CERPENaf JURU MASAK

15
CERPEN JURU MASAK CIPTA : DAMHURI MUHAMMAD Perhelatan bisa kacau tanpa kehadiran lelaki itu. Gulai Kambing akan terasa hambar lantaran racikan bumbu tak meresap ke dalam daging. Kuah Gulai Kentang dan Gulai Rebung bakal encer karena keliru menakar jumlah kelapa parut hingga setiap menu masakan kekurangan santan. Akibatnya, berseraklah gunjing dan cela yang mesti ditanggung tuan rumah, bukan karena kenduri kurang meriah, tidak pula karena pelaminan tempat bersandingnya pasangan pengantin tak sedap dipandang mata, tapi karena macam-macam hidangan yang tersuguh tak menggugah selera. Nasi banyak gulai melimpah, tapi helat tak bikin kenyang. Ini celakanya bila Makaji, juru masak handal itu tak dilibatkan. Beberapa tahun lalu, pesta perkawinan Gentasari dengan Rustamadji yang digelar dengan menyembelih tigabelas ekor kambing dan berlangsung selama tiga hari, tak berjalan mulus, bahkan hampir saja batal. Keluarga mempelai pria merasa dibohongi oleh keluarga mempelai wanita yang semula sudah berjanji bahwa semua urusan masak-memasak selama kenduri berlangsung akan dipercayakan pada Makaji, juru masak nomor satu di Lareh Panjang ini. Tapi, di hari pertama perhelatan, ketika rombongan keluarga mempelai pria tiba, Gulai Kambing, Gulai Nangka, Gulai Kentang, Gulai Rebung dan aneka hidangan yang tersaji ternyata bukan masakan Makaji. Mana mungkin keluarga calon besan itu bisa dibohongi? Lidah mereka sudah sangat terbiasa dengan masakan Makaji.

description

afd

Transcript of CERPENaf JURU MASAK

Page 1: CERPENaf JURU MASAK

CERPEN JURU MASAK

CIPTA : DAMHURI MUHAMMAD

Perhelatan bisa kacau tanpa kehadiran lelaki itu. Gulai Kambing akan terasa hambar lantaran racikan bumbu tak meresap ke dalam daging. Kuah Gulai Kentang dan Gulai Rebung bakal encer karena keliru menakar jumlah kelapa parut hingga setiap menu masakan kekurangan santan. Akibatnya, berseraklah gunjing dan cela yang mesti ditanggung tuan rumah, bukan karena kenduri kurang meriah, tidak pula karena pelaminan tempat bersandingnya pasangan pengantin tak sedap dipandang mata, tapi karena macam-macam hidangan yang tersuguh tak menggugah selera. Nasi banyak gulai melimpah, tapi helat tak bikin kenyang. Ini celakanya bila Makaji, juru masak handal itu tak dilibatkan.

Beberapa tahun lalu, pesta perkawinan Gentasari dengan Rustamadji yang digelar dengan menyembelih tigabelas ekor kambing dan berlangsung selama tiga hari, tak berjalan mulus, bahkan hampir saja batal. Keluarga mempelai pria merasa dibohongi oleh keluarga mempelai wanita yang semula sudah berjanji bahwa semua urusan masak-memasak selama kenduri berlangsung akan dipercayakan pada Makaji, juru masak nomor satu di Lareh Panjang ini. Tapi, di hari pertama perhelatan, ketika rombongan keluarga mempelai pria tiba, Gulai Kambing, Gulai Nangka, Gulai Kentang, Gulai Rebung dan aneka hidangan yang tersaji ternyata bukan masakan Makaji. Mana mungkin keluarga calon besan itu bisa dibohongi? Lidah mereka sudah sangat terbiasa dengan masakan Makaji.

“Kalau besok Gulai Nangka masih sehambar hari ini, kenduri tak usah dilanjutkan!” ancam Sutan Basabatuah, penghulu tinggi dari keluarga Rustamadji.

“Apa susahnya mendatangkan Makaji?”

Page 2: CERPENaf JURU MASAK

“Percuma bikin helat besar-besaran bila menu yang terhidang hanya bikin malu.”

Begitulah pentingnya Makaji. Tanpa campur tangannya, kenduri terasa hambar, sehambar Gulai Kambing dan Gulai Rebung karena bumbu-bumbu tak diracik oleh tangan dingin lelaki itu. Sejak dulu, Makaji tak pernah keberatan membantu keluarga mana saja yang hendak menggelar pesta, tak peduli apakah tuan rumah hajatan itu orang terpandang yang tamunya membludak atau orang biasa yang hanya sanggup menggelar syukuran seadanya. Makaji tak pilih kasih, meski ia satu-satunya juru masak yang masih tersisa di Lareh Panjang. Di usia senja, ia masih tangguh menahan kantuk, tangannya tetap gesit meracik bumbu, masih kuat ia berjaga semalam suntuk.

“Separuh umur Ayah sudah habis untuk membantu setiap kenduri di kampung ini, bagaimana kalau tanggungjawab itu dibebankan pada yang lebih muda?” saran Azrial, putra sulung Makaji sewaktu ia pulang kampung enam bulan lalu.

“Mungkin sudah saatnya Ayah berhenti,”

“Belum! Akan Ayah pikul beban ini hingga tangan Ayah tak lincah lagi meracik bumbu,” balas Makaji waktu itu.

“Kalau memang masih ingin jadi juru masak, bagaimana kalau Ayah jadi juru masak di salah satu Rumah Makan milik saya di Jakarta? Saya tak ingin lagi berjauhan dengan Ayah,”

Sejenak Makaji diam mendengar tawaran Azrial. Tabiat orangtua selalu begitu, walau terasa semanis gula, tak bakal langsung direguknya, meski sepahit empedu tidak pula buru-buru dimuntahkannya, mesti matang ia menimbang. Makaji memang sudah lama menunggu ajakan seperti itu. Orangtua mana yang tak ingin berkumpul dengan anaknya di hari tua? Dan kini, gayung telah bersambut, sekali saja ia mengangguk, Azrial segera memboyongnya ke rantau, Makaji tetap akan punya kesibukan di Jakarta, ia akan jadi juru masak di Rumah Makan milik anaknya sendiri.

“Beri Ayah kesempatan satu kenduri lagi!”

“Kenduri siapa?” tanya Azrial.

“Mangkudun. Anak gadisnya baru saja dipinang orang. Sudah terlanjur Ayah sanggupi, malu kalau tiba-tiba dibatalkan,”

Merah padam muka Azrial mendengar nama itu. Siapa lagi anak gadis Mangkudun kalau bukan Renggogeni, perempuan masa lalunya.

Page 3: CERPENaf JURU MASAK

Musabab hengkangnya ia dari Lareh Panjang tidak lain adalah Renggogeni, anak perempuan tunggal babeleng itu. Siapa pula yang tak kenal Mangkudun? Di Lareh Panjang, ia dijuluki tuan tanah, hampir sepertiga wilayah kampung ini miliknya. Sejak dulu, orang-orang Lareh Panjang yang kesulitan uang selalu beres di tangannya, mereka tinggal menyebutkan sawah, ladang atau tambak ikan sebagai agunan, dengan senang hati Mangkudun akan memegang gadaian itu.

Masih segar dalam ingatan Azrial, waktu itu Renggogeni hampir tamat dari akademi perawat di kota, tak banyak orang Lareh Panjang yang bisa bersekolah tinggi seperti Renggogeni. Perempuan kuning langsat pujaan Azrial itu benar-benar akan menjadi seorang juru rawat. Sementara Azrial bukan siapa-siapa, hanya tamatan madrasah aliyah yang sehari-hari bekerja honorer sebagai sekretaris di kantor kepala desa. Ibarat emas dan loyang perbedaan mereka.

“Bahkan bila ia jadi kepala desa pun, tak sudi saya punya menantu anak juru masak!” bentak Mangkudun, dan tak lama berselang berita ini berdengung juga di kuping Azrial.

“Dia laki-laki taat, jujur, bertanggungjawab. Renggo yakin kami berjodoh,”

“Apa kau bilang? Jodoh? Saya tidak rela kau berjodoh dengan Azrial. Akan saya carikan kau jodoh yang lebih bermartabat!”

“Apa dia salah kalau ayahnya hanya juru masak?”

“Jatuh martabat keluarga kita bila laki-laki itu jadi suamimu. Paham kau?”

Derajat keluarga Azrial memang seumpama lurah tak berbatu, seperti sawah tak berpembatang, tak ada yang bisa diandalkan. Tapi tidak patut rasanya Mangkudun memandangnya dengan sebelah mata. Maka, dengan berat hati Azrial melupakan Renggogeni. Ia hengkang dari kampung, pergi membawa luka hati. Awalnya ia hanya tukang cuci piring di Rumah Makan milik seorang perantau dari Lareh Panjang yang lebih dulu mengadu untung di Jakarta. Sedikit demi sedikit dikumpulkannya modal, agar tidak selalu bergantung pada induk semang. Berkat kegigihan dan kerja keras selama bertahun-tahun, Azrial kini sudah jadi juragan, punya enam Rumah Makan dan duapuluh empat anak buah yang tiap hari sibuk melayani pelanggan. Barangkali, ada hikmahnya juga Azrial gagal mempersunting anak gadis Mangkudun. Kini, lelaki itu kerap disebut sebagai orang Lareh Panjang paling sukses di rantau. Itu sebabnya ia ingin membawa Makaji ke Jakarta. Lagi pula, sejak ibunya meninggal, ayahnya itu

Page 4: CERPENaf JURU MASAK

sendirian saja di rumah, tak ada yang merawat, adik-adiknya sudah terbang-hambur pula ke negeri orang. Meski hidup Azrial sudah berada, tapi ia masih saja membujang. Banyak yang ingin mengambilnya jadi menantu, tapi tak seorang perempuan pun yang mampu luluhkan hatinya. Mungkin Azrial masih sulit melupakan Renggogeni, atau jangan-jangan ia tak sungguh-sungguh melupakan perempuan itu.

Kenduri di rumah Mangkudun begitu semarak. Dua kali meriam ditembakkan ke langit, pertanda dimulainya perhelatan agung. Tak biasanya pusaka peninggalan sesepuh adat Lareh Panjang itu dikeluarkan. Bila yang menggelar kenduri bukan orang berpengaruh seperti Mangkudun, tentu tak sembarang dipertontonkan. Para tetua kampung menyiapkan pertunjukan pencak guna menyambut kedatangan mempelai pria. Para pesilat turut ambil bagian memeriahkan pesta perkawinan anak gadis orang terkaya di Lareh Panjang itu. Maklumlah, menantu Mangkudun bukan orang kebanyakan, tapi perwira muda kepolisian yang baru dua tahun bertugas, anak bungsu pensiunan tentara, orang disegani di kampung sebelah. Kabarnya, Mangkudun sudah banyak membantu laki-laki itu, sejak dari sebelum ia lulus di akademi kepolisian hingga resmi jadi perwira muda. Ada yang bergunjing, perjodohan itu terjadi karena keluarga pengantin pria hendak membalas jasa yang dilakukan Mangkudun di masa lalu. Aih, perkawinan atas dasar hutang budi.

Mangkudun benar-benar menepati janji pada Renggogeni, bahwa ia akan carikan jodoh yang sepadan dengan anak gadisnya itu, yang jauh lebih bermartabat. Tengoklah, Renggogeni kini tengah bersanding dengan Yusnaldi, perwira muda polisi yang bila tidak ‘macam-macam’ tentu karirnya lekas menanjak. Duh, betapa beruntungnya keluarga besar Mangkudun. Tapi, pesta yang digelar dengan menyembelih tiga ekor kerbau jantan dan tujuh ekor kambing itu tak begitu ramai dikunjungi. Orang-orang Lareh Panjang hanya datang di hari pertama, sekedar menyaksikan benda-benda pusaka adat yang dikeluarkan untuk menyemarakkan kenduri, setelah itu mereka berbalik meninggalkan helat, bahkan ada yang belum sempat mencicipi hidangan tapi sudah tergesa pulang.

“Gulai Kambingnya tak ada rasa,” bisik seorang tamu.

“Kuah Gulai Rebungnya encer seperti kuah sayur Toge. Kembung perut kami dibuatnya,”“Dagingnya keras, tidak kempuh. Bisa rontok gigi awak dibuatnya,”

“Masakannya tak mengeyangkan, tak mengundang selera.”

“Pasti juru masaknya bukan Makaji!”

Page 5: CERPENaf JURU MASAK

Makin ke ujung, kenduri makin sepi. Rombongan pengantar mempelai pria diam-diam juga kecewa pada tuan rumah, karena mereka hanya dijamu dengan menu masakan yang asal-asalan, kurang bumbu, kuah encer dan daging yang tak kempuh. Padahal mereka bersemangat datang karena pesta perkawinan di Lareh Panjang punya keistimewaan tersendiri, dan keistimewaan itu ada pada rasa masakan hasil olah tangan juru masak nomor satu. Siapa lagi kalau bukan Makaji?

“Kenapa Makaji tidak turun tangan dalam kenduri sepenting ini?” begitu mereka bertanya-tanya.

“Sia-sia saja kenduri ini bila bukan Makaji yang meracik bumbu,”

“Ah, menyesal kami datang ke pesta ini!”

Dua hari sebelum kenduri berlangsung, Azrial, anak laki-laki Makaji, datang dari Jakarta. Ia pulang untuk menjemput Makaji. Kini, juru masak itu sudah berada di Jakarta, mungkin tak akan kembali, sebab ia akan menghabiskan hari tua di dekat anaknya. Orang-orang Lareh Panjang telah kehilangan juru masak handal yang pernah ada di kampung itu. Kabar kepergian Makaji sampai juga ke telinga pengantin baru Renggogeni. Perempuan itu dapat membayangkan betapa terpiuh-piuhnya perasaan Azrial setelah mendengar kabar kekasih pujaannya telah dipersunting lelaki lain.

Page 6: CERPENaf JURU MASAK

ASAKU MERAIH MIMPI (cerpen)

Udara panas menyapaku sepulang sekolah, membuat seluruh tubuhku basah dengan keringat. Meskipun aku termasuk orang yang bisa dibilang berlebih, aku terbiasa pulang dengan angkutan umum yaitu bus. Karena aku ingin hidup mandiri, walaupun kedua orangtuaku sering menyuruhku antar jemput pakai mobil.

Lalu aku menuju halte bus dekat sekolahku. Sebelumnya aku mencari minuman untuk menyegarkan kerongkonganku. Setelahnya aku duduk di tempat duduk yang disediakan di halte. Sambil menikmati jus melon yang segar. Lalu mataku tertuju pada sebuah brosur yang tertempel di dinding halte. Ternyata brosur itu berisi tentang audisi untuk ajang mencari bakat yaitu menyanyi. Kontan saja hatiku merasa bahagia, sudah lama aku ingin ikut ajang untuk menyanyi.

Tak lama kemudian, bus yang aku tunggu sudah tiba. Dan secepat kilat aku langsung naik ke bus itu . di dalam bus aku saling berdesakan dengan penumpang lain. Hal biasa yang aku alami setiap hari di dalam bus.

Sesampainya di rumah, aku langsung mandi dan mengganti pakaianku. Untuk berlatih menyanyi di rumah salah satu guru kesenian di sekolahku. Menjadi seorang penyanyi adalah salah satu impian terbesarku.. Sebenarnya aku dilarang untuk bernyanyi oleh orang tuaku. Karena menurut mereka menjadi seorang penyanyi tidak menjanjikanku menjadi orang yang sukses. Mereka pikir sekolah sampai ke perguruan tinggi sangat penting untuk kesuksesan aku kelak. Tapi aku ingin menjadi penyanyi, tanpa harus mengesampingkan tugasku sebagai seorang pelajar, untuk mencari ilmu. Namun orangtuaku tidak mau mengerti, itu sebabnya, aku berlatih bernyanyi tanpa sepengetahuan orangtuaku sejak setahun yang lalu.

Ternyata untuk mengikuti ajang bernyanyi tersebut membutuhkan biaya sebesar seratus ribu rupiah untuk biaya pendaftaran. Untunglah uang tabunganku cukup untuk membayar biaya pendaftaran.

Tanpa menunggu waktu lagi, aku langsung menuju rumah Pak Joyo. Orang yang melatihku untuk bernyanyi. Dengan sangat hati-hati aku keluar dari rumah. Dan pada akhirnya aku dapat keluar dari rumah tanpa sepengetahuan orang tuaku.

Sesampainya di rumah Pak Joyo, kemudian aku mulai berlatih. Di sela-sela latihanku, aku meminta pendapat Pak Joyo tentang keinginanku mengikuti ajang untuk menyanyi. Tanpa aku duga, ternyata Pak Joyo mendukung keinginanku. Beliau berpendapat bahwa inilah saatnya aku membuktikan kepada orangtuaku. Bahwa aku bisa menjadi seorang penyanyi yang berhasil.

Audisi tersebut dilaksanakan di salah satu stasiun radio yang tenar di kotaku. Saat audisi berlangsung. Aku merasa gugup untuk menghadapi juri yang akan menilaiku. Tapi aku harus mempunyai keyakinan yang kuat untuk memenangkankan ajang ini.

Beberapa hari kemudian, aku menunggu edaran surat yang berisi hasil audisi yang sudah aku ikuti. Ketakutanku yang selama ini aku tutupi menjadi kenyataan. Mereka tampak menahan marah padaku. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku merasa bersalah karena sudah menentang amanat dari oarangtuaku.

Page 7: CERPENaf JURU MASAK

Di hadapanku ayah merobek surat tersebut hingga menjadi sobekan kecil yang tak berguna. Aku telah memohon kepada ayahuntuk menyetujui aku untuk ikut ajang menyanyi tersebut. Ibuku hanya bisa melihatku menangis, ibuku tak bisa membelaku. Karena ayah memiliki alasan yang kuat untuk melakukan itu. Aku sedih dengan apa yang dikukan oleh orangtuaku kepadaku. Kuluapkan kesedihanku itu dengan menangis sejadinya.

Aku berusaha untuk menyusun sobekan kertas tersebut menjadi satu. Meskipun air mataku tak henti-hentinya menitikkan air mata. Aku menghabiskan waktu semalaman untuk menyusunnya. Akhirnya aku mengetahui isi surat tersebut. Ternyata aku lolos audisi.

Tibalah saatnya aku tampil pada pentas ajang untuk menyanyi, aku bertekad untuk memenangkan ajan ini. Aku berusaha untuk tampil semaksimal mungkin untuk mengalahkan peserta yang lainnya. Meskipun hanya Pak Joyolah yang menghadiri sekaligus memberi semangat padaku.

Setelah semua tampil pada pentas tersebut, tibalah saatnya untuk mengumumkan siapa yang menjadi juara. Sang pembawa acara sudah menyebutkan siapa saja yang menjadi juara 3 dan 2. jantungku berdegup kencang, perasaanku campur aduk. Lalu sang pembawa acara menyebutkan juara satu ialah DEWI SHINTA RAHMADHANI. Aku setengah tidak percaya aku menjadi juara. Tak terasa air mataku mengalir menahan haru.

Aku pun langsung naik ke atas panggung, di tengah-tengah penonton ada dua orang yang sangat aku kenali, yaitu ayah dan ibuku. Setelah mendapat penghargaan, semua penonton memberi tepuk tangan yang meriah padaku. Tapi aku masih merasa bimbang, apakah tadi itu benar orangtuaku. Semua peserta lain memberiku ucapan selamat atas kemenanganku. Setelah semuanya usai, aku dan Pak Joyo berusaha mencari kedu orangtuaku di sekitar tempat duduk para penonton. Tapi tetap saja kami tidak menemukan orangtuaku.

Ku kuatkan diri untuk menghadapi kedua orangtuaku. Ku buka pintu, dan kumasuki ruang tamu lalu ruang tengah, di sanalah kedua orangtuaku sedang menunggu kedatanganku. Orang tuaku tampak seperti orang yang sedang menahan marah. Lalu aku duduk di hadapan mereka dan menjelaskan semuanya.

“ Yah aku minta maaf sudah membuat ayah dan ibu sangat kecewa padaku, sebenarnya aku ikut ajang menyanyi ini untuk membuktikan aku bisa menjadi seorang penyanyi yang berhasil. Tanpa mengesampingkan tugasku sebagai seorang pelajar.” Tetapi kedua orangtuaku seperti tidak mengubris semua perkataanku. Mereka tetap saja diam tanpa memperdulikan aku.

Dengan tatapan yang tajam, akhirnya ayah angkat bicara. “Kamu memang anak yang susah diatur, tetapi ayah sangat bangga dapat memiliki anak sepertimu.” Seketika wajah ayah berubah menjadi sangat ramah padaku. Setelah ayah mengatakan kata-kata itu, aku merasa lega dan sangat bahagia. Ternyata kedua orangtuaku masih memberiku kesempatan padaku. Air mataku mengucur deras, inilah tangis penuh dengan kebahagiaan pikirku. Kemudian ayah dan ibuku tersenyum manis padaku dan memelukku dengan erat.

By : Naela Alfi

Page 8: CERPENaf JURU MASAK
Page 9: CERPENaf JURU MASAK

cerpen gadis miskin

Seorang gadis hidup di kampung. Ia hidup bersama keluarganya yang miskin. Namun ia memiliki cita-cita untuk merubah keadaan keluarganya. Ia berusaha untuk bisa sekolah sampai sekarang ia sudah menduduki bangku SMA kelas XI.Ayahnya seorang tukang parkir. Sebetulnya tdk cukup untuk membiayai dirinya sekolah. Akan tetapi gadis ini tidak ingin putus asa untuk meraih cita-citanya. Sebut saja namanya Nurifah.Ia mencoba untuk bisnis kecil-kecilan seperti mengoperkan dagangan orang laind, wlwpun lebihnya sedikit. Ia mengambil barang itu dari orang laind dan dijual lagi keorang laind untuk dijual. Selain itu ia suka menjual pulsa juga yang lebih simple. Lebihnya ia kumpulkan untuk bayaran SPP. Kadang2 ia suka menahan keinginan untuk jajan, agar uangnya bisa terkumpul.Suatu hari ia dikabarkan oleh kejadian yang menimpa ayahnya. Mungkin ayahnya sedang khilaf, ia dituduh mencuri sandal seorang polisi. Sehingga ia harus berhadapan dengan hakim dipengadilan.Diruang pengadilan:Hakim: berdasarkan pasal....ayat....dikarenakan bapak ini mencuri. Maka akan diberi hukuman penjara selama 5 tahun....Nurifah: tidakk.....! (Lari dari luar memasuki ruang pengadialan seketika suasana menjadi hening) bapaku tidak berhak untuk dipenjara...biar aku ganti berapa harga sendalnya.....?!! dan aku ingin melihat sendal seperti apa sih sampai membawa bapak ku kepenjara??? (ia tidak bisa menahan amarahnya yang meluap, tidak peduli semua orang telah memperhatikannya)Seseorang telah menyodorkan sandal jepit yang  sedikit usang. Sebagai barang bukti.Nurifah : Barang seperti ini??? Aku bisa ganti 48 pasang bila perlu! Siapa pemiliknya??Polisi : saya... (tenang penuh kesombongan)Nurifah:  Saya ganti sekarang! Dan cabut hukuman untuk bapak saya.....Polisi: oh.....tidak segampang itu. Bagaimanapun pencuri harus diberi hukuman!Nurifah : bapak jahat! Sombong! Gk punya hati.....!!Polisi: heh bocah kecil, berani2 nya kau bilang seperti itu?? Apakah kmu tidak tau saya ini siapa?

Page 10: CERPENaf JURU MASAK

Nurifah: memangnya siapa?Polisi: saya ini polisi. Jadi kamu tidak bisa mencabut gugatan saya...!Nurifah: bapak pikir saya takut??? Oh....jadi ini sikap seorang peminpin yang diberikan kepada rakyatnya dengan semena-mena....? pemerintah picik! (tatapan sinis penuh kebencian)Polisi : cepat singkirkan bocah ini! Karena bagaimanapun dia tidak punya bukti untuk menyelamatkan ayahnya dari penjara. Saya hanya ingin memberi  pelajaran  kepada bapak tua ini agar tidak mencuri lagi.Nurifah: (tangannya dipegang oleh security.untuk dibawa keluar) lepaskan saya....! kenapa......hal spele sprti ini bisa menjebloskan kepenjara begitu lama..tapi seorang koruptor tidak diberikan hukuman setimpal seperti ini.......,padahal koruptor lebih jahat dari pencuri sandal! Mereka memakan uang haram, uang rakyat yang tersiksa. Mereka biadab! Pemerintah ini tidak adil...!! (ia meronta2 minta belas kasihan. Namun tak ada yang peduli. Cekalan tangan security semakin kuat. Ia sudah mengerahkan seluruh tenaganya. Namun malah semakin habis tenaganya. Ia mencucurkan air matanya yang mulai deras membasahi pipinya yang mungil. Ia tidak sempat memeluk ayahnya. Hatinya merasa hancur remuk solah-olah putus harapannya. Terakhir yang ia dengar dari mulut bapaknya adalah sabar......Malam mulai gelap. Bagaimanapun Nurifah tidak boleh putus asa dalam perinsipnya. Apalagi jika putus asa dalam berdoa.“Ya Allah..........aku berlindung kepadaMu dari setiap cobaan yang menimpaku dan keluargaku. Jaga aku dikala sedih dan tak berdaya tanpa ada kekuatan dariMu. Beri aku ketegaran untuk menghadapi masalah ini. Tuhan............. aku sadar,,,aku sering lalai dalam mengingatmu. Ampuni dosa hamba dan keluarga hamba ya Allah. Mungkin inilah hukuman yang pantas untuk Kau berikan pada Kami.....berikan kami keikhlasan untuk menerima cobaan dariMu. Bimbing hamba ya Allah......jangan biarkan masalah ini telah melemahkan iman hamba dan keluarga hamba. Aku tahu Engkau pasti ada d dekatku, bahkan Engkau lebih dekat dari urat nadi. Aku yakin Kau maha pendengar. Ya Allah....selamatkan bapak hamba dari penjara. Beliau adalah tulang punggung keluarga ini. Beliau adalah manusia yang kami cintai. Beliau adalah orang yang berjasa dalam hidup hamba. Berikan dia ketegaran ya Allah.......Nurifah semakin menikmati doa2 nya dengan khusyuk. Ia tenggelam dalam buaian doa kepada Allah. Seolah2 ia merasakan kelembutan Tangan sang Maha Kuasa. Cucuran air matanya dihadapan Allah adalah sebuah kenikmatan yang tidak ada tandingnya.Setelah selesai ia berdoa dan melaksanakan shalat isya. Ia menghampiri ibunya yang sedang menangis terkulai dirnajang usang, beliau sedang sakit. Nurifah membelai ibunnya dan membisikan kata2 yang menenangkan hati ibunya. Bu, kita tidak boleh terpuruk oleh kesedihan...kita harus ikhtiar. Kita harus tegar! Dan kita harus yakin bahwa Allah akan menolong bapak.....Lalu mengusap2 adik laki2nya yang tertidur pulas. Usianya baru 6 tahun. Dik, jika kamu cita2 ingin menjadi seorang polisi. Harus menjadi polisi yang soleh, bisa menjaga rakyatnya dari kesengsaraan. Bukan menjebloskannya. Seperti polisi sekarang ini. Karena seorang polisi adalah slah satu khalifah dimuka bumi ini untuk menjaga amanah yang baik. Bagaimanapun setiap perbuatan ada pertanggung jawabanya kelak diakhirat.Tok tok tok.....! terdengar suara pintu diketuk dari luar. Nurifah segera membuka pintunya. Ia

Page 11: CERPENaf JURU MASAK

terkejut melihat sosok manusia yang ada dihadapannya.....“bapaaakk.......! bapak gk jadi dipenjara kan?” Nurifah segera memeluk ayahnya penuh kebahagiaan dan sedikit heran. Tak kuasa ia menjatuhkan air mata dipundak ayahnya.“duduk saja dlu nanti bapak jelaskan, ambil air minum untuk bapak Trisno”. Sejenak Nurifah memandang pak Trisno. “oh,,ia pak!”Semuanya sudah berkumpul diruang tamu satu2nya. Sang ibu pund hadir dikursi rodanya bahagia bisa melihat lagi sang suami yang penuh tanggung jawab. Sang bapak mulai membicarakan siapa sebenarnya yang menolong dirinya dikeluarkan dari penjara. Ternyata pak Trisno yang mendampinginya saat ini. Lalu giliran pak Trisno yang berbicara, kenapa alasannya ia mau menolong bapaknya Nurifah. Sejenak dirinya tertunduk seperti akan ada serpihan air mata disudut matanya.“saya harap kalian semua bisa menjaga rahasia terbesar saya, dan saya akan mengaku perbuatan saya selama ini dihadapan kalian. Saya percaya kalian. Pasti kalian mau membantu saya dan menolong saya kand?”“katakanlah pak Trisno, kami akan sabar mendengarkan pengakuan bapak”. Jawab pak Nurifah“saya adalah sa.....saya seorang koruptor! Yang sudah memakan harta rakyat! Sayalah orang jahat, saya biadab, saya tidak punya hati, sayalah yang pantas dihukum! Saya akan menerima hukuman yang akan kalian berikan kepada saya! Saya mengaku saya salah.........!” T_T“cukup pak....., bapak tidak usah seperti itu dihadapan kami. Kami bukan siapa2 bapak, sesungguhnya yang berhak menghukum kesalahan bapak. Bukan saya ataupun orang lain tapi Allah.......ingat Allah pak. Tuhan kita......! bertoubatlah pada-Nya jika bpak sudah tw kesalahan bpak...karena bisa jadi ajal segera menjemput kita sebelum toubat. Ambilah air wudhu pak....saya juga ingin bertaubat barangkali  banyak kesalahan yang saya perbuat. Sehingga Allah menegur hamba seperti tadi. Padahal sama sekali saya tidak ada niat untuk mencuri. Saya pikir itu sandal saya karena sama....”Malam itu  mereka melaksanakan tahajud bersama...begitu indah yang mereka rasakan. Pak Trisno pun blm pernah merasakan suasana senyaman ini. Ia tidak bisa menahan air mata untuk terus mengalirkan air matanya. Bahkan ia menangis sejadi2 x. Mungkin disitulah Tuhan telah hadir bersama x.Esok hari x, Pak  Trisno berjanji akan membiayai sekolah x Nurifah. Awalnya Nurifah menolak karena selama ini ia membenci para koruptor. Dengan nasihat ayah x ia akhirnya menerima tawaran itu. Apa boleh buat...ia juga sangat membutuhkan biaya. Akan tetapi ia mengajukan syarat. Sebelum harta itu membiayai sekolah x. Ia ingin membagikan dulu ke panti asuhan dan panti jompo. Sebagai pembersih dari harta kotor.Pak Trisno tidak putus mengucapkan banyak terimakasih. Karena ia tersadarkan oleh ucapan Nurifah. Ia ingin menganggap Nurifah sebagai anak x. Semenjak itu terhubunglah ikatan persaudaraan karena Allah. Nurifah tak putus untuk bersyukur. Akhirnya Allah telah memberi kelancaran untuk biaya sekolah x. Walaupun awal x berasa pahit....!

***SELESAI***