CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI...

70
CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASAN (Studi Analisa Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan No. 243/ Pdt.G/ 2007/ PA.JS.) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) oleh : Andri Safa Sinaga NIM : 105044101358 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1430 H / 2009 M

Transcript of CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI...

Page 1: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASAN

(Studi Analisa Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan No. 243/ Pdt.G/ 2007/

PA.JS.)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

oleh :

Andri Safa Sinaga

NIM : 105044101358

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A

1430 H / 2009 M

Page 2: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASAN (Studi Analisa Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan No. 243/ Pdt.G/ 2007/

PA.JS.)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Andri Safa Sinaga

NIM :15044101358

Pembimbing :

DR. K.H. Juaini Syukri, Lcs. M.A.

NIP : 150 256 969

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM

STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN

HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1430 H / 2009 M

Page 3: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

KATA PENGANTAR

����� ������� ��

Assalammu’alaikum. Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah menciptakan

manusia sebagai mahluk yang paling sempurna. Diantara salah satu

kesempurnaannya adalah Allah karuniakan manusia pikiran dan kecerdasan. Shalawat

dan salam kita sanjungkan kepada pemimpin revolusioner ummat Islam sedunia

tiada lain yakni, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan

ummatnya yang selalu berpegang teguh hingga akhir zaman

Empat tahun menempuh studi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta ini tentu bukan waktu yang singkat, banyak pengalaman baik

suka maupun duka yang penulis alami dan rasakan, selain itu juga banyak pelajaran

yang secara langsung maupun tidak langsung yang dapat diambil penulis. Dengan

demikian dalam kesempatan yang berharga ini penulis ingin mengungkapkan rasa

hormat dan terima kasih tiada terhingga kepada:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.M. Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

i

Page 4: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

2. Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H., M.A. Ketua Program Studi Ahwal Syakhsiyah

Konsentrasi Peradilan Agama Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Kamarusdiana, S.Ag., M.H. Sekretaris Program Studi Ahwal Syakhsiyah

Konsentrasi Peradilan Agama Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. DR. K.H. Juaini Syukri, Lcs. M.A. yang bersedia membimbing dan telah

memberikan pengarahan, motivasi serta tidak jera memberi masukan-

masukan dalam penyelesaian skripsi ini sekaligus tidak bosan-bosannya

untuk megingatkan secara langsung penulis di tengah-tengah kesibukannya.

5. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta. yang telah memberi dan membagi ilmu

pengetahuannya kepada penulis, sehingga penulis terbekali akan ilmu yang

yang bermanfaat dan berharga yang suatu saat akan berguna bagi penulis.

6. . Jajaran staf dan karyawan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Atas pelayanannya sehingga

penulis merasa terbantu dalam memperoleh referensi-referensi untuk karya

ilmiah ini.

7. Teristimewa buat yang tak ingin ku kecewakan Ayahanda Juhairdin Sinaga

dan Ibunda Siti Maryam Siregar, Terima kasih atas segala do’a, kesabaran,

i

Page 5: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

jerih payah dan pengorbanan serta nasihat yang senantiasa memberikan

semangat tanpa jemu hingga ananda dapat menyelesaikan studi. Tiada kata

yang pantas selain ucapan do’a, sungguh jasamu tiada tara dan tak akan

pernah terbalaskan serta abangku Hendra Wira Buana Sinaga dan adik-adik

yang kucinta dan kusayangi, Harma Zwendy Sinaga, Muhammad Ridho

Fahmi Sinaga, Romi Hoesin Sinaga, dan Keluarga Besarku di Kota Medan

dan Sekitarnya.

8. Sahabat-sahabatku, kelas Peradilan Agama angkatan 2005. Lingkup

organisasi.dan teman-teman dimasa perkuliahan dan diluar perkuliahan.

Terima kasih atas kebersamaan dan kehangatan semoga persahabatan kita

tetap terjalin sampai kita tidak tahu kapan waktunya.

Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca

pada umumnya serta menjadi amal baik kita disisi Allah SWT. Akhir kata, semoga

setiap bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah

SWT.

Wasallamu’alaikum. Wr. Wb.

Jakarta, 23 November 2009

Penulis

Andri Safa Sinaga

i

Page 6: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

OUTLINE

KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................. vi

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………..

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah……………………………….

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian……………………………………..

D. Metode Penelitian…………………………………………………...

E. Sistematika Penulisan……………………………………………….

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN MENURUT

KOMPILASI HUKUM ISLAM

A. Pengertian dan Syarat Cerai Gugat…………………………………

B. Sebab-Sebab Terjadinya…………………………………………….

D. Macam-Macam dan Akibat Perceraian……………………………...

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KEKERASAN DALAM RUMAH

TANGGA

A. Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga.....................................

B. Jenis-Jenis Kekerasan Dalam Rumah Tangga.....................................

C. Sebab-Sebab Terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga.................

Page 7: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

BAB IV ANALISA PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT AKIBAT

KEKRASAN DLAM RUMAH TANGGA

A. Profil Pengadilan Agama Jakarta Selatan………………................

B. Prosedur Cerai Gugat di Pengadilan Agama Jakarta Selatan………..

C. Putusan Perceraian Akibat Kekerasan Dalam Rumah Tangga……….

D. Analisis Penulis……………………………………………………….

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………...

B. Saran………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 8: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan menurut Hukum Islam yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan

ghalidzhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.1

Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang

sakinah, mawaddah, dan rahmah. Perkawinan juga ‘aqad yang menghalalkan

pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban serta bertolong-tolongan antara seorang

laki-laki dan perempuan yang antara keduanya bukan muhrim.2

Sebagaimana firman

Allah SWT:

����� ��� ��� ��� ����� ��� ���� �� �� �� ������ ������ �� � �� ���� �� ���� ���

��� ������� �� ���� ��� ��� ������ ��� .... (ا����ء: 3 )

Artinya: “Maka bolehlah kamu menikahi perempuan yang kamu pandang baik untuk

kamu, dua atau tiga atau empat, jika kiranya kamu takut tidak dapat berlaku adil

diantara mereka itu, hendaklah kamu kawini seorang saja”. (Q.S. An-nisa: 3).

Firman Allah SWT:

1 A. Basiq Djalil, Pernikahan Lintas Agama Dalam Perspektif Fiqh dan Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta : Qalbun Salim, 2005).

2 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Jakarta : Attahiriyah, 1976), cet.ke-17, h.355.

Page 9: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

2

���� � ������ ������� �� ��� ������ � ���� �� ������ �� ��� � ���� �� ������ �� ����

( �:وما�) ������ �� �� ��� � ���� � �� ���� �� � � ��� ��� ��

Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan

untukmu istri-istri dari jenismu, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram

kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada

yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi kaum yang berpikir”.(Q.S. Ar-

Rum: 21).

Nikah adalah salah satu asas pokok hidup yang terutama dalam pergaulan atau

masyarakat yang sempurna, bukan saja perkawinan itu satu jalan yang amat mulia

untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan turunan, tetapi perkawinan itu dapat

dipandang sebagai satu jalan menuju pintu perkenalan antara satu kaum dengan lain,

serta perkenalan itu akan menjadi jalan buat menyampaikan kepada bertolong-

tolongan antara satu dengan yang lainnya.

Sebenarnya pertalian nikah adalah pertalian yang seteguh-teguhnya dalam hidup

dan kehidupan manusia, bukan saja antara suami isteri dan turunan bahkan antara dua

keluarga. Betapa tidak? Dari sebab baik pergaulan antara isteri dengan suaminya,

kasih-mengasihi, akan berpindahlah kebaikan itu kepada semua keluarga dari kedua

belah pihaknya, sehingga mereka menjadi satu dalam segala urusan bertolong-

tolongan sesamanya dalam menjalankan kebaikan dan menjaga segala kejahatan.

Selain dari pada itu, dengan perkawinan seseorang akan terpelihara dari pada

kebinasaan hawa nafsunya.3

3 Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Mukhtasar Shahih Muslim, (Beirut : Al-Makkah Al-Islami,

tth), Jilid I, h. 557.

Page 10: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

3

Sabda Rasulullah SAW:

��ل ��� رس�ل ا� ��� ا� ���� و س�� : ����� ا�� �ب, � ��� : � ���$# ر "! ا� ��� �

'�ءن� ا/. �� % وا-% ��,ج, و � �� ��*() '���� ب��%�م

س*(�ع ���3 ا� �ءة '��*1وج,

4(ȅǁ�Ƽ) و��5ءdz�� ơءن��' ǽơȁ�

Artinya: Dari Ibnu Umar RA. Dia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda kepada

kita: “Hai pemuda-pemuda barang siapa yang mampu diantara kamu serta

berkeinginan hendak kawin, hendaklah dia kawin. Karena sesungguhnya perkawinan

itu akan memejamkan matanya terhadap orang yang tidak halal untuk dilihatnya, dan

akan memeliharakannya dari godaan syahwat. Dan barang siapa yang tidak mampu

kawin hendaklah dia puasa, karena dengan puasa, hawa nafsunya terhadap

perempuan akan berkurang

.

Bahwa kawin itu akan mengurangi rasa was-was setan dari dalam dada terhadap

nafsu atas perempuan. Pengaruh was-was ini amat besar, sehingga sering menghambat

seseorang sedang berdiri shalat mengahadap Tuhan-Nya, atau ketika sedang membaca

kitab suci, ataupun ketika sedang asyik berdzikir, maka jadilah ia sebagai orang yang

tidak beradab kepada Tuhan-Nya.5

Kemudian kawin itu akan mengekang mata dari melihat sesuatu yang haram dan

memelihara kemaluan dari melakukan hal-hal yang terlarang. Dalam hal ini, terdapat

banyak riwayat yang menunjukkan kelebihan berkawin. Kesemuanya itu dipetik dari

Al-Quran dan Hadits Nabi Saw. yang telah diketahui secara luas, khususnya oleh

orang-orang yang berilmu pengetahuan.

Allah SWT berfirman:

h.182

4 Bukhari, Badr al-Din. Umdad al-Qari, Bab man la yastati’ al-baah, Jilid 29, Hadits no. 6605,

5 Habib Abdullah Haddad, Nasehat Agama dan Wasaiat Iman, Terjemah An-nasaih Ad-diniyah

wa Al-washaya Al-imaniyah, (Bandung : Gema Risalah Press, 1993), cet.ke-3, h.324

Page 11: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

4

� � ���� �� �� �� ���� � ���� ��� ��������� ������ � �� ����� �������� �

(� : ا���ر) ��������� �� �����

Artinya: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman,”Hendaklah mereka

menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah

lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka

perbuat. (An-nur: 30)

Sesudah kawin, orang yang sabar dalam mempergauli isterinya dengan baik,

memenuhi hak dan kewajiban terhadap isteri, dan mengeluarkan nafkah atas isteri dan

anak-anaknya, niscaya akan beroleh pahala yang besar. Di antara penyebabnya ialah,

pahala mendapat anak-anak yang shaleh yang menyembah Allah, mendoakan kedua

ibu-bapak mereka dan memohonkan ampunan bagi keduanya, baik semasa hidup

keduanya maupun sesudah mati. Apabila anak-anak itu mati sebelum mencapai usia

baligh, maka kedua ibu-bapaknya akan memperoleh pahala dan balasan yang besar,

disebabkan kesabaran atas bencana yang menimpa mereka.6

Demikianlah maksud perkawinan yang sejati dalam Islam. Dengan singkat untuk

kemaslahatan dalam rumah tangga dan turunan, juga untuk kemaslahatan masyarakat.

Kehidupan suami isteri hanya bisa tegak kalau ada dalam ketenangan, kasih sayang,

pergaulan yang baik, dan masing-masing pihak menjalankan kewajibannya dengan

baik. Tetapi adakalanya terjadi suami membenci isteri atau isteri membenci suaminya.

6 Habib Abdullah Haddad, Nasehat Agama dan Wasaiat Iman, Terjemah An-nasaih Ad-diniyah wa

Al-washaya Al-imaniyah, cet.ke-3, h.325

Page 12: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

5

Dalam keadaan seperti ini Islam memberikan obat penawar yaitu sabar sebagai

penghilang sebab-sebab timbulnya rasa kebencian tersebut.

Pada dasarnya perkawinan itu dilakukan untuk selamanya sampai wafatnya

salah seorang suami isteri, inilah sebenarnya yang dikehendaki dalam Islam.

Salah satu azas perkawinan adalah monogami (tawahhud al-zawj). Perkawinan

dilakukan atas prinsip kerelaan (al-taraadli), kesetaraan (al-musaawah), keadilan

(al’adaalah), kemaslahatan (al-maslahat), pluralisme (al-ta’addudiyyah), dan

demokratis (al-diimuqrathiyyah).7

Namun dalam keadaan tertentu terdapat hak-hak yang menghendaki putusnya

perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

menimbulkan kemudharatan yang akan terjadi.8

Dalam azas perkawinan yang ada juga ditekankan untuk mempersulit terjadinya

perceraian artinya mempertahankan rumah tangga dengan cara yang baik, apabila

terpaksa melepaskannya dengan cara yang baik pula Sebagaimana Firman Allah SWT:

�� ��� � ��� �� ���� �� � ����� ����� (أ� �ة /227)

Artinya: Jika mereka bercita-cita hendak menceraikannya maka sesungguhnya Allah

Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, (Al-Baqarah:227).

Meski diperbolehkan untuk bercerai, tetapi hal itu suatu perbuatan yang paling

dibenci oleh Islam karena akan menghilangkan kemaslahatan antara suami isteri.9

7 Tim Pengarusutamaan Gender Departemen Agama RI, Pembaruan Hukum Islam, (Jakarta, 2004), h.36

8 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta : Prenada Media, 2003),cet.I, h.124

Page 13: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

6

Saat masalah yang sudah ada tidak dapat diselesaikan dengan upaya perdamaian

maka Islam memberikan solusi dengan dibolehkannya perceraian. Cerai atau putusnya

perkawinan dapat terjadi atas kehendak suami ataupun kehendak isteri. Hal ini karena

karakteristik hukum Islam dalam perceraian memang menghendaki demikian,

sehingga proses perceraiannya pun berbeda.10

Perceraian atas kehendak suami disebut

cerai thalaq, dan perceraian atas kehendak isteri disebut cerai gugat.

Keutuhan dan kerukunan rumah tangga dapat terganggu jika kualitas

pengendalian diri tidak dapat dikontrol, yang ada pada akhirnya dapat terjadi

kekerasan dalam rumah tangga sehingga timbul ketidakamanan atau ketidakadilan

terhadap orang yang berada dalam lingkup rumah tangga tersebut.11

Kekerasan adalah tindakan dan serangan terhadap seseorang yang kemungkinan

dapat melukai fisik, psikis, dan mental, serta menyebabkan penderitaan dan

kesengsaraan.12

Kekerasan atau penganiayaan tidak selayaknya terjadi, terlebih dalam sebuah

rumah tangga antara suami isteri, karena dalam pandangan Islam berumah tangga

adalah suatu ibadah. Karena itu Islam tidak pernah membenarkan kekerasan dalam

rumah tangga

Sebagaimana firman Allah dalam surat An-nisa ayat 19:

9 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Beirut : Dar al-Kitab al-Farabi, 1973), cet-2, h.9

10 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996), cet.I h.206

11 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, (Jakarta : Visimedia, 2007), cet.I

h.68-69

12 Tim Pengarusutamaan Gender Departemen Agama RI, Pembaruan Hukum Islam, h.35

Page 14: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

7

���� ��� � �������� ��� ��� �� �� �� ����� �� ���� ���� � ������ ��� �� �� ���

��� � ������ ��������� � ��� ��� � ������� �� ���� �� � ���������� �� ����

���� ��� ��� �������� ���� ������� �� ��� �� �� �������� (أ����ء19 )

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak

mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali

bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka

secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah)

karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu. Padahal Allah menjadikan padanya

kebaikan yang banyak. (An-Nisa: 19)

Awalnya masalah kekerasan dalam rumah tangga terhadap isteri tidak banyak

menarik perhatian publik, karena kebanyakan perempuan memilih untuk diam dan

menerima perlakuan suaminya. Namun seiring berjalannya waktu, akhirnya masalah

ini menjadi pembicaraan yang hangat dan meledak di media massa maupun elektronik.

Alasan yang dibolehkan bagi seorang isteri untuk meminta cerai dari suaminya

telah diatur dalam PP No.9 Tahun 1975 tentang “Pelaksanaan Undang-Undang Nomor

1 Tahun 1974 tentang Perkawinan” pasal 19 dan salah satu alasan yang dapat

dikabulkan oleh hakim adalah perlakuan yang menyakitkan yang terus menerus

terhadap isteri.13

Hal ini sejalan dengan isi PP No.9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun1974 tentang Perkawinan pasal 19 poin (d) yaitu:

salah satu pihak melakukan kekerasan atau penganiayaan berat yang dapat

membahayakan pihak lain. Berdasarkan hal tersebut diatas dan kaitannya dengan

13 Undang-Undang Perkawinan di Indonesia: PP No.9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan

Peraturan UU No.1 Tahun 1974 (Jakarta : Pradnya Paramita, 1991),h.45

Page 15: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

8

gugatan cerai isteri maka jika suami melakukan kekerasan berat terhadap isterinya,

maka isteri berhak melakukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama.

Di dalam KHI juga telah diatur, Bab XVI Mengenai Putusnya Perkawinan Pasal

116, point d yang menyatakan “ salah satu pihak melakukan kekejaman atau

penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain” dan point f, yang menyatakan“

antara suami atau isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak

ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga”.

Kemudian sampai sejauh mana ukuran keobjektifan suatu perlakuan dapat

dikatakan kejam atau termasuk perbuatan tindakan kekerasan sehingga dapat dijadikan

alasan dalam memohon perceraian.

Kekerasan dalam rumah tangga merupakan suatu fenomena pelanggaran HAM.

Sehingga masalah ini tercakup sebagai salah satu bentuk diskriminasi khususnya pada

perempuan atau isteri. Kekerasan dalam rumah tangga merupakan masalah sosial yang

kurang mendapat perhatian dalam masyarakat karena memiliki ruang lingkup yang

tertutup karena bersifat pribadi dan terjaga privasinya, kekerasan rumah tangga

dianggap wajar karena diyakini bahwa memperlakukan isteri sekehendak suami

merupakan hak suami sebagai pemimpin dalam rumah tangga.

Realita inilah yang yang menyebabkan minimnya tanggapan masyarakat dan

pihak yang berwajib terhadap keluh kesah para isteri (perempuan), yang dalam

menjalani bahtera rumah tangganya terlibat dalam suatu perselisihan dan pertengkaran

yang kemudian berujung kepada tindak kekerasaan dari suami terhadap isteri dalam

rumah tagga mereka.

Page 16: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

9

Sebab landasan uraian diatas, penulis tertarik dan bermaksud untuk mengkaji

dan meneliti lebih mendalam permasalahan tersebut yaitu mengenai gugatan cerai

yang diakibatkan oleh suatu pertengkaran yang berlanjut kepada tindakan kekerasan

dalam rumah tangga. Sebagaimana yang telah diatur didalam KHI Bab XVI Mengenai

Putusnya Perkawinan Pasal 113, point c yang menyatakan bahwa” Perkawinan dapat

putus karena atas putusan Pengadilan”, maka dalam hal ini penulis memilih

Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang untuk ditelusuri. oleh penulis memberi judul :

“Cerai Gugat Sebab Tindak Kekerasan” (Studi Analisa Putusan Pengadilan Agama

Jakarta Selatan No. 243/ Pdt.G/ 2008/ PA.JS.)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan masalah

Agar apa yang di bahas dalam kajian ini tidak meluas dan simpang siur, maka

dalam hal ini penulis memfokuskan diri untuk menganalisa putusan Pengadilan

Agama Jakarta Selatan Nomor Perkara : 243/ Pdt.G/ 2007/ PA.JS. tentang suatu

kasus cerai gugat yang disebabkan oleh tindak kekerasan dalam rumah tangga.

2. Perumusan Masalah

Undang-Undang telah mengatur masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga,

dengan UU. No.23 Tahun 2004 Tentang “Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga”, dan diatur di dalam KHI Bab XVI Mengenai Putusnya Perkawinan Pasal

116, point d. yang menyatakan “Salah satu pihak melakukan kekejaman atau

penganiayaan berat yang membahayaan pihak lain”. Dan point f. yang menyatakan

“Antara suami atau isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan

Page 17: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

10

tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga”. Sedangkan realita

yang banyak terjadi sekarang ini, dimana masih banyak individu-individu yang di

dalam mengarungi bahtera rumah tangga terlibat dalam suatu perselisihan dan

pertengkaran yang berlanjut kepada tindak kekerasan dalam rumah tangga tersebut,

khususnya terhadap pihak perempuan atau isteri.

Dari perumusan masalah di atas, setidaknya dapat dirinci dalam bentuk

pertanyaan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan tindak kekerasan dalam rumah

tangga itu sering terjadi?

2. Apa saja jenis-jenis tindak kekerasan dalam rumah tangga yang sering terjadi

di Pengadilan Agama Jakarta Selatan?

3. Apa yang menjadi pertimbangan hakim memutuskan perkara tersebut?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksud untuk mendeteksi dan menelusuri bagaimana

sesunnguhnya realitas hukum yang ada di lingkungan Pengadilan Agama, khusunya

dalam lingkup yang relatif tertutup, yaitu perceraian yang disebabkan suatu

pertengkaran dan berlanjut kepada tindak kekerasan dalam rumah tangga, setidaknya

tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:

1) Mengetahui faktor yang menjadi penyebab terjadinya suatu pertengkaran

yang berlanjut kepada tindak kekerasan dalam rumah tangga

Page 18: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

11

2) Mengetahui bentuk pertengkaran dan kekerasan dalam rumah tangga di

Pengadilan Agama Jakarta Selatan

3) Mengetahui apa yang menajadi dasar hakim memutuskan perkara dalam

putusan tersebut.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin penulis sampaikan dari penelitian ini adalah,

setidaknya sebagai berikut:

1. Ingin memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai bagaimana

sebenarnya proses penyelesaian perkara cerai gugat akibat suatu

pertengkaran dan kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga di

Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

2. Turut berkontribusi dalam memperkaya kahazanah ilmu pengetahuan

khususnya dalam bidang perkawinan dan perceraian.

3. Selanjutnya penelitian ini diaharapkan dapat digunakan sebagi bahan

acuan dan masukan bagi Sarjana Hukum Islam yang bersifat praktis dan

menjadi rujukan bagi para civitas akademi dan golongan education pada

umumnya.

D. Metode Penelitian

1. Pendekatan Maasalah

Mengingat dalam penulisan suatu karya ilmiah atau skripsi dimana metode

penelitian mempunyai peranan yang sangat penting untuk dapat mencapai hasil

Page 19: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

12

yang baik dan memadai, karena metode ini merupakan cara kerja untuk dapat

memahami dan mengelola obyek yang menjadi sasaran penelitian.

Dari itu penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, pendekatan

kualitatif berarti upaya menemukan kebenaran dalam wilayah-wilayah konsep

mutu. Yaitu melakukan analisa isi, menganalisa dengan cara menguraikan, dan

mendeskripsikan isi dari putusan yang penulis dapatkan tersebut. Kemudian

menghubungkannya dengan masalah yang penulis ajukan, sehingga ditemukan

kesimpulan yang obyektif, logis, konsisten dan sistematis sesuai tujuan yang

dikehendaki penulis dalam penelitian ini.

2. Sumber Data

a. Data Primer

Didapatkan dari Pengadilan Agama yaitu berupa putusan cerai mengenai

perceraian akibat pertengkaran yang berlanjut kepada tindak kekerasan dalam runah

tangga yang terjadi di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dengan nomor perkara:

243/Pdt.G/2008/PA.JS. Wawancara terhadap hakim, kemudian data tersebut

dianalisis dengan cara menguraikan dan menghubungkan dengan masalah yang

dikaji.

b. Data Sekunder

Diperoleh dengan jalan mengadakan studi kepustakaan, mempelajari dan

menelaah data-data atau teori-teori tertulis lainnya, baik dari Al-Quran, Hadits,

buku-buku ilmiah, Undang-Undang, Kompilasi Hukum Islam (KHI), serta

peraturan lainnya yang erat kaitannya dengan masalah yang diajukan.

3. Tekhnik Pengumpulan Data

Page 20: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

13

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:

a. Menganalisis terhadap putusan cerai gugat dengan alasan pertengkaran yang

berlanjut kepada tindak kekerasan dalam rumah tangga pada Pengadilan Agama

Jakarta Selatan dengan nomor putusan 243/Pdt.G/2008/PA.JS.

b. Interview atau wawancara, dalam hal ini penulis akan mengadakan dialog

langsung dengan hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

4. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan meggunakan analisa

kualitatif, yaitu menganalisis dengan cara menguraikan dan mendeskripsikan

putusan perkara perceraian akibat pertengkaran yang berlanjut kepada tindak

kekerasan dalam rumah tangga yaitu putusan dengan nomor perkara

243/Pdt.G/2008/PA.JS. dan menghubungkannya dengan hasil interview dari pihak

yang menyelesaikan perkara tersebut, dalam hal ini yaitu hakim Pengadilan Agama

Jakarta Selatan. Sehingga didapatkan kesimpulam yang obyektif, logis, konsisten

dan sistematis sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penelitian

ini.

E. Sistematika Penulisan

BAB I, Pendahuluan, dalam sub bab ini berisikan tentang Latar Belakang

Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II, Tinjauan Umum Tentang Perceraian Menurut Hukum Islam, dalam sub

bab ini berisikan tentang Pengertian cerai gugat, Syarat-Syarat cerai gugat,

Page 21: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

14

Sebab-Sebab Terjadinya Perceraian, Macam-Macam dan Akibat dari

Perceraian.

BAB III, Tinjauan Umum Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga, dalam sub

bab ini berisikan tentang Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga,

Sebab-Sebab Kekerasan Dalam Rumah Tangga, dan Jenis-Jenis Kekerasan

Dalam Rumah Tangga.

BAB IV, Analisis Putusan Perkara Cerai Gugat Akibat Pertengkaran Yang Berlanjut

Kepada Tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga, dalam sub bab ini

berisikan tentang Profil Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Prosedur Cerai

Gugat di Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Putusan Perceraian Akibat

Pertengkaran Yang Berlanjut Kepada Tindak Kekerasan Dalam rumah

Tangga, dan Analisis Putusan.

BAB V, Penutup, dalam sub bab ini berisikan tentang Kesimpulan dan Saran-

Saran.

34

Page 22: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

A. Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga

A.1. Pengertian Kekerasan

Secara etimologi kekerasan berasal dari kata “keras” yang berarti padat dan

tidak mudah pecah sedangkan kata “kekerasan” itu sendiri adalah perihal (yang

bersifat, berciri) keras, perbuatan seseorang atau kelompok orang yang

menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan fisik atau barang

orang lain, serta paksaan.1

Secara terminologi yang dimaksud kekerasan atau “violence” pada dasarnya

merupakan suatu konsep yang makna isinya sangat bergantung kepada masyarakat

sendiri, seperti dikatakan (Levi, 1994 : 295-353).2

Kekerasan identik dengan bentuk penyiksaan, seperti yang terungkap dalam

ayat-ayat Al-Quran, surat Al-Fajr ayat 25 dijelaskan kekerasan yakni (“maka pada

hari itu tiada seorangpun yang menyiksa seperti siksanya”). Yang dimaksud

kalimat dari ayat ini “menyiksa” adalah kekerasan azab Allah.

Sehubungan dengan makna kekerasan yang cukup luas, karena pengertiannya

merupakan refleksi dari pengakuan realitas sosial dimana kekerasan terjadi.

1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Edisi ke-2, cet.VII, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996), h.484-485

2 Fathul Djannah, dkk, Kekerasan Terhadap Isteri, (Yogyakarta : Lkis, 2003), h.11

Page 23: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

35

Setidaknya kekerasan dapat dirumuskan kedalam dua hal, yaitu lebih menekankan

pada physical force dan nonphisycal force. Kedua bentuk inilah yang diakui oleh

masyarakat internasional sebagai bentuk kekerasan sebagaimana platform for

action yang dihasilkan oleh konferensi Dunia ke-4 tentang perempuan, di Beijing

pada tahun 1995.3

Bila dilihat dari segi unsur budaya, kekerasan dapat diartikan sebagai bentuk

sebuah tindakan “kriminalitas, kerusakan moral, perusakan lingkungan hidup,

pemiskinan, pemerkosaan, dan pelecehan seksual”.4

Biasanya hal yang mendorong

terjadinya tindak kekerasan dilihat dari berbagai segi yaitu “segi sosiologis, karena

adanya faktor kesenjangan ; segi politik, karena adanya rekayasa untuk

kepentingan memelihara status quo ; dan segi filosofis, karena adanya penjajahan

ideologi materialisme.5

Kekerasan bisa terjadi kapan saja, dimana saja, dan oleh siapa saja. Didalam

keluarga, kekerasan terhadap perempuan bisa terjadi diantara anggota keluarga.

Dalam kaitan ini bahwa kekerasan tersebut bisa dilakukan oleh seorang suami

kepada isterinya. Didalam rumah tangga, kekerasan bisa diartikan dengan

3 Fathul Djannah, dkk, Kekerasan Terhadap Isteri, h.12

4 Fathul Djannah, dkk, Kekerasan Terhadap Isteri, h.20

5 Glenn D Paige, dkk., ed., Islam Tanpa Kekerasan, Penerjemah M. Taufiq Rahman, cet-II,

Yogyakarta : LKis, 2000, h.VII

Page 24: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

36

“penganiayaan atau penelantaran” yang dapat digambarkan pada seorang isteri

karena perlakuan yang sewenang-wenang dari suaminya.6

Secara sederhana faktor-faktor yang menimbulkan tindak kekerasan terhadap

isteri dapat dirumuskan menjadi dua faktor: pertama, faktor eksternal dan kedua,

faktor internal.7

Penyebab eksternal timbulnya tindak kekerasan terhadap isteri berkaitan

dengan hubungan kekuasaan suami-isteri dan diskriminasi jender dikalangan

masyarakat. Adapun kekuasaan dalam perkawinan diekspresikan dalam dua area,

yaitu:

a. Dalam hal pengambilan keputusan dan control atau pengaruh dan

b. Yang ada dibelakang layar, seperti ketegangan, konflik, dan penganiayaan.

Faktor internal tumbuhnya kekerasan terhadap perempuan adalah kondisi

psikis dan kepribadian suami sebagai pelaku tindak kekerasan. R. Langley, Ricard.

D. dan Levy. C. menyatakan bahwa kekerasan laki-laki terhadap perempuan

dikarenakan:

a. Sakit mental

b. Pecandu alkhol dan obat bius

c. Penerimaan masyarakat terhadap kekerasan

6 Elli H. Hasbianto, Kekerasan Dalam Rumah Tangga : Sebuah Kejahatan yang Tersembunyi,

dalam Syafiq Hasyim, ed., Menakar Harga Perempuan : Ekplorasi Lanjut Atas Hak-Hak Reproduksi

Perempuan Dalam Islam, cet-II, Bandung : Mizan, 1999, h.189

7 Fathul Djannah, dkk, Kekerasan Terhadap Isteri, h.16-20

Page 25: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

37

d. Kurangnya komunikasi

e. Penyelewengan seks

f. Citra diri yang rendah perubahan situasi dan kondisi

g. Kekerasan sebagai sumber daya untuk menyelesaikan masalah (pola

kebiassan turunan keluarga atau orang tua). (R. Mossi, 1987: 75-76)

A.2. Kekerasan Menurut Hukum Islam dan Undang-Undang No.23 Tahun

2004

Adapun kekerasan dalam hal ini terdapat dua pandangan, yaitu kekerasan

menurut hukum Islam dan kekerasan menurut Undang-undang No. 23 tahun

2004:

1. Kekerasan Menurut Hukum Islam

Dalam Islam kehidupan suami isteri merupakan hubungan kerja sama

kedua belah pihak untuk mewujudkan kehidupan keluarga yang mawaddah wa

rahmah (penuh cinta dan kasih sayang ) dan sakinah (kedamaian). Dalam

mewujudkan kehidupan tersebut Al-Quran memberikan petunjuk bagi suami

isteri.8

8 Basyir, Fiqh Perempuan, h.163

Page 26: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

38

Bagi seorang suami harus mampu menciptakan kehidupan tenteram dan

harmonis dalam rumah tangganya. Dapat memposisikan isterinya sebagai

teman bergaul yang baik, sebagaimana firman Allah SWT:

��� ��� ����� ���� ���� ��� �� ������� �������� ��� � ����� � ������� ��

(� : ا����ء) ���� ����

Artinya:“…dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu

tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak

menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang

banyak.”(Q.S. an-Nisa’: 19)

Dari ayat tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa Al-Quran telah

menggariskan dalam hubungan suami isteri harus berdasarkan mu’asyarah bi

al-ma’ruf. “Dengan prinsip mu’asyarah bi al-ma’ruf, persoalan yang timbul

dalam urusan rumah tangga bisa terselesaikan dengan baik.”9

Namun sangat

disayangkan hal semacam ini jarang diterapkan dalam rumah tangga muslim,

selalu pada suami sebagai orang yang paling berhak dalam pengambilan

keputusan.

9 Basyir, Fiqh Perempuan, h.164

Page 27: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

39

Apabila isteri tidak taat atau melanggar atas keputusan suami, maka isteri

dikenakan sanksi nusyuz. Dalam ketentuan ini sering dijadikan dalih atas

perlakuan suami terhadap isterinya untuk memberikan hukuman berupa

kekerasan. Dengan menggunakan dalil ayat Al-Quran tentang nusyuz, surat an-

Nisa’ ayat 34, “…dan pukullah mereka…,” sering disalahartikan dengan

pemahaman yang sempit.

Banyaknya kejadian suami melakukan kekerasan karena adanya

penolakan isteri dalam hubungan seksual. Hal ini dipicu sehubungan dengan

hadits Nabi SAW yang menyatakan, ”Jika suami mengajak isterinya

berhubungan seks, lalu isterinya menolaknya dan oleh karena itu suami menjadi

marah, maka ia akan mendapat laknat dari para malaikat sampai pagi.

”Kebanyakan orang memahami hadits ini secara tekstual, maka menjadi sumber

hukum yang menguatkan suami untuk memaksa dan melakukan tindak

kekerasan.10

Sejauh bentuk kekerasan itu dilakukan pada seorang suami yang

posisinya sebagai penguasa, maka dapat diwajarkan dengan maksud untuk

menjaga keutuhan rumah tangganya. Karena, wanita punya kewajiban yang

10 Hussein Mahmud, Refleksi Teologis Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan, Dalam

Syafiq Hasyim, ed., Menakar Harga Perempuan: Eksplorasi Lanjut Atas Hak-Hak Reproduksi

Perempuan Dalam Islam, cet-II, Bandunh : Mizan, 1999, h.207-208

Page 28: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

40

harus dijalankan dengan baik termasuk memenuhi kebutuhan seks.

Sebagaimana firman Allah SWT:

.... ������ ��� ������ ����� �� � .... (ا� �ة : 228)

Artinya: “Dan para wanita mempunyi hak yang seimbang dengan

kewajibannya menurut cara yang ma’ruf…”(Q.S. Al-Baqarah: 228)

Suami hendaknya jangan sampai memukul wajah dan bagian tubuh

lainnya yang dapat melukai apalagi sampai mencelakakan terhadap diri isteri.

“Karena tujuan memukul ialah untuk memberi pelajaran dan bukan untuk

membinasakan.”11

suami hendaknya memukul dengan tidak meciderai, dalam

hadits dijelaskan bahwa, “Jika mereka masih tetap melakukannya (nusyuz),

maka pisahkannya mereka dari tempat tidur dan pukullah mereka dengan

pukulan yang tidak menciderai.’’12

Sehubungan dengan kekerasan fisik, Islam telah memberikan batasan-

batasan tertentu yaitu melalui tahapan-tahapan. Firman Allah SWT:

������� ����� � �� �������� ������� ���� ��� �� ������ ������ �

������ ���� �� � � ����� ����� �� ����� ��� ���� ��� � � (ا����ء : ��)

11 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Beirut : Dar al-Kitab al-Farabi, 1973), h.146

12 Fada Abdur Razak, Bangga Menjadi Muslimah, Penerjemah Muhammad Haris KS dan Abdul Mukti Tabrani, (Yogyakarta : Think, 2005), h.181

Page 29: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

41

Artinya: “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah

mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.

kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan

untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar”.

(Q.S. an-Nisa’:34)

Dengan adanya tahap-tahap sanksi seperti yang terdapat dalam surat an-

Nisa’:34 ini, Al-Qur’an justru ingin mencegah pemukulan terhadap isteri dan

secara bertahap mengahapuskannya. Sabda Nabi SAW setelah itu menunjukkan

pelanggaran pemukulan terhadap isteri. Umar memprotes Navi SAW atas

larangan itu. Menurutnya, “Isteri-isteri kami akan bertindak semaunya bila

mereka mendengar tentang ini.” Tetapi pada saat yang lain, ketika banyak

perempuan mengeluhkan pukulan suami mereka, Nabi bersabda,” Mereka

memukul isteri dan tidak bertingkah laku baik. Sungguh bukan termasuk

pengikutku, mereka yang menyebabkan perempuan menjadi tidak baik.13

2. Kekerasan Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2004

Hadirnya Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Pengahapusan

Kekerasan dalam Rumah Tangga (PKDRT), adalah upaya nyata untuk

pencegahan sekaligus penindakan tindak kekerasan dalam rumah tangga, dalam

hal ini melindungi khususnya perempuan sebagai isteri dalam rumah tangga.

13 Al-Asyhar, Fikih Progresif, h.165

Page 30: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

42

Kekerasan yang dimaksud UU PKDRT dalam ketentuan umum BAB I

pasal I ayat (1) menjelaskan bahwa, “ Kekerasan dalam rumah tangga adalah

setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat

timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,

dan/atau penelantaran ruamah tangga termasuk ancaman untuk melakukan

perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum

dalam lingkup rumah tangga .”14

Sehubungan dengan banyaknya kekerasan, terutama kekerasan dalam

rumah tangga yang merupakan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan.

Maka hukum melarang adanya kekerasan dalam rumah tangga tersebut dengan

tujuan memberikan rasa aman orang yang ada di dalamnya termasuk

perempuan (isteri). Dalam Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga (PKDRT),15

larangan kekerasan dalam rumah tangga dijelaskan

secara rinci sebagai berikut:

Pasal 5

Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang

dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara:

14 Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 2004, (Jakarta : Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik

Indonesia, 2004), h.10

15 Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004, h.9-11

Page 31: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

43

a. Kekerasan fisik;

b. Kekerasan psikis;

c. Kekerasan seksual; atau

d. Penelantaran rumah tangga.

Pasal 6

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang

mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

Pasal 7

Kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b adalah perbuatan

yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya

kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat

pada seseorang.

Pasal 8

Kekerasan seksual sebgaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf c meliputi:

a. Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang

menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut.

b. Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup

rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau

tujuan tertentu.

Yang dimaksud dengan “kekerasan seksual” dalam ketentuan ini adalah setiap

perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar

dan/atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk

tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.

Pasal 9

1) Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya,

padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau

perjanjian wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada

orang tersebut.

Page 32: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

44

2) Penelantaran sebagaimana diamksud ayat (1) juga berlaku bagi set iap orang

yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau

melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga

korban berada di bawah kendali orang tersebut.

B. Jenis-Jenis Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Kekerasan yang dialami perempuan khususnya isteri sangat banyak

macamnya, baik yang bersifat psikologis, fisik, seksual maupun yang bersifat

ekonomis, budaya dan keagamaan, bentuk kekerasan ini hadir dalam lingkungan

keluarga. Jenis Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang sering dialami oleh

perempuan yaitu :

1. Kekerasan fisik (Physical Abuse) adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa

sakit, jatuh sakit, atau luka berat.16

Tindakan tersebut kekerasan fisik dalah

tindakan yang bertujuan melukai, menyiksa atau menganiaya orang lain.

Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan anggota tubuh pelaku

(tanpa kaki) atau dengan alat-alat lainnya.17

Kekerasan fisik antara lain berupa pemukulan, penganiayaan, cidera, luka atau

cacat pada tubuh seseorang atau menyebabkan kematian. Dalam konteks relasi

personal, bentuk-bentuk kekerasam fisik yang dialami perempuan mencakup,

16 Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 2004, Pasal 6, h.5

17 http/www.genderkesrepro info. htm, 20 april 2007.

Page 33: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

45

antara lain: tamparan, pemukulan, penjambakan, pendorong-dorongan, secara

kasar, penginjak-injakan, penendangan, pencekikan, pelemparan benda keras,

penyiksaan menggunakan benda tajam, seperti pisau, gunting, serta

pembakaran.18

2. Kekerasan psikis (Phsyological Abuse) adalah perbuatan yang mengakibatkan

ketakutan, hilagnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak,

rasa sakit tidak berdaya, dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang.19

Kekerasan ini ditunjukkan kepada tubuh atau seksualitas yang bertujuan untuk

merendahkan martabat serta harga diri seseorang. Kekerasan psikologis dapat

meruntuhkan harga diri bahkan memicu dendam dihati isteri kepada suami.

Kekerasan psikologis yang dialami isteri, seperti: dalam bentuk caci maki, kata-

kata kasar, ancaman, pengabaian atau diacuhkan, penolakan, dan tuduhan.20

Tindak kekerasan psikologis tindakan yang bertujuan merendahkan citra atau

kepercayaan diri seorang perempuan, baik melalui kata-kata maupun melalui

perbuatan yang tidak disukai atau dikehendaki korbannya. Tindakan yang bertujuan

mengganggu atau menekan emosi korban secara kejiwaan, korban menjadi tidak

18 Komnas Perempuan, Peta Kekerasan Pengalaman Perempuan Indonesia, (Jakarta :

Publikasi komnas perempuan, 2002),h.41

19 Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004,Pasal 8, h.5

20 Fathul Djannah, dkk, Kekerasan Terhadap Isteri, h.31

Page 34: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

46

berani mengungkapkan pendapat, menjadi penurut, menjadi selalu bergantung pada

orang lain dalam segala hal.21

Akibatnya korban menjadi sasaran dan selalu dalam

keadaan tertekan atau bahkan takut. Beberapa tindakan yang termasuk ke dalam

kekerasan psikologis atau jiwa yaitu :

a. Penyiksaan Mental

Bentuk-bentuk penyiksaan psikologis yang dialami perempuan mencakup

makian dan penghinaan yang berkelanjutan untuk mengecilkan harga diri korban,

bentakan dan ancaman yang diberi untuk memunculkan rasa takut, larangan

keluar rumah atau bentuk-bentuk pembatasan kebebasan bergerak lainnya.

b. Diskriminasi

Bentuk diskriminasi dalam keluarga misalnya perempuan sering tidak diberi hak

atas warisan, dibatasi peluang bersekolah diganti dengan anggota laki-laki,

direnggut haknya untuk bekerja diluar rumah, dan dipaksa untuk kawin muda.

c. Kekerasan Seksual (Sexual Abuse) adalah pemaksaan hubungan seksual yang

dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut.

Kekerasan ini ditujukan kepada tubuh atau seksualitas yang bertujuan untuk

merendahkan martabat serta harga diri seseorang.

21 http/www.genderkesrepro info. htm, 20 april 2007.

Page 35: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

47

d. Penelantaran Ekonomi (Economic Abuse) adalah menelantarkan kebutuhan

ekonomi orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang

berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan

kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut.22

Penelantaran

kebutuhan hidup berupa nafkah dirasakan sangat menderita bagi perempuan atau

isteri yang tergantung oleh suami.23

e. Gabungan antara kekerasan fisik, psikis, seksual, dan penelantaran ekonomi

adalah tindakan ini merupakan bentuk kekerasan yang dilakukan suami terhadap

isterinya yang dapat menimbulkan kerugian isterinya, tindakan ini merupakan

tindakan “out of control”.24

C. Sebab-Sebab Terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya kekerasan dalam

rumah tangga, namun secara umum Farha Ciciek mengemukakan beberapa hal

yang menjadi penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga sebagai berikut:

1. Masyarakat masih membesarkan anak lelaki dengan mendidiknya agar

mereka yakin bahwa mereka harus kuat dan berani serta tahan ampun.

22 Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 2004

23 Komnas Perempuan, Peta Kekerasan Pengalaman Perempuan Indonesia, h.42

24 Ratna Batara Munti, Advokasi Legislatif Untuk Perempuan, Solidaritas Masalah dan Draft RUU KDRT, (Jakarta : LBH Apik, 2000), cet.ke-I, h.36

Page 36: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

48

Lelaki dilatih untuk merasa berkuasa atas diri dan orang sekelilingnya,

itulah kejantanan. Jika mereka menyimpang dari harapan peran tersebut,

mereka dikategorikan sebagai lelaki lemah. Dan hal ini sangat melukai diri

dan martabat lelaki. Setelah mereka tumbuh menjadi lelaki dewasa dan

menikah, masyarakat semakin mendorong mereka untuk menaklukkan isteri.

Jiak gagal, berarti kejantanannya terancam. Nilai inilah yang mendorong

suami untuk mempergunakan cara apapun, termasuk cara-cara kekerasan demi

menundukkan isterinya. Jika tetap membesarkan anak lelaki seperti ini, maka

termasuk golongan yang melanggengkan budaya kekerasan.

2. Kebudayaan kita mendorong perempuan atau isteri supaya bergantung

kepada suami, khususnya secara ekonomi.

Hal ini membuat perempuan hampir sepenuhnya berada di bawah

kuasa suami. Dan salah satu akibatnya, isteri sering kali diperlakukan semena-

mena sesuai kehendak atau mood suaminya. Banyak penelitian menunjukkan

bahwa pemicu tindak kekerasan terhadap isteri justru bukan “kesalahan” isteri

sendiri. Suami yang frustasi di tempat kerja dan tidak mampu mengatasi

persoalannya dengan sangat mudah melampiaskan kejengkelannya.

3. Fakta bahwa laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam

masyarakat

Kita pada umumnya percaya bahwa lelaki berkuasa atas perempuan.

Didalam rumah tangga, ini berarti suami di atas isteri. Isteri adalah

sepenuhnya milik suami sehingga selalu harus berada dalam kontrol suami.

Page 37: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

49

Jika isteri keliru menurut cara pandang suami, maka mereka bisa bebrbuat apa

saja agar sang isteri segera kembali ke jalan yang benar. Termasuk di

dalamnya melakukan tindakan kekerasan.25

4. Masyarakat tidak menganggap KDRT sebagai persoalan social, tetapi

persoalan pribadi suami dengan isteri.

Orang lain tidak boleh ikut campur. Kepercayaan ini ditunjang

sepenuhnya oleh masyarakat yang dengan sengaja “menutup mata” terhadap

fakta KDRT yang lazim terjadi. Masyarakat menganggap masalah KDRT

adalah masalah pribadi atau masalah rumah tangga yang orang lain tidak

layak mencampurinya. Hal ini sungguh aneh. kalau kita melihat seorang

perempuan yang tak dikenal diserang oleh seseorang di jalanan, maka kita

akan berupaya menghentikannya atau melaporkannya ke Polisi. Tetapi jika

kita mengetahui seorang suami menganiaya isterinya, kita tidak berbuat apa-

apa. Sikap inilah yang mengakibatkan kekejaman dalam rumah tangga ini

terus berlangsung.

5. Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama

Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama yang menganggap

bahwa laki-laki boleh menguasai perempuan. Tafsiran semacam ini

mengakibatkan pemahaman turunan bahwa agama juga membenarkan suami

25 Farha Ciciek, Jangan Ada Lagi Kekerasan dalam Rumah Tangga, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), h.33

Page 38: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

50

melakukan pemukulan terhadap isteri dalam rangka mendidik. Hak ini

diberikan kepadanya Karena suami mempunyai kedudukan yang lebih tinggi.

Suami adalah penguasa yang mempunyai kelebihan-kelebihan kodrati yang

merupakan anugerah Tuhan. Pemahaman seperti diatas akan melestarikan

tinadak kekerasan terhadap perempuan, jika tidak diliruskan dengan

penafsiran yang lebih sesuai dengan semangat keadilan yang merupakan ruh

Islam.

Page 39: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

51

BAB IV

ANALISA PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT AKIBAT KEKERASAN

DALAM RUMAH TANGGA

A. Profil Pengadilan Agama Jakarta Selatan

1. Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama Jakarta Selatan

Pengadilan Agama Jakarta Selatan sebagai salah satu instansi yang

melaksanakan tugasnya memiliki dasar hukum dan landasan kerja sebagai

berikut: 1

1. Undang-undang Dasar 1945 Pasal 24.

2. Undang-undang No.14 Tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan

Pokok kekeuasaan kehakiman.

3. Undang-undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

4. Undang-undang No.3 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang-

undang No.7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.

5. Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-

undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

6. Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan dan

Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil.

7. Peraturan / instruksi / edaran Mahkamah Agung RI.

1 Diambil dari arsip Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada tanggal 17 September 2009

Page 40: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

52

8. Intruksi Dirjen Bimas Islam / Bimbingan Islam.

9. Keputusan Meneteri Agama RI No.69 Tahun 1963, Tentang

Pembentukan Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

10. Peraturan-peraturan lain yang berhubungan tata kerja dan wewenang

Pengadilan Agama.

Pengadilan Agama Jakarta Selatan dibentuk berdasarkan surat

keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1963

Tentang Pembentukan Pengadilan Agama Jakarta Selatan. 2

2. Sejarah Singkat Pengadilan Agama Jakarta Selatan

Pada mulanya Pengadilan Agama diwilayah DKI Jakarta hanya terdapat

tiga kantor yang dinamakan kantor cabang yaitu3:

1. Kantor cabang Pengadilan Agama Jakarta Utara.

2. Kantor cabang Pengadilan Agama Jakarta Tengah.

3. Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya sebagai induk.

Semua Pengadilan Agama tersebut diatas termasuk wilayah hukum

cabang Mahkamah Islam Tinggi Suarakarta. Kemudian setelah berdirinya

cabang-cabang Mahkamah Islam Tinggi Bandung berdasarkan surat

keputusan Menteri Agama Nomor 71 Tahun 1976 Tentang Dasar

Pembentukan Pengadilan Agama pada Tanggal 16 Desember 1976.

2

Ibid, h.3.

3 Ibid.,

Page 41: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

53

Semua Pengadilan Agama di Propinsi Jawa Barat termasuk Pengadilan

Agama yang berada di daerah ibukota Jakarta berada dalam wilayah hukum

Mahkamah Islam Tinggi Cabang Bandung. Dalam perkembangan selanjutnya

istilah Mahkamah Islam Tinggi menjadi Pengadilan Tinggi Agama (PTA)4.

Beradasarkan keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 61

Tahun 1985 tanggal 16 Juli 1985 Pengadilan Tinggi Agama Surakarta

dipindah ke Jakarta. Akan tetapi realisasinya, baru terlaksana pada tanggal 30

Oktober 1987 dan secara otomatis wilayah hukum Pengadilan Agama

diwilayah DKI Jakarta adalah menjadi wilayah hukum Pengadilan Tinggi

Agama Jakarta.

Secara astronomis wilayah pemerintahan kotamadya Jakarta Selatan

adalah seluas 145,73 Km2 dan secara astronomis wilayah kotamadya Jakarta

Selatan terletak dan berada pada posisi 06’15’40,8’ lintang selatan

106’45/0’00’ bujur timur dan berada pada kemiringan 26,2 meter diatas

permukaan laut.

Letak bangunan gedung Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang

sekarang terletak dijalan Rambutan VII/48 Pejaten Barat Pasar Minggu

Jakarta Selatan dengan luas gedung 1000 M2.

Wilayah kotamadya Jakarata Selatan pada masa perkembangannya,

pada tahun 2001 ketika kepemimpinan dijabat oleh Bapak Zainuddin Fajri,

4 Ibid, h. 4.

Page 42: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

54

pembenahan-pembenahan semua bidang baik fisik maupun non fisik diadakan

komputerisasi dengan online komputer, dan ini terus dibenahi sampai

sekarang dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

pencari keadilan dan menciptakan peradilan yang bersih, disiplin dan

berwibawa.5

B. Prosedur Cerai Gugat di Pengadilan Agama Jakarta Selatan

Berdasarkan undang-undang No.7 Tahun 1989 tentang peradilan agama

disebutkan pada pasal 65 bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan

sidang pengadilan, seperti yang diungkapkan Murti Arto dalam bukunya Praktek

Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, maka tata cara penyelesaian cerai gugat

diatur sebagai berikut;6

1. Gugatan cerai diajukan kepada Pengadilan Agama.

2. Surat gugatan cerai isinya memuat;

a. Identitas (nama, umur, tempat kediaman penggugat (istri) dan tempat

kediaman tergugat (suami).

b. Alasan-alasan yang menjadi dasar perceraian.

c. Petitum perceraian.

3. Kewenangan Relatif Peradilan Agama

5 Ibid.,

6 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama (Yogyakarta:Pustaka

Pelajar, 1996).h.132.

Page 43: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

55

Gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya kepada Pengadilan

Agama yang daerah hukumnya meliputi kediaman penggugat, kecuali dalam

hal sebagai berikut;

a. Penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama

tanpa izin tergugat, maka gugatan cerai diajukan kepada Pengadilan

Agama yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Tergugat.

b. Dalam hal Penggugat bertempat kediaman di luar negeri, maka

gugatan perceraian juga diajukan kepada Pengadilan Agama yang

daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Tegugat.

c. Penggugat dan tergugat yang beertempat kediaman di laur nergeri,

maka gugatan diajukan kepada Pengadilan Agama yang daerah

hukumnya meliputi tempat perkawinan mereka dilangsungkan atau

Pengadilan Agama Jakarta Selatan.(Pasal 73 UU No.7 Tahun 1989

tentang Peradilan Agama).Gugatan cerai diproses di kepaniteraan

gugatan dicatat dalam Register Induk Perkara Gugatan.

4. Pemanggilan pihak-pihak

Pemanggilan pihak-pihak dalam perkara cerai dilakukan sama dengan

panggilan dalam perkara cerai talak. Panggilan terhadap para pihak yang

tempat kediamannya berada di wilayah Pengadilan lain, dilakukan melalui

Pengadilan Agama di tempat kediaman pihak yang dipanggi ( Pasal 103 (2)

Undang-Undang Peradilan Agama).

Page 44: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

56

5. Pemeriksaan

Pemeriksaan gugatan perceraian dilakuakn oleh majelis hakim selambat-

lambatnya tiga puluh hari setelah berkas atau surat guagatn perceraian

didaftarkan di Kepaniteraan. Pemeriksaaan dilakukan dalam sidang tertutup,

demikian pula pemeriksaan saksi-saksi (Pasal 80 Ayat (1) & (2) Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agam, pasal 33 PP Nomor 9

Tahun 1975 tentang pelaksanaan UU No. Tahun 1974 tentang perkawinan).

Selain itu tentang waktu antara pendaftaran perkara cerai gugat sama dengan

perkara cerai talak.

6. Upaya Perdamaian

Dalam hal ini hakim hendaknya selalu dilakukan pada setiap awal

persidangan. Upaya perdamaian dalam perkara gugatan cerai dilakukan sama

seperti dalam perkara cerai talak.

7. Pembuktian

Dalam pembuktian tentang alasan-alasan cerai guat, sama dengan

perkara cerai talak, kecuali dalam perkara cerai dengan alasan zina,

pelanggaran ta’lik talak dan pelanggaran terhadap perjanjian perkawinan.

8. Putusan

Setelah memeriksa isi gugatan yang diajukan dan berkesimpulan bahwa

alasan yang diajukan cukup beralasan dan dapat diterima, terbukti serta tidak

dimungkinkan lagi tercapainya perdamaian antara keduanya, maka

Pengadilan Agama dapat memutuskan sesuatu dengan suatu putusan.

Page 45: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

57

Dalam gugatan perceraian apabila ternyata penyebab perceraian itu tibul

dari suami atau tidak dapt diketahui dengan pasati maka perkawinan

diputuskan dengan talak ba’in. Tetapi apabila perceraian itu timbul dari

pihak isteri, maka perkawinanya diputuskan dengan khulu’, sehingga isteri

diwajibkan membayar iwadh (tebusan) kepada suaminya yang besarnya

dipertimbangkan oleh hakim secara adil dan bijaksana. Selain itu perlu

diketahui juga dalam HIR pasal 178 dikatakan bahwa hakim tidak diizinkan

menjatuhkan keputusan atas perkara yang tidak digugat atau memberikan

lebih dari apa yang digugat.

Dalam sidang pertama yang telah ditetapkan dan para pihak telah

dipanggil untuk hadir dalam sidang tersebut maka ditemukan bebrapa

kemungkinan, yaitu:

a) Penggugat tidak hadir, sedang tergugat hadir.

Apabila penggugat tidak hadir dalam sidang, sedang tergugat hadir,

maka hakim dapat:

- Menyatakan bahwa gugatan dinyatakan gugur, atau

- Menunda persidangan sekali lagi untuk memanggil penggugat

b) Tegugat tidak hadir, sedang penggugat hadir. Apabila dalam sidang

pertama tesebut penggugat hadir sedang tergugat tidak hadir maka

hakim dapat:

- Menunda persidangan untuk memanggil tergugat sekali lagi, atau

- Menjatuhkan putusan verstek, karena tergugat dinilai ghaib.

Page 46: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

58

Kemudian apabila tergugat telah dipanggil lagi untuk kedua kalinya

atau lebih dan tetap tidak hadir maka dapat diajukan putusan verstek.

c) Penggugat dan tergugat tidak hadir dalam sidang.

Jika Penggugat dan Terguagt tidak hadir dalam sidang pertama, maka

sidang harus ditunda dan para pihak dipanggil lagi samapi dapat

dijatuhkan putusan gugur atau verstek atau perkara dapat diperiksa.

d) Pengguat dan tergugat hadir dalam semua sidang.

Jika para pihak semua hadir dalam sidang, maka hakim sebelum

memulai wajib berusaha mendamaikan para pihak.

C. Putusan Perceraian Akibat Kekerasan Dalam Rumah Tangga

1. Tentang Duduk Perkara

Tentang para pihak. Pada putusan ini adalah perkara nomor

243/Pdt.G/2008/PA.JS. Penggugat adalah isteri, umur 51 tahun, agama Islam,

pekerjaan ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jl. Peninggaran No. 57 Rt.

011/09, Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Kecamatan Kebayoran Lama,

Jakarta Selatan, selanjutnya disebut sebagai pihak “Penggugat”. Tergugat

adalah suami umur 53 tahun, agama Islam, pekerjaan swasta, tempat tinggal di

Jl. Kangkung No. 11 Rt. 015/006, Kelurahan Grogol Selatan, Kecamatan

Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, selanjutnya disebut sebagai “Tergugat”.

Pada tanggal 08 Agustus 1987, telah melangsungkan pernikahan

Penggugat dengan Tergugat, tercatat di PPN. KUA Kecamatan Kebayoran

Page 47: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

59

Lama, Jakarta Selatan dengan Kutipan Akta Nikah Nomor : 738/135/IX/1987

tanggal 08 Agustus 1987.

Sejak menikah sampai dengan tahun 1994 kehidupan rumah tangga

Penggugat dan Tergugat masih rukun sebagaimana layaknya suami isteri

meskipun pernah timbul perselisihan namun dapat diatasi. Pada waktu kurun

berumah tangga Penggugat dan Tergugat berkediaman di Jalan Kangkung

Rt.015/006 No.11 Kelurahan Grogol Selatan Kecamatan Kebayoran Lama,

Jakarta Selatan.

Namun sejak tahun 1994 sampai dengan sekarang kehidupan rumah

tangga Penggugat dengan Tergugat sering terjadi perselisihan/pertengkaran

secara terus menerus yang sulit diatasi, sehinngga membawa akibat buruk bagi

kelangsungan hidup berumah tangga.

Sebab-sebab terjadinya perselisihan tersebut utamanya karena Tergugat

sering bicara kasar dan suka memukul, Tergugat setiap kali cekcok selalu

merusak barang-barang rumah tangga, Tergugat sering menghujat dan menghina

Penggugat, Tergugat jarang pulang sampai beberapa hari dan kalau pulang terus

cekcok hanya karena masalah kecil menjadi besar.

Akibat dari perselisihan tersebut akhirnya sejak awal Februari 2008

sampai sekarang ± 2 minggu Penggugat dengan Tergugat telah berpisah tempat

tinggal, yang mana dalam pisah tersebut Peenggugat dan Tergugat masing-

masing tinggal dialamat tersebut diatas.

Page 48: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

60

Penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan cara

musyawarah, namun upaya tersebut tidak berhasil, oleh karenanya Penggugat

merasa rumah tangganya tidak bisa dipertahankan lagi, dan tidak ada harapan

akan hidup rukun lagi dalam berumah tangga.

2. Tentang Pertimbangan Hukumnya

Adapun pertimbangan hukumnya bahwa maksud dan tujuan perkawinan

tidak terwujud. Pada pokok gugatan penggugat memuat hal-hal sebagai berikut:

1) Antara Penggugat dan Tergugat terdapat ikatan perkawinan yang sah sejak

tanggal 08 Agustus 1987 dengan bukti Kutipan Akta Nikah dengan nomor:

738/135/IX/1987, yang tercatat di PPN. KUA Kecamatan Kebayoran Lama,

Jakarta Selatan.

2) Rumah tangga Penggugat dan Tergugat sudah tidak harmonis lagi dan

antara Penggugat dan Tergugat sering terjadi perselisihan dan pertengkaran

terus menerus. Tergugat tidak kerja dan tidak memberi nafkah.

Selama persidangan perkara ini berlangsung, Majelis hakim telah

berusaha menasehati, memberikan pandangan-pandangan dan mendamaikan

Penggugat dan Tergugat sebagaimana diatur dalam pasal 39 ayat (1) Undang-

undang No.1 Tahun 1974 jo pasal 82 ayat (1) dan (2) Undang-undang No.7

Tahun 1989 yang diamandemen Undang-undang No.3 Tahun 2006 jo pasal 31

dan Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1975 agar Penggugat dan Tergugat rukun

lagi kembali membina rumah tangga akan tetapi tidak berhasil.

Page 49: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

61

3) Kemudian Penggugat didalam persidangan tetap teguh terhadap dalil-

dalilnya yang telah dibenarkan oleh Tergugat dianggap sebagai pengakuan

Tergugat, sehingga oleh karenanya dalil-dalil Penggugat tersebut telah

menjadi dalil yang tetap, dan sesuai dengan ketentuan pasal 174 HIR,

pengakuan tersebut dipandang telah mempunyai kekuatan pembuktian.

4) Terhadap bantahan-bantahan Tergugat tersebut Majelis hakim berpendapat

bahwa bantahan-bantahan tersebut ternyata tidak mengurangi nilai terhadap

dalil-dalil yang diakuinya karena Tergugat 4 kali berturut-turut sidang

terakhir tidak hadir tanpa ada keterangan, Tergugat sudah tidak mau

menggunakan haknya lagi.

Kemudian Majelis hakim menemukan fakta-fakta didalam persidangan

sebagai berikut;

- Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami isteri yang sah.

- Bahwa Penggugat dan Tergugat sering bertengkar sejak tahun 1994.

- Bahwa Tergugat sering melakukan kekerasan kepada Penggugat.

- Bahwa Penggugat dan Tergugat pisah rumah selama 4 bulan.

Oleh sebab itu, maka gugatan Penggugat dapat dikabulkan mengingat

juga bahwa keterangan para saksi tersebut secara formil dapat diterima karena

telah memenuhi unsur pasal 76 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989,

yang dirubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan secara materil

dapat dipertimbangkan karena satu sama lain saling bersesuaian sebagaimana

Page 50: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

62

dimaksud oleh pasal 170 dan pasal 172 HIR. Dan berdasarkan keterangan

Penggugat jawaban Tergugat bukti-bukti dan keterangan para saksi yang saling

bersesuaian tersebut.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, setelah memeriksa majelis hakim

berkesimpulan bahwa maksud dan tujuan perkawinan menurut ketentuan

hukum perundang-undangan Nomor 1 Tahun 1974 jo. pasal 3 Kompilasi

Hukum Islam adalah membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, atau membentuk rumah tangga

yang sakinah mawaddah dan rahmah, tidak terwujud namun yang terjadi dalam

rumah tangga Penggugat dan Tergugat adalah sebaliknya yaitu suatu rumah

tangga penuh dengan perselisihan dan pertengkaran bahkan antara Penggugat

dengan Tergugat telah berpisah rumah selama kurang lebih 4 bulan sehingga

kedua belah pihak sudah tidak dapat lagi menjalankan hak dan kewajibannya

masing-masing.

Rumah tangga antara Penggugat dan Tergugat sudah pecah belah dan

sudah tidak harmonis lagi serta tidak sesuai dengan tujuan perkawinan

sebagaimana tersebut diatas, maka mempertahankan rumah tangga Penggugat

dan Tergugat dikhawatirkan dapat menimbulkan hal-hal yang negatif bagi

keduanya, sehingga Majelis hakim berpendapat bahwa alasan Penggugat telah

sesuai dengan ketentuan pasal 30 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974 jo. pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. pasal

116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam, dan tetap teguh pada pendiriannya untuk

Page 51: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

63

bercerai maka gugatan Penggugat patut dikabulkan, karena dalil gugatan

Penggugat dapat dibuktikan dengan alasan-alasan yang tepat dan tidak melawan

hukum.

Pertimbangan hakim telah tepat, karena berdasarkan KHI pasal 116 point

(d) dinyatakan bahwa “salah satu pihak melakukan kekejaman atau

penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain” dan juga point (f),

dinyatakan bahwa “antara suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah

tangga”

Dengan pertimbangan-pertimbangan diatas, jelas adanya bahwa pihak

Penggugat tetap pada pendiriannya dan memutuskan untuk bercerai dari

suaminya, dengan berbagai alasan dan pelanggaran dari pihak Tergugat serta

tidak mengabaikan pasal 19 huruf (f) , PP No. 9 Tahun 1975 tentang

pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan jo. Pasal 116 huruf (f)

Kompilasi Hukum Islam (KHI), Penggugat dapat dikabulkan atas

permohonannya untuk menggugat cerai yaitu Talak Satu Bain Sughro.

D. Analisa Penulis

1. Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa secara

terminologi yang dimaksud dengan kekerasan adalah perbuatan sesorang atau

sekelompok orang yang menyebabkan cidera atau matinya orang lain atau

Page 52: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

64

menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain, sedangkan rumah tangga

dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah sesuatu yang berkenaan dengan

masalah kehidupan di rumah.7

Seperti yang telah di urai diatas bahwa kekerasan dalam rumah tangga

adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang

berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,

psikologis, dan/atau penelantaran ruamah tangga termasuk ancaman untuk

melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara

melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.8

Kekerasan secara umum didefinisikan sebagai suatu tindakan yang

bertujuan untuk melukai seseorang atau merusak barang. Dalam hal ini segala

bentuk ancaman, cemohan, pengucapan kata-kata kasar. Juga diartikan sebagai

penggunaan kekuatan fisik untuk melukai manusia atau merusak barang, serta

mencakup ancaman pemaksaan terhadap kebebasan individu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah

setiap kekerasan yang mengakibatkan luka fisik, psikis, seksual, dan ekonomi

yang terjadi dalam ruang lingkup domestik antara orang-orang dalam hubungan

keluarga atau perkawinan.

7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka), cet. ke-2, h.429

8 Lihat Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah

Tangga, pasal 1

Page 53: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

65

Kekerasan, khususnya dalam lingkup rumah tangga, dalam bentuk apapun

dan dilakukan terhadapa siapa saja, merupakan tindakan yang bertentangan

dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Islam. Karena Islam sendiri selalu

mengajarkan untuk berlaku lemah lembut dan kasih sayang antar sesama

Bagi seorang suami harus mampu menciptakan kehidupan tenteram dan

harmonis dalam rumah tangganya. Dapat memposisikan isterinya sebagai

teman bergaul yang baik,

“Dengan prinsip mu’asyarah bi al-ma’ruf, persoalan yang timbul dalam

urusan rumah tangga bisa terselesaikan dengan baik.”9

Namun sangat

disayangkan hal semacam ini jarang diterapkan dalam rumah tangga muslim,

selalu pada suami sebagai orang yang paling berhak dalam pengambilan

keputusan.

Apabila isteri tidak taat atau melanggar atas keputusan suami, maka isteri

dikenakan sanksi nusyuz. Dalam ketentuan ini sering dijadikan dalih atas

perlakuan suami terhadap isterinya untuk memberikan hukuman berupa

kekerasan. Dengan menggunakan dalil ayat Al-Quran tentang nusyuz, surat an-

Nisa’ ayat 34, “…dan pukullah mereka…,” sering disalahartikan dengan

pemahaman yang sempit.

9 Ibid, h.164

Page 54: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

66

2. Jenis-Jenis Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Kekerasan yang dialami perempuan khususnya isteri sangat banyak

macamnya, baik yang bersifat psikologis, fisik, seksual maupun yang bersifat

ekonomis, budaya dan keagamaan, atau bentuk kekerasan lainnya yang

mengakibatkan isteri terluka baik jasmani ataupun rohaninya.

Pada penelitian ini penulis menemukan jenis-jenis kekerasan dalam

rumah tangga Bentuk-bentuk tindak kekerasan dalam rumah tangga yang sering

terjadi juga bermacam-macam, mulai dari yang umum dilakukan yaitu

pemukulan yang dilakukan suami terhadap isterinya sampai kepada

penamparan di wajah isteri, penyeretan oleh si suami (isteri diseret-seret

suami), penjedotan, misalnya, kepala isteri dijedotin ke jendela, dinding dan hal

yang keras lainnya, dipeluntir bagian tubuh si isteri, pemaksaan dan banyak

tindakan-tindakan lain.

3. Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan dalam rumah

tangga di dalam masyarakat. Pertama, budaya kita yang masih menganggap

membesarkan anak lelaki dengan mendidiknya agar mereka yakin bahwa

mereka harus kuat dan berani serta tahan ampun. Kedua, kebudayaan kita

mendorong perempuan atau isteri supaya bergantung kepada suami, khususnya

secara ekonomi. Ketiga, fakta bahwa laki-laki dan perempuan tidak diposisikan

Page 55: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

67

setara dalam masyarakat. Keempat, masyarakat tidak menganggap KDRT

sebagai persoalan sosial, tetapi persoalan pribadi suami dengan isteri. Kelima,

pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama.10

Selain itu dari penelitian ini penulis temukan faktor- faktor pendukung

lainnya yang datang dari luar, tidak bisa disangkal hal yang dianggap kecil atau

sepele misalnya, si isteri pemboros atau sebut saja sering keluar baik siang atau

malam tanpa izin suaminya, dari sini saja sudah dapat membuat pergaduhan

atau pertengkaran yang memancing si suami untuk melakukan tindak kekerasan

tersebut, karena tingkat emosional setiap orang berbeda-beda sesuai dengan

kondisi dan keadaan orang tersebut, bahkan sampai hal-hal yang lain seperti

isteri tidak melayani suami, perselingkuhan, si isteri susah diatur (keras kepala)

sampai kepada masalah keuangan (ekonomi).11

4. Pertimbangan Hakim

Dari putusan yang penulis dapatkan, perkara ini diperiksa oleh Pengadilan

Agama Jakarta Selatan yang mengambil sumber hukum Undang-Undang

Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, PP No. 9 Tahun 1975 serta Inpres Tahun

1991 Kompilasi Hukum Islam (KHI), dimana ketiga perundang-undangan ini

adalah yang digunakan pada Pengadilan Agama seluruh Indonesia.

10 Farha Ciciek, Jangan Ada Lagi Kekerasan dalam Rumah Tangga, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), h.33

11 Wawancara Pribadi dengan Dra. Noor Jannah Aziz, M.H., Hakim Pengadilan Agama

Jakarta Selatan (Jakarta : 10 September 2009)

Page 56: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

68

Dalam putusan ini kekerasan dalam rumah tangga dijadikan sebagai alasan

perceraian. Padahal dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) serta PP No. 9 Tahun

1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tetang

Perkawinan tidak tertulis dan tidak ada menyebutkan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga sebagai alasan Perceraian, oleh sebab itu perlu ada pertanyaan mengapa

Hakim memutuskan demikian.

Jika diperhatikan kemudian dianalisa dengan seksama, maka pada pasal 116

point (d) pada isi Kompilasi Hukum Islam (KHI) terdapat kata-kata kekejaman

atau penganiayaan berat, memang tidak disebutkan secara detail bahwa kekerasan

dalam rumah tangga itu sebagai alasan perceraian. Namun jika diterjemahkan lagi

maka kata-kata kekejaman dan penganiayaan berat itu mengarah kepada objek

berupa fisik atau tubuh.

Jadi penulis menyimpulkan bahwa pertimbangan Hakim terhadap perkara

yang diputus telah tepat, karena berdasarkan KHI pasal 116 (d), yang menyatakan

bahwa ”salah satu pihak melakukan kekejaman atau peganiayaan berat yang

membahayakan pihak lain” dan juga point (f) yang menyatakan ”antara suami

dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada

harapan akan hidup rukun kembali dalan rumah tangga”.

Dalam hal ini hakim sebagai pembuat keputusan dari perkara-perkara yang

diajukan kepadanya, lebih mengedepankan aspek kemaslahatan yaitu lebih melihat

maslahat di kemudian hari yang akan terjadi bilamana pernikahan tersebut tidak

diputus dan tetap berjalan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan

Page 57: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

69

akan menimbulkan kemudharatan yang akan terjadi.12

Demikianlah maksud

perkawinan yang sejati dalam Islam. Dengan singkat untuk kemaslahatan dalam

rumah tangga dan turunan, juga untuk kemaslahatan masyarakat karena tujuan

utama dari pernikahan adalah untuk menciptakan keluarga sakinah, mawaddah,

dan rahmah sebagaimana yang tercantum dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI).13

12 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta : Prenada Media, 2003),cet.I, h.124

13 Lihat KHI Pasal 3

71

Page 58: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah melakukan penelitian dan menganalisa putusan Pengadilan Agama

Jakarta Selatan dengan Nomor Perkara 243/ Pdt.G/ 2007/ PA.JS. tentang kasus cerai

gugat yang disebabkan oleh tindak kekerasan dalam rumah tangga dapat disimpulkan

bahwa:

1. Kekerasan secara umum didefinisikan sebagai suatu tindakan yang bertujuan

untuk melukai seseorang atau merusak barang. Dalam hal ini segala bentuk

ancaman, cemohan, pengucapan kata-kata kasar. Juga diartikan sebagai

penggunaan kekuatan fisik untuk melukai manusia atau merusak barang, serta

mencakup ancaman pemaksaan terhadap kebebasan individu. Jadi dapat

disimpulkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap kekerasan

yang mengakibatkan luka fisik, psikis, seksual, dan ekonomi yang terjadi

dalam ruang lingkup domestik antara orang-orang dalam hubungan keluarga

atau perkawinan.

2. Kekerasan yang dialami perempuan khususnya isteri sangat banyak

macamnya, baik yang bersifat psikologis, fisik, seksual maupun yang bersifat

ekonomis, budaya dan keagamaan, atau bentuk kekerasan lainnya yang

mengakibatkan isteri terluka baik jasmani ataupun rohaninya.

Page 59: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

72

3. Pertimbangan Hakim terhadap perkara yang diputus telah tepat, sesuai dengan

ketentuan pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 jo pasal

116 huruf f Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan antara suami dan isteri

terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan

akan hidup rukun kembali dalan rumah tangga dan diikuti dengan pembuktian

dari keterangan para saksi yang saling bersesuaian.

B. Saran-saran

1. Perwujudan pelaksanaan hukum Islam yang baik baik sangat tergantung pada

tiga pilar hukum. Pertama, pelaku atau penegak hukum itu sendiri. Kedua,

peraturan hukum. Ketiga, kesadaran hukum masyarakat Ketiga pilar hukum

tersebut harus tegak secara baik.

2. Kepada pelaku atau penegak hukum lebih mensosialisasikan akan akibat dan

dampak dari bahaya atas pelanggaran peraturan hukum yang dibuat tersebut.

Bukan hanya mendesain peraturan hukum tetapi menggalakkannya. Terlebih

pada kasus cerai gugat akibat tindak kekerasan dalam rumah tangga.

3. Kepada masyarakat harus mampu menumbuhkan rasa sadar untuk mematuhi

hukum. Terlebih masyarakat muslim Indonesia disarankan untuk tidak

melakukan tindak kekerasan dalam rumah tangga karena memiliki efek buruk

bagi kelangsungan hidup berumah tangga.

Page 60: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

73

DAFTAR PUSTAKA

Al-Albani, Muhammad Nashiruddin, Mukhtasar Shahih Muslim, (Beirut : Al-

Makkah Al-Islami, tth), Jilid I

Al-Quran dan terjemahannya. Jakarta : Departemen Agama RI, 1994

Arsip Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada tanggal 17 September 2009

Arto, Mukti, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta :

Pustaka Pelajar, 1996), cet.I

Ayub, Syaikh Hasan, Fkih Keluarga. Penerjemah M. Abdul Ghoffar (Jakarta :

Pustaka Al-Kautsar, 2001)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta :

Balai Pustaka), cet. ke-2

Djalil, A. Basiq, Pernikahan Lintas Agama Dalam Perspektif Fiqh dan Kompilasi

Hukum Islam, (Jakarta : Qalbun Salim, 2005)

Djannah, Fathul, dkk, Kekerasan Terhadap Isteri, (Yogyakarta : Lkis, 2003)

Farha Ciciek, Jangan Ada Lagi Kekerasan dalam Rumah Tangga, (Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2005), h.33

Haddad, Habib Abdullah, Nasehat Agama dan Wasaiat Iman, Terjemah An-nasaih

Ad-diniyah wa Al-washaya Al-imaniyah, (Bandung : Gema Risalah Press,

1993), cet.ke-3

Hasbianto, Elli, H. Kekerasan Dalam Rumah Tangga : Sebuah Kejahatan yang

Tersembunyi, dalam Syafiq Hasyim, ed., Menakar Harga Perempuan :

Page 61: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

74

Ekplorasi Lanjut Atas Hak-Hak Reproduksi Perempuan Dalam Islam, cet-II,

Bandung : Mizan, 1999

Husain, Muhammad, Abi, bin Mas’ud Baghwi, 516-463 H, Syarohus sunnah Jilid 5,

Darul Kitabul Alamiah,Beirut

Kamarusdiana, dan Aripin, jaenal, Perbandingan Hukum Perdata, (Jakarta : UIN

Jakarta Press, 2007), cet.ke-1

Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004, (Jakarta : Kementerian

Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, 2004), h.10. Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pasal 14

Komnas Perempuan, Peta Kekerasan Pengalaman Perempuan Indonesia, (Jakarta :

Publikasi komnas perempuan, 2002)

Kompilasi Hukum Islam, Mahkamah Agung Republik Indonesia. Jakarta, 1999

Kuzairi, Ahmad, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995)

Mahmud, Hussein, Refleksi Teologis Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan,

Dalam Syafiq Hasyim, ed., Menakar Harga Perempuan: Eksplorasi Lanjut

Atas Hak-Hak Reproduksi Perempuan Dalam Islam, cet-II, Bandunh :

Mizan, 1999

Muhdhor, Zuhdi, A. Memahami Hukum Perkawinan, (Nikah, Talak, Cerai dan

Rujuk), (Bandung : Al-Bayah, 1999), cet.ke-2

Mulyanti, Sri, Relasi Suami Istri dalam Islam (Jakarta: Pusat Study Wanita (PSW),

UIN Syarif Hidayatullah, 2004)

Page 62: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

75

Munti, Batara, Ratna, Advokasi Legislatif Untuk Perempuan, Solidaritas Masalah

dan Draft RUU KDRT, (Jakarta : LBH Apik, 2000), cet.ke-I

Nuruddin Amiur, dan Tarigan, Akmal, Azhari, Hukum Perdata Islam di Indonesia,

(Jakarta : Kencana, 2004)

Paige, Glenn, D. dkk., ed., Islam Tanpa Kekerasan, Penerjemah M. Taufiq Rahman,

cet-II, Yogyakarta : LKis, 2000

Qardhawi, Yusuf, Fatwa-Fatwa Kontemporer, Penerjemah As’ad Yasin (Jakarta :

Gema Insani Press, 1995)

Rahman, A. Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syariah), (Jakarta : Raja

Grafindo Persada, 2002), cet. ke-1

Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam, (Jakarta : Attahiriyah, 1976), cet.ke-17

Razak, Abdur, Fada, Bangga Menjadi Muslimah, Penerjemah Muhammad Haris KS

dan Abdul Mukti Tabrani, (Yogyakarta : Think, 2005)

Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia ,(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2005), cet. ke-6

Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah: Fikih Sunnah 8, Terjemahan oleh Moh. Thalib

(Bandung : PT.Al-Ma’arif, 1996), cet.II

Said, Fuad, H.A. Perceraian Menurut Hukum Islam, (Jakarta : Pustaka al-Husna,

1998), cet.ke-30

Shidieq, Ahmad, Hukum Talak dalam Islam, (Surabaya: Putra Pelajar 2001)

Syarifuddin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta : Prenada Media, 2003),cet.I

Page 63: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

76

Tim Pengarusutamaan Gender Departemen Agama RI, Pembaruan Hukum Islam,

(Jakarta, 2004)

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Edisi ke-2, cet.VII, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan

dalam Rumah Tangga, (Jakarta : Visimedia, 2007), cet.I

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.

Undang-Undang Perkawinan di Indonesia: PP No.9 Tahun 1975 tentang

Pelaksanaan Peraturan UU No.1 Tahun 1974 (Jakarta : Pradnya Paramita,

1991)

Wawancara Pribadi dengan Dra. Noor Jannah Aziz, M.H., Hakim Pengadilan

Agama Jakarta Selatan (Jakarta : 10 September 2009)

www.genderkesrepro info. Htm

Page 64: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

C. Putusan Perceraian Akibat Kekerasan Dalam Rumah Tangga

1. Tentang Duduk Perkara

a. Tentang para pihak. Pada putusan ini adalah perkara nomor

243/Pdt.G/2008/PA.JS. Penggugat adalah isteri, umur 51 tahun, agama Islam,

pekerjaan ibu rumah tangga, tempat tinggal di Jl. Peninggaran No. 57 Rt. 011/09,

Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan,

selanjutnya disebut sebagai pihak “Penggugat”.

Tergugat adalah suami umur 53 tahun, agama Islam, pekerjaan swasta, tempat

tinggal di Jl. Kangkung No. 11 Rt. 015/006, Kelurahan Grogol Selatan, Kecamatan

Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, selanjutnya disebut sebagai “Tergugat”.

b. Tentang Posita / Duduknya Perkara

1. Bahwa, pada tanggal 08 Agustus 1987, telah melangsungkan pernikahan

Penggugat dengan Tergugat, tercatat di PPN. KUA Kecamatan Kebayoran Lama,

Jakarta Selatan dengan Kutipan Akta Nikah Nomor : 738/135/IX/1987 tanggal 08

Agustus 1987 ;--------------------------------------------------------------------------------

2. Bahwa, sejak menikah sampai dengan tahun1994 kehidupan rumah tangga

Penggugat dan Tergugat masih rukun sebagaimana layaknya suami isteri

meskipun pernah timbul perselisihan namun dapat diatasi. Pada waktu kurun

berumah tangga Penggugat dan Tergugat berkediaman di Jalan Kangkung

Rt.015/006 No.11 Kelurahan Grogol Selatan Kecamatan Kebayoran Lama,

Jakarta Selatan ;-------------------------------------------------------------------------------

Page 65: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

3. Bahwa, dari pernikahan tersebut belum dikaruniai anak walaupun telah

berhubungan suami isteri ;-------------------------------------------------------------------

4. Bahwa, sejak tahun 1994 sampai dengan sekarang kehidupan rumah tangga

Penggugat dengan Tergugat sering terjadi perselisihan/pertengkaran secara terus

menerus yang sulit diatasi, sehinngga membawa akibat buruk bagi kelangsungan

hidup berumah tangga ;----------------------------------------------------------------------

5. Bahwa, sebab-sebab terjadinya perselisihan tersebut karena ;--------------------------

5.1. Penggugat dan Tergugat menikah dalam status janda dan duda ;-----------------

5.2. Tergugat sering bicara kasar dan suka memukul ;----------------------------------

5.3. Tergugat setiap kali cekcok selalu merusak barang-barang rumah tangga ;-----

5.4. Tergugat dalam memberi nafkah hanya kalau ada hubungtan suami isteri jika

tidak ada hubungan suami isteri maka Tergugat tidak memberi uang/nafkah ;-

5.5. Tergugat sering menghujat dan menghina Penggugat ;----------------------------

5.6. Tergugat jarang pulang sampai beberapa hari dan kalau pulang terus cekcok

hanya karena masalah kecil menjadi besar ;-----------------------------------------

5.7. Tergugat pernah mengusir Penggugat dari rumah tinggal bersama orang tua

Tergugat ;---------------------------------------------------------------------------------

6. Bahwa, akibat dari perselisihan tersebut akhirnya sejak awal Februari 2008

sampai sekarang -+ 2 minggu Penggugat dengan Tergugat telah berpisah tempat

tinggal, yang mana dalam pisah tersebut Peenggugat dan Tergugat masing-masing

tinggal dialamat tersbut diatas ;-------------------------------------------------------------

7. Bahwa, Penggugat telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan/cara

musyawarah, namun upaya tersebut tidak berhasil ;-------------------------------------

Page 66: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

8. Bahwa, dengan sebab-sebab tersebut diatas, maka Penggugat mersa rumah

tangganya tidak bisa dipertahankan lagi, dan tidak ada harapan akan hidup rukun

lagi dalam berumah tangga, oleh karena itu mohon kiranya kepada Bapak Ketua

Pengadilan Agama Jakarta Selatan untuk dapat memutuskan perkawinan antara

Penggugat dan Tergugat ;--------------------------------------------------------------------

Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas, maka Penggugat merasa mohon kepada

Bapak Ketua Pengadilan Agama Jakarta Selatan, agar dapat memutuskan hal-hal

sebagai berikut ;-----------------------------------------------------------------------------------

1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya ;-------------------------------------------

2. Menjatuhkan Thalak satu bain sughro Tergugat terhadap Penggugat ;---------------

3. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang-undangan ;------

4. Atau menjatuhkan putusan perkara ini dengan seadil-adilnya ;------------------------

b. Tentang Hukumnya

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah sebgaimana

tersebut diatas ;-----------------------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa yang menjadi permasalahan Penggugat mengajukan

gugatannya adalah karena rumah tangga Penggugat dan Tergugat sudah tidak harmonis

lagi dan antara Penggugat dan Tergugat sering terjadi perselisihan dan pertengkaran terus

menerus, sebab Tergugat tidak kerja dan tidak memberi nafkah ;------------------------------

Menimbang, bahwa Majelis hakim telah berusaha menasehati dan mendamaikan

Penggugat dan Terggugat sebagaimana diatur dalam pasal 39 ayat (1) Undang-undang

No.1 Tahun 1974 jo pasal 82 ayat (1) dan (2) Undang-undang No.7 Tahun 1989 yang

Page 67: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

diamandemen Undang-undang No.3 Tahun 2006 jo pasal 31 dan Peraturan Pemerintah

No.9 tahun 1975 agar Penggugat dan Tergugat rukum lagi kembali membina rumah

tangga akan tetapi tidak berhasil ;-------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa berdasarkan sesuai dengan bukti P-2 (KTP Penggugat) bahwa

Penggugat berdomisili diwilayah Jakarta selatan, maka perkara ini menjadi wewenang

Pengadilan Agama Jakarta Selatan ;----------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa berdasarkan pengakuan Penggugat dan telah dibenarkan oleh

Tergugat serta sebagimana ternyata dati Akta Kutipan Nikah dari KUA Kecamatan

Kebayoran Lama Jakarta Selatan, Nomor : 738/135/IX/1987 tanggal 8 Agustus 1987

(bukti P-1) harus dinyatakan terbukti bahwa antara Penggugat dengan Tergugat telah

terikat dalam suatu pernikahan yang sah ;----------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa selama persidangan perkara ini berlangsung, Ketua majelis

telah berusaha untuk memberikan nasehat-nasehat dan pandangan-pandangan kepada

Penggugat agar bersabar dan rukun kembali dengan Tergugat akan tetapi tidak berhasil ;-

Menimbang, bahwa Penggugat didalam persidangan tetap teguh terhadap dalil-

dalilnya dan tetap mau bercerai ;--------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa Tergugat yang hadir sendiri dalam persidangan menyatakan

gugatan Penggugat tidak benar tidak justru Penggugat yang sering pergi meninggalkan

Penggugat ;---------------------------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat yang telah dibenarkan oleh

Tergugat dianggap sebagai pengakuan Tergugat, sehingga oleh karenannya dalil-dalil

Penggugat tersebut telah menjadi dalil yang tetap, dan sesuai dengan ketentuan pasal 174

HIR, pengakuan tersebut dipandang telah mempunyai kekuatan pembuktian ;---------------

Page 68: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

Menimbang, bahwa terhadap bantahan-bantahan Tergugat tersebut Majelis hakim

berpendapat bahwa bantahan-bantahan tersbut ternyata tidak mengurangi nilai terhadap

dalil-dalil yang diakuinya karena Tergugat 4 kali berturut-turut siding terakhir tidak hadir

tanpa ada keterangan, Tergugat sudah tidak mau menggunakan haknya lagi ;----------------

Menimbang, bahwa keterangan para saksi tersbtu secara formil dapat diterima

karena telah memenuhi unsur pasal 76 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989,

yang dirubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan secara materil dapat

dipertimbangkan karena satu sama lain saling bersesuaian sebagaimana dimaksud oleh

pasal 170 dan pasal 172 HIR ;-----------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Penggugat jawaban Tergugat bukti-

bukti dan keterangan pada saksi yang saling bersesuaian tersebut Majelis hakim

menemukan fakta-fakta didalam persidangan sebagai berikut ;---------------------------------

- Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami isteri yang sah ;------------------------

- Bahwa Penggugat dan Tergugat sering bertengkar sejak tahun 1994 ;----------------

- Bahwa Tergugat sering melakukan kekerasan kepada Penggugat ;--------------------

- Bahwa Penggugat dan Tergugat pisah rumah selama 4 bulan ;------------------------

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan perkawinan menurut ketentuan hukum

perundang-undangan Nomor 1 Tahun 1974 jo pasal 3 Kompilasi Hukum Islam adalah

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekeal berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa, atau membentuk rumah tangga yang sakinah mawaddah dan rahmah,

namun yang terjadi dalam rumah tangga Penggugat dan Tergugat adalah sebaliknya yaitu

suatu rumah tangga penuh dengan perselisihan dan pertengkaran bahkan antara

Penggugat dengan Tergugat telah berpisah rumah selama kurang lebih 4 bulan sehingga

Page 69: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

kedua belah pihak sudah tidak dapat lagi menjalankan hak dan kewajibannya masing-

masing ;-----------------------------------

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas, maka Majelis

hakim berkesimpulan bahwa rumah tangga antara Penggugat dan Tergugat sudah

pecah belah dan sudah tidak harmonis lagi serta tidak sesuai dengan tujuan perkawinan

sebagaimana tersebut diatas, maka

mempertahankan rumah tangga Penggugat dan

Tergugat dikhawatirkan dapat menimbulkan hal-hal yang negatif bagi keduanya,

sehingga Majelis hakim berpendapat bahwa alasan Penggugat telah sesuai dengan

ketentuan pasal 30 ayat

(2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun1974 jo pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah

Nomor 9 Tahun 1975 jo passal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam, maka gugatan

Penggugat patut dikabulkan ;------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1989 jo pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 serta SEMA Nomor :

28/TUADA-AG/X/2002 tanggal 22 Oktober 2002 maka Majelis hakim memerintahkan

kepada Panitera Pengadilan Agama Jakarta Selatan untuk mengirimkan salinan putusan

ini kepada KUA Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan untuk mencatat perceraian

tersebut ;-------------------------------------------------------------------------------------------------

Menimbang, bahwa perkara ini termasuk dalam bidang perkawinan, maka sesuai

dengan ketentuan pasal 89 ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah

diamandemenkan dalam Undang-Undang No.3 Tahun 2006, biaya perkara

ini dibebankan kepada Penggugat ;------------------------------------------

--------------------------- Mengingat, pasal-pasal peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan

Page 70: CERAI GUGAT SEBAB TINDAK KEKERASANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18001/1/ANDRI SAFA... · perkawinan, dalam arti bila hubungan perkawinan tetap dilanjutkan akan

ketentuan lain yang berkaitan dengan perkara ini ;-----------------------------------------------