Chapter II
Click here to load reader
-
Upload
fauzi-muhammad -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
Transcript of Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
Roti
Roti adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu, air, dan ragi yang
pembuatannya melalui tahap pengulenan, fermentasi (pengembangan), dan
pemanggangan dalam oven. Bahan dan proses yang dilaluinya membuat roti
memiliki tekstur yang khas (Yahyono, 1999).
Secara umum roti biasanya dibedakan menjadi roti tawar dan roti manis
atau roti isi. Roti tawar adalah roti yang tidak ditambahkan rasa atau isi apapun,
sehingga rasanya tawar. Biasanya konsumen menambahkan sendiri isinya sesuai
dengan selera dan keinginan masing-masing. Bisa diolesi margarin, ditaburi
cokelat mesis, diisi keju, diolesi selai buah, diisi telur, daging atau kombinasi dari
berbagai bahan tersebut. Sedangkan roti isi, sudah ditambahkan rasa atau isi
tertentu ke dalam adonan roti, sehingga konsumen tinggal menyantapnya
(Halal Guide, 2009).
Adapun syarat mutu roti tawar adalah sebagai berikut: Tabel 1. Syarat mutu roti tawar Karakteristik Syarat Mutu Kadar air, maksimum 40% Kadar abu, maksimum 1% (tidak termasuk garam, dihitung
atas dasar bahan kering) Kadar garam (NaCl), maksimum 2.5% (dihitung atas dasar bahan
kering) Kadar silika, maksimum 0.10% (dihitung atas dasar bahan
kering) Logam berbahaya: Hg, Pb, Cu & As negatif Serangga / belatung negatif Bau dan rasa normal Sumber : Susanto dan Saneto, (1994).
Universitas Sumatera Utara
Roti umumnya dibuat dari tepung terigu kuat. Maksudnya tepung mampu
menyerap air dalam jumlah yang besar, dapat mencapai konsistensi adonan yang
tepat, memiliki elastisitas yang baik untuk menghasilkan roti dengan remah yang
halus, tekstur lembut, volume besar dan mengandung 12 – 13 persen protein
(Astawan, 2004).
Menurut Gaman and Sherrington (1992) komposisi roti tawar dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Roti Tawar Komposisi Jumlah (%) Protein 8,0 Karbohidrat 50,0 Lemak 1,5 Air 39,0 Vitamin dan mineral 1,5 Sumber : Gaman and Sherrigton (1992). Bahan-bahan Pembuatan Roti Tawar Tepung terigu Tepung terigu diperoleh dari penggilingan biji gandum yang baik dan telah
dibersihkan. Tepung terigu hasil penggilingan harus bersifat mudah tercurah,
kering, tidak boleh menggumpal bila ditekan, berwarna putih, bebas dari kulit
partikel, tidak berbau asing seperti busuk, berjamur atau bebas dari seranggga,
kotoran dan kontaminasi asing lainnya (Sunaryo, 1985).
Tepung terigu diolah dengan menyesuaikan kebutuhan konsumen. Di
pasaran dijual tepung terigu Cap Cakra, Cap Segitiga, dan Cap Kunci.
Kegunaannya berbeda dalam segi kuliner, misalnya terigu Cap Kunci dan Cap
Segitiga, untuk membuat masakan yang tidak perlu mengembang, sedangkan Cap
Universitas Sumatera Utara
Cakra untuk masakan yang perlu mengembang, seperti kue (cake), bakpao, dan
bolu. Bila akan memasak kue kering, dipilih tepung terigu Cap Kunci atau
Cap Segitiga (Tarwotjo, 1998).
Gluten adalah protein yang menggumpal, bersifat elastis serta akan
mengembang bila dicampur dengan air. Gluten akan menentukan hasil produk
karena gluten akan mempengaruhi jaringan atau kerangka yang akan
mempengaruhi baik tidaknya produk. Baik tidaknya suatu produk akan
ditentukan oleh baik tidaknya jaringan, baik tidaknya jaringan akan ditentukan
oleh kuatnya gluten, kuat tidaknya gluten dipengaruhi banyak tidaknya kandungan
protein, banyak sedikitnya kandungan protein akan ditentukan oleh jenis tepung
yang digunakan (Subagjo, 2007).
Komposisi kimia tepung terigu dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 3. Komposisi kimia tepung terigu dalam 100 g bahan
Komposisi Jumlah
Kalori (kal) 365 Protein (g) 8,9 Lemak (g) 1,3 Karbohidrat (g) 77,3 Kalsium (mg) 16 Fosfor (mg) 106 Besi (mg) 1,2 Nilai Vit. A (S.I) 0 Vit. B1 (mg) 0,12 Vit. C (mg) 0 Air (g) 12,0 Bdd (%) 100 Sumber : Departemen Kesehatan RI (1996) Telur Telur adalah suatu bahan makanan sumber zat protein hewani yang
bernilai gizi tinggi. Untuk dunia kuliner telur sangat penting, karena telur banyak
Universitas Sumatera Utara
kegunaannya di dalam masak-memasak. Fungsi telur dalam penyelenggaraan gizi
kuliner sebagai pengental, perekat atau pengikat (Tarwotjo, 1998).
Roti yang lunak dapat diperoleh dengan penggunaan kuning telur yang
lebih banyak. Kuning telur mengandung lesitin (emulsifier). Bentuknya padat,
tetapi kadar air sekitar 50 % sedangkan putih telur kadar airnya 86 %.
Putih telur memiliki creaming yang lebih baik dibandingkan kuning telur
(Mudjajanto dan Yulianti, 2004).
Komposisi kimia telur ayam dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 4. Komposisi kimia telur ayam dalam 100 g bahan Komposisi Jumlah Kalori (kal) 162 Protein (g) 12,8 Lemak (g) 11,5 Karbohidrat (g) 0,7 Kalsium (mg) 54 Fosfor (mg) 180 Besi (mg) 2,7 Vit A (SI) 900 Vit B (mg) 0,10 Vit. C (mg) 0 Air (g) 74 Bdd (%) 90 Sumber : Departemen Kesehatan RI (1996). Peranan utama telur atau protein dalam pengolahan pada umumnya adalah
memberikan fasilitas terjadinya koagulasi, pembentukan gel, emulsi dan
pembentukan struktur. Telur banyak digunakan untuk mengentalkan saos dan
custard karena protein terkoagulasi pada suhu 62oC (Winarno, 1993).
Air
Dalam pembuatan roti, air berfungsi sebagai penyebab terbentuknya
gluten serta pengontrol kepadatan dan suhu adonan. Air berperan sebagai pelarut
Universitas Sumatera Utara
garam, penyebar dan pelarut bahan-bahan bukan tepung secara seragam dan
memungkinkan adanya aktivitas enzim (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).
Air yang digunakan dalam industri makanan pada umumnya harus
memenuhi persyaratan tidak berwarna, tidak berbau, jernih, tidak mempunyai
rasa, dan tidak menggangu kesehatan. Apabila air yang digunakan tidak
memenuhi persyaratan dalam pembentukan pati atau tepung maka dapat
meningkatkan kadar abunya sehingga mutu pati turun (Syarief dan Irawati, 1988).
Air dalam bahan pangan berperan sebagai pelarut dalam beberapa
komponen di samping ikut sebagai bahan pereaksi, sedang bentuk air dapat
ditemukan sebagai air bebas dan air terikat. Air bebas dapat dengan mudah hilang
apabila terjadi penguapan atau pengeringan, sedangkan air terikat sulit dibebaskan
dengan cara tersebut (Purnomo, 1995).
Air juga merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air
dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan kita.
Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran,
dan daya tahan makanan itu (Winarno, 1997).
Lemak Adapun tujuan penambahan lemak dalam bahan pangan ialah untuk
memperbaiki rupa dan struktur fisik bahan pangan, menambah nilai gizi dan
kalori serta memberikan cita rasa yang gurih dari bahan pangan (Ketaren, 1986).
Lemak merupakan bahan padat pada suhu kamar, diantaranya disebabkan
kandungannya yang tinggi akan asam lemak yang jenuh yang secara kimia tidak
mengandung ikatan rangkap, sehingga mempunyai titik lebur yang lebih tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Contoh asam lemak jenuh yang banyak terdapat di alam adalah asam palmitat dan
asam stearat (Winarno, 1997).
Lemak juga dapat memiliki sifat plastis, artinya mudah dibentuk atau
dicetak atau dapat diempukkan (cream), yaitu dilunakkan dengan pencampuran
udara. Lemak yang plastis biasanya mengandung kristal gliserida yang padat dan
sebagian trigliserida yang cair. Bentuk dan ukuran kristal mempengaruhi sifat
lemak pada makanan roti dan kue-kuean (Winarno, 1997).
Plastisitas lemak disebabkan karena lemak merupakan campuran
trigliserida yang masing-masing mempunyai titik cair sendiri-sendiri; ini berarti
pada suatu suhu, sebagian dari lemak akan cair, dan sebagian lagi dalam bentuk
kristal-kristal padat (Gaman dan Sherrington, 1981).
Garam dapur
Garam membuat proses fermentasi ragi dapat dikontrol. Jika tidak ada
garam, fermentasi berjalan lebih cepat dan gula habis ‘dimakan’ ragi. Akibatnya
warna kulit roti menjadi pucat dan berkerut karena tidak ada gula. Garam juga
berfungsi menstabilkan kekokohan gluten di dalam menahan gas sehingga adonan
tidak mudah turun. Fungsi lainnya, garam memperbaiki cita rasa roti menjadi
lebih gurih dan lebih awet (Sutomo, 2008).
Garam juga mempengaruhi aktivitas air dari bahan, jadi mengendalikan
pertumbuhan mikroorganisme dengan suatu metoda yang bebas dari pengaruh
racunnya, beberapa mikroorganisme seperti bakteri dapat tumbuh dalam larutan
garam yang hampir jenuh, tetapi mikroorganisme ini membutuhkan waktu
penyimpanan yang lama untuk tumbuh dan selanjutnya terjadi pembusukan
(Buckle, et al., 1987).
Universitas Sumatera Utara
Garam dapur (NaCl) banyak digunakan dalam industri pangan. Garam
dengan konsentrasi rendah berfungsi sebagai pembentuk cita rasa, dalam
konsentrasi cukup tinggi berperan sebagai pengawet. Garam akan terionisasi dan
menarik sejumlah molekul air, peristiwa ini disebut hidrasi ion. Jika konsentrasi
garam makin besar, maka makin banyak ion hidrat dan molekul air terjerat,
menyebabkan Aw bahan pangan menurun (Widyani dan Suciaty, 2008).
Kelarutan NaCl dalam air menyebabkan kelarutan O2 dalam air menurun,
denaturasi protein sehingga aktifitas enzim berkurang. Efek dari garam sebagai
pengawet adalah sifat osmotiknya yang tinggi sehingga memecahkan membran
sel mikroba, sifat hidroskopisnya menghambat aktifitas enzim proteolitik dan
adanya ion Cl yang terdisosiasi (Widyani dan Suciaty, 2008).
Gula Di dalam adonan roti, gula berfungsi sebagai ‘makanan’ ragi sehingga ragi
bisa berkembang lebih cepat dan proses fermentasi berjalan baik. Gula juga
memberi rasa manis serta memperbaiki warna dan aroma karena proses
karamelisasi selama pemanggangan. Sifat gula yang higroskopis menjadikan roti
lebih awet (Sutomo, 2008).
Kelompok gula pada umumnya mempunyai rasa manis, tetapi masing-
masing bahan dalam komposisi gula ini memiliki suatu rasa manis yang khas yang
saling berbeda. Kekuatan rasa manis yang ditimbulkan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu jenis pemanis, konsentrasi, suhu, serta sifat mediumnya. Tujuan
penambahan gula adalah untuk memperbaiki flavour bahan makanan sehingga
rasa manis yang timbul dapat meningkatkan kelezatan (Sudarmadji, et al., 1988).
Universitas Sumatera Utara
Gula tidak hanya digunakan dalam makanan karena rasanya yang manis,
tetapi juga karena hasil reaksi yang terjadi selama pemanasan; berupa karamel dan
produk Maillard. Karamel diperoleh dari pemanasan gula secara langsung tanpa
adanya bahan tambahan ataupun air. Karamel yang dihasilkan berwarna coklat
hingga hitam dan memiliki rasa yang lezat. Produk Maillard dihasilkan dari
pemanasan gula dan protein (Widyani dan Suciaty, 2008).
Susu
Pada pembuatan roti, untuk tepung jenis lunak (soft) atau berprotein
rendah, penambahan susu lebih banyak dibandingkan tepung jenis keras (hard)
atau berprotein tinggi. Penambahan susu sebaiknya susu padat. Alasannya, susu
padat menambah penyerapan (absorpsi) air dan memperkuat adonan. Bahan padat
bukan lemak pada susu padat tersebut berfungsi sebagai bahan penyegar protein
tepung sehingga volume roti bertambah (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).
Susu digunakan untuk memberikan flavor yang spesifik serta
pembentukan warna pada kulit roti sebab susu mengandung laktosa yang tidak
dapat difermentasikan oleh yeast. Selain itu susu juga dapat memperbaiki nilai
gizi roti sebab mengandung protein yang cukup tinggi. Dalam pembuatan roti
biasanya digunakan susu skim (Widowati, 2003).
Ragi Ragi merupakan sediaan mikroorganisme hidup diperlukan dalam
fermentasi atau peragian produk pangan. Ada 3 jenis ragi yang umum dikenal,
yaitu ragi tapai berbentuk bulat pipih berwarna putih, ragi roti berbentuk butiran,
dan ragi tempe berbentuk bubuk. Umumnya mikroorganisme pada ragi dibiarkan
Universitas Sumatera Utara
tumbuh pada bahan pengisi berupa tepung beras atau bahan lain mengandung
karbohidrat tinggi, kemudian dikeringkan. Ragi roti dan ragi tapai mengandung
khamir yang sama, yaitu Saccharomyces cereviciae (Andarwulan, 2009).
Khamir ditambahkan dalam campuran adonan roti yang menghasilkan gas
yang mengembangkan adonan untuk menghasilkan roti dengan tekstur yang lepas
dan porous. Dan pada saat yang sama flavor yang khusus juga diperoleh pada roti
(Buckle, et al., 1987).
Ragi (yeast) adalah mikroorganisme hidup dari keluarga fungus, spesies
Saccaharomyces cerevisiae. Ragi berfungsi memfermentasi adonan sehingga
adonan dapat mengembang dan terbentuk serat atau pori roti. Di dalam proses
fermentasi, ragi merubah gula dan karbohidrat di dalam adonan menjadi gas
karbondioksida (CO2) dan alkohol. Terbentuknya zat inilah yang menjadikan
adonan mengembang dan beraroma harum khas roti ketika dipanggang
(Apriyantono, 2009).
Karboksimetil Selulosa (CMC) Turunan selulosa yang dikenal sebagai carboxymethyl cellulose (CMC)
sering dipakai dalam industri makanan untuk mendapatkan tekstur yang baik.
Misalnya pada pembuatan es krim, pemakaian CMC akan memperbaiki tekstur
dan kristal laktosa yang terbentuk akan lebih halus. CMC juga sering dipakai
dalam bahan makanan untuk mencegah terjadinya retrogradasi. CMC yang
banyak dipakai pada industri makanan adalah garam carboxymethyl cellulose
disingkat Na CMC yang bentuk murninya disebut gum selulosa (Winarno, 1997).
Karboksimetil selulosa merupakan merupakan eter polimer selulosa linear
dan berupa senyawa anion, yang bersifat biodegradable, tidak berwarna, tidak
Universitas Sumatera Utara
berbau, tidak beracun, butiran atau bubuk yang larut dalam air namun tidak larut
dalam larutan organik, memiliki rentang pH sebesar 6.5 sampai 8.0, stabil pada
rentang pH 2 – 10, bereaksi dengan garam logam berat membentuk film yang
tidak larut dalam air, transparan, serta tidak bereaksi dengan senyawa organik
(Deviwings, 2008).
Carboxymethyl Cellulose (CMC) merupakan hasil perlakuan antara
cellulose bersifat alkali dengan chloroacetic acid. CMC berfungsi sebagai binder
dan thickener yang digunakan untuk memperbaiki tekstur. CMC dapat
mempertahankan tekstur ice cream dan mencegah kristalisasi gula pada
produk candy serta mencegah retrogradasi pati pada produk yang dipanggang
(Mari Saling Berbagi untuk Sesama, 2007).
Adapun rumus struktur dari karboksimetil selulosa dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Struktur Karboksimetilselulosa (Laskowski, 2001) Tepung talas Kormus atau kormel adalah sumber pangan berkarbohidrat tinggi yang
murah, tetapi dari sudut gizi memiliki kandungan protein dan vitamin yang
rendah. Pati talas-talasan mudah dicerna dan tidak menyebabkan alergi. Kormus
dan kormel talas-talasan digunakan sebagai sayuran berpati yang disiapkan
Universitas Sumatera Utara
dengan cara direbus, dan dimakan setelah dibakar, dipanggang, dikukus atau
digoreng (Rubatzky and Yamaguchi, 1998).
Tanaman talas banyak tersebar di Indonesia, dapat dibudidayakan dengan
baik karena umbinya banyak mengandung zat tepung (sebagai pembuat berbagai
jenis makanan) sehingga sangat menunjang dalam mencukupi kebutuhan pangan.
Apabila hendak diolah menjadi tepung akan diperoleh hasil sekitar 60% dari hasil
kering (Kartasapoetra, 1988).
Ada dua jenis talas, yaitu talas yang tidak gatal dan talas yang gatal. Yang
tidak gatal misalnya talas bote, talas garbu, tales lumbu dan jenis yang gatal,
misalnya yang disebut sente. Cara pengolahannya yaitu, talas dikupas, dicuci
bersih karena biasanya berlendir. Dapat dicuci dengan air garam agar lendir
mudah hilang (Tarwotjo, 1998).
Komposisi kimia talas dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 5. Komposisi Kimia Talas 100 gram Bahan Komposisi Jumlah
Kalori (kal) 98 Protein (g) 1,9 Lemak (g) 0,2 Karbohidrat (g) 23,7 Kalsium (mg) 28 Fosfor (mg) 61 Besi (mg) 1,0 Nilai Vit. A (SI) 20 Vit. B1 (mg) 0,13 Vit. C (mg) 4 Air (g) 73,0 b.d.d (%) 85 Sumber : Departemen Kesehatan RI (1996).
Umbi talas mudah dicerna, tetapi banyak mengandung kalsium oksalat
yang menyebabkan rasa umbinya tajam. Kalsium oksalat akan hilang dengan
dimasak terlebih dahulu. Bagian tanaman yang dapat dimakan, yaitu umbi, tunas
Universitas Sumatera Utara
muda dan tangkai daun. Umbi talas banyak dibuat makanan ringan, seperti
keripik dan getuk talas (Purnomo dan Purnamawati, 2007).
Konversi umbi segar talas menjadi bentuk tepung yang siap pakai terutama
untuk produksi makanan olahan disamping mendorong munculnya produk-produk
lebih beragam juga mendorong berkembangnya industri berbahan dasar tepung
atau pati talas sehingga meningkatkan nilai jual komoditas talas. Penepungan
talas juga diharapkan dapat menghindari kerugian akibat tidak terserapnya umbi
segar talas di pasar ketika produksi panen berlebih (Hartati dan Prana, 2003).
Pembuatan Roti Tawar Pencampuran Mixing berfungsi mencampur secara homogen semua bahan, mendapatkan
hidrasi yang sempurna pada karbohidrat dan protein, membentuk dan melunakkan
glutein, serta menahan gas pada glutein. Mixing harus berlangsung hingga tercapai
perkembangan optimal dari glutein dan penyerapan airnya. Mixing yang
berlebihan akan merusak susunan glutein, adonan akan semakin panas, dan
peragiannya semakin lambat (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).
Pengadukan yang terlalu singkat menyebabkan adonan lengket, tidak
elastis, dan tidak lembut. Hasilnya remah roti kasar dan keras ketika dipanggang.
Sebaliknya, pengadukan yang terlalu lama mengakibatkan adonan berair, lengket,
lunak, dan gluten kehilangan elastisitasnya. Akibatnya roti mengerut kembali
ketika dikeluarkan dari oven (Sutomo, 2008).
Peragian
Didalam proses fermentasi, ragi mengubah gula dan karbohidrat di dalam
adonan menjadi gas karbondioksida (CO2) dan alkohol. Terbentuknya zat inilah
Universitas Sumatera Utara
yang membuat adonan mengembang, membentuk pori-pori dan beraroma harum
ketika dipanggang (Sutomo, 2007).
Suhu ideal untuk fermentasi roti adalah 34 - 35 oC. Suhu terlalu dingin
menyebabkan proses fermentasi berjalan lambat, sedangkan suhu terlalu panas
menyebabkan fermentasi berjalan terlalu cepat sehingga tekstur roti kasar. Waktu
yang diperlukan untuk fermentasi adalah 30 menit. Dalam suhu yang lebih dingin
fermentasi bisa mencapai 1 jam (Sutomo, 2008).
Pembentukan Adonan Tahap pembentukan adonan dilakukan dengan cara adonan yang telah
diistrahatkan digiling pakai roll pin, kemudian digulung atau dibentuk sesuai
dengan jenis roti yang diinginkan. Pada saat penggilingan, gas yang ada di dalam
adonan keluar dan adonan mencapai ketebalan yang diinginkan sehingga mudah
untuk digulung atau dibentuk (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).
Adonan yang sudah digulung dimasukkan ke dalam cetakan dengan cara
bagian lipatan diletakkan di bawah agar lipatan tidak lepas yang mengakibatkan
bentuk roti tidak baik. Selanjutnya adonan diistirahatkan dalam cetakan sebelum
dimasukkan ke dalam pembakaran (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).
Pemanggangan (Baking) Roti dipanggang atau dibakar dalam oven hingga matang dan kulit
berwarna kuning kecoklatan. Untuk roti ukuran kecil diperlukan suhu sekitar
180oC selama 12 – 15 menit. Untuk ukuran roti yang lebih besar, seperti roti
tawar, diperlukan suhu 220oC selama 20 -25 menit. Untuk roti yang
menggunakan gula banyak waktu pemangganggannya lebih singkat karena gula
yang tinggi membuat adonan lebih cepat berwarna kecoklatan (Sutomo, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Perusakan zat gizi dalam bahan makanan yang dipanggang (umumnya roti
dan kue) terutama berkaitan dengan suhu oven dan lamanya pemanggangan, serta
pH adonan. Nampaknya tak ada susut vitamin yang berarti dalam tahap
pencampuran, fermentasi, dan pencetakan. Bahkan kadar beberapa vitamin dapat
meningkat sedikit selama fermentasi, yaitu vitamin yang disintesis oleh sel khamir
(Harris and Karmas, 1989).
Pada saat adonan memasuki suatu oven yang panas, adonan bertemu
udara panas dari ruang pemanggangan dan lapisan film tampak terbentuk pada
permukaan adonan. Selanjutnya, terjadi pengembangan roti, selama itu terjadi
pengembangan volume adonan yang dapat mencapai 30 persen (Desrosier, 1988).
Pengemasan Roti yang telah selesai dipanggang harus segera dikeluarkan dari oven
agar tidak gosong. Roti yang masih panas tersebut sebelum dimasukkan ke dalam
kemasan, dibiarkan di udara terbuka. Namun udaranya tidak boleh terlalu lembab
dan dingin. Jika udara terlalu lembab maka permukaan roti akan basah sehingga
roti mudah busuk dan berjamur. Jika roti dimasukkan panas-panas ke dalam
kemasan, akan menyebabkan terjadinya uap air dan menempel pada kemasan
plastik (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).
Penelitian Sebelumnya
Substitusi atau campuran tepung sukun pada produk roti seperti roti
tawar maupun roti manis hanya berkisar antara 10-20% karena memerlukan
daya mengembang tinggi. Tiadanya gluten pada tepung sukun menyebabkan
tidak tergantikannya peran seluruh komponen terigu (Widowati, 2003).
Universitas Sumatera Utara