CBD dr Inu SP KJ.doc

download CBD dr Inu SP KJ.doc

of 21

Transcript of CBD dr Inu SP KJ.doc

Case Based DiscussionKasus Psikotik

Oleh :

Angra Hendra B.Agung Priyo A.

Cep Iwan

Febrian Naranggi A.

Rosiana

Supervisor :dr. H. Inu Wicaksana, Sp.KJ, M.KesILMU KEDOKTERAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNGSEMARANG

2015

BAB ISTATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama

: Tn. KUmur

: 30 tahunJenis Kelamin

: Laki-lakiAgama

: Islam Alamat

: Dusun Wungu Desa blongkeng, MagelangPekerjaan

: PetaniPendidikan

: SDSuku

: JawaStatus Perkawinan

: Belum menikahTanggal MRS

: 13 Mei 2015II. RIWAYAT PSIKIATRI

Alloanamnesis diperoleh dari : Identitas12

Nama

Umur

Jenis Kelamin

Alamat Agama

PendidikanPekerjaan

Hubungan dengan pasien

Sifat perkenalanTn. S35 tahun

Laki-lakiMagelangIslam

SDTaniKakak KandungAkrabNy. S65 tahun

PerempuanMagelang

Islam

SD

IRTIbu KandungAkrab

A. Sebab dibawa ke Rumah Sakit

Pasien mencoba untuk bunuh diri.B. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang dipaksa oleh keluarganya karena pasien mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri sejak 1 hari SMRS. Pasien sudah dua kali mencoba melakukan bunuh diri namun digagalkan oleh keluarganya. Pasien melakukan hal tersebut karena pasien merasa ada bisikan yang memerintahnya untuk bunuh diri. Pasien merasa bahwa hanya pasien yang dapat mendengar bisikan dan hampir setiap hari mendengar bisikan tersebut pada saat pasien terdiam. Pasien juga merasa bisa melihat sosok berjubah putih kemudian sosok tersebut memasuki pikirannya, sehingga pasien merasa semua hal yang dilakukan pasien itu adalah kendali dari sosok tersebut.Menurut informasi dari keluarga, pasien sering berbicara sendiri, tertawa sendiri, marah marah tanpa sebab yang jelas. Pasien pernah mengancam dan melempari kursi ke tetangganya karena pasien berfikir tetangganya tersebut ingin mencelakai pasien. Pasien juga sulit untuk memulai tidur sehingga pasien sering tidur larut malam.

Keluhan tersebut membuat pasien berhenti bekerja dan sering berdiam diri di rumah. Dalam keseharian pasien hanya mau makan dan mandi ketika disuruh oleh keluarganya dan terkadang dipaksa.Pasien pernah dirawat di RSJ dua kali dengan keluhan serupa pada tahun 2013 dan 2014. Pasien tidak mengkonsumsi obat sejak 2 bulan SMRS.C. Riwayat Penyakit Dahulu1. PsikiatriSakit saat ini merupakan sakit pertama dan mondok ketiga.2. Medis umum

Tidak didapatkan riwayat penyakit medis yang bermakna mendahului atau berhubungan dengan gangguan mental saat ini (tidak ada riwayat kejang, trauma kepala, dan penurunan kesadaran).3. Penyalahgunaan zat Pasien merupakan perokok aktif sejak usia 15 tahun. Tidak didapatkan riwayat konsumsi alkohol dan NAPZA.III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

A. Masa Prenatal dan Perinatal

Pasien merupakan anak keempat dari empat bersaudara, dilahirkan di Magelang, pada tahun 1985. Kehamilan direncanakan dan ibu merasa bahagia dengan kehamilannya. Kelahiran pasien saat itu ditolong oleh dukun, persalinan normal, dan keadaan bayi setelah lahir langsung menangis kuat. Tidak ada informasi yang valid tentang masa kehamilan dan berat badan bayi saat lahir. B. Masa Kanak Awal (sampai usia 3 tahun)

Sejak kecil, pasien diasuh oleh ayah dan ibu kandung, serta kakak kandung pasien. Pasien diberi ASI oleh ibunya selama 2 tahun. Perkembangan pasien mulai dari tengkurap, duduk, merangkak dan berjalan, berbicara sama dengan anak pada umumnya. Pasien tidak pernah sakit yang sampai menyebabkannya harus di rawat inap di rumah sakit. Toilet training dimulai sejak pasien berumur 14 bulan dan pasien tidak mengompol lagi saat umur pasien 3 tahun. C. Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)

Pasien masuk sekolah dasar pada umur 7 tahun, lulus pada umur 13 tahun dan tidak melanjutkan sekolahnya karena faktor ekonomi. Pasien dapat bergaul dengan teman-temannya, baik di lingkungan tempat tinggalnya maupun di sekolah. Tidak ada riwayat temper tantrum, menggigit kuku, mencabut rambut, atau hiperaktif. Prestasi akademik pasien tergolong cukup baik dan tidak pernah tinggal kelas hingga lulus SD.D. Masa Kanak Akhir dan Remaja (11-18 tahun)

Perkembangan pasien seperti anak pada umumnya dan dapat berinteraksi dengan teman seusianya. Pasien lebih dekat kakak kakaknya karena orang tua pasien sibuk bertani. Menurut orang tua, pasien sejak kecil pemalu, pendiam, dan lebih sering menyimpan permasalahannya sendiri (cenderung tertutup). E. Masa Dewasa

1. Riwayat Pendidikan

Pasien pertama kali bersekolah sejak umur 7 tahun di SD dan pendidikan terakhir pasien adalah SD. Saat lulus SD, pasien tidak melanjutkan ke SMP dikarenakan terkendala masalah biaya.2. Riwayat Pekerjaan

Pasien bekerja sebagai petani dan sering membantu orang tuanya. Pasien bekerja dari pagi hingga sore dan mendapat upah tiga puluh ribu rupiah. 3. Riwayat Keagamaan

Pasien dan keluarga beragama Islam sejak kecil. Nilai-nilai keagaamaan diajarkan ibu dan kakak pasien. Pasien sejak kecil taat dalam beribadah dan sering mengikuti pengajian di TPA lingkungan rumahnya. Namun sejak pasien sakit, pasien tidak mau sholat.4. Riwayat Perkawinan

Pasien belum menikah tapi pesien mempunyai keinginan untuk nikah.5. Riwayat Militer

Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer.6. Riwayat Hukum

Pasien tidak pernah berurusan dengan hukum.7. Aktivitas SosialSebelum sakit pasien sering mengikuti kegiatan sosial di kampungnya mulai dari kerja bakti, pengajian dan kegiatan olah raga bersama pemuda kampung.8. Situasi Hidup Sekarang

Pasien tinggal bersama orang tua dan kakaknya (anak ke 3).

F. Riwayat Psikoseksual

Saat masih kanak-kanak, pasien lebih senang bermain dengan teman laki-laki sebaya. Pasien sejak kecil dididik sebagai anak laki-laki, memakai pakaian laki-laki, dan bermain permainan anak laki-laki. Tidak diperoleh informasi umur pertama kali pasien mimpi basah. G. Riwayat KeluargaTidak terdapat riwayat gangguan jiwa pada keluarga pasien.

= laki-laki= perempuan

= pasien

= meninggalH. Impian, Fantasi dan Nilai-nilai

Pasien ingin kembali bekerja sehingga bisa membantu keluarganya mencari nafkah dan membangun rumah.I. Taraf Kepercayaan Auto dan Alloanamnesis Secara keseluruhan dapat dipercayaIV. STATUS MENTAL ( Mei 2015)

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Tampak laki-laki kesan tidak sesuai usianya, postur tubuh sedang, rawat diri cukup.2. Perilaku dan aktivitas psikomotor :Selama pemeriksaan berlangsung, pasien dapat duduk tenang, normoaktif, kontak mata cukup

3. Sikap terhadap pemeriksa :

Kooperatif, perhatian terhadap pemeriksa cukupB. Mood dan Afek

1. Mood: Elasi2. Afek: Inappropriate, tumpulC. Pembicaraan

Pasien berbicara dengan intonasi dan volume suara cukup, artikulasi jelas.D. Pikiran 1. Bentuk pikir: Non realistik2. Progresi pikir: koheren, terkadang irrelevan 3. Isi pikir

: Thought of insertion, Thought of broadcasting, waham kejar, delusion of control, waham magic-mysticE. Gangguan Persepsi

Halusinasi auditorik, Halusinasi visualF. Kesadaran dan Kognisi1. Kesadaran : compos mentis2. Orientasi

a. waktu: baik

b. tempat: baik

c. orang: baikd. situasi: baik3. Daya ingat

a. jangka segera

: baik

b. jangka pendek

: baik

c. jangka sedang

: baik

d. jangka panjang: baik

4. Konsentrasi

: kurang

5. Perhatian

: mudah ditarik mudah dicantum

6. Pikiran abstrak

: kurang7. Kemampuan visuospasial: baik

8. Intelegensi dan daya informasi : baik

9. Kemampuan membaca dan menulis : baikG. Pengendalian Impuls : baikH. Tilikan Diri (Insight) : derajat 3V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A. Status Internus

Keadaan umum : baik, compos mentis

Tanda vital :

Tekanan darah

: 120/70 mmHg

Denyut nadi : 84 x/menit

Frekuensi pernapasan : 18 x / menit

Suhu

: 36,7C Skala nyeri

: 0

Kepala

Mata

: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Tenggorokan: tidak ditemukan kelainan

Leher

: kelenjar getah bening tak teraba

Thoraks

Jantung: BJ S I-S II teratur, murmur (-). Gallop (-)

Paru-paru: simetris, sonor, suara napas vesikuler normal

Abdomen

: peristaltik (+) normal, supel, nyeri tekan

epigastrium tidak ada, hepar dan lien tidak teraba

Ektremitas

: tidak ada edema, akral hangat

Kesan

: tidak ada kelainanB. Status Neurologis

1. Glasgow Coma Scale: E 4 M 6 V 5 = 152. Sikap tubuh

: dalam batas normal

3. Cara Berjalan

: dalam batas normal

4. Reflek fisiologis

: dalam batas normal

5. Reflek patologis

: tidak ada6. Sensorik: dalam batas normal

7. Motorik

SuperiorInferior

Gerak

+/+

+/+

Kekuatan

5 / 5

5 / 5

Tonus

Normal Normal

Kesan : Tidak ada kelainanVI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNASeorang laki-laki, usia 30 tahun, suku Jawa, bangsa Indonesia, agama Islam, belum menikah, anak ke-4 dari 4 bersaudara, pendidikan SD lulus, tidak bekerja, tinggal di Magelang, masuk RS karena mencoba untuk bunuh diri.Pasien merasa mendengar bisikan dan hampir setiap hari mendengar bisikan. Pasien juga merasa bisa melihat sosok berjubah putih kemudian sosok tersebut memasuki pikirannya dan mngendalikan pasien. Pasien sering berbicara sendiri, tertawa sendiri, marah marah tanpa sebab yang jelas. Pasien pernah mengancam dan melempari kursi ke tetangganya karena pasien berfikir tetangganya tersebut ingin mencelakai pasien. Pasien sulit tidur. Pasien berhenti bekerja dan sering berdiam diri di rumah. Pasien makan dan mandi ketika dipaksa oleh keluarganya. Pasien pernah dirawat di RSJ dua kali dengan keluhan serupa. Pasien pernah tidak mengkonsumsi obat sejak 2 bulan SMRS.

Rawat diri pasien cukup, afek inappropriate dan tumpul, non realistik, mood elasi, thought of insertion, thought of broadcasting, waham kejar, delusion of control, waham magic-mystic, halusinasi auditorik, halusinasi visual, terkadang irrelevan, insight derajat 3.VII. DIAGNOSIS BANDING

1. Skizofrenia Paranoid (F20.0)2. Gangguan Waham (F22.0)VIII. FORMULASI DIAGNOSTIK (Menurut PPDGJ-III)

Pada pasien ini ditemukan gejala perilaku dan psikologis yang secara klinis bermakna dan menimbulkan penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam kehidupan sehari-hari, fungsi pekerjaan dan psikososial, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa. Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, anamnesis dan berbagai pemeriksaan fisik dan psikiatris yang dilakukan, belum didapatkan gangguan medis umum yang secara fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita saat ini, sehingga untuk menyingkirkan gangguan mental organik pada pasien ini diperlukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut. Pada pasien ini didapatkan sindrom psikotik berupa gangguan isi pikir, gangguan insight, hendaya berat dalam menilai realita, terdapat pula penurunan fungsi peran.Pada pasien ini didapatkan sindrom skizofrenia, non realistik, thought of insertion, thought of broadcasting, waham kejar, delusion of control, waham magic-mystic, halusinasi auditorik, halusinasi visual,.Pedoman diagnostik Skizofrenia menurut PPDGJ III

Pedoman diagnostik Pada pasien

a. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut yang amat jelas (atau 2 gejala atau lebih bila kurang jelas) :

1) thought of echo, thougt of insertion or withdrawal, thought of broadcasting

2) delusion of control, delusion of influence, delusion of passivity, delusion perception

3) halusinasi auditorikTerpenuhi

b. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus jelas :

4) Halusinasi yang menetap5) Arus pikiran yang terputus atau mengalami sisipan yang berakibat inkoherensi, pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme6) Perilaku katatonik7) Gejala-gejala negative seperti apatis, bicara yang jarang, respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosialTerpenuhi

c. Adanya gejala-gejala tersebut telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih.Terpenuhi

d. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku, bermanisfestasi sebagai hilangnya minat, hidup tidak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri dan penarikan diri secara socialTerpenuhi

Skizofrenia Paranoid (F20.3)

Pedoman diagnostik menurut PPDGJ III Pada Pasien

a.Memenuhi kriteria umum untuk diagnostik skizofreniaTerpenuhi

b.Sebagai tambahan : Halusinasi dan / waham harus menonjol ;

a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberikan perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk herbal berupa bunyi peluit, mendengung, atau bunyi tawa;

b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tapi jarang menonjol;

c. Waham dapat berupa hampir setiap jenistetapi waham dikendalikan, dipengaruhi, passivity, dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas.

Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan pembicaraan, sertagejala katatonik secara relatif tidak nyata / tidak menonjol.Terpenuhi

Untuk diagnosis axis III tidak ada diagnosis karena pada pasien tidak didapatkan keluhan-keluhan fisik serta dari pemeriksaan fisik maupun penunjang tidak didapatkan kelainan.

Faktor-faktor psikososial yang dihadapi pasien saat ini adalah masalah ekonomi, dan masalah yang berkaitan dengan lingkungan sosial, dan masalah ketidakpatuhan minum obat yang dapat dicatat sebagai diagnosis axis IV.

Pada aksis V, GAF (Global Assesment of Functioning) Scale pada saat masuk dinilai 20-11 karena bahaya mencederai diri atau orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri. GAF satu tahun terakhir adalah 60-51, gejala sedang dengan disabilitas sedang.IX. FORMULASI PSIKODINAMIKFormulasi psikodinamika melibatkan banyak elemen (bio-psiko-sosial) yang harus disusun secara sistematik dan terintegrasi agar dapat menghasilkan analisis dan interpretasi secara dinamis agar dapat menjelaskan manifestasi gambaran klinis pasien. Berdasarkan teori psikodinamika, dikenal lima macam stresor yang mendasari terbentuknya suatu psikopatologi gangguan jiwa, yaitu: 1) Kehilangan sumber kesenangan; 2) Kehilangan sumber kehidupan; 3) Peningkatan dorongan seks atau agresifitas; 4) Peningkatan perasaan bersalah/berdosa; dan 5) Penurunan fungsi adaptasi. Psikopatologi gangguan jiwa terjadi apabila terdapat faktor predisposisi dan faktor presipitasi yang dialami oleh seseorang. Faktor predisposisi terdiri dari faktor konstitusi dan parenting (pola asuh). Berdasarkan prinsip epigenetik dari teori perkembangan Erik Erickson, bahwa karakteristik berkembang di atas karakterisktik lain dalam ruang dan waktu. Hal tersebut berarti bahwa suatu individu berkembang berdasarkan masa perkembangan sebelumnya. Apabila resolusi tidak berhasil, maka stadium selanjutnya mencerminkan kegagalan tersebut. Kegagalan resolusi ditunjukkan dalam bentuk ketidakmampuan menyesuaikan diri (maladjustment) secara fisik, kognitif, sosial atau emosional.

Tahapan perkembangan psikososial menurut Erik Erikson pertama adalah basic trust vs mis-trust (lahir usia 1 tahun). Hambatan perkembangan pada fase ini menyebabkan hambatan dalam perkembangan fase berikutnya. Sebagaimana diketahui, pasien merupakan anak laki-laki yang telah lama didambakan oleh keluarga. Ibu dan kakak kandung pasien(yang menjadi objek cinta pertama bayi serta sumber pemuasan rasa lapar dan kesenangan) berlebihan dalam memberikan ASI (hingga pasien berumur 3 tahun) . Hal ini menyebabkan fiksasi pada fase oral. Hambatan pada fase ini ditunjukkan pasien dengan adanya gejala perasaan kegagalan dan rapuh dalam menghadapi stresor kehidupan. Selain itu, kondisi ibu yang cemas selama hamil pasien dapat menimbulkan kerentanan pada pasien. Hal tersebut sesuai dengan teori Freud yang menyatakan adanya gangguan dalam hubungan ibu-anak pada fase oral yang mempredisposisi kerentanan untuk terjadinya gangguan jiwa berat. Pada fase autonomy vs shame and doubt (usia 1 3 tahun), ibu dan kakak pasien yang over protective dalam mengasuh dapat membuat pasien gagal dalam mengembangkan rasa otonomi/kemandirian. Kegagalan pada fase ini dapat muncul kegelisahan, ketakutan dan kehilangan rasa percaya diri. Fase berikutnya adalah initiative vs guilty (usia 3 6 tahun), pada fase ini ibu dan kakak pasien terlalu cemas sehingga selalu menemani pasien saat tahap awal bersekolah dan cenderung menuruti kemauan pasien. Rasio antara inisiatif dan rasa bersalah harus lebih condong ke kualitas sintonik, yaitu inisiatif. Inisiatif yang tidak terkendali menyebabkan kekacauan dan kurangnya prinsip moral. Apabila rasa bersalah lebih dominan, anak bisa menjadi bermoral terpaksa dan cenderung terkekang.Tahap perkembangan psikososial selanjutnya adalah tahap industry vs inferiority (usia 6 tahun 11 tahun). Pada tahap ini, individu masuk ke dalam tahap kesungguhan, kemauan untuk menghasilkan suatu karya atau menyelesaikan tugas, sehingga akan timbul rasa kenikmatan berkompetisi dan kebanggaan. Kegagalan pada fase ini menimbulkan perasaan tidak adekuat dan perasaan rendah diri. Adapun pada fase ini pasien cenderung malu untuk berinteraksi yang dimungkinkan karena kondisi ekonomi keluarga pasien.

Tahap perkembangan berikutnya adalah identity vs role diffusion (11 tahun 18 tahun). Pada usia ini pasien masuk dalam tahap perkembangan pencarian identitas diri. Pada fase ini, pasien sering mengalami konflik dan perilaku tidak menyenangkan dari ayahnya yang membuat pasien kehilangan sumber kesenangan. Kondisi yang demikian dapat menimbulkan potensi kebingungan identitas yang muncul akibat dari penyangkalan identitas masa kanak. Hal ini dapat menyebabkan kelemahan ego yang menyebabkan penyesuaian patologis pada pasien ini dalam menghadapi stresor kehidupan.Gangguan jiwa yang diderita sejak usia muda menurunkan proses adaptasi pasien dalam menghadapi stressornya. Adapun mekanisme pertahanan diri represi yang digunakan oleh pasien sangat mungkin didasari oleh proses perkembangan pembelajaran yang dialami pasien sejak masih dalam kandungan dan adanya fiksasi pada fase awal kehidupan. Freud memandang psikotik sebagai respon regresif terhadap frustasi dan konflik seseorang di dalam lingkungannya. Adanya stressor yang dialami pasien ini menimbulkan frustasi yang akan meningkatkan agresifitas yang menimbulkan ketegangan dan kecemasan sehingga mengancam disintegrasi fungsi ego pasien yang mengakibatkan kepribadian dikuasai fungsi primer yang tidak mengenal batas ruang dan waktu. Dalam hal ini terjadi regresi subtotal atau hampir secara keseluruhan dari faktor kehidupan meliputi kognisi, afektif, sosial dan psikomotor ke fase oral yang sangat rendah sebagai fase permulaan kehidupan. Regresi ini memunculkan konflik dari alam bawah sadar ke daerah sadar sehingga fungsi peran, sosial dan kognisi pasien yang dulunya sebagai seorang yang dewasa kembali seperti anak dimana realitas internal sama dengan eksternal dengan tujuan menciptakan lingkungan dan tanggung jawab yang lebih sederhana. Hal ini membuat hubungan interpersonal dan ekspresi emosi pasien menjadi terganggu, sehingga tidak bisa lagi membedakan dirinya dan orang lain di sekitarnya.X. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL ( Menurut PPDGJ III ) :

AXIS I : Skizofrenia Paranoid (F20.0)AXIS II : Tidak ada diagnosis (Z03.2)AXIS III: Tidak ada diagnosisAXIS IV : Masalah ekonomi

Masalah yang berkaitan dengan lingkungan sosial

Masalah ketidak patuhan minum obat

AXIS V : GAF scale MRS 20-11 GAF scale terbaik 1 tahun terakhir 60-51XI. PROGNOSIS Dubia ad malamPremorbid: Riwayat gangguan serupa dalam keluarga ( tidak ada: baik

Status perkawinan ( belum menikah: baik

Dukungan keluarga ( mendukung: baik

Status ekonomi ( kurang: jelek

Stressor saat kambuh ( ketidak patuhan minum obat: jelek

Kepribadian premorbid: baikMorbid:Onset usia ( pertengahan: baik

Jenis penyakit ( skizofrenia: jelek

Perjalanan penyakit ( kronis: jelek

Penyakit organik ( tidak ada: baik

Respon terapi ( lambat: jelek

Kepatuhan minum obat ( kurang: jelek

Hal-hal yang meringankan : Tidak ada riwayat gangguan jiwa pada keluarga pasien Tidak ada penyakit organik Dukungan keluarga baikHal-hal yang memberatkan : Terdapat gejala psikotik, jenis gangguan skizofrenia Sosial ekonomi kurang, tidak mempunyai pekerjaan, dan penghasilan tetap Kepatuhan minum obat kurang Daya tilik diri pasien jelek Onset gangguan sejak usiapertengahanXII. DAFTAR MASALAH A. Organobiologik Peningkatan dopamin dan serotoninB. Psikologis Ekspresi emosi pasien tergangguC. Lingkungan dan Sosial Ekonomi Tidak memiliki penghasilan tetap Lingkungan sosial Masalah status ekonomi keluarga yang kurang D.Spiritual Kurang taat menjalankan agama, jarang beribadahXIII. RENCANA PENATALAKSANAAN A. Psikofarmaka : haloperidol 5 mg tiap 12 jam per oralB. Psikoterapi

Terapi psikoedukasi pasien dan keluarga :

Terapi ini melibatkan pasien dan anggota keluarga pasien. Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang gangguan mental yang diderita oleh pasien. Melibatkan keluarga pasien untuk mengenali gejala-gejala kekambuhan, faktor pencetus kekambuhan, memberikan ekspresi emosi positif kepada pasien, serta mendukung dalam program terapi jangka panjang, baik dengan obat maupun melibatkan kembali pasien ke dalam aktivitas. Tujuan psikoedukasi adalah menurunkan rata-rata kekambuhan dan rawat inap, memperbaiki fungsi, meningkatkan pengetahuan deteksi dini kekambuhan, meningkatkan kepatuhan pengobatan, dan mencegah perilaku menyakiti diri sendiri ataupun lingkungan.

Terapi suportif :Terapi suportif diberikan dengan tujuan agar pasien memiliki kepercayaan diri dan mau meningkatkan kemampuan untuk menjalani kehidupannya, mendapat dukungan untuk sembuh.

. XIV. DISKUSI

Terapi utama pada kasus ini adalah antipsikostik, dimana dalam pemilihannya perlu mempertimbangkan gejala psikotik yang dominan, efek samping obat, harga obat dan ketersediaan sesuai dengan pertimbangan antara cost and benefit-nya. Terapi psikofarmakologi pada kasus ini adalah antipsikotik, dan dalam pemilihannya perlu mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan, efek samping obat, harga dan ketersediaan obat. . Oleh karena ada gejala positif (waham dan halusinasi) yang menonjol pada pasien ini, maka lebih dipertimbangkan untuk mempergunakan pilihan obat anti-psikotik tipikal, yaitu Haloperidol. Sindrom psikosis terjadi berkaitan dengan aktivitas neurotransmiter Dopamin yang meningkat (hiperaktivitas sistem dopaminergik sentral). Mekanisme kerja obat anti-psikosis tipikal adalah memblokade Dopamin pada reseptor paska sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamin D2 reseptor antagonis), sehingga efektif untuk gejala POSITIF. Sedangkan obat anti-psikosis yang baru (atipikal) disamping berafinitas terhadap Dopamine D2 receptors juga terhadap Serotonin 5-HT2 receptor (Serotonin-dopamine antagonis), sehingga bisa menstabilkan dopamin terutama pada jalur mesokorteks sehingga efektif juga untuk gejala NEGATIF. Efek samping yang perlu diwaspadai pada pemakaian obat-obat anti-psikosis, terutama golongan tipikal adalah terjadinya efek ekstrapiramidal akibat terblokadenya D2 di jalur nigrostriatal. . Selain itu, pemilihan Haloperidol juga mempertimbangkan ketersediaan obat ini dalam paket BPJS/JKN. Dengan demikian, diharapkan kepatuhan pasien untuk meminum obat dapat meningkat sehingga kualitas hidup pasien dapat lebih baik ke depannya. GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT

Gejala

Waktu Fungsi

Peran

Dokumentasi Home Visit

Masalah yang ditemukan saat Home Visit1. Masalah ekonomi

2. Masalah lingkungan sosialDAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI, 1993, PEDOMAN DAN PENGGOLONGAN DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA, Edisi 3, Jakarta.

2. Maramis,W.F. 1994, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga Unversity Press, Surabaya

3. Sadock, B.J., Sadock,V.A., 2009, Comprehensive TextBook of Psychiatry, 9th edition, Lippincott Williams& Wilkins, Philadelphia

4. Stahl S. M., 2013, Essential Psychopharmacology Neuroscientific Basis and Practical Applications, 4th edition, Cambridge University Press, Edinburgh Building, Cambridge5. Stahl SM, 2005. Essential Psychopharmacology, The Prescribers Guide., Cambridge University Press, Australia

2015

2014

2013

17