CBA Kelompok 7
-
Upload
rifky-setya-harwin -
Category
Documents
-
view
158 -
download
2
Transcript of CBA Kelompok 7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis manfaat dan biaya digunakan untuk mengevaluasi
penggunaan sumber ekonomi agar sumber yang tersedia tersebut dapat
digunakan secara efisien. Sebuah perusahaan mempunyai banyak program
atau proyek yang harus dilaksanakan sedangkan sumber biaya yang ada
sangat terbatas. Dengan analisis ini perusahaan menjamin penggunaan
sumber-sumber ekonomi yang efisien dengan memilih program-program
yang memenuhi kriteria efisiensi. Analisis manfaat dan biaya merupakan alat
bantu untuk membuat keputusan yang terbaik dengan mempertimbangkan
kesejahteraan masyarakat. Analisis manfaat dan biaya ini hanya
menitikberatkan pada efisiensi penggunaan faktor produksi tanpa
mempertimbangkan masalah lain seperti distribusi, stabilisasi ekonomi dan
sebagainya. Analisis ini hanya menentukan program dari segi efisiensi
sedangkan pemilihan pelaksanaan program berada di tangan pemegang
kekuasaan eksekutif dan juga dalam memilih dan mempertimbangkan faktor
lain.
Analisis biaya dan manfaat dalam sebuah perusahaan memanglah
sangat penting guna mengantisipasi penggunaan sumber daya yang langka
agar dapat dimanfaatkan secara efisien dengan menggunakan analisis biaya
dan manfaat setidaknya perusahaan dapat menentukan program-program
yang terbaik untuk perusaanya dan juga sekaligus dapat digunakan untuk
menentukan perencanaan-perencanaan kedepan dalam perusahaan tersebut
1
karena dalam menentukkan sebuah kebijakan dalam perusahaan perlu adanya
pertimbangan yang matang dimana dengan mempertimbangkan segala
sesuatunya dengan baik maka resiko dalam perusaan dapat sedikit
dikendalikan dan sumber ekonomi yang ada tidak akan terbuang sia-sia.
sehingga produktifitas perusahaan akan terganggu dan dapat terus bergerak
maju maka dari itu bagaimana melakukan analisis biaya dan manfaat dalam
sebuah perusahaan sangatlah penting dan mengetahui peranan analisis biaya
dan manfaat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Cost Benefit Analysis?
2. Apa tujuan dilakukan Cost Benefit Analysis?
3. Apa manfaat dari Cost Benefit Analysis?
4. Bagaimana langkah-langkah Cost Benefit Analysis?
5. Bagaimana aplikasi Cost Benefit Analysis?
1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian Cost Benefit Analysis?
2. Memahami tujuan Cost Benefit Analysis?
3. Memahami manfaat dari Cost Benefit Analysis?
4. Memahami langkah-langkah Cost Benefit Analysis?
5. Memahami aplikasi Cost Benefit Analysis?
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian CBA (Cost Benefit Analysis)
Cost Benefit Analysis atau Benefit-Cost Analysis merupakan metode
yang umum digunakan pada proses evaluasi manajemen. Tidak menutup
kemungkinan juga analisis ini digunakan dalam tahap perencanaan. Analisis
ini digunakan untuk menilai beberapa alternatif sumber daya maupun
program yang memiliki manfaat lebih besar atau lebih baik dari alternatif
lainnya.
Cost Benefit Analysis adalah tipe analisis yang mengukur biaya dan
manfaat suatu intervensi dengan beberapa ukuran moneter dan pengaruhnya
terhadap hasil perawatan kesehatan. Tipe analisis ini sangat cocok untuk
alokasi beberapa bahan jika keuntungan ditinjau dari perspektif masyarakat.
Analisis ini sangat bermanfaat pada kondisi antara manfaat dan biaya mudah
dikonversi ke dalam bentuk rupiah (Orion, 1997).
Pengertian Cost Benefit Analysis menurut beberapa ahli adalah
sebagai berikut:
a. Menurut Siegel dan Shimp (1994), Cost Benefit Analysis merupakan cara
untuk menemukan alas an dalam menentukan biaya pengambilan
alternatif dari pengukuran hasil yang menguntungkan dari alternative
tersebut. Analisis ini telah dipakai secara luas dalam hubungannya
dengan proyek pengeluaran modal.
3
b. Vogenberg (2001) mendefinisikan Cost Benefit Analysis sebagai tipe
analisisyang mengukur biaya dan manfaat suatu intervensi dengan
beberapa ukuran moneter. CBA merupakan tipe penelitian
farmakoekonomi yang komprehensif dan sulit dilakukan karena
mengkonversi benefit atau manfaat ke dalam nilai uang.
c. Menurut Schniedrjans, et. al. (2004), Cost Benefit Analysis adalah suatu
teknik untuk menganalisis biaya dan manfaat yang melibatkan estimasi
dan mengevaluasi dari manfaat yang terkait dengan alternatif tindakan
yang akan dilakukan.
d. Menurut Keen (2003), Cost benefit Analysis merupakan analisis bisnis
untuk memberikan gambaran kenapa harus memilih atau tidak memilih
spesifikasi dari suatu investasi.
Analisis manfaat-biaya merupakan analisis yang digunakan untuk
mengetahui besaran keuntungan atau kerugian serta kelayakan suatu proyek.
Dalam perhitungannya, analisis ini memperhitungkan biaya serta manfaat
yang akan diperoleh dari pelaksanaan suatu program atau proyek. Dalam
analisis cost-benefit, perhitungan manfaat serta biaya ini merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Analisis ini mempunyai banyak bidang penerapan. Salah satu bidang
penerapan yang umum menggunakan rasio ini adalah dalam bidang
investasi. Sesuai dengan makna tekstualnya yaitu cost-benefit (manfaat-
biaya) maka analisis ini mempunyai penekanan dalam perhitungan tingkat
keuntungan atau kerugian suatu program atau suatu rencana dengan
4
mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan serta manfaat yang akan
dicapai.
Penerapan analisis ini banyak digunakan oleh para investor dalam
upaya mengembangkan bisnisnya. Terkait dengan hal ini maka analisis
manfaatdan biaya dlaam pengembangan investasi hanya didasarkan pada
rasio tingkat keuntungan dan biaya yang akan dikeluarkan atau dalam kata
lain penekanan yang digunakan adalah pada rasio finansial atau keuangan.
Dibandingkan dengan penerapannya dalam bidang investasi,
penerapan analisis cost-benefit telah banyak mengalami perkembangan.
Salah satu perkembangan analaisis cost benefit antara lain yaitu
penerapannya dalam bidang pengembangan ekonomi. Dalam bidang
ekonomi, analisis ini umum digunakan pemerintah untuk menentukan
kelayakan pengembangan suatu peroyek.
Jadi, Cost Benefit Analysis (CBA) adalah suatu proses sistematis
yang digunakan untuk menghitung serta membandingkan biaya dan manfaat
dari suatu proyek, keputusan maupun kebijakan pemerintah. CBA
mengukur biaya dan manfaat dengan menggunakan beberapa ukuran
moneter dan berguna untuk memilih alternatif terbaik atau mengevaluasi
alternatif dan intervensi yang sudah diterapkan.
2.2 Tujuan CBA (Cost Benefit Analysis)
Menurut Dunn (2003) tujuan analisis CBA adalah:
a. Untuk merekomendasikan dan menganjurkan suatu kebijakan dengan
cara menghitung total biaya dalam bentuk uang dan keuntungan dalam
bentuk uang.
5
b. Digunakan untuk menganalisis kelayakan/ efisiensi suatu proyek.
c. Dapat digunakan untuk mengukur redistribusi manfaat.
d. Analisis biaya manfaat dalam pengitungan biaya maupun manfaat diukur
dengan mata uang sebagai unit nilai, sehingga memudahkan efisiensi.
Dengan penghitungan total biaya dalam bentuk uang dan keuntungan
atau manfaat dalam bentuk uang, maka akan diketahui perbandingan apakah
kebijakan tersebut akan untung atau rugi dalam nilai ekonomi. Apabila
diketahui dari penghitungan bahwa kebijakan akan merugi, maka pengambil
kebijakan dapat memberikan rekomendasi agar kebijakan berjalan efektif dan
dengan dampak yang menguntungkan. Dengan begitu, maka kebijakan dapat
dinilai sebagai kebijakan yang menguntungkan dan manfaat dapat diukur.
Sehingga dapat mendukung efisiensi kebijakan dengan terhindarnya dari
kerugian.
Menurut Sjafrijal (2008) analisis penghitungan biaya manfaat hanya
dapat digunakan untuk menganalisis proyek/kebijakan yang berskala besar
atau makro. Seperti misalnya proyek/ kebijakan yang mempengaruhi kinerja
pembangunan daerah secara keseluruhan. Penggunaan sumber ekonomi
secara efisien. Jika efisiensi terjamin, pencapaian kesejahteraan masyarakat
dari kebijakan publik yang diimplementasikan lebih maksimal
(Mangkoesoebroto,2001: 165-166). Dengan keberhasilan suatu kebijakan
publik, maka akan membawa dampak positif pada masyarakat yaitu
meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
2.3 Manfaat CBA (Cost Benefit Analysis)
6
Menurut Tjiptoherijanto (1994) manfaat yang didapatkan dari analisis
CBA adalah dapat mencegah kerugian di masa yang akan datang. Dengan
menghitung pengeluaran dan dampak/manfaat dari sebuah program secara
kuantitatif dalam bentuk uang, maka dapat diprediksikan efektifitas suatu
program dan dampaknya, maka hal tersebut akan meminimalisir resiko
kerugian di masa datang.
Dalam bidang kesehatan, analisis biaya manfaat CBA yaitu pada
program-program kesehatan, maka nilai manfaat didapatkan dari biaya yang
bisa dicegah apabila program kesehatan tersebut berhasil. Dengan
keberhasilan program kesehatan, maka kejadian penyakit dapat ditekan, nilai
manfaat didapatkan dengan menominalkan biaya yang dapat dicegah akibat
tidak terjadinya penyakit. Mushkin dan Collins (1959) dalam buku Ekonomi
Kesehatan (Tjiptoherijanto, 1994) menyarankan bahwa nilai manfaat
mungkin saja diperoleh dengan menghitung biaya ekonomi suatu penyakit.
2.4 Kelebihan danKelemahan dari CBA (Cost Benefit Analysis)
2.4.1 Kelebihan dari Cost Benefit Analysis:
1. Dapat dibandingkan.
2. Transparan.
3. Dapat mengukur efisiensi ekonomi (ketika satu pilihan dapat
meningkatkan efisiensi, pilihan tersebut harus diambil).
2.4.2 Kelemahan dari Cost Benefit Analysis:
1. Penghitungan ekonomi untuk public good dengan mengunakan Cost
Benefit Analysis sulit untuk dilakukan.
7
2. Tidak dapat mengukur aspek multi dimensional seperti
keberlangsungan, etika, partisipasi publik dalam pembuatan keputusan
dan nilai-nilai sosial yang lain.
3. Cost Benefit Analysis juga lebih berfungsi memberikan informasi
kepada pengambil keputusan, tetapi tidak dengan sendirinya membuat
keputusan.
4. Fokus pada efisiensi sehingga sering melupakan equity. Keduanya
adalah dua kriteria yang berdiri sendiri dalam ekonomi kesejahteraan.
5. Efisiensi tergantung oleh beberapa pandangan, seperti pemerintah,
masyarakat, generasi muda, tua, muda, pria, atau bahkan wanita.
2.5 Langkah Penetapan CBA (Cost Benefit Analisis)
Untuk dapat melakukan Cost Benefit Analysis ada beberapa langkah
yang harus dilakukan, sebagai berikut:
1. Identifikasi alternative atau intervensi yang akan dianalisis.
2. Identifikasi biaya dari masing-masing alternative dan intervensi.
3. Menghitung total biaya dari masing-masing alternative atau intervensi.
4. Identifikasi benefit (manfaat) dari masing-masing alternative dan
intervensi.
5. Mentransformasi manfaat dalam bentuk uang.
6. Menghitung total benefit.
7. Menghitung rasio benefit.
8. Melakukan analisis untuk menentukan pilihan dari alternative atau
intervensi yang paling menguntungkan.
9. Melakukan analisis sensitifitas
8
2.5.1 Langkah 1 : identifikasi alternative atau intervensi yang akan dianalisis
Dalam melakukan identifikasi alternative atau intervensi dari suatu
program kesehatan, maka yang perlu diperhatikan adalah bahwa efektifitas
(daya guna) dari intervensi tersebut sudah benar-benar efektif, diakui
efektifitasnya dan sudah diterapkan kegunaannya. Intervensi yang dipilih
untuk dilakukan analisis dapat lebih dari dua. Semakin banyak intervensi
yang akan dianalisis semakin baik hasilnya karena akan memberikan
pilihan yang bervariasi dan analisis yang lebih lengkap.
Definisi operasional dari masing-masing alternative atau intervensi
harus dijabarkan agar tampak perbedaan dari masing-masing intervensi
yang akan dianalisis. Contoh : pemberantasan HIV AIDS vs
Pemberantasan TBC. Dalam hal ini ingin dibandingkan mana yang lebih
besar manfaatnya apakah program pemberantasan HIV AIDS atau
pemberantasan TBC.
2.5.2 Langkah 2 : identifikasi biaya dari masing-masing alternative atau
intervensi
Dalam melakukan identifikasi biaya terlebih dahulu dilakukan
pengklasifikasian komponen-komponen seluruh biaya dari masing-masing
alternative. Semua komponen biaya harus teridentifikasi baik yang
bersumber dari anggaran proyek maupun dari anggaran lainnya. Klasifikasi
biaya bisa dilakukan menurut beberapa cara lain meliputi biaya investasi,
biaya operasional dan biaya pemeliharaan, biaya langsung dan tidak
langsung, biaya kapital.
9
2.5.3 Langkah 3 : menghitung total biaya dari masing-masing alternatif atau
intervensi
Setelah seluruh komponen biaya teridentifikasi dan
diklasifikasikan kemudian dilakukan penghitungan total seluruh biaya
dalam masing-masing intervensi. Cara penghitungan biaya total sama
seperti dalam penghitungan unit cost.
2.5.4 Langkah 4 : identifikasi benefit (manfaat) dari masing-masing
alternative atau intervensi
Dalam mengidentifikasi manfaat dari masing-masing biaya
alternative terdapat dua komponen, yaitu manfaat langsung dan manfaat
tidak langsung. Sebagai contoh, bila kita ingin membandingkan program
pemberantasan HIV AIDS dengan program pemberantasan TBC, maka kita
harus identifikasi manfaat langsung dari program dan manfaat tidak
langsung. Manfaat langsung dari program HIV AIDS adalah kesakitan dan
kematian akibat HIV AIDS yang dapat dicegah. Sementara manfaat tidak
langsung dari program pemberantasan HIV AIDS adalah kerugian dari
keluarga dan masyarakat yang dapat dicegah. Demikian juga dengan
identifikasi manfaat dari program pemberantasan TBC.
2.5.5 Langkah 5 : mentransformasi manfaat dalam bentuk uang
Dalam mentransformasi manfaat dalam bentuk uang, untuk
manfaat langsung kita dapat menghitung dengan menguangkan biaya akibat
sakit dan akibat kematian dini karena HIV AIDS. Sementara manfaat tidak
langsung, kita dapat menguangkan kerugian akibat HIV AIDS baik dari
keluarga maupun masyarakat. Demikian juga dengan teknik menguangkan
10
manfaat dari program pemberantasan TBC. Manfaat langsung dari program
pemberantasan TBC adalah dengan menguangkan biaya akibat sakit yang
tidak dapat dicegah dan akibat kematian dini karena sakit TBC. Manfaat
tidak langsung dari program TBC adalah menghitung kerugian yang dapat
dicegah akibat kasus TBC di keluarga maupun masyarakat.
2.5.6 Langkah 6 : menghitung manfaat
Penjumlahan antara benefit langsung dan tidak langsung dari
masing-masing alternative atau intervensi dengan mengkonversikannya
dalam bentuk uang. Dalam menghitung manfaat tentunya harus
mempertimbangkan discount rate bila manfaatnya akan diperoleh untuk
periode waktu ke depan.
2.5.7 Langkah 7 : menghitung rasio biaya manfaat
Setelah data tentang total biaya dan manfaat sudah tersedia maka
dilakukan perhitungan Rasio Biaya Manfaat (Cost Benefit Rasio) untuk
masing-masing intervensi. Bila intervensi yang dianalisa lebih dari 2 maka
dapat dibuat tabel untuk memudahkan dilakukannya analisis untuk masing-
masing intervensi.
2.5.8 Langkah 8 : melakukan analisis untuk menentukan pilihan dari
alternative atau intervensi yang paling menguntungkan
Analisis biaya manfaat dilakukan untuk menentukan pilihan yang
paling menguntungkan dari beberapa intervensi. Pemilihan rasio yang
paling menguntungkan diasumsikan dengan memilih rasio yang paling besar
(lebih besar dari 1) dengan menggunakan cost recorvery rate yaitu
11
membandingkan antara benefit dengan biaya untuk melaksanakan
intervensi.
Untuk melakukan analisis biaya manfaat maka perlu diperhatikan
beberapa hal sebagai berikut :
a. Rasio biaya manfaat masing-masing intervensi.
b. Kebijakan program nasional (berupa prioritas program).
c. Ketersediaan anggaran program.
d. Target yang ingin dicapai.
e. Sarana dan tenaga yang ada.
2.5.9 Langkah 9 : Melakukan analisis sensitivitas
Setelah dilakukan analisis untuk menentukan pilihan kemudian
dilakukan analisis sensitifitas. Analisis senstivitas dilakukan untuk
mengetahui kepekaan tingkat optimal terhadap kemungkinan perubahan
setiap variabel atau pilihan yang digunakan.
2.6 Contoh Studi Kasus
COST BENEFIT ANALYSIS (CBA) DALAM PENGADAAN ALAT CT-
SCAN ANTARA PEMBELIAN TUNAI DIBANDINGKAN DENGAN
SISTEM KSO DI RS SITI KHODIJAH SIDOARJO
OLEH ALIK ROCHANI NURYADI
Gambaran Umum Instalasi Radiologi RS Siti Khodijah
Pelayanan CT – Scan RS Siti Khodijah belum sepenuhnya mencapai
optimal. Hal ini disebabkan masih banyaknya pasien yang tidak mendapatkan
pelayanan tersebut dikarenakan semakin seringnya alat tersebut tidak dapat
digunakan karena rusak. Hal ini disebabkan karena unsur alat CT – Scan tersebut
sudah tidak ekonomis lagi. Untuk menciptakan pelayanan CT – Scan yang
12
optimal pihak manajemen RS Siti Khodijah mempunyai suatu masterplan untuk
mengganti alat tersebut dengan melakukan kerjasama operasional dengan pihak
ketiga atau dengan membeli alat CT – Scan secara tunai. Komposisi sumber daya
manusia di RS Siti Khodijah berdasarkan tingkat pendidikan dan spesialisasinya
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 2.1 Keterangan Unit Radiologi RS Siti Khodijah Tahun 2008
No. JENIS TENAGA KETERANGAN JUMLAH
1. Spesialis Radiologi Memiliki SIP 2 orang2. Radiografer Surat Tugas 1 orang3. Petugas Proteksi Radiasi (PPR)
medikD III Teknik Radiologi Memiliki SIKR
4 orang
Tingkat I memiliki SIB
8 orang
Fasilitas pelayanan di unit Radiologi RS Siti Khodijah dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 2.2 Fasilitas Pelayanan Unit Radiologi di Rumah Sakit Siti Khodijah tahun 2008
No. Jenis Pelayanan Hari Buka Jam Buka1. Pelayanan X-Ray Setiap hari 24 jam2. Pelayanan USG Setiap hari 13.00 – 15.003. Pelayanan CT-Scan Setiap hari 07.0 – 15.00
2.6.1 Komponen Cost dan Benefit pembelian CT – Scan secara tunai
a. Komponen cost
1) Biaya investasi
Biaya investasi pada pengadaan alat CT- Scan dengan cara pembelian
tunai adalah biaya gedung dan fasilitasnya dan biaya pembelian alat. Tabel
berikut merupakan biaya investasi pengadaan alat CT – Scan dengan
pembelian tunai.
13
Tabel 2.3 Komponen Biaya investasi Pengadaan alat CT – Scan dengan Pembelian Tunai di RS Siti Khodijah Tahun 2008
No. Jenis Komponen Biaya %1. Gedung Rp. 21. 937.500 2,19 %2. Renovasi Gedung Rp. 1.500.000 0,15 %3. AC Rp. 1.500.000 0,15 %4. Rak Buku Rp. 135.000 0,01 %5. Meja Komputer Rp. 160.000 0,02 %6. Kursi Lipat Rp. 80.000 0,01 %7. Alat CT – Scan Rp. 2. 500.000.000 97,47 %Jumlah Rp. 2.525.312.500 100 %
Berdasarkan tabel 2.3 diatas dapat kita pelajari bahwa biaya investasi yang
paling besar adalah komponen biaya untuk pembelian harga CT – Scan yaitu
sebesar 97, 47 % dari seluruh jumlah biaya investasi yang digunakan dalam
pengadaan alat CT - Scan. Nilai aset gedung dihitung per m2 dengan luas
ruangan pelayanan CT – Scan adalah 29, 25 m2 dan harga per m2 Rp 750.000,-
2) Biaya operasional
Biaya operasional pelayanan CT – Scan meliputi biaya gaji pegawai
beserta insentifnya, biaya pembelian film, biaya ATK, biaya BHP dan biaya
umum. Tabel berikut adalah biaya operasional pengadaan alat CT – Scan
dengan pembelian tunai.
Tabel 2.4 Biaya Operasional Pengadaan Alat CT – Scan dengan Cara Pembelian Tunai di RS Siti Khodijah Tahun 2008.
No. Jenis Komponen Biaya %1. Biaya Pegawai Rp. 39.312.047,- 69,53 %2. Biaya Film Rp. 6.960.000,- 12,31 %3. Biaya ATK Rp. 1.035.600,- 1,83 %4. Biaya Umum Rp. 7.712.820,- 13,64 %5. Biaya Bahan Habis Pakai (BHP) Rp. 1.522.000,- 2,69 %Jumlah Rp. 57.582.467,- 100 %
Berdasarkan tabel 2.4 dapat dipelajari bahwa biaya pegawai
merupakan biaya yang paling banyak dikeluarkan untuk pelayanan CT –
Scan yaitu sebesar 69,53 % dari seluruh jumlah biaya operasional. Biaya
14
umum untuk listrik, air dan telepon dihitung dari banyaknya pemakaian biaya
tersebut setiap hari dan nantinya akan dihitung kebutuhannya dalam setahun.
Biaya listrik diperoleh dari penjumlahan terdapatnya 13 buah lampu, 1
komputer dan alat CT – Scan itu sendiri.
Asumsi Tarif Dasar Listrik ( TDL) adalah sebesar Rp. 1.380,- per
Kwh. Biaya air diperoleh dari banyaknya konsumsi air untuk melayani
pemeriksaan CT – Scan dimana dibutuhkan 15 liter air per hari, maka rata –
rata dalam 1 tahun jumlah pemakaian air sebanyak 5.400 liter air. Asumsi
Tarif air adalah Rp. 3.500,- per m2. Biaya telepon diperoleh dari frekuensi
untuk menelpon pasien maupun dokter radiologi, dimana 1 hari terdapat 3
kali telepon, dengan asumsi tariff sekali telepon sebesar Rp. 500,- persekali
panggilan.
3) Biaya Pemeliharaan
Biaya pememliharaan dalam pelayanan CT-Scan berupa biaya
pemeliharaan gedung dan pemeliharaan alat CT – Scan itu sendiri. Biaya
pemeliharaan dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel 2.5 Biaya pemeliharaan Pengadaan Alat CT – Scan dengan Cara Pembelian Tunai di RS Siti Khodijah Tahun 2008
No. Jenis Komponen Biaya %1. Gedung Rp. 420.800,- 2,97 %2. Alat CT – Scan Rp. 13.750.000,- 97,03 %Jumlah Rp. 14.170.800,- 100 %
Berdasarkan tabel 2.5 diatas dapat dipelajari bahwa biaya
pemeliharaan yang paling banyak dikeluarkan adalah biaya untuk
pemeliharaan alat yaitu sebesar 97,03 % dari total biaya pemeliharaan. Biaya
pemeliharaan CT – Scan dihitung berdasarkan biaya pemeliharaan normatif
alat tersebut yaitu 5 % dari AIC alat.
15
4) Biaya kesempatan
Biaya kesempatan yang hilang akibat alat yang rusak yang
seharusnya dapat melaksanakan proses pelayanan CT – Scan. Biaya
kesempatan ini dapatdihitung dari rata – rata jumlah pasien CT – Scan yang
dirujuk selama 1 tahun akibat kerusakan alat ke rumah sakit lain, dikalikan
dengan tarif pelayanan CT-Scan. Rata – rata jumlah pasien yang dirujuk
selama kerusakan alat adalah 35 pasien. Sedangkan tarif pelayanan CT –
Scan adalah Rp. 650.000,-
5) Biaya eksternalitas
Biaya eksternalitas merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan yang secara tidak langsung akan mendukung kegiatan dalam
pelaksanakan proyek. Biaya ini akibat dampak – dampak yang tidak
terkompensasi dari tindakan seseorang terhadap kesejahteraan orang lain.
Biaya eksternalitas yang termasuk dalam pelayanan CT – Scan adalah biaya
pelatihan. Dengan adanya pelatihan maka akan meminimalisasi dampak
negatif yang terjadi akibat adanya pelayanan CT – Scan, misalnya pelatihan
tentang penggunaan alat CT – Scan secara baik dan benar.
Biaya eksternalitas ini diperoleh dari biaya pelatihan petugas
radiologi yang dilaksanakan sekali dalam setahun dengan jumlah petugas
sebanyak 4 orang. Biaya yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit untuk pelatihan
dalam 1 tahun adalah sebesar Rp. 5.000.000,-
6) Biaya Risiko Kehilangan dan Kerusakan Barang
Biaya resiko kehilangan dan kerusakan barang dapat terjadi akibat
dari proses produksi. Asumsi kerusakan dan kehilangan barang sebesar 0,01
16
% dari total pembelian alat yaitu sebesar Rp. 250.000,- pada tahun pertama
dan ditargetkan adanya penurunan 5 % setiap tahun.
b. Komponen Benefit
1) Pendapatan CT – Scan RS
Pendapatan rumah sakit dihitung berdasarkan tarif pelayanan CT –
Scan dari jumlah pelayanan. Pendapatan rumah sakit dari pelayanan CT – Scan
= tarif biaya pemeriksaan CT – Scan x rata – rata jumlah kunjungan/tahun.
Asumsi bahwa kenaikan tarif pelayanan CT – Scan adalah 10 % tiap 2 tahun
dan adanya kenaikan jumlah kunjungan 10 % tiap tahun. Dengan tarif biaya
pelayanan CT – Scan sebesar Rp. 650.000,- maka pendapatan untuk tahun
pertama adalah Rp. 237.250.000
2.6.2 Komponen Cost dan Benefit Sistem KSO
a. Komponen Cost
1) Biaya Investasi
Biaya Investasi pada pengadaan alat CT-Scan dengan sistem KSO
adalah biaya gedung dan fasilitasnya. Biaya investasi dapat dilihat pada table
berikut ini
Tabel 2.6 Komponen Biaya Investasi Pengadaan Alat CT – Scan dengan Sistem KSO di RS Siti Khodijah Tahun 2008
No. Jenis Komponen Biaya %1. Gedung Rp. 21. 937.500 86,67 %2. Renovasi Gedung Rp. 1.500.000 5,93 %3. AC Rp. 1.500.000 5,93 %4. Rak Buku Rp. 135.000 0,53 %5. Meja Komputer Rp. 160.000 0,63 %6. Kursi Lipat Rp. 80.000 0,32 %Jumlah Rp. 25.312.500 100 %
Berdasarkan tabel 2.6 diatas dapat kita pelajari bahwa biaya investasi
yang paling besar adalah pada komponen biaya gedung yaitu sebesar 86,67 %
17
dari seluruh jumlah biaya investasi yang digunakan dalam pengadaan alat CT
– Scan dengan KSO. Nilai aset gedung dihitung per m2, dengan luas ruangan
pelayanan CT – Scan adalah 29,25 m2an harga per m2 Rp. 750.000,-
2) Biaya operasional
Biaya operasional pelayanan CT – Scan meliputi biaya gaji pegawai
beserta insentifnya, biaya pembelian film, biaya ATK, biaya BHP dan biaya
umum. Tabel berikut adalah biaya operasional pengadaan alat CT – Scan
dengan KSO.
Tabel 2.7 Biaya Operasional Pengadaan Alat CT – Scan dengan Melalui Sistem KSO di RS Siti Khodijah Tahun 2008.
No. Jenis Komponen Biaya %1. Biaya Pegawai Rp. 39.312.047,- 69,53 %2. Biaya Film Rp. 6.960.000,- 12,31 %3. Biaya ATK Rp. 1.035.600,- 1,83 %4. Biaya Umum Rp. 7.712.820,- 13,64 %5. Biaya Bahan Habis Pakai (BHP) Rp. 1.522.000,- 2,69 %Jumlah Rp. 57.582.467,- 100 %
Berdasarkan tabel 2.7 dapat dipelajari bahwa biaya pegawai
merupakan biaya yang paling banyak dikeluarkan untuk pelayanan CT – Scan
yaitu sebesar 69,53 % dari seluruh jumlah biaya operasional. Biaya umum
untuk listrik, air dan telepon dihitung dari banyaknya pemakaian biaya
tersebut setiap hari dan nantinya akan dihitung kebutuhannya dalam setahun.
Biaya listrik diperoleh dari penjumlahan terdapatnya 13 buah lampu, 1
komputer dan alat CT – Scan itu sendiri. Asumsi Tarif Dasar Listrik ( TDL)
adalah sebesar Rp. 1.380,- per Kwh. Biaya air diperoleh dari banyaknya
konsumsi air untuk melayani pemeriksaan CT – Scan dimana dibutuhkan 15
liter air per hari, maka rata – rata dalam 1 tahun jumlah pemakaian air
sebanyak 5.400 liter air. Asumsi Tarif air adalah Rp. 3.500,- per m2. Biaya
18
telepon diperoleh dari frekuensi untuk menelpon pasien maupun dokter
radiologi, dimana 1 hari terdapat 3 kali telepon, dengan asumsi tarif sekali
telepon sebesar Rp. 500,- per panggilan.
3) Biaya Pemeliharaan
Biaya pememliharaan pada pelayanan CT-Scan dengan KSO berupa biaya
pemeliharaan gedung dan pemeliharaan alat CT – Scan itu sendiri. Biaya
pemeliharaan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.8 Biaya pemeliharaan Pengadaan Alat CT – Scan dengan melalui sistem KSO di RS Siti Khodijah Tahun 2008
No. Jenis Komponen Biaya %1. Gedung Rp. 420.800,- 2,97 %2. Alat CT – Scan Rp. 13.750.000,- 97,03 %Jumlah Rp. 14.170.800,- 100 %
Berdasarkan tabel 2.8 diatas dapat dipelajari bahwa biaya
pemeliharaan yang paling banyak dikeluarkan adalah biaya untuk
pemeliharaan alat yaitu sebesar 97,03 % dari total biaya pemeliharaan. Biaya
pemeliharaan CT – Scan dihitung berdasarkan biaya pemeliharaan normatif
alat tersebut yaitu 5 % dari AIC alat. Berdasarkan rencana perjanjian KSO
biaya operasional mengenai alat akan dibagi dan atau dibebankan kepada
masing – masing pihak dengan besaran jumlah yang sama yaitu 50 % pihak
pertama dan 50 % pihak kedua.
4) Biaya kesempatan
Biaya kesempatan merupakan biaya akibat hilangnya atau rusaknya
alat yang seharusnya dapat melaksanakan proses pelayanan CT – Scan. Biaya
kesempatan ini dapat dihitung dari rata – rata jumlah pasien CT – Scan yang
dirujuk selama 1 tahun akibat kerusakan alat ke rumah sakit lain, dikalikan
19
dengan tarif pelayanan CT-Scan. Rata – rata jumlah pasien yang dirujuk
selama kerusakan alat adalah 35 pasien. Sedangkan tarif pelayanan CT –
Scan adalah Rp. 650.000,-
5) Biaya eksternalitas
Biaya eksternalitas merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan yang secara tidak langsung akan mendukung kegiatan dalam
pelaksanakan proyek. Biaya ini akibat dampak – dampak yang tidak
terkompensasi dari tindakan seseorang terhadap kesejahteraan orang lain.
Biaya eksternalitas yang termasuk dalam pelayanan CT – Scan adalah biaya
pelatihan. Dengan adanya pelatihan maka akan meminimalisasi dampak
negatif yang terjadi akibat adanya pelayanan CT – Scan, misalnya pelatihan
tentang penggunaan alat CT – Scan secara baik dan benar. Biaya eksternalitas
ini diperoleh dari biaya pelatihan petugas radiologi yang dilaksanakan sekali
dalam setahun dengan jumlah petugas sebanyak 4 orang. Biaya yang
dikeluarkan oleh Rumah Sakit untuk pelatihan dalam 1 tahun adalah sebesar
Rp. 5.000.000,-
6) Biaya Risiko Kehilangan dan Kerusakan Barang
Biaya resiko kehilangan dan kerusakan barang dapat terjadi akibat
dari proses produksi. Asumsi kerusakan dan kehilangan barang sebesar 0,01
% dari total pembelian alat yaitu sebesar Rp. 250.000,- pada tahun pertama
dan ditargetkan adanya penurunan 5 % setiap tahun.
b. Komponen Benefit
1) Pendapatan CT – Scan RS
20
Pendapatan rumah sakit dihitung pada perjanjian kerjasama
operasional yang telah disepakati dengan pihak ketiga dimana rumah sakit
memperoleh pendapatan 50 % dari seluruh total pendapatan pelayanan CT –
Scan. Pendapatan rumah sakit dihitung berdasarkan tarif pelayanan CT –
Scan dari jumlah pelayanan kemudian dikalikan 50 %. Pendapatan rumah
sakit dari pelayanan CT – Scan = (tarif biaya pemeriksaan CT-Scan x rata –
rata jumlah kunjungan /pertahun) x 50 %. Asumsi kenaikan tarif CT – Scan
adalah 10 % setiap 2 tahun dan asumsi kenaikan jumlah kunjungan rata – rata
10 % setiap bulan.
2.6.3 Nilai Cost dan Benefit
Dengan adanya inflasi yang terus meningkat setiap tahun maka komponen
cost dan benefit juga akan mengalami kenaikan biaya tiap tahun. Perhitungan cost
benefit analysis ini akan dihitung mulai tahun 2010, untuk itu seluruh komponen
cost dan benefits pengadaan alat CT-Scan pada tahun 2008 di transformasikan ke
tahun 2010. Asumsi kenaikan biaya investasi adalah 10% pertahun. Hal
berdasarkan dari terus meningkatnya kecanggihan teknologi mengakibatkan harga
alat kesehatan juga semakin meningkat. Asumsi kenaikan biaya operasional
adalah sebesar 5% pertahun. Asumsi biaya pemeliharaan gedung sebesar 10%
pertahun dan biaya pemeliharaan alat adalah 5% dari AIC alat tersebut.
Asumsi kenaikan biaya eksternalitas berdasarkan kebijakan pihak diklat
RS Siti Khodijah adalah sebesar 10% setiap tahun. Asumsi biaya resiko
kehilangan dan kerusakan barang adalah 0,01% dari total pembelian alat.
21
Perhitungan nilai cost dan benefit dari tiap komponen pengadaan alat CT-Scan
baik pembelian tunai tahun 2010 dapat kita lihat tabel 6.10 berikut ini.
Tabel 2.9 Perhitungan Cost dan Benefit Pengadaan alat CT-Scan dengan Cara Pembelian Tunai di Unit Radiologi RS Siti Khodijah Tahun 2010
Komponen Hasil perhitunganA. Biaya Pengadaan CT-
Scan dengan pembelian tunai
1. Biaya Investasia. Gedung dan fasilitasb. Pembelian alat
Total biaya investasi2. Biaya Operasional
a. Gaji dan insentif pegawai
b. Filmc. Alat tulis kantor (ATK)d. Bahan habis pakai
(BHP)e. Biaya umum
1. Air2. Listrik3. Telfon
Total biaya operasional
3. Biaya pemeliharaana. Gedungb. Alat CT-Scan
Total biaya pemeliharaan
4. Biaya kesempatan5. Biaya eksternalitas6. Biaya kerusakan dan
kehilangan barang Total Cost
(1+10%)x Rp. 23.473.500.-(1+10%)x Rp. 39.312.047.-
365 x Rp. 20.000.-
(1+5%)x Rp. 1.035.600.-(1+5%)x Rp. 1.522.000.-(1+5%)x Rp. 18.900.-
(1+5%)xRp. 4.669.920.-(1+5%)xRp. 340.000(1+10%)x Rp. 420.000.-5% x Rp. 250.000.000,-
(1+10%)xRp. 22.750.000.-(1+10%) x Rp. 5.000.000.-0,01% x Rp. 2.500.000.000
Rp. 25.820.850,00Rp. 2.500.000.000,00Rp. 2.524.820.850,00
Rp. 43.243.251,70
Rp. 7.300.000,00Rp. 1.087.380,00Rp. 1.598.100,00
Rp. 19.845,00Rp. 4.903.416,00Rp. 567.000,00Rp. 58.718.992,70
Rp. 462.880,00Rp. 12.500.000,00Rp. 12.962.880,00
Rp. 20.475.000,00Rp. 5.500.000,00Rp. 250.000.000,00
Rp. 2.623.727.722,70
B. Manfaat Pengadaan CT-Scan dengan pembelian tunaiPendapatan rumah sakit 1x365x Rp. 650.000,- Rp. 237.250.000,00
Total benefit RP. 237.250.000,00
22
Berdasarkan taber 2.9 maka dapat kita pelajari bahwa pengadaan CT-Scan
dengan pembelian tunai lebih besar dari manfaat atau pendapatan. Hal ini
disebabkan karena besarnya pembelian alat CT-Scan yaitu sebesar 76,2% dari
seluruh total biaya. Sedangkan perhitungan nilai cost dan benefit dari tiap
komponen pengaduan alay CT-Scan dengan KSO tahuun 2010 dapat kita lihat
pada tabel 6.11 berikut ini
Tabel 2.10 Perhitungan Cost dan Benefit Pengadaan alat CT-Scan dengan Cara KSO di Unit Radiologi RSSK Tahun 2010.
Komponen Hasil PerhitunganA. Biaya Pengadaan CT-Scan
dengan KSO1. Biaya investasi
a. Gedung dan fasilitasTotal biaya investasi
2. Biaya operasionala. Gaji dan insentif pegawaib. Filmc. Alat tulis kantor (ATK)d. Bahan habis pakai (BHP)e. Biaya umum1. Air2. Listrik3. Telepon
Total biaya operasional3. Biaya pemeliharaan
a. Gedungb. Alat CT-Scan
Total biaya pemeliharaan4. Biaya kesempatan5. Biaya eksternalitas6. Biaya kerusakan
kehailangan barangTotal Cost
(1+10%)xRp. 23.473.500.-
(1+10%)xRp. 39.312.047.-365 xRp. 20.000.-(1+5%) xRp. 1.035.600.-(1+5%) xRp. 1.522.000.-
(1+5%) xRp. 18.900.-(1+5%) xRp. 4.669.920.-(1+5%) xRp. 540.000.-
(1+10%) xRp. 420.000.-(5%xRp.275.000.000)50%
(1+10%)xRp. 22.750.000.-(1+10% xRp. 5.000.000.-0,01% xRp. 2.500.000.-
Rp. 25.820.850,00Rp. 25.820.850,00
Rp. 43.243.251,70Rp. 7.300.000,00Rp. 1.087.380,00Rp. 1.598.000,00
Rp. 19.845,00Rp. 4.903.416,00Rp. 567.000,00Rp. 58.718.992,70
Rp. 462.880,00Rp. 6.250.000,00Rp. 6.712.880,00
23
Rp. 20.475.000,00Rp. 5.500.000,00Rp. 250.000,00
Rp. 117.447.722,70
B. Manfaat Pengadaan CT-Scan dengan pembelian tunaiPendapatan rumah sakit (365xRp. 650.000.-)x50% Rp.
118.625.000,00Total Benefit Rp.
118.625.000,00
Berdasarkan Tabel 2.10, maka dapat kita pelajari bahwa pada biaya
pengadaan CT-Scan dengan pembelian tunai lebih besar dari manfaat atau
pendapatan. Dengan cara penghitungan pada tabel diatasmaka kita dapat
menghitung nilai cost dan benefit pengadaan alat VT-Scan selama 10 tahun
kedepan. Dari data tersebut dapat dihitung nilai present value cost dan present
value benefit masing-masing jenis komponen pengadaan alat CT-Scan
2.6.4 Rasio Present Value Cost dan Benefit
Berdasarkan data perhitungan nilai cost dan benefit pengadaan alat CT -
Scan antara pembelian tunai maupun melalui system KSO diatas, maka dapat kita
lihat rasio antara PV Cost dan Benefit pada tabel dibawah ini
Tabel 2.11 Rasio PV benefit dan PV CostJenis
Pengadaan alat Ct-Scan
PV Benefit (B) PV Cost (C) Rasio B/C
Pembelian Tunai 2.897.358.139,66 3.415.342.951.,08 0,85KSO 1.448.679.069,83 852.842.951,08 1,70
Berdasarkan tabel 2.11 dapat dipelajari bahwa nilai manfaat dari
pengadaan alat CT – Scan baik dengan cara pembelian tunai maupun sistem KSO
24
dalam sepuluh tahun yang akan datang. Keuntungan selama 10 tahun yang akan
datang pada pengadaan alat CT – Scan dengan cara pembelian tunai lebih besar
dibandingkan pengadaan CT – Scan dengan melalui sistem KSO. Hal ini dapat
dilihat dari PV benefit pengadaan alat dengan pembelian tunai sebesar Rp.
2.897.358.139,66 sedangkan pada pengadaan alat CT – Scan melalui KSO sebesar
Rp. 1.448.679.069,83.
Sedangkan biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan alat CT-Scan dengan
melalui KSO lebih sedikit yaitu PV sebesar Rp. 852.842.951,08 dibandingkan
biaya yang dibutuhkan untuk pngadaan alat CT-Scan dengan cara pembelian tunai
yaitu PV sebesar Rp. 3.415.342.951,08. Dari perbandingan PV benefit dan PV
cost dari masing – masing komponen pengadaan alat CT-Scan maka dapat
diketahui bahwa nilai rasio B/C pada pengadaan alat CT – Scan dengan cara
pembelian tunai adalah 0,85, sedangkan rasio B/C pada pengadaan alat CT-Scan
melalui KSO adalah 1,70.
2.6.5 Nett Present Value (NPV)
Berdasarkan perhitungan present value masing masing pengadaan alat CT-
Scan, maka didapatkan nilai NPV. Tabel berikut adalah nilai nett present value
masing masing pengadaan alat CT – Scan.
Tabel 2.12 Nett Present Value Pengadaan Alat CT – Scan di RS Siti Khodijah
Jenis Pengadaan
alat Ct-Scan
PV Benefit (B) PV Cost (C) NPV (Rp)
Pembelian Tunai
2.897.358.139,66 3.415.342.951.,08 (-)517.948.811,42
25
KSO 1.448.679.069,83 852.842.951,08 (+)595.836.118,75
Berdasarkan tabel 2.12 dapat kita pelajari bahwa pengadaan alat dengan
pembelian tunai menunjukkan hasil negatif, artinya benefit tidak cukup untuk
menutup cost selama proyek tersebut berjalan selama 10 tahun sehingga proyek
tersebut unfovourable. Sedangkan pengadaan alat dengan KSO menunjukkan hail
positif, artinya benefit lebih besar dari cost selama proyek tersebut berjalan 10
tahun sehingga proyek tersebut favourable.
2.6.6 Pengadaan Alat CT-Scan yang Paling Menguntungkan
Dari hasil perhitungan ratio B/C diperoleh bahwa pengadaan alat CT-Scan
melalui sistem KSO menunjukkan hasil positif sedangkan pengadaan alat CT-
Scan dengan pembelian tunai menunjukkan hasil negatif. Hal ini dibuktikan
dengan ratio B/C pada pengadaan CT-Scan melalui system KSO lebih besar (rasio
B/C = 1,70) daripada pengadaan alat CT-Scan dengan pembelian tunai (rasio B/C
= 0,85) dan hasil NPV menunjukkan hasil positif. Maka pada penelitian ini
diperoleh pengadaan alat CT – Scan dengan melalui system KSO lebih
menguntungkan untuk dilaksanakan dibanding pengadaan alat CT-Scan dengan
pembelian tunai.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Cost Benefit Analysis (CBA) adalah suatu proses analisis sistematis
yang berupa perbandingan antara manfaat dan biaya yang dikeluarkan dalam
menyelenggarakan kegiatan atau proyek. Cost Benefit Analysis digunakan
26
untuk mengetahui besaran keuntungan atau kerugian serta kelayakan suatu
proyek. Analisis ini memperhitungkan biaya serta manfaat yang akan
diperoleh dari pelaksanaan program. Perhitungan manfaat dan biaya
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Cost Benefit Analysis
juga digunakan untuk mengetahui seberapa baik atau seberapa buruk tindakan
yang akan direncanakan akan berubah. Cost Benefit Analysis (CBA) dapat
diterapkan dalam bidang kesehatan. Analisis ini dapat digunakan untuk
menilai apakah keuntungan lebih besar daripada biaya.
Untuk dapat melakukan Cost Benefit Analysis ada beberapa langkah
yang harus dilakukan, sebagai berikut:
1. Identifikasi alternative atau intervensi yang akan dianalisis.
2. Identifikasi biaya dari masing-masing alternative dan intervensi.
3. Menghitung total biaya dari masing-masing alternative atau intervensi.
4. Identifikasi benefit (manfaat) dari masing-masing alternative dan
intervensi.
5. Mentransformasi manfaat dalam bentuk uang.
6. Menghitung total benefit.
7. Menghitung rasio benefit.
8. Melakukan analisis untuk menentukan pilihan dari alternative atau
intervensi yang paling menguntungkan.
9. Melakukan analisis sensitivitas
27
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Aula. 2010. Cost Benefit Analysis. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Aula%20Ahmad%20Hafidh%20Saiful%20Fikri,%20SE.,M.Si./Cost%20Benefit%20Analysis.pdf. diakses tanggal 3 November 2012
Yuwono, Slamet Riyadi. 2009.Ekonomi Kesehatan (Health Economic) & Kewirausahaan(Entrepreneurship).http://www.fk.unair.ac.id/pptfiles/EKONOMI%20KESEHATAN-S1-KEBIDANAN-UNAIR.EDIT.ppt. diakses tanggal 3 November 2012
28