CERITA RAKYAT JAWA TENGAH TUJUH BIDADARI DARI …

13
81 CERITA RAKYAT JAWA TENGAH TUJUH BIDADARI DARI KAYANGAN DENGAN THE SWAN MAIDENS DARI LONDON (Analisis Unsur Intrinsik Sastra Bandingan) 1 Ummu Haniva, 2 Yenni Hayati Universitas Negeri Padang [email protected] [email protected] Abstrak Cerita rakyat merupakan salah satu topik yang menarik untuk diteliti, cerita rakyat berkaitan dengan budaya yang terkandung dalam sekelompok orang yang merupakan kisah yang kehadirannya dapat dirasakan sampai sekarang. Karya sastra terkadang memiliki kesamaan antara karya yang satu dengan yang lain, bahkan persamaannya terjadi pada dua negara yang berbeda, seperti cerita rakyat Jawa Tengah tujuh bidadari dari kayangan dan cerita rakyat The Swan Maidens dari London. Penelitian perlu dilakukan guna melihat persamaan dan perbedaan unsur intrinsik yang terdapat dalam kedua cerita rakyat tersebut. Pendekatan yang digunakan adalah sastra bandingan dengan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil yang diperoleh dari kedua cerita rakyat tersebut adalah terdapat kesamaan dari segi tema dan sudut pandang. Selain itu juga terdapat perbedaan yang terdapat cerita rakyat dari segi tohog dan penokohan, alur dan amanat. Kata kunci: Cerita Rakyat, sastra bandingan, unsur intrinsik. Abstract Folklore is one of the interesting topics to study, folklore is related to the culture contained in a group of people which is a story whose presence can be felt until now. Literary works sometimes have similarities between one work and another, even the similarities occur in two different countries, such as the folklore of Central Java, seven angels from heaven and folklore The Swan Maidens from London. Research needs to be done to see the similarities and differences in intrinsic elements contained in the two folklore. the approach used is comparative literature with descriptive qualitative research methods. The results obtained from the two folklore are there are similarities in terms of themes and points of view. In addition, there are also differences in folklore in terms of tohogs and characterizations, plot and commission. Keywords: Folklore, comparative literature, intrinsic element.

Transcript of CERITA RAKYAT JAWA TENGAH TUJUH BIDADARI DARI …

Page 1: CERITA RAKYAT JAWA TENGAH TUJUH BIDADARI DARI …

81

CERITA RAKYAT JAWA TENGAH TUJUH BIDADARI DARI KAYANGAN DENGAN THE SWAN MAIDENS DARI LONDON (Analisis Unsur Intrinsik Sastra Bandingan)

1Ummu Haniva, 2Yenni Hayati

Universitas Negeri Padang [email protected] [email protected]

Abstrak

Cerita rakyat merupakan salah satu topik yang menarik untuk diteliti, cerita rakyat berkaitan dengan budaya yang terkandung dalam sekelompok orang yang merupakan kisah yang kehadirannya dapat dirasakan sampai sekarang. Karya sastra terkadang memiliki kesamaan antara karya yang satu dengan yang lain, bahkan persamaannya terjadi pada dua negara yang berbeda, seperti cerita rakyat Jawa Tengah tujuh bidadari dari kayangan dan cerita rakyat The Swan Maidens dari London. Penelitian perlu dilakukan guna melihat persamaan dan perbedaan unsur intrinsik yang terdapat dalam kedua cerita rakyat tersebut. Pendekatan yang digunakan adalah sastra bandingan dengan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil yang diperoleh dari kedua cerita rakyat tersebut adalah terdapat kesamaan dari segi tema dan sudut pandang. Selain itu juga terdapat perbedaan yang terdapat cerita rakyat dari segi tohog dan penokohan, alur dan amanat. Kata kunci: Cerita Rakyat, sastra bandingan, unsur intrinsik.

Abstract Folklore is one of the interesting topics to study, folklore is related to the culture contained in a group of people which is a story whose presence can be felt until now. Literary works sometimes have similarities between one work and another, even the similarities occur in two different countries, such as the folklore of Central Java, seven angels from heaven and folklore The Swan Maidens from London. Research needs to be done to see the similarities and differences in intrinsic elements contained in the two folklore. the approach used is comparative literature with descriptive qualitative research methods. The results obtained from the two folklore are there are similarities in terms of themes and points of view. In addition, there are also differences in folklore in terms of tohogs and characterizations, plot and commission. Keywords: Folklore, comparative literature, intrinsic element.

Page 2: CERITA RAKYAT JAWA TENGAH TUJUH BIDADARI DARI …

82

A. PENDAHULUAN

Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pikiran dan perasaan seorang pengarang dalam usahanya untuk menghayati kejadian-kejadian yang ada di sekitarnya pernyataan tersebut didukung oleh teori menurut Rokmansyah (2014: 2), bahwasanya melalui sebuah karya sastra seorang pengarang bisa menggambarkan kepribadian, perasaan menganai kehidupan yang ada di lingkungan sekitarnya. Lebih lanjut ia mengatakan banyak nilai-nilai yang bisa diambil dan tercermin dalam sebuah karya sastra itu sendiri, karena karya sastra pada hakikatnya merupakan suatu pengolahan jiwa yang dikemas dalam bentuk imajinasi.

Salah satu karya sastra yang memiliki topik menarik untuk diteliti adalah cerita rakyat. Cerita rakyat berkaitan dengan budaya yang terdapat dalam sekelompok masyarakat yang menjadi sebuah cerita yang kehadirannya dapat dirasakan sampai sekarang ini. Hal itu berkaiatan dengan pendapat Alwi dkk, 2003:210 mengatakan, sebuah sastra atau cerita yang ada dari zaman dahulu yang diwariskan secara lisan dan keberadaannya masih hidup dan berkembang di dalam masyarakat sampai sekarang ini.

Dalam sebuah karya sastra yang berupa cerita rakyat tanpa disadari terdapat beberapa kemiripan di antara karya sastra yang satu dengan karya sastra yang lainnya. Kemiripan di antara kedua karya sastra yang berupa cerita rakyat ini bahkan sampai kepada perbedaan negara. Seperti pada cerita rakyat Indonesia Tujuh Bidadari dari Kayangan dan cerita rakyat Eropa yang berjudul The Swan Maidens. Kemiripan pada kedua karya sastra biasanya

terdapat pada bagian tema, latar, alur, penokohan, amanat, sudut pandang.

Menurut Nurgiyantoro ( 2010: 23) unsur intrinsik merupakan unsur-unsur yang membangun sebuah karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik terbagi menjadi tema, alur, tokoh, latar, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa. Menurut Rokmansyah (2014: 33) tema merupakan ide sebuah cerita, pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita tetapi mengatakan sesuatu kepada pembacanya. Sesuatu yang mau dikatakannya itu bisa sesuatu masalah kehidupan, pandangan hidupnya tentang kehidupan atau komentar suatu kehidupan. Sejalan dengan hal itu, menurut Nurgiyantoro (2007: 142) alur merupakan sebuah cerita yang bersifat padu. Antara peristiwa satu dengan yang lain saling berkaitan dan kaitan antar peristiwa tersebut harus logis, jelas. Selain itu, Atmazaki (2007 : 99) mengatakan bahwa plot atau alur merupakan bagian demi bagian peristiwa yang terjadi dalam bentuk sebab akibat.

Selain itu, Rokhmansyah (2014 : 34) berpendapat tokoh merupakan pelaku atau orang yang memiliki peranan penting dan menjadi pusat permasalahan dalam sebuah karya sastra. Kemudian lebih lanjut juga dijelaskan bahwa penokohan menurut Rokmansyah (2014: 34) penokohan dapat diwujudkan secara langsung pengarang mengungkap watak tokoh dalam ceritanya, sedangkan secara tidak langsung, pengarang hanya menampilkan pikiran-pikiran, ide-ide dan ucapan-ucapan dalam sebuah cerita. Sejalan dengan hal itu, Atmazaki (2007: 104-105) mengatakan latar merupakan tindakan atau peristiwa yang selalu berada dalam referensi waktu dan tempat. Latar merupakan faktor utama dalam menggambarkan persoalan dan

Page 3: CERITA RAKYAT JAWA TENGAH TUJUH BIDADARI DARI …

82

berpengaruh langsung dalam pengungkapan tema.

Sehubungan dengan hal itu, sudut pandang menurut Atmazaki (2007 : 105) merupakan tempat berada narrator dalam menceritakan kisahnya. Setiap kalimat di dalam karya sastra naratif merupakan perkataan yang diucapkan oleh seseorang. Selain itu, menurut Rokmansyah (2014: 41) amanat merupakan segala sesuatu yang ingin disampaikan pengerang, yang ditanakannya secara tidak langsung ke dalam benak para penikmat sastra.Jadi, dapat disimpulkan bahwa amanat merupakan pesan atau nilai yang dapat kita ambil dan yang disampaikan oleh pengarang dalam karyanya. Setelah peneliti membaca cerita rakyat Tujuh Bidadari dari Kayangan dan The Swan Maidens, peneliti tertarik untuk membandingkan unsur intrinsik tema, tokoh dan penokohan, latar, alur dan amanat yang terdapat dari kedua cerita rakyat tersebut. Oleh sebab itu perlu dilakukan kajian ilmiah untuk membedah dan menemukan persamaan dan perbedaan unsur intrinsik dari kedua cerita rakyat tersebut.

Terkait dengan persamaan dan perbedaan unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita rakyat Tujuh Bidadari dari Kayangan dan The Swan Maidens, maka perlu adanya pendekatan sastra bandingan dari kedua karya sastra tersebut, sehubungan dengan hal iitu menurut Damono (2005: 16), sastra bandingan merupakan studi kesusastraan melewati batas-batas linguistik, maka seharusnya dikaitkan dengan sejarah pemikiran. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa perbandingan sebenarnya merupakan salah satu metode yang juga selalu dilaksanakan dalam penelitian seperti halnya memberikan dan menguraikan, dengan demikian uraian yang dilaksanakan dalam sastra

bandingan berlandaskan azas bandingan dam membandingkan.

Penelitian tentang analisis unsur intriksi sebelumnya sudah pernah dilakuan sebelumnya, ada beberapa penelitian yang terkait dengan alur dan cerita rakyat, salah satu di antaranya enelitian oleh Diessy Hermawati Bravianingrum pada tahun 2011 pada penelitian ini ditemukan bahwa legenda (Ko-sodate Yuurei) dan legenda Kuntilanak mempunyai persamaan dari segi jenis mitosnya. Kemudian legenda ini juga memili perbedaan jika dilihat dari perbedaan pandangan masyarakat tentang legenda (Ko-sodate Yuurei) dan legenda kuntilanak mempunyai perbedaan dari segi pandangan masyarakat asal kedua legenda tersebut. Selain itu lebih lanjut penelitian yang juga berkaitan dengan itu penelitia.

Agus Yulianto terdapat persamaan kedua cerita rakyat tersebut terdapat pada tema. Amanat, sedangkan perbedaan terdapat pada tokoh dan penokohan, alur, dan latar, sedangkan penelitian lainnya yang sejalan dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian Fauzi Rahman tahun 2017, hasil penelitian terdapat perbedaan unsur intrinsik dari kedua novel tenggelamnya kapal van der wijck dan magdalena. Sejalan dengan penelitian sebelumnya, penelitian oleh Fauzi Rahman tahun 2018 hasil penelitiannya terdapat perbedaan kebudayaan yang melatarbelakanginya kedua cerita ini. Penelitian oleh Uah Maspuroh tahun 2015 hasil penelitiannya terdapat perbedaan dari segi afirmasi dan restorasi yang terdapat dari kedua novel setelah dilakukan perbandingan.

Selain itu, ada lima penelitian yang relevan dengan penelitian yang terkait unsur intrinsik, cerita rakyat dan sastra bandingan. Penelitian yang terkait yang dilakukan Didis Ariesandi 2017 hasil

Page 4: CERITA RAKYAT JAWA TENGAH TUJUH BIDADARI DARI …

83

penelitiannya bahwa unsur penokohan dan pesan moral yang baik dalam novel sang pemimpi, sejalan dengan hal itu penelitian yang dilakukan oleh Ima Siti Rahmawati 2018 hasil penelitian mendeskripsikan tentang kearifan lokal cerita rakyat nyi rambut kasih. Selain itu, penelitian yang terkait juga dilakukan oleh Risma Khairun Nisya dan Iis Nurazizah tahun 2019, hasil penelitiannya ditemukan unsur unsur pendidikan yang digambarkan penulis dalam karakter tokoh-tokoh dalam novel Into The Magic Shop. Sejalan dengan penelitian yang sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh Ery Agus Kurnianto 2016 bahwa hasil penelitian persamaan cerita rakyat Dampu awang dan Malin Kundang terletak pada unsur tokoh dan penokohan, latar, dan rangkaian peristtiwa yang membangun alur, sedangkan perbedaan kedua cerita rakyat tersebut terletak pada alur, penokohan semasa mereka masih kanak-kanak, dan setting pada bagian terjadinya kutukan. Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Tio Krisnawati Novega 2017, hasil penelitian ditemukannya persamaan pada tema minor, jumlah tokoh utama dan penokohan, alur,latar waktu dan latar tempat. Kemudian perbedaannya adanya unsur tema mayor, jumlah tokoh tambahan, jumlah konflik dan latar sosial pada cerita rakyat Jepang Ama No Hagoromo dan Cerita rakyat Indonesia Jaka Tarub.

Dilihat dari penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan penulis teliti terdapat perbedaan dari segi objek yang akan dikaji. Perbedaan dari penelitian sebelumnya terletak pada sumber, peneliti akan mengkaji mengenai cerita rakyat Tujuh Bidadari dari Kayangan yang berasal dari Indonesia dengan The Swan Maidens yang berasal dari Eropa. Peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian pada dua cerita rakyat tersebut karena kedua cerita rakyat tersebut memiliki perbedaan bahasa dan Negara sementara itu kedua cerita rakyat ini belum pernah diteliti sebelumnya. Cerita rakyat Tujuh Bidadari dari Kayangan berasal dari Jawa Tengah yang dibukukan oleh tim optima picture dan masuk dalam jenis cerita rakyat (Folklore). Sedangkan The Swan Maidens adalah folkor berasal dari London yang diterbitkan oleh Abella Publishing dan penelitian ini juga belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat perbandingan unsur intrinsik dari cerita rakyat Tujuh Bidadari dari Kayangan dan The Swan Maidens.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data yang bersifat deskriptif atau memberikan gambaran mengenai perbandingan dari kedua cerita rakyat tersebut. Menurut Moleong (2010:6) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan. Secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Lebih jelasnya lagi menurut Moleong (2010: 11) metode deskriptif merupakan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan.

Teknik dalam pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara: pertama, membaca secara keseluruhan

Page 5: CERITA RAKYAT JAWA TENGAH TUJUH BIDADARI DARI …

84

sumber data berupa cerita rakyat Tujuh Bidadari dari Kayangan dan The Swan Maidens, kedua melihat unsur-unsur intrinsik yang terdapat dari kedua sumber tersebut, ketiga melihat perbedaan serta membandingkan kedua cerita rakyat tersebut berdasarkan unsur intrinsiknya. Selain itu, teknik analisis yang dilakukan untuk menganalisis data tersebut yaitu : pertama, membaca secara keseluruhan kedua cerita rakyat yang akan diteliti,kedua mencari unsur intrinsik dari kedua cerita rakyat yang akan dibandingkan, ketiga mencari perbedaan serta kesamaan unsur intrinsik yang terdapat dari kedua cerita rakyat tersebut, keempat menganalisis data yang telah didapatkan sesuai dengan teori yang digunakan. Sumber dalam penelitian ini adalah teks cerita rakyat Tujuh Bidadari dari Kayangan dan The Swan Maidens, sedangkan objek penelitiannya adalah melihat perbandingan unsur intrinsik dari kedua cerita rakyat Tujuh Bidadari dari Kayangan dan The Swan Maidens. Pada penelitian ini, peneliti mencoba melihat perbandingan cerita rakyat tujuh bidadari dari kayangan dan The Swan Maidens guna mendapatkan sebuah informasi mengenai perbedaan dan persamaan dari kedua cerita rakyat yang berbeda negara tersebut. C. PEMBAHASAN

Cerita rakyat Tujuh Bidadari dari Kayangan merupakan cerita rakyat yang berasal dari Jawa Tengah yang sudah dibukukan oleh optima picture dan cerita rakyat The Swan Maidens dari London yang dipublikasikan oleh Abella Publishing yang memiliki unsur intrinsik dan akan dipaparkan pada bagian pembahasan ini: Data 1 Perbandingan Tema Cerita rakyat Tujuh Bidadari dari Kayangan

Melihat para bidadari yang sangat cantik itu, Jaka Tarub berkeinginan untuk memperistri salah seorang di antara mereka. Cerita rakyat The Swan Maidens When the hunter saw them fly away, he came forward with the feather robe in his hand, he gave her his cloak but would not give her robe and he made her promise to marry him. ( ketika pemburu meilihat mereka pergi dan dia maju dengan jubah bulu di tangannya, dia tidak mau memberikan jubahnya dan dia berjanji padanya untuk menikah dengannya). Analisis data 1 tema

Jika dilihat pada kutipan tersebut, terlihat bahwa kedua cerita rakyat itu memiliki tema yang sama, yaitu seorang pemuda yang sama sama jatuh cinta dan menikahi seorang bidadari dari kayangan. Namun, ada perbedaan yang terdapat dalam kedua cerita rakyat tersebut, cerita rakyat Tujuh Bidadari dari Kayangan sosok bidadari pada cerita ini memang seorang manusia, sedangkan pada cerita The Swan Maidens sosok bidadari di sini merupakan seekor angsa yang menjelma menjadi seorang bidadari . Data 2 Perbandingan Alur Cerita rakyat Tujuh Bidadari dari Kayangan Suatu hari Jaka Tarub pergi menyumpitburung di bukit terlarang bernamaBukit Biru. Tidak lama kemudian suatu pemandangan aneh tiba-tiba terjadi. Kilatan cahaya muncul, ternyata cahaya tersebut berubah wujud menjadi tujuh bidadari yang sedang mandi. Jaka Tarub mengambil salah satu selendang tersebut dan akhirnya menikahi salah satu bidadari tersebut, mereka hidup bahagia dengan dikaruniai seorang anak yang cantik. Namun, Nawang Wulan kecewa karena

Page 6: CERITA RAKYAT JAWA TENGAH TUJUH BIDADARI DARI …

85

Jaka Tarub selama ini sudah membohonginya dengan pura-pura tidak mengambil selendang Nawang Wulan, akhirnya sang bidadari kembali ke kayangan dan Jaka Tarub hanya bisa menyesali perbuatannya itu. Cerita rakyat The Swan Maidens There was once a hunter who used often tospend the whole night stalking the deer or setting traps for game. Now it happened one night that he was watching in a clump of bushes near the lake for some wild ducks that he wished to trap. Suddenly he heard, high up in the air, a whirring of wings and thought the ducks were coming, and he strung his bow and got ready his arrows.But instead of ducks, there appeared seven maidens all clad in robes made of feathers, and they alighted on the banks of the lake and, taking off their robes, plunged into the watersand bathed He gave her his cloak but would not give her her robe, feeling that she would fly away. And he made her promise to marry him, and took her home, and hid her feather robe where she could not find it.Then the hunter knew that he had come to the Land of his wife. And he went boldly to the King and said: "Hail O King, I have come to seek my wife." So the hunter said: "If I may take each of them by the hand I will surely know my wife," for when she had dwelt with him she had sewn the little shifts and dresses of her children, and the forefinger of her right hand had the marks of the needle. And when he had taken the hand of each of the swan maidens, he soon found which was his wife and claimed her for his own. Then the King gave them great gifts and sent them by a sure way down the Crystal Mountain.And, after a while, they reached home and lived happily together ever afterwards. (Dahulu kala ada seorang pemburu yang sering menghabiskan sepanjang malam

menguntit rusa atau memasang perangkap untuk permainan. Suatu malam dia menonton di rumpun dekat danau untuk mencari bebek liar yang ingin dia jebak. Tiba-tiba dia mendengar, di udara, deru sayap dan mengira bebek itu datang dan dia menggantung busurnya dan menyiapkan panahnya. Bukannya bebek di sana muncul tujuh gadis semua mengenakan jubah yang terbuat dari bulu, dan mereka turun di tepi danau, dan melepas jubah mereka terjun ke perairan dan mandi dan olahraga di danau. Ketika pemburu melihat mereka pergi, dia maju dengan jubah bulu di tangannya, dan angsa gadis itu memohon agar dia mengembalikan jubahnya. Dia tidak mau memberinya jubahnya, merasa bahwa dia akan terbang. Dan dia berjanji padanya untuk menikah dengannya, dan membawanya pulang, dan menyembunyikan jubah bulunya di mana dia tidak bisa menemukannya. Sekarang ketika dia sampai di sana, dia melepaskan topinya yang tak kasat mata dan sepatu kecepatan dan bertanya siapa yang memerintah atas tanah dan dia diberitahu bahwa ada seorang raja yang memiliki tujuh anak perempuan yang mengenakan bulu angsa dan terbang ke mana pun mereka inginkan.Kemudian pemburu tahu bahwa dia telah datang ke tanah istrinya. Dan dia pergi dengan berani kepada raja dan berkata: "Salam raja, aku datang untuk mencari istriku."jika saya dapat memegang masing-masing tangan mereka,saya pasti akan mengenal istri saya, karena ketika dia tinggal dengan saya dia telah menjahit shift dan gaun anak-anaknya, dan jari telunjuk tangan kanannya memiliki bekas jarum.Dan ketika dia mengambil tangan masing-masing angsa, dia segera menemukan yang mana adalah istrinya dan mengklaimnya untuk dirinya sendiri.

Page 7: CERITA RAKYAT JAWA TENGAH TUJUH BIDADARI DARI …

86

Kemudian raja memberi mereka hadiah-hadiah besar dan mengirim mereka dengan cara yang pasti menuruni gunung kristal.Dan setelah beberapa saat mereka sampai di rumah, dan hidup bahagia bersama sesudahnya. Analisis data 2 Jika dilihat pada kutipan tersebut, alur dari kedua cerita itu sama-sama bergerak dari pengenalan, klimaks dan penyelesaian. Alur dari kedua cerita rakyat tersebut sama-sama maju. Namun,terdapat perbedaan antara kedua cerita tersebut, cerita Tujuh Bidadari dari Kayangan akhir ceritanya sangat sedih, karena Jaka Tarub ditinggalkan oleh istrinya yaitu Nawang Wulan ke kayangan hal tersebut disebabkan karena Nawang Wulan merasa kecewa kepada Jaka Tarub yang sudah membohonginya selama ini dengan menyembunyikan selendang milik Nawang Wulan, kemudian Nawang Wulan perk eke kayangan dan meninggalkan Jaka Tarub bersama anaknya. Jika dilihat dari sisi cerita rakyat The Swan Maidens, cerita tersebut memiliki akhir cerita yang bahagia, karena si pemburu dan bidadari yang sudah menikah dan memiliki dua anak yaitu perempuan dan laki-laki. Namun, di pertengan jalan dari cerita tersebut, bidadari kembali ke kayangan karena jubah bulu yang disembunyikan pemburu selama ini akhirnya ketemu, namun ketika pemburu mengetahui hal itu, si pemburu tidak menyerah untuk bertemu dengan istrinya. Akhirnya, si Pemburu menemui istrinya di sebuah tempat yang namanya gunung Kristal dan pada akhirnya mereka hidup bahagia dengan anak-anak mereka. Data 3 Perbandingan Tokoh dan Penokohan Penokohan pada cerita rakyat Tujuh Bidadari dari Kayangan Jaka Tarub

Pada suatu hari Jaka Tarub pergi menyumpit burung di bukit terlarang bernama Bukit Biru. Suatu pemandangan aneh tiba-tiba terjadi, beberapa kilatan muncul dari balik awan, ternyata bidadari dan mereka sangat cantik, karena kecantikan mereka Jaka Tarub mengambil selendang salah satu dari bidadari tersebut. Kemudian Jaka Tarub menyembunyikannya tanpa sepengetahuan Nawang Wulan. Nawang Wulan Suatu ketika Nawang Wulan menemukan pakaian dan selendangnya kembali. Betapa kesalnya Nawang Wulan pada Jaka Tarub yang tega membohonginya. Ia memutuskan untuk kembali ke kayangan Penokohan pada cerita rakyat The Swan Maidens The hunter (pemburu) When the hunter saw them fly away, he came forward with the feather robe in his hand, and the swan maiden begged and begged that he would give her back her robe. He gave her his cloak but would not give her her robe, feeling that she would fly away. And he made her promise to marry him, and took her home, and hid her feather robe where she could not find it. So they were married and lived happily together and had two fine children, a boy and a girl, who grew up strong and beautiful, and their mother loved them with all her heart. (Ketika pemburu melihat mereka pergi, dia maju dengan jubah bulu di tangannya, dan angsa gadis itu memohon agar dia mengembalikan jubahnya. Dia tidak mau memberinya jubahnya, merasa bahwa dia akan terbang. Dan dia berjanji padanya untuk menikah dengannya, dan membawanya pulang, dan menyembunyikan jubah bulunya di mana dia tidak bisa menemukannya. Jadi mereka menikah dan hidup bahagia bersama dan memiliki dua anak yang baik, laki-laki dan perempuan, yang tumbuh

Page 8: CERITA RAKYAT JAWA TENGAH TUJUH BIDADARI DARI …

87

kuat dan cantik, dan ibu mereka mencintai mereka dengan sepenuh hati.) Swan Maiden “Tell father that if he wishes to see me again, he must find me in the Land East o' the Sun and West o' the Moon," and with that she flew away. (Katakan pada ayah bahwa jika dia ingin melihat saya lagi, dia harus menemukan saya di Tanah Timur) King of Fish and Dolphin And after a time he found the King of the Birds and told him what he wanted. So the King of the Birds whistled loud and shrill, and soon the sky was darkened with all the birds of the air, who came around him. Then he asked: "Which of you knows where is the Land East o' the Sun and West o' the Moon?"And none answered, and the King of the Birds said: "Then you must consult my brother, the King of the Fishes," and he told him how to find him.And the hunter went on, and he went on, and he went on, till he came to the King of the Fishes, and he told him what he wanted. And the King of the Fishes went to the shore of the sea and summoned all the fishes of the sea. And when they came around him he called out: "Which of you knows where is the Land East o' the Sun and West o' the Moon?" (Dan setelah beberapa waktu dia menemukan Raja Burung dan mengatakan kepadanya apa yang dia inginkan. Jadi Raja Burung bersiul nyaring dan melengking, dan segera langit menjadi gelap dengan semua burung di udara, yang datang mengelilinginya. Lalu dia bertanya: "Siapa di antara kamu yang tahu di mana Tanah Timur Matahari dan Barat Bulan?" Dan tidak ada yang menjawab, dan Raja Burung berkata, "Kalau begitu kamu harus berkonsultasi dengan saudaraku, Raja Ikan," dan dia memberitahunya bagaimana menemukannya. Dan pemburu itu melanjutkan, dan dia melanjutkan,sampai dia datang ke Raja Ikan, dan dia

mengatakan kepadanya apa yang dia inginkan. Dan Raja Ikan pergi ke pantai laut dan memanggil semua ikan di laut. Dan ketika mereka datang di sekelilingnya, dia berseru, "Siapa di antara kamu yang tahu di mana Tanah Timur Matahari dan Barat Bulan?" Analisis data 3 Jika dilihat dari data yang telah disajikan, terlihat bahwa perbandingan tokoh sekaligus penokohan dari keduacerita rakyat tersebut memiliki perbedaan. Pada cerita rakyat Tujuh Bidadari dari Kayangan hanya terdapat dua tokoh yang ada dalam cerita rakyat tersebut. Tokoh Jaka Tarub pada cerita rakyat Tujuh Bidadari dari Kayangan merupakan sosok lelaki yang tangguh, tetapi pembohong dibuktikan dengan kebohongan Jaka Tarub kepada Nawang Wulan yang menyembunyikan selendangnya selama ini. Selain itu, sifat Nawang Wulan sangat baik dankarena Jaka Tarub berbohong, maka membuat Nawang Wulan kecewa dengan suaminya, hal tersebut terlihat bagaimana Nawang Wulan yang sedih dan kecewa dengan kebohongan yang dibuat oleh suaminya. Pada cerita rakyat The Swan Maidens sosok si Pemburu memiliki sifat yang tangguh, baik dan mau memperjuangkan sesuatu yang dia cintai. Terlihat ketika sang bidadari kembali ke kayangan, namun si Pemburu tidak menyerah untuk melepaskan begitu saja, Ia berjuang untuk bias bertemu dengan bidadari tersebut. Selain itu, sifat bidadari pada cerita rakyat The Swan Maidens sangat baik hati dan setia kepada suaminya. Hal itu terlihat dari cintanya bidadari itu kepada si Pemburu dan buah hati mereka serta ketika si Pemburu datang menenui sang raja untuk bertemu dengan sang bidadari, sang bidadari mau ikut dan hidup bersama dengan si pemburu.

Page 9: CERITA RAKYAT JAWA TENGAH TUJUH BIDADARI DARI …

88

Namun, ada perbedaan tokoh yang terdapat dalam cerita rakyat tersebut. Perbedaan terlihat pada tokoh cerita rakyat The Swan Maidens yaitu dengan penambahan tokoh raja burung dan ikan yang menolong si pemburu untuk menemui bidadari di kayangan. Sifat mereka jika dilihat dari penggalan cerita tersebut sangat baik dan suka menolong terutama menolong si pemburu. Data 4 Perbandingan latar Cerita rakyat Tujuh Bidadari dari Kayangan

Pada suatu hari Jaka Tarub pergi menyumpit burung di bukit terlarang bernama Bukit Biru. Di sana terdapat telaga biru yang indah. Saat tiba-tiba muncul awan tipis di atas telaga menutup cahaya mentari. Sampai suatu ketika Nawang wulan menemukan pakaian dan selendangnya kembali. Betapa kesalnya ia pada Jaka Tarubkarena tega membohonginya. Cerita rakyat The Swan Maidens There was once a hunter who used often to spend the whole night stalking the deer or setting traps for game. Now it happened one night that he was watching in a clump of bushes near the lake for some wild ducks that he wished to trap. (Dahulu kala ada seorang pemburu yang sering menghabiskan sepanjang malam menguntit rusa atau memasang perangkap untuk permainan. Suatu malam dia menonton di rumpun dekat danau untuk mencari bebek liar yang ingin dia jebak) So the hunter thanked the King of the Fishes and went to the Wild Forest. (Jadi pemburu berterima kasih kepada Raja Ikan dan pergi ke Hutan Liar Now when he got there, he took off his invisible cap and shoes of swiftness and asked who ruled over the Land, and he was told that there was a King who had seven daughters who dressed in swans' feathers and flew wherever they wished.

(Sekarang ketika dia sampai di sana, dia melepaskan topinya yang tak kasat mata dan sepatu kecepatan dan bertanya siapa yang memerintah atas tanah dan dia diberitahu bahwa ada seorang raja yang memiliki tujuh anak perempuan yang mengenakan bulu angsa dan terbang ke mana pun mereka inginkan) Analisis Data 4 Jika dilihat dari kedua cerita rakyat tersebut, terdapat perbedaan latar dari masing-masing cerita rakyatnya. Latar yang terdapat dalam cerita rakyat Tujuh Bidadari dari Kayangan latar yang tergambar di sana adalah bukit terlarang tempat dimana Jaka Tarub berburu atau menyumpit burung. Namun, cerita rakyat The Swan Maidens latarnya di sebuah hutan yang tidak terlarang. Selain itu, tempat mandi para bidadari jika dilihat pada cerita Tujuh Bidadari dari Langit, bidadari tersebut mandi di sebuah telaga, sedangkan pada cerita rakyat The Swan Maidens mereka mandi di sebuah danau di hutan. Selain itu pada Tujuh Bidadari dari Kayangan suasana yang terdapat dalam cerita rakyat tersebut yaitu sedih, karena Nawang Wulan merasa kecewa dengan Jaka Tarub yang membohongi dia dengan menyembunyikan selendangnya selama ini, karena kekecewaannya akhirnya Nawang Wulan pergi ke kayangan dan meninggalkan Jaka Tarub beserta anaknya. Namun, jika dilihat dari cerita rakyat The Swan Maidens suasana yang tergambar dari cerita tersebut memiliki akhir yang bahagia, karena si Pemburu yang tidak putus asa mengejar cinta sejatinya akan melakukan apapun untuk bertemu dengan istrinya dan pada akhirnya mereka hidup bahagia. Data 5 perbandingan Sudut Pandang Cerita rakyat Tujuh Bidadari dari Kayangan Pada suatu hari, Jaka Tarub pergi menyumpit burung di bukit terlarang

Page 10: CERITA RAKYAT JAWA TENGAH TUJUH BIDADARI DARI …

89

bernama bukit biru. Hari berganti mendung tak lama kemudian Jaka Tarub segera berteduh, dilihatnya seberkas cahaya dan ternyata itu adalah bidadari, lalu Jaka Tarub mendekati bidadari tersebutdan Jaka Tarub berkeinginan untuk memperistri salah seorang dari bidadari tersebut. Cerita rakyat The Swan Meindes There was once a hunter who used often to spend the whole night stalking the deer or setting traps for game. Now it happened one night that he was watching in a clump of bushes near the lake for some wild ducks that he wished to trap. Suddenly he heard, high up in the air, a whirring of wings and thought the ducks were coming, and he strung his bow and got ready his arrows. (Dahulu kala ada seorang pemburu yang sering menghabiskan sepanjang malam menguntit rusa atau memasang perangkap untuk permainan. Suatu malam dia menonton di rumpun dekat danau untuk mencari bebek liar yang ingin dia jebak. Tiba-tiba dia mendengar, di udara, deru sayap dan mengira bebek itu datang dan dia menggantung busurnya dan menyiapkan panahnya. Analisis data 5 Dilihat dari kedua cerita rakyat tersebut, sudut pandang yang digunakan sama-sama sudut pandang orang ketiga serba tau. Karena dari kedua cerita rakyat tersebut, penulis menceritakan sebuah tokoh dengan menggunakan kata ganti ia, ataupun nama tokoh tersebut, sementara itu orang ketiga serba tau karena pengarang menggambarkan sosok tokoh memiliki peranan penting atau mengetahui semua peristiwa dan jalan cerita dari kedua cerita rakyat tersebut. Data 6 Perbandingan amanat Cerita rakyat Tujuh Bidadari dari Kayanga. Setelah menikah dengan Jaka Tarub, suatu ketika Nawang Wulan menemukan pakaian dan selendangnya kembali. Betapa

kesalnya Nawang Wulan pada Jaka Tarub yang membohonginya. Ia pun memutuskan untuk kembali ke kayangan. Cerita rakyat The Swan Maidens Then the King said: "If you can tell her from her sisters, then I know that what you say is true." And he summoned his seven daughters to him, and there they all were, dressed in their robes of feathers and looking each like all the rest. So the hunter said: "If I may take each of them by the hand I will surely know my wife," for when she had dwelt with him she had sewn the little shifts and dresses of her children, and the forefinger of her right hand had the marks of the needle. And when he had taken the hand of each of the swan maidens, he soon found which was his wife and claimed her for his own. Then the King gave them great gifts and sent them by a sure way down the Crystal Mountain.And, after a while, they reached home and lived happily together ever afterwards. (Dan raja berkata, siapa dia? Dan pemburu itu berkata, putri bungsu Anda bahwa ia telah menikahinya.Lalu raja berkata jika kamu bisa memberitahunya dari saudara perempuannya maka aku tahu bahwa apa yang kamu katakan itu benar ”Dan dia memanggil tujuh putrinya untuk menghadap kepadanya, dan di sanalah mereka semua, mengenakan jubah bulu mereka dan masing-masing tampak seperti yang lainnya. Maka pemburu itu berkata: jika saya dapat memegang masing-masing tangan mereka,saya pasti akan mengenal istri saya, karena ketika dia tinggal dengan saya dia telah menjahit shift dan gaun anak-anaknya, dan jari telunjuk tangan kanannya memiliki bekas jarum.Dan ketika dia mengambil tangan masing-masing angsa, dia segera menemukan yang mana adalah istrinya dan mengklaimnya untuk dirinya sendiri. Kemudian raja memberi mereka hadiah-

Page 11: CERITA RAKYAT JAWA TENGAH TUJUH BIDADARI DARI …

90

hadiah besar dan mengirim mereka dengan cara yang pasti menuruni gunung kristal.Dan setelah beberapa saat mereka sampai di rumah, dan hidup bahagia bersama sesudahnya) Analisis Data 6 Jika dilihat dari data di atas, amanat yang bisa diambil pada cerita rakyat Tujuh Bidadari dari Kayangan yaitu janganlah berbohong dengan apa yang sedang dijalankan dalam kehidupan, karena hal itu akan berdampak pada kehidupan kamu. Pada cerita tersebut terlihat Jaka Tarub yang membohongi isterinya karena selendang yang selama ini dicari oleh isterinya disembunyikan oleh Jaka Tarub hal itu membuat istrinya merasa kecewa dan marah kepada Jaka Tarub.Jika dilihat dari The Swan Maidens ada perbedaan dari segi pesan atau amanat yang disampaikan penulis pada cerita tersebut. Karena, pada cerita ini, pemburu memang memberitahukan dari awal kepada bidadari tentang bulu yang Ia ambil, tetapi si Pemburu tidak mau memberikan kepada sang Bidadari dengan alasan Ia harus menkahi si Pemburu tersebut. Singkat cerita setelah anaknya menemukan jubah bulu tersebut, akhirnya bidadari kembali ke kayangan, namun si Pemburu tidak putus asa untuk bertemu dengan isterinya dan is berusaaha untuk menemukan isterinya kembali. D. KESIMPULAN

Dilihat dari pembahasan dan hasil penelitian maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan tokoh dan penokohan dalam kedua cerita rakyat tersebut. Cerita rakyat Tujuh Bidadari dari Kayangan memiliki tokoh yang bernama Jaka Tarub dan Nawang Wulan, sifat Jaka Tarub pada cerita ini meskipun dia sosok laki-laki yang perkasa, namun Ia memiliki sifat yang suka berbohong kapada isterinya Nawang Wulan, sedangkan Nawang Wulan

yang baik hati, namun karena Ia merasa dibohongi oleh Jaka Tarub maka timbulah kekecewaan pada dirinya. Selain itu, jika dilihat dari cerita rakyatThe Swan Maidens tokoh yang terdapat pada cerita tersebut adalah si Pemburu, bidadari, raja ikan dan seekor burung. Sifat atau penokohan dari masing-masing tokoh tersebut, si pemburu yang tangguh dan pria yang tidak putus asa dalam mencari isterinya. Sementara itu, sang bidadari memiliki sifat yang baik hati dan setia kepada suaminya, sedangkan raja Ikan dan burung mereka baik hati dan suka menolong.

Perbedaan yang juga terdapat dalam penelitian ini terdapat pada latar tempat yang ada dalam cerita tersebut.Latar tempat yang terdapat dalam cerita Tujuh Bidadari dari Kayangan yaitu di sebuah bukit terlarang dan tempat pemandian dari bidadari adalah sebuah telaga. Selain itu, latar suasana yang tergambar dari cerita tersebut suasana kecewa dan sedih, karena Jaka Tarub yag sudah berbohong kepada Nawang Wulan membuat Ia harus ditingalkan oleh isterinya bersama anaknya. Selain itu, latar tempat dari cerita The Swan Maidens si pemburu yang melakukan pemburuan di hutan dan menemukan bidadari atau angsa yang sedang mandi di sebuah danau di hutan, sementara itu ketika si Pemburu menemui isterinya di gunung kristal, sedangkan suasana yang tergambar dalam cerita The Swan Maidens ini memiliki akhir yang bahagia, karena jiwa sekangat dan tidak putus asaan seorang pemburu dalam mencari isterinya berbuah hasil, Ia menemukan isterinya dan hidup bahagia bersama anak-anaknya.

Amanat yang terdapat dalam kedua cerita tersebut juga memiliki perbedaan. Jika dilihat pada cerita rakyat Tujuh Bidadari dari Kayangan amanat yang bisa

Page 12: CERITA RAKYAT JAWA TENGAH TUJUH BIDADARI DARI …

91

diambil dari cerita tersebut yaitu janganlah berbohong kepada siapapun dan tentang apapun, karena akan mendapatkan ganjarannya. Selain itu, amanat yang ada dalam cerita The Swan Maidens yaitu janganlah putus asa dengan apa yang terjadi dalam kehidupan kamu dan pada cerita rakyat ini juga bisa diambil kesetiaan seorang isteri kepada suami.

Perbedaan juga terdapat pada alur, pada cerita rakyat Tujuh Bidadari dari Kayangan terdapat akhir yang sedih karena Jaka Tarub ditinggalkan oleh Nawang Wulan bersama anaknya. Jaka Tarub berbohong kepada Nawang Wulan tentang selendang yang ternyata disembunyikan selama ini, sedangkan akhir dari cerita rakyat The Swan Maidens pemburu, bidadari dan kedua anaknya hidup bahagia selamanya.

DAFTAR PUSTAKA Atmazaki. (2007). Ilmu Sastra Teori dan

Terapan. UNP Press: Padang. Ariesandi, D. (2017). Analisis Unsur

Penokohan dan Pesan Moral dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata Sebagai Upaya Pemilihan Bahan akar Apresiasi Sastra di SMA. Vol. 1, No. 1, Februari 2017. Majalengka : Diglosia- Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Kesusstraan Indonesia.

Bravianingrum, D.H. (2011).Perbandingan Mitos Yang Terdapat Pada Legenda (Ko-Sodate Yuurei) (Jepang) Dan Legenda Kuntilanak (Indonesia) (Kajian Sastra Bandingan).Vol 3, No 1 (2011). Jombang: Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum.

Damono,S. D. (2005). Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.

Kurnianto, E.A. (2016). Dua Cerita Rakyat dalam Perbandingan. Volume 12, Nomor 2, Desember 2016. Semarang. Mlangun Jurnal Ilmiah Kebahasaan & Kesastraan.

Moleong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Maspuroh, U. (2015). Kajian Bandingan Struktur dan Nilai Budaya Novel Amba dan Novel Perjalanan Sunyi Bisma Dewabrata. Volume 1, Nomor 2, November 2015. Bandung : Riksa Bahasa.

Novega,T. K. (2017). Perbandingan Cerita Rakyat Jepang Ama No Hagoromo dan Cerita Rakyat Indoneisa Jaka Tarub. Skripsi. Semarang : Universitas Diponegoro.

Nurgiyantoro, B. (2010). Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nisya, R.K., dan Nurazizah, I. (2019). Struktur dan Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Into The Magic Shop Karya James R.Doty. Vol.3, No. 1, Februari 2019. Majalengka. Diglosia-Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Kesusastraan Indonesia.

Rahman, F. (2017). Clasic Polemical Between The Novel Of Tenggelamnya Kapal Van Der wijck dan Magdalena. Volume 1 Number 2 (2017), 108-115. Jakarta Timur : Hortatori- Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Rahman, F. (2018). Perbandingan Legenda Ciuang Wanara dengan Cindelaras Serta Kajian Budaya Lokal. Vol. 11, No. 1, Juni 2018. Jakarta Selatan : Metasastra.

Rahmawati, I.S. (2018). Cerita Rakyat Nyi Rambut Kasih Sebagai Wujud Kearifan Lokal Terhadap Pendidikan

Page 13: CERITA RAKYAT JAWA TENGAH TUJUH BIDADARI DARI …

92

Sastra di Majalengka. Vol. 2, No. 1 Februari 2018. Majalengka. Diglosia: Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Kesusastraan Indonesia.

Rokhmansyah, A. (2013). Studi dan Pengkajian Sastra. Semarang: Graha Ilmu.

Yulianto, A. (2016). Legenda Telaga Bidadari dan Legenda Jaka Tarub Sebuah Kajian Struktural Sastra Bandingan. Undas. Vol 12. , Nomor 2 , Desember 2016, 79—90. Kalimantan Selatan Balai Bahasa Kalimantan Selatan.