Cervikal

download Cervikal

of 22

description

fraktur

Transcript of Cervikal

Askep Fraktur Tulang Belakang ( Servikal)

A. KONSEP MEDIS1. PENGERTIAN Tulang Belakang (vertebrae) adalah tulang yang memanjang dari leher sampai ke selangkangan. Tulang vertebrae terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang servikal, 12 buah tulang torakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral. Diskus intervertebrale merupakan penghubung antara dua korpus vertebrae. Sistem otot ligamentum membentuk jajaran barisan (aligment) tulang belakang dan memungkinkan mobilitas vertebrae. Di dalam susunan tulang tersebut terangkai pula rangkaian syaraf-syaraf, yang bila terjadi cedera di tulang belakang maka akan mempengaruhi syaraf-syaraf tersebut (Mansjoer, Arif, et al. 2000).Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Cedera tulang belakang adalah cedera mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalis akibat trauma; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga dsb( Sjamsuhidayat, 1997).

2. ETIOLOGIa. Fraktur patologisfraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu : Osteoporosis Imperfekta, Osteoporosis dan Penyakit metabolikb. Trauma Dibagi menjadi dua, yaitu :Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan). Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.

3. PATOFISIOLOGIAkibat suatu trauma mengenai tulang belakang Jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga. Mengakibatkan patah tulang belakang; paling banyak cervicalis dan lumbalis Fraktur dapat berupa patah tulang sederhana, kompresi, kominutif Dan dislokasi, sedangkan sumsum tulang belakang dapat berupa memar, Kontusio, kerusakan melintang, laserasi dengan atau tanpa gangguan Peredaran darah.Blok syaraf pernapasan respon nyeri hebat dan akut anestesi Iskemia dan hipoksemia syok spinal gangguan fungsi rektum,kandung kemih,gangguan rasa nyaman nyeri dan potensial komplikasi Hipotensi, bradikardia gangguan eliminasi.

4. MANIFESTASI KLINISDisfungsi neurologis akibat DAO bisa dibagi kedalam lesi yang mengenai batang otak, saraf kranial, kord spinal atas, dan akar saraf spinal. Banyak pasien yang disertai cedera kepala hingga memperrumit gambaran neurologis.Cedera batang otak walau sering pada DAO, tidak selalu tampil lengkap. Postur deserebrasi atau adanya kehilangan fungsi batang otak lengkap mungkin tampak, walau sulit untuk memastikan apakah seluruhnya akibat DAO pada pasien yang disertai cedera kepala. Kerusakan piramidal diskreta mungkin mengakibatkan paraparesis. Ketidakstabilan kardiopulmoner berakibat bradikardia, respirasi yang irreguler, atau bahkan apnea dapat terjadi setelah kerusakan batang otak. Kerusakan batang otak berat paling mungkin sebagai penyebab kematian yang tinggi. Dislokasi kranioservikal mungkin berakibat avulsi atau peregangan saraf kranial bawah. Saraf kranial keenam, sembilan hingga duabelas, adalah yang terutama berrisiko.Etiologi sebenarnya disfungsi saraf keenam sulit dipastikan pada pasien yang disertai cedera kepala. Hipertensi berat mungkin timbul bila kedua sinus karotid mengalami denervasi setelah cedera saraf kesembilan. Gangguan fungsi kord spinal atas berakibat kuadri- plegia, walaupun hemiparesis lebih sering terjadi pada pasien dengan DAO (setiap disfungsi motori mungkin juga menunjukkan cedera batang otak).DAO traumatika mungkin juga disertai cedera akar servikal. Cedera unilateral multipel pada akar servikal bisa menyerupai lesi pleksus brakhial. Sebagai tambahan atas kerusakan neural langsung, cedera arteria vertebral mungkin menyebabkan iskemia atau disfungsi neural. DAO berhubungan dengan kompresi, robekan intimal, spasme, dan trombosis pembuluh ini. Beberapa pasien dengan DAO bisa dengan defisit yang timbul tidak sejak awal. Ini mungkin karena trauma tambahan terhadap sistema saraf (sekunder terhadap pergerakan pada tulang belakang yang tak stabil) atau terhadap masalah lain seperti iskemia akibat emboli atau trombosis pembuluh yang rusak. Pasien DAO sering dengan cedera berganda dan karenanya harus dinilai secara lengkap atas cedera lainnya.

5. KOMPLIKASIa.Syok hipovolemik akibat perdarahan dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak sehingga terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar akibat trauma.b.Mal union, gerakan ujung patahan akibat imobilisasi yang jelek menyebabkan mal union, sebab-sebab lainnya adalah infeksi dari jaringan lunak yang terjepit diantara fragmen tulang, akhirnya ujung patahan dapat saling beradaptasi dan membentuk sendi palsu dengan sedikit gerakan (non union).c.Non union adalah jika tulang tidak menyambung dalam waktu 20 minggu. Hal ini diakibatkan oleh reduksi yang kurang memadai.d. Delayed union adalah penyembuhan fraktur yang terus berlangsung dalam waktu lama dari proses penyembuhan fraktur.e.Tromboemboli, infeksi, kaogulopati intravaskuler diseminata (KID). Infeksi terjadi karena adanya kontaminasi kuman pada fraktur terbuka atau pada saat pembedahan dan mungkin pula disebabkan oleh pemasangan alat seperti plate, paku pada fraktur.f. Emboli lemak. g. Saat fraktur, globula lemak masuk ke dalam darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler. Globula lemak akan bergabung dengan trombosit dan membentuk emboli yang kemudian menyumbat pembuluh darah kecil, yang memasok ke otak, paru, ginjal, dan organ lain.h. Sindrom Kompartemen Masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Berakibat kehilangan fungsi ekstermitas permanen jika tidak ditangani segera.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANGSinar x spinal : menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur atau dislok)CT scan : untuk menentukan tempat luka/jejasMRI : untuk mengidentifikasi kerusakan syaraf spinalFoto rongent thorak : mengetahui keadaan paruAGD : menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya ventilasi.

7. PENATALAKSANAAN MEDISPerawatan:a. Faktur stabil (tanpa kelainan neorologis) maka dengan istirahat saja penderita akan sembuh.b. Fraktur dengan kelainan neorologis, Fase Akut (0-6 minggu)1) Live saving dan kontrol vital sign2) Perawatan trauma penyerta Fraktur tulang panjang dan fiksasi interna. Perawatan trauma lainnya.c. Fraktur/Lesi pada vertebra1) Konservatif (postural reduction) (reposisi sendiri)Tidur telentang alas yang keras, posisi diubah tiap 2 jam mencegah dekubitus, terutama simple kompressi.2) OperatifPada fraktur tak stabil terdapat kontroversi antara konservatif dan operatif. Jika dilakukan operasi harus dalam waktu 6-12 jam pertama dengan cara: Laminektomimengangkat lamina untuk memanjakan elemen neural pada kanalis spinalis, menghilangkan kompresi medulla dan radiks. fiksasi interna dengan kawat atau plate anterior fusion atau post spinal fusion3) Perawatan status urologiPada status urologis dinilai tipe kerusakan sarafnya apakah supra nuldear (reflek bladder) dan infra nuklear (paralitik bladder) atau campuran. Pada fase akut dipasang keteter dan kemudian secepatnya dilakukan bladder training dengan cara penderita disuruh minum segelas air tiap jam sehingga buli-buli berisi tetapi masih kurang 400 cc. Diharapkan dengan cara ini tidak terjadi pengkerutan buli-buli dan reflek detrusor dapat kembali.

8. WOC/PATHWAY

B. KONSEP KEPERAWATAN1. PengkajinPengkajian pada klien dengan trauma tulang belakang meliputi:a. Aktifitas dan istirahat : kelumpuhan otot terjadi kelemahan selama syok spinalb. Sirkulasi : berdebar-debar, pusing saat melakukan perubahan posisi, Hipotensi, bradikardi, ekstremitas dingin atau pucatc. Eliminasi : inkontenensia defekasi dan berkemih, retensi urine, distensi perut, peristaltik hilangd. Integritas ego : menyangkal, tidak percaya, sedih dan marah, takut cemas, gelisah dan menarik dirie. Pola makan : mengalami distensi perut, peristaltik usus hilangf. Pola kebersihan diri : sangat ketergantungan dalam melakukan ADLg. Neurosensori : kesemutan, rasa terbakar pada lengan atau kaki, paralisis flasid, Hilangnya sensasi dan hilangnya tonus otot, hilangnya reflek, perubahan reaksi pupil, ptosih. Nyeri/kenyamanan : nyeri tekan otot, hiperestesi tepat diatas daerah trauma, dan Mengalami deformitas pada daerah traumai. Pernapasan : napas pendek, ada ronkhi, pucat, sianosisj. Keamanan : suhu yang naik turun(Carpenito (2000), Doenges at al (2000))

2. DiagnosaAdapun diagnosa yang yang mungkin kita angkat dan menjadi perhatian pada fraktur servikal, diantaranya :a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelumpuhan otot diafragmakerusakanb. Mobilitas fisik berhubungan dng kelumpuhan gangguan rasa nyaman nyeric. Berhubungan dengan adanya cedera gangguan eliminasi alvi /konstipasi berhubungand. Dengan gangguan persarafan pada usus dan rektum. e. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan kelumpuhan syarat perkemihan.

3. Intervensia. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelumpuhan otot diafragmakerusakanTujuan perawatan : pola nafas efektif setelah diberikan oksigen Kriteria hasil : ventilasi adekuatDxIntervensiRasional

a1) Pertahankan jalan nafas; posisi kepala tanpa gerak1) pasien dengan cedera cervicalis akan membutuhkan bantuan untuk mencegah aspirasi/ mempertahankan jalan nafas.

2) Lakukan penghisapan lendir bila perlu, catat jumlah, jenis dan karakteristik sekret.2) jika batuk tidak efektif, penghisapan dibutuhkan untuk mengeluarkan sekret, dan mengurangi resiko infeksi pernapasan.

3) Kaji fungsi pernapasan3) trauma pada C5-6 menyebabkan hilangnya fungsi pernapasan secara partial, karena otot pernapasan mengalami kelumpuhan.

4) Auskultasi suara napas4) hipoventilasi biasanya terjadi atau menyebabkan akumulasi sekret yang berakibat pnemonia.

5) Observasi warna kulit.5) menggambarkan adanya kegagalan pernapasan yang memerlukan tindakan segera

6) Kaji distensi perut dan spasme otot.6) kelainan penuh pada perut disebabkan karena kelumpuhan diafragma

7) Anjurkan pasien untuk minum minimal 2000 cc/hari.7) membantu mengencerkan sekret, meningkatkan mobilisasi sekret sebagai ekspektoran.

8) Lakukan pengukuran kapasitas vital, volume tidal dan kekuatan pernapasan8) menentukan fungsi otot-otot pernapasan. Pengkajian terus menerus untuk mendeteksi adanya kegagalan pernapasan.

9) Pantau analisa gas darah.9) untuk mengetahui adanya kelainan fungsi pertukaran gas sebagai contoh : hiperventilasi PaO2 rendah dan PaCO2 meningkat.

10) Berikan oksigen dengan cara yang tepat : metode dipilih sesuai dengan keadaan isufisiensi pernapasan.10) Membentu pasien dalam bernafas

11) Lakukan fisioterapi nafas.11) mencegah sekret tertahan

b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dng kelumpuhan Tujuan perawatan : selama perawatan gangguan mobilisasi bisa diminimalisasi sampai cedera diatasi dengan pembedahan. Kriteria hasil : tidak ada kontrakstur, kekuatan otot meningkat, pasien mampu beraktifitas kembali secara bertahap. DxIntervensiRasional

b1) Kaji secara teratur fungsi motorik.1) mengevaluasi keadaan secara umum

2) Lakukan log rolling2) membantu ROM secara pasif

3) Pertahankan sendi 90 derajad terhadap papan kaki.3) mencegah footdrop

4) Ukur tekanan darah sebelum dan sesudah log rolling.4) mengetahui adanya hipotensi ortostatik

5) Inspeksi kulit setiap hari.5) gangguan sirkulasi dan hilangnya sensai resiko tinggi kerusakan integritas kulit.

6) Berikan relaksan otot sesuai pesanan seperti diazepam.6) berguna untuk membatasi dan mengurangi nyeri yang berhubungan dengan spastisitas.

c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya cedera Tujuan keperawatan : rasa nyaman terpenuhi setelah diberikan perawatan dan pengobatan Kriteria hasil : melaporkan rasa nyerinya berkurang DxIntervensiRasional

c1) Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-5. Rasional1) pasien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera.

2) Bantu pasien dalam identifikasi faktor pencetus.2) nyeri dipengaruhi oleh; kecemasan, ketegangan, suhu, distensi kandung kemih dan berbaring lama.

3) Berikan tindakan kenyamanan.3) memberikan rasa nayaman dengan cara membantu mengontrol nyeri.

4) Dorong pasien menggunakan tehnik relaksasi.4) memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol.

5) Berikan obat antinyeri sesuai pesanan.5) untuk menghilangkan nyeri otot atau untuk menghilangkan kecemasan dan meningkatkan istirahat.

d. Gangguan eliminasi alvi /konstipasi berhubungan dengan gangguan persarafan pada usus dan rectumTujuan perawatan : pasien tidak menunjukkan adanya gangguan eliminasi alvi/konstipasi Kriteria hasil : pasien bisa b.a.b secara teratur sehari 1 kali DxIntervensiRasional

d1) Auskultasi bising usus, catat lokasi dan karakteristiknya.1) bising usus mungkin tidak ada selama syok spinal.

2) Catat adanya keluhan mual dan ingin muntah, pasang NGT.2) pendarahan gantrointentinal dan lambung mungkin terjadi akibat trauma dan stress.

3) Berikan diet seimbang TKTP cair3) meningkatkan konsistensi feces

4) Berikan obat pencahar sesuai pesanan.4) merangsang kerja usus

e. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan kelumpuhan syarat perkemihan.Tujuan perawatan : pola eliminasi kembali normal selama perawatan Kriteria hasil : produksi urine 50 cc/jam, keluhan eliminasi uirine tidak ada DxIntervensiRasional

e1) Kaji pola berkemih, dan catat produksi urine tiap jam.1) mengetahui fungsi ginjal

2) Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung kemih.2)

3) Anjurkan pasien untuk minum 2000 cc/hari.3) membantu mempertahankan fungsi ginjal.

4) Pasang dower kateter.4) membantu proses pengeluaran urine

4. ImplementasiSesuai dengan Intervensi.5. Evaluasi

Zahid Fikri, S.Kep.Nsnursingpustaka.blogspot.comPage 6Cervical foto series dilakukan atas indikasi pasien dengan keluhan nyeri lokal, deformitas,krepitasi atau edema, perubahan status mental, gangguan neurologis atau cedera kepala,pasien denganmultiple trauma yang potensial terjadi cervical spine injury. Komplit cervicalspine seri terdiri dari AP, lateral view, open mount dan oblique. Swimmer dan fleksiekstensi dilakukan bila diperlukan.Computer tomographyPada saat ini CT-Scan merupakan metode yang terbaik untuk akut spinal trauma, potongantipis digunakan untuk daerah yang dicurigai pada plain foto. CTScan juga dilakukan bilahasil pemeriksaan radiologis tidak sesuai dengan klinis, adanya defisit neurologis, frakturposterior arcus canalis cervicalis dan pada setiap fraktur yang dicurigai retropulsion fragmentulang ke kanal saat ini CT dapat dilakukan paad segital, coroval atau oblig plane. 3 dimensiCT imaging memberikan gambaran yang lebih detail pada fraktur yang tidak dapat dilihatoleh plain foto.MyelografiPemberian kontras dengan water soluber medium diikuti dengan plain atau CT dapat melihatsiluet dari spinal cord, subarachnoid space, nerve root, adanya lesi intra meduler,extrameduler, obstruksi LCS, robekan duramater, tetapi dalam kasus trauma pemeriksaan inimasih kontraversial.Magentic Resonance Imaging (MRI)MRI banyak digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan syaraf spinal, mendiagnosis akutspinal cord dan cervical spinal injury karena spinal cord dan struktur sekitarnya dapatterlihat.G.PENATALAKSANAAN1.Pertolongan Pertama untuk Fraktur ServikalSetiap cedera kepala atau leher harus dievaluasi adanya fraktur servikalis. Sebuahfraktur servikal merupakan suatu keadaan darurat medis yang membutuhkan perawatansegera. Spine trauma mungkin terkait cedera saraf tulang belakang dan dapat mengakibatkankelumpuhan, sehingga sangat penting untuk menjaga leher .

Zahid Fikri, S.Kep.Nsnursingpustaka.blogspot.comPage 7Jika ada kemungkinan patah tulang leher, leher pasien tidak boleh digerakkan sampaitindakan medis diberikan dan X-ray dapat diambil. Itu jalan terbaik untuk mengasumsikanadanya cedera leher bagi siapa saja yang terkena benturan, jatuh atau tabrakan.Gejala fraktur servikal termasuk parah dengan rasa sakit pada kepala, nyeri yangmenjalar ke bahu atau lengan,memar dan bengkak di bagian belakang leher.2.Penanganan OperasiGoal dari penanganan operasi adalah: Reduksi mal aligment, decompresi elemenneural dan restorasi spinal stability. Operasi anterior dan posteriorAnterior approach, indikasi:- ventral kompresi- kerusakan anterior collum- kemahiran neuro surgeonPosterior approach, indikasi:- dorsal kompresi pada struktur neural- kerusakan posterior collumKeuntungan:- dikenal banyak neurosurgeon- lebih mudah- medan operasi lebih luas dapat membuka beberapa segmen- minimal morbility3.Pembatasan aktivitasStudi spesifik yang membandingkan keluaran dengan atau tanpa pembatasanaktivitas belum ada. Jadi toleransi terhadap respon pengobatan yang bersifat individualsebaiknya menjadi panduan bagi praktisi. Pada tahap akut sebaiknya hindari pekerjaanyang mengharuskan gerak leher berlebihan. Pemberian edukasi mengenai posisi leheryang benar sangatlah membantu untuk menghindari iritasi radiks saraf lebih jauh. Seperticontohnya : penggunaan telepon dengan posisi leher menekuk dapat dikurangi denganmenggunakan headset, menghindari penggunaan kacamata bifokal dengan ekstensi leheryang berlebihan, posisi tidur yang salah. Saat menonton pertandingan pada lapangan

Zahid Fikri, S.Kep.Nsnursingpustaka.blogspot.comPage 8terbuka , maupun layar lebar sebaiknya menghindari tempat duduk yang menyebabkankepala menoleh/berotasi ke sisi lesi.4.Penggunaancollar braceAda banyak jenis kolar yang telah dipelajari untuk membatasi gerak leher. Kolar kaku/keras memberikan pembatasan gerak yang lebih banyak dibandingkan kolar lunak (softcollars ), kecuali pada gerak fleksi dan ekstensi. Kelebihan kolar lunak : memberikankenyamanan yang lebih pada pasien. Pada salah satu studi menunjukkan bahwa tingkatkepatuhan pasien untuk menggunakan kolar berkisar 68-72%. Penggunaan kolarsebaiknya selama mungkin sepanjang hari. Setelah gejala membaik, kolar dapatdigunakan hanya pada keadaan khusus , seperti saat menyetir kendaraan dan dapat tidakdigunakan lagi bila gejala sudah menghilang. Sangatlah sulit untuk menyatakan waktuyang tepat kolar tidak perlu digunakan lagi, namun dengan berpatokan : hilangnya rasanyeri, hilangnya tanda spurling dan perbaikan defisit motorik dapat dijadikan sebagaipetunjuk.5.Modalitas terapi lainTermoterapi dapat digunakan untuk membantu menghilangkan nyeri. Modalitasterapi ini dapat digunakan sebelum atau pada saat traksi servikal untuk relaksasi otot.Kompres dingin dapat diberikan selama 15-30 menit, 1 sampai 4 kali sehari, ataukompres panas /pemanasan selama 30 menit , 2 sampai 3 kali sehari jika dengankompres dingin/pendinginan tidak efektif. Pilihan antara modalitas panas atau dinginsangatlah pragmatik tergantung pada persepsi pasien terhadap pengurangan nyeri.Traksi leher merupakan salah satu terapi yang banyak digunakan meskipunefektifitasnya belum dibuktikan dan dapat menimbulkan komplikasi senditemporomandibular. Ada beberapa jenis traksi, namun yang dapat dilakukan di rumahadalah door traction. Traksi dapat dilakukan 3 kali sehari selama 15 menit , dan dapatdilakukan dengan frekuensi yang lebih sedikit selama 4 sampai 6 minggu. Setelahkeluhan nyeri hilang pun traksi masih dapat dianjurkan. Traksi dikontraindikasikan padapasien dengan spondilosis berat dengan mielopati dan adanya arthritis dengan subluksasiatlanto-aksial. Latihan yang menggerakan leher maupun merangsang nyeri sebaiknya

Zahid Fikri, S.Kep.Nsnursingpustaka.blogspot.comPage 9dihindari pada fase akut. Saat nyeri hilang latihan penguatan otot leher isometrik lebihdianjurkan.Penggunaan terapi farmakologik dapat membantu mengurangi rasa nyeri danmungkin mengurangi inflamasi di sekitar radiks saraf (meskipun inflamasi sebenarnyatidak pernah dapat dibuktikan di radiks saraf maupun diskus).Jika gejala membaik dengan berbagai modalitas terapi di atas , aktivitas dapat secaraprogresif ditingkatkan dan terapi dihentikan atau kualitas diturunkan. Jika tidak adaperbaikan atau justru mengalami perburukan sebaiknya dilakukan eksplorasi yang lebihjauh termasuk pemeriksaan MRI dan dipertimbangkan dilakukan intervensi sepertipemberian steroid epidural maupun terapi operatif. Tidak ada patokan sampai berapalama terapi non-operatif dilanjutkan sebelum tindakan operatif. Defisit neurologis padaherniasi diskus daerah lumbal yang cukup besar dilaporkan bisa terjadi perbaikan tanpaoperasi. Mungkin hal ini juga bisa terjadi pada herniasi diskus di servikal.

ihindari pada fase akut. Saat nyeri hilang latihan penguatan otot leher isometrik lebihdianjurkan.Penggunaan terapi farmakologik dapat membantu mengurangi rasa nyeri danmungkin mengurangi inflamasi di sekitar radiks saraf (meskipun inflamasi sebenarnyatidak pernah dapat dibuktikan di radiks saraf maupun diskus).Jika gejala membaik dengan berbagai modalitas terapi di atas , aktivitas dapat secaraprogresif ditingkatkan dan terapi dihentikan atau kualitas diturunkan. Jika tidak adaperbaikan atau justru mengalami perburukan sebaiknya dilakukan eksplorasi yang lebihjauh termasuk pemeriksaan MRI dan dipertimbangkan dilakukan intervensi sepertipemberian steroid epidural maupun terapi operatif. Tidak ada patokan sampai berapalama terapi non-operatif dilanjutkan sebelum tindakan operatif. Defisit neurologis padaherniasi diskus daerah lumbal yang cukup besar dilaporkan bisa terjadi perbaikan tanpaoperasi. Mungkin hal ini juga bisa terjadi pada herniasi diskus di servikal.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR CERVICALIS1. PengertianCedera tulang belakang adalah cedera mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalis akibat trauma ; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga dsb ( Sjamsuhidayat, 1997).2. Patofisiologis dikaitkan dengan KDMAkibat suatu trauma mengenai tulang belakangJatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah ragaMengakibatkan patah tulang belakang; paling banyak cervicalis dan lumbalisFraktur dapat berupa patah tulang sederhana, kompresi, kominutifDan dislokasi, sedangkan sumsum tulang belakang dapat berupa memar,Kontusio, kerusakan melintang, laserasi dengan atau tanpa gangguanPeredaran darahBlok syaraf parasimpatis pelepasan mediator kimia kelumpuhanKelumpuhan otot pernapasan respon nyeri hebat dan akut anestesiIskemia dan hipoksemia syok spinal gangguan fungsi rek-Tum, kandung kemihGangguan kebutuhan oksigen gangguan rasa nyaman nyeri nyeri terus, Dan potensial komplikasi Hipotensi, bradikardia gangguan eliminasi3. Data fokus. Aktifitas dan istirahat : kelumpuhan otot terjadi kelemahan selama syok spinalSirkulasi : berdebar-debar, pusing saat melakukan perubahan posisi, hipotensi, bradikardia ekstremitas dingin atau pucatEliminasi : inkontenensia defekasi dan berkemih, retensi urine, distensi perut, peristaltik usus hilangIntegritas ego : menyangkal, tidak percaya, sedih dan marah, takut cemas, gelisah dan menarik diri.Pola makan : mengalami distensi perut, peristaltik usus hilangPola kebersihan diri : sangat ketergantungan dalam melakukan ADLNeurosensori : kesemutan, rasa terbakar pada lengan atau kaki, paralisis flasid, hilangnya sensai dan hilangnya tonus otot, hilangnya reflek, perubahan reaksi pupil, ptosis.Nyeri/kenyamanan : nyeri tekan otot, hiperestesi tepat diatas daerah trauma, dan mengalami deformitas pada derah trauma.Pernapasan : napas pendek, ada ronkhi, pucat, sianosisKeamanan : suhu yang naik turun4. Pemeriksaan diagnostikSinar x spinal : menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur atau dislok)CT scan : untuk menentukan tempat luka/jejasMRI : untuk mengidentifikasi kerusakan syaraf spinalFoto rongent thorak : mengetahui keadaan paruAGD : menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya ventilasi5. Diagnosa keperawatan5.1 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelumpuhan otot diafragmaTujuan perawatan : pola nafas efektif setelah diberikan oksigenKriteria hasil : ventilasi adekuat, PaO2 > 80, PaCo2 < 45, rr = 16-20 x/mt, tanda sianosis Intervensi keperawatan :1. Pertahankan jalan nafas; posisi kepala tanpa gerak. Rasional : pasien dengan cedera cervicalis akan membutuhkan bantuan untuk mencegah aspirasi/ mempertahankan jalan nafas.2. Lakukan penghisapan lendir bila perlu, catat jumlah, jenis dan karakteristik sekret. Rasional : jika batuk tidak efektif, penghisapan dibutuhkan untuk mengeluarkan sekret, dan mengurangi resiko infeksi pernapasan.3. Kaji fungsi pernapasan. Rasional : trauma pada C5-6 menyebabkan hilangnya fungsi pernapasan secara partial, karena otot pernapasan mengalami kelumpuhan.4. Auskultasi suara napas. Rasional : hipoventilasi biasanya terjadi atau menyebabkan akumulasi sekret yang berakibat pnemonia.5. Observasi warna kulit. Rasional : menggambarkan adanya kegagalan pernapasan yang memerlukan tindakan segera6. Kaji distensi perut dan spasme otot. Rasional : kelainan penuh pada perut disebabkan karena kelumpuhan diafragma7. Anjurkan pasien untuk minum minimal 2000 cc/hari. Rasional : membantu mengencerkan sekret, meningkatkan mobilisasi sekret sebagai ekspektoran.8. Lakukan pengukuran kapasitas vital, volume tidal dan kekuatan pernapasan. Rasional : menentukan fungsi otot-otot pernapasan. Pengkajian terus menerus untuk mendeteksi adanya kegagalan pernapasan.9. Pantau analisa gas darah. Rasional : untuk mengetahui adanya kelainan fungsi pertukaran gas sebagai contoh : hiperventilasi PaO2 rendah dan PaCO2 meningkat.10. Berikan oksigen dengan cara yang tepat : metode dipilih sesuai dengan keadaan isufisiensi pernapasan.11. Lakukan fisioterapi nafas. Rasional : mencegah sekret tertahan5.2 Diagnosa keperawatan : kerusakan mobilitas fisik berhubungan dng kelumpuhanTujuan perawatan : selama perawatan gangguan mobilisasi bisa diminimalisasi sampai cedera diatasi dengan pembedahan.Kriteria hasil : tidak ada kontrakstur, kekuatan otot meningkat, pasien mampu beraktifitas kembali secara bertahap.Intervensi keperawatan :1. Kaji secara teratur fungsi motorik. Rasional : mengevaluasi keadaan secara umum2. Instruksikan pasien untuk memanggil bila minta pertolongan. Rasional memberikan rasa aman3. Lakukan log rolling. Rasional : membantu ROM secara pasif4. Pertahankan sendi 90 derajad terhadap papan kaki. Rasional mencegah footdrop5. Ukur tekanan darah sebelum dan sesudah log rolling. Rasional : mengetahui adanya hipotensi ortostatik6. Inspeksi kulit setiap hari. Rasional : gangguan sirkulasi dan hilangnya sensai resiko tinggi kerusakan integritas kulit.7. Berikan relaksan otot sesuai pesanan seperti diazepam. Rasional : berguna untuk membatasi dan mengurangi nyeri yang berhubungan dengan spastisitas.5.3 Diagnosa keperawatan : gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya cederaTujuan keperawatan : rasa nyaman terpenuhi setelah diberikan perawatan dan pengobatanKriteria hasil : melaporkan rasa nyerinya berkurangIntervensi keperawatan :1. Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-5. Rasional : pasien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera.2. Bantu pasien dalam identifikasi faktor pencetus. Rasional : nyeri dipengaruhi oleh; kecemasan, ketegangan, suhu, distensi kandung kemih dan berbaring lama.3. Berikan tindakan kenyamanan. Rasional : memberikan rasa nayaman dengan cara membantu mengontrol nyeri.4. Dorong pasien menggunakan tehnik relaksasi. Rasional : memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol.5. Berikan obat antinyeri sesuai pesanan. Rasional : untuk menghilangkan nyeri otot atau untuk menghilangkan kecemasan dan meningkatkan istirahat.5.4 Diagnosa keperawatan : gangguan eliminasi alvi /konstipasi berhubungan dengan gangguan persarafan pada usus dan rektum.Tujuan perawatan : pasien tidak menunjukkan adanya gangguan eliminasi alvi/konstipasi Kriteria hasil : pasien bisa b.a.b secara teratur sehari 1 kaliIntervensi keperawatan :1. Auskultasi bising usus, catat lokasi dan karakteristiknya.Rasional : bising usus mungkin tidak ada selama syok spinal.2. Observasi adanya distensi perut.3. Catat adanya keluhan mual dan ingin muntah, pasang NGT. Rasional : pendarahan gantrointentinal dan lambung mungkin terjadi akibat trauma dan stress.4. Berikan diet seimbang TKTP cair : meningkatkan konsistensi feces5. Berikan obat pencahar sesuai pesanan. Rasional: merangsang kerja usus5.5 Diagnosa keperawatan : perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan kelumpuhan syarat perkemihan.Tujuan perawatan : pola eliminasi kembali normal selama perawatanKriteria hasil : produksi urine 50 cc/jam, keluhan eliminasi uirine tidak adaIntervensi keperawatan:1. Kaji pola berkemih, dan catat produksi urine tiap jam. Rasional : mengetahui fungsi ginjal2. Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung kemih.3. Anjurkan pasien untuk minum 2000 cc/hari. Rasional : membantu mempertahankan fungsi ginjal.4. Pasang dower kateter. Rasional membantu proses pengeluaran urine5.6 Diagnosa keperawatan : gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama Tujuan keperawatan : tidak terjadi gangguan integritas kulit selama perawatan Kriteria hasil : tidak ada dekibitus, kulit keringIntervensi keperawatan :1. Inspeksi seluruh lapisan kulit. Rasional : kulit cenderung rusak karena perubahan sirkulasi perifer.2. Lakukan perubahan posisi sesuai pesanan: untuk mengurangi penekanan kulit3. Bersihkan dan keringkan kulit. Rasional: meningkatkan integritas kulit4. Jagalah tenun tetap kering. Rasional: mengurangi resiko kelembaban kulit5. Berikan terapi kinetik sesuai kebutuhan : Rasional : meningkatkan sirkulasi sistemik dan perifer dan menurunkan tekanan pada kulit serta mengurangi kerusakan kulit.

Daftar kepustakaan :Hudak and Gallo, (1994), Critical Care Nursing, A Holistic Approach, JB Lippincott company, Philadelpia.Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta.Reksoprodjo Soelarto, (1995), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara, Jakarta.Suddarth Doris Smith, (1991), The lippincott Manual of Nursing Practice, fifth edition, JB Lippincott Company, Philadelphia.

A. KONSEP MEDIS1. Pengertian Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Cedera tulang belakang adalah cedera mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalis akibat trauma ; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga dsb (Sjamsuhidayat, 1997).Fraktur tulang leher merupakan suatu keadaan darurat medis yang membutuhkan perawatan segera. Spine trauma mungkin terkait cedera saraf tulang belakang dan dapat mengakibatkan kelumpuhan, sehingga sangat penting untuk menjaga leher .Fraktur ini sering terjadi pada anak karena kondisi tulang masih sangat rawan untuk tumbuh dan berkembang.Fraktur tulang leher sangat berbahaya karena bisa mengganggu sistem saraf yang terdapat pada vertebra. Hal ini bias mengakibatkan gangguan-gangguan neurologis. Bahkan fraktur pada tulang leher bisa menyebabkan seorang anak mengalami lumpuh.2. Etiologi Trauma Fraktur servikal paling sering disebabkan oleh benturan kuat, atau trauma pukulan di kepala. Pada anak fraktur tulang leher sering terjadi karena anak terjatuh. Mungin juga cedera tersebut diakibatkan karena kekerasan yang dialami anak. Penyakit Ada beberapa penyakit yang bisa menyebabkan mudahnya terjadi fraktur pada anak. Terutama penyakit yang disebabkan oleh karena defisiensi kalsium. Kontraksi yang berlebihan3. Pertolongan Pertama untuk Fraktur ServikalSetiap cedera kepala atau leher harus dievaluasi adanya fraktur servikalis. Sebuah fraktur servikal merupakan suatu keadaan darurat medis yang membutuhkan perawatan segera. Spine trauma mungkin terkait cedera saraf tulang belakang dan dapat mengakibatkan kelumpuhan, sehingga sangat penting untuk menjaga leher .Jika ada kemungkinan patah tulang leher, leher pasien tidak boleh digerakkan sampai tindakan medis diberikan dan X-ray dapat diambil. Itu jalan terbaik untuk mengasumsikan adanya cedera leher bagi siapa saja yang terkena benturan, jatuh atau tabrakan.4. Manifestasi klinik Nyeri kepala Nyeri yang menjalar ke bahu atau lengan Memar dan bengkak di bagian belakang leher Kelumpuhan organ-organ terutama. Hal ini terjadi karena adanya gangguan atau bahkan putusnya sitem saraf pada daerah spinal yang terjepit oleh tulang yang patah pada daerah tersebut.5. PatofisiologiTerjadinya trauma pada daerah tulang leher mengakibatkan fraktur. Akibat kondisi seperti ini, pusat-pusat persarapan akan terjadi gangguan. Gangguan ini diakibatkan karena terjepitnya saraf-saraf yang melalui daerah vertebra.Karena vertebra merupakan pusat persarapan bagi berbagai organ, maka kerja organ-organ tersebut akan terganggu atau bahkan mangalami kelumpuhan, akibat fraktur ini pula, akan mengakibatkan blok saraf parasimpasi dan pasien akan mengalami iskemia dan hipoksemia. Dan akhirnya akan mengalami gangguan kebutuhan oksigenCedera yang terjadi juga akan mengakibatkan pelepasan mediator-mediator kima yang akan menimbulkan nyeri hebat dan akut selanjutnya terjadi syok spinal dan pasien akan merasa tidak nyaman.Gangguan sistem saraf spinal akan mengakibatkan kelumpuhan pada organ-organ pencernahan dan sistem perkemihan. Dan masalh yang akan terjadi adalah gangguan eliminasi.6. Klasifikasi Subluksasi atlantoaksial: Rongga antara setinggi odontoid dan bagian posterior dari C1 harus tidak lebih dari 3 mm pada orang dewasa dan 5 mm pada anak-anak. Fraktur Jefferson: Fraktur yang keras di lateral C1 akibat cedera kompersi pada verteks tengkorak Fraktur peng Odontoid Fraktur Hangman: cedera hyperekstensi pada C2 yang menyebabkan fraktur pedikel. Fraktur teardrop: Suatu fragmen kecil mengalami avulsi dari badan vertebra anterior bagian bawah Fraktur badan vertebraFraktur kompresi pada tubuh

Penyimpangan KDM

Pemeriksaan diagnostik

Sinar x spinal : menlentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur atau dislok) CT scan : untuk menentukan tempat luka/jejas MRI : untuk mengidentifikasi kerusakan syaraf spinal Foto rongent thorak : mengetahui keadaan paru AGD : menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya ventilasi 7. PenatalaksanaanPenanganan fraktur servikal tergantung vertebra servikalis apa yang rusak dan luasnya fraktur. Fraktur minor sering diperlakukan menggunakan cervical collar atau neck brace yang dipakai selama enam sampai delapan minggu sampai tulang sembuh dengan sendirinya. Hormon Progesteron untuk Trauma Capitis Berat Suatu fraktur yang lebih berat atau kompleks mungkin memerlukan traksi, atau perbaikan bedah atau fusi tulang belakang. Bedah perbaikan patah tulang servikalis dapat mengakibatkan waktu pemulihan yang lama diikuti dengan terapi fisik.

B. KONSEP KEPERAWATAN1. Pengkajian Aktifitas dan istirahat : kelumpuhan otot terjadi kelemahan selama syok spinal Sirkulasi : berdebar-debar, pusing saat melakukan perubahan posisi, hipotensi, bradikardia ekstremitas dingin atau pucat Eliminasi : inkontenensia defekasi dan berkemih, retensi urine, distensi perut, peristaltik usus hilang Integritas ego : menyangkal, tidak percaya, sedih dan marah, takut cemas, gelisah dan menarik diri. Pola makan : mengalami distensi perut, peristaltik usus hilang Pola kebersihan diri : sangat ketergantungan dalam melakukan ADL Neurosensori : kesemutan, rasa terbakar pada lengan atau kaki, paralisis flasid, hilangnya sensai dan hilangnya tonus otot, hilangnya reflek, perubahan reaksi pupil, ptosis. Nyeri/kenyamanan : nyeri tekan otot, hiperestesi tepat diatas daerah trauma, dan mengalami deformitas pada derah trauma. Pernapasan : napas pendek, ada ronkhi, pucat, sianosis Keamanan : suhu yang naik turun Pemeriksaan Fisik Tinjauan umum 1) Keadaan umum 2) Gaya berjalan 3) Postur 4) Aktivitas fisik 5) Penampilan fisik umum Inspeksi 1) Kesimetrisan bagian tubuh 2) Ekimosis 3) Laserasi 4) Deformitas yg tampak 5) Massa 6) Warna kulit 7) Deformitas kongenital Palpasi 1) Krepitus 2) Suhu 3) Konsistensi otot 4) Massa5) Nyeri tekan 6) Deformitas 7) Pembengkakan Move (pergerakan)1) Nyeri saat bergerak Rentang gerak sendi2. Diagnosa keperawatana. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelumpuhan otot diafragmab. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelumpuhan c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya cederad. Gangguan eliminasi alvi /konstipasi berhubungan dengan gangguan persarafan pada usus dan rektume. perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan kelumpuhan syarat perkemihanf. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama3. Intervensi keperawatana. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelumpuhan otot diafragma Tujuan perawatan : pola nafas efektif setelah diberikan oksigen Kriteria hasil : ventilasi adekuat, PaO2 > 80, PaCo2 < 45, rr = 16-20 x/mt, tanda sianosis Intervensi keperawatan : 1. Pertahankan jalan nafas; posisi kepala tanpa gerak. Rasional : pasien dengan cedera cervicalis akan membutuhkan bantuan untuk mencegah aspirasi/ mempertahankan jalan nafas. 2. Lakukan penghisapan lendir bila perlu, catat jumlah, jenis dan karakteristik sekret. Rasional : jika batuk tidak efektif, penghisapan dibutuhkan untuk mengeluarkan sekret, dan mengurangi resiko infeksi pernapasan. 3. Kaji fungsi pernapasan. Rasional : trauma pada C5-6 menyebabkan hilangnya fungsi pernapasan secara partial, karena otot pernapasan mengalami kelumpuhan. 4. Auskultasi suara napas. Rasional : hipoventilasi biasanya terjadi atau menyebabkan akumulasi sekret yang berakibat pnemonia. 5. Observasi warna kulit. Rasional : menggambarkan adanya kegagalan pernapasan yang memerlukan tindakan segera 6. Kaji distensi perut dan spasme otot. Rasional : kelainan penuh pada perut disebabkan karena kelumpuhan diafragma 7. Anjurkan pasien untuk minum minimal 2000 cc/hari. Rasional : membantu mengencerkan sekret, meningkatkan mobilisasi sekret sebagai ekspektoran. 8. Lakukan pengukuran kapasitas vital, volume tidal dan kekuatan pernapasan. Rasional : menentukan fungsi otot-otot pernapasan. Pengkajian terus menerus untuk mendeteksi adanya kegagalan pernapasan. 9. Pantau analisa gas darah. Rasional : untuk mengetahui adanya kelainan fungsi pertukaran gas sebagai contoh : hiperventilasi PaO2 rendah dan PaCO2 meningkat. 10. Berikan oksigen dengan cara yang tepat : metode dipilih sesuai dengan keadaan isufisiensi pernapasan. 11. Lakukan fisioterapi nafas. Rasional : mencegah sekret tertahan b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelumpuhan Tujuan perawatan : selama perawatan gangguan mobilisasi bisa diminimalisasi sampai cedera diatasi dengan pembedahan. Kriteria hasil : tidak ada kontrakstur, kekuatan otot meningkat, pasien mampu beraktifitas kembali secara bertahap. Intervensi keperawatan : 1. Kaji secara teratur fungsi motorik. Rasional : mengevaluasi keadaan secara umum 2. Instruksikan pasien untuk memanggil bila minta pertolongan. Rasional memberikan rasa aman 3. Lakukan log rolling. Rasional : membantu ROM secara pasif 4. Pertahankan sendi 90 derajad terhadap papan kaki. Rasional mencegah footdrop 5. Ukur tekanan darah sebelum dan sesudah log rolling. Rasional : mengetahui adanya hipotensi ortostatik 6. Inspeksi kulit setiap hari. Rasional : gangguan sirkulasi dan hilangnya sensai resiko tinggi kerusakan integritas kulit. 7. Berikan relaksan otot sesuai pesanan seperti diazepam. Rasional : berguna untuk membatasi dan mengurangi nyeri yang berhubungan dengan spastisitas. c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya cedera Tujuan keperawatan : rasa nyaman terpenuhi setelah diberikan perawatan dan pengobatan Kriteria hasil : melaporkan rasa nyerinya berkurang Intervensi keperawatan : 1. Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-5. Rasional : pasien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera. 2. Bantu pasien dalam identifikasi faktor pencetus. Rasional : nyeri dipengaruhi oleh; kecemasan, ketegangan, suhu, distensi kandung kemih dan berbaring lama. 3. Berikan tindakan kenyamanan. Rasional : memberikan rasa nayaman dengan cara membantu mengontrol nyeri. 4. Dorong pasien menggunakan tehnik relaksasi. Rasional : memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol. 5. Berikan obat antinyeri sesuai pesanan. Rasional : untuk menghilangkan nyeri otot atau untuk menghilangkan kecemasan dan meningkatkan istirahat. d. Gangguan eliminasi alvi /konstipasi berhubungan dengan gangguan persarafan pada usus dan rektum. Tujuan perawatan : pasien tidak menunjukkan adanya gangguan eliminasi alvi/konstipasi Kriteria hasil : pasien bisa b.a.b secara teratur sehari 1 kali Intervensi keperawatan : 1. Auskultasi bising usus, catat lokasi dan karakteristiknya. Rasional : bising usus mungkin tidak ada selama syok spinal. 2. Observasi adanya distensi perut. 3. Catat adanya keluhan mual dan ingin muntah, pasang NGT. Rasional : pendarahan gantrointentinal dan lambung mungkin terjadi akibat trauma dan stress. 4. Berikan diet seimbang TKTP cair : meningkatkan konsistensi feces 5. Berikan obat pencahar sesuai pesanan. Rasional: merangsang kerja usus e. perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan kelumpuhan syarat perkemihan. Tujuan perawatan : pola eliminasi kembali normal selama perawatan Kriteria hasil : produksi urine 50 cc/jam, keluhan eliminasi uirine tidak ada Intervensi keperawatan: 1. Kaji pola berkemih, dan catat produksi urine tiap jam. Rasional : mengetahui fungsi ginjal 2. Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung kemih. 3. Anjurkan pasien untuk minum secukupnya. Rasional : membantu mempertahankan fungsi ginjal. 4. Pasang dower kateter. Rasional: membantu proses pengeluaran urine f. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama Tujuan keperawatan : tidak terjadi gangguan integritas kulit selama perawatan Kriteria hasil : tidak ada dekibitus, kulit kering Intervensi keperawatan : 1. Inspeksi seluruh lapisan kulit. Rasional : kulit cenderung rusak karena perubahan sirkulasi perifer 2. Lakukan perubahan posisi sesuai pesanan Rasional: untuk mengurangi penekanan kulit 3. Bersihkan dan keringkan kulit. Rasional: meningkatkan integritas kulit 4. Jagalah tenun tetap kering. Rasional: mengurangi resiko kelembaban kulit 5. Berikan terapi kinetik sesuai kebutuhan Rasional : meningkatkan sirkulasi sistemik dan perifer dan menurunkan tekanan pada kulit serta mengurangi kerusakan kulit. 4. Implementasi Pertahankan imobilasasi terutama bagian kepala dan leher Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif. Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan Kaji keseluruhan panjang ekstremitas yang cedera untuk Lakukan pengkajian neuromuskuler.pembengkakan/pembentukan edema. Atasi jaringan cedera/tulangPerhatikan perubahan fungsi motor/sensori Perhatikandengan lembut, khususnya selama beberapa hari pertama. Awasi frekuensipeningkatan kegelisahan,kacau,letargi,stupor. pernapasan dan upayanya. Perhatikan stridor, penggunaan otot bantu, Bantu/dorong perawatanretraksi, terjadinya sianosnis sentral. Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi. diri/kebersihan ObservasiEvaluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi keadaan kulit, penekanan cervical collar atau neck brace Ajarkan Kolaborasiklien untuk mempertahankan sterilitas insersi pen. Kajipemberian antibiotika dan toksoid tetanus sesuai indikasi Diskusikan metodekesiapan klien mengikuti program pembelajaran. mobilitas dan ambulasi sesuai program terapi fisik. 5. Evaluasi Dx1: : ventilasi adekuat, PaO2 > 80, PaCo2 < 45, rr = 16-20 x/mt, tanda sianosis Dx2 : tidak ada kontrakstur, kekuatan otot meningkat, pasien mampu beraktifitas kembali secara bertahap. Dx 3 : melaporkan rasa nyerinya berkurang Dx 4 : pasien bisa b.a.b secara teratur sehari 1 kali Dx 5: produksi urine 50 cc/jam, keluhan eliminasi uirine tidak ada Dx 6 : tidak ada dekibitus, kulit kering DAFTAR PUSTAKA Doenges.E.,Marilyn., dkk.2002.Rencana asuhan Keperawatan ed.3. Jakarta. EGC. Hidayat A. Aziz Alimul, S.Kp. 2008. Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran ECG.Jakarta. Jones & Bartlett Publisher, Inc.2007.Pertolongan Pertama dan RJP pada Anak, Ed. 4. Jakarta.Arcan. Patel R. Pradip.2007.Radiologi Edisi 2. Jakarta.Penerbir Erlangga. Nurachmah Elly & Ratna S. 2000. Buku Saku Prosedur Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta.EGC.

Read more: Askep : Fraktur cervikal http://nandarnurse.blogspot.com/2011/11/fraktur-cervikal.html#ixzz2XqRsFkwH Under Creative Commons License: Attribution Follow us: nHandar on FacebookASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR CERVICALIS1.PengertianCedera tulang belakang adalah cedera mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalisakibat trauma ; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah ragadsb ( Sjamsuhidayat, 1997).2.Patofisiologis dikaitkan dengan KDMi.Akibat suatu trauma mengenai tulang belakang1.Jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah ragaMengakibatkan patah tulang belakang; paling banyak cervicalis dan lumbalisFraktur dapat berupa patah tulang sederhana, kompresi, kominutifDan dislokasi, sedangkan sumsum tulang belakang dapat berupa memar,Kontusio, kerusakan melintang, laserasi dengan atau tanpa gangguanPeredaran darahBlok syaraf parasimpatispelepasan mediator kimiakelumpuhanKelumpuhan otot pernapasanrespon nyeri hebat dan akutanestesiIskemia dan hipoksemiasyok spinal gangguan fungsi rek-Tum, kandung kemihGangguan kebutuhan oksigengangguan rasa nyaman nyerinyeri terus,Dan potensial komplikasiHipotensi, bradikardiagangguan eliminasi3.Data fokus.Aktifitas dan istirahat : kelumpuhan otot terjadi kelemahan selama syok spinalSirkulasi : berdebar-debar, pusing saat melakukan perubahan posisi, hipotensi, bradikardiaekstremitas dingin atau pucat