Caverescue Laporan Draf II

40
Cave Rescue Management laporan kegiatan c o a c h i n g c l i n i c

Transcript of Caverescue Laporan Draf II

Page 1: Caverescue Laporan Draf II

Cave Rescue Management

laporan kegiatan

c o a c h i n g c l i n i c

Page 2: Caverescue Laporan Draf II

­ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19

Tahun 2002 tentang Hak Cipta

Pasal 2:1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan PidanaPasal 72:

1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, menge-darkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang basil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Ada keladi, ada talas;ada budi, ada balas...

Page 3: Caverescue Laporan Draf II

Cave Rescue Management

LAPORAN KEGIATAN

c o a c h i n g c l i n i c

Page 4: Caverescue Laporan Draf II

Penulis: Mirza Ahmad Hevicko dan Syafiq Muhammad

Penata Letak: Vicko Perancang Sampul: Ahmad H

Cetakan pertama, 2012

Diterbitkan olehPMPA Palawa UnpadKompleks UKM Barat

Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor, km.21 Telp. 08192530818

www.palawaunpad.com

foto isi: koleksi Hikespi, Palawa Unpad, dan google image

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang mengutip atau memperbanyak sebagian

atau seluruh isi buku sebaiknya mencantumkan sumbernya.

Laporan Coaching Clinic Cave Rescue Management/

Mirza Ahmad dan Syafiq Muhammad– Jati-nangor: PMPA Palawa Unpad, 2012.

viii, 31 hlm. ; Ilus. ; 14,8 x 21 cm. – (Seri Laporan No. 118 TB)

1. Laporan I. Cave rescue II. Seri

cave rescue management

Page 5: Caverescue Laporan Draf II

�Cave Rescue

Mengantar Kata

Syukur alhamdulillah. Mari kita terus mengucapkan syukur dan pengharapan kepada Allah Swt yang telah mencurahkan begitu banyak nikmat, terutama nikmat sehat dan ilmu pengetahuan, sehingga kita masih bisa terus menjalani berbagai kegiatan, baik yang telah diprogramkan maupun yang berjalan secara situasional dan di luar penjadwalan. Bahagia dan senang sekali bisa kembali menyapa saudaraku semua sidang pembaca yang terhormat.

Buku ini merupakan laporan kegiatan yang menjadi suatu keharusan bagi seluruh anggota yang baru saja merampungkan sebuah acara atau kegiatan perhimpunan. Khsus untuk laporan kali ini, kita akan membaca catatan dari pelatihan cave rescue yang berjudul Coaching Clinic Cave Rescue Management yang diselenggarakan oleh Mapala STTG bekerjasama dengan Hikespi (Finspac). Palawa Unpad mengirimkan dua orang utusannya untuk terlibat dan turut serta dalam pelatihan tersebut.

Tidak mungkin sebuah pengantar melampaui panjangnya isi dari batang tubuh laporan sehingga kiranya demikian yang ingin saya sampaikan. Berharap laporan ini bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Salam Perhimpunan!

Palawa Unpad

Page 6: Caverescue Laporan Draf II
Page 7: Caverescue Laporan Draf II

�iiCave Rescue

Daftar Isi

Mulanya................................1Hari Pertama......................3Self Rescue I......................9Hari Kedua........................17Sesi Kelas........................20Self Rescue II................21Rescue Group...................22Akhirnya............................25Simpulan...............................29

Page 8: Caverescue Laporan Draf II
Page 9: Caverescue Laporan Draf II

�Cave Rescue

Mulanya

Jumat pagi, 1 Juni 2012, sebuah undangan dikirim oleh seseorang bernama Roni K Ginanjar ke dalam laman grup fb Sahabat Palawa Unpad. Rupanya itu undangan pelatihan cave rescue yang diadakan oleh STTG bekerjasama dengan Hikespi. Adalah Dayat yang pertama kali memberikan responnya dengan cara mengacungkan jempol yang diartikan ‘like this’.

Saya yang kemudian juga ikut melihat undangan tersebut segera merasa tertarik dan berharap punya kesempatan mengikutinya, tapi apa bisa? Segera waktu pelaksanaan kulihat. Rupanya hari libur akhir pekan, namun masih ada persoalan lainnya: apakah tidak bentrok dengan kegiatan Diklatdas yang juga sedang bergulir? Tidak bisa lain, hal itu harus segera ditanya-bicarakan kepada Dewan Pengurus. Kebetulan sekali itu Jumat sehingga malamnya, mungkin, saya bisa bertemu di sekretariat dengan mereka. Boleh jadi saya mulai berharap bisa berangkat, jika memang anggota aktif padat kegiatan, setidaknya bersama Baihaqi dan Dayat.

Selain perlu menanyakan kepada mereka berdua, hemat saya, info juga akan semakin besar terserap jika undangan tersebut di-sharing ke laman grup Palawa Unpad. Benar, beberapa memberikan respon, bahkan Kang Bonk mengutarakan keinginannya untuk ikut dalam pelatihan. Mengenai Kang Bonk, sayangnya terjadi

Page 10: Caverescue Laporan Draf II

� Cave Rescue

kekeliruan dan salah paham. Rupanya dia menganggap kegiatan akan berlangsung di Bandung dan bukan di Garut, dan itu pun ia ketahui semalam sebelum keberangkatan. Malam itu ia datang ke sekretariat atas undangan Dewan Pengurus dan panitia Diklatdas XXVI. Malam itu ia menjadi instruktur yang mengajarkan dasar-dasar panjat tebing. Ketua DP pun setelah diajak bicara mengenai keberadaan undangan tersebut menunjukkan antusiasme yang segera diwujudkan dengan menghubungi panitia dengan maksud melakukan reservasi. Empat kursi dipesan. “Syukurlah semoga lancar.” Begitu harapanku di Sabtu siang itu. Hari mendekat dan waktu pelaksanaan pun segera menjelang.

Page 11: Caverescue Laporan Draf II

�Cave Rescue

Hari Pertama

“Bang lo ikut coaching clinic besok? Biar gue siapin SRT set-nya Bang. Nanti malam ke sini ya berarti Bang? Ditanya Kang Onad.” SMS dari Syafiq masuk sesaat setelah azan isya berkumandang. Saya sedang di Cicera UP. Menarik untuk direspon, maka segera kubalas.”Okey, malem banget saya sampai sekretariat. Besok pagi bisa langsung ke Garut. Kang Bonk jadi?” Lama SMS takterbalas. Biarlah, tokh nanti juga bertemu. Komunikasi lebih lancar dengan tatap muka.

Tidak lama kembali masuk SMS, kali ini dr panitia. Isinya begini, “Salam lestari. Kepada seluruh peserta coaching clinic cave rescue, harap memberikan konfirmasi untuk kepastian kehadirannya. Terima kasih. ttd panitia.” Wow, segera kurespon dengan SMS balasan.

Tidak lama SMS saya kembali dibalas, isinya, “Salam lestari. Ditujukan kepada seluruh peserta coaching clinic cave rescue diperkenankan untuk membawa alat SRT dikarnakan keterbatasan peralatan yang kami miliki. Atas kerjasama dan silaturahminya kami ucapkan terima kasih.Ttd. Panitia.” Kembali kujawab, okey.

Wah. Gak mungkin saya kenal caving kayaknya kalo nggak masuk Palawa. Semua bermula dari sana. Diklatdas Palawa menjadi jejak langkah pertama. Dan sekarang, apa yang tersisa dari sana? Jejak yang mengendap menjadi kenangan. Ya, itu salah satunya.

Page 12: Caverescue Laporan Draf II

� Cave Rescue

Posmodernitas. Menarik mulai membicarakan soal ini dari pintunya. Postmodernitas. Karena dia adalah kelampauan. Cuma jejak. Dan soal diklat yang utama adalah keterisolasian. Ya. Keadaan yang membebaskan karena di dalamnya aku yang berpredikat siswa punya kesempatan yang lapang untuk berkontemplasi. Itu hal terbaik dari pengalaman atau juga ilusi atas pengalaman yang jejaknya diproyeksikan sebagai tebe’. Kegalauan menjelang pentahbisan sebagai utusan. The ambasadors, seperti novelnya Henry James, saya dan Syafiq akan ikut coaching clinic cave rescue. Di Garut. Soal caving, selain Mabim, yang saya ingat adalah persiapan kursus speleologi di Hikespi, dulu tahun 2002.

Setelah sekolah Hikespi 2002, ini yang kedua. Acara di STTG. Coaching Clinic Cave Rescue Management. Sepuluh tahun berselang, saya kembali masuk barisan. Belajar bersama orang-orang dari generasi yang beda, yang lebih baru dan tentu lebih bersemangat seharusnya. 30 Juni - 1 Juli 2012 digelar oleh mapala STTG bekerjasama dengan Hikespi. Acara didukung oleh beberapa sponsor: Eiger, Bungotanjung, Radio, Radar Garut, Amusa. dll. Acara dua hari ini akan diisi dengan diskusi yang menghadirkan Dr. Cahyo Alkt sebagai panelis... dan simulasi dengan panduan dari tujuh orang instruktur dan master instruktur dari Hikespi. Peserta dipungut biaya Rp15.000 yang ditukar dengan name tag dan stiker kegiatan; sertifikat, konsumsi, dan akomodasi selama berlangsungnya pelatihan. Peserta juga disarankan untuk membawa SRT set. Rencananya acara dibuka jam delapan meski nyatanya, termasuk menunggu kumpulnya seluruh peserta, kegiatan resmi dibuka jam 9.15 wib.

Pada 9.30 wib. terdengar pembacaan al-Quran sebagai pembuka acara. Di depan ada tiga orang panitia. Dua perempuan (mc dan qori’ah) serta seorang lelaki (operator komputer dan projektor). Lalu ada indtruksi agar semua bernyanyi Indonesia Raya. Dan sambutan-sambutan: Ketua Mapala STTG (di dalam

Page 13: Caverescue Laporan Draf II

�Cave Rescue

sambutannya ia menyatakan dengan tegas bahwa tujuan acara ini antara lain sebagai ajang silaturahmi dan sharing ilmu), wakil kampus (pidatonya mengulas bahwa ia baru tahu soal cave rescue dan mulai baca-baca di internet; selain itu dia juga menyoroti “label negatif ” Mapala. Baginya anggota Mapala jangan kuliah di gunung libur di kampus, “Itu jangan,” kata Pak Wakil dari rektorat STTG. Pidatonya sekaligus membuka acara. Peserta sekitar 70 orang yang terdiri atas dosen, mapala-mapala, dan sispala mulai menerima bungkusan konsumsi yang diedarkan oleh panitia.

Dr. Cahyo memulai. Jam menunjukkan pukul 9.45 wib. Mulanya ia mengatakan bahwa “Sekarang di Garut besok di Jogja.” Peserta diminta memaklumi kesibukannya dalam beraktivitas. Hanya hari ini dia bisa menemani kami, besok dia harus sudah ada di acara yang lain lagi. Acara yang lebih kurang sama, menurutnya. Dia mulai cerita gua, kasus Jomblang. Kembali dia menyatakan dan mengundang agar semua peserta sekali waktu nanti silakan berkunjung ke resort yang dibangunnya di sekitar Gua Jomblang.

Bukan hanya aktivitas caving menjadi lebih terpadu, bahkan perekonomian masyarakat pun ikut terdongkrak. Katanya, “Rate sebulan mendekati 100 org/bln.” Masih mengenai dirinya, ia juga bercerita soal aktivitasnya di dunia film dokumenter. The Ocean yang sesi Antartica adalah karya Dr. Cahyo. Dia mengaku kerja di bawah laut dan membuang uang di gua. Kemudian dia

koleksi pribadi Cahyo Alkantana

Page 14: Caverescue Laporan Draf II

� Cave Rescue

koleksi Hikespi

Page 15: Caverescue Laporan Draf II

�Cave Rescue

menegaskan, “Garut perlu disuport soal ecoturism terutama soal rescue. Untuk perbandingan, di P. Seribu setiap pekan sekitar 1000 orang diving di sana.”

Cave rescue. Gua di Garut tidak terlalu banyak. Tetapi cave rescue itu multipurpose. Semua VR alias vertical rescue selalu berbasis ke cave rescue. Kasus Sukhoi contoh rescue yang tidak efektif » butuh banyak personil karena TNI banyak anggotanya jadi ya bisa.

Hari ini SRT dan self rescue, tetapi besok tim/group rescue. Basic harus bisa SRT standar. Ini hi level teknik. Di Jogja ada 100 orang yang piawai rescue. Masih banyak butuh relawan. Kelak rescuer bisa beraroma bisnis. Saat ini di Jogja ada 200 SRT set yang siap untuk digunakan rescue. Lihat bencana Merapi, mari tingkatkan ketahanan masyarakat khususnya dalam hal rescue.

Kompas TV, Senin jam 9 malam, ada soal rescue juga. Silakan tonton.

Lalu membicarakan Hikespi. CRO (Cave Rescue Organisation) ada di beberapa titik, Tasikmalaya ada tiga rescuer. Pada 15 s.d. 20 tahun yang lalu banyak yang tewas. Darwis, modar yo wis. 99% terjadi karena human error. Elongasi dinamis 30 s.d. 40 cm. Ada cerita soal itu. Soal helm proyek. Tali tidak berbentuk V. Seharusnya bisa menahan 500 kg, spesifikasi Petzl. Peningkatan jam terbang dan selalu training, itu harus. Rescuer terlatih harus fit dan jangan malas training. Fisik PA sangat parah: mereka malas berolah raga dan senang mabuk-mabukan! Coba lihat firefighter dan boywatch bule-bule. Di sini penghargaan atas nyawa masih rendah.

Menjadi seorang rescuer itu jangan ngrokok dan mabuk. Di inggris posisinya di atas tentara. Gua terberat di Gua Barat. Kata Dr. Cahyo. 10 km. Air terjun banyak. Satu hari memanjat Superman Bigsister. Di sana Dr. Cahyo kehabisan cahaya di sana. Di sana dia mentok. Ia keluar tanpa penerangan. (Rule bermain:

Page 16: Caverescue Laporan Draf II

� Cave Rescue

kontak CRO yang terdekat.) Polisi saja tidaklah cukup.Caver harus tahu limit. Jangan lupa. Prancis main di atas

limit, inggris di bawah safety line. Perancis banyak menjadi penemu barang-barang yang sifatnya adventurer seperti concord, paragliding, dan balon gas. Berbeda dengan Perancis, Inggris hanya dicatat sebagai negara asal penemu diesel dll. yang relatif tidak adventurer.

Cerita Kojek di Liang K20 diungkap. Instruktur sering mengalami kecelakaan bahkan sampai mati. Jangan angkuh dalam bermain. Di sesi ini Dr. Cahyo mengajak tujuh orang instruktur untuk turut serta memandu peserta.

Page 17: Caverescue Laporan Draf II

�Cave Rescue

Dalam mendaki gunung seorang diri atau sendirian, seseorang (atau kita) akan lebih mengenal diri sendiri. Misalnya, sebelum ke gunung cobalah berjalan melintasi kuburan terlebih dahulu. Ada juga cerita BKP Mapala UI yang selama seminggu berlatih di Luweng Jomblang. Di sana ia menyoroti betapa tim medis begitu dihormati oleh panitia dan peserta. Cerita pengalaman-pengalaman lainnya dan yang diposting di fb, misalnya kejadian patah leher saat canyoning. Juga yang cavedive di Perancis (lihat facebook Dr. Cahyo untuk foto-foto yang lebih lengkap).

Soal peta. Betapa pentingnya peta gua untuk identifikasi penanganan. Pilih teknik yang sesuai. (Jangan lupa minta copy presentasi dalam powerpoint yang tadi dipaparkan Dr. Cahyo untuk lampiran laporan).

Jam 11.00 wib. mulai keluar ruangan, bersiap melakukan penyelarasan teknik SRT dan self rescue.

Self Rescue I

Teknik Counter Balance. Pasang cowstail pendek di delta MR victim bagian bawah. Lepas pengaman. Jummar (misalnya). Pasang instalasi Counter Balance dengan kernmantel, bisa memakai footloop korban, cowstail yang berbahan tali bukan webing. Bikin timbangan. Lalu pasang descender di delta MR victim. Kunci. Nanti kita yang kontrol jadi usahakan senyaman mungkin bagi rescuer. Kunci. Baru buka croll korban dengan memanfaatkan timbangan alias counter balance. Beban pindah ke jummar victim. Rapikan lagi descender, perketat. Saat siap

Page 18: Caverescue Laporan Draf II

Langkah dalam self rescue

Page 19: Caverescue Laporan Draf II

Langkah dalam self rescue

Page 20: Caverescue Laporan Draf II

�� Cave Rescue

Page 21: Caverescue Laporan Draf II

��Cave Rescue

Page 22: Caverescue Laporan Draf II

�� Cave Rescue

melepas jummar, siapkan conector. Beban akan pindah ke descender. Dan siap turun. Perlahan.

Croll to Croll. Proses awalnya sama dengan teknik yang mula. Yang membedakan adalah cara melepas croll victim.

Dekatkan croll ke croll korban, lalu pasang descender ke korban. Intinya saat melepas croll dalam sekali percobaan. Di sanalah momentum yang tidak boleh terlewat. Cowstail panjang korban diturunkan dulu.

Power System/ Basic. Yang ketiga. Pasang cowstail di bagian atas MR korban karena nanti korban ada di bawah saat turun. Sebaliknya pada cowstail korban. Lalu lintasi korban

dan terus naik sampai beban korban pindah ke cowstail rescuer. Croll bebas dan bisa dilepas. Lalu pasang descender dan kunci. Rescuer nantinya yang akan mengontrolnya… Setelahnya baru jummar dilepas, hati-hati jumargoodbay. Turun, korban ada di bawah.

Peserta dibagi dua: yang bisa SRT dan yang tidak bisa SRT. Yang bisa langsung coba selfrescue. Saya coba teknik Basic atau Power System, Syafiq coba Counter Balance. Alat yang minim membuat latihan terasa kurang maksimal. Mulai jam 13.30 s.d. 17.00 wib. latihan terus berlangsung. Hal lain yang turut membuat ketidak-optimalan latihan adalah lokasi pohon yang digunakan sebagai media berada di pinggir jalan sehingga lalu lintas dan kebisingan serta yang lainnya membuat fokus terpecah. ULASAN UMUM: 3 teknik perlu dikuasai.

Page 23: Caverescue Laporan Draf II

��Cave Rescue

Dr. Cahyo pulang ke Jogja. Jam lima lebih ia bergerak ke Bandung dengan mobil kampus STTG. Istrukstur Penanggungjawab diserahkan kepada Nafik (Hikespi Tuban) dan Hikespi CRO Tasik, atau Tasikmalaya Caving Comunity (TCC).

Latihan hari ini masih berlanjut entah sampai kapan, mungkin magrib. Saya cuma bisa menduga-duga karena peserta tidak diberitahu rundown acara.

Angin Garut mulai terasa dingin bikin menggigil. Di depanku terlihat lereng Gunung Cikuray tegak menantang, anggun dalam diam.

***

Malam. Jam setengah delapan acara kembali dilanjutkan. Mulanya nonton film bersama. Film Gua Ngerong. Kata Navik, dirinya belum pernah menemukan gua lain seperti Ngerong. Semua peserta terperangah saat gambar mulai ditayangkan. Ikan-ikan. Berperahu. Biota dan abiota sama-sama menawan. Dan tentu saja salmon. Ikan yang melawan arus dan terus melompat. Pelajaran manis dari hidup mahluk-Nya. Yang tampak sederhana bersahaja namun memiliki kedalaman makna yang palung.

Masih soal film Ngerong. Dengan menontonnya, peserta yang pemula dihadapkan pada model perjalanan utuh (minimal), ada adventure teknik, sains, dll. Ilmu alam, sosial, budaya. Varian medan yang lengkap. Horizontal, vertikal, selam. Seharian ini seperti membangun kubu, nge-gank. Palawa bareng-bareng terus dengan Mapenta, KMPA Ganesha,

Page 24: Caverescue Laporan Draf II

�� Cave Rescue

dan UPL Unsoed. Soal UPL ada yang menarik. Rupanya organisasi mengirim empat orang anggota terbarunya untuk ikut dalam kegiatan pelatihan ini. Bukan tanpa rencana, rupanya mereka memang akan segera mengadakan kegiatan Pengembaraan yang berwujud petualangan caving. Soal tempat, mereka belum memberi kepastian, malah mereka meminta berbagai saran dan rekomendasi kepada peserta lain (terutama kepada saya) dan para instruktur. Kepada mereka saya merekomendasikan kawasan karst Gunung Sewu yang di dalamnya ada beberapa nama gua-gua besar dan terkenal. Saya mengingat perjalanan Pengembaraan Jaya Siregar di tahun 2008. Saya terkenang betapa sebetulnya timnya Jaya ingin mengeksplorasi kawasan karst Maros namun terkendala ini dan itu. Eh, acara masih terus berlangsung, diskusi, ngobrol-ngobrol, berbagi pengetahuan, dll. Katanya sih ada doorprize bagi peserta terngocol. Dan ternyata, meski saya tidak terlalu mengharapkan, tokh akhirnya itu doorprize yang berwujud drybag merek Eiger masuk ke dalam genggaman juga --mungkin memang sudah jodoh. Untuk mendapatkannya saya diminta untuk menjelaskan atau memaparkan apa dan bagaimana organisasi cave rescue itu. Apa yang saya sampaikan ternyata berkenan di hati dan pemahaman instruktur yang ada sehingga karena itu saya dianggap layak membawa drybag pulang. Hehehe, menyenangkan. Sebelum semuanya menjadi lupa dan takberarti ingin saya kembali mengucapkannya sekali lagi, "Terimakasih Palawa!"

Page 25: Caverescue Laporan Draf II

��Cave Rescue

Hari Kedua

Mulanya jam 5.30 wib. udara terasa menusuk-nusuk tulang. Suara alarm dari jam yang ada di ponsel belum terdengar. Dingin yang masuk membuatku merasa segar. Selanjutnya saya sudah bangkit dari tidur. Segera mandi dan menjalankan ritual pagi. Menjadi orang pertama yang bangun karena di sana sini keadaan masih terasa begitu sepi. Di Mushola lebih dari sepuluh orang peserta masih terkapar; tidur meringkuk mencoba menghalau dingin yang menusuk. Lampu sengaja tidak kunyalakan, kuatir terangnya mengganggu kawan-kawan.

Benar-benar dingin. Benar-benar segar dan indah; itu pagi yang cerah. Mengisi kekosongan, saya berlari-lari kecil di halaman depan gedung kampus yang berlantai paving blok. Tampak di timur lereng Gunung Cikuray tegak membiru. Jelas sekali urat-urat lembah dan punggungannya terlihat dari halaman parkir tempatku mulai berlari-lari kecil.

Di ruang kelas yang diubah menjadi kamar tidur bagi peserta terdapat dispenser dan sekantong besar kopi dan capucino. Membayangkan nikmatnya kopi panas, segera kuseduh segelas dan kembali ke halaman, nongkrong leyeh-leyeh pagi sambil klepas-klepus: nikmat. Cukup lama juga saya menjadi satu-satunya peserta yang sudah terjaga. Hampir jam setengah tujuh saat beberapa peserta lainnya mulai menggeliat dan membuka mata

Page 26: Caverescue Laporan Draf II

�� Cave Rescue

meski tidak segera bangkit dari posisi rebah. Memang, cuaca dingin sejuk selalu menjadi godaan yang sulit untuk ditolak. "Ini hari Minggu pagi; siapa yang melarang kita bermalas-malasan?" seseorang berseloroh. Kemudian satu-dua mulai ada yang bangun dan masuk ke kamar mandi, "Panggilan alam." begitu katanya sesaat sebelum hilang di balik pintu ruangan. Obrolan mulai terdengar menggeremeng di dalam ruangan.

Saya, Syafiq, dan Angga Mapenta ngobrol-ngobrol tentang apa saja. Syafiq menyesal tidak menggunakan sleeping bag dengan benar, semalam. ia juga mengaku tidak bisa tidur akibat terlalu kedinginan. Ya. Saya memang tidak membawa sleeping bag sehingga Syafiq merasa perlu berbagi. Sleeping bag yang dibawanya tidak digunakan sebagaimana mestinya, namun justru hanya dihamparkan begitu saja seperti tikar. Mungkin karena itulah ia menjadi sulit tidur dan tersiksa oleh cuaca semalam. Sebagai modal tidur saya membawa

kain sarung dan sebuah sweter. Kukira dengan dua perkakas itu sudah cukup namun ternyata cuaca di Garut sedang ngedrop, bahkan menurut orang Garut sendiri, cuaca dalam dua minggu terakhir terasa sangat ekstrim dinginnya; "Belakangan ini udara terasa sangat dingin di sini," ujar Bapak wakil dari kampus yang kemarin membuka acara coaching clinic. Berbeda dengan Syafiq,

Page 27: Caverescue Laporan Draf II

��Cave Rescue

Angga mengaku tidur begitu nyenyak malam itu. Udara dingin yang membuat Syafiq sulit memejamkan mata tidak dialami olehnya.

Angga membicarakan buku yang semalam dipinjam olehnya. Menurutnya menyenangkan sekali membaca beberapa lembar bagian pengantar buku perjalanan yang ditulis oleh Daniel Mahendra . Kujawab tentu saja, memangnya dia tidak kenal dengan Gol A Gong? Kusarankan juga kepadanya untuk segera membaca novel anak muda ber judul Balada Si Roy yang dulu pernah terbit menjadi cerita bersambung di ma ja l ah Hai . Nove l itulah juga yang sedikit banyak menginspirasi Daniel untuk melakukan perjalanan atau bersikap seperti Roy yang tidak lain tidak bukan adalah alter ego penulisnya sendiri: Gol A Gong. Belum lama ini terbit sebuah buku cerita perjalanan berjudul Perjalanan ke Atap Dunia - Tibet, Nepal, dan Cina dalam Potret Jurnalisme yang ditulis oleh Daniel Mahendra.

Di tengah kongkow sambil bercakap-cakap, ngopi, dan ngerokok itulah datang seorang peserta yang (kuanggap) paling tua ke dalam ruangan. Ia melempar kunci motornya dengan kesal. Rupanya motornya hampir menjadi korban pencurian kendaraan bermotor alias curanmor. Bagian kuncinya sudah

Page 28: Caverescue Laporan Draf II

�0 Cave Rescue

rusak seperti bekas dipaksa untuk memasukkan kunci leter T yang merupakan alat wajib para pencuri. Ia juga menyampaikan informasi bahwa beberapa motor diketahui hilang. Kepada kami, yaitu Syafiq, Angga, dan saya, dia juga menyarankan agar segera mengecek keadaan motor di halaman parkir. Ia kuatir salah satu dari kami menjadi korban pencurian. Berbeda dengan Angga yang datang menggunakan motor, saya dan Syafiq datang menggunakan kendaraan umum (bus dan angkot) sehingga kami tidak mengikuti langkah Angga yang tergesa menuju halaman parkir.

Ternyata benar. Angga telah kehilangan motornya, sebuah Tiger model terbaru. Ada empat buah motor yang hilang pagi tadi. Dua buah Honda Tiger, sebuah Vixion, dan sebuah Jupiter MX. Tiga di antaranya milik peserta dan sebuah milik panitia. Pagi menjadi ramai. Semuanya membicarakan dugaan-dugaan. Sebuah mobil polisi segera datang untuk mengetahui secara lebih lengkap mengenai kejadian pencurian. Saya tidak ikut-ikutan, tokh saya mempunyai keyakinan bahwa segala obrolan tidak akan membuat motor yang hilang bisa kembali datang.

Tentu saja Angga terlihat begitu terkejut dengan kenyataan yang pagi ini menghampirinya. Semoga dia tabah dan paham akan arti esensi kehilangan.

Sesi Kelas

Mulanya jam 09.00 wib. peserta digiring satu persatu ke dalam ruangan. Beginilah jika para pencinta alam maupun mapala berkegiatan: umumnya mereka sangat sulit untuk diatur dan dikendalikan. Wajar jika panitia harus bersusah-susah meminta

Page 29: Caverescue Laporan Draf II

��Cave Rescue

seluruh peserta kembali masuk ke dalam ruangan. Acara pelatihan kembali dimulai. Soal rescue group akan dibahas dan dipraktikkan. Hanya sejam secara teoritis materi disampaikan di dalam ruangan sebelum semua kembali keluar ruang, berjalan menuju trotoar jalan tepat di muka pagar kampus STTG.

Self Rescue II

Sejak kemarin semua peserta mencoba teknik di lintasan yang diinstal di pohon besar tepat di pinggiran jalan. Harus diakui bahwa aktivitas pelatihan ini sedikitnya mengganggu laju kelancaran lalu lintas. Udara masih terasa dingin terutama saat angin kencang berembus.

Pelatih masih memasang lintasan dan peserta sudah duduk memanjang di atas dan sekitar trotoar. Awalnya peserta diminta memerhat ikan demonstras i teknik uppering-lowering. Korban diangkat. Bebannya dipindahkan sebelum dipasang hauling-set di tali yang sama (direct system). Teknik ini sangat berguna sehingga perlu dikuasai oleh rescuer atau caver

Page 30: Caverescue Laporan Draf II

�� Cave Rescue

–secara umum.Makan siang dilakukan sporadis. Panitia memberi kesempatan

bagi peserta yang masih ingin terus mencoba lintasan-lintasan sambil bergiliran shalat, makan, dan istirahat. Lalu lintas tidak padat siang itu. Matahari bersinar terang namun angin yang berembus masih mampu membuat rasa menggigil.

Rescue Group

Lokasi berpindah ke halaman dalam. Instruktur menginstal lintasan tali tegang (double line). Dua tambatan di atas menggunakan simpul delapan, sedangkan yang di bawah Italian hitch. Ditegaskan pula bahwa keuntungan Italian hitch adalah kemudahan dalam mempererat jeratan tanpa perlu membongkar pasang simpul (misalnya jika digunakan simpul delapan maka setiap kali kurang pas simpul harus dibongkar pasang. Perlu diperhatikan pada saat proses menarik dimulai, sebisa mungkin arah tarikan sejajar dengan arah normal penggunaan alat. Korban patah tulang akan diturunkan menggunakan lintasan tyrolean. Korban akan dipacking dalam stretcher. Ditegaskan oleh instruktur bahwa tandu yang digunakan dalam simulasi ini termasuk jenis yang kurang layak. Instruktur menunjuk contoh yang dimiliki Hikespi.

Hal menarik lain saat instruktur mengintrodusir istilah Simpul Tiga atau ada juga yang menyebut Simpul Sepuluh. Simpul ini merupakan modifikasi dari Simpul Playboy dengan hasil banyak loop. Simpul ini digunakan untuk menghubungkan antara tali belayer dan stretcher.

Salah satu yang utama dalam penarikan (dalam proses

Page 31: Caverescue Laporan Draf II

��Cave Rescue

hauling) seminimal mungkin menghasilkan hentakan yang kejet-kejet. Teknik menarik yang efektif adalah dengan melakukan rotasi (yang belakang berlari masuk ke baris paling depan).

Mas Adi, instruktur yang disebut-sebut sebagai tangan kanan sang direktur Hikespi mengatakan bahwa hal penting yang agak sedikit dilewatkan sejak tadi yaitu mengenai penambatan. Katanya, di dalam cave rescue tidak dikenal istilah main anchor

Page 32: Caverescue Laporan Draf II

�� Cave Rescue

maupun back up anchor. Di dalam cave rescue, tambatan selalu menggunakan triple anchor atau simpul yang lazim kita sebut sebagai equalizing anchor. Dia juga menegaskan bahwa triple anchor sebaiknya menggunakan kernmantel sebagai bahan pembuatnya, bukan pita webing.

Page 33: Caverescue Laporan Draf II

��Cave Rescue

Akhirnya

Sampai menjelang azan ashar peserta dan instruktur berkativitas di halaman depan. proses rescue dan evakuasi korban sudah dipraktikkan. Beberapa peserta terlihat sumringah dan merasa sudah memahami teknis pelaksanaan cave rescue terutama pada sesi rescue grup ini. Banyak peserta yang sudah kehilangan fokus perhatiannya, mungkin akibat insiden pagi tadi atau karena cuaca yang terik sejak siang tadi. Saya kira tidak sedikit peserta yang mengalami kebingungan akut yang disebabkan proses pembelajaran yang (mungkin) dianggapnya terlalu cepat, persis seperti bus kota yang ugal-ugalan akibat belum memperoleh uang setoran.

Sudah dibicarakan sejak awal oleh Dr. Cahyo bahwa materi cave rescue merupakan materi yang membutuhkan berbagai prasyarat bagi mereka yang ingin mempelajarinya. Dia mengucapkan bahwa materi ini termasuk hi-level. Ucapannya tersebut dilontarkannya di awal kegiatan setelah ia mengetahui betapa lebih dari tiga per empat peserta belum pernah melakukan teknik SRT, bahkan lebih parah, sebagian besar belum mengetahui apa itu SRT dan lain sebagainya.

Apa yang dikemukakan Dr. Cahyo benar belaka, namun seperti yang semalam, seusai menonton film Gua Ngerong, juga saya sampaikan betapa tidak adil jika sebagian besar peserta yang belum memahami dasar-dasar teknik eksplorasi gua vertikal disalahkan. Di forum, semalam, saya menyatakan dengan penuh

Page 34: Caverescue Laporan Draf II

�� Cave Rescue

keyakinan betapa terbuka lebar pintu hikmah bagi mereka; sangat mungkin setelah kegiatan pelatihan atau yang judulnya secara lengkap berbunyi Coaching Clinic Cave Rescue Management ini akan termotivasi untuk terus belajar dan belajar; berlatih dan berlatih. Kegiatan dua hari ini merupakan pemadatan yang memang harus dilakukan, hal yang analog dengan ilustrasi berikut ini: Semester Alih Tahun atau yang dulu disebut sebagai Semester Pendek. Bukankah di dalamnya mahasiswa mengalami kuliah yang terdiri dari pemadatan demi pemadatan. Saya kira itulah

hal yang sangat relevan untuk tidak mengambing-hitamkan mereka yang kebetulan baru belajar SRT di dalam kegiatan yang seharusnya diikuti oleh mereka yang telah piawai dalam mempraktikkan teknik SRT.

Peristiwa tersebut mengingatkan saya pada proses kursus speleologi di Hikespi sepuluh tahun yang lalu. Sebelum berangkat saya dibekali oleh berbagai materi teoritis dan praktis oleh senior-senior di perhimpunan; salah satu yang paling intensif membimbing saya adalah Kang Iskandar (GP). Ternyata

Page 35: Caverescue Laporan Draf II

��Cave Rescue

persiapan tersebut sangat berguna karena hari pertama di Vila Buena Vista para peserta, termasuk saya, diminta mempraktikkan teknik self rescue, memasang alat SRT, dan membuat simpul-simpul dengan mata tertutup. Kursus yang menjadi ajang belajar dimulai dengan ujian-ujian dan penyelarasan teknik.

Di luar itu, paling tidak, kami (Syafiq dan Vicko) bisa menyerap apa yang telah disampaikan sejak awal sampai dengan akhir. Tentu saja itu tidak cukup karena apa yang kami terima dalam kegiatan ini tidak lain hanyalah dasar-dasar yang paling dasar sehingga pengayaan teknik masih harus terus dilakukan.

Instruktur berulang kali menyatakan bahwa sangat banyak teknik rescue yang bisa digunakan. Seorang rescuer harus memilih teknik mana yang paling efektif dan sesuai dengan tuntutan peristiwa (bagaimana medannya, berapa jumlah personil yang siap, alat apa saja yang ada dan berapa jumlah masing-masingnya. Itulah beberapa hal penting yang juga harus menjadi pertimbangan sebelum tindakan dilakukan. Peserta juga dipersilakan untuk membaca buku pegangan baku yang direkomendasikan oleh Hikespi. Melalui buku itu diharapkan peserta dapat terus belajar dan berlatih. Alpine Caving Technique --A Coplete Guide to Safe and

Page 36: Caverescue Laporan Draf II

�� Cave Rescue

Eficient Caving. Sebetulnya Syafiq sudah memiliki buku tersebut meski saya pun tahu Palawa Unpad belum menggunakannya. Seingat saya di lemari buku Palawa Unpad yang ada adalah buku On Rope, Life in Line, Alpine Rescue Handbook, serta Freedom of the Hills, tentu saja selain diktat-diktat pelatihan yang umumnya fotokopian.

Setelah kembali masuk ke dalam kelas, seluruh peserta dipersilakan untuk menikmati hidangan yang terdiri dari kue-kue, kopi, dan teh. Soal konsumsi panitia benar-benar berhati-hati. Peserta seolah tidak diberi kesempatan untuk mengajukan komplain... hehehe. Tidak ada waktu tanpa konsumsi karena konsumsi tidak hanyak dikeluarkan saat istirahat tetapi sepanjang kegiatan. Hal tersebut mendapat sambutan dari para instruktur yang mengeluarkan ujaran klasik perihal logistik dan logika. Katanya, "...dalam berkegiatan terutama saat rescue jangan sampai menganggap enteng peran logistik (yang diartikan sebagai konsumsi), tentu kalian pernah mendengar peringatan para senior: Jangan Sampai Logika Dikalahkan Oleh Logistik.

Sesi tanya jawab kembali digelar. Tidak hanya itu panitia pun kembali menyediakan doorprize. Kali ini Angga Mapenta yang mengambilnya. Dia menjawab bahwa kata kunci dalam self rescue 'gaya' counter balance adalah tidak meletakkan croll dan jummar terlalu dekat, jarak minimal sekitar 10 cm. Jika terlalu dekat akan sulit membuka croll korban, namun jika terlalu jauh jummar akan sulit dilepaskan. Jawabannya benar. Namun ada yang lucu dan terasa tragis. Angga datang membawa Tiger dan pulang membawa Eiger. Ya, tidakkah itu tragik-komedi. Saya berempati dengan kejadian tersebut namun tetap takbisa menahan senyum pahit saat menyadari hal tersebut: Tiger ditukar Eiger.

Upacara penutupan dilangsungkan. Sambutan-sambutan kembali diutarakan. Mas Adi mewakili Hikespi dan Bapak yang sama (seperti saat pembukaan) mewakili rektorat STTG. Penutupan masih berlangsung saat beberapa anggota organisasi di

Page 37: Caverescue Laporan Draf II

��Cave Rescue

Bandung mulai menanyakan apakah mereka bisa pulang bersama-sama kami. Ya tentu saja saya tidak bisa menolak keinginan mereka. Selain Angga, dua orang anggota pencinta alam BSI Bandung menjadi rekan dalam rombongan.

Simpulan

Setelah mengikuti kegiatan tersebut sejak awal sampai dengan akhir maka bisalah saya menyimpulkan bahwa selama (paling tidak) sepuluh tahun terakhir ini tidak ada perubahan dan atau perkembangan teknik yang signifikan dalam dasar-dasar cave rescue. Bagi saya pelatihan ini menjadi wahana untuk mengkonfirmasi, mengafirmasi, maupun menegasi berbagai hal ihwal caving dan cave rescue. Secara umum kegiatan Coaching Clinic Cave Rescue Management tersebut menjadi kegiatan yang berhasil meremajakan berbagai pengetahuan dan ingatan saya atasnya.

Jika ada persoalan, hal tersebut adalah soal proses transfer pengetahuan dari senior ke junior. Kursus di Hikespi tidak banyak perubahan selain bermanfaat untuk menambah teman dan meluaskan pergaulan. Jika ada hal-hal yang belum diketahui, hal tersebut bisa terjadi mungkin karena ada patahan dan hambatan dalam transfer pengetahuan. Selanjutnya saya dan Syafiq siap untuk berbagi pengetahuan teknik dan teori mengenai hal-hal yang dibahas dalam coaching clinic kemarin. Khusus mengenai management cave rescue, paparan Dr. Cahyo bisa disimak dalam rekaman yang dibuat oleh Syafiq.

Page 38: Caverescue Laporan Draf II
Page 39: Caverescue Laporan Draf II

��Cave Rescue

Biodata Utusan

Mirza Ahmad Hevicko. PLW 24382118 Tilas Buana. Bergabung dengan Palawa Unpad di tahun 2000 dalam angkatan yang menamakan dirinya Tilas Buana. Pernah menjabat sebagai Seksi bidang Perpustakaan (2001), Sekretaris Umum (2002 - 2003), dan Ketua Dewan Pengurus (2004 - 2006). Pernah terpilih sebagai anggota tim ekspedisi Operasi Selatan - Tenggara Sulawesi (OSTS) 2001, mengikuti

kursus penelusuran gua Hikespi (2002), dan menjadi ketua tim Penelusuran dan Pemetaan Gua-gua di Kawasan Karst Gombong Selatan (2003).

Syafiq Muhammad. PLW 24382139 Sanghyang Karmuka. Bergabung dengan Palawa Unpad di tahun 2009 dalam angkatan Sanghyang Karmuka. Kuliah di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Padjadjaran. Pernah menjabat sebagai bagian Logistik Palawa Unpad, aktif dalam beberapa kepanitiaan, pernah menjadi panitia seminar nasional konservasi karst 2012, dan menjadi anggota tim ekspedisi Palawa Unpad 2011 yang

bertajuk Gigantic River Cave Expedition 2011 - Lao People Democratic Republic.

Page 40: Caverescue Laporan Draf II

Perhimpunan Mahasiswa Pencinta Alam

P A L A W A U N P A DJalan Bandung Sumedang km. 21