Catatan ISR 5

2
Pada line 1A dapat dilihat terdapat erotional truncation. Well seismic tie dapat dilakukan apabila kita memiliki data seismic dan log sonic. Namun log sonic memiliki efek skala. Maka log sonic harus dikoreksi menggunakan check-shot. Kemudian selain check-shot, data sonic juga bisa digunakan untuk mencari nilai kecepatan rata-rata dan kecepatan interval. Dengan menggunakan kecepatan ini, dapat dilakukan konversi waktu-kedalaman Time-Depth conversion. Peta posisi waktu belum tentu mencerminkan posisi sebenarnya, posisi realnya tergantung pada struktur kecepatannya. Maka untuk itu perlu dilakukan konversi time-depth dengan check shot. 1. Check Shot Checkshot dilakukan dengan metode vertical seismic profiling. Untuk akuisisi seismic refleksi kedalaman 1-3 km, jarak antar geophone adalah antara 20-30m. Interval pendek dan perekaman cepat dengan menggunakan vertical seismic profiling. Check shot kita hanya mendapatkan direct wave, kalau VSP karena perekamannya lebih lama kita dapat mendapatkan reflected wave dari lapisan yang lebih dalam. First break itu waktu miring pertamanya. Jadi kita bisa mendapatkan waktu miring, sudut kemiringan dan kedalaman. Kemudian waktu miring itu kita jadikan waktu vertical, sehingga dapat dihitung kecepatannya. 2. Kecepatan interval pada lapisan miring meningkat terhadap kedalaman. Pada penampang seismic digambarkan seolah-olah lapisan menipis karena adanya perubahan kecepatan. VL mencerminkan kedalaman air laut. Akibatnya reflector kita terhadap waktu dipengaruhi kecepatannya. Didapatkan pull-up velocity anomaly pada saat kecepatan rata-ratanya lebih besar dibandingkan sekitarnya. Sedangkan apabila kecepatan rata-ratanya lebih kecil dibandingkan sekitarnya maka diperoleh push down anomaly. Data kecepatan yang dapat kita percaya adalah data checkshot, karena kecepatannya langsung dari sumurnya. 3. Timedepth conversion Yang dilihat sebelum melakukan timedepth conversion adalah ada atau tidaknya variasi kecepatan secara lateral. a. Hubungkan titik-titik sumur tersebut dengan penggaris, kemudian diinterpolasikan untuk mendapatkan kecepatannya. Kemudian dibuat peta kecepatan

description

Catatan Kuliah Interpretasi Seismik Refleksi Pertemuan ke 5, Teknik Geofisika ITB

Transcript of Catatan ISR 5

Page 1: Catatan ISR 5

Pada line 1A dapat dilihat terdapat erotional truncation.

Well seismic tie dapat dilakukan apabila kita memiliki data seismic dan log sonic. Namun log sonic memiliki efek skala. Maka log sonic harus dikoreksi menggunakan check-shot. Kemudian selain check-shot, data sonic juga bisa digunakan untuk mencari nilai kecepatan rata-rata dan kecepatan interval. Dengan menggunakan kecepatan ini, dapat dilakukan konversi waktu-kedalaman Time-Depth conversion. Peta posisi waktu belum tentu mencerminkan posisi sebenarnya, posisi realnya tergantung pada struktur kecepatannya. Maka untuk itu perlu dilakukan konversi time-depth dengan check shot.

1. Check Shot

Checkshot dilakukan dengan metode vertical seismic profiling. Untuk akuisisi seismic refleksi kedalaman 1-3 km, jarak antar geophone adalah antara 20-30m. Interval pendek dan perekaman cepat dengan menggunakan vertical seismic profiling. Check shot kita hanya mendapatkan direct wave, kalau VSP karena perekamannya lebih lama kita dapat mendapatkan reflected wave dari lapisan yang lebih dalam. First break itu waktu miring pertamanya. Jadi kita bisa mendapatkan waktu miring, sudut kemiringan dan kedalaman. Kemudian waktu miring itu kita jadikan waktu vertical, sehingga dapat dihitung kecepatannya.

2. Kecepatan interval pada lapisan miring meningkat terhadap kedalaman. Pada penampang seismic digambarkan seolah-olah lapisan menipis karena adanya perubahan kecepatan. VL mencerminkan kedalaman air laut. Akibatnya reflector kita terhadap waktu dipengaruhi kecepatannya. Didapatkan pull-up velocity anomaly pada saat kecepatan rata-ratanya lebih besar dibandingkan sekitarnya. Sedangkan apabila kecepatan rata-ratanya lebih kecil dibandingkan sekitarnya maka diperoleh push down anomaly. Data kecepatan yang dapat kita percaya adalah data checkshot, karena kecepatannya langsung dari sumurnya.

3. Timedepth conversionYang dilihat sebelum melakukan timedepth conversion adalah ada atau tidaknya variasi kecepatan secara lateral.a. Hubungkan titik-titik sumur tersebut dengan penggaris, kemudian diinterpolasikan untuk

mendapatkan kecepatannya. Kemudian dibuat peta kecepatan

PR : Time depth conversion yang kita mainkan dengan penampang. Dengan target Latrobe. Di penampang seperti ada tinggian disitu. Tapi diatasnya ada variasi kecepatan diatasnya akibat channel. Kenapa pas channelnya tebal latrobenya naik ke atas? Kecepatan interval didapat dari checkshot masing-masing interval. Miocene channel kecepatannya tinggi sekali, sehingga kemungkinan dia menyebabkan pull up anomaly. Jadi kita bisa berharap penampang dalam waktu ini tidak mencerminkan yang sebenarnya dengan mengubah ke penampang kedalaman.

Rumus ketebalan Ft = Ketebalan waktu * V /2000. Kemudian kedalaman didapatkan dengan depth+depth+depth+….