CEDERA KEPALA laporan tutorial

30
CEDERA KEPALA DEFINISI - Cedera kepala (trauma kapitis/head injury) adalah ruda paksa tumpul/tajam pada kepala atau wajah yang berakibat disfungsi serebral sementara. - Cedera Otak Traumatik/traumatic brain injury adalah kerusakan yang terjadi pada jaringan otak akibat adanya trauma - Cedera otak primer adalah kelainan patologi otak yang timbul segera akibat langsung dari trauma. Pada cedera primer dapat terjadi: memar otak, laserasi. - Cidera otak sekunder adalah kelainan patologi otak disebabkan kelainan biokimia, metabolisme, fisiologi yang timbul setelah trauma. KLASIFIKASI *) Adapun pembagian cedera kepala adalah : Simple head injury Commotio cerebri Contusion cerebri Cedera Kepala Berat Cedera Kepala Ringan

description

berisi mengenai cedera kepala beratdefinisi etiologiepidemiolugiklasifikasi Cedera kepalamanifestasi klinisdiagnosispemeriksaan penunjangtatalaksana masing-masing derajat cedera kepaladaftar pustaka

Transcript of CEDERA KEPALA laporan tutorial

Page 1: CEDERA KEPALA laporan tutorial

CEDERA KEPALA

DEFINISI

- Cedera kepala (trauma kapitis/head injury) adalah ruda paksa tumpul/tajam pada kepala

atau wajah yang berakibat disfungsi serebral sementara.

- Cedera Otak Traumatik/traumatic brain injury adalah kerusakan yang terjadi pada jaringan

otak akibat adanya trauma

- Cedera otak primer adalah kelainan patologi otak yang timbul segera akibat langsung dari

trauma. Pada cedera primer dapat terjadi: memar otak, laserasi.

- Cidera otak sekunder adalah kelainan patologi otak disebabkan kelainan biokimia,

metabolisme, fisiologi yang timbul setelah trauma.

KLASIFIKASI

*) Adapun pembagian cedera kepala adalah :

Simple head injury

Commotio cerebri

Contusion cerebri

Laceratio cerebri

Basis cranii fracture

a. Simple head injury

Diagnosa simple head injury dapat ditegakkan berdasarkan:

Ada riwayat trauma kapitis

Tidak pingsan

Gejala sakit kepala dan pusing

Cedera Kepala Berat

Cedera Kepala Ringan

Page 2: CEDERA KEPALA laporan tutorial

Umumnya tidak memerlukan perawatan khusus, cukup diberi obat simptomatik dan

cukup istirahat.

b. Commotio Cerebri

Commotio cerebri (geger otak) adalah keadaan pingsan yang berlangsung tidak

lebih dari 10 menit akibat trauma kepala, yang tidak disertai kerusakan jaringan otak.

Pasien mungkin mengeluh nyeri kepala, vertigo, mungkin muntah dan tampak pucat.

Vertigo dan muntah mungkin disebabkan gegar pada labirin atau terangsangnya

pusat-pusat dalam batang otak. Pada commotio cerebri mungkin pula terdapat amnesia

retrograde, yaitu hilangnya ingatan sepanjang masa yang terbatas sebelum terjadinya

kecelakaan. Amnesia ini timbul akibat terhapusnya rekaman kejadian di lobus

temporalis.

c. Contusio Cerebri

Pada contusio cerebri (memar otak) terjadi perdarahan-perdarahan di dalam

jaringan otak tanpa adanya robekan jaringanyang kasat mata, meskipun neuron-neuron

mengalami kerusakan atau terputus. Yang penting untuk terjadinya lesi contusion ialah

adanya akselerasi kepala yang seketika itu juga menimbulkan pergeseran otak serta

pengembangan gaya kompresi yang destruktif. Akselerasi yang kuat berarti pula

hiperekstensi kepala. Oleh karena itu, otak membentang batang otak terlalu kuat,

sehingga menimbulkan blokade reversibel terhadap lintasan asendens retikularis difus.

Akibat blockade itu, otak tidak mendapat input aferen dan karena itu, kesadaran hilang

selama blokade reversibel berlangsung.

Timbulnya lesi contusio di daerah “coup”, “contrecoup”, dan “intermediate”

menimbulkan gejala defisit neurologik yang bisa berupa refleks babinski yang positif

dan kelumpuhan UMN. Setelah kesadaran pulih kembali, si penderita biasanya

menunjukkan “organic brain syndrome”.

Akibat gaya yang dikembangkan oleh mekanisme-mekanisme yang beroperasi

pada trauma kapitis tersebut di atas, autoregulasi pembuluh darah cerebral terganggu,

sehingga terjadi vasoparalitis. Tekanan darah menjadi rendah dan nadi menjadi lambat,

Page 3: CEDERA KEPALA laporan tutorial

atau menjadi cepat dan lemah. Juga karena pusat vegetatif terlibat, maka rasa mual,

muntah dan gangguan pernafasan bisa timbul.

d. Laceratio Cerebri

Dikatakan laceratio cerebri jika kerusakan tersebut disertai dengan robekan

piamater. Laceratio biasanya berkaitan dengan adanya perdarahan subaraknoid

traumatika, subdural akut dan intercerebral. Laceratio dapat dibedakan atas laceratio

langsung dan tidak langsung.

Laceratio langsung disebabkan oleh luka tembus kepala yang disebabkan oleh

benda asing atau penetrasi fragmen fraktur terutama pada fraktur depressed terbuka.

Sedangkan laceratio tidak langsung disebabkan oleh deformitas jaringan yang hebat

akibat kekuatan mekanis.

e. Fracture Basis Cranii

Fraktur basis cranii bisa mengenai fossa anterior, fossa media dan fossa

posterior. Gejala yang timbul tergantung pada letak atau fossa mana yang terkena.

Fraktur pada fossa anterior menimbulkan gejala :

Hematom kacamata tanpa disertai subkonjungtival bleeding

Epistaksis

Rhinorrhoe

Fraktur pada fossa media menimbulkan gejala:

Hematom retroaurikuler, Ottorhoe

Perdarahan dari telinga

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan X-foto basis kranii. Komplikasi :

Gangguan pendengaran

Page 4: CEDERA KEPALA laporan tutorial

Parese N.VII perifer

Meningitis purulenta akibat robeknya duramater

Fraktur basis kranii bisa disertai commotio ataupun contusio, jadi terapinya harus

disesuaikan. Pemberian antibiotik dosis tinggi untuk mencegah infeksi. Tindakan

operatif bila adanya liquorrhoe yang berlangsung lebih dari 6 hari.

Adapun pembagian cedera kepala lainnya:

Cedera Kepala Ringan (CKR) → termasuk didalamnya Laseratio dan Commotio

Cerebri

o Skor GCS 13-15

o Tidak ada kehilangan kesadaran, atau jika ada tidak lebih dari 10 menit

o Pasien mengeluh pusing, sakit kepala

o Ada muntah, ada amnesia retrogad dan tidak ditemukan kelainan pada

pemeriksaan neurologist.

Cedera Kepala Sedang (CKS)

o Skor GCS 9-12

o Ada pingsan lebih dari 10 menit

o Ada sakit kepala, muntah, kejang dan amnesia retrogad

o Pemeriksaan neurologis terdapat lelumpuhan saraf dan anggota gerak.

Cedera Kepala Berat (CKB)

o Skor GCS <8

o Gejalnya serupa dengan CKS, hanya dalam tingkat yang lebih berat

o Terjadinya penurunan kesadaran secara progesif

o Adanya fraktur tulang tengkorak dan jaringan otak yang terlepas.

Page 5: CEDERA KEPALA laporan tutorial

EPIDEMIOLOGI

Cedera adalah salah satu masalah kesehatan yang paling serius. Cedera kepala

merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan. Cedera kepala berperan pada

hampir separuh dari seluruh kematian akibat trauma. Distribusi cidera kepala terutama

melibatkan kelompok usia produktif antara 15-44 tahun dan lebih didominasi oleh kaum laki-

laki dibandingkan dengan perempuan.

ETIOLOGI CEDERA KEPALA

Berdasarkan jenis kekerasan

a. Jenis kekerasan benda tumpul berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas (kecepatan

tinggi, kecepatan rendah), jatuh, dan pukulan benda tumpul

b. Jenis kekerasan benda tajam berkaitan dengan benda tajam (bacok) dan tembakan.

MEKANISME DAN PATOLOGI

Cedera kepala dapat terjadi akibat benturan langsung atau tanpa benturan langsung pada

kepala. Kelainan dapat berupa cedera otak fokal atau difus dengan atau tanpa fraktur tulang

tengkorak.

Cedera fokal dapat menyebabkan memar otak, hematom epidural, subdural dan

intraserebral. Cedera difus dapat mengakibatkan gangguan fungsi saja, yaitu gegar otak atau

cedera struktural yang difus.

Dari tempat benturan, gelombang kejut disebar ke seluruh arah. Gelombang ini

mengubah tekanan jaringan dan bila tekanan cukup besar, akan terjadi kerusakan jaringan

otak di tempat benturan yang disebut “coup” atau ditempat yang berseberangan dengan

benturan (contra coup)

1. Cedera Kepala Primer

Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi - decelerasi rotasi ) yang

menyebabkan

gangguan pada jaringan.

Pada cedera primer dapat terjadi :

Page 6: CEDERA KEPALA laporan tutorial

1. Gegar kepala ringan

2. Memar otak

3. Laserasi

2. Cedera Kepala Sekunder

a. Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti :

b. Hipotensi sistemik

c. Hipoksia

d. Hiperkapnea

e. Udema otak

f. Komplikasi pernapasan

PATOFISIOLOGI

Gangguan metabolisme jaringan otak akan mengakibatkan oedem yang dapat

menyebabkan heniasi jaringan otak melalui foramen magnum, sehingga jaringan otak tersebut

dapat mengalami iskhemi, nekrosis, atau perdarahan dan kemudian meninggal.

Fungsi otak sangat bergantung pada tersedianya oksigen dan glukosa. Cedera kepala

dapat menyebabkan gangguan suplai oksigen dan glukosa, yang terjadi karena berkurangnya

oksigenisasi darah akibat kegagalan fungsi paru atau karena aliran darah ke otak yang menurun,

misalnya akibat syok.

Karena itu, pada cedera kepala harus dijamin bebasnya jalan nafas, gerakan nafas yang

adekuat dan hemodinamik tidak terganggu sehingga oksigenisasi cukup.

Cedera kepala TIK - oedem

- hematom

Respon biologi Hypoxemia

Page 7: CEDERA KEPALA laporan tutorial

Kelainan metabolisme

Cedera otak primer Cedera otak sekunder

Kontusio

Laserasi Kerusakan Sel otak

Gangguan autoregulasi rangsangan simpatis Stress

Aliran darah keotak tahanan vaskuler katekolamin

Sistemik & TD sekresi asam lambung

O2 gangguan metabolisme tek. Pemb.darah Mual, muntah

Pulmonal

Asam laktat tek. Hidrostatik Asupan nutrisi kurang

Oedem otak kebocoran cairan kapiler

Ggan perfusi jaringan oedema paru cardiac out put

Cerebral

Difusi O2 terhambat Ggan perfusi jaringan

Page 8: CEDERA KEPALA laporan tutorial

Gangguan pola napas hipoksemia, hiperkapnea

DIAGNOSIS

Berdasarkan : Ada tidaknya riwayat trauma kapitis

Gejala-gejala klinis : Interval lucid, peningkatan TIK, gejala laterlisasi

Pemeriksaan penunjang

a. Anamnesis

Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab): nama, umur, jenis kelamin, agama,

suku bangsa, status perkawinan, alamat, golongan darah, pengahasilan, hubungan klien

dengan penanggung jawab.

Riwayat kesehatan :

Tingkat kesadaran / GCS ( < 15 )

Confulsi

Muntah

Dispnea / takipnea

Sakit kepala

Wajah simetris / tidak

Lemah

Luka di kepala

Paralise

Akumulasi sekret pada saluran napas

Adanya liquor dari hidung dan telinga

Kejang

Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan sistem

persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. Demikian pula riwayat penyakit

Page 9: CEDERA KEPALA laporan tutorial

keluarga terutama yang mempunyai penyakit menular. Riwayat kesehatan tersebut dapat

dikaji dari klien atau keluarga sebagai data subyektif. Data-data ini sangat berarti karena

dapat mempengaruhi prognosa klien. disorientasi orang, tempat dan waktu. Adanya refleks

babinski yang positif, perubahan nilai tanda-tanda vital kaku kuduk, hemiparese. Nervus

cranialis dapat terganggu bila cedera kepala meluas sampai batang otak karena edema otak

atau perdarahan otak juga mengkaji nervus I, II, III, V, VII, IX, XII.

Gambaran Klinis

Gambaran klinis ditentukan berdasarkan derajat cedera dan lokasinya. Derajat cedera

dapat dinilai menurut tingkat kesadarannya melalui system GCS, yakni metode EMV (Eyes,

Verbal, Movement)

1. Kemampuan membuka kelopak mata (E)

Secara spontan 4

Atas perintah 3

Rangsangan nyeri 2

Tidak bereaksi 1

2. Kemampuan komunikasi (V)

Orientasi baik 5

Jawaban kacau 4

Kata-kata tidak berarti 3

Mengerang 2

Tidak bersuara 1

3. Kemampuan motorik (M)

Kemampuan menurut perintah 6

Reaksi setempat 5

Menghindar 4

Fleksi abnormal 3

Ekstensi 2

Tidak bereaksi 1

Page 10: CEDERA KEPALA laporan tutorial

Breathing

Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung, sehingga

terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun iramanya, bisa berupa

Cheyne Stokes atau Ataxia breathing. Napas berbunyi, stridor, ronkhi, wheezing

( kemungkinana karena aspirasi), cenderung terjadi peningkatan produksi sputum pada jalan

napas.

Blood:

Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi. Tekanan

pada pusat vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan parasimpatik ke jantung

yang akan mengakibatkan denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda peningkatan

tekanan intrakranial. Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi

dengan bradikardia, disritmia).

Brain

Gangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk manifestasi adanya gangguan otak

akibat cidera kepala. Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo,

sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada ekstrimitas. Bila perdarahan hebat/luas

dan mengenai batang otak akan terjadi gangguan pada nervus cranialis, maka dapat terjadi :

Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan

masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).

Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian

lapang pandang, foto fobia.

Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata.

Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.

Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus vagus menyebabkan

kompresi spasmodik diafragma.

Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesalah satu sisi,

disfagia, disatria, sehingga kesulitan menelan.

Blader

Page 11: CEDERA KEPALA laporan tutorial

Pada cidera kepala sering terjadi gangguan berupa retensi, inkontinensia uri,

ketidakmampuan menahan miksi.

Bowel

Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual, muntah (mungkin

proyektil), kembung dan mengalami perubahan selera. Gangguan menelan (disfagia) dan

terganggunya proses eliminasi alvi.

Bone

Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese, paraplegi. Pada kondisi

yang lama dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula terjadi spastisitas atau

ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang terjadi karena rusak atau putusnya

hubungan antara pusat saraf di otak dengan refleks pada spinal selain itu dapat pula terjadi

penurunan tonus otot.

b. Pemeriksaan Penunjang

Yang dapat dilakukan pada pasien dengan trauma kapitis adalah:

1. CT-Scan

Untuk melihat letak lesi dan adanya kemungkinan komplikasi jangka pendek.

2. Angiografi serebral

Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat edema,

perdarahan, trauma.

3. Lumbal Pungsi

Untuk menentukan ada tidaknya darah pada LCS harus dilakukan sebelum 6 jam dari

saat terjadinya trauma

4. EEG

Dapat digunakan untuk mencari lesi

5. Roentgen foto kepala

Page 12: CEDERA KEPALA laporan tutorial

Untuk melihat ada tidaknya fraktur pada tulang tengkorak

6. Analisa Gas Darah

Mendeteksi ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenasi) jika terjadi peningkatan

tekanan intrakranial.

7. Elektrolit

Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan

intrakranial.

PENATALAKSANAAN

Prioritas Perawatan:

1. Maksimalkan perfusi / fungsi otak

2. Mencegah komplikasi

3. Pengaturan fungsi secara optimal / mengembalikan ke fungsi normal

4. Mendukung proses pemulihan koping klien / keluarga

5. Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, rencana pengobatan, dan rehabilitasi.

Tujuan Perawatan :

1. Fungsi otak membaik : defisit neurologis berkurang/tetap

2. Complikasi tidak terjadi

3. Kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi sendiri atau dibantu orang lain

4. Keluarga dapat menerima kenyataan dan berpartisipasi dalam perawatan

5. Proses penyakit, prognosis, program pengobatan dapat dimengerti oleh keluarga

sebagai sumber informasi.

Page 13: CEDERA KEPALA laporan tutorial

Tatalaksana

CKR :

Perawatan selama 3-5 hari

Mobilisasi bertahap

Terapi simptomatik

Observasi tanda vital

CKS :

Perawatan selama 7-10 hari

Anti cerebral edem

Anti perdarahan

Simptomatik

Neurotropik

Operasi jika ada komplikasi

CKB :

Seperti pada CKS

Antibiotik dosis tinggi

Konsultasi bedah saraf

ALGORITMA PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA RINGAN

Definisi : penderita sadar dan berorientasi (GCS 14-15)

Riwayat :

- Nama, umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan

- Mekanisme cedera- Waktu cedera

Page 14: CEDERA KEPALA laporan tutorial

Observasi atau dirawat di RS Dipulangkan dari RS

- CT scan tidak ada

- CT scan abnormal

- Semua cedera tembus

- Riwayat hilang kesadaran

- Kesadaran menurun

- Sakit kepala sedang-berat

- Intoksikasi alkohol/obat-obatan

- Fraktur tengkorak

- Rhinorea-otorea

- Cidera penyerta yang bermakna

- Tidak ada keluarga dirumah

- Tidak mungkin kembali kerumah

sakit segera

- Tidak memenuhi kriteria rawat

- Diskusikan kemungkinan kembali

bila memburuk dan berikan lembar

observasi

- Jadwalkan untuk kontrol ulang di

poliklinik biasanya setelah 1

minggu

Riwayat :

- Nama, umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan

- Mekanisme cedera- Waktu cedera

Page 15: CEDERA KEPALA laporan tutorial

- amnesia

Page 16: CEDERA KEPALA laporan tutorial

ALGORITMA PENANGANAN CEDERA KEPALA SEDANG

Bila kondisi memburuk (10%)- Bila penderita tidak mampu melakukan perintah-perintah lagi, segera lakukan pemeriksaan CT scan ulang dan penetalaksanaan sesuai protokol cedera kepala berat

Bila kondisi membaik (90%)

- Pulang - Kontrol di poliklinik

Setelah Dirawat :- Pemeriksaan neurologis periodik - Pemeriksaan CT scan ulang bila kondisi penderita memburuk atau bila

penderita akan dipulangkan

Pemeriksaan Awal :- Sama dengan untuk cedera kepala ringan ditambah pemeriksaan darah

sederhana - Pemeriksaan CT scan kepala - Dirawat untuk observasi

Def : penderita biasanya tampak kebingungan atau mengantuk, namun masih mampu menuruti perintah-perintah sederhana( GCS 9-13)

Page 17: CEDERA KEPALA laporan tutorial

ALGORITMA PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA BERAT

Tujuan tatalaksana cedera kepala adalah mencegah berkembangnya menjadi cidera kepala

secunder berupa intracranial hematom, ischemia, peningkatan tekanan intracranial, herniasi serta

infeksi.

- Yang pertama-tama dilakukan adalah pertahankan jalan nafas serta tingkat oksigenasi.

Bila diperlukan dapat dilakukan intubasi, ventilasi diperlukan jika terjadi depresi pada

pergerakan nafas ataupun jika ditemukan ganguan fungsi paru.

- ABCDE- Primary survey dan resusitasi - Secondary survey dan riwayat AMPLE- Re-evaluasi neurologis a. respon buka mata b. Respon motorik c. Respon verbal d. Reaksi cahaya pupil e. Refleks okulosefalik f. Refleks okulovestibular- Obat-obatan a. Manitol b. Hiperventilasi sedang c. Antikonvulsan - Tes diagnostik a. CT scan (semua penderita)b. Ventrikulografi udara c. angiogram

Pemeriksaan dan penatalaksanaan

Def : penderita tidak mampu melakukan perintah-perintah sederhana karena kesadaran yang menurun ( GCS 3-8)

Page 18: CEDERA KEPALA laporan tutorial

- Jika didapatkan pasien dengan penurunan kesadaran akiabt adanya hematom maka perlu

dilakukan penanganan segera berupa pemberian bolus mannitol.

- Bila ditemukan laserasi maka perlu di bersihkan, inspeksi apakah ada fraktur atau tidak.

- Coreksi terjadinya hipovolemi akibat berkurangnya darah akibat trauma.

- Jika didapatkan kejang maka perlu diberikan anticonvulsant

- Monitoring tekanan intracranial, tekanan darah dan cerebral perfusi pressure (CPP).

Terutama pada pasien dengan pembengkakan yang menyeluruh.

PENCEGAHAN

Upaya pencegahan cedera kepala pada dasarnya adalah suatu tindakan pencegahan terhadap

peningkatan kasus kecelakaan yang berakibat trauma. Upaya yang dilakukan yaitu :

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer yaitu upaya pencegahan sebelum peristiwa terjadinya kecelakaan

lalu lintas seperti untuk mencegah faktor-faktor yang menunjang terjadinya cedera seperti

pengatur lalu lintas, memakai sabuk pengaman, dan memakai helm.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder yaitu upaya pencegahan saat peristiwa terjadi yang dirancang

untuk mengurangi atau meminimalkan beratnya cedera yang terjadi. Dilakukan dengan

pemberian pertolongan pertama, yaitu :

1. Memberikan jalan nafas yang lapang (Airway).

Gangguan oksigenasi otak dan jaringan vital lain merupakan pembunuh tercepat

pada kasus cedera. Guna menghindari gangguan tersebut penanganan masalah airway

menjadi prioritas utama dari masalah yang lainnya. Beberapa kematian karena masalah

airway disebabkan oleh karena kegagalan mengenali masalah airway yang tersumbat baik

Page 19: CEDERA KEPALA laporan tutorial

oleh karena aspirasi isi gaster maupun kesalahan mengatur posisi sehingga jalan nafas

tertutup lidah penderita sendiri.

Pada pasien dengan penurunan kesadaran mempunyai risiko tinggi untuk

terjadinya gangguan jalan nafas, selain memeriksa adanya benda asing, sumbatan jalan

nafas dapat terjadi oleh karena pangkal lidahnya terjatuh ke belakang sehingga menutupi

aliran udara ke dalam paru.

Selain itu aspirasi isi lambung juga menjadi bahaya yang mengancam airway.

2. Memberi nafas/ nafas buatan (Breathing)

Tindakan kedua setelah meyakini bahwa jalan nafas tidak ada hambatan adalah

membantu pernafasan. Keterlambatan dalam mengenali gangguan pernafasan dan

membantu pernafasan akan dapat menimbulkan kematian.

3. Menghentikan perdarahan (Circulations).

Perdarahan dapat dihentikan dengan memberi tekanan pada tempat yang berdarah

sehingga pembuluh darah tertutup. Kepala dapat dibalut dengan ikatan yang kuat. Bila

ada syok, dapat diatasi dengan pemberian cairan infuse dan bila perlu dilanjutkan dengan

pemberian transfusi darah. Syok biasanya disebabkan karena penderita kehilangan

banyak darah.

c. Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier bertujuan untuk mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih

berat, penanganan yang tepat bagi penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas untuk

mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup. Pencegahan tertier ini penting

untuk meningkatkan kualitas hidup penderita, meneruskan pengobatan serta memberikan

dukungan psikologis bagi penderita.

Upaya rehabilitasi terhadap penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas

perlu ditangani melalui rehabilitasi secara fisik, rehabilitasi psikologis dan sosial.

Page 20: CEDERA KEPALA laporan tutorial

1. Rehabilitasi Fisik

a. Fisioterapi dan latihan peregangan untuk otot yang masih aktif pada lengan atas dan

bawah tubuh.

b. Perlengkapan splint dan kaliper

c. Transplantasi tendon

2. Rehabilitasi Psikologis

Pertama-tama dimulai agar pasien segera menerima ketidakmampuannya dan

memotivasi kembali keinginan dan rencana masa depannya. Ancaman kerusakan atas

kepercayaan diri dan harga diri datang dari ketidakpastian financial, sosial serta seksual

yang semuanya memerlukan semangat hidup.

3. Rehabilitasi Sosial

a. Merancang rumah untuk memudahkan pasien dengan kursi roda, perubahan paling

sederhana adalah pada kamar mandi dan dapur sehingga penderita tidak

ketergantungan terhadap bantuan orang lain.

b. Membawa penderita ke tempat keramaian (bersosialisasi dengan masyarakat).

KOMPLIKASI

Jangka pendek :

1. Hematom Epidural

o Letak : antara tulang tengkorak dan duramater

o Etiologi : pecahnya A. Meningea media atau cabang-cabangnya

o Gejala : setelah terjadi kecelakaan, penderita pingsan atau hanya nyeri kepala

sebentar kemudian membaik dengan sendirinya tetapi beberapa jam kemudian timbul

gejala-gejala yang memperberat progresif seperti nyeri kepala, pusing, kesadaran

menurun, nadi melambat, tekanan darah meninggi, pupil pada sisi perdarahan mula-

Page 21: CEDERA KEPALA laporan tutorial

mula sempit, lalu menjadi lebar, dan akhirnya tidak bereaksi terhadap refleks cahaya.

Ini adalah tanda-tanda bahwa sudah terjadi herniasi tentorial.

o Akut (minimal 24jam sampai dengan 3x24 jam)

o Interval lucid

o Peningkatan TIK

o Gejala lateralisasi → hemiparese

o Pada pemeriksaan kepala mungkin pada salah satu sisi kepala didapati hematoma

subkutan

o Pemeriksaan neurologis menunjukkan pada sisi hematom pupil melebar. Pada sisi

kontralateral dari hematom, dapat dijumpai tanda-tanda kerusakan traktus piramidalis,

misal: hemiparesis, refleks tendon meninggi dan refleks patologik positif.

o CT-Scan : ada bagian hiperdens yang bikonveks

o LCS : jernih

o Penatalaksanaannya yaitu tindakan evakuasi darah (dekompresi) dan pengikatan

pembuluh darah.

2. Hematom subdural

o Letak : di bawah duramater

o Etiologi : pecahnya bridging vein, gabungan robekan bridging veins dan laserasi

piamater serta arachnoid dari kortex cerebri

o Gejala subakut : mirip epidural hematom, timbul dalam 3 hari pertama

Kronis : 3 minggu atau berbulan-bulan setelah trauma

o CT-Scan : setelah hari ke 3 diulang 2 minggu kemudian

Ada bagian hipodens yang berbentuk cresent.

Hiperdens yang berbentuk cresent di antara tabula interna dan parenkim otak (bagian

dalam mengikuti kontur otak dan bagian luar sesuai lengkung tulang tengkorak)

Isodens → terlihat dari midline yang bergeser

Page 22: CEDERA KEPALA laporan tutorial

o Operasi sebaiknya segera dilakukan untuk mengurangi tekanan dalam otak

(dekompresi) dengan melakukan evakuasi hematom. Penanganan subdural hematom

akut terdiri dari trepanasi-dekompresi.

3. Perdarahan Intraserebral

Perdarahan dalam cortex cerebri yang berasal dari arteri kortikal, terbanyak pada lobus

temporalis. Perdarahan intraserebral akibat trauma kapitis yang berupa hematom hanya

berupa perdarahan kecil-kecil saja. Jika penderita dengan perdarahan intraserebral luput

dari kematian, perdarahannya akan direorganisasi dengan pembentukan gliosis dan

kavitasi. Keadaan ini bisa menimbulkan manifestasi neurologik sesuai dengan fungsi

bagian otak yang terkena.

4. Oedema serebri

Pada keadaan ini otak membengkak. Penderita lebih lama pingsannya, mungkin hingga

berjam-jam. Gejala-gejalanya berupa commotio cerebri, hanya lebih berat. Tekanan

darah dapat naik, nadi mungkin melambat. Gejala-gejala kerusakan jaringan otak juga

tidak ada. Cairan otak pun normal, hanya tekanannya dapat meninggi.

TIK meningkat

Cephalgia memberat

Kesadaran menurun

Jangka Panjang :

1. Gangguan neurologis

Dapat berupa : gangguan visus, strabismus, parese N.VII dan gangguan N. VIII,

disartria, disfagia, kadang ada hemiparese

2. Sindrom pasca trauma

Dapat berupa : palpitasi, hidrosis, cape, konsentrasi berkurang, libido menurun, mudah

tersinggung, sakit kepala, kesulitan belajar, mudah lupa, gangguan tingkah laku,

misalnya: menjadi kekanak-kanakan, penurunan intelegensia, menarik diri, dan depresi.

PROGNOSIS

Page 23: CEDERA KEPALA laporan tutorial

Skor GCS penting untuk menilai tingkat kesadaran dan berat ringannya trauma kapitis.

Sangat tergantung dari tingkat keparahan (pasien dengan GCS 3-4 memiliki

kemungkinan meninggal 85% atau tetap dalam keadaan vegetative) serta penanganan awal yang

diberikan. Factor usia juga turut mendukung menginat tingkat pemulihan yang lebih baik pada

anak-anak dibandingkan pada orang tua.