banyak dipengaruhi oleh teknologi
industri. Pengaruh teknologi industri hanya dirasakan dari segi pengadaan bahan
baku. Karena keterbatasan penggunaan teknologi industri ini, maka
pengembangan kerajinan rotan rotan akan tetap banyak menyerap tenaga kerja.
Modal utama industri kerajinan rotan di Indonesia adalah keterampilan dan
kreativitas seni yang dapat dikembangkan melalui latihan-latihan. Masyarakat
Indonesia memiliki potensi cukup besar di bidang seni kriya rotan. Hal ini dapat
dilihat dari hasil kerajinan rotan dengan bentuk dan desain yang beraneka ragam.
Secara garis besar industri kerajinan rotan di Indonesia dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1. Industri Nonmekanis
Industri nonmekanis terdiri atas industri kerajinan rakyat dan industri
barang jadi yang pertumbuhannya tidak tergantung pada ketersediaan
bahan baku di satu daerah saja, tetapi lebih tergantung pada keterampilan
dan keahlian tenaga kerja.
2. Industri Mekanis
Industri mekanis tumbuh di pusat-pusat produksi rotan. Hasil produksi
industri mekanis adalah barang bahan setengah jadi
(Januminro, 2000).
Universitas Sumatera Utara
5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 12/17
Ekspor Rotan
Departemen Perindustrian mendesak ekspor rotan mentah ditutup karena
ekspor rotan akan mematikan industri mebel dan kerajinan berbasis rotan dalam
negeri. Indonesia merupakan produsen rotan alam terbesar di dunia dengan 22
jenis rotan alam. Banyak produsen lebih memilih mengekspor rotan karena
tingginya harga dan permintaan bahan baku dari luar negeri. Hal ini disebabkan
karena industri mebel dunia sangat tergantung pada suplai bahan baku dari
Indonesia (Wardhana, 2010).
Dalam memasarkan rotan, Indonesia mempunyai kekuatan dan kelemahan.
Kekuatannya adalah posisi yang dominan untuk menghasilkan bahan baku dan
tenaga kerja yang murah, sedangkan kelemahannya mencakup tingkat
keterampilan dari tenaga penghasil, kurangnya penguasaan atas selera konsumen
dan kalah bersaing dengan negara pengekspor barang jadi.
Kegiatan ekspor akan tetap menempati peranan penting sebagai penggerak
ekonomi dalam negeri. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya usaha untuk
mendorong kegiatan ekspor, baik yang dilakukan pemerintah maupun pengusaha
misalnya dengan dikeluarkannya kebijaksanaan perdagangan luar negeri seperti
dikeluarkannya tata niaga ekspor komoditas tertentu dan kebijaksanaan lain.
Kebijaksanaan perdagangan di samping berorientasi pasar juga memperkuat
sektor produksi (Admin, 2009).
Dalam rangka membuka kesernpatan ekspor secara terkendali bagi produk
rotan setengah jadi yang bahan bakunya berasal dari rotan hutan alam dengan
tetap mempertimbangkan kepentingan dan kebutuhan industri dalam negeri,
dengan sasaran kebijakan :
Universitas Sumatera Utara
5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 13/17
a. Untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat petani/pengumpul rotan
di daerah penghasil rotan untuk memperoleh manfaat dari hasil sumber
daya alam daerah mereka sendiri.
b. Untuk mempertahankan kelangsungan pasokan bahan baku rotan yang
diperlukan oleh industri barang jadi rotan di dalam negeri dengan cara
menetapkan suatu batas maksimum rotan yang dapat diekspor.
c. Untuk tetap menjaga kelestarian tanaman rotan serta kelestarian alam di
daerah penghasil rotan.
(Departemen Perdagangan, 2007).
Kebijakan Pemerintah Mengenai Ekspor Rotan
Pada tahun 1986, pemerintah telah mengeluarkan surat keputusan tentang
Tata Niaga Rotan melalui Surat Keputusan Menteri Perdagangan
No.274/Kp/X/1986 dengan materi utamanya berupa pelarangan ekspor rotan
bahan mentah. Kemudian, dengan pertimbangan bahwa industri rotan barang jadi
di dalam negeri telah berkembang dengan baik sejak diberlakukan Tata Niaga
Rotan maka dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Perdagangan No.179/Kp/VI/92
tanggal 8 Juni 1992 tentang Ketentuan Ekspor Rotan yang materi utamanya
adalah pencabutan larangan ekspor rotan mentah dan rotan setengah jadi.
Upaya Menteri Perdagangan menjembatani pro dan kontra ekspor rotan
dengan mengeluarkan Permendag Nomor 36/M-DAG/PER/8/2009 tanggal 11
Agustus 2009, dalam upaya (i) untuk menjamin pasokan bahan baku bagi industri
dalam negeri dengan tetap (ii) menjamin petani/pengumpul mendapatkan manfaat
serta sekaligus (iii) menjaga kelestarian rotan; patut didukung. Namun yang diatur
dalam Permendag ini bukan berapa yang harus dipasok untuk dalam negeri tetapi
Universitas Sumatera Utara
5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 14/17
justru berapa yang boleh diekspor. Walaupun jumlah rotan yang boleh diekspor
sudah ditetapkan, namun ijin ekspor hanya diberikan kepada perusahaan yang
berdomisili di daerah penghasil rotan saja. Hal ini berarti banyak
petani/pengumpul rotan di banyak daerah penghasil rotan akan sulit menjual
rotannya hanya karena di daerahnya tidak terdapat eksportir rotan
(Sumardjani, 2009).
Analisis Kelayakan Ekonomi
Studi kelayakan usaha adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu
usaha/proyek dilaksanakan dengan berhasil. Pengertian keberhasilan ini mungkin
bisa ditafsirkan agak berbeda-beda. Ada yang mengartikan dalam artian yang
lebih terbatas, terutama digunakan oleh pihak swasta yang lebih berminat tentang
manfaat ekonomi suatu investasi, sedangkan bagi pihak pemerintah atau lembaga
non-profit, pengertian menguntungkan bisa dalam arti yang lebih relatif. Proyek
yang diteliti bisa proyek raksasa sampai proyek sederhana. Semakin besar proyek
yang akan dijalankan semakin luas dampak yang terjadi baik dampak ekonomi
maupun sosial (Suad dan Suwarsono, 2000).
Suatu usaha dikatakan baik dan layak untuk ditekuni bila dalam
perhitungan kelayakan usaha memenuhi keriteria. Adapun beberapa perhitungan
yang digunakan untuk menilai kelayakan usaha antara lain Break Event Point
(BEP) dan B/C ratio.
Analisis break event adalah suatu analisis yang bertujuan untuk
menemukan satu titik, dalam unit atau rupiah, yang menunjukkan biaya sama
dengan pendapatan. Dengan mengetahui break even ini diharapkan pada volume
penjualan berapa perusahaan mencapai titik impasnya, yaitu tidak rugi ataupun
Universitas Sumatera Utara
5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 15/17
tidak untung. Analisis ini memerlukan estimasi mengenai biaya tetap, biaya
variabel, dan penjualan. Contoh dari biaya tetap adalah biaya depresiasi, pajak
bumi dan bangunan, bunga kredit, dan gaji pimpinan, sedangkan contoh dari biaya
variabel adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya material, biaya utiliti. Dan
untuk pendapatan diasumsikan berbentuk linier dimana besarnya bertambah
sesuai dengan pertambahan volume penjualan. Sedangkan metode R/C ratio
merupakan perbandingan antara penerimaan total dan biaya total, yang
menunjukkan nilai penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan
(Aswoko, 2009).
Analisis ekonomi suatu proyek tidak hanya memperhatikan manfaat yang
dinikmati dan pengorbanan yang ditanggung oleh perusahaan, tetapi oleh semua
pihak dalam perekonomian. Sedangkan analisis yang hanya membatasi manfaat
dan pengorbanan dari sudut pandang perusahaan disebut sebagai analisis
keuangan atau analisis finansial (Suad dan Suwarsono, 2000).
Gambaran Umum Perusahaan
Perusahaan CV. Haramas yang berlokasi di Jl. Bunga Rampai No. 7,
Simalingkar B, Medan berdiri pada tanggal 13 November 2003. Berdirinya
perusahaan ini atas dasar inisiatif pengusaha yang telah berpengalaman dalam
pembuatan mebel rotan. Perusahaan CV. Haramas bekerja sama dengan
perusahaan Jaya Parna Mandiri (JPM) yang menjadi pemasok bahan baku bagi
perusahaan ini.
Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan rotan,
CV. Haramas secara terus menerus berusaha meningkatkan desain produk agar
menambah pasokan orderan. Kualitas dan desain produk yang baik harus tercapai
Universitas Sumatera Utara
5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 16/17
agar keberlangsungan perusahaan dapat terjaga. Hal ini dapat dicapai apabila
seluruh komponen yang ada dalam perusahaan bekerjasama membentuk jaringan
kerja yang teroganisir sehingga stabilitas perusahaan benar-benar dapat terjaga
dengan baik.
Tujuan CV. Haramas
Tujuan didirikannya CV. Haramas antara lain:
1. Memajukan industri rotan dengan kualitas dan desain terbaik
2. Untuk memberikan kontribusi dalam pendapatan devisa negara, khususnya
dari ekspor perusahaan
3. Menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan/kesejahteraan
masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan.
Perusahaan CV. Haramas menggunakan rotan sebagai bahan baku dalam
produksinya. Bahan baku tersebut diolah dengan menggunakan mesin-mesin
produksi. Rotan dipilih karena sifatnya yang kuat, lentur dan menarik. Selain itu
tim kelola perusahaan telah berpengalaman dalam pengelolaan produk rotan.
Struktur perusahaan
Struktur organiasasi pada CV. Haramas sangat sederhana yang berbentuk
garis. Wewenang dari atas ke bawah, sedang tanggung jawab bergerak dari bawah
ke atas. Struktur perusahaan CV. Haramas dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Struktur perusahaan CV. Haramas
Pimpinan
Administrasi
Mandor
Tenaga Kerja
Universitas Sumatera Utara
5/11/2018 Chapter II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/chapter-ii-55a2362bdfb26 17/17
Tenaga kerja
Tenaga kerja di CV. Haramas hanya berjumlah 15 orang. Sistem
penggajian tenaga kerja di CV. Haramas ada dua yaitu sistem harian dan
borongan. Sistem harian menerima gaji setiap minggu, sedangkan sistem
borongan menerima gaji setiap bulan. Sistem borongan identik dengan mengejar
target. Pada Tabel 1 disajikan data umum tenaga kerja berdasarkan sistem
penggajian.
Tabel 1. Data umum tenaga kerja berdasarkan sistem gaji
Sistem Gaji Jumlah Upah/hari
Harian 8 orang Rp 60.000,00
Borongan 7 orang Rp 70.000,00
Tenaga kerja CV. Haramas berasal dari daerah setempat, sehingga dengan
adanya CV. Haramas di daerah tersebut memberikan kontribusi dalam
meningkatkan pendapatan masyarakat. Bekerja di pabrik rotan ini adalah
pekerjaan utama bagi para tenaga kerja.
Selama ± 8 tahun berproduksi, salah satu kendala produksi perusahaan
adalah penyesuaian orderan yang tidak tetap dengan jumlah tenaga kerja dan
bahan baku yang harus disediakan. Untuk mengatasi kendala tersebut perusahaan
terkadang melakukan subkontrak pembuatan produk terhadap perusahaan atau
usaha rumah tangga yang lain. Subkontrak dalam hal ini berarti menggaji usaha
rumah tangga lain untuk membuat produk dengan waktu yang ditentukan.
Universitas Sumatera Utara