CHANDRA GUNAWAN - bimaskristen.kemenag.go.id

302
1 CHANDRA GUNAWAN

Transcript of CHANDRA GUNAWAN - bimaskristen.kemenag.go.id

1

CHANDRA GUNAWAN

2

Misiologi

Untuk SMTK Kelas X

Berdasarkan Kurikulum 2013 SMTK

Hak Cipta © pada Direktorat Jendral Bimas Kristen Kementrian Agama

Penulis: Chandra Gunawan

Reviewer: Dr. Hadi Sahardjo

Cetakan Pertama, November 2020

Hak Cipta © Dilindungi oleh Undang-Undang

3

Daftar Isi

Bab 1: Pengantar

Pelajaran 1: Misiologi dan Misio Dei 9

Pelajaran 2: Metode dan Pendekatan dalam Pelayanan Misi 27

Pelajaran 3: Target Misi 47

Bab 2: Misi dan Panggilan Gereja

Pelajaran 4: Teologi Misi 63

Pelajaran 5: Pergi Ke Dalam Dunia 83

Pelajaran 6: Panggilan Memuridkan 96

Pelajaran 7: Bersatunya Langit dan Bumi 111

Bab 3: Misi dan Alkitab

Pelajaran 8: Misi Dalam Penciptaan, Panggilan Abraham dan Keluaran 125

Pelajaran 9: Misi Dalam Sejarah Keselamatan 136

Pelajaran 10: Misi Dalam Pengajaran Yesus 149

Pelajaran 11: Misi Dalam Gereja Mula-Mula 163

Pelajaran 12: Misi Dalam Pelayanan Para Rasul 176

Bab 4: MIsi dan Kesaksian Injil

Pelajaran 13: Berita Injil Dan Berita Surga 192

Pelajaran 14: Kesaksian Dalam Keluarga Dan Pekerjaan 203

Pelajaran 15: Kesaksian Orang Percaya Dan Tanggung Jawab Alam 219

Pelajaran 16: Injil Dan Budaya 226

Pelajaran 17: Injil, Isu-Isu Sosial Dan Pluralisme Agama 237

4

Bab 5: Christian Worldview “Wawasan Kristen”

Pelajaran 18: Biblical and Christian Worlview “Wawasan Alkitabiah 258

Dan Kristen”

Pelajaran 19: Tujuan Hidup manusia Dan Realitas Penderitaan 277

Evaluasi

Daftar Pustaka

5

Bab 1

Misiologi: Pengantar

Kompetensi Dasar

1.1 Menghayati kehendak Allah dalam mencermati hakekat konsep misi

2.1 Mengamalkan kehendak Allah dalam mencermati hakekat konsep misi

3.1 Memahami hakikat konsep misi berdasarkan firman Allah

4.1 Menalar hakikat konsep misi berdasarkan firman Allah

6

Gereja mesti dilihat sebagai kelompok

peziarah yang menapaki jalan

menuju akhir dunia dan ujung bumi

Lesslie Newbigin

7

Peta Konsep – Pengantar Misiologi

Mis

iolo

gi

DefinisiMisiologi

Misio Dei

MetodeInkarnasi

Partisipasi

Target/SasaranPemahaman

Manusia

8

9

Mengamati

Mengumpulkan Informasi

Pelajaran 1

Misiologi dan Misio Dei

A. Pendahuluan Misi merupakan konsep yang kompleks. Sewaktu

membicarakan mengenai topik ini, kebanyakan orang Kristen

membicarakannya dalam konteks penginjilan, kesaksian sosial, atau

bahkan perjuangan kemanusiaan. Beragamnya aspek pelayanan misi

membuat kita sulit dalam mendefinisikan konsep dari pelayanan misi

dan sebagai akibatnya konsep mengenai misi menjadi topik yang luas

dengan beragam pengertian dan pendekatan.

Fokus utama kita dalam pelajaran ini adalah mempelajari

konsep misi tertutama bersumber dari Alkitab. Walaupun Alkitab

bukan merupakan buku yang dituliskan untuk kebutuhan Misiologi

(studi mengenai misi), kitab suci memperlihatkan bahwa Tuhan adalah

Allah yang misioner. Ia menciptakan manusia pertama, Adam dan

Hawa, untuk satu tugas tertentu; dan tugas yang manusia emban

dalam penciptaan merupakan bagian dari misi Allah bagi manusia.

Waktu Allah memanggil bangsa Israel melalui Abraham, Ia menyatakan

misi-Nya bahwa melalui keturunan Abraham, segala bangsa akan

diberkati.

B. Misiologi

1. Definisi

Konsep misi tidak dapat dipahami hanya berdasarkan etimologi

(asal mula penggunaan sebuah kata/terminologi) dari kata tersebut.

Berdasarkan penggunaan awalnya, istilah misi dan konsep sending

“mengirimkan” sangatlah berkaitan. Misi dipandang sebagai upaya

gereja dalam “mengirimkan orang-orang Kristen” keluar dari

daerahnya untuk memberitakan injil di daerah yang belum pernah

mendengar injil. Lembaga misi yang mengutus orang-orang yang

disebut misionaris disebut sebagai “zending.” Konsep misi sebagai

sebuah “sending,” muncul dalam Matius 28:19-20, Alkitab memang

memperlihatkan bahwa “mengutus anak-anak Tuhan” ke dunia

merupakan sebuah misi.

10

Menanya

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan

baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh

Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang

telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku

menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Meskipun demikian, dalam Alkitab, kita juga menemukan bahwa

pelayanan dan pergerakan misi bukan hanya berbentuk sending

(mengutus) tetapi juga berbentuk gathering “mengumpulkan” orang-

orang.

Kisah Para Rasul 2:41-47 mencatat misi Allah dalam gereja

perdana juga dinyatakan dalam bentuk gathering. Dalam kisah ini, kita

membaca bahwa yang membuat gereja menjadi besar adalah karena

Tuhan mengumpulkan/membawa masuk orang-orang baru dalam

umat Tuhan.

Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri

dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-

kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-

rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul

untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah

mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak

mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi

percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah

kepunyaan bersama, 45 dan selalu ada dari mereka yang

menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada

semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.

Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-

tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di

rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-

sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji

Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari

Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang

diselamatkan.

Diskusikanlah

Mengapa dalam gereja pelayanan misi sering kali tidak menjadi

perhatian? Bagaimanakah caranya gereja dapat memperhatikan

pelayanan misi dengan lebih serius?

11

Menalar

Mengumpulkan Informasi

Dengan demikian, misi bukan hanya berbentuk

“mengirimkan/mengutus orang-orang keluar” tetapi juga dengan

“mengumpulkan orang-orang percaya menjadi satu komunitas umat

Tuhan dan menyaksikan Kristus melalui kesaksian hidup mereka.”

Kedua model ini ada dalam kitab suci dan Tuhan menggunakan

keduanya dalam menghadirkan Kerajaan Allah di bumi. Jika sending

dan gathering merupakan dua bentuk pelayanan misi yang dapat

digunakan oleh Tuhan, maka misi pada dasarnya harus dipahami

sebagai sebuah participating “pastisipasi” umat Tuhan dalam karya

Tuhan. Misi adalah partisipasi gereja dan orang-orang percaya dalam

karya Tuhan dalam dunia ini, yakni menghadirkan Kerajaan Allah di

bumi.

2. Sumber-sumber untuk Studi Misi

a. Alkitab

Alkitab adalah sumber utama dalam studi mengenai misi. Oleh

karena Alkitab adalah firman Allah, Alkitab memiliki otoritas tertinggi

dalam gereja. Itulah sebabnya, dalam merumuskan pelayanan misi,

ajaran Alkitab seharusnya menjadi bagian utama dan menjadi dasar

dari pengajaran mengenai misi.

Dalam Alkitab kita menemukan dasar-dasar dalam pelayanan

misi gereja. Salah satu teks yang menekankan pelayanan misi adalah

Matius 28:19-20; teks ini sering disebut sebagai Amanat Agung dan

bagian ini pada umumnya dijadikan dasar dalam pelayanan misi yang

berorientasi pada pengutusan dan penjangkauan bangsa-bangsa.

Kita juga menemukan contoh dari pelayanan misi yang

dikerjakan oleh generasi pertama dari orang-orang percaya. Sebagai

contoh, dalam Kisah Para Rasul 1:12-14, kita membaca mengenai

peran dari kehidupan doa para Rasul dan murid-murid Yesus lainnya

dalam menantikan kebangunan rohani yang terjadi dalam Kisah Para

Rasul 2. Peristiwa Pentakosta ternyata didahului oleh kebangunan doa.

Apa yang Alkitab perlihatkan menunjukkan bahwa bahwa ada kaitan

antara kebangunan rohani dan kebangunan doa dalam jemaat.

Selain itu, kitab suci juga memberikan prinsip-prinsip dasar dari

perkembangan pekerjaan Tuhan. Walaupun konteks dan pergumulan

dari gereja abad pertama Masehi dan gereja masa kini berbeda tetapi

tetap ada prinsip yang sama yang mengikat pelayanan misi gereja

sepanjang zaman. Sebagai contoh, ajaran Tuhan Yesus mengenai biji

sesawi yang mampu tumbuh menjadi pohon yang rindang

menekankan prinsip karya Allah dibalik pelayanan misi gereja.

12

Menanya

Mengumpulkan Informasi

Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi

kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu

seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang

di ladangnya. Memang biji itu yang paling kecil dari segala

jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih

besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon,

sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada

cabang-cabangnya."

Matius 13:31-32

Diskusikanlah!

Prinsip apakah mengenai Kerajaan Allah yang dibicarakan dalam

Matius 13:31-32? Jelaskan bagaimana prinsip tersebut dapat

menolong gereja masa kini menilai perkembangan gereja-gereja

Tuhan di zaman sekarang.

b. Sejarah

Sejarah adalah sumber kedua yang penting dalam membangun

teologi atau ajaran tentang misi. Walaupun perhatian terhadap konsep

misi bertumbuh terutama dalam periode setelah Reformasi gereja,

namun gereja telah mengerjakan pelayanan pemberitaan injil dalam

jangka waktu yang panjang. Dengan mempelajari sejarah, kita dapat

mengetahui masa dimana gereja hampir hilang tetapi juga masa

dimana gereja bertumbuh dan berkembang. Sejarah misi dapat

memperlihatkan kepada kita, hal-hal utama yang harus ada supaya

terjadi sebuah kebangunan rohani.

13

Mengumpulkan Informasi

Mengumpulkan Informasi

Menalar

c. Ilmu Sosial dan Antropologi

Dalam studi mengenai misi, ilmu-ilmu sosial dan, khususnya,

Antropologi dapat memberikan kontribusi dalam memahami budaya

dan kehidupan manusia di era dan zaman tertentu. Sejak abad ke-19,

baik para ahli dalam studi misi maupun Antropologi saling bertukar

hasil studi mengenai manusia, baik kehidupan, kebudayaan, cara

berpikir, dan aspek sosial lainnya. Kedua bidang studi ini saling

membutuhkan dan dapat berkontribusi dalam memahami kelompok

manusia tertentu, khususnya, mereka yang berasal dari daerah yang

belum mengenal peradaban.

Misiologi menaruh perhatian yang besar terhadap kelompok

orang yang belum mendengar berita injil. Untuk mempersiapkan para

misionaris memasuki ladang misi yang masih asing, lembaga-lembaga

misi menggunakan kajian-kajian dari studi Antropologi terhadap

kelompok orang tersebut. Walaupun disiplin ilmu sosial tidak selalu

memiliki pendekatan yang sama dengan Alkitab dalam memahami

manusia, namun kebenaran dari ilmu pengetahuan umum pada

dasarnya adalah juga kebenaran milik Tuhan. Itulah sebabnya, ilmu-

ilmu sosial dapat dipelajari dan diaplikasikan dalam studi misi.

d. Literatur Misi

Banyak ahli yang menekuni pelayanan misi menuliskan baik

kesaksian ataupun konsep-konsep mengenai pelayanan misi yang

dikerjakannya. Semua hasil studi mereka dapat memberikan informasi

yang relevan bagi pelayanan misi. Semua pemikiran tersebut sangat

bermanfaat dan dibutuhkan oleh gereja untuk dapat mengembangkan

strategi dan pelayanan misi yang efektif.

Ada dua macam literatur misi yang dibutuhkan dalam

mengembangkan pelayanan misi yang efektif. Pertama, literatur

mengenai misi yang dituliskan oleh para misionaris yang datang untuk

melayani di daerah yang baru. Kedua, literatur yang ditulis oleh para

pemberita injil lokal. Kedua literatur ini terkadang dapat berbeda

perspektif dalam memandang pelayanan misi di sebuah daerah.

Studi mengenai misi memiliki sifat multi-disiplin. Jika

sebelumnya studi mengenai misi terutama dilihat dari sudut pandang

teologi, sekarang kita mulai memahami bahwa studi misi

membutuhkan kontribusi studi dari bidang-bidang lainnya. Dalam

penerjemahan Alkitab, sebagai contoh, para ahli bukan hanya harus

menguasai bahasa Yunani dan Ibrani, tetapi juga menguasai Linguistik.

14

Mengamati

Mengumpulkan Informasi

Menanya

Mengumpulkan Informasi

3. Misi dan Gereja

Pelayanan misi adalah salah satu pelayanan yang biasa ada

dalam sebuah gereja. Istilah yang digunakan dapat berbeda-beda,

misalnya komisi misi, bidang misi atau departemen misi. Namun,

apakah gereja-gereja yang memiliki bidang atau komisi atau

departemen misi mengetahui dengan benar, apakah pekerjaan misi itu

dan fokus utamanya?

Kita perlu mengtahui bahwa istilah misi tidak ada dalam

Alkitab. Walaupun Alkitab membicarakan berbagai tindakan Allah

melalui gereja-Nya yang terkait dengan pelayanan misi, namun istilah

misi tidak digunakan dalam Alkitab. Dengan demikian, jika kita ingin

mengerti apakah itu misi, maka kita harus memahami misi secara

konseptual bukan berdasarkan kemunculan istilahnya.

Seorang pakar studi biblika,

Andreas Köstenberger menulis sebuah

disertasi untuk menjelaskan konsep

misi, dan ia mendapati bahwa misi pada

hakikatnya adalah sebuah pergerakan.

Waktu Tuhan Yesus meminta murid-

murid-Nya untuk menjadi saksi Tuhan

mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria

dan sampai ujung bumi, maka yang

Tuhan Yesus sedang bicarakan adalah

sebuah pergerakan Kerajaan Allah

mulai dari Yerusalem sampai ujung

bumi.

Diskusikan!

Menurut anda, apakah yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus sewaktu

ia mengatakan bahwa kesaksian haruslah disampaikan sampai “ujung

bumi”; dimanakah itu “ujung bumi?”

Jika misi tanpa sebuah pergerakan, hal tersebut bukanlah

sebuah misi; pergerakan dalam hal apa yang dikerjakan dalam misi?

Jika kita membaca injil-injil, maka kita akan mendapati bahwa

pergerakan Yesus tidak hanya semata-mata dipahami sebagai

pergerakan pemberitaan injil. Pemberitaan injil adalah salah satu saja

dari aspek misi.

15

Menalar

Mengamati

Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia

mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan

Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan

kelemahan.

Matius 9:35

Dalam pergerakan pelayanan Yesus, Ia memulainya dari Galilea sampai

ke Golgota, dan Yesus melakukan pelayanan yang holistik dalamnya, Ia

memberitakan mengenai Kerajaan Allah, mengajar, melayani orang

miskin dan susah, menyembuhkan mereka yang sakit, juga

menggembalakan serta memberikan, yang dalam bahasa modern

disebut, konseling. Demikian juga dengan Paulus, mulai dari

perjalanannya dari Damsyik sampai ke penjara Roma, pergerakan yang

Paulus kerjakan meliputi semua area pelayanan seperti halnya Yesus.

Jadi, semua bidang pelayanan pada dasarnya adalah bagian

dari misi. Misi adalah hekekat dari gereja itu sendiri, tanpa misi gereja

tidak dapat menjadi sebuah gereja. Sebaliknya adalah salah ketika

gereja menyempitkan arti misi hanya pada pelayanan penginjilan;

pelayanan tersebut adalah salah satu bagian (bukan satu-satunya) dari

misi. Jika misi adalah sebuah pergerakan, maka setiap pelayanan

bersifat progresif dan harus terus maju ke depan dan harus ada

sesuatu yang baru yang tercapai. Itulah sebabnya gereja dan lembaga-

lembaga misi perlu mengevaluasi apakah ada hal-hal baru yang telah

dicapai atau gereja malah sedang jalan di tempat atau jalan mundur.

C. Misio Dei

Istilah “mission dei” berasal

dari bahasa latin yang berarti “misi

Allah.” Terminologi ini digunakan

untuk menekankan substansi dari

pelayanan misi yang dikerjakan

gereja. Panggilan umat Tuhan

bukanlah mengerjakan visi dan

misinya sendiri tetapi melayani visi

dan misi Tuhan. Craig Ott, Stephen J.

Strauss, dan Timothy C. Tennent

menjelaskan bahwa konsep ini

ditekankan sebab misi sering kali

hanya dipandang sebagai respons

manusia pada perintah Tuhan.

16

Mengumpulkan

Informasi

Mengamati

Mengumpulkan

Informasi

David J. Bosch adalah tokoh

penting yang turut merumuskan

pengertian yang terkandung dalam

istilah “mission dei.” Misi merupakan

karya Allah Tritunggal dan gereja

sesungguhnya hanya bagian atau

instrumen dalam “mission dei.” Dengan

demikian, dalam pelayanan misi, Bapa,

Anak dan Roh Kudus bekerja sama dan

bersama-sama berkarya dalam dan

melalui gereja, yang pada dasarnya

merupakan perpanjangan tangan Allah dalam dunia ini.

Kita akan mempelajari beberapa pokok teologi yang

terkandung dalam ajaran “mission dei.”

1. Universal God in Christ “Allah Yang Universal dalam

Kristus”

Konsep “mission dei” menekankan pentingnya gereja

melakukan sebuah pelayanan misi yang dirancang oleh Allah sendiri.

Dasar dari pelayanan misi adalah keyakinan kita bahwa dunia ini

adalah milik Tuhan dan harus dibawa kepada Tuhan sebagai pencipta

dan pemilik segala sesuatu. Sejak semula, Tuhan tidak menciptakan

dunia ini untuk manusia tetapi untuk Tuhan; dan Ia menjadikan

manusia sebagai wakil Allah (gambar dan rupa Allah) dalam

mengelolanya sehingga dapat berfungsi sebagaimana rancangan

Tuhan.

Dalam surat Korintus, Rasul Paulus menegaskan bahwa hanya

ada satu Allah yang menciptakan segala sesuatu dan Ia adalah pemilik

segala sesuatu.

Sebab sungguhpun ada apa yang disebut "allah", baik di

sorga, maupun di bumi dan memang benar ada banyak

"allah" dan banyak "tuhan" yang demikian, namun bagi kita

hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya

berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan

satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala

sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.

1Korintus 8:5-6

17

Menanya

Menalar

Mengumpulkan Informasi

Rasul Paulus menegaskan bahwa karena segala sesuatu adalah milik

Tuhan, segala sesuatu termasuk manusia haruslah hidup bagi Tuhan.

Tujuan hidup semua orang adalah memuliakan Tuhan.

Diskusikanlah!

Jikalau tujuan hidup manusia pada dasarnya untuk memuliakan Tuhan,

jelaskan mengapa ada banyak orang Kristen yang hidupnya dihabiskan

untuk mengejar hal-hal yang ada didunia ini.

Membawa manusia dan ciptaan kembali memuliakan Tuhan

adalah tujuan dari misi. Dalam Alkitab, baik dalam kisah penciptaan

maupun dalam ajaran mengenai langit dan bumi yang baru, Alkitab

menegaskan bahwa manusia akan kembali hidup bersama-sama

dengan Tuhan dan hidup menyembah Dia. Inilah fokus dan tujuan dari

pelayanan misi.

Bacalah Matius 6:19-21, 24 dan renungkan mengapa manusia

tidak boleh mencari dan mengejar “dunia dan segala kesenangannya.”

"Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi

ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri

membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah

bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak

merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta

mencurinya … Tak seorangpun dapat mengabdi kepada

dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang

seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada

yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain Kamu

tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Ajaran Alkitab menegaskan

bahwa panggilan hidup manusia

adalah menyambah Tuhan. Itulah

sebabnya, seperti yang dikatakan oleh

John Piper, ibadah (penyembahan

kepada Tuhan) menjadi tujuan akhir

dari pelayanan misi. Pelayanan ini

muncul karena bangsa-bangsa tidak

mencari Tuhan dan tidak beribadah

kepada-Nya. Tanpa signifikansi

ibadah, misi tidak dibutuhkan.

18

Mengamati

Menanya

Mengumpulkan Informasi

2. Mission as Divine Prerogrative “Misi Sebagai

Kedaulatan Ilahi”

Konsep “missio dei” menekankan bahwa Allah adalah pribadi

yang memiliki pelayanan misi. Itulah alasannya bahwa Ia berhak dalam

menentukan kemana, kepada siapa dan bagaimana pelayanan misi

harus dikerjakan. Dalam sejarah kita melihat bahwa gereja dan

pertumbuhannya tidak bergantung pada dirinya sendiri. Ketika gereja

seharusnya mati oleh karena penganiayaan yang hebat, gereja malah

bertahan dan bertumbuh. Hal inilah yang kita lihat dalam tiga abad

pertama dari Kekristenan awal. Sebaliknya, ketika gereja seharusnya

bertumbuh karena tidak ada penganiayaan, yang terjadi adalah gereja

malah tidak bertumbuh. Dengan demikian, kita melihat bahwa

pertumbuhan dan perkembangan gereja ada dalam tangan dan

kendali Tuhan.

Diskusikanlah! Jika keberadaan gereja ada dalam kendali dan pemeliharaan Tuhan, mengapa ada gereja-gereja yang akhirnya sampai ditutup karena kehabisan anggota jemaat?

Kisah mengenai Yunus memperlihatkan kepada kita mengenai

otoritas Tuhan dalam menentukan kemana nabi Tuhan harus pergi

dalam mengerjakan misi Tuhan.

19

Menanya

Mengumpulkan Informasi

Menalar

Diskusikanlah

Bacalah kitab Yunus dan carilah informasi mengapa Yunus tidak mau

pergi ke Niniwe? Apakah Yunus dapat melarikan diri dari Allah?

Ceritakan apakah yang terjadi kemudian?

Kisah mengenai bagaimana Tuhan memimpin Paulus untuk

memberitakan injil ke wilayah Eropa juga memperlihatkan

kewenangan penuh dari Tuhan dalam menentukan target pelayanan

misi yang harus dikerjakan oleh gereja.

Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena

Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di

Asia. Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke

daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka.

Setelah melintasi Misia, mereka sampai di Troas. Pada

malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan:

ada seorang Makedonia … berseru kepadanya …

"Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!" …,

segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke

Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik

kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk

memberitakan Injil kepada orang-orang di sana.

Kisah Para Rasul 16:6-10

Roh Kudus bekerja dalam mengendalikan arah dari pekerjaan misi

Tuhan. Saat Tuhan mengarahkan gereja untuk membuka ladang misi

yang baru, yakni ke wilayah Eropa, Roh Kudus mencegah Paulus dan

rekan-rekannya untuk melayani di daerah-daerah yang sebelumnya

mereka rencanakan untuk dikunjungi. Rasul Paulus dan rekan-

rekannya pun memilih untuk taat kepada pimpinan Tuhan.

Sikap Rasul Paulus dan rekan-rekannya memberikan teladan bagi

umat Tuhan masa kini untuk terbuka terhadap pimpinan Allah melalui

Roh Kudus dalam pelayanan misi. Dalam mempersiapkan

penjangkauan terhadap mereka yang belum mengenal Tuhan, orang-

orang Kristen terkadang lebih menggunakan pertimbangan-

pertimbangan manusiawi untuk membuka ladang misi; meskipun

demikian, kita seharusnya peka bahwa kehendak Tuhan tidak selalu

sama dengan rencana manusia. Itulah sebabnya, jika pelayanan misi

didasarkan pada prinsip missio dei, pelayanan tersebut harus tunduk

pada rencana dan pimpinan Tuhan.

20

Mengumpulkan Informasi

Mengamati

Mengumpulkan Informasi

3. Misi dari Allah Tritunggal

Misi Allah dalam dunia ini meliputi beberapa aspek, salah

satunya adalah karya keselamatan. Dalam menyelamatkan manusia,

Allah Tritunggal (Bapa, Anak dan Roh Kudus) turut terlibat dalamnya.

Bapa adalah pribadi yang mengutus Yesus dan Roh Kudus ke dalam

dunia. Yesus diutus untuk melepaskan manusia dari perbudakan dosa.

Roh Kudus diutus ke dalam dunia setelah Yesus kembali ke surga untuk

menyertai, memperlengkapi dan memampukan orang-orang percaya

melaksanakan peran dan panggilan mereka dalam misi Allah.

… Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab

jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang

kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia

kepadamu. … Ia akan menginsafkan dunia akan dosa,

kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka

tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena

Aku pergi kepada Bapa … akan penghakiman, karena

penguasa dunia ini telah dihukum.

Yohanes 16:7-11

4. Misi Sebagai Sejarah Penebusan

Pelayanan misi yang dikerjakan gereja tidaklah dilakukan

secara individual di satu zaman dan periode tertentu. Pekerjaan Tuhan

dalam membawa dunia ini kepada tujuan penciptaannya sudah

dimulai sejak penciptaan dunia ini bahkan sebelumnya sudah

ditetapkan dalam rencana Allah yang kekal. Kejatuhan manusia dalam

dosa tidak membuat rancangan dan rencana Tuhan hancur; Ia tetap

berkuasa dalam mengembalikan lajunya sejarah umat manusia untuk

kembali kepada tujuan penciptaannya, yaitu untuk memuliakan

Tuhan. Karya Tuhan inilah yang disebut sebagai Sejarah Penebusan

(Keselamatan).

Gereja dalam kiprah pelayanannya dalam sejarah karya Tuhan

dalam dunia ini tidaklah melakukan hal yang sama sekali baru.

Pelayanan misi yang dikerjakan dalam sebuah gereja sebenarnya

melanjutkan apa yang gereja atau umat Allah sebelumnya telah

lakukan. Dengan demikian, ada kontinuitas antara pelayanan misi yang

Tuhan kerjakan baik dari era Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru dan

juga ke era masa kini, era dimana gereja-gereja Tuhan melayani

sebagai instrumen bagi Kerajaan Allah.

21

Menalar

Mengumpulkan Informasi

Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam

pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan

perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah

berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang

telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala

yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.

Ibrani 1:1-2

Jika kita mencermati karya Tuhan dalam PL, ada kontinuitas

dari karya Tuhan melalui pada nabi yang berbicara bukan untuk

kepentingan mereka sendiri tetapi mereka mengambil bagian dalam

“rencana besar” Allah terkait dengan keselamatan. Itulah sebabnya,

gereja pada dasarnya bukan menciptakan misi tetapi berpartisipasi

dalam misi yang Allah telah kerjakan sebelumnya melalui para nabi.

Misi bukan hanya ada saat gereja ada, tetapi sejak PL, Allah telah

mengerjakan misi-Nya. Umat Tuhan dalam PL gagal dalam memenuhi

peran mereka sebagai instrumen Allah dalam mengerjakan misi-Nya.

Yesus menggenapkan apa yang Israel tidak mampu lakukan. Gereja

dipanggil dan diperlengkapi Tuhan untuk melanjutkan apa yang Kristus

sedang kerjakan dalam dunia ini.

5. Misi Untuk Memuliakan Allah

Tujuan akhir dari misi bukanlah keselamatan manusia tetapi

kemuliaan Allah. Kepada jemaat Efesus, Rasul Paulus mengingatkan

mereka mengenai kebesaran karya Allah dalam kehidupan mereka; Ia

telah memilih mereka dan menyelamatkan mereka. Meskipun

demikian, dasar dari tindakan Allah bukanlah sekadar supaya manusia

diselamatkan tetapi supaya manusia memuliakan Tuhan.

Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang

dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala

berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah

memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan

tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah

menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk

menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-

Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang

dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia … .

Efesus 1:3-6

22

Menalar

Menanya

Mengumpulkan Informasi

Konsep missio dei menyadarkan kita bahwa misi adalah milik

Allah. Dia adalah perancang dari misi dan terlibat langsung dalam

proses pelaksanaannya dalam sejarah manusia. Oleh karena itu,

orang-orang percaya tidak perlu takut dalam melaksanakan misi Allah

sebab Ia akan melindungi milik-Nya. Selain itu, janji Tuhan Yesus saat

ia mengutus murid-murid Tuhan untuk pergi ke dunia bahwa Ia akan

menyertai kita selama-lamanya seharusnya membuat kita tidak

mudah menyerah dalam pelayanan misi. Tantangan dan rintangan

dalam memberitakan injil terus dihadapi oleh gereja; dalam Kisah

Rasul kita melihat bagaimana gereja dihambat dalam pelayanan

misinya; demikian juga dalam sejarah, kita melihat kesulitan yang

dialami gereja dalam menjalankan misinya, tetapi Kristus tetap

menyertai gereja-Nya. Tugas dari gereja bukanlah sekadar

menunjukkan hasil tetapi memperlihatkan kesetiaan gereja sampai

akhir.

Diskusikanlah!

Carilah beberapa penyebab yang membuat gereja tidak dapat

bertahan dalam dunia ini dan sharingkan bagaimanakah kondisi gereja

anda dilihat dari hal-hal yang dibahas sebelumnya.

Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa dalam Yohanes 17:16-18 dan

Ia meminta Bapa melindungi baik murid-murid-Nya maupun orang-

orang percaya yang diutus-Nya ke dalam dunia.

Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari

dunia. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu

adalah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus

Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus

mereka ke dalam dunia.

Kita tidak dapat menyangkali bahwa “pengutusan” merupakan salah

satu aspek dari pelayana misi. Meskipun demikian, misi bukan hanya

berbicara tentang pengutusan tetapi mengenai kesaksian gereja dalam

dunia. Panggilan gereja sebagai garam dunia jelas terkait dengan peran

mereka terutama dalam bersaksi kepada dunia ini. Kedua aspek

tersebut baik pengutusan dan kesaksian gereja lokal merupakan

sebuah partisipasi umat Tuhan dalam sejarah karya Tuhan dalam dunia

ini. Inilah arti dari misi.

23

Menanya

Jerram Barrs mengingatkan kita

bahwa dalam mengerjakan misi Tuhan,

orang-orang percaya telah menerima

otoritas dari Yesus dan segala kuasa

telah ditundukkan di bawah Kristus

sehingga mereka pasti mampu

memenuhi panggilan mereka. Selain itu,

penyertaan dan janji Yesus seharusnya

membuat orang-orang percaya, seperti

halnya, murid-murid Yesus yang

pertama pergi dan memberitakan injil

dengan setia sampai ujung-ujung bumi.

Barrs juga mengajak gereja untuk

mengevaluasi apakah pelayanan misi menjadi prioritas bagi pelayanan

gereja, apakah persembahan jemaat digunakan untuk pelayanan misi,

apakah doa-doa dinaikan bagi pelayanan misi, serta apakah kita

mengutus orang-orang untuk melayani dan terlibat dalam pelayanan

misi Allah di dunia ini.

Di sisi yang lain, John Piper

mengingatkan gereja-gereja bahwa

saat Tuhan meminta murid-murid

Tuhan untuk memberitakan injil

kepada segala bangsa (lih. Matius

28:19-20), yang dimaksudkan dengan

terminologi tersebut bukanlah

menunjuk pada setiap individu tetapi

pada setiap suku/kelompok bangsa.

Tugas utama gereja adalah

menjangkau suku-suku bangsa yang

mewakili berbagai kelompok orang,

yakni suku-suku bangsa yang belum

pernah mendengar injil. Itulah yang

Tuhan minta saat ia berkata bahwa berita injil akan diberitakan sampai

ujung-ujung bumi.

Diskusikanlah!

Apakah anda setuju dengan pandangan John Piper mengenai perintah

memberitakan injil kepada segala bangsa; dimanakah kelebihan dan

kekurangan dari pandangan ini?

24

D. Penutup Missio dei mengajarkan gereja untuk melayani kepentingan

dan tujuan Allah. Pelayanan misi tidak melayani kepentingan dan

ambisi dari gereja lokal. Visi dan misi Tuhan dalam sejarah manusia ada

dalam Kitab Suci. Tuhan Yesus mengajarkan sebuah doa yang

memperlihatkan rencana besar Allah dalam sejarah manusia.

Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga,

Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah

kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami

pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan

ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga

mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan

janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi

lepaskanlah kami dari pada yang jahat. Karena Engkaulah

yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai

selama-lamanya. Amin.

Matius 6:9-13

Tuhan Yesus mengajar kita meminta supaya Kerajaan Tuhan datang

dan supaya kehendak-Nya terjadi di bumi seperti di surga. Visi dan misi

dari karya Tuhan dalam dunia ini bukanlah membawa manusia ke

surga tetapi membuat dunia menjadi seperti surga.

Dengan demikian, “missio dei” mengajarkan kita untuk

menundukkan agenda misi gereja pada agenda misi Tuhan, yakni,

menghadirkan pemerintahan Allah di bumi sehingga dunia ini kembali

memuliakan Allah sebagaimana tujuan penciptaannya.

Karena misi gereja adalah misi Allah, orang-orang percaya

dapat dengan penuh keberanian memberitakan injil kepada dunia. Kita

tidak memberitakan diri sendiri atau organisasi kita tetapi

memberitakan kehendak sang Pencipta dan pemilik segala ciptaan.

25

Mengkomuni kasikan

Ringkasan

1. Misi adalah sebuah upaya untuk mengirimkan utusan-utusan

injil ke berbagai wilayah dan mengumpulkan bangsa-bangsa

untuk menjadi bagian dari Kerajaan Allah.

2. Alkitab adalah sumber utama dalam studi mengenai misi.

3. Misi dimulai dari kehendak Allah.

4. Misi dapat dipahamai sebagai sebuah proses inkarnasi dan

partisipasi.

Ayat Hafalan

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat,

Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang

Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut

dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab

kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."

Matius 11:28-30

Aktivitas

Buatlah kelompok dengan empat anggota dan buatlah sebuah mading

mengenai suku-suku di Indonesia yang terkategori belum terjangkau

secara efektif oleh berita injil.

Bacaan Lanjutan Barrs, Jerram. The Heart of Evangelism. Wheaton: Crossway, 2001. Bab 1 dan 5. Ott, Craig, Stephen J. Strauss, and Timothy C. Tennent. Encountering Theology of Mission: Biblical Foundations, Historical Developments, and Contemporary Issues. Grand Rapids: Baker, 2010. Piper, John. Jadikan Sekalian Bangsa Bersukacita: Supremasi Allah dalam Misi. Bandung: LLB, 2001. Bab 5.

26

27

Mengamati

Menanya

Menalar

Pelajaran 2

Metode dan Pendekatan dalam Pelayanan Misi

A. Pendahuluan Dalam pelayanan misi, ada berbagai cara yang dapat

digunakan. Sebagian lembaga misi menggunakan berbagai bentuk

pelayanan sosial, misalnya saja pendidikan dan rumah sakit, untuk

memberitakan Kristus. Sebagian lembaga misi lainnya fokus pada

perintisan jemaat dalam berbagai wilayah yang belum mengenal

Kristus. Bentuk pelayanan misi yang dikerjakan sebuah lembaga

tentunya bergantung pada visi dan misi lembaga tersebut dan juga

pada situasi dan kondisi dari ladang misi yang ditangani.

Diskusikanlah!

Ceritakan bagaimana pelayanan misi dilakukan dalam gereja atau

jemaat dimana anda menjadi anggota! Ceritakanlah juga yang menjadi

alasan mengapa pelayanan misi dalam sebuah gereja sulit untuk

dilakukan!

Dalam mengembangkan sebuah pelayanan misi yang efektif,

gereja menggunakan berbagai pendekatan yang tepat dan sesuai

dengan konteks komunitas yang menjadi target pelayanannya. Untuk

memahami komunitas-komunitas suku yang beragam, ilmu misi

(Misiologi) sering kali memanfaat berbagai studi, misalnya saja

sosiologi, linguistik, budaya, dan bidang lainnya. Integrasi antara

Misiologi dengan disiplin ilmu lainnya merupakan buah dari

perkembangan Misiologi sebagai disiplin ilmu yang independen dan

tidak lagi dipahami sebagai aplikasi dari studi biblika atau teologi

sistematika.

Dalam sejarah perkembangan misi, studi antropologi (ilmu

mengenai manusia dan kebudayaannya) memiliki kontribusi bagi

pelayanan misi. Sebelumnya kedua disiplin ilmu ini pada dasarnya

saling melengkapi tetapi dalam perkembangannya keduanya menjadi

terpisah.

28

Mengamati

Mengumpulkan Informasi

B. Peran Antropologi

Studi Antropologi memberikan kontribusi bagi studi misi

karena keduanya sering kali berupaya dalam menjawab pertanyaan

yang sama yakni: bagaimanakah cara terbaik dalam menolong

penduduk/komunitas lokal sehingga mereka menjadi komunitas yang

lebih memiliki humanity “kemanusiaan.” Tentu, dalam konteks

Misiologi, seseorang dianggap akan menjadi lebih manusiawi jika

mereka ada dalam Kristus. Itulah alasannya mengapa pemberitaan injil

dan kesaksian orang-orang Kristen dipandang penting dalam

penjangkauan suku-suku bangsa yang masih terasing.

Michael A. Rynkiewich dalam tulisannya berjudul “Do We Need

a Postmodern Anthropology for Mission” menjelaskan ada tiga

kontribusi dari Antropologi bagi studi misi serta kaitan antara kedua

bidang studi tersebut.

a. Antropologi memberikan refleksi yang berbeda dalam melihat

dan menilai keunikan suatu suku bangsa. Pelayanan misi

(Misiologi) perlu memperhatikan bukan saja kesamaan suku-

suku bangsa, bahkan mereka semua adalah orang berdosa,

namun juga memperhatikan keunikan karakter dari etnis

mereka.

b. Antropologi mengajarkan pentingnya kerendahan hati dalam

memahami sebuah suku bangsa yang baru dan tidak

menghakimi kebudayaan dan pola kehidupan mereka dengan

kaca mata budaya sendiri. Hal ini tentunya penting bagi

Misiologi untuk membedakan antara unsur budaya dan

penyembahan.

c. Antropologi memberikan cara pandang yang lebih global

terhadap suku-suku bangsa yang ada. Pelayanan misi memetik

buah dari penelitian Antropologi yang berupaya melihat kaitan

antara satu etnis dengan etnis lainnya.

Walaupun pertanyaan yang sama ditanyakan dalam Misiologi

dan Antropologi, jawaban dari keduanya dapat berbeda. Dalam

Misiologi, tidak ada cara lain yang dapat membuat manusia menjadi

lebih manusiawi dan memiliki kehidupan yang lebih baik selain dari

percaya kepada Yesus. Perbedaan antara Antropologi dan Misiologi

tidak boleh diabaikan walaupun keduanya dibutuhkan untuk

memahami manusia dan kebudayaannya.

29

Menanya

Mengamati

Mengumpulkan

Informasi

Diskusikanlah!

Lihatlah gambar dan di bawah ini dan cobalah menerka berasal dari

negara atau budaya manakah mereka?

C. Pendekatan Inkarnasi

Dalam menjalankan program misi yang bersifat menjangkau

komunitas baru, gereja-gereja pada umumnya menggunakan sebuah

pendekatan inkarnasional. Pendekatan ini menekankan pentingnya

menjadi seperti orang-orang yang akan dilayani. Untuk seseorang

memenangkan suatu suku bangsa, ia harus menjadikan budaya

mereka sebagai kebudayaannya sendiri.

Pendekatan inkarnasional menggunakan inkarnasi Yesus

sebagai sebuah model bagi misi dan penginjilan. Sama seperti Yesus

yang adalah Allah sepenuhnya menjadi manusia sepenuhnya untuk

menyelamatkan manusia, maka misi pun harus melakukan hal yang

sama untuk memenangkan manusia. Dalam pendekatan inkarnasi,

kehidupan dan pelayanan Yesus dijadikan sebagi model dari sebuah

pelayanan holistik. Sama seperti dalam inkarnasi-Nya, Yesus juga

melakukan, sebagai contoh, pelayanan terhadap orang-orang yang

sakit, pelayanan misi juga perlu menjangkau orang-orang melalui

pelayanan kesehatan, misalnya saja dengan mendirikan rumah sakit

atau klinik.

Demikian juga dengan kebudayaan, sama seperti dalam

inkarnasi-Nya Yesus menjadi seorang Yahudi dan hidup sama dengan

orang-orang Yahudi lainnya, maka pelayanan misi perlu menggunakan

pendektan yang sama. Injil dan pemberita injil perlu mengadopsi

kultur dari orang-orang yang akan dijangkau. Dengan demikian,

inkarnasi juga dijadikan model untuk proses kontekstualisasi.

30

Mengumpulkan

Informasi

Dalam Surat Korintus, Rasul Paulus menegaskan bahwa dalam

upayanya memenangkan orang-orang bagi Kristus, ia rela menjadi

seperti orang-orang yang dilayani. Paulus menegaskan bahwa untuk

memenangkan orang-orang non-Yahudi, ia bersedia untuk menjadi

sama dengan mereka. Model pendekatan ini dijadikan acuan dalam

pendekatan misi yang dipandang alkitabiah.

Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku

menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku

boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.

Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang

Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi.

Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku

menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat,

sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat,

supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di

bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang tidak hidup di

bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak

hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di

luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum

Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang

tidak hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang

lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku

dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua

orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku

sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari

antara mereka. Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil,

supaya aku mendapat bagian dalamnya.

1Korintus 9:19-23

Darrel L. Witheman, dalam tulisannya berjudul “Anthropology and

Mission.” menjelaskan beberapa poin utama, terkait upaya dalam

menerapkan pendekatan inkarnasi dalam sebuah ladang misi.

a. Kita harus memulainya dengan menerima orang-orang yang

akan dilayani apa adanya sesuai dengan kultur dan kebiasaan

hidup mereka. Untuk melakukan hal ini, kita terkadang harus

menurunkan ukuran atau standar kehidupan yang kita miliki

dan belajar untuk memiliki pola hidup yang sama dengan orang

yang kita layani.

31

b. Kita perlu mengadopsi kultur dan cara kehidupan orang-orang

yang akan dijangkau, misalnya cara berpakaian ataupun cara

menghormati orang tua, sebab hal-hal tersebut yang menjadi

konteks hidup mereka dan dalam konteks itulah mereka

memahami makna kehidupan.

c. Kita mendekati mereka sebagai seseorang yang bukan

menggurui tetapi sebagai siswa yang mau belajar atau seperti

seorang anak yang tertarik dalam melihat dunia yang baru yang

mereka lihat. Dalam proses mempelajari kultur yang baru,

seseorang boleh bertanya tetapi tidak boleh menghakimi.

d. Kita diharuskan untuk merendahkan diri untuk mau belajar

sebab dalam dunia orang yang kita layani kita bukanlah orang

yang dipandang telah mengetahui budaya dan cara hidup

mereka sehingga dapat mengevaluasi cara pandang dan pola

kehidupan sosial mereka.

e. Kita perlu belajar untuk mengesampingkan kesukuan kita

ataupun kedudukan dan posisi kita yang istimewa. Kegagalan

untuk melakukan hal tersebut akan menciptakan gap “jarak”

antara orang yang akan dilayani dengan mereka yang akan

menjangkau.

f. Untuk dapat menjadi sama dengan orang yang kita layani, kita

terkadang harus rela untuk menjadi rentan dengan

kebudayaan kita dan kita perlu melakukan penyangkalan diri

atas apa yang kita telah miliki. Kita perlu menyadari bahaya dari

memandang kebudayaan diri sendiri lebih tinggi dibandingkan

mereka yang dilayani.

g. Kita harus berusaha keras untuk membuat diri kita sama

dengan orang yang dilayani; kita dapat melakukannya dengan

jalan hidup bersama dengan mereka, mengasihi mereka dan

belajar bersama dengan mereka. Kristus tentunya menjadi

contoh bagi pendekatan inkarnasi ini. Dia berasal dari surga,

namun ia memilih menjadi seorang Yahudi dan hidup dalam

konteks kebudayaan Yahudi.

Jika di era kolonialisme, pendekatan misi bersifat negatif

terhadap budaya lokal dan cenderung untuk menjadikan orang-orang

yang dilayani sama seperti mereka. Setelah masa tersebut,

pendekatan inkarnasi dalam misi dipandang sebagai standar dari

pendekatan misi yang bersifat penjangkauan. Banyak misionaris yang

pergi ke dareah yang berbeda kebudayaan dengannya mengadopsi

budaya masyarakat tersebut.

32

Menanya

Menalar

Perhatikanlah foto dari Hudson Taylor di bawah ini dan ceritakan hal

apakah yang memperlihatkan pendekatan inkarnasi dalam gambar

tersebut.

Kelemahan Pendekatan Inkarnasi

Pendekatan inkarnasi memiliki beberapa kelemahan yang

perlu diantisipasi. Beberapa diantaranya sebagai berikut:

a. Inkarnasi adalah karya Tuhan Yesus yang tidak dapat ditiru

sehingga menjadikan inkarnasi sebagai model pelayanan misi

tidaklah Alkitabiah. Sebagai contoh, dalam inkarnasi Tuhan

Yesus mati bagi manusia; tentu para misionaris tidak dapat

melakukan apa yang Yesus kerjakan.

b. Inkarnasi Yesus terutama bertujuan untuk menyelesaikan

persoalan dosa manusia. Ia mati supaya manusia dilepaskan

dari perbudakan dosa. Tujuan dari pelayanan misi bukanlah

melakukan penebusan tetapi memberitakan keselamatan.

c. Pendekatan inkarnasi terlalu positif dalam memandang

kebudayaan. Manusia dan kebudayaannya dipengaruhi oleh

dosa sehingga pelayanan misi tidak dapat mengadopsi

kebudayaan dan pola hidup manusia tanpa mengubahnya

sesuai dengan iman Kristen.

d. Pendekatan inkarnasi dapat membuat pelayanan misi jatuh

dalam pencampuradukan kebudayaan dan iman Kristen

(sinkretisme). Dalam PL, kita melihat bahwa Tuhan meminta

supaya umat Tuhan menyadari bahaya dari sinkretisme dan

menjaga kemurniaan ajaran dan kehidupan umat Tuhan.

33

Mengamati

Mengumpulkan Informasi

D. Pendekatan Partisipasi

Pendekatan partisipasi dalam misi berbeda dengan

pendekatan inkarnasi. Dalam pendekatan inkarnasi, karya Kristus

dijadikan model bagi pelayanan misi. Pendekatan partisipasi lebih

menekankan peran dari gereja dan orang-orang percaya dalam sejarah

keselamatan yang Allah sedang kerjakan dalam dunia ini. Untuk

memahami pendekatan partisipasi kita harus memulainya dengan

mendiskusikan fase-fase dari karya penebusan manusia dalam sejarah

kesalamatan yang Allah kerjakan dalam dunia ini.

1. Sejarah Keselamatan

Karya Tuhan dalam dunia ini

dapat dibagi dalam beberapa fase. N. T.

Wright, sebagai contoh, membagi

sejarah karya Tuhan dalam dunia ini

menjadi lima fase, yakni: penciptaan,

kejatuhan, panggilan Israel, Kristus, dan

akhir zaman. Selanjutnya, kita akan membicarakan fase-fase karya

Tuhan tersebut.

Penciptaan

Kisah penciptaan dibicarakan Alkitab dalam Kejadian 1 dan 2.

Meskipun demikian, ajaran mengenai penciptaan bukan hanya ada

dalam dua bagian tersebut. Ada banyak teks baik dalam PL dan PB

membicarakan mengenai penciptaan, misalnya saja dalam Mazmur 8

dan Yohanes 1.

Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan

bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia,

sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia,

sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah

membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah

memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau

membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu … . Ya

TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh

bumi!

Mazmur 8:3-9

34

Menalar

Mengumpulkan Informasi

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama

dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya

bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh

Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari

segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup

itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam

kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.

Yohanes 1:1-5

Dalam penciptaan, Allah bukan saja menciptakan segala

sesuatu namun melalui penciptaan Ia sesungguhnya sedang

menetapkan Kerajaan-Nya. Dalam konteks inilah penciptaan manusia

harus dipahami. Saat Tuhan menciptakan manusia menurut gambar

dan rupa Allah, Alkitab menegaskan bahwa mereka dicipta dengan

kualitas tersebut supaya mereka “menguasai” apa yang Tuhan telah

ciptakan. Istilah “menguasai” yang digunakan oleh Alkitab bukanlah

berarti mengeksploitasi alam ciptaan Tuhan tetapi mewakili Allah

dalam memerintah seisi dunia.

Dengan demikian dalam penciptaan kita telah mendapatkan

penjelasan bahwa visi Allah dalam penciptaan adalah supaya seluruh

dunia melayani Tuhan; inilah aspek utama dari konsep Kerajaan Allah.

Kejatuhan Manusia

Fase kedua dalam sejarah keselamatan adalah kejatuhan. Kisah

ini terutama dibicarakan dalam Kejadian 3. Dalam peristiwa tersebut,

manusia pertama, Adam dan Hawa, jatuh dalam dosa, melawan

kehendak Allah dengan memakan buah pengetahuan yang baik dan

jahat, sehingga keduanya terusir dari taman Eden. Seperti halnya

dengan kisah penciptaan, ajaran mengenai kejatuhan manusia juga

dibicarakan dalam beberapa teks Alkitab, misalnya saja dalam Roma 5.

Dalam bagian ini, Alkitab menegaskan bahwa kejatuhan Adam dalam

dosa bukanlah hanya kejatuhan seorang individu dalam dosa tetapi

kejatuhan seluruh umat manusia.

Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia

oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah

maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua

orang telah berbuat dosa.

Roma 5:12

35

Menalar

Mengumpulkan Informasi

Dalam konteks penciptaan sebagai pemerintahan Allah,

kejatuhan dapat dipahami sebagai pemberontakan manusia pada

pemerintahan Allah. Dalam peristiwa kejatuhan, manusia menolak

untuk menundukkan dirinya pada pemerintahaan Allah tetapi mereka

mau menjadi raja atas diri mereka dan segala ciptaan. Dalam kisah

kejatuhan, kita melihat bahwa Tuhan memberikan kepada manusia

baik penghukuman maupun perjanjian. Dalam penghukuman yang

Tuhan berikan, manusia harus meninggalkan taman Eden, dan hal ini

berarti manusia tidak lagi dapat memenuhi peran mereka sebagai

wakil Allah dalam memerintah dunia ini.

Meskipun demikian, melalui perjanjian dengan manusia, Allah

memberikan sebuah janji bahwa satu kali, manusia akan mengalahkan

iblis dan peran mereka sebagai gambar dan rupa Allah akan dipulihkan.

Panggilan Israel dan Pemberontakan Israel

Fase ketiga dalam sejarah pekerjaan Tuhan adalah fase

panggilan Israel dan pemberontakan mereka. Fase ini dapat kita lihat

mulai dari Kejadian 12 sampai kitab Maleakhi. Panggilan atas Israel

dimulai dari Abraham nenek moyang mereka dimana Tuhan

membangun perjanjian bahkan dengan keturunannya. Walaupun

manusia mendapatkan anugerah Tuhan tetapi dalam keberdosaannya

manusia selalu melawan Tuhan.

Lalu sujudlah Abram, dan Allah berfirman kepadanya: "Dari

pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan

menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Karena itu namamu

bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah

Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Aku akan

membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan

Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan

berasal raja-raja. Aku akan mengadakan perjanjian antara

Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi

perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan

Allah keturunanmu. Kepadamu dan kepada keturunanmu

akan Kuberikan negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing,

yakni seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu

untuk selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah

mereka."

Kejadian 17:3-8

36

Menalar

Walaupun Allah telah memilih Abraham dan membangun

perjanjian dengan keturunannya yakni bangsa Israel bahwa mereka

akan menjadi umat Kerajaan Allah, namun bangsa Israel gagal dan

memberontak pada Tuhan. Ketika Tuhan memanggil mereka dari

tanah Mesir dan membawa mereka ke tanah Kanaan, mereka terus

memberontak terhadap Tuhan sampai Tuhan akhirnya menghukum

mereka dan tidak mengijinkan mereka memasuki tanah perjanjian

yang Tuhan janjikan kepada Abraham. Hanya generasi setelah Musa,

yang dipimpin oleh Yosua yang akan masuk tanah Kanaan. Meskipun

demikian, Tuhan menyatakan bahwa mereka yang diijinkan masuk ke

tanah perjanjian pun akan memberontak terhadap Tuhan dan Ia akan

menghukum mereka dengan keras.

TUHAN berfirman kepada Musa: "Ketahuilah, engkau akan

mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek

moyangmu dan bangsa ini akan bangkit dan berzinah dengan

mengikuti allah asing yang ada di negeri, ke mana mereka

akan masuk; mereka akan meninggalkan Aku dan

mengingkari perjanjian-Ku yang Kuikat dengan mereka. Pada

waktu itu murka-Ku akan bernyala-nyala terhadap mereka,

Aku akan meninggalkan mereka dan menyembunyikan

wajah-Ku terhadap mereka, sehingga mereka termakan

habis dan banyak kali ditimpa malapetaka serta kesusahan.

Maka pada waktu itu mereka akan berkata: Bukankah

malapetaka itu menimpa kita, oleh sebab Allah kita tidak ada

di tengah-tengah kita? Tetapi Aku akan menyembunyikan

wajah-Ku sama sekali pada waktu itu, karena segala

kejahatan yang telah dilakukan mereka: yakni mereka telah

berpaling kepada allah lain.

Ulangan 31:16-18

Walaupun Tuhan terus memperingatkan Israel melalui para

nabi, namun Israel tetap memberontak kepada Tuhan. Allah

menghukum dan membuang mereka dari tanah perjanjian. Sepuluh

suku yang tinggal di Israel utara dibuang Tuhan ke tanah Asyur dan dua

suku yang tinggal di Israel Selatan dibawa ke Babel. Meskipun

pembuangan nampak seperti kegagalan dalam sejarah umat Tuhan,

namun Ia justru menggunakan hal ini untuk mempersiapkan

kedatangan dari Sang Mesias, yakni Yesus Kristus, yang akan datang

untuk menyelamatkan manusia dan mengubah jatuhnya sejarah

manusia.

37

Mengumpulkan Informasi

Menalar

Menanya

Kedatangan Yesus Sang Mesias

Meskipun Israel dibuang Tuhan, Allah tetap menjanjikan

adanya pemulihan bagi mereka. Pemulihan ini diyakini akan terjadi

saat Mesias datang dan melepaskan bangsa Israel dari keterpurukan

mereka. Dalam perspektif iman Kristen, Yesus-lah sang Mesias yang

dijanjikan Allah yang akan melepaskan manusia bukan dari

perbudakan manusia tetapi dari belenggu dosa.

Melalui sebuah mimpi, Tuhan berbicara kepada Yusuf dan

menegaskan bahwa anak dalam kandungan Maria adalah dari Roh

Kudus dan anak tersebut harus diberi nama Yesus.

Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat

Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf,

anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria

sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya

adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan

engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan

menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."

Matius 1:20-21

Yesus datang untuk mengerjakan karya keselamatan. Karya

keselamatan yang Yesus kerjakan meliputi aspek pengampunan dosa

maupun aspek dipulihkannya manusia sebagai umat Kerajaan Allah

dan juga dunia ini sebagai ciptaan milik Tuhan. Dalam karya inkarnasi,

kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus, Allah telah

menghadirkan Kerajaan Allah di bumi dan mengakhiri pemerintahan

dosa dan kerajaan kegelapan. Kenaikan Yesus ke surga memiliki makna

penting dalam sejarah kehidupan manusia. Yesus perlu naik ke surga

dan duduk disebelah kanan Allah. Duduk disebelah kanan Allah

menunjuk pada karya pemerintahan-Nya atas dunia dimana melalui

kenaikan-Nya pemerintahan Allah atas bumi mulai terjadi. Surga mulai

turun ke bumi seperti yang dinubuatkan dalam kitab Wahyu saat

Yohanes melihat langit dan bumi yang baru.

Diskusikanlah!

Jikalau saat ini Kerajaan Allah telah hadir, mengapa kondisi dunia ini

nampak tidak bertambah baik dimana kejahatan sering kali nampak

tidak berkurang bahkan menjadi semakin mengerikan?

38

Mengumpulkan Informasi

Akhir Zaman

Fase akhir zaman dimulai

sejak hari Pentakosta. Di hari itu, Roh

Kudus dicurahkan kepada umat

Tuhan dan pergerakan Kerajaan

Allah dimulai dari Yerusalem sampai

ujung-ujung bumi mulai terjadi.

Istilah “ujung bumi” pada waktu itu

menunjuk pada kota Roma tetapi

dalam konteks pemberitaan injil

terminologi tersebut juga menunjuk

pada semua daerah yang berlum

terjangkau injil. Dalam konteks ini,

sejarah misi merupakan sejarah dari

pekerjaan Roh Kudus dalam dunia ini

membawanya kembali kepada

tujuan penciptaannya, menyembah dan melayani Tuhan.

Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: "Tuhan,

maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi

Israel?" Jawab-Nya: "Engkau tidak perlu mengetahui masa

dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-

Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus

turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di

Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke

ujung bumi."

Kisah Para Rasul 1:6-8

Kisah Para Rasul memperlihatkan kepada kita bagamana

pertumbuhan Kerajaan Allah itu mulai terjadi. Berita injil tidak dapat

dihalangi oleh apapun juga. Allah yang bekerja dalam proses

pemberitaan injil tidak dapat dihalangi oleh siapapun juga dan apapun

juga. Melalui pemberitaan injil itulah, Allah membangun

pemerintahan-Nya di bumi, yakni pertama-tama melalui kehidupan

anak-anak Tuhan (gereja) tetapi juga dalam dunia ini. Melalui

kehidupan umat Tuhan, Ia mendemonstrasikan kepada kita bahwa apa

yang Allah rancangkan melalui ciptaan baru (unsur surgawi dan dunia

menjadi satu dalam Kristus) sudah dimulai dan terjadi dalam

kehidupan umat Tuhan.

39

Menanya

Mengumpulkan Informasi

Kerajaan Allah di bumi akan terus terjadi dan bentuk akhirnya

adalah ketika langit dan bumi menjadi satu. Akhir dari sejarah

keselamatan Allah adalah bagaimana kerajaan kejahatan dan dosa

akan dikalahkan oleh Kerajaan Tuhan dan kemenangan Tuhan

ditetapkan dan Allah akan tinggal bersama-sama dengan semua

manusia yang ada dalam Kristus.

Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab

langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu,

dan lautpun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota yang kudus,

Yerusalem yang baru, turun dari surga, dari Allah, yang

berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan

untuk suaminya. Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari

takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-

tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan

mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan

menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air

mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak

akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita,

sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."

Wahyu 21:1-4

Diskusikanlah!

Menurut anda apakah itu surga? Apakah surga dengan langit dan bumi

yang baru adalah hal yang sama? Bagaimanakah ciri-ciri dari langit dan

bumi yang baru itu?

2. Klimak dari sejarah Keselamatan

Dimanakah klimak dari karya Allah dalam dunia ini. Klimak dari

karya Allah ada dua yakni:

i. Kematian Kristus

Kematian Yesus sering kali disebutkan sebagai “waktu yang

telah ditentukan Allah.” Istilah tersebut digunakan untuk

memperlihatkan bahwa waktu ketika Yesus mati dan bangkit, ini

adalah titik balik dari sejarah manusia. Dalam kematian Yesus, manusia

mengalami rekonsiliasi dengan Allah, dengan sesama dan dengan

alam.

40

Karena waktu kita masih lemah, Kristen telah mati untuk kita

orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan Allah.

Roma 5:6

Hal kedua yang terjadi saat Yesus mati dan bangkit adalah

restorasi umat manusia. Manusia sebelum kedatangan Yesus hidup

dalam kejatuhan dan kekalahan, namun setelah kematian dan

kebangkitan Yesus, era kemenangan bagi manusia sudah dimulai. Dosa

dikalahkan dan hidup baru diberikan.

ii. Pemulihan

Hari dimana manusia akan mengalami pemulihan dan dijadikan

sempurna dan dunia ini dipulihkan oleh Allah merupakan klimak dari

sejarah karya Allah juga. Rasul Paulus mengatakan bahwa hari

pemulihan ini adalah hari yang dinantikan oleh segenap mahluk.

Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan

saat anak-anak Allah dinyatakan. Karena seluruh makhluk

telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh

kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah

menaklukkannya, tetapi dalam pengharapan, karena

makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan

kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan

anak-anak Allah.

Roma 8:19-21

Saat dimana Tuhan datang yang kedua kalinya, saat itulah langit dan

bumi yang baru bersatu, dan kehidupan setiap individu manusia,

komunitas umat manusia, dan bahkan segala ciptaan akan dipulihkan

dan diubah menjadi sempurna. Setiap manusia diberikan tubuh yang

baru, relasi antara manusia juga menjadi pulih dan unsur-unsur dunia

ini dibentuk ulang. Dunia akan menjadi heavenly earth “dunia dengan

sifat surgawi.”

Di saat itu, Allah akan menetapkan umat Allah yang baru dan

mereka akan tinggal bersama-sama dengan Allah dan hidup bersama

Allah. Hal ini sebenarnya merupakan visi dari penciptaan dunia dan

manusia; dalam hari pemulihan visi tersebut tergenapi. Allah akan

kembali memerintah atas umat manusia dan dunia ini dan dunia ini

dibawa kembali kepada tujuan penciptaannya yakni mempermuliakan

Tuhan.

41

Mengamati

Mengumpulkan Informasi

Menalar

E. Peran Gereja

Gereja sedang berada di babak akhir dari karya keselamatan

Tuhan dalam dunia ini. Kita sedang menantikan akhir dari karya Allah

dalam dunia ini dimana Ia akan mengalahkan kejahatan dan ia akan

memulihkan segala sesuatu. Dalam kitab Wahyu kita mendapatkan

gambaran bahwa binatang buas itu sedang sekarat dan menuju

kepada kematiannya. Di sisi yang lain, kitab Wahyu juga

memperlihatkan bahwa Allah bekerja melampaui apa yang mata

manusia dapat lihat.

a. Respons Gereja

Dalam Alkitab kita melihat visi Kemenangan Allah. Walaupun

dunia sekarang ini tidak nampak menjadi bertambah baik, namun visi

kemenangan dan pemulihan Allah dipaparkan dengan jelas dalam

Alkitab. Langit dan bumi yang baru adalah sebuah peristiwa yang

disebut sebagai already “sesuatu yang sudah terjadi” dan not yet

“sesuatu yang masih dinantikan,”

Sebagai orang Kristen merespons visi ini dengan sikap yang

pesimis. Mereka memandang bahwa visi kemenangan Allah adalah

semacam “mimpi di siang bolong.” Kondisi dunia berlawanan dengan

kenyataan. Di sisi yang lain, sebagian orang-orang Kristen terlalu

optimis dalam memandang visi kemenangan dan pemulihan Allah ini.

Sebagai akibatnya mereka menjadi tidak realistis tetapi menganggap

bahwa umat Tuhan tidak perlu berjuang dalam mewujudkan visi Allah

tertentu.

Respons yang seharusnya adalah visi mengenai kemenangan

dan pemulihan dunia ini menjadi misi dari gereja. Gereja dipanggil

Tuhan bukan untuk menggantikan Tuhan tetapi untuk berpartisipasi

dalam mewujudkan visi kemenangan dan pemulihan tersebut. Kita

hendaknya bukan hanya menantikan apa yang Tuhan sedang kerjakan

akan sepenuhnya terjadi tetapi juga berpartisipasi dalamnya.

Tuhan telah mempercayakan visinya kepada umat Tuhan

supaya mereka mengerjakan apa yang Tuhan inginkan dan supaya kita

dapat melihat lebih jauh dari apa yang didepan mata. Melalui visi

tersebut, gereja perlu belajar bahwa surga bukanlah tujuan akhir dari

karya Tuhan; yang Tuhan rancangkan adalah bagaimana surga dapat

turun ketengah-tengah manusia. Seperti yang Yesus doakan:

“datanglah KerajaanMu di bumi seperti di surga” (Mt. 6.10).

Peran Orang Kristen

42

Mengumpulkan Informasi

Menalar

b. Panggilan Gereja

Yang menjadi panggilan atau misi gereja adalah menghadirkan

Kerajaan Allah di dunia melalui pelayanan dan kesaksian gereja. Gereja

seharusnya menjadi sebuah mini-drama/kesaksian dari hadirnya

Kerajaan Allah di tengah-tengah manusia. Gereja mengerjakan

perannya sebagai sacramental element dalam menunjukkan

kehadiran Allah dalam hidup manusia. Hal inilah yang menjadi

kesaksian dari gereja.

Gereja perlu memenuhi baik mandat Injil dan mandat Budaya.

Mandat Injil terkait dengan panggilan Tuhan bagi gereja untuk

memberitakan injil kepada dunia. Mandat injil dapat kita lihat dalam

Matius 28.18-20.

Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah

diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu

pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah

mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan

ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah

Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai

kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Selain mandat injil, gereja juga perlu melakukan mandat

budaya/mandat penciptaan. Mandat ini terkait dengan panggilan Allah

bagi gereja untuk membawa dunia ini menjadi ciptaan yang

memuliakan Tuhan. Mandat penciptaan/budaya dapat kita lihat dalam

Kejadian 1.26.

Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia

menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa

atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas

ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang

melata yang merayap di bumi."

Gereja hendaknya menggunakan semua kesempatan yang ada

untuk memenuhi panggilannya, yakni menghadirkan Kerajaan Allah di

bumi. Gereja dapat menggunakan pelayanan pendidikan untuk

menghadirkan Kerajaan Allah di bumi atau pun menggunakan

pelayanan sosial, seperti pelayanan kesehatan untuk merealisasikan

pemerintahan Allah. Meskipun demikian, pemberitaan injil menjadi

instrumen utama yang harus ada dalam pelayanan gereja.

43

c. Mengkomunikasikan Injil

Will Metzger menjelaskan

beberapa ide penting mengenai

pemberitaan injil. Pertama, orang-

orang Kristen perlu mengenali orang

yang akan diinjili, apakah orang

tersebut adalah orang yang tidak tahu

tentang injil tetapi memiliki minat untuk

mengetahuinya, atau mereka adalah

orang yang tidak tahu dan tidak peduli

dengan apa yang akan diberitakan, atau

orang yang merasa dirinya benar,

orang-orang Kristen palsu. Kedua,

orang-orang Kristen perlu belajar

mengarahkan pembicaraan kepada

subjek yang mampu menjembatani pemberitaan injil. Ketiga, orang-

orang Kristen perlu membatasi pemberitaan injil dengan rangkuman

Injil dalam memberitakan Kristus.

Di sisi yang lain, Steve Addison

mengingatkan bahwa pelayanan misi

sebaiknya juga memiliki natur yang

bersifat adaptasi. Di masa lalu, pelayanan

misi cenderung bersifat mengubahkan

orang-orang yang dilayani tetapi

pelayanan misi perlu berupaya untuk

mengadaptasi kondisi dan situasi yang

ada tanpa harus membuang semua hal

yang ada pada masyarakat lokal. Metode

yang lebih adatatif dengan konteks orang-

orang yang dilayani akan lebih mudah

diterima dan lebih mudah dikembangkan

dari pada membuat suatu bentuk pelayanan yang baru dan asing bagi

mereka. Penerjemahan Alkitab merupakan salah satu bentuk dari

pelayanan misi yang mengadaptasi konteks lokal. Itulah sebabnya,

penerjemahan Alkitab membutuhkan dukungan yang kuat dari gereja-

gereja dan lembaga-lembaga misi sebab Alkitab adalah instrumen

yang paling efektif dalam pemberitaan injil. Pembacaan Alkitab

tentunya akan lebih efektif ketika Alkitab yang dibaca menggunakan

bahasa yang pembaca dapat pahami.

44

F. Penutup Pelayanan misi membutuhkan sebuah pendekatan yang efektif

dalam menjangkau bangsa-bangsa. Salah satu pendekatan yang

dipandang efektif adalah pendekatan inkarnasi. Pendekatan ini

berupaya untuk membahasakan injil dalam bahasa dan kebudayaan

yang dapat dipahami oleh masyarakat penerima berita injil.

Pendekatan ini telah memberikan kontribusi yang besar dalam

pemberitaan injil dalam dunia ini. Ada banyak daerah dan wilayah yang

sebelumnya tertutup dengan Injil menjadi terbuka oleh karena Injil

disampaikan dalam bahasa dan konteks budaya yang dapat lebih

mudah diterima oleh pendengarnya. Pemberitaan injil di Asil, misalnya

saja, di India dan Cina, telah memperlihatkan betapa efektifnya

pendekatan inkarnasa dalam pemberitaan injil.

Pendekatan inkarnasi perlu dilakukan dengan hati-hati supaya

unsur-unsur asing dalam kebudayaan lokal yang berlawanan dengan

berita injil tidak sampai masuk dan dibenarkan dalam kehidupan

penerima berita injil. Isu mengenai sinkretisme dalam pemberitaan inil

merupakan masalah yang tidak boleh dipandang sepele dan dapat

menimbulkan masalah yang serius di kemudian hari. Itulah sebabnya,

pemberitaan injil dengan pendekatan inkarnasi harus dilakukan

dengan bijaksana dan disertai dengan kajian yang utuh baik dari sudut

pandang Alkitab ataupun kontekstualisasi.

Istilah inkarnasi juga mungkin perlu dipertimbangkan untuk

diganti sebab terminologi ini dapat menimbulkan implikasi teologi

yang berlawanan dengan ajaran Alkitab. Inkarnasi adalah salah satu

karya Kristus yang unik dan tidak dapat ditiru. Kristus datang ke dalam

dunia untuk tujuan yang tidak bisa dilakukan oleh manusia, yakni

menyelamatkan manusia dari perbudakan dosa. Itulah sebabnya,

dalam studi mengenai misi, terminologi “inkarnasi” yang dijadikan

model dalam pemberitaan injil perlu dipertimbangkan ulang dan dicari

istilah lain yang lebih baik.

45

Mengkomuni kasikan

Ringkasan

1. Antropologi dan Misiologi memiliki perbedaan yang mendasar.

2. Pendekatan Inkarnasi memiliki efektifitas dalam pelayanan

misi tetapi memiliki persoalan teologis yang mendasar.

3. Pendekatan Partisipasi dalam misi memiliki penekanan yang

kuat pada karya Allah dalam dunia dan partisipasi gereja dalam

karya Allah tersebut.

Ayat hafalan

Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku

haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing,

kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu

memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku;

ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.

Matius 25:35-36

Aktivitas

Pilihlah seorang teman dan dalam sebuah kertas tuliskanlah kelebihan

dan kekurangan masing-masing dan kemudian ceritakanlah apa yang

kamu tuliskan kepada teman-teman yang lain. Inilah contoh dari

belajar memberi kesaksian

Bacaan Lebih Lanjut

Addison, Steve. Movements That Change the World: Gerakan-Gerakan

yang Mengubahkan Dunia: Lima Kunci Untuk Menyebarkan Injil

Hingga Ujung Bumi. Surabaya: Perkantas, 2014. Bab 5

Metzger, Will. Tell the Truth: The Whole Gospel to the Whole Person by

the Whole People. Jakarta: Momentum, 2005. Bab 13.

Ott, Craig, Stephen J. Strauss, and Timothy C. Tennent. Encountering

Theology of Mission: Biblical Foundations, Historical Developments,

and Contemporary Issues. Grand Rapids: Baker, 2010. Bab 11.

46

47

Mengamati

Menanya

Menalar

Mengumpulkan Informasi

Pelajaran 3

Target Misi

A. Pendahuluan

Pelayanan misi pada dasarnya merupakan komitmen dari

gereja Tuhan untuk berpartisipasi dalam misi Allah. Ia mengundang

kita mengambil bagian dalam sejarah penebusan-Nya dalam dunia ini.

Pelayanan misi merupakan anugerah dan bukan merupakan sebuah

paksaan. Meskipun demikian, anugerah Allah menuntut respons yang

tepat, yakni dengan memenuhinya dengan segala kerelaan dan

komitmen.

Diskusikanlah!

Sharingkan pelayanan misi apakah yang dikerjakan di gereja tempat

dimana anda beribadah/menjadi anggota jemaat! Jelaskan mengapa

ada gereja-gereja tertentu yang tidak menaruh perhatian terhadap

pelayanan misi?

Para sarjana dan praktisi pelayanan misi mengembangkan

berbagai pendekatan dalam pelayanan misi. Pendekatan yang berbeda

berdampak pada orientasi yang berbeda juga. Akar dari perbedaan

pendekatan dan orientasi pelayanan misi pada dasarnya berakar pada

pemahaman seseorang atau lembaga misi tersebut terhadap berita

injil.

Sebagai contoh, orang-orang Yahudi Kristen tertentu dalam

abad pertama Masehi berusaha menjangkau terutama orang-orang

non-Yahudi yang sudah terlibat aktif di sinagoge. Orang-orang Kristen

Yahudi meminta orang-orang ini disunatkan saat mereka percaya

kepada Yesus (bdk. Kis 15:1). Penyebab utama pendekatan misi dan

orientasi misi mereka yang berbeda dari apa yang para Rasul lakukan

adalah karena konsep berita injil yang mereka pahami berbeda dari

apa yang para Rasul ajarkan. Mereka percaya bahwa seseorang akan

diselamatkan jika, orang tersebut percaya kepada Yesus dan menjadi

bagian dari orang-orang Yahudi. Itulah sebabnya, kita perlu pertama-

tama belajar mengenai esensi berita injil.

48

Mengumpulkan Informasi

B. Berita Injil

Dalam konteks sejarah keselamatan, pemberitaan mengenai

injil merupakan komponen utama dalam pelayanan misi. Tanpa berita

injil tidak ada pelayanan misi. Meskipun demikian, pemberitaan injil

tidak selalu dilakukan dengan pemahaman yang benar dan dengan

cara yang benar. Sebagian orang mengira bahwa saat seseorang

memberikan kesaksian hidup, ia sudah memberitakan injil; padahal,

keduanya adalah hal yang berbeda. Hal apakah yang harus diberitakan

dari Injil? Kita dapat melajar dari penjelasan Tuhan Yesus dan

pemberitaan Rasul Paulus.

Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti

Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian:

Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati

pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita

tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus

disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.

Lukas 24:45-47

Tetapi oleh pertolongan Allah aku dapat hidup sampai

sekarang dan memberi kesaksian kepada orang-orang kecil

dan orang-orang besar. Dan apa yang kuberitakan itu tidak

lain dari pada yang sebelumnya telah diberitahukan oleh

para nabi dan juga oleh Musa, yaitu, bahwa Mesias harus

menderita sengsara dan bahwa Ia adalah yang pertama yang

akan bangkit dari antara orang mati, dan bahwa Ia akan

memberitakan terang kepada bangsa ini dan kepada bangsa-

bangsa lain.”

Kisah Para Rasul 26:22-23

Alkitab memperlihatkan bahwa berita injil memuat dua aspek

penting yakni: (1) kematian dan kebangkitan Yesus, (2) pertobatan dan

pengampunan dosa dalam Kristus. Kematian dan kebangkitan Yesus

adalah karya Tuhan dimana dosa dimatikan dan kehidupan baru

diberikan kepada orang-orang percaya. Manusia akan dapat

mengalami karya penebusan Kristus jika orang tersebut bertobat dan

menerima pengampunan dosa dari Tuhan yang dikerjakan oleh Yesus

Kristus. Dua hal inilah yang harus disampaikan dalam pemberitaan injil

dan yang menjadi substansi dari pelayanan misi gereja.

49

Mengumpulkan Informasi

Menanya

Menalar

C. Target Misi

Hal apakah yang menjadi target dari sebuah pelayanan misi?

Apakah jumlah orang yang bertobat menjadi target utama dalam

pelayanan misi? John Piper mengajarkan hal yang penting mengenai

target misi:

“Tugas dari misi tidak hanya memenangkan sebanyak

mungkin orang dari berbagai suku bangsa yang terbuka

terhadap berita injil tetapi memenangkan sebanyak

mungkin orang-orang dari semua suku-suku bangsa di

dunia ini … Pemberitaan injil/misi tidak dapat didefinisikan

dalam konteks penjangkauan kolektif (per suku atau

kelompok orang tertentu) supaya jumlah yang dijangkau

nampak banyak. Namun, kehendak Tuhan untuk misi

adalah setiap orang dalam kelompok suku tersebut dapat

dijangkau … dan supaya satu demi satu bangsa dari segala

bangsa akan menyerukan nama-Nya.

Dalam Matius 28:19-20, Tuhan meminta supaya murid-murid Tuhan

memberitakan injil kepada segala suku bangsa. Segala suku bangsa

menunjuk tentu bukan sekadar kepada golongan atau komunitas

tertentu tetapi semua manusia berdasarkan usia, golongan sosial

ataupun gender.

Diskusikanlah!

Apakah menurut anda maksud dari Tuhan Yesus saat ia

memerintahkan murid-murid Tuhan untuk memberitakan injil kepada

semua bangsa? Apakah yang dimaksudkan adalah semua orang di

segala bangsa atau memberitakan injil tanpa adanya deskriminasi

pada suku bangsa tertentu?

Sekop dari pelayanan misi dapat dilihat secara sempit atau

luas. Secara sempit, cakupan dari pelayanan misi adalah segala bangsa,

yakni manusia yang hidup di dunia ini. Secara luas, cakupan misi adalah

seluruh dunia. Ini berarti cakupan dalam pelayanan misi seharusnya

bukan hanya menjangkau manusia tetapi juga menjangkau semua

ranah kehidupan manusia bahkan seluruh ciptaan. Tuhan

menghendaki bukan saja manusia yang kembali kepada tujuan

penciptaannya tetapi segala sesuatu dipulihkan.

50

Mengumpulkan Informasi

Mengamati

Menalar

a. Pemberitaan Injil dan Pertobatan

Pelayanan misi dikerjakan untuk memberitakan injil dan

memenangkan sebanyak mungkin orang-orang. Alkitab

memperlihatkan bahwa pelayanan misi dan penginjilan tidak dapat

dilepaskan. Tujuan dari Tuhan mengutus murid-murid-Nya adalah

supaya mereka memberitakan injil baik kepada mereka yang dekat

maupun yang jauh.

Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap

jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul,

tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. Orang-orang

saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya

dengan sangat. Tetapi Saulus berusaha membinasakan

jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan

menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan

mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara. Mereka yang

tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil

memberitakan Injil.

Kisah Para Rasul 8:1-4

Pemberitaan injil harus mengajak orang-orang bertobat. Meskipun

demikian, kita harus menyadari bahwa pemberitaan injil dapat

disampaikan tanpa memuat berita injil yang benar.

Sebagai contoh, ada orang-orang tertentu yang memberitakan

injil dengan menakuti-nakuti orang-orang dengan neraka. Walaupun

“penghukuman” adalah bagian dari berita injil, namun isu utama dari

keselamatan adalah mengenai dosa yang membuat manusia tidak

dapat berelasi dengan Tuhan. Pemberitaan injil yang benar juga tidak

memfokuskan berita pada apa yang seseorang bisa dapatkan dari

Tuhan tetapi pada tantangan untuk menyerahkan hidup pada Kristus.

Pelayanan misi yang terlalu terfokus pada pemberitaan injil juga

cenderung mengabaikan perintah lain dalam Amanat Agung, yakni

memuridkan.

Itulah sebabnya, fokus dari pelayanan misi memang adalah

pemberitaan injil dan tantangan pertobatan; meskipun demikian,

tugas pelayanan misi tidak berhenti sampai di kedua aspek tersebut;

ada aspek lain yang perlu diajarkan kepada mereka yang bertobat dan

percaya kepada Yesus. Misalnya saja bagaimana mereka berpartisipasi

dalam karya keselamatan yang Tuhan sedang kerjakan dalam dunia ini.

51

Mengumpulkan Informasi

Menanya

b. Penanaman dan Pertumbuhan Gereja

Tujuan pelayanan misi dalam konteks penanaman gereja

menjadi perdebatan dalam studi Misiologi. Banyak tokoh memandang

bahwa fokus utama dari pelayanan misi bukanlah membangun gereja

tetapi membawa seseorang kepada pertobatan. Meskipun demikian,

William Carey, misalnya, percaya bahwa tujuan dari misi bukan saja

untuk memenangkan jiwa tetapi membangun gereja dan sekolah.

Pelayanan misi dikembangkan dalam rangka untuk

membangun umat Tuhan dalam dunia ini. Jika komunitas dari umat

Tuhan disebut gereja, tujuan dari pelayanan misi adalah membangun

gereja Tuhan. Selain itu, dalam PB, para Rasul tidak membedakan

antara memberitakan injil dan membangun gereja Tuhan; keduanya

merupakan dua sisi dari satu mata koin yang sama.

Cara Tuhan dalam menghadirkan Kerajaan Allah adalah melalui

gereja. Itulah sebabnya, jika tugas utama pelayanan misi adalah

menghadirkan Kerajaan Allah di bumi, pelayanan misi tidak dapat

mengabaikan perintisan jemaat/gereja dan membangun umat Tuhan

di tempat dimana berita injil disampaikan. Rasul Paulus

mengindikasikan bahwa dalam pemberitaan injil yang dikerjakannya,

ia tidak melakukannya di daerah/lokasi/jemaat yang dibangun oleh

orang lain.

Sebab aku tidak akan berani berkata-kata tentang sesuatu

yang lain, kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus

olehku, yaitu untuk memimpin bangsa-bangsa lain kepada

ketaatan, oleh perkataan dan perbuatan, oleh kuasa tanda-

tanda dan mujizat-mujizat dan oleh kuasa Roh. Demikianlah

dalam perjalanan keliling dari Yerusalem sampai ke Ilirikum

aku telah memberitakan sepenuhnya Injil Kristus. Dan dalam

pemberitaan itu aku menganggap sebagai kehormatanku,

bahwa aku tidak melakukannya di tempat-tempat, di mana

nama Kristus telah dikenal orang, supaya aku jangan

membangun di atas dasar, yang telah diletakkan orang lain …

Roma 15:18-20

Diskusikanlah!

Jika Kerajaan Allah di bumi dibangun berdasarkan pertumbuhan

pelayanan gereja, mengapa tidak banyak orang yang mau melayani

Tuhan dalam sebuah gereja?

52

Mengamati

Menalar

Menanya

c. Meningkatkan Kehidupan Masyarakat

Pelayanan misi dilakukan, salah satunya, untuk

mengembangkan kehidupan masyarakat menjadi lebih baik lagi.

Sewaktu pelayanan misi dikerjakan dalam satu wilayah, para

misionaris akan berusaha untuk mengembangkan juga kehidupan yang

ada disana. Misalnya saja, pelayanan misi dikerjakan dalam sebuah

komunitas di sebuah pedalaman yang penduduknya tidak dapat

membaca dan menulis. Dalam proses melayani komunitas tersebut,

misionaris biasanya akan menolong supaya komunitas tersebut

memiliki kehidupan yang lebih maju (modern); itulah sebabnya

mereka mendirikan sekolah atau rumah sakit untuk meningkatkan

kehidupan mereka.

Pelayanan misi tentunya tidak boleh hanya berorientasi pada

memajukan komunitas yang ada di sebuah wilayah yang tertutup. Kita

pun perlu berhati-hati untuk tidak menjadikan kebudayaan kita

sebagai kebudayaan yang lebih tinggi dari mereka yang tinggal di

pedalaman. Itulah sebabnya, kita perlu membedakan mana hal-hal

yang dapat diubah karena hal tersebut tidak baik dengan hal-hal yang

harus dibiarkan karena hal tersebut adalah bagian dari identitas diri

mereka.

Salah satu tantangan dalam pelayanan misi adalah bagaimana

injil dapat dipahami dalam konteks kebudayaan manusia yang berbeda

dengan sang pemberita injil. Dalam hal ini pelayanan misi akan

berupaya untuk mengadopsi budaya yang ada supaya berita injil dapat

disampaikan dengan pemahaman yang sama antara sang pemberita

dan mereka yang mendengar. Meskipun demikian, kita tidak boleh

mengabaikan bahwa injil juga mengubahkan kebudayaan manusia.

Tidak semua kebudayaan adalah baik. Kebudayaan tertentu adalah

salah dan itulah sebabnya berita injil mengubahkan cara hidup dan

pola kebudayaan manusia. Itulah sebabnya, dalam pelayanan misi

dibutuhkan sikap yang berhati-hati namun bijaksana dalam menilai

sebuah kebudayaan lokal.

Diksusikanlah!

Carilah contoh-contoh dari kebudayaan anda yang baik dan contoh-

contoh dari kebudayaan yang salah (berlawanan dengan kebenaran

Tuhan); jelaskan bagaimana kebudayaan dapat menghalangi atau

mempermudah pemberitaan injil!

53

Mengumpulkan Informasi

Menalar

d. Pembebasan Manusia dari Penindasan

Tujuan dari pelayanan misi adalah memulihkan dunia dari

berbagai bentuk sistem yang menindas orang-orang lemah. Perhatian

terhadap kondisi sosial masyarakat dipandang sebagai tugas utama

dalam pelayanan misi. Alkitab memang memperlihatkan adanya

perhatian yang mendalam terhadap isu sosial dan memanggil umat

Tuhan untuk tidak bersikap pasif terhadap hal tersebut.

Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah,

Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda

dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya

sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.

Yakobus 1:27

Meskipun pelayanan misi tidak dapat mengabaikan isu-isu sosial yang

muncul, fokus dari pelayanan misi bukan hanya pada hal tersebut. Ada

isu yang jauh lebih utama yang perlu dijawab, yakni masalah

keberdosaan manusia dan solusinya. Pembaruan sosial tanpa

pembaruan hidup manusia adalah kesia-siaan.

Pelayanan misi harus fokus pada menolong manusia

memenuhi “kehausan manusia akan Tuhan dan kebenaran.”

Pelayanan misi yang berorientasi terlalu kuat pada isu-isu sosial akan

menjadikan pemberitaan injil hanya sebatas “etika sosial.” Padahal

pusat dari berita injil adalah “salib Kristus.” Yesus tidak mati sekadar

melepaskan manusia dari sistem sosial yang rusak tetapi melepaskan

manusia dari perbudakan dosa. Akar dari segala kejahatan bukanlah

sekadar sistem sosial tetapi dosa; jika dosa diselesaikan maka

persoalan dari sistem sosial pun seharusnya menjadi terselesaikan

dengan sendirinya. Pelayanan misi yang berfokuskan hanya pada isu-

isu sosial umumnya tidak menaruh perhatian pada penjangkauan

suku-suku bangsa ataupun Mandat Agung dari Kristus untuk

memberitakan injil dan memuridkan mereka yang sudah ada dalam

Tuhan.

Pelayanan misi memang seharusnya bersifat holistik,

menyentuh berbagai aspek kehidupan manusia. Meskipun demikian,

tujuan utama dari pelayanan misi adalah supaya manusia mengenal

Tuhan dan supaya dunia ini dibawa kembali menyembah dan

memuliakan Tuhan. Isu-isu sosial dapat menjadi sarana dalam

pelayanan misi tetapi tidak menggantikan fokus utama dari pelayanan

misi.

54

D. Penutup Tujuan dari pelayanan misi adalah membawa dunia ini kepada

tujuan penciptaannya yakni memuliakan Tuhan. Untuk itulah Tuhan

memanggil dan menempatkan gereja sebagai instrumen dalam

menghadirkan pemerintahan Allah dalam dunia ini.

Untuk mencapai tujuan tersebut gereja perlu memiliki sasaran

misi yang jelas. Sasaran yang pertama adalah pertobatan manusia. Ini

adalah kunci dari pembaruan dalam dunia ini. Setelah itu, perintisan

dari jemaat/gereja serta pertumbuhan gereja menjadi sasaran kedua

dalam pelayanan misi. Gereja yang bertumbuh dan sehat akan menjadi

alat ditangan Tuhan dalam mengembangkan karya pembaruan Tuhan

di bumi ini. Melalui gerejalah, pelayanan misi seharusnya mulai

memberikan dampak dalam masyarakat. Gereja seharusnya mulai

memperhatikan pergumulan masyarakat atau komunitas yang

menjadi penerima berita injil. Gereja bahkan dapat menjadi instrumen

Tuhan dalam membarui kehidupan sosial manusia sehingga pemulihan

dapat terjadi dalam dunia ini. Namun, fokus utama dari pelayanan misi

bukanlah sekadar menciptakan masyarakat yang sejahtera tetapi

membawa manusia kepada Kristus.

Jenis orang atau gereja seperti apakah kita? Apakah kita

menjadi orang yang peka terhadap panggilan misi Tuhan dan tidak

berdiam diri dengan pekerjaan Tuhan? Tuhan ingin bukan hanya

memakai gereja tetapi juga memakai setiap individu orang percaya

untuk memberitakan injil pada dunia dan terlibat dalam karya

pembaruan Tuhan dalam dunia ini.

Dalam pelayanan misi umat Tuhan, Ia-lah yang bekerja,

memberikan kekuatan dan menggerakan kita sehingga mampu

mengerjakan peran kita dalam karya Tuhan. Itulah sebabnya, kita

harus optimis dan mau terlibat dalam misi Allah.

55

Mengkomuni kasikan

Ringkasan

1. Berita injil memuat dua komponen, yaitu berita mengenai

karya Yesus dan undangan pertobatan (meninggalkan dosa dan

menyerahkan hidup pada Yesus).

2. Pelayanan Misi memiliki sifat holistik. Injil bukan hanya

membebaskan manusia dari perbudakan dosa tetapi

membarui kehidupan manusia serta dunia ini.

Ayat Hafalan

Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.

Roma 10:9-10

Aktivitas

Carilah kesaksian dari tokoh-tokoh tertentu dalam buku-buku non-fiksi

yang menceritakan bagaimana Allah mengubah kegagalan yang

mereka alami menjadi hal yang indah. Ceritakanlah kisah tersebut

kepada teman-teman dalam kelas anda.

Bacaan Lanjutan

Ott, Craig, Stephen J. Strauss, and Timothy C. Tennent. Encountering

Theology of Mission: Biblical Foundations, Historical Developments,

and Contemporary Issues. Grand Rapids: Baker, 2010. Bab 4.

Schmidt, Alvin J. How Christianity Changes the World. Grand Rapids:

Zondervan, 2004. Bab 1.

Wright, Christopher J.H. Misi Umat Allah. Terj. Jakarta: Perkantas,

2011. Bab 6.

56

Evaluasi Bab 1

1. Apakah perbedaan dari misi sebagai sebuah sending dan gathering?

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

2. Jelaskan salah satu pendekatan yang digunakan dalam pelayanan misi!

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

3. Jelaskan berbagai tujuan dari pelayanan misi!

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

4. Jelasakan kaitan antara sejarah keselamatan dan pelayanan misi!

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

5. Tuliskanlah salah satu ayat dalam kitab suci mengenai pelayanan misi!

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………………

57

Mengenal Tokoh Misi

Nama

Lahir

Pelayanan

Meninggal

David Livingstone

18 Maret 1813

Bergabung dengan London Missionary Society

Menjadi misionaris keliling di Afrika dan anggota tim penjelajah British Royal Society

Melawan Perbudakan di Afrika

Buku Missionary Travels and Reasearches menggerakan banyak misionaris untuk melayani di Afrika

1 Mei 1873

Mengenal Ladang Misi: Afrika

Luas

Jumlah Negara

Jumlah suku

Agama

Kristen

30.244.000 Km2

57 negara

2500 kelompok etnis; terdiri dari Afrika sub sahara (67.1%) digolongkan menjadi tiga grup yakni Afika Barat, Sudan, dan Bantu; keturan Arab (19.5%); Suku Kush 10%, dan beberapa suku bangsa lainnya

Kristen 48.77%; Islam 41.47%; Agama Suku 8.32%; sisanya adalah agama lainnya.

Protestan 15.53%; Katolik 15.95%; Independen 9.63%; Anglikan 4.77%; selebihnya adalah campuran

58

59

Bab 2

Panggilan Misi Gereja

Kompetensi Dasar

1.2 Menghayati kasih Allah dalam refleksi kebutuhan dunia dalam kaitannya dengan misi atau pemberitaan injil

2.2 Mengamalkan kasih Allah dalam merefleksikan kebutuhan dunia dalam kaitannya dengan misi atau pemberitaan injil

3.2 Menganalisa akan kebutuhan dunia dalam kaitannya dengan misi atau pemberitaan injil

4.2 Menyajikan hasil kajian akan kebutuhan dunia dalam kaitannya dengan misi atau pemberitaan injil

60

But once the sediment of guilt is dredged

from men’s hearths so that the stream of

the Holy Spirit can gain open up the

spring of love, mercy, and pity from

which a genuine concern for mission has

always arisen

Johannes Verkuyl

61

Peta Konsep Misi dan Panggilan Gereja

Teologi Misi

Panggilan Memberitakan

Injil

Panggilan Menghadirkan Kerajaan Allah

Panggilan Memuridkan

62

63

Mengamati

Mengumpulkan Informasi

Pelajaran 4

Teologi Misi

A. Pengantar Apakah itu teologi misi? Pada masa lalu, istilah “teologi misi”

digunakan untuk menyebut aplikasi dari studi teologi, baik itu teologi

biblika ataupun teologi sistematika, dalam konteks misi atau

pemberitaan injil. Saat ini, pemahaman mengenai teologi misi

mengalami perubahan. Teologi misi merupakan sebuah upaya dalam

membaca teks kitab suci ataupun tradisi gereja dalam perspektif misi.

Kita mungkin bertanya apakah perbedaan antara teologi misi

dan Misiologi? Kedua istilah ini pada dasarnya berkaitan; dalam

Misiologi, selain teologi misi, seseorang akan mempelajari juga

berbagai disiplin ilmu lain, seperti sejarah misi, strategi pelayanan misi,

Antropologi, Sosiologi, penanaman dan pertumbuhan gereja, dan

lainnya.

Kesadaran membangun teologi yang dapat memperlengkapi

jemaat untuk memberitakan injil kepada bangsa-bangsa lain juga

berakar dalam pemikiran para Bapa Gereja. Sebagai contoh, Agustinus

menyadari bahwa tugas yang diberikan kepada para Rasul untuk

memberitakan injil sampai ujung bumi belum sepenuhnya tercapai

walaupun kerajaan Roma telah menjadi Kristen di waktu itu, dan itulah

sebabnya umat Tuhan perlu melanjutkan apa yang para Rasul telah

kerjakan, yakni memberitakan injil kepada bangsa-bangsa lain.

Salah satu dampak dari Reformasi

gereja, dalam abad ke-17 kesadaran gereja

untuk melakukan pelayanan misi kembali

bertumbuh. Kelompok puritan dan pietis

dipakai Tuhan dalam menyadarkan gereja

mengenai pelayanan misi yang perlu

dilakukan oleh gereja. William Carey

adalah tokoh penting pada abad ke-18

yang turut mendorong perkembangan misi

gereja. Walaupun di masa Carey hidup

gereja belum mencapai puncak dari

antusiasnya dalam memberitakan injil, namun Carey telah membawa

gereja untuk kembali mengingat dan mengerjakan panggilannya

dalam rangka memberitakan injil kepada bangsa-bangsa.

64

Menanya

Menalar

Mengumpulkan Informasi

Pembahasan mengenai teologi misi diperlukan sebab kita

membutuhkan dasar-dasar Alkitab dan teologi dalam

mengembangkan kerangka pelayanan misi. Tanpa adanya kerangka

yang kuat, praktik pelayanan misi yang dilakukan tidak akan berbeda

dengan aktivitas sosial lainnya. Selain itu teologi misi juga dibutuhkan

untuk menolong para misionaris memiliki acuan yang benar dalam

mengerjakan pelayanan di ladang misi.

Diskusikanlah!

Menurut anda bagaimanakah kaitan antara gereja dan misi? Apakah

misi adalah salah satu bentuk pelayanan dari gereja atau gereja dan

misi adalah satu kesatuan?

Apakah yang dimaksudkan dengan gereja yang missioner? Seperti

apakah gereja yang disebut sebagai gereja missioner itu?

Pemahaman yang benar mengenai konsep misi sangat

dibutuhkan baik oleh gereja maupun oleh lembaga-lembaga

pelayanan misi. Roh Kudus tentunya dapat bekerja menggunakan

rancang-bangun teologi misi untuk memperlengkapi gereja dan

lembaga-lembaga misi serta memberikan arahan yang jelas bagi

penjangkauan suku-suku bangsa, pembangunan tubuh Kristus dan

proses membawa dunia ini kepada tujuan penciptaannya, yakni

memuliakan Tuhan.

B. Doxology

Istilah doxology berasal dari bahasa Yunani yang secara

etimologi dapat diartikan sebagai perkataan-perkataan yang

digunakan untuk memuliakan.” Sebagian orang menggunakan istilah

ini dalam konteks ibadah atau liturgi untuk menekankan aspek

pemuliaan kepada Allah Tritunggal yang biasanya diletakan di bagian

akhir urutan liturgi. Dalam konteks teologi misi, doxology merupakan

sebuah tindakan atau sikap manusia untuk menyembah Tuhan, bukan

saja melalui ibadah formal tetapi melalui dedikasi hidup seseorang

kepada Tuhan. Dalam konteks inilah doxology dipahami sebagai tujuan

dari pelayanan misi. Pelayanan misi dilakukan bukanlah demi sekadar

menjangkau dan menyelamatkan manusia dari hukuman neraka tetapi

supaya manusia dan dunia ini dibawa kembali kepada tujuan

penciptaannya yakni untuk memuliakan Allah.

65

Menanya

Dalam Roma 9-11, Rasul Paulus membahas mengenai kaitan

antara bangsa Israel dan keselamatan bangsa-bangsa non-Yahudi. Ia

menegaskan bahwa jika bangsa-bangsa bukan Israel dapat menjadi

umat Allah, hal ini terjadi bukan karena mereka lebih baik dari bangsa

Israel. Hanya karena kemurahan Allah saja bahwa mereka dapat

menjadi umat pilihan; meskipun demikian mereka tidak boleh

sombong dan merendahkan orang-orang Yahudi. Di bagian akhir

suratnya, Rasul Paulus menegaskan bahwa walaupun kita sering tidak

dapat memahami rencana dan jalan Tuhan, namun yang pasti adalah

segala sesuatu berjalan sesuai dengan maksud dan kehendak Tuhan,

yakni supaya segala sesuatu membawa kemuliaan bagi Allah.

Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan

kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-

lamanya!

Roma 11:36

Dalam teologi misi, kita belajar bahwa misi itu mengalir dari Allah dan

kembali kepada Allah.” Dia merancang keselamatan, mengeksekusi

keselamatan dengan mengutus Yesus untuk mati menebus manusia

dari perbudakan dosa, dan membawa segala sesuatu kembali kepada

tujuan penciptaannya, untuk melayani dan menyembah Tuhan.

Waktu Tuhan Yesus datang ke dalam dunia, Ia menegaskan

bahwa panggilan utamanya adalah memuliakan Allah. Yesus

memuliakan Allah bukan karena natur diri-Nya yang lebih rendah dari

Bapa tetapi statusnya sebagai anak membuat-Nya dengan segala

keralaan dan kasih tunduk kepada Bapa dan menjalankan misi-Nya

dalam dunia untuk satu tujuan, yakni supaya Bapa dimuliakan.

Demikanlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan

berkata: “Bapa telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-

Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau.”

Yohanes 17:1

Diskusikanlah!

Banyak orang Kristen merasa bahwa mereka telah memuliakan Allah

saat mereka memuji-muji Tuhan, seperti halnya dalam sebuah ibadah.

Apakah orang-orang yang nampak sering memuji dan memuliakan

Tuhan pasti memiliki kehidupan yang memuliakan Tuhan? Jelaskan

jawaban anda!

66

Mengumpulkan

Informasi

Dalam perspektif misi, dosa manusia yang pertama, yakni dosa

Adam dan Hawa, adalah kegagalan manusia dalam memenuhi misi

utamanya, yakni memuliakan Allah. Dosa mereka di taman Eden pada

dasarnya merupakan kegagalan manusia dalam tunduk kepada

kehendak Allah. Dalam Kejadian 3, kita melihat bahwa manusia

bersikap sombong dan mereka tidak mau tunduk kepada Allah tetapi

ingin menetapkan sendiri benar dan salah. Itulah alasan dibalik

keputusan mengapa manusia memilih memakan buah pengetahuan

yang baik dan jahat.

Salah satu visi yang Alkitab perlihatkan mengenai tujuan

kedatangan Yesus adalah membuat “segala lutut betelut dan semua

lidah mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan.” Dalam studi

Alkitab, kita belajar bahwa lutut yang bertelut menunjuk pada posisi

tubuh seseorang yang sedang menyembah; jadi terminologi yang

Rasul Paulus gunakan menunjuk pada visi mengenai tunduknya semua

manusia, bahkan ciptaan, kepada Tuhan. Kepada Jemaat di kota Filipi,

Rasul Paulus berkata:

… Kristus Yesus yang walaupun dalam rupa Allah, tidak

menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang

harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-

Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, dan

menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai

manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai

mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya

Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-

Nya nama di atas segala nama. Supaya dalam nama Yesus

bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas

bumi dan yang ada di bawah bumi dan segala lidah

mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan

Allah, Bapa!

Filipi 2:6-10

Rasul Paulus memperlihatkan ada dua unsur penting dalam visi

pekerjaan Tuhan. Pertama, semua bangsa akan menyembah Tuhan;

hal ini digambarkan dengan gambaran “lutut yang akan bertelut.”

Dalam Matius 2:1-12, kita melihat bagaimana orang-orang non-Israel,

orang-orang majus, menyembah Tuhan ketika bertemu dengan bayi

Yesus. Hal ini memperlihatkan bahwa dalam kedatangan Yesus, pintu

bagi bangsa-bangsa lain untuk datang kepada Tuhan telah dibukakan

dan apa yang Allah janjikan mulai tergenapi.

67

Mengumpulkan Informasi

Kedua, semua bangsa akan percaya kepada Yesus; hal ini

digambarkan dengan gambaran “segala lidah mengaku Yesus Krstus

adalah Tuhan.” Frasa “segala lidah mengaku” menyatakan visi dari

Tuhan bahwa semua bangsa akan mengalami pertobatan. Hal ini juga

ditegaskan Tuhan Yesus waktu ia mengatakan bahwa salah satu tanda

dari akhir zaman adalah berita injil akan disampaikan sampai ujung

dunia sebelum kesudahan segala sesuatu.

Jonathan Edwards mengatakan

bahwa keselamatan adalah “karya Allah

yang paling agung dan mulia.” Itulah

sebabnya, saat seseorang bertobat,

Alkitab mengatakan “ada sukacita besar

di surga.”

Aku berkata kepadamu:

Demikian juga akan ada sukacita

di sorga karena satu orang

berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena

sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak

memerlukan pertobatan."

Lukas 15:7

Respons yang sama seharusnya diberikan gereja ketika melihat

seseorang bertobat dan percaya kepada Yesus. Gereja seharusnya

memuji dan memuliakan Tuhan. Gereja dan umat Tuhan seharusnya

dapat melihat betapa bernilainya pertobatan seorang manusia. Itulah

sebabnya dalam pelayanan misi, orang-orang percaya tidak dapat

mengatakan jika dalam pelayanan pemberitaan injil yang bertobat

hanyalah satu atau dua orang, pelayanan tersebut dipandang tidak

berhasil. Mengapa demikian? Sebab satu jiwa yang bertobat sangat

bernilai bagi Tuhan; Ia bahkan rela mati bagi orang tersebut

menanggung penghukuman dosanya supaya ia tidak lagi hidup dalam

perbudakan dosa tetapi hidup bagi Allah.

Dalam deklarasi bersama di Frankfurt – German, gereja-gereja

menegaskan “tujuan yang paling utama dan pertama-tama dari

pelayanan misi adalah memuliakan nama Dia, satu-satunya Allah yang

melalui/dalam-Nya dan menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan,

Dialah sang Anak Allah.” Dengan demikian, “memuliakan Allah” atau

doxology menjadi tujuan utama dalam misi umat Tuhan. Itulah yang

menjadi tujuan, fokus, dan misi dari gereja.

68

Menanya

Menalar

Diskusikanlah!

Perhatikan dan ceritakan, kisah apakah yang diperlihatkan dalam

gambar di atas dan carilah teks Alkitab yang menceritakan gambar

tersebut?

Apakah kaitan antara pertobatan dan iman? Apakah pertobatan dan

iman adalah hal yang sama atau pertobatan dan iman adalah dua hal

yang berbeda tetapi saling berkaitan?

Dari manakah datangnya pertobatan dan iman dalam kehidupan

sesorang? Apakah keduanya adalah dari manusia ataukah karena

karya Allah?

Dalam mengerjakan pelayanan misi, pokok teologi yang

dipegang oleh seseorang atau sebuah lembaga misi akan

mempengaruhi pendekatan dan cara mereka dalam mengerjakan

misi. Itulah sebabnya, teologi mengenai misi perlu diajarkan bukan

hanya kepada mereka yang terlibat dalam pelayanan tetapi juga

kepada jemaat. Salah satu alasan lemahnya dukungan dari jemaat

dalam pelayanan misi adalah karena pemahaman mereka tidak

diperlengkapi dengan teologi yang utuh, dimana misi menjadi bagian

penting dalam proses pembelajaran mereka. Lembaga misi yang

percaya bahwa keselamatan bergantung pada pilihan manusia,

sebagai contoh, akan berupaya untuk meyakinkan manusia untuk

menerima injil. Sebaliknya, lembagi misi yang percaya bahwa

keselamatan manusia ada di tangan Tuhan tidak akan menyerah

ketika tantangan dalam pelayanan misi mereka hadapi sebab mereka

tahu benar bahwa Allah-lah yang mengendalikan segala sesuatu

termasuk keselamatan manusia.

69

Mengumpulkan Informasi

C. Redemption

Wayne Grudem, dalam

bukunya Systematic Theology,

mendefinisikan penebusan “karya Allah

dalam kehidupan dan kematian Yesus

untuk mengaruniakan bagi kita

keselamatan.” Penebusan Kristus

merupakan dasar dari Misi. Tanpa

adanya penebusan yang dikerjakan

oleh Yesus, tidak mungkin ada

pelayanan misi. Mengapa demikian?

Sebab pusat dari misi adalah

pemberitaan tentang karya Yesus yang telah menebus manusia dari

perbudakan dosa.

Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan

memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang

kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu

pengampunan dosa.

Kolose 1:13-14

Alkitab menyebutkan bahwa dalam proses penebusan, Yesus telah

melepaskan kita dari perbudakan kuasa kegelapan, termasuk

dalamnya dosa. Kita dilepaskan dan dipindahkan ke Kerajaan Kristus;

hal ini berarti, kita sekarang diubahkan Tuhan dari sebelumnya warga

kerajaan kegelapan menjadi warga Kerajaan Allah. Oleh karena itu,

cara dan pola hidup kita pun haruslah berubah.

Rancangan Tuhan mengenai penebusan telah disampaikan

ketika kejatuhan manusia pertama terjadi. Dalam Kejadian 3:15,

Tuhan memberikan janji kepada Adam dan Hawa bahwa Tuhan akan

menciptakan permusuhan antara manusia dan ular dan ada

keturunan manusia (dari perempuan/Hawa) yang akan

menghacurkan kepala ular.

Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan

perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya;

keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau

akan meremukkan tumitnya."

70

Menanya

Mengumpulkan Informasi

Yang dimaksudkan dengan keturunan ular adalah kerajaan kegelapan

dan keturunan Hawa adalah Yesus. Nubuat mengenai

dihancurkannya kerajaan kegelapan tergenapi dalam kedatangan,

kematian dan kebangkitan Yesus.

Mereka semua takjub, sehingga mereka

memperbincangkannya, katanya: "Apa ini? Suatu ajaran

baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun

diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya."

Markus 1:27

Ketika Yesus datang ke dalam dunia, Alkitab memperlihatkan bahwa

kerajaan kegelapan menjadi tidak berdaya dan kalah. Perginya roh-

roh jahat yang diusir dalam nama Yesus juga memperlihatkan

kekalahan kerajaan kegelapan saat Kerajaan Allah datang.

Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira

dan berkata: "Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami

demi nama-Mu." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Aku

melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit. Sesungguhnya

Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk

menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan

kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan

membahayakan kamu.

Lukas 10:17-19

Diskusikanlah!

Sebutkanlah beberapa kejahatan seseorang yang berdampak hebat

dalam kehidupan manusia; jelaskan jika kuasa kegelapan sudah

dikalahkan oleh Tuhan Yesus dalam kematian dan kebangkitan-Nya,

mengapa ada orang-orang tertentu yang melakukan kejahatan luar

biasa?

Kejatuhan manusia dalam dosa ternyata membuat manusia

tidak mampu berelasi dengan Allah dan karena itulah manusia tidak

dapat memuliakan Allah. Jika manusia hidup untuk dirinya sendiri

dan bukan untuk Tuhan, manusia mengalami kehilangan makna

hidup. Saat dosa masuk ke dalam dunia, maka dunia seolah-olah

seperti disuntik mati oleh dosa, dimana manusia menjadi tambah

rusak.

71

Menalar

Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di

bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu

membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah

TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan

hal itu memilukan hati-Nya. Berfirmanlah TUHAN: "Aku

akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu

dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan

binatang-binatang melata dan burung-burung di udara,

sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan

mereka."

Kejadian 6:5-7

Berita injil dan berita mengenai hadirnya Kerajaan Allah di

bumi terkait dengan karya Yesus dimana ia menjadi tebusan bagi

banyak orang. Karya Yesus adalah inti dari berita injil yang

diberitakan juga oleh Para Rasul sehingga berita yang sama harus

menjadi pusat atau inti dari pelayanan misi gereja. Gereja tidak dapat

sekadar hanya menceritakan kesaksian hidupnya tetapi harus

menyaksikan mengenai Yesus dan karyanya dalam dunia ini.

Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani,

melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-

Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

Markus 10:45

Ada berbagai istilah yang digunakan untuk membicarakan

karya Yesus. Selain penebusan, Alkitab juga menggunakan gagasan

“pengadopsiaan” untuk memperlihatkan karya Allah dalam

membarui status dan relasi orang-orang percaya dimana mereka

sekarang disebut sebagai anak-anak Allah (lihat Yohanes 1:12).

Demikian juga dengan istilah “pendamaian,” yang digunakan Alkitab

untuk menekankan adanya relasi yang baru antara orang-orang

percaya dengan Tuhan dan juga dengan sesama manusia (lihat

Kolose 1:22). Demikian juga dengan istilah pembenaran, yang

digunakan Alkitab untuk memperlihatkan adanya perubahan status

dihadapan Allah dari mereka yang ada dalam Kristus; mereka bukan

lagi orang-orang yang disebut sebagai sinners “orang-orang durhaka”

tetapi righteous “orang-orang yang benar” (lihat Galatia 2:16).

Semua terminologi tersebut digunakan Alkitab untuk

memperlihatkan berbagai sisi/dimensi dari karya keselamatan yang

Tuhan kerjakan dalam kehidupan seseorang.

72

Menanya

Menalar

Diskusikanlah!

Bacalah Roma 4:5, 2 Korintus 5:17, 1 Korintus 1:2! Selain istilah

perdamaian, carilah istilah-istilah lain yang digunakan Alkitab untuk

membicarakan karya Tuhan dalam keselamatan orang-orang

percaya.

Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya

kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya

diperhitungkan menjadi kebenaran.

Roma 4:5

Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru:

yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah

datang.

2 Korintus 5:17

kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang

dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi

orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat,

yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu

Tuhan mereka dan Tuhan kita.

1 Korintus 1:2

Jadi, karya Yesus merupakan pusat dari misi Allah. Sebagai

konsekuensinya, pelayanan misi tidak boleh mengabaikan

penebusan Kristus yang menjadi inti dari pelayanan misi dan

mengalihkan fokus pelayanan misi pada hal-hal lain. Dalam

pergumulan orang-orang Kristen di tengah-tengah masyarakat yang

pluralis atau masyarakat yang tidak mengijinkan pemberitaan injil

dilakukan secara terbuka, gereja dapat dengan mudah

membenarkan diri untuk tidak secara konsisten melakukan

pemberitaan injil dan menggantikannya dengan aksi sosial ataupun

bentuk-bentuk kesaksian lainnya. Tentu kesaksian injil haruslah

disampaikan dengan bijak dan dengan cara yang benar. Sama seperti

Tuhan tidak pernah memaksakan kehendak-Nya kepada manusia

demikian juga dalam menyaksikan injil seorang percaya tidak

memaksakan keyakinannya kepada orang lain. Roh Kudus-lah yang

berperan dalam meyakinkan seseorang mengenai karya keselamatan

yang dikerjakan Yesus. Pemberitaan injil pada dasarnya adalah

instrumen di tangan Tuhan.

73

Mengumpulkan Informasi

Menalar

Menanya

D. Kerajaan Allah

Selain penebusan Kristus, Kerajaan Allah juga menjadi pusat

dari pelayanan misi. Tema ini merupakan salah satu pokok

pemberitaan Yesus.

Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea

memberitakan Injil Allah, 15 kata-Nya: "Waktunya telah

genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan

percayalah kepada Injil!"

Markus 1:14-15

Pemerintahan Allah berlawanan dengan pemerintahan iblis

dan dosa. Perlawanan yang muncul dalam pelayanan Yesus

merupakan bentuk dari perlawanan kerajaan kegelapan. Dalam kitab

Wahyu kita melihat sebuah visi yang sama bahwa iblis terus berusaha

melawan pemerintahan Allah. Meskipun demikian, kerajaan

kegelapan akan ditaklukan oleh Tuhan. Hal ini telah terjadi pada saat

Yesus datang ke dalam dunia ini.

Karya Yesus membuka pemerintahan Allah di bumi.

Kedatangan Yesus memulai Kerajaan Allah, kematian dan

kebangkitan-Nya mengalahkan kerajaan dunia. Dalam pelayanan-

Nya, Yesus berulang kali mengusir roh-roh jahat, apa yang Yesus

lakukan pada dasarnya menunjukkan bahwa dalam kedatangan-Nya

kerajaan kegelapan sudah kalah.

Ketika Allah menghadirkan pemerintahan-Nya, Ia mulai

membentuk umat Allah yang baru. Kerajaan Allah bukanlah sebuah

institusi dunia. Yesus memperlihatkan bahwa Kerajaan Allah adalah

misteri. Perkembangan Kerajaan Allah digambarkan Tuhan Yesus

sebagai hal yang kasat mata. Prinsip dalam melayani dalam Kerajaan

Allah juga berbeda dengan prinsip melayani dalam dunia ini. Gagasan

pemerintahan Allah menekankan bahwa Yesus adalah Raja atas

segala sesuatu. Pusat dari pelayanan misi adalah Kerajaan Allah,

itulah sebabnya pusat dari pelayanan misi adalah Kristus sendiri.

Diskusikanlah!

Jelaskanlah apakah maksud Tuhan Yesus waktu ia menegaskan

bahwa mereka yang seperti kanak-kanaklah yang akan masuk ke

dalam Kerajaan Surga?

74

Mengumpulkan Informasi

Menalar

E. Eskatologi

Banyak orang memandang bahwa misi berorientasi pada apa

yang menjadi pergumulan masa kini dari orang-orang yang kita

layani. Pandangan ini tidak sepenuhnya benar; eskatologi bukan

hanya memperlihatkan apa yang akan terjadi kelak tetapi

menunjukkan bahwa ada “pengharapan” dalam dunia ini. Itulah

sebabnya eskatologi dilihat dari kaca mata misi disebut sebagai the

hope of mission “pengharapan misi.”

Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru,

sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah

berlalu, dan lautpun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota

yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari

Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang

berdandan untuk suaminya. Lalu aku mendengar suara

yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah

ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-

sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan

Ia akan menjadi Allah mereka.

Wahyu 21:1-3

Sebelum Yesus terangkat ke surga, para murid bertanya

kepada Yesus jika Ia berkenan memulihkan Israel (bacalah Kis. 1: 6).

Pertanyaan ini adalah sebuah pertanyaan eskatologi mengenai hari

pemulihan yang Tuhan akan kerjakan. Tuhan Yesus menjawab hal

tersebut dengan sebuah penegasan bahwa para murid tidak perlu

mengetahui waktu tersebut, tugas utama mereka adalah fokus pada

menyaksikan Yesus kepada dunia.

Pelayanan misi mengarah ke sebuah sasaran tertentu; tanpa

eskatologi, kita tidak tahu apa yang menjadi tujuan akhr dari

pelayanan kita. Lesslie Newbigin mengatakan: “gereja mesti dilihat

sebagai kelompok peziarah yang menapaki jalan menuju akhir dunia

dan ujung bumi.” Banyak orang percaya bahwa waktu bergerak

secara melingkar, dimana kehidupan masa kini dipandang sebagai

bentuk yang berbeda dari kehidupan masa lalu. Namun, Alkitab

menunjukkan bahwa waktu berjalan secara linear. Sejarah dan

kehidupan manusia menuju satu titik tertentu, yakni akhir zaman.

Alkitab memperlihatkan bahwa Allah bukan hanya pencipta tetapi ia

juga memeliharakan dan mengendalikan segala sesuatu pada tujuan

yang dikehendaki-Nya.

75

Mengumpulkan Informasi

Pelayanan misi memang berorientasi pada karya Yesus tetapi

gereja sesungguhnya mengerjakan pelayanan misi sebagai antisipasi

dari hadirnya Kerajaan Allah dalam dunia ini. Kita sedang

mempersiapkan kedatangan Tuhan yang kedua. Gereja masa kini

hidup dalam sebuah transisi dari dunia yang belum sepenuhnya

diubahkan Tuhan dengan sebuah pengharapan pasti bahwa dunia ini

akan menjadi pulih.

F. Bangsa-Bangsa

Sekop dari ladang misi adalah segala bangsa. Berita injil dan

pemuridan haruslah dikerjakan bukan hanya pada satu komunitas

tertentu tetapi bagi segala bangsa. Oleh karena target dari misi

bersifat universal, pemberitaan injil pun dipersiapkan menjadi

bersifat lintas budaya. Untuk itulah, kita perlu memilih aspek-aspek

dalam berita injil yang merupakan prinsip dan perlu disampaikan

dalam konteks budaya yang berbeda.

Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah

diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu

pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah

mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan

ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah

Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai

kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Matius 28:18-20

Perintah Tuhan untuk memberitakan injil sampai ujung bumi

menegaskan bahwa pelayanan misi mesti melampaui batasan

geografi, kebangsaan dan kesukuan.

Sejak PL, Allah telah menunjukkan bahwa Ia adalah pemilik

segala yang ada. Tuhan adalah pencipta segala sesuatu dan pemilik

segala sesuatu. Ia tidak bergantung pada apapun juga tetapi segala

sesuatu bergantung kepada Dia.

Adam adalah kepala dari umat manusia; dan perjanjian

antara Allah dan Adam adalah perjanjian antara Allah dan semua

umat manusia. Demikian juga dengan berkat yang Allah janjikan

kepada Abraham, Allah berjanji untuk memberkati Abraham dan

melalui Abraham Allah akan memberkati segala bangsa; hal inilah

yang Tuhan sampaikan dalam Kejadian 12:1-3.

76

Mengumpulkan Informasi

Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari

negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah

bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;

Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar,

dan memberkati engkau serta membuat namamu

masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan

memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan

mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan

olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat

berkat."

Dalam PB, bangsa-bangsa memiliki tempat dalam Kerajaan

Allah. Dalam kelahiran Yesus, kedatangan orang-orang majus dalam

peristiwa Natal pertama menegaskan bahwa kedatangan Yesus

adalah bagi segala bangsa. Demikian juga dengan ajaran Paulus

bahwa semua orang berdosa dan semua orang hanya dibenarkan

dalam Yesus menegaskan bahwa karya keselamatan bersifat

universal, yakni bagi bangsa-bangsa.

G. Pendamaian

Rasul Paulus menegaskan bahwa buah dari pemberitaan injil

adalah rekonsiliasi. Ada dua macam rekonsiliasi yang akan dialami

oleh mereka yang ada dalam Tuhan, yakni rekonsiliasi vertikal dan

horizontal.

dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu

dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada

di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah

salib Kristus. Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah

dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti

yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang

diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh

kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak

bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya.

Kolose 1:20-22

Pelayanan misi seharusnya berdampak pada rekonsiliasi antar

manusia. Meskipun demikian rekonsiliasi antara manusia tidak

mungkin terjadi tanpa rekonsiliasi dengan Allah.

77

Menanya

Menalar

Manusia hidup dalam berbagai fragmentasi sosial. Suku

bangsa tertentu membagi manusia berdasarkan kategori tertentu.

Satu suku dengan suku lainnya juga membentuk relasi yang tidak

harmonis. Ada kalanya satu suku memandang suku yang lainnya

lebih rendah bahkan hina. Berita injil menegaskan bahwa semua

orang yang ada dalam Kristus adalah satu dan bahwa Allah

meyatakan kasih-Nya kepada semua bangsa dalam Kristus.

Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di

dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua, yang dibaptis

dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini

tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba

atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan,

karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.

Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga

adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji

Allah.

Galatia 3:26-29

Pelayanan misi yang berpusatkan pada injil seharusnya

berdampak pada munculnya genuine reconciliation “pendamaian

yang sejati.” Pendamaian yang sejati membawa pemulihan pada

hubungan antara manusia. Pengampunan dan pemulihan hubungan

merupakan dampak langsung dari karya pendamaian Kristus.

Diskusikanlah!

Sebutkan beberapa konflik sosial-agama yang kamu ketahui dan

jelaskan hal apakah yang menjadi penyebabnya dan bagaimana

konsep pendamaian dapat menolong menyelesaikan konflik sosial-

agama yang terjadi?

Dalam pelayanan misi di daerah-deerah konflik, rekonsiliasi

sering kali dijadikan salah satu tujuan dari pelayanan tersebut.

Walaupun hal tersebut tidak salah, namun rekonsiliasi yang bersifat

horizontal tidak dapat terjadi tanpa adanya pemulihan relasi dengan

Tuhan. Itulah sebabnya fokus utama dalam pelayanan misi pertama-

tama adalah rekonsiliasi vertikal (antara manusia dengan Allah) yang

akan membawa pada rekonsiliasi horizontal (antara manusia dengan

sesamanya).

78

Mengumpulkan Informasi

H. Inkarnasi

Salah satu aspek penting dalam teologi misi adalah inkarnasi.

Beberapa orang menyebut inkarnasi sebagai the character of mission

“karakter pelayanan misi.” kedatangan Yesus ke dunia dipandang

sebagai dasar dan bentuk dari pelayanan misi yang harus dikerjakan

gereja.

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita,

dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan

yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa,

penuh kasih karunia dan kebenaran.

Yohanes 1:14

Inkarnasi merupakan model dari pendekatan yang dilakukan

Tuhan sendiri kepada manusia. Allah

Anak meninggalkan surga untuk tinggal

di bumi; ia menjadi manusia yang sama

seperti kita pada umumnya. Kitab Ibrani

bahkan mengatakan ia mengalami

pencobaan yang sama dengan kita atau

pencobaan yang jauh lebih berat dari

kita. Salah satu tokoh misi yang

menggunakan pendekatan inkarnasi

dalam pelayanan misinya adalah Hudson

Taylor. Dalam pelayanan misi yang

dikerjakannya di China, ia menemukan

bahwa seseorang tidak dapat memberitakan injil tanpa menjadi

sama dengan mereka yang akan dilayani. Itulah sebabnya ia dalam

memberitakan injil mengganti, misalnya saja cara dia berpakaian dan

menggunakan potongan rambut sama dengan orang-orang yang

dilayani.

Inkarnasi Yesus juga memperlihat pentingnya sebuah

pelayanan yang bersifat holistik. Dalam pelayanannya, Yesus

memberhatikan bukan hanya kebutuhan manusia yang bersifat

rohani tetapi juga kebutuan yang bersifat materi. Kita dapat melihat

hal ini dalam peristiwa Yesus memberi makan lebih dari 5000 orang.

Yesus memperhatikan bukan hanya kebutuhan mereka akan

makanan rohani tetapi juga makanan jasmani; selain itu, Yesus juga

menyembuhkan mereka yang sakit dan memulihkan status sosial

mereka yang hancur karena sakit yang dipandang menajiskan.

79

Inkarnasi juga memperlihatkan proses menghadirkan Tuhan

dalam sebuah kebudayaan. Waktu Yesus datang ke dalam dunia, ia

memilih untuk menjadi seorang Yahudi. Walaupun Ia adalah Allah

tetapi ia memberikan dirinya mengikuti beragam kebudayaan yang

ada. Yesus disunat sama seperti orang-orang Yahudi lainnya; Yesus

pergi ke sinagoge, dst.

Penggunaan inkarnasi Yesus sebagai model misi

menimbulkan perdebatan. Sebagian ahli,

misalnya saja Andreas Köstenberger,

dalam disertasinya The Mission of Jesus

and the Disciples, tidak setuju menjadikan

inkarnsasi sebagai model pelayanan misi

sebab inkarnasi bukanlah untuk ditiru.

Apa yang Yesus lakukan bersifat

soteriologis (terkait dengan keselamatan)

dan itulah sebabnya, kita tidak mungkin

melakukan hal yang sama. Namun, kita

setidaknya dapat melihat inkarnasi Kristus

sebagai sebuah teladan dari kerendahan

hati dan ketidakegoisan.

Surat 1 Petrus menggunakan penderitaan Yesus sebagai

teladan bagi orang-orang percaya, khususnya pada budak, untuk

tetap rela menjalani ketidakadilan dalam hidupnya dengan

iman/penyerahan diri pada Tuhan. Apa yang Kristus lakukan

dijadikan model bagi sikap orang-orang percaya dalam merespons

ketidakadilan yang mereka rasakan dan alami,

Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh

ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik

dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis. Sebab

adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan

kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus

ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu

menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika

kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita,

maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab untuk

itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita

untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu,

supaya kamu mengikuti jejak-Nya.

1 Petrus 2:18-21

80

I. Penutup Newbigin mengingatkan orang-

orang Kristen bahwa misi itu berawal

dari karya Allah Tritunggal; meskipun

demikian, hal ini tidak berarti gereja

boleh mengabaikan pentingnya

kesaksian iman orang-orang percaya

secara nyata.

Teologi misi merupakan cara

pandang terhadap teks Alkitab

berdasarkan perspektif misi. Teologi

misi bukanlah sekadar aplikasi dari

teologi biblika atau sistematika dalam

konteks pelayanan misi. Pemahaman

seperti ini membuat signifikansi dari teologi misi menjadi berkurang

bahkan dipandang kurang penting dibandingkan dengan teologi

biblika atau sistematika. Akitab pada dasarnya adalah buku tentang

misi, itulah sebabnya memandang isi Alkitab dari perspektif misi

dalam menolong gereja dalam melihat pelayanan misi dengan lebih

tajam.

Seluruh Alkitab pada dasarnya mengisahkan mengenai misi

Allah. Kisah penciptaan memperlihatkan misi utama dari manusia

yakni mempermuliakan Allah. Kejatuhan manusia juga dilihat sebagai

pemberontakan pada misi Allah. Karya keselamatan adalah

pemulihan manusia untuk kembali kepada natur penciptaan, yakni

melayani misi Allah. Demikian juga dengan hari kedatangan Yesus

yang kedua, hari tersebut adalah hari kemenangan dimana manusia

dan segala ciptaan dibawa kembali kepada panggilan misinya yang

semua yakni memuliakan Allah dan hidup bagi Dia.

Orang-orang percaya diundang untuk terlibat dalam

pelayanan misi. Misi adalah pekerjaan Allah dan bukan karya gereja;

umat Tuhan pada dasarnya hanya berpartisipasi dalam karya Dia.

81

Mengumpulkan Informasi

Ringkasan

1. Teologi misi diperlukan bukan hanya untuk membangun

pemahaman yang benar mengenai misi tetapi juga

memperlengkapi praktik pelayanan misi dengan benar.

2. Teologi misi pada dasarnya menekankan pentingnya

doxology, yang merupakan tujuan akhir dari studi dan praktik

pelayanan misi, yaitu supaya segala sesuatu dibawa kepada

tujuan penciptaannya, yakni memuliakan Tuhan.

3. Teologi misi memperlihatkan bahwa semua pokok utama

dalam ajaran iman Kristen berkaitan dengan karya Allah

dalam dunia ini, itulah sebabnya, teologi Alkitab pada

dasarnya adalah sebuah teologi misi.

Ayat Hafalan

Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia

mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil

Kerajaan Surga serta melenyapkan segala penyakit dan

kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus

oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan

terlantar seperti domba yang tidak bergembala.

Matius 9:35-36

Aktivitas

Buatlah sebuah drama singkat mengenai kejatuhan Adam dan Hawa

dan sikap Allah saat melihat manusia memberontak dan karya-Nya

dalam menyediakan janji keselamatan bagi manusia.

Bacaan lebih lanjut

Newbigin, Lesslie. Injil dan Masyarakat Majemuk. Jakarta: BPK, 1999.

Bab 11.

Metzger, Will. Tell the Truth: The Whole Gospel to the Whole Persons

by Whole People. Terj. Jakarta: Momentum, 2005. Bab 1-3.

Piper, John. Jadikan Sekalian Bangsa Bersukacita! Supremasi Allah

dalam Misi. Bandung: LLB, 2001. Bab 1-3.

82

83

Mengamati

Mengumpulkan Informasi

Menanya

Pelajaran 5

Pergi Ke Dalam Dunia

A. Pendahuluan Salah satu pokok pengertian mengenai misi berakar pada

istilah sending “mengirim/mengutus.” Berdasarkan terminologi

inilah pelayanan misi sering diidentikan dengan nama zending, yakni

lembaga misi, khususnya dari Eropa, dimana mereka mengirimkan

utusan-utusan injil di era kolonial.

Salah satu ajaran mengenai pelayanan misi yang penting

terdapat dalam Yohanes 17:14-19. Bagian ini memperlihatkan

kepada kita mengenai apa yang Tuhan Yesus kehendaki bagi gereja-

Nya dan hal apa yang menjadi tantangan dari umat Tuhan saat

mereka melayani dalam dunia ini.

Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan

dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari

dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Aku tidak

meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia,

tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang

jahat. Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan

dari dunia. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran;

firman-Mu adalah kebenaran. Sama seperti Engkau telah

mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah

mengutus mereka ke dalam dunia; dan Aku

menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya merekapun

dikuduskan dalam kebenaran.

Diskusikanlah!

Ceritakanlah hal-hal apa yang menjadi tantangan atau kesulitan

dalam memberitakan injil? Mengapa ada banyak orang yang takut

dalam memberitakan injil?

Dalam pelajaran ini, peserta didik akan mempelajari arti dan

konsep misi berdasarkan gagasan Alkitab mengenai diutusnya

murid-murid Tuhan pada dunia.

84

Mengumpulkan Informasi

Menanya

B. Arti dari Dunia Istilah “dunia” yang digunakan dalam bahasa Indonesia

berasal dari istilah “kosmos” dalam bahasa Yunani. Istilah ini

memiliki pengertian yang cukup beragam. Jika kita membaca buku-

buku mengenai teologi Alkitab, istilah dunia dapat dikategorikan

dalam empat arti:

1. Dunia menunjuk kepada planet bumi tempat dimana kita

tinggal

2. Dunia bisa juga menunjuk pada umat manusia secara

keseluruhan dan ciptaan lainnya yang ada dalam dunia ini

3. Dunia dapat menunjuk kepada segala sesuatu yang fana,

yang rentan dan rapuh yang ada dalam dunia ini

4. Dunia menunjuk pada tempat kerajaan dosa dan kejahatan

berada

Waktu kita membaca injil Yohanes, kita harus berhati-hati

supaya kita tahu waktu ia berbicara tentang dunia, ada 4 pengertian

yang bisa terkandung, tergantung dari konteksnya.

Pernahkah anda membaca sebuah tulisan/slogan yang

bunyinya seperti ini: “siapa diri anda menentukan sikap dan

perbuatan anda”; bagaimana menurut anda, benarkan perkataan

ini, “siapa diri kita menentukan sikap dan perbuatan kita”?

Diskusikanlah

Dalam sebuah acara televisi, ada seorang perempuan muda

ditangkap polisi karena mencuri seekor anjing. Sewaktu anjing itu

dikembalikan kepada pemiliknya, polisi bertanya, apakah pemilik

hendak memberikan tuntutan hukum kepada pelaku pencuriaan.

Lalu si pemilik berkata “saya seorang Kristen, dan saya tidak akan

menuntut orang tersebut, hanya tolong beri tahu orang tersebut

untuk tidak mengulangi perilakunya.”

Menurut anda, apakah sikap dari pemilik anjing tersebut tepat

bahwa ia tidak menunut supaya pelakunya untuk dihukum? Apakah

memberikan sanksi kepada seseorang yang bersalah bukan sesuatu

yang baik?

85

Mengamati

Mengumpulkan Informasi

Menalar

Pernyataan pemilik anjing dalam kisah di atas menarik untuk

diperhatikan, dia berkata “saya seorang Kristen,” itulah yang

membuat dia ingin bersikap berbeda dari orang lain. Jika orang pada

umumnya akan menuntut pelaku seperti itu dengan keras supaya ia

“kapok,” namun ia tidak mau melakukan hal yang sama, sebab ia

adalah seorang Kristen.” Terlepas dari pertanyaan apakah tindakan

seperti itu [maksudnya membiarkan orang yang seharusnya kena

sanksi hukum] adalah hal benar atau salah ditinjau dari etika Kristen

[kita tidak bahas disini], namun pernyataan tadi memperlihatkan

adanya kesadaran dari orang Kristen tersebut bahwa dirinya adalah

seorang Kristen, itulah sebabnya dia harus berbuat dan bersikap

sebagaimana seharusnya orang Kristen.

Jadi, peribahasa atau kalimat di atas mungkin benar bahwa

siapa diri kita akan mempengaruhi sikap dan tindakan kita. Kalau kita

adalah anak Tuhan, seharusnya sikap dan perilaku kita akan

memperlihatkan hal tersebut. Sebaliknya jika kita adalah anak

kegelapan, sikap dan perilaku kita juga akan memperlihatkannya;

atau dalam surat Yakobus, Alkitab menegaskan:

Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit

dari mata air yang sama? Saudara-saudaraku, adakah

pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah

pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian

juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar.

Yakobus 3:11-12

Jadi, perilaku merupakan tanda yang memperlihatkan jati diri

seseorang. Itulah sebabnya kesaksian hidup orang percaya dalam

dunia akan memperlihatkan siapa diri mereka dan siapa yang

memiliki hidup mereka.

Dalam konteks misi, dunia menunjuk pada tempat dimana

Tuhan menempatkan kita dan juga masyarakat dimana kita hidup.

Tuhan mengutus kita untuk hadir dan menyatakan Kristus dalam

dunia. Dunia adalah milik Tuhan, itulah sebabnya gereja diminta

Tuhan untuk mengambil bagian dalam membawa kembali dunia

kepada Tuhan. Di sisi yang lain, dunia juga menunjuk ada dosa dan

orang-orang berdosa yang berupaya untuk melawan Tuhan. Itulah

sebab, orang-orang percaya diutus ke dunia tetapi tidak boleh hidup

sama seperti dunia. Dunia dalam konteks ini menunjuk pada dosa

dan kehidupan yang melawan Tuhan.

86

Mengumpulkan Informasi

C. Panggilan Orang Percaya Kepada orang-orang Kristen yang menjadi pembaca injil

Yohanes, Alkitab mengingatkan pesan Yesus kepada murid-murid-

Nya. Pesannya adalah murid-murid Tuhan bukanlah berasal dari

dunia ini. Sebelumnya kita sudah sedikit membicarakan bahwa

istilah dunia bisa berarti “kerajaan dosa dan kejahatan yang ada dan

berkuasa di dunia ini.” Yesus menegaskan bahwa murid-murid-Nya,

orang-orang yang telah percaya kepada Yesus, bukanlah orang-

orang yang dimiliki oleh kerajaan dosa dan kejahatan.

Dunia ini adalah dunia yang telah dikuasai oleh dosa dan

kejahatan. Dosa dan kejahatan menguasai semua manusia. Injil

Yohanes memperlihatkan bahwa bahkan seorang rohaniawan,

seperti Nikodemus, dikuasai dosa. Itulah yang menyebabkan saat

Yesus berbicara tantang hal-hal rohani, ia tidak dapat mengertinya.

Hal ini terjadi karena, bukan saja dengan Nikodemus, bahkan, semua

manusia sebenarya dikuasai oleh kegelapan. Rasul Paulus

menegaskan bahwa semua manusia sebenarnya adalah hamba-

hamba dosa (Rom 3:23).

Kondisi inilah yang menyebabkan mengapa dunia [umat

manusia] --kata Yesus-- kemudian membenci murid-murid Yesus.

Dosa yang mengendalikan dan menguasai manusia membuat

mereka tidak bisa menerima Tuhan dan umat Tuhan. Dalam

Yohanes 1:10-11 ditegaskan oleh Yohanes:

“Ia telah ada di dalam dunia, dan dunia dijadikan oleh-

Nya, tetapi dunia tidak mengenalnya. [bukan hanya itu]

Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-

orang kepunyaan-Nya tidak menerimanya.”

Umat manusia adalah ciptaan Tuhan dan milik Tuhan, namun

apakah yang terjadi saat Tuhan kemudian datang kepada milik-Nya,

maka manusia bukan saja tidak mengenal-Nya bahkan menolak Dia.

Mengapa demikian? Sebab umat manusia telah dikuasai dosa. Dosa

membuat manusia bukan saja tidak dapat mengenal Tuhan, bahkan

membuat manusia menolak Tuhan. Bukankah itulah sebabnya juga

mengapa manusia kemudian menyalibkan Yesus? Karena dalam

keberdosaannya bahkan manusia membenci Tuhan. Itulah sebabnya

kita tidak perlu heran kalau dunia ini (umat manusia yang tidak

percaya kepada Yesus, yang dikusasi oleh dosa ini) juga membenci

murid-murid Yesus.

87

Menanya

Mengamati

Injil Yohanes dituliskan sekitar tahun 80 Masehi. Ini adalah

waktu dimana kawasan Yunani-Romawi diperintah oleh kaisar

Domitianus. Kaisar ini adalah salah satu kaisar yang menganiaya

orang-orang Kristen dengan kuat. Ada banyak orang-orang Kristen

yang harus mati, ada banyak orang Kristen yang dipenjarakan/dijual

sebagai budak, ada banyak juga orang Kristen yang harus jadi orang

miskin karena semua kepunyaannya disita dan diperlakukan tidak

adil. Dalam keadaan yang seperti ini, tentu orang-orang percaya

bertanya-tanya, mengapa kita begitu dibenci oleh dunia ini?

Mengapa ada begitu banyak orang yang tidak menyukai orang-orang

Kristen?

Maka Yohanes mengingatkan murid-murid Tuhan, bahwa

Yesus pernah mengajarkan kepada kita bahwa dunia membenci kita,

karena kita bukan lagi milik mereka/dunia ini. Dunia membenci kita

karena kita bukan lagi milik kerajaan dosa dan kejahatan. Dunia

membenci kita karena kita sekarang dipandang sebagai “musuh”

dari kerajaan dosa dan kejahatan. Alasan kita menjadi musuh bagi

dunia ini bukanlah sekadar karena kita tidak hidup sama seperti

dunia ini tetapi karena kita sekarang menjadi milik Yesus. Problem

dari dunia ini bukan masalah cara hidup dari orang percaya tetapi

Yesus yang menjadi pusat hidup dari umat Tuhan.

Diskusikanlah!

Pernahkah kita memikirkan, mengapa ada banyak orang tidak suka

saat seorang memberitakan injil? Bukankah injil itu adalah kabar

baik, kabar gembira dan kabar sukacita mengenai keselamatan

bahwa apa yang selama ini dinantikan dan didoakan oleh manusia

yakni keselamatan, telah dijawab dan dikerjakan oleh Allah dan

Kristus. Namun, mengapa kabar baik ini tidak dapat diterima bahkan

dimusuhi oleh manusia?

Sebuah keluarga Kristen di Kamboja memiliki pembantu rumah

tangga yang tidak percaya kepada Kristus. Setelah mereka

bergumul, akhirnya mereka memutuskan untuk memberitakan injil

kepada pembantu mereka. Sewaktu ia diinjili, ia bukan saja

menolaknya bahkan kemudian menjaga jarak dan menjauhi

keluarga ini. Mengapa bisa demikian? Bukankah injil adalah kabar

baik, kenapa manusia bisa menolaknya? Dunia ini dikuasai dosa,

dosa mengikat hidup manusia, dosa tidak rela manusia lepas dari

cengkramannya, itulah yang membuat manusia menolak injil.

88

Mengumpulkan Informasi

Menalar

Mengapa Tuhan membiarkan orang-orang percaya tetap

tinggal dalam dunia yang seperti ini? Jawabannya adalah sebab

Tuhan mengasihi dunia ini, Tuhan mengasihi umat manusia.

Walaupun dunia ini dikuasai dan dikendalikan oleh kerajaan dosa,

namun dunia ini termasuk umat manusia dalamnya adalah milik

Tuhan dan Ia mengasihi milik-Nya. Itulah sebabnya dalam Yohanes

3:16 ditegaskan oleh Yesus sendiri bahwa Allah itu mengasihi dunia

ini, mengasihi manusia-manusia yang dalam keberdosaannya

menjadi mahluk-mahluk yang memusuhi Allah.

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga

Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya

setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa,

melainkan beroleh hidup yang kekal.

Itulah yang membuat Tuhan Yesus tidak berdoa meminta supaya

Bapa mengambil murid-murid Tuhan dari dunia ini, maksudnya

memindahkan mereka langsung ke surga ke tempat dimana manusia

tidak lagi akan mengalami penderitaan dan kesukaran, namun yang

Yesus lakukan justru adalah mengutus murid-murid-Nya ke dalam

dunia ini, mengutus pengikut-pengikut Tuhan untuk tetap tinggal di

tengah-tengah dunia ini, di tengah-tengah umat manusia yang

berdosa dan memusuhi Tuhan.

Karena misi adalah panggilan Tuhan baik kepada gereja

maupun kepada setiap orang percaya, semua umat Tuhan terpanggil

untuk mengambil bagian dalamnya. Cara kita menggambil bagian

dalamnya adalah sesuai dengan panggilan khusus gereja dan orang-

orang percaya. Jika Tuhan memanggil sebuah gereja untuk

mengerjakan satu pelayanan misi yang khusus, maka gereja harus

setia kepada panggilannya. Demikian juga dengan orang-orang

percaya. Jika Tuhan memanggil seseorang untuk terlibat dalam

pekerjaan misi yang khusus, misalnya menjadi seorang misionaris di

suatu daerah, ia hendaknya setia kepada Tuhan. Namun, jika Tuhan

tidak memanggil seseorang secara khusus, hal ini tidak berarti

bahwa seorang Kristen dibebaskan dari panggilan misi. Orang

tersebut tetap harus memenuhi panggilan misi dari Tuhan tetapi

dengan melayani Tuhan sesuai dengan pekerjaan dan area hidup

dirinya. Sebagai contoh, panggilan seorang guru Kristen adalah

menjadi saksi Tuhan di sekolah tempat dimana ia mengajar. Semua

orang dapat bersaksi dalam kehidupan mereka masing-masing.

Inilah panggilan misi bagi semua orang Kristen.

89

Mengumpulkan Informasi

Menanya

D. Pelayanan Gereja dalam Dunia Untuk apakah Tuhan mengutus kita dalam dunia ini?

Jawabannya adalah kita diutus seperti Yesus diutus. Untuk apakah

Yesus datang ke dalam dunia? Jawabannya adalah untuk

memperlihatkan kepada dunia seperti apakah Allah itu? Dalam

Yohanes 1:18 dituliskan bahwa:

“Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi

Anak Tunggal Allah yang ada di pangkuan Bapa, Dialah

yang menyatakannya.”

Inilah misi Yesus waktu ia datang dalam dunia, ia datang untuk

memperlihatkan Allah kepada kita.

Seorang Kristen memang tidak bisa menjadi seperti Yesus.

Yesus adalah pribadi Allah yang dapat memperlihatkan secara

sempurna seperti apakah Allah itu. Namun, panggilan kita sama

dengan Yesus, dalam segala keterbatasan sebagai manusia, kita

dipanggil untuk memperlihatkan seperti apakah Allah itu kepada

dunia yang tidak mengenal Allah.

Inilah sebenarnya yang disebut “misi” dalam injil Yohanes,

sebuah paggilan dan tugas khusus yang diberikan Tuhan kepada

pengikut-pengikut Tuhan untuk tetap tinggal dalam dunia, hadir

ditengah-tengah umat manusia untuk memperlihatkan “seperti

apakah Allah itu” kepada dunia ini sehingga dengan melihat hidup

orang percaya, mereka melihat Tuhan.

Diskusikanlah!

Seorang ibu memiliki pasangan yang berbeda keyakinan.

Sharingkanlah bagaimana ia dapat menjadi saksi yang baik bagi

keluarganya?

Panggilan misi bukanlah panggilan yang baru. Dalam

Kejadian 1, saat Tuhan menciptakan manusia, Alkitab menegaskan

bahwa manusia adalah gambar dan rupa Allah. Gambar dan rupa

Allah memiliki arti manusia itu dicipta dalam kemiripan dengan Allah

dan merepresentasikan Allah. Sebagai representasi Allah, manusia

dipercaya Tuhan untuk menjadi wakil Alah dalam dunia ini, apapun

yang manusia lakukan dan perbuat seharusnya mencerminkan apa

Allah inginkan dan lakukan sebab ia adalah representasi-Nya.

90

Mengamati

Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia

menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa

atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas

ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang

melata yang merayap di bumi." Maka Allah menciptakan

manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah

diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-

Nya mereka.

Kejadian 1:26-27

Panggilan yang sama diberikan Tuhan kembali kepada

manusia-manusia yang telah menjadi ciptaan baru dalam Kristus,

kita diutus Tuhan dan hadir di tengah-tengah dunia ini untuk

memperlihatkan kepada dunia (kepada umat manusia) yang tidak

mengenal Allah, seperti apakah Allah itu. Inilah panggilan dan tugas

khusus atau misi dari Tuhan bagi umat Tuhan, para pengikut Tuhan,

dan gereja Tuhan.

Pertanyaannya, apakah kita sebagai orang-orang Kristen

sudah melakukan tugas dan panggilan khusus atau panggilan misi

dari Allah? Apakah hidup kita, tutur kata kita, sikap kita, sekolah kita,

pergaulan kita, ibadah kita, pelayanan kita, semuanya itu

memperlihatkan seperti apakah Tuhan yang ada dan yang hidup

dalam diri kita?

Bisakah kita memperlihatkan kepada orang-orang yang tidak

percaya kepada Kristus bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah

yang hidup dan benar kalau hidup kita tidak jujur, penuh

kebohongan, suka ingkar janji, tidak setia, kalau utang tidak bayar,

dst? Bisakah kita memperlihatkan seperti apakah Allah kita jika

dalam sekolah kita tidak bertanggung jawab, suka bolos, tidak

mengerjakan tugas, suka nyontek dst? Bisakah kita memperlihatkan

seperti apakah Allah itu kepada orang-orang di sekitar kita, kalau

kita kemudian menjadi orang yang egois, tidak peduli dengan orang

lain, sering bertengkar dan memiliki sikap yang sombong? Tidak bisa

bukan? Itulah sebabnya mengapa Kekristenan terlihat tidak bisa

berkembang atau tidak bertumbuh, sebab kita ini sering kali tidak

bertumbuh dalam Tuhan. Kita menjadi orang-orang Kristen yang

tidak berbuah dan sebagai akibatnya kesaksian hidup orang percaya

lemah.

Bagaimana supaya orang Kristen dapat mengerjakan misinya

dalam dunia ini?

91

Mengumpulkan Informasi

1. Firman Tuhan

Yesus berdoa supaya murid-muridnya dikuduskan oleh

Firman Tuhan (lih. 1 Yohanes 17:17). Firman Tuhan berkuasa

menguduskan hidup manusia. Dalam 1 Petrus 1:22-23, ditegaskan

oleh Petrus bahwa Firman Tuhan itu berkuasa untuk melahirbarukan

manusia dan membuat manusia mengalami karya pembaruan.

Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan

kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan

kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu

bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap

hatimu. Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan

dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana,

oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.

Dalam Alkitab kita menemukan banyak contoh orang-orang

yang diubahkan oleh Firman Tuhan. Gereja mula-mula dan gereja di

kota Tesalonika adalah contoh nyata jemaat-jemaat yang

mengalami kuasa pembaruan dari Firman Tuhan.

Dalam kisah Para Rasul, Alkitab mencatat bahwa orang-

orang Yahudi di Tesalonika pada awalnya tidak memiliki kualitas

hidup yang baik, namun beberapa tahun kemudian, Rasul Paulus

menyaksikan bahwa hidup mereka berbuah.

Tetapi pada malam itu juga segera saudara-saudara di

situ menyuruh Paulus dan Silas berangkat ke Berea.

Setibanya di situ pergilah mereka ke rumah ibadat orang

Yahudi. Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya

dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena

mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan

hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk

mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.

Kisah Para Rasul 17:10-11

Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut

Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah

menerima firman itu dengan sukacita yang dikerjakan

oleh Roh Kudus, sehingga kamu telah menjadi teladan

untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia

dan Akhaya.

1 Tesalonika 1:6-7

92

Mengamati

Menanya

Mengumpulkan Informasi

Menalar

2. Tidak kompromi dengan kejahatan

Salah satu hal yang membuat orang Kristen tidak dapat

menyaksikan Tuhan dalam dunia ini adalah sebab ia kompromi

dengan kejahatan. Itulah yang menyebabkan Yesus berdoa supaya

murid-murid Tuhan dijaga dan dipelihara dari yang jahat. Sikap yang

toleran terhadap kejahatan membuat kehidupan sesorang menjadi

“batu sandungan.”

Diskusikanlah

Carilah beberapa tokoh dalam Alkitab yang hidupnya tidak

berkompromi dengan dosa! Carilah tahu mengapa mereka dapat

memiliki sikap yang demikian?

Paul Borthwick mengingatkan

kita mengenai tiga sikap yang harus

dihindari saat kita hadir dalam dunia

ini, yakni: (1) sikap melindungi diri, (2)

sikap memusuhi, dan (3) sikap bunglon.

Ketiga sikap tersebut membuat orang-

orang Kristen tidak dapat bersaksi bagi

Kristus. Sebaliknya umat Tuhan

seharusnya (1) mau mencari mereka

yang terhilang, (2) memiliki hati yang

rela berkorban, (3) memiliki komitmen

untuk hidup sebagai wakil Allah.

Kesaksian hidup orang percaya juga harus nyata saat mereka

dalam penderitaan. Dalam kitab Wahyu, Tuhan memuji jemaat

Smirna karena mereka tidak kompromi dengan kejahatan walaupun

mereka harus hidup dalam kesusahan, penderitaan dan kemiskinan.

Saat seseorang mengalami penderitaan, ia biasanya membuat

berbagai rasionalisasi untuk mengatakan bahwa (1) adalah hal yang

wajar kalau kita berdosa; (2) semua orang dalam dunia ini

melakukan hal yang sama (3) Allah pasti maklum dengan

keterbatasan kita dalam dunia ini. Hal ini membuat kita tidak dapat

bersaksi ditengah-tengah dunia ini disebabkan sikap orang-orang

Kristen yang kompromi dengan dosa dan kejahatan. Kita tidak dapat

menunjukkan hal yang benar jika kita hidup dengan tidak benar.

Itulah sebabnya, menjadi umat Tuhan yang tegas dengan hal-hal

yang benar dan hal-hal yang salah merupkan cara yang efektif dalam

menunjukkan kesaksian hidup mereka dalam dunia ini.

93

E. Penutup

Orang-orang percaya diutus Tuhan ke dunia. Ini adalah

panggilan Tuhan atas gereja-Nya. Ia tidak memanggil kita langsung

masuk surga sebab Ia memiliki tugas bagi

gereja, yakni untuk hadir dalam dunia ini

memperlihatkan dan menyaksikan Tuhan

melalui kehidupan dan kesaksian mereka.

Purnawan Tenibemas telah menunjukkan

bagaimana pemberitaan injil begitu

penting untuk dikerjakan gereja;

penjangkauan terhadap mereka yang

belum mengenal Tuhan selama satu abad

tidak mencapai sepertiga dari jumlah

penduduk bumi dan Kekristenan pun

mengalami perturunan signifikan.

Untuk memenuhi panggilan ini, Tuhan mengaruniakan Roh

Kudus kepada kita supaya kita mampu menjalani panggilan kita

dalam bersaksi dalam dunia ini. Roh Kudus-lah yang akan

mengajarkan kita bagaimana menyampaikan Firman Tuhan dan Ia

juga yang akan berkarya dalam meyakinkan manusia mengenai dosa

dan menyerahkan hidupnya pada Kristus.

Tuhan juga telah mengaruniakan Firman Tuhan bagi kita

untuk menjadi “senjata rohani” dalam memberitakan injil. Firman

Tuhan mempu membawa manusia kepada pertobatan; itulah

sebabnya dalam proses menyaksikan Tuhan, berita yang harus

disampaikan bukanlah terutama mengenai diri kita sendiri tetapi

mengenai Yesus yang diberitakan oleh Firman Tuhan. Kesaksian kita

penting dalam pemberitaan injil tetapi tidak boleh menggantikan

berita injil.

Kehidupan yang saleh juga menjadi aspek utama dalam

memenuhi panggilan menjadi orang-orang yang diutus Tuhan dalam

dunia ini. Kita tidak mungkin dapat meyakinkan seorang pun untuk

percaya kepada Yesus, jika hidup kita menjadi batu sandungan bagi

mereka.

94

Mengkomuni kasikan

Ringkasan

1. Terminologi dunia dalam Alkitab dapat menunjuk pada bumi

dan manusia yang tinggal dalamnya ataupun menunjuk pada

sistem dunia dan orang-orang berdosa yang melawan Tuhan.

2. Tuhan memanggil orang-orang percaya untuk tetap hadir

dan tinggal dalam dunia untuk melanjutkan apa yang Tuhan

sedang kerjakan dalam dunia ini.

3. Gereja dipanggil Tuhan untuk membawa dunia ini kembali

kepada tujuan penciptaannya, yakni untuk melayani Tuhan.

Ayat Hafalan

Sebab TUHAN tidak akan membuang umat-Nya, sebab nama-

Nya yang besar. Bukankah TUHAN telah berkenan untuk

membuat kamu menjadi umat-Nya? Mengenai aku, jauhlah

dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti

mendoakan kamu; aku akan mengajarkan kepadamu jalan

yang baik dan lurus. Hanya takutlah akan TUHAN dan setialah

beribadah kepada-Nya dengan segenap hatimu, sebab

ketahuilah, betapa besarnya hal-hal yang dilakukan-Nya di

antara kamu.

1 Samuel 12:22-24

Aktivitas

Bacalah 10 surat kabar dengan waktu yang berbeda dan carilah 5

kejahatan yang paling banyak terjadi; berbagai kejatahan yang

terjadi dalam dunia menyadarkan kita bahwa manusia adalah

mahluk yang berdosa dan membutuhkan keselamatan.

Bacaan Lebih Lanjut

Borthwick, Paul. Stop Witnessing and Start Loving. Malang: SAAT,

2004. Bab 7.

Tenibemas, Purnawan. Misi yang Membumi. Bandung: Sekolah

Alkitab Tiranus, 2011. Chapter 1.

Venema, H. Hidup Baru: Orang Kristen dalam Konteks Kebudayaan

Setempat. Jakarta: Litindo, 2006. Bab 2.

95

96

Mengamati

Mengumpulkan Informasi

Menanya

Menalar

Pelajaran 6

Panggilan Memuridkan

A. Pendahuluan

Pelayanan misi melibatkan berbagai aspek. Banyak orang

menganggap bahwa pelayanan misi terutama terkait dengan

pemberitaan injil. Walaupun dalam pelayanan misi, pemberitaan injil

memang menempati peran yang penting, namun pelayanan misi juga

melibatkan untur penting lainnya yakni memuridkan. Pemberitaan

injil dan memuridkan mereka yang menerima berita injil merupakan

bagian penting dalam pelayanan misi.

Itulah sebabnya, dalam Amanat Agung Tuhan Yesus, Ia

meminta murid-murid-Nya bukan hanya pergi untuk memberitakan

injil tetapi juga menjadikan semua bangsa murid Tuhan.

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan

baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh

Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang

telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku

menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Matius 28:19-20

Diskusikanlah!

Ceritakan apakah yang dilakukan oleh gereja atau lembaga pelayanan

dimana anda bergabung dalam melaksanakan perintah Tuhan untuk

memuridkan orang-orang percaya! Model pemuridan apakah yang

dilakukan dalam gereja atau lembaga anda?

Konsep memuridkan dalam Alkitab terkait dengan proses

menjadikan seseorang pengikut Yesus yang sejati. Tuhan Yesus sendiri

memanggil beberapa orang yang secara khusus dijadikan-Nya sebagai

murid-murid inti. Merekalah kedua belas Rasul yang Tuhan Yesus pilih

dan tetapkan untuk menjadi pemimpin gereja. Yudas yang

mengkhianati Yesus, kemudian digantikan oleh Matias yang juga

merupakan saksi mata dari kebangkitan Yesus. Untuk memahami

mengenai pemuridan, kita akan memulainya dengan membahas

mengenai konsep gereja yang benar.

97

Mengumpulkan Informasi

B. Pentingnya Konsep Gereja Yang Benar

Menurut Milard J. Erickson ajaran

tentang gereja adalah ajaran yang sangat

dikenal oleh orang-orang Kristen, namun

pada saat yang sama ajaran ini adalah

ajaran yang paling sering disalah mengerti.

Dari semua doktrin, ajaran tentang gereja

adalah yang kurang diminati oleh pengurus

gereja. Hal ini terjadi karena banyak orang

sering merasa sudah tahu tentang gereja,

padahal realitanya tidak demikian. Salah

satu penyebab dari kesalahpahaman

orang-orang Kristen terhadap ajaran

gereja, secara praktis, bersumber pada sikap meremehkan terhadap

pentingnya ajaran ini.

Selain alasan di atas, penyebab lain dari kesalahpahaman

orang-orang Kristen dalam memandang ajaran tentang gereja

bersumber dari penyebutan istilah “gereja” yang sering kali

diidentikkan dengan denominasi gereja tertentu atau bahkan

diidentikkan dengan gedung gereja tertentu. Hal ini tentu saja

membuat konsep dan hakikat gereja yang berpusatkan pada orang

bergeser menjadi perpusatkan pada gedung atau organisasinya.

Alasan ketiga yang menyebabkan ajaran gereja sering kali salah

dipahami adalah karena doktrin/ajaran tentang gereja tidak pernah

dibicarakan secara khusus dalam persidangan Bapa Gereja awal,

seperti halnya doktrin/ajaran tentang Yesus dan Tritunggal; di sisi yang

lain, ada banyak orang yang mulai menulis tentang gereja, namun tidak

didasari dengan pemahaman teologis [dan biblis] yang benar.

Nilai penting kedua dari pentingnya ajaran mengenai gereja

adalah sebab saat ini gereja sedang berhadapan dengan perubahan

zaman. Perubahan zaman tidak selalu buruk tetapi juga tidak selalu

baik. Jika 30 tahun lalu kita berkomunikasi melalui telpon maka

sekarang kita dapat berkomunikasi dengan menggunakan internet, jika

dulu persekutuan dilakukan secara langsung, sekarang persekutuan

dapat dilakukan secara “virtual,” semua perkembangan tersebut

tidaklah negatif. Meskipun demikian ada perkembangan zaman yang

membuat gereja terancam, misalnya saja pengaruh dari Falsafah

Postmodernisme yang dapat membawa gereja ke dalam relativisme

dalam keyakinan, khususnya dalam kaitannya dengan ajaran

keselamatan dan etika hidup umat Tuhan.

98

Menalar

Mengamati

Menanya

Perubahan dan tuntutan zaman dapat membuat gereja

kehilangan identitasnya dan panggilan utamanya. Zaman menuntut

gereja untuk berbicara bukan saja mengenai dirinya, namun harus juga

berbicara mengenai hal-hal diluar dirinya, baik itu tentang ilmu

pengetahuan, politik, hukum, kemiskinan, pencemaran, korupsi,

bencana alam, dsb. Jika gereja “bungkam” akan isu-isu riil yang

demikian, maka gereja akan kehilangan perannya sebagai “garam dan

terang dunia.” Namun, persoalannya adalah saat gereja mencoba

masuk ke dalam area-area tersebut, maka tanpa disadari identitas dan

panggilan gereja malah berubah menjadi lembaga sosial yang tidak ada

bedanya dengan lembaga sosial lainnya. Disinilah pentingnya

pengertian yang benar tentang gereja, pengertian yang benar akan

natur gereja akan membuat kita mampu berbicara dan mampu masuk

ke dalam area-area di luar gereja tanpa kehilangan identitas dan

panggilan utama kita sebagai gereja Kristus.

Banyak gereja nampaknya mulai melihat dan belajar untuk

memberikan kontribusi dalam dunia ini secara riil. Kerinduan jemaat

dan pengurus gereja untuk berpartisipasi dalam menolong sesama

manusia yang mengalami kedukaan karena berbagai bencana alam

yang terjadi memperlihatkan kerinduan dari gereja kita untuk turut

menjawab berbagai persoalan riil umat manusia. Meskipun demikian,

kita perlu berhati-hati, supaya berbagai peran sosial tersebut tidak

membuat gereja kehilangan identitas dan panggilan utamanya sebagai

gereja Tuhan di muka bumi ini dan berubah menjadi sebuah lembaga

sosial yang tidak ada bedanya dengan lembaga-lembaga sosial lainnya.

Itulah sebabnya sambil kita terus mengerjakan peran gereja kita di

muka bumi ini, termasuk dalamnya peran sosialnya, maka sangat perlu

bagi kita untuk terus menerus mempelajari, memperdalam,

mengakarkan pemahaman bergereja kita pada ajaran kitab suci.

Apakah umat Tuhan dalam gereja membutuhkan pendalaman

ajaran tentang gereja? Tentu sangat membutuhkan. Tanpa

pendalaman yang terus menerus mengenai ajaran gereja, maka kita

akan mudah salah memahami identitas dan panggilan gereja kita

dalam dunia ini. Jika gereja tidak memahami panggilannya maka gereja

juga tidak akan menjalankan pelayanan misinya.

Diskusikanlah

Carilah beberapa konsep yang tidak tepat mengenai gereja dan

jelaskan dimana kesalahan dari konsep berpikir tersebut dan

bagaimana konsep yang benar mengenai gereja?

99

Mengamati

Mengumpulkan Informasi

Menalar

C. Pengertian Gereja

Bagaimanakah kita dapat memahami gereja? Ada berbagai

cara untuk dapat memahami gereja, dua diantaranya adalah dengan

meneliti berbagai gambaran yang digunakan Alkitab untuk melukiskan

gereja dan dengan meneliti penggunaan istilah yang digunakan untuk

menyebut gereja.

Sebenarnya dalam Alkitab ada begitu banyak gambaran

mengenai gereja. Setiap gambaran tersebut memperlihatkan satu sisi

atau aspek pengenai arti dan panggilan gereja. Beberapa

penggambaran yang digunakan untuk gereja adalah sbb: (i) gereja

sebagai tubuh Kristus (menekankan peran gereja sebagai intrumen

Kristus); (2) gereja sebagai Bait Allah (menekankan kehadiran Allah

dalam jemaat); (3) gereja sebagai Umat (kepunyaan) Allah, (4) gereja

sebagai mempelai Kristus (menekankan kepemilikan Kristus).

Dalam Perjanjian Baru, istilah yang biasanya digunakan untuk

menyebut gereja adalah ekklesia. Istilah ini dapat dipahami dari

berbagai sudut pandang. Jika dipahami dalam kaitnya dengan

pembentukan kata (morfologi) maka ekklesia dapat diartikan sebagai

orang-orang yang dipanggil keluar. Istilah ek memiliki arti “dari” dan

“kaleo” memiliki arti memanggil, istilah ek-kaleo berarti “saya

memanggil dari.” Selain berdasarkan morfologi katanya, pengertian

ekklesia juga dapat dilihat dari tradisi yang melatarbelakanginya.

Istilah ekklesia ini memiliki pengertian yang terkait dengan konsep

“umat” dalam PL dan “warga kota” dalam budaya Yunani.

Meskipun istilah ekklesia merupakan istilah yang penting

dalam Perjanjian Baru, namun tidak semua literatur Perjanjian Baru

menggunakan istilah tersebut. Sebagai contoh, dalam Injil Sinoptik

(Matius, Markus dan Lukas) istilah tersebut hanya muncul 2 kali saja,

itupun dalam kitab yang sama yakni Matius (ps. 16:18 dan ps. 18:17).

Hal ini tentu membuat kita bertanya-tanya, mengapa bisa demikian?

Jawabannya adalah sebab Injil Sinoptik memiliki cara yang berbeda

dalam melihat seperti apakah dan bagaimanakah gereja itu. Cara

pandang yang berbeda ini, tentu saja tidak boleh dipahami sebagai

sebuah kontradiksi, namun harus dipahami sebagai sebuah kekayaan.

Dalam pelajaran ini, kita perlu melihat dan mempelajari konsep

mengenai gereja dalam aspek/sisi yang berbeda dari konsep mengenai

gereja yang biasa diajarkan, yakni gereja sebagai komunitas murid

Kristus. Konsep gereja seperti ini dapat kita lihat dalam injil Matius,

dimana penulis Alkitab menunjukkan pentingnya “pemuridan” dalam

proses pemberitaan injil dan penyebarluasan Kerajaan Allah.

100

Mengumpulkan Informasi

Menanya

D. Gereja Sebagai Komunitas Murid Kristus

Dalam injil Matius, tema mengenai “murid-murid Tuhan”

adalah penting. Ada 5 tokoh yang sering dibicarakan, dari kelima tokoh

ini, murid-murid Yesus merupakan salah satunya (keempat tokoh lain

yang juga dibicarakan Matius adalah orang banyak, bangsa bukan

Yahudi, pemimpin Yahudi dan orang-orang yang datang kepada Yesus

karena sakit atau pergumulan tertentu). Sejak awal pelayanan Yesus

sampai kepada kenaikan-Nya, tema sentral dari pengajaran-Nya

adalah hubungan Yesus dengan murid-murid-Nya. Ini berarti tema

menjadi murid Tuhan adalah tema penting dalam injil Matius.

Menurut Terence L. Donaldson, dalam artikel yang dituliskan

dalam buku Patterns of Discipleship in the

New Testament (diedit oleh Richard N.

Longenecker), kisah atau pengalaman

murid-murid Tuhan ketika bersama-sama

dengan Kristus diceritakan dalam rangka

memperlihatkan demikianlah pengalaman

seorang Kristen dalam menjadi murid

Kristus. Hal yang positif dan negatif dari

pengalaman murid-murid Tuhan dilihat

sebagai contoh atau teladan bagi umat

Tuhan yang lain. Jadi, bagi Matius dan

komunitas Kristen yang menjadi pembaca

injilnya, perjalanan hidup dalam menjadi seorang Kristen identik

dengan perjalanan hidup menjadi murid-murid Yesus.

Siapakah yang dimaksudkan dengan murid Kristus? Istilah

murid merupakan istilah yang sangat umum digunakan dalam

kehidupan masyarakat Yahudi dan Yunani di abad pertama Masehi.

Meskipun demikian, dalam konteks Matius, murid adalah orang yang

mengambil keputusan untuk bertobat dan mengikuti Yesus. Menurut

Richard N. Longenecker, (dalam artikel yang dituliskan dalam buku

Patterns of Discipleship in the New Testament) dalam injil-injil Kanonis

(Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) orang-orang yang mengikut

Yesus dipandang identik dengan menjadi murid-murid Yesus.

Diskusikanlah!

Dalam pendidikan, para peserta didik juga disebut sebagai murid.

Jelaskan apakah tugas-tugas umum dari seorang murid dan apakah

hal-hal tersebut dapat dikaitkan dengan panggilan murid Yesus?

101

Mengumpulkan Informasi

Lalu apakah panggilan dari

murid-murid Tuhan ini? Panggilan

mereka adalah untuk menjadikan orang-

orang yang percaya Yesus murid-murid

Kristus. Karena panggilan inilah maka

gereja dapat dikatakan sebagai

komunitas murid Kristus, komunitas dari

orang-orang yang menjadi murid Kristus

dan orang yang yang terpanggil untuk

menjadikan semua bangsa murid

Kristus. Donald Guthrie mengatakan

dalam injil Matius, yang dimaksudkan

dengan gereja (ekklesia) adalah “sekelompok orang [komunitas] yang

dianggap-Nya sebagai milik-Nya dan yang diwakili oleh murid-murid-

Nya.” Jadi, gagasan bahwa pemuridan merupakan bagian penting dari

misi yang Tuhan kerjakan adalah bagian dari ajaran Alkitab sendiri.

Salah satu bagian Alkitab yang memperlihatkan panggilan

gereja sebagai komunitas murid Kristus adalah Matius 28:18-19.

Dalam teks ini, Tuhan Yesus tidak memisahkan antara panggilan untuk

memberitakan injil dan memuridkan.

"Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di

bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah murid semua bangsa,

baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh

Kudus, dan ajarlah mereka untuk memeliharakan/ menjaga/

memegang segala sesuatu yang telah Kuperintahkan

kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa

sampai kepada akhir zaman."

[terjemahan harafiah dari Matius 28:18-19)

Peristiwa kenaikan Yesus dan pemberian Mandat Agung

kepada murid-murid-Nya menempati posisi penting dalam pelayanan

Yesus. Dalam peristiwa ini, Yesus sesungguhnya sedang menyerahkan

tongkat estafet kepelayanan-Nya kepada murid-murid-Nya. Ini berarti

mandat yang Yesus berikan merupakan panggilan yang harus menjadi

tugas utama mereka. Apakah mandat yang menjadi panggilan utama

dari murid-murid Tuhan? Jawabannya adalah panggilan untuk

menjadikan semua bangsa murid-murid Tuhan. Tuhan Yesus telah

memuridkan murid-murid-Nya yang pertama, dan mereka sekarang

harus melanjutkan apa yang Tuhan Yesus lakukan dengan melakukan

hal yang sama seperti yang dikerjakan-Nya.

102

Menanya

Saat Tuhan Yesus berkata “Kepada-Ku telah diberikan segala

kuasa di surga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua

bangsa murid-Ku dan baptislah mereka … dan ajarlah mereka … .”

Istilah “karena itu” yang Yesus gunakan memperlihatkan adanya

“penyerahan kuasa” yang Yesus miliki kepada murid-murid-Nya

sehingga walaupun mereka tetaplah memiliki status sebagai murid-

murid Tuhan, namun sekarang mereka telah menjadi “representasi”

atau “wakil” dari Kristus sendiri. Itulah sebabnya mereka memiliki

otoritas untuk memuridkan orang-orang yang percaya kepada Yesus

melalui pemberitaan injil.

Dalam bagian ini kita melihat bahwa tugas utama dari murid-

murid Tuhan adalah memuridkan. Menurut Michael Green, saat

Matius mengaitkan antara panggilan untuk

memberitakan injil dan mengajar umat

untuk mengerti dan menaati setiap Firman

Tuhan, memperlihatkan keyakinan mereka

bahwa orang-orang yang kemudian

percaya, tidak cukup hanya percaya dan

dibaptiskan dalam nama Allah Tritunggal,

namun mereka harus dibentuk menjadi

murid-murid Kristus, sebagaimana dulu

para rasul pertama dibentuk Yesus. Istilah

“ajarlah mereka untuk menjaga/

memelihara/memegang segala yang

kuperintahkan kepadamu,” memperlihatkan bahwa setelah seseorang

percaya dan dibaptiskan maka mereka kemudian dibawa untuk masuk

ke dalam proses menjadi murid Kristus.

Dalam Matius 28:18-19 juga ditegaskan bahwa tugas utama

dalam memuridkan adalah “mengajar.” Sebagaimana Yesus mengajar

dua belas murid dalam rangka “memuridkan” mereka, demikianlah

“mengajar” menjadi bagian penting dalam proses “menjadikan orang-

orang percaya murid Kristus.”

Diskusikanlah!

Untuk menjadi seorang murid, seseorang harus memiliki komitmen

untuk belajar dengan tekun dan memiliki disiplin diri yang kuat.

Jelaskan apakah ketekunan dan disiplin terhadap komitmen untuk

belajar Firman Tuhan ada dalam kehidupan orang-orang Kristen masa

kini? Jelaskan jawaban anda!

103

Mengumpulkan

Informasi

Menalar

David Hill, dalam tafsiran terhadap

injil Matius yang dibuatnya, menjelaskan

bahwa perkataan Tuhan Yesus bahwa Ia

akan menyertai murid-murid-Nya sampai

akhir zaman memperlihatkan bahwa

panggilan Yesus, untuk memuridkan semua

bangsa tidak terbatas pada zaman para

Rasul hidup saja, namun berlaku untuk

semua era dan zaman sejak Yesus

memberikan mandat tersebut sampai akhir

zaman nanti.

Jadi, panggilan gereja adalah

menjadikan semua bangsa murid Yesus.

Hal ini menegaskan bahwa panggilan gereja bukan hanya membawa

seseorang kepada Kristus, namun memuridkan mereka sehingga

menjadi orang yang mempunyai kualitas murid Kristus.

Kriteria murid Kristus adalah sbb: 1) Memiliki sikap dan

hubungan yang benar dengan Allah dan Kristus; dalam injil Matius

diperlihatkan bahwa setiap orang yang hendak menjadi pengikut

Kristus = murid Yesus = warga Kerajaan Allah, mereka haruslah rela

meninggalkan segala sesuatu, memiliki iman (dedikasi yang total) pada

Yesus dan Allah, serta menjadikan kehendak Allah sebagai segala-

galanya. 2) Memiliki sikap dan hubungan yang benar dengan sesama

jemaat Tuhan; dua karakteristik dari anggota komunitas murid Kristus

adalah kasih dan pengampunan. 3) Memiliki sikap yang benar

terhadap dunia ini; setiap murid Kristus hendaknya memiliki visi dan

misi yang sama yakni menjadikan setiap orang murid Yesus baik

melalui kehidupan maupun pengajaran.

Konsep komunitas Matius yang memandang bahwa mereka

adalah komunitas murid Kristus membawa dampak yang luar biasa

bagi diri mereka dan komunitas gereja. Mengapa komunitas Matius

yang pada mulanya merupakan sebuah komunitas yang “eksklusif”

(terbuka hanya pada orang-orang Yahudi saja) kemudian mampu

berubah menjadi komunitas yang “inklusif?” Itu karena mereka bukan

saja berorientasi pada menjangkau orang namun berorientasi dalam

menjadikan setiap orang percaya murid Kristus. Dalam refleksi mereka

mengenai mengenai siapa diri mereka sebagai murid Kristus, mereka

kemudian menyadari bahwa bangsa yang dikasihi Allah bukan hanya

bangsa Yahudi, namun segala bangsa. Itulah sebabnya mereka

kemudian mau terbuka dengan segala bangsa.

104

Mengumpulkan

Informasi

Mengamati

Menalar

Dalam silsilah Tuhan Yesus

(Mat. 1:1-17), Matius menyebutkan

4 nama perempuan. Pembaca injil

Matius adalah orang-orang Yahudi.

Ben Witherington III mengatakan

bahwa orang-orang Yahudi tidak

memandang laki-kali dan

perempuan sederajat. Itulah

sebabnya, jika Matius dalam silsilah

Yesus menyebutkan nama-nama

perempuan, misalnya saja Rut, hal

ini memperlihatkan bahwa

komunitas pembaca injil Matius

yang merupakan komunitas yang

sebelumnya tertutup dengan kaum

perempuan tetapi menjadi komunitas yang terbuka dengan

perempuan? Karena setiap jemaat dalam komunitas mereka dibentuk

bukan sekadar menjadi orang Kristen biasa, namun menjadi orang-

orang Kristen dengan kualitas murid Kristus. Sebagai orang-orang yang

mengerti betul apa yang diajarkan oleh Kristus, mereka akhirnya

terbuka dengan perubahan, rela membuang segala tradisi yang

berlawanan dengan ajaran dan kehendak Kristus.

Mengapa komunitas Matius yang tidak terbiasa memanggil

Allah dengan sebutan Bapa, kemudian mereka menjadi komunitas

yang dapat mengalami transformasi pemahaman dan spiritualitas

sehingga dalam injilnya begitu banyak sebutan Bapa diberikan pada

Allah? Sebab mereka bukan hanya menjadi orang Kristen biasa, namun

menjadi seorang Kristen dengan kualitas murid Kristus. Ketekunan

mereka dalam mempelajari Firman Tuhan membuat mereka

mengalami transformasi hidup. Inilah peran utama dari pemuridan

dalam iman Kristen.

Jadi, kita melihat kesadaran bahwa gereja dipanggil bukan

hanya untuk memberitakan injil, namun juga dipanggil untuk

membentuk kehidupan orang-orang yang percaya kepada berita injil

tersebut menjadi orang-orang yang memiliki kualitas sebagai murid-

murid Kristus akan melahirkan gereja yang sehat, melahirkan umat-

umat yang berkualitas dan berakar pada kebenaran-kebenaran Tuhan.

Dalam pelayanan misi, pemuridan dan pemberitaan ini merupakan

satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan. Adakalanya seseorang

justru menjadi percaya kepada Tuhan dalam proses pemuridan.

105

Mengumpulkan Informasi

Menanya

Menalar

Ada banyak orang Kristen

memandang bahwa memuridkan adalah

bagian dari pelayanan dan program gereja.

James E. White menuliskan ada 5 tujuan

atau aktivitas gereja yakni pemuridan,

persekutuan, ibadah, pelayanan dan

penginjilan. Demikian juga dengan Rick

Warren, ia pun memandang pemuridan

adalah satu dari 5 tujuan pelayanan gereja.

Meskipun demikian, panggilan

dalam menjadikan murid sesungguhnya

bukanlah salah satu bagian dari tugas

gereja, namun satu-satunya tugas utama gereja. Panggilan Tuhan bagi

gereja untuk bersekutu pada dasarnya adalah upaya untuk menjadikan

umat sebagai murid-murid Kristus. Panggilan Tuhan bagi gereja untuk

beribadah pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yakni untuk

membentuk orang-orang yang beribadah menjadi murid-murid

Kristus. Panggilan Tuhan bagi gereja untuk memberitakan injil

merupakan bagian dari upaya menjadikan orang-orang yang belum

mengenal Tuhan sebagai murid Kristus. Panggilan Tuhan bagi gereja

untuk melayani sesama jemaat merupakan bentuk pelatihan murid

Kristus dalam kaitannya dengan sesama anggota komunitas jemaat.

Diskusikanlah!

Kegiatan apakah yang paling banyak dilakukan orang-orang Kristen

dalam gereja? Apakah program pemuridan merupakan bagian penting

dalam gereja anda?

Dengan demikian, komitmen gereja tidaklah boleh berhenti

pada giat memberitakan injil, namun harus dilanjutkan dengan

membentuk orang-orang percaya menjadi murid-murid Kristus. Gereja

seharusnya mengikuti teladan Matius dan komunitas yang menjadi

pembaca injilnya untuk menjadikan panggilan menjadi orang-orang

yang mempunyai kualitas murid Kristus menjadi panggilan utama

gereja. Lalu apakah yang harus dilakukan oleh gereja untuk

menjadikan jemaatnya sebagai komunitas murid Kristus? Kita harus

berjuang untuk meningkatkan kualitas pengajaran dalam gereja kita

bukan saja bagi setiap pengurus inti jemaat (penatua dan diaken),

tetapi bagi semua orang yang terlibat dalam pelayanan, baik sebagai

pengurus bidang dan komisi dan jemaat umum lainnya.

106

Mengumpulkan Informasi

Ada beberapa tantangan bagi gereja kita dalam menekankan

pentingnya pengajaran. Pertama, Menurut survey yang dicatat oleh

James E. White, mengenai penurunan jumlah orang Kristen dalam

ibadah di Amerika, ditemukan bahwa dua penyebab utama orang-

orang Kristen tidak mau datang ke gereja adalah (i) mereka merasa

tidak mendapatkan apa-apa saat ke gereja; (ii) mereka melihat adanya

banyak masalah yang muncul dalam gereja.

Tantangan kedua adalah secara kultur dan kebiasaan, ada

banyak masyarakat dan komunitas yang ternyata didapati tidak suka

belajar. Ada sebuah survey yang mengatakan bahwa orang yang paling

suka belajar itu adalah orang-orang dari Jepang; Orang-orang dari

Singapore termasuk orang yang suka belajar, indeks kemauan belajar

orang mereka berdasarkan survey tersebut adalah 0.45, ini berarti dari

setiap 100 orang singapore, 45 diantaranya suka belajar. Bagaimana

dengan anda? Apakah kita termasuk sebagai orang yang suka belajar?

Realitas bagaimana banyak orang Kristen tidak hadir ke gereja

karena mereka merasakan tidak mendapatkan “apa-apa,” dapat

membuat gereja kemudian merubah dirinya menjadi tempat orang

mendapatkan entertainment “hiburan.” Pertanyaannya adalah apakah

dengan menjadikan gereja sebagai tempat orang Kristen mendapatkan

apa yang ingin didengarnya akan membuat mereka setia dalam

bergereja? Jawabannya adalah tidak. Yang harus dilakukan oleh gereja

adalah mencari tahu apakah yang paling dibutuhkan oleh semua

manusia, hal itulah yang harus ada memberikan pada setiap orang

Kristen apa yang paling mereka butuhkan, yakni ajaran yang sehat.

Hal apakah yang membuat gereja penuh dengan masalah?

Penyebabnya adalah karena jemaat tidak dewasa, itulah sebabnya

banyak muncul masalah dalam jemaat, dan dampak langsungnya

adalah gereja mulai ditinggalkan jemaatnya. Solusi dari persoalan ini

adalah pengajaran yang sehat. Pengajaran yang benar dapat

memperbaiki kelakukan sekaligus juga menjadi makanan rohani bagi

jemaat sehingga dapat bertumbuh dengan benar.

Terkait dengan persoalan ketiga, kita patut bertanya apakah

realitas bahwa orang Kristen tidak suka belajar akan membuat kita

berhenti untuk mengajak jemaat belajar dan berhenti mengajarkan

kebenaran-kebenaran Tuhan pada mereka karena merasa bahwa

peminatnya kurang?

Pentingnya gereja dalam mengajarkan ajaran yang benar

dilihat juga oleh Yohanes Calvin, itulah sebabnya ia menulis demikian:

107

Menalar

“… melalui iman, Kristus menjadi kepunyaan kita dan kita

ikut mendapat bagian dalam keselamatan … Tetapi kita

tidak terdidik dan lamban, dan akal kita tidak tetap,

sehingga kita memerlukan sarana

dari luar [gereja] agar dalam diri

kita dilahirkan dan ditumbuhkan

iman dan iman itu maju sampai

tercapai tujuan akhir. Maka

sarana itu pun [gereja] telah

disediakan pula oleh Allah untuk

menolong kelemahan kita …

Allah telah menetapkan

gembala-gembala dan pengajar-

pengajar … supaya melalui mulut

mereka Dia memberi umat-Nya

pengajaran … .”

Dalam bagian yang lain dari

Institutio, Calvin juga berkata “Kita

melihat bagaimana Allah, yang dapat

saja membuat umat-Nya sempurna

dalam sekejap mata, tidak

mengkehendaki mereka mencapai

kedewasaan kecuali melalui

pendidikan gereja.” Untuk menjadi

komunitas murid Kristus maka gereja

arus berani untuk melakukan disiplin

gereja yang benar. Maka dalam

pelayanan misi, pendidikan umat (pemuridan) merupakan

instrumen yang dipandang penting dalam pendewasaan jemaat.

Gereja sekarang berada dalam zaman yang berubah. Ada

begitu banyak tantangan dalam dunia ini sehingga banyak gereja

mulai berpikir untuk mengakomodasi apa yang menjadi tren dalam

dunia. Itulah yang menyebabkan gereja kehilangan identitasnya dan

mulai menjadi komunitas yang sama dengan dunia. Pemuridan

menjadi antidote “obat” untuk kondisi gereja yang mulai terbawa

arus dunia. Pemuridan akan memberikan kepada setiap orang

Kristen dasar-dasar iman dan juga menanamkan nilai-nilai dari iman

Kristen yang akan mempengaruhi cara berpikir dan sikap hidup

anak-anak Tuhan

108

E. Penutup

Pemuridan adalah perintah Tuhan. Kerena itulah, gereja

harus melakukan pemuridan. Pemuridan bahkan menjadi salah satu

ciri dari gereja yang sehat. Tanpa adanya pemuridan, jemaat tidak

dapat bertumbuh dan sebagai akibatnya orang-orang Kristen yang

ada dalam gereja menjadi bermasalah dan gereja pun menjadi tidak

dapat berkembang. Itulah sebabnya, pemuridan menjadi

komponen penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan

sebuah gereja.

Tuhan memerintahkan supaya memuridan dijadikan

instrumen dalam menghadirkan Kerajaan Allah di bumi. Hal ini

berarti pemuridan merupakan instrumen bagi pelayanan misi. Hal

ini juga menegaskan bahwa pelayanan misi tidak berhenti pada

panggilan dalam memberitakan injil tetapi panggilan untuk

membentuk setiap orang percaya menjadi pengikut Yesus yang

berkualitas, misalnya saja, tidak mudah diombangambingkan ajaran

yang salah dan teguh saat mereka berhadapan dengan penderitaan

atau kesulitan-kesulitan hidup.

Pemuridan membutuhkan komitmen. Dunia membentuk

kehidupan manusia menjadi komunitas yang ingin serba mudah.

Bukan hanya itu, dunia mengajarkan dan membentuk manusia

menjadi komunitas yang ingin serba cepat. Meskipun demikian,

pertumbuhan dan pembentukan iman jemaat membutuhkan

waktu dan proses. Demikian juga dengan sebuah pemuridan,

seseorang membutuhkan proses untuk dapat menjalaninya. Untuk

itulah, pemuridan tidak mudah untuk dilakukan di era pascamodern

ini dan saat gereja hendak melakukannya kita membutuhkan

komitmen yang total.

Pemuridan membutuhkan komitmen dan kerja kerjas. Ada

kalanya seseorang harus membayar harga untuk dapat mengikuti

sebuah proses pemuridan. Baik gereja maupun jemaat yang

dilayani harus memiliki komitmen yang sama besar dalam

mengerjakan panggilan Tuhan untuk memuridkan semua orang-

orang yang percaya kepada Yesus.

109

Mengkomuni kasikan

Ringkasan

1. Memahami ajaran yang benar tentang gereja sangat penting

sebab pemahaman tersebut akan mempengaruhi pelayanan

gereja.

2. Gereja dapat dipahami bukan sekadar sebagai kumpulan

orang percaya tetapi kumpulan murid Kristus.

3. Sebagai komunitas murid Kristus, orang-orang percaya

memiliki panggilan untuk bukan hanya memberitakan injil

tetapi juga memuridkan.

4. Pemberitaan injil dan pemuridan merupakan kesatuan yang

tidak terpisahkan.

Ayat Hafalan Tetapi apabila aku berpikir: "Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak

mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya", maka dalam hatiku

ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam

tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku

tidak sanggup.

Yeremia 20:9

Aktivitas

Bagilah peserta kelas menjadi dua dan carilah lagu dengan tema

“gereja” dan nyanyiankanlah lagu tersebut serta buatlah Gerakan-

gerekan (bisa berbentuk tarian) untuk mengekspresikan lirik lagu

tersebut.

Bacaan Lanjutan Bosch, David K. Transformasi Misi Kristen: Sejarah Teologi Misi yang Mengubah dan Berubah. Jakarta: BPK, 1997. Bab 2. Dever, Mark. Nine Marks of a Healty Church. Wheaton: Crossway, 2013. Bab 5,8. White, James E. Rethinking the Church: A Challenge to Creative Redesign in an Age of Transition. Grand Rapids: Baker, 2003. Bab 2-3.

110

111

Mengamati

Menanya

Mengamati

Pelajaran 7

Bersatunya Langit dan Bumi

A. Pendahuluan Ada dua pandangan yang ekstrem dari orang Kristen dalam

memandang kaitan hidup Kristen dengan dunia. Ekstrem yang

pertama adalah sikap orang Kristen yang larut dengan pola hidup

dunia. Orang-orang Kristen hidup sama dengan dunia ini. Jika orang-

orang di sekitarnya menjalankan usaha yang tidak jujur, ia pun

melakukan hal yang sama.

SIkap ekstrem yang yang kedua adalah sikap orang Kristen yang

anti dengan dunia. Mereka memilih untuk tidak mau terlibat dalam

kehidupan dunia dan memandang bahwa dunia ini dipenuhi oleh dosa

dan kejahatan sehingga cara dan sikap hidup yang paling baik, menurut

mereka adalah dengan hidup jauh/terasing dari dunia ini. Kehidupan

seperti ini cenderung membiara dan tidak mau tahu dengan berbagai

urusan dunia.

DIskusikanlah!

Mengapa sebagian orang Kristen hidup larut dalam dunia dan sebagian

yang lainnya anti dengan dunia? Menurut anda sikap mana yang lebih

baik?

Ada banyak orang Kristen yang sadar ataupun tidak memiliki

sikap atau pemikiran yang sama dengan dua pandangan ekstrem di

atas. Sebagian kita mungkin menganggap bahwa dunia ini bukanlah

tempat kita; kita harus menghindari dunia sebab dunia ini kotor dan

berdosa. Sebagian yang lain, menganggap bahwa dalam Kristus, anak-

anak Tuhan sudah dilepaskan dari dosa sehingga boleh memiliki

kehidupan yang hedonis. Sikap anti dunia adalah salah; demikian juga

dengan sikap “larut” dengan dunia; jika demikian sikap yang benar

seperti apa?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus memahami

apa yang menjadi visi Tuhan bagi dunia ini. Jika kita memahami apa

yang Dia kehendaki, kita dapat mulai memikirkan sikap yang benar

yang seharusnya dimiliki orang-orang Kristen terhadap dunia ini.

112

Mengumpulkan Informasi

B. Visi Tuhan: Bersatunya Langit dan Bumi

Apakah yang menjadi visi Tuhan bagi dunia ini? Dalam Alkitab

kita menemukan bahwa Ia ternyata mengasihi dunia ini dan Ia

mempunyai rencana yang indah bagi dunia ini. Walaupun Alkitab

menyatakan bahwa dunia ini akan hancur, namun hal ini tentu tidak

berarti bahwa dunia ini akan dimusnahkan oleh Tuhan.

Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu

langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan

unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi

dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Jadi, jika

segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci

dan salehnya kamu harus hidup

2 Petrus 3:10-11

Dalam suratnya kepada Jemaat Efesus, Rasul Paulus

menegaskan bahwa ada satu rahasia penting dari rencana Allah, yakni

menjadikan satu apa yang ada di surga dan di bumi.

Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang

dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala

berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah

memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan

tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah

menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk

menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-

Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang

dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-

Nya. Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh

penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan

kasih karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam

segala hikmat dan pengertian. Sebab Ia telah menyatakan

rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana

kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah

ditetapkan-Nya di dalam Kristus sebagai persiapan

kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus

sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun

yang di bumi.

Efesus 1:3-10

113

Menalar

Menanya

Saat kita membaca uraian pemikiran yang Paulus tuliskan

dalam Efesus 1:3-10; kita cenderung untuk hanya memperhatikan sisi

“karunia Tuhan” yang sifatnya personal dalam hidup kita; padahal teks

ini membicarakan bukan saja mengenai “karunia Tuhan” dalam

kehidupan kita secara personal, namun juga membicarakan mengenai

“tujuan dari pemberian karunia tersebut bagi kita, yakni supaya kita

menjadi model bagi bersatunya langit dan bumi.”

Rasul Paulus membicarakan mengenai karunia yang bersifat

personal apakah yang seseorang dapatkan ketika ia ada dalam Kristus?

Paulus menyebutkan apa yang diperoleh seseorang dalam Tuhan

sebagai “berkat rohani di dalam surga.” Jadi, Rasul Paulus mengatakan

dalam diri orang-orang Kristen apa yang sebelumnya ada dalam surga

sekarang telah turun dalam dunia dan hadir dalam kehidupan

manusia/orang-orang percaya. Inilah yang dimasudkan “bersatunya

langit dan bumi.”

Rasul Paulus juga menjelaskan bahwa dalam Kristus, kita

menerima panggilan yang begitu berharga dari Allah untuk menjadi

umat pilihan-Nya; umat yang kudus dan tak bercacat dihadapan-Nya.

Paulus juga mengatakan bahwa dalam Kristus, kita menerima

panggilan yang begitu berharga dari Allah yang menjadikan kita

sebagai anak-anak Allah. Selain itu, Paulus juga mengatakan bahwa

dalam Kristus, kita menerima apa yang paling manusia cari dan

butuhkan yakni penebusan. Semua anugerah tersebut pada dasarnya

bukan datang dari dunia ini tetapi dari surga; meskipun demikian,

dalam Kristus, apa yang seharusnya diterima kelak, saat ini telah turun

dalam dunia melalui kehidupan orang-orang percaya.

Semua karunia yang Tuhan berikan kepada orang yang ada

dalam Kristus dasarnya adalah anugerah Tuhan dan bukan karena

kelayakan atau kepantasan kita dan juga bukan karena usaha kita. Hal

ini berarti Tuhan memberikan karunia-karunia rohani sebagai

“hadiah.” Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa pemberian

(anuegrah) tersebut dapat digunakan sesuka orang tersebut. Karunia

Tuhan haruslah dipertanggungjawabkan oleh setiap umat Tuhan. Ia

akan menilai mereka berdasarkan kesetiaan dan kesungguhan dalam

menggunakan karunia yang Dia berikan.

Diskusikanlah!

Ceritakankan berkat-berkat rohani apakah yang anda pernah terima

dari Tuhan dan jelaskanlah, menurut anda, untuk tujuan apakah Tuhan

mengaruniakan semua berkat rohani tersebut pada anda?

114

Mengumpulkan

Informasi

Menalar

Paulus mengatakan bahwa Tuhan sudah menyatakan “rahasia”

dari kehendak Tuhan. Yang Paulus maksudkan dengan “rahasia”

adalah hal yang sebelumnya tertutup atau tidak diketahui yang

kemudian diungkapkan oleh Tuhan. “Rahasia” dari kehendak Tuhan ini

terkait dengan tujuan dari kedatangan Kristus dan “rahasia” itu adalah

bagaimana dalam karya Kristus “surga dan bumi akan dipersatukan.”

Surga menunjuk pada Allah dan pemerintahan-Nya, dan bumi

menunjuk pada umat manusia yang sudah jatuh dalam dosa.

Sejak manusia jatuh dalam dosa, maka surga dan bumi

terpisahkan. Manusia terusir dari taman Eden. Terusirnya manusia dari

taman Eden memperlihatkan terputusnya hubungan manusia dengan

Allah. Manusia tidak dapat lagi menghadap Tuhan. Sejak manusia jatuh

dalam dosa, manusia menjauhi surga. Walaupun manusia tahu Tuhan

itu ada; namun manusia tidak ingin Tuhan masuk dalam kehidupannya.

Penolakan terhadap Tuhan terus terjadi sampai hari ini.

Tuhan ingin supaya dalam Kristus; surga dan bumi kembali

dipersatukan. Tuhan ingin bumi ini serta manusia yang diam dalamnya

kembali kepada Tuhan. Ia mengkehendaki supaya dunia ini dibawa

kembali kepada arah yang benar yakni bumi dan semua yang ada

dalamnya memuliakan Tuhan.

Salah satu dosa dari orang-orang Kristen adalah membiarkan

dunia ini dikuasai, dipenuhi dan dikendalikan oleh dosa dan kejahatan.

Sikap pasif orang Kristen menjadi salah satu sumber keberdosaan kita

dan sumber dari rusaknya dunia ini. Kehadiran serta kehidupan umat

Tuhan adalah sarana dan instrumen Tuhan dalam mempersatukan

langit dan bumi.

Dalam Doa Bapa Kami, Tuhan Yesus mengajarkan supaya

murid-muridnya berdoa “datanglah Kerajaan-Mu di bumi seperti di

sorga.” Doa yang diajarkan Tuhan Yesus memperlihatkan kerinduan

dari Allah yang juga harus menjadi kerinduan kita bagaimana dunia kita

ini menjadi dunia yang memuliakan Tuhan; dunia yang kembali kepada

tujuan penciptaannya yakni untuk mempermuliakan Tuhan.

Dalam kitab Wahyu, kita juga menemukan sebuah penglihatan

yang sangat indah bahwa saat Tuhan datang yang kedua kali, maka

surga itu turun atas kita. Apa yang diperlihatkan dalam kitab Wahyu

memperlihatkan sebuah “harapan” bahwa dunia ini akan kembali

menjadi milik Tuhan; walaupun dosa begitu hebat bekerja dalam dunia

ini, namun dosa sudah dikalahkan sehingga kita seharusnya dapat

mempengaruhi dunia ini supaya kembali kepada arah yang seharusnya

yakni mempermuliakan Tuhan.

115

Mengamati

Menalar

C. Menghadirkan Surga di Bumi Kita harus memahami bahwa panggilan kita bukanlah sekadar

pergi ke surga, namun membawa surga ke bumi. Untuk apakah Kristus

memanggil kita sebagai umat pilihan Allah dan anak-anak Allah serta

menebus kita? Tujuannya adalah supaya dunia ini dibawa kembali

memuliakan Allah. Tuhan Yesus mengajar kita bahwa kita dipanggil

dari dunia untuk kembali kepada dunia. Ladang pelayanan kita

sebenarnya adalah dunia ini. Kita sering menganggap bahwa

pelayanan kita ada dalam gereja; pandangan ini ada benarnya, namun

tidak sepenuhnya benar; ladang pelayanan yang sebenarnya adalah

dunia ini. Ladang pelayanan kita adalah kampus tempat kita studi,

keluarga kita, tempat kerja kita dan lingkungan sosial kita.

Apa yang harus umat Tuhan lakukan dalam rangka menjadi

sarana Tuhan dalam mempersatukan langit dan bumi? Apakah peran

orang-orang percaya dalam menghadirkan Kerajaan Allah dalam dunia

ini? Ada tiga hal yang menjadi tugas kita yakni:

Pertama, bekerja bagi Tuhan melalui keteladanan hidup kita.

Banyak orang berkata bahwa perbuatan itu berbicara sangat kuat

bahkan lebih kuat dari perkataan. Itulah sebabnya penting sekali bagi

orang Kristen untuk menjadikan keteladan hidup sebagai bentuk

kesaksian utama kita. Kehidupan gereja mula-mula, bagaimana

mereka saling berbagi dan mengasihi menjadi daya tarik bagi banyak

orang untuk mencari tahu rahasia kehidupan mereka yang baik. Itulah

sebabnya, kehidupan seseorang menjadi semacam tanda yang

membuat orang lain memandang Tuhan. Setidaknya ada tiga aspek

keteladan yang harus ada dalam diri kita yakni:

1. Keteladanan dalam kehidupan pribadi/personal kita. Rasul

Paulus menasehati Timotius dalam 1 Timotius 4:12 supaya ia

menjadi teladan. Rasul Petrus menasehati para istri dalam 1

Petrus 3 mengenai pentingnya keteladanan hidup pribadi

dalam memenangkan suami mereka. Apakah kehidupan

pribadi anda menginspirasi orang-orang di sekitar anda

khususnya yang belum percaya kepada Tuhan. Perintah Tuhan

adalah jelas, yakni: “jadilah teladan bagi orang-orang di sekitar

kita”; milikilah kehidupan yang “menginspirasi” orang-orang di

sekitar anda. Kehidupan kita tentu tidak akan dapat

menginspirasi orang lain jika karakter yang kita miliki tidak

beres.

116

Menanya

2. Keteladanan dalam kehidupan keluarga kita. Kepada Timotius,

Paulus menasehakan supaya ia memilih penatua yang memiliki

keteladanan dalam keluarganya. Mengapa ini penting? Sebab

ketidakmampuan seseorang menjadi teladan dalam

keluarganya menjadi batu sandungan bagi orang lain. Apakah

kehidupan keluarga anda menginspirasi orang-orang di sekitar

anda khususnya yang belum percaya kepada Tuhan. Kehidupan

keluarga kita tidak akan dapat menginspirasi orang-orang di

sekitar kita jika keluarga kita tidak beres.

3. Keteladanan dalam kehidupan sosial kita. Apakah kehidupan

sosial anda menginspirasi orang-orang di sekitar anda

khususnya yang belum percaya kepada Tuhan. Keteladanan

dalam kehidupan sosial menjadi sangat sulit untuk dipraktikan

sebab kita hidup dalam dunia yang sangat individualis.

Kedua, bekerja bagi Tuhan melalui pewartaan. Cara Tuhan

dalam menyatukan langit dan bumi adalah dengan pewartaan injil;

dunia ini tidak dapat berubah kecuali oleh injil; itulah sebabnya

penting sekali setiap orang Kristen terlibat dalam pewartaan injil. Ada

berbagai bentuk bekerja dalam pewartaan injil. Memberitakan injil

secara verbal adalah salah satu bentuk saja dari sekian banyak

pewartaan injil. Tuhan Yesus pernah menegur mengapa anak-anak

dunia lebih pintar dari anak-anak Tuhan. Ada berbagai cara dalam

pewartaan injil; saat pewartaan verbal sulit, mengapa tidak gunakan

berbagai media internet, seperti FB. Twitter, program-program free

download dan lain-lainnya.

Ketiga, bekerja bagi Tuhan melalui doa. Dalam doa-Nya Tuhan

Yesus mengajar kita untuk menjadikan visi dan kehendak Allah

menjadi bagian dari doa kita; “datanglah Kerajaan-Mu dan jadilah

kehendak-Mu di bumi seperti di surga,” Dalam Yohanes 17 kita

menemukan hal yang sama. Para rasul juga melakukan hal yang sama.

Kita perlu belajar untuk merubah orientasi doa kita dari yang sifatnya

self center “berpusatkan pada diri” menjadi God Center “berpusatkan

pada Allah”; kita perlu mendoakan supaya dunia ini dibawa kepada

tujuan penciptaannya yakni mempermuliakan Tuhan.

Diskusikanlah!

Ceritakanlah apakah anda memiliki waktu yang khusus untuk berdoa

bagi pekerjaan Tuhan, khususnya bagi pelayanan misi dan bagi orang-

orang yang belum percaya kepada Yesus?

117

D. Penutup

Bersatunya langit dan bumi merupakan sebuah visi dari karya

Tuhan dalam dunia ini. Karya Tuhan ini merupakan sebuah proses yang

pasti. Dunia ini pasti akan diubahkan Tuhan. Seperti seorang yang sakit

namun telah diberikan obat yang pasti akan menyembuhkannya.

Walaupun belum nampak tetapi pemulihan itu akan terjadi.

Visi mengenai bersatunya langit dan bumi memperlihatkan

kasih, kesetiaan dan kuasa Allah. Tuhan bersedia tinggal bersama

dengan manusia; hal ini memperlihatkan kasih Allah yang besar bagi

umat manusia. Di sisi yang lain, Tuhan terus menerus bekerja,

walaupun dunia ini selalu melawan Tuhan tetapi Ia tetap setia

mengerjakan apa yang telah dijanjikan-Nya. Karya Allah dalam

mengubahkan kehidupan manusia memperlihatkan kuasa-Nya dalam

membarui dunia ini.

Bagaimanakah cara kita

dalam menyaksikan hadirnya

Kerajaan Allah di bumi? Rebecca

Manley Pippert mengingatkan tiga

hal yang utama dalam bersaksi,

yakni: (1) memberitakan kebenaran,

(2) menunjukkan kasih Allah, (3)

menunukkan kuasa Allah.

Memberitakan kebenaran injil adalah

alat yang Tuhan gunakan dalam

melahirbarukan seseorang dan

membawa seseorang kepada

pertobatan. Selain melalui

pemberitaan, menunjukkan kasih,

kemurahan hati, empati kepada dunia ini menjadi berita injil yang

kelihatan. Demikian juga dengan pembaruan hidup seseorang, hal ini

memperlihatkan kuasa Allah yang bekerja dalam umat Tuhan. Ketiga

elemen dari kesaksian ini haruslah ada dan membentuk sebuah

kesatuan.

118

Mengkomuni kasikan

Ringkasan

1. Alkitab memperlihatkan bahwa visi Tuhan bagi dunia ini adalah

membuat langit dan bumi bersatu.

2. Walaupun surga adalah tempat kediaman Tuhan tetapi Tuhan

sedang awal ingin hadir dalam dunia ini bersama dengan

manusia.

3. Visi bersatunya langit dan bumi menjadi misi gereja dalam

mengupayakan hadirnya Kerajaan Allah di bumi.

Ayat Hafalan

Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya

dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah

sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-

Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk

lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada

di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah

Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Filipi 2:8-11

Aktivitas

Buatlah sebuah lukisan mengenai surga dan kirimkanlah lukisan itu

untuk salah seorang teman dekat anda dan ceritakan apa yang anda

hendak sampaikan melalui lukisan tersebut.

Bacaan lanjutan

Pippert, Rebecca Manley. Keluar dari Tempat Garam Masuk kedalam

Dunia: Penginjilan sebagai Gaya Hidup. Jakarta: Bina Kasih, 2010. Bab

10.

Tomatala, Y. Teologi Kontekstual: Suatu Pengantar. Malang: Gandum

Mas, n.d. Bab 4.

Wright, N. T. Interpreting Scripture: Essays on the Bible and

Hermeneutics. Grand Rapids: Zondervan, 2020. Bab 21.

119

Evaluasi Bab 2

1. Jelaskan bagaimana teologi misi dapat dipahami dalam konteks doxology?

……………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………

2. Sebutkan beberapa arti dari istilah dunia dalam Alkitab?

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

3. Jelaskan mengapa pemuridan penting dalam gereja?

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

4. Jelaskan apakah yang menjadi visi Tuhan bagi dunia ini?

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

120

Mengenal Ladang Misi: Thailand

Thailand adalah negara asia dengan wilayah 513.115 km2. Ibukota negara ini

adalah Bangkok. Penduduknya terdiri dari empat kelompok etnis, yakni: (1) etnis Asia

tenggara sekitar 81 % dan terdiri dari kelompok orang Thai berjumlah 78.4%, Khmer-

Mon sebanyak 1.2%, Tai 0.9% dan lainnya 0.5%; (2) etnis Asia Timur sekitar 10.8% yang

terdiri dari etnis China 10.6% dan 0.2% adalah laiinnya; (3) Etnis melayu sekitar 6.1%; (4)

Etnis Burma Tibet sebesar 1.2%; dan lainnya sebesar 0.9%.

Sistem pemerintahan Thailand adalah kerajaan. Sistem ini sudah digunakan sejak

abad ke-13. Pengelolaan pemerintahan dipimpin oleh Perdana Mentri dan politik di

Thailand tidak stablil; militer pernah melakukan kudeta terhadap pemerintahan pada

tahun 2006. Pergolakan politik dan fragmentasi sosial menjadi pergumulan utama dari

negara Thailand.

Agama mayoritas di Thailand adalah Budha. Penganutnya berjumlah kurang

lebih 85.32% dari total populasi penduduk. Setelah itu, Islam menjadi agama mayoritas

kedua dengan jumlah pemeluk sebesar 7.9%. Kristen menempati urutan nomor 6

dengan jumlah pengikut sebesar 1.1%.

Kekristenan di Thailand terbagi menjadi dua kelompok besar, yakni gereja

Katholik dengan jumlah pengikut sekitar 0.5% dari total polulasi dan gereja Protestan

sekitar 0.48%, dan selebihnya terdiri dari berbagai denominasi lain seperti kelompok

independen, Anglical, Ortodox, dan lainnya. Walaupun jumlah orang percaya di Thailand

tidak banyak, namun kesadaran untuk memberitakan injil kepada masyarakat lokal

bertumbuh dan banyak pemimpin dari komunitas lokal bangkit dalam memimpin gereja-

gereja lokal di Thailand.

121

122

Bab 3 Misi dalam Alkitab

Kompetensi Dasar

1.3 Menghayati kasih Allah dalam merefleksikan misi Allah dari dalam Alkitab

2.3 Mengamalkan kasih Allah dalam merefleksikan misi Allah dalam Alkitab

3.3 memahami misi Allah berdasarkan Alkitab

4.3 Menyajikan hasil kajian tentang misi Allah berdasarkan Alkitab

123

Janji ilahi tidak bergantung pada

ketaatan Abraham, tetapi ketaatan

Abraham telah termasuk janji ilahi.

Karenanya, sejak saat itu Israel

berhutang keberadaannya bukan

hanya kepada Tuhan, tetapi juga

kepada Abraham. Secara teologis, ini

membentuk suatu pemahaman yang

besar akan nilai ketaatan manusia -

ketaatan bisa diambil Allah dan

menjadi suatu faktor yang memotivasi

dalam maksd-Nya bagi manusia

Walter Moberly

124

Peta Konsep Misi dan Alkitab

Misi dalam Penciptaan, Panggilan

Abraham, dan Keluaran

Misi dalam Sejarah

Keselamatan

Misa Dalam Pengajaran Yesus,

Para Rasul dan Gereja Mula-mula

125

Mengamati

Menanya

Pelajaran 8

Misi dalam Penciptaan, Panggilan Abraham, dan

Keluaran

A. Pendahuluan Saat seseorang mempelajari studi mengenai misi, ia harus

menentukan dari mana titik awal pembahasannya. Sebagian orang

membahas misi mulai dari realita hidup manusia tetapi Sebagian lain

mulai dari pokok ajaran tentang misi. Dalam pelajaran ini, peserta

didik akan mempelajari misi dari pendekatan Alkitab, yakni dari PL dan

PB.

Banyak orang memandang bahwa misi adalah ajaran dalam

Perjanjian Baru. Walaupun ajaran mengenai misi dalam PB memang

dibicarakan lebih banyak dari Perjanjian Lama, tetapi hal ini tidak

berarti bahwa misi Allah dimulai dari PB. Dalam PL, bahkan dalam kitab

Kejadian kita sudah menemukan gagasan mengenai misi. Apa yang

diperlihatkan dalam kisah penciptaan memperlihatkan rancangan

Allah bagi dunia ini, dan menjadi dasar bagi ajaran mengenai misi

Allah.

Dalam PL kita menemukan bahwa Allah pun mengutus para

nabi untuk bukan hanya berbicara kepada bangsa Israel tetapi juga

menyampaikan pesan Allah kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi.

Kitab Yunus memperlihatkan kepada kita bahwa sejak semula, Allah

berkarya bukan hanya dalam kehidupan bangsa Israel tetapi juga

dalam kehidupan bangsa-bangsa lain.

Selain itu, dalam komunitas orang-orang Israel, Tuhan pun

mengatur keberadaan dari bangsa-bangsa lain dalam komunitas

mereka. Dalam kitab sejarah bangsa Israel, kita juga menemukan

bahwa Allah memanggil bangsa bukan Yahudi untuk menjadi umat

Tuhan. Kisah Rut adalah contoh dari pekerjaan misi Allah dalam

Perjanjian Lama.

Disksusikanlah!

Carilah dalam PL lima tokoh yang bukan berasal dari bangsa Israel

tetapi mengalami karya Tuhan dalam kehidupan mereka? Jelaskan

mengapa mereka dapat menjadi umat Allah?

126

Mengumpulkan Informasi

Menalar

B. Misi dalam Kisah Penciptaan

Dalam kisah penciptaan, kita menemukan bagaimana Allah

menempatkan manusia baik sebagai Raja-raja dan Para Pelayan atas

ciptaan. Manusia diserahi Tuhan otoritas untuk memerintah dunia ini,

namun manusia bukan hanya dipanggil untuk memerintah tetapi

untuk menjadi pelayan yang memeliharakan dan menjaga dunia ini.

Hal ini nampak dalam Kejadian 1:26-28. Manusia merupakan gambar

dan rupa Allah yang dibentuk Tuhan dari tanah tetapi menjadi wakil

Tuhan dalam mengelola dunia ini. Dengan demikian, manusia pada

satu sisi mewakili Tuhan tetapi di sisi yang lain manusia menjadi bagian

dari ciptaan, sebab ia adalah tanah.

Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia

menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa

atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas

ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang

melata yang merayap di bumi." Maka Allah menciptakan

manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah

diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya

mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman

kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak;

penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-

ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala

binatang yang merayap di bumi."

Kejadian 1:26-28

TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya

dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara

taman itu.

Kejadian 2:15

Kisah penciptaan juga memperlihatkan bahwa kemuliaan Allah

adalah sasaran atau tujuan dari karya penciptaan. Tujuan dari

penciptaan bukanlah untuk manusia tetapi untuk Tuhan. Hal ini

penting untuk kita pahami sebab paradigma dunia mengajarkan kita

untuk melihat manusia sebagai puncak dari ciptaan. Pandangan ini

tidak tepat, walaupun manusia adalah ciptaan yang terakhir tetapi ia

bukan tujuan dari penciptaan bahwa manusia sebenarnya hanyalah

bagian dari ciptaan Tuhan.

127

Mengumpulkan Informasi

Mazmur 104:27-28

mengingatkan bahwa manusia dan

segala ciptaan bergantung kepada

Tuhan. Tanpa adanya campur

tangan Tuhan, tidak ada ciptaan

yang akan bertahan. Karena

manusia bergantung kepada Tuhan,

maka Tuhan adalah pusat dari

segala sesuatu. Derek Kidner

mengatakan bahwa Mazmur

104:27-28 juga menegaskan bahwa

manusia sesungguhnya tidak

memiliki apapun juga, mereka pada

dasarnya mengelola apa yang Tuhan percayakan kepada mereka.

Itulah alasannya walaupun manusia dalam hidupnya memiliki

kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tetapi Tuhan-lah

yang menyediakan apa yang dibutuhkan manusia.

Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan

pada waktunya. Apabila Engkau memberikannya, mereka

memungutnya; apabila Engkau membuka tangan-Mu,

mereka kenyang oleh kebaikan.

Dalam kisah penciptaan, kita membaca mengenai panggilan

manusia untuk mengelola alam. Alam merupakan bagian dari segala

ciptaan dan alam mengalami dampak dari keberdosaan manusia dan

alam pun turut mengalami pemulihan saat manusia dipulihkan oleh

Tuhan. Dalam Hosea 4:1-3, Alkitab menggambarkan bahwa

keberdosaan manusia membawa dampak pada alam ciptaan Tuhan.

Dengarlah firman TUHAN, hai orang Israel, sebab TUHAN

mempunyai perkara dengan penduduk negeri ini, sebab

tidak ada kesetiaan dan tidak ada kasih, dan tidak ada

pengenalan akan Allah di negeri ini. Hanya mengutuk,

berbohong, membunuh, mencuri, berzinah, melakukan

kekerasan dan penumpahan darah menyusul penumpahan

darah. Sebab itu negeri ini akan berkabung, dan seluruh

penduduknya akan merana; juga binatang-binatang di

padang dan burung-burung di udara, bahkan ikan-ikan di

laut akan mati lenyap.

128

Sebaliknya dalam kitab Yesaya, seperti yang juga digambarkan dalam

kitab Wahyu, kita membaca bahwa karya pemulihan Allah juga

melibatkan pemulihan alam semesta.

"Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru

dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat

lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati. Tetapi

bergiranglah dan bersorak-sorak untuk selama-lamanya

atas apa yang Kuciptakan, sebab sesungguhnya, Aku

menciptakan Yerusalem penuh sorak-sorak dan

penduduknya penuh kegirangan. Aku akan bersorak-sorak

karena Yerusalem, dan bergirang karena umat-Ku; di

dalamnya tidak akan kedengaran lagi bunyi tangisan dan

bunyi erangpun tidak. Di situ tidak akan ada lagi bayi yang

hanya hidup beberapa hari atau orang tua yang tidak

mencapai umur suntuk, sebab siapa yang mati pada umur

seratus tahun masih akan dianggap muda, dan siapa yang

tidak mencapai umur seratus tahun akan dianggap kena

kutuk. Mereka akan mendirikan rumah-rumah dan

mendiaminya juga; mereka akan menanami kebun-kebun

anggur dan memakan buahnya juga. Mereka tidak akan

mendirikan sesuatu, supaya orang lain mendiaminya, dan

mereka tidak akan menanam sesuatu, supaya orang lain

memakan buahnya; sebab umur umat-Ku akan sepanjang

umur pohon, dan orang-orang pilihan-Ku akan menikmati

pekerjaan tangan mereka. Mereka tidak akan bersusah-

susah dengan percuma dan tidak akan melahirkan anak

yang akan mati mendadak, sebab mereka itu keturunan

orang-orang yang diberkati TUHAN, dan anak cucu mereka

ada beserta mereka. Maka sebelum mereka memanggil, Aku

sudah menjawabnya; ketika mereka sedang berbicara, Aku

sudah mendengarkannya. Serigala dan anak domba akan

bersama-sama makan rumput, singa akan makan jerami

seperti lembu dan ular akan hidup dari debu. Tidak ada yang

akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di segenap

gunung-Ku yang kudus," firman TUHAN.

Yesaya 65:17-25

Gambaran mengenai pemulihan dunia ini adalah gambaran yang mirip

dengan penciptaan namun dengan kondisi yang jauh lebih sempurna

129

Mengumpulkan Informasi

Menanya

Menalar

C. Misi dalam Panggilan Abraham

Abraham dipanggil Tuhan untuk meninggalkan kota dan

keluarganya. Panggilan Tuhan bagi Abraham pada dasarnya sama

dengan panggilan bagi gereja; dimana umat Tuhan dipanggil untuk

meninggalkan kehidupan mereka yang lama dan memiliki hidup yang

baru. Sebelum Tuhan memanggil Abraham, umat manusia telah jatuh

dalam dosa; namun, Allah memilih satu keluarga untuk diselamatkan-

Nya dan untuk menjadi model dari karya Allah dalam diri manusia.

Dalam perjanjian antara Allah dan Abraham, Tuhan

menegaskan bahwa berkat Allah itu tertuju bukan hanya pada bangsa

Israel tetapi bagi bagi segala bangsa. Itulah sebabnya, rancangan misi

bersifat universal.

Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari

negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah

bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;

Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan

memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan

engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-

orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang

yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka

bumi akan mendapat berkat."

Kejadian 12:1-3

Diskusikanlah!

Jika Allah merancangkan keselamatan bagi bangsa-bangsa, mengapa

Ia memilih bangsa Israel? Apakah keistimewaan bangsa Israel sehingga

Tuhan memilih mereka?

Dari panggilan Allah kepada Abraham, kita melihat bahwa Allah

memanggil dan menjadikan Abraham sebagai alat/instumen yang

spesifik, yakni menjadi “agen” bagi Kerajaan Allah. Yang dimaksudkan

dengan “agen” disini adalah perwakilan Tuhan dalam dunia ini untuk

memperkenalkan Kerajaan Allah kepada bangsa-bangsa. Jadi,

panggilan Allah kepada Abraham dan keturunannya pada dasarnya

adalah panggilan untuk menempatkan mereka seperti seorang duta

besar, yakni mewakili Tuhan dan memperkenalkan Tuhan kepada

bangsa-bangsa yang belum mengenal Tuhan.

130

Mengumpulkan Informasi

Menalar

Dalam Mazmur 22:28-29, Alkitab

membicarakan mengenai visi Allah dalam

PL, yakni semua bangsa, bukan hanya

Israel, akan menyembah Tuhan. Marie C.

Barth dan B.A. Pareira melihat bahwa

pemazmur memandang jauh ke depan

dimana umat Tuhan yang telah meninggal

pun akan mengalami karya keselamatan

dari Tuhan.

Sebab Tuhanlah yang empunya

kerajaan, Dialah yang memerintah

atas bangsa-bangsa. Ya, kepada-Nya akan sujud

menyembah semua orang sombong di bumi, di hadapan-

Nya akan berlutut semua orang yang turun ke dalam debu,

dan orang yang tidak dapat menyambung hidup.

Melalui kisah panggilan Allah pada Abraham, kita belajar

bahwa panggilan Allah selalu terkait dengan misi Tuhan bagi dunia ini.

Tuhan tidak memanggil Abraham dan keturunannya (bangsa Israel)

sekadar supaya mereka dapat menikmati berkat-berkat Tuhan, namun

supaya mereka menjadi bagian dari misi Tuhan dalam dunia ini.

Hal yang sama berlaku dengan gereja. Gereja pun dipanggil

Tuhan bukan sekadar supaya umat Tuhan masuk dalam surga saat

mereka meninggalkan dunia ini. Gereja dipanggil Tuhan dengan misi

yang jelas, yakni menjadi agen Kerajaan Allah dalam dunia ini. Itulah

sebabnya gereja Tuhan yang benar selalu misioner sebab misi memang

menjadi bagian dari karya pemilihan dan panggilan Tuhan dalam

kehidupan umat Tuhan.

Respons Abraham saat ia menerima panggilan Tuhan

seharusnya menjadi teladan bagi gereja. Saat Tuhan memanggil

Abraham untuk meninggalkan segala sesuatu dan pergi ke tempat

yang akan ditunjukkan kepada Abraham; ia pun pergi walaupun tidak

tahu tempat yang akan ditujunya.

Gereja pun perlu melakukan hal yang sama, saat Tuhan

memanggil gereja untuk pergi dan memberitakan injil sampai ujung-

ujung bumi; tugas dari gereja adalah taat kepada Tuhan dan peka

terhadap pimpinan dari Roh Kudus. Kita tidak dapat mengetahui

dengan pasti kemana Tuhan akan mengarahkan kita dalam melayani

misi Tuhan; namun, kemana pun Tuhan mengarahkan gereja, umat

Tuhan seharusnya percaya dan taat pada Tuhan.

131

Mengumpulkan Informasi

Menalar

D. Misi Allah dalam Keluaran

Kitab Keluaran memiliki peran penting dalam memperlihatkan

misi Allah dalam PL. Konsep penebusan yang diajarkan dalam PB juga

berakar dalam peristiwa Keluaran. Keluarnya bangsa Israel dari tanah

Mesir merupakan gambaran dari dilepaskannya umat Tuhan dari

perbudakaan dosa.

Gambaran perjanjian yang Tuhan bangun setelah membawa

Israel keluar dari Mesir melukiskan hubungan umat dengan Tuhan

yang dibangun berdasarkan anugerah. Ia tidak memberikan hukum-

hukum-Nya sebelum melepaskan Israel dari Mesir. Hal ini menegaskan

bahwa ketaatan kepada Tuhan bukanlah untuk memperoleh

penebusan tetapi sebagai respons manusia atas penebusan yang

dikerjakan-Nya.

Peristiwa keluarnya Israel dari Mesir memperlihatkan adanya

pembebasan yang mereka alami. Mereka mengalami pembebasan

secara politis, ekomomi, sosial dan spiritual. Secara lahiriah, pada saat

bangsa Israel keluar dari Mesir mereka dilepaskan dari kendali

kekuasaan bangsa Mesir yang membelenggu kehidupan ekonomi dan

sosial mereka. Sebelum keluar dari tanah Mesir Israel dijadikan budak

oleh bangsa Mesir dan peristiwa keluarnya mereka dari Mesir

memperlihatkan bebasnya mereka dari tirani dan perbudakan lahiriah.

Meskipun demikian, Keluaran bukanlah sekadar pembebasan lahiriah

tetapi keluaran merupakan sebuah pembebasan spiritual. Tuhan

membawa mereka keluar dari Mesir dan mengikat mereka dengan

perjanjian dengan Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa pembebasan

dari Mesir pada dasarnya adalah dalam rangka menjadi umat Tuhan;

itulah sebabnya peristiwa dan konsep Keluaran memiliki penekanan

yang bersifat spiritual. Hal inilah yang juga dilihat oleh para penulis PB

sehingga mereka melihat peristiwa tersebut sebagau tipologi (model)

dari apa yang Kristus kerjakan dalam kehidupan umat Tuhan.

Di sisi yang lain, Keluaran juga memperlihatkan sebuah model

pelayanan misi yang holistik. Dalam peristiwa keluarnya Israel dari

Mesir kita melihat bahwa karya penebusan dan pembebasan yang

Tuhan kerjakan bukan hanya secara spiritual (melepaskan manusia

dari perbudakan dosa) tetapi juga melepaskan manusia dari belenggu

perbudakan sosial, ekonomi dan politik. Hal ini seharusnya

menyadarkan kita bahwa karya Tuhan dalam dunia ini bersifat utuh.

Tuhan ingin memulihkan bukan hanya aspek spiritual dari manusia

tetapi juga totalitas diri manusia termasuk dengan komunitas dan

masyarakat dimana mereka hidup.

132

Mengumpulkan Informasi

Menalar

Dengan demikian, dimensi sosial dan spiritual dari karya

pembebasan Tuhan tidak seharusnya dipisahkan. Walaupun dosa

merupakan akar dari segala kejahatan manusia, tetapi penyelesaian

masalah dosa tidak seharusnya berhenti pada pemulihan spiritual dan

individual tetapi harus juga menyentuh pembaruan yang bersifat sosial

dan komunal. Tempat dan masyarakat dimana umat Tuhan hadir

seharusnya turut merasakan dampak dari pemulihan yang dialami oleh

seorang anak Tuhan.

Di sisi yang lain, peristiwa Keluaran juga memperlihatkan

kepada kita bahwa salib adalah kemenangan atas apapun yang

menentang dan menindas manusia. Bangsa Israel dilepaskan Tuhan

dengan “pengorbanan darah.” Anak-anak sulung bangsa Mesir

mengalami kematian di hari Tuhan melepaskan bangsa Israel.

Peristiwa ini menegaskan bahwa dalam penebusan ada korban yang

harus dibayarkan. Dalam PB, kita melihat dengan lebih jelas bahwa

korban yang dimaksudkan dalam Alkitab adalah Tuhan Yesus.

Seperti halnya bangsa Israel, gereja pada dasarnya adalah sebuah komunitas Keluaran.

Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani,

bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya

kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari

Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan

kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan

umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya,

yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah

beroleh belas kasihan.

1Petrus 2:9-10

Karena gereja merupakan komunitas keluaran, gereja dipanggil

Tuhan bukan hanya untuk menikmati kelepasan dari perbudakan dosa

tetapi juga menjadi agen pemberita injil bagi orang yang yang masih

hidup dalam perbudakan dosa. Di sisi yang lain, gereja pun memiliki

panggilan untuk berjuang membuat dunia ini menjadi lebih baik

dengan jalan menolak segala bentuk penindasan dan perbudakan

sosial terhadap manusia. Sebagai orang-orang yang memahami apa

artinya hidup dalam perbudakan dosa maka Kekeristenan harus

berjuang untuk melawan segala bentuk perbudakan terhadap sesama

manusia. Sejarah memperlihatkan bagaimana gereja berjuang

melawan perbudakan dan ini menjadi kesaksian yang kuat.

133

E. Penutup

Dalam PL, kisah mengenai penciptaan, panggilan Abraham dan

Keluaran memperlihatkan model dasar bagi pelayanan misi. Apa yang

diperlihatkan dalam PL menegaskan bahwa konsep misi yang ada

dalam PB terkait erat dengan apa yang dinyatakan dalam PL; kedua

perjanjian menegaskan hal yang sama.

Dalam penciptaan, kita membaca mengenai rancangan Allah

bagi manusia. Allah mencipta segala sesuatu dengan satu tujuan yakni

supaya segala sesuatu memuliakan Tuhan. Kejatuhan manusia dalam

dosa membuat tujuan penciptaan manusia dan segala sesuatu menjadi

melenceng. Meskipun demikian Allah tetap bekerja dalam sejarah

manusia untuk membawa mereka kembali kepada panggilan kereka.

Demikian juga dalam peristiwa panggilan Abraham, kita

melihat bahwa panggilan Allah selalu terkait dengan misi-Nya dalam

dunia ini. Ia memanggil Abraham dengan tujuan supaya melaluinya

bangsa-bangsa menerima berkat Tuhan. Dengan demikian, konsep

bahwa umat Tuhan merupakan agen dari berkat Allah bagi dunia

harusnya menyadarkan umat Tuhan untuk menyadari panggilan

mereka yakni menjadi berkat bagi dunia. Dalam peristiwa Keluaran,

kita membaca bahwa karya keselamatan dan penebusan meliputi baik

dimensi spiritual dan sosial.

Tentu, ajaran PL mengenai misi memuat aspek yang lebih luas

dari hal-hal yang dibahas dalam pelajaran ini. Pokok-pokok teologi

mengenai penghakiman juga merupakan salah satu ajaran yang juga

penting dalam teologi misi. Penghakiman memperlihatkan bukan

hanya aspek keadilan Allah tetapi juga aspek kasih Allah dimana

ucapan penghakiman dalam PL pada dasarnya merupakan sebuah

undangan pertobatan bagi bangsa-bangsa.

134

Mengkomuni kasikan

Ringkasan

1. Kisah penciptaan memperlihatkan bahwa kemuliaan Allah

adalah tujuan dari karya penciptaan.

2. Panggilan Abraham memperlihatkan universalitas rencana

Allah dalam karya keselamatan-Nya.

3. Kisah keluarnya bangsa Israel dari Mesir memperlihatkan

pentingnya komunitas pembebasan sebagai respons atas karya

pembebasan Allah.

Ayat Hafalan

Aku telah berkenan memberi petunjuk kepada orang yang tidak

menanyakan Aku; Aku telah berkenan ditemukan oleh orang

yang tidak mencari Aku. Aku telah berkata: "Ini Aku, ini Aku!"

kepada bangsa yang tidak memanggil nama-Ku.

Yesaya 65:1

Aktivitas

Buatlah sebuah gambar dalam sebuah kartu yang berisikan

keprihatinan anda dengan apa yang terjadi dalam dunia ini, misalnya

saja, mengenai banjir bandang, kemudian bacakan di depan kelas apa

yang anda gambar dan mengapa anda menggambar hal tersebut.

Bacaan lebih lanjut

Crouch, Andy. Culture Making: Menemukan Kembali Kreatif kita.

Surabaya: Perkantas, 2008. Bab 6.

De Kuiper, Arie. Missiologia. Jakarta: BPK, 1996. Bab 2.

Ott, Craig, Stephen J. Strauss, and Timothy Tennent. Encountering

Theology of Mission: Biblical Foundations, Historical Developments,

and Contemporary Issue. Grand Rapids: Baker, 2010. Bab 1.

135

136

Mengamati

Mengumpulkan Informasi

Pelajaran 9

Misi Dalam Sejarah Keselamatan

A. Pendahuluan

Sejarah keselamatan adalah karya Tuhan dalam kehidupan

umat Tuhan dan dalam dunia ini. Kebanyakan manusia memandang

sejarah sebagai kisah atau catatan manusia dalam dunia ini. Meskipun

demikian, Alkitab memperlihatkan bahwa Allah ternyata hadir bahkan

mengendalikan segala sesuatu dalam dunia ini bahkan mengarahkan

segala sesuatu kepada tujuan tertentu.

Wayne Grudem membahas dua sisi

mengenai providensia Allah, yakni

pemeliharaan dan pemerintahan Allah.

Karya pemeliharaan berkaitan dengan

karya-Nya dalam menjaga dunia ini dan

umat Tuhan supaya mereka terpelihara

dan tidak hancur sebelum waktu yang

ditentukan Tuhan. Karya pemerintahan

Allah berhubungan dengan kontrol dan

kendali Allah atas segala sesuatu termasuk

kehidupan manusia dalam dunia ini dan

juga kehidupan umat Tuhan. Aspek kedua dari karya Allah inilah yang

terkait dengan sejarah keselamatan. Allah bekerja dalam sejarah

manusia untuk membawa manusia kepada tujuan penciptaannya.

Diskusikanlah!

Apakah ajaran Alkitab bahwa Allah mengendalikan sesgala sesuatu

memperlihatkan bahwa Allah adalah pribadi yang otoriter dan tidak

menghargai kebebasan manusia?

Walaupun sejarah menyangkut kehidupan manusia, tetapi

sejarah manusia tidak bisa dilepaskan dari relasinya dengan Tuhan.

Itulah sebabnya, beberapa orang menyebut bahwa Alkitab (khususnya

PL) bukan saja sebagai sejarah bangsa Israel tetapi sejarah pekerjaan

Tuhan dalam kehidupan Israel. Karena sejarah pekerjaan Tuhan

memiliki fokus pada karya keselamatan, maka Alkitab pun sering

disebut sebagai sejarah keselamatan.

137

Informasi

B. Sejarah Keselamatan dalam Perjaniian Baru

Gagasan mengenai sejarah keselamatan dalam PB dapat kita

temukan dalam catatan pertama dari PB, yakni silsilah Tuhan Yesus

dalam Matius 1:1-18.

1Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. 2Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan

Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-

saudaranya, 3 Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari

Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron

memperanakkan Ram, 4Ram memperanakkan Aminadab,

Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason

memperanakkan Salmon, 5Salmon memperanakkan Boas

dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed

memperanakkan Isai, 6 Isai memperanakkan raja Daud. Daud

memperanakkan Salomo dari isteri Uria, 7Salomo

memperanakkan Rehabeam, Rehabeam memperanakkan

Abia, Abia memperanakkan Asa, 8 Asa memperanakkan

Yosafat, Yosafat memperanakkan Yoram, Yoram

memperanakkan Uzia, 9Uzia memperanakkan Yotam, Yotam

memperanakkan Ahas, Ahas memperanakkan Hizkia, 10Hizkia memperanakkan Manasye, Manasye

memperanakkan Amon, Amon memperanakkan Yosia, 11Yosia memperanakkan Yekhonya dan saudara-saudaranya

pada waktu pembuangan ke Babel. 12Sesudah pembuangan

ke Babel, Yekhonya memperanakkan Sealtiel, Sealtiel

memperanakkan Zerubabel, 13Zerubabel memperanakkan

Abihud, Abihud memperanakkan Elyakim, Elyakim

memperanakkan Azor, 14 Azor memperanakkan Zadok, Zadok

memperanakkan Akhim, Akhim memperanakkan Eliud, 15

Eliud memperanakkan Eleazar, Eleazar memperanakkan

Matan, Matan memperanakkan Yakub, 16Yakub

memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus

yang disebut Kristus. 17Jadi seluruhnya ada: empat belas

keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas

keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan

empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai

Kristus.

138

Mengamati

Matius dengan sengaja diawal injilnya menuliskan mengenai

silsilah Yesus Kristus. Apakah itu silsilah? Istilah silsilah yang dipakai

oleh Alkitab berasal dari kata Yunani ‘geneseos.’ Kata ini ada pada ayat

1 yang diterjemahkan oleh LAI dengan inilah silsilah Yesus Kristus anak

Daud, anak Abraham. Dalam terjemahan LAI di atas, ada satu kata

yang tidak muncul yang ada dalam naskah Yunaninya. Seharusnya

terjemahan dari Matius 1:1 adalah catatan/buku silsilah Yesus Kristus.

Jadi bagian Alkitab yang kita baca ini adalah catatan mengenai silsilah

Yesus Kristus.

Dalam artikel yang ditulisnya dalam

buku Exegeical Dictionary of the New

Testament, A. Kretzer menjelaskan bahwa

istilah geneseos yang diterjemahkan

sebagai silsilah memiliki beberapa arti

dasar yakni: source “sumber”, origin “asal”,

beginning “permulaan”; birth “kelahiran”;

descent ‘keturunan’; procreation

‘memperanakan’ ; existence “keberadaan.”

Bila kita memperhatikan Matius

1:1-18 maka pengertian istilah ‘geneseos’ yang tepat menunjuk pada

pengertian ‘source’ atau asal mula atau sumber. Jadi yang

dimaksudkan dengan silsilah adalah catatan mengenai asal usul dari

Yesus. Siapakah nenek moyang dari Yesus itu? Penulis injil Matius

menjawab nenek moyang Yesus adalah Abraham dan Daud.

Dalam Alkitab silsilah Yesus itu diceritakan oleh dua penulis

kitab Injil yakni Lukas dan Matius. Problemnya adalah ternyata bila kita

bandingkan silsilah yang diceritakan Matius berbeda dengan silsilah

yang diceritakan oleh Lukas.

Matius mengatakan bahwa dari Abraham sampai Yesus

terdapat 42 generasi. 14 generasi dari masa Abraham sampai Daud, 14

generasi lagi dari masa Daud sampai pembuangan dan 14 generasi lagi

dari masa pembuangan sampai Yusuf. Sementara itu dalam Lukas, bila

kita hitung maka dari generasi Yusuf sampai Abraham setidaknya ada

56 generasi, bukan 42.

Realita ini membuat sebagian orang mempertanyakan, mana

yang benar apakah Matius atau Lukas? Bagaimana kita harus

menyelesaikan persoalan ini? Sebagian orang mengatakan bahwa

Matius membuat silsilah Yesus menurut garis keturunan Yusuf dan

Lukas menurut garis keturunan Maria. Pandangan ini kurang kuat

sebab dalam Lukas 4:23 garis keturunan yang dipakai oleh Lukas

adalah garis keturunan berdasarkan Yusuf, bukan Maria.

139

Menalar

Silsilah yang dibuat oleh Matius nampaknya merupakan silsilah

teologis. Maksudnya, melalui silsilah yang dibuatnya Matius hendak

menyampaikan satu pokok teologi tertentu. Oleh sebab itu, dalam

melukiskan atau mengisahkan mengenai silsilah Yesus, Matius secara

unik membuat pembagian tiap 14 generasi. Angka 14 yang dipilih oleh

Matius pastilah bukan tanpa maksud. Apakah makna angka 14 yang

dipakai Matius? Matius mencoba membuat pembagian nenek moyang

Yesus menjadi tiga bagian dengan tiap pembagiannya adalah 14

generasi atau keturunan.

Tiga pembagian yang digunakan Matius yakni masa Abraham

sampai Daud, masa Daud sampai pembuangan dan masa pembuangan

sampai Yusuf. Ketiga pembagian tersebut nampaknya melambangkan

adanya 3 masa atau zaman yang berbeda yang dialami oleh umat

Tuhan. Abraham sampai Daud adalah masa yang baru yang dimasuki

umat Manusia dimana umat Tuhan yang diwakili oleh Abraham untuk

pertama kalinya memasuki ikatan perjanjian dengan Tuhan. Masa

Daud sampai pembuangan adalah zaman baru yang dimasuki umat

Tuhan dimana di zaman ini, para rajalah yang memerintah secara

langsung atas umat Tuhan. Zaman pembuangan sampai zaman Yusuf

adalah zaman baru yang dimasuki oleh umat Tuhan dimana mereka

masuk dalam zaman keterjajahan oleh karena ketidaksetiaan mereka

kepada Tuhan.

Di sisi yang lain, tiga generasi yang berbeda juga dapat

menunjuk kepada sejarah kejatuhan manusia. Generasi Abraham

sampai Daud adalah generasi para patriakh dimana mereka

merupakan gererasi yang walaupun menerima panggilan Allah namun

tidak setia dengan panggilan Tuhan dan itulah sebabnya lahirlah

generasi raja-raja. Generasi ini pun melakukan hal yang sama bahkan

pemberontakan mereka jauh lebih serius dan itulah sebabnya Tuhan

membuang mereka. Generasi pembuangan adalah generasi yang juga

mengalami hal yang sama dimana Tuhan, bahkan tidak lagi berbicara

kepada mereka melalui para nabi. Yesus mengakhiri masa kejatuhan

mereka dan memulai zaman yang baru, hadirnya Kerajaan Allah.

Melalui tiga pembagian zaman ini, penulis Injil Matius hendak

menunjukkan bahwa zaman yang ketiga ini telah berakhir. Sekarang

umat Tuhan memasuki zaman atau era yang baru yakni era atau zaman

Yesus Kristus. Di zaman inilah masa keterjajahan umat Tuhan akan

diakhiri. Mengapa Yesus dapat mengakhiri zaman keterjajahan umat

Tuhan ini? Sebab Yesus adalah Mesias. Ia-lah yang dijanjikan sejak PL

sebagai sosok yang akan membebaskan umat Tuhan dari segala

keterjajahan mereka.

140

Menalar

Menanya

Mengumpulkan Informasi

C. Makna Kedatangan Yesus Kedatangan Yesus mengakhiri zaman yang lalu, zaman dimana

dosa menguasai kehidupan manusia. Masa dimana dosa menguasai

kehidupan manusia sesungguhnya telah berakhir. Asalkan kita percaya

kepada Yesus, maka kita akan jadi manusia-manusia yang mampu

hidup bebas dan lepas dari dosa. Dalam kedatangan-Nya yang pertama

ini, melalui kematian-Nya sebagai puncak dari kelahirannya, dosa telah

dipatahkan oleh Yesus sehingga orang-orang yang percaya kepada

Yesus tidak lagi hidup dalam perbudakan dosa.

Bagaimana realita hidup anak-anak Tuhan saat ini? Sayang

sekali realita hidup orang-orang Kristen menunjukkan bahwa sering

kali orang Kristen hidup masih seperti dalam masa penjajahan dosa

dimana orang-orang percaya-pun akhirnya tetap hidup dalam dosa

dan pelanggaran terhadap Tuhan. Usaha yang dikerjakan oleh orang

Kristen sering kali tidak berbeda dengan dunia. Kebiasaan-kebiasaan

hidup yang dijalankan oleh orang Kristen sering kali sama bahkan lebih

buruk dari dunia. Karakter yang dimiliki oleh orang percaya sering kali

sama bahkan lebih buruk dari dunia.

Diskusikanlah!

Realita bahwa orang-orang Kristen masih hidup dalam dosa membuat

kita bertanya: “mengapa orang yang mengaku percaya tidak berhasil

mengalahkan dosa”? Jelaskan bagaimana anda menjawab kenyataan

ini?

Apakah pentingnya silsilah Yesus dalam narasi Matius?

Walaupun bagian ini sering kali dilewatkan oleh pembaca Alkitab,

silsilah Tuhan Yesus memuat beberapa pokok teologi/ajaran yang

penting.

1. Matius hendak menunjukkan bahwa Yesus berasal dari keturunan Abraham dan Daud. Dalam Matius 1:1 dikatakan Inilah Silsilah Yesus Kristus, anak

Daud, anak Abraham. Jadi teks Alkitab secara eksplisit menunjukkan

bahwa silsilah ini dituliskan untuk menunjukkan kepada pembaca Injil

Matius bahwa Yesus adalah anak Daud dan anak Abraham. Dalam

tradisi Yahudi, masyarakat percaya bahwa Mesias haruslah lahir dari

keturunan Daud dan Abraham.

141

Mengumpulkan Informasi

Pasti istilah anak Daud dan anak Abraham yang dipakai oleh injil

Matius bukan digunakan dalam pengertian hubungan lahiriah anak

dan orang tua. Yesus disebut sebagai anak Daud dan anak Abraham

dalam pengertian Yesus adalah keturunan Daud dan Abraham.

Bila orang Yahudi mendengar perkataan Abraham, maka dua

hal yang mereka pikirkan. Pertama, mereka akan langsung mengaitkan

Abraham dengan istilah bapa kita. Maksudnya, istilah Abraham selalu

dikaitkan dengan pengertian atau pemahaman bahwa dia adalah

bapak dari semua orang Yahudi atau Israel. Apa maksud istilah bapa

di sini? Maksudnya tentu menunjuk pada generasi pertama dari umat

Israel. Abraham-lah generasi pertama dari umat Tuhan. Ia-lah yang

menjadi yang pertama dari umat pilihan-Nya.

Sewaktu penulis injil Matius mengatakan bahwa Yesus adalah

anak Abraham, ini berarti Yesus adalah keturunan dari Abraham.

Untuk menunjukkan bahwa Yesus memang adalah keturunan

Abraham maka penulis Injil Matius meruntut nenek moyang Yesus

sehingga kelihatan bahwa Yesus memang benar adalah keturunannya

Abraham. Mengapa penulis Matius melakukan hal ini? Sebab mesias

atau pribadi yang dijanjikan Allah sebegai pelepas Israel itu haruslah

keturunan Abraham.

Kedua, Setiap kali orang Israel mendengar kata Abraham, maka

yang ada dalam benak mereka adalah perjanjian Allah dengan

Abraham. Dalam Kejadian 12:3 dikatakan Aku akan memberkati orang-

orang yang memberkati engkau dan mengutuk orang-orang yang

mengutuk engkau dan olehmu semua kaum dimuka bumi akan

mendapat berkat. Orang Israel percaya bahwa sosok yang dikatakan

‘olehmu semua kaum dimuka bumi akan mendapat berkat’ adalah

sosok Mesias.

Penulis injil Matius menyatakan bahwa sosok yang dijanjikan

Allah itu adalah Yesus. Melalui Yesus-lah semua bangsa di dunia ini

akan mendapat berkat. Apa yang dikatakan oleh penulis Injil Matius

tepat sekali sebab melalui Yesus-lah akhirnya semua bangsa di bumi

ini dapat mengecap karunia keselamatan.

Karena Yesus-lah maka orang-orang yang bukan tergolong

keturunan Abraham akhirnya beroleh kesempatan mengecap karunia

keselamatan. Hal ini menunjukkan bagaimana Allah begitu murah hati

atas semua umat manusia, termasuk atas keturunan Abraham. Realita

ini harus membuat gereja seharusnya bersyukur kepada Tuhan sebab

anggota gereja pada umumnya bukan keturunan Abraham.

142

Bila orang Yahudi mendengar istilah ‘anak Daud’ apakah yang

ada dalam pikiran mereka? Maka mereka langsung teringat akan janji

Allah kepada Daud. Dalam 2 Samuel 7:12 dikatakan:

Apabila umurmu sudah genap dan negkau telah mendapat

perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu maka

aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian,

anak kandungmu dan aku akan mengokohkan kerajaannya.

Apa yang Allah janjikan memang tergenapi dalam sosok Salomo.

Salomo akhirnya dipakai Allah untuk membangun bait Allah, tetapi

realita yang umat Tuhan lihat bagaimana ternyata kerajaan Israel tidak

kekal seperti yang dijanjikan Tuhan malahan kerajaan Israel porak

poranda dihancurkan oleh Asyur, Babel dan Roma, membuat umat

Tuhan berpikir bahwa yang dimaksudkan dengan anak Daud yang akan

menjadi Raja atas mereka dengan kerajaan yang kokoh dan kekal

selamanya pastilah bukan Salomo.

Salomo akhirnya dipandang hanyalah sebagai prototype dari

‘sosok keturunan Daud’ yang sebenarnya menunjuk pada Yesus.

Lantas siapakah yang dimaksudkan dengan anak Daud ini sebenarnya?

Penulis Injil Matius mengatakan bahwa Yesus-lah yang dimaksudkan

oleh Tuhan sebagai ‘keturunan Daud’ yang sejati. Dialah sosok pribadi

yang dijanjikan Allah kepada Daud.

Dilihat dari garis keturunan-Nya, Yesus memenuhi syarat untuk

menjadi anak Daud sebab Ia memang lahir dari keturunan keluarga

Daud. Lantas apa lagi tandanya yang menyatakan bahwa Yesus itu

benar adalah anak Daud, yakni mesias yang dijanjikan itu? Dalam 28

pasal selanjutnya, penulis Injil Matius menujukan realita-realita nyata

akan apa yang Yesus lakukan, yang semuanya menunjukkan bahwa

Yesus bukanlah manusia biasa, Ia adalah Mesias yang dijanjikan Allah.

Jadi tujuan dari pembuatan silsilah ini, Matius handak

menjawab siapakah Yesus itu? penulis Injil Matius hendak

menunjukkan bahwa Yesus adalah penggenapan dari janji Allah

mengenai Mesias dan Ia memenuhi persyaratan dari apa yang

dijanjikan oleh Allah baik kepada Abraham maupun Daud. Orang

Yahudi sangat mengharapkan kedatangan dari tokoh mesias karena

mereka berada dalam penjajahan bangsa lain dan sedang menantikan

pemulihan yang dijanjikan Allah. Penulis Injil Matius menunjukkan

bahwa Yesus itulah tokoh mesias yang dijanjikan.

143

Mengumpulkan Informasi

Menanya

Menalar

2. Silsilah Tuhan Yesus dituliskan untuk menyoroti kegagalan manusia dalam sejarah Dalam pembagian silsilah Yesus, Matius membaginya menjadi

3 bagian yang terdiri dari 14 keturunan. Dari ketiga pembagian (per

empat belas keturunan) ini, penulis Injil Matius hendak menekankan

aspek kesetiaan Allah dalam menggenapi janjinya. Ketiga pembagian

nenek moyang Yesus ditandai dengan sebuah realita dimana kondisi

kesetiaan orang-orang Israel dalam tiap-tiap generasi semakin

merosot.

Meskipun semakin hari, kesetiaan Israel kepada Tuhan semakin

merosot tetapi Tuhan tetap setia dengan perjanjian-Nya. Inkarnasi

Yesus adalah wujud nyata kasih dan kesetiaan Allah yang sempurna.

Silsilah Yesus memperlihatkan aspek dari kasih dan kesetiaan Allah.

Diskusikanlah!

Kebanyakan orang Kristen ingin merayakan natal. Hampir di

kebanyakan gereja-gereja natal menempati hari yang istimewa. Dalam

natal ada banyak sekali acara yang disusun. Bagi kebanyakan orang

Natal adalah hari yang dibuat untuk merayakan kedatangan Tuhan

yang pertama. Sayangnya ada satu yang kita lupa untuk pikirkan. Apa

yang mau kita rayakan dari kedatangan Tuhan yang pertama ini?

Bila kita membaca kisah Natal dalam Alkitab, kita akan

menemukan bahwa Natal yang pertama adalah kisah yang amat

paradoks dan ironis. Natal adalah kisah yang paradoks sebab dalam

natal ada dua sisi yang saling terbalik. Kisah Natal, satu sisi adalah kisah

kemenangan dari pihak Allah yang walaupun manusia telah gagal

mengasihi Allah tetapi Allah tetap mengasihi manusia. Tetapi Natal

juga sebenarnya adalah kisah penolakan manusia pada Allah.

Silsilah Tuhan Yesus memperlihatkan bahwa Allah tetap setia

kepada umat manusia. Sejarah keselamatan dalam konteks ini dapat

dipahami sebagai sejarah kesetiaan Allah kepada umat manusia.

Pelayanan misi pada dasarnya merealisasikan apa yang Allah telah

kerjakan dalam dunia ini, yakni, membawa dunia ini kepada tujuan

penciptaannya, yakni melayani dan memuliakan Tuhan. Kesetiaan

Tuhan dalam perjanjian-Nya dengan manusia menjadikan pelayanan

misi memiliki komitmen yang sama bahwa pelayanan ini tidak akan

berakhir seperti halnya kasih dan kesetiaan Tuhan yang juga tidak

pernah berakhir dalam dunia ini.

144

Mengumpulkan Informasi

Menalar

Mengumpulkan Informasi

3. Silsilah Tuhan Yesus dituliskan untuk memperlihatkan sisi universalitas dari karya keselamatan Tuhan. Dalam pembagian silsilah Yesus, Matius menyebutkan adanya

4 wanita yang tergolong nenek moyang Yesus yakni Tamar, Rahab, Rut,

Betsyeba (istri Uria). Dalam silsilah yang biasa digunakan oleh orang

Yahudi, nama wanita tidak pernah dimunculkan. Selalu nama laki-laki

yang disebutkan. Ini berarti bila penulis Injil Matius menyebutkan

keempat wanita dalam silsilahnya, hal ini bukanlah sesuatu yang

kebetulan. Ada maksud tertentu dari penulis injil pertama.

Keempat wanita yang disebutkan oleh Matius, tiga diantaranya

adalah orang bukan Yahudi dan satu diantaranya dianggap ‘tidak baik.’

Tamar, Rahab dan Rut adalah wanita-wanita yang berasal dari

masyarakat bukan Yahudi. Orang-orang bukan Yahudi sering kali

dipandang sebagai bangsa kafir. Betsyeba adalah wanita yang

sepertinya dipandang tidak baik. Nama Betsyeba tidak disebutkan oleh

penulis Injil Matius, nama yang dipakai adalah Istri Uria.

Apa maksud penulis injil Matius memasukkan nama keempat

wanita ini? Penulis injil Matius hendak menunjukkan bahwa dalam

menggenapkan rencana keselamatan-Nya Allah memakai baik laki-laki

maupun wanita. Baik Matius maupun pembacanya adalah orang-

orang Yahudi. Orang Yahudi memiliki cara pandang yang agak negatif

terhadap para wanita. Penulus Injil Matius menunjukkan kepada

pembacanya bahwa cara pandang yang minus terhadap wanita itu

salah. Bila Allah memakai wanita dalam karya keselamatanNya, itu

berarti wanita dapat berpartisipasi dalam sejarah keselamatan.

Jauh sebelum dunia mengajarkan emasipasi, hak-hak asasi

seorang wanita dan penghargaan yang setara untuk wanita dengan

laki-laki, Alkitab telah jauh sebelumnya menyatakan hal ini. Orang-

orang Kristen harus menerima bahkan menjadikan prinsip ini melebihi

tradisi turun temurun yang seseorang telah terima. Ada beberapa

tradisi yang memandang wanita lebih rendah dari laki-laki. Orang

Kristen tentu harus menolak paham seperti ini, wanita harus dihargai

dan diberikan kesempatan yang sama seperti laki-laki.

Dalam menggenapkan rencana keselamatan, Allah sejak

semula memakai orang-orang non-Israel. Injil Matius memiliki sebuah

karakter yang istimewa. Ia memandang bahwa keselamatan itu bukan

hanya milik orang-orang Yahudi tetapi juga diperuntukan bagi semua

bangsa. Di awal injilnya penulis injil Matius berkali-kali menunjukkan

bahwa Allah melibatkan orang-orang bukan Yahudi untuk memasuki

atau terlibat dalam penggenapan karya keselamatan Allah.

145

Menanya

Di bagian akhir tulisannya penulis injil Matius mengutip

perkataan Yesus yang memerintahkan untuk memberitakan injil

kepada segala bangsa, bukan hanya kepada orang Yahudi. Dari sini kita

dapat melihat bahwa penulis Injil Matius memang memandang

keselamatan itu bukan hanya diperuntukan bagi orang Yahudi tetapi

juga bagi orang-orang bukan Yahudi. Melalui pencantuman 4 wanita

dalam silsilah Yesus, penulis Injil Matius hendak menunjukkan bahwa

sedari semula, Allah telah melibatkan atau memanggil bangsa-bangsa

lain untuk masuk dalam rencana keselamatan yang Allah akan kerjakan

di dunia ini.

Diskusikanlah!

Ceritakan perbedaan-perbedaan apakah yang ada diantara kebiasaan

beberapa suku-suku bangsa di Indonesia yang anda ketahui dan

bagaimana seorang Kristen dapat bersikap benar terhadap sesamanya

yang berbeda suku dan kebudayaan?

Kesukuan menjadi pergumulan serius di dalam berbagai

kehidupan masyarakat bahkan gereja. Realita menunjukkan bahwa

toleransi dalam perbedaan ternyata lebih sulit untuk dilakukan dari

pada dikatakan. Di bawah kesadaran manusia terkadang terdapat

kebencian dan dendam yang terus membara terhadap sesama kita.

Alkitab menunjukkan kepada kita bila dalam keselamatan saja Allah

menerima segala bangsa, demikian juga kita harus belajar menerima

orang-orang yang berbeda suku dan budaya dengan kita.

Dalam pelayanan misi, sebuah gereja dapat menjangkau

kelompok orang yang sesuku denganya. Hal tersebut tentu bagian dari

panggilan sebuah gereja. Meskipun demikian, gereja-gereja pada

umumnya dipanggil Tuhan untuk menjangkau segala bangsa. Itulah

sebabnya gereja belajar untuk melayani semua orang yang berasal dari

berbagai latar belakang yang berbeda. Untuk dapat melakukan hal ini,

gereja perlu memandang semua orang dalam kaca mata Kristus. Jika

seseorang menilai orang lain dengan kaca matanya sendiri, orang

tersebut akan melihat berbagai kelemahan orang lain yang

membuatnya sulit untuk menerima dan mengasihinya. Namun, jika ia

melihat orang tersebut dalam kaca mata Tuhan; bahwa sesamanya

adalah seorang anak Tuhan yang Tuhan rela mati dan memberikan

nyawanya bagi orang tersebut, ia akan belajar untuk menerima dan

mengasihi orang tersebut.

146

D. Penutup

Alkitab menceritakan mengenai sejarah keselamatan yang

Tuhan kerjakan dalam dunia ini. Sejarah keselamatan memperlihatkan

campur tangan Allah dalam sejarah umat manusia. Ini menjadi

kesaksian yang terus menerus disampaikan Alkitab bagi orang-orang

percaya. Nama Tuhan (Yahwe) menegaskan kehadiran dan kesetiaan

Tuhan dalam kehipan umat-Nya. Demikian juga dengan nama Imanuel

yang diperkenalkan untuk menyebut Yesus menegaskan akan janji dan

pernyetaan Allah yang kekal bagi umat Tuhan.

Kitab Suci memperlihatkan bahwa manusia gagal dalam

memenuhi perjanjiannya dengan Tuhan; walaupun telah ditebus,

bangsa Israel kembali memberontak kepada Tuhan dan Ia menghukum

mereka ke pembuangan. Sejarah manusia ditandai dengan

pemberontakan manusia dan sejarah Tuhan ditandai dengan

kesetiaan-Nya yang tanpa batas bagi manusia.

Meskipun demikian, dalam Alkitab kita melihat bahwa Tuhan

ikut campur tangan dalam sejarah manusia; justru dipuncak kegagalan

mereka, Kristus datang mengubahkan arah dan lajunya sejarah

manusia sehingga dalam kedatangan-Nya manusia sekarang memulai

sejarah baru, yakni sejarah Kerajaan Allah. Kedatangan-Nya pada

dasarnya mengakhiri masa pemerintahan dosa dan kejahatan dalam

dunia ini. Jika sebelumnya baik manusia maupun dunia ini dibawah

kendali dosa, dalam Kristus dunia dibawa kepada perubahan.

Dunia dan kehidupan orang percaya di masa kini juga

merupakan bagian dari sejarah keselamatan Tuhan. Arah dari sejarah

keselamatan sudah ditetapkan oleh Tuhan dan tidak ada seorang pun

dapat mengubahkannya. Gereja hadir dalam perjalanan sejarah

keselamatan ini dan Tuhan ingin melibatkan gereja untuk mengambil

bagian dalam proses hadirnya Kerajaan Allah di dunia ini.

147

Mengkomuni kasikan

Ringakasan

1. Kedatangan Yesus membukakan sejarah baru dalam sejarah

manusia, yakni sejarah keselamatan.

2. Sementara sejarah manusia menuju kepada kematian oleh

karena dosa, kematian dan kebangkitan Yesus mengubahkan

sejarah manusia. Dalam karya Yesus, manusia berjalan dalam

proses pemulihan.

3. Gereja hadir untuk berpartisipasi dalam pembaruan sejarah

manusia.

Ayat Hafalan

Dan aku melihat seorang malaikat lain terbang di tengah-tengah

langit dan padanya ada Injil yang kekal untuk diberitakannya

kepada mereka yang diam di atas bumi dan kepada semua

bangsa dan suku dan bahasa dan kaum, dan ia berseru dengan

suara nyaring: "Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena

telah tiba saat penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah

menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air."

Wahyu 14:6-7

Aktivitas

Buatlah sebuah puisi mengenai “memikul salib” dan bacakanlah puisi

ini dalam kelas mendatang.

Bacaan Lebih Lanjut

Ott, Craig, Stephen J. Strauss, and Timothy C. Tennent. Encountering

Theology of Mission: Biblical Developments, and Contemporary Issues.

Grand Rapids: Baker, 2010. Bab 2.

Wright, Christopher J.H. Misi Umat Allah. Terj. Jakarta: Perkantas,

2011. Bab 11.

VanGemeren, William A. The Progress of Redemption: From Creation

to the New Jerusalem. Carlisle: Paternoster, 1988. Bab 29.

148

149

Mengamati

Menanya

Pelajaran 10

Misi Dalam Pengajaran Yesus

A. Pendahuluan Banyak orang Kristen memandang pelayanan misi adalah tugas

dari gereja, para utusan injil atau para misionaris yang diutus untuk

pergi ke daerah-daerah terpencil. Walaupun Tuhan memang

memanggil orang-orang tertentu untuk melayani Dia secara khusus

dalam pelayanan misi tetapi setiap orang Kristen sebenarnya dipanggil

Tuhan untuk terlibat dalam misi pekerjaan Tuhan dalam dunia ini.

Yesus adalah model bagi pelayanan misi bagi gereja maupun

jemaat. Kehidupan, pengajaran, dan pelayanan Yesus menjadi acuan

dalam pelayanan misi yang dikerjakan oleh gereja. Sikap Yesus ketika

Ia berhadapan dengan kelompok orang yang dipandang berdosa,

seperti pemungut cukai, menjadi model pelayanan bagi sekelompok

orang untuk menjangkau kelompok orang yang disebut sebagai

kelompok marginal (terpinggirkan). Di sisi yang lain, pengajaran Yesus

mengenai, misalnya saja garam dan terang dunia, menjadi acuan

dalam prinsip kesaksian orang-orang percaya bahwa mereka harus

menjadi berkat bagi masyarakat di sekitar mereka. Demikian juga

pelayanan yang Yesus kerjakan dalam menghadirkan Kerajaan Allah di

bumi, juga menjadi prinsip pelayanan dari banyak lembaga misi yang

mencoba melayani dengan pendekatan yang holistik.

Diskusikanlah!

Tuhan Yesus mengatakan bahwa hukum yang terutama adalah

mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama manusia. Apakah seseorang

dapat tidak memberitakan injil kepada seseorang yang dikenalnya

dengan baik dengan alasan bahwa ia mengasihi orang tersebut

sehingga ia tidak mau melukai dan menyinggung perasaan orang

tersebut?

Dalam pelajaran ini, kita akan mempelajari dua gagasan yang

Yesus ajarkan kepada murid-muridnya mengenai kesaksian. Pokok

pertama, kita akan mempelajari konsep menjadi garam dan terang

dunia dan, kedua, kita akan mempelajari perintah untuk menjadi saksi

Tuhan sampai akhir zaman.

150

Mengamati

Mengumpulkan

Informasi

Menanya

B. Garam dan Terang Dunia

Kalau kita pikirkan, dalam dunia ini, manusia hanya punya dua

peran yakni mereka yang membuat dunia ini semakin baik atau

mereka yang membuat dunia semakin rusak. Menurut anda, kira-kira

apakah peran orang-orang Kristen saat ini dalam dunia ini terkategori

yang mana apakah membuat dunia makin baik atau membuat dunia

makin rusak?

Dalam dunia ini memang tidak

dapat dipungkiri, ada banyak orang Kristen

yang hidupnya baik. Ibu Theresa adalah

salah satunya. Ia pergi ke India untuk

melayani orang-orang yang sakit dan

miskin. Orang-orang kusta yang dibiarkan

dipinggir-pinggir jalan, oleh ibu Theresa

dilayani dan dirawat. Kehadiran dan

pelayanannya menginspirasi banyak orang

sehingga ia menjadi orang yang diberikan

penghargaan, mendapatkan “nobel,” pelayanannya membuat banyak

orang-orang Kristen menyadari pentingnya menaruh perhatian bukan

saja terhadap kebutuhan rohani manusia, namun juga terhadap

kebutuhan jasmaninya.

Di sisi yang lain, kita pun menemukan ada orang-orang

tertentu, yang walaupun mereka beragama namun menipu rekan

bisnisnya sendiri sehingga ia harus dipenjarakan. Ada juga tahanan

yang beragama Kristen berulang kali masuk penjara karena menjadi

pengedar narkoba. Fakta-fakta ini memperlihatkan bahwa ada banyak

juga orang-orang Kristen yang tidak memberikan pengaruh baik dalam

dunia ini.

Diskusikanlah!

Pernahkah kita bertanya, mengapa ada orang Kristen melakukan

kejahatan dan akhirnya dipenjarakan? Mengapa orang Kristen tidak

menjadi berkat dan malah menjadi cemoohan bagi dunia ini?

Kehidupan orang-orang Kristen memang tidak sempurna.

Mereka dapat memiliki kelemahan-kelemahan tertentu bahkan latar

belakang hidupnya sebelum ia bertobat dapat menghambat kesaksian

hidupnya. Namun, seseorang yang sudah ada dalam Tuhan, hidupnya

pasti berubah dan inilah yang menjadi kesaksian bagi banyak orang.

151

Mengumpulkan Informasi

Mengamati

Kisah pertobatan Zakeus adalah contoh nyata dari kesaksian

hidup seseorang yang menjadi berkat bagi orang lain. Ia adalah

seseorang dengan latar belakang hidup yang tidak baik; namun, saat ia

bertemu Yesus dan mengalami pertobatan, pembaruan hidup yang

nyata melalui perbuatan-perbuatan baiknya, hal inilah yang membuat

orang-orang di sekitar Zakeus memuliakan Tuhan.

Panggilan orang-orang percaya untuk hidup menjadi berkat

bagi dunia ini dapat kita lihat dalam Matius 5:16.

“kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar,

dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain

dibuang dan diinjak orang.”

Sewaktu membaca bagian

ini, kita pastinya bertanya:

apakah bisa garam itu menjadi

tawar? Apakah bisa garam itu

kehilangan asinnya? Rasanya

tidak mungkin bukan. Jika garam

sampai kehilangan asinnya, maka

itu bukan lagi garam namanya. Jadi, jika Yesus kemudian berkata “kita

adalah garam dunia,” itu berarti kita ini pasti akan menjadi orang yang

menjadi berkat bagi orang lain.” Jika kita memang tidak menjadi

garam, jika hidup kita ini tidak menjadi berkat, jika hidup kita tidak

“mewarnai” dunia ini secara positif, itu terjadi karena kita mungkin

memang bukan “garam dunia.”

Yang unik adalah Yesus tidak berkata “hendaklah engkau

menjadi garam dunia?” Namun yang dia katakan adalah “kamu adalah

garam dunia.” Jadi, menjadi garam itu bukan sesuatu hal yang nanti

akan kita alami, namun sekarang ini, saat kita menjadi pengikut Yesus,

kita sudah memiliki kualitas sebagai garam dunia. Sama seperti rasa

asin itu melekat dalam garam, demikian juga dengan kehidupan yang

jadi berkat itu melekat dalam hidup kita. Sama seperti garam tidak

dapat kehilangan rasa asinnya, demikian dengan orang percaya tidak

dapat kehilangan fungsinya sebagai pembawa berkat bagi orang lain.

Ada seorang ibu yang terkena sakit kanker, dalam

penderitaannya yang luar biasa ia dirawat di rumah sakit. Banyak

orang bersaksi, saat mereka mengunjungi ibu ini, mereka pulang justru

banyak dikuatkan oleh kesaksian hidupnya. Dalam penderitaannya ia

bisa jadi berkat bagi orang lain. Inilah contoh dari seseorang yang

hidupnya menjadi garam dan terang dunia.

152

Menalar

Mengumpulkan Informasi

Menalar

Menanya

Walaupun banyak orang mengerti bahwa Tuhan memanggil

mereka menjadi garam dan terang dunia tetapi mereka sering merasa

tidak mengerti bagaimana caranya seorang Kristen dapat menjadi

garam bagi dunia ini? Pertama, seorang Kristen perlu menjadi garam

dengan jalan menjadi berkat bagi orang lain. Pernahkah kita

memikirkan bagaimana caranya supaya kita setiap hari bisa melakukan

setidaknya satu kebaikan bagi orang lain.

Dibandingkan dengan penganut agama lain, orang Kristen itu

sering kali kurang mementingkan yang namanya perbuatan baik. Hal

ini disebabkan karena kita sering memahami ajaran keselamatan

secara tidak seimbang. Kita menyangka jika kita diselamatkan bukan

karena perbuatan baik, kemudian kita menganggap perbuatan baik

menjadi tidak penting. Padahal jika kita membawa ajaran Paulus

tentang keselamatan dalam Efesus 2:8-10, disana kita akan tahu

bahwa kita diselamatkan Tuhan justru supaya kita rajin berbuat baik.

Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman;

itu bukan hasil usahamu tetapi pemberiaan Allah, itu bukan

hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan

diri. Karena kita ini buatan Allah, dicipta dalam Kristus Yesus

untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah

sebelumnya. Ia mau supaya kita hidup didalamnya.

Jadi cobalah untuk selalu berbuat baik, setidaknya satu kali

sehari. Pikirkan kepada siapa kita mau berbuat baik, dalam hal apa kita

mau berbuat baik. Kita harus ingat bahwa perbuatan baik, tidak selalu

bentuknya adalah memberi uang. Perbuatan baik memiliki beragam

bentuk, misalnya, (i) memberikan perhatian pada teman yang sedang

susah; (ii) bersikap ramah terhadap orang tua, mau mengerti kondisi

orang tua sehingga kita tidak memaksakan keinginnan kita, juga

merupakan perbuatan baik; (iii) rela untuk membantu atau

membimbing adik saat susah membuat PR, tidak marah-marah saat

ditanya juga merupakan sebuah perbuatan baik.

Diskusikanlah!

Apakah perbedaan dari perbuatan-perbuatan baik yang dikerjakan

seorang Kristen dan orang lainnya? Hal apakah yang membuat

perbuatan baik seorang Kristen diterima oleh Tuhan?

153

Menalar

Mengamati

Menanya

Mengamati

Kedua, kita perlu menjadi garam dalam dunia ini, dengan jalan

tidak ikut-ikutan dalam hal-hal yang jahat atau salah. Salah satu fungsi

garam adalah mencegah pembusukan. Dalam konteks dunia ini, fungsi

dari “garam dunia” adalah mencegah dunia ini menjadi “busuk/rusak”

karena dosa. Salah satu hal yang orang-orang Kristen dapat lakukan

sebagai garam dan terang dunia adalah dengan jalan tidak ikut-ikutan

melakukan hal yang salah. Bahkan, seorang Kristen dipanggil Tuhan

juga untuk menyatakan hal yang benar kepada mereka yang berlaku

tidak benar.

Banyak orang mengatakan dunia remaja adalah dunia

persahabatan. Dalam dunia persahabatan yang namanya

kebersamaan adalah hal yang penting, bahkan dalam hal-hal yang

salah. Ada banyak remaja yang gara-gara pertemanan dan

persahabatan rela sama-sama kabur atau bolos dari sekolah, sama-

sama merokok, sama-sama melawan guru, sama-sama mencontek,

sama-sama buat keributan dan ulah.

Kalau seorang Kristen mau jadi garam dunia, ia tidak dapat ikut-

ikut-ikutan hal yang salah, kenapa demikian? karena justru waktu kita

ikut-ikutan yang salah, kita disana tidak menjadi berkat, tidak juga

menolong teman-temannya yang salah; selain itu, ia pun turut

membenarkan kesalahan mereka dengan jalan ikut-ikutan melakukan

hal yang sama.

Diskusikanlah!

Carilah dalam Alkitab beberapa tokoh yang memiliki komitmen yang

kuat untuk berani berkata benar dan bertindak dengan benar

walaupun mereka harus berhadapan dengan permusuhan dunia

karena sikapnya tersebut!

SIkap kompromistis terhadap hal yang salah membuat

pelayanan misi tidak efektif. Walaupun dalam pelayanan misi,

seseorang harus berupaya untuk menjadi berkat dan diterima oleh

masyarakat yang akan dilayaninya, tetapi sikap kompromi terhadap

hal yang salah justru akan mematikan pelayanan misi. Itulah

alasannya, dalam pelayanan misi seseorang harus membedakan

antara pendekatan dan esensi dari pemberitaan injil. Pendekatan yang

seseorang lakukan terhadap sebuah komunitas bersifat fleksibel tetapi

pemberitaan injil bersifat mutlak. Hal yang benar dan salah tidak dapat

dikompromikan dan harus dinyatakan dengan tegas.

154

Mengumpulkan

Informasi

Menalar

Menanya

Ketiga, untuk menjadi orang yang jadi berkat, belajarlah untuk

tidak bersungut-sungut dalam segala sesuatu. Nasehat Rasul Paulus

dalam Filipi 2:14-15 kita perlu dengarkan.

Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut

dan berbantah-bantah, supaya kamu tiada beraib dan tidak

bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela

ditengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan sesat

ini, sehingga kamu bercahaya diantara mereka seperti

bintang-bintang di dunia.

Perhatikan istilah “supaya.” Istilah ini digunakan untuk

memperlihatkan sebuah akibat tertentu. Jika anak-anak Tuhan

melakukan segala sesuatu tanpa sungut-sungut dan berbantah-

bantahan, akibatnya adalah kita akan jadi berkat dalam bekerja.

Sebaliknya, jika kita melakukan segala kewajiban hidup kita dengan

sungut-sunggut, dengan keluhan, dengan gerutuan dan

mengerjakannya sambil ribut dengan orang lain, maka kita tidak akan

menjadi berkat. Kita hanya akan menjadi cela bagi orang lain.

Belajar melakukan segala sesuatu dengan sukacita memang

tidak mudah, apalagi jika yang harus seseorang lakukan itu bukan hal

yang menyenangkannya. Namun, jika kita melakukannya dengan

sungguh-sungguh, orang yang melihat apa yang kita lakukan, akan

terberkati dengan kinerja dan integritas kita. Sukacita dalam

mengerjakan segala sesuatu dapat seseorang miliki jika ia memiliki

cara pandang yang benar dalam bekerja. Seorang Kristen seharusnya

memandang kerja sebagai hal yang indah dan kepercayaan dari Tuhan

sehingga ia mengerjakan tugasnya dengan penuh sukacita.

Jadi, kalau seseorang ingin hidupnya menjadi berkat,

lakukanlah segala sesuatu dengan penuh sukacita. Saat diminta

pelayanan, jangan mengeluh, berikanlah respons sukacita. Saat diberi

tugas oleh guru, kita tidak perlu bersungut-sungut tetapi kerjakan

dengan sebaik-baiknya. Saat orang tua meminta bantuan untuk

melakukan sesuatu hal, jangan menggerutu, lakukanlah dengan rela

hati, maka hidup kita akan jadi berkat.

Diskusikanlah!

Hal apakah yang paling anda tidak sukai untuk dilakukan? Mengapa

anda merasa demikian dan bagaimana cara anda mengatasi persoalam

tersebut?

155

Mengumpulkan Informasi

Menalar

C. Bersaksilah

Dalam Kisah Para Rasul 1:6-8, Tuhan Yesus mengatakan murid-murid-

Nya akan menjadi saksi-saksi Tuhan jika Roh Kudus turun atas mereka.

Dari apa yang Tuhan Yesus katakan, kita belajar bahwa kesaksian itu

tidak mungkin dapat kita lakukan dengan efektif tanpa kekuatan dan

pertolongan dari Roh Kudus.

Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: "Tuhan,

maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi

Israel?" Jawab-Nya: "Engkau tidak perlu mengetahui masa

dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-

Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus

turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di

Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke

ujung bumi."

Pernahkah kita memikirkan, mengapa seorang yang tidak

memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi, seperti Petrus, dapat

membuat 3000 orang di kota Yerusalem bertobat, saat ia berkotbah

kepada mereka?

Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri

dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-

kira tiga ribu jiwa.

Kisah Para Rasul 2:41

Pada waktu itu, orang-orang yang tinggal di Yerusalem adalah orang-

orang yang dianggap ‘orang kota,’ mereka bukan orang desa yang

kurang pendidikan. Tetapi, mengapa Petrus, yang merupakan orang

desa, dapat membuat orang kota percaya kepada apa yang dia

katakan? Inilah peran Roh Kudus. Ia berbicara memakai perkataan

Petrus.

Kesaksian yang efektif itu ternyata tidak bergantung pada

kemampuan bicara seseorang. Namun, bergantung pada kedaulatan

Tuhan. Apakah saat anda sedang berbicara dengan orang yang anda

ingin beritakan injil, adalah saat Tuhan untuk membukakan hatinya?

jikalau saat itu bukan saat Tuhan, maka tidak mungkin orang tersebut

akan terima Tuhan, walaupun anda sudah mempresentasikan injil

dengan baik. Mengapa demikian? Sebab pertobatan seseorang adalah

karya Roh Kudus.

156

Mengumpulkan Informasi

Menalar

Bagaimanakah caranya menyaksikan Kristus itu? Ada orang-

orang yang menyaksikan Kristus dengan jalan mempresentasikan injil

secara verbal. Cara ini memang dapat dipakai Tuhan dengan efektif,

namun kita harus benar-benar berhati-hati menggunakannya.

Mengapa? sebab jika kita tidak hati-hati, maka orang yang akan kita

injili malah tertutup dengan kesaksian yang ingin kita sampaikan. Cara

yang kedua adalah menyaksikan Kristus dengan kehidupan. Cara ini

lebih efektif dan aman dibanding dengan cara yang pertama. Cara yang

kedua ini, tetap akan mempresentasikan injil, namun itu baru akan

dilakukan, jika memang orang yang kita hendak injili tertarik dengan

kehidupan kita dan bertanya tentang keyakinan iman kita.

Kita harus belajar seperti gereja mula-mula, dimana kehidupan

kita setiap hari dinilai menarik oleh masyarakat, dan hal tersebut

membuat banyak orang yang tidak mengenal Kristus tertarik dengan

iman Kristen. Lihat Kisah 2:43-47

Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu

mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang

yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala

kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu

ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-

bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan

masing-masing. 46 Dengan bertekun dan dengan sehati

mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka

memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir

dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan

tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua

orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka

dengan orang yang diselamatkan.

Jemaat mula-mula kehidupannya disukai banyak orang. Hal ini

memperlihatkan bahwa kehidupan mereka memiliki daya tarik bagi

orang lain. Pertanyaannya adalah hidup yang menarik itu yang

bagaimana? Hidup yang menarik bukanlah hidup yang berupaya untuk

menyenangkan orang lain. Kehidupan yang memiliki daya tarik

mempunyai dua komponen yakni: 1) hidup dalam kesalehan 2) hidup

dalam kebaikan. Orang akan tertarik dengan kehidupan kita jika kita

hidup dalam kesalehan, tidak ikut-ikutan melakukan dosa, tidak ikut-

ikutan punya kebiasaan-kebiasaan buruk. Orang juga akan tertarik

dengan orang-orang yang punya kasih dan nilai kemanusiaan yang

tinggi.

157

Menanya

Mengumpulkan Informasi

Diskusikanlah!

Carilah beberapa tokoh dalam Kekristenan yang kehidupannya sangat

baik dan menjadi saksi bagi Tuhan; ceritakan mengapa tokoh-tokoh

tersebut dapat memiliki kualitas hidup yang demikian?

Dimanakah murid-murid Tuhan harus menjadi saksi-saksi

Tuhan? Tuhan Yesus menegaskan dalam Kisah Para Rasul 1:8: di

Yerusalem, Yudea, Samaria sampai ujung-ujung bumi. Apakah maksud

Tuhan Yesus dengan Yerusalem, Yudea, Samarai dan sampai ujung-

ujung bumi? mari kita pikirkan bagian ini.

Pertama, Kesaksian dimulai dari Yerusalem. Tuhan meminta

supaya murid-muridnya bersaksi di Yerusalem. Apakah yang

dimaksudkan dengan Yerusalem? Yerusalem sebenarnya menunjuk

pada Bait Allah, tempat dimana umat Tuhan datang untuk menyembah

dan berbakti kepada Tuhan. Jadi sungguh menarik, waktu Tuhan Yesus

menyuruh murid-murid-Nya untuk bersaksi di Yerusalem, di tempat

dimana bait Allah ada, tempat dimana orang beribadah kepada Allah.

Pertanyaannya adalah mengapa murid-murid Yesus diminta

untuk bersaksi di Yerusalem? Jawabannya adalah sebab walaupun di

Yerusalem ada bait Allah dan walaupun Yerusalem adalah tempat

orang berdoa dan berbakti, hal itu tidak berarti orang-orang dalam

kota tersebut sudah percaya Yesus. Komunitas religius seperti orang-

orang Yerusalem justru menolak Yesus saat Ia datang dalam dunia. Itu

menunjukkan bahwa mereka pun membutuhkan injil.

Yerusalem itu sejajar dengan gereja, tempat dimana orang-

orang beribadah dan berbakti. Pertanyaannya adalah apakah semua

orang yang ada di gereja, di tempat berbakti adalah orang percaya

Yesus? Jawabannya adalah tidak. Ada banyak orang yang datang ke

gereja, justru bukan orang percaya. Itulah sebabnya, kita perlu

bersaksi juga dalam gereja. Bagaimana cara kita bersaksi dalam gereja?

Perilaku hidup, tutur kata, sikap saat beribadah, kesungguhan dalam

melayani, semuanya itu adalah sarana kesaksian hidup kita.

Kedua, Tuhan meminta murid-muridnya bersaksi di Yudea.

Apakah yang dimaksudkan dengan Yudea? Yerusalem adalah ibu

kotanya dan Yudea adalah provinsinya. Murid-murid Yesus yang

pertama adalah orang-orang Yahudi, saat Yesus meminta murid-

murid-Nya untuk bersaksi di Yudea, maka ia sedang meminta mereka

untuk bersaksi kepada sesama mereka, kepada orang-orang yang

menjadi satu kelompok dengan mereka.

158

Mungkin di zaman sekarang, yang namanya Yudea itu sejajar

dengan ‘kelompok bermain kita’ atau teman-teman kita di sekolah.

kelompok orang-orang yang dapat dikategorikan sebagai orang-orang

yang terhisab dalam istilah ‘kita.’ Tuhan ingin orang Kristen bersaksi

pada orang-orang yang satu golongan, memiliki kesamaan dengan kita.

Jadi jika anda punya teman di sekolah, Tuhan ingin anda pun bersaksi

kepada mereka.

Bersaksi kepada teman pasti tidak mudah. Tuduhan atau

sindiran mungkin akan kita terima dari mereka yang tidak terima

dengan kesaksian kita. Orang yang sekelompok dengan kita, yang

mungkin mengetahui keburukan-keburukan masa lalu kita, sehingga

saat kita bersaksi secara verbal, mereka menolaknya karena merasa

kita munafik.

Itulah sebabnya, kesaksian melalui kehidupan adalah cara yang

paling efektif untuk bersaksi kepada mereka. Tunjukanlah bahwa anda

sudah berubah, tunjukan bahwa anda masih mengasihi mereka,

tunjukan bahwa Kristus hidup dalam anda, dan selalau siap sedia,

kapan pun mereka tanya tentang Yesus, anda harus siap

menceritakannya.

Ketiga, Tuhan ingin murid-murid-Nya bersaksi juga di Samaria.

Yang dimaksudkan Samaria adalah orang-orang yang berbeda dengan

kita atau orang-orang yang barangkali kita musuhi. Tuhan Yesus ingin,

umat Tuhan menyadari bahwa Allah memanggil kita bukan sekadar

untuk bersaksi terhadap orang-orang yang kita senangi. Namun Tuhan

juga ingin kita dapat menjadi saksi bagi orang-orang yang tidak kita

sukai.

Siapakah orang-orang yang tidak kita sukai? mungkin musuh

kita, mungkin sekelompok orang yang kita anggap menganiaya kita,

atau orang-orang yang pernah melukai kita. Pada umumnya, jika kita

berhadapan dengan orang yang kita musuhi, kita akan bersikap tidak

baik. Nah sekarang Tuhan ingin kita bersaksi terhadap mereka. Jadi

walaupun kita sakit hati dengan mereka, namun karena Tuhan

memanggil kita untuk bersaksi juga kepada mereka, maka kita harus

berubah, kita harus mampu mengampuni mereka dan tetap bersikap

ramah terhadap mereka.

Kita jangan menjadi seperti Yunus, yang lebih senang melihat

orang yang tidak disukainya dibinasakan Tuhan dari pada melihat

mereka bertobat. Dalam pelayanan misi, seseorang harusnya

menangis ketika melihat sebuah bangsa hidup dalam dosa sebab

mereka akan dibinasakan Tuhan.

159

Menanya

Keempat adalah sampai ujung-ujung bumi. Tuhan Yesus ingin

orang-orang percaya menyadari bahwa panggilan mereka untuk

bersaksi bukan hanya sebatas orang yang kita kenal, kita bahkan harus

mempunyai kerinduan untuk orang-orang yang tidak kita kenal. Ujung-

unjung bumi menunjuk pada bangsa-bangsa atau suku-suku bangsa

yang mana kita asing dengan mereka.

Apakah yang harus kita lakukan untuk mendukung pelayanan

misi yang Tuhan sedang kerjakan dalam dunia ini?

1. kita dapat berdoa untuk orang-orang yang tidak dapat kita

jangkau. Kita harus realistis, kita mungkin tidak dapat pergi ke

tempat-tempat yang asing sebab kita masih sekolah, namun

kita dapat berdoa untuk mereka. Doa merupakan salah satu

dari dua unsur penting dalam sebuah kebangunan rohani.

Itulah sebabnya mengambil bagian dalam doa misi merupakan

sebuah pelayanan yang sangat penting untuk dapat diikuti oleh

orang-orang percaya.

2. Jika kelak anda sudah dewasa dan Tuhan mengaruniakan

kepada anda suatu panggilan untuk melayani suku-suku yang

belum pernah mendengar atau menerima berita injil, maka

anda dapat bergabung dengan seminari atau sekolah misi

untuk mempersiapkan and bersaksi di tempat-tempat dimana

Tuhan menempatkan anda.

3. Orang-orang percaya dapat mendukung pelayanan misi

melalui persembahan misi. Jemaat dapat menyumbangkan

dana, dalam bentuk uang untuk mendukung berbagai

pelayanan untuk suku-suku yang belum kenal Tuhan. Dalam

Alkitab, kita menemukan tokoh-tokoh yang terlibat dalam

pelayanan misi khususnya sebagai penyokong dana. Dalam

pelayanan Rasul Paulus, misalnya, ia menyebutkan beberapa

nama orang yang dikenalnya di jemaat Roma; misalnya saja,

nama Febe (Roma 16:1-2), yakni seseorang yang berperan

sebagai seorang diaken dalam memperhatikan orang-orang

miskin tetapi juga sebagai penyokong pelayanan misi yang

Paulus kerjakan.

Diskusikanlah!

Suku manakah di Indonesia yang anda terbeban untuk doakan?

Jelaskan mengapa anda memiliki beban khusus untuk suku tersebut

dan hal-hal apakah yang anda ingin doakan bagi mereka?

160

D. Penutup

Jim Petersen

mengingatkan kita bahwa ada hal-

hal utama dan esensi yang

berbeda antara orang-orang yang

ada dalam Kristus dengan dunia

ini. Dalam hal apakah mereka

berbeda? Jawabannya adalah

dalam hal iman, kasih dan

pengharapan. Iman yang

seseorang miliki akan membuat

anak-anak Tuhan bertekun,

bahkan saat berhadapan dengan

kesukaran. Kasih akan membuat

mereka hidup dalam kemurahan

hati. Pengharapan akan membuat umat Tuhan hidup dalam sukacita

dan damai sejahtera.

Dalam pengajaran Yesus, melayani dalam misi adalah sama

dengan menyatakan kesaksian mengenai Yesus dan karya-Nya dalam

hidup kita. Bersaksi bagi Tuhan dapat dilakukan secara verbal ataupun

melalui kehidupan. Ada kalanya kita harus menyaksikan Kristus secara

verbal tetapi sering kali menyaksikan Yesus perlu dilakukan melalui

kehidupan.

Kehidupan yang saleh dan baik dapat menjadi alat yang efektif

di tangan Tuhan dalam menyaksikan Kristus. Kehidupan yang tidak

kompromi dengan dosa dan kehidupan yang baik tentunya membuat

orang bertanya mengenai hal yang menyebabkan kita memiliki

kehidupan yang demikian. Yesus adalah jawabannya.

161

Mengkomuni kasikan

Ringkasan

1. Panggilan murid-murid Yesus sebagai garam dan terang dunia

menekankan kontribusi orang-orang percaya dalam dunia ini.

2. Para pengikut Yesus dipanggil untuk bersaksi dalam dunia ini

melalui perkataan dan perbuatan.

3. Pelayanan misi seharusnya memperhatikan baik pemberitaan

dan kesaksian hidup jemaat.

Ayat Hafalan

Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu

saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian

pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang

akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu

saling mengasihi."

Yohanes 13:34-35

Aktivitas

Carilah seorang atlet atau seniman atau pemusik dan wawancarailah

orang tersebut dan tanyakan bagaimana mereka melakukan disiplin

diri dalam hidup mereka. Belajarlah dari mereka mengenai pentingnya

disiplin rohani bagi kehidupan anak-anak Tuhan.

Bacaan Lanjutan

Kuyper, Abraham. Iman Kristen dan Problema Sosial. Surabaya:

Momentum, 2004. Bab 4.

Petersen, Jim. Living Proof. Bandung: Pioner, 2012. Bab 9.

Wright, J. H. Christopher. Misi Umat Allah. Jakarta: Perkantas 2011.

Bab 9.

162

163

Mengamati

Mengumpulkan Informasi

Pelajaran 11

Misi Dalam Gereja Mula-Mula

A. Pendahuluan

Pelayanan misi dikerjakan oleh banyak denominasi gereja.

Gereja-gereja Protestan, termasuk dalamnya gereja-gereja Reformed,

Lutheran, Baptis, Metodis dan gereja-gereja lainnya terlibat dalam

berbagai pelayanan misi. Hal yang sama juga dikerjakan oleh gereja-

gereja Katolik dan Anglikan. Hal ini menunjukkan bahwa misi

merupakan pelayanan yang Tuhan tanamkan dalam natur gereja

sehingga walaupun ada berbagai macam denominasi dan aliran dalam

gereja, mereka memiliki hal yang sama, yakni kesadaran dalam

melayani misi Tuhan.

Gereja Mula-Mula merupakan model bagi pelayanan misi

gereja masa kini. Istilah “Gereja Mula-Mula” mengimplikasikan bahwa

gereja yang dimaksudkan adalah komunitas pertama. Ada berbagai

nama yang digunakan untuk menyebut orang-orang yang menjadi

pengikut Yesus di abad pertama Masehi. Sebagai contoh, dalam Kisah

Para Rasul 11:26 Lukas mencatat bahwa di Antiokhialah orang-orang

yang menganut ajaran tentang Yesus disebut sebagai “Kristen”; selain

itu, para pengikut Yesus sering disebut juga sebagai “gereja atau

jemaat (lih. 1Kor 1:2), saudara-saudara (lih. Kis 12:17), pengikut jalan

Tuhan (lih. Kis 24:14, 22), dan murid-murid (lih. Kis. 18:23).”

Perkembangan gereja dalam sejarah dapat dilihat dalam

berbagai perspektif. Dalam iman Kristen, gereja terbentuk di hari

Pentakosta. Setelah itu, gereja mengalami perkembangan yang pesat.

Sebagian dari kisah pertumbuhan dan perkembangan gereja dapat kita

baca dalam Alkitab, khususnya dalam surat-surat Paulus dan Kisah

Para Rasul. Selain itu, dalam surat Petrus yang pertama, yang

dialamatkan kepada orang-orang Kristen yang disebut sebagai kaum

diaspora, gereja nampaknya berkembang luas di berbagai wilayah Asia

(Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kicil dan Bitinia). Sementara itu,

tradisi gereja juga menyebutkan berbagai wilayah yang menjadi pusat

dari pelayanan para Rasul di luar Asia. Sebagai contoh, Rasul Thomas

pergi ke India dan mati sebagai martir di sana pada tahun 72 Masehi

dan Matius pergi ke Etiopia dan menjadi pemimpin jemaat di sana.

Gereja yang berkembang pada era abad pertama Masehi ini disebut

sebagai the early church “Gereja Perdana” atau “Gereja Mula-Mula.”

164

Mengumpulkan Informasi

Menanya

Kehidupan Gereja Perdana disaksikan baik secara ekternal dan

internal. Yang dimaksudkan dengan kesaksian eksternal adalah

catatan-catatan sejarah mengenai gereja yang ditulis bukan oleh

orang-orang Kristen. Catatan-catatan ini penting untuk diperhatikan

sebab mereka memberikan keterangan yang dipandang objektif

karena mereka berasal bukan dari kesaksian sendiri. Kesaksian internal

adalah catatan mengenai Gereja Mula-Mula yang ditulis oleh orang-

orang Kristen. Kesaksian eksternal mengenai Gereja Perdana tidak

banyak jumlahnya.

Salah satu catatan penting tentang orang-orang Kristen ditulis

oleh seorang Gubernur Romawi bernama Pliny. Kesaksian internal

akan diambil dari Kisah Para Rasul 2:41-47. Lukas penulis Kisah Para

Rasul menuliskan kesaksian mengenai Gereja Perdana; dalam

pendahuluan injilnya Lukas mengatakan bahwa sebelum menuliskan

injilnya, ia melakukan proses penelaahan untuk memastikan apa yang

dituliskannya adalah hal yang benar (Luk. 1:1-4). Lukas tentunya

melakukan hal yang sama dengan buku Kisah Para Rasul yang

merupakan kelanjutan dari Injil Lukas.

Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun

suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi

di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh

mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan

Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa

itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil

keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu,

supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu

yang diajarkan kepadamu sungguh benar.

Diskusikanlah!

Bagaimana situasi dan kondisi yang dihadapi oleh Gereja Mula-mula

dan bagimana mereka memperlihatkan identitas mereka ditengah-

tengah situasi dan kondisi yang mereka hadapi?

Dalam pelajaran ini kita akan mempelajari beberapa hal. Kita

akan mendikusikan konteks sejarah dari Gereja Mula-mula, setelah itu,

kita akan membicarakan catatan Pliny dan Kisah Para Rasul mengenai

Gereja Mula-mula, dan kita juga akan memikirkan teladan Gereja

Mula-mula bagi gereja masa kini.

165

Mengumpulkan Informasi

B. Konteks Gereja Mula-mula

Abad pertama Masehi menyediakan hal-hal yang dibutuhkan

gereja untuk berkembang. Pertama, di periode ini bahasa Yunani yang

dijadikan sebagai bahasa internasional membuat kesaksian injil dapat

diberitakan di berbagai wilayah di luar Palestina. Tanpa adanya bahasa

yang sama yang digunakan dalam memberitakan injil, perkembangan

Kekristenan mungkin akan lebih lambat. Kedua, adanya jalur

perjalanan yang menghubungkan Asia dan Eropa. Jalur perdagangan

yang disebut sebagai jalur sutra juga memberikan kontribusi dalam

menghubungkan berbagai dareah di Asia. Pemerintah Roma

menyediakan sarana dan menjaga jalur-jalur tersebut untuk

menjadikan semua wilayah Roma sebagai wilayah yang damai. Sarana

perjalanan tersebut memberikan keuntungan bagi gereja mula-mula

dalam memberitakan injil ke berbagai wilayah baru. Jadi, kita melihat

bahwa pekerjaan Tuhan ternyata menggunakan sarana-saranan yang

juga bersifat natural.

Meskipun demikian, abad pertama

Masehi adalah periode yang tidak mudah

bagi komunitas orang percaya. Walaupun

penganiayaan pertama kali terjadi dalam

pemerintahan Kasira Nero (64 M), namun

sejak awal berdirinya gereja, Kekristenan

mengalami tekanan baik dari kelompok

Yahudi maupun dari pemerintah Roma.

Setelah masa Kaisar Nero, gereja masih

mengalami sepuluh periode penganiayaan

sampai tahun 310 Masehi. Lebih dari satu

juta orang-orang Kristen menjadi martir di era-era penderitaan

tersebut.

Tantangan utama dari Kekristenan datang dari orang-orang

Yahudi. Walaupun orang-orang percaya yang pertama-tama adalah

orang-orang Yahudi dan mereka tetap menjadi bagian dari orang-

orang Yahudi, pemberitaan dari orang-orang Kristen mengenai Yesus

membuat mereka dikucilkan bahkan dicelakakan orang-orang Yahudi.

Kisah Para Rasul 4:1-22 mencatat mengenai sikap dan respons negatif

dari para pemimpin agama Yahudi; demikian juga dengan Kisah Para

Rasul 13-14, Lukas mencatat bahwa permusuhan terhadap pelayanan

Rasul Paulus dan teman-temannya justru datang dari orang-orang

Yahudi.

166

Menalar

Menanya

Tatangan kedua datang dari orang-orang bukan Yahudi. Pada

abad pertama Masehi Kekaisaran Roma tidak melarang adanya

perkembangan suatu agama selama keyakinan tersebut tidak

menyerang kebijakan Pemerintah Roma. Dalam kaitannya dengan

kehidupan keagamaan, masyarakat Roma pada umumnya memiliki

keyakinan yang politeis; mereka tidak melarang seseorang menyebah

dewa manapun tetapi mereka tidak dapat menerima jika ada orang

yang melarang orang lain menyebah dewa orang lain atau mengatakan

dewa orang lain bukan Tuhan. Orang-orang Kristen memberitakan

bahwa hanya Yesus yang adalah Tuhan dan tidak ada tokoh lain,

termasuk kaisar, yang dapat dipanggil Tuhan atau disembah sebagai

Tuhan. Sikap yang seperti ini dipandang sebagai bentuk intoleransi

bahkan dipandang dapat mengancam kebijakan dari pemerintah Roma

dalam menjadikan seluruh wilayah Roma sebagai kawasan yang aman

dan damai.

Tantangan ketiga datang dari dalam, yakni dari kelompok

orang Kristen tentu. Dalam Kisah Para Rasul 15 dan Galatia 1-2, kita

membaca bahwa ada kelompok orang Kristen Yahudi yang mencoba

untuk mengajarkan ajaran lain yang berbeda dengan inti berita injil,

bahwa seseorang diselamatkan dan menjadi umat Allah hanya karena

imannya kepada Kristus. Demikian juga, dalam surat 2 Petrus dan

Yudas, kita membaca mengenai kelompok orang Kristen tertentu yang

walaupun mereka nampaknya berperan sebagai guru atau

pengkhotbah namun mereka ternyata menyesatkan orang-orang

Kristen.

Jadi, gereja mula-mula berhadapan dengan berbagai

tantangan. Meskipun demikian, gereja mula-mula tetap bertumbuh

dan berkembang. Orang-orang Kristen pada abad pertama Masehi

berjumlah sekitar 0.8% dari total polulasi, namun dalam 100 tahun,

mereka bertambah dan menjadi sekitar 2.5% dari total populasi, dan

jumlah mereka terus berkembang hingga 13.4% pada abad keempat

Masehi. Sejarah gereja memperlihatkan bahwa pertumbuhan jemaat

semakin kuat ketika pemberitaan injil yang benar dipertahankan dan

pelayanan misi pun berkembang.

Diskusikanlah!

Seorang bapak gereja bernama Justinus Martir mengatakan bahwa

“darah kaum martir” adalah benih gereja; hal ini menegaskan bahwa

kematian dan penderitaan orang percaya dapat menumbuhkan gereja.

Jelaskan apakah anda setuju dengan pernyataan ini?

167

Mengumpulkan Informasi

C. Kesaksian Eksternal

Pliny adalah gubernur

yang memerintah di wilayah

Bitynia dan ia mengirim surat

kepada Kaisar Trajan (112 M)

untuk melaporkan apa yang

dilakukannya kepada orang-

orang Kristen sesuai dengan

ketetapan yang dibuat oleh Kaisar

untuk melarang gerakan

keagamaan yang disebut Kristen. Dalam catatan atau laporan tersebut,

kita dapat melihat bagaiman masyarakat Roma memandang

kehidupan dari orang-orang percaya (gereja), khususnya saat mereka

berhadapan dengan masa-masa hidup yang sukar.

“… sebuah kertas tanpa tanda tangan dihadirkan, dalamnya

terdapat banyak nama. Kepada mereka yang berkata bahwa

mereka bukan seorang Kristen atau bukan lagi seorang

Kristen, aku berpikir bahwa aku harus melepaskan mereka,

yakni saat mereka berdoa kepada dewa-dewa sesuai

dengan perintahku dan memberikan kemenyan dan anggur

kepada patungmu [kaisar] yang aku perintahkan untuk

dibawa ke pengadilan untuk melambangkan para dewa dan

juga patung Christus yang terkutuk; orang-orang yang

benar-benar Kristen tidak pernah dapat melakukannya

[menyembah Yesus bersamman dengan patung Kaisar].

Mereka [orang-orang Kristen] memeliharakan sejumlah

perilaku ganjil, yaitu, di hari yang telah ditentukan untuk

berkumpul, sebelum fajar menyingsing, mereka

mengucapkan perkataan-perkataan yang ditujukan kepada

Kristus, yang disebutnya Allah; dan mereka mengikatkan diri

mereka kepada sebuah sumpah, bukan atas suatu kejahatan

yang mereka lakukan, tetapi sumpah untuk tidak mencuri,

tidak merampok, tidak melakukan perzinahan, tidak

melanggar janji, tidak mengaku tidak punya uang ketika ada

yang membutuhkan. Setelah hal-hal itu selesai, mereka

pergi dan bertemu lagi untuk membawa makanan, sebuah

makanan yang biasa-biasa saja. Bahkan setelah peraturan

yang kubuat atas perintahmu kaisar, mereka tidak berhenti

melakukan semuanya ini.”

168

Mengumpulkan Informasi

Menalar

Dalam laporannya, Pliny menyebutkan beberapa hal yang

dilihatnya dari kehidupan orang-orang

Kristen. Hal pertama yang dilihat Pliny

adalah walaupun ada banyak orang

Kristen yang menyangkali imannya,

orang-orang yang benar-benar Kristen

tidak pernah melakukan hal tersebut.

Mereka tidak dapat memberikan

kemenyan kepada patung kasisar

walaupun bersamaan dengan patung

tersebut ada juga patung atau (mungkin juga) salib Kristus. Kedua,

orang-orang Kristen bertekun dalam doa; saat dini hari mereka selalu

berdoa dan sangat memungkinkan bahwa mereka saling mengaku

dosa satu dengan yang lain. Ketiga, mereka menyatakan komitmen

mereka dan menjalani kehidupan mereka dengan standar moralitas

yang tinggi. Keempat, mereka selalu berbagi dan nampak saling

mengasihi satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan apa yang Pliny sampaikan, kita mendapatkan

beberapa indikasi bahwa orang-orang Kristen tidak lagi dipimpin oleh

para Rasul, dan ini berarti, orang-orang Kristen yang Pliny lihat adalah

orang-orang Kristen generasi kedua. Meskipun demikian, mereka

ternyata memiliki pola kehidupan yang sama dengan pendahulunya.

Mereka sama-sama menjadikan ikrar dan keyakinan iman mereka

sebagai identitas diri mereka; mereka tidak dapat menerima ada sosok

lain yang dapat diterima dan disembah sebagai Allah selain dari Yesus.

Selain itu, disiplin rohani, moralitas dan relasi diantara orang-orang

Kristen juga memiliki kesamaan dengan gereja mula-mula. Hal-hal

itulah yang menjadi kesaksian hidup orang-orang percaya di abad

kedua Masehi.

Hal yang tidak secara eksplisit disebutkan adalah mengenai

ketekunan mereka dalam mempelajari kitab suci. Meskipun hal ini

tidak disebutkan secara langsung, namun mempelajari kitab suci

merupakan bagian utama dari kehidupan rohani orang-orang Kristen

abad kedua Masehi. Upaya dari bapak-bapak gereja di abad kedua

Masehi, misalnya saja Irenaeus, untuk mulai mengidentifikasi tulisan-

tulisan mana yang berotoritas mengindikasikan adanya kebutuhan dari

umat Kristen untuk mempelajari kitab-kitab yang mereka perlukan

dalam membangun kehidupan iman jemaat. Dengan demikian, kita

menemukan setiaknya ada tiga unsur utama yang ada pada Keristenan

awal, yakni: (1) pengakuan iman, (2) disiplin rohani, (3) moralitas dan

relasi yang benar.

169

Mengumpulkan Informasi

D. Kesaksian Internal

Salah satu kesaksian mengenai kehidupan dari Gereja Mula-

mula dapat dilihat dalam Kisah Para Rasul 2:41-47. Dalam bagian ini,

kita membaca mengenai kehidupan orang-orang percaya yang

memiliki cara hidup yang berbeda dari dunia.

Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri

dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-

kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-

rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul

untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah

mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak

mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi

percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka

adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka

yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya

kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-

masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka

berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka

memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir

dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan

tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua

orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka

dengan orang yang diselamatkan.

Lukas memperlihatkan bahwa orang-orang Kristen mengalami

pertumbuhan yang pesat. Lukas mengatakan bahwa “tiap-tiap hari

Tuhan menambah mereka dengan orang yang diselamatkan.”

Meskipun demikian, kita seharusnya menyadari bahwa walaupun

peristiwa ini dicatat dalam sebuah perikop yang pendek, hal ini tidak

berarti bahwa peristiwa tersebut terjadi dalam waktu “seminggu.”

Perkataan “mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan

berdoa” mengindikasikan sebuah pertemuan yang dilakukan berulang-

ulang. Demikan juga dengan frasa “dengan bertekun dan dengan

sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam bait Allah”

mengindikasikan hal yang sama bahwa ada jangka waktu dan proses

yang dilakukan orang-orang Kristen dalam melakukan disiplin rohani

dan membangun kehidupan yang penuh kasih dalam Tuhan. Itulah

sebabnya pelayanan misi membutuhkan sebuah proses yang tidak

sebentar waktunya.

170

Menalar

Menanya

Selain itu, kita pun perlu menyadari bahwa sebelum hari

Pentakosta, hari dimana Tuhan mengerjakan kebangunan rohani

pertama, para murid telah mengalami kebangunan rohani duluan.

Setelah Yesus terangkat ke surga, para murid menantikan apa yang

Yesus janjikan mengenai kedatangan roh Kudus. Mereka

menantikannya melalui doa (Kis. 1.12-14).

Maka kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang

disebut Bukit Zaitun, yang hanya seperjalanan Sabat

jauhnya dari Yerusalem. Setelah mereka tiba di kota, naiklah

mereka ke ruang atas, tempat mereka menumpang. Mereka

itu ialah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus

dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus,

dan Simon orang Zelot dan Yudas bin Yakobus. Mereka

semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama,

dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan

dengan saudara-saudara Yesus.

Dengan demikian, sebelum kebangunan rohani pertama

terjadi, “kebangunan doa” terjadi terlebih dahulu dalam diri murid-

murid Tuhan. Karena doa pada dasarnya adalah ekspresi dari iman

seseorang, maka “kebangunan doa” yang terjadi dalam diri murid-

murid Tuhan pada dasarnya mengindikasikan adanya “kebangunan

iman.”

Dalam sejarah gereja, kita menemukan sebuah pola yang sama

bahwa sebuah kebagungan rohani selalu terjadi beriringan dengan

kebangunan doa dan bertumbuhnya perhatian orang-orang Kristen

terhadap Firman Tuhan. Dalam gereja mula-mula kita menemukan

bahwa kedua aspek tersebut mengawali kebangunan rohani dalam

gereja mula-mula.

Kebangunan rohani ini ditindaklanjuti dengan tiga hal, yakni:

(1) berketekun dengan pengajaran kitab suci (PL) dan pengajaran

rasul-rasul, (2) membangun disiplin rohani, salah satunya melalui doa,

(3) membangun kehidupan yang penuh kasih.

Diskusikanlah!

Apakah dalam sebuah pelayanan misi gereja-gereja yang baru perlu

dibangun dalam sebuah komunitas baru? Jelaskan apakah kehadiran

gedung gereja benar-benar dibutuhkan dalam pembentukan sebuah

jemaat baru?

171

Mengamati

Menalar

E. Belajar dari Gereja Mula-mula

Gereja masa kini dan gereja mula-mula memiliki perbedaan.

Pergumulan yang dihadapi oleh gereja saat ini berbeda dengan Gereja

Perdana. Kita berhadapan dengan tantangan yang berbeda,

pertanyaan yang berbeda, dan juga tuntutan yang berbeda.

Kebanyakan kita tidak berhadapan langsung dengan penganiayaan

fisik atau pertanyaan mengenai boleh tidaknya orang Kristen bersunat

atau tuntutan untuk menyembah kaisar. Sekarang kita berhadapan

dengan sekularisme, pluralisme, dunia yang hancur dan rusak,

pernikahan sejenis dan isu-isu lainnya. Meskipun demikian, kita tetap

dapat belajar dari pengalaman Gereja Mula-mula dan belajar untuk

menjawab pergumulan kita di zaman sekarang dengan prinsip yang

sama dengan apa yang dipegang oleh Gereja Mula-mula.

Hal pertama, kita belajar bahwa Allah bekerja dalam

mengerjakan pertumbuhan gereja. Gereja Mula-mula bertumbuh dan

berkembang karena adanya pemeliharaan Allah. Tatangan yang

dihadapi oleh Gereja Mula-mula mulai dari lahirnya hingga abad

keempat Masehi terus memuncak. Meskipun demikian, kekristenan

tidak mengalami penurunan tetapi justru peningkatan. Dalam seratus

tahun pertama, jumlah orang-orang Kristen adalah sekitar 0.8% dan

seratus tahun kemudian mereka meningkat menjadi 2.5%. Jika pada

abad pertama dan kedua, orang-orang Kristen di beberapa wilayah

mengalami penganiayaan, pada abad ketiga penganiayaan terhadap

orang-orang Kristen hampir terjadi di seluruh wilayah Romawi dan

kekristenan pada abad ketiga meningkat hingga mencapai 7.5%. Di

abad kedua Masehi ada sekitar 81.000 orang Kristen menjadi martir

dan kekristenan tetap bertumbuh, dan pada abad ketiga ada sekiatar

399.000 orang percaya jadi martir dan kekristenan malah bertumbuh

lebih banyak lagi. Pada abad ke empat, jumlah anak-anak Tuhan yang

menjadi martir adalah sekitar 962.000 jiwa dan kekristenan pun

bertumbuh menjadi 13.4%. Hal apakah yang membuat Kekristenan

awal tidak hancur dan musnah saat mereka teraniaya? Dalam

perspektif iman, pemeliharaan Tuhan atas gereja menjadi alasan satu-

satunya yang membuat gereja dapat bertahan.

Kedua, meskipun gereja Tuhan bertahan dalam dunia ini

karena adanya pemeliharaan-Nya, Tuhan bekerja menggunakan

sarana-sarana tertentu dalam menjaga dan memelihara umat-Nya.

Sarana-sarana inilah yang disebut sebagai means of grace “sarana-

sarana anugerah Tuhan.”

172

Mengumpulkan

Informasi

Wayne Grudem, seorang ahli

dalam bidang biblika dan dogmatika,

menjelaskan bahwa sarana-sarana

anugerah adalah segala kegiatan dalam

gereja yang Tuhan gunakan untuk

memberikan lebih banyak anugerah

kepada orang-orang Kristen. Grudem

juga menyebutkan bahwa dalam

keyakinan iman Kristen, ada sekitar

sebelas sarana yang Tuhan jadikan alat

anuegrah dalam kehidupan kita, yakni:

(1) pengajaran Firman Tuhan, (2)

sakramen baptis, (3) sakramen

perjamuan kudus, (4) doa syafaat, (5) ibadah, (6) disiplin gereja, (7)

persembahan, (8) karunia rohani, (9) persekutuan, (10) penginjilan,

(11) pelayanan.

Dalam Kisah Rasul 2:41-47, kita melihat beberapa sarana

anugerah yang Gereja Mula-mula bertekun dalamnya, yakni,

pengajaran yang benar, sakramen, doa, ibadah, persembahan,

penginjilan dan pelayanan. Tentu hal-hal lain yang menjadi sarana

anugerah Allah juga ada dalam Gereja Mula-mula, hanya saja hal-hal

tersebut tidak dibicarakan dalam Kisah Rasul 2. Dalam Kisah Rasul 5:1-

11, kita membaca mengenai disiplin gereja yang dilakukan dalam

Gereja Mula-mula; demikian juga dengan Kisah Rasul 6:1-7, para Rasul

menetapkan orang-orang untuk melayani pelayanan meja

berdasarkan karunia yang Tuhan berikan kepada jemaat.

Ketiga, Gereja Mula-mula memperlihatkan bahwa Tuhan

mengerjakan pertumbuhan melalui sebuah proses. Oleh karena itu,

gereja perlu bersabar dalam menjalani proses pertumbuhan dan

menjalaninya dengan iman. Kita terkadang bergantung kepada apa

yang kita lihat melalui mata, namun cara Tuhan bekerja seringkali

melampaui apa yang kelihatan.

Demikian juga dengan pelayanan misi, Tuhan pun bekerja

sesuai dengan waktu Tuhan. Tuhan Yesus dalam mengerjakan

pelayanan misi-Nya, ia mengutamakan kesetiaan kepada panggilan-

Nya ketimbang mencari jumlah orang untuk menjadi pengikutnya.

Melalui 12 murid-Nya, Allah bekerja membangun dan

mengembangkan Kerajaan Allah di dunia ini. Hal ini memperlihatkan

kepada kita bahwa pekerjaan Allah adalah pasti tetapi Ia terkadang

bekerja secara kasat mata.

173

F. Penutup

Gereja Perdana berhasil melewati tantangan yang mereka

harus hadapi di zamannya. Keberhasilan mereka tentu merupakan

karya Allah. Dia-lah yang menjaga gereja Tuhan sehingga tidak habis

karena penganiayaan. Gereja masa kini juga hendaknya meyakini hal

yang sama bahwa untuk berkembang dan bertumbuh, gereja perlu

bergantung pada Tuhan.

Gereja Perdana bertumbuh melalui sebuah proses yang

panjang. Dalam proses ini Tuhan memakai berbagai sarana anugerah

untuk menumbuhkan gereja. Tuhan memakai pengajaran yang benar,

kehidupan doa, persekutuan, ibadah dan sarana anugerah lainnya

dalam menumbuhkan iman jemaat. Gereja masa kini juga perlu belajar

untuk menggunakan berbagai sarana anugerah Allah dalam

membangun gerejanya. Khotbah-khotbah yang bukan hanya

ekspositoris tetapi juga menekankan Kristus dan sejarah keselamatan

dibutuhkan jemaat. Selain itu, doa syafaat haruslah juga diajarkan

kepada jemaat dan dijadikan bagian dalam disiplin rohani jemaat.

Sakramen, baik itu Baptisan dan Perjamuan Kudus, haruslah diajarkan

terus menerus kepada jemaat supaya mereka memahami makna

sakramen dengan benar. Hal yang sama harus dilakukan terkait

dengan sarana anugerah lainnya.

Dalam doanya (lih. Yoh. 17), Tuhan Yesus meminta kepada

Bapa supaya Ia melindungi murid murid-Nya. Yesus mengutus orang-

orang percaya kepada dunia dan memang dunia adalah tempat yang

berbahaya bagi anak-anak Tuhan, tetapi Tuhan sudah meminta supaya

Bapa melindungi kita. Mungkinkah Bapa tidak mendengarkan doa

Yesus bagi kita? Bapa pasti mendengarkan doa Yesus bagi kita supaya

Ia melindungi kita. Pemeliharaan dan perlindungan Bapa terhadap

gereja sudah kita lihat selama lebih dari 2000 tahun; walaupun gereja

pernah mengalami masa terpuruk dan hampir musnah di era Abad

Pertengahan, tetapi ada tangan Tuhan yang memegang gereja-Nya

dan memulihkannya di era Reformasi. Itulah sebabnya, gereja

seharusnya hidup dengan iman dan percaya akan campur tangan

Tuhan dalam menjalani penggilannya di dunia ini.

Rebecca Manley Pippert mengingatkan bahwa kesaksian

komunitas merupakan bentuk pelayanan misi yang penting. Gereja

dapat menggunakan kelompok kecil atau studi Alkitab sebagai bentuk

pemuridan dan pembentukan pelayanan misi bagi jemaat.

174

Mengkomuni kasikan

Ringkasan

1. Gereja Mula-mula adalah model bagi pelayanan misi gereja

modern.

2. Perkembangan Gereja Mula-mula didukung oleh konteks

historis yang pada dasarnya memperlihatkan karya Tuhan

dibalik sejarah manusia yang membuat Gereja Mula-mula

dapat memberitakan injil secera efektif di zamannya.

3. Gereja Mula-mula berhadapan dengan tantangan external,

khususnya penolakan dari masyarakat dan penganiayaan.

4. Pelayanan Misi bergantung pada pemeliharaan Tuhan.

Ayat Hafalan

Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan yang ajaib di antara segala suku bangsa.

Mazmur 96:1-3

Aktivitas

Buatlah sebuah daftar bagaimanakah anda menghabiskan uang anda

setiap bulan dan sharingkan dengan seorang teman dekatmu berapa

banyak anda menggunakan uang untuk pekerjaan Tuhan dan

bagaimana caranya supaya anda dapat memberi yang terbaik bagi

Tuhan melalui apa yang anda miliki.

Bacaan Lanjutan

Kobong, Th. Iman dan Kebudayaan. Jakarta: BPK, 1994. Bab 3.

Metzger, Will. Tell the Truth: The Whole Gospel to the Whole Person by

Whole People. Jakarta: Momentum, 2005. Bab 11.

Pippert, Rebecca Manley. Keluar dari Tempat Garam Masuk ke dalam

Dunia: Penginjilan sebagai Gaya Hidup. Jakarta: YKBK, 2010. Bab 18.

175

176

Mengamati

Menanya

Pelajaran 12

Misi Dalam Pelayanan Para Rasul

A. Pendahuluan Peran Roh Kudus dalam pelayanan misi sangatlah penting. Roh

Kudus-lah yang menggerakan pelayanan misi dan memperlengkapi

orang-orang yang dipanggil-Nya untuk mengemban tugas khusus,

menjadi pemberita-pemberita injil di ladang misi yang Tuhan telah

tetapkan bagi mereka. Dalam Kisah Rasul, Roh Kudus mengendalikan

perkembangan pemberitaan injil. Karya Roh Kudus dalam memimpin

orang-orang percaya untuk memenuhi panggilan pelayanannya inilah

yang disebut dipenuhi Roh Kudus

Dalam Kekristenan di era modern ini, ajaran mengenai Roh

Kudus menjadi salah satu pokok ajaran yang diperdebatkan. Demikian

juga dengan Istilah “dipenuhi dengan Roh Kudus” menjadi

perdebatan. Sebagian orang percaya bahwa dipenuhi dengan Roh

Kudus adalah sebuah pengalaman rohani yang unik saat seseorang

menerima jamahan dari Roh Kudus. Sebagian orang lain percaya

bahwa dipenuhi dengan Roh Kudus adalah karya Tuhan dalam

menghasilkan buah-buah Roh.

Diskusikanlah! Menurut anda, apakah arti dari dipenuhi dengan Roh Kudus? Seperti

apakah orang-orang yang dipenuhi dengan Roh Kudus dan apakah

yang menjadi ciri-cirinya?

Seseorang yang dipenuhi Roh Kudus tentu memiliki ciri-ciri

tertentu. Alkitab menyebutkan bahwa seseorang yang dipenuhi oleh

Roh Kudus, mereka juga akan hidup oleh Roh. Istilah ini

memperlihatkan adanya kaitan yang erat antara pengalaman dipenuhi

dengan Roh Kudus dan kehidupan baru yang orang-orang percaya

miliki. Dalam pelajaran ini, kita akan mendiskusikan arti dari konsep

dipimpin oleh Roh Kudus dalam kaitannya dengan kehidupan umat

Tuhan dan juga pelayanan misi gereja. Kita akan membahas pengertian

umum dari terminologi “dipenuhi” dan juga penggunaannya dalam

kitab-kitab PB.

177

Mengamati

Mengumpulkan Informasi

B. Pengertian Dipenuhi Roh Kudus

Pembahasan mengenai tema-tema seputar Roh Kudus selalu

menarik perhatian orang-orang Kristen. Ada banyak pertanyaan

mengenai berbagai isu, fenomena dan istilah di seputar ajaran tentang

Roh Kudus. Ada yang tertarik untuk bertanya mengenai pengertian

baptisan Roh Kudus, atau bertanya mengenai karunia Roh Kudus,

urapan Roh Kudus, bahasa Roh dan dipenuhi dengan Roh Kudus,

seperti tema yang hari ini kita akan bahas. Terkait dengan konsep

dipenuhi Roh Kudus, salah satu pertanyaan yang sering ditanyakan

adalah apakah bahasa Roh adalah tanda dari orang yang dipenuhi Roh

Kudus? Jika bahasa Roh bukanlah tandanya, lantas orang yang

dipenuhi Roh Kudus itu seperti apa? Hari ini kita akan mencoba untuk

mempelajari bagaimanakah ajaran yang benar mengenai “dipenuhi

oleh Roh Kudus” dan apakah ciri atau tanda dari orang yang penuh

dengan Roh Kudus?

Apakah arti dari istilah “dipenuhi

dengan Roh Kudus?” Sebelum mempelajari

arti “dipenuhi dengan Roh Kudus,” kita

harus memahami terlebih dahulu arti dari

istilah “dipenuhi.” Penelitian dari dua

orang pakar linguistik PB, yakni Yohannes P.

Louw dan Eugene A. Nida, menjelaskan

bahwa istilah pimplemi (bahasa Yunani),

yang dalam bahasa Indonesia

diterjemahkan “penuh” atau “dipenuhi,”

digunakan dalam dua konteks. Pertama,

istilah “pimplemi” digunakan dalam konteks sebuah tindakan untuk

memenuhi apa yang seharusnya terjadi. Dalam konteks ini istilah

“pimplemi” dapat diterjemahkan dengan istilah menggenapkan atau

digenapkan. Dalam konteks yang kedua, istilah “pimplemi” memiliki

arti sepenuhnya dipenuhi atau diisi.”

Dalam konteks Roh Kudus, istilah “pimplemi” atau dipenuhi

selalu digunakan dalam konteks “sepenuhnya diisi atau dipenuhi.”

Sampai di sini, kita mungkin berpikir, apakah dengan demikian istilah

dipenuhi dengan Roh Kudus itu seperti orang yang kesurupan atau

kerasukan, dimana ia tidak lagi dapat menguasai dirinya sendiri, dan ia

kemudian tanpa dapat dikendalikan kemudian bernubuat, berbahasa

lidah, menunjukkan atau mengeluarkan tanda-tanda supranatural

tertentu?

178

Menalar

Mengumpulkan Informasi

Dalam kasus Kisah Rasul 2, dalam peristiwa Pentakosta

memang pada saat murid-murid Tuhan dipenuhi oleh Roh Kudus,

mereka kemudian berkata-kata dalam bahasa lidah, namun dalam

peristiwa-peristiwa lainnya tidak selalu terjadi hal yang sama. Selain

itu, dalam peristiwa Pentakosta, kita tidak menemukan adanya indikasi

yang memperlihatkan bahwa murid-murid Tuhan menjadi orang-

orang yang seperti kesurupan, dimana mereka tidak mampu

menguasai diri mereka dan berkata-kata dengan sendirinya mengenai

kebenaran-kebenaran Firman Tuhan. Saat mereka dipenuhi dengan

Roh Kudus, mereka justru mampu menggunakan pemahaman-

pemahaman iman mereka dengan sangat baik.

C. Dipenuhi Roh Kudus Untuk Memberitakan Injil Istilah dipenuhi Roh Kudus ternyata hanya muncul dalam

dalam Injil Lukas dan Kisah Para Rasul. Dalam Lukas 1:15, Lukas

mencatat pesan yang disampaikan malaikat kepada Zakaria, bahwa

istrinya Elisabeth akan melahirkan seorang anak, yang kelak akan

dinamai Yohanes Pembaptis, dimana anak ini akan dipenuhi dengan

Roh Kudus. Kemudian dalam Lukas 1:41, Lukas mencatat bahwa

Elisabeth, yang adalah istri dari Zakaria dan ibu dari Yohanes

Pembaptis dikatakan dipenuhi dengan Roh Kudus. Selanjutnya dalam

Lukas 1:67, Zakaria ayah dari Yohanes Pembaptis juga dikatakan

dipenuhi dengan Roh Kudus. Dalam Lukas 4:1, Lukas mengatakan

Yesus penuh dengan Roh Kudus. Dalam Kisah 2:4, dalam peristiwa

Pentakosta, murid-murid Tuhan dipenuh dengan Roh Kudus. Demkian

juga dalam Kisah Rasul 4:8, Lukas mencatat pada saat Petrus

berhadapan dengan mahkamah atau pengadilan agama, dikatakan

oleh Lukas dipenuhi dengan Roh Kudus dan berkata-kata dengan

penuh keberanian menjelaskan Kristus. Dalam Kisah 4:31, Lukas pun

mencatat bahwa orang-orang percaya yang mendoakan Petrus juga

dipenuh dengan Roh Kudus dan kemudian mereka bersaksi dengan

berani. Dalam Kis 9:17, Lukas mencatat mengenai pertobatan Rasul

Paulus, dimana ketika itu ia dipenuhi dengan Roh Kudus, dan efeknya

adalah ia memberitakan injil dengan berani. Dalam Kis 13:9, dalam

konteks tantangan pertama yang dihadapi Rasul Paulus dalam

perjalanan pemberitaan injil ke Siprus, Rasul Paulus dikatakan oleh

Lukas sebagai orang yang penuh dengan roh Kudus. Selain Paulus

dalam Kisah 11:24, Barnabas, kawan sekerja Rasul Paulus, dalam

konteks pelayanan pemberitaan injil yang dikerjakannya, ia juga

disebutkan oleh Lukas sebagai orang yang penuh dengan Roh Kudus.

179

Mengumpulkan Informasi

Dilihat dari konteks kemunculan istilah dipenuhi dengan Roh

Kudus dalam Kisah Para Rasul, seorang pakar Perjanjian Baru, bernama

R. Schippers menjelaskan istilah penuh dengan Roh Kudus selalu

dikaitkan dengan kondisi untuk berbicara dengan penuh keberanian

dalam konteks missionary situation “pemberitaan injil.” Istilah

dipenuhi atau penuh dengan Roh Kudus, dalam Kisah Para Rasul

memang selalu digunakan dalam konteks pemberitaan injil atau

penyampaian Firman atau kebenaran-kebenaran Allah. Dalam Kisah

Para Rasul 4, dengan sangat jelas, kita melihat bahwa Petrus yang

dikatakan penuh dengan Roh Kudus tersebut, ia kemudian

menyaksikan imannya dengan penuh keberanian dihadapan

pengadilan agama Yahudi. Demikian juga dengan jemaat-jemaat yang

mendoakan Petrus, ketika mereka dipenuhi dengan Roh Kudus,

mereka kemudian menjadi jemaat yang berani memberitakan injil.

Lebih jauh dari ini, jika kita memperhatikan lebih dalam

kemunculan istilah dipenuhi dengan Roh Kudus dalam Kisah Para

Rasul, maka konsep dipenuhi dengan Roh Kudus juga dapat dipahami

dari dua aspek. Aspek yang pertama adalah istilah dipenuh dengan Roh

Kudus dapat dimengerti sebagai karya Roh Kudus dalam diri jemaat

atau orang Kristen tertentu, dimana dalam sebuah situasi dan kondisi

tertentu yang sangat terjepit, mereka diberikan kemampuan dan

keberanian untuk menyampaikan injil dan kebenaran-kebenaran

Allah.

Masih ingatkah kita dengan perkataan Tuhan Yesus kepada

murid-murid-Nya dalam Lukas 12:11-12, yang mengatakan demikian:

Apabila orang menghadapkan kamu kepada majelis-majelis

atau kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-

penguasa, janganlah kamu kuatir bagaimana dan apa yang

harus kamu katakan untuk membela dirimu. Sebab pada

saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus

kamu katakan.”

Karya Roh Kudus dimana Ia mengaruniakan kepada kita

kemampuan untuk berkata-kata dan menjelaskan berita injil serta

kebenaran-kebenaran Allah, pada saat kita dalam sebuah situasi dan

konsisi yang berbahaya dan terjepit, inilah yang disebut dengan

“dipenuhi Roh Kudus.” Dengan demikian, dipenuhi Roh Kudus tidak

terkait dengan sebuah pengalaman supraalamiah tertentu dimana

seorang Kristen kehilangan kesadaran dan berlaku seperti orang

kerasukan.

180

Menalar

Aspek kedua dari pengertian penuh atau dipenuhi dengan Roh

Kudus menunjuk pada kualitas hidup orang Kristen yang mau dan

mampu memberitakan injil serta kebenaran-kebenaran Tuhan dengan

berani dan benar. Dalam Alkitab istilah “penuh dengan Roh Kudus”

juga digunakan sebagai kata sifat atau predikat yang menjelaskan

kualitas hidup orang-orang tertentu. Yohanes Pembaptis disebut

sebagai orang yang penuh dengan Roh Kudus, Yesus juga disebut

penuh dengan Roh Kudus, Stefanus juga dikatakan penuh dengan Roh

Kudus, demikian juga dengan Paulus dan Barnabas. Predikat ini,

maksudnya predikat penuh dengan Roh Kudus, saat dikaitkan dengan

orang-orang tertentu, maka predikat tersebut menunjuk pada kualitas

hidup orang-orang tersebut.

Jadi, Yohanes Pembaptis disebut sebagai orang yang penuh

dengan Roh Kudus sebab ia adalah orang yang berani menyampaikan

kebenaran-kebenaran tentang Tuhan. Demikian juga dengan Yesus,

Stefanus, Paulus dan Barnabas, mereka semua mempunyai kualitas

hidup yang sama yakni orang-orang yang dengan berani

menyampaikan kebenaran-kebenaran Firman Allah pada manusia.

Di awal diskusi, kita membicarakan mengenai apakah tanda

dari orang yang dipenuhi dengan Roh Kudus? Tanda dari orang yang

dipenuhi Roh Kudus adalah keberanian dia dalam menyampaikan injil

dan kebenaran-kebenaran Tuhan pada orang-orang di sekitarnya dan

dunia.

D. Makna “Dipenuhi Roh Kudus” Kita sekarang akan mendiskusikan implikasi dari karya Tuhan

saat Ia memenuhi kehidupan orang-orang percaya. Apakah yang harus

menjadi respons kita?

Pertama, dalam konteks dipenuhi dengan Roh Kudus sebagai

karya Roh Kudus dalam memampukan sesorang untuk menyampaikan

berita injil dalam situasi dan kondisi yang darurat dan membahayakan,

kita melihat bahwa Tuhan ternyata telah memberikan apa yang kita

butuhkan untuk mengerjakan tugas dan panggilan-Nya bagi kita untuk

bersaksi bagi Tuhan sampai ujung-ujung bumi, bahkan pada saat dan

kondisi yang sangat berbahaya sekalipun.

Melihat bagaimana Tuhan berjanji dan memperlihatkan bahwa

Ia tidak meninggalkan orang-orang percaya, bahkan saat mereka

berhadapan dengan situasi yang kritis dan penuh resiko, menantang

kita untuk “tidak perlu takut” dalam bersaksi bagi Tuhan, baik melalui

perkataan maupun perbuatan disetiap kesempatan yang kita miliki.

181

Bersaksi tidaklah mudah, apalagi jika kita harus bersaksi di

tengah-tengah komunitas yang “tidak menyukai” bahkan membenci

komunitas orang-orang Kristen. Meskipun demikian, kondisi seperti ini

hendaknya jangan membuat kita tidak mau lagi bersaksi, atau

membuat kita mengurung diri kita sendiri dalam lingkup yang disebut

gereja. Kita harus pergi kepada dunia, di sana adalah tempat bagi kita

untuk memenuhi panggilan kita, menjadi saksi, menceritakan dan

memperlihatkan Tuhan serta kebenaran-Nya kepada dunia ini mulai

dari Yerusalem, tempat terdekat kita, sampai ujung-ujung bumi,

tempat terjauh yang dapat kita capai. Jangan takut, Tuhan akan

memberikan kepada kita segala sesuatu yang kita butuhkan untuk

mampu menunaikan tugas ini dengan baik.

Hal kedua yang dapat kita pelajari adalah penuh dengan Roh

Kudus sebagai kualitas hidup orang percaya, dimana kita menjadi

orang yang berani bersaksi dan memberitakan injil serta kebenaran

Allah dengan benar, haruslah menjadi aspek utama pembelajaran kita.

Untuk menjadi orang yang punya kualitas mampu memberitakan injil

serta kebenaran-kebenaran Allah dengan benar dan berani ada

beberapa hal yang harus kita terus benahi dalam hidup kita. Apakah

itu?

1. memperlajari kebenaran-kebenaran Allah dengan benar.

Mengapa mempelajari kebenaran-kebenaran Allah dengan

benar sangatlah penting dalam memperlengkapi diri untuk

menjadi orang-orang yang berani memberitakan injil dan

kebenaran-kebenaran Allah dengan benar dan berani? Maka

jawabannya adalah jika kita tidak memahami kebenaran-

kebenaran Allah dengan benar, maka apa yang dapat kita

beritakan? Untuk dapat memberitakan injil dan kebenaran-

kebenaran Allah, maka kita harus mengerti dan mengetahui

terlebih dahulu seperti apakah kebenaran-kebenaran Allah itu.

Itulah sebabnya kita perlu mempelajari kebenaran-kebenaran

Firman Tuhan, haruslah menjadi program utama anda. Dengan

mempelajari kebenaran-kebenaran Firman Allah, maka kita

akan menjadi orang yang tahu benar apa yang kita yakini dan

apa yang harus kita beritakan kepada orang lain. Kita juga perlu

terus menerus mencintai yang namanya “belajar Firman

Tuhan.” Setiap kesempatan yang ada untuk mempelajari

Firman Tuhan, haruslah kita gunakan dengan sebaik-baiknya.

Teruslah membangun dirimu dalam pengajaran yang sehat dan

benar.

182

Menanya

Menalar

2. Hal kedua yang harus kita lakukan supaya kita menjadi orang

yang mempunyai kualitas penuh dengan Roh Kudus. Orang-

orang yang dengan penuh keberanian dapat memberitakan

injil dengan benar adalah membenahi kehidupan kita.

Kebenaran-kebenaran Tuhan yang hidup, akan menjadi tidak

efektif jika kita yang menyampaikannya hidup dalam berbagai

macam dosa. Bagaimana kita akan dapat berkata bahwa Allah

itu penuh kasih, jika kita menjadi orang yang kejam dengan

orang lain. Kita tidak dapat memberitakan kepada anak kita

bahwa Allah itu adalah Bapa yang pemurah dan penuh rahmat

jika kita di rumah perilakunya lebih mirip kuasa kegelapan

dibandingkan manusia.

Diskusikanlah

Jelaskan bagaimana seharusnya seorang Kristen bersikap terhadap

orang-orang yang miskin yang ada di sekitarnya? Apakah menolong

orang miskin atau memberikan uang kepada orang miskin merupakan

sebuah pelayanan misi?

Menaruh perhatian terhadap orang-orang miskin dan terlantar

adalah salah satu dari pelayanan misi jemaat. Yang dimaksudkan

dengan orang-orang miskin menunjuk pada mereka yang secara

ekonomi lemah, dimana mereka tidak memiliki kekuatan ekonomi

yang cukup untuk menopang keluarganya. Mereka yang terlantar

menunjuk pada komunitas orang-orang tertentu yang dilupakan baik

oleh keluarga ataupun masyarakat ataupun gereja tempat dimana ia

hadir dan beribadah. Orang-orang yang menjadi yatim piatu juga

menjadi sasaran dari pelayanan misi.

Orang-orang percaya yang hidupnya dipenuhi oleh Roh kudus,

mereka tidak dapat berdiam diri saat melihat orang-orang miskin di

sekitarnya. Tuhan Yesus memberikan contoh dalam kisah orang kaya

dan Lazarus yang miskin mengenai kehidupan si orang kaya yang

walaupun di depannya ada orang yang begitu membutuhkan bantuan

tetapi ia tidak dapat melihat orang tersebut. Seseorang yang terjun

dalam pelayanan misi harus memiliki hati seperti Tuhan Yesus; dimana

saat ia melihat orang-orang begitu haus untuk mendengarkan berita

injil, Alkitab menyebut bahwa hati Yesus tergerak oleh belas kasihan.

Perasaan dan sikap empati yang seperti itulah yang seharusnya

mewarnai kehidupan seorang Kristen.

183

E. Penutup Rasul Paulus adalah salah satu pemberita injil dalam gereja

mula-mula. Fokus pelayanannya adalah pergi ke daerah-derah dimana

orang-orang bukan Yahudi tinggal. Melayani kelompok bukan Yahudi

di abad pertama Masehi sering kali dipandang sebagai pelayanan yang

tidak penting sebab orang-orang Yahudi memandang orang-orang

bukan Yahudi di waktu itu sebagai bangsa yang berdosa dan najis.

Itulah sebabnya, ada banyak orang-orang Yahudi di abad pertama

Masehi yang tidak mau bergaul (misalnya saja makan bersama)

dengan kelompok orang bukan Yahudi.

Rasul Paulus memilik panggilan untuk melayani orang-orang

yang berasal dari kelompok bukan Yahudi. Itulah sebabnya, ia pergi ke

kota-kota dan berbagai wilayah dimana orang-orang bukan Yahudi

tinggal. Ia bahkan mengangkat beberapa orang murid dari orang-

orang bukan Yahudi. Sikap dan keterbukaan Rasul Paulus terhadap

pelayanan orang-orang non-Yahudi menjadi alat di tangan Tuhan

untuk membawa berita injil pada segala bangsa.

Paul Borthwick memperlihatkan

bahwa Paulus memiliki kasih yang

progresif bagi mereka yang terhilang.

Itulah sebabnya ia rela membayar harga

dalam melayani mereka. Selain itu Paulus

juga melihat penjangkauan terhadap

mereka yang terhilang merupakan suatu

kewajiban dan ada sukacita yang

dirasakan saat ia melakukannya. Itulah

sebuah hasrat kudus yang seharusnya

dimiliki orang-orang percaya dalam

bersaksi bagi Tuhan. Bukan saja karena

kewajiban tetapi karena kerinduan dalam

melihat orang-orang diselamatkan dari

ancaman penghukuman neraka.

Orang-orang percaya perlu memiliki hati dan komitmen yang

sama seperti Rasul Paulus. Kita dipanggil Tuhan bukan hanya untuk

memberitakan injil kepada orang-orang yang kita kenal dan baik

dengan kita saja tetapi kepada segala bangsa, kepada mereka yang

jauh dari kita. Roh Kudus diberikan pada kita dan Ia akan memenuhi

hidup kita jika kita memiliki komitmen untuk diperlengkapi dan untuk

memberitakan injil Kerajaan Tuhan.

184

Mengkomuni kasikan

Ringkasan

1. Roh Kudus berperan penting baik dalam pertumbuhan maupun

kesaksian dari para Rasul dan gereja.

2. Roh Kudus mempengaruhi pelayanan dari para Rasul dan

mereka taat pada pimpinan Roh Kudus. Ketaatan pada

pimpinan Roh Kudus inilah yang dimaksudkan dengan dipenuhi

oleh Roh.

3. Kepenuhan dengan Roh Kudus terkait dengan pelayanan umat

Tuhan dalam mengerjakan pelayanan misi dan bukan terkait

dengan sebuah pengalaman yang bersifat supraalamiah.

Ayat Hafalan

Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

1 Korintus 6:19-20

Aktivitas Buatlah sebuah kelompok terdiri dari dua peserta dan buatlah sebuah role-play yang menceritakan seseorang yang jahat namun mendapatkan pengampunan dari orang yang dilukainya. Melalui peragaan ini belajarlah mengenai pengampunan yang Allah telah berikan dalam kehidupan anda.

Bacaan Lebih Lanjut

Borthwick, Paul. Stop Witnessing and Start Loving. Malang: SAAT,

2004. Bab 2.

Bosch, David J. Transformasi Misi Kristen: Sejarah Teologi Misi yang

Mengubahkan dan Berubah. Terj. Jakarta: BPK, Bab 3-4.

Ott, Craig, Stephen J. Strauss, and Timothy Tennet. Enountering

Theology of Mission: Biblical Foundations, Historical Developments,

and Contemporary Issues. Grand Rapids: Baker, 2010. Bab 2.

185

Evaluasi

1. Jelaskanlah apakah yang menjadi misi manusia menurut kisah penciptaan?

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

2. Jelaskan apakah yang silsilah Tuhan Yesus dalam Matius 1:1-18 dapat

perlihatkan mengenai sejarah keselamatan?

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

3. Apakah artinya menjadi garam dunia?

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

4. Tuliskan apakah yang disaksikan oleh Pliny mengenai kehidupan orang-orang

Kristen?

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

5. Jelaskan apakah artinya dipenuhi Roh Kudus?

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………

186

Menganal Tokoh Misi

Nama

Lahir

Pelayanan

Hudson Taylor

Yorkshire - Inggris (1832)

Melayani di Cina mulai dari tahun 1854; mendirikan China Inland Mission (CIM dan sekarang menjadi lembaga misi OMF) pada tahun 1865; dalam jangka waktu 30 tahun, CIM telah berhasil merekrut 640 utusan injil yang melayani di Tiongkok dan di tahun 1914, lembaga ini menjadi lembaga misi terbesar yang berhasil merekrut sebanyak 1.368 misionaris.

Mengenal Ladang Misi: Cina

Luas Wilayah

Etnis

Agama Kekristenan

9.573.000 Km2

Ada sekitar 500 suku dan dibagi menjadi 50 etnis; misalnya saja Han Mandarin, Wu Han, Han Kanton, Hakka, Han Hainan, Manchu, Mongolia, dan suku-suku lainnya.

44.36 % tidak beragama, 28.50 % penganut kepercayaan, 12.5% Buddha, 7.92% Kristen, 4.55% agama suku, 1.87% Islam, dan lainnya 0.3%. Protestan 2.24%; Katolik 1.6%; Independen 4.12%; lainnya sekitar 0.25%

187

188

Bab 4

Injil dan Kesaksian Orang Kristen

Kompetensi Dasar

1.4 Menghayati misi sebagai tugas perutusan

2.4 Mengamalkan misi sebagai tugas perutusan

3.4 Memahami misi sebagai tugas perutusan

4.4 Menyajikan hasil kajian tentang hal-hal yang berkaitan dengan misi sebagai tugas pengutusan

189

Looking at proclamation and

demonstration in making known

the Kingdom of God we need to see

them constituting one whole … Not

merely parts held together, not even

priorities maintained, but our

primary concern is for a submission

to God as representative of his

kingdom so that his purposes will be

accomplished through the obedience

of his people. Mission will be

incomplete unless seen from the

whole horizon of the kingdom.

Ken Gnanakan

190

Peta konsep

Berita Injil

Kesaksian dalam

Keluarga dan Gereja

Kesaksian Soail

Kesaksian dalam

Masyarakat

Kesaksian dalam

Pemeliharaan Alam

191

192

Mengamati

Menanya

Mengamati

Pelajaran 13

Berita Injil Dan Berita Surga

Pendahuluan

Orang-orang Kristen pada umumnya mengaku telah percaya

kepada Yesus. Mereka juga mungkin terdaftar dalam jemaat tertentu

dan bahkan aktif dalam sebuah pelayanan. Meskipun demikian, hal ini

tidak berarti bahwa semua orang Kristen memiliki motif yang sama saat

mereka percaya kepada Yesus.

Diskusikanlah!

Dalam sebuah kelompok kecil, sekitar 4-5 orang, ceritakan pengalaman

pertobatan anda dan ceritakan mengapa anda percaya dan menerima

Yesus?

Ada banyak alasan mengapa seseorang percaya pada Yesus.

Sebagian orang menerima Yesus supaya masuk surga. Hal ini

disebabkan pemberitaan injil yang dilakukan oleh orang-orang tertentu

yang berpusatkan pada tawaran untuk masuk surga. Dalam

pemberitaan injil, orang-orang Kristen terkadang “menakut-nakuti”

orang lain dengan konsep neraka, kemudian menawarkan surga bagi

orang yang mau percaya kepada Yesus. Walaupun surga dan neraka

adalah riil tetapi seseorang tidak dapat mengambil keputusan dengan

benar untuk menerima Yesus berdasarkan kedua hal tersebut.

193

Mengumpulkan Informasi

Menalar

Konsep surga itu memang ada dan dibicarakan dalam Alkitab.

Namun, konsep surga yang bagaimanakah yang dipahami oleh orang-

orang yang belum percaya pada Yesus saat mereka ditawari berita injil?

Apakah saat seorang pemberita injil menceritakan tentang surga,

seorang yang belum percaya Yesus pasti memiliki pengertian yang

benar tentang surga? Jawabannya adalah kemungkinan besar tidak.

Orang-orang pada umumnya memahami surga dalam kaca mata

kesenangan duniawi.

1. Janji Mengenai Surga

Walaupun dalam Alkitab memang ditegaskan bahwa di surga

tidak ada lagi penderitaan dan air mata, namun, hakikat surga bukanlah

tempat kita menikmati kesenangan-kesenangan duniawi yang tidak

dapat kita nikmati dalam dunia ini. Surga adalah tempat dimana

manusia dengan Allah bersekutu secara sempurna, dimana kita dan

Allah akan berhadapan muka dengan muka, dimana kita dan Allah akan

bersatu sepenuhnya, menikmati sebuah persekutuan yang sempurna.

Surga pada dasarnya berbicara mengenai relasi manusia dengan Allah.

Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal

Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus

Kristus yang telah Engkau utus.

Yohanes 17:3

Tuhan Yesus mengajar kita bahwa hidup yang kekal itu terutama terkait

dengan relasi dan bukan terkait dengan lamanya waktu hidup. Hidup

yang kekal bukan hanya menekankan jangka waktu yang tidak akan

pernah berakhir, tetapi juga menegaskan kualitas hidup dan relasi baru

yang seseorang miliki dalam Tuhan. Hidup kekal adalah persekutuan

yang indah antara manusia dengan Tuhan selama-lamnya.

Itulah sebabnya, dalam pelayanan misi berita surga yang

disampaikan bukanlah sebuah sarana pelarian bagi mereka yang hidup

menderita dalam dunia ini. Surga sebenarnya adalah realitas dari

pemerintahan Allah dan surga sebenarnya sedang turun ke dunia dalam

kedatangan Tuhan Yesus dan satu kali surga dan bumi akan bersatu dan

itulah yang menjadi karya Allah dalam sejarah manusia. Pelayanan misi

mencoba untuk menolong jemaat memahami visi ini dan

memperlengkapi mereka untuk terlibat dalam menghadirkan

pemerintahan Allah di dunia.

194

Mengumpulkan Informasi

2. Berita Injil adalah Berita tentang Kelepasan dari Dosa

Jika Yesus memang tidak pernah menjanjikan akan memberikan

surga seperti yang manusia berdosa pada umumnya harapkan, lalu apa

yang sebenarnya Yesus akan berikan atau janjikan pada kita yang

mempercayakan hidup pada-Nya? Jawabannya ada dalam 2 Timotius

1:9-10.

“Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan

panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita,

melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri,

yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus

sebelum permulaan zaman dan yang sekarang dinyatakan

oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil

telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang

tidak dapat binasa.”

Surat 2 Timotius dituliskan oleh Rasul Paulus kepada Timotius,

anak rohani sekaligus penerus pelayanan

Paulus. Menurut para ahli kitab suci,

surat 2 Timotius kemungkinan besar

dituliskan Rasul Paulus menjelang akhir

hidupnya, yang diduga mati pada tahun

66 M dimasa pemerintahan kaisar Nero.

Rasul Paulus sendiri, telah mengetahui

bahwa kehidupannya tidaklah lama lagi.

Itulah sebabnya saat ia menuliskan

pesan-pesan terakhirnya pada Timotius,

maka pesannya itu pastilah pesan-pesan

yang utama atau penting.

Salah satu pesan utama Rasul

Paulus Kepada Timotius adalah Timotius harus meyakini, berpegang dan

mengajarkan kepada jemaat yang dilayaninya bahwa Yesus yang

menyelamatkan kita, Ia memanggil kita kepada kehidupan yang kudus.

Mengapa Rasul Paulus menegaskan hal ini? Jika kita membaca dalam

surat 1 Timotius, kita akan mendapatkan jawabannya. Persoalannya

adalah pada waktu itu, kehidupan jemaat serta para pemimpin gereja

mulai banyak yang tidak tertib. Timotius sedang berhadapan dengan

jemaat yang secara moral dan karakter mengalami kemerosotan.

Nampaknya usaha Timotius dalam menjaga kemurnian gereja

mendapatkan rintangan yang berat.

195

Mengumpulkan Informasi

Menalar

Menanya

Mengumpulkan Informasi

Itulah sebabnya Rasus Paulus, di saat-saat akhir hidupnya tetap

mengingatkan dan mendorong Timotius untuk terus berjuang membela

kesucian dan kesalehan gereja. Rasul Paulus mengingatkan dalam karya

keselamatan, Allah memang tidak pernah menyelamatkan manusia

berdasarkan perbuatan-perbuatan baik. Allah memang menyelamatkan

kita berdasarkan anugerah-Nya. Memang, karena kasih karunia-Nya lah,

Allah turun ke dalam dunia, dalam pribadi Yesus, karena anugerah Yesus

menebus manusia dari perbudakan dosa. Namun, Yesus mati di atas

kayu salib bukan tanpa tujuan, Ia mati di atas kayu salib supaya

kematian tidak lagi menguasai manusia. Kematian yang Rasul Paulus

maksudkan tentu bukan menunjuk pada kematian fisik, namun pada

kematian rohani, pada ketidakmampuan manusia untuk hidup benar

dihadapan Allah. Yesus mati supaya manusia tidak lagi dikuasai oleh

kematian, namun supaya manusia, orang-orang yang percaya pada

Yesus memiliki kehidupan yang tidak lagi korup, yang tidak lagi rusak

dalam dosa.

Jadi, Alkitab dengan sangat jelas menunjukkan/ memperlihatkan

kepada kita bahwa Allah menyelamatkan manusia supaya manusia

memiliki kehidupan yang tidak lagi dikuasai dosa namun kehidupan

yang kudus. Jadi, walaupun manusia tidak pernah diselamatkan oleh

karena perbuatan-perbuatannya, namun Allah menyelamatkan kita

supaya kita memiliki kehidupan dan perbuatan-perbuatan yang baik.

Diskusikanlah!

Jika keselamatan terkait terutama dengan kelepasan manusia dari

perbudakan dan keterikatan dengan dosa, jelaskan mengapa orang-

orang yang sudah menerima Yesus, hidupnya tidak langung menjadi suci

sepenuhnya?

Galatia 1:4 Rasul Paulus mengingatkan kita bahwa keselamatan

berhubungan dengan dilepaskannya kita dari sistem dunia yang jahat.

“[Yesus Kristus] yang telah menyerahkan diri-Nya karena

dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia yang jahat

yang sekarang ini, menurut kehendak Allah Bapa kita.”

Jadi, Yesus menyerahkan nyawanya bagi kita, supaya kita tidak lagi

hidup dengan cara hidup dunia ini. Selain dengan Galatia 1:4,

pengajaran dalam 2 Timotius 1:9 juga pararel dengan Titus 2:14.

196

Menalar

Menanya

Mengumpulkan Informasi

[Yesus Kristus] yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita

untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk

menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya

sendiri, yang rajin berbuat baik.

Jika kita membaca Efesus 2:8-10 kita pun akan menemukan hal

yang sama. Kita memang tidak pernah diselamatkan karena perbuatan-

perbuatan kita. Kita menjadi umat Allah karena anugerah Allah melalui

iman kita pada Yesus. Meskipun demikian, Allah tidak pernah

menyelamatkan manusia tanpa sebuah tujuan yang jelas. Allah

menyelamatkan kita, Ia menebus kita, supaya kita mampu hidup dalam

kekudusan, supaya kita memiliki kehidupan yang makin hari makin

kudus.

Apakah yang sebenarnya Yesus janjikan kepada orang-orang

yang percaya kepada Dia? Jawabannya adalah Ia berjanji akan

mengaruniakan kepada kita sebuah kehidupan yang baru, kehidupan

yang tidak lagi dibelenggu dosa, sebuah kehidupan yang makin hari

makin berubah menjadi makin baik, kehidupan yang kudus. Inilah yang

disebut sebagai hidup baru. Kehidupan yang dijanjikan Tuhan bahkan

sejak PL melalui janji yang disebut sebagai New Covenant “perjanjian

yang baru.”

Diskusikanlah!

Menurut anda, jika anda memberitakan injil kepada seseorang dan

menegaskan janji Tuhan bahwa setiap orang yang percaya kepada Yesus

akan dilepaskan dari dosa, seberapa banyak orang yang akan tertarik

dengan berita seperti ini?

3. Berita Injil adalah Berita tentang Hidup Yang Baru

Dalam 2 Korintus 5:17 rasul Paulus menegaskan “siapa yang ada

di dalam Kristus, ia adalah ciptaan yang baru, yang lama sudah berlalu,

sesungguhnya yang baru sudah datang.” Siapa yang percaya kepada

Yesus, ia memiliki natur hidup yang baru. Jika sebelum kita percaya

Yesus, kita memiliki kehidupan yang terbelenggu dosa, kehidupan yang

selalu kalah dengan dosa, kehidupan yang berorientasi pada diri sendiri

dan dunia ini, maka sekarang, di dalam Kristus, ada pembaruan dalam

diri kita. Kita bukan lagi hamba-hamba dosa, kita adalah hamba-hamba

kebenaran.

197

Menanya

Menalar

Inilah berita injil yang sejati, inilah kebenaran Allah yang harus

diwartakan. Inilah berita sukacita yang dijanjikan Allah pada kita. Di

dalam Kristus, di dalam iman kita kepada Yesus, Allah akan memberikan

kepada manusia apa yang manusia paling butuhkan dalam hidupnya,

bukan apa yang manusia paling inginkan. Seseorang yang sakit tentu

menginginkan kesembuhan, namun apakah saat seseorang sembuh dari

sakitnya otomatis dia bebas dari dosa, tentu tidak demikian bukan.

Walaupun ia sembuh, namun ia tetap memiliki kehidupan yang dikuasai

dosa, yang akan membawanya pada kebinasaan. Bagi orang yang susah,

kekayaan dan kemakmuran hidup barangkali menjadi hal yang paling

diinginkan hatinya. Namun apakah kekayaan dan kemakmuran hidup

dapat membuat manusia bebas dari belenggu dan perbudakan dosa

yang akan membawanya pada kebinasaan? jawabannya adalah tidak.

Diskusikanlah!

Mengapa ada banyak orang rela mengeluarkan banyak uang untuk hal-

hal yang bersifat lahiriah, misalnya saja penampilan, melatih

keterampilan dalam memainkan alat musik, tetapi tidak rela membayar

harga untuk kehidupan rohani mereka?

Semua yang paling diinginkan manusia, kekayaan, kemakmuran,

jabatan, pendidikan, kesehatan tidaklah mampu menjawab kebutuhan

utama manusia yakni bebas dan lepas dari belenggu dosa. Yesus datang

ke dalam dunia, Ia mati di atas kayu salib, mencurahkan darahnya bagi

kita, tujuannya adalah Ia ingin memberikan apa yang manusia paling

butuhkan dalam hidupnya yakni kelepasan dari belenggu dosa. Inilah

berita injil, inilah kabar gembira yang Allah nyatakan pada kita dalam

kitab suci.

Pembaruan hidup merupakan tujuan sekaligus ciri dari karya

keselamatan yang Allah sedang kerjakan dalam diri kita. Allah

menyelamatkan kita bukan sekadar untuk membawa kita masuk surga.

Jika tujuan Allah memang demikian, maka saat kita percaya Yesus,

semua kita pasti akan mati dan langsung dimasukkan ke surga. Tujuan

Allah dalam menyelamatkan kita adalah ia ingin kita mengalami yang

namanya proses pembaruan hidup. Saat kita percaya Yesus, Ia tidak

langsung membawa kita ke surga, namun ia memberikan kepada kita

Roh Kudus-Nya, apakah tujuan Allah dengan hal ini? Jawabannya adalah

Allah ingin kita mengalami proses pembaruan hidup setelah kita

percaya kepada-Nya.

198

Mengumpulkan Informasi

Martin Luther, sang bapak Reformasi, mengatakan hal yang

benar saat ia menegaskan bahwa manusia itu hanya dibenarkan Allah

karena imannya pada Kristus, namun, kata Martin Luther, karya Allah

itu tidak berhenti dengan pembenaran. Setelah Allah membenarkan

manusia, maka Allah berkarya membuat manusia mengalami

sanctification “penyucian,” sebuah proses dimana manusia mengalami

pembaruan hidup.

Banyak orang Kristen meyakini bahwa ciri utama dari seseorang

yang telah diselamatkan adalah ia tidak boleh takut mati, atau jika ia

mati ia harus yakin bahwa dirinya akan masuk surga? Pertanyaannya

adalah benarkan keyakinan diri yang demikian adalah ciri utama dari

seorang yang telah diselamatkan?

199

Menalar

Dalam Matius 7:22-23, Tuhan Yesus menggambarkan bahwa

mereka semua adalah orang-orang yang memiliki keyakinan akan

masuk surga, namun realitanya adalah tidak demikian.

Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku:

Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan

mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak

mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan

berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah

mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian

pembuat kejahatan!"

Jadi, apakah orang yang yakin dirinya akan masuk surga otomatis akan

masuk surga? belum tentu. Keyakinan keselamatan adalah salah satu

tanda saja, bukan tanda satu-satunya. Bahkan keyakinan ini bukan

tanda yang utama. Lantas apakah tanda utama dari seseorang yang

telah menerima anugerah keselamatan? Jawabannya adalah orang

tersebut pasti akan mengalami yang namanya “proses pembaruan

hidup.” Pembaruan hidup merupakan tujuan dari ciri utama dari karya

keselamatan yang Allah sedang kerjakan dalam hidup kita.

Ciri dan tanda yang paling nyata dan kelihatan dari seseorang

yang telah benar-benar diselamatkan oleh Tuhan adalah hidupnya

mengalami pembaruan. Dan hidup yang diperbarui adalah hidup yang

selalu menjadi lebih baik, bahkan terbaik. Tanyakan pada diri anda,

tanyakan pada keluarga kita, pada saudara atau saudari anda, apakah

mereka merasakan ada perubahan dan pembaruan dalam hidup sejak

mereka menerima Yesus? Apakah sejak kita menerima Yesus kita

menjadi lebih baik bahkan menjadi terbaik? Berbahagialah setiap kita

yang mengalami pembaruan hidup, sebab hal tersebut menyatakan

bahwa kita telah diselamatkan oleh Tuhan.

Namun, bagaimanakah caranya supaya kita dapat mengalami

pembaruan hidup? 1) Pembaruan hidup dapat terjadi dalam diri kita jika

kita tekun dan setia dalam memeliharakan hubungan pribadi dengan

Tuhan yang dibangun melalui doa dan mempelajari Firman Allah.

Melalui doa, kita berbicara dengan Allah dan melalui Firman-Nya Allah

berbicara kepada kita; 2) pembaruan hidup akan terjadi dalam diri kita

jika kita memiliki komitmen yang kokoh untuk terus menerus

memperbarui baik itu kehidupan moral maupun karakter kita; 3)

pembaruan hidup dalam kehidupan umat Tuhan, akan terjadi jika kita

peka terhadap pimpinan Roh Kudus melalui nurani kita.

200

Penutup

Pemberitaan mengenai surga adalah berita yang penting. Surga

memperlihatkan mengenai pengharapan yang Tuhan janjikan bagi

semua orang yang ada dalam Kristus. Surga memperlihatkan kerinduan

Tuhan untuk bersekutu dengan umat-Nya dan hidup bersama-sama

dengan mereka. Hal inilah juga yang kita lihat saat Tuhan menciptakan

taman Eden dimana Ia ingin tinggal bersama-sama dengan manusia dan

ciptaan-Nya yang lain.

Meskipun demikian, orang-orang percaya perlu berhati-hati

untuk tidak menyampaikan pesan yang salah. Kebanyakan orang telah

memiliki konsep surga dalam pemikirannya sebelum mereka menjadi

seorang Kristen. Sebagian orang memandang surga sebagai tempat

menikmati berbagai kesenangan dunia yang tidak bisa didapatkannya

saat ia hidup. Itulah sebabnya berita mengenai surga dapat bersifat

positif karena memberikan pengharapan bagi banyak orang tetapi juga

dapat menjadi negatif karena kesalahpahaman orang-orang yang

memahaminya dalam perspektif yang berbeda.

Para pemberita injil ataupun jemaat yang ingin menyaksikan

keyakinan imannya perlu menyampaikan surga yang diberitakan oleh

Alkitab. Orang-orang perlu mendengar bahwa Allah mengasihi semua

manusia dan memanggil mereka untuk kembali memiliki relasi yang

benar dengan-Nya dan untuk memiliki kehidupan baru dalam Kristus.

Berita seperti ini mungkin tidak akan menarik bagi mereka yang

memandang surga hanya sebagai tempat kesenganan dunia; meskipun

demikian, berita tersebut akan mengerakkan orang-orang yang hatinya

disentuh oleh Tuhan dan bergumul dalam kehidupannya untuk mencari

Tuhan.

201

Mengkomuni kasikan

Ringkasan

1. Surga bukanlah tempat manusia menikmati kesenagan di masa

yang akan datang tetapi sebuah persekutuan yang hidup dengan

Allah.

2. Injil adalah janji Allah mengenai dilepaskannya manusia dari

perbudakan dosa dan kehidupan baru manusia dalam Kristus.

3. Dalam pemberitaan injil seorang Kristen tidak boleh hanya

menceritakan mengenai surga tetapi terutama menceritakan

tentang berita injil.

Ayat Hafalan

Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya

dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan

tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. Ia yang

memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya.

1 Tesalonika 5:23-24

Aktivitas

Carilah seorang hamba Tuhan dan wawancarilah mengenai bagaimana

kehidupan sang hamba Tuhan sebelum percaya kepada Yesus dan

bagaimanakah Tuhan memperoses kehidupannya?

Bacaan Lanjutan

Grudem, Wayne. Systematic Theology: An Introduction to Biblical

Doctrine. Downers Grove: IVP, 1994. Bab 57.

Metzger, Will. Tell the Truth: The Whole Gospel to the Whole Person by

the Whole People. Surabaya: Momentum, 2005. Bab 1-3.

Wright, Christopher J.H. Misi Umat Allah. Jakarta: Perkatas, 2011. Bab

11.

202

203

Mengamati

Menanya

Mengumpulkan Informasi

Pelajaran 14

Kesaksian Orang Percaya Dalam Keluarga Dan

Pekerjaan

A. Pendahuluan Pelayanan misi sering kali dibahas dalam konteks

penjangkauan masyarakat atau penjangkauan individu. Misi sering

dikaitkan dengan penjangkauan terhadap komunitas masyarakat

tertentu, misalnya saja komunitas kaum tunawisma, atau dikaitkan

dengan pemberitaan injil secara personal kepada seseorang yang

belum percaya kepada Kristus. Meskipun demikian, Alkitab

memperlihatkan kepada kita bahwa pelayanan misi ternyata juga

dilakukan dalam konteks keluarga.

Diskusikanlah!

Carilah beberapa kisah dalam Alkitab yang memperlihatkan bahwa

Allah bekerja dan menyelamatkan bukan saja satu individu tertentu

tetapi seluruh anggota keluarga.

B. Panggilan Bersaksi Dalam Keluarga

Dalam Alkitab, kita menemukan bahwa seorang percaya

memiliki panggilan untuk membawa keluarganya kepada Tuhan. Hal

ini dapat kita lihat dari nasehat rasul Paulus kepada para wanita Kristen

yang memiliki pasangan yang belum percaya kepada Tuhan. Dalam 1

Petrus 3:1, Petrus menegaskan supaya para istri Kristen belajar

menghargai dan menghormati suami mereka yang belum mengenal

Tuhan supaya melalui sikap hidup mereka yang baik dan memuliakan

Tuhan, suami mereka dapat dimenangkan bagi Tuhan. Perilaku hidup

yang baik ini sering disebut dengan istilah silent witness “saksi yang

berbicara tanpa perkataan.”

Demikian juga kamu, hai istri-istri, tunduklah kepada

suamimu, supaya jika ada diantara mereka yang tidak taat

kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan

oleh kelakukan istrinya.

204

Menalar

Mengamati

Dalam Kisah Rasul 1: 8, Tuhan Yesus memberikan perintah

supaya murid-murid-Nya menjadi saksi Tuhan mulai dari Yerusalem,

Yudea, Samaria dan sampai ujung bumi. Yerusalem adalah lokasi

terdekat dari para murid, mereka tinggal di sana. Yudea adalah

provinsi dari kota Yerusalem. Sedangkan Samaria adalah daerah yang

lebih jauh dari Yudea. Namun Tuhan Yesus menyuruh kita

memberitakan injil sampai ujung dunia.

Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun

ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem

dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung

bumi.”

Tentu, istilah Yerusalem, Yudea, Samaria dan ujung dunia,

digunakan bukan semata-mata

menunjuk pada lokasi tertentu. Istilah-

istilah tersebut digunakan untuk

menegaskan bahwa murid-murid Tuhan

harus menjadi saksi Tuhan mulai dari

‘yang terdekat’ terus meluas sampai ke

ujung-ujung bumi, ke tempat yang jauh

dan lebih jauh lagi. Jerram Barrs

mengatakan istilah tersebut dapat juga

untuk menegaskan bahwa pemberitaan

injil haruslah bersifat progresif, mulai

dari yang terdekat, termasuk dalamnya

keluarga, terus bergerak sampai ke

tempat atau relasi yang terjauh.

Panggilan untuk memenangkan anggota keluarga bagi Tuhan

juga diperlihatkan oleh apa yang Yesus lakukan dalam keluarga-Nya.

Dalam Galatia 1:18-19, Rasul Paulus mencatat bahwa di awal

pelayanannya, Yakobus saudara Tuhan Yesus ternyata sudah menjadi

pengikut Yesus. Teks ini adalah bagian dari kesaksian Rasul Paulus

waktu ia percaya Kristus. Setelah mengalami perjumpaan pribadi

dengan Kristus di Damsyik, Paulus ke tanah Arab untuk memberitakan

injil, dan tiga tahun kemudian ia kembali lagi. Waktu ia kembali ke

Yerusalem dan menumpang di tempat Petrus, Paulus berkata bahwa

tidak ada seorangpun Rasul yang ada di sana kecuali Yakobus saudara

Yesus. Perkataan ini juga mengindikasikan bahwa Yakobus pada waktu

itu sudah menjadi pengikut Yesus.

205

Menalar

Menanya

Mengumpulkan Informasi

Jika waktu Yesus masih ada dalam dunia, tidak ada satupun

saudara-saudaranya yang mungkin percaya kepada Dia, namun

beberapa tahun kemudian, saudara-saudara Yesus itu menjadi

pengikut Yesus, menjadi orang yang percaya Yesus. Memang tidak

jelas siapa yang menginjilinya, namun kalaupun Yakobus ini akhirnya

percaya bahwa ‘saudaranya’ itu adalah Mesias, itu karena selama

hidup Yesus telah menunjukkan ‘keunikan diri-Nya’ atau ia telah

menunjukkan kehidupan yang menjadi ‘saksi’ bagi keluarganya sendiri.

Ini berarti Yesus-pun melakukan hal yang sama, ia bukan hanya

menyaksikan atau memberitakan injil pada orang-orang yang jauh

namun ia juga pernah selama 30 tahun bersama keluarga-Nya

menyaksikan ‘kebenaran mesiasnis yang ada dalam dirinya’ kepada

saudara-sauadara-Nya sendiri. Beberapa bagian Kitab Suci yang kita

bahas menegaskan kebenaran bahwa orang-orang percaya harus

menjadi saksi bagi keluarga, bagi orang-orang yang terdekat

dengannya.

Diskusikanlah

Apakah memberitakan injil kepada keluarga sendiri itu mudah? Hal-hal

apakah yang menjadi hambatan bagi seorang Kristen dalam bersaksi di

tengah-tengah keluarganya sendiri?

Bagaimanakah seorang Kristen dapat memberitakan injil dalam

keluarganya sendiri? Ada beberapa hal yang perlu untuk dipahami.

Pertama, sikap Hidup atau perilku kita menjadi kunci utamanya.

Nasehat rasul Paulus kepada Timotius adalah nasehat yang baik untuk

kita mengenai dalam hal apa kita harus menjadi saksi.

Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena

engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, (i)

dalam perkataanmu, (ii) dalam tingkah lakumu, (iii) dalam

kasihmu, (iv) dalam kesetiaanmu dan (v) dalam

kesucianmu.

1 Timotius 4:12

Jika kita bicara tentang perkataan, perkataan yang bagaimanakah yang

dapat merusak kesaksian hidup kita? Tentu ada banyak, misalnya saja

(i) perkataan dusta/bohong, gosip termasuk dalamnya (ii) perkataan

kasar (iii) perkataan yang jorok atau porno (iv) perkataan-perkataan

salah, misalnya membicarakan kejelekan orang lain.

206

Menalar

Jika kita bicara tentang tingkah laku, atau perilaku hidup, hal-

hal apa yang dapat jadi batu sandungan? Beberapa diantaranya adalah

(i) malas, (ii) ‘tidak jujur’ atau suka mencuri, (iii) jahil dst. Jika kita

adalah orang yang setiap hari bangun jam 10 atau 11, yang jika

dimintai tolong oleh orang tuanya, baru dilakukan 3 hari kemudian,

bagaimana kita mau bicara keselamatan pada mereka? Perilaku hidup

yang tidak tertib adalah halangan dalam bersaksi.

Dalam hal kasih, perilaku kasih yang bagaimana yang dapat

merusak kesaksian kita? Beberapa diantara adalah (i) tidak tahu

berterima kasih pada orang tua, (ii) tidak mau belajar mengalah waktu

berbeda pendapat dengan saudara atau orang tua (iii) berlaku tidak

hormat pada mereka dst.

Dalam hal tanggung jawab, misalnya saja menyangkut

keuangan dan waktu. Jika dalam hal uang saja kita tidak bertanggung

jawab, misalnya kita diberikan uang saku per bulan, namun kita

gunakan uang tersebut untuk perkara yang sia-sia dan tidak berguna,

misalnya untuk ke diskotik, untuk merokok dst, bagaimana kita dapat

menyampaikan mengenai surga kepada mereka?

Dalam kesucian/moralitas. Dapatkah kita berbicara tentang

Tuhan, jika kita sendiri hidupnya rusak? Dapatkah kita berkata “Ayo

percaya Yesus maka kita akan selamat,” tapi kita adalah pelanggan

tetap warung ramang-remang? Dapatkah kita berbicara soal

‘kebenaran’ sementara hidup kita saja larut dalam kecemaran? Tentu

tidak dapat. Jadi, untuk dapat menjadi saksi dalam keluarga kita,

kehidupan kita harus dibenahi terlebih dahulu.

Kedua, dalam menjadi saksi ataupun menginjili keluarga, doa

adalah senjata utama kita. Oleh karena dalam menginjili keluarga itu

sulit atau sukar, maka kita harus berdoa dengan tekun bagi mereka.

Mendoakan seseorang dengan tekun itu tidak mudah. Meskipun

demikian, ketekunan pada dasarnya merupakan bagian dari iman;

itulah sebabnya doa orang beriman memiliki ketekunan dalamnya.

Walaupun semua tahu dan sadar bahwa penginjilan itu adalah

kewajiban semua orang Kristen, namun tidak semua orang Kristen siap

dalam menginjili. Ada banyak orang Kristen yang tidak dipersiapkan

dengan baik, sehingga kalaupun menginjili akhirnya serampangan dan

membahayakan Kekristenan secara keseluruhan. Meskipun tidak

semua orang diperlengkapi untuk menginjili, namun semua orang

pada dasarnya mampu dan dapat berdoa bagi sesamanya. Oleh sebab

itulah doa bagi sesama yang belum percaya Yesus, adalah sebuah

pelayanan penginjilan yang paling sederhana yang dapat kita lakukan

bagi sesama kita.

207

Mengumpulkan Informasi

Menanya

Christopher J. Wright dalam

bukunya Misi Umat Allah

mengingatkan kita mengenai lima

signifikansi penting doa dalam

pelayanan misi, yakni:

1. Doa menjadi tanda yang membedakan umat Tuhan dengan bangsa-bangsa lain. 2. Doa merupakan sarana untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa yang belum mengenal Allah. 3. Doa adalah bentuk dari tanda bahwa Allah hadir dalam dunia ini. 4. Doa adalah kekuatan dalam pelayanan misi.

5. Doa adalah kekuatan orang-orang percaya dalam melawan peperangan rohani. Ketiga, dalam menjadi saksi atau menginjili keluarga kita,

kesabaran menjadi pertahanan utamanya. Ada banyak penginjilan

yang kita lakukan terhadap keluarga atau orang-orang dalam keluarga

kita gagal karena kita terlalu cepat untuk menginjili mereka secara

verbal.

Salah satu hal yang harus kita doakan waktu kita hendak

menginjili adalah kapankah waktu yang paling tepat untuk berbicara.

Yang membuat seseorang menerima Yesus adalah pekerjaan Allah

sendiri dalam Roh Kudus. Jika waktunya belum tepat dan belum tiba,

maka walaupun kita memberitakan injil, orang tersebut belum akan

menerima Yesus. Pemberitaan injil yang serampangan, bukan saja

dapat membuat orang tersebut tertutup pada kita namun menutup

hatinya lebih rapat bagi berita injil. Meskipun demikian, seorang

Kristen tidak perlu memiliki ketakutan yang berlebihan saat ia

memberitakan mengenai Yesus. Kita adalah alat di tangan Tuhan

dalam menaburkan benih Firman Tuhan dalam hidup sesama kita.

Oleh sebab itulah, kita harus memberitakan berita tersebut dalam

waktu yang tepat, dan dibutuhkan hikmat untuk mengetahuinya.

Diskusikanlah!

Coba tutuplah mata anda dan bayangkan jika Tuhan Yesus adalah

seorang remaja berusia 17 tahun, hal apakah yang dia akan lakukan

dalam keluarganya?

208

Mengamati

Mengumpulkan Informasi

Menanya

C. Panggilan Bersaksi dalam dalam Pekerjaan

Pernahkah anda menghitung bagaimana waktu yang kita miliki

kita habiskan setiap harinya? Jika kita setiap hari menggunakan 8 jam

waktu kita untuk tidur, 8 jam untuk bekerja dan 8 jam lagi untuk santai,

untuk melayani, untuk bersama dengan keluarga dst. Maka 1/3 bagian

hidup kita ternyata telah kita habiskan untuk bekerja. 1/3 waktu dari

hidup kita bukanlah jumlah yang sedikit, namun anehnya, kebanyakan

kita tidak atau jarang memikirkan secara serius, mengapa kita rela

menghabiskan 1/3 waktu kita justru untuk bekerja.

Seorang teolog, yang juga

adalah penulis buku yang sangat

terkenal yakni John R. W. Stott

menjelaskan setidaknya ada 3 cara

pandang yang salah dari manusia

tentang kerja. Cara pandang yang

pertama adalah manusia

memandang kerja sebagai sesuatu

yang bukan seharusnya menjadi

bagian hidup kita. Beberpa orang

memandang kerja/bekerja itu

adalah sesuatu yang kalau dapat

harus dihindari. Bagi orang dengan

tipe ini, kerja adalah sebuah beban, kerja adalah sebuah penderitaan,

kerja membuat manusia tidak bahagia. Cara pandang yang kedua

adalah memandang kerja/bekerja sebagai kutuk dosa. Orang tipe ini

meyakini manusia tidak didesain untuk bekerja, kerja adalah akibat

langsung dari dosa. Mereka memandang bahwa manusia memang

tidak ada pilihan lain selain bekerja, bekerja adalah hal yang tak

terelakan, yang mau tidak mau, rela ataukah tidak harus dilakukan

karena dosa. Dosalah yang membuat kita harus bekerja. Cara pandang

ketiga adalah memandang kerja atau pekerjaan adalah satu

keharusan. Orang tipe ini tidak pernah berpikir dan menganggap perlu

untuk memikirkan mengapa manusia harus bekerja.

Diskusikanlah!

Jika kita mengidentifikasikan diri kita, kira-kira termasuk yang

manakah kita diantara tiga kelompok orang yang John Stott sebutkan

di atas?

209

Mengumpulkan Informasi

Menanya

Bagaimana Alkitab memandang pekerjaan? Salah satu bagian

dari PL yang berbicara mengenai kerja adalah Kejadian 1:26-28 dan

2:8,15.

Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia

menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa

atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas

ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang

melata yang merayap di bumi.” Maka Allah menciptakan

manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah

diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya

mereka. 28Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman

kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak;

penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas

ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas

segala binatang yang merayap di bumi.”

Kejadian 1:26-28

Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di

sebelah timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang

dibentuk-Nya itu … TUHAN Allah mengambil manusia itu

dan menempatkannya dalam taman Eden untuk

mengusahakan dan memelihara taman itu.

Kejadian 2:8,15

Dalam Kejadian 1:26-28 Alkitab mengatakan bahwa manusia

Allah ciptakan sebagai gambar dan rupa-Nya sendiri. Yang menarik

adalah gagasan Alkitab mengenai manusia sebagai gambar dan rupa

Allah tersebut, dikaitkan dengan perintah Allah supaya manusia

“memenuhi dan menaklukan bumi” (lihat ayat 28). Dalam ayat 26

ditegaskan hal yang sama, Allah menciptakan manusia menurut

gambar dan rupa Allah supaya mereka berkuasa atas bumi dan segala

isinya. Istilah ‘supaya’ yang digunakan Alkitab dalam ayat 26,

digunakan untuk menegaskan tujuan penciptaan manusia yang dicipta

menurut gambar dan rupa Allah tersebut.

Diskusikanlah!

Hal-hal apakah yang membedakan manusia dengan ciptaan Tuhan

yang lain? Mengapa Tuhan menciptakan manusia berbeda dari ciptaan

Tuhan yang lainnya?

210

Menalar

Sekarang muncul sebuah pertanyaan, apakah maksud Alkitab

waktu ia berkata manusia dicipta sebagai gambar dan rupa Allah

dengan tujuan untuk berkuasa atas bumi dan isinya? Istilah berkuasa

yang dibicarakan Alkitab, terkait erat dengan arti dari istilah gambar

dan rupa Allah. Istilah tselem “gambar” dan demuth “rupa” Allah

sendiri memiliki arti patung. Jadi waktu Allah mengatakan manusia itu

dicipta menurut gambar dan rupa Allah, maka manusia itu adalah

‘patungnya’ Allah. Tentu istilah ‘patung’ adalah sebuah pelukisan.

‘patung’ dalam budaya timur kuno, dipandang sebagai representasi

dari orang yang digambarkan oleh patung tersebut. Jadi gagasan

‘patung’ atau gambar dan rupa Allah, berbicara mengenai gagasan

bahwa manusia itu adalah ‘representasi’ dari Allah.

Gagasan ‘representasi’ sendiri berbicara mengenai

‘perwakilian.’ Manusia disebut sebagai ‘representasi Allah,’ itu berarti,

manusia itu mewakili Allah. Manusia dicipta menurut gambar dan rupa

Allah, artinya manusia diciptakan untuk merepresentasikan Allah,

artinya manusia dicipta untuk mewakili Allah. Dengan kata lain,

gambar dan rupa Allah terkait dengan posisi manusia sebagai wakil

Allah atas ciptaan Tuhan lainnya.

Pertanyaan baru muncul, manusia diciptakan untuk mewakili

Allah atas apa atau dalam hal apa? Maka jawabannya adalah atas

seluruh ciptaan. Allah menjadikan manusia wakil-Nya dalam

‘menguasai bumi dan segala isinya.’ Tentu maksud dari ‘menguasai

bumi’ di sini adalah ‘mengelola dan mengendalikan bumi dengan

segala isinya’ supaya berjalan dan berfungsi sebagaimana yang Allah

kehendaki.

Dari penjelasan kitab suci ini, kita melihat satu aspek yang

penting dari keistimewaan penciptaan manusia, bahwa manusia

diciptakan Allah sebagai gambar dan rupa Allah yakni untuk bekerja

bagi Allah, mewakili Allah dalam mengelola dan mengendalikan bumi

ke arah yang Tuhan kehendaki.

Kita sering berkata betapa istimewanya manusia dibandingkan

dengan ciptaan Allah yang lain. Manusia diciptakan sebagai gambar

dan rupa Allah; meskipun demikian, gagasan tersebut jangan dipahami

berhenti di sana, kita harus memahaminya lengkap, kita dicipta

sebagai gambar dan rupa Allah dengan sebuah tujuan yakni bekerja

bagi Allah. Jadi bekerja ‘pada dasarnya’ adalah bagian dari keberadaan

manusia yang istimewa, yang kita kenal sebagai gambar dan rupa

Allah. Jadi ajaran Alkitab bahwa manusia adalah gambar dan rupa

Allah, membawa kepada kesimpulan bahwa manusia diciptakan

sebagai mahluk kerja.

211

Mengumpulkan Informasi

Hal yang sama ditegaskan ulang dalam Kejadian 2:15, di sana

dicatat bagaimana setelah Allah menciptakan tempat bagi manusia

yakni taman Eden, maka Alkitab memberikan catatan penting, bahwa

taman itu diberikan Allah supaya manusia mengusahakan dan

memeliharakan taman tersebut. Gagasan yang sama muncul, sebelum

manusia jatuh dalam dosa, sejak awal mula manusia diciptakan, Allah

telah memberikan pekerjaan kepada manusia. Mengapa demikian?

Sebab manusia diciptakan Allah sebagai mahluk kerja.

Dari apa yang Alkitab perlihatkan, kita dapat belajar beberapa

pokok kebenaran yakni: pertama bekerja atau pekerjaan bagi kita

bukanlah akibat dosa. Dosa memang membuat manusia menderita

dalam menjalani pekerjaannya, namun pekerjaannya sendiri bukalah

akibat dosa. Pekerjaan atau kerja adalah bagian dari kehidupan

manusia yang telah ada sejak manusia

diciptakan.

Karena bekerja adalah bagian dari

natur kita sebagai gambar dan rupa Allah,

maka manusia harus bekerja, sebab

bekerja akan membuat kita menemukan

arti dan makna hidup kita. John R. W. Stott

mengungkapkan sebuah kalimat yang

sangat menarik manusia harus bekerja

bukan saja untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya namun supaya manusia menjadi

lebih manusiawi. Apa yang John R. W. Stott

sampaikan sangat tepat, jika manusia tidak

mau bekerja maka manusia akan kehilangan arti dan makna hidupnya.

Dalam PB, panggilan mengenai kerja dibicarakan Rasul Paulus

dalam Efesus 6:5-8 dan 4:28.

Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan

takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu

taat kepada Kristus, jangan hanya di hadapan mereka saja

untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-

hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan

kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan

pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan

dan bukan manusia. Kamu tahu, bahwa setiap orang …

kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima

balasannya dari Tuhan.

Efesus 6:5-8

212

Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi

baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik

dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan

sesuatu kepada orang yang berkekurangan.

Efesus 4:28

Bagian Alkitab yang pertama tadi

kita baca (Ef 6:5-8) adalah perkataan Rasul

Paulus yang ditujukan bagi para budak.

Sapaan Rasul Paulus dalam ayat 5, hai

hamba-hamba, menegaskan kepada siapa

perkataan dalam ayat-ayat yang tadi kita

baca ditujukan. Bagaimanakah seorang

budak harus bekerja pada waktu itu?

Everett Ferguson dalam bukunya

Backgrounds of Early Christianity

menjelaskan bahwa seorang budak

dianggap tidak lebih dari sebuah benda,

seorang budak tidak mempunyai (i) hak secara legal dihadapan hukum;

(ii) mereka juga tidak punya ‘hak’ untuk mendapatkan perlindungan

dari saat terjadi perampasan oleh tuannya; (iii) mereka juga tidak

punya ‘hak’ untuk mengerjakan apa yang mereka inginkan dan sukai,

mereka hanya boleh mengerjakan apa yang tuannya inginkan; (iv)

mereka tidak punya ‘hak’ untuk membebaskan dirinya sendiri.

Ferguson juga mencatat, bagaimana para ‘tuan’ dari budak-budak ini

seringkali menyuruh mereka bekerja melampaui waktu kerja pada

umumnya, dengan tujuan supaya si tuan itu mempunyai keuntungan

lebih banyak lagi, lalu bagaimana bila si budaknya sakit atau mati?

Sang tuan sama sekali tidak punya ‘tanggung jawab’ legal apapun.

Rasul Paulus memberikan nasehatnya tentang bagaimana

dalam bekerja seorang Kristen harus mengerjakannya dengan ‘takut

dan gentar’ bahkan dengan tulus. Perkataan ini ditujukan juga kepada

para budak yang dalam bekerja mereka mengalami penganiayaan dan

penderitaan. Rasul Paulus bukanlah orang yang mendukung

perbudakan. Ketegasan Rasul Paulus berkata bahwa di dalam Kristus

tidak ada lagi budak maupun orang merdeka, menegaskan

pandangannya bahwa seorang budak sekalipun adalah umat Tuhan

sama halnya dengan seorang merdeka. Jika Rasul Paulus berkata

bahwa ‘seorang budak’ hendaknya bekerja dengan ‘takut dan gentar

dan dengan tulus hati’ kepada tuannya seperti halnya kepada Kristus,

mesti ada sesuatu hal yang lain yang mendasari nasehat tersebut.

213

Menalar

Menanya

Rasul Paulus melihat bahwa pekerjaan bahkan pekerjaan

seorang budak sekali pun adalah sebuah pelayanan dihadapan Tuhan.

Tentu bukan maksud Rasul Paulus mengatakan bahwa ‘memperbudak

manusia’ adalah juga pekerjaan Tuhan. Maksud Paulus adalah

pekerjaan pada hakikatnya adalah dari Tuhan. Terlepas dari

bagaimana dalam keberdosaannya manusia akhirnya merusak

gagasan pekerjaan yang Allah gariskan, namun pekerjaan itu sendiri

adalah dari Tuhan. Oleh sebab itulah, mengerjakan sebuah pekerjaan,

bahkan pekerjaan yang dianggap sangat rendah dan hina sekalipun,

yakni pekerjaan dari para budak, ini pun adalah sebuah pekerjaan,

berarti ini pun adalah sebuah pelayanan kepada Tuhan, ini pun adalah

ketaatan pada kehendak Tuhan.

Oleh sebab pekerjaan seorang budak sekali pun adalah sebuah

kepelayanan kepada Allah, maka pekerjaan tersebut harus dikerjakan

dengan sunggung-sungguh, dengan segenap hati, dengan tulus.

Mengapa demikian? Sebab menjalani pekerjaan adalah kehendak

Allah dan itu bukan semata-mata dikerjakan bagi manusia namun

adalah pelayanan kepada Tuhan.

Orientasi orang dalam bekerja umumnya adalah uang. Oleh

sebab itulah ada banyak orang yang walaupun adalah seorang Kristen

tidak punya integritas dalam bekerja, sebab uang menjadi kuncinya.

Dimana satu tempat memberikan uang lebih banyak maka ke sanalah

ia akan bekerja, dan hal ini menunjukkan bahwa ‘siapa diri kita’

ditentukan oleh berapa uang yang diberikan pada kita.

Kerja bagi umat Tuhan merupakan sebuah pelayanan. Seorang

Kristen haruslah menyadari bahwa pekerjaan yang dia geluti bukanlah

semata-mata demi dirinya sendiri. Pekerjaan sesungguhnya adalah

sebuah pelayanan kepada Tuhan. Pekerjaan bukan semata-mata soal

uang, ini adalah pelayanan kepada Tuhan. Jangan menggumuli sebuah

pekerjaan semata-mata dengan berapa uang yang dapat saya

dapatkan? Sebab bekerja sebenarnya dalah sebuah pelayanan pada

Tuhan. Kita hadir dalam sebuah pekerjaan tertentu justru untuk

memberikan kontribusi positif bagi pekerjaan tersebut. Inilah uniknya

cara pandang Kekristenan terhadap pekerjaan, kita bekerja justru

untuk ‘memberi diri’ dan untuk menyumbangkan sesuatu.

Diskusikanlah

Ceritakan pekerjaan apakah yang anda ingin dapatkan satu kali kelak?

Mengapa anda menginginkan pekerjaan itu dan bagaimana kita

mengetahui apakah hal tersebut sesuai dengan kehendak Tuhan?

214

Mengumpulkan Informasi

Menalar

Nasehat Paulus Efesus 4:28 menegaskan bahwa orang-orang

yang dahulu pernah hidup sebagai pencuri harus bertobat dan

berubah. Paulus menegaskan mereka yang dulunya pencuri,

hendaknya bertobat, kemudian mereka hendaknya juga bekerja keras

dengan tangan mereka sendiri, dan mengerjakan hal yang baik bagi

orang lain dengan membantu sesama mereka.

Seorang ahli tafsir Perjanjian Baru,

Ernest Best dalam bukunya a Critical and

Exegetical Commentary on Ephesians

menjelaskan: pencuriaan pada waktu itu

biasa terjadi di berbagai daerah jajahan

Romawi disebabkan perekonomian pada

waktu itu sangatlah sulit, kebanyakan

orang yang melakukan ‘tindakan

pencuriaan’ ini adalah para pekerja dan

budak, yang mengalami bagaimana kerja

keras mereka seringkali tidak dihargai dan

kepunyaan mereka dirampas secara paksa

oleh baik para pejabat maupun para ‘tuan’ dari budak-budak, orang-

orang pada waktu itu mencuri adalah demi memeliharakan kehidupan

mereka dan keluarga mereka sendiri.

Perintah janganlah kamu mencuri lagi, ditujukan pada orang-

orang yang sedang melarat dan kesusahan, yang melakukan

pencuriaan karena terpaksa. Rasul Paulus mengerti pergumulan dari

jemaatnya yang kekuarangan, namun ia melihat bahwa mencuri

bukanlah solusi dari pergumulan mereka. Rasul Paulus memberikan

nasehat supaya mereka lebih baik bekerja dengan baik dengan tangan

mereka sendiri. Namun Paulus tidak berhenti di sini, ia juga

mengatakan supaya dapat membagikan sesuatu kepada mereka yang

berkekurangan. Rasul Paulus memberi nasehat supaya mereka bukan

sekadar bekerja bagi diri mereka sendiri yang berkekurangan, namun

ia malah berkata kepada ‘mereka yang berkekurangan,’ bekerjalah

supaya dapat membantu sesama yang lain yang berkekurangan.

Kita dapat belajar bahwa bekerja bukanlah sekadar untuk diri

sendiri, bukanlah sekadar untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan,

namun juga untuk membantu sesama kita. Hasil yang kita peroleh

dalam segala jerih lelah dalam bekerja haruslah kita sisihkan untuk

membantu orang-orang yang lebih susah hidupnya dari pada kita. Oleh

sebab itulah menyisihkan uang bagi orang-orang susah, selain

persepuluhan yang kita berikan pada Tuhan, adalah hal yang pastilah

sangat menyenangkan Tuhan.

215

Selain itu, berkekurangan bukanlah alasan bagi kita untuk tidak

mau membantu sesama kita. Apakah orang yang berkekurangan tidak

dapat memberikan sesuatu bagi sesamanya yang lebih

berkekurangan? Tentu dapat, mungkin jumlahnya tidak banyak,

namun pada dasarnya bukan itu yang Tuhan lihat, yang Ia lihat adalah

apakah kita serakah dengan apa yang diberikan pada kita, artinya kita

tidak mampu berbagi apa yang kita punya dengan sesama kita yang

lain. Rasul Paulus pernah sangat kagum kepada jemaat di Makedonia,

sebab walaupun mereka jemaat yang berkekurangan, namun mereka

mampu memberi bagi sesama mereka yang lebih berkekurangan.

Jika kepada yang berkekurangan saja Rasul Paulus berkata

‘bekerjalah juga supaya dapat membantu sesama yang

berkekurangan,’ kira-kira apa yang akan Paulus akan katakan bagi

mereka yang berkelebihan? Jangan kita lupa, bahwa segala hasil dari

jerih lelah kita dalam bekerja bukan semata-mata bagi diri kita sendiri,

tapi itu harus kita bagikan bagi sesama kita yang membutuhkan.

Jadi bekerja bagi orang percaya adalah bagian hidup kita. Allah

membentuk kita menjadi mahluk kerja. Bekerja akan menolong kita

menjadi semakin manusiawi. Namun, kita bekerja bukan semata-mata

bagi diri kita sendiri, bekerja adalah sebuah pelayanan kepada Allah

dan sesama. Hasil dari jerih lelah kita adalah berkat Tuhan, yang

seharusnya tidak kita nikmati sendiri namun juga harus dibagikan

supaya menjadi berkat bagi sesama kita.

Jerram Barrs meningatkan orang-

orang Kristen untuk tidak memiliki

pemikiran yang bersifat dualistis dalam

memandang anatara gereja dan

pekerjaan. Gereja sering dianggap

tempat yang kudus sedangkan pekerjaan

dianggap tempat yang sekular. Padahal

Tuhan seharusnya hadir dalam

kesuluruhan dimensi hidup orang-orang

percaya. Umat Tuhan harus belajar dari

Rasul Paulus dimana ia menggunakan

pekerjaannya sebagai tukang tenda

sebagai sebuah kesempatan untuk

memberitakan injil kepada mereka yang sedang dalam perjalanan

melewati kota Korintus. Walaupun pekerjaan merupakan usaha yang

manusia lakukan untuk bertahan hidup, namun Tuhan memanggil

anak-anaknya untuk bukan hanya bekerja keras dalam bekerja tetapi

menggunakan pekerjaan sebagai sarana kesaksian mereka.

216

D. Penutup

Keluarga dan pekerjaan adalah dua area kehidupan yang

paling dekat dengan kita. Orang-orang percaya memiliki tanggung

jawab untuk memberitakan injil baik kepada mereka yang hidup jauh

dari mereka, misalnya saja, mereka yang ada dibelahan dunia yang

berbeda dengan kita tetapi juga orang-orang yang dekat dengan kita,

misalnya saja orang tua, dan saudara-saudari sendiri, dan orang-orang

yang menjadi rekan atau teman dalam bekerja. Tuhan memanggil kita

untuk menjadi saksi dalam dua area kehidupan tersebut.

Jika keluarga kita belum percaya kepada Yesus, kita tentunya

harus berdoa dan menyaksikan Yesus dalam keluarga kita sendiri. Jika

keluarga kita sudah percaya Yesus, maka keluarga kita haruslah

menjadi saksi bagi keluarga lainnya. Panggilan menjadi saksi Tuhan

dalam keluarga haruslah dilakukan dengan motivasi kasih. Selain itu,

dalam menyaksikan Kristus di tengah-tengah orang yang kita kenal,

seseorang membutuhkan kesaksian hidup yang baik yang seringkali

berbicara kuat kepada orang-orang disekitar kita.

Selain keluarga, pekerjaan juga merupakan bagian dalam

kehidupan orang-orang percaya. Mereka dipanggil untuk menjadi saksi

dalam pekerjaan mereka. Untuk dapat menjadi saksi dalam bekerja,

seorang Kristen perlu memahami panggilan mereka sebagai mahluk

kerja yang melayani Tuhan. Etika dalam berkerja dapat menguatkan

kesaksian seseorang di tempat kerja. Demikian juga dengan pergaulan

yang dijalani oleh seorang Kristen. Bagaimana ia berbicara, bekerja,

menyapa, menegur, dan sikap-sikap lainnya akan menentukan apakah

ia menjadi berkat ataukah menjadi batu sandungan dalam

pekerjaannya.

217

Mengkomuni kasikan

Ringkasan

1. Tuhan memanggil orang-orang Kristen untuk bersaksi pada

orang-orang terdekat mereka, termasuk dalamnya anggota

keluarga mereka dan dalam pekerjaan.

2. Bersaksi dalam keluarga membutuhkan kesaksian hidup dan

juga doa.

3. Orang-orang Kristen perlu memandang bekerja sebagai sebuah

panggilan Tuhan untuk bukan hanya untuk mencari uang tetapi

untuk melayani Tuhan.

Ayat Hafalan

Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap

hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu

tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang

ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu

hamba-Nya.

Kolose 3:23-24

Aktivitas

Buatlah sebuah daftar yang memuat 10 orang yang menjadi teman

dekatmu dan tuliskan kelebihan dan kekuarangan karakter mereka

dan jelaskanlah mengapa anda berteman dengan mereka?

Bacaan lebih lanjut

Barrs, Jerram. The Heart of Evangelism. Wheaton: Crossway, 2001. Bab

10.

Keller, Timothy. Center Church: Doing Balanced, Gospel-centered

Ministry in your City. Grand Rapids: Zondervan, 2012. Bab 21.

Write, Christopher J.H. Misi Umat Allah. Terj. Jakarta: Perkantas, 2011.

Bab 13.

218

219

Mengamati

Menanya

Menalar

Pelajaran 16

Kesaksian Orang Percaya

Dan Tanggung Jawab Alam

A. Pendahuluan Kebanyakan orang Kristen berpikir bahwa tanggung jawab

mereka sebagai pengikut Kristus hanya terbatas hal-hal rohani,

misalnya saja: memberitakan injil, bersaat teduh, rajin beribadah dan

memberikan persembahan, melayani di gereja baik sebagai singer,

MC, penyambut tamu dst. Benarkah tanggung jawab orang percaya

hanya sebatas itu? Mengerjakan hal-hal rohani memang salah satu

tanggung jawab kita, tetapi tanggung jawab kita bukan hanya itu,

bukan hanya mengerjakan pekerjaan atau pelayanan (yang menurut

beberapa orang disebut) rohani.

DIskusikanlah!

Sebutkan dan jelaskan berbagai tanggung jawab yang Tuhan berikan

kepada manusia, khususnya mereka yang telah menerima Yesus dalam

hidupnya?

Kita akan mempelajari sebuah tanggung jawab lain dari orang

percaya yakni tanggung jawab terhadap alam ciptaan Tuhan.

Bagaimana kebanyakan kita memandang tanggung jawab ini?

Mungkin kebanyakan kita menganggap tanggung jawab itu tidak

sepenting tanggung jawab rohani lainnya. Itulah sebabnya tanggung

jawab dalam pokok ini kurang dikotbahkan, diajarkan ataupun

dikaitkan dan dipesankan oleh hamba-hamba Tuhan. Padahal

tanggung jawab ini adalah tanggung jawab yang pertama yang

diberikan Allah kepada manusia untuk dilakukan atau dikerjakan.

Bila tanggung jawab terhadap alam ini sampai diberitakan

Alkitab bahkan kali pertama Allah berbicara kepada kita mengenai

tanggung jawab kita terhadap alam, ini menunjukkan bahwa tanggung

jawab ini penting sekali.

Saat orang-orang Kristen menyadari bahwa kita bertanggung

jawab terhadap alam, kitalah yang harus pertama bertobat. Kita harus

mulai sekarang saya akan mulai memperhatikan dan mengasihi alam

ciptaan Tuhan.

220

Mengumpulkan Informasi

B. Memahami Mandat Penciptaan

Dalam ajaran iman Kristen, kita mengenal mandat injil dan

mandat budaya atau penciptaan. Dalam mandat injil, Tuhan

memberikan kepada orang-orang percaya tugas untuk memberitakan

injil kepada segala bangsa. Dalam mandat budaya atau penciptaan,

Tuhan memberikan perintah kepada umat manusia untuk menjaga

dan memeliharakan alam ciptaan Tuhan.

Daalam Kejadian 1:26-28, Tuhan menyatakan bahwa Ia

menciptakan manusia sebagai gambar dan rupa Allah dan

memerintahkan manusia untuk menguasai dan menaklukan alam.

Meskipun demikian, ada beberapa orang yang memakai ayat ini

sebagai legitimasi untuk tindakannya yang merusak alam.

Dalam Kejadian 1:28, Alkitab berkata:

Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada

mereka: ‘beranak cuculah dan bertambah banyak;

penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-

ikan di laut, burung-burung di udara dan atas segala

binatang yang merayap di bumi.

Istilah berkuasa secara etimologis berarti menginjak-injak; sedangkan

istiilah ‘taklukan’ berhubungan dengan tindakan seorang raja yang

mengalahkan satu daerah tertentu dan menjadikan segala jajahan

sebagai budaknya yang dapat diperlakukan semaunya sendiri. Jadi

(beberapa orang menganggap) ketika Allah menyuruh manusia

berkuasa dan menaklukan, ini berarti manusia punya kebebasan untuk

melakukan apa saja di bumi ini, manusia bebas memanfaatkan apa saja

bumi ini, sebab bumi memang diberikan Allah untuk kenikmatan

manusia.

Meskipun secara etimologi, kedua ayat ini memang berarti

demikian tetapi, kedua istilah tadi, jika dilihat dari konteks

pembicaraannya tidak berarti demikian. Kejadian 1:26-28 memang

menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini memang

diserahkan kepada manusia. Sewaktu Allah menciptakan manusia.

Allah berkata bahwa manusia itu adalah gambar dan rupa Dia. Apakah

maksud dari istilah gambar dan rupa? Istilah gambar dan rupa memang

secara harafiah berarti patung atau potret. Pengertian bahwa manusia

itu adalah patung atau potret Allah adalah bahwa manusia adalah

wakil dari Allah.

221

Menalar

Menanya

Menalar

Jadi jikalau Alkitab mengatakan bahwa manusia itu adalah

potret Allah berarti manusia itu adalah wakil atau perwakilan dari

Allah. Manusia adalah wakil Allah dalam menjaga segala ciptaannya.

Memang manusia diserahi oleh Allah kuasa atau otoritas atau hak atas

alam dan segala isinya. Persoalannya adalah otoritas atau hak untuk

apa? Memang dalam Alkitab dikatakan untuk berkuasa dan

menaklukan bumi ini. Tetapi pengertian dari berkuasa dan

menaklukan bumi ini bukan dalam artiaan manusia diserahi otoritas

atau hak untuk memanfaatkan alam sepuas, sebebas dan sekehendak

hati mereka.

Pengertian yang lebih tepat adalah manusia diberi tugas oleh

Allah untuk menguasai (dalam pengertian) mengontrol segala yang

ada di alam ini sehingga bekerja sesuai dengan rancangan Allah.

Apakah rancangan Allah bagi alam ini? Alam diciptakan Allah supaya

bersama-sama dengan manusia saling mendukung satu sama lain

sehingga tercipta sebuah kehidupan yang harmonis, yang saling

memeliharakan sehingga Tuhan dipermuliaan oleh ciptaannya. Jadi

alam diciptakan untuk manusia dan manusia diciptakan untuk alam.

Alam diberikan supaya manusia hidupnya terpelihara dan manusia

diciptakan untuk memeliharakan alam. Apakah jadinya ketika manusia

tidak lagi berperan sebagai pemelihara alam? Maka alam tidak lagi

menjadi pemelihara manusia. Jadi ketika manusia merusak alam, maka

alam akan jadi bencana bagi manusia.

Diskusikanlah!

Carilah beberapa bencana alam hebat yang pernah terjadi di negri kita

dan carilah informasi mengapa bencana tersebut sampai dialami oleh

banyak orang?

Karena menjadi perwakilan Allah dalam mengelola alam adalah

tugas dari Allah bagi manusia sejak semula maka tugas ini harus

dipertanggungjawabkan oleh manusia kepada Allah. Jadi kelak, Tuhan

dapat saja bertanya kepada kita mengenai, apa yang telah kita lakukan

dalam mempertahankan bumi yang Tuhan percayakan kepada kita ini.

Tanggung jawab terhadap alam ciptaan Tuhan ini tidak hilang sewaktu

manusia berdosa. Walaupun dosa membuat bumi dan segala yang di

dalamnya berjalan menuju pemusnahan, tapi kita tetap harus

berusaha supaya bumi dan ciptaan Tuhan ini tidak rusak sebelum

waktunya, tidak hancur sebelum waktunya.

222

Mengamati

Menalar

Bagaimanakah keadaan alam atau bumi kita ini? Bumi semakin

padat dengan penduduk. Pada tahun 1800, penghuni bumi

diperkirakan sekitar 1000 juta jiwa, di tahun 1900 penduduk bumi

berlipat menjadi 2000 juta jiwa, tahun 1980 (dalam jangka waktu 80

tahun) diduga penghuni bumi ini ada sekitar 4000 juta manusia, dan di

tahun 2000 (dalam jangka waktu 20 tahun) diduga bumi ini dihuni oleh

sekitar 6000 juta jiwa. Pertambahan penduduk di bumi kita ini begitu

luar biasa pesat.

Yang namanya sumber daya alam itu bersifat terbatas. Jika

sumber daya alam itu habis, hal itu sudah tidak dapat diperbaharui.

Sumber daya alam itu bentuknya banyak, ada yang berbentuk minyak

bumi, gas alam, batu bara, dst. Sumber daya alam yang ada di bumi

kita ini makin hari makin sedikit dan akan habis. Kebutuhan manusia

akan sumber daya alam, setiap tahunnya bertambah 4 % jadi, dapat

dibayangkan semakin hari, kebutuhan manusia semakin besar, tetapi

jumlah bahan yang tersedia semakin sedikit.

Teknologi yang dikembangkan manusia semakin tidak

terkendali. Semakin berkembangnya teknologi manusia semakin

pengurasan terhadap alam meningkat. Apakah teknologi computer

tidak membawa dampak bagi alam? Penggunaan computer

membutuhkan listrik, dan listrik diperloleh dari pengolahan alam.

Semakin banyak listrik dibutuhkan semakin alam harus dikuras lebih

habis-habisan lagi. Apakah teknologi nuklir tidak membawa dampak

bagi alam? Apakah uranium yang digali dan dimanfaatkan satu kali

tidak akan habis? Pasti habis. Terus apakah limbah radioaktif yang

digunakan dalam teknologi nuklir tidak berdampak bagi alam? Pasti

berdampak. Meskipun demikian manusia tidak takut, selama alam

masih menghasilkan terus akan didayagunakan.

Kemajuan dalam bidang teknologi informasi apakah tidak

berdampak pada alam? Tahukah kita bahwa demi memenuhi

kebutuhan kertas, di dunia ini setiap menitnya 14 m2 hutan mengalami

pengrusakan.

Apakah yang harus dilakukan orang Kristen? Menaruh

perhatian terhadap alam. Bumi kita ini milik siapa? Apakah bumi ini

miliknya iblis? Apakah bumi ini miliknya orang-orang yang bukan

percaya Yesus? Bumi dan alam ini adalah miliknya Allah kita, milik Allah

yang dipercayakan kepada kita. Itulah sebabnya, Tuhan berkarya

dalam dunia ini untuk membawanya kembali kepada tujuan

penciptaannya. Pelayanan misi harus menaruh perhatian terhadap

dunia ini dan memandang bahwa dunia ini harus diperjuangkan supaya

memuliakan Tuhan.

223

C. Penutup Kita perlu belajar peduli dengan alam dan ciptaan Tuhan. Alam

ada memang untuk memenuhi kebutuhan manusia tetapi kita juga ada

untuk alam. Alam perlu dikelola supaya dapat memberikan manfaat

yang proporsinal bagi kebutuhan manusia. Hal ini tentu tidak berarti

oerang-orang Kristen boleh mengeksploitasi alam. Tindakan

eksploitasa pada dasarnya menceriminkan keserakahan manusia.

Kita pun perlu berusaha untuk mengingatkan orang percaya

akan peranan penting mereka untuk memperhatikan alam dan

lingkungannya. Memelihara alam merupakan mandat Tuhan yang

sama pentingnya dengan mandat lainnya, misalnya saja mandat injil.

Tuhan menciptakan alam dalam keadaan baik dan mempercakapan

kepada manusia untuk mengelolanya.

Mungkin apa yang kita lakukan sangat kecil, dan tidak

mempengaruhi persentase rusaknya bumi ini, tetapi tidak apa-apa,

sebab lebih baik kita melakukan hal yang baik walaupun sedikit dan

semampu yang dapat kita lakukan dari pada kita tidak melakukan apa-

apa.

Apa yang anda dapat lakukan sebagai siswa? 1) Anda dapat

mulai mendoakan alam ciptaan Tuhan; 2) anda dapat juga mendoakan

umat manusia yang tinggal dalamnya supaya memikirkan masa depan

bumi ini; 3) anda juga dapat turut serta dalam program penghematan,

misalnya saja, bila keluarga kita memboroskan listrik atau BBM, anda

dapat berbicara mengingatkan keluarga; 4) anda juga dapat aktif

dalam kelompok-kelompok pecinta alam.

224

Mengkomuni kasikan

Ringkasan

1. Mandat penciptaan dan mandat injil pada dasarnya saling

terkait dan tidak dapat dipisahkan.

2. Mandat penciptaan adalah tugas manusia dalam membawa

dunia ciptaan Tuhan untuk memuliakan Tuhan.

3. Gereja seharusnya menaruh perhatian terhadap dunia ini,

termasuk pemeliharaan alam, sebab dunia ini adalah milik

Tuhan yang harus dikelola supaya dapat memuliakan Tuhan.

Ayat Hafalan

Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya,

menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan

perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati

mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah

dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu,

berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara

dan atas segala binatang yang merayap di bumi."

Kejadian 1:27-28

Aktivitas

Buatlah sebuah poster mengenai salah satu tanggung jawab orang

Kristen terhadap alam dan tempelkanlah di mading sekolahmu.

Bacaan Lebih Lanjut

Bauckham, Richard. Living with Other Creatures: Green Exegesis and

Theology. Baylor: Baylor University Press, 2011. Bab 1.

Moo, Douglas and Jonathan A. Moo. Creation Care: A Biblical Theology

of Natural World. Grand Rapids: Zondervan, 2018. Bab 1-3.

Wright, Christopher J.H. Misi Umat Allah. Terj. Jakarta: Perkantas,

2011. Bab 3.

225

226

Mengamati

Menanya

Mengamati

Pelajaran 16

Injil Dan Budaya

A. Pendahuluan

Kebudayaan adalah isu penting dalam pelayanan misi dan

pemberitaan injil. Pemberitaan Injil yang tidak memperhatikan

konteks budaya lokal masyarakatnya sulit untuk berkembang sebab

injil tidak dapat dipahami di luar bahasa dan tradisi yang seseorang

telah miliki.

Di sisi yang lain, kebudayaan juga ternyata dapat menimbulkan

persolan dalam pemberitaan injil. Pencampuran antara kebudayaan

dan pemberitaan injil menghasilkan pencampuradukan kebudayaan

dan iman Kristen. Hal inilah yang disebut sebagai sinkretisme.

Diskusikanlah!

Carilah contoh hal-hal yang temasuk dalam sinkretisme antara iman

Kristen dengan kebudayaan lokal sebuah masyarakat dan jelaskan

mengapa hal tersebut terjadi?

B. Memahami Kebudayaan

Bagaimanakah seseorang memandang kebudayaan? Tentu

saja, pengalaman seseorang dengan kebudayaan dapat menentukan

sikapnya saat ia menjadi seorang Kristen dan reponsnya terhadap

kebudayaan.

Sebagai contoh, seorang Kristen dibesarkan dalam sebuah

tradisi yang memandang kebudayaan secara negatif. Orang tersebut

memandang bahwa yang namanya kebudayaan terutama terkait

dengan berbagai tradisi yang bersifat mitologis, misalnya saja larangan

untuk “jangan berdiri di depan pintu sebab nanti sulit mendapatkan

jodoh” atau larangan “jangan membuka payung dalam rumah nanti

ada yang meningggal,” “jangan berfoto dalam hitungan ganjil, misanya

lima orang, sebab nanti salah satunya akan meninggal,” “saat ada yang

meninggal jangan lihat ke dalam liang kuburnya nanti dapat kebawa

mati,” dst. Itulah sebabnya orang ini memandang kebudayaan secara

negatif karena kebudayaan dimana ia hidup dipenuhi dengan mitos

dan ia pun akhirnya cenderung menolak kebudayaan.

227

Mengumpulkan Informasi

Di sisi yang lainnya, seorang Kristen menggeluti bidang

pelayanan misi, dalam satu bincang-bincang ia mengatakan bahwa

kekeristenan tidak dapat bertumbuh dengan baik di Indonesia sebab

ia tidak lahir dalam budaya lokal namun hadir dalam “baju barat,”

maksudnya budaya barat. Kesadaran ini membuatnya kemudian

membentuk sebuah lembaga Injil Peduli Budaya, dimana ia berupaya

menghadirkan Kekristenan dalam budaya lokal. Orang ini kemudian

membuat berbagai lagu bukan saja dalam bahasa lokal namun dalam

gaya lokal. Berbeda dengan pandangan orang yang pertama, yang

memandang kebudayaan secara negatif, orang kedua ini memadang

kebudayaan secara positif, itulah sebabnya ia menggunakan

kebudayaan untuk memberitakan injil.

Sekarang pertanyaannya adalah pandangan mana yang benar?

Apakah kebudayaan itu negatif karena memuat berbagai unsur tradisi

mitologis ataukah positif karena dapat secara efektif digunakan dalam

penginjilan? Maka jawabannya adalah dua-dua benar, tergantung dari

bagaimana kita memahami kebudayaan. Kebudayaan memang

merupakan sebuah tema atau konsep yang sangat kompleks.

Menurut Kevin J. Vanhoozer, seorang ahli dalam bidang teologi

dari Universitas Edinburgh, Kebudayaan

adalah ekspresi kongkret dari apa yang

manusia pikirkan dan rasakan. Jika

kebudayaan dimengerti secara demikian,

ekspresi apa yang kita pikirkan dan

rasakan yang dinyatakan dalam bentuk-

bentuk konkret, maka semua karya

manusia pada dasarnya merupakan

sebuah kebudayaan. Mengapa demikian?

Sebab segala hal yang kita lakukan

semuanya didasarkan atas adanya

dorongan pikiran dan perasaan kita. Saat

kita merasa senang, kita kemudian menyanyi atau membuat nyanyian,

karena ini adalah ekspresi dari rasa riang yang kita alami, maka

membuat sebuah lagu termasuk sebuah kebudayaan; saat kita melihat

sebuah realitas yang menyedihkan, misalnya saja bagaimana dalam

gereja ada banyak orang yang kurang peduli dengan Kitab Suci,

kemudian kita membuat sebuah program untuk mendorong jemaat

membacanya, inipun merupakan bagian dari sebuah kebudayaan,

dimana kita sedang membangun budaya membaca Alkitab. Dengan

demikian, kebudayaan pada dasarnya tidak salah meskipun dalam

praktiknya kebudayaan dapat menjadi salah akibat dosa manusia.

228

Menalar

Mengumpulkan Informasi

Jadi, kebudayaan adalah tema yang sangat luas dan kompleks,

dan kita tidak mungkin menyoroti aspek kebudayaan yang seperti itu

sekarang. Itulah sebabnya, kita akan menyoroti salah satu aspek saja

dari kebudayaan yakni kebudayaan yang dipahami sebagai tata cara

hidup bermasyarakat yang berlaku dalam satu kelompok atau suku

tertentu, dimana tata cara hidup bermasyarakat tersebut merupakan

identitas dari kelompok tersebut.

Sebagai contoh, kita semua dibesarkan dengan tata cara hidup

yang berbeda dalam suku kita. Ada yang dibesarkan dengan sebuah

tata cara hidup, kalau bertamu di rumah orang lain tidak boleh

menghabiskan semua suguhan yang diberikan sebab itu dipandang

tidak sopan; sebagian orang yang lain dibesarkan dengan sebuah tata

cara kehidupan, bahwa saat bertamu harus menghabiskan semua

makanan yang ditawarkan, itu yang namanya sopan. Sebagian suku

tertentu yang memandang saat seseorang menikah harus tinggal

dengan orang tuanya, sementara suku yang lain memandang saat

seorang menikah harus lepas dari orang tua. Dalam pengertian inilah

kita akan membicarakan mengenai kebudayaan. Kebudayaan dalam

konteks adat istiadat yang menjadi ciri atau identitas suku atau

komunitas seseorang.

Purnawan Tenibemas dalam bukunya

Misi yang Membumi mengingatkan bahwa

Allah tidak menciptakan kebudayaan.

Kebudayaan pada dasarnya adalah buah dari

kreatifitas manusia dan budaya mengalami

perubahan oleh karena konteks kehidupan

manusia yang juga terus berubah. Dalam

konteks Kekristenan, tidak dapat dipungkiri

bahwa ada banyak anggapan bahwa budaya

Kristen adalah sama dengan budaya barat.

Hal ini terjadi oleh karena kekristenan datang dari negara-negara barat

sehingga banyak orang menyamakan keduanya. Itulah sebabnya

pelayanan misi hendaknya bersifat lintas budaya.

Dalam studi mengenai misi, kita belajar melihat kebudayaan

secara proporsional. Kebudayaan adalah bagian dari identitas diri

seseorang bahkan satu komunitas atau suku tertentu. Itulah sebabnya

dalam proses pemberitaan injil, seorang misionaris atau pekabar injil

harus memahami kebudayaan lokal dari sebuah komunitas sebelum ia

dapat menilai apakah kebudayaan tersebut harus dihilangkan karena

memuat unsur sinkretisme ataukah tidak.

229

Mengumpulkan Informasi

C. Kebudayaan dalam Alkitab Pergumulan sebuah suku untuk menjaga adat istiadat yang

menjadi identitas diri mereka juga menjadi

pergumulan dari orang-orang Yahudi yang

hidup di zaman Yesus dan Paulus. James D.

G. Dunn, dalam bukunya New Perspective

on Paul menjelaskan bahwa bagi orang

Yahudi ada setidaknya ada tiga adat

istiadat yang menjadi identitas orang

Yahudi, yang tidak boleh ditinggalkan

yakni yakni sunat, Sabat dan aturan

makan. Orang-orang Yahudi diajari untuk

selalu menyunatkan anak-anak mereka,

bagi mereka sunat merupakan tanda

perjanjian antara Allah dan mereka sebagai umat Allah. Selain itu

hukum Sabat, dimana orang-orang Yahudi tidak bekerja pada hari yang

ketujuh, juga merupakan bagian dari identitas keyahudian mereka

yang tidak boleh diabaikan oleh orang yang lahir dalam keluarga

Yahudi. Yang terakhir, mereka pun dibesarkan dengan sebuah tradisi

untuk tidak boleh makan bersama-sama dengan orang bukan Yahudi.

Larangan makan ini adalah bentuk kongkret dari larangan untuk

bergaul dengan orang bukan Yahudi.

Bagi orang-orang Yahudi, tiga hukum ini adalah segala-galanya.

Bagi mereka tiga hukum identitas ini adalah bersifat mutlak, tidak

boleh tidak dilakukan oleh orang yang menamakan dirinya Yahudi.

Persoalan muncul saat bangsa Yunani-Romawi yang menjajah tanah

Yahudi di zaman Yesus, memberlakukan yang namanya hukum

pembauran atau disebut juga dengan istilah Helenisasi, maka orang-

orang Yahudi memberontak dan melawan

hal tersebut.

Di zaman itu pemerintah Yunani-

Romawi menetapkan sebuah kebijakan

bahwa didunia jajahan Yunani-Romawi,

mereka harus memiliki satu kebudayaan

yang sama yakni Hellenis. Salah satu tokoh

penting dalam proses Helenisasi ini adalah

Alexander Agung yang berhasil

menaklukan wilayah Babel, Mesir dan Asia

di bawah kerajaan Yunani.

230

Untuk menerapkan kebijakan ini, maka pemerintah Yunani-

Romawi, melarang hukum sunat, Sabat dan aturan makan. Orang-

orang Yahudi diminta untuk tidak hidup secara eksklusif, mereka

dilarang menyunatkan anak-anak mereka, dilarang untuk melakukan

Sabat dan dilarang untuk hanya makan bersama dengan sesama

Yahudi.

Lalu apa yang terjadi, orang-orang Yahudi melawan kebijakan

ini mati-matian dan munculkan kelompok-kelompok tertentu yang

akhirnya melakukan kekerasan bagi orang-orang Yahudi yang

mengikuti kebijakan pemerintah Yunani-Romawi.

Mengapa bagi orang-orang Yahudi, adat istiadat atau hukum

sunat, Sabat, dan aturan makan ini begitu penting? Sebab bagi mereka,

adat istiadat mereka itu adalah kebenaran yang berlaku mutlak, itulah

sebabnya bagi mereka ketiga hukum tersebut, adat istiadat tersebut,

adalah segala-galanya.

Namun, bagi Yesus dan Paulus, apa yang dianggap mutlak oleh

orang-orang Yahudi di zamannya, bagi Yesus dan Paulus tiga hukum

tersebut (Sabat, sunat dan aturan makan) dipandang bukan segala-

galanya. Hal-hal itu hanyalah sebuah kebudayaan atau tradisi.

Dalam injil-injil kita membaca bahwa Yesus menolak untuk

menaati hukum Sabat dengan cara yang sama seperti orang-orang

Yahudi pada umumnya lakukan. Bagi Yesus, hukum Sabat diberikan

bagi manusia, jadi hukum Sabat tidak seharusnya memperbudak

manusia. Itulah sebabnya, Yesus tidak menyalahkan murid-murid-Nya

saat mereka memetik gandum di hari Sabat yang oleh orang-orang

Yahudi di zamannya dianggap tidak boleh. Mengapa demikian sebab

ajaran tentang Sabat yang selama ini diajarkan oleh guru-guru Yahudi

tidak lebih dari kebudayaan dan bukan esensi Firman Tuhan.

Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk

manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak

Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat."

Markus 2:27-28

Demikian juga dengan Paulus, ia adalah seorang Yahudi.

Sebagai seorang Yahudi ia dibentuk dengan sebuah kebudayaan untuk

tidak bergaul dengan orang bukan Yahudi. Namun saat Tuhan

memanggilnya untuk memberitakan injil pada orang bukan Yahudi, ia

rela melawan kebudayaan yang selama ini dipeliharanya. Ini

menunjukkan bahwa kebudayaan bagi Paulus bukan segala-galanya

tetapi kebenaran Allah di atas segala sesuatu.

231

Sebagai seorang Yahudi, Paulus pun dari kecil dibentuk dengan

sebuah budaya bahwa yang namanya umat Tuhan, haruslah

disunatkan. Namun saat ia berhadapan dengan sebuah kenyataan

bahwa orang-orang yang tidak disunatkan dapat menjadi umat Allah

saat percaya pada Yesus, ia rela meninggalkan kebudayaannya bahkan

melawan orang-orang yang memaksakan sunat pada Titus (bacalah

Galatia 2:3-5). Kembali kita melihat, saat orang-orang Yahudi lain

menjadikan sunat atau kebudayaan sunat sebagai segala-galanya,

namun Paulus menolak hal tersebut, baginya kebudayaan bukan

segala-galanya.

Tetapi kendatipun Titus, yang bersama-sama dengan aku,

adalah seorang Yunani, namun ia tidak dipaksa untuk

menyunatkan dirinya. Memang ada desakan dari saudara-

saudara palsu yang menyusup masuk, yaitu mereka yang

menyelundup ke dalam untuk menghadang kebebasan kita

yang kita miliki di dalam Kristus Yesus, supaya dengan jalan

itu mereka dapat memperhambakan kita. Tetapi sesaatpun

kami tidak mau mundur dan tunduk kepada mereka, agar

kebenaran Injil dapat tinggal tetap pada kamu.

Demikian juga saat di kota Anthiokhia, saat orang-orang Yahudi

Kristen yang lain meninggalkan meja makan orang-orang bukan

Yahudi, karena hal tersebut dapat membuat orang-orang Yahudi yang

masih berpegang keras pada tradisi atau kebudayaan untuk tidak

makan bersama orang bukan Yahudi, dapat menimbulkan kemarahan

mereka, namun Paulus menolak untuk takut terhadap orang-orang

Yahudi yang masih berpegang pada tradisinya. Ia melawan

kebudayaan tersebut. Mengapa demikian? Sebab bagi Paulus

kebudayaan bukan segala-galanya, saat kebudayaan melawan Kristus,

itu harus dilawan.

Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-

terang menentangnya, sebab ia salah. Karena sebelum

beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan

sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat,

tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan

menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang

bersunat. Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut

berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri

turut terseret oleh kemunafikan mereka. Tetapi waktu

232

Menanya

kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan

kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan

mereka semua: "Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara

kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat

memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup

secara Yahudi?"

Galatia 2:11-14

Jadi, baik Yesus maupun Paulus, melihat hal yang sama bahwa

tradisi dan adat kebiasaan kita bukanlah segala-galanya. Kita tidak

dapat dan tidak boleh menjadikan semua tradisi dan adat kebiasaan

kita sebagai hal yang mutlak. Mengapa demikian?

Jika kebudayaan bukan segala-galanya, lalu apa yang terutama

dan segala-galanya? Maka rasul Palus menolong kita untuk mengerti

apa yang segala-galanya bagi kita. Bagi Paulus yang segala-galanya

adalah Tuhan. Dalam Filipi 3, Paulus mengatakan jika dibandingkan

dengan Kristus, segala kebudayaan yang dulu ia banggakan tidaklah

ada nilainya.

Ia adalah suku Yahudi asli. Ia adalah orang Farisi. Ia tidak

bercacat dalam menaati hukum Taurat. Namun semua kelebihan

tersebut tidak membuatnya menjadi umat Allah. Jika Yesus tidak

menyatakan diri-Nya kepada Paulus, walaupun ia adalah orang yang

memiliki latar belakang kebudayaan yang luar biasa, namun ia tetaplah

termasuk ke dalam kumpulan orang-orang yang sedang berjalan ke

arah kebinasaan.

Paulus menjadikan kehendak Kristus sebagai hal yang utama

dalam hidupnya. Karena Paulus mengerti apa yang Tuhan kehendaki,

bahwa yang Ia inginkan adalah supaya manusia diselamatkan oleh injil,

maka Paulus rela kalaupun ia harus meninggalkan kebudayaannya dan

memiliki tata cara hidup seperti orang bukan Yahudi, ia rela

melakukannya. Karena baginya kebudayaan bukan segala-galanya.

Kristuslah yang segala-galanya. Dengan demikian, Kristus adalah

Tuhan atas kebudayaan manusia dan bukan sebaliknya, bahwa

manusia diperbudak oleh kebudayaannya sendiri.

Diskusikanlah

Carilah beberapa kebudayaan yang ada dalam Alkitab yang nampak

sama dengan kebudayaan lokal yang menjadi bagian dari komunitas

anda! Tunjukkanlah persamaan dan perbedaan diantara kedua

kebudayaan tersebut!

233

Menalar

Mengamati

Menalar

D. Gereja dan Kebudayaan Jika bagi Paulus kebudayaan dan adat istiadat itu bukan segala-

galanya, namun Yesus yang segala-galanya. Saat kita menjadi orang

Kristen, kemudian kita mengabungkan diri dalam gereja Protestan

atau denominasi lainnya, maka ada satu asas yang dipegang oleh

gereja, yakni sola scriptura. Terminologi ini menegaskan hanya Alkitab

yang mutlak dalam hidup kita, hanya kebenaran-kebenaran Tuhan

yang dinyatakan dalam Alkitab yang berlaku mutlak dalam hidup kita,

dan itu berarti bagi kita yang namanya tradisi dan adat kebiasaan

seharusnya tidak dianggap sejajar atau setara dengan Alkitab.

Namun, realitanya, saat orang Kristen percaya kepada Yesus,

mereka terkadang tidak mau melepaskan diri dari ikatan budaya

khususnya saat budaya tersebut berlawanan dengan kebenaran injil.

Saat seseorang mendapati bahwa ada perbedaan yang mendasar

antara injil dan budaya, kita sering memilih untuk mempertahankan

budaya dari pada injil Tuhan.

Sebagai contoh, Tuhan mengajarkan kepada kita bahwa

dihadapan Tuhan, anak lelaki dan perempuan sama-sama berharga

sebab dalam Kristus tidak ada laki-laki dan perempuan. Jika dunia ini

mengajarkan bahwa laki-laki lebih baik dari pada perempuan, maka

Alkitab mengajarkan bahwa laki-laki dan perempuan dalam Tuhan,

sama-sama bernilai. Namun, masih ada banyak orang yang merasa

kalau tidak memiliki anak lelaki maka hidupnya tidak bahagia, masih

ada banyak keluarga-keluarga Kristen yang menganggap masih ada

yang kurang jika anak mantunya belum melahirkan anak laki-laki. Ini

adalah realita bahwa ada banyak orang Kristen yang walaupun tahu ini

salah, namun tidak rela melepaskannya. Contoh yang lain. Tuhan

mengajarkan kepada kita bahwa semua orang, baik Yahudi maupun

bukan Yahudi adalah sama. Dalam Tuhan, mereka adalah sama-sama

umat Tuhan, kita harus belajar untuk menerima bahkan mengasihi

orang-orang yang berbeda suku dengan kita.

Jadi, kita berhadapan dengan sebuah pilihan. Saat Alkitab

mengatakan dalam Kristus tidak ada lagi Yahudi bukan Yahudi, tidak

ada lagi suku A, B, dan C, semua kita adalah satu dalam Tuhan, maka

apakah kita akan tetap menolak kehadiran mereka, menolak untuk

menerima mereka, menolak untuk mengasihi mereka, sekadar karena

suku kita pada umumnya tidak suka dengan suku mereka? Akankah

kita lebih memilih menaati tradisi dan kebudayaan dari pada menaati

Tuhan sendiri.

234

Tom Steffen dan Lois

McKinney mengingatkan bahwa

dalam pelayanan misi, seseorang

perlu menyadari adanya perbedaan

antara kultur dirinya sebagai

misionaris, kultur mereka yang

dilayani dan juga kultur dari berita

Alkitab. Jadi, kebudayaan memang

tidak selalu salah dan negatif, ada

warisan adat istiadat dan tradisi

tertentu yang baik, yang sejalan

dengan kitab suci. Namun saat

budaya dan saat adat istiadat yang

kita miliki berlawanan dengan injil kebenaran Tuhan, mana yang akan

kita pegang? Budaya atau Injil kebenaran Tuhan? Inilah yang akan

menguji dan memperlihatkan kepada kita, siapa yang menjadi Tuhan

dalam hidup kita. Kekristenan sesungguhnya bukanlah sebuah budaya

tetapi “jalan hidup.”

E. Penutup

Kebudayaan merupakan bagian dari anugerah umum Allah.

Kebudayaan dapat salah tetapi tidak berarti merupakan bagian dari

dosa. Tuhan mengaruniakan kepada manusia sebuah kesadaran akan

adanya Tuhan dan juga sebuah kesadaran untuk bertahan hidup dalam

dunia ini. Kebudayaan adalah bagian dari kreativitas manusia yang

merupakan cerminan dari gambar dan rupa Allah.

Menusia tidak dapat lepas dari kebudayaan. Kebudayaan

menjadi identitas yang melekat dalam dirinya. Seseorang yang

memaksakan kebudayaannya kepada orang lain akan merendahkan

orang lain dan mengangap dirinya lebih superior. Dalam Gereja Mula-

mula kita melihat bahwa orang-orang Kristen belajar untuk tidak

mengutamakan kebudayaan lebih dari kebenaran Firman Allah.

Dalam pelayanan misi, kebudayaan dapat menjadi jembatan

yang efektif untuk memberitakan injil. Untuk dapat menjadikan

kebudayaan sebagai instrumen untuk memberitakan injil, seseorang

perlu belajar melihat persamaan dari kebudayaan dan ajaran Alkitab.

Meskipun demikian, menemukan kesamaan barulah langkah awal

dalam pelayanan injil dan langkah selanjutnya adalah memperlihatkan

keunikan dari iman Kristen.

235

Mengkomuni kasikan

Ringakasan

1. Kebudayaan merupakan sebuah identitas dari manusia dan

komunitasnya.

2. Alkitab menekankan bahwa Tuhan berada di atas kebudayaan.

Kebudayaan dapat menghambat pemberitaan injil tetapi juga

dapat membantu pemberitaan injil.

3. Gereja perlu secara bijak menilai kebudayaan. Walaupun tidak

semua kebudayaan adalah salah tetapi kebudayaan bukanlah

sesuatu yang netral.

Ayat Hafalan

Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain."

Yohanes 15:16-17

Aktivitas

Buatlah sebuah drama masa kini mengenai orang Samaria yang baik

hati; tokoh-tokoh dalam kisah tersebut haruslah diganti dengan tokoh-

tokoh masa kini.

Bacaan Lebih lanjut

Kobong, Th. Iman dan Kebudayaan. Jakarta: BPK, 1994.

Steffen, Tom and Lois McKinney Douglas. Encountering Missionary Life and

Work: Preparing for Intercultural Ministry. Grand Rapids: Baker, 2008.

Chapter 10.

Tenibemas, Purnawan. Misi yang Membumi. Bandung: Sekolah Alkitab

Tiranus, 2011. Chapter 2.

Venema, H. Hidup Baru: Orang Kristen dalam Konteks Setempat. Jakarta:

Litindo, 2006.

236

237

Mengamati

Menanya

Pelajaran 17

Injil, Isu-Isu Sosial Dan Pluralisme Agama

A. Pendahuluan Manakah yang lebih penting antara injil dan kesaksian sosial?

Orang-orang Kristen pada umumnya memahami bahwa aksi sosial

merupakan bagian dari kehidupan orang-orang Kristen. Aksi sosial

adalah salah satu bentuk dari kesaksian orang-orang Kristen dalam

masyarakat dimana mereka hidup dan tinggal.

Tuhan Yesus sendiri adalah contoh dan model dari kesaksian

sosial gereja. Sama seperti Yesus mengasihi manusia dan

memperhatikan bukan hanya kebutuhan spiritual tetapi juga

kebutuhan fisik dan psikologis manusia, demikianlah gereja belajar

untuk melayani sesama dengan tulus dan penuh kasih.

Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari

situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke

tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya dan

mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota

mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak

yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas

kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang

sakit.

Matius 14:13-14

Sewaktu Tuhan Yesus melihat orang banyak datang dan Ia memandang

mereka dengan belas kasihan. Istilah belas kasihan menunjuk pada

perasaan Yesus saat ia melihat orang-orang yang mencarinya. Perut

Yesus seolah-olah terasa keram saat ia melihat begitu banyak orang

haus dengan kebenaran dan mencari Dia. Hati yang sama seharusnya

dimiliki oleh umat Tuhan saat kita memandang orang-orang di sekitar

kita.

Diskusikanlah! Carilah berbagai bentuk pelayanan sosial yang dikerjakan oleh gereja atau komunitas dimana anda bergabung; ceritakanlah juga alasan mengapa bentuk kesaksian sosial yang demikian yang dikerjakan oleh gereja atau lembaga dimana anda bergabung?

238

Menalar

Mengumpulkan Informasi

B. Antara Injil dan Aksi Sosial

Bila kita berbicara mengenai kaitan antara Injil dan aksi sosial,

maka kita dapat melihat gereja atau orang percaya dapat jatuh dalam

beberapa kecenderungan yakni:

1. Mempertentangkan antara Injil dan Sosial.

Memandang ada perbedaan yang hakiki mengenai Injil dan

tanggung jawab sosial. Dimana perbedaannya? Injil menyangkut hal-

hal rohani sementara aksi sosial menyangkut hal-hal duniawi. Injil

menyangkut keselamatan untuk masa yang akan datang sementara itu

sosial menyangkut keselamatan untuk dunia ini.

Apakah hal ini benar bahwa injil itu untuk keselamatan rohani

dan sifatnya futuristis sementara itu aksi sosial berkaitan dengan

problem jasmani dan sifatnya kekinian?

2. Menyuborninasi salah satunya

Sebagian orang Kristen memandang bahwa yang terutama

adalah injil, aksi sosial hanyalah ‘peneguh dari berita injil.’ Apakah

dampaknya jikalau seseorang memegang pendirian seperti ini? Yang

akan terjadi adalah orang-orang Kristen akan mulai menjalani

kehidupan yang tidak berinteraksi dengan dunia yang riil.

Kita mungkin akan juga menjadi kelompok orang yang

walaupun memandang aksi sosial perlu tetapi itu tidak dipandang

sebagai prioritas. Hal tersebut akan nampak dari persentase perhatian

gereja yang ditujukan pada hal-hal sosial yang sering kali sangat minim.

Gereja biasanya sibuk dengan program-

program mengembangan ibadah dan

persekutuan. Charles Swindol mengatakan

orang Kristen itu sering kali seperti kelinci,

yang hidup cuma dalam lubangnya sendiri.

Sekali-kali memang keluar untuk pergi ke

gereja, tetapi sesudah itu kembali

kelubangnya.

Realita bahwa kita ini kurang mau mengerjakan tanggung

jawab sosial kita dan kita tidak mau banyak terlibat dalam kegiatan

sosial di lingkungan kita menunjukkan bahwa secara tidak langsung

kita memandang secara tidak seimbang antara keimanan (aspek-aspek

dari iman) dan tanggung jawab sosial kita. Padahal, Alkitab

menegaskan bahwa iman yang tidak nyata dalam perbuatan-

perbuatan baik adalah iman yang mati.

239

Menanya

Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik!

Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka

gemetar. Hai manusia yang bebal, maukah engkau

mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah

iman yang kosong? … Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah

mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan

adalah mati.

Yakobus 2:19-20, 26

Diskusikanlah!

Jikalau aksi sosial sifatnya hanyalah sebagai peneguh maka ‘aksi sosial’

seharusnya bila kita tidak lakukanpun tidak punya dampak yang

signifikan. Namun, coba lihat dalam Matius 25:31-46. Kira-kira hal

mendasar apakah yang membuat seseorang akhirnya ditolak Tuhan

dalam kerajaan-Nya?

"Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan

semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan

bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua

bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan

memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama

seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia

akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya

dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Dan Raja itu akan

berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari,

hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan

yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab

ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku

haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing,

kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu

memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku;

ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Maka

orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan,

bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi

Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau

minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang

asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang

dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami

melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami

mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka:

240

Mengamati

Menalar

Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang

kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang

paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Dan Ia

akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya:

Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk,

enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk

Iblis dan malaikat-malaikatnya. Sebab ketika Aku lapar,

kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu

tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu

tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu

tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam

penjara, kamu tidak melawat Aku. Lalu merekapun akan

menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat

Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau

telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak

melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka: Aku

berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak

kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini,

kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Dan mereka ini

akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang

benar ke dalam hidup yang kekal."

Di sisi yang lain, sebagian orang Kristen memandang bahwa

aksi sosiallah yang utama, sebab dalam aksi sosiallah berita Injil

sesungguhnya disampaikan. Dimana problem dari gagasan ini? Jika

memang berita injil dapat digantikan dengan aksi sosial maka kita tidak

perlu berbicara tentang Kristus, cukup perbuatan kita yang

menunjukkannya. Masalahnya adalah jika memang demikian,

mengapa a) Para Rasul memberikan contoh bagaimana mereka harus

rela mati demi pemberitaan injil mereka secara verbal dan terang-

terangan, b) mengapa Alkitab juga menyuruh kita memberitakan Injil

secara verbal jika hal tersebut dapat digantikan dengan aksi sosial?

Untuk memahami isu ini, kita perlu memandang keduanya

sebagai bagian utama dalam pemberitaan Injil. Mempertentangkan

antara injil dan sosial akan berdampak pada dua hal yakni: pertama,

mereduksi arti injil yang sebenarnya. Injil itu punya dua dimensi yakni

dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Injil diberikan Allah dalam

dunia ini bukan untuk hanya sekadar supaya manusia mengalami

pembaruan kelak dan dalam segi rohani saja tetapi supaya mengalami

pembaruan sekarang ini dan dari segi jasmani juga.

241

Mengamati

Menalar

Kedua, meminimalkan tanggung jawab orang percaya terhadap

sesamanya. Kita tidak dapat dan tidak boleh mengabaikan tanggung

jawab kita terhadap sesama kita. Alkitab menegaskan bahwa:

Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat

saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu

hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah

dapat tetap di dalam dirinya? Anak-anakku, marilah kita

mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah,

tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.

1 Yohanes 3:17-18

C. Kesaksian Sosial Umat Tuhan Bagaimana kita harus memandang aksi sosial dan bagaimana

kaitannya dengan pemberitaan Injil? Apakah aksi sosial sama dengan

pemberitaan injil? Apakah jika seseorang melakukan banyak hal yang

baik dan menjadi berkat dalam dunia ini berarti ia telah memberitakan

injil? Sebagaimana yang sering kali kita dengar ada berbagai cara

memberitakan injil, dapat dengan berbicara atau dapat juga dengan

kehidupan yang jadi berkat. Apakah kalimat ini benar?

Perkataan di atas kurang tepat. Pemberitaan injil berbeda

dengan perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan dalam hidup ini

bagi sesama kita. Dimanakah perbedaan antara perbuatan-perbuatan

baik dan pemberitaan injil? Perbuatan-perbuatan baik itu adalah

sebuah kesaksian hidup bahwa kita adalah orang yang mempunyai

Tuhan yang benar dan telah diubahkan oleh Tuhan yang benar itu.

Sementara itu pemberitaan injil adalah penyampaian verbal mengenai

iman sebagai jalan keselamatan dari Allah yang akan membuat

manusia mengalami perobahan hidup.

Jadi kesaksian bentuknya adalah action “perbuatan”

sementara itu pemberitaan injil selalu bentuknya verbal. Jadi apakah

bila kita sudah melakukan banyak hal yang baik, mengerjakan

tanggung jawab sosial kita bahkan melebihi yang dilakukan oleh orang-

orang pada umumnya, maka ini berarti kita telah menjadi pemberita

injil? Maka jawabannya adalah belum. Kita baru mengerjakan separuh

dari tugas pemberitaan injil yakni dengan menyaksikan Kristus.

Jadi apakah kaitan antara kesaksian atau perbuatan-perbuatan

baik tadi dengan pemberitaan injil? Maka jawabannya adalah

kesaksian atau perbuatan-perbuatan baik itu menjadi langkah awal

dalam pemberitaan Injil.

242

Mengumpulkan Informasi

Menanya

Coba lihat dalam Kisah Para Rasul 2:41-47. Hal apakah yang

membuat banyak orang akhirnya menggabungkan diri dengan umat

Tuhan? Sebab murid-murid Tuhan hidupnya disukai orang. Murid-

murid Tuhan kehidupannya jadi berkat. Itulah cara yang Tuhan pakai

dalam membawa banyak orang untuk mengenal Tuhan. Tetapi apakah

dengan melihat kehidupan yang sangat menarik dari anak-anak Tuhan

maka otomatis orang-orang menjadi langsung beriman kepada Tuhan?

Tentu saja tidak, mereka pastilah juga mendengarkan berita injil yang

disampaikan kepada mereka. Walaupun hal ini tidak disebutkan

namun hal ini adalah pasti. Mengapa? Sebab iman tumbuh dari

pemberitaan injil. Tetapi apakah sarana yang dipakai Allah dalam

berita Injil? Jawabannya adalah kesaksian hidup orang percaya.

Dalam bukunya Murid Radikal yang Mengubahkan Dunia, John

Stott menjelaskan 3 cara pandang

dalam melihat kaitan antara berita injil

dan kesaksian sosial umat Tuhan.

Pertama, kesaksian sosial adalah

pendahuluan bagi pemberitaan injil.

Kedua, kesaksian sosial adalah

perwujudan dari berita injil. Ketiga, aksi

sosial adalah rekan dalam pemberitaan

injil.

Untuk memberitakan Injil

dengan benar maka kesaksian harus

mendahuluinya. Kesaksianlah yang

membuat seseorang tertarik pada

Kristus. Meskipun demikian ‘tertarik saja pada kristus tidak cukup.’

Ketertarikan tidak membuat seseorang diselamatkan. Untuk

seseorang diselamatkan, seseorang perlu beriman kepada Dia, tanpa

iman tidak ada keselamatan tetapi bagaimana caranya seseorang

dapat beriman maka dia perlu mendengar berita injil dan berita injil

tidak mungkin disampaikan secara non-verbal. Artinya untuk orang

akhirnya percaya Yesus maka seseorang haruslah mendengar Injil yang

disampaikan secara verbal.

Diskusikanlah!

Carilah tokoh-tokoh dalam Alkitab yang walaupun mereka melihat

banyak mukjizat Yesus dan mendengar begitu banyak pengajaran

Yesus tetapi mereka tidak bertobat dan menyerahkan hidup pada

Kristus!

243

Menalar

Mengumpulkan Informasi

Bagaimanakah kita harus menjalani hidup supaya dapat

menjadi kesaksian? Walaupun kita adalah orang yang mempunyai

kepekaan sosial yang baik, namun jika kita tidak keluar dari zona aman

hidup kita maka kita akan seperti pelita yang dinyalakan tetapi di taruh

di bawah gantang atau ditaruh di bawah tempat tidur artinya cahaya

kita tidak akan kelihatan dan tidak akan bermanfaat sehingga tidak

dapat menyaksikan Kristus.

Milikilah dua hal ini adalah hidup, yakni ‘kemauan untuk

melayani dan memberi.’ Dalam Markus 10:45 dituliskan:

karena anak manusia datang bukan untuk dilayani

melainkan untuk melayani dan memberikan nyawanya

menjadi tebusan bagi banyak orang.

Yesus datang untuk melayani dan memberi nyawanya bagi kita. Kita

tentu tidak dapat melakukan hal yang sama seperti apa yang Yesus

lakukan, tetapi kita dapat menjadikan Dia sebagai model bagi

kehidupan dan pelayanan kita.

Rasul Paulus juga menegaskan dalam Roma 8:29 mengenai

panggilan hidup orang-orang percaya.

sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula mereka

juga ditentukan-Nya dari semula menjadi serupa dengan

gambaran anak-Nya supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang

sulung di antara banyak saudara.

Gambaran tentang Anak-Nya yang seperti apakah yang Allah ingin kita

teladani? Maka jawabannya adalah gambaran Anak-Nya yang dalam

dunia ini datang untuk melayani dan

memberi. Sebagaimana Yesus datang

untuk melayani dan memberi demikian

jugalah kita ada untuk melayani dan

belajar memberi bagi sesama.

Alvin J. Schmidt dalam buku

How Christianity Changes the World

menunjukkan bagaimana gereja mula-

mula merespons penderitaan yang

mereka alami selama masa

penganiayaan oleh kekaisaran Roma?

Jawabannya adalah dengan merawat

mereka yang sakit.

244

Mengumpulkan

Informasi

Mengamati

Menanya

Bagaimanakah cara kita melayani

dan memberi bagi sesama kita dalam dunia

ini? Dengan memberikan kontribusi

pikiran-pikiran yang diterima secara

universal namun dipengaruhi oleh nilai-

nilai Kristiani. Contoh yang paling jelas

untuk hal ini adalah apa yang dikerjakan

oleh Romo Franz Magnis Suseno.

Dengan kehidupan yang berbeda

dengan dunia. Kehidupan yang berbeda

dalam dunia ini akan membuat dunia

menyadari ‘apa yang seharusnya dan yang

benar.’ Jikalau dunia ini melakukan kesalahan dan tidak ada satupun

orang yang berani menentangnya maka bagaimana mungkin dunia

dapat tahu bahwa dirinya salah.

Kita juga dapat berperan dengan menjadi orang yang

bertanggung jawab dalam area kehidupan kita. Bila anda adalah siswa

berperanlah sebagai siswa yang baik dan bertanggung jawab sehingga

kehadiranmu membuat kelompok belajarmu dan kelasmu jadi

berbeda.

D. Pluralisme

Untuk menggambarkan mengenai keterbatasan manusia

dalam memahami kebenaran beberapa orang menggunakan analogi

tiga orang buta mendeskripsikan gajah. Orang buta pertama berkata

gajah itu kaya batang pohon sebab ia memenang kaki gajah yang

besar. Orang buta kedua berkata bahwa gajah itu seperti terompet

karena ia memegang belalai gajah. Orang buta ketiga berkata bahwa

gajah itu seperti kipas karena ia memegang kupingnya. Semua

penggambaran yang disampaikan oleh ketiganya ada benarnya namun

tidak sepenuhnya benar; mereka memandang dari sudut pandangnya

masing-masing dan benar menurut pengalaman mereka sendiri.

Diskusikanlah!

Apakah menurut anda ilustrasi di atas tepat dalam menggambarkan

upaya manusia dalam memahami kebenaran? DImanakah kelemahan

dari analogi mengenai tiga orang buta dengan pemahaman umat

Tuhan mengenai kebenaran?

245

Menalar

Mengumpulkan Informasi

Banyak orang percaya bahwa manusia itu tidak dapat dan tidak

boleh merasa dirinya yang paling benar. Manusia dipandang terlalu

terbatas untuk mengerti Tuhan dan Tuhan dipandang terlalu besar

untuk dipahami oleh otak manusia. Itulah sebabnya sebagian orang

menganggap orang-orang Kristen tidak boleh merasa dirinya paling

benar, khususnya sewaktu membicarakan mengenai Tuhan. Apakah

tuduhan ini benar?

Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia memang mahluk yang

terbatas dan Tuhan tidak terbatas; itulah sebabnya, kalau manusia

diminta untuk memahami Tuhan dan merumuskan tentang Tuhan, ia

pasti tidak sanggup untuk menggambarkannya dengan benar.

Meskipun demikian, kalau Tuhan yang berkuasa, apakah ia dapat

menjelaskan diri-Nya kepada manusia sesuai dengan batasan

kemampuan manusia? Tentunya Ia dapat melakukannya. Inilah yang

menjadi keyakinan iman Kristen bahwa pengajaran iman yang kita

pegang bukanlah dari manusia tetapi dari Tuhan.

Jika ajaran iman kita dari manusia, itu dapat salah. Sebab yang

namanya manusia dapat salah dan selalu salah. Seperti pepatah

mengatakan “sepandai-pandainya tupai melompat, satu kali ia

kepleset juga.” Namun, kalau ajaran iman kita dari Tuhan, maka ajaran

iman yang kita yakini tidak mungkin salah. Kenapa demikian? Karena

Tuhan tidak dapat salah.

Pertanyaannya adalah dari manakah ajaran iman Kristen

bersumber? Jawabannya tentu dari ajaran Alkitab/kitab suci. Namun

dari manakah ajaran Alkitab itu bersumber? Maka jawabnya dari

“penyataan Allah,” dari “wahyu Allah” sendiri.

Mendefinisikan Pluralisme

Untuk memahami mengenai Pluralisme, kita harus menyadari

bahwa ada tiga bentuk yang berbeda dari Pluralisme. Pluralisme tidak

dapat dipahami secara general oleh karena hadirnya keragaman dalam

pokok pikiran ini.

1. Pluralisme agama

Dalam gerakan yang disebut sebagai Pluralisme agama, semua

agama dipandang sebagai hal yang sama. Semua agama

mengajarkan hal yang baik dan semua agama dipandang dapat

membawa umatnya ke dalam keselamatan. Dalam konteks ini,

Pluralisme menunjuk pada sebuah konsep keselamatan yang

bersifat universalisme.

246

Menalar

Menalar

2. Relativisme

Pandangan dari kelompok ini adalah manusia tidak dapat

mengklaim dirinya paling benar. Itulah sebabnya, tidak ada

seorang pun manusia boleh menyalahkan agama orang lain

dan menganggap dirinya paling benar. Alasannya adalah sebab

manusia tidak tahu kebenaran itu seperti apa; yang kita tahu

adalah kebenaran menurut anggapan dan cara pandang kita

masing-masing.

3. Inklusivisme

Gerakan ini memandang bahwa agama Kristen memang

memiliki ajaran kebenaran yang lebih eksplisit dibanding

keyakinan yang lain. Meskipun demikian, keyakinan yang lain

sebenarnya memiliki ajaran kebenaran yang sama dengan

iman Kristen, hanyanya saja bersifat implisit. Itulah sebabnya,

ada Kristus secara implisit dinyatakan dalam berbagai

keyakinan di luar iman Kristen.

Pandangan dari kaum Pluralisme dan pandangan dari iman

Kristen nampaknya berbeda dalam beberapa hal yang fundamental.

Iman Kristen memandang bahwa ada aspek-aspek tertentu yang hanya

ada dalam iman Kristen, salah satunya adalah mengenai Kristus dan

keselamatan. Meskipun terdapat perbedaan fundamental dalam iman

Kristen dan kaum Pluralisme, kita tentu harus memiliki sikap yang

dewasa dan bijak dalam menanggapi perbedaan. Kita tidak boleh

menggunakan jargon-jargon atau istilah-istilah tertentu yang bersifat

mengolok-olok mereka yang memiliki pandangan berbeda dengan

kita. Itulah sebabnya istilah-istilah yang biasa digunakan, misalnya saja

“intoleran” “tertutup,” atau “liberal” sebaiknya tidak digunakan dalam

mendeskripsikan perbedaan antara iman Kristen dan pandangan

Pluralisme.

D. Sikap Inklusif Orang Kristen Dalam membangun iman Kristen, kita harus memiliki

keyakinan iman yang bersifat eksklusif tetapi memiliki kehidupan yang

inklusif. Keyakinan iman seseorang haruslah dihargai dan dihormati;

meskipun demikian, keyakinan yang bersifat eksklusif tidak seharusnya

membuat orang-orang Kristen bersikap eksklusif. Kehidupan yang

tertutup akan menutup kesempatan bagi orang-orang percaya untuk

menyaksikan keyakinan imannya.

247

Mengumpulkan

Informasi

Ajaran iman Kristen mengajarkan kita untuk mengasihi semua

orang termasuk mereka yang berbeda keyakinan dan pandangan

dengan kita. Dalam keseharian hidup, kita tentunya tidak dapat

menutup diri dengan orang lain tetapi justru harus berbaur dan

mencoba untuk memberikan kontribusi terbaik kita bagi komunitas

kita.

Itulah sebabnya, apa yang telah dilakukan oleh gereja-gereja

yang menjadi pendahulu kita, dimana mereka begitu mengasihi orang-

orang yang berbeda keyakinan dengan mereka, tetapi tetap berjuang

dalam membangun sekolah, balai kesehatan ataupun lembaga-

lembaga sosial lainnya perlu kita lanjutkan.

Kita menyadari bahwa panggilan orang percaya adalah untuk

menjadi garam dan terang bagi dunia ini. Untuk itu, kehidupan orang-

orang Kristen haruslah menjadi berkat bagi sesamanya.

“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar,

dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain

dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota

yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.

Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya

di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga

menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah

hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya

mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan

Bapamu yang di sorga.”

Matius 5:13-16

Sikap orang-orang Kristen terhadap mereka yang berbeda agama dan

keyakinan seharusnya dijaga dengan baik. Kita tidak boleh memusuhi

orang yang berbeda keyakinan dengan kita. Sebaliknya kita harus

mengasihi orang-orang yang berbeda keyakinan dengan kita. Seperti

halnya dengan Allah yang begitu mengasihi dunia ini, walaupun dunia

ini berdosa, demikianlah kita pun belajar mengasihi semua orang yang

ada dalam dunia ini.

Kita disebut sebagai anak-anak Allah karena adanya kemiripan

antara kita dengan Bapa kita. Allah adalah kasih; kita pun disebut

sebagai anak-anak Allah saat kita hidup penuh kasih. Di sisi yang lain,

kita harus bersaksi kepada orang yang berbeda keyakinan dengan kita.

Bagaimanakah kita dapat bersaksi? Ada banyak cara dalam bersaksi,

salah satunya adalah melalui melalui perbuatan. Hal inilah yang

disebut sebagai silent witnesses.

248

Rasul Petrus meminta kaum wanita yang suaminya belum

mengenal Tuhan untuk menjadi silent witness dalam surat 1 Petrus 3:

1-4; ia berkata bahwa dengan perbuatan sikap mereka yang baik, para

istri Kristen ini akan dapat memenangkan suami mereka.

Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada

suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat

kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan

oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana

murni dan salehnya hidup isteri mereka itu. Perhiasanmu

janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-

ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan

mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu

ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan

yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut

dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.

Perbuatan dan sikap hidup yang menjadi berkat adalah kesaksian yang

kuat bagi orang-orang di sekitar kita.

Selain melalui perbuatan, doa juga akan menjadi sarana di

tangan Tuhan. Kita perlu mendoakan orang-orang yang kita kasihi; kita

juga dapat mendoakan lembaga-lembaga

misi dan penginjilan yang dipanggil Tuhan

untuk dapat memberitakan injil. Kita tidak

boleh meremehkan doa; Tuhan Yesus

bahkan berdoa juga bagi kita. Doa yang

benar dan sesuai dengan kehendak Tuhan

memiliki kuasa yang besar. Dalam Yohanes

17, Tuhan Yesus berdoa bagi kita; dan

melaluinya kita belajar bahwa doa adalah

kekuatan yang luar biasa. John Piper

mengingatkan kita bahwa pelayanan misi

merupakan sebuah peperangan dan doa

adalah senjata kita.

Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa,

tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku,

sebab mereka adalah milik-Mu dan segala milik-Ku adalah

milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah

dipermuliakan di dalam mereka.

Yohanes 17:9-10

249

F. Penutup

Abraham Kuyper mengingatkan kita

bahwa umat Tuhan bukan hanya

membutuhkan kepekaan sosial terhadap

mereka yang membutuhkan tetapi juga

kepekaan bahwa mereka juga

membutuhkan Kristus. Kuyper juga

menegaskan bahwa dibalik semua isu sosial

yang ada terdapat sebuah akar persoalan

yang jauh lebih serius, yakni sikap tidak

hormat manusia kepada Tuhan. Inilah

persoalan utama dalam kehidupan manusia

yang berdampak pada kehidupan sosial

mereka. Di sisi yang lain, Kuyper juga mengingatkan gereja untuk tidak

bersikap pasif melihat masalah-masalah sosial yang ada. Orang-orang

Kristen perlu berjuang untuk dunia ini dan menjadikannya sebagai

tempat yang lebih baik dan memuliakan Tuhan.

Kita hidup dalam sebuah masyarakat yang memiliki ragam

kepercayaan. Untuk itu, kita harus memiliki sikap hidup yang baik dan

menjadi kesaksian bagi mereka yang berbeda keyakinan dengan kita.

Keselamatan seseorang adalah karya Tuhan, itulah sebabnya, tugas

orang percaya adalah mempersiapkan diri untuk dipakai Tuhan kapan

saja sesuai dengan waktu dan rencananya-Nya.

Orang-orang Kristen perlu mengembangkan sebuah pola hidup

dan kebiasaan yang tidak menjadi batu sandungan bagi sesamanya.

Rasul Paulus mengingatkan kita bahwa dalam banyak hal kita memiliki

kebebasan; namun tidak segala sesuatu adalah berguna dan menjadi

berkat bagi sesama kita. Kita harus menjaga kebebasan yang kita miliki

supaya hal tersebut tidak menjadi batu sandungan bagi yang lain.

250

Mengkomuni kasikan

Ringkasan

1. Pemberitaan injil dan kesaksian sosial tidak bertentangan

tetapi saling membutuhkan.

2. Kesaksian sosial memiliki berbagai bentuk. Melakukan hal-hal

yang baik bagi masyarakat adalah sama pentingnya dengan

tidak melakukan hal-hal yang salah dalam kehidupan nyata.

3. Orang-orang Kristen tinggal dalam kehidupan masyarakat yang

pluralis tetapi tidak seharusnya menjadi pluralistic.

4. Sikap orang-orang Kristen dalam masyarakat haruslah bersifat

inklusif tanpa mengkompromikan keyakinan imannya.

Ayat Hafalan

Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan

berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab

kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.

Yeremia 29:7

Aktivitas

Buatlah sebuah gambar mengenai “doa yang dilihat orang” dan dalam

kelas mendatang jelaskan mengenai gambar yang anda buat.

Bacaan Lanjutan

Kuyper, Abraham. Iman Kristen dan Problema Sosial, Terj. Jakarta:

Momentum, 2002. Bab 4.

Stott, John. Murid Radikal yang Mengubahkan Dunia, Terj. Surabaya:

Perkantas, 2013. Bab 3.

Wright, Christopher J.H. Misi Umat Allah, Terj. Jakarta: Perkantas,

2011. Bab 13.

251

Evaluasi

1. Jelaskan bagaimana konsep mengenai surga menurut ajaran Alkitab?

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

2. Jelaskan bagaimana konsep bekerja harus dipahami oleh orang-orang Kristen?

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………..

3. Jelaskan apakah arti dari istilah “gambar dan rupa Allah?”

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………..

4. Jelaskan bagaimana sikap Tuhan Yesus terhadap kebudayaan Yahudi zamannya?

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………..

5. Jelaskan tiga bentuk dari Pluraisme agama?

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………..

252

Mengenal Tokoh Misi

Nama Lahir Dibaptis Karya Ladang Misi Meninggal

William Carrey (Bapa Misi Era Modern) 17 Agustus 1761 5 Oktober 1783 Baptist Missionary Society (1792); Artikel: “An Enquiry into the Obligation of Christians to Use Means for the Conversion of the Heatens”; lebih dari 40 terjemahan Alkitab; dua belas pusat misi di India; dan karya-karya lainnya India 1834

Mengenal Ladang Misi: India

Luas Etnis

Bahasa

Agama

Gereja

Pelayanan Misi

3.166.000 Km2 Hindi 37%; Bengali 14,25%; Telugu 5.4%; Marathi-Konkani 5.3%; Rajasthan 5.3%; Tamil 4.6%; Gujarati 4.1%; Kannada 3.1%; Malayali 3.1%; Muslin Urdu 3.1%; Munda-Santal 1.4%; Punjabi 1.4%, dan suku-suku lainnya termasuk Tibet dan Iran

Hindi, Indo-Arya, Dravida, Austro-Asatik, dll

Hindu 74.33%; Islam 14.20%; Kristen 5.84 sampai 9%; Sikh 1.86%, Budha 0.82%, dan sekitar 2.9 % memeluk agama lainnya

Protestan 2.13%; Katolik 1.55%; Independen 1.44% dan selebihnya dari denominasi lainnya

India Mission Association; OM; Wycliffe India, Christian Medical Association, India Gospel Outreach, dan lembaga misi lainnya.

253

254

Bab 5

Misi dan Christian Worldview

Kompetensi Dasar

1.5 Menghayati kemurahan Allah dalam merefleksikan pendekatan misi yang kontekstual

2.5 Mengamalkan kemurahan Allah dalam merefleksikan pendekatan misi yang kontekstual

3.5 Mengaplikasikan pendekatan misi yang kontekstual

4.5 Menyajikan pendekatan misi yang kontekstual

255

With the world under his feet, with

heaven in his eye, with the gospel in his

hand and Christ in his heart, he pleads

as an ambassador for God, knowing

nothing but Jesus Christ, enjoying

nothing but the conversion of the

sinners, hoping for nothing but the

promotion of the kingdom of Christ, and

glorying in nothing but in the cross of

Christ Jesus, by which he is crucified to

the world, and the world to him.

Henry Venn

256

Peta Konsep

Worldview

Kristen Alkitab

Dunia Tradisi

257

258

Mengamati

Menanya

Mengumpulkan Informasi

Pelajaran 18

Biblical And Christian Worldview “Wawasan

Alkitabiah Dan Kristiani”

A. Pendahuluan Worldview merupakan subjek baru dalam studi misi dan studi

Alkitab, termasuk dalamnya teologi biblika dan teologi sistematik.

Istilah Biblical worldview ataupun Christian worldview digunakan

untuk membicarakan sistem pemikiran atau filosofi yang

mempengaruhi baik cara berpikir ataupun kehidupan orang-orang

Kristen.

Christian worldview berbeda dari worldview lainnya. Ada

berbagai worldview yang mempengaruhi manusia. Christian worldview

terkadang berbenturan dengan worldview dunia. Oleh karena

Christian worldview tidak selalu sama dengan dunia, Christian

worldview harus sanggup memberikan jawaban lebih baik dari apa

yang dunia tawarkan.

Diskusikanlah!

Bandingkanlah cara pandang orang-orang Kristen dengan mereka yang

memiliki keyakinan agama lain mengenai pernikahan; carilah

persamaan dan perbedaan diantara keduanya!

B. Definisi Worldview

Apakah itu worldview? Charles

Colson dan Nancy Pearcey, dalam bukunya

How Shall We Live, mendefinisikan

worldview sebagai “sejumlah kepercayaan

kita mengenai dunia, dan sebuah

desain/gambaran besar mengenai

kehidupan yang mengarahkan keputusan

dan tindakan sesorang.” Worldview terkait

dengan paradigma kehidupan yang baik

secara sadar ataupun tidak mempengaruhi

baik keputusan ataupun perilaku hidup

seseorang.

259

Mengumpulkan Informasi

Sedikit berbeda, Ronald Nash,

dalam bukunya Faith and Reason

mendefinisikan worldview sebagai tema

pokok dalam pikiran kita dimana kita

dengan sadar ataupun tidak menempatkan

dan menilai semua yang kita percayai dan

yang melaluinya kita memahami segala

sesuatu. Branson S. Howse, dalam bukunya

“National Test Reveals Christian Students

Lack a Christian Worldview ” mendefinisi-

kan worldview sebagai lensa atau kaca

mata atau kerangka berpikir atau tongkat

pengukur yang melaluinya kita melihat dunia ini dan setiap aspek

hidup kita … worldview kita adalah dasar dari ide-ide kita dan tata nilai

yang mendasari perilaku kita.

1. Non-Christian Worldview

a. Panteism

Panteisme adalah salah satu dari worldview. Panteism berasal

dari kata Pan yang berarti semua dan theism yang berarti Allah; secara

etimologi Patheisme berarti segalanya adalah Allah. Paradigma

berpikir dari Panteisme adalah Allah hadir dalam segala sesuatu,

segala sesuatu bahkan adalah Allah. Demikian juga dengan manusia,

kita pun pada dasarnya adalah Allah. Kerangka berpikir seperti ini

dapat menjadikan seseorang menolak atau memandang rendah

materi. Dalam beberapa gerakan Panteisme, materi bahkan dipandang

hanya sebagai ilusi dan manusia dipandang harus melepaskan dirinya

dari materi jika ia ingin mendapatkan pencerahan hidup.

Dalam pemikiran Panteisme, manusia membutuhkan

pencerahan dan pengetahuan adalah kunci dalam membawa manusia

kepada pencerahan. Itulah sebabnya, mendapatkan “hikmat” atau

pencerahan merupakan tujuan dari seseorang beragama dan mencari

yang ilahi. Sejarah manusia bersifat melingkar dan manusia akan

mengalami proses reinkarnasi sampai mereka memahami identitas

ilahi dari diri mereka.

Kerangka berpikir/paradigma Panteisme mempengaruhi

beberapa keyakinan agama seperti, Hindu, Buddha, and Gerakan New

Age “Zaman Baru.”

260

Mengumpulkan Informasi

Mengumpulkan Informasi

Menanya

b. Naturalisme

Berbeda dengan Pantheisme, Naturalisme meyakini bahwa

Allah itu tidak ada dan juga tidak ada hal-hal yang bersifat

supernatural. Manusia bukan diciptakan Tuhan tetapi manusia

merupakan produk dari sebuah lingkungan.

Menurut kelompok ini, tugas utama manusia bukanlah

melayani Tuhan tetapi hidup secara harmonis dengan alam. Moralitas

tidak diatur oleh Tuhan tetapi diputuskan manusia berdasarkan logika.

Nalar dan ilmu pengetahuan dipandang sebagai dasar dari penilaian

atas segala sesuatu dan digunakan untuk mencari kebaikan bagi dunia

ini. Dunia ini tidak memiliki arah tertentu berjalan sesuai dengan

hukum alam. Saat manusia mati, ia tidak akan masuk dalam surga atau

neraka tetapi ia akan hilang.

c. Pluralisme

Pluralisme dapat dilihat sebagai wadah yang dapat

menampung semua jenis worldview. Kaum Pluralisme pada umumnya

menolak adanya sebuah kebenaran yang dipandang objektif; itulah

sebabnya dalam Plurarisme, sebagian orang, percaya bahwa berbagai

worldview yang berbeda dapat dijadikan satu atau setidaknya dapat

saling melengapi satu dengan lainnya. Kebanyakan penganut gerakan

ini memiliki sikap yang skeptis dan tidak percaya dengan otoritas dari

apapaun, termasuk kitab suci.

Kaum Pluralisme percaya bahwa pengetahuan manusia tidak

sempurna, itulah sebabnya dalam upayanya melihat kebenaran, yang

terutama bukanlah pengetahuan tetapi relasi; dalam relasinya dengan

berbagai worldview yang berbeda, seseorang akan menjadi matang.

Selain, itu gerakan Pluralisme memandang bahwa upaya manusia

dalam mencari Tuhan seharusnya tidak dipahami sebagai agama tetapi

sebagai sebuah spiritualitas. JIka agama bersifat kaku dan sulit dalam

berinteraksi dengan keyakinan yang lain, spiritualitas bersfat jauh

lebuh cair dan memungkinkan untuk belajar dari tipe spiritualitas

lainnya.

Diskusikanlah!

Carilah dan bahaslah poin-poin yang sama (jika ada) dan yang berbeda

antara Christian Worldview yang anda ketahui dengan non-Christian

worldview di atas!

261

Mengumpulkan Informasi

Menanya

2. Pertanyaan Penting Manusia

Dalam studi mengenai worldview, ada beberapa pertanyaan

penting yang menjadi pokok diskusi utama, yaitu:

a. Apakah Tuhan itu ada? Pertanyaan ini mempertanyakan bukan

saja keberadaan Tuhan tetapi asal mula dunia ini dan segala

sesuatu; bagi sebagian orang, hanya jika Tuhan itu ada maka

dunia ini diciptakan oleh Dia. Namun, bagi sebagian orang

lainnya keberadaan dunia ini tidak membuktikan apapun

tentang Tuhan.

b. Siapakah manusia itu dan dari mana manusia berasal dan

kemana manusia akan pergi? Pertanyaan ini bukan saja

mendiskusikan mengenai asal mula manusia tetapi juga

memikirkan mengenai identitas diri manusia dan juga

mengenai sejarah manusia; apakah tujuan hidup manusia

sudah ditentukan ataukah manusia menentukan tujuan

hidupnya sendiri dan apakah sejarah manusia berjalan dengan

sebuah desain ataukah bergerak tanpa arah.

c. Mengapa ada penderitaan? Pertanyaan ini merupakan

pergumulan manusia dalam memahami Tuhan dan realitas

penderitaan; jika Tuhan itu baik, mengasihi manusia, dan

berkuasa, mengapa ada penderitaan dalam dunia ini. Apakah

penderitaan justru menyatakan bahwa Tuhan itu tidak baik

atau tidak berkuasa?

d. Apakah yang menjadi ukuran bagi hal yang benar dan salah?

Pertanyaan ini membicarakan mengenai apakah ada sebuah

kebenaran yang dapat dijadikan acuan dalam menilai apa yang

benar dan salah. Apakah kebenaran itu bergantung pada sudut

pandang seseorang? Isu moralitas menjadi topik penting bagi

pertanyaan ini; apakah ada kebenaran yang bersifat universal?

Apakah moralitas itu bersifat relatif?

Diskusikanlah!

Apakah semua worldview yang berasal dari tradisi atau pengajaran di

luar iman Kristen pasti bertentangan dengan ajaran Alkitab? Jika

menurut anda tidak selalu demikian, carilah beberapa contoh yang

memperlihatkan adalah worldview yang walaupun bersumber dari

tradisi non-Kristen tetapi bersifat alkitabiah?

262

Mengumpulkan Informasi

Menalar

Menanya

C. Biblical Worldview

a. Alkitab adalah ukuran dari kebenaran

Iman Kristen percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah dan

itulah sebabnya Alkitab tidak memiliki kesalahan dan bersifat akurat.

Sebagai kitab suci, Alkitab dapat dijadikan sebagai standar dalam

menetapkan benar dan salah dan digunakan dalam menilai isu-isu

moral.

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat

untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk

memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam

kebenaran.

2 Timotius 3:16

Kitab suci sendiri menegaskan bahwa tulisan yang diilhamkan Allah

dapat digunakan untuk menyatakan kesalahan dan untuk

memperbaiki kelakuan; hal ini mengindikasikan bahwa kitab suci

merupakan ukuran dalam menilai benar dan salah sebab kita tidak

dapat menyatakan sesuatu sebagai hal yang salah jika kita tidak

memiliki acuan untuk menyatakannya. Itulah sebabnya, orang-orang

Kristen melihat kitab suci sebagai tulisan yang berotoritas.

Satu-satunya alasan mengapa kitab suci menjadi ukuran

kebenaran adalah karena sumber dari kitab suci adalah Allah sendiri.

Jika Allah tidak mungkin salah, maka kitab suci juga memiliki karakter

yang sama. Konsep bahwa kitab suci diilhamkan Allah memiliki arti

dinafasi oleh Allah; istilah tersebut memiliki arti bahwa walaupun para

penulis Alkitab adalah manusia (nabi atau rasul), tetapi dibalik para

penulis Alkitab ada pribadi Allah sendiri yang bekerja. Oleh karena

Alkitab adalah ukuran kebenaran, semua yang Alkitab katakan benar

atau salah, hal tersebut bukanlah sebuah pendapat tetapi sebuah

kebenaran yang menuntut manusia untuk mematuhinya.

Diskusikanlah!

Carilah hal-hal yang oleh orang-orang zaman sekarang dipandang hal

yang relatif; dimana benar dan salahnya hal tersebut bergantung pada

sudut pandang seseorang? Jelaskan apakah memang menurut Alkitab

hal tersebut memang demikian?

263

Mengumpulkan Informasi

Menalar

Mengumpulkan Informasi

b. Manusia adalah gambar dan rupa Allah

Alkitab menegaskan bahwa manusia dicipta menurut gambar

dan rupa Allah.

Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia

menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa

atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas

ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang

melata yang merayap di bumi." Maka Allah menciptakan

manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah

diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya

mereka.

Kejadian 1:26-27

Firman Tuhan menegaskan bahwa ada pencipta yang menjadi pemilik

dari kehidupan manusia. Karena manusia dicipta dan bukan jadi

dengan sendirinya, maka hidup manusia sudah ditentukan oleh Sang

Pencipta; itulah sebabnya tujuan hidup manusia ditentukan oleh

Tuhan dan bukan oleh manusia.

Sebagai gambar dan rupa Allah, manusia memiliki keunikan

dan nilai yang berharga di mata Tuhan. Itulah sebabnya maka manusia

harus mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri karena semua

manusia adalah gambar dan rupa Allah. Manusia, baik laki-laki maupun

perempuan sama-sama bernilai dan sama-sama dicipta sebagai

gambar dan rupa Allah. Keduanya memiliki peran yang berbeda tetapi

dengan status dan natur yang sama dan dicipta untuk saling

melengkapi dan membutuhkan. Selain itu manusia membutuhan Allah

dan perlu berelasi dengan Dia sebab tanpa hubungan yang benar

dengan sang Pencipta, manusia tidak akan mampu menjadi gambar

dan rupa-Nya.

c. Manusia adalah orang berdosa

Manusia adalah mahluk yang telah jatuh dalam dosa dan

kejatuhan manusia dalam dosa berdampak pada kondisi dunia ini yang

berubah menjadi tempat yang rusak dan tidak lagi bersahabat dengan

manusia. Keberdosaan manusia mungkin disangkali oleh dunia

modern yang lebih memilih untuk menghindarkan istilah dosa saat

membicarakan hal-hal buruk yang ada dalam dunia ini. Namun,

sumber dari segala kerusakan dalam dunia ini adalah dosa.

264

Menalar

Menanya

Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau

mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah

pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan

dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau;

dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari

tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang

akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di

padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau

akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi

menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab

engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu."

Kejadian 3:17-19

Penderitaan masuk dalam kehidupan manusia melalui kejatuhan

dalam dosa. Akar dari segala penderitaan manusia bukanlah Allah

tetapi dosa. Meskipun demikian, Allah bekerja mengendalikan dan

membatasi dosa. Inilah yang disebut sebagai anugerah umum Allah.

Tuhan bekerja melalui nurani manusia untuk mengekang kejahatan.

Allah menyelesaikan persoalan dosa dan penderitaan manusia

dalam Kristus. Melalui kematian dan kebangkitan Yesus, dosa

dimatikan dan kehidupan baru dimulai. Dosa tidak lagi menguasai

hidup manusia dan maut telah dikalahkan. Meskipun demikian, Allah

terkadang masih mengijinkan penderitaan

dialami oleh anak-anak Tuhan, namun

penderitaan tersebut menjadi alat di

tangan-Nya untuk membentuk kehidupan

umat Tuhan. Hal inilah yang ditegaskan

Abraham Kuyper ketika membicarakan isu

utama dibalik masalah kemiskinan bahwa

akar dari kondisi terpuruk manusia adalah

(1) mereka menolak kebenaran, dan (2)

dosa.

Diskusikanlah!

Carilah dalam sebuah surat kabar mengenai sebuah peristiwa

kejahatan yang mengejutkan masyarakat! Jelaskan bagaimana para

pakar menilai akar masalah dari kejahatan tersebut dan bagaimana

penilaian anda sendiri?

265

Mengamati

Menanya

Menalar

D. Christian Worldview Membangun worldview membutuhkan sebuah proses. Dalam

proses ini, pendidikan yang dilakukan secara terus menerus dan

pengalaman seseorang terhadap nilai-nilai kehidupan yang

ditanamkan akan menentukan hasil dari pembentukan worldview

Kristen. Di sisi yang lain, kita harus menyadari bahwa Christian

worldview bukanlah satu-satunya cara pandang terhadap kehidupan

yang bertumbuh dalam masyarakat. Christian Worldview berhadapan

dengan, misalnya saja, worldview dari berbagai sistem keyakinan lain.

Diskusikanlah!

Keyakinan seperti apakah yang dapat anda simpulkan dari orang-orang

yang melakukan ritual keagamaan dalam gambar di atas dan

perkirakan alasan-alasan apa yang membuat mereka melakukan ritual

tersebut!

Dalam pelayanan misi, membangun worldview sangatlah

penting. Bagaimanakah gereja dapat menjadi garam dan terang bagi

dunia ini? Tentu kebaikan hidup orang-orang Kristen menjadi salah

satu bentuk kesaksian yang efektif tetapi gereja dapat mempengaruhi

dunia ini menjadi lebih baik ketika kita mempengaruhi dunia ini

dengan Christian Worldview. Untuk itu, gereja memiliki panggilan yang

utama untuk mempengaruhi kultur dunia ini dan bukan sebaliknya

dimana gereja justru menjadi lebih duniawi. Bagaimanakah

pembentukan sebuah worldview? Kita akan mempelajari beberapa

prinsip dari pembentukan sebuah worldview.

266

Mengamati

Mengumpulkan Informasi

1. Pembentukan Worldview

Worldview mempengaruhi baik kehidupan pribadi, kelompok

masyarakat, atau bahkan sebuah bangsa. Worldview mempengaruhi

nilai-nilai kehidupan yang mempengaruhi individu, keluarga dan

masyarakat. Sebagai contoh, dalam kebudayaan tertentu, keputusan

seseorang dipandang mempengaruhi keluarga; itulah sebabnya dalam

kebudayaan yang seperti ini, seseorang tidak dapat mengambil

keputusan bagi dirinya sendiri, misalnya saja dalam menentukan orang

yang akan dijadikan pasangan hidup, tanpa mengkomunikasikannya

dengan keluarga intinya atau bahkah keluarga besarnya, walaupun

orang tersebut secara usia telah dianggap dewasa.

Dalam pemberitaan injil dan pelayanan misi, mengenal

worldview dari komunitas yang akan dilayani sangatlah penting. Hal ini

akan menolong gereja dan mereka yang

terjun dalam pelayanan misi untuk

mengembangkan sebuah model pendekatan

yang efektif bagi komunitas tersebut. Dalam

sejarah pelayanan misi, David J. Hesselgrave

melihat ada tiga pendekatan yang digunakan

lembaga-lembaga misi dalam menangani

worldview lokal, yaitu: (1) meninggalkan

worldview mereka, (2) menerimanya untuk

sementara tetapi kemudian dirubah, (3)

mendialogkan perbedaan worldview.

Kita akan mendiskusikan

pembentukan worldview dalam kehidupan seseorang ataupun dalam

masyarakat. Dengan memahami pembentukan worldview, kita bukan

hanya dapat memahami hal-hal yang kita perlu pahami dari komunitas

yang menjadi target misi kita tetapi juga mengerti bagaimana gereja

dan orang-orang percaya dapat mengembangkan sebuah Christian

worldview dalam konteks kehidupan masyarakat yang dilayani.

1. Worldview Terbentuk secara Informal

Musa memerintahkan kepada keluarga-keluarga Israel untuk

mengajarkan Syema Israel (keyakinan bahwa hanya ada satu Allah saja

yang boleh disembah) bukan saja secara formal tetapi juga secara

informal, yakni dalam berbagai pertemuan dan kesempatan.

267

Menalar

Menanya

Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu

esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan

dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.

Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah

engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya

berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya

apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang

dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila

engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya

sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi

lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya

pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.

Ulangan 6:4-9

Perintah Tuhan kepada bangsa Israel adalah supaya mereka

mengajarkan secara berulang-ulang anak-anak mereka tentang Tuhan

yang Esa (satu-satunya) dan pentingnya menyembah Tuhan. Hal ini

perlu terus menerus disampaikan untuk membangun sebuah

worldview yang diharapkan akan mempengaruhi cara pandang orang-

orang Israel terhadap Tuhan dan sikap mereka terhadap Dia. Orang-

orang Israel sedang dibentuk menjadi komunitas yang bukan hanya

monotheisme tetapi juga memiliki kehidupan yang saleh. Proses yang

bersifat pengulangan ini penting dalam sebuah pembentukan

worldview.

Itulah sebabnya, dalam pembentukan Christian worldview,

pendidikan dalam keluarga menempati posisi yang penting. Sementara

apa yang seseorang anak lihat di televisi dan pergaulan anak tersebut

akan turut membentuk worldview seorang anak, pembicaraan antara

anak-anak dengan orang tua dapat mengantisipasi pengaruh buruk

dari worldview dunia. Pembentukan worldview terutama terjadi dalam

keluarga.

Diskusikanlah!

Hal-hal apakah yang kita lihat paling banyak disampaikan di televisi,

baik melalui iklan ataupun bentuk media pemberitaan lainnya?

Ceritakan worldview seperti apakah yang akan terbentuk dari

seseorang jika apa yang dilihatnya di televisi terus tertanam dalam

pemikirannya?

268

Mengamati

Mengumpulkan Informasi

2. Worldview Terbentuk secara Uncritical

Worldview sudah kita wariskan sejak kita kecil dan itu tertanam

secara uncritical; misalnya saja: larangan untuk mengoyang-goyang

kaki saat duduk, membuka payung saat di rumah, dan makan gula dan

semangka bersamaan. Worldview yang kita pelajari secara kritis hanya

sebagian kecil dari cara pandang yang kita dapatkan secara uncritical;

beberapa worldview yang kita pelajari misalnya saja: hukum tabur tuai,

belajar mengasihi, memberikan yang terbaik kepada Tuhan, dan

belajar mengampuni dengan tulus dan tanpa batas.

Dalam kehidupan orang-orang Yahudi ada berbagai bentuk

worldview yang mereka warisi secara uncrictical. Hal ini tertanam

karena menjadi bagian dari tradisi mereka. Salah satu contohnya

adalah berbagai isu mengenai hal-hal yang dianggap clean “halal” dan

unclean “najis.” Tidak mencuci tangan sebelum makan dipandang

sebagai hal yang najis. Tuhan Yesus pernah membahas mengenai isu

hal-hal yang dipandang najis dan tidak najis saat ia berhadapan dengan

orang-orang Farisi dan ahli-hali Taurat yang mempertanyakan

mengapa murid murid-Nya tidak mencuci tangan sebelum makan.

Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat

dari Yerusalem kepada Yesus dan berkata: "Mengapa murid-

murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang kita?

Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan."

Matius 15:1-2

269

Menalar

Menanya

Tuhan Yesus menegaskan bahwa isu mengenai halal dan haram /najis

tidak seharusnya diliihat berdasarkan hal-hal yang bersifat lahiriah,

seperti halnya mencuci tangan sebelum makan atau bersentuhan

dengan seseorang yang menderita sakit tertentu tetapi pada hati

manusia yang berdosa. Hal inilah yang justru menjadi sumber

kenajisan bagi manusia.

Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke

dalam mulut turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban?

Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah

yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran

jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian,

sumpah palsu dan hujat. Itulah yang menajiskan orang.

Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak

menajiskan orang."

Matius 15:17-20

Worldview selalu berkaitan baik dengan hal-hal-hal yang

dipandang benar dan salah dan juga hal-hal yang dipandang boleh

ataupun tidak. Pemahaman yang demikian sering kali diwariskan dari

generasi ke generasi tanpa ada penjelasan. Sebagai contoh, dalam

kebudayaan tertentu, masyarakat percaya bahwa roh orang yang telah

meninggal tidak akan tenang jika keluarganya tidak mengadakan

selamatan setelah ia meninggal. Banyak orang yang kemudian

melakukan selamatan walaupun mereka tidak memahami dengan

jelas alasan dibalik apa yang mereka lakukan.

Tuhan Yesus bersikap critical terhadap worldview yang

dipahami oleh orang-orang zamannya. Oleh karena tradisi sering kali

diterima tanpa pemikiran dan pertimbangan yang jelas, bahkan tradisi

dapat saja salah, seorang Kristen perlu menguji berbagai tradisi (dan

worldview lainnya) berdasarkan kebenaran Firman Tuhan. Hanya

tradisi yang sejalan dengan kebenaran Firman Tuhan dapat kita terima

sedangkan yang belawanan hendaknya ditolak dengan tegas.

Diskusikanlah:

Sebutkanlah berbagai tradisi dalam kebudayaan anda yang sering kali

dilakukan tanpa adanya penjelasan yang bersifat logis! Sebutkanlah

juga beberapa tradisi dalam kebudayaan anda yang tidak

bertentangan dengan ajaran Firman Tuhan

270

Mengamati

Mengumpulkan Informasi

Menanya

Mengumpulkan Informasi

3. Worldview Terbentuk dari Tradisi

Membentuk sebuah tradisi yang diturunkan dari generasi ke

generasi tidak selalu salah. Sebagai contoh, iman juga merupakan

sebuah Christian worldview yang dapat dibangun secara turun

temurun, dari generasi yang satu ke generasi yang selanjutnya. Itulah

sebabnya, pembentukan iman seseorang membutuhkan proses yang

panjang.

Rasul Paulus, sebagai contoh, dalam suratnya kepada Timotius

mengingatkan anak rohaninya:

Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu

iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan

di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di

dalam dirimu. Karena itulah kuperingatkan engkau untuk

mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh

penumpangan tanganku atasmu.

2 Timotius 1:5-6

Iman yang dimaksudkan Paulus menunjuk pada pokok-pokok

keyakinan iman dan juga pola kehidupan yang didasarkan pada

keyakinan iman tersebut. Kedua hal itulah yang Rasul Paulus lihat ada

dalam kehidupan Lois, Eunike dan Timotius. Tiga generasi dari keluarga

ini memeliharakan iman mereka kepada Allah dan hidup dalam iman.

Diskusikanlah!

Carilah dalam komunitas gereja anda keluarga-keluarga yang telah

menjadi Kristen sejak beberapa generasi dan ceritakan hal apakah

yang membuat keluarga mereka tetap beragama Kristen?

Oleh karena pembentukan worldview membutuhkan waktu

dan proses, orang-orang Kristen perlu mengalami pemaharuan budi.

Karena itu … aku menasihatkan kamu … mempersembahkan

tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan

yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang

sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,

tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga

kamu dapat membedakan … apa yang baik, yang berkenan

kepada Allah dan yang sempurna.

271

Menanya

Mengamati

Mengumpulkan Informasi

Roma 12:1-2

Apakah yang dimaksudkan dengan pembaruan budi? Pembaruan budi

yang Paulus maksudkan berhubungan dengan pergantian sistem tata

nilai yang seseorang yakini. Sebagai contoh, sebelum mengenal Tuhan,

kita bertumbuh dalam sebuah tata nilai bahwa manusia hidup untuk

mencari uang; saat seseorang percaya kepada Tuhan, tata nilai yang

dia pahami terhadap materi (uang) seharusnya berubah; sekarang ia

memandang uang bukan lagi sebagai tujuan hidup. Proses pergantian

tata nilai dalam kehidupan inilah yang disebut sebagai ‘pembaruan

akal budi.”

Dalam pelayanan misi, tugas dari gereja bukan hanya

membawa seseorang kepada pertobatan tetapi juga menolong orang-

orang yang baru percaya tersebut memiliki tata nilai yang baru. Tentu

tidak semua tata nilai yang kita warisi dari tradisi kita sebelumnya salah

atau bertentangan dengan kehendak Tuhan. Ada tradisi tertentu yang

baik, yang muncul karena anugerah umum Tuhan dalam kehidupan

manusia.

Diskusikan!

Ceritakan bagaimana dalam kebudayaan/tradisi anda cara

menunjukkan rasa hormat kepada orang tua? Dan ceritakanlah juga

apakah ada bentuk-bentuk yang salah dari cara komunitas anda dalam

menghormati orang tua?

4. Worldview Terbentuk Dalam Komunitas

Selain budaya dan tradisi, komunitas dimana kita hadir juga

turut mempengaruhi worldview kita. Perkumpulan-perkumpulan yang

diikuti oleh seseorang akan sangat berpengaruh dalam pembentukan

cara berpikir seseorang. Jika seseorang bergaul dengan sebuah

kelompok yang suka minum-minuman keras, kebiasaan tersebut akan

mempengaruhi kita; sebaliknya, jika seseorang begabung dengan

anak-anak Tuhan yang baik, ia akan terpengaruh kebiasaan dan pola

kehidupan yang baik dari teman-temannya.

Itulah alasannya Alkitab mengingatkan kita bahwa kebiasaan

yang baik akan menjadi rusak oleh karena pergaulan yang buruk.

Persahabatan dengan dunia dapat membuat seseorang memiliki sikap

hidup dan perilaku yang tidak baik. Kepada jemaat Korintus, Rasul

Paulus memberikan nasihat sbb:

272

Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan

maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus,

Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar. Kalau hanya

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku

telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah

gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan,

maka "marilah kita makan dan minum, sebab besok kita

mati". Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk

merusakkan kebiasaan yang baik. Sadarlah kembali sebaik-

baiknya dan jangan berbuat dosa lagi! Ada di antara kamu

yang tidak mengenal Allah. Hal ini kukatakan, supaya kamu

merasa malu.

1 Korintus 15:31-34

Worldview terbentuk dari apa yang seseorang bicarakan

sehari-hari dengan komunitasnya. Kita sering kali tidak menyadari

bahwa manusia selalu menjadi mirip dengan orang-orang yang

menjadi teman-temannya. Dalam Mazmur 1:1-3, Alkitab memberikan

nasihat:

Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat

orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan

yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang

kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan

Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam

di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada

musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang

diperbuatnya berhasil.

Alasan seseorang tidak boleh bergaul dengan kelompok orang yang

salah adalah karena mereka dapat mempengaruhi kita. Worldview

ditransfer melalui pergaulan. Itulah sebabnya juga, Alkitab meminta

kita untuk menjaga dan memeliharakan persekutuan dengan saudara

seiman.

Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan

ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi

marilah kita saling menasihati, dan semakin giat

melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Ibrani 10:25

273

Menanya

Mengamati

Diskusikanlah!

Apakah yang harus dilakukan seseorang saat ia harus hadir dalam

sebuah komunitas yang memiliki kebiasaan yang tidak baik? Mengapa

banyak orang tidak suka bergaul dan bergabung dengan komunitas

yang baik?

5. Worldview Terbentuk dari sebuah Kebiasaan

Ritual dan tradisi terbentuk melalui sebuah kebiasaan.

Misalnya saja, tradisi atau ritual mengucapkan salam saat kita

meninggalkan rumah atau berjumpa dengan seseorang. Kebiasaan

yang baik seperti ini, tidak tumbuh dalam sehari. Hanya orang tua yang

terus menerus mengajarkan anaknya cara memberikan salam dengan

baik akan memiliki anak-anak yang santun.

Berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk membangun

sebuah kebiasaan yang baik? Dalam studi mengenai kebiasaan, pada

umumnya seseorang untuk dapat membentuk sebuah kebiasaan yang

baik membutuhkan waktu setidaknya 21 hari. Meskipun demikian

sebuah kebiasaan yang baik akan tertanam kuat jika hal tersebut

dilakukan terus menerus selama bertahun-tahun. Di sisi yang lain, kita

tidak boleh lupa bahwa selain hal-hal yang baik, ada banyak hal-hal

yang tidak baik yang juga dapat mempengaruhi seseorang; itulah

sebabnya proses pembentukan worldview pada dasarnya mirip

dengan sebuah peperangan. Gereja bersaing dengan dunia dalam

menanamkan worldview, jika gereja tidak tekun dalam mengajar

jemaatnya hal-hal yang benar secara terus menerus, cara pandang

dunia akan menguasai jemaat.

274

Penutup

Pelayanan Misi seharusnya mulai mengunakan studi mengenai

Christian worldview sebagai sarana dalam membangun Kerajaan Allah.

Christian Worldview pada dasarnya merupakan nilai-nilai Kerajaan

Allah. Ketika gereja mulai mensharingkan Christian worldview kepada

masyarakat atau orang-orang di sekitarnya, termasuk melalui

pendidikan, maka gereja sedang mempengaruhi dunia ini dengan

kerangka berpikir iman Kristen.

Menanamkan Christian worldview dalam keluarga sangatlah

penting. Hal ini dapat dilakukan melalui proses pendidikan keluarga.

Bangsa Israel diajar untuk bertanggung jawab dalam pendidikan

keluarga masing-masing; orang tua harus mengajarkan mengenai

Tuhan dan kehendak Tuhan dalam keluarga mereka masing-masing.

Itulah sebabnya, untuk membentuk Christian Worldview, hal pertama

yang perlu untuk dirubah adalah pola pendidikan anak dalam keluarga

Kristen. Keluarga Kristen harus kembali kepada tanggung jawabnya,

yakni, mengajarkan anak-anak Firman Tuhan.

Gereja juga berperan penting dalam menanamkan Christian

worldview. Dalam gereja, anak-anak Tuhan dapat menemukan

komunitas yang berperan penting dalam membentuk paradigma

berpikir dan pola kehidupan seseorang. Itulah sebabnya, gereja

memang dipanggil Tuhan menjadi tempat dimana orang-orang

percaya berkumpul untuk saling membangun.

Sekolah dan pendidikan Kristen juga memiliki peran yang

penting dalam mempengaruhi dunia dengan Christian worldview.

Dalam pendidikan seseorang belajar berbagai ilmu yang penting bagi

kehidupan seseorang. Tanpa Christian worldview dalam pendidikan,

seseorang hanya akan mempelajari ilmu pengetahuan tanpa saringan.

Christian worldview yang diajarkan dalam sekolah menolong orang-

orang percaya untuk mempelajari ilmu pengetahuan dalam perspektif

iman Kristen.

Selain, keluarga dan pendidikan, media sosial dapat menjadi

sarana yang efektif dalam menanamkan Christian Worldview.

Sayangnya, banyak komunitas Kristen dan lembaga-lembaga misi yang

belum memanfaatkan media sosial sebagai instrumen dalam

menanamkan Christian Worldview. Walaupun orang-orang Kristen

tidak asing dengan media sosial, tetapi hanya sedikit diantara mereka

yang menggunakannya sebagai kesempatan untuk mempengaruhi

masyarakat dengan nilai-nilai Kristen.

275

Mengkomuni kasikan

Ringkasan

1. Worldview adalah paradigma berpikir yang mempengaruhi sikap

dan perilaku manusia.

2. Ada perbedaan mendasar antara biblical worldview dengan cara

pandang dunia ini.

3. Dalam pelayanan misi, gereja perlu menanamkan Christian

worldview kepada jemaat dan mentransfernya pada dunia.

Ayat Hafalan

Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku

menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan

tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan

yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi

berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat

membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang

berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Roma 12:1-2

Aktivitas

Carilah sebuah artikel dalam surat kabar minggu ini mengenai

penderitaan dan ceritakan penderitaan apakah yang dibicarakan

dalam surat kabar tersebut

Bacaan Lanjutan

Kuyper, Abraham. Iman Kristen dan Problema Sosial, Terj. Jakarta

Momentum, 2004. Bab 2.

Newbigin, Lesslie. Injil dalam Masyarakat Majemuk, Terj. Jakarta: BPK,

1999. Bab 17.

Tomatala, Y. Teologi Kontekstualisasi: Suatu Pengantar. Malang:

Gandum Mas, n.d. Bab 4.

276

277

Mengamati

Menanya

Menalar

Menanya

Pelajaran 19

Tujuan Hidup Manusia Dan Realitas Penderitaan

A. Pendahuluan Ada sebuah kalimat bijak berkata

demikian: “tanpa tujuan hidup kita tidak

akan pergi kemana-mana.” Tujuan hidup

adalah sesuatu yang sangat penting. Steven

Covey (lihat gambar di samping) menulis

buku tentang 7 hal apakah yang harus

dimiliki oleh seseorang supaya ia memiliki

kehidupan yang efektif yang menunjang

keberhasilan hidupnya. salah satunya

adalah tujuan. John C. Maxwell, juga

melihat hal yang sama bahwa tujuan

adalah kunci penting bagi keberhasilan seseorang dalam hidupnya.

Diskusikanlah!

Sharingkan bersama dengan teman-temanmu! Apakah yang menjadi

tujuan hidup anda? Apakah yang membedakan antara manusia dan

robot dilihat dari tujuan hidupnya?

Banyak orang Kristen menyadari pentingnya memiliki tujuan

hidup. Itulah sebabnya pembahasan mengenai tujuan hidup yang

benar dari manusia menjadi salah satu topik penting dalam iman

Kristen. Dalam upaya memahami tujuan hidup manusia yang benar,

Alkitab menjadi sumber pengetahuan kita. Alkitab menunjukkan pada

kita bahwa tujuan hidup manusia hanya satu, yakni, hidup memuliakan

Tuhan. Ajaran inilah yang dikenal dengan nama Soli Deo Gloria.

Diskusikanlah!

Walaupun manusia mengetahui apa yang seharusnya menjadi

tujuan hidup manusia, namun banyak orang Kristen tidak mampu

menghidupinya; jelaskan mengapa bisa demikian?

278

Mengamati

Menalar

Di dunia barat, dikenal seorang

filsuf yang sangat terkenal. Pemikirannya

mempengaruhi bukan saja dalam bidang

filsafat dan agama, namun juga

mempengaruhi dunia ilmu pengetahuan.

Filsuf ini bernama Aristoteles. Aristoteles,

sekali waktu pernah bertanya kepada

murid-muridnya mengenai hal apa yang

manusia paling cari dalam hidup mereka?

Jika pertanyaan yang sama

ditanyakan pada kita? Apakah jawaban

kita? Mungkin ada yang akan menjawab, yang paling dicari adalah

kekayaan; atau mungkin juga ada yang menjawab yang paling di cari

adalah kekuasaan? Atau mungkin yang lain akan menjawab

pendidikan.

Namun pertanyaannya adalah dibalik segala jerih lelah

manusia dalam mengejar kekayaan, mengejar kekuasaan, atau

mengejar pendidikan, sebenarnya apa yang manusia cari? Mengapa

manusia rela bekerja pagi sampai sore, bahkan hingga malam hari,

untuk apakah semuanya itu?

Jawaban apakah yang dilihat oleh Aristoteles? Kesimpulan dari

Aristotheles adalah yang semua manusia cari dalam hidup mereka

adalah kebahagiaan. Untuk apakah manusia mengejar kekayaan?

Alasannya adalah sebab ia ingin bahagia. Untuk apakah orang

mengejar pendidikan? Jawabannya adalah supaya dapat bahagia.

Dalam penelaahannya, Aristoteles kemudian mengerti bahwa

kebahagiaan itu ada dua yakni kebahagiaan eksternal dan kebahagiaan

internal. Kebahagiaan eksternal sifatnya hanya sementara saja dan

bergantung pada hal-hal diluar diri kita. Kebahagiaan seperti ini

menurut Aristoteles bukanlah kebahagiaan yang sejati. Kebahagiaan

yang sejati seharusnya bersumber dari dalam, dan tidak bergantung

pada hal-hal diluar kita. Inilah kebahagiaan internal.

Namun pertanyaannya adalah apakah ada orang dalam dunia

ini yang memiliki kebahagiaan seperti yang diidamkan oleh Aristoteles,

kebahagiaan internal, kebahagiaan yang tidak dipengaruhi oleh hal-hal

lahiriah? Jawaban adalah ada, kitab suci memperlihatkan kepada kita,

ada seorang Rasul yang memiliki kebahagiaan hidup yang demikian.

Siapakah Dia? Dia adalah Paulus. Dalam suratnya kepada jemaat

Korintus, ia berkata bahwa dalam dagingnya ia memiliki duri;

meskipun demikian, dalam penderitaannya, Paulus tidak kecewa

tetapi ia tetap bersukacita. Inilah kebahagiaan internal.

279

Mengumpulkan Informasi

B. Memahami Konsep Kebahagiaan

Jika dalam dunia ini ada orang yang pernah mengalami

penderitaan hidup yang sangat berat, maka Paulus-lah salah satunya.

Dalam 2 Korintus 11:23-28 Paulus menegaskan bahwa:

… Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam

penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut.

Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh

kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku

dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal,

sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam

perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya

penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari

pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di

padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak

saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan

bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan

dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa

pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi,

urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua

jemaat-jemaat.

Paulus menyebut bahwa dalam pelayanannya dia sering didera

tanpa batas. Istilah “didera” berarti dipukuli; dengan demikian, dalam

pelayanannya Paulus sering dipukuli berkali-kali hingga babak belur.

Bukan hanya itu, Paulus juga sering kali disesah; lima kali dia disesah.

Istllah ini berarti dicambuk; jika Paulus 5 kali disesah, setiap kalinya 39

kali, jadi total cambukan yang dia terima adalah 295 kali.

280

Mengamati

Mengumpulkan

Informasi

Paulus juga 3 kali karam kapal, pernah semalaman terkatung-katung di

lautan, mengalami yang namanya kelaparan, kurang tidur, kehausan.

Paulus juga mungkin mengalami cacat fisik dan penyakit yang tidak

tersembuhkan. Penderitaan Paulus begitu luar biasa sehingga kepada

Jemaat Korintus Paulus berkata bahwa ia pernah mengalami sangat

putus asa dengan hidupnya.

Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan

penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang

ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu

berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami.

Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi

hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan

menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya

kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.

2 Korintus 1:8-9

Namun, apakah yang dia katakan pada akhirnya tentang dirinya

dan pergumulan hidupnya? Dalam 2 Korintus 12:10, Paulus berkata:

“Karena itu aku senang dan rela dalam kelemahan, dalam

siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan

kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka

aku kuat.”

Dalam dunia ini tidak ada orang yang suka mengalami yang

namanya penderitaan. Meskipun demikian, Paulus rela dan

bersukacita dengan penderitaan yang dia alami. Ia rela dan bersukacita

dalam penderitaan karena penderitaan dan kesukaran tidak dapat

membuatnya kehilangan sukacita hidup. Mengapa demikian? Sebab

sukacita hidup Paulus bukan bersumber dari apa yang dia miliki dan

dia alami namun bersumber dari Kristus yang ada dalam hidupnya.

Kristuslah yang membuat Paulus mengalami kebahagiaan

hidup yang sejati. Kristus membuat hidup Paulus tidak bergantung

pada keberhasilan duniawi ataupun penderitaan ragawi. Selama ia

dapat melayani Kristus dan menyenangkan hati Allah, semua

penderitaan yang dia alami dapat dia tanggung. Bahkan, dalam surat

Filipi, ia menegaskan bahwa kelebihan-kelebihan lahiriah yang dia

miliki sebelum ia mengenal Tuhan, jika dibandingkan dengan apa yang

dia miliki sekarang dalam Kristus, semua kebanggaan masa lalu

tersebut seperti sampah.

281

Menalar

Menanya

Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada

hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat

menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi:

disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku

Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap

hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku

penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam menaati

hukum Taurat aku tidak bercacat. Tetapi apa yang dahulu

merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi

karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi,

karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia

dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah

melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah,

supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia

bukan dengan kebenaranku sendiri karena menaati hukum

Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan

kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan

berdasarkan kepercayaan.

Filipi 3:4-9

Hanya orang-orang seperti inilah yang kemudian dapat

membuat tujuan hidup yang benar yakni hidup memuliakan Tuhan.

Semua orang percaya tahu bahwa tujuan hidup orang percaya adalah

untuk memuliakan Tuhan. Namun mengapa ada banyak orang percaya

yang tidak dapat melakukan apa yang menjadi tujuan hidupnya, yakni

memuliakan Tuhan? Jawabannya adalah sebab apa yang menjadi

kebutuhan hidup utamanya tidak terpenuhi, itulah sebabnya ia terus

mencari hal-hal yang dapat memuaskannya.

Dalam diri setiap manusia terdapat kekosongan yang hanya

dapat dipenuhi oleh kehadiran Tuhan. Upaya manusia dalam mengisi

kesosongan hidupnya dengan hal-hal lahiriah hanya akan membuat

manusia semakin tidak bahagia dan kehilangan makna hidup. Itulah

sebabnya, manusia membutuhkan keselamatan.

Diskusikanlah!

Hal-hal apakah yang manusia paling cari dalam dunia ini? Tanyakanlah

kepada teman-teman sekelas mengenai hal-hal yang paling dicari

manusia?

282

Mengumpulkan Informasi

Menanya

Mengumpulkan Informasi

C. Memahami Penderitaan Penderitaan merupakan sebuah isu penting dalam hidup

manusia. Dalam studi mengenai worldview, pertanyaan mengenai

penderitaan menjadi salah satu pokok penting. Salah satu aspek yang

menjadi pertanyaan dasar dalam memahami penderitaan adalah jika

Tuhan itu memang ada dan jika Tuhan itu adalah pribadi yang baik,

mengapa manusia mengalami penderitaan.

Diskusikanlah!

Perhatikanlah gambar di atas dan ceritakan! Penderitaan yang seperti

apakah yang nampak dalam gambar di atas?

Untuk memahami penderitaan, kita seharusnya menyadari

bahwa ada aspek-aspek tertentu yang dapat kita pahami tetapi ada

aspek-aspek tertentu yang menjadi misteri bagi kita. Kita akan

mendiskuskan beberapa prinsip dasar dari Alkitab mengenai

penderitaan.

a. Tidak Semua Penderitaan adalah Ujian Iman

Surat 1 Petrus adalah bagian Alkitab yang banyak berbicara

mengenai penderitaan orang percaya; hari ini kita akan mempelajari

dua aspek mengenai penderitaan yang dialami oleh orang percaya.

283

Menanya

Alkitab berbicara bahwa tidak semua penderitaan dan

kesusahan adalah ujian iman dari Tuhan; ada banyak penderitaan yang

datang karena kesalahan manusia sendiri.

Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus,

sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.

Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai

pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau.

Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka

janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah

dalam nama Kristus itu.

1 Petrus 4:14-16

Alkitab mengingatkan bahwa kalaupun ada orang yang

menderita janganlah ia menderita sebagai pencuri, pembunuh dan

pelaku kejahatan. Siapakah orang yang dibicarakan Petrus disini? Yang

dbicarakan Petrus adalah orang-orang yang mengaku Kristen namun

mereka ditangkap karena mereka melakukan kejahatan dan kesalahan

yang fatal; itulah sebabnya mereka kemudian mendapatkan

konsekuensi dari tindakan mereka yang jahat dan salah.

Alkitab menegaskan penderitaan yang seperti ini bukanlah

datang dari Tuhan; dan Ia pun tidak akan memberkati orang yang

menderita karena kesalahannya sendiri. Itulah sebabnya Petrus

mengingatkan; kalau kita mengalami penderitaan, pastikan bahwa

penderitaan itu adalah karena Kristus dan bukan karena kesalahan kita

sendiri. Persoalannya adalah ada banyak penderitaan dan kesukaran

yang kita hadapi disebabkan karena kesalahan kita sendiri.

Diskusikanlah!

Seorang bapak yang harus masuk rumah sakit karena mengalami gagal

ginjal; ia harus mengalami masa-masa kritis bahkan hidupnya menjadi

rentan terhadap kematian. Penyebab sakitnya adalah ia terlalu banyak

merokok dan minum minuman suplement; karena ketagihan dan terus

mengkonsumsi hal-hal tersebut satu kali ia menanggung akibatnya;

ginjalnya rusak dan ia harus sakit parah. Pertanyaannya adalah apakah

penderitaan yang dialami oleh bapak tersebut adalah salahnya Tuhan?

Oleh karena tidak semua penderitaan merupakan ujian iman

dari Tuhan, kita haruslah menguji sumber segala kesusahan yang kita

alami; untuk itu, kita membutuhkan hikmat Tuhan.

284

Mengumpulkan Informasi

Menalar

b. Penderitaan yang datang dari Tuhan adalah ujian iman.

Ayub adalah contoh yang paling jelas dari seseorang yang

mengalami ujian dari Tuhan. Ia bukanlah orang jahat yang layak

dikutuk Tuhan; ia juga bukan seorang pelaku kriminal yang patut

menerima hukuman tertentu sebagai konsekuensi dari kesalahannya.

Tuhan sendiri mengatakan bahwa ia adalah orang yang saleh dan di

muka bumi waktu itu tidak ada orang yang sedemikian hormat dan

takut kepada Tuhan selain dari pada Ayub. Meskipun demikian, Tuhan

mengijinkan Ayub mengalami penderitaan; ia kehilangan segala

sesuatunya; mulai dari harta, keluarga dan kesehatan dirinya. Kalau

ada orang yang pernah mengalami kesulitan yang sangat berat, itu

adalah Ayub orangnya.

Yakobus memberikan nasihat penting kepada orang-orang

Kristen yang tinggal di daerah yang disebut sebagai diaspora.

Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan,

apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,

sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu

menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu

memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi

sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.

Yakobus 1:2-4

Alkitab mengajar kita bahwa kesulitan-kesulitan tertentu merupakan

sebuah ujian iman. Tujuan dari Tuhan mengijinkan seseorang

mengalami ujian iman adalah supaya ia menjadi orang-orang Kristen

yang tekun dan menjadi dewasa.

Banyak orang mengalami penderitaan karena iman mereka.

Mereka hidup di sebuah masyarakat yang toleran dengan dosa; satu-

satunya cara untuk dapat luput dari persoalan, dalam kaca mata

manusia, adalah dengan hidup komporomi. Jika orang melakukan

bisnis yang kotor, maka kita harus dapat menyesuaikan diri. Jika orang

melegalkan perilaku tertentu karena sudah dianggap biasa, orang

Kristen pun harus belajar menyesuaikan diri dengan kondisi yang

demikian. Kita tidak dipanggil Tuhan untuk hidup sama dengan dunia

ini. Memang saat kita hidup benar dan saleh, tidak ikut-ikutan cara

dunia, tidak kompromi dengan hal-hal yang imoral dan tidak benar,

hidup kita akan susah, dan ada banyak kesulitan dapat kita alami

karena iman kita. Namun, kalaupun hal ini terjadi, Alkitab menegaskan

bahwa itulah yang menjadi tanda dari kesejatian iman kita.

285

Mengumpulkan Informasi

Menanya

Alkitab menegaskah bahwa penghakiman itu akan dimulai dari

rumah Allah, artinya dari komunitas umat Tuhan. Ia akan menyortir

“domba diantara kambing,” “gandum diantara jerami,” “anak Tuhan

diantara anak-anak dunia.” Anak Tuhan memiliki kerelaan bayar harga,

mengalami kesulitan karena iman dan kesetiaannya pada Tuhan.“

Kisah mengenai kesetiaan Yusuf memperlihatkan proses iman

yang bertumbuh melalui ujian iman. Karena kesetiaannya kepada

Tuhan, Yusuf kehilangan kenyamanan hidupnya sebagai “kepala

rumah tangga” dari keluarga Potifar; bahkan, karena kesetiaanya

kepada Tuhan, ia harus memasuki kehidupan yang pahit dan

menyesakkan: hidup dalam penjara. Penjara di zaman kuno berbeda

dengan zaman sekarang; tidak ada pri-kemanusiaan untuk orang

dalam penjara; tidak ada makanan yang memadai; tinggal bersama

dengan orang-orang yang jahat dan bengis; itulah kehidupan yang

harus dijalani oleh Yusuf sebagai konsekuensi dari imannya. Namun

kesetiaan dirinya menjadi bukti kuat bahwa ia adalah anak Tuhan,

orang yang akan diselamatkan Tuhan saat Tuhan datang kedua kalinya.

Penderitaan yang merupakan ujian iman selalu bertujuan

untuk menjadikan anak-anak Tuhan dewasa. Penderitaan yang

merupakan ujian iman dari Tuhan, tidak akan berakhir sebelum

mencapai tujuannya. Itulah sebabnya, jika seseorang mengalami

penderitaan yang merupakan ujian iman dari Tuhan, ia perlu meminta

kesabaran dan kekuatan iman untuk melewatinya.

Diskusikan!

Carilah tiga tokoh dalam Alkitab yang mengalami penderitaan dan

kesukaran yang berat namun ia justru menjadi seseorang yang lebih

percaya dan mengenal Tuhan

286

Alkitab memang memperlihatkan tokoh-tokoh yang “luar

biasa” seperti Yusuf. Namun di sisi yang lain kita juga menemukan ada

tokoh-tokoh yang digambarkan sama seperti kita pada umumnya,

yakni manusia-manusia yang penuh dengan kelemahan. Kemenangan

orang-orang percaya dalam menjalani ujian imannya bukan terletak

pada kualitas pribadinya tetapi pada pemeliharaan Tuhan atas mereka.

Itulah sebabnya, ujian iman selalu menghasilkan hal yang baik.

Itulah sebabnya, penderitaan dan kesukaran yang dihadapi

umat Tuhan di tangan Tuhan dapat menjadi instrumen yang membarui

hidup kita. Itulah alasan juga mengapa terkadang Tuhan ijinkan kita

menanggung kesalahan kita sendiri, yakni supaya kita belajar dari

kesalahan kita.

D. Kebutuhan Utama Manusia

Manusia tidak akan pernah berhenti mencari kebahagiaan

hidup dalam dunia ini sebelum ia menemukan kebahagiaan hidup yang

sejati dalam Kristus. Sewaktu Yesus bertemu dengan perempuan

Samaria, Yesus berkata “barangsiapa minum air yang akan Kuberikan

kepadanya, Ia tidak akan haus lagi.”

Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan

haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan

kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya.

Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi

mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar

sampai kepada hidup yang kekal." Kata perempuan itu

kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak

287

Menanya

haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air."

Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan

datang ke sini." Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai

suami." Kata Yesus kepadanya: "Tepat katamu, bahwa

engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah

mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu,

bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar."

Yohanes 4:13-18

Mengapa perempuan Samaria sampai memiliki lima orang

lelaki yang bukan suaminya? Hal ini terjadi mungkin karena hidupnya

tidak bahagia, dan mungkin melalui mencari dan hidup bersama

dengan banyak lelaki ia sebenarnya sedang mencari kebahagiaan

hidup.

Ada banyak orang seperti perempuan Samaria ini, hanya

bentuk pelariannya dalam mencari kebahagiaan yang berbeda.

Sebagian orang menjadi seorang yang “gila kerja” demi memenuhi

kebutuhan hidupnya untuk menjadi berarti dan bermakna. Sebagian

orang lain rela bahkan kehilangan anggota keluarganya demi

mendapatkan jabatan atau kekuasaan.

Waktu Tuhan Yesus berkata bahwa Ia adalah air hidup, Yesus

sedang menunjukkan bahwa diri-Nya adalah satu-satunya pribadi yang

dapat mengisi kebutuhan hidup manusia yang paling mendasar,

apakah itu? Untuk kembali memiliki relasi dengan Tuhan. Hal yang

hancur saat manusia jatuh dalam dosa, yakni relasi dengan Tuhan,

telah membuat manusia hidup tanpa arti dan makna dan mengejar

kesia-siaan.

Manusia tidak akan pernah dapat hidup bagi Tuhan, artinya

tidak dapat hidup sesuai dengan tujuan hidupnya, jika apa yang

menjadi kebutuhan hidup utamanya tidak terpenuhi. Hanya Yesus

yang dapat memenuhi itu. Itulah yang membuat Yesus berani berkata

“Akulah Air Hidup.” Barang siapa minum air yang akan Kuberikan

kepadanya, ia tidak akan haus lagi. Inginkah kamu menjadi orang yang

seperti itu?

Diskusikanlah!

Seorang tokoh kemanusiaan berkata bahwa tujuan hidup manusia

adalah mencari kebahagiaan, dan semakin kita mencoba

membahagiakan orang lain, semakin hidup kita jadi bahagia. Apakah

anda setuju dengan pemikiran tokoh kemanusiaan ini.

288

E. Penutup Salah satu isu utama dalam worldview manusia adalah

mengenai tujuan hidup manusia. Dunia dan iman Kristen bersaing

dalam memperlihatkan tujuan hidup manakah yang benar-benar akan

memberikan jawaban bagi kebutuhan manusia akan arti dan makna

hidup.

Dunia ini mengajarkan manusia untuk mencari hal-hal yang

menyenangkan sebagai jawaban dari kebutuhan manusia akan

kebahagiaan. Sebagian orang percaya bahwa dengan menjadi

seseorang yang memiliki banyak uang, ia akan berbahagia. Sebagian

yang lain percaya bahwa dengan menjadi seseorang yang berkuasa, ia

akan berbahagia. Padahal, semua kebahagiaan dalam dunia ini bersifat

sementara.

Christian worldview menegaskan bahwa tujuan hidup manusia

hanya satu, yakni manusia kembali memuliakan Tuhan. Hanya jika

manusia hidup bagi Tuhan, maka kehidupannya menjadi bermakna

dan berarti.

Barrs mengingatkan kita bahwa dalam proses pemberitaan

injil, doa merupakan aspek yang penting. Hal-hal apakah yang orang-

orang percaya perlu doakan? Gereja

perlu berdoa supaya pintu untuk

pemberitaan injil, baik secara langsung

ataupun melalui proses, dapat terbuka.

Selain itu, umat Tuhan juga perlu berdoa

supaya diberikan keberaniaan dan

kemampuan untuk dapat bersaksi bagi

Tuhan dan membagikan nilai-nilai iman

mereka. Dua hal tersebut adalah pokok-

pokok doa yang juga diajarkan oleh

Alkitab (Kol. 4:3; Ef. 6:19-20). Jika Rasul

Paulus sebagai seorang yang dipanggil

Tuhan secara khusus membutuhkan

dukungan doa dalam pemberitaan injil maka semua orang

membutuhkan hal yang sama. Itulah sebabnya, gereja perlu

membangun sebuah komunitas doa yang akan memberikan kekuatan

bagi jemaat untuk bersaksi.

289

Mengkomuni

kasikan

Ringkasan

1. Tujuan hidup dan penderitaan manusia adalah dua tema

utama dalam worldview manusia.

2. Worldview dunia menekankan bahwa manusia ingin

hidupnya bahagia dan biblical worldview memperlihatkan

bahwa kebahagiaan manusia tidak akan diperoleh kecuali

manusia hidup sesuai dengan tujuan penciptaannya.

3. Worldview dunia memandang penderitaan bersumber pada

kesalahan manusia atau pada Tuhan. Biblical worldview

memperlihatkan bahwa penderitaan dapat menjadi alat di

tangan Tuhan untuk menghasilkan kebaikan.

Ayat Hafalan

Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan,

apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab

kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan

ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah

yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak

kekurangan suatu apapun.

Yakobus 1:2-4

Aktivitas

Buatlah sebuah survei mengenai hal-hal yang paling manusia takutkan

dalam hidup dan hal-hal yang paling manusia cari dalam hidup mereka.

Bacaan Lanjutan

Barrs, Jerram. The Heart of Evangelism. Wheaton: Crossway, 2001. Bab

8.

Grudem, Wayne. Systematic Theology: An Introduction to Biblical

Doctrine. Downers Grove: IVP, 1994. Bab 16.

Piper, John. Jadikan Sekalian Bangsa Bersukacita! Supremasi Allah

dalam Misi. Terj. Bandung: LLB, 2001. Bab 3.

290

Evaluasi

1. Jelaskan apakah yang dimaksudkan dengan Christian Worldview?

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

2. Sebutkan proses pembentukan worldview?

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

3. Jelaskan konsep kebahagiaan dalam Alkitab?

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

4. Bagaimanakah Alkitab memahami penderitaan manusia?

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

291

Mengenal Tokoh Pembaruan Iman

Nama

Lahir

Pendidikan

Pelayanan

John Stott

1921-2011

Trinity College Cambridge

Pastor di Ridley Hall Cambridge

dan All Souls Church

Pelayanan misi di universitas

(kemudian dikenal dengan

intervarsity mission)

Perumusan pernyataan-

pernyataan iman dalam

penginjilan (salah satunya

adalah perumusan dokumen

Lausanne)

Pelayanan untuk dunia ketiga

(salah satunya melalui John

Stott Foundation)

John Stott adalah tokoh penting dalam gerakan injili. Ia telah dipakai Tuhan

dalam pergerakan kebangunan rohani melalui pengajaran Alkitab. Para ahli

pertumbuhan gereja memandang bahwa gerakan injili di abad ke-21 dipelopori oleh

Billy Graham yang dipakai Tuhan dalam berbagai kebaktian kebangunan rohani dan

John Stott yang menggerakkan gereja-gereja melalui berbagai tulisan, pegajaran, dan

pelayanan pemuridan baik melalui universitas ataupun gereja.

292

293

Daftar Pustaka

Addison, Steve. Movements that Changes the World: Gerakan-Gerakan yang

Mengubahkan Dunia, Terj. Surabaya: Perkantas, 2014.

Barrs, Jerram. The Heart of Evangelism. Wheaton: Crossway, 2001.

Bauckham, Richard. Living with Orther Creatire: Greek Exegesis and Theology. Baylor:

Baylor University Press, 2011.

Borthwick, Paul. Stop Witnessing and Start Loving, Terj. Malang: SAAT, 2004.

Bosch, David K. Transformasi Misi Kristen: Sejarah Teologi Misi yang Mengubah dan

Berubah, Terj. Jakarta: BPK, 1997.

Clarke, Andrew D., and Bruce W. Winter. Satu Allah Satu Tuhan: Tinjauan Alkitabiah

Tentang Pluralisme Agama, Terj. Jakarta: BPK, 1995.

Crouch Andy. Cultural Making: Menemukan Kembali Panggilan Kreatif Kita, Terj.

Surabaya: Perkantas, 2011.

De Kuiper, Arie. Missiologia. Jakarta: BPK, 1996.

Dever, Mark, Nine Marks of a Healthy Church. Wheaton: Crossway, 2013.

Green, Michael. Evangelism in the Early Church. Grand Rapids: Eerdmans, 1977.

Grudem, Wayne. Systematic Theology: An Introduction to Biblical Doctrine. Downers

Grove: IVP, 1994.

Hesselgrave, David J., and Edward Rommen. Kontekstualisasi: Makna, Metode dan

Model, Terj. Jakarta: BPK: 1996.

. Communicating Christ Cross-Culturally: Pendahuluan Ke Komunikasi Misionari,

Terj. Malang: SAAT, 2005.

Keller, Timothy. Center Church: Doing Balanced, Gospel-centered Ministry in Your City.

Grand Rapids: Zondervan, 2012.

Kobong, Th. Iman dan Kebudayaan. Jakarta: BPK, 1997.

Kuyper, Abraham. Iman Kristen dan Problema Sosial, Terj. Surabaya: Momentum, 2004.

294

Mandryk, Jason. Operation World: Panduan Untuk Mendoakan Semua Bangsa di Dunia.

3 Jilid. Yogyakarta: Gloria, 2012.

Metzger, Will. Tell the Truth: The Whole Gospel to the Whole Person by Whole People,

Terj. Surabaya: Momentum, 2005.

Moo, Douglas and Jonathan A. Moo. Creation Care: A Biblical Theology of Natural World.

Grand Rapids: 2018.

Netland, Harold. Encountering Religious Pluralism: The Challenge to Christian Faith and

Mission. Downers Grove: IVP, 2001.

Newbigin, Lesslie. Injil dalam Masyarakat Majemuk, terj. Jakarta: BPK, 1999.

Ott, Craig, Stepher J. Strauss, and Timothy C. Tennent. Encountering Theology of

Mission: Biblical Foundations, Historical Developments, and Contemporary

Issues. Grand Rapids: Baker, 2010.

Petersen, Jim. Living Proof, Terj. Bandung: Pioner, 2012.

Piper, John. Jadikan Sekalian Bangsa Bersukacita! Supremasi Allah dalam Misi, Terj.

Bandung: LLB, 2003.

Pippert, Rebecca Manley. Keluar dari Tempat Garam Masuk kedalam Dunia: Penginjilan

sebagai Gaya Hidup, Terj. Jakarta: YKBK 2010.

Ruck, John., and Yoel M. Indrasmoro., eds. Jemaat Misioner: 150 Years OMF. Jakarta:

YKBK, 2011.

Sairin, Weinata. Iman Kristen dan Pergumulan Kekinian. Jakarta: BPK, 1996.

Schmidt, Alvin J. How Christianity Changes the World. Grand Rapids: Zondervan, 2004.

Steffen, Tom and Lois McKinney Douglas. Encountering Missionary Life and Work:

Preparing for Intercultural Ministry. Grand Rapids: Baker, 2008.

Stott, John. Murid Radikal yang Mengubahkan Dunia, Terj. Surabaya: Perkantas, 2013.

Surjantoro, Bagus. Misi dalam Kristus: Mengerti Asal dan Hakekat Misi yang Sebenarnya.

Jakarta: Obor, 2001.

Tenibemas, Purnawan. Misi yang Membumi. Bandung: STAT, 2011.

Tomatala, Y. Teologi Kontekstualisasi: Suatu Pengantar. Malang: Gandum Mas: n.d.

295

VanGemeren, Willem A. The Progress of Redemption: From Creation to the New

Jerusalem. Carlise: Paternoster, 1988.

Venema, H. Hidup Baru: Orang Kristen dalam Konteks Kebudayaan Setempat. Jakarta:

YKBK, 2006.

Watson, David. I Believe in Evangelism. Grand Rapids: Eerdmans, 1984.

White, James E. Rethinking the Church: A Challenge to Creative Redesign in an Age of

Transition. Grand Rapids: Baker, 2003.

Wright, Christopher. Misi Umat Allah, Terj. Jakarta: Perkantas, 2010.

Wright, N. T. Interpreting Scripture: Essays on the Bible and Hermeneutics. Grand Rapids:

Zondervan, 2020.

296

Daftar Keterangan Gambar

Background Cover

https://www.vecteezy.com/vector-art/658385-abstract-green-background-vector

Mengamati https://gocoaching.ca/je-deviens-ce-que-jobserve/

Mengum-pulkan Informasi

https://www.canstockphoto.com/illustration/write.html

Menanya https://favpng.com/png_view/table-meeting-conference-centre-clip-art-png/uNP8ZpWX

Menalar https://freepikpsd.com/question-clipart-png/325903/

Mengkomu-nikasikan

https://www.canstockphoto.com/illustration/worry.html

12 https://sunshinysasite.wordpress.com/2017/09/22/the-fig-tree/

14 https://www.amazon.com/Missions-Disciples-According-Fourth-Gospel/dp/0802842550

15 https://www.amazon.com/Encountering-Theology-Mission-Developments-Contemporary/dp/0801026628

16 http://www.internationalbulletin.org/issues/2009-02/2009-02-072-yates.pdf

17 https://lilinkecil.com/jadikan-sekalian-bangsa-bersukacita-john-piper-pr-1561.html

18 https://www.churchofjesuschrist.org/study/scriptures/ot/jonah/1?lang=eng

23 https://www.amazon.com/Heart-Evangelism-Jerram-Barrs/dp/1581347154

23 http://www.christianitydaily.com/articles/9821/20200908/pastor-john-piper-divulges-there-is-no-heavenly-ledger.htm

29 https://www.worldvision.org/blog/recipe-buuz-traditional-mongolian-dumplings

32 https://www.scmp.com/magazines/post-magazine/article/1835048/james-hudson-taylor-english-missionary-who-made-his-mark

33 https://www.ministrymatters.com/all/entry/9948/nt-wright-online-renew-your-mind-and-be-transformed

38 https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Francisco_Camilo_-_Ascension_-_Google_Art_Project.jpg

43 https://www.amazon.com/Tell-Truth-Gospel-Person-People/dp/0830823220

43 https://www.amazon.com/Movements-That-Change-World-Spreading/dp/0830836195

57 https://www.safaribookings.com/blog/david-livingstone

63 http://emanatetraining.ca/2013/inspired-william-carey/

67 https://id.wikipedia.org/wiki/Jonathan_Edwards

68 https://www.mirifica.net/2017/11/20/renungan-harian-selasa-21-november-2017-luk-191-10/

297

69 https://www.amazon.com/Systematic-Theology-Introduction-Biblical-Doctrine/dp/0310286700

78 https://omf.org/us/about/our-story/james-hudson-taylor/

79 https://www.amazon.com/Missions-Disciples-According-Fourth-Gospel/dp/0802842550

80 Foto diambil penulis

92 https://www.amazon.com/Stop-Witnessing-Start-Loving-Borthwick/dp/1576832333

93 Foto diambil penulis

97 https://www.amazon.com/Christian-Theology-Millard-J-Erickson/dp/0801036437

100 https://www.amazon.com/Patterns-Discipleship-Testament-McMaster-Studies/dp/0802841694

101 https://klikvisi.com/product/teologi-perjanjian-baru-3-donald-guthrie/

102 https://www.bookdepository.com/Message-Matthew-Michael-Green/9780851115368

103 https://www.amazon.com/Gospel-Matthew-Century-Bible-Commentary/dp/0802818862

104 https://www.amazon.com/Earliest-Churches-Society-Testament-Monograph/dp/0521407893

105 https://www.amazon.com/Rethinking-Church-Challenge-Creative-Transition/dp/0801091659

107 https://en.wikipedia.org/wiki/Institutes_of_the_Christian_Religion

107 https://www.britannica.com/biography/John-Calvin

117 http://www.immanuelbookstore.co.id/produk/title/2987/keluar-dari-tempat-garam-masuk-ke-dalam-dunia

120 https://www.nomadicmatt.com/travel-blogs/11-reasons-why-i-love-thailand/

127 https://www.olivetree.com/store/product.php?productid=25783

130 Foto oleh penulis

136 https://www.betterworldbooks.com/product/detail/systematic-theology-an-introduction-to-biblical-doctrine-0851106528

138 https://www.amazon.com/Exegetical-Dictionary-New-Testament-Vol/dp/0802828086

150 https://www.onthisday.com/people/mother-teresa

151 https://timesofindia.indiatimes.com/life-style/food-news/tips-to-reduce-salt-in-your-diet/articleshow/73927314.cms

160 https://www.amazon.com/Living-Proof-Sharing-Naturally-LifeChange-ebook/dp/B00IV34YIC

165 https://id.wikipedia.org/wiki/Nero

167 https://www.unrv.com/augustus/index.php

168 https://classicalwisdom.com/people/pliny-the-elder/

172 https://www.betterworldbooks.com/product/detail/systematic-theology-an-introduction-to-biblical-doctrine-0851106528

177 https://www.logos.com/product/199/greek-english-lexicon-of-the-new-testament-based-on-semantic-domains

298

183 https://www.amazon.com/Stop-Witnessing-Start-Loving-Borthwick/dp/1576832333

186 https://www.jam.org.za/en/56-biographies/343-j-hudson-taylor-biography

192 https://onisim.net/repentance/

194 https://www.pinterest.ph/pin/173107179408320583/

198 https://www.macleans.ca/opinion/the-reformation-at-500-grappling-with-martin-luthers-anti-semitic-legacy/

204 https://www.amazon.com/Heart-Evangelism-Jerram-Barrs/dp/1581347154

207 http://www.katalis.or.id/katalog/lihat/71/Misi-Umat-Allah

211 https://vincenttanzil.wordpress.com/2010/12/15/john-stott-mengenai-buku/

212 https://www.bukalapak.com/p/hobi-koleksi/buku/agama-kepercayaan/9jssfs-jual-isu-isu-global-menantang-kepemimpinan-kristiani-john-stott

212 https://www.amazon.com/Backgrounds-Early-Christianity-Everett-Ferguson/dp/0802822215

214 https://www.logos.com/product/4182/ephesians

215 https://www.amazon.com/Heart-Evangelism-Jerram-Barrs/dp/1581347154

227 https://overthinkingchristian.com/2017/04/09/biblical-illiteracy-whats-the-big-deal-kevin-vanhoozer-responds/

228 Foto oleh penulis

229 https://www.amazon.com/New-Perspective-Paul-James-Dunn/dp/0802845622

229 https://www.activityvillage.co.uk/alexander-the-great

234 https://www.amazon.com/Encountering-Missionary-Life-Work-Mission-ebook/dp/B00D6IE09A

238 https://www.tyndale.com/authors/charles-r-swindoll/632

242 https://lilinkecil.com/murid-radikal-yang-mengubah-dunia-john-stott-p-2882.html

243 https://www.amazon.com/Christianity-Changed-World-Alvin-Schmidt/dp/0310264499

244 https://ebooks.gramedia.com/books/etika-dasar-masalah-masalah-pokok-filsafat-moral

248 https://lilinkecil.com/jadikan-sekalian-bangsa-bersukacita-john-piper-pr-1561.html

249 https://lilinkecil.com/iman-kristen-dan-problema-sosial-abraham-kuyper-p-689.html

252 https://www.amazon.com/Posterazzi-1761-1834-Orientalist-Missionary-Engraving/dp/B07GX6PZZL

252 https://jim-and-kim.blogspot.com/2012/04/sights-of-india-in-chennai.html

252 https://www.wallpaperflare.com/search?wallpaper=indian+man

299

258 https://www.amazon.com/How-Now-Shall-We-Live-ebook/dp/B007V695XO

259 https://www.amazon.com/Faith-Reason-Ronald-H-Nash/dp/0310294010

264 https://lilinkecil.com/iman-kristen-dan-problema-sosial-abraham-kuyper-p-689.html

265 https://medium.com/indian-thoughts/indians-are-more-into-rituals-and-less-into-spirituality-521a035d1c96

266 https://www.literatursaat.com/product/communicating-christ-cross-culturally/

268 https://hisexcellentword.blogspot.com/2017/01/tradition-and-christian.html

273 http://littleswissobserver.blogspot.com/2016/04/the-importance-of-handshake.html

277 https://www.nytimes.com/2012/07/17/business/stephen-r-covey-herald-of-good-habits-dies-at-79.html

278 https://en.wikipedia.org/wiki/Aristotle

279 https://wol.jw.org/en/wol/d/r1/lp-e/1001072036

282 https://www.wvi.org/food-assistance/famines-and-hunger-crisis-what-you-need-know

285 https://www.preaching.com/sermons/gods-presence-in-potiphars-house-genesis-39/

286 https://www.hearthymn.com/why-the-samaritan-woman-recognize-Jesus-as-messiah.html

288 https://www.amazon.com/Heart-Evangelism-Jerram-Barrs/dp/1581347154

291 https://vincenttanzil.wordpress.com/2010/12/15/john-stott-mengenai-buku/

291 http://teaminfocus.com.au/basic-christianity-by-john-stott/

300

Biodata Penulis

Chandra Gunawan melayani sebagai pendeta jemaat di GKIm

Hosanna Bandung dan dosen Perjanjian Baru di STT Cipanas.

Menyelesaikan pendidikan teologi di STT Bandung, STT Cipanas dan

Theologische Universiteit Kampen, the Netherlands.

Untuk melihat karya tulis:

https://independent.academia.edu/RevChandraGunawan

301

302