Cdk 006 Alergi Imunologi

38

Transcript of Cdk 006 Alergi Imunologi

Page 1: Cdk 006 Alergi Imunologi
Page 2: Cdk 006 Alergi Imunologi

No. 6, 1976.

Model dari molekul glutathion, suatu obatyang juga bermanfaat bagi penyakit-penya-kit alergi.

Alamat Redaksi :Majalah CERMIN DUNIA KEDOKTERANP.O. Box 3105 JakartaPenanggung Jawab : dr. Oen L.H.Dewan Redaksi :dr. Oen L.H., dr. Bambang Suhartodr. S. Pringgoutomo, dr. E. NugrohoPembantu Khusus :dr. S.L. Purwanto, Dr. B. Setiawan Ph.D.Drs. Johannes Setijono.Tata Rias : Joewono Rahardjo.No. Ijin : 1565/K/DIT/PP/II.1 a/1973.

CerminDuniaKedokteranMajalah triwulanditerbitkan dengan bantuanP.T. KALBE FARMAdipersembahkan secara cuma-cuma.

Daftar isi

4 EDITORIAL

ARTIKEL

5 DASAR DASAR ALERGI7 ALERGI : BEBERAPA.ASPEK MEDIK

10 TINJAUAN PENYAKIT ALERGI DAN PENGOBATANNYA

19 DERMATITIS ATOPICA (ECZEMA)

22 ALERGI OBAT

25 PENYAKIT AUTOALERGI PADA

SISTIM TRAKTUS REPRODUKSI PRIA26 PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN BARU

DIBIDANG IMUNOLOGI

30 PENGUMUMAN

33 HUMOR ILMU KEDOKTERANMANA TEH ESNYA ?

34 PENGALAMAN PRAKTEKSHOCK PENICILLIN

35 CATATAN SINGKAT

36 RUANG PENYEGAR DAN PENAMBAH ILMU KEDOKTERAN

37 KAMI TELAH MEMBACA UNTUK ANDA : ABSTRAK-ABSTRAK

43 UNIVERSITARIA : DR. SUDARTO PRINGGOUTOMO

Page 3: Cdk 006 Alergi Imunologi

Dewasa ini imunologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang sedang berkem-bang dengan pesat sekali. Banyak jenis penyakit yang dahulu tak jelas penyebabnyasekarang dapat digolongkan dalam penyakit autoimun.

Sebagai penerapan bidang imunologi dalam ilmu kedokteran ialah pencegahan/pengobatan berbagai penyakit melalui imunisasi/vaksinasi.

Vaksin tergolong 'obat' yang efektip sekali. Jumlah korban penyakit cacar yangdahulu berjumlah lebih kurang 400.000 orang pertahun dapat ditekan sedemikianrupa hingga beberapa negara dapat dibebaskan dari penyakit ini.Imunisasi dalam ilmu kedokteran hewan telah dapat menyelamatkan berjuta-jutabinatang dari kematian, hingga menaikkan cadangan bahan makanan untuk manusia.Akhir-akhir ini telah berhasil diperkembangkan pengobatan tumor ganas denganimunisasi/vaksinasi untuk mendampingi pisau bedah, radio-terapi dan terapi secarakimia.

Dalam nomor ini telah disajikan dasar-dasar alergi/imunologi dan penggunaannyadalam memahami dan mencegah/mengobati penyakit-penyakit yang bersangkutan.

Untuk nomor yang berikut CDK berniat untuk membahas masalah penyakittraktus gastrointestinal . Dari para teman sejawat yang dapat menyumbangkanbuah pikiran dan pengalaman-pengalaman dalam lapangan ini diharapkan bantuanberupa karangan-karangan untuk dimuat.

EDITOR

4 Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976.

Page 4: Cdk 006 Alergi Imunologi

Istilah alergi, pada tahun 1906, untuk pertama kalinyadiperkenalkan oleh VON PIRQUET, untuk menggambarkansetiap perubahan respon terhadap suatu substansi tertentu-yang diberikan untuk kedua-kalinya. Peningkatan ketahanan-tubuh, yang disebut imunitas dan peningkatan kepekaan;yang disebut hipersensitivitas, pada waktu itu dipandang se-bagai dua bentuk alergi yang saling bertolak belakang.Dewasa ini pemakaian istilah alergi, baik dikalangan kedok-teran maupun masyarakat luas, telah berubah. Istilah alergisekarang diartikan sama dengan istilah hipersensitivitas -saja.

Pada prinsipnya alergi adalah suatu keadaan yang dise-babkan oleh suatu reaksi imunologik yang spesifik; suatukeadaan yang ditimbulkan oleh alergen atau antigen, sehinggaterjadi gejala -gejala patologik. Secara garis besar, maka reaksialergi dapat dibagi atas dua golongan, yaitu reaksi tipe cepat('immediate type') dan tipe lambat ('delayed type ' ). Yangpertama adalah 'humoral-mediated' sedangkan yang kedua,'cell-mediated' Secara singkat, maka perbedaan antara keduamacam reaksi alergi ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Dewasa ini, umumnya para sarjana di seluruh dunialebih banyak mempergunakan cara klasifikasi reaksi alergi me-nurut COOMBS dan GELL, oleh karena dirasakan lebih tepat.Mereka membagi reaksi alergi menjadi empat tipe, yaitu:1. Reaksi Tipe I atau Reaksi Tipe Anafilaktik2. Reaksi Tipe II atau Reaksi Tipe Sitotoksik3. Reaksi Tipe III atau Reaksi Tipe Kompleks-Toksik4. Reaksi Tipe IV atau Reaksi Tipe SelulerTipe I hingga III, semuanya termasuk alergi atau hipersensi-tivitas tipe cepat, sedangkan tipe IV termasuk tipe lambat.

Reaksi Tipe I atau Reaksi Tipe Anafilaktik

Reaksi ini terjadi pada waktu alergen atau antigenbereaksi dengan zat anti yang spesifik, yang dikenal dengannama reagin. Berdasarkan penyelidikan ISHIZAKA danISHIZAKA, ternyata bahwa aktivitas reagin itu bukan diba-wakan oleh IgG, IgA, IgM maupun IgD, melainkan olehsatu kelas imunoglobulin yang disebut IgE. Imunoglobulin inimempunyai suatu keistimewaan, yaitu dapat melekat pada selbasofil dan/atau mastosit ('mast cell'); oleh karena itu IgEdisebut juga sebagai zat anti homositotropik.

Dengan timbulnya reaksi antara antigen dengan zat antiitu, maka terjadilah proses degranulasi di dalam sel tersebut,yang diikuti dengan keluarnya zat farmakologik aktip, yaitu:histamin, zat bereaksi lambat ('slow-reacting substance'),serotonin dan bradikinin. Zat-zat ini pada umumnya menye-babkan kontraksi otot polos, vasodilatasi dan meningginya-permeabilitas pembuluh darah kapiler. Akibat reaksi alergiini, maka secara klinik ditemukan penyakit-penyakit seperti :asma bronkial, demam rumput kering (Hay-fever), rinitis-alergika dll.

Reaksi Tipe II atau Reaksi Tipe Sitotoksik

Alergi tipe II ini disebabkan oleh karena timbulnyareaksi antara zat anti dengan antigen spesifik yang merupa-kan bagian daripada sel jaringan tubuh atau dengan suatuhapten yang telah berintegrasi dengan sel tersebut. Aktivitas

Arjatmo TjokronegoroBagian Biologi FKUI – Jakarta

zat anti ini dibawakan oleh kelas IgG dan/atau IgM, yangmempunyai sifat biologik tertentu, yaitu dapat mengikat sis-tem komplemen. Setelah terjadi reaksi antara antigen denganzat antinya, maka aktivasi sistem komplemen dapat dimulai,sehingga timbul pelekatan imun ( ' immune adherence'), -proses opsonisasi dan akhirnya perusakan permukaan sel ja-ringan tubuh.

Secara klinik, reaksi ini sering ditemukan pada transfusidarah yang tidak sesuai, faktor rhesus yang tidak sesuai,penyakit trombositopenik purpura, poststreptokokal glomeru-lonefritis akuta dll.

Reaksi Tipe III atau Reaksi Tipe Kompleks-Toksik

Reaksi ini disebabkan pula oleh kelas IgG dan/atauIgM, akan tetapi aktivitas zat anti yang dibawanya bukanterhadap antigen sel jaringan tubuh, melainkan terhadap an-tigen yang datang dari luar tubuh. Istilah lain untuk tipeIII ini, ialah hipersensitivitas kompleks-imun ( ' immune-com-plex hypersensitivity'). Pada reaksi ini terjadi suatu kompleks

terdiri dari kumpulan antigen dengan zat antinya - yangtimbul akibat masuknya antigen asing ke dalam tubuhuntuk ke dua kalinya dan bereaksi dengan zat anti spesifiknya.

Seperti pada tipe II, maka IgG atau IgM pada tipe IIIini dapat pula mengaktipkan sistem komplemen, hanya beda-nya proses ini baru terjadi setelah kompleks antigen-zatanti itu dipresipitasikan. Akibat proses ini, maka akan timbulefek kemotaksis terhadap sel-sel polimorfonuklear, pening-katan daya fagositosis dan pelepasan zat anafilatoksin, yangsecara tidak langsung akan meningkatkan permeabilitas -dinding pembuluh darah.

Secara klinik, maka reaksi ini akan menyebabkan reaksiArthus, 'serum sickness', 'immune complex diseases' dll

Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976. 5

dasardasarAlergi

Page 5: Cdk 006 Alergi Imunologi

Reaksi Alergi Tipe Cepat dan Lambat

CEPAT LAMBAT

K 1 i n i k ■ shock anafilaktik, alergi terhadap debu ru- ■ hipersensitivitas tuberkulin, alergi terhadap

W a k t u

mah, asma bronkial, serum sickness dll.

■ reaksi alergi timbul dengan cepat, yaitu

jamur, parasit, bakteri dll.

■ reaksi alergi timbul secara lambat, yaitu

H i s t o 1 o g i

beberapa menit hingga beberapa jam sete-lah berkontak dengan alergen atau antigenlalu menghilang dengan cepat pula.

■ reaksi patologik yang terutama terdiri dari

beberapa jam hingga beberapa hari setelahberkontak dengan alergen atau antigen, lalumenghilang dengan lambat pula.

■ reaksi patologik yang terutama terdiri dari

P e m i n d a h a n

dilatasi pembuluh kapiler dan arteriolerdengan eritema dan edema yang jelas de-ngan sedikit serbukan sel radang.

■ reaksi alergi ini berhubungan erat dengan

peradangan dengan disertai banyak serbuk-an sel radang - sel polimorfonuklear, lim-fosit dan makrofag, serta adanya indurasijaringan.

■ reaksi alergi ini tidak berhubungan denganzat anti didalam sirkulasi darah, dan dapatdipindahkan secara pasip dengan memper-gunakan serum.

zat anti dan tidak dapat dipindahkan secarapasip dengan mempergunakan serum, me-lainkan dengan sel li mfosit sensitip atauekstraknya.

Reaksi Tipe IV atau Reaksi Tipe Seluler

Reaksi ini bukan disebabkan oleh karena adanya zat antiseperti pada ke tiga tipe alergi yang telah diutarakan tadi.Sesuai dengan istilahnya, maka yang memegang peranan padareaksi alergi tipe seluler ini ialah sistem imunologi sel, yaitusel limfosit yang telah peka secara spesifik. Bila sel iniberkontak dengan suatu antigen untuk kedua kalinya, akantimbul proses deferensiasi sel sehingga sel limfosit tersebutsanggup menghasilkan dan melepaskan zat yang disebut lim-

fokin ('lymphokine'). Zat ini mempunyai berbagai aktivi-tas biologik, diantaranya dapat menarik sel-sel makrofagpolimornuklear dan limfosit kearah lokasi rangsangan.

Oleh karena timbulnya reaksi ini agak lambat, yaitusekitar 24 hingga 48 jam, maka secara klinik dikenal sebagaihipersensitivitas jenis lambat. Keadaan ini sering dijumpaipada reaksi tuberkulin, alergi terhadap beberapa macam bak-teri, jamur dan virus, reaksi terhadap jaringan yang ditrans-plantasikan dan lain-lain. q

KEPUSTAKAAN

1. COOMBS R R A, and GELL P G H : Classification of allcrgicreactions responsible for clinical hypersensitivity. ln: Clinical

Aspects of Immunology, 2 nd ed, edits. GELL P G H, and COOMBSR R A Blackwell Scientific Publications, 1968, p.575.

2. ISHIZAKA K, and ISHIZAKA T : ldentification of y E anti -

bodies as a carrier of reaginic activities. J.lmmunol99: 1187, 1967.3. LAKIN J D : Classification of hypersensitivity reactions. ln: Aller-

gic Diseases, edit. Pattcrson R, J B Lippincott Company, 1972, p.L4. ROITT 1 M : Essensial Immunology. Blackwell Scientific Publica-

tions, 1971, p. 105.

DON'T RISK YOUR GOOD MEDICAL REPUTATION !Always have a few ampoules of K A L M E T H A S O N E ® ready to save life inemergency cases :

o ANAPHYLACTIC SHOCK• STATUS ASTHMATICUSo HEPATIC COMA• PEMPHIGUS VULGARIS

COMPOSITION :each ampoule contains Dexamethasone Sodium Phosphateequivalent to Dexamethasone Phosphate .....................4.0 mg

DOSAGE:1.V. or I.M. dose ranges from 4 to 20 mg depending onthe severity of the disease.

PRESENTATION:Boxes of 3 ampoules of 1 ml KALMETHASONE ® injections.

6 Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976.

Page 6: Cdk 006 Alergi Imunologi

ALERGIBeberapa Aspek Medikdr. Soedarmadi

Bagian Penyakit Kulit & KelaminFakultas Kedokteran U. G.M - Yogvakarta.

PRAKATA - Pembicaraan mengenai alergi tak dapat terlepasdari imunologi, alergi merupakan 'pedang bermata dua '. Iba-ratnya membicarakan hutan rimba yang belum banyak dija-mah tangan manusia dan belum banyak potensi yang diman-faatkan , atau seperti membicarakan masalah banjir di ibukotaJakarta khususnya dan di Jawa umumnya, yang dirasakancuma akibatnya/kerugiannya. Ringkasnya masalahnya sangatkompleks, dan kebanyakan hanya dirasakan pahitnya. Akan te-tapi kemudian ternyata bahwa alergi, yang mula-mula terbataspada reaksi yang merugikan, dengan segera berkembang meli-puti hampir semua bidang kedokteran. Peranannya dalam tera-pi dan profilaksis semakin banyak mendapat perhatian.

Didalam jaman "banjir antibiotika" baik dikalangan medikmaupun ditoko-toko sampai dikaki lima seperti sekarang ini,selayaknya kita menanggapi/merenungkan apa yang dikemuka-kan oleh COOMBS, SCHLESS dan HARELL, yang kuranglebih sebagai berikut : "Tak diragukan lagi dengan meningkat-nya resistensi kuman-kuman patogen terhadap antibiotika,manfaat paling besar dari reaksi alergis bagi manusia ialahdalam terjadinya imunitas terhadap sejumlah besar mikro-organisme yang menyebabkan penyakit, orang harus berani

bertaruh tanpa reserve, bahwa "imunoprofilaksis" adalahsatu-satunya cabang ilmu kedokteran yang maha penting, apa-bila menyelamatkan hidup adalah tujuan utama. "Oleh karena itu reaksi alergi yang merupakan 'pedang bermatadua' harus dikuasai oleh setiap dokter, dan mengundangkeharusan akan pendidikan yang lebih mendalam dan mema-sukkannya dalam kurikulum kedokteran.Alergi seakan-akan merupakan penyakit baru, tetapi sebetul-nya jauh lebih tua; peradaban modern yang kompleks, produk-produk baru dan beban hidup yang semakin berat menambahinsidensnya. HERODOTUS memakai istilah hav-fever meski-pun tak ada hubungannya dengan jerami (hay) dan takterdapat demam. Dalam abad 17 apa yang disebut rose feverdan seasonal coryza adalah istilah-istilah alergi yang adahubungannya dengan tepung sari dan musim bunga, yangsebenarnya telah dirintis oleh LEONARDO BOTALLO sejaktahun 1565. Pada tahun I808, ROBERT WILLAN, 'bapak

dari dermatologi modern' membicarakan angio-neurotic ede-ma, dan menyatakan bahwa biduren (hives) bisa disebabkanoleh ikan, buah amandel (almond) dan jamur (mushroom),75 th sebelum HEINRICH QUICKE membicarakannya danmenekankan sifat herediternya. Perkembangan alergi semakinpesat oleh peranan dokter-dokter yang mengalami sendiri reak-si alergi.

FISIOLOGI . - Orang-orang yang alergi mendapat kesulitandalam mempertahankan homeostasis. Akibatnya terjadi jawa-ban/reaksi yang berlebihan terhadap perubahan-perubahan.Badan berusaha menghalau alergen dengan jalan bersin-bersin(melalui hidung), epifora (melalui mata), kemerahan dan pem-bengkakan (lewat kulit), dan mendorongnya juga melaluiusus dan paru-paru. Hal ini terjadi akibat terlepasnya histamin,asetilkolin dan 5-hidroksi triptamin, yang punya efek vasodila-tasi, menaikkan permeabilitas kapiler, kontraksi otot polos,dan lain-lain jawaban yang berlebihan terhadap stres-stres fisikmaupun psikik.Adanya hubungan antara reaksi alergi dan hormon kelaminwanita terlihat pada fluktuasi dari reaksi alergi denganmenarche, siklus menstruasi, kehamilan dan menopause. Bebe-rapa ahli menganggap adanya hubungan antara alergi denganthymus, yang membesar pada beberapa penderita asma danpenderita-penderita yang mati mendadak akibat efek obat-obat tertentu.

PSIKOLOGI - Tak terhingga banyaknya contoh dimana faktorpsikologik mencetuskan serangan-serangan asma, eksema ataubiduren. Sering kita mendapat keluhan penderita-penderitaeksema kumat penyakitnya setelah melayat orang mati ataumenengok bayi. Contoh yang menyolok ialah penderita asmayang alergi terhadap bunga bisa kumat asmanya melihatbunga imitasi/plastik. Para ahli anak-anak mengenal apa yangdisebut 'therapeutic orphanage ', dimana seorang anak asmatisberat, tak mendapat serangan 1 bulan sesudah masuk rumahsakit dan sesudah dirawat 18 bulan sama sekali sehat. Begitudipulangkan dan berkumpul dengan orang tuanya yang selalubertengkar kembali masuk rumah sakit dengan episode yangpaling mengerikan dalam hidupnya. Para ahli sependapatbahwa pemisahan dari keluarga adalah lebih baik efeknyadari pada perubahan cuaca. Pada umumnya anak-anak asmatisterdapat pada ibu yang sering memanjakan. tapi pada saat-saat

Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976. 7

Page 7: Cdk 006 Alergi Imunologi

tertentu menunjukkan sifat bencinya. Yang menimbulkankonflik antara keinginan untuk selalu dekat dan takut terha-dap tindasan (love and hate). SALTER melihat scorang anaklaki-laki yang selalu menghindari hukuman ayahnya denganberteriak : "Jangan pukul saya , nanti kumat asma saya !".Sedang ARMAND TROUSSEAU menceritakan pernah men-dapat serangan asma yang berat waktu dia mendakwa tukangkeretanya mencuri gandum.Sekarang diketahui bahwa histamin, asetilkolin dan 5-hidrok-si triptamin yang dilepaskan sebagai reaksi terhadap bahan-bahan kimia, juga dilepaskan pada saat stres-stres psikis.Kebanyakan manifestasi alergi terjadi melalui sistem parasim-patis. Kecemasan, depresi, tekanan seksuil dan terutama den-dam kesumat sering merupakan faktor yang mencetuskan se-rangan.

MEKANISME. - Untuk mendapatkan gambaran hubungan anta-ra reaksi alergi dan sakit kita harus menghargai CLEMENS

VON PIRQUET, 'bapak dari alergi modern ' yang pertama-tama memasukkan istilah alergi dalam kamus kedokteran danilmu pengetahuan. Alergenisasi dan pembentukan zat-antidapat dirangsang dengan jalan :

- inhalasi bahan organik.- absorbsi bahan-bahan yang tak tercerna secara sempur- na dari dalam usus.- menembusnya bahan-bahan genetis lain lewat plasenta.- kontak dengan bahan-bahan tertentu secara berulang- ulang baik disadari maupun tidak.- dan ' last but not least ' melalui pengobatan (dokter) dalam segala bentuk, termasuk transplantasi jaringan/ organ.- masih harus ditambahkan reaksi terhadap auto-antigen.

Antigen dapat dibedakan atas antigen lengkap, yaitu berupamolekul besar, dimana badan bersikap intoleran dalam artiimunologik, yaitu dengan langsung merangsang terbentuknyazat-anti, dan antigen tak lengkap atau yang oleh LANSTEI-

LANSTEINERNER disebut hapten, yaitu molekul-molekul kecil/bahan kimiasederhana yang mendapat sifat antigenik setelah bergabungdengan protein badan. Alergi ialah perobahan spesifik yangdiperoleh dalam kemampuan bereaksi terhadap alergen atasdasar interaksi antigen-antibodi. Alergen ialah istilah untukantigen yang terlibat dalam reaksi alergi.Reaksi/jawaban alergik melibatkan sel-sel tertentu dalamsistim limforetikuler dengan akibat multiplikasi sel-sel yangmenjadi alergik (allergised cells). Sel-sel ini dalam kerja samadengan sel-sel lain menghasilkan zat-anti/imuno-imunoglobu-lin (Ig.), dengan jenis-jenisnya : IgG, IgM, IgA dan IgE,mungkin juga Ig-D. Sekali terjadi reaksi alergi, orang akanbereaksi terhadap alergen, walaupun jumlahnya sangat sedikit,yang sifatnya sangat individuil.Tergantung pada situasi, reaksi alergi ini bisa menguntungkan,menghasilkan imunitas, atau merugikan, terjadi alergi, keru-sakan jaringan maupun menjadi sakit. Dalam kedua peristiwaini, terjadi reaksi seluler maupun molekuler yang sama.Apakah orang mengatakan reaksi kekebalan (imunitas) atau-kah kerentanan (alergi) sama sekali tergantung dari konse-kwensi klinik belaka.

Rcaksi alergi dapat dibagi dua, reaksi cepat (immediate type)dan reaksi lambat (delayed type). Reaksi cepat berdasarkanatas imunitas humoral dan reaksi lambat adalah imunitasseluler. Hal ini membawa konsekwensi dalam pemindahan imu-nitas secara pasip, reaksi cepat dapat dipindahkan secarapasip dengan serum. Contoh dari reaksi cepat : anafilaksis,urticaria, Arthus fenomen dll. Sedang contoh dari reaksilambat : reaksi tuberkulin, kontak dermatitis yang alergik dll.Auto-antigen ialah antigen yang berasal dari badan sendiri.Bertahun-tahun terdapat konsep yang menganggap bahwaseseorang tak dapat membentuk zat-anti dari antigen yangberasal dari jaringan tubuhnya sendiri, konsep ini disebut' horror-autotoxicus' ,tetapi percobaan-percobaan dengan golo-ngan-golongan darah yang berbeda dan kejadian-kejadiandalam beberapa penyakit yang disebut "penyakit-penyakitauto alergik " (auto-allergic diseases) membatalkan konseptsb. Penyakit-penyakit auto-alergik dibagi dua : yang bersifatorgan spesifik, misalnya : Tiroiditis Hashimoto, Gastritis Kro-nika atrofika dsb. Dan yang bersifat non-organik misalnya :arthritis reumatika, dan penyakit-penyakit kolagen lain, ter-masuk Systemic Lupus Erythematosus. Tetapi ada penyakit-penyakit yang tak dapat digolongkan kedalam keduanya misal-nya trombositopenia idiopatika dan 'auto-imune hemolyticanemia'.

PENGGUNAAN γ LOBULIN DALAM PROFILAKSIS DAN

TERAPI PENYAKIT—PENYAKIT INFEKSI.- Tahun 1888 NUT-TALL, dan sebelum abad 19 VON BEHRING dan KITASANO

telah mengemukakan anti-toksin untuk Diphteri. γ globulindiisolasi dari protein serum oleh TISELIUS pada tahun 1936dan tahun 1938 dibuktikan bahwa zat-anti terdapat dalamGamma-globulin. Tahun 1944 COHN dkk. secara efektipmenggunakannya dalam terapi. Dan tahun 1962 BARANDUM

dkk. dan SC H U L T Z E dkk. berhasil memperkecil molekul γ--globulin dengan mengolahnya dengan pepsin dan plasmin un-tuk mendapatkan bentuk yang lebih sesuai dalam penggunaanintra-vena.γ -globulin dipergunakan dalam klinik untuk (1) profilaksis pe-nyakit-penyakit virus : hepatitis, variola, polio dsb, (2) untukprofilaksis infeksi bakteri dalam bentuk 'Antibody DeficiencySyndromes '

(JENEWAY dkk.), dan (3) Untuk profilaksisterhadap tetanus. q

KEPUSTAKAAN

1. COOMES, RRA : The basic type of allergic reactivity producingdiscascs. Triangle 9 : 43 - 47.

2. GLYN L : Enigma of allcrgy, Physiologic puzzle, MD Pac, Jan :55 - 60, 1974

3. SCHLESS AP & HARELL GS : The place of thc Human Gammaglobuline in modern therapeutic, Triangle 9 : 74 - 78, 1969

4. RAHARI)JO NITISAPOETRO : Peranan alergi pada penyakit kulitmodern. Pidato Pengukuhan Guru Bcsar, 1970.

5. SURIA DJUANDA (1974) : Dasar-dasar imuno alergi. MDVI2 : 36 - 48, 3 : 45 - 64.

6. WHALEY KMB et al : Clinical Aspects of Auto-immunity, Triangle9 : 61 - 73, 1969

8 Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976.

Page 8: Cdk 006 Alergi Imunologi

dr. R. Karnen Baratawidjaja - Divisi Penyakit Alergi dan lmunologi FKUI/RSTM — Jakarta,

TINJAUANPENYAKIT ALERGI DAN PENGOB

Penyakit alergi yang kita kenal dalam praktek sehari-hariantara lain ialah, reaksi atopi (rhinitis alergika, asthma bron-ehiale, urticaria, eezema atopik) alergi obat, dermatitis kontak,dan serum sickness yang sudah jarang dilihat lagi.Dari kepustakaan dikatakan bahwa 30% dari penduduk itumempunyai kemungkinan selama dalam hidupnya untukmenunjukkan suatu reaksi alergi, tapi hanya 10% yangmembutuhkan pertolongan medik.

Rhinitis alergika adalah penyakit alergi yang paling banyakditemukan, lalu disusul oleh asthma bronchiale dan urticaria.Meskipun rhinitis alergika kelihatannya tidak seberapa payah,tapi dalam praktek kita, banyak sekali yang mendapat cukupgangguan-gangguan hidungnya antara lain berair terus sehinggamemakai lebih dari 10 saputangan sehari, matanya berair dangatal-gatal yang hilang timbul, berbangkis-bangkis yang takhenti-henti, terutama dipagi hari atau kalau penderita banyakkena debu. Kalau hal ini dibiarkan terus, kelak akan timbulberbagai komplikasi yang menyangkut kesulitan-kesulitan di-daerah hidung (sinusitis dsb).

Asthma bronchiale, meskipun hanya menduduki tempatkedua dalam frekwensi penyakit alergi, tapi penyakit inikalau tak segera ditanggulangi dengan baik, dapat berjalankronis, dan malahan dapat menyebabkan kematian. Padaanak-anak kalau tidak ditanggulangi dengan baik mungkin per-tumbuhan rongga dadanya akan mengalami gangguan.Pada tahun 1974 dari 1526 penderita yang dirawat diBagian Penyakit Dalam FKUI/RSTM Jakarta, 97 adalah pen-derita asthma bronchiale dan dari jumlah tersebut 7 orangmeninggal. Serangan asthma bronchiale yang sering timbul,menyebabkan angka absensi sekolah dan kantor yang cukuptinggi, disamping mungkin timbulnya gangguan psikis yangbiasa terjadi pada perjalanan suatu penyakit yang kronis.

Urticaria sangat sering dijumpai dalam praktek sehari-hari,dan umumnya ada hubungan dengan jenis makanan.Tetapibanyak pula jenis urticaria yang sebabnya tak diketahuidengan pasti oleh penderita sendiri, misalnya masih jugatimbul-timbul meskipun diit sudah sangat ketat; sering dijum-pai seseorang yang takut makan itu ini, sehingga mungkinpula akan timbul suatu defisiensi makanan.

Alergi obat sering dijumpai dalam praktek sehari-hari,dalam berbagai bentuk dan corak, seperti :

q serum sicknessq shock anafilaksis

q manifestasi kulit : - pruritus- urticaria dan angioedema- exanthema- dermatitis cksfoliatif- erythema multiformc dan erupsi bulosa - erupsi tertentu/fixed drug eruption- erupsi purpura- eczcma dan fotosensitisasi

q manifestasi hematologik : thrombositopeniaagranulositosisanemia aplastikanemia hemolitik

q vaskulitis dan kerusakan jaringanq kerusakan hatiq demamq nefropatiq limfadenopatiq manifestasi paru-paru : asthma bronchialeq cardiopati

Sering seseorang penderita hanya tahu ada obat yangtidak tahan dari pengalamannya, tapi kalau ditanyakan merekasering pula tak dapat mengatakan dengan pasti jenis obat apa.Dokter yang memberikan obat tersebut, seringkali kurang ter-buka untuk menerangkannya kepada sipenderita, bahwa re-aksi itu dapat terjadi pada semua orang, dan bahwa selanjut-nya jenis obat itu perlu dicatat penderita, agar obat itu takdiberikan lagi oleh dokter lain, sehingga reaksi yang keduayang mungkin lebih hebat terjadi sesudah pemakaian ulanganobat yang sama itu (mungkin anafilaksis) dapat dielakkan.Alergi obat ditemukan dalam 2% dari masyarakat yang men -dapatkan pengobatan.

Dermatitis kontak yang terjadi sesudah pemakaian obatyang ditempelkan pada kulit, pada waktu ini lebih jarangterjadi, semenjak beberapa obat-obatan yang berupa salep, ter-utama salep penicillin dan sulfa, banyak dihentikan dariperedaran seperti di Amerika. Di Indonesia banyak orangorang medis memakai salep-salep tsb, bahkan kalau saleptidak ditemukan, maka dipakainya pula kristal penicillin yangditaburkan diatas luka penderita, atau dicarinya pula puyersulfa untuk maksud yang sama. Kontak dengan kulit adalahcara yang paling cepat untuk mensensitisasi seseorang, sehing-ga pemakaian salep berikutnya akan lebih mudah menimbul-kan suatu dermatitis kontak. Perlu diperhatikan peranan-peranan dari logam-logam perhiasan, bahan kosmetik, bahantekstil yang dapat menjadi sebab jenis penyakit tersebut.

10 Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976.

Page 9: Cdk 006 Alergi Imunologi

ATANNYA

Pemakaian oral mempunyai daya sensitisasi paling lemah, danpemakaian parenteral ada diamtaranya. Maka obat-obatanpaten yang sering dipakai, sebaiknya tidak diberikan secaralokal. Penicillin dikenal sebagai obat yang paling seringmenimbulkan alergi obat, kemudian disusul dengan aspirin dansulfa.

Serum sickness, dengan jarangnya pemakaian serum dalampengobatan, dengan sendirinya sudah sangat jarang terjadi.Penyakit alergi yang disebut dengan serum sickness ini tidakselalu disebabkan oleh karena pemakaian serum yang anti-genik; tapi mungkin pula terjadi sebagai salah satu manifestasidari alergi obat, misalnya limfadenopati yang telah disebutkanlebih dulu.

Biasanya penderita datang pada seorang dokter kalau adamanifestasi penyakit alergi yang sangat mengganggu: misalnyakalau seluruh tubuh merasa gatal-gatal dan timbul kemerahan,atau muka bengkak dengan sebab yang jelas seperti sesudahmakan udang, aspirin dsb, dan mungkin pula dengan sebabyang tidak diketahui penderita sendiri : dengan serangan asth-ma bronchiale yang biasanya masih dapat ditanggulangidengan suntikan adrenalin, tapi kadang-kadang terpaksa harusdirawat dirumah sakit; dengan keluhan hidung berair terus,bersin-bersin tidak henti-henti, atau mata berair dan gatal-gatal terus meskipun telah beberapa kali mendapat pengobat-an, yang biasanya sudah berlangsung berbulan-bulan. Mula-mula penderita dengan keluhan rhinitis alergika ini tidaksegera berobat kedokter oleh karena dirasakannya sebagaipilek biasa. Maka dalam keadaan demikian, untuk seorangdokter tidak ada jalan lain kecuali menanggulanginya secepatmungkin dengan berbagai obat, dimana preparat coiticoid danantihistamin banyak memegang peranan dengan hasil yangbaik. Penderita akan baik dengan pengobatan tersebut, teta-pi hendaknya seorang dokter itu seterusnya mencari sebabdari penyakit yang telah diderita itu, karena kalau sebab-sebabnya tidak diketahui dan masih ada disekeliling penderitaatau masih diberikan kepadanya, manifestasi alergi tadi akantimbul berulang kali. Mencari penyebab yang dinamakan aler-gen itu, membutuhkan pengetahuan tentang alergi, kesabarandan taktik. Dasar suatu penyakit alergi itu adalah adanyareaksi antara antigen/alergen yang datang dari luar badandisatu fihak, dengan zat-anti yang timbul dalam badan akibatmasuknya alergen tadi dilain fihak. Jadi jelas, bahwa badantidak akan menunjukkan reaksi apa-apa pada waktu alergenitu masuk untuk pertama kali; badan masih membutuhkanwaktu yang disebut masa sensitisasi.

Alergen dapat masuk badan dengan berbagai jalan antaralain1. sebagai inhalan, yang masuk lewat alat pernafasan, seperti

debu rumah, bulu-bulu binatang, oral jamur, bau-bauandan sebagainya.

2. sebagai ingestan, yang masuk melalui alat pencernaan, se-perti susu, telor, udang, obat-obatan yang diberikan oraldan sebagainya.

3. sebagai injectan, yang masuk lewat suntikan.4. sebagai kontactan, yang masuk lewat sentuhan kulit, misal-

nya obat-obatan, logam-logam perhiasan, zat warna yangada dalam tekstil, bahan kosmetik dan sebagainya.

Pada rhinitis alergika yang menjadi alergen biasanya berbentukinhalan ; pada asthma bronehiale umumnya juga inhalan, mes-

kipun seperti pada urticaria semua bentuk alergen dapatmenimbulkannya . Perlu diketahui bahwa pada penyakit alergi ada pula faktor-faktor lain yang non-antigenik yang dapatmenimbulkan manifestasi yang sama misalnya kecapaian,kurang tidur, udara yang lembab , emosi, yang dapat menim-bulkan serangan asthma bronchiale dan urticaria. Dalam usahamencari alergem, pertama dibutuhkan suatu anamnesa yangteliti, antara lain menanyakan kepada penderita tentang ke-mungkiman yang menjadi sebab timbulnya keluhan yangmungkin diketahui dan mungkin tidak, keadaan rumah pende-rita (ada atau tidaknya binatang piaraan seperti kucing,anjing, burung, ayam, dsb., keadaan kamar tidur sepertijenis kasur dan bantal, apa dibuat dari karet busa atau kapuk)tempat bekerja penderita, apa alat-alat tulis, buku-buku disim-pan rapi dalam lemari atau tidak, dan apa ada permadaniatau tidak, disckeliling penderita bekerja atau tidur, dll.Selanjutnya perlu ditanyakan kepada penderita kapan keluh-annya lebih sering timbul, diluar atau didalam rumah. Kalaudirumah harus ditanyakan kapan dan dimana keluhan timbul.Selanjutnya usaha untuk mencari alergen dapat dibantu de-ngan berbagai cara yang dikerjakan baik in-vivo maupunin-vitro, antara lain : Tes kulit (suntikan intrakutan, pricktest, scratch test, patch test). Tes dari Prausnitz Kustner,tes provokasi, tes sensitisasi pasip dari paru-paru manusia,sensitisasi pasip dari lekosit, tes yang mengukur pengeluarankinin, tes dari Rast, tes degranulasi basofil, tes tranformasilimfosit dan lain-lainnya.Perlu dicari adanya hubungan-hubungan antara hasil yang di-dapat dari anamnesa, tes-tes tadi dan timbulnya manifestasialergi. Bila jenis alergen tadi bisa ditetapkan, maka tindakanpertama untuk mencegah timbulnya kembali penyakit itu ia-lah menjauhkan diri dari alergen tadi, misalnya tidak memeli-

Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976. 11

Page 10: Cdk 006 Alergi Imunologi

hara bina tang-binatang dirumah, tidak memasang permadanidikamar tidur, mengganti bantal dan kasur dari kapuk dengankaret busa, menyimpan buku-buku dalam lemari, pantangjenis jenis makanan yang sudah jelas pernah menimbulkan ke-luhan, tidak memakai obat-obatan yang pernah menimbulkanreaksi, dan waspada terhadap derivat-derivatnya. Dalam halrhinitis alergika dan asthma bronchiale penyebab utama ada-lah inhalan seperti debu rumah, animal dander, dan sporajamur. Demikian pula halnya pada banyak penderita urticaria.Dalam praktek, tidak mungkin untuk menghindarkan diri100% dari kontak dengan debu rumah dan spora jamur yangterus menerus ada diudara kita. Maka untuk penanggulanganpenyakit alergi jenis tersebut diatas, diperlukan selain men-jauhkan diri (avoidance) dari alergen tadi yang hiasanyabelum meringankan penyakitnya, juga pengobatan imunisasi/desensitisasi. Pengobatan tersebut diatas adalah tindakanyang spesifik. Cara ini ialah menyuntikkan kedalam badanpenderita ekstrak alergen untuk menimbulkan zat-anti yangtermasuk dalam golongan IgG yang merintangi terjadinya reak-si antara alergen dan zat-anti yang dibentuknya dalam masasensitisasi yang termasuk golongan IgE, yang karenanya dina-makan Blocking Antibody.Pengobatan dengan cara imunisasi tadi membutuhkan waktuyang lama sekali dan pada asthma bronchiale hanya diberikankalau penderita ada diluar serangan. Perlu diketahui bahwapengobatan imunisasi itu akan berhasil bila alergen yangdisuntikkan itu betul-betul mempunyai hubungan denganpenyakit, yang diketahui dari anamnesa, berbagai tes yangtelah disebutkan lebih dulu dan bila tindakan avoidance itudilakukan dengan sebaik-baiknya. Disamping pengobatan spe-sifik tadi, pada asthma bronchiale sering diperlukan jugapengobatan dengan obat-obatan dan tindakan-tindakan yangtidak spesifik yang dilakukan terhadap semua penderita.Dengan singkat dijelaskan pengobatan asthma bronchiale sbb :

I. PENGOBATAN DENGAN OBAT—OBATAN

I. Bronchodilator yang SimpatomimetikBronchus pada umumnya mengandung beta reseptor, yang

menyebabkan dilatasi bronchus, maka hanya obat-obatandengan khasiat yang dapat merangsang beta reseptor saja yangmempunyai hasil pada pengobatan asthma bronehiale.

a. Epinephrineepinephrine atau adrenalin karena khasiatnya untuk broncho-dilatasi, dan cepat cara kerjanya, merupakan drug of choicepada asthma yang akut.Dosis untuk orang dewasa adalah 0,3 sampai 0,5 cc darilarutan 1 : 1000 yang diberikan subkutan. Pada anak-anakdan bayi dosis adalah 0,01 cc/kg berat badan dengan maksi-mum 0,25 cc. Dosis tadi dapat diulang dalam jangka waktu15—30 menit kalau perlu. Sus-phrine adalah larutan 1: 200dari epinephrine, dapat dipakai kalau waktu kerjanya diperlu-kan lebih lama (6—8 jam). Dosisnya 0,20—0,30 cc subkutanuntuk dewasa dan 0,005 cc/kg (maksimum 0,15 cc) beratbadan untuk anak dan bayi. Sebagian dari epinephrine (29%)dalam preparat ini ada dalam bentuk larutan, jadi dapat kerjacepat dan sebagian lagi ada dalam bentuk kristal yang dapatuntuk jangka waktu yang lebih lama. Gejala sampingan dariepinephrine adalah agitasi, hipertensi, berdebar-debar, geme -

tar, taehycardi, palpitasi, arrhythmia, pusing, muntah danenek-enek. Perdarahan subarachnoid dan hemiplegia pernahterjadi pada pemberian 0,50 cc dari 1: I000 subkutan.Epinephrine harus diberikan dengan hati-hati sekali padaorang-orang dengan penyakit kardiovaskuler dan hipertensi.

b. Ethylnorepinephrine hydrochloride ( Bronkephrine® )lni adalah bahan yang merangsang beta reseptor. Dosis adalah0,5-1.0 cc untuk orang dewasa subkutan atau intramuskuler,dan kalau perlu dapat diulang sesudah 20 menit. Untukanak-anak dan bayi dosis adalah 0,01-0,2 cc/kg berat badan.Juga aktip kalau diberikan secara oral atau aerosol.

c. IsoproterenolIsoproterenol atau lsuprel ® atau Aludrin® atau Norisodrine®

terutama urerangsang beta reseptor. Kalau diberikan denganaerosol, kerja dengan cepat dan pendek, oleh karena cepatdipecah oleh enzyme catecholomethyl transferase. Untukpengobatan aerosol , dipakai larutan 1: 200. Dosis aerosolialah 1-2 kali inhalasi sebanyak 4-6 kali sehari. Pada statusasthuraticus, dapat dipakai tiap 2-4 jam, dengan pengawasanyang ketat terhadap gejala sampingannya. Obat ini aktip jugakalau diberikan sublingual, dan kurang aktip kalau diberikanoral. lni mungkin oleh karena diinaktipkan dalam gastrointes-tinal. Gejala sampingannya sama dengan epinephrine, tetapioleh karena daya vasodilatasi, hypertensi jarang terjadi.

d. Bronkosol ®Ini adalah campuran dari 3 macam obat : isoetharin HCI(beta adrenergic stimulator), phenylephrine HC1 (alpha adre-nergic stimulator) dan thenyldiamine HCl (antihistamin).Obat ini terutama merangsang beta reseptor dari bronchus,dan tidak begitu merangsang jantung. Dapat dipakai sebagainebulizer.e. EphedrinMeskipun lebih lunak khasiatnya dari pada isoproterenol danepinephrine, tapi mempunyai keuntungan oleh karena aktipdengan pemakaian oral, dan mempunyai khasiat untuk waktuyang lebih lama (3 6 jam). Dosis orang dewasa ialah 25 mgtiap 4 6 jam.

2. Bronehodilator laina. TheopylinIni obat mempunyai khasiat bronchodilatasi dan diuretik, danmenstimulasi baik susunan saraf pusat maupun sistim pernafa-san. Daya bronchodilatasinya ialah melalui sistim adenyl-cy-clase ATP. Theophylin kurang larut dan diabsorbsi dari tr.gastrointestinal. Pemakaian rectal juga mungkin, dan cara inimengurangi gejala sampingan sebagai rangsangan pada tr.gastrointestinal, tapi pemakaian suppositoria yang berlehihandapat menyebabkan proctitis.Gejala sampingannya adalah : nausea, muntah, sakit epigas-trium, palpitasi, agitasi dan konvulsi. Kalau diberikan IVharus pelan-pelan selama 10-0,15 menit supaya tidak terjadihipotensi dan cardiae-arrest. Urticaria dan pruritis dapat jugaterjadi sesudah pemberian IV., meskipun jarang.

h. Aminophylin

lni adalah campuran dari ethylenediamine dengan theophylin,yang lebih dapat larut dari theophylin, dapat dipergunakan

12 Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976.

Page 11: Cdk 006 Alergi Imunologi

secara oral, dan lebih baik diabsorbsi dari tr.gastrointestinaldari pada theophylin. Campuran ini mempunyai khasiat bron-chodilatasi yang besar, dapat dipakai untuk pengobatan IVyang kerjanya lebih cepat. Untuk pengobatan IV dosis untukorang dewasa ialah 250 -500 mg, yang diberikan denganpelan-pelan. Dosis dapat diulang tiap 6—8 jam.Anak-anak lebih sensitip terhadap obat ini, dan dosisnya tidakboleh meiebihi 3—5 mg/kg berat badan untuk tiap 8 jam.Aminophylin telah dilaporkan sebagai sebab kematian padaasthma anak-anak. Karena itu untuk mencegah hal ini perludiketahui jumlah dari aminophylin yang diberikan secara oraldan rectal disamping IV.

3. EkspektoranMukus bronchial dikeluarkan oleh glandula bronchus dan selgoblet dalam epithelium bronchus. Keduanya dirangsang olehrangsangan-rangsangan, tapi glandula bronchus juga dapatdirangsang melalui sistim vagal dan humoral (atropin). Fungsidari mukus tersebut ialah menahan dan mengeluarkan bahan-bahan dan membasahi mukosa bronehus. Pada asthma bron-chiale ditemukan produksi mukus yang berlebihan dengan kon-sistensi yang lebih kental, yang dapat menyebabkan obstruksijalan napas, atelektasis dan mempercepat terjadinya bakteri-bakteri tumbuh. Kalau terjadi peradangan, keadaan akan lebihburuk lagi oleh karena akan terbentuk mukus yang lebih kentallagi. Karena itu haruslah diusahakan agar mukus tidak jadikental dan lagi dapat dengan mudah dikeluarkan oleh cilia,yang kemudian dikeluarkan dengan batuk. Maka adalah tidakbaik kalau rangsangan batuk ditekan dengan obat-obatan,

kecuali kalau hal ini sangat merangsang, menjemukan penderitadan tidak produktip.Minum yang banyak sudah mempunyai khasiat mengencerkanmukus, karena itu semua orang dengan serangan asthma bron-dianjurkan supaya banyak minum.

a. JodiumBahan ini adalah yang sering dipakai sebagai ekspektoran,mungkin oleh karena bronehus akan mengeluarkan mukusyang lebih cair. Juga jodium dapat merubah substrat proteindari mukus supaya dapat dihidrolisa dengan lebih mudah olehprotease dari lekosit. Larutan jodium yang jenuh adalahbentuk yang paling murah dan mungkin juga yang palingefektip dalam pengobatan. Dosis orang dewasa ialah 10—15tetes 4 kali sehari dan harus diminum dengan pengencerandalam air. Untuk anak-anak dosis adalah 1 tetes/1tahunumur, 4 kali sehari. Jodium telah pula dimasukkan dalambanyak obat-obatan asthma. Bahan-bahan campuran tadi rupa-nya kurang merangsang tr.gastrointestinal dari pada jodiumsendiri, tapi khasiatnya akan berkurang. Pada orang denganstatus asthmatieus, dimana penderita tak dapat makan obat,ada preparat jodium yang dapat diberikan dengan jalan IVyang dimasukkan dalam eairan yang sedang diberikan per-infus. Gejala sampingannya ialah perasaan bau logam, nausea,muntah, pyrosis, erupsi kulit bentuk acniform, parotitis, ko-ngesti nasal, erythema nodosum, urticaria, panas-panas, danangiitis. Pada anak-anak yang mendapat jodium untuk jangkawaktu yang panjang pernah ditemukan goiter. Meskipun jarang,hypothyroidism dapat terjadi karena pemakaian jodium un-tuk waktu yang lama.

SANGAT MENGESANKAN ! !

Tensimeter (sphygmanometer) elektronik OMRON, buatan Jamanouchi Pharma-ceutical Co ., Ltd.

* Tak memerlukan stethoskop.

* Setiap orang dapat mempergunakannya dengan mudah.* Mengukur tekanan darah lebib teliti dan lebih tepat oleh karena

mempergunakan transistor2 dan integrated circuit, sehingga tak terdapat faktor individu lagi.

* Sangat mengesankan didalam kamar praktek dokter.

* Dapat pula dipergunakan untuk mengukur sendiri tekanan darah di rumah sebagai

penunjuk kesehatan.

* Data teknis :

Model : HEP 1

Ukuran luar kotak : tinggi 47.0 X lebar 70.0 X panjang 150.0 mm

Pengukur berdasar : aneroid meter system

Batas-batas pengukuran :20 hingga 300 m Hg

Sumber kekuatan : batu battere, DC, 9 volt , 006 Pyang mudah diperoleh

* Tersunpan didalam kotak dengan bahan nilai-nilai tekanan darah normal sesuaidengan usia.

OMRON ELECTRONICSPHYGMOMANOMETER

Sole Distributor: P.T. Kalbe Fanna

Dapat dibeli pada: Cabang2 P.T. Kalbe Fanna seluruh lndonesia.MODEL HEP -1

Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976. 1 3

Page 12: Cdk 006 Alergi Imunologi

b. Glyceryl guaiacolateIni disebut juga Robitusin , 100—200 mg 4 x sehari, dapatdipakai pada orang sakit yang tak tahan jodium tapi dayaekspektoransianya lebih kecil dibandingkan dengan jodium.Bahan ini telah banyak ditemukan dalam banyak obat-obatanasthma. Gejala sampingannya belum banyak diketahui kecualimengurangnya adhessiveness dari thrombosit karena itu tidakdianjurkan dipakai pada orang sakit dengan diathesis perdarah-an dan tukak lambung yang aktip.

c. BromhexinIni adalah obat ekspektoransia yang baru. Cara kerjanya didugaoleh karena depolimerisasi dari mukopolysacharide proteindengan berat molekul yang tinggi.

d. N.acetylcysteine atau mucomyst ®Bahan ini aktip baik pada sputum yang purulen, maupun yangtak purulen. Larutan 10—20% sudah cukup untuk khasiatmukolitiknya. Satu sifat yang kurang baik dari obat ini ialahsifatnya yang kadang-kadang menyebabkan bronchospasme.

e. Pancreatic-dornaseatau disebut dengan Dornavac ®

, adalah bahan mukolitik yanglain. Pemakaiannya terbatas oleh karena hanya mencairkansputum yang purulen saja. Cara kerjanya ialah depolimerisasidari DNA.Bahan ini dapat dimasukkan melalui nebulizer.Obat-obat sejenis didapat dipasaran dengan nama Danzen ®,Papase ® , Proctase-P ®.

4. Antibiotika

Pada asthma bronchiale dengan peradangan, pemakaian anti-biotika adalah penting sekali. Kadang-kadang tanda peradang-an seperti panas dan malaise tidak jelas. Untuk mengenal ada-nya peradangan kadang-kadang hanya dengan sputum yanglebih kental dari biasa. Tanda lain ialah perubahan warnasputum dari putih-abu-abu kekuning atau kehijauan. Dalam ke-adaan demikian lebih baik lagi kalau dibuat kultur dari sputum,tapi dalam praktek sehari-hari hal ini sukar untuk selaludilakukan. Tetapi kalau sesudah pemakaian antibiotika masihbelum ada perbaikan, kultur dan resistensi dari sputum harusdikerjakan. Bakteri-bakteri yang paling sering memegang pera -nan disini ialah pneumococcus, streptococcus, dan Hemophi-lus influenza. Biasanya preparat penieillin dan tetracyclin me-rupakan obat-obat yang cukup baik.

5. Cortieosteroid

Obat ini merupakan obat yang mempunyai khasiat baik sekalipada asthma bronchiale. Tetapi oleh karena ada gejala samping-an, sebaiknya hanya dipakai bila jalan-jalan lain untuk me-ngontrol penyakit yang akut atau kronik tidak berhasil, dandalam hal-hal dimana keadaan asthma bronchiale itu sangatmengkhawatirkan hidupnya sipenderita. Bagaimana corticoste-roid itu bekerja, belum diketahui dengan pasti, tapi didugaoleh karena khasiat anti-inflamasi, dapat mengurangi edemamukosa bronchus, dan menstabilisasi permeabilitas membranevaskuler. Dalam jumlah besar dapat pula menolong obat-obatlain untuk melemaskan otot bronchus. Juga diduga dapatmemperbaiki keadaan bronchus untuk lebih mudah dirang-

HEAD OFFICE :

Jl. Jend. A Yani (Pulo Mas) , Ph. 40549 Jkt.

BOOKSHOPS :

Jl. Cikini Raya 63, JakartaJl. Salemba Raya 21, JakartaJl. Braga 64, Bandung.

BUKU 2 KEDOKTERAN DAN FARMASI :

Gottlieb : Pediatric SpecialtyBoard Review 1973 Rp. 8.400,-

Reece : Manual Of EmergencyPediatrics 1974 Rp. 7.000,-

Smith : Zinsser Microbiology 1972 Rp. 19.900,-Jawetz : Review Of Medical

Microbiology 1974 Rp. 4.300,-Dubos : Bacterial & Mycotic

lnfections Of Man Rp. 6.600,-Horsfall : Viral & Ricketsial

lnfections Of Man Rp. 7.000,-Platt : Food In Hospitals Rp. 2.000,-Goodhart : Modern Nutrition ln

Health & Disease 1973 Rp. 24.500,-Ehlers : Municipal & Rural

Sanitation Rp. 13.650,-Wisch : lnternal Medicine Spe-

cialty Board Review Rp. 8.400,-Jellinek : Formulation & Function

Of Cosmetic Rp. 29.950,-Balsam : Cosmetics : Science &

Technology Vol. 1 & 2 @ Rp. 24.000,-Vol. 3 Rp.27.000,-

AMA Drug EvaluationRp.

16.000,-Emboden : Narcotic Plants Rp. 8.425,-Willard : Occupational Therapy Rp. 10.475,-Scott : The Medical Annual 1973 Rp. 12.800,-Gilbert : Medicat State Board

Exam. Review 1& 11 Rp. 14.000,-Conn : Current Therapy 1975 Rp. 14.700,-Tracht : Pathology Review 1972 Rp. 4.900,-Anderson : Pathology Vol. !& 2 1971 Rp. 20.700,-Ham : Histology 1974 Rp. 17.350,-Grant : Grant' s Atlas Of

Anatomy Rp. 12.700,-Donald : General Urology Rp. 4.080,-Pillsbury : Manual Of Dermatology Rp. 11.550,-Faust : Clinical Parasitology Rp. 17.850,-Conn : Current Diagnosis 1974 Rp. 19.500,-Shubin : Diagnosis & Treatment

Of Shock Rp. 6.150,-Goodman/Gilman : Pharmacological Basis Of

Therapeutics Rp. 9.000,-Swidler : Handbook Of Drug

lnteractions Rp. 13.875,-Gerraugty Pharmacy Exam.

Review Book 1973 Rp. 5.250,-Evaluation Of DrugInteractions Rp. 7.850,-

Burger : Medicinal ChemistryVol. 1 & 2 Rp. 37.125,-

Frieden : Ecg Case Studies 1974 Rp. 5.250,-Julian : Cardiology 1973 Rp. 4.000,-Mountcastle: Medical Physiology

Vol. 1 & 2 Rp. 21.000,-Woodbury : Pharmacology Review 1972 Rp. 4.900,-Klemer : Counseling ln Marital

& Sexual Problems Rp. 7.700,-

Toko Cikini buka nonstop dari jam 08 00 s/d jam 20 .00 .Pesanan luar kota harap ditujukan kepada KALMANBOOK SERVlCE, Jln. Cikini Raya 63, Jkt. Disertaiongkos kirim 5% (Min. Rp. 250,-)Daftar harga gratis.

1 4 Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976.

Page 13: Cdk 006 Alergi Imunologi

sang oleh beta stimulator. Kecuali untuk pengobatan, preparatini dapat juga dipakai untuk menentukan apakah keadaan ituhanya asthma biasa atau keadaan yang sudah irreversiblePemakaian obat yang cukup untuk 3—7 hari akan memper-baiki keadaan asthma biasa, tetapi tidak dalam keadaan yangirreversible seperti pada bronehitis, emphysema. Dosis untukmaksud ini (suppressive) pada anak-anak ialah 2 mg/kg/haridan pada orang dewasa 40—80 mg sehari.Kontraindikasi yang absolut untuk pemakaian eorticoid ialahadanya varicella atau herpes simplex pada mata. Gejala sam-pingan yang timbul biasanya adalah akibat pemakaian untukjangka waktu yang lama dan dosis yang terlalu besar. Untukmengurangi hal ini telah dianjurkan untuk memakai preparathanya selama 3—4 hari dalam seminggu, atau selang seharidan diberikan sekaligus dipagi hari. Dalam hal ini sebaiknyadipakai preparat yang short acting. Gejala sampingan antaralain ialah bertambahnya berat badan dan nafsu makan, edema,euphoria, striae, perubahan badan yang Cushingoid, diabetes,hipertensi, gastritis, osteoporosis, glaucoma, psikosis, hipoka-lemia yang menyebabkan kelemasan, timbulnya lagi peradang-an yang laten.

6. Obat-obat baru pada asthma bronehiale

a. Disodium chromogl

Obat ini tidak diabsorbsi dari gastrointestinal, tapi bila diinha-lasi, 10% diabsorbsi, dan obat dikeluarkan dalam bentuk asli.Obat ini tidak mempunyai khasiat untuk bronchodilatasi atausebagai antihistamin. Dalam vitro, telah dibuktikan bahwa obatini dapat menghalangi keluarnya histamin dan SRS-A sesudahadanya reaksi antara alergen dengan IgE. Peranannya mungkinenzimatik, menghalangi reaksi yang terjadi dalam pengeluar-an bahan-bahan mediator tersebut. Dari mekanisme ini, disang-ka hanya asthma bentuk ekstrinsik saja yang akan dapatditolong, tapi dari praktek, bentuk intrinsik juga sering dapatditolong dengan obat ini. Dipasaran obat ini dikenal dengannama INTAL® dan belum didapat di Indonesia.

b. Diethylcarbamazine (Hetrazan ®)Obat ini sebetulnya adalah anthelmintik yang pada pengobat-an tropical eosinophilia ternyata mempunyai khasiat menghi-langkan bronchospasme. Tetapi penyelidikan lebih lanjut ter-nyata merupakan tanda tanya. Juga ternyata obat tersebutdapat menghalangi pengeluaran SRS-A tanpa merintangi reaksiantara antigen dan zat anti.

c. FenspirideDibuat di Peraneis, dinyatakan baik sebagai bronchodilator dannonsteroid, baik pada asthma akut maupun pada asthmakronik. Cara kerjanya belum diketahui.

II. TlNDAKAN—TlNDAKAN YANG TlDAK KHASa. Melindungi dari faktor-faktor meteorologikMakin meningkatnya polusi udara dianggap sebagai faktoryang penting dalam banyak keadaan seperti bronchitis, em-physema, asthma bronchiale yang mempunyai bronchus hi-persensitip. Bagian meteorologi dapat meramalkan kapan -

kapan terjadinya udara yang berlebihan. Dalam hal ini orang-orang yang sangat rentan seperti penderita asthma kronik,kalau perlu dianjurkan untuk tinggal banyak dirumah, denganmenutup jendela, dan menambah pengobatan bronchodilator,banyak minum, istirahat dan mengurangi kerja fisik.Faktor meteorologik lain seperti perubahan hawa yang men-dadak, kelembaban udara yang meninggi, juga menambah be-ratnya asthma. Mungkin ionisasi udara yang terjadi disiniyang menyebabkan beban berat bagi asthma. Nafas hawayang dingin, bagi banyak penderita asthma adalah suaturangsangan. Diduga hal ini merangsang melalui sistim vagal.Hal ini dapat ditolong dengan memakai masker. Ada pulabentuk masker yang mempunyai alat pemanas untuk maksudtersebut. Pada penderita-penderita dimana faktor meteorolo-gik tadi mempunyai peranan yang besar dalam timbulnyaserangan, maka sebaiknya mereka dianjurkan untuk pindah ke-tempat yang lebih panas, kurang lembab dan tidak didaerahindustri.

b. Memperbaiki lingkungan rumahTerutama keadaan kamar tidur harus diperhatikan. Ini tidakboleh lembab. Kelembaban yang optimal ialah 40—50%. Kalaukelembabannya rendah akan mengeringkan mukosa dari bron-chus yang menjadi lebih mudah untuk dirangsang. Suhu yangoptimal ialah 20—22° C. Harus diperhatikan jangan ada peru-bahan hawa yang mendadak. Kebanyakan penderita asthmamerasa lebih baik dengan AC, tapi ada beberapa yang justruakan mendapat lebih banyak serangan. Bila mungkin dipakaisuatu air cleaner.

c. Kebiasaan merokokPada semua penderita asthma, sebaiknya dianjurkan untuk ti-dak merokok, oleh karena hal ini merangsang bronchus danpula mengurangi daya tahan terhadap radang kuman. Telahdibuktikan bahwa rokok merusak mekanisme mukosilier,dan menghalangi phagocytosis alveoler. Juga tembakau sendiridapat bertindak sebagai perangsang pada asthma.

d. Latihan-latihanLatihan-latihan ini terutama baik dalam pengobatan asthmayang kronik. Latihan itu dapat berbentuk sebagai latihanbernafas atau latihan biasa yang dimaksudkan untuk kesehat-an umum. Latihan pernapasan, ialah untuk memperbaiki ven-tilasi. Penderita dilatih untuk mempergunakan otot-otot abdo-men yang dapat meninggikan tekanan intraabdominal, denganakibat dapat memindahkan diafragma dengan pasip keatas.Sebaiknya latihan-latihan ini dilakukan pada waktu bangun pa-gi hari, sebelum tidur dan pada permulaan serangan asthma.Pada beberapa penderita hal ini dapat mengurangi beratnyaasthma, tapi pada banyak penderita .juga mempunyai faktorpsikologik. Latihan untuk kesehatan umum antara lain ialahorhiba, berenang dll. Tapi hasil dari latihan-latihan macamini pada asthma belum banyak hasilnya.

e. Obat-obat yang dapat mempengaruhi timbulnya seranganasthma

Antihistamin dan anticholinergie sebaiknya tidak diberikanselama serangan asthma, oleh karena khasiatnya yang menge-ringkan sekresi bronchus. Atropin meskipun mempunyaikhasiat sebagai bronchodilator, juga sebaiknya tidak diberi-

Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976. 15

Page 14: Cdk 006 Alergi Imunologi

kan. Obat-obat antidepressi golongan monoamine oxidaseinhibitor, jangan diberikan oleh karena bila diberikan bersama-an dengan simpatomimetik, yang biasa dipakai pada pengoba-tan asthma akan menyebabkan timbulnya hipertensi.Narkotik seperti morphine dan ureperidine mempunyai kha -siat menekan pusal pernatasan, jangan diberikan pada waktuada serangan. Apalagi oleh karena morphine terkenal sebagaihistamin-releaser. Juga sedativa dan tranquilizer harus diawa-si oleh karena dapat menekan pusat pernafasan. Asthmajanganlah dianggap sebagai ekspresi dari emosi, dan diberikantranquilizer begitu saja.Banyak ahli berpendapat bahwa status asthmaticus adalah sua-tu kontraindikasi untuk pemakaian sedativa dan tranquilizerObat-obat dengan khasiat anticholinesterase dapat menimbul-kan wheezing oleh karena akan merintangi katabolisme dariacetylcholine. Obat-obat ini dipakai pada pengobatan myas-thenia gravis. Reserpin juga dapat menambah bronchospasme.Mekanismenya belum jelas, mungkin sebagai histamin-relcaser.Propanolol (Inderal ® ), suatu beta adrenergic blocking agent,akan menambah timbulnya suatu serangan asthma.

III. TlNDAKAN YANG KHAS

Asthma yang alergikManagememt allergi yang khas haruslah diikut sertakan dalampengobatan suatu asthma yang ekstrinsik dan yang campuran.Kalau suatu alergen dapat dihindarkan seperti bahan yangdatang dari binatang (animal dander) maka dengan nenghin-darkan binatang itu dari lingkungan, suatu perbaikan sudahdapat dicapai. Tapi kebanyakan penderita adalah rcntan ter-hadap berbagai macam alergen sehingga susah untuk mcnghin-darkan seluruhnya.Pada orang dewasa, inhalan adalah alergen terbanyak. Makan-an jarang merupakan sebab dari asthma kecuali pada anak-anak. Keadaan rumah perlu diperhatikan, misalnya member-sihkan perabotan rumah dengan lap yang sedikit basah,perabotan dikamar tidur sebaiknya hanya seperlunya saja, danbantal-bantal dibungkus dengan sarung plastik, demikian jugakasur-kasur oleh karena akan menampung banyak debu.Demikian pula halnya dengan selimut dll yang berbulu.Bila jalan yang telah ditempuh tadi belumlah dapat mengon- trol keadaan, maka tidak ada jalan lain kecuali memberikanpengobatan khas yang disebut dengan hiposensitisasi atau dc-sensitisasi atau imunisasi.

Asthma yang intrinsik (nonalergik)

Pengobatan jenis ini terutama dengan pemakaian obat-obatan,tetapi juga semua tindakan-tindakan umum dan yang tidakkhas harus diperhatikan. Kadang-kadang imunisasi denganekstrak dari bakteri membcrikan hasil yang baik.Tetapi bukti-bukti yang lengkap tentang kemungkinan meka-nisme imunologik disini belum dapat diberikan.

PENGOBATAN STATUS ASTHMATlCUS

Status asthmaticus ialah keadaan asthma yang berat dan takdapat ditolong lagi dengan epinephrine atau aminophylin. Ba-nyak faktor yang mempengaruhi terjadinya status asthmati-cus. Lebih kurang 50% dari para penderita ini disertai denganperadangan tractus respiratorius. Pemakaian aminophylin yang

berlebihan pada anak-anak telah menyebabkan terjadinyakematian. Meskipun seorang penderita status asthmaticusada dalam ketakutan, ketidak-tenangan dan anxiety, pemberi-an sedativa dan tranquilizer tidak dibenarkan, oleh karenameskipun dosis kecil dalam keadaan demikian sudah cukupuntuk menyebabkan penderita masuk dalam keadaan respira -tory failure.

Hiperventilasi telah menyebabkan banyaknya air yanghilang lewat paru-paru. Pula oleh karena distress, sipenderitatidak banyak minum. Dehidrasi menyebabkan cepat tebal dankentalnya sekresi bronchus. Hidrasi sebaiknya ditanggulangidengan infus. Pada orang dewasa 1000 cc diberikan dalam2 jam pertama, seterusnya diberikan 3000 sampai 4000 ccdalam 24 jam.Aminophylin sebaiknya diberikan IV. sebanyak 250-500 mgtiap 6 jam. Oleh karena penderita ada dalam keadaan hypo-xemic, pemberian 02 diperlukan. 02 harus lembab untukmenjaga iritasi mukosa bronchus. Sebaiknya ditentukanpH, pCO2 , dan p0 2 darah sebagai pedoman dari pengobatan.Bila tanda-tanda peradangan nyata, antibiotika sebaiknyadiberikan. Ekspektoran harus diberikan dan kalau tak dapatper oral, secara IV.

Isoproterenol dalam bentuk nebulizer kadang-kadang dapatmemperingan keadaan. Corticoid dalam jumlah yang besarsangat perlu dalam keadaan status asthmaticus.Hydrocortison (Solu-cortef®) dapat diberikan IV. sebanyak4 mg/kg dan diulang setiap 2—4 jam, dan kemudian denganpelan-pelan dihentikan dalam jangka waktu 7—I0 hari.

Kebanyakan penderita dapat ditolong dengan cara-carayang diberikan tadi. Tapi pada beberapa penderita, keadaanterus memburuk dan terjadi respiratory failure. Yang perludiperhatikan sekarang ialah ventilasi yang adekwat dan men-jaga jamgan sampai terjadi gangguan dalam keseimbangan asam-basa darah.

Pada saat ini maka diperlukan kerja sama antara ahli-ahlialergi, anestesi dan paru.Bila pCO2 mencapai 65 mm Hg atau lebih, diperlukan ventilasibuatan. Pemakaian intubasi trachea lebih baik dari padatracheostomi, oleh karena lebih mudah dan dapat menghindar-kan semua kemungkinan komplikasi yang mungkin terjadi pa-da tracheostomi.Pula diperlukan monitoring electrocardiographic untuk menge-tahui bila ada arrhythmia yang mungkin terjadi pada waktuatau sesudah intubasi, dan hal ini diperlukan selama dipakaipernafasan buatan. Selama ventilasi buatan, perlu ditentukanberulang kali keadaan gas darah. Pula penyedotan sekresitracheobronchial harus dikerjakan. Kalau hal ini tidak dapatberhasil untuk memperbaiki hypoxia dan hypercarbia, harusdifikirkan untuk melakukan bronchial lavage.Meskipun respiratory failure mengutamakan koreksi ventilasi,keadaan asidosis terutama kalau pH adalah 7,25 atau lebihrendah memerlukan pemberian bahan alkalis untuk menghin-dari segala akibat dari darah yang terlalu asam. Pada orangdewasa 44-88 mEq Natrium-bikarbonat dapat diberikan IV.Kematian pada asthma sering terjadi akibat status asthmaticusyang irrevcrsible atau mendadak akibat bronchospasme dananoxia yang hebat.

16 Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976.

Page 15: Cdk 006 Alergi Imunologi

DERMATITIS ATOPICA ( Eczema )

Suria Djuanda *

Bagian Ilmu Penyakit Kulit Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas lndonesia

Jakarta

DEFINISI DAN TERMINOLOGI

Dermatitis atopica s. eczema constitutionalis s. eczema en-dogenes ialah suatu dermatitis, yang merupakan salah satumanifestasi dari sindroma atopik dan pada jaman dulu dike-nal sebagai 'eczema' . Istilah atopi atau 'atopy ' (berarti 'out-of place' , 'strange disease ' ) diperkenalkan oleh COCA** padatahun 1920 dan 1922. Atopi ialah suatu kelainan herediterpada seorang penderita, yang pada diri sendiri atau padaanggauta keluarganya mempunyai penyakit-penyakit yangtermasuk sindroma atopik. Sindroma atopik mencakup pe-nyakit-penyakit asthma bronchiale, pollinosis ('hay fever'),dermatitis contacta, rhinitis vasomotoria dan conjunctivitisatopica.

Seorang penderita atopi mempunyai stigmata atopik ,yakni :1. kepekaan polyvalenta terhadap alergen-alergen, terutama

yang bersifat protein.2. kecenderungan untuk menderita penyakit-penyakit yang

termasuk sindroma atopik.3. kecenderungan untuk mendapat urticaria, bila diberi

'skin tests'

4. adanya reaksi abnormal terhadap perubahan iklim (pa-nas, dingin) dan 'stress'

5. adanya tendensi untuk mengalami 'flat glucose tole -rance curve ' , hypotensi dan 'white dermographism'

6. adanya resistensi merendah terhadap infeksi virus7. kemungkinan timbulnya cataracta juvenilis (terbanyak pa-

da usia 20—29 tahun).Pada atopi terdapat suatu reaksi alergik, yang berdasarkan

interaksi antara Ag (antigen) dan Ab (antibodi). Ag dinama-kan alergen atopik atau atopen, sedangkan Ag disebut seba-

* Dr. SURIA DJUANDAmemperoleh gelar dokter dari FakultasKedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1955 dan berhasilmempertahankan thesis untuk gelar Doktor pada tahun 1968pada Alma Mater nya.Beliau kini Lektor Kepala di Bagian Kulit Kelamin FKUI/RSCM dan mengepalai seksi ilmiah dibagian tersebut.

Dikutip oleh VOORHORST (1966).

gai reagin. Alat dimana reaksi Ag — Ab terjadi ('shock-organ' s. 'shock tissue') pada dermatitis atopica ialah sistemvaskuler kulit. Reaksi alergik pada atopi termasuk Bentuk I,yakni 'Anaphylactic s. immediate type' .

Atopen dapat masuk kedalam badan sebagai inhalant, in-gestant, contactant atau injectant dan sensitisasi terjadi sesu-dah lieberapa bulan/tahun. Atopen-atopen yang dapatmengindusir suatu penyakit atopik terutama terdapat da-lam (1) tepung sari bunga ( 'pollen ') atau bahan tumbuh-tumbuhan (2) 'animal and human dander' seperti rambut dansquamae kuda, kucing, burung (3) produk dari bakteri,ragi('yeast ') atau fungus (4) serangga, terutama serangga besarseperti belalang (5) cacing (6) debu rumah ( 'house dust')(7) makanan dan (8) obat-obatan, terutama yang bermolekulbesar, seperti ACTH, insulin dan hormon polipeptida lain(VOORHORST, 1966).

Pada interaksi Ag dan Ab terjadi pelepasan zat-zat inter-mediair, seperti histamin, serotonin, acetylcholin; heparin,SRS ('slow reacting substance') dan beberapa kinin, sepertibradykinin.

Untuk mengetahui apakah sesuatu zat yang tersangka betulmerupakan suatu atopen, maka zat tersebut dapat diperiksadengan percobaan-percobaan kulit: 'intra-cutaneous test','scratch test' atau 'prick test'.

GAMBARAN KLINIK

Anamnestis terdengar keluhan pruritus serta ada stigmataatopik pada penderita atau pada keluarganya.

Klinik nampak ada tiga bentuk atau fase, ialah :1. Bentuk infantil s. 'infantile eczema' (usia 2 bulan - 2 tahun)

Bentuk ini disebut 'eksim susu ' oleh para ibu. Kelainanberbatas jelas dan terdiri atas erythema, papulae dan vesiculae.Kelainan bersifat erosif eksudatif, kemudian bercrusta. Tem-pat-tempat predileksi ialah simetrik pada pipi, lipat siku danlipat lutut. Bila anak mulai merangkak, maka bagian-bagian'exposed' terutama bagian ekstensor lutut akan terkena pula.Perjalanan penyakit berfluktuasi dan dapat dipengaruhioleh faktor-faktor seperti pertumbuhan gigi pertama, infeksirespiratorik, pyoderma, emosi dan vaksinasi cacar. Para penye-lidik belum bersepakat, apakah susu dan makanan lain mem-pengaruhi penyakit ini.

Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976. 19

Page 16: Cdk 006 Alergi Imunologi

2. Bentuk anak s. 'childhood eczema' (usia 4 tahun - 10 tahun)Dermatosa berubah, yakni tidak eksudatif lagi, tetapi

disertai lichenifikasi dan hipo—pigmentasi. Kelainan tidakselalu simetrik dan terutama nampak pada lipat siku, lipatlutut, tengkuk dan kadang-kadang dipergelangan tangan/kaki.Dalam beberapa tahun terlihat tendensi untuk menyembuhsecara spontan.3. Bentuk dewasa s. 'flexural eczema' (usia 13 tahun -

30 tahun)

Hanya sebagian kecil dari penderita akan mengalami fa-se ini, biasanya faktor-faktor psikis mempunyai peranan. Der-matosa bersifat kering dan berlichenifikasi. Tempat-tempatpredileksi ialah tengkuk, lipat siku dan lipat lutut. Kadang-kadang bentuk ini disertai pruritus vulvae, pruritus ani ataudermatitis ditempat-tempat yang terkena sinar matahari. Se-ringkali kulit penderita kering, ichthyosiformis atau disertaihyperkeratosis follicularis.

Adakalanya, bahwa ketiga bentuk diatas berkonfluensi;mungkin pula satu atau dua bentuk tidak nampak karenabersifat subklinik.

Pada pemeriksaan laboratorium terlihat hiper-eosinofilipada darah perifer, ialah sampai 400—900 sel eosinofil/mm3(normal 120—200/mm3 ).

Sebagai pembantu diagnosa SULZBERGER dan FRICK(1971) menyarankan dua percobaan:(a) percobaan 'white dermographism', artinya bila kulit

digores, maka akan terlihat garis merah selama 15 detik,yang disusul oleh kepucatan selama 2-5 detik (padaorang normal disusul oleh warna merah)

(b) penyuntikan intra—cutan sedikit acetylcholin (larutan1 : 5000) memberi 'delayed blanch reaction' karenavaso — konstriksi ; pada orang normal akan timbulerythema.

KELAINAN—KELAINAN YANG BERHUBUNGAN DE-NGAN DERMATITIS ATOPICA DAN KOMPLIKASI—KOM-PLIKASI

1. Pada bentuk infantil seringkali nampak pembesaran lym-phoglandulae, yang bersifat benigna dan dinamakan'lymphadenitis dermatopathica'. Infeksi sekunder padabentuk ini sering pula terjadi. Bila dermatitis pada bentukinfantil mereda, maka biasanya asthma bronchiale mulai.Menurut VAREKAMP dan VOORHORST (1963) initerutama terjadi pada usia 3 - 4 tahun. Banyak penulismelihat pada usia anak rhinitis dan dermatitis mendahu-lui asthmanya, kemudian ketiga penyakit tersebut dapatberfluktuasi bersama atau bisa timbul lagi secara berganti-an ('alternating').

2. Sensitivitas terhadap obat lebih nampak pada penderita ato-pi. Didalam praktek kita harus sangat hati-hati dalammemberi obat yang dapat mengindusir reaksi alergik.

3. Sensitivitas terhadap makanan juga lebih frekwen padaorang-orang atopiker, reaksi mana dapat pula memberi nye-ri abdominal.

4. Seorang atopiker lebih sering menderita kelainan genetik /metabolik/endokrin (misalnya hyper - atau hypo - thyreo-

dia), juga vitiligo dan alopecia areata.5. Penderita atopi lebih mudah menderita infeksi virus. Pen-

deritaan herpes simplex dinamakan eczema herpeticumdan penularan dengan virus vaccinia disebut sebagai eczemavaccinatum. Kedua penyakit ini dinamakan pula erupsiovaricelliformis Kaposi. Anak-anak kecil dengan dermatitisatopica sebaiknya jangan dicacar, kecuali bila risiko penu-laran variola besar.

6. Pada mata bisa terdapat conjunctivitis atopica, kerato-conus, cataracta juvenilis dan juga conjunctivitis verna-lis ('coble stone conjunctivitis').

7. Dermatitis atopica dapat disertai asthma bronchialedan/atau rhinitis vasomotoria s. allergica, pada mana jugaterdapat alergi dimukosa pharynx dan palatum

BONO dan LEVITT(1964) * meneliti kasus-kasus asth-ma bronchiale, dermatitis atopica dan rhinitis vasomotoriadan mengemukakan hasilnya dalam suatu 'Venn diagram'(lihat gambar). Dalam gambar tersebut nampak, bahwasuatu kombinasi dari dua penyakit atopi adalah biasa(26,2 %), tetapi kombinasi dari ketiga-tiganya hanya ter-lihat pada 6,1 %.

DIAGNOSA DIFERENSIAL

1. Dermatitis seborrhoica

Penyakit ini berpredileksi ditempat seborrhoea, kulit agakberminyak, tidak ada stigmata atopik dan tidak ada hiper-eosinofili.

Dikutip oleh CRUICKSHANK (1966)

20 Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976.

Page 17: Cdk 006 Alergi Imunologi

2. Dermatitis contactaLokalisasi ialah terutama pada kulit yang berkontak de-ngan zat penyebab ('contactant ' atau 'primary irritant' ).Stigmata atopik tidak ada dan alergen monovalenta atautidak begitu polyvalenta seperti pada atopi.

3. DermatophytosisBila penyakit ini mengenai pipi bayi, maka dapat menyeru-pai dermatitis atopik. Perbedaannya ialah lokalisasi tidak si-metrik dan pada sediaan langsung dapat ditemukan elemen-elemen fungus.

PENGOBATAN

Pengobatan terdiri atas tindakan umum, pengobatan sis-temik dan pengobatan topikal.

1. Tindakan umumTujuan utama ialah menghindarkan faktor-faktor aler-

genik dan psikogenik, yang membuat penderita menggaruk.'Exposure ' terhadap semua stimulus pruritik dan

atopen harus dihindarkan: hawa udara panas, pakaian tebaldari wol/flanel, sabun yang mengandung detergens, air kolamrenang, air hujan, bahan-bahan kimia (penting bila seorangatopiker mencari pekerjaan, misalnya disebuah pabrik).

Dokter harus sangat berhati-hati dalam memberi obat-obat yang 'offending', misalnya penicillin atau anti-tetanusserum. Penderita atopik lebih banyak kemungkinan mendapatreaksi anafilaktik, seperti shock! Inokulasi sesuatu vaksinyang mengandung telur dapat membahayakan, bila anak ato-pik sensitif terhadap telur.

Pengobatan desensitisasi lebih efektif pada penderitapollinosis, kurang pada penderita asthma bronchiale atau der-matitis atopica (CRIEP, 1967; CHAMPION dan PARISH,1972). Pengobatan dengan desensitisasi bukan tanpa ba -haya.

Infeksi fokal harus dicari dan diobati, misalnya cariesdentis, tonsilitis chronica dan sinusitis para-nasalis.

Psikoterapi sederhana dapat diberikan oleh setiap dok-ter umum.

2. Pengobatan sistemikPada pengobatan sistemik yang diutamakan ialah obat-

obat anti—pruritik dan sedatif. Antihistaminica dengan efeksedatif kuat (misalnya phenergan, pyribenzamin, benadryl)mendapat preferensi; tentu dokter harus waspada, bila obattersebut diberi misalnya pada seorang pengemudi kenda-raan. Obat-obat anti—serotonin, anti—bradykinin dan sebagai-nya dapat bermanfaat pula. Pada malam hari dapat diberiphenobarbital atau chloraldehyde.

Corticosteroid hanya diberi pada eksaserbasi akutatau kelainan kulit yang luas dan harus diberi secara 'shortterm '

3. Pengobatan topikalPengobatan topikal lebih penting daripada yang sis-

temik. Maksud pengobatan ialah menekan reaksi alergik, in-flamatorik dan bila perlu menyembuhkan infeksi sekunder.

Cream atau salap corticosteroid sangat bermanfaat,misalnya yang mengandung hydrocortison 1 % - 2,5%. Padabentuk infantil yang eksudatif harus diberi kompres terbuka.Hanya pada bentuk dewasa yang kering dan berlichenifikasi,preparat tir dalam konsentrasi 2% — 5% dapat diberikan.

Penyinaran ultra—violet hanya berindikasi pada dermati-tis yang ekstensif dan ichthyotik. Penyinaran dengan sinarRoentgen hanya diberikan pada daerah kecil yang berlicheni-fikasi.

PROGNOSA

Pada umumnya prognosa bentuk infantil baik, hanya ku-rang lebih sepertiga dari semua kasus akan disusul oleh ben-tuk anak dan bentuk dewasa (SULZBERGER dan FRICK,1971). Sebagian dari anak-anak dengan 'infantile eczema' iniakan mempunyai tendensi menyembuh dalam waktu lima ta-hun.

Lain halnya dengan hubungan dengan penyakit asthma bronchiale: PASTERNACK (1965) dan STIFLER (1965)mengemukakan, bahwa lebih dari 50% dari anak-anak dengan'infantile eczema' yang berat akan menderita asthma ataupolhnosis dalam 21 tahun yang akan datang. q

KEPUSTAKAAN

1. (CHAMPION R II and PARISH W E : Atopic dermatitis in Text-book of Dermatology : Rook A Wilkinson D S and Ebling F J G;2nd ed. Melbourne, Blaekwell Seientifie publieations, 1972.

2. CRIEP L H: Dermatologic allergy : immunology , diagnosis,management. London, W.B. Saunders ('Company, Philadelphia, 1967.

3. CRUICKSHANK C N D : Allergy in MACKENNA's Modern trendsin dermatology , part 3. London, Butterworth inc, 1966, pp 52–83.

4. PASTERNACK B : The predietion of asthma in infantile eczema:a statistieal approaeh. Conference on infantile eezcma. J Pediat66 : 164, 1965.

5. STIFLER WC Jr. : A 21 -year follow–up of infantile eezema.Conference on infantile eczema . J Pediat 66 : 166, 1965.SULZBERGER M B, and FRICK L : Atopic dermatitis in Derma-

tologyin General Medicine,Fitzpatrick T B , Arndt K A , ClarkW H Jr ., Eisen A Z, Van Seott E J and Vaughn J H. New York,MeGraw Hill Book (Company , 1971.

7. VAREKAMP 11 en VOORHORST R : Enige epidemiologisehegegevens over het voorkomen van asthma op de kinderleeftijd.Mseh Kindergeneesk 31 : 234, 1963.

8. VOORHORST R : Het atopisch syndroom, de "vreemde ziekte"van Coca. Leiden, Stafleu uitgeversmaatschapij, 1966.

"Dokter adalah orang yang menuangkan berbagaiobat yang tidak begitu diketahuinya, kedalam tubuhyang lebih tidak dikenalnya":

VOLTAIRE

Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976. 2 1

Page 18: Cdk 006 Alergi Imunologi

Alergiobat

PENDAHULUAN

Kadang-kadang dalam pengobatanterjadi hal-hal yang membingungkan.Misalnya seorang datang dengan demamdan nyeri waktu menelan makanan. Ter-nyata ia menderita tonsihtis akut. Makapengobatannya adalah antibiotik ampi-cillin bersama dengan suatu analgetik-antipiretik. Lima hari kemudian ia kem-bali, demamnya masih tetap tinggi. Te-tapi tanda-tanda peradangan tonsil su-dah tidak ada lagi. Apakah demamnyaini karena kuman yang resisten terhadapampicillin, ataukah ada penyakit lainnyadisamping tonsilitis, atau.......... atau.........

Satu penyebab yang harus dipikirkanadalah drug fever, yaitu demam yangditimbulkan karena reaksi alergik terha-dap obat yang diberikan. Diperkirakankejadian alergi obat adalah 2% daripemakaian obat-obatan atau 15—20%dari kejadian efek samping pemakaianobat-obatan.

MEKANISME ALERGI OBAT

Karena berat molekulnya yang ren-

dah (dibawah 2000) biasanya obat itusendiri tidak mempunyai kemampuanantigenik (immunogenik). Mereka ber-tindak sebagai hapten, dan sesudahmembentuk ikatan kovalen dengan sua-tu protein, peptide atau karbohidratdijaringan atau darah, akan merangsangpembentukan antibodi atau sel limfosityang sangat spesifik untuk komplekantigen tsb. Antibodi pada manusia ter-diri dari 5 jenis golongan protein yaituImmunoglobulin A, D, E, G dan M;dihasilkan oleh sel-sel plasma (jaringanThymic-Independent). Sedangkan selsel limfosit (jaringan Thymic—Depen-dent) membentuk apa yang disebut ke-kebalan seluler (cell—mediated—immu-nity), penyebab dari delayed hypersen-sitivity. Maka akan timbul reaksi alergikbila obat yang sama diberikan kembali(gambar I).

dr. SL Purwanto

Bagian FarmakologiFakultas Kedokteran

UNIKA ATMA JAYA

Gamhar I. Respons imunologik serta komponen-komponen antibodi-nya. ● = obat utuh

('intact drug'). ▲= produk degradasi obat. (Dikutip dari Bellanti JA 1 ).

22 Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976.

Page 19: Cdk 006 Alergi Imunologi

Gambar 11 . Produk degradasi Penicillin yang diperkirakan mernegang peranan dalamhipersensitivitas terhadap Penicillin (Dikutip dari Bellanti JA 1 ).

Termasuk dalam obat yang mudahmembentuk ikatan kovalen dengan kom-ponen dalam darah atau jaringan adalahgolongan alkylator (misalnya carbon te-trachloride, chloramphenicol , nitrogenmustards, beberapa obat anti-neoplas-tik), golongan acylator (misalnya struk-tur beta laktam : penicillin, phthalimi-des, beberapa zat karsinogenik dan tera-togenik) dan obat-obat yang bersifatalkalis (misalnya chloroquine, kanamy-cin, neomycin, polymyxin, streptomy-cin). Efek teratogenik dari beberapaobat dapat diterangkan dengan terben-tuknya ikatan antara nukleoprotein darikomponen genetik dengan obat, misal-nya suatu acylator, sehingga fungsi ge-netik tsb. akan terganggu.

Pada beberapa obat daya immunoge-nik tidak langsung dari obat itu sendiri ,tetapi dari produk degradasi obat itu,misalnya pada penicilhn (gambar II ).

Secara klinik' minor haptenic group'ini penting karena ia merangsang pem-bentukan antibodi IgE (immunoglobu-lin E) yang bertanggung jawab padareaksi alergik jenis segera (immediate).Sedangkan'major haptenic group'disam-ping merangsang pembentukan IgE, jugamerangsang pembentukan antibodipenghambat " IgG. Terjadinya alergi

silang diantara obat-obatan adalah kare-na struktur dasar yang sama atau pro-duk degradasinya adalah serupa (secaraantigenik).

Apa yang terjadi sesudah komplekantigen bergabung dengan antibodi atausel limfositnya yang spesifik ? Berma-cam-macam keadaan dapat timbul ter-gantung dari jenis receptor—site jaringanyang dipengaruhi oleh gabungan antigen-antibodi atau sel limfosit tsb (gambar III )

MANIFESTASI KLINIK

Penggolongan alergi obat dapat dida-sarkan pada selang waktu timbulnyagejala-gejala alergik sesudah pemberianubat sebagai berikut :

SEGERA CEPAT LAMBAT SANGAT LAMBAT

Urtikaria Urtikaria Urtikaria Anemia hemolitikHipotensi Erupsi morbilliform Exanthem ThrombositopeniaAsthma Edema larynx Serum siekness GranulositopeniaEdema larynx Drug fever Sindroma Steven-Johnson

Payah ginjal akutSindroma lupusCholestatic iaundice

Reaksi alergik yang segera (imme-diate), terjadi dalam beberapa menitdan ditandai dengan urtikaria, hipotensidan shok. Bila reaksi itu membahayakanjiwa maka disebut reaksi anafilaktik.Reaksi ini terutama ditimbulkan olehantibodi IgE. Reaksi yang cepat (acce-lerated) timbul dari 1 sampai 72 jamsesudah pernberian obat dan kebanya-kan bermanifestasi sebagai urtikaria. Ka-dang-kadang berupa 'rash morbilliform'atau edema larynx. Reaksi yang lambat(late) timbul lebih dari 3 hari dan berupabermacam-macam erupsi kulit, 'serumsickness' dan 'drug fever'. Diperkirakanreaksi jenis cepat dan lambat ini ditim-bulkan oleh antibodi IgG, tetapi bebera-pa reaksi hemolitik dan exanthem dihu-bungkan dengan antibodi IgM.

'Drug fever ' hampir menyerupai 'se-

rum sickness', ditandai dengan pening-gian suhu tubuh yang timbul selamasuatu pengobatan. Diagnosa keadaan inipada umumnya sukar sekali, karena bia-sanya obat penyebab adalah suatu anti-biotik yang digunakan untuk pengobat-an infeksi yang disertai dengan demam.'Drug fever' dapat disertai dengan suatuarteritis, yaitu peradangan multipel padapembuluh-pembuluh darah kecil. Biladibiarkan dapat menimbulkan kerusak-an yang berat.

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPE-NGARUHI ALERGI OBAT

1. Usia : walaupun alergi obat dapatterjadi pada semua golongan umur, ialebih jarang timbul pada kanak-kanak.Mungkin ini disebabkan oleh perkem-bangan sistim immunologik yang belumsempurna atau karena lebih seringnyaorang dewasa berkontak dengan bahanantigenik.

2. Cara pemakaian obat : pemakaiantopikal memberikan kemungkinan pa-ling besar untuk menimbulkan keadaanhipersensitip (sensitisasi), pemakaianoral paling kecil. Sedangkan parenteral

Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976. 23

Page 20: Cdk 006 Alergi Imunologi

Gambar III. Empat jenis 'immunologic iniury'. (Dikutip dari HcllantiJ A) .

berada diantara keduanya itu. Karena 3. Dosis : pcmberian obat yang inter-itu antibiotik yang sering dipakai siste- mitten dan dosis yang tinggi akan lebihmik hendaknya jangan digunakan topi- sering menimbulkan sensitisasi. Tetapikal. Kecuali pada keadaan yang gawat, sesudah waktu induksi, dosis yang sa-lebih baik antibiotik diberikan per oral. ngat kecilpun sudah dapat inenimbulkan

reaksi alergik. Lebih sering suatu obatdigunakan, lebih besar kemungkinantimbulnya reaksi alergik pada penderitayang peka. Perlu dicatat bahwa alergiobat dapat terjadi pada orang yangbelum pernah mendapat obat tsb. Misal-nya alergi penicillin telah terjadi padaorang yang menggunakannya untuk per-tama kalinya. Diperkirakan bahwa se-jumlah kecil penicillin yang berada da-lam makanan, susu, dan alam itulahyang menimbulkan sensitisasi.

PENGOBATAN

Seperti pada penyakit immunologiklainnya, pengobatan alergi obat adalahdengan menjauhkan/mengeluarkan obattsb. Pada reaksi anafilaktik, epinephrinemerupakan 'drug of choice ' . Untuk aler-gi obat jenis lainnya, dapat digunakanpengobatan simptomatik dengan antihis-tamin dan kortikosteroid. q

KEPUSTAKAAN

1. BELLANTI JA : Immunology lst ed,WB Saunders, 1971, pp 368—376

2. MARTIN EW : Hazards of Medication,lst ed, JB Lippineott, 1971, pp 298-300.

3. MELMON KL, MORELLI HF.: ClinicalPharmacology, lst ed, The Maemillan Co.,1972, pp 570—573.

24 Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976

Page 21: Cdk 006 Alergi Imunologi

PENYAKIT AUTOALERGIPADA SISTIM TRAKTUS REPRODUKSI PRIA

Imunologi pada mulanya hanyamempelajari aspek-aspek yang berhu-bungan dengan kekebalan terhadap ku-man penyakit. Akan tetapi dewasa iniilmu tersebut telah berkembang sedemi-kian rupa sehingga mencakup hal yangsama sekali tidak ada hubungannyadengan kekebalan seseorang. Penyakitautoimun, atau lebih tepat untuk dika-takan penyakit autoalergi, adalah salahsatu faset bidang imunologi - akantetapi mengandung pengertian yang ber-tentangan dengan kekebalan atau 'im-munity'. Pada keadaan ini, maka kom-ponen-komponen imun seseorang, baikyang termasuk imunitas humoral - yaituzatanti, maupun imunitas seluler - yaitusel limfosit sensitip, yang dibentuk di-dalam tubuh justru menyebabkan suatumalapetaka bagi orang yang bersang-kutan.

Dahulu, sebelum imunologi ber-kembang seperti sekarang ini, dikirabahwa doktrin PAUL EHRLICH ten-tang 'horror autotoxicus' yang berisipengertian bahwa tubuh kita tidak per-nah dan tidak akan mengadakan suaturespons imun terhadap komponen ja-ringan tubuhnya sendiri, dapat diper-tahankan. Doktrin tersebut ternyata,berdasarkan fakta klinik serta penyeli-dikan pada binatang percobaan, seka-rang telah usang; 'immunological ma-chinary' tubuh ternyata dapat mem-bentuk zatanti terhadap antigen tubuh-nya sendiri.

Sir F.M. BUR NET, seorang ahli imu-nologi, telah membagi antigen dalamdua golongan besar, yaitu 'self antigen'dan 'not-self antigen'. Dalam kondisiyang normal, maka 'self antigen' tidakpernah dapat merangsang sel-sel imuno-logik yang kompeten untuk membuatzatanti. Hal ini disebabkan karena didalam tubuh terdapat suatu fenomenaimunobiologik yang dikenal sebagai'self recognition ' dan 'self toleranceterhadap antigen tubuhnya sendiri. Se-baliknya, pada keadaan-keadaan terten-tu, ke dua mekanisme itu dapat ter -

Arjatmo Tjokronegoro

Bagian Biologi FKUI.Jakarta

ganggu serta tidak berfungsi; dan seba-gai manifestasinya, terjadilah apa yangkita kenal sebagai penyakit autoimunatau autoalergi.

Sebab-sebab daripada kegagalantubuh dalam "melihat" suatu 'self anti-gen' sebagai 'not-self antigen', sehinggaterjadi penyakit tersebut, ialah karena:

1. adanya barier anatomik, yaitu yangmemisahkan 'self antigen' dengan sel-sel imunologik tubuh, yang tergang-gu.

2. adanya reaksi silang antara zatanti,yang dibcntuk terhadap 'not-self an-tigen', dengan 'self antigen'.

3. adanya perubahan susunan kimiawi'self antigen', umpamanya karenaterinfeksi virus dll., sehingga tidaklagi dikenal sebagai antigen tubuh-nya sendiri.

4. adanya keabnormalan daripada sis-tem imunologik tubuh itu sendi-ri.

Dewasa ini, di pusat-pusat risetmengenai infertilitas manusia, para sar-jana sedang giat mempelajari adanyapenyakit autoalergi pada traktus repro-duksi pria. Autozatanti terhadap ja-ringan testis maupun sperma tidak se-harusnya dibentuk, akan tetapi fakta-nya, baik secara eksperimen pada bi-natang percobaan maupun secara kliniksebagai kasus infertilitas pria, banyakditemukan serta dilaporkan orang.

Berdasarkan hipotesa 'clonal se-lection' yang mengatakan bahwa, padawaktu 'clone' daripada sel-sel pemben-tuk zatanti dibentuk, sistem traktusreproduksi pria belum matang sertadikelilingi oleh selapis 'blood testis-barrier', sehingga akibatnya semua an-tigen bagian tubuh ini akhirnya dikenalsebagai 'not-self antigen'. Bila dikemu-dian hari terjadi suatu kerusakan barrieranatomik tersebut, umpamanya akibat

proses peradangan, trauma mekanik dll..sehingga timbul ekstravasasi sperma,maka dengan segera tubuh akan meng-adakan suatu respons imun dan mem-bentuk zatanti terhadapnya.

Hingga, sekarang, para sarjana te-lah terbuka matanya dan sadar bahwadari kumpulan zatanti terhadap spermaatau seminal plasma itu terdapat ber-bagai macam aktivitas. Adanya zatantiyang sanggup mengumpalkan sperma-yang disebut ' sperm—agglutinating anti-body'; ada yang sanggup menghentikanpergerakan sperma motil - yang disebut'sperm—immobilization antibody'; danada pula yang sanggup menghancurkanserta mematikan sperma - yang disebut'sperm—cytotoxic antibody'.

Di samping ini, secara eksperimenmaka penyuntikan sperma autologusatau jaringan testis autologus ke dalamtubuhnya sendiri, akan menyebabkanpenyakit yang dikenal sebagai 'auto-allergic aspermatogenesis orchitis '. Ke-adaan ini diduga bukan disebabkan olehadanya zatanti, melainkan oleh timbul-nya respons imun yang bersifat seluler('cell-mediated immunity'). Di sampingproses spermatogenesis yang terhenti,di dalam tubulus seminiferus itu dite-mukan banyak sel radang,-sel-sel yangmerusak jaringan testis. q

KEPUSTAKAAN

1. HEKMAN A. and RUMKE Ph. :Antigensof semen and autoimmunity against sper-matozoa in infertile men. In: Proc. Se-rono Symposia, Vol.5 edits. Maneini REand Martini L London, Academic Press,1974, p. 249.

2. RUMKE Ph. :The spermatozoa and testesin allergic disease. In: Clinical Aspectsof Immunology 2nd ed. edits. Gell PGHand Coombs RRA London, BlackwellScientific Public., 1968, p. 1143.

3. .SAMUEL T, KOLK AHJ, RUMKE Phand VAN LIS JMJ. :Autoimmunity tosperm antigens in vasectomized men. ClinExp Immunol 21 : 65, 1975.

4. SHULMAN S. :Antigenicity and Autoim-munity in sexual reproduction: A review.Ciin Exp Immunol 9 : 267, 1971.

Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976. 25

Page 22: Cdk 006 Alergi Imunologi

1

PerkembanganPerkembangan BaruDibidang Imunologi

IMUNOLOGIDALAM PENGENDALIAN FERTILITAS1

Semakin luas pemakaian berbagai metode keluarga berencana, makin sering pula dilaporkankomplikasi-komplikasi dari cara-cara tersebut; I.U.D dapat menyebabkan perdarahan dan rasa sakit ,dapat dikeluarkan secara spontan oleh rahim dan kadang-kadang bahkan dapat menembus rahimkerongga perut ; pil kontrasepsi yang berupa steroid dapat mengubah/mengacau metabolisme lemak,karbohidrat, mineral & vitamin, disamping mempengaruhi mekanisme pembekuan darah. ; abortuspada awal kehamilan, meskipun disebut dengan nama M.R. (menstrual regulation), tidak dapatditerima oleh beberapa kalangan agama, disamping itu komplikasi juga tetap ada. ; preparat kontra-sepsi yang 'long-acting ' masih belum memuaskan ; sedangkan pil kontrasepsi untuk pria, meskipundalam penelitian pendahuluan memberi harapan baik, masih belum dapat diedarkan.Ditengah-tengah berbagai cara tersebut, kini muncul cara pendekatan yang baru, yaitu dari bidangimunologi.

Scjauh ini, pendekatan imunologik yang telah dilakukan dan memberi harapan baik ialah imunisasidengan hormon-hormon plasenta, untuk menghalangi implantasi zygote pada rahim. Penelitianpendahuluan menunjukkan bahwa preparat H.C.G (HUMAN CHORIONIC GONADOTROPHIN)

yang telah dikonjugasikan mampu menimbulkan respons imun pada wanita-wanita. Respons tersebutternyata tidak hanya menghambat H.C.G saja, tetapi juga menghambat L.H. (LUTEINISING

HORMONE) sehingga siklus haid kemudian terhenti.Telah diketahui bahwa H.C.G. terdiri dari beberapa sub-unit. Ini membuka kemungkinan baru,yaitu penggunaan sub-unit tersebut, misalnya sub-unit β, untuk mengimunisasi tubuh terhadapH.C.G. secara spesifik tanpa mengganggu hormon-hormon lain. Dengan demikian diharapkan efeksamping makin sedikit.

Diantara honnon-hormon hipofisa, hormon SOMATO-MAMMOTROPHIN sedang dalam penyeli-dikan. Pada tikus, kelinci dan kera baboon, zat-anti terhadap hormon ini ternyata dapat menyebab-kan berakhirnya kehamilan. Kesulitan yang mungkin timbul ialah adanya reaksi silang (cross-reaction)antara zat-anti diatas dengan G.H. (GROWTH HORMONE). ; akan tetapi seperti halnya denganH.C.G diatas, reaksi silang tersebut mungkin dapat dihindari dengan menggunakan fragmen atausub-unit honnon Somato-Mammotrophin untuk imunisasi.Karena kini telah ditemukan berbagai cara mensintesa polipeptida, fragmen atau sub-unit hormonsebenarnya dapat diproduksi secara besar-besaran dengan harga yang agak ringan. Masih ada lagicara lain untuk pengendalian fertilitas dengan hormon dari otak kita, yaitu imunisasi terhadapL.H-R.H (LUTEINISING HORMONE RELEASING HORMONE). Hormon ini juga merupakanpolipeptida, terdiri dari 10 macam asam amino, diproduksi dalam hipotalamus. Tugasnya mengendali-kan sintesa & pelepasan hormon-hormon gonadotrophin dari hipofisa. L.H-R.H. ini tampaknyatidak 'species-specific' jadi mungkin sama untuk spesies yang berdekatan, dan kini hormon ini telahdapat dibuat dalam bentuk murni secara sintetik. Teoritis imunisasi terhadap L.H-R.H. ini lebih baikdipergunakan pada kaum pria sebab pada wanita mungkin masih sulit diterima karena ada gangguanhaid. Cara imunisasi ini secara tak langsung mempengaruh spermatogenesis pada pria, karenahambatan pada L.H.-R.H. akan diikuti dengan hambatan pada L.H. Padahal L.H. ini berperanan da-lam spermatogenesis.

Imunisasi terhadap antigen telur atau trophoblast (plasenta dini) merupakan kemungkinan lainlagi ; ekstrak dari zona pellucida telur (bagian terluar dari telur) pada binatang-binatang percobaandapat menghindarkan pembuahan, sedang zat-anti terhadap trophoblast telah berhasil mengakhirikehamilan pada kelinci dan kera. Antigen dari plasenta manusia kini sedang dalam penelitian, danuntuk ini belum dipergunakan manusia, tetapi kera rhesus sebagai binatang percobaannya.

26 Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976.

Page 23: Cdk 006 Alergi Imunologi

Beberapa penyelidikan lain mengungkapkan kemungkinanimunisasi dengan mempergunakan konstituen sperma. Dalambeberapa spesies mamalia, termasuk manusia, sperma mengan-dung isoenzim tertentu dari lactate dehydrogenase, LDH-X .Zat-anti terhadap enzini ini dapat merendahkan kesuburanbinatang percobaan, baik jantan maupun betina. Imunisasi ter-hadap suatu proteinase yaitu hyaluronidase dari akrosom sper-ma juga merupakan bidang penelitian yang menarik sekali.

Pengendalian fertilitas dengan cara imunologik ini merupa-kan semacam imunisasi aktip, oleh sebab itu bila imunisasiberhasil, akan didapatkan penurunan fertilitas yang relatip per-manen, atau bahkan suatu sterilitas. Seperti halnya denganimunisasi lain, ada juga kemungkinan bahwa lama kelamaankadar zat-anti didalam tubuh makin berkurang. Bila demikianhalnya, maka akan diperlukan 'booster' pada waktu-waktu ter-tentu.

VAKSINASI UNTUK MENCEGAH CARIES DENTIS 2

Faktor utama dalam pembentukan caries ialah adanyaasam sebagai hasil pemecahan karbohidrat, terutama sukrosa/gula pasir, oleh bakteri-bakteri dalam mulut. Asam ini kemu-dian mencernakan permukaan gigi sehingga berlubang. Usaha-usaha pencegahan caries dapat berupa peningkatan daya tahanemail gigi terhadap serangan asam ; untuk ini penambahanfluorida dalam diit terbukti sangat efektip. Menghindari per-men/gula-gula, terutama selang waktu-waktu makan, jugaefektip meskipun kadang-kadang kita sulit menahan diri. Hy-giene gigi yang baik, dengan menggosok gigi secara teliti &teratur, seharusnya akan memberi hasil baik, akan tetapisering tidak demikian halnya (3). Mungkin ini karena endapankotoran pada gigi (plague) ditempat-tempat yang tersembunyitidak selalu dapat dicapai oleh sikat gigi.

Usaha menghilangkan bakteri dalam rongga mulut merupa-kan suatu cara pendekatan tersendiri, suatu cara yang sebenar-nya telah dipelajari oleh MILLER (4) dalam abad ke 19.Penelitian terakhir dengan menggunakan vancomycine danchlorhexidine juga memberi harapan baik dalam usaha terse-but. Disamping semua itu, kini mulai dipikirkan usaha mence-gah caries dengan vaksinasi untuk mengurangi atau melenyap-kan bakteri-bakteri yang memegang peranan penting dalam pa-togenesis caries. Vaksinasi ini akan menjadi suatu kenyataanbila para sarjana berhasil menemukan jenis bakteri mana,diantara sekian puluh spesies/serotipe, yang terpenting dalampembentukan caries. Sekarang mulai ditemukan bukti-buktibahwa STREPTOCOCCUS MUTANS mungkin merupakanbakteri yang dicari-cari tersebut.

Sebagai binatang percobaan sering dipergunakan kera kare-na caries, yang sangat mirip caries pada manusia, dapatterbentuk pada kera-kera yang diberi diit tinggi sukrosa.Kerusakan ini mulai terlihat 2-3 bulan setelah pemberiandiit sukrosa tersebut.

Telah dicoba 3 macam vaksin S. mutans pada sekelompokkera (Macaca fascicularis) yaitu : vaksin pertama berupabakteri utuh, diberikan secara IV ; vaksin kedua berupabakteri dengan sel yang telah pecah, diberikan dengan injeksike submukosa mulut ; ketiga berupa sediaan enzimGTF(gluconyltransferase) dari bakteri tersebut, juga diberikansubmukosa.

Hasil yang menarik berasal dari golongan kedua, yaitu vaksinyang berasal dari bakteri dengan sel yang telah pecah.Pemberian 8 suntikan submukosa (memakan waktu 3 tahun)berhasil memberi perlindungan yang hampir sempurna terha-dap caries (5). Pcrlindungan ini efektip selama 2 tahunsetclah suntikan terakhir. LEHNER dkk (6) memakai kcrarhesus untuk percobaannya, dan dipakai adjuvan berupa mi-nyak pada injeksi pertama dan terakhir. Gigi susu berhasildilindungi dari caries asalkan binatang tersebut memberi res-pons yang cepat, sehingga zat-anti telah terbentuk scbclumcaries berkembang. Mereka tidak menemukan hasil yang ber-beda pada penggunaan submukosa dalam mulut atau subkutanpada anggota badan.

Beberapa kesulitan ternyata telah dijumpai. Rongga mulutbinatang-binatang percobaan tersebut hanya dihuni oleh satujenis S.mutans, yaitu dari serotipe yang sama dengan serotipevaksin. Sebaliknya pada manusia dalam keadaan normal dapatditemukan sampai 7 serotipe S.mutans dalam flora mulut.Apakah kemudian terhadap manusia harus dilakukan vaksina-si dengan ketujuh serotipe tersebut ? Untunglah bahwa dari7 serotipe tersebut hanya 2 yang sering ditemui dalam mulut,sehingga lebih mudah membuat vaksin dari kedua serotipeini. Apakah vaksin ini kemudian juga memberi perlindunganterhadap serotipe-serotipe lain masih belum diketahui. Sekali-pun demikian masih ditakutkan bahwa bila S.mutans berhasildiatasi, spesies-spesies lain mungkin menggantikan kedudukanS.mutans dalam patogenesis caries.

Meskipun mekanisme perlindungan vaksin tersebut belumdiketahui dengan pasti, ada dasar-dasar logis yang menyokongkemungkinan ini, yaitu ditemukannya zat-anti (IgA, IgG, IgM),komplemen dan sel-sel leukosit dalam cairan dicelah-celah gigidan pada permukaan gusi.

Seandainya vaksin tersebut ternyata efektip juga pada- ma-nusia apakah cara pencegahan ini dapat diterima masyarakat ?Faktor keamanan sering menjadi pemikiran karena komplika-si autoimun tetap harus dipertimbangkan pada setiap pemberi-an vaksin dari genus Streptococcus. Sejauh ini S.mutanssebagai bakteri dari genus Streptococcus, belum pernah diaso-siasikan dengan demam rheuma ataupun glomerulonefritis.Antigen dari S.mutans ini menunjukkan reaksi silang dengan

S.hemoliticus Lancefield Group E yang patogen pada binatang,tetapi reaksi silang dengan S.pyogenes (group A) yang pato-gen pada manusia, tidak ditemukan.Rasa sakit pada penyuntikan kedalam rongga mulut tersebutdapat merupakan hambatan penerimaan masyarakat umum,akan tetapi ini dapat dianggap sebagai penukar penyuntikananestesi lokal yang disuntikkan sebelum gigi dibor ataudicabut akibat caries.

PENDEKATAN IMUNOLOGIK PADA PENGOBATANKANKER 7

Sebenarnya 17 tahun yll. CHARLOTTE FRIEND telah me-nunjukkan bahwa pemberian virus leukemia yang telah diolahterlebih dahulu dengan formalin dapat mencegah penyakit leu-kemia pada tikus-tikus percobaan. Sejak itu berbagai peneli-tian pada binatang mengungkapkan bukti-bukti yang meya-

Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976. 27

Page 24: Cdk 006 Alergi Imunologi

kinkan bahwa vaksin dapat mencegah beberapa jenis kankerpada binatang : CHURCHILL dkk. (8) menunjukkan bahwavaksin-hidup-yang telah dilemahkan dapat mencegah penyakitMAREK pada anak-anak ayam; vaksin ini sekararg telahberedar luas diseluruh dunia. Kemudian JARRETT dkk. (9)menemukan vaksin untuk mencegah leukemia pada kucing, ya-itu Feline Leucemia Virus (=FeLV). LAUFS & STEINKmelaporkan bahwa vaksin Herpesvirus saimiri dapat mencegahmalignant lymphoma pada kera (10)

Penemuan-penemuan diatas telah membuka suatu kemung-kinan baru yang membawa banyak harapan, yaitu pencegahankanker pada manusia dengan memakai vaksin : meskipunharus selalu diingat bahwa dalam percobaan terhadap manusiaakan dijumpai banyak bahaya.Dalam masa dekat ini, tampaknya tujuan praktis ialah peng-obatan dan bukan pencegahan kanker. Berbagai pendekatanimunologik telah dicoba, antara lain dengan memadukan imu-noterapi dan khemoterapi, dimana zat-anti (antibodi) terha-dap tumor diikatkan pada obat-obat sitotoksik untuk diman-faatkan sebagai pembawa ('carrier ' ) obat sitotoksik tersebut.Dengan demikian, diharapkan bahwa efek toksik obat terha-dap tumor akan diperbesar sedangkan efek toksik sistemikakan makin kecil karena obat akan berkumpul pada tumortersebut. Dengan cara ini, GHOSE dkk (1 1) berhasil menekanpertumbuhan limfoma EL-4 pada tikus-tikus dengan mcmbe-rikan chlorambucil yang diikatkan pada antibodi-antitumor.Cara lain lagi ialah meningkatkan daya imunogenik tumor,dengan harapan bahwa sistem imunologik tubuh penderitaakan berubah kearah yang menguntungkan tubuh.Jelas bahwa tubuh membuat suatu respons terhadap tumordidalam tubuhnya, tetapi alasan-alasan mengapa mekanismeimunologik tersebut gagal melenyapkan tumor masih belumjelas. Kurang efektipnya respons tubuh dapat disebabkan olehkarena berbagai mekanisme penghambat misalnya karena ke-lebihan antigen bergabung dengan zat-anti sitolitik sehinggazat-anti tersebut tidak dapat bekerja terhadap tumor dsb.Berbagai cara telah dicoba untuk meningkatkan respons imu-nologik tubuh terhadap tumor, antara lain dengan memakaiadjuvan. Penelitian dengan memakai vaksin BCG telah mem-beri hasil-hasil positip yang telah banyak dibicarakan diberba-gai majalah kedokteran. Akhir-akhir ini vaksin dari c o R Y N E-BACTERIUM PARVUM mulai banyak mendapat perhatian.

Sebagai adjuvan, BCG menunjukkan beberapa kelemahan,yaitu BCG adalah vaksin hidup, khasiatnya tergantung darijumlah organisme yang hidup oleh karena itu sering tidakstabil, lebih-lebih vaksin basah (wet) yang banyak dipakaidalam penelitian kanker tersebut. Vaksin-beku-yang-dikering-kan ('freeze-dried') yang banyak dipakai pada vaksinasi terha-dap TBC memang efektip, stabil dan 'reproducible'. Akantetapi tampaknya vaksin kering-beku ini kurang efektip diban-dingkan dengan vaksin basah.Penggunaan C. parvum sebagai adjuvan dirintis oleh H A L-PERN (12) pada tahun 1963. Vaksin ini jelas bermanfaatmencegah beberapa jenis tumor pada binatang. 3 tahun yll.ADLAM & SCOTT (13) telah berhasil membuat sediaanvaksin mati dr.C.parvum yang memiliki beberapa keunggulan

dibandingkan dengan BCG, yakni : berupa vaksin mati, jadimudah distandarisasikan dan dalam dosis yang efektip umum-nya dapat diterima dengan baik oleh manusia dan binatang.Pada pemberian IV atau intraperitoneal pada tikus, vaksintersebut merangsang pembentukan makrofag dalam jumlahbesar, diikuti dengan pertambahan berat jaringan hati, limpadan paru-paru. Ada kemungkinan bahwa makrofag tersebutmerupakan mediator dari khasiat anti-tumor C.parvum.Dalampercobaan lain, ScoTT (14) menyuntikkan mastositoma padatelapak kaki tikus-tikus. Biasanya tumor ini akan membunuhtikus tersebut dalam 27 hari. Dengan menyuntikkan C. parvumsecara IV 2 hari setelah implantasi tumor, diperoleh hasilbahwa efek anti-tumor tersebut naik sebanding dengan dosis,sampai setinggi dosis maksimum yang masih dapat diterimayaitu 750 ug. Didalam salah satu percobaan, waktu hiduprata-rata meningkat dari 27 hari menjadi 49 hari. Dosistunggal ternyata sama efektipnya dengan dosis berganda. Padapenelitian lanjutan, dilaporkan bahwa penyuntikkan C parvumintratumor memberi hasil yang lebih baik lagi. Dosis yangdipakai hanya 1/10 dosis IV, tetapi masih mampu memberiperlindungan meskipun disuntikkan 12 hari setelah implantasitumor. Waktu hidup tikus-tikus tersebut juga makin lama,44% dari tikus tersebut bahkan berhasil hidup terus, dantikus yang hidup itu ternyata kemudian kebal terhadapimplantasi tumor yang sama pada kaki lainnya.

Hasil-hasil diatas menunjukkan bahwa C parvum mungkinlebih berkhasiat bila diberikan intra-tumor, akan tetapi pem-berian 1V mungkin lebih bermanfaat terhadap metastasis.Vaksin lain yang kini sedang dalam percobaan ialah virusvaccinia (cacar lembu) yang biasa dipakai dalam pencacaran.Sebagai mana halnya dengan BCG, vaksin ini banyak dicobapada melanoma, tetapi hasil-hasil yang diperoleh masihvariabel.

Untuk meningkatkan 'cell-mediated immunity ' , sedang di-pelajari juga suatu obat anthelmintika, yaitu LEVAMISOLE(L-tetramisole). Cara kerja obat ini masih belum diketahui.Dalam percobaan pendahuluan obat ini berhasil melindungitikus-tikus dari kematian akibat pemberian Brucella dalamdosis lethal. Demikian juga terhadap Staphyllococcus. Kare-na diperkirakan bahwa obat ini meningkatkan kekebalan selu-ler, maka telah dicoba pengaruhnya terhadap tumor padabinatang. Hasil-hasil pendahuluan memberikan harapan baik.

ATHEROSCLEROSlS DAN IMUNOLOGI. 15

Meskipun atherosclerosis mungkin disebabkan oleh banyakfaktor, diit, terutama lemak jenuh, dianggap oleh banyakorang sebagai faktor utamanya. Kini, secara mengejutkan di-ajukan pendapat lain oleh DAVIES dkk (16) dan MATHEWSdkk (17). Mereka mengemukakan bahwa kompleks imun da-lam sirkulasi darahlah yang penting dalam patogenesis penya-kit tersebut.

Pendapat ini didukung oleh penelitian-penelitian terdahuludimana lesi-lesi atherosclerosis lebih banyak didapatkan padakelinci-kelinci yang diberi diit tinggi kholesterol + imunisasi,dibandingkan dengan mereka yang hanya mendapat diit tinggikholesterol atau imunisasi saja. Lesi-lesi akibat paduan keduafaktor ini juga lebih mirip dengan lesi pada manusia.

28 Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976.

Page 25: Cdk 006 Alergi Imunologi

Rangkaian kejadiannya digambarkan sebagai berikutkompleks imun menempel pada endotel pembuluh darahendotel berproliferasi sebagai respons terhadap serangan sito-litik yang bersifat 'complement-mediated' ; Zat-zat mediatoryang dilepas, seperti histamin dsb., menyebabkan peninggianpermeabilitas dan dengan de.mikian memudahkan pengen -dapan lipida, termasuk kholesterol pada dinding pembuluh da-rah. Rangkaian kejadian ini yang terjadi terus menerus selamabeberapa tahun akan menyebabkan terjadinya atherosclerosis.

DAVIES dkk (16) menyatakan bahwa zat-anti (antibodi)terhadap zat makanan mungkin memegang peran utama dalaminfark jantung (MCI). Dengan tehnik hemagglutinasi, merekamelaporkan adanya perbedaan antara penderita-penderita Mctdan kontrol dalam hal - ada tidaknya zat-anti & titer zat-antiterhadap susu sapi. Perbedaan ini menjadi lebih nyata bilakontrol dibandingkan dengan penderita MCI yang meninggaldalam waktu 6 bulan setelah pemeriksaan tersebut. Tak dida-patkan adanya perbedaan yang bermakna dalam zat-anti ter-hadap gluten, sedangkan dalam hal zat-anti terhadap albumintelur ayam - perbedaannya kurang bermakna.Meskipun telah nyata ada korelasi positip antara zat-an-ti terhadap susu dan Mct masih menjadi pertanyaan apakahini merupakan hubungan kausal atau bukan. Pertanyaan lainialah mengapa penderita Mct tersebut memiliki zat-anti terha-dap susu dalam tubuhnya ?. Apakah ini disebabkan karenaketidak mampuan tubuh penderita tersebut untuk membuangprotein antigenik dari sirkulasinya - ataukah akibat keabnor-malan mukosa usus yang memungkinkan terserapnya zat-zatmakanan yang masih dalam bentuk molekul besar ? Bilademikian halnya, maka zat-anti terhadap susu hanya merupa-kan suatu peristiwa dampingan saja.

MATIIEWS dkk (17) lebih jauh mengajukan pendapat lain.Dari penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa responsimun meningkat pada orang yang mendapat diit yang baiksedang pada binatang penambahan diit/peningkatan mutudiit dapat merangsang pembentukan zat-anti, terutama IgGdisamping itu autozat-anti (autoantibodi) ternyata lebih seringditemukan pada orang-orang gemuk. Dari fakta-fakta diatas,

diajukan hipotesa bahwa antigen dari zat makanan jugamerangsang pembentukan autozat-anti, selanjutnya autozat-anti ini akan menyebabkan gangguan pada pembuluh darah.

Bila mekanisme imunologik dalam hipotesa diatas kemudi-an ternyata benar, ada beberapa implikasi yang menyertainya,yaitu :1. Mungkin akan dapat diselidiki zat-zat makanan yang paling berpe-

ranan dalam pembentukan zat-anti, maka sebagai pencegahanatherosclerosis zat makanan tersebut dapat disingkirkan dari diit.

2. Cara pencegahan primer lain dapat berupa pengubahan/modifikasirespons imun, seperti pembatasan jumlah protein dalam diit.

3. Obat-obat yang menghambat respons imun (atau menghambatefek-efeknya, seperti peradangan) dapat dipakai sebagai profilaksis/pengobatan.

4. Mungkin dikemudian hari dapat ditemukan cara mencegah auto-i munisasi dengan cara-cara imunologik. q

E.NUGROHO

KEPUSTAKAAN

1. Lancet i : 1018 - 1019, 1975.

2. Lancet ii : 443 - 444, 1975.

3. GEDDES DAM, JENKINS GN in The Normal Microbial Flora ofMan. Ed. FA Skinner & JG Cann. Society for Applied BacteriologySymposium Scries No. 3. New York, 1974, p. 85

4. MILLER WD : The Micro-organisms of the Human Mouth.Philadelphia, SS Whitc Dcntal Mfg. Co, 1890.

5. BOWEN WH, COHEN B, COLMAN G, Brit Dent J 139 : 45, 1975.

6. LEHNER T, CHALLACOMBE SJ, CALDWELL J, Archs Oral Biol20 : 299 - 305, 1975.

7. Lancet i : 502 - 503, 1975.

8. CHURCHILL AE, PAYNE LN, CHUBB RC, Nature 221 : 744,1969.

9. JARRETT et al, ibid 248 : 230, 1974.10. LAUFS R, STEINKE H, ibid 253 : 71, 1975.

11. GHOSE et al, Lancet i: 498, 1974

12. HALPERN BN et al, J Reticuloendothel Soc 1 : 77, 1963

13. ADLAM C, SCOTT MT, J Med Microbiol 6 : 261, 197314. SCOTT MT, J Natn Cancer Inst 53 : 855, 1974.

15. Lancet i : 208, 1975

16. DAVIES DF et al, ibid i: 1012, 1974.

17. MATHEWS JD, WHITTINGHAM S, MACKAY IR, ibid ii : 1423 -1427, 1974.

PETUNJUK-PETUNJUKBAG1 PENGIRIM KARANGAN

Majalah CERMIN DUNIA KEDOKTERAN dapat me-muat kiriman karangan-karangan yang berupa :a. pembahasan satu topik yang aktuil (tak lebih dari 2500

kata)b. pengalaman dalam praktek yang sangat mengesankan

atau yang dapat dipergunakan sebagai pelajaran bagidokter lain (tak lebih dari 500 kata)

c. humor ilmu kedokteran (tak lebih dari 200 kata)d. abstrak-abstrak (tak lebih dari 200 kata)q Karangan-karangan tersebut harus belum pernah dimuat

didalam majalah lain.q Karangan ditulis dalam bahasa lndonesia secara ringkas

dan diketik diatas kertas putih dengan memberi cukupruang pinggir serta dua spasi diantara garis-garis.

q istilah asing sedapat mungkin dihindariq Redaksi berhak untuk mempersingkat, memperbaiki

susunan naskah atau bahasanya, bila dianggap perlu.q Daftar kepustakaan harus disusun dengan urutan seba-

gai berikut :

NAMA PENULIS (dengan huruf besar) : Judul karangan,Nama majalah, volume : nomor halaman, tahun pener-bitan.

q Bila karangan dimuat dalam CDK maka bagi pengirimdisediakan honorarium sebesar :untuk (a).....................Rp 10.000,

(b)....................Rp 3.000,--(c) dan (d) . Rp 1.000,

Redaksi Cermin Dunia Kedokteran

Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976. 29

Page 26: Cdk 006 Alergi Imunologi

MANA TEH ES NYA ?

Pada suatu hari yang cukup panas, datanglah seorang pasien dibawakeluarganya ke RSUP meminta pertolongan untuk luka didahi, sedikit diatasalis mata, akibat kecelakaan lalu lintas.

Setelah luka dibersihkan dan dijahit, dokter memanggil perawat danberpesan agar pasien diberi A.T.S. (anti-tetanus-serum). Si dokter lalu pergiuntuk menyelesaikan pekerjaan lain.

Beberapa jam kemudian si dokter kembali ketempat itu dan merasaheran melihat pasien tadi masih tetap duduk disitu.— Masih menunggu apa lagi, pak ?— Teh esnya belum juga muncul, dok ; Saya sudah haus benar menunggu dari

tadi ! !— Teh es ?Pada saat itu juga mengertilah si dokter tentang persoalannya. Sambil -tersenyum ia meminta seorang perawat untuk memberi segelas teh denganes kepada pasien tersebut sebagai pelipur hausnya.

Dr. Kamardi ThalutBagian Bedah RSUP/FKUA

PADANG.

" Saya mencari seorang bapak untuk bayi saya "

Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976. 33

Page 27: Cdk 006 Alergi Imunologi

PENGALAMANPRAKTEKTimbulnya shock setelah suntikan sewaktu praktek merupakan suatu hal yangsangat mencekam dan menakutkan untuk seorang dokter, baik yang baru lulusmaupun yang sudah kawakan.

Dibawah ini disajikan pengalaman seorang dokter ternama yang selama prakteknyatelah mengalami tak kurang dari 23 X shock penicillin. Oleh karena tak satupenderitapun meninggal akibat shock tersebut, kami menganggap bahwa cara-caranya untuk menanggulangi shock patut diperhatikan dan dapat diterapkanbila anda suatu saat harus menghadapi peristiwa tersebut dalam praktek. q

SHOCK PENICILLIN

LAPORAN KASUS

Dalam jangka waktu tujuh tahun praktck spesialis dermato-venereologi kami mengalami 23 kasus dengan shock penicillin.Sebelum praktek spesialis, pada praktek umum selama delapantahun kami hanya menjumpai 2 kasus saja dengan shockpenicillin. Para penderita pada praktek spesialis bcrasal darigolongan sosio-ekonomik menengah atau tinggi, sedangkanyang datang pada praktek umum rata-rata dari golongansosio-ekonomik rendah.

Duapuluhtiga kasus tersebut terdiri atas 22 orang dewasa(16 pria dan 6 wanita) dan seorang anak laki-laki berusia8 tahun. Mereka semuanya mendapat injeksi intra-muskulusPenicillin Procain-G in aqua untuk pelbagai penyakit kulitdan kelamin. Sebagian besar dari para penderita mempunyaipula penyakit alergik, seperti dermatitis atopica, asthma bron-chiale, dermatitis medicamcntosa dan dermatitis contacta.

Rata-rata shock nampak dalam waktu 15 menit atau kurangsesudah pemberian suntikan. Shock hampir selalu didahuluiperasaan pusing, bersin, sesak nafas dan gatal-gatal. Secaraobyektip terlihat kepucatan, 'asthma bronchiale like syn-drome' dan urticaria. Satu penderita muntah-berak sebelumpingsan. Pada semua penderita tensi turun.

Terapi yang diberi ialah pemberian injeksi subkutan Sol.Adrenalin 1/1000 sebanyak 0,5 - 1 ml. lni diberikan segera,bila perlu sewaktu penderita masih jatuh dilantai,sebab setiapdetik kelambatan dapat membahayakan. Penderita kemudiandibaringkan tanpa bantal, pakaian dikendorkan dan tensi di-ukur. Corticosteroid intra-muskulus diberikan, bila perludalam dosis tinggi. Bila penderita sudah membaik, diberikopi hangat dan diminta tetap rebah di kainar praktek selamasatu jam. Bila perlu dapat pula disuntik antihistaminicumintra-muskulus dan penderita diantar pulang kerumahnya.Penderita dipesan, agar segera memberi tahu, bila kemudianterjadi sesuatu. Surat keterangan, bahwa penderita hipersen-sitip terhadap penicillin diberikan, agar digunakan bila dike-mudian hari berobat pada dokter lain.

Dengan terapi tersebut ternyata semua penderita tertolong.

DISKUSI

Pada rcaksi segera ( 'anaphylactic immediate reaction')dari penicillin kita harus bertindak cepat dan agresip Setiapdetik yang terlambat dapat membahayakan jiwa penderita.

Bila suntikan penicillin diberi dipaha atau lengan atas,maka harus dipasang tourniquet proksimal dari tempat sun-tikan. Obat adrenergik misalnya sol. adrenalin 1/1000 disuntik0,5 - 1 mil. subkutan proksimal dari tempat pengikatantourniquet. Suntikan ini dapat diberikan secara berfraksi,tetapi harus diberi secepat-cepatnya sebab bersifat "life saving".

Sesudah itu disuntikkan pula corticosteroid atau ACTH intra-muskulus atau intravena, bila perlu dalam dosis tinggi.Bila ada alat, diberi pula preservasi pernafasan, agar adaoksigenisasi dan ventilasi yang cukup. Bila tensi sudah normalkembali dan keadaan umum baik, dapat pula diberi antihis-taminicum.

Dapat ditekankan disini, bahwa setiap dokter harus selalusedia sol. adrenalin dan corticosteroid pro injectionem dalamtas dokter/ kamar praktek. Pada tanda-tanda akan terjadinyashock anafilaktik harus disuntikkan dulu agens adrenergik dancorticosteroid, bukan antihistaminicum.

Antihistaminica dan corticosteroid mempunyai perananutama pada reaksi lambat ("delayed reaction") dari penicillin.

q

Dr. Suria Djuanda

Ahli Ilmu Penyakit Kulit Kelamin

Jakarta

34 Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976.

Page 28: Cdk 006 Alergi Imunologi

Catatan singkat

Hampir diseluruh dunia sikap lithotomi diang-gap sebagai sikap terbaik untuk melahirkan.Dr. CALDEYRO—BARCIA, presiden dari Inter-national Federation of Gynecologists and Ob-stetricians, melaporkan bahwa sikap lithotomitersebut, berdasarkan penelitian diberbagai tem-pat, ternyata justru merupakan sikap yang pa-ling merugikan baik bagi ibu maupun bagi bayiyang dikandungnya.Pada tahap-tahap awal dari proses kelahiran,seorang calon ibu dianjurkan untuk berdi-ri dan berjalan-jalan ; sedangkan pada saat-saatterakhir sikap jongkok adalah yang terbaik.Dalam sikap dcmikian itu pembukaan cervixakan maksimum, kontraksi rahim akan opti-mum baik dalam hal kekuatan maupun iramanya,dan sudut masuknya kepala bayi kedalam jalanlahir akan tepat ; Semua itu akan mengecilkanresiko pada bayi tersebut. q

J Legal Med 3 : 20, 1975.

~●

Ikatan ahli gizi Amerika (A.D.A.) menyatakanbahwa para olahragawan tidak memerlukan dietspesial yang tinggi protein. Hal ini didasarkanpada pertimbangan bahwa penggunaan/utilizationprotein tidak meningkat selama latihan, asalkanlemak dan karbohidrat dapat memberi cukupenersi. Kebutuhan akan kalori yang meningkatakibat latihan dapat dipenuhi dengan menambahjumlah makanan. Supplemen protein tak diperlu-kan. q

J Am Dietet A 66 : 279, 1975.

~●

Dilaporkan suatu kasus seorang bayi yang lahirtanpa ubun-ubun besar/depan. Ini diperkuat de-ngan pemeriksaan radiologik. Bayi tersebut beratbadannya 4,2 kg, panjang 53 cm dan lingkarankepalanya dalam batas normal, 36 cm. Tidak di-temukan tanda-tanda kenaikan tekanan intrak-ranial, craniosynostosis atau kelainan-kelainanlain. Bayi tersebut tumbuh dengan normal.Pemeriksaan fisik dan radiologik 1 tahun kemu-dian juga normal. Ini menunjukkan bahwa uku-ran ubun-ubun besar dalam keadaan normal da-pat sangat bervariasi. q

137 tahun telah lewat sejak C.G. EHRENBERG,ahli mikrobiologi dari Jerman, menyatakan bahwaflagel adalah alat yang dipergunakan untuk per-gerakan bakteri. Selama ini diperkirakan bahwaflagel tersebut bergerak seperti cambuk (dalamsatu bidang) atau seperti ikan. Penelitian yangdilakukan olch HOWARD C. BERG mengungkap-kan bahwa flagel tersebut ternyata kaku ('rigid ')dan berputar seperti baling-baling kapal. Untukberganti arah, maka bakteri akan memutarflagelnya pada arah yang berlawanan dengan arahsemula. q

ScientificAm233 (August ) :36—44, 1975.~●

Gigitan ular laut ditandai oleh : riwayat kontakdengan ular laut, tanda bekas gigitan ular dantak adanya rasa nyeri lokal. Tanpa pcngobatan,hanya 10 %, dari kasus yang meninggal. Biladiagnosa telah ditegakkan, tak perlu segera me-nyuntik dengan scrum—anti—racun—ular. Obser-vasi dulu selama 2 jam untuk melihat timbultidaknya gejala-gejala. q

Lancet i: 622, 1975.~●

Cara baru untuk menemukan calon-calon penderi-ta 'stroke ' ialah dengan CAROTID COMPRES-SION TONOGRAPHY. Dasarnya ialah kenyataanbahwa pcngurangan aliran darah A. carotis akanmenyebabkan penurunan tekanan intraokuleryang dapat diukur dengan tonografi. A. carotisdari penderita yang akan diperiksa ditekan se-lama 4 - 8 detik sambil melakukan tonografi.Tekanan intraokuler ini akan lebih cepat kembalikenilai normal pada orang normal dibandingkandengan penderita dengan sumbatan A. carotisyang ccnderung untuk mengalami'stroke'. q

Medical World News, December 20, 1974.~●

Painful—shoulder—syndrome merupakan kelainanyang sukar diobati. Kini dinyatakan bahwapengobatan dengan amitryptilin + Lithium karbo-nat memberi hasil yang lebih baik dari padapengobatan dengan fisioterapi. q

Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976. 3 5

Can Med Assoc J 111 : 137 ,1974.J Pediatr 87 : 490 , 1975.

Page 29: Cdk 006 Alergi Imunologi

Dapatkah saudara menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini ???

Untuk soal-soal No. 1—5 , hanya ada 1 jawaban yang benar.

1. Seorang pasien wanita, 60 tahun, masuk kerumah sakitdengan keluhan kepala sangat nyeri, bingung, mual danmuntah-muntah. Diketahui bahwa ia menderita tekanandarah tinggi selama beberapa tahun.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan : tensi 240/ 120. Fun-duskopi memperlihatkan papilledema, perdarahan, eksudatdan spasme fokal pada arteriol retina. Ditemukan jugahemiparesis ringan pada bagian kanan.

Diagnosis yang paling mungkin ialah :A. perdarahan intracerebral.B. neoplasma primer dalam otak.C. 'hypertensive encephalopathy'.D. infark iskemik pada otak.E. emboli pembuluh darah otak.

2. Kelainan manakah yang kemungkinan besar akan dite-mukan pada intoksikasi oleh parathion , suatu insektisidagolongan organofosfat?A. kelemahan otot akibat hambatan pada cholinesterase.B. kelemahan otot akibat efek seperti curareC. rigiditas otot & kejang otot/kram.D. kelemahan otot dan neuritis perifer.E. kelemahan otot dengan gambaran klinik serupa dengan

Amyotrophic Lateral Sclerosis.

3. Pada intoksikasi salisilat yang akut :A. pemberian Na—bikarbonat merupakan kontraindikasi karena

bahaya retensi Na.B. pemberian Na—bikarbonat merupakan kontraindikasi karena

penderita biasanya telah berada dalam keadaan alkalosis.C. usaha menaikkan pH plasma darah menjadi lebih alkalis akan

menekan ekskresi salisilat.D. membuat pH urin lebih alkalis akan meningkatkan ekskresi sa-

lisilat.E. pemberian garam-garam Na akan menaikkan kecepatanfiltrasi

salisilat sehingga dengan demikian ekskresinya meningkat.

4. Variabel terpenting yang mempengaruhi pengikatan Yo-dium radioaktip ('24—hour radioactive iodine uptake')pada orang yang euthyroid ialah :

A. usiaB. luas permukaan badanC. intake yodium sehari-hariD. kecepatan degradasi perifer dari hormon-hormon thyroid.E. ukuran besar kelenjar gondok.

5. Hepatoma dapat menunjukkan kelainan-kelainan beri-kut, kecuali :A. polycythemia.B. hypocholesterolemia.C. obstruksi vena cava inferior.D. hypoglycemia.E. trombosis vena porta.

Pada soal-soal No. 6—10, terdapat lebih dari 1 jawaban yang benar.

6. Pada penderita-penderita yang selama beberapa tahunmemakan fanasetin dalam jumlah besar (7—8 kg) akanditemui :

A. insidens kelainan faal ginjal akan meninggi.B. sering ditemukan nekrosis papil ginjal.C. sering ditemukan infiltrasi sel—bulat dan fibrosis pada paren-

chyme ginjal.D. pada biopsi kerap kali dijumpai glomerulonefritis proliferatip.

7. Air yang diminum dalam jumlah besar (berlebihan) akanmerupakan beban bagi tubuh (water—load). Ekskresi airtersebut akan terganggu pada keadaan-keadaan berikut :A. insufisiensi adrenal.B. cirrhosis portal dengan ascites.C. insufisiensi hipofisa bagian anterior.D. sindroma Cushing.

8. 'Glukose Tolerance' dapat terganggu pada penderita-penderita dengan :A. usia yang lanjut.B. kekurangan karbohidrat.C. obesitas.D. kontrasepsi oral dan diuretika golongan thiazide.

9. Kanamycine :A. efektip terhadap berbagai strain Mycobacterium tuberculosis.B. efektip terhadap sebagian besar strain Staphyllococcus aureus.C. aktivitasnya terutama bukan terhadap dinding sel bakteri.D. 'serum-half-life'nya menunjukkan hubungan linear dengan kon-

sentrasi kreatinin dalam serum, sehingga dosis yang sesuai dapatdiperhitungkan untuk berbagai tingkat insufisiensi ginjal.

10. Pernyataan mana yang benar untuk penyakit gout ?A. penyakit ini akibat overproduksi asam urat, ekskresi asam urat

menurun, atau akibat kedua-duanya.B. lebih sering ditemukan pada pria.C. sering berkaitan dengan batu ginjal.D. ekskresi asam amino dalam urin meningkat.

3 6 Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976. Jawaban-jawaban dapat dibaca pada halaman...........................46

Page 30: Cdk 006 Alergi Imunologi

ALERGI

ALERGI

KESEHATANLINGKUNGAN

ABSTRAK-ABSTRAKPENCEGAHAN PRURITUS OLEH OBAT—OBAT ANTIHISTAMIN

Telah dilakukan 'double-blind study' untuk menguji daya guna diphenhydramine-HCl, cyproheptadine, hydroxyzine dan plasebo terhadap pruritus yang diinduksikandengan histamin. Percobaan dilakukan pada 28 orang normal. Sebelum percobaan,dicari base-line yaitu jumlah histamin yang menyebabkan pruritus pada penyuntikanintradermal. 8 jam sebelum percobaan, obat yang akan diuji diberikan; kemudian 1jam sebelum percobaan, obat yang akan diuji tersebut diberikan sekali lagi, laluhistamin disuntikkan intradermal pada bagian voler lengan bawah dan dosis hista-min dinaikkan sedikit demi sedikit sampai didapatkan dosis yang menyebabkanpruritus.

Analisa dari hasil percobaan menunjukkan bahwa setelah pemberian cyprohepta-dine dan plasebo, jumlah histamin yang diperlukan untuk menghasilkan pruritusadalah 5 X jumlah histamin base-line. Untuk diphenhydramine, jumlah tersebutadalah 10 X lipat dan untuk hydroxyzine 750 X dibandingkan base-line.

Disimpulkan bahwa dari ketiga obat diatas, hydroxyzine adalah yang paling ber-manfaat dalam mencegah timbulnya pruritus akibat histamin. q

E.N.RHOADES R.B. et al, J Allergy Clin Immunol 55 : 180, 1975.

PENYAKIT ASPERGILOSIS BRONKOPULMONUM ALERGIK

Duapuluh delapan penderita dengan aspergiloma paru, diantaranya banyak yangmenderita alergik respiratorius, menjalani pemeriksaan secara klinik, alergik danserologik serta inhalasi Aspergillus fumigatus.

Hasilnya menunjukkan bahwa 90% penderita dengan aspergiloma dan aspergilosisbronkopulmonum alergik memperlihatkan reaksi test kulit tipe I.

Disamping ini, para penyelidik menganjurkan juga pemberian obat kortikosteroidsebagai pengobatan pada beberapa penderita tersebut, walaupun harus berhati-hatiterhadap infeksi bakteri. q

McCARTHY D.J. and PEPYS J. Clin Allergy 3: 57, 1973. A.T.

PENCEMARAN UDARA OLEH ASAP ROKOK

Diketahui bahwa kadar CoHb. dalam darah para peminum rokok meninggi.Bagaimanakah halnya bila anda sebagai seorang non-perokok berada didalam suaturuangan tertutup bersama-sama dengan orang yang sedang merokok ?

20 orang sukarelawan telah berdiam selama kurang lebih 78 menit didalam suaturuangan sebesar -/+ 43 m3 yang tertutup dan tak berventilasi. Asap rokok dihasilkanoleh pembakaran 80 batang sigaret dan 2 batang lisong.

Kadar rata-rata CoHb. dalam darah 12 sukarelawan non-perokok meningkat dari1,6 % hingga 2,6 %. Pada 6 sukarelawan yang merokok dan menghirup asapnya kadarCoHb. darah meningkat dari 5,9 % hingga 9,6 %.

Kenaikan kadar CoHb. darah pada perokok lisong yang menghirup asapnya kuranglebih sama dengan para perokok sigaret, sedangkan perokok lisong yang tidak meng-hirup asapnya kurang lebih sama dengan para non-perokok.

Dihitung bahwa kenaikan kadar CoHb. dalam darah pada non-perokok sama besarseperti bila mereka menghisap 1 sigaret secara aktip. q

RUSSEL M.A.H. et al, Lancet i: 570—579 , 1973. OLH

Cermin Dunia Kedokteran No. 6. 1976. 37

Page 31: Cdk 006 Alergi Imunologi

KARDIOLOGI

HEMATOLOGI

KOPI ATAU TEH ?

Telah ditemukan korelasi positip antara minum kopi dan serangan infark mio-kardium akut oleh The Boston Collaborative Surveillance Program.

Korelasi seperti diatas tak dapat ditemukan pada para peminum teh. Berdasarkantinggi kadar 3 jenis zat utama dengan khasiat farmakologik, dapat disusun tabelsebagai berikut :

CAFFEINE THEOPHYLLIN THEOBROMINE

Kopi +++ + +Teh + +++ +Cacao + + +++

Efek farmakologik untuk dosis yang ekivalen untuk tiap jenis minuman padaseorang sehat adalah sebagai berikut :

Stimulasi SSP& pernafasan

RELAKSASIOTOT POLOS DIURETIK DILATASI

A. coronariaSTIMULASIJANTUNG

Caffeine +++ + + + +

Theophyllin ++ +++ +++ +++ +++

Theobromine — ++ ++ ++ ++

Disimpulkan bahwa pada jantung seorang sehat, efek keseluruhannya adalahsebagai berikut :q Cacao : tak berbahaya atau sedikit menguntungkan.q Teh : sedikit menguntungkan.q Kopi : merugikan.Efek buruk dari kopi ini akan lebih besar pada orang-orang dengan penyempitanA. coronaria. q

RAJAPAKSA D.A , Lancet i: 313 – 314, 1973. OLH

MANFAAT MEROKOK

Tembakau merupakan musuh yang kejahatannya telah diakui oleh banyak orang,termasuk kaum pendukungnya, yaitu para perokok.

Meskipun demikian, ada juga keadaan-keadaan tertentu dimana merokok ternyatamenguntungkan bagi kesehatan !!Suatu penyelidikan mengenai faktor-faktor resiko dari ' trombosis vena dalam'sebagai komplikasi infark jantung, mengungkapkan hasil yang sangat mengejutkan:komplikasi trombosis tersebut jauh lebih banyak dijumpai pada non-perokok( 51 %) dibandingkan dengan kaum perokok ( 28 %). Penyelidikan lain bahkanmenemukan perbedaan yang lebih nyata ( 62% : 11% ).

Walaupun hal tersebut masih sukar diterangkan, implikasi praktisnya telah jelas :para non-perokok dapat digolongkan dalam 'high risk group' untuk mendapat' trombosis vena dalam' setelah serangan infark jantung, sehingga dengan demikianterapi antikoagulan patut dipertimbangkan.

Apakah kini giliran kaum perokok untuk tertawa ? Belum saatnya ! Diperkirakanbahwa pada non-perokok infark jantung dan ' trombosis vena dalam' terjadi akibatdasar kecenderungan darahnya untuk menggumpal ( 'clotting'), sehingga jelaslahbahwa infark jantung pada golongan ini sering disertai dengan komplikasi trombosis.Sebaliknya, pada kaum perokok, kedua hal tersebut merupakan akibat langsung darirokoknya q

SAMUEL VAISRUB, JAMA 233 : 1090, 1975. E.N.

3 8 Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976.

Page 32: Cdk 006 Alergi Imunologi

GIZI

PENYAKITMATA

UROLOGI

MENURUNKAN BERAT BADAN DENGAN MENCEGAH MULUT MEMBUKA

Telah dikenal banyak macam cara untuk menurunkan berat badan yang berlebih-lebihan, dari yang berpuasa total sampai membuang sebagian dari jejunum.

Ny. J. HORN dari Gibraltar, Michigan, USA telah meminta Dr. KLIEFF, se --orang ahli bedah mulut untuk mengikat dengan kawat kedua rahangnya sehinggamulut tak dapat dibuka dan hanya dapat dilalui oleh makanan cair. Ikatan kawatini baru dilepas setelah Ny. HORN menjadi lebih kurang 40 kg lebih ringan.Dr. KLIEFF berpendapat bahwa tindakan yang telah dilakukan dapat dibenarkanoleh karena nyonya tersebut sudah mencoba segala cara konvensionil tanpa hasil.

Sehubungan dengan ini oleh WAYNE STATE UNIVERSITY, Detroit, sedangdilakukan penelitian tentang akibat-akibat fisiologik yang mungkin timbul sebagaiakibat diet berupa cairan yang dipaksakan kepada orang-orang sehat. q

Medical World News 15 (6), February 8, 1974. OLH

MERAMALKAN NEURITIS RETROBULBAR

Dengan meningkatnya usaha pemberantasan penyakit TBC, akan meningkat jugapemakaian obat-obat anti-TBC.

Ethambutol merupakan salah satu obat anti-TBC yang makin banyak diperguna-kan. Oleh sebab itu wajar bila dimasa mendatang akan dijumpai efek samping dariobat ini, antara lain neuritis retrobulbar.

Penelitian oleh DERKA H. menunjukkan bahwa frekwensi neuritis retrobulbarakibat terapi jangka panjang dengan ethambutol meningkat sebanding dengan kenaik-an dosis. Ini terlihat dari penelitian retrospeksi pada 2007 kasus yang memakanobat tersebut dalam dosis antara 15 — 60 mg/kg BB.

Korelasi antara kenaikan frekwensi neuritis dan besarnya dosis dapat digambarkandengan grafik yang memenuhi persamaan: Y= — 23,2 + 1,1 X, dimana Y merupakanfrekwensi neuritis dan X dosis obat, dalam mg/kg BB. Jadi untuk dosis 20 mg/kg BBfrekwensinya + 0 %, untuk 25 mg/kg BB : 5 % dan untuk 30 mg/kg BB : 10 %.

Persamaan ini berguna untuk mengevaluasi 'neuritis risk' dan untuk memastikansuatu observasi klinik. q

E.N.DERKA H : Ophthalmologica 171 : 123 ,1975.

PENGHANCURAN BATU KALSIUM DALAM GINJAL DENGAN ALLOPURINOL

Batu-batu ginjal perlu dikeluarkan dengan jalan operasi bila dianggap membahaya-kan fungsi ginjal khususnya dan kesehatan penderita pada umumnya.

Sebelum operasi, umumnya telah dicoba berbagai cara pengobatan non-operatipbaik dengan obat-obat ilmu kedokteran barat maupun dengan obat tradisionil atauramu-ramuan lainnya. Ternyata cara-cara non-operatip tersebut kurang berhasil juga.

Oleh GERTNER, dari A.S., dilaporkan bahwa ia berhasil melenyapkan sebuahbatu ginjal yang besar dengan pengobatan secara non-operatip pada seorang wanitadengan gejala-gejala proteinuria & pyuria. Pada penderita tersebut diberikan allopuri-nol sebanyak 200 mg/hari selama lebih kurang setahun. Hilangnya batu tersebutdiperkuat dengan pemeriksaan ulangan dengan sinar X. q

GERTNER JJ , Lancet i ; 834 , 1973 OLH

Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976. 3 9

Page 33: Cdk 006 Alergi Imunologi

FERTILITASSTERILITAS

GASTROENTEROLOGI

CLOMIPHENE UNTUK PENGOBATAN KEMANDULAN PADA PRIA

Clomiphene citrate yang sudah banyak dipergunakan untuk menginduksi ovulasiternyata dapat juga memperbaiki kemandulan pada pria.

Telah dilakukan percobaan pengobatan selama 4 1/2 tahun dengan clomiphenecitrate pada penderita-penderita pria dengan ekskresi hormon-hormon gonadotrophin-yang normal-rendah, normal dan tinggi.Diantaranya terdapat:84 kasus dengan oligospermia: berat, 0 - 5 juta sperma/ml (45 orang)

sedang, 5 - 10 juta sperma/ml (20 orang)ringan, 10 - 20 juta sperma/ml (19 orang)

dan 17 kasus dengan azoospermia.Pengobatan diberikan sebagai berikut :

50 mg/hari selama 40 hari (69 orang)" 60 hari ( 6 orang)" 90 hari (26 orang)

Terdapat kemajuan pada :* 26 kasus dengan oligospermia berat dengan 8X kehamilan* 17 kasus dengan oligospermia sedang dengan 5X kehamilan* 16 kasus dengan oligospermia ringan dengan 6X kehamilan

Kemajuan ini bertahan selama satu tahun, jumlah sperma menurun lagi3 - 12 bulan setelah ini. Perbaikan dalam kwalitas cairan seminal mulai tampaksetelah pengobatan 60 hari.Pengobatan ini tidak memberi hasil pada penderita-penderita dengan azoospermia

Diperkirakan bahwa clomiphene mengurangi hambatan yang disebabkan oleh andro-gen endogen pada hypothalamus dengan akibat peningkatan pembuatan hormon-hormon gonadotrophin. q

B.S.SCHELLEN TM and BEEK JJ , Fertil Steril 25 : 407—409, 1974

TRANSFUSI LARUTAN GARAM FAALI DAN GLUKOSA UNTUKPERDARAHAN AKUT ULCUS PEPTICUM

Masalah pengelolaan penderita-penderita dengan perdarahan akut dari tractusgastrointestinal bagian atas, perdarahan dari ulcus pepticum misalnya, masih seringdiperdebatkan; antara lain masih menjadi pertanyaan larutan apakah yang terbaikuntuk penderita-penderita tersebut : darah segar, larutan koloid ataukah larutangaram isotonik + glukosa?. Untuk menguji mana yang terbaik, telah dilakukansuatu penelitian :

Selama 3 tahun, 72 orang penderita yang mengalami perdarahan akibat ulcuspepticum diberi transfusi larutan garam isotonik dan glukosa dalam jumlah yangsama ( 1 : 1 ). Hasilnya dibandingkan dengan 69 penderita yang diberi transfusidarah.

Transfusi tersebut segera diikuti dengan pembedahan yang mencakup hemostasis,vagotomi dan 'drainage'. Cara anestesi, cara operasi dan perawatan post-operasi pada -kedua golongan diusahakan agar kurang lebih sama.

Ternyata, selain dari anemia, golongan yang diberi transfusi larutan garam isoto-nik + glukosa menunjukkan komplikasi yang lebih sedikit, baik komplikasi segerasetelah operasi maupun komplikasi yang lanjut ('late'). Komplikasi yang berupaicterus, phlebitis, 'pigment-overload' dan hepatitis tidak dijumpai dalam golongan-tersebut. Pada golongan ini memang dijumpai anemia yang berat dan akut, akantetapi ternyata itu tidak merupakan masalah yang khusus, dalam 3-4 bulan setelahpembedahan nilai-nilai laboratorium pemeriksaan hematologi mereka telah normalkembali. Transfusi darah dianjurkan hanya bila Hb. turun sampai 5 gr %; eritrositmencapai 1,2 juta / mm 3 dan hematokrit 10%.

Disimpulkan bahwa bila pembedahan dapat segera dilakukan, transfusi darahsebaiknya tidak diberikan, cukup diberikan larutan garam isotonik + glukosa yangjauh lebih murah dan lebih mudah didapat. q

ENALEXIU O. et al , Anaesthesia 30 : 609—615 ,1975.

40 Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976.

Page 34: Cdk 006 Alergi Imunologi

KELUARGABERENCANA

KESEHATANMASYARAKAT

OBAT KONTRASEPTIP ORAL UNTUK PRIA

Terdapat kemungkinan besar bahwa dalam waktu 5 tahun akan beredar pil kon-traseptip untuk para bapak. Dr. C. ALVIN PAULSEN dari Univ. of Washington,School of Medicine, Seattle, USA melaporkan hasil penelitiannya selama 1 tahunatas 95 orang pria sukarelawan berumur antara 19 - 35 tahun, yang diberi campurandanazol - testosteron.

Para sukarelawan dibagi dalam 6 golongan yang masing-masing diberi :gol. 1 : plasebo danazol + 25 mg methyl testosteron /harigol. 2 : 600 mg danazol + 10 mg methyl testosteron /harigol. 3 : 600 mg danazol + 25 mg methyl testosteron /harigol. 4 : plasebo danazol /hari + 200 mg testosteron enanthate/bulangol. 5 : 400 mg danazol /hari + 200 mg " /bulangol. 6 : 600 mg danazol /hari + 200 mg " /bulanPenelitian dimulai dengan pengamatan-pengamatan/pengukuran-pengukuran selama -3 bulan sebelum pemberian obat sebagai kontrol dan diikuti dengan 6 bulan pem-berian obat untuk disusul dengan 3 bulan sebagai follow-up.

Dianggap bahwa pengobatan tersebut berhasil bila selama pemberian campuranobat tadi jumlah sperma menurun hingga kurang dari 5 juta/cc. Jumlah ini dianggapjumlah minimum untuk dapat membuahi ovum.Hasil adalah sebagai berikut. gol. 1 : 0 dari 15 orang

gol. 2 : 3 dari 16 oranggol. 3 : 4 dari 16 oranggol. 4 : 0 dari 12 oranggol. 5 : 8 dari 12 oranggol. 6 : 11 dari 13 orang

Selama memakan obat beberapa orang dari gol. 2 dan 3 mengalami sedikit penurunanlibido sedangkan tak seorangpun dari gol. 5 dan 6 mengalami kemunduran kemam-puan sexuil. Tak ada efek dampingan lain dan kesuburan akan pulih kembali dalamwaktu 5 bulan. q

American Medical News, May 6, 1974 OLH

FLUORIDASI

Banyak program fluoridasi (menambahkan fluoride dalam air minum) telahdilakukan, beberapa diantaranya sejak tahun 1945, dan dinilai sebagai berhasildalam mengurangi atau mencegah caries dentis.

Diambil kesimpulan bahwa air minum yang mengandung fluoride pada kadaroptimum (yaitu 0,7 - 1,2 ppm, tergantung keadaan setempat), dapat digunakanseumur hidup. Baru timbul efek samping yang menyeluruh bila sejumlah besarfluoride (8—20 mg per hari) diminum selama jangka waktu 10—20 tahun.'Mottling' pada email gigi karena fluoride dilaporkan terjadi bila kadar fluoridedalam air minum melampaui 1,4 - 1,6 ppm.

Penyelidikan tsb. telah memastikan bahwa tidak terjadi efek samping apapun(pada ginjal, kelenjar tiroid, faal alat reproduksi, pertumbuhan, darah, urine,alat pendengaran, reaksi alergi) pada pemakaian air minum yang mengandung fluoridedalam kadar yang optimum. Juga terdapat data-data bahwa sejumlah fluorideyang cukup dapat menolong dalam mencegah atau mengurangi penyakit tulangseperti osteoporosis, terutama pada orang lanjut usia.

American Medical Association sekarang menilai bahwa program fluoridasi meru-pakan cara kesehatan masyarakat yang paling efektip dan praktis untuk mengurangiatau mencegah caries dentis. Bila tidak mungkin untuk melakukan fluoridasi,harus diusahakan cara lain untuk memberikan fluoride , dalam jumlah yang cukup.qFLETCHER DC , JAMA ,231 : 1167 , 1975. PUR

*) ppm = part per million= mg. per liter.

42 Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976.

Page 35: Cdk 006 Alergi Imunologi

UNIVERSITARIAPada tanggal 22 — 24 Januari 1 9 76 yang lalu telah diselenggarakan

SEMINAR KANKER NASIONAI. I di Jakarta. Seminar tersebut didahuluioleh pameran mengenai kanker yang telah mendapat banyak perhatian darimasyarakat urnum. Pengunjung pameran tersebut bahkan diberi kesempatanuntuk memeriksakan diri secara gratis terhadap kanker payu dara dan kankerrahim

Untuk mengetahui lebih lanjut hal-hal yang berhubungan dengan Seminartersebut, CDK telah mewawancarai dr. SUDARTO PRINGGOUTOMO selakuketua dari panitia Seminar tersebut. Dibawah ini disajikan wawancara tersebutyang selain memuat hal-hal yang berhubungan dengan Seminar itu, /ugamemuat wawancara mengenai masalah-masalah kanker umumnya, dan masalahkanker di Indonesia khususnya.

dr. Sudarto Pringgoutomo

CDK : Bertalian dengan Seminar Kan-ker Nasional yang baru lalu,

kami ingin menanyakan apakah tujuandari Seminar tersebut dan apa yangdiharapkan dari padanya ?

DR. SUDARTO : Sebelum berbicara ten-tang 'tujuan', saya ki-

ra ada baiknya kita bicarakan dulutentang 'mengapa' Seminar tersebut di-adakan. Seperti kita ketahui, ini adalahSeminar Kanker Nasional yang pertama,jadi sebelumnya belum pernah diada-kan; oleh sebab itu kita mengadakanseminar itu pasti ada sebabnya. Perta-ma : sekarang ini sebetulnya dipihakswasta sudah ada 7 yayasan kankerdipulau Jawa : di Surabaya, Malang,Yogya, Solo, Semarang, Bandung danJakarta. Diluar Jawa yang sedang dalampembentukan, di Medan. Mereka sudahada dan sudah bergerak ; malahan yangdi Jakarta sudah ada sejak tahun 1962.Lalu pada tahun 1974, bulan Mei, te-patnya tgl. 31 yayasan-yayasan yangada itu berkumpul dan dalam rapatyang diadakan di Surabaya, dibentuklahBadan Koordinasi Yayasan, YayasanKanker Indonesia. Ini merupakan Badankoordinasi yang tugasnya sebetulnyamengkoordinasi kegiatan-kegiatan yangada. Ini sudah berusia 1 tahun lebih te-tapi keadaannya, mati tidak, hiduppunjuga tidak. Kedua : bahwa perhatianmasyarakat pada masalah kanker itukelihatan makin meningkat. Kalau kitabaca majalah-majalah keluarga/wanitaseperti Femina, Kartini, Mutiara dsb,terihat bahwa masalah kanker banyakdibicarakan. Majalah Kartini misalnya,memuat satu serial kisah seorang pende-rita kanker. Disurat-surat kabar -demi-kian juga. Dikalangan sarjana masalahkanker juga banyak dibicarakan dalamkonggres-konggres. Dalam bulan Juniyang lalu dalam konggres ahli-ahli THTAsia & Pasifik di Denpasar dibahas jugamasalah kanker. Lalu ada konggresahlipatologi di Bandung bulan Agustus yll.Kemudian Asian Cancer Conference diSingapura. Lalu bulan Oktober yll.konggres ahli bedah - juga membahasini. Oleh karena itu kita anggap'timing'nya sudah tepat dan masyarakat sudahdihangatkan oleh masalah kanker - De-mikianlah maka dalam bulan Januari

Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976. 43

Page 36: Cdk 006 Alergi Imunologi

ini kita adakan Seminar Kanker Na-sional.

Kemudian tentang tujuannya, sesuaidengan tema yang kita ambil yaitu:konsolidasi organisasi penanggulanganpenyakit kanker di Indonesia. Kita inginmencoba mengkonsolidasikan usaha-usa-ha yang sudah ada dan selain itu supayadari pihak pemerintah ada suatu pedo-man atau pengarahan. Yang memprakar-sai Seminar adalah Unit Kanker RSCM

bekerja sama dengan Badan Penelitiandan Pengembangan Kesehatan Departe-men Kesehatan.

CDK : Bagaimana tentang peserta Se-minar, dari mana saja merekadatang ?

DR. SUDARTO : Sampai ditutup, jum-lah semua peserta ada-

lah 170 orang. Mereka datang hampirdari seluruh penjuru Indonesia, dariMedan, Balige, Padang, Palembang, Ban-jarmasin, Pakan Baru, Tomohon, UjungPandarig, Denpasar dan kota-kota laindi Jawa maupun diluar Jawa, dimanaada rumah-rumah sakit yang cukup be-sar. Peserta dari luar negeri tidak ada,kecuali Prof. VINK, ahli bedah dariLeiden yang kebetulan ada di Indonesiaini. Memang kita tidak mengundangtamu-tamu dari luar negeri karena mak-sud kita adalah membenahi rumah tang-ga sendiri dulu. Mungkin nanti dalamSeminar kedua yang kita rencanakan2 tahun lagi, akan kita undang pesertadari luar negeri.

CDK : Bagaimana tentang hasil Semi-nar tersebut ? Apakah cukupmemuaskan ?

DR. SUDARTO : Ya. Seperti yang kitainginkan, Seminar te-

lah berhasil membentuk YAYASANKANKER NASIONAL INDONESIA ,dalam bahasa Inggrisnya ' NATIONALCANCER FOUNDATION OF INDO-NESIA ' . Yayasan-yayasan kanker yangtelah ada akan bergabung dengan Yaya-san ini. Ini merupakan suatu 'achieve-ment ' yang cukup besar. Ketuanya be-lum dipilih, tetapi telah ditetapkan Pa-nitia Persiapan Pendirian Yayasan Kan-ker Nasional ini yang harus menyusunAnggaran Dasar, Anggaran Rumah Tang-ga dan personalianya serta mengurusakte notarisnya dsb. Kalau Yayasan ini

sudah terbentuk, maka nanti BadanKoordinasi Yayasan-Yayasan Kanker di-bubarkan. Ketujuh Yayasan yang adaberjalan terus sebagai cabang dari Yaya-san ini.

C D K: Dapatkah dokter menerangkan,sebenarnya masalah kanker diIndonesia itu bagaimana ?

DR. SUDARTO : Sebenarnya penyakitkanker bukan penya-

kit yang baru. Dulu pada jaman Belan-da, sebelum perang, di Bandung telahada suatu Institut, yaitu NederlandsIndische Kanker Institut ; penyelidikan-penyelidikan kanker telah dilakukan di-sana. Tetapi kemudian perang pecahdan institut itu terlantar. Jadi sudahsejak dulu kanker menjadi bahan perha-tian di Indonesia. Sekarang seperti kitaketahui, ekonomi kita makin baik, tarafhidup rakyat juga makin baik, makaseperti dikatakan oleh Prof. DRADJAD(Dirjen Pelayanan Kesehatan) dalamprasarannya, ' life-span' orang Indonesiabertambah panjang. Ini berarti golongantua akan makin besar jumlahnya. Pada-hal kanker sebetulnya penyakit padausia lanjut atau terbanyak dijumpai da-lam usia lanjut. Jadi kalau golonganpenduduk yang mencapai usia lanjutitu bertambah, sedang penyakit infeksi

makin berkurang, maka penyakit kankerakan makin banyak dan makin seringdijumpai. Masalah ini dinegara-negarayang telah maju sudah menjadi penye-bab kematian nomor 2 setelah penyakitjantung dan pembuluh darah. Di Singa-pura saja sudah mencapai nomor 2.Di Indonesia pada Pelita I kanker ma -sih menempati urutan penyebab kema-tian ke 12 atau ke 13, tetapi sekarangsudah meningkat menjadi yang keenamatau ketujuh (dirumah-rumah sakit).

CDK : Sampai dimanakah taraf diag-nosa dan pengobatan penyakit

kanker di Indonesia ? Apakah ketingga-lan dalam kwalitas atau kwantitas ?Sebab saya dengar alat-alat disini sudahmoderen

DR. SUDARTO : Dalam soal diagnostik,rumah-sakit besar se-

perti RSCM ini peralatannya sudah leng-kap. Untuk kanker alat pencernaan mi-salnya telah banyak dilakukan endosko-pi, sehingga kita telah bisa mendiagno-sis kanker lambung yang baru mulai,kanker usus yang baru mulai dsb. Da-lam diagnostik, yang sangat- pentingyaitu radiologi, alat-alat endoskopi danlaboratorium patologi anatomi. Dalamhal ini kita sudah cukup maju.

CURRICULUM VITAE

Nama : SUDARTO PRINGGOUTOMO

Tanggal lahir : 19 Mei 1930

2 Mei 1959 : Lulus sebagai dokter dari F K U I

1959 - 1960 : Tugas belajar di lapangan patologi pada

Univ. of California, Medical Center, San

Francisco, Calif. USA.

1961 : mendapat brevet ahli patologi

1962 - 1964 : Anggota sub-committee Gaographical Patho-

logy Pacific Area, U.I.C.C. ( InternationalUnion Against Cancer ).

September1965 : Mengikuti Special Graduate Course on Can-

cer for Physicians from the Far East andOceania di USA.

1965- 1975 : Sekretaris Lembaga Raearch Kanker Nasio-

nal Dep. Kes.R.I.1966- 1967 : Tugas belajar di lapangan kanker di Antoni

van Leeuwenhoek-huis, Nederland Kankerlnstituut, Amsterdam.

1968 - 1970 : Ketua lDl cabang Jakarta.1968

sekarang : Kepala Bagian Research FKUI

1970- 1972 : Wakil Ketua Umum Pengurus Besar IDI

1972- 1974 : Ketua Umum PB IDI.

1971 - 1973 : Pembantu khusus Dekan bidang Adm./Keu.

1973-

sekarang : Direktur Administrasi R.S. dr. Cipto Ma-ngunkusumo, Jakarta.

1973 -ration of Organizations for Cancer Researchand Control.

1973-sekarang : Anggota International Association for Com-

perative Research on Leukemia and Related

Diseases

Nopember1975 - seka-

rang : Ketua Team Kanker RSCM

Kagiatan lain dibidang kanker

April 1962 : mewakili lndonesia dalam The First Con-ference on the Biology of Cutaneous Cancerdi Philadelphia, U.S.A.

1966 : peserta 7th Conference of the BritishAssociation for Cancer Research di Nattingham,England.

April 1967 : peserta 2nd International Symposium onthe Biological CharaMerisation of Human

Tumom di Roma, ltaly.

1968 : peserta 6th National Cancer Conferencedi Denver, Cal., U.S.A.

1973 : peserta VIth lnternational Symposium on

Comparative Research on Leukemia andRelated Diseases di Nagoya, Japan.

September1973 : Peserta the First Asian Cancer Conference

Shima & Tokyo, Japan.

Oktober 1974 : peserta XIth International Cancer CongrasFlorence, ltaly.

September1975 : peserta 2 nd Asian Cancer Conference Singa-

pore.

Januari 1976 Ketua Seminar Kanker Nasional I, Jakarta.

44 Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976.

Anggota Executive Committee, Asian Fede-

Page 37: Cdk 006 Alergi Imunologi

Dalam masalah terapi, telah diterap-kan metode-metode yang baru. Sepertikita ketahui, terapi untuk kanker yangterbaik masih cara operasi, dan penyina-ran dengan Cobalt, Cesium dsb. Alat-alat untuk ini sudah ada. Obat-obatkhemoterapi juga sudah tersedia di In-donesia seperti Bleomycin dsb., tetapiharga yang tinggi masih menjadi peng-halang. Tiap ampul obat itu harganyapuluhan ribu rupiah.

CDK : Bagaimana pandangan dokterpribadi terhadap pengobatan

dengan cara-cara tradisionil seperti de-ngan singkong, jamu, akupunktur dsb.Apakah bidang-bidang tersebut menurutdokter mempunyai potensi yang cukupbesar untuk lebih diperdalam lagi ?

DR. SUDARTO : Secara pribadi, sayamenganggap bahwa

pengobatan tradisionil seperti dengansingkong, jamu-jamuan, dan dulu per-nah dengan benalu teh, sebenarnya be-lum bisa dibuktikan bahwa itu bisadipakai dalam pengobatan kanker. Sebe-lum diperdagangkan, obat-obat khemo-terapeutika yang ada sekarang ini telahdiselidiki selama bertahun-tahun untukmengetahui cara bekerjanya, rumus ki-mianya, efek sampingnya dsb. Sebagaicontoh, obat Adriamycin yang akanmasuk di Indonesia ini, sebelum diaju-kan dikonggres kanker internasional,telah mengalami penelitian selama 7

tahun baru bisa dilempar dipasaran se-bagai obat yang diperdagangkan dalambentuk cairan suntikan.Mengenai singkong, yang akhir-akhir iniramai dibicarakan, secara ilmiah sebe-narnya belum dapat dibuktikan bahwaini dapat dipakai sebagai cara pengobat-an ; artinya sebagai obat yang setaradengan obat-obat untuk kanker yangtelah ada dipasaran sekarang ini. Tetapiterhadap kemungkinannya, apa mung-kin bermanfaat atau tidak, ya bisasaja diselidiki.Singkong misalnya mengandung banyakalkaloid. Apakah alkaloid ini bennan-faat dan alkaloid mana yang tidak ber-manfaat perlu diselidiki. Sebagai contohadalah obat vinblastin/vincristin. Ini ber-asal dari Vinca rosea atau daun tapakdara, alkaloidnya ada beberapa puluhmacam, akan tetapi yang dapat dipakaiuntuk pengobatan leukemia & jenis -

jenis kanker lain hanya sedikit, antaralain vincristin dan vinblastin. Itu harusdiisolasi, kemudian diselidiki dengan le-bih mendalam dengan binatang perco-baan, clinical trials, dsb. baru dapatdiakui sebagai obat untuk kanker.Ini memakan beaya yang bukan mainbesarnya. Jadi untuk sementara sayakira perkembangan riset dibidang inimasih akan menemui banyak kesulitan.Setahu saya jamu-jamu kita belum adayang dapat dipakai untuk mengobatikanker.

CDK : Akhir-akhir ini saya mendengarbahwa imunologi makin men-

dapat tempat yang lebih luas dalampenanggulangan kanker

DR. SUDARTO : Sekarang memang ten-densinya para sarjana

mencari jalan dibidang imunologi ini.Ada jenis-jenis kanker tertentu yangsecara imunologi dapat sembuh sendirimisalnya Choriocarcinoma yang duluoleh Prof. Sutomo disebut sebagai mem-punyai sifat 'self destruction ' . Di Eropadan Amerika telah dimulai apa yangdisebut imunoterapi, antara lain terha-dap malignant melanoma.

CDK : Nanti, seandainya YayasanKanker Nasional itu sudah ber-

jalan, tindakan-tindakan apa yang akandilakukan dalam bidang pencegahan pe-nyakit kanker ?

DR. SUDARTO : Memang mencegah le-bih baik daripada

mengobati, dan semboyan ini berlakujuga untuk kanker. Kanker kalau barudimulai, kemungkinan penyembuhan-nya bisa 100%. Berbeda dengan penya-kit lain, kanker tidak dimulai denganrasa nyeri dsb., maka biasanya pasiendatang dalam stadium yang sudah lanjut,sudah terlambat dan tidak bisa disem-buhkan lagi. Oleh karena itu yayasankanker swasta mempunyai tugas mem-berikan penerangan kepada masyarakat(public education) agar pasien tidakterlambat datang berobat. Pameran yangkita adakan bersamaan dengan Seminaritu juga dalam rangka public-educationitu. Masyarakat harus diberi penerangantentang kanker, sebab sekarang ini kalaumendengar perkataan kanker, merekaseakan-akan mendengar vonnis mati,padahal tidak demikian.

CDK : Sehubungan dengan pendidi-kan pada masyarakat, dalam

hal kanker paru paru, apakah tidakdapat diterapkan disini apa-apa yangtelah dilakukan dibeberapa negara lainseperti mengharuskan ditulisnya peri-ngatan "ROKOK BERBAHAYA BAGIKESEHATAN" pada setiap bungkus ro-kok ?

DR. SUDARTO : Memang ini salah satuusaha pencegahan.

Tentu saja paling baik tidak merokok.Dari statistik di Eropa dan Amerikatelah dibuktikan bahwa peristiwa kan-ker paru-paru itu naik akibat pemakaianrokok sigaret. Dikatakan bahwa padaujung sigaret yang terbakar, suhunyasampai lebih dari 100° C dan di-ujung inilah terbentuk ter (tar). Kitatahu hidrokarbon polisiklik ini memangsifatnya karsinogenik. Akan tetapi peru-bahan akibat merokok ini tidak terjadidalam seminggu dua minggu, setahunatau dua tahun, tetapi dalam belasanatau puluhan tahun. Sekarang misalnyaseorang yang berusia 20 tahun mulaimerokok dan ia menjadi heavy-smoker,sehari merokok 2-3 bungkus; maka pa-danya akan terdapat risiko yang lebihbesar untuk mendapat kanker paru-parupada usia 20 ditambah 15 atau 20 ta-hun, yaitu sekitar 40 tahun. Karenaselang waktunya sekian lama, secarapsikologik sukarlah seseorang menerimakenyataan bahwa yang menyebabkankankernya adalah merokok yang telahdilakukannya selama belasan tahun.Jadi antara sebab dan akibat terdapatselang waktu yang lama. Ini menyulit-kan. Ada juga yang membantah bahwaitu tidak apa-apa, buktinya Churchillbanyak merokok, tetapi ia dapat hidupsampai tua tanpa menderita kanker.

Harus diingat juga bahwa kerentananterhadap kanker dipengaruhi juga olehspesies dan ras. Dinegeri kita belumterbukti bahwa kanker paru-paru berhu-bungan dengan merokok. Ini justru me-rupakan tantangan bagi kita untuk me-ngumpulkan data-data mengenai ini, apabetul apa tidak.

Sebetulnya merokok itu tidak hanyaberbahaya karena menyebabkan kanker,tetapi terutama juga menyebabkan pe-nyakit jantung dan pembuluh darah.Banyak kasus-kasus yang meninggalmendadak karena penyakit jantung. Bila

Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976. 45

Page 38: Cdk 006 Alergi Imunologi

Kron: THE MANAGEMENT OF PATIENTCARE Rp. 2.450,-; Hirsh: BUSINESS MA-NAGEMENT OF A MEDICAL PRACTICERp. 6.700,-; Wilson: TEXTBOOK OF ME-DICINAL & PHARMACEUTICAL CHEMIS-TRY Rp. 9.450,-; Blakeborough: BIOCHE-MICAL & BIOLOGICAL ENGINEERINGSCIENCE VOL. 1. & 2 Rp. 29.400,-; Hill:PRINCIPLE OF MEDICAL STATISTIC Rp.2.000,-; Holborrow: AN ABC OF MODERNIMMUNOLOGY Rp. 1.200,-; Carter: ANABC OF MEDICAL GENETICS Rp. 1.200,-Catt: AN ABC OF ENDOCRINOLOGYRp. 1.600,-; Brander: VETERINARY AP-PLIED PHARMACOLOGY & THERAPEU-TICS Rp. 2.900,-; Cyriax: TEXTBOOK OFORTHOPAEDIC MEDICINE Rp. 20.000,-Hirsh: THE EDUCATION OF EDWARDKENNEDY Rp. 3.000,-; Gligoric: THEWORLD CHESS CHAMPIONSHIP Rp.2.500,-; Gullain: THE JAPANESE CHA-LENGE Rp. 2.500,-; Reingold: A WO-MAN'S DUIDE TO THE CARE & FEED-ING OF AN AUTOMOBILE Rp. 750,-;Kim: CHINESE ZODIAC Rp. 600,-; ToeflTEST 1975—76 Rp. 4.200,-; Hill: KNOW -ING & DRAWING TREES Rp. 1.300,-;Hill: DRAWING & PAINTING FLOWERSRp. 1.300,-; Hill: DRAWING & PAINTINGFACES & FIGURES Rp. 1.300,-; Hill:DRAWING & PAINTING ARCHITEC-TURE IN LANSCAPE Rp. 1.300,-; Hill :SKETCHING AND PAINTING OUT OFDOORS Rp. 1.300,-; Cinotti: THE NA-TIONAL GALLERY OF ART OF WA-SHINGTON & ITS PAINTINGS 1975 Rp.4.900,-; Anzil: THE NATIONAL GAL-LERY OF LONDON & ITS PAINTINGS1974 Rp. 4.900,-; Lecaldano: THE RIJKS-MUSEUM OF AMSTERDAM & ITS PAINT-INGS 1973 Rp. 4.900,-Rutgers: ENCYCLOPEDIA AVICULTUREVOL I Rp. 12.800,-; VOL II Rp. 15.200,-;Hoeher: BIRDS' EGGS AND NESTINGHABITATS Rp. 2.550,-; Lynch: CANA-RIES IN COLOUR Rp. 2.000,-; Campbell:BIRDS IN COLOUR Rp. 2.800,-; Rutgers:THE HANDBOOK OF FOREIGN BIRDSIN COLOUR VOL. I Rp. 2.550,-; VOL IIRp. 2.550,-; Allen: HOW TO RAISE &TRAIN PIGEONS Rp. 3.360,-; Williams:THE FOX TERRIER Rp. 3.225,-; Smythe:THE BREEDING AND REARING OFDOGS Rp. 3.875,-; Schneider: DOGS OFTHE WORLD Rp. 8.125,-; Frankling:PRACTICAL DOG BREEDING AND GE-NETICS Rp. 3.875,-; Todd: THE POPU -LAR WHIPPET Rp. 3.225,-; Smythe: THEPRIVATE LIFE OF THE DOG Rp. 3.250,-Sheldon: BREEDING FROM YOURPOODLE Rp. 1.275,-; Sheldon: POODLESRp. 1.275,-; Sheldon: CLIPPING YOURPOODLE Rp. 1.275,-; Graham: THEMATING AND WHELPING OF DOGS Rp.3.225,-; Daglish: CARE AND TRAININGOF YOUR PUPPY Rp. 1.275,-; Migliorini:YORKSHIRE TERRIERS Rp. 1.275,-:Herbert: SHETLAND SHEEPDOGS Rp.1.275,-; Dangerfield: YOU AND YOURDOG Rp. 950,-; Stone: CLIPPING ANDGROOMING YOUR TERRIER Rp. 3.875, -

ditelusur kembali, sering ditemukanbahwa ia adalah seorang heavy-smokerSaya sendiri tidak merokok.

Tentang larangan merokok ini sulitdilakukan karena di Amerika sendiripemerintah tidak melarang merokok,tapi hanya memberi peringatan bahwamerokok itu merugikan bagi kesehatan.Sekarang terserah pada sipemakai apa-kah ia mau dirugikan atau tidak. Yangdapat dilakukan ialah paling-palingme-larang pemasangan iklan di TV. Larang-an merokok diruang kuliah yang berAC, diruang konperensi, digedung bios-kop dsb.

CDK : Khusus untuk dokter-dokterapakah tidak dapat dibuat la-

rangan merokok, sedikitnya larangandirumah sakit atau ditempat praktek,karena beberapa ahli psikologi mengata-kan bahwa contoh perbuatan adalahalat pendidikan yang terbaik.

DR. SUDARTO : Ini sulit, karena dok-ter-dokter banyak

yang merokok. Saya sendiri pernah me-lihat dirumah sakit kanker di Amster-dam, disitu tertulis larangan merokok,tetapi justru dibagian radiologinya dok-ter-dokternya banyak yang merokok.Peraturannya ada tetapi sulit dilaksana-kan. Sebenarnya ini karena merokokitu merupakan kenikmatan juga, jadiuntuk menghilangkannya diperlukan pe-ngorbanan.

Disamping itu secara ekonomis, nega-ra kita adalah pengekspor tembakaudan cukai yang didapat dari tembakauini besar juga. Dengan sendirinya larang-an merokok akan menurunkan pengha-silan negara.Jadi dapat diajukan bukti-bukti bahwamerokok itu merugikan kesehatan, teta-pi semua terserah pada manusianyasendiri.

CDK : Adakah pengalaman dokteryang menarik dalam kasus-ka-sus kanker, seperti penyembuh-an spontan dsb ?

DR. SUDARTO : Sebenarnya tidak ada.Hanya saja dari kasus-

kasus kanker saya melihat suatu halyaitu bahwa sering keinginan seseoranguntuk hidup lebih lama itu besar seka-li. Saya pernah melihat seorang pende -

rita kanker dimuka yang matanya sudahtinggal satu dan mukanya sudah cacadsemua, -tapi ia tetap ingin hidup. Sayajuga pernah melihat kasus yang menga-lami hemipelvektomi yaitu pemotongandari separuh panggul. Dapat dibayang-kan bagaimana keadaannya. Tetapi iatetap hidup. Dengan sendirinya ini men-jadi kebanggaan dokter yang merawat-nya.

Seorang tetangga dibelakang tempatpraktek saya menderita kanker payudara. Ketika baru mulai sudah sayaanjurkan untuk dioperasi, tapi ia tidakmau. Diobatinya sendiri dengan kom-pres, jamu jamuan dsb. Tentu saja kan-kernya tidak sembuh dan makin meluas.Tetapi saya menghargai keuletannya un-tuk menahan penderitaannya. Akhirnyadia meninggal juga.

CDK : Adakah pesan-pesan dari dok-ter yang dapat saya sampaikanpada semua pembaca CDK ?

DR. SUDARTO : Saya hanya ingin agarmasyarakat lebih ba-

nyak memberi sokongan pada penderita-penderita kanker dengan membuka'dompet-dompet sokongan' dalam maja-lah dan surat kabar. Masyarakat kita,terutama golongan yang mampu, sayalihat masih sedikit sekali yang beramal ,padahal uangnya sudah berlebih-lebihan.Sulitnya, dalam beramal, seseorang itu,diakui, atau tidak, pasti mempunyaimotivasi tertentu, dan kalau iatidakmelihat hasilnya tentu ia seganmemberi.Kesulitan lain ialah bahwa orang seganmenjadi donator karena takut dikejar-kejar oleh petugas pajak. Misalnya se-orang donator bersedia memberi uang1000.000,- rupiah, dan petugas pajakmendengamya, pasti si donator akandiselidiki penghasilannya.

Jawaban-jawabanRuang Penyegar dan

Penambah llmu Kedokteran

1. ( C) 6. (A B C )2. (A) 7. (A B C )3. (D) 8. (A B C D)4. (C) 9. (A B C D)5. ( B) 10. (ABC)

46 Cermin Dunia Kedokteran No. 6, 1976.