cekungan sumsel

13
Laboratorium Geologi Minyak & Gas Bumi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Log adalah suatu grafik kedalaman, dari satu set data yang menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur ( Adi Harsono, 1997). Log sangat membantu dalam menentukan karakter fisik dari batuan seperti litologi, porositas, dan permeabilitas. Data hasil logging ini digunakan untuk mengidentifikasi zona-zona produktif, kedalaman, ketebalan, dan membedakan fluida baik itu minyak, gas, dan air, sehingga dapat menghitung cadangan hidrokarbon di dalam suatu reservoir. Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan yang cukup produktif dalam cadangan hidrokarbon. Tingkat kematangan dari hidrokarbon Cekungan Sumatera Selatan cukup baik dengan dukungan timing migrasi yang tepat oleh struktur regional Daerah Sumatera. Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan busur belakang (Back-Arc Basin) yang baik sebagai tempat akumulasi material-material sedimen yang nantinya akan membentuk batuan induk (source rock), ditambah dengan struktur aktif di Sumatera yang menjadi sarana hidrokarbon bermigrasi ke batuan reservoir untuk tahap pengakumulasian hidrokarbon. Nama : Ega Meinaldy P NIM : 111.110.059 Plug : 9 Page 1

Transcript of cekungan sumsel

Page 1: cekungan sumsel

Laboratorium Geologi Minyak & Gas Bumi

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Log adalah suatu grafik kedalaman, dari satu set data yang menunjukkan

parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur ( Adi

Harsono, 1997). Log sangat membantu dalam menentukan karakter fisik dari batuan

seperti litologi, porositas, dan permeabilitas.

Data hasil logging ini digunakan untuk mengidentifikasi zona-zona produktif,

kedalaman, ketebalan, dan membedakan fluida baik itu minyak, gas, dan air, sehingga

dapat menghitung cadangan hidrokarbon di dalam suatu reservoir.

Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan yang cukup produktif

dalam cadangan hidrokarbon. Tingkat kematangan dari hidrokarbon Cekungan

Sumatera Selatan cukup baik dengan dukungan timing migrasi yang tepat oleh

struktur regional Daerah Sumatera. Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan

busur belakang (Back-Arc Basin) yang baik sebagai tempat akumulasi material-

material sedimen yang nantinya akan membentuk batuan induk (source rock),

ditambah dengan struktur aktif di Sumatera yang menjadi sarana hidrokarbon

bermigrasi ke batuan reservoir untuk tahap pengakumulasian hidrokarbon.

Secara fisiografis Cekungan Sumatra Selatan merupakan cekungan Tersier

berarah barat laut – tenggara, yang dibatasi Sesar Semangko dan Bukit Barisan di

sebelah barat daya, Paparan Sunda di sebelah timur laut, Tinggian Lampung di

sebelah tenggara yang memisahkan cekungan tersebut dengan Cekungan Sunda, serta

Pegunungan Dua Belas dan Pegunungan Tiga Puluh di sebelah barat laut yang

memisahkan Cekungan Sumatra Selatan dengan Cekungan Sumatera Tengah.

I.2. Maksud Dan Tujuan

Pembuatan laporan ini bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan interpretasi

petroleum system dari data mudlog, dan mengenali geologi regional pada Cekungan

Sumatera Selatan

Nama : Ega Meinaldy PNIM : 111.110.059Plug : 9 Page 1

Page 2: cekungan sumsel

Laboratorium Geologi Minyak & Gas Bumi

I.3. Geologi Regional Cekungan Sumatera Selatan

I.3.1 Struktur Geologi Regional

Kawasan Indonesia bagian barat (Sumatera, Jawa dan sebagian Kalimantan)

merupakan bagian dari Sunda Land yang termasuk lempeng benua Asia. Struktur

tektonik Indonesia bagian barat dipengaruhi benturan lempeng Benua Asia dengan

lempeng kerak Samudra Hindia – Australia. Eubank dan Makki, 1981 (dikutip dari

Setyo Nulyo K, 1999) berpendapat bahwa cekungan-cekungan di Sumatera terjadi

akibat dari benturan antara kedua lempeng tersebut, dimana lepas pantai Sumatera

Barat merupakan zona penekukan yang masih aktif.

Pada Akhir Kapur sampai Awal Tersier (Eosen Awal - Oligoen Awal) di

Indonesia bagian barat terjadi pergerakan tektonik yang menghasilkan pola kekar dan

sesar berarah utara–selatan, baratlaut–tenggara dan timurlaut–baratdaya.

Perkembangan dari pergerakan lempeng-lempeng tersebut membentuk komplek sesar

yang mengakibatkan sobekan-sobekan pada kerak bumi sehingga membentuk depresi

lokal dikenal sebagai Pull Apart, sedangkan disekitarnya terjadi tinggian-tinggian

lokal (Davies, 1984; Sukendar Asikin, 1988). Depresi dan tinggian inilah yang

membentuk konfigurasi batuan dasar dimana merupakan tempat terakumulasinya

endapan Tersier. Pada masa Tersier terjadi gaya tension sehingga sesar-sesar yang

sudah terbentuk aktif kembali membentuk sesar tumbuh. Pada masa Pliosen –

Plistosen terjadi gaya kompresi yang membentuk lipatan dengan arah baratlaut –

tenggara dan mengakibatkan kembali sesar-sesar geser dan sesar-sesar normal.

I.3.2 Stratigrafi Regional

Stratigrafi daerah Cekungan Sumatera Selatan telah banyak dibahas oleh para

ahli geologi terdahulu, khususnya yang bekerja dilingkungan perminyakan. Pada

awalnya pembahasan dititik beratkan pada sedimen Tersier, umumnya tidak pernah

diterbitkan dan hanya berlaku di lingkungan sendiri.

Nama : Ega Meinaldy PNIM : 111.110.059Plug : 9 Page 2

Page 3: cekungan sumsel

Laboratorium Geologi Minyak & Gas Bumi

Peneliti terdahulu telah menyusun urutan-urutan stratigrafi  umum Cekungan

Sumatera Selatan, antara lain : Van Bemmelen (1932), Musper (1937), Marks (1956),

Spruyt (1956), Pulunggono (1969), De Coster 2(1974), Pertamina (1981).

Berdasarkan peneliti-peneliti terdahulu, maka Stratigrafi Cekungan Sumatera

Selatan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok batuan Pra-Tersier, kelompok

batuan Tersier serta kelompok batuan Kuarter.

1. Batuan Pra-Tersier

Batuan Pra-Tersier Cekungan Sumatera Selatan merupakan dasar cekungan

sedimen Tersier. Batuan ini diketemukan sebagai batuan beku, batuan metamorf dan

batuan sedimen (De Coster, 1974) Westerveld (1941), membagi batuan berumur

Paleozoikum (Permokarbon) berupa slate dan yang berumur Mesozoikum

(Yurakapur) berupa seri fasies vulkanik dan seri fasies laut dalam.

2. Batuan Tersier

Berdasarkan penelitian terdahulu urutan sedimentasi Tersier di Cekungan

Sumatera Selatan dibagi menjadi dua tahap pengendapan, yaitu tahap genang laut dan

tahap susut laut. Sedimen-sedimen yang terbentuk pada tahap genang laut disebut

Kelompok Telisa (De Coster, 1974, Spruyt, 1956), dari umur Eosen Awal hingga

Miosen Tengah terdiri atas Formasi Lahat (LAF), Formasi Talang Akar (TAF),

Formasi Baturaja (BRF), dan Formasi Gumai (GUF). Sedangkan yang terbentuk pada

tahap susut laut disebut Kelompok Palembang (Spruyt, 1956) dari umur Miosen

Tengah – Pliosen terdiri atas Formasi Air Benakat (ABF), Formasi Muara Enim

(MEF), dan Formsi Kasai (KAF).

Formasi Lahat

Formasi Lahat diendapkan secara tidak selaras di atas batuan dasar,

merupakan lapisan dengan tebal 200 m - 3350 m yang terdiri dari konglemerat, tufa,

Nama : Ega Meinaldy PNIM : 111.110.059Plug : 9 Page 3

Page 4: cekungan sumsel

Laboratorium Geologi Minyak & Gas Bumi

breksi vulkanik andesitik, endapan lahar, aliran lava dan batupasir kuarsa. Formasi ini

memiliki 3 anggota, yaitu :

1. Anggota Tuf Kikim Bawah, terdiri dari tuf andesitik, breksi dan lapisan lava.

Ketebalan anggota ini bervariasi, antara 0 - 800 m.

2. Anggota Batupasir Kuarsa, diendapkan secara selaras di atas anggota pertama.

Terdiri dari konglomerat dan batupasir berstruktur crossbedding. Butiran

didominasi oleh kuarsa.

3. Anggota Tuf Kikim Atas, diendapkan secara selaras dan bergradual di atas

Anggota Batupasir Kuarsa. Terdiri dari tuf dan batulempung tufan berselingan

dengan endapan mirip lahar.

Formasi Lahat berumur Paleosen hingga Oligosen Awal.

Formasi Talang Akar

Formasi Talang Akar pada Sub Cekungan Jambi terdiri dari batulanau,

batupasir dan sisipan batubara yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal hingga

transisi. Menurut Pulunggono, 1976, Formasi Talang Akar berumur Oligosen Akhir

hingga Miosen Awal dan diendapkan secara selaras di atas Formasi Lahat. Bagian

bawah formasi ini terdiri dari batupasir kasar, serpih dan sisipan batubara.

Formasi Baturaja

Formasi ini diendapkan secara selaras di atas Fm. Talang Akar dengan

ketebalan antara 200 sampai 250 m. Litologi terdiri dari batugamping, batugamping

terumbu, batugamping pasiran, batugamping serpihan, serpih gampingan dan napal

kaya foraminifera, moluska dan koral. Formasi ini diendapkan pada lingkungan

litoral-neritik dan berumur Miosen Awal.

Formasi Gumai

Formasi Gumai diendapkan secara selaras di atas Formasi Baturaja dimana

formasi ini menandai terjadinya transgresi maksimum di Cekungan Sumatera Selatan.

Bagian bawah formasi ini terdiri dari serpih gampingan dengan sisipan batugamping,

napal dan batulanau. Sedangkan di bagian atasnya berupa perselingan antara

batupasir dan serpih. Ketebalan formasi ini secara umum bervariasi antara 150 m -

Nama : Ega Meinaldy PNIM : 111.110.059Plug : 9 Page 4

Page 5: cekungan sumsel

Laboratorium Geologi Minyak & Gas Bumi

2200 m dan diendapkan pada lingkungan laut dalam.Formasi Gumai berumur Miosen

Awal-Miosen Tengah.

Formasi Air Benakat

Formasi Air Benakat diendapkan secara selaras di atas Formasi Gumai dan

merupakan awal terjadinya fase regresi. Formasi ini terdiri dari batulempung putih

kelabu dengan sisipan batupasir halus, batupasir abu-abu hitam kebiruan, glaukonitan

setempat mengan dung lignit dan di bagian atas mengandung tufaan sedangkan

bagian tengah kaya akan fosil foraminifera. Ketebalan Formasi Air Benakat

bervariasi antara 100-1300 m dan berumur Miosen Tengah-Miosen Akhir. Formasi

ini diendapkan pada lingkungan laut dangkal.

Formasi Muara Enim

Formasi Muara Enim mewakili tahap akhir dari fase regresi tersier. Formasi

ini diendapkan secara selaras di atas Formasi Air Benakat pada lingkungan laut

dangkal, paludal, dataran delta dan non marin. Ketebalan formasi ini 500 – 1000m,

terdiri dari batupasir, batulempung , batulanau dan batubara. Batupasir pada formasi

ini dapat mengandung glaukonit dan debris volkanik. Pada formasi ini terdapat oksida

besi berupa konkresi-konkresi dan silisified wood. Sedangkan batubara yang terdapat

pada formasi ini umumnya berupa lignit. Formasi Muara Enim berumur Miaosen

Akhir – Pliosen Awal.

Formasi Kasai

Formasi Kasai diendapkan secara selaras di atas Formasi Muara Enim dengan

ketebalan 850 – 1200 m. Formasi ini terdiri dari batupasir tufan dan tefra riolitik di

bagian bawah. Bagian atas terdiri dari tuf pumicekaya kuarsa, batupasir, konglomerat,

tuf pasiran dengan lensa rudit mengandung pumice dan tuf berwarna abu-abu

kekuningan, banyak dijumpai sisa tumbuhan dan lapisan tipis lignit serta kayu yang

terkersikkan. Fasies pengendapannya adalah fluvial dan alluvial fan. Formasi Kasai

berumur Pliosen Akhir-Plistosen Awal.

Nama : Ega Meinaldy PNIM : 111.110.059Plug : 9 Page 5

Page 6: cekungan sumsel

Laboratorium Geologi Minyak & Gas Bumi

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Penentuan Formasi

Interpretasi Formation Evaluation Log berdasarkan stratigrafi pada mud log

didapat hasil sebagai berikut :

1. Basement terdapat pada kedalaman 1175 – 1320 meter, dengan ciri litologi

batupasir kuarsit dan metavolkanik.

2. Formasi Talang Akar terdapat pada kedalaman 600 – 1175 meter, dengan ciri

litologi perselingan antara batupasir dengan batu serpih serta sisipan batubara.

3. Formasi Baturaja terdapat pada kedalaman 325 – 600 meter, dengan ciri

litologi batugamping.

4. Formasi Gumai terdapat pada kedalaman 72 – 325 meter, dengan ciri litologi

perselingan antara batupasir dan serpih.

5. Formasi Air Benakat terdapat pada kedalaman 5 – 72 meter, dengan ciri

litologi perselingan batupasir dan batulempung.

II.2 Petroleum Sistem

Berdasarkan interpretasi mud log, maka didapatkan petroleum systemnya

sebagai berikut :

1. Batuan induk, terdapat pada Formasi Talang Akar dengan kedalaman dari

meter ke-1060 hingga meter ke-1175.

2. Batuan reservoir, terdapat pada Formasi Baturaja dan bagian atas Formasi

Talang Akar dengan kedalaman dari meter ke-320 hingga meter ke-1060.

Juga Basement yang berada di kedalaman 1175 – 1320 meter

3. Cap Rock, terdapat pada bagian atas Formasi Gumai dan Formasi Air Benakat

dengan kedalaman dari meter ke-5 hingga meter ke-320.

Nama : Ega Meinaldy PNIM : 111.110.059Plug : 9 Page 6

Page 7: cekungan sumsel

Laboratorium Geologi Minyak & Gas Bumi

II.3 Interpretasi Mud Log

II.3.1 Nilai ROP

Berdasarkan dari hasil interpretasi ROP di dapatkan hasil sebagai berikut :

Basement

ROP berkisar anatara 2 – 30 mt/hr didominasi oleh litologi batupasir kuarsit

dan metavulkanik.

Formasi Talang Akar.

ROP berkisar antara 8 – 90 mt/hr didominasi oleh litologi perselingan

batulempung dan batupasir dengan sisipan batubara.

Formasi Baturaja

ROP berkisar antara 6 – 60 mt/hr didominasi oleh litologi batupasir,

batugamping dan serpih.

Formasi Gumai

ROP berkisar antara 2 – 180 mt/hr didominasi oleh litologi serpih dan

batupasir

Formasi Air Benakat

ROP berkisar antara 3 – 60 mt/hr didominasi oleh litologi berupa

batulempung dan batupasir.

II.3.2 Potensi Terdapatnya Hidrokarbon

Berdasarkan data mud log maka dapat diketahui bahwa ada indikasi

terdapatnya hidrokarbon, diantaranya sebagai berikut :

1. Kedalaman 1159 – 1162 meter

2. Kedalaman 1153 – 1155 meter

3. Kedalaman 1144 – 1145 meter

4. Kedalaman 1127 – 1139 meter

Nama : Ega Meinaldy PNIM : 111.110.059Plug : 9 Page 7

Page 8: cekungan sumsel

Laboratorium Geologi Minyak & Gas Bumi

5. Kedalaman 1119 – 1122 meter

6. Kedalaman 1102 – 1106 meter

7. Kedalaman 1096 – 1100 meter

8. Kedalaman 1088 – 1094 meter

9. Kedalaman 1060 – 1086 meter

10. Kedalaman 1032 – 1039 meter

11. Kedalaman 978 – 982 meter

12. Kedalaman 972 – 974 meter

13. Kedalaman 957 – 962 meter

14. Kedalaman 815 – 900 meter

15. Kedalaman 769 – 774 meter

16. Kedalaman 965 – 700 meter

17. Kedalaman 639 – 645 meter

18. Kedalaman 481 – 484 meter

Nama : Ega Meinaldy PNIM : 111.110.059Plug : 9 Page 8

Page 9: cekungan sumsel

Laboratorium Geologi Minyak & Gas Bumi

BAB III

KESIMPULAN

Dari keseluruhan data yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan berupa:

1. Terdapat 4 formasi batuan yang ada pada mud log tersebut diantaranya yaitu

Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja, Formasi Gumai, dan yang terakhir

yaitu Formasi Air Benakat. Dengan ditemukannya juga Basement berupa

batuan metavulkanik

2. Pada mud log didapatkan basement yang menunjukkan "oil show"

didalamnya, diperkirakan akibat adanya porositas sekunder. Selain itu

basement tersebut telah mengalami apa yang dinamakan "basement high"

sehingga posisinya sejajar dengan Formasi Talang Akar

3. Petroleum sytem pada mud log tersebut diantaranya yaitu : source rock atau

batuan induk yang terdapat pada bagian bawah Formasi Talang Akar,

kemudian batuan reservoir yang terdapat pada Formasi Baturaja dan

basement, serta cap rock atau batuan tudung terdapat pada Formasi Air

Benakat dan Gumai.

Nama : Ega Meinaldy PNIM : 111.110.059Plug : 9 Page 9