Cerpen-Hal Tak Terduga

13
Hal Tak Terduga Nova Sari Nursa’adah XII.A1 Kau tahu apa yang akan terjadi di masa depanmu?. Aku rasa hanya anak-anak indigo atau anak yang yang terpilih saja yang bisa melihat masa depan. Aku selalu ingin tahu tentang masa depanku, di mana Aku akan bekerja nanti, dengan siapa Aku menikah nanti, apa Aku hidup dengan kaya, bahagia atau sebaliknya dan masih banyak keingintahuanku tentang masa depanku itu. Andai Tuhan tiba-tiba memberiku kemampuan melihat masa depanku, mungkin Aku akan tidak seresah ini memikirkan bagaimana hidupku nanti. Ini berawal dari kenaikanku ke kelas 12. Kelas yang sering disebut-sebut kakak kelas dengan kelas kegalauan tingkat dewa. Kelas 12 ini yang menentukan jadi apa kita nanti, jika kita tidak belajar dengan benar alhasil kita bisa jadi gelandangan yang hidup sangat miris di bawah kolong jembatan. Kata-kata semacam itu hampir setiap hari terdengar di telingaku. Guru sekolah, guru bimbingan belajar, orangtua, dan kakakku hampir setiap hari menasehatiku tentang masa depan, masa depan dan masa depan. Hingga seringkali telingaku ini sangat panas karena hanya pembicaraan itu yang selalu mereka katakan. Terutama Mama, Mamalah yang paling rajin menasehatiku. Karena Mama ingin anak bungsunya ini bisa bernasib baik seperti kakaknya yang sekarang sudah menjadi direktur di salah satu perusahaan. Aku memang anak bungsu dan anak perempuan Mama yang paling Mama sayang. Namaku Perrie Diamond Malik, aku berambut curly dan punya mata berwarna biru. Malik di dalam namaku itu adalah nama Papa, lengkapnya Zayn Javaad Malik. Papa adalah pengusaha yang sangat sibuk. Mungkin dalam sebulan Papa hanya bisa seminggu berada di rumah karena

Transcript of Cerpen-Hal Tak Terduga

Page 1: Cerpen-Hal Tak Terduga

Hal Tak Terduga Nova Sari Nursa’adah XII.A1

Kau tahu apa yang akan terjadi di masa depanmu?. Aku rasa hanya anak-anak

indigo atau anak yang yang terpilih saja yang bisa melihat masa depan. Aku selalu ingin

tahu tentang masa depanku, di mana Aku akan bekerja nanti, dengan siapa Aku menikah

nanti, apa Aku hidup dengan kaya, bahagia atau sebaliknya dan masih banyak

keingintahuanku tentang masa depanku itu. Andai Tuhan tiba-tiba memberiku

kemampuan melihat masa depanku, mungkin Aku akan tidak seresah ini memikirkan

bagaimana hidupku nanti.

Ini berawal dari kenaikanku ke kelas 12. Kelas yang sering disebut-sebut kakak

kelas dengan kelas kegalauan tingkat dewa. Kelas 12 ini yang menentukan jadi apa kita

nanti, jika kita tidak belajar dengan benar alhasil kita bisa jadi gelandangan yang hidup

sangat miris di bawah kolong jembatan. Kata-kata semacam itu hampir setiap hari

terdengar di telingaku. Guru sekolah, guru bimbingan belajar, orangtua, dan kakakku

hampir setiap hari menasehatiku tentang masa depan, masa depan dan masa depan.

Hingga seringkali telingaku ini sangat panas karena hanya pembicaraan itu yang selalu

mereka katakan. Terutama Mama, Mamalah yang paling rajin menasehatiku. Karena

Mama ingin anak bungsunya ini bisa bernasib baik seperti kakaknya yang sekarang

sudah menjadi direktur di salah satu perusahaan.

Aku memang anak bungsu dan anak perempuan Mama yang paling Mama

sayang. Namaku Perrie Diamond Malik, aku berambut curly dan punya mata berwarna

biru. Malik di dalam namaku itu adalah nama Papa, lengkapnya Zayn Javaad Malik.

Papa adalah pengusaha yang sangat sibuk. Mungkin dalam sebulan Papa hanya bisa

seminggu berada di rumah karena pekerjaan papa memaksanya untuk pergi keluar kota

atau bahkan keluar negeri menemui partner bisnisnya. Untunglah aku punya Mama yang

selalu ada kapanpun disampingku. nama Mama Demi Diamond. Mama awalnya adalah

seorang dokter tetapi papa menyuruhnya berhenti agar mama bisa merawatku dengan

baik dan tentu saja mama berhenti dari pekerjaanya itu. Aku hanya punya satu kakak.

Niall Horan Malik, kakakku yang punya wajah tampan dan tentu pintar seperti Papa dan

Mama, dia punya segudang prestasi yang mengantarkannya hingga dia bisa menjadi

direktur seperti sekarang diumurnya 23 tahun ini. Tapi dia punya sifat yang sangat

cerewet seperti wanita. Aku rasa tidak ada satupun wanita yang tahan berpacaran

dengannya karena kecerewetannya itu, Aku yang adiknya saja ingin tiap hari

memplester mulutnya itu. Seperti itulah sedikit tentang keluargaku. Papa, Mama dan

Kakak yang cerdas, mungkin sangat cerdas bagiku.

Aku tidak punya kepintaran yang luar biasa seperti mereka, aku tidak pintar

tetapi Aku juga tidak begitu bodoh. Jika ada pr yang tidak bisa Aku kerjakan Aku akan

Page 2: Cerpen-Hal Tak Terduga

bertanya pada dua sahabatku Caroline dan Danielle. Kami semua berbeda kelas,

Caroline di kelas XII.A 1, Danielle di kelas XII.A 3 dan Aku di kelas XII A 2. Mereka

selalu mendapat juara pertama di kelasnya, tetapi Aku? Masuk 3 besar punsudah syukur

sekali rasanya. Aku heran, bagaimana bisa aku yang hidup dalam keluarga dan teman

yang seperti itu dan kepintaranku hanya biasa-biasa saja. Dari situlah setiap hari aku

mulai berpikir bagaimana kelak aku nanti di masa depan.

“Hey, perempuan jelek sudah jam berapa ini? Ayo bangun, Kau kan ingin

sekolah. Bagaimana bisa masih ada perempuan di jaman sekarang yang belum bangun

jam segini.”

“Kak Niall jangan ganggu Aku, Aku masih mengantuk. Semalam Aku tidur larut

malam karena menonton film. Pergi sana Kakak cerewet, keluar dari kamarku. Ini baru

jam 6 pagi !!!.” Kataku sambil mendorongnya dari tempat tidurku menggunakan kaki.

Kak niall memang selalu membangunkanku tiap pagi karena Mama sedang memasak

bersama Si Mbok untuk sarapan Aku dan Kak Niall, Kak Niall juga mengantarku ke

sekolah setiap hari sebelum dia pergi bekerja.

"Aku tidak akan pergi sebelum kau berdiri dan masuk ke kamar mandi atau Aku

tidak akan mengantarmu kesekolah.” Ancam kak niall yang sambil mengeluarkan

ekspresi evil laughnya yang khas.

"Oke baiklah. Aku bangun dan Aku mandi sekarang"

Setelah selesai mandi aku bergegas menyusun jadwal pelajaranku hari ini dan

turun ke bawah untuk sarapan. Karena pasti Mama dan Kak Niall sudah menungguku di

bawah.

Aku pergi ke sekolah juga bersama Caroline dan Danielle. Mereka ikut dalam

mobilku setiap pergi sekolah, karena itulah mereka sudah seperti saudaraku bukan hanya

sebatas sehabat lagi. Ketika sampai di sekolah, seperti biasa kami memasuki kelas

masing-masing. Walaupun Aku terbilang sekarang menjadi senior di sekolah, tapi Aku

tidak begitu banyak mengenal seseorang yang ada di kelas baruku ini. Dulu di tahun-

tahun sebelumnya, Aku terbilang murid yang agak nakal karena sering mengobrol di

kelas dan gurupun sering menceramahiku. Tapi, aku mulai berpikir semenjak aku naik

kelas ini. Aku berjanji pada diriku sendiri akan mengubah kelakuanku menjadi lebih

dewasa. Mungkin cuma cara itu yang nanti bisa menjawab kegalauanku tentang masa

depan yang selalu aku pikirkan.

"Perrie Diamond Malik !" panggil wali kelasku yang dulunya guru matematika

di kelas 11 ketika sedang mengabsen.

"........"

"Perrie Diamond Malik !!!" Panggilnya lebih keras

Page 3: Cerpen-Hal Tak Terduga

"Eh.. Iya bu hadir" aku terbangun dari lamunanku yang sedang memikirkan

sesuatu hal.

"Kau ini sudah kelas 12, tetapi kelakuanmu masih seperti tahun-tahun

sebelumnya. Pikirkan masa depanmu itu bagaimana, jangan buat orangtuamu malu jika

kamu tidak berhasil nanti". Omel guru matematika, yg sering dipanggil ibu Sonya itu.

"Hmm... Iya bu maaf" ucapku pelan.

"Tau apa Ibu itu tentang diriku, Padahalkan aku tadi sedang memikirkan masa

depanku, bukan sedang bermain atau mengobrol dengan teman di sebelahku." Dumelku

dalam hati.

Tak terasa hari pertama sekolah selesai, baru hari pertama sekolah saja. Semua

guru mata pelajaran memberi hadiah kepada muridnya alias PR atau lebih gaulnya anak

sekolah sering menyebutnya dengan "Homework". Homework itu sejenis monster yang

siap memakan waktumu menikmati hidup ketika kamu ingin bersenang-senang melalui

waktu, itu menurutku. Aku sangat malas jika harus mendapati pr setiap sekolah. Kenapa

sekolah harus ada pr? Kenapa harus ada?

Setiap hari setelah pulang sekolah aku pulang menggunakan Busway dan tentu

langsung pergi ke tempat bimbelku. Caroline dan Danielle, dua sahabatku itu juga

bimbel tetapi kita bimbel di tempat yang berbeda sehingga aku dan mereka tidak

bersama saat pulang sekolah.

Di tempat bimbel, Aku berdiskusi dengan tentor-tentorku mengenai pr yang

diberikan guru-guruku itu. Oke, akhirnya semua pr terselesaikan dan cukup menguras

otak untuk mengerti semua pr itu, setelah semua pr selesai tertuntaskan aku segera

pulang ke rumah kembali. Aku duduk di halte untuk menunggu Busway datang, lama

Aku menunggu. Aku merasa haus dan Aku lihat di seberang jalan sana ada penjual

asongan yang sedang berdagang. Aku kemudian menyebrang jalan dengan tergesa-gesa,

Tiba-tiba dengan sekejapnya saat aku menyebrang ada mobil datang dan dengan

cepatnya menabrakku hingga aku terjatuh dan "Aaaaaaaaaaaaaaaa tidakkkkkkkkkk.....

Awwwwww..... Bruuukkkkkkk..... " kataku kesakitan saat tertabrak mobil. Rasanya

sangat sakit sekali seperti Aku akan mati pada saat itu juga. Setelah itu Aku tidak tahu

apa yang terjadi pada diriku.

Aku terbangun dan tersadar bahwa aku sedang berada di rumah sakit. Aku

melihat disekitarku ada Papa, Kak Niall, Caroline dan Danielle. Tetapi Aku tidak

melihat Mama.

"Mama, mana Mama? Kenapa Mama tidak ada disini? Aku ingin bertemu

dengan Mama." Ucapku lirih karena masih merasa sakit setelah tertabrak tadi.

Page 4: Cerpen-Hal Tak Terduga

Tapi tidak ada seorangpun yang menjawab pertanyaanku. Mereka hanya diam

dan menunduk, mereka seperti merasa sangat sedih dengan kecelakaan yang ku alami

ini. Tapi kemana Mama? Kenapa Mama tidak ada dalam keadaan Aku yang seperti ini?

Aku mencoba berdiri untuk mencari Mama. Tetapi sangat susah bagiku untuk

berdiri, Aku tidak bisa menggerakkan kakiku. Aku tidak bisa....

"Kenapa kakiku tidak bisa bergerak? Kenapa tidak mau bergerak?"

"Paps, Kak Niall, Caroline, Danielle kenapa kalian diam semua, jawab

pertanyaanku!! Jangan hanya menunduk dan diam. Kenapa kakiku ini? Apa Aku lumpuh

karna tabrakan tadi? Aku tidak mau lumpuh. Aku tidak mau. Ini semua pasti mimpi..

Tuhan, tolong bangunkan Aku dari mimpi buruk ini !!!!!" Jeritku sambil menangis

menatapi kakiku yang sekarang sudah lumpuh.

"Sabar nak, ini cuma cobaan buat kamu. Kamu akan sembuh. Percaya dengan

Papa, Papa akan lakukan apapun agar kakimu bisa kembali seperti semula. Mama

sekarang tidak ada disini karena Mama tidak sanggup melihat kamu begini. Mama terus

menangis melihat keadaanmu." Ucap Papa sambil memelukku dengan erat dan menahan

agar air matanya tidak terjatuh.

Mereka semua yang berada di sampingku memberiku semangat agar aku sabar

menghadapi masalah ini. Walaupun Mama tidak ada disini, Aku tau pasti Mama juga

akan selalu mendoakan anaknya ini agar cepat sembuh dari lumpuhnya ini.

Aku tidak pernah membayangkan bahwa akan begini nasibku, tertabrak mobil

hingga kakiku lumpuh. Aku takut, jika kakiku lumpuh. Bagaimana Aku bisa bernasib

baik di masa depanku nanti. Aku juga takut, jika Aku tidak bisa membuat Mama senang

dengan keberhasilanku di masa depan nanti. Aku menjerit dalam hati, kenapa tidak

Tuhan bunuh saja Aku sekalian hingga Aku mati tertabrak. Mungkin mati lebih baik

daripada Aku harus menanggung semua penderitaan ini. Dengan kaki lumpuh, apa yang

bisa Aku lakukan? Aku tidak akan bisa lagi membantu Mama membelikan sesuatu,

menemaninya berjalan-jalan sore di taman, Aku juga tidak bisa berkumpul dengan

sahabat-sahabatku, Aku tidak bisa menggangu kak Niall lagi yang sedang mengerjakan

pekerjaannya, Aku tidak bisa berlari senang menyambut Papa yang pulang ke rumah

dan membawakan kopernya ketika Papa pulang dari luar kota atau luar negeri. Dan yang

paling penting, Aku tak bisa bayangkan bagaimana Aku akan kuliah dan bekerja nanti.

Pekerjaaan apa yang cocok untuk orang lumpuh sepertiku.

Semua yang aku lakukan akan terasa sulit jika Aku lumpuh. Aku hanya akan

menjadi orang yang paling merepotkan orang lain. Tidak akan ada gunanya lagi jika aku

hidup. Mamapun sangat sedih melihat aku begini. Aku tidak ingin membuat Mama sedih

seperti itu. Ingin rasanya Aku mati saja.

Page 5: Cerpen-Hal Tak Terduga

Hanya berada 3 hari di rumah sakit sangat membuatku bosan. Akupun meminta

Papa agar dokter membolehkanku pulang. Dokterpun setuju karena keadaanku sudah

baik. Hanya saja kakiku harus terus diterapi agar bisa kembali normal. Akhirnya aku

pulang ke rumah kembali dan pergi ke sekolah seperti biasanya.Hari-hari yang aku

lewati nampak berbeda dengan hari-hari yang sebelumnya Aku lewati. Aku selalu

ditemani kursi roda setiap harinya dan tentu Mama yang sekarang sudah mulai

mengurangi kesedihannya agar bisa membuatku tegar menghadapi semua ini. Walaupun

Aku tahu, Mama pasti lebih sedihnya dibanding Aku. Kata dokter, kakiku bisa sembuh

dan kembali dengan normal jika rajin melakukan terapi. Walaupun kakiku ini hanya

punya sedikit peluang untuk kembali normal.

Ketika di sekolah, guru lebih sering memotivasiku agar Aku tidak berputus asa

menghadapi ini semua. Teman-teman sekolahku pun begitu. Aku mendapat banyak

nasehat, ucapan, motivasi dan berbagai macam hal dari mereka yang mereka lakukan

agar bisa membuat aku tertawa senang. Tapi Aku rasa semuanya sia-sia, sejak

kecelakaan yang menyebabkan kakiku lumpuh, Aku merasa tidak akan ada gunanya lagi

hidupku ini. Masa depanku sudah hancur, Aku tidak akan bisa menjadi seperti yang

Mama impikan. Menjadi anak bungsu Mama yang tak kalah suksesnya dengan Kak

Niall. Tiap malam aku menangis, tiap malam Aku merenung dan berdoa, akankah ada

kajaiban yang bisa membuat kakiku sembuh kembali.

Setengah tahun berlalu, keadaanku masih seperti saat Aku mengalami lumpuh.

Kaki ku belum kembali normal, semangat hidupku pun mulai berkurang sedikit demi

sedikit. Nilai disemua mata pelajaranku menurun drastis, karena Aku hanya melamun

saat guru menjelaskan pelajaran. Tetapi Mama dan guru-guruku mengerti dan

memaklumi kenapa semua hal itu bisa terjadi. Aku sekarang tidak perlu bantuan Mama

lagi menggunakan kursi roda, Aku sudah bisa mengendalikannya sendiri. Kamarku yang

tadinya di atas, pindah di bawah di samping kamar Mama dan Papa. Kak Niall sekarang

sudah menikah dengan perempuan yang bernama Suci Edward anak dari partner bisnis

Kak Niall. Mereka tinggal dan menetap di Inggris sekarang. Jadi, di rumah hanya ada

Aku, Mama, Papa dan si Mbok.

Rutinitas terapi yang Aku jalani selama ini membuatku bosan dan lelah. Terapi

itu tidak sama sekali memberi kesembuhan kepada kakiku. Hingga suatu hari aku

memberanikan diri berbicara dengan Mama.

"Ma ..." Ucapku

"Iyaa, ada apa sayang? Ada yang mau dibicarakan?" Tanya Mama.

"Emmmm..Begini Ma.. Aku merasa, Aku tidak perlu mengikuti terapi lagi Ma.

Untuk apa terapi, kalau keadaanku masih saja seperti ini. Tidak ada perubahan sama

sekali Ma." Pintaku.

Page 6: Cerpen-Hal Tak Terduga

"Loh kenapa? Itu satu-satunya cara agar kamu bisa sembuh kembali Perrie.

Kalau tidak terapi bagaimana kamu sembuh? Mama tidak ingin selamanya kamu seperti

ini. Mama ingin kamu sembuh dan kakimu kembali normal kembali"

"Iya Ma, Akupun ingin begitu. Tapi Aku capek Ma, Aku capek kalau harus

terus-menerus seperti ini. Tidak ada perubahan sama sekali selama aku mengikuti terapi

ini. Aku pasti tidak akan sembuh, dan tidak akan pernah sembuh. Dokter juga bilang saat

dulu, kemungkinan Aku sembuh sangat kecil. Aku sudah putus asa menghadapi ini

Ma.." Ucapku sambil menangis dibahu Mama.

"Kamu pasti sembuh kok, percaya sama Mama. Kamu akan sembuh, kamu tidak

akan selamanya seperti ini. Besok kita akan pergi kesuatu tempat, Mama akan

menunjukkan sesuatu agar kamu percaya kalau kamu akan sembuh dan bisa

menghilangkan rasa keputusasaan kamu. Mama sudah tidak mau lagi melihat kamu

seperti ini." Kata Mama sambil mengusap-usap kepalaku..

"Kemana Ma .. ?"

"Nanti mama beritahu, sekarang masuklah ke kamar. Ini sudah malam, kamu

harus banyak istirahat agar besok tidak bangun kesiangan saat sekolah."

"Oke Mama"

Alarm jam weker pemberian Kak Niall yang sudah ku atur mambangunkanku

jam 6 pagi. Aku sudah terbiasa bangun sendiri sekarang. Bergegas Aku mandi dan

keluar kamar untuk menikmati sarapan pagi bersama Mama. Setelah sarapan, Aku pergi

kesekolah bersama Caroline dan Danielle diantar supir karena kak Niall kan sudah tidak

tinggal disini lagi. Mamapun juga ikut mengantarku hingga ke sekolah. Sesampai di

sekolah, Caroline dan Danielle selalu menemaniku kemanapun akan Aku pergi. Mau

Aku ke kantin, ke perpustakaan atau ke ,aboratorium. Aku sangat beruntung mempunyai

sahabat seperti mereka yang menemaniku walaupun dengan keadaanku yang seperti ini.

"Tetttt.... Tetttt.... Tetttt.... "

Tak terasa bel yang menandakan waktu pulangpun sudah berbunyi. Aku pergi

keluar menunggu jemputan Mama. Hari ini, Aku tidak ada jadwal bimbel dan Aku akan

pergi bersama Mama ketempat yang Mama janjikan semalam. Tak lama kemudian

setelah 15 menit menunggu, Mama dan Pak Supir datang menjemput. Aku segera masuk

ke dalam mobil dan memulai percakapan dengan Mama.

"Hari ini Mama jadi menunjukkan tempat yang Mama bicaran padaku

semalam?"

"Jadi dong, ini kita akan menuju kesana sekarang.. Bagaimana harimu di sekolah

tadi sayang? Apa baik-baik saja?"

Page 7: Cerpen-Hal Tak Terduga

"Yaa, semua seperti biasa Ma. Hanya saja hari ini, tidak banyak guru mata

pelajaran yang masuk ke kelas."

"Oh" jawab Mama singkat.

Selama perjalanan, aku merasa penasaran dengan tempat yang Mama bilang itu.

Akhirnya, Mobilpun berhenti di suatu rumah yang di depannya sedang banyak anak

yang bermain. Aku rasa itu adalah sebuah panti asuhan. Dan memang benar, itu adalah

sebuah panti asuhan. Tertera di depannya ada tulisan Panti Asuhan Al-Amin.

"Oke, kita sudah sampai"

"Terus? Mama cuma mau menunjukkan rumah ini saja? Inikan hanya sebuah

panti asuhan Ma. Apa hubungannya dengan rasa putus asaku tentang kakiku yang

lumpuh ini." Ucapku dengan sedikit malas.

"Coba kamu perhatikan sejenak dulu sayang, lihat itu. Anak kecil yang berada di

pinggir itu, anak yang sedang berlatih berdiri dengan seimbang dan mencoba berjalan

perlahan. Anak itu lumpuh seperti kamu. Dia yang masih kecil itu sudah tidak punya

orangtua lagi. Dia juga tidak hidup berkecukupan seperti kita. Tapi dia tidak berputus

asa dengan keadaannya yang lumpuh seperti itu. Mama ingin kamu seperti dia, dia yang

kuat, dia yang tegar dan penuh semangat" nasehat Mama.

Aku hanya tertunduk lemas dan diam setelah memperhatikan dan

membandingkan nasib anak itu dengan nasibku. Aku punya keluarga yang sesempurna

ini, Mama yang luar biasa, Kak Niall dan Papa yang sangat hebat serta sehabat-

sahabatku yang sangat setia kawan. Mereka tak henti-hentinya memberiku semangat dan

menemaniku. Sedangkan anak tadi, hidupnya jauh sangat berbeda denganku. Dia hanya

tinggal di panti asuhan, hidup dengan seadanya dan tidak punya Mama dan Papa lagi.

Selama ini aku salah, Aku putus asa dan merasa hanya Aku sendiri orang yang paling

hidup menderita di dunia ini. Aku berpikir, mustahil Aku akan sembuh karena dokter

saja sudah bilang kalau lumpuhku ini sangat kecil sekali peluangnya untuk sembuh.

Setelah selesai melihat anak itu, Aku dan Mama pulang kembali ke rumah. Di

dalam mobil aku mengatakan sebuah janji pada Mama.

"Mama.. Aku mengerti dengan semua yang Mama tunjukkan padaku tadi. Aku

berjanji pada Mama, Aku akan tegar, Aku akan kuat dan Aku akan bersemangat untuk

sembuh demi Mama dan orang-orang yang Aku sayangi. Aku berjanji Ma"

"Baiklah, Mama percaya kok. Anak Mama yang cantik ini pasti akan menepati

janjinya itu."

Hari-hari terus berlalu, Aku yang sekarang adalah Aku yang baru. Aku yang bisa

berpikir dewasa, Aku yang sudah punya semangat hidup kembali, Aku yang selalu

Page 8: Cerpen-Hal Tak Terduga

senang melewati hari-hariku, dan Aku yang tentunya tidak merasa malas lagi ketika

harus terapi. Kakiku lambat laun mulai mengalami kesembuhan, setidaknya Aku sudah

bisa berdiri dan berjalan sedikit-demi sedikit walau tidak seimbang. Nilai-nilai di

sekolahpun juga mulai Aku perbaiki. Aku belajar dengan giat hingga kadang-kadang

sampai larut malam. Mama, Papa, Caroline, Danielle yang melihat perubahanku pun

sangat senang sekali. Apalagi Kak Niall, Mama bercerita kalau Kak Niall sampai

menjerit-jerit kesenangan saat Mama memberitahunya melalui telepon tentang

perubahanku ini. Dia berjanji akan berlibur ke Indonesia, saat Aku lulus SMA nanti.

Hari ini adalah hari senin. Hari dimulainya ujian sekolah dan setelahnya akan

dilanjutkan UN. Tiap hari Aku selalu belajar demi nilai tinggi yang aku ingin tertulis di

raport dan ijazahku nanti. Aku ingin meraih cita-citaku seperti Papa dan Kak Niall yang

bekerja dan menjadi pebisnis handal. Alhasil ketika ujian sekolah dan UN selesai. Aku

lulus dengan nilai yang luar biasa, gurupun merasa takjub dengan meningkatnya

prestasiku. Aku mendapati juara satu di kelas dan nilai terbaik UN. Caroline dan

Danielle juga mendapat juara satu di kelasnya. Saat Aku pulang ke rumah dengan

senang hati karena nilaiku itu, ternyata di rumah sudah ada Kak Niall dan tentu dengan

istrinya. Mereka tidak memberitahuku lagi kalau mereka akan pulang berlibur ke

Indonesia hari ini. Aku kira mereka akan datang minggu depan.

“Haii kakak cerewet, kau ini kenapa tidak mengabariku lagi kalau kau akan

pulang dan sampai di Indonesia hari ini.” Kata ku sambil menaikkan alis.

“Eh perempuan jelek sudah pulang. Aku sengaja tidak memberitahumu agar kau

terkejut. Kata Mama hari ini kau kelulusan kan? Mana hasil kelulusanmu? Nilai mu

pasti masih seperti tahun kemarin. Kau kan perempusn jelek pemalas.” Ejek Kak Niall.

“Kau salah, Aku ini sekarang adikmu yang paling pintar dan sangat cantik

tentunya. Aku mendapat juara satu di kelasku dan mendapat nilai UN terbaik. Besok

Aku akan mengikuti tes beasiswa kuliah luar negeri. Lihat Mama, Papa !! Ini nilaiku.

Aku mendapat nilai yang sangat-sangat bagus”

Papa, Mama dan Kak Niall serta istrinya hanya tersenyum melihatku kegirangan

atas prestasi itu. Mereka sangat bangga dengan diriku yang sekarang. Besok, Aku akan

mengikuti tes beasiswa itu. Aku mempersiapkan diriku dengan baik. Aku yakin, aku

akan lulus dalam tes itu. Keesokan harinya saat tes dimulai aku merasa sangat gugup, tes

ini sangat menentukan bagiku. Pengumuman hasil tes akan di umumkan malaui internet

diwebsite resmi universitas tersebut. Ternyata memang benar, Aku lulus tes. Aku sangat

senang hingga melompat kegirangan saat mengetahui hal itu.

Hidupku sudah sangat berubah sekarang. Aku masuk di universitas impianku dan

aku juga telah di kontrak perusahaan asing untuk bekerja diperusahaannya itu. Kaki ku

sekarang sudah kembali normal seperti biasanya. Aku mampelajari satu hal dalam

Page 9: Cerpen-Hal Tak Terduga

hidupku, semua yang dilakukan dengan semangat yang sungguh akan bisa menghasilkan

nasib yang seperti diinginkan. Begitulah dengan yang terjadi padaku selama ini. Sama

sekali sangat tak terduga.