Cerebral Palsy

33
Tugas Makalah Penugasan 7 CEREBRAL PALSY OLEH ARSY CAHYA RAMADHANI H1A 012 008 BLOK XVII: NEUROPSKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 2015 Cerebral Palsy | 1

description

serebral palsi

Transcript of Cerebral Palsy

Tugas Makalah

Penugasan 7

CEREBRAL PALSY

OLEH

ARSY CAHYA RAMADHANI

H1A 012 008

BLOK XVII: NEUROPSKIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MATARAM

2015KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmatNya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Secara keseluruhan, saya melaporkan hasil yang saya peroleh dari beberapa sumber jurnal dan buku terkait dengan Cerebral palsy, dan harapan saya nantinya tugas ini dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman kami mengenai materi pada blok neuropsikiatri ini.

Saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan, hingga terselesaikannya tugas ini. Saya menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun, demi penyempurnaan tugas-tugas saya selanjutnya.

Mataram, 4 Mei 2015

Penyusun

PENDAHULUANCerebral palsy (CP) adalah sekelompok gangguan yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bergerak, menjaga keseimbangan dan postur tubuh. CP merupakan cacat motor yang banyak terjadi pada anak-anak. Cerebral Berarti sesuatu yang berkaitan dengan otak. Palsy berarti kelemahan atau masalah dengan menggunakan otot. CP disebabkan oleh perkembangan otak abnormal atau kerusakan pada otak yang berkembang yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengontrol ototnya. Gejala CP bervariasi pada masing-masing orang. Seseorang dengan CP yang parah mungkin perlu menggunakan peralatan khusus untuk dapat berjalan, atau mungkin tidak dapat berjalan sama sekali dan mungkin membutuhkan perawatan seumur hidup. Seseorang dengan CP ringan, di sisi lain, mungkin berjalan sedikit canggung, tapi mungkin tidak memerlukan bantuan khusus. CP tidak bertambah buruh dengan bertambahnya waktu.CP tidak lebih buruk dari waktu ke waktu, meskipun gejala yang sebenarnya dapat berubah selama hidup seseorang (CDC, 2015).Semua orang dengan CP memiliki masalah dengan gerakan dan postur. Banyak kondisi terkait lain seperti cacat intelektual; kejang; masalah dengan penglihatan, pendengaran, atau berbicara; perubahan tulang belakang (seperti skoliosis); atau masalah sendi (seperti kontraktur) (CDC, 2015).ISI

Definisi

Cerebral Palsy adalah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinik dapat berubah selama hidup dan menunjukan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan serebelum juga kelainan mental.Terminology ini digunakan untuk mendeskripisikan kelompok penyakit kronik yang mengenai pusat pengendalian pergerakan dengan manifestasi klinis yang tampak pada beberapa tahun pertama kehidupan dan secara umum tidak akan bertambah memburuk pada usia selanjutnya. Istilah cerebral ditujukan pada kedua belahan otak, atau hemisfer dan palsi mendeskripsikan bermacam penyakit yang mengenai pusat pengendalian pergerakan tubuh.Epidemiologi

Cerebral palsy (CP) merupakan disabilitas motoric yang paling umum terjadi pada masa kanak-kanak. Studi berbasis populasi dari seluruh dunia melaporkan prevalensi CP diperkirakan berkisar antara 1,5 sampai lebih dari 4 per 1.000 kelahiran hidup atau anak-anak dari berbagai usia yang ditetapkan. Sekitar 1 dari 323 anak-anak telah diidentifikasi mengalami CP menurut perkiraan dari Autism and Developmental Disabilities Monitoring (ADDM) Network CDC . CP umumnya lebih banyak pada laki-laki daripada kalangan perempuan. CP adalah lebih umum terjadi pada anak-anak kulit Hitam daripada Putih. Anak Hispanik dan Putih memiliki kecendrungan yang sama mengalami CP. Sebagian besar (77,4%) dari anak-anak yang diidentifikasi dengan CP memiliki CP spastik. Lebih dari setengah (58,2%) dari anak-anak yang diidentifikasi dengan CP bisa berjalan secara independen. Banyak anak-anak dengan CP juga memiliki setidaknya satu kondisi (41%) untuk terjadinya epilepsi dan 6,9% memiliki kondisi untuk terjadinya ASD (Cristensen et al. 2014)

.Etiologi

Penyebab cerebral palsy masih belum diketahui dengan jelas. Diperkirakan terjadi kejadian spesifik pada masa kehamilan atau sekitar kelahiran dimana terjadi kerusakan pusat motorik pada otak yang sedang berkembang. Beberapa dugaan penyebab cerebral palsy antara lain : 1. Infeksi pada kehamilan

Rubella dapat menginfeksi ibu hamil dan fetus dalam uterus, akan menyebabkan kerusakan sistem saraf yang sedang berkembang. Infeksi lain yang dapat menyebabkan cedera otak fetus meliputi cytomegalovirus dan toxoplasmosis.

2. Ikterus neonatorum

Pada keadaan Rh/ABO inkompatibilitas, terjadi kerusakan eritrosit dalam waktu singkat, sehingga bilirubin indirek akan meningkat dan menyebabkan ikterus. Ikterus berat dan tidak diterapi dapat merusak sel otak secara permanen. 3. Kekurangan oksigen berat pada otak atau trauma kepala selama proses persalinan.

Asfiksia sering dijumpai pada bayi bayi dengan kesulitan persalinan. Asfiksia menyebabkan rendahnya suplai oksigen pada otak bayi dalam periode lama, anak tersebut akan mengalami kerusakan otak yang dikenal dengan hipoksik iskemik ensefalopati. Angka mortalitas meningkat pada kondisi asfiksia berat, dimana saat bersama dengan gangguan mental dan kejang. Kriteria yang digunakan untuk memastikan hipoksia intrapartum sebagai penyebab cerebral palsy adalah :

Metabolik asidosis pada janin dengan pemeriksaan darah arteri tali pusat janin, atau neonatal dini pH = 7

Neonatal ensefalopati dini berat sampai sedang pada bayi >34minggu gestasi

Tipe cerebral palsy spastik quadriplegia atau diskinetik

Tanda hipoksik pada bayi segera setelah lahir atau selama persalinan

Penurunan detak jantung janin cepat, segera dan cepat memburuk segera setelah tanda hipoksik terjadi dimana sebelumnya diketahui dalam batas normal

Apgar score 0-6 = 5 menit

Multi sistem tubuh terganggu segera setelah hipoksik

Imaging dini abnormalitas cerebral

4. Stroke

Kelainan koagulasi pada ibu atau bayi dapat menyebabkan stroke pada fetus atau bayi baru lahir. Stroke ini menyebabkan kerusakan jaringan otak dan menyebabkan terjadinya masalah neurologis.Faktor faktor yang menyatakan selain hipoksik intrapartum sebagai penyebab cerebral palsy adalah : Pada pemeriksaan analisis gas darah arteri umbilikal 7

Bayi dengan kelainan kongenital mayor atau multipel atau kelainan metabolik

Infeksi SSP atau siskemik

Bayi dengan tanda hambatan pertumbuhan intra uterin

Mikrosefali

Adanya faktor resiko antenatal lain untuk CP, misalnya prematuritas, kehamilan ganda dan penyakit autoimun

Adanya faktor resiko postnatal untuk CP seperti postnatal ensefalitis, hipotensi memanjang atau hipoksik karena penyakit respirasi.Klasifikasi CP

CP dapat diklasifikasikan berdasarkan gejala dan tanda klinis neurologis. Spastic diplegia untuk pertama kali dideskripsikan oleh dr.Little (1860), merupakan salah satu bentuk penyakit yang dikenal selanjutnya sebagai CP. Hingga saat ini, CP diklasifikasikan berdasarkan kerusakan gerakan yang terjadi dan dibagi dalam 4 kategori, yaitu :

1. CP Spastik

Merupakan bentukan CP yang terbanyak (70-80%), otot mengalami kekakuan dan secara permanen akan menjadi kontraktur. Jika kedua tungkai mengalami spastisitas, pada saat seseorang berjalan, kedua tungkai tampak bergerak kaku dan lurus. Gambaran klinis ini membentuk karakterisitik berupa ritme berjalan yang dikenal dengan gait gunting (scissor gait) .

Anak dengan spastic hemiplegia dapat disetai tremor hemiparesis, dimana seseorang tidak dapat mengendalikan gerakan pada tungkai pada satu sisi tubuh.

Jika tremor memberat, akan terjadi gangguan gerakan berat.

a. Monoplegi ( bila hanya mengenai 1 ekstremitas saja, biasanya lengan

b. Diplegia ( keempat ekstremitas terkena, tetapi kedua kaki lebih berat daripada kedua lengan

c. Triplegia ( bila mengenai 3 ekstremitas, yang paling banyak adalah mengenai kedua lengan dan kaki

d. Quadriplegia ( keempat ekstremitas terkena dengan derajat yang sama

e. Hemiplegia ( Mengenai salah satu sisi dari tubuh dan lengan terkena lebih berat.

2. CP Atetoid / diskinetik

Bentuk CP ini mempunyai karakteristik gerakan menulis yang tidak terkontrol dan perlahan. Gerakan abnormal ini mengenai tangan, kaki, lengan atau tungkai dan pada sebagian besar kasus, otot muka dan lidah, menyebabkan anak tampak selalu menyeringai dan selalu mengeluarkan air liur. Gerakan sering meningkat selama periode peningkatan stress dan hilang pada saat tidur. Penderita juga mengalami masalah koordinasi gerakan otot bicara (disartria). CP atetoid terjadi pada 10-20% penderita CP.

3. CP Ataksid

Jarang dijumpai, mengenai keseimbangan dan persepsi dalam. Penderita yang terkena sering menunjukkan koordinasi yang buruk, berjalan tidak stabil dengan gaya berjalan kaki terbuka lebar, meletakkan kedua kaki dengan posisi yang saling berjauhan, kesulitan dalam melakukan gerkan cepat dan tepat, misalnya menulis atau mengancingkan baju. Mereka juga sering mengalami tremor, dimulai dengan gerakan volunter misalnya mengambil buku, menyebabkan gerakan seperti menggigil pada bagian tubuh yang baru akan digunakan dan tampak memburuk sama dengan saat pendertia akan menuju obyek yang dikehendaki. Bentuk ataksid ini mengenai 5-10% penderita CP.

4. CP Campuran

Sering ditemukan pada seorang penderita mempunyai lebih dari satu bentuk CP yang akan dijabarkan di atas. Bentuk campuran yang sering dijumpai adalah spastic dan gerakan atetoid tetapi kombinasi lain juga mungkin dijumpai.

Dari defisit neurologis, CP terbagi :

1. Tipe spastis atau piramidal

Pada tipe ini gejala yang hampir selalu ada adalah:

(Hipertoni (fenomena pisau lipat)

(Hiperfleksi yang disertai klonus

(Kecenderungan timbul kontraktur

(Refleks patologis

2. Tipe ekstrapiramidal

Akan berpengaruh pada bentuk tubuh, gerakan involunter, seperti atetosis, distonia, ataksia. Tipe ini sering disertai gangguan emosional dan retradasi mental. Disamping itu juga dijumpai gejala hipertoni, hiperfleksi ringan, jarang sampai timbul klonus. Pada tipe ini kontraktur jarang ditemukan apabila mengenai saraf otak bisa terlihat wajah yang asimetris dan disartri

3. Tipe campuran

Gejala-gejala merupakan campuran kedua gejala di atas, misalnya hiperrefleksi dan hipertoni disertai gerakan khorea.Patofisiologi

Berikut ini adalah masa puncak perkembangan otak

Neurulation primer - Minggu 3-4 kehamilan

Perkembangan Prosencephalic - Bulan 2-3 kehamilan

Neuronal proliferasi - Bulan 3-4 kehamilan

Neuronal migrasi - Bulan 3-5 kehamilan

Organisasi - Bulan 5 kehamilan sampai tahun postnatal

Mielinisasi - Lahir untuk tahun postnatal

Penelitian kohort telah menunjukkan peningkatan risiko cedera otak atau perkembangan otak yang tidak normal pada anak-anak yang lahir prematur sedikit (37-38 minggu) atau postterm (42 minggu) dibandingkan dengan anak yang lahir pada 40 minggu. Mengingat kompleksitas prenatal dan perkembangan otak bayi, cedera atau perkembangan abnormal dapat terjadi setiap saat, sehingga ada berbagai macam bentuk klinis dari cerebral palsy (apakah karena kelainan genetik, etiologi beracun atau infeksi, atau insufisiensi vaskular). Misalnya, cedera otak sebelum minggu ke-20 kehamilan dapat mengakibatkan defisit migrasi neuronal; Cedera antara minggu ke-26 dan ke-34 dapat menghasilkan leukomalasia periventrikel , cedera antara minggu ke-34 dan ke-40 dapat mengakibatkan cedera otak fokal atau multifokal. Cedera otak akibat insufisiensi vaskular tergantung pada berbagai faktor pada saat cedera, termasuk distribusi vaskular ke otak, efisiensi aliran darah otak dan regulasi aliran darah, dan respon biokimia jaringan otak penurunan oksigenasi (Hoda, 2013).

Prematuritas dan pembuluh darah otak

Stres fisik pada bayi prematur dan ketidakmatangan otak serta pembuluh darahnya mungkin dapat menjelaskan mengapa prematuritas merupakan faktor risiko yang signifikan untuk cerebral palsy. Hipoperfusi dapat mengakibatkan perdarahan matriks germinal atau leukomalasia periventrikel. Antara minggu 26 dan 34 kehamilan, daerah putih pada periventrikel dekat ventrikel lateral yang paling rentan terhadap cedera. Karena daerah ini membawa serat yang bertanggung jawab untuk kontrol motor dan otot kaki, cedera bisa mengakibatkan diplegia spastik (yaitu, kelenturan dominan dan kelemahan kaki, dengan atau tanpa keterlibatan lengan ). (Hoda, 2013)

Leukomalacia periventrikel

Leukomalacia periventrikel umumnya simetris dan dianggap karena cedera materi putih iskemik pada bayi prematur. Cedera asimetris pada materi putih periventrikular dapat mengakibatkan salah satu sisi tubuh menjadi lebih terpengaruh daripada yang lain. Hasilnya mirip seperti hemiplegia spastik namun lebih dicirikan sebagai diplegia spastik asimetris. Kapiler matriks germinal di wilayah periventrikel sangat rentan terhadap cedera hipoksia-iskemik karena lokasi mereka di zona perbatasan vaskular antara zona akhir striate dan arteri thalamic. Selain itu, karena merupakan kapiler otak, mereka memiliki persyaratan yang tinggi dalam metabolisme oksidatif.( Hoda, 2013)

Perdarahan Periventrikel dan intraventrikular

Kelas I - subependymal dan / atau germinal matriks perdarahan

Kelas II- perdarahan subependymal dengan ekstensi ke dalam ventrikel lateral tanpa pembesaran ventrikel

Kelas III - perdarahan subependymal dengan ekstensi ke dalam ventrikel lateral dengan pembesaran ventrikel

Kelas IV - Sebuah perdarahan matriks germinal yang membedah dan meluas ke parenkim otak yang berdekatan, terlepas dari ada atau tidak adanya perdarahan intraventrikular, juga disebut sebagai perdarahan intraparenchymal saat ditemui di tempat lain di parenkim. Perdarahan memperluas ke materi putih periventrikular berkaitan dengan germinal matriks perdarahan / perdarahan intraventrikular ipsilateral disebut sebuah hemoragik periventrikel infark vena.( Hoda, 2013)

Cidera pembuluh darah otak dan hipoperfusi

Cedera pembuluh darah pada saat ini cenderung terjadi paling sering pada distribusi arteri serebral tengah, mengakibatkan cerebral palsy spastik hemiplegia. Namun, otak jangka juga rentan terhadap hipoperfusi, yang sebagian besar target DAS daerah korteks (misalnya, zona akhir arteri serebral utama), sehingga spastic tunadaksa cerebral palsy. Basal ganglia juga dapat dipengaruhi, sehingga terjadi diskinesia cerebral palsy.( Hoda, 2013)

Manifestasi Klinis

Gambaran awal pada penderita cerebral palsy biasanya tampak pada usia 12 tahun :

Dosis 20 - 80 mg/hari per oral, dibagi dalam 3-4 dosis. Dosis dimulai 5 mg per oral 3 kali per hari, kemudian dosis dinaikkan 15 mg/hari, maksimal 80 mg/hari Dantrolene

Obat ini bekerja dengan mengintervensi proses kontraksi otot sehingga kontraksi otot tidak bekerja. Dosis yang dianjurkan dimulai dari 25 mg/hari, maksimal 40 mg/hari

Penderita dengan cerebral palsy atetoid kadang-kadang dapat diberikan obat-obatan yang dapat membantu menurunkan gerakan-gerakan abnormal. Obat yang sering digunakan termasuk golongan antikolinergik, bekerja dengan menurunkan aktivitas acetilkoline yang merupakan bahan kimia messenger yang akan menunjang hubungan antar sel otak dan mencetuskan terjadinya kontraksi otot. Obat-obatan antikolinergik meliputi trihexyphenidil, benztropine dan procyclidine hydrochloride. Adakalanya, klinisi menggunakan membasuh dengan alkohol atau injeksi alkohol kedalam otot untuk menurunkan spastisitas untuk periode singkat. Tehnik tersebut sering digunakan klinisi saat hendak melakukan koreksi perkembangan kontraktur. Alkohol yang diinjeksikan kedalam otot akan melemahkan otot selama beberapa minggu dan akan memberikan waktu untuk melakukan bracing, terapi. Pada banyak kasus, teknik tersebut dapat menunda kebutuhan untuk melakukan pembedahan (FKUI, 2007). Terapi Bedah Pembedahan sering direkomendasikan jika terjadi kontraktur berat dan menyebabkan masalah pergerakan berat. Dokter bedah akan mengukur panjang otot dan tendon, menentukan dengan tepat otot mana yang bermasalah. Menentukan otot yang bermasalah merupakan hal yang sulit, berjalan dengan cara berjalan yang benar, membutuhkan lebih dari 30 otot utama yang bekerja secara tepat pada waktu yang tepat dan dengan kekuatan yang tepat. Masalah pada satu otot dapat menyebabkan cara berjalan abnormal. Lebih jauh lagi, penyesuaian tubuh terhadap otot yang bermasalah dapat tidak tepat. Alat baru yang dapat memungkinkan dokter untuk melakukan analisis gait. Analisis gait menggunakan kamera yang merekam saat penderita berjalan, komputer akan menganalisis tiap bagian gait penderita. Dengan menggunakan data tersebut, dokter akan lebih baik dalam melakukan upaya intervensi dan mengkoreksi masalah yang sesungguhnya. Mereka juga menggunakan analisis gait untuk memeriksa hasil operasi. Oleh karena pemanjangan otot akan menyebabkan otot tersebut lebih lemah, pembedahan untuk koreksi kontraktur selalu diamati selama beberapa bulan setelah operasi (FKUI, 2007).Teknik kedua pembedahan, yang dikenal dengan selektif dorsal root rhizotomy, ditujukan untuk menurunkan spastisitas pada otot tungkai dengan menurunkan jumlah stimulasi yang mencapai otot tungkai melalui saraf. Dalam prosedur tersebut, dokter berupaya melokalisir dan memilih untuk memotong saraf yang terlalu dominan yang mengontrol otot tungkai, walaupun disini terdapat kontroversi dalam pelaksanaannya (FKUI, 2007).Prognosis dan Komplikasi

Pada tahun 1983, 50% dari anak berusia 4 tahun yang tidak dapat mengangkat kepala pada posisi tengkurap dan mendapat asupan makan melalui tube, rata-rata bertahan hidup sampai usia 10,9 tahun. Pada tahun 2010, usia rata-rata anak bertahan hidup meningkat menjadi 17,1 tahun. Pada anak-anak rawat jalan probabilitas kelangsungan hidup sampai dewasa tidak berubah lebih dari 1%. Harapan hidup bagi remaja dan orang dewasa lebih rendah pada mereka dengan keterbatasan fungsi motoric berat dan keterampilan makan, dan menurun dengan bertambahnya usia. Harapan hidup bagi remaja yang mendapat tube-fed dan orang dewasa meningkat sebesar 1 sampai 3 tahun, tergantung pada usia dan diasabilitas pasien (Brooks JC et al. 2014).

Di antara anak-anak dengan cerebral palsy, 3 dari 4 anak dalam keadaan sakit; 1 dari 2 pasien memiliki cacat intelektual; 1 dari 3 pasien tidak bisa berjalan; 1 dari 3 pasien mengalami dislokasi pinggul; 1 dari 4 pasien tidak bisa bicara; 1 dari 4 pasien memiliki epilepsi; 1 dari 4 pasien memiliki gangguan perilaku; 1 dari 4 pasien memiliki gangguan perkemihan; 1 dari 5 pasien mengalami gangguan tidur; 1 dari 10 pasien buta; 1 dari 15 pasien tube-fed; dan 1 dari 25 pasien tuli. (Novak L et al. 2012)

Komplikasi cerebral palsy termasuk spastisitas dan kontraktur; kesulitan makan; drooling; kesulitan komunikasi; osteopenia; osteoporosis; fraktur; nyeri; dan abnormalitas fungsi gastrointestinal diantaranya obstruksi, muntah, dan sembelit (Krigger KW. 2006).

PENUTUP

Kesimpulan

Cerebral palsy (CP) adalah sekelompok gangguan yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bergerak, menjaga keseimbangan dan postur tubuh. CP merupakan cacat motor yang banyak terjadi pada anak-anak. Cerebral Berarti sesuatu yang berkaitan dengan otak. Palsy berarti kelemahan atau masalah dengan menggunakan otot. CP disebabkan oleh perkembangan otak abnormal atau kerusakan pada otak yang berkembang yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengontrol ototnya. Gejala CP bervariasi pada masing-masing orangprogresif pada usia muda. Ditandai dengan paresis, gerakan volunter, atau gangguan koordinasi. Beberapa program dalam penatalaksanaan penderita cerebral palsy seperti kerjasama tim terapi medis dan fisioterapi, terapi pembedahan, serta pemberian medikamentosa dapat membantu penderita cerebral palsy dalam melakukan aktivitasnya sehari hari, dan pentingnya terapi psikologis untuk memberikan semangat dan dorongan kepada penderita serta keluarga untuk menghadapi permasalahan sosial yang terjadi.

Daftar Pustaka

Abdel-Hamid H Z. 2013. Cerebral Palsy. [Online] Available from < http://emedicine.medscape.com/article/1179555-overview#showall > [Acessed on 2 mei 2015]

Brooks JC et al. 2014. Recent trends in cerebral palsy survival. Part II: individual survival prognosis. Developmental Medicine & Child Neurology, 56: 10651071.[available at: https://s3.amazonaws.com/objects.readcube.com/articles/downloaded/wiley/ad40884b05db921c2d72786db1b9c4be680f11b983d1ed02760fc3158c29fb75.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAIJZYFKH6APDFT3HA&Expires=1430784000&Signature=od1tRANGnTGhxAL7mmoUC4wkjfc%3D&response-content-disposition=attachment%3B%20filename%3D%22Brooks_et_al-2014-Developmental_Medicine_%26_Child_Neurology.pdf%22].

CDC. 2015. Cerebral Palsy (CP). Centers for Disease Control and Prevention. [online]. Available from : http://www.cdc.gov/ncbddd/cp/facts.html [Accessed on: 2 may 2015].

Christensen et al. 2014. Prevalence of cerebral palsy, co-occurring autism spectrum disorders, and motor functioning - Autism and Developmental Disabilities Monitoring Network, USA, 2008. Dev Med Child Neurol.;56(1):59-65.

Herskind A. 2014. Early identication and intervention in cerebral palsy. Developmental medicine & child neurology. Available from < http://www.aacpdm.org/UserFiles/file/PC1_v1.pdf > [Acessed on 2 mei 2015]

Hoda Z . 2013. Cerebral Palsy. [online]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1179555-overview#aw2aab6b2b4a [Accessed on: 2 May 2015].

Krigger KW. 2006. Cerebral Palsy: An Overview. American Family Physician, Vol 73, Number 1 . [available at: http://www.aafp.org/afp/2006/0101/p91.pdf] .

Novak L et al. 2012. Clinical Prognostic Messages From a Systematic Review on Cerebral Palsy. PEDIATRICS, Volume 130, Number 5. [available at : http://pediatrics.aappublications.org/content/early/2012/10/02/peds.2012-0924.full.pdf]Saharso D. Palsi Serebral dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Divisi Neuropediatri Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya. Surabaya: FK UNAIR/RS DR. Soetomo, 2006.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku kuliah ilmu kesehatan anak 2. Jakarta : Infomedika Jakarta ; 2007.

Cerebral Palsy | 1