Chapter 11 Ppn

58
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 12/06/22 Judi Prajitno

Transcript of Chapter 11 Ppn

Page 1: Chapter 11 Ppn

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

17/04/23Judi Prajitno

Page 2: Chapter 11 Ppn

Presented by: NORSAIN, SE.M.Ak

Page 3: Chapter 11 Ppn

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)Adalah pajak konsumsi umum dalam negeri yang

dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak (BKP) dan / Jasa Kena Pajak (JKP) yang dilakukan dalam negeri (a tax consumption expenditure)

Pengenaan sebagai nilai tambah (value added tax) dari suatu transaksi dari suatu transaksi Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) pada setiap produksi / penyerahan.

Mulai dari hulu hingga hilir, saat konsumen akhir membeli atau memanfaatkan barang/jasa tsb terdapat objek pemungutan PPN pada selisih harga penyerahan dan harga pembelian

17/04/23Judi Prajitno

Page 4: Chapter 11 Ppn

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)Sasaran akhir pengenaan PPN adalah

konsumen Barang Kena Pajak (BKP) dan / atau Jasa Kena Pajak (JKP) selaku pemikul beban pajak yang sebenarnya

17/04/23Judi Prajitno

Page 5: Chapter 11 Ppn

Karakteristik PPN1. Obyektif Ditentukan adanya obyek

Tidak melihat penghasilan tinggi / rendah; kaya / miskin; laba / rugi

2. Pajak Tidak Langsung Penanggung jawab Pajak = Pengusaha & Pemikul beban pajak = konsumen Penanggung jawab # pemikul beban pajak

Pajak masuk ke negara tdk scr langsung dapi pemikul beban pajak

3. Sistem “Credit Method” Faktur sbg alat “credit” Mengkreditkan PM terhadap PK PPN yang dibayar adalah hasil Pengkreditan PM sebagai dokumen penting untuk pengkreditan

4. Pajak atas konsumsi umum DN Dikenakan atas hanya yang dikonsumsi Barang dan / atau Jasa di DN PPN yang dibayar sesungguhnya beban konsumen akhir DN

17/04/23Judi Prajitno

Page 6: Chapter 11 Ppn

KarakteristikKarakteristik (Cont’d)

5. Multi Stage Tax (tiap jalur produksi/distribusi)

A B C D

Pabrik Distributor Agen Toko Konsumen A / B

H : 120PK 12

H : 100PK 10

H : 150PK 15

H : 200PK 20

PM 10

PM 12

PM 15

PM 20

PPN ymhdb12 - 10 : 2

PPN ymhdb15 - 12 : 3

PPN ymhdb20 - 15 : 5

PPN ymhdb20 - 0 : 20

PPN ymhdb10 - 0 : 10

Konsumen A : Kaya / Mampu / LabaKonsumen B : Miskin / Tdk Mampu / RugiA & B menanggung beban Pajak yg sama

17/04/23Judi Prajitno

Page 7: Chapter 11 Ppn

Mekanisme Umum Pengenaan PPNMekanisme Umum Pengenaan PPN

B

PKP Penjual

H Jual : 120PPN : 12Faktur Pajak

PKP Pembeli

CBayar : 132

Pajak Keluaran (PK) : 12

Pajak Masukan (PMK) : 12

(Dikreditkan terhadap PK)

Faktur Pajak

12

Sebagai :

17/04/23Judi Prajitno

Page 8: Chapter 11 Ppn

Mekanisme Khusus Pemungutan PPNMekanisme Khusus Pemungutan PPN

B

PKP Penjual

H Jual : 120PPN : 12Faktur Pajak

Pembeli

PemungutKPKN

Bendh Pemrth

Setor PPN : 1

2

Dgn SSP a.n. B

Pajak Keluaran (PK) : 12

Faktur Pajak

12

Bank

Bayar : 120 plusSSP Bukti Setor PPN

Bukti Setoran

12(12)----- 0 10-----(10)

17/04/23Judi Prajitno

Page 9: Chapter 11 Ppn

Subyek PPN1. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

- Permohonan Dikukuhkan Nomor PKP- Otomatis wajib menjadi PKP menurut UU No PKP Jabatan- Pengusaha Kecil Memilih u jadi PKP

2. Non Pengusaha Kena Pajak (Non PKP)

Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang ini.

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.

17/04/23Judi Prajitno

Page 10: Chapter 11 Ppn

Kewajiban Pengusaha & PKP Psl.3A UU PPN

Pengusaha yg melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, huruf c, huruf f, huruf g, dan huruf h UU PPN, kecuali pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak No PKP

Pengusaha Kena Pajak wajib :

memungut PPN dan / atau PPnBM yg terhutang Faktur Pajak

menyetor PPN dan / atau PPnBM yg terhutang SSP

melaporkan PPN dan PPn BM yang terutang SPT Masa

17/04/23Judi Prajitno

Page 11: Chapter 11 Ppn

Pengusaha Kecil Psl.3A UU PPN & PMK-68/2010

1. Pengusaha Kecil tidak wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sbg PKP dan tidak wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN dan Pajak PPnBM.

2. Batasan Pengusaha Kecil ditetapkan oleh Menteri Keuangan. PMK-68/2010 :

Pengusaha kecil = pengusaha yg selama satu thn buku melakukan penyerahan BKP dan/ atau JKP dgn jml peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto tdk lebih dari 600 jt

3. Pengusaha kecil dapat memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP harus memenuhi kewajiban sebagai PKP.

4. Pengusaha wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, apabila sampai dgn suatu bulan dlm tahun buku jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan brutonya melebihi 600 jt.

5. Kewajiban melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah bulan saat jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan brutonya melebihi 600 jt

17/04/23Judi Prajitno

Page 12: Chapter 11 Ppn

OBYEK PPNPasal 4 UU PPN :a. penyerahan BKP dalam DP oleh Pengusahab. impor BKPc. penyerahan JKP dalam DP oleh Pengusahad. pemanfaatan BKP tdk berwujud dari luar DPdi dlm DP e. pemanfaatan JKP dari luar DP di dlm DPf. ekspor BKP oleh PKPg. ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKPh. ekspor JKP oleh PKP

Pasal 16C UU PPN :• kegiatan membangun sendiri

Pasal 16D UU PPN :• penyerahan seluruh aktiva, kecuali atas penyerahan aktiva yang

tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha, serta penyerahan aktiva berupa sedan dan station wagon.

17/04/23Judi Prajitno

Page 13: Chapter 11 Ppn

Kegiatan Membangun Sendiri (KMS) Ps 16C PMK-39/2010

1. KMS terutang PPN bagi OP atau Badan yg melakukan kegiatan membangun sendiri.2. KMS membangun bangunan yg dilakukan tdk dlm kegiatan usaha / pekerjaannya,

yg hasilnya digunakan sendiri / pihak lain.3. Bangunan, berupa satu / lebih konstruksi teknik yg ditanam / dilekatkan secara tetap

pd satu kesatuan tanah dan/atau perairan dengan kriteria:a) konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan sejenis,

dan/atau baja;b) diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha; danc) luas keseluruhan paling sedikit 300 m2 (tiga ratus meter persegi).

4. PPN terutang = 10 % x DPP5. DPP = 40% jml biaya yg dikeluarkan dan/atau yg dibayarkan untuk membangun

bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah.6. Saat terutang = saat mulai dibangunnya bangunan.

17/04/23Judi Prajitno

Page 14: Chapter 11 Ppn

TIDAK dikenakan PPN :

Psl 4A ay. (2) UU PPN

Non BKP (Barang Kena Pajak)1. brg hasil pertambangan / hasil pengeboran yg diambil langsg dr sumbernya;

2. brg kebutuhan pokok yg sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;

3. makanan & minuman yg disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yg dikonsumsi di tempat maupun tidak, termsk makanan & minuman yg diserahkan o/ usaha jasa boga / katering;

4. uang, emas batangan, dan surat berharga.  

Rincian – lihat penjelasan dari Psl 4A (2) ada di Modul

17/04/23Judi Prajitno

Page 15: Chapter 11 Ppn

TIDAK DIKENAKAN PPN (cont’d)

Psl 4A ay.(3) UU PPN

Non JKP (Jasa Kena Pajak)

1.jasa pelayanan kesehatan medis;

2.jasa pelayanan sosial;

3.jasa pengiriman surat dengan perangko;

4.jasa keuangan;

5.jasa asuransi;

6.jasa keagamaan;

7.jasa pendidikan;

8.jasa kesenian dan hiburan;

Rincian – lihat penjelasan dari Psl 4A (3) ada di Modul

17/04/23Judi Prajitno

Page 16: Chapter 11 Ppn

TIDAK DIKENAKAN PPN (cont’d) Psl 4A ay.(3) UU PPN

Non JKP (Jasa Kena Pajak)

9.jasa penyiaran yg tidak bersifat iklan;

10.jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yg menjadi bagian yg tdk terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri;

11.jasa tenaga kerja;

12.jasa perhotelan;

13.jasa yg disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum;

14.jasa penyediaan tempat parkir;

15.jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam;

16.jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan

17.jasa boga atau katering.

Rincian – lihat penjelasan dari Psl 4A (3) ada di Modul

17/04/23Judi Prajitno

Page 17: Chapter 11 Ppn

1. penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian;

2. pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa guna usaha (leasing);

3. penyerahan BKP kpd pedagang perantara atau melalui juru lelang;

4. pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas BKP;

5. BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yg menurut tujuan semula tdk untuk diperjualbelikan, yg masih tersisa pd saat pembubaran perusahaan;

6. penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan BKP antar cabang;

7. penyerahan BKP secara konsinyasi; dan

8. penyerahan BKPoleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yg dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yg penyerahannya dianggap langsung dari PKP kepada pihak yg membutuhkan BKP.

Pengertian Penyerahan BKP Psl 1A ay.(1) UU PPN

17/04/23Judi Prajitno

Page 18: Chapter 11 Ppn

EXISTINGDikenakan PPN pada setiap transaksi penyerahan

PERUBAHAN

(UU 42/2009)

Dikenakan PPN, namun penyerahannya dianggap langsung dari supplier kepada konsumen (Psl 1A (1) huruf h)

PENYERAHAN BKP DALAM RANGKAPEMBIAYAAN SYARIAH

17/04/23Judi Prajitno

Page 19: Chapter 11 Ppn

EXISTING Dikenakan PPN.

PERUBAHAN

(UU 42/2009)

Tidak dikenakan PPN, dengan syarat semua perusahaan yang terlibat telah terdaftar sebagai PKP (Psl 1A (2) huruf d).

BARANG KENA PAJAK YANG DIALIHKAN DALAM RANGKA RESTRUKTURISASI USAHA

Restrukturisasi usaha: Penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha.

17/04/23Judi Prajitno

Page 20: Chapter 11 Ppn

1. penyerahan BKP kpd makelar sebagaimana dimaksud dlm KUHD;

2. penyerahan BKP untuk jaminan utang-piutang;

3. penyerahan BKP dari pusat-cabang / antar cabang dlm hal PKP melakukan pemusatan tempat pajak terutang;

4. pengalihan BKP dlm rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dgn syarat pihak yg melakukan pengalihan dan yg menerima pengalihan adalah PKP;

5. BKP berupa aktiva yg menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yg masih tersisa pd saat pembubaran perusahaan, dan yg Pajak Masukan atas perolehannya tdk dpt dikreditkan sbgmn dimaksud dlm Psl 9 ayat (8) huruf b dan huruf c.

TIDAK termasuk Pengertian Penyerahan BKP Psl 1A ay.(2) UU PPN

17/04/23Judi Prajitno

Page 21: Chapter 11 Ppn

Dalam hal Harga Jual atau Penggantian dipengaruhi oleh hubungan istimewa, maka Harga Jual atau Penggantian dihitung atas dasar harga pasar wajar pada saat penyerahan BKP atau JKP itu dilakukan.

Hubungan Istimewa Psl 2 UU PPN

17/04/23Judi Prajitno

Hubungan istimewa dianggap telah terjadi apabila :

1.Pengusaha mempunyai penyertaan langsung atau tidak langsung sebesar 25 % atau lebih pada Pengusaha lain.

Contoh : PT.A mempunyai penyertaan pada PT.B sebesar 50%. Dan PT.B mempunyai penyertaan pada PT.C sebesar 50%, maka antara PT.A dan PT.B, PT.B dan PT.C, PT.A dan PT.C terjadi hubungan istimewa.2.Hubungan antara Pengusaha dengan penyertaan 25 % atau lebih pada dua pengusaha atau lebih.

Contoh : PT.X mempunyai penyertaan pada PT.Y sebesar 30%. Dan PT.X juga mempunyai penyertaan pada PT.Z sebesar 40%, maka antara PT.X dan PT.Y, PT.X dan PT.Z, PT.Y dan PT.Z ada hubungan istimewa.

Page 22: Chapter 11 Ppn

Hubungan Istimewa Psl 2 UU PPN

17/04/23Judi Prajitno

Hubungan istimewa dianggap telah terjadi apabila : (cont’d)

3.Pengusaha yg satu menguasai Pengusaha yg lainnya atau dua atau lebih Pengusaha berada di bawah penguasaan Pengusaha yang sama baik langsung maupun tidak langsung.

4.Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus satu derajad, dan / atau kesamping satu derajat.

a. sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat : ayah, ibu, anakb. sedarah dalam garis keturunan kesamping satu derajat : kaka dan adikc. semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat : mertua, anak mantu,

anak tirid. semenda dalam garis keturunan kesamping satu derajat : ipar

Page 23: Chapter 11 Ppn

SAAT Terhutangnya PPN Psl 11 UU PPN

17/04/23Judi Prajitno

Terutangnya pajak terjadi pada saat :

a.penyerahan BKP;

b.impor BKP;

c.penyerahan JKP;

d.pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean;

e.pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean;

f.ekspor BKP Berwujud;

g.ekspor BKP Tidak Berwujud; atau

h.ekspor JKP

Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP/ JKP atau sebelum dimulainya pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean, saat terutangnya pajak adalah pada saat pembayaran.

Page 24: Chapter 11 Ppn

PT Alfa menyerahkan BKP kpd PT Bravo

Pembayaran Uang muka5/8/2010 22/10/2010

Penyerahan BKP20/12/2010

Pembayaran II

Saat PPN terhutang

Pembayaran I10/11/2010

Saat PPN Terhutang

(sisa harga)Saat terhutang

sdh lewatSaat terhutang

Sdh lewat

SAAT Terhutangnya PPN Psl 11 UU PPN

17/04/23Judi Prajitno

Page 25: Chapter 11 Ppn

TEMPAT Terhutangnya PPN Psl 12 UU PPN

17/04/23Judi Prajitno

1. PKP yg melakukan penyerahan BKP/ JKP, ekspor BKP Berwujud / Tdk Berwujud & JKP terutang pajak di tempat tinggal / tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha dilakukan / tempat lain selain tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha dilakukan yg diatur dgn Peraturan Direktur Jenderal Pajak.

2. Atas pemberitahuan secara tertulis dari PKP, Dirjen Pajak dpt menetapkan 1 (satu) tempat atau lebih sebagai tempat pajak terutang.

3. Dalam hal impor, terutangnya pajak terjadi di tempat BKP dimasukkan dan dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

4. Orang pribadi atau badan yg memanfaatkan BKP Tidak Berwujud dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean terutang pajak di tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha.

Page 26: Chapter 11 Ppn

TEMPAT Terhutangnya PPN Psl 12 UU PPN

17/04/23Judi Prajitno

Contoh 1:Orang pribadi A yg bertempat tinggal di Bogor mempunyai usaha di Cibinong.

Apabila di tempat tinggal orang pribadi A tidak ada penyerahan BKP dan/atau JKP, orang pribadi A hanya wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP di KPP Pratama Cibinong sebab tempat terutangnya pajak bagi orang pribadi A adalah di Cibinong.

Apabila penyerahan BKP dan/atau JKP dilakukan oleh orang pribadi A hanya di tempat tinggalnya saja, orang pribadi A hanya wajib mendaftarkan diri di KPP Pratama Bogor.

Apabila baik di tempat tinggal maupun di tempat kegiatan usahanya orang pribadi A melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP, orang pribadi A wajib mendaftarkan diri di KPP Pratama Bogor dan KPP Pratama Cibinong karena tempat terutangnya pajak berada di Bogor dan Cibinong.

Page 27: Chapter 11 Ppn

TEMPAT Terhutangnya PPN Psl 12 UU PPN

17/04/23Judi Prajitno

Contoh 2:

PT A mempunyai 3 (tiga) tempat kegiatan usaha, yaitu di kota Bengkulu, Bintuhan, dan Manna yg ketiganya berada di bawah pelayanan 1 (satu) KPP, yaitu KPP Pratama Bengkulu.

Ketiga tempat kegiatan usaha tersebut melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dan melakukan administrasi penjualan dan administrasi keuangan sehingga PT A terutang pajak di ketiga tempat atau kota itu.

Dalam keadaan demikian, PT A wajib memilih salah satu tempat kegiatan usaha untuk melaporkan usahanya guna dikukuhkan sebagai PKP, misalnya tempat kegiatan usaha di Bengkulu. PT A yg bertempat kegiatan usaha di Bengkulu ini bertanggung jawab untuk melaporkan seluruh kegiatan usaha yg dilakukan oleh ketiga tempat kegiatan usaha perusahaan tsb.

Dalam hal PT A menghendaki tempat kegiatan usaha di Bengkulu dan Bintuhan ditetapkan sbg tempat pajak terutang unt seluruh kegiatan usahanya, PT A wajib memberitahukan kpd Kepala KPP Pratama Bengkulu.

Page 28: Chapter 11 Ppn

PEMUSATAN Tempat Terhutangnya PPN Psl 12 (2) UU PPN

17/04/23Judi Prajitno

Apabila PKP terutang pajak pada lebih dari 1 (satu) tempat kegiatan usaha, PKP tersebut dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya dapat menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak untuk memilih 1 (satu) tempat atau lebih sebagai tempat terutangnya pajak.

Page 29: Chapter 11 Ppn

Tarif & Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Psl.7 & 8A UU PPN

DPP BKP : Harga Jual DPP JKP : Harga PenggantianDPP Impor : Nilai Impor = Harga Impor (CIF) + BM + BMTDPP Nilai Lain : PMK No.75/2010

PPN Terhutang = Tarif PPN x DPP Pajak Keluaran (PK)

17/04/23Judi Prajitno

Tarif PPN Tarif PPN adalah 10% (sepuluh persen). Tarif PPN sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas:a.ekspor BKP Berwujud;b.ekspor BKP Tidak Berwujud; dan c.ekspor JKP Tarif pajak 10% tsb di atas dapat diubah menjadi paling rendah 5% dan paling tinggi 15% yg perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Page 30: Chapter 11 Ppn

ilustrasiPT. L adalah industri benang yang menjual

benang ke PT. CLHarga jual = Rp. 1,000,00PPN = Rp. 1,000,00 X PPn 10% = Rp.

100,00 (setor ke kas negara)

17/04/23Judi Prajitno

Page 31: Chapter 11 Ppn

ilustrasiPT. CL memproses benang menjadi kainHarga jual = Rp. 1,500,00 (Rp. 1.100 + Rp.

400,00)PPN = Rp. 1,500,00 X PPn 10% = Rp.

150,00 (setor ke kas negara)

17/04/23Judi Prajitno

Page 32: Chapter 11 Ppn

ilustrasiPT. SB membeli kain melakukan proses

menjadi garmenHarga jual = Rp. 2,000,00 (Rp. 1.650 + Rp.

350,00)PPN = Rp. 2,000,00 X PPn 10% = Rp.

200,00 (setor ke kas negara)

Semakin panjang mata rantai produksi, distribusi, dan konsumsi terjadi pengenaan pajak berganda dengan beban pajak yang ditanggung konsumen akhir PPN

17/04/23Judi Prajitno

Page 33: Chapter 11 Ppn

No Jenis DPP PM

1. Pemakaian Sendiri Hrg Jual – Laba Kotor Dapat

2. Pemberian Cuma-Cuma Hrg Jual – Laba Kotor Dapat

3. Penyerahan Rekaman Suara / Gambar Harga Jual Rata-rata Dapat

4. Penyerahan Film Cerita perkiraan hasil rata-rata per judul film

Dapat

5. Produk hasil tembakau Harga jual eceran Dapat

6. Persediaan BKP & Aktiva yg tujuan semula tdk diperjual belikan yg tersisa saat pembubaran perusahaan

Harga Pasar Wajar Dapat

7. Penyerahan BKP Pusat-Cab, antar cabang Harga Pokok / perolehan Dapat

8. Penyerahan BKP melalui pedagang perantara

Harga yg disepakati antr perantara & pembeli

Dapat

9. Penyerahan BKP melalui juru lelang Harga lelang Dapat

10 Penyerahan Jasa Pengiriman Paket 10 % tagihan Tidak Dapat

11 Penyerahan Jasa Biro Perjalanan / Wisata 10 % tagihan Tidak Dapat

17/04/23Judi Prajitno

DPP – NILAI LAIN

Page 34: Chapter 11 Ppn

Pengkreditan Pajak Masukan (PM) Psl.9 UU PPN

1. PM dlm suatu Masa Pajak dikreditkan dgn PK dlm Masa Pajak yg sama.

2. Bagi PKP yg belum berproduksi, PM atas barang modal dpt dikreditkan.

3. PM yg dikreditkan hrs menggunakan Faktur Pajak sesuai ketentuan

4. Jika PK > PM, maka PK – PM = PPN yg hrs disetor oleh PKP

5. Jika PM > PK, maka PK – PM = PPN yg lebih dikompensasikan & dpt diajukan permohonan pengembalian (Restitusi) pada akhir tahun buku.

6. Kelebihan PM dpt diajukan permohonan pengembalian (restitusi) pada setiap Masa Pajak oleh:

a. PKP yg melakukan ekspor BKP Berwujud;b. PKP yg melakukan ekspor BKPTidak Berwujud;c. PKP yg melakukan ekspor JKP; d. PKP yg melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP kpd Pemungut PPN;e. PKP yg melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP yg PPN nya tidak

dipungut;f. PKP dlm tahap belum berproduksi

17/04/23Judi Prajitno

Page 35: Chapter 11 Ppn

Pengkreditan Pajak Masukan (PM) Psl.9 UU PPN

1. Apabila dlm suatu masa pajak PKP melakukan penyerahan yg terutang & yg tdk terutang pajak, sepanjang bagian penyerahan yg terutang pajak dpt diketahui dgn pasti dari pembukuannya, jumlah PM yg dpt dikreditkan adl PM yg berkenaan dgn penyerahan yg terutang pajak.

2. Apabila dlm suatu masa pajak PKP melakukan penyerahan yg terutang & yg tdk terutang pajak, sedangkan PM u/ penyerahan yg terutang pajak tdk dpt diketahui dgn pasti, jumlah PM yg dpt dikreditkan u/ penyerahan yg terutang pajak dihitung dgn pedoman yg diatur dgn Peraturan Menteri Keuangan PMK 78/2020

3. PM yg telah dikreditkan oleh PKP blm berproduksi dan telah diberikan pengembalian wajib dibayar kembali oleh PKP dlm hal PKP tsb mengalami keadaan gagal berproduksi dlm jk wkt paling lama 3 (tiga) thn sejak Masa Pajak pengkreditan Pajak Masukan dimulai.

4. Besarnya PM yg dpt dikreditkan oleh PKP yg peredaran usahanya dlm 1 (satu) thn tdk melebihi jml tertentu, dpt dihitung dgn menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan.

17/04/23Judi Prajitno

Page 36: Chapter 11 Ppn

Pengkreditan Pajak Masukan (PM) Psl.9 UU PPN

5. Besarnya PM yg dpt dikreditkan oleh PKP yg melakukan kegiatan usaha tertentu dihitung dgn menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan.

6. PM yg dpt dikreditkan, ttp blm dikreditkan dgn PK pd Masa Pajak yg sama, dpt dikreditkan pd Masa Pajak berikutnya paling lama 3 (tiga) bln setelah berakhirnya Masa Pajak yg bersangkutan sepanjang blm dibebankan sbg biaya & blm dilakukan pemeriksaan.

7. Dalam hal terjadi pengalihan BKP dlm rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha, PM atas BKP yg dialihkan yg belum dikreditkan oleh PKP yg mengalihkan dpt dikreditkan oleh PKP yg menerima pengalihan, sepanjang Faktur Pajaknya diterima setelah terjadinya pengalihan dan PM tsb blm dibebankan sebagai biaya atau dikapitalisasi.

17/04/23Judi Prajitno

Page 37: Chapter 11 Ppn

PM yang TIDAK DAPAT Dikreditkan Psl.9 ay.8 UU PPN

1. perolehan BKP / JKP sebelum pengusaha dikukuhkan sbg PKP;2. perolehan BKP / JKP yg tdk mempunyai hubungan langsung dgn kegiatan

usaha;3. perolehan & pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station

wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan;4. pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean

sebelum pengusaha dikukuhkan sbg PKP;5. perolehan BKP / JKP yg Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan 6. pemanfaatan BKP Tidak Berwujud JKP dari luar Daerah Pabean yg Faktur

Pajaknya tidak memenuhi ketentuan 7. perolehan BKP / JKP yg PM nya ditagih dgn penerbitan ketetapan pajak;8. perolehan BKP / JKP yg PM nya tidak dilaporkan dlm SPT Masa PPN, yg

ditemukan pd waktu dilakukan pemeriksaan; dan9. perolehan BKP selain barang modal atau JKP sebelum PKP berproduksi

17/04/23Judi Prajitno

Page 38: Chapter 11 Ppn

BAGI PKP YANG MEMPUNYAI PEREDARAN USAHA

TIDAK MELEBIHI JUMLAH TERTENTU

PMK 74/PMK.03/2010

PEDOMAN PENGHITUNGAN

PENGKREDITAN PM

Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 1 April 2010

Page 39: Chapter 11 Ppn

Dasar Hukum Pasal 9 ayat (7) UU 42/2009

Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak yang peredaran usahanya dalam 1 (satu) tahun tidak melebihi jumlah tertentu, kecuali Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (7a), dapat menghitung dengan menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan.

04/17/2339 Tutor : Judi Prajitno

Page 40: Chapter 11 Ppn

PKP yang Berhak Menggunakan Deemed Omzet

PKP yang mempunyai peredaran usaha dalam 1 tahun buku tidak melebihi Rp1.800.000.000,- dengan syarat :

a. mempunyai peredaran usaha dalam 2 tahun buku sebelumnya tidak melebihi Rp1.800.000.000,- untuk setiap 1 tahun buku; atau

b. WP yg baru dikukuhkan sebagai PKP

04/17/2340 Tutor : Judi Prajitno

Page 41: Chapter 11 Ppn

Kewajiban

Kewajiban - Memberitahukan Secara Tertulis

• Bagi yg telah menjadi PKP : paling lama pada saat batas waktu penyampaian SPT Masa PPN Masa Pajak pertama dalam tahun buku dimulainya penggunaan Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan

• Bagi pengusaha yang baru dikukuhkan sebagai PKP: paling lama pada saat batas waktu penyampaian SPT Masa PPN Masa Pajak saat dikukuhkan sebagai PKP.

Kewajiban untuk Konsisten

PKP yang menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan harus melaksanakan secara taat asas dalam 1 (satu) tahun buku, sepanjang peredaran usaha dalam 1(satu) tahun buku tidak melebihi Rp 1,8 M

04/17/2341 Tutor : Judi Prajitno

Page 42: Chapter 11 Ppn

Kewajiban Beralih ke Mekanisme PK - PM

a. PKP yang menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan PM wajib beralih menggunakan mekanisme pengkreditan PK-PM mulai Masa Pajak berikutnya setelah peredaran usahanya melebihi Rp1.800.000.000,00;

b. Dalam hal PKP tidak menggunakan mekanisme pengkreditan PK-PM setelah peredaran usahanya melebihi Rp1.800.000.000,00, PKP dikenai sanksi di bidang perpajakan;

c. Dalam hal PKP menggunakan mekanisme pengkreditan PK-PM , maka PM yang dapat dikreditkan adalah PM mulai masa pajak saat digunakannya mekanisme pengkreditan PK-PM tersebut.

04/17/2342 Tutor : Judi Prajitno

Page 43: Chapter 11 Ppn

Kewajiban Beralih ke Mekanisme PK - PM

Sbg dampak Pembetulan SPT Masa (Pasal 13)

1. Dalam hal PKP yg melakukan pembetulan SPT Masa PPN Masa Pajak tertentu dlm periode tahun buku penggunaan pedoman penghitungan pengkreditan PM, dan mengakibatkan peredaran usaha tahun buku yg bersangkutan menjadi lebih besar dari 1,8 M, maka PKP wajib menggunakan mekanisme PK-PM

2. Kewajiban menggunakan mekanisme mekanisme PK-PM dlm hal PKP melakukan pembetulan SPT Masa PPN tertentu, berlaku mulai Masa Pajak setelah Masa Pajak yg peredaran usahanya menjadi lebih besar dari Rp1.8 M

3. Penggunaan mekanisme PK-PM dilakukan dengan cara pembetulan SPT Masa PPN Masa Pajak dimana peredaran usaha tahun buku yang bersangkutan menjadi lebih besar dari 1,8 M

04/17/2343 Tutor : Judi Prajitno

Page 44: Chapter 11 Ppn

Memilih Beralih dari Pedoman Pengkreditan ke Mekanisme PK – PM (Pasal 12)

1. Dalam hal PKP yg menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan PM memilih beralih menggunakan mekanisme PK - PM, hanya diperkenankan mulai menggunakan mekanisme PK - PM pada Masa Pajak pertama tahun buku berikutnya.

2. PKP yang memilih beralih menggunakan mekanisme PK-PM harus memberitahukan secara tertulis kepada Kepala KPP tempat PKP dikukuhkan paling lama pada batas waktu penyampaian SPT Masa PPN pertama dalam tahun buku dimulainya penggunaan mekanisme PM-PK.

3. Dalam hal PKP mulai menggunakan mekanisme PK-PM, maka PM yang dapat dikreditkan adalah PM mulai Masa Pajak pertama tahun buku dimulainya penggunaan mekanisme PK-PM.

04/17/2344 Tutor : Judi Prajitno

Page 45: Chapter 11 Ppn

Hak untuk Kembali Menggunakan Pedoman Pengkreditan PM

PKP yang telah menggunakan mekanisme pengkreditan PK-PM dapat kembali menggunakan Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan apabila peredaran dalam 2 tahun tidak melebihi Rp1,8 M

04/17/2345 Tutor : Judi Prajitno

Page 46: Chapter 11 Ppn

Prosentase Pedoman Penghitungana. 60% (enam puluh persen) dari PK untuk penyerahan Jasa Kena

Pajak; danb. 70% (tujuh puluh persen) dari PK untuk penyerahan Barang Kena

Pajak

Penghitungan

Penghitungan PKPK = 10% x DPP dimana DPP = peredaran usaha

PPN yang Wajib DisetorPPN yang wajib disetor setiap masa pajak = PK (–) PM,sehingga:a. Bagi PKP yang menyerahkan JKP = 4% x DPP (jmlh peredaran usaha)b. Bagi PKP yang menyerahkan BKP = 3% x DPP (jmlh peredaran usaha)

04/17/2346 Tutor : Judi Prajitno

Page 47: Chapter 11 Ppn

04/17/23Tutor : Judi Prajitno47

Contoh 1PKP C bergerak di bidang perdagangan sepatu dan sandal. PKP C menggunakan pedoman pengkreditan Pajak Masukan (telah memenuhi ketentuan).Selama masa Januari 2011 PKP A melakukan penyerahan sebesar 4.200.000,-Berapakah PPN kurang bayar yang dilaporkan di dalam SPT Masa Januari 2011 ?

Jawab :PK = 10 % x Rp. 4.200.000,- 420.000,-PM = 70 % x PK 294.000,-PPN Kurang Bayar 126.000,- (atau sama dgn 3% x DPP)Contoh 2PKP D bergerak di bidang jasa konsultasi HRD. PKP D menggunakan pedoman pengkreditan Pajak Masukan (telah memenuhi ketentuan).Selama masa Januari 2011 PKP D melakukan penyerahan sebesar 5.800.000,-Berapakah PPN kurang bayar yang dilaporkan di dalam SPT Masa Januari 2011 ?

Jawab :PK = 10 % x Rp. 5.800.000,- 580.000,-PM = 60 % x PK 348.000,-PPN Kurang Bayar 232.000,- (atau sama dgn 4% x DPP)

Page 48: Chapter 11 Ppn

04/17/23Tutor : Judi Prajitno48

Contoh 3

PKP E bergerak di bidang bengkel mobil. PKP E menggunakan pedoman pengkreditan Pajak Masukan (telah memenuhi ketentuan).Selama masa Januari 2011 PKP E melakukan penyerahan sbb : -Atas penjualan onderdil mobil sebesar Rp. 62.000.000,--Atas jasa perbaikan & service sebesar Rp. 14.000.000,-Berapakah PPN kurang bayar yang dilaporkan di dalam SPT Masa Januari 2011 ?

Jawab :

PK atas BKP = 10 % x Rp. 62.000.000,- Rp. 6.200.000,-PK atas JKP = 10 % x Rp. 14.000.000,- Rp. 1.400.000,-Jumlah PK Rp. 7.600.000,-

PM atas BKP = 70 % x PK Rp. 4.340.000,-PM atas JKP = 60 % x PK Rp. 840.000,-Jumlah PM Rp. 5.180.000,-

PPN Kurang Bayar = Rp. 7.600.000,- - Rp. 5.180.000,- = Rp. 2.420.000,-

Page 49: Chapter 11 Ppn

Pembiayaan atas PMPKP yg menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan PM tidak dapat membebankan PPN atas perolehan BKP dan/atau JKP sebagai biaya untuk penghitungan PPh

04/17/2349 Tutor : Judi Prajitno

Ketentuan Penting Lainnya

Retur PenjualanDalam hal terjadi retur penjualan, PPN atas penyerahan BKP dan/atau JKP yg dikembalikan oleh pembeli akan mengurangi PPN yg terutang oleh PKP penjual dlm Masa Pajak terjadinya pengembalian BKP dan/atau JKP, sepanjang Faktur Pajak atas penyerahan BKP dan/atau JKP tersebut telah dilaporkan dlm SPT Masa PPN

PKP yg Melakukan Kegiatan Usaha TertentuPKP yg melakukan kegiatan usaha tertentu yg pengkreditan PMnya menggunakan pedoman pengkreditan PM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (7a) UU PPN tidak diperkenankan menggunakan Pedoman Penghitungan Pengkreditan PM yg ditetapkan berdasarkan peraturan ini

Page 50: Chapter 11 Ppn

BAGI PKP YG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA TERTENTU

PMK 79/PMK.03/2010 berlaku mulai 1 April 2010

PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN

PM

Page 51: Chapter 11 Ppn

Ketentuan Umum

Dalam rangka memberi kemudahan menghitung PPN yang harus disetor oleh PKP yang melakukan kegiatan usaha tertentu wajib menghitung besarnya PM yg dapat dikreditkan dengan menggunakan Pedoman Penghitungan Pengkreditan PM

04/17/2351Tutor : Judi Prajitno

Page 52: Chapter 11 Ppn

Dasar Hukum

Pasal 9 ayat (7a) dan ayat (7b) UU PPN

Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan usaha tertentu dihitung dengan menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan.

04/17/2352Tutor : Judi Prajitno

Page 53: Chapter 11 Ppn

Pengertian & Kewajiban

Kegiatan Usaha Tertentu adalah kegiatan yang semata-mata melakukan:1. Penjualan Kendaraan bermotor bekas scr

eceran; atau2. Penjualan Emas perhiasan secara eceran

PKP yang melakukan Kegiatan Usaha Tertentu, wajib menggunakan Pedoman Penghitungan Pengkreditan PM

04/17/2353Tutor : Judi Prajitno

Page 54: Chapter 11 Ppn

Penghitungan

Pedoman Penghitungan Pengkreditan PM adalah:a. 90% dari PK, dalam hal PKP melakukan penyerahan kendaraan

bermotor bekas secara eceran.b. 80% dari PK, dalam hal PKP melakukan penyerahan emas perhiasan

secara eceran

PK = 10% x DPPDPP = peredaran usaha

PPN yg wajib disetor setiap Masa Pajak = PK – PM yg dapat dikreditkan, sehingga:

a. Bagi PKP yg menyerahkan kendaraan bermotor bekas = 1% x DPP

b. Bagi PKP yg menyerahkan emas perhiasan secara eceran = 2% x DPP

04/17/2354Tutor : Judi Prajitno

Page 55: Chapter 11 Ppn

04/17/23Tutor : Judi Prajitno55

Contoh 1PKP A bergerak di bidang perdagangan mobil bekas secara eceran. Selama masa Januari 2011 PKP A melakukan penyerahan mobil bekas sebesar 1.200.000.000,-Berapakah PPN kurang bayar yang dilaporkan di dalam SPT Masa Januari 2011 ?

Jawab :PK = 10 % x Rp. 1.200.000.000,- 120.000.000,-PM = 90 % x PK 108.000.000,-PPN Kurang Bayar 12.000.000,- (atau sama dgn 1% x DPP)

Contoh 2PKP B bergerak di bidang perdagangan emas perhiasan secara ecera. Selama masa Januari 2011 PKP B melakukan penyerahan emas perhiasan sebesar 300.000.000,-Berapakah PPN kurang bayar yang dilaporkan di dalam SPT Masa Januari 2011 ?

Jawab :PK = 10 % x Rp. 300.000.000,- 30.000.000,-PM = 80 % x PK 24.000.000,-PPN Kurang Bayar 6.000.000,- (atau sama dgn 2% x DPP)

Page 56: Chapter 11 Ppn

1. PKP yg melakukan Kegiatan Usaha Tertentu wajib menggunakan deemed atas dasar kegiatan walaupun memenuhi kriteria menggunakan deemed omzet

2. Dalam hal suatu Masa Pajak, PKP yg melakukan Kegiatan Usaha Tertentu beralih usaha diluar Kegiatan Usaha Tertentu, maka penghitungan pengkreditan PM :

a. PKP dapat menggunakan deemed omzet apabila omzet dalam 1 (satu) tahun buku tidak melebihi Rp1,8 M

b. PKP wajib menggunakan mekanisme pengkreditan PM dengan PK apabila omzet dalam 1 (satu) tahun buku di atas Rp1,8 M

3. Bagi PKP Orang Pribadi yang melakukan Kegiatan Usaha Tertentu yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan, pengertian tahun buku adalah tahun kalender

Deemed Omzet vs Deemed Kegiatan

04/17/2356Tutor : Judi Prajitno

Page 57: Chapter 11 Ppn

Pembiayaan atas PMPKP yg menggunakan pedoman pengkreditan PM tidak dapat membebankan PPN yg telah dibayar atas perolehan BKP dan/atau JKP sebagai biaya untuk penghitungan PPh

Ketentuan Penting Lainnya

Retur PenjualanDalam hal terjadi retur, PPN atas penyerahan BKP dan/atau JKP yg dikembalikan oleh pembeli mengurangi PPN yg terutang oleh PKP penjual dalam Masa Pajak terjadinya pengembalian BKP dan/atau JKP sepanjang Faktur Pajak atas penyerahan BKP dan/atau JKP tersebut telah dilaporkan dalam SPT Masa PPN

04/17/2357Tutor : Judi Prajitno

Page 58: Chapter 11 Ppn

TERIMA KASIH

04/17/2358 Tutor : Judi Prajitno