Catatan Harian Anas Urbaningrum

75
CATATAN HARIAN “ANAS URBANINGRUM” Jumat, 10 Januari 2014. Kamar agak luas. Lumayan untuk ukuran kamar tahanan dibanding yang saya bayangkan, seperti kamar waktu dulu indekos di Surabaya atau Jakarta. Tempat tidurnya kecil, cukup untuk satu orang. Ada kamar mandi dan toilet yang dibatasi tembok. Ada pula wastafel dan rak piring kecil. Pokoknya mirip kamar indekos mahasiswa. Penjaganya adalah pensiunan tentara yang baru direkrut. Namanya Timur Pakpakhan, orang Siantar, yang sejak 1978 masuk Jakarta. Kami ngobrol santai ngalor-ngidul, termasuk cerita-cerita di kalangan militer dan politik. Kesan saya, dia orangnya enak. Ketika masuk, saya langsung disambut beberapa penghuni yang sudah lebih awal bermukim di sini. Sebut saja Rudi Rubiandini. Malah, saya dapat pinjaman sarung, sajadah, dan handuk, sambil menunggu kiriman dari rumah. Ada pula Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan dan Budi Santoso, yang memperkenalkan diri sebagai teman Djoko Susilo. Mereka kompak bilang selamat datang. "Sabar saja, Mas," begitu pesan dan nasihat mereka. Tentu, saya sudah membayangkan akan ditahan ketika berangkat dari rumah. Alhamdulillah, ketika pamit kepada Tia, saya sudah dibekali dengan kalimat dukungan ikhlas, ridho, dan doa agar kuat. Memperjuangkan keyakinan tidak bersalah di medan yang berat adalah tantangan tersendiri. Apalagi di KPK, lembaga yang dianggap selalu benar dan hampir tanpa kritik, karena kritik kepada KPK dianggap sebagai pro-koruptor. KPK memegang kekuasaan yang nyaris absolut. Modal ridho dan doa dari istri buat saya adalah energi tersendiri yang spesial nilainya. Seperti yang saya sampaikan ketika ke luar pintu KPK dengan baju kebesaran tahanan, yang tanda tangan surat perintah penahanan adalah Abraham Samad, Ketua KPK yang gagah perkasa karena sering mengatakan hanya takut kepada Tuhan. Abraham adalah calon komisioner KPK yang menjelang fit & proper test di DPR datang ke Durensawit, tengah malam, untuk meminta dukungan. Abraham datang diantar Salahuddin Alam, teman saya di Partai Demokrat asal Sulawesi. Malam itu, tanpa saya minta, Abraham menyampaikan komitmen untuk saling dukung dan saling menjaga sebagai sesama anak muda. Ternyata, di dalam proses saya menjadi tersangka terdapat peran serius Abraham, yang bahkan menyampaikan harus pakai cara kekerasan. Istilah yang dipakai adalah "pakai kekerasan dikit". Tentu saja dalam kalimat itu terkandung makna memaksa atau pemaksaan atau keharusan. Entah maksudnya memaksa dari segi waktu atau dari segi substansi perkara yang disangkakan. Surat perintah penahanan disampaikan dan diberikan oleh penyidik yang memeriksa. Rupanya sprindik ada dua, yaitu No 14 dan No 14 A tanggal 22 Februari dan 15 Maret 2013 . Ketua tim adalah Bambang Sukoco dan di dalam tim itu ada penyidik senior dari Polri, Endang Tarsa. Di dalam sprindik No 14-A itulah Nama Endang Tarsa tercantum. Jadi, jumlah penyidik cukup banyak. Kalau tidak salah sepuluh orang, yakni empat penyidik pada sprindik No 14 dan enam orang pada sprindik No 14-A. Kedua sprindik itu di teken oleh Bambang Widjojanto. Dijelaskan oleh Endang Tarsa bahwa sprindik No 14-A terbit untuk membantu tim penyidik dalam perkara sprindik No 14. Membantu tentu maknanya memperkuat karena tim sebelumnya dirasa belum cukup. Istilah Endang: "Saya hanya membantu Pak Bambang Sukoco." Saya lirik, Bambang hanya tersenyum mendengar keterangan Endang. Dalam tim penyidik pertama berdasarkan sprindik No 14 ada nama Bakti Suhendrawan, yang kabarnya adalah teman Agus Harimurti Yudhoyono di SMA Taruna Nusantara, Magelang. Fakta itu dibilang menarik bisa, dibilang biasa-biasa saja dan kebetulan juga bisa.

description

Tulisan yang berisi catatan harian Anas Urbaningrum selama di penjara pasca Penangkapan oleh KPK RI, juga ada saduran catatan sahabat anas dan berita terkait kasus Anas Urbaningrum.

Transcript of Catatan Harian Anas Urbaningrum

CATATAN HARIAN “ANAS URBANINGRUM”

Jumat, 10 Januari 2014.

Kamar agak luas. Lumayan untuk ukuran kamar tahanan dibanding yang saya bayangkan, sepertikamar waktu dulu indekos di Surabaya atau Jakarta. Tempat tidurnya kecil, cukup untuk satu orang.Ada kamar mandi dan toilet yang dibatasi tembok. Ada pula wastafel dan rak piring kecil. Pokoknyamirip kamar indekos mahasiswa.

Penjaganya adalah pensiunan tentara yang baru direkrut. Namanya Timur Pakpakhan, orang Siantar,yang sejak 1978 masuk Jakarta. Kami ngobrol santai ngalor-ngidul, termasuk cerita-cerita di kalanganmiliter dan politik. Kesan saya, dia orangnya enak.

Ketika masuk, saya langsung disambut beberapa penghuni yang sudah lebih awal bermukim di sini.Sebut saja Rudi Rubiandini. Malah, saya dapat pinjaman sarung, sajadah, dan handuk, sambilmenunggu kiriman dari rumah. Ada pula Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan dan Budi Santoso,yang memperkenalkan diri sebagai teman Djoko Susilo. Mereka kompak bilang selamat datang."Sabar saja, Mas," begitu pesan dan nasihat mereka.

Tentu, saya sudah membayangkan akan ditahan ketika berangkat dari rumah. Alhamdulillah, ketikapamit kepada Tia, saya sudah dibekali dengan kalimat dukungan ikhlas, ridho, dan doa agar kuat.Memperjuangkan keyakinan tidak bersalah di medan yang berat adalah tantangan tersendiri. Apalagidi KPK, lembaga yang dianggap selalu benar dan hampir tanpa kritik, karena kritik kepada KPKdianggap sebagai pro-koruptor. KPK memegang kekuasaan yang nyaris absolut. Modal ridho dan doadari istri buat saya adalah energi tersendiri yang spesial nilainya.

Seperti yang saya sampaikan ketika ke luar pintu KPK dengan baju kebesaran tahanan, yang tandatangan surat perintah penahanan adalah Abraham Samad, Ketua KPK yang gagah perkasa karenasering mengatakan hanya takut kepada Tuhan. Abraham adalah calon komisioner KPK yangmenjelang fit & proper test di DPR datang ke Durensawit, tengah malam, untuk meminta dukungan.Abraham datang diantar Salahuddin Alam, teman saya di Partai Demokrat asal Sulawesi.

Malam itu, tanpa saya minta, Abraham menyampaikan komitmen untuk saling dukung dan salingmenjaga sebagai sesama anak muda. Ternyata, di dalam proses saya menjadi tersangka terdapat peranserius Abraham, yang bahkan menyampaikan harus pakai cara kekerasan. Istilah yang dipakai adalah"pakai kekerasan dikit". Tentu saja dalam kalimat itu terkandung makna memaksa atau pemaksaanatau keharusan. Entah maksudnya memaksa dari segi waktu atau dari segi substansi perkara yangdisangkakan.

Surat perintah penahanan disampaikan dan diberikan oleh penyidik yang memeriksa. Rupanyasprindik ada dua, yaitu No 14 dan No 14 A tanggal 22 Februari dan 15 Maret 2013 . Ketua tim adalahBambang Sukoco dan di dalam tim itu ada penyidik senior dari Polri, Endang Tarsa. Di dalamsprindik No 14-A itulah Nama Endang Tarsa tercantum. Jadi, jumlah penyidik cukup banyak. Kalautidak salah sepuluh orang, yakni empat penyidik pada sprindik No 14 dan enam orang pada sprindikNo 14-A. Kedua sprindik itu di teken oleh Bambang Widjojanto.

Dijelaskan oleh Endang Tarsa bahwa sprindik No 14-A terbit untuk membantu tim penyidik dalamperkara sprindik No 14. Membantu tentu maknanya memperkuat karena tim sebelumnya dirasa belumcukup. Istilah Endang: "Saya hanya membantu Pak Bambang Sukoco." Saya lirik, Bambang hanyatersenyum mendengar keterangan Endang.

Dalam tim penyidik pertama berdasarkan sprindik No 14 ada nama Bakti Suhendrawan, yangkabarnya adalah teman Agus Harimurti Yudhoyono di SMA Taruna Nusantara, Magelang. Fakta itudibilang menarik bisa, dibilang biasa-biasa saja dan kebetulan juga bisa.

Pada kesempatan awal, saya bertanya tentang frasa "dan atau proyek-proyek lainnya" di dalam suratpemanggilan dan ternyata kata-kata itu berdasarkan pada sprindik yang diteken BW itu. Baik padasprindik No 14 maupun pada sprindik No 14-A bunyi kalimatnya sama. Endang menjelaskana bahwamemang dasar surat panggilan berawal dari sprindik dan itulah simpulan gelar perkara. Hal itu tidakperlu dijelaskan di surat panggilan, cukup di jelaskan ketika pemeriksaan.

Ketika saya desak, apa itu maksudnya, dia menjawab, misalnya proyek pembangunan gedungBiofarma, pembangunan universitas-universitas, pembangunan gedung pajak— sesuatu yang sayatidak tahu maksudnya.

Saya menyampaikan usulan dan permintaan. Jika itu yang dimaksud, agar disiapkan suratpemanggilan baru yang secara jelas menyebutkan nama-nama proyek tesrebut. Tetap saja tidak bisa,katanya. Karena dasarnya dari sprindik dan saksi-saksi sudah dipanggil dengan bunyi kalimattersebut.

Kemudian penyidik lain, Salmah, membawakan contoh surat kepada saksi. Intinya, pokoknya tidakbisa, karena sudah sesuai prosedur dan sprindik. Meskipun berkali-kali saya katakan itu sebagaiterobosan dan tidak melanggar aturan serta tidak bertentangan dengan sprindik, bahkan sebagai upayakerja sama, tetap saja ditolak.

Endang tarsa adalah penyidik senior yang juga Pelaksana Tugas Direktur Penyidikan KPK. Tentu sajapengalamannya panjang dan dianggap bisa menangani kasus saya sesuai arah keputusan KPK. Sayatidak tahu apakah ada pejabat setingkat direktur penyidik yang "turun gunung" menjadi anggota darianak buahnya sendiri. Tentu saja ini kehormatan, karena untuk kasus gratifikasi Harrier dan atau yanglain-lain diturunkan penyidik senior kelas tinggi.

Tetapi, yang tidak saya sangka-sangka, Endang sempat bertanya tentang PPI. "Sudah ada di manasaja?" begitu dia bertanya sambil bilang bahwa hal itu untuk pengetahuan saja.Tentu pertanyaan menarik itu saya jawab juga. Karena, tidak ada yang rahasia dan perludisembunyikan tentang PPI.

Ketika saya tanya tentang identitas Bambang Sukoco, dia menyebut sebagai alumni Yosodipuro.Tentu saya mengerti yang dimaksud, yakni markas HMI Cabang Solo. Dia bilang pernah menjadibendahara pada zaman Adib Zuhairi menjadi Ketua Umum HMI CabangSsolo. Bambang mengakukenal Johny Nur Ashari, Kholiq Muhammad, Yulianto, Dwiki Setiawan, serta beberapa teman sayadari HMI Solo.

Ada kesan, Bambang agak segan. Bahasa tubuhnya kurang nyaman dan sering menunduk.Saya bilang kepada Bambang, tidak perlu memanggil “Pak”, panggil saja “Mas”. Dia bilang, " Iya,Pak. Iya, Mas." Kadang panggil “Mas”, kadang panggil “Pak”. Terasa benar agak kikuk, meskipunsaya berusaha mencairkan suasana agar santai. Kalau benar dia alumni HMI Solo seangkatan AdibZuhairi, pasti dia agak tahu tentang saya zaman itu. Tetapi, saya menghormati posisi dan tugasnyasebagai ketua tim penyidik kasus saya. Sebagai penyidik yang berawal dari kepolisian dan sekarangsudah menjadi pegawai tetap KPK, Bambang tengah menjalani tugas dari pimpinan.

Ketika saya tanyakan, "Kok bisa saya jadi tersangka gratifikasi Harrier?”Dia hanya tertawa."Kok aneh, saya bisa jadi TSK di KPK untuk kasus gratifikasi Harrier?”Dia tertawa lagi.Buat saya, tawa bambang punya makna besar dan saya yakin hatinya bergejolak.

Yang jelas, hari ini, Jumat, 10 Januari 2014, saya ditahan di lantai bawah KPK. Pasti ada yang senangdan bahagia dengan penahanan ini. Ada pula yang bersedih. Ada yang tertawa. Ada yang menangis.Itulah dua sisi kehidupan yang tak terpisahkan. Saya harus memandangnya biasa saja, karena pastitidak ada yang kekal. Semua akan berganti. Semua akan berlalu.

Sabtu, 11 Januari 2014.

"Pak Haji, sudah jam empat pagi," begitu suara keras Timur Pakpahan membangunkan saya."Iya, Bang, terima kasih," saya menyahut.Saya memang berpesan kepada Timur untuk membangunkan kalau sudah jam empat pagi.Alhamdulillah, permintaan itu dipenuhi dengan baik.Malam pertama ditahan ternyata tidur saya nyenyak. Bahkan lebih awal tidur dari waktu biasanya.Jika hari-hari biasanya tidur jam satu dini hari ke atas, tadi malam saya sudah tertidur sekitar jam23.00. Tidur pulas, tidur berkualitas. Kok bisa? Rupanya Gusti Allah kasih anugerah tidur pulasberkualitas.

Setelah salat subuh, kembali saya tidur. Sekitar jam tujuh, saya bangun karena ada suara Timur lagi.Dia mengenalkan petugas jaga penggantinya. Namanya Thohari, orang Trenggalek. Sama denganTimur, rupanya Thohari adalah pensiunan tentara.

"Kulo asli Trenggalek, Pak Anas," begitu Thohari mengenalkan asalnya."Nggih, tonggo dhewe," saya merespons dengan bahasa Jawa. Dia juga menyebut bertetangga denganPriyo Budi santoso di Trenggalek.

Muncul pula Rudi Rubiandini, masih pakai kopiah putih. Rupanya mau mengaji. setelah berbaik hatikemarin malam meminjamkan sajadah, sarung, dan handuk. Hari ini, saya dipinjamkan buku-bukudan majalah. Alhamdulillah. Terima kasih, Prof. Ada buku Tadabbur Al Quran, Obat Penawar Hatiyang Sedih, majalah Trubus, Time, dan Traveller. Sungguh buku dan bahan bacaan menjadi temanberharga di tahanan.

Buku dan bacaan adalah menu untuk pikiran. Salat dan zikir bagiannya hati. Lalu, bagaimana denganurusan perut ? Terus terang tadi malam saya sengaja tidak makan. Soalnya, kiriman makanan karenasatu dan lainnya hal belum bisa sampai. Hanya kiriman pakaian, roti, dan air minuman kemasan yangtiba. Di ruang pemeriksaan, saya tidak makan, tidak minum, meskipun disediakan. Di dalam ruangantahanan juga ada jatah makan malam: nasi merah, sayur, dan telur rebus. Saya hanya ambil telurrebusnya. Alhamdulillah, Rudi memberi saya roti, wafer, dan kue mirip kue bolu. Itu yang, bismillah,saya sikat. Bukan urusan lapar atau tidak lapar. Ini hanya urusan berhati-hati. Berhati-hati saja kadangkala terpeleset, apalagi kalau ceroboh.

Sebagai tahanan, pagi ini saya dapat jatah kue nagasari. Ada tiga biji dikemas dalam kotak plastik.Sebetulnya kue nagasari termasuk enak dan favorit saya, tetapi saya tidak sentuh. Sisa wafer tadimalam saya habiskan. Tetapi yang namanya rezeki kalau mau datang, ya, datang saja.Rupanya BudiSantoso dan Rudi sarapan bareng. Saya dapat kiriman nasi bungkus ikan cakalang. Saya tidak tahudipesan dari mana, tapi yang jelas rasanya maknyus. Terhadap nasi bungkus itu saya husnudzan sajadan menjadi menu sarapan pagi yang bersejarah: makan pagi pertama di ruang tahanan.

Nasi bakar cakalang itu kembali hadir saat makan siang. Berarti ketika sarapan ada stok sisa untukjatah makan siang. Jatah makan siang resmi dari KPK tidak saya makan. Tentu saja tidak bolehmubazir dan ada caranya agar tidak mubazir dan tetap bermanfaat. Makan siang makin spesial karenaada minuman cokelat panas. Rupanya Rudi hobinya cokelat panas. Kalau Wawan lebih suka wejangjahe panas.

Jadi untuk urusan makan minum, alhamdulillah, tidak ada masalah. Para senior, Prof Rudi, KangWawan, dan Mas Budi berbaik hati. Mungkin kasihan ada yunior yang belum bisa dapat kiriman darikeluarganya. Selebihnya pasti karena terpanggil perasaan senasib dikurung di lantai bawah GedungKPK.

Hari ini pula saya sempat baca koran. Tentu saja, semua berita utamanya tentang Anas, dengan gayapenulisan masing- masing dan arah politik redaksinya sendiri-sendiri. Foto yang paling dramatis adadi Koran Tempo. Gambarnya adalah Anas yang kaget dilempar telur. Gambarnya menarik dan

dramatis. Lalu, saya teringat peristiwa tadi malam. Selain memberi keterangan pers sedikit sebelummasuk ke ruang tahanan, dalam kondisi terjepit dan berdesak-desakan ada orang memukul pakai telur.Tangannya hanya sedikit menyentuh kepala, telurnya yang telak. Rasanya seperti keramas pakai telur.Inilah yang boleh disebut Jumat Keramas.

Sesampai di Posko Rutan KPK, saya tanya, siapa tadi yang memukul pakai telur. Tidak ada yang tahusiapa orangnya. Saya hanya pesan kepada petugas keamanan KPK yang mengantar saya agar yangbersangkutan jangan diapa-apakan. Saya khawatir ada yang memukul balik. Dari koran baruketahuan, yang bersangkutan bernama Aryanto, Ketua LSM Gempita, Palmerah, Jakarta Barat. Apapun motifnya, apakah inisiatif pribadi atau ada yang menyuruh, Aryanto tidak perlu diapa-apakan.Saya mendoakan semoga apa yang dilakukan itu mendatangkan kepuasan bagi dirinya atau pihakyang memesannya— jika ada. Hikmahnya adalah saya mandi keramas, rambut jadi bersih. JumatKeramas!

Tentu saja normal kalau saya bersedih atas hilangnya kebebasan di ruang tahanan. Tidak bisaberinteraksi normal dengan istri, anak-anak, dan keluarga besar. Tidak bisa bergaul dengan teman-teman dan para sahabat. Ruang hidup menjadi sempit, dibatasi tembok, pintu, petugas jaga, dankewenangan penyidik. Ringkas kalimat, irama kehidupan berganti dari merdeka menjadi tidakmerdeka. Status tahanan, berbaju kebesaran tahanan KPK, ditempatkan di kamar yang untuksementara tidak boleh keluar sama sekali— makan, minum, mandi, salat, dan tidur di tempat yangsama. Transformasi drastis dari kesempatan menjadi kesempitan.

Alhamdullilah, sedihnya adalah sedih biasa. Bukan sedih yang tak terkendali. Tidak perlu murung,marah-marah, atau bersungut-sungut. Sedih manusiawi yang harus dikelola menjadi energi positif.Saya meyakini ini adalah suratan takdir yang telah ditulis Gusti Allah dalam ketetapan-Nya. Ya, harusdilalui, dihadapi, dilewati dengan ikhlas dan penuh ikhtiar mencari dan menemukan keadilan. Tidakada selembar daun pun yang jatuh tanpa pengetahuan dan ketetapan Tuhan, apalagi atas diri seorangmanusia bernama Anas. Pasti semuanya sudah sesuai tulisan takdir Tuhan.

Saya teringat ayat Tuhan, "Apa yang tidak kamu sukai belum tentu buruk buat kamu." Kira-kiraintinya begitu. Saya berusaha husnudzan semoga peristiwa ini menjadi jalan untuk menemukan ilmudan hikmah yang diajarkan Tuhan di tempat-tempat sempit dan jauh dari kesenangan dankenyamanan.

Sabar menjadi penting. Katanya, sabar itu bagian penting dari iman. Sabar terhadap musibah,kesedihan, kekurangan, kesempitan, ketakutan adalah ajaran iman yang penting. Orang baru berteoridengan sabar ketika belum dapat musibah. Ketika datang musibah, sabar menantang untukdipraktikkan.

Di ruang tahanan ini ada kesempitan, di tempat lain mungkin ada kesempitan yang lebih. Di sini adakesedihan. Di tempat lain pasti ada kesedihan juga. Di sini ada ketidaknyamanan, di tempat lainmenyebar pula ketidaknyamanan. Bahkan mungkin di tempat-tempat kesenangan dan kekuasaan, disini ada pula ketakutan dan ketidaknyamanan, karena tenang adalah urusan jiwa. Di tempat yangtenang dan nyaman belum jaminan ada jiwa yang tenang pula. Barangkali banyak yang tidak bisatidur pulas, tidak seperti nikmat yang saya rasakan di ruang tahanan ini pada malam pertama.

Ahad,12 Januari 2014.

Malam tadi, Thohari diganti oleh orang Kalasan, Yogyakarta, yang tinggi, besar, tegap, dan berkepalaplontos. Namanya Surajan. Pagi ini kembali ada pergantian petugas jaga. Kali ini orang asli Nganjukbernama Warseno. Semuanya sama, eks tentara, tepatnya polisi militer di Guntur, Jakarta. Sebelumpergi, Surajan menitipkan bungkusan plastik. "Ini titipan dari Pak Fathanah untuk Pak Anas," katanyasembari pamit dan mengenalkan petugas jaga yang baru, Warseno.

Dari Warseno, saya dapat informasi masih ada dua orang lagi yang bertugas bergantian. Namanya

Amir Ishak dan Damuri. Warseno orangnya juga enak dan grapyak, khas orang Jawa Timur. DariWarseno, saya sempat pinjam alat pel untuk bersih-bersih lantai. Biar lebih bersih dan segar.

Budi sempat melihat dan melontarkan ledekan. Dia meledek sambil menawarkan diri untuk mengepel.Saya jawab, sebagai bekas anak indekos, urusan bersih-bersih lantai bukanlah hal yang asing.Dia lalu bertanya, apakah saya pernah membaca buku tentang Mandela. Saya menjawab, pernahmenonton filmnya. Dia menasihati saya agar tenang dan sabar sebagai “tapol”(tahanan politik). Sayatidak tahu kenapa dia menyebut saya tapol.

Bagi siapa saja yang berada dalam tahanan, merasa kemerdekaannya diambil, sambil menasihatiuntuk tenang dan sabar adalah hal penting dan relevan. Dia bilang, zaman berputar. Saya jawab,semua akan berlalu.

Dia bilang, siapa yang zalim akan dapat karmanya. Saya jawab, akan kembali kepada dirinya atauanak keturunannya, bisa langsung atau tidak langsung; bisa tunai, bisa juga dicicil.Budi bilang, kalau umur panjang, ia akan melihat bagaimana karma itu bekerja. Saya menjawab, tidakusah menunggu dan mengharapkan begitu, karena semua berlaku atas ketentuan Tuhan. Kalau Tuhanmenimpakan mudarat kepada makhluk-Nya, siapa pun tak dapat menghalangi. Kalau Tuhanmendatangkan rahmat, juga tidak bisa dicegah oleh kekuatan apa pun. Tetapi, saya setuju karma akandatang, tidak perlu dijemput atau diberitahu alamatnya, karena sudah punya alamat masing-masingyang akan didatangi.

Rupanya, media massa menjadikan Anas sebagai berita utama. Ada berita tentang kiriman makanandan surat dari Tia yang ditolak petugas. Ada berita tentang tantangan KPK kepada Anas untuk bicaratentang keterlibatan Ibas (Edhie Baskoro Yudhoyono) kepada penyidik.

Kata Johan Budi, pernyataan harus disertai fakta dan bukti. Jangan asal ngomong. Tentu saja apa yangdisampaikan Johan Budi itu benar adanya. Meskipun begitu, tidak bisa dihindari kesan melindungiIbas. Sama dan sejalan dengan beberapa pernyataan dia sebelumnya. Kalau keterangan menyangkutIbas selalu dijawab harus divalidasi dulu. Tidak harus dipanggil karena harus divalidasi dulu. Wajarsaja, karena Ibas adalah anak presiden. Tidak mungkin anak presiden tidak mendapat perlakuankhusus.

Sama dengan Abraham yang berkali-kali statement-nya mirip dengan lawyer. Pernyataan Ketua KPKitu jika dicermati sudah menempatkan dirinya sebagai benteng hukum atau pengacara Ibas. Bahkan,pada suatu kesempatan malah menyerang Yulianis, seorang saksi, yang ia sebut sebagai orang aneh.Dibilang aneh karena hanya bicara dan tidak pernah tertuang ke dalam Berita Acara Pemeriksaan(BAP). Meskipun itu kemudian diprotes oleh Yulianis dan dinyatakan sudah termuat di dalam BAP,Abraham belum pernah berani merespons protes Yulianis tersebut.

Di media juga dibahas pernyataan yang katanya tidak lazim. Ucapan terima kasih saya dianggapstatement kontradiktif atau kode-kode. Silakan saja dibahas dan dianalisis seperti apa.Kata-kata sayaitu sudah menjadi milik publik dan bebas dipandang dari berbagai sudut, tergantung pada siapa yangmelihatnya. Tafsirnya bebas dan demokratis.

Ucapan terima kasih kepada Ketua Abraham Samad layak disampaikan karena pada akhirnya sayaditahan juga. Berita tentang rencana penahanan saya sudah banyak pada bulan Ramadan (2013) silam.Waktu itu disampaikan kepada publik bahwa penahan akan dilaksanakan setelah Lebaran. Lalu adaperubahan alasan, ditahan setelah selesai audit Investigasi BPK. Ternyata belum juga ditahan.Kemudian ada pernyataan beberapa kali yang intinya minggu depan dan minggu depan.Karena belum juga ditahan, para wartawan tetap rajin memburu pernyataan pimpinan KPK.Jawabannya, pokoknya nanti akan ditahan. Begitu penjelasannya. Karena belum ditahan juga,kemudian muncul alasan kekhawatiran kalau ditahan malah bisa bebas demi hukum. Sambil jalankemudian lahir wacana ditahan sebelum akhir tahun 2013 dan belakangan ada alasan karena ruangtahanan di KPK sedang penuh. Lalu ada pernyataan lain menunggu selesainya pembangunan Rutan

(Rumah Tahanan) KPK di Guntur serta serahterimanya kepada KPK. Bahkan, Tempo pernah merilisfoto calon ruang tahanan untuk Anas di Guntur.Jadi, ketika Jumat, 10 Januari 2014, terbit surat perintah penahanan yang diteken Abraham Samad,segala ketidakpastioan dan silang-sengkarut alasan tentang belum ditahannya Anas selesai sudah.Wartawan dan saya tidak perlu lagi bertanya-tanya kapan dan di mana akan ditahan. Kita bolehkhawatir karena makin banyak alasan penundaan penahanan serta alasan yang berubah-ubah danberbeda-beda akan menurunkan kredibilitas sang pembuat alasan. Saya sendiri juga tidak lagi dikejar-kejar pertanyaan tentang kesiapan ditahan dan sejenisnya.

Jadi, ucapan terima kasih itu saya sampaikan karena Abraham telah membuat dan meneken surat yangmembuat pasti kapan dan di mana saya ditahan. Kepastian untuk saya, untuk keluarga saya, untukmedia, dan bahkan kepastian untuk Abraham sendiri.

Mengapa ucapan terima kasih juga kepada Endang Tarsa dan Bambang Sukoco? Karena, keduanyasebagai penyidik yang melaksanakan penahanan. Keduanya yang tanda tangan berita acarapenahanan. Endang memulai dengan kalimat, “Tidak enak ini saya sampaikan kepada Pak Anas.”Saya langsung potong dengan jelas agar mereka menyampaikan kepada saya tugas untuk menahan.Perhitungan saya memang akan ditahan pada hari ketika saya datang ke KPK. Wajah Endangkelihatan agak gugup ketika menyampaikan hal itu. Lebih gugup lagi adalah Bambang yang ketika itutidak berkata-kata. Menurut saya, mestinya Bambang sebagai ketua tim yang menyampaikan. Entahmengapa Endang yang menjadi jubirnya. Mungkin karena senior atau faktor lain.

Terima kasih karena mereka berdua sudah mengeksekusi penahanan saya berdasarkan surat perintahpenahanan yang diteken Abraham. Saya hargai, meskipun kelihatan agak gugup dan tidak enak hati,keduanya melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai perintah pimpinan.

Sebetulnya ada lagi penyidik, M Rifai, polisi asal Grobogan, Jawa Tengah, yang ikut nimbrungngobrol soal penahanan. Lalu, ada juga perempuan penyidik, Salmah, yang sejak awal masuk-keluarruang pemeriksaan untuk koordinasi dengan Endang dan Bambang. Penampilannya dingin tanpaseutas senyum. Dari mereka berempat, Salmah yang paling tampak tampil sebagai penyidik.Lalu apa kaitan ucapan terima kasih dengan Heri Muryanto? Dia adalah ketua tim penyelidik ketikakasus saya ini mulai dipandang harus diseriusi. Bersama beberapa penyidik lain, dia tugaskan sebagai“juru masak”Harrier menjadi kasus gratifikasi Hambalang.

Penjelasan saya tentang mobil Harrier yang bukan gratifikasi, apalagi dari Adhi Karya yangmenggarap proyek Hambalang, kalah dengan cerita palsu Nazaruddin dan pegawainya yang bernamaMarisi Matondang. Cerita palsu yang meyakinkan itulah yang oleh Heri dinaikkan menjadi kasusgratifikasi dengan segala liku-likunya, termasuk pembocoran sprindik. Heri pasti dianggap berjasadan semoga segera mendapat promosi jabatan. Wajar jika saya mengenang nama Heri Muryanto danmengucapkan terima kasih.

Pastilah yang paling dibahas dan disorot adalah ucapan terima kasih saya kepada Pak SBY (SusiloBambang Yudhoyono). Saya berkeyakinan, berdasarkan apa yang saya alami di Partai Demokrat, apayang saya dengar dan rasakan, dan saya analisis, Pak SBY secara langsung atau tidak langsung punyaperan untuk mentransmisikan masalah politik internal Partai Demokrat menjadi masalah hukum diKPK. Pidato politik dan hukum yang dilakukan di Jeddah, Arab Saudi, jelas merupakan tekanan danintervensi.

Proses pengambilalihan kewenangan saya sebagai Ketua Umum Partai Demokrat dan perintahnyaagar saya berkonsentrasi menghadapi masalah hukum adalah penggiringan politik yang nyatabersamaan dengan saat-saat krusial penetapan saya menjadi tersangka. Boleh saja Pak SBY berdalihtidak melakukan intervensi. Bisa saja pernyataan saya ini dibantahnya dengan cara yang palingcanggih dan meyakinkan. Atau, dia membantah lewat para pembantu dan pengacaranya, apakahDjoko Suyanto, Ruhut Sitompul, Palmer Situmorang, atau Heru Lelono. Tetapi, Pak SBY dan merekasemua tidak bisa membantah fakta-fakta yang diproduksi oleh Pak SBY sendiri.

Pernyataan dan analisis dapat dibantah, tapi apakah fakta bisa dibantah dan disembunyikan?Seperti cara Heru Lelono membantah saya lewat wawancara dengan harian Rakyat Merdeka, 12Januari 2014, halaman 2. Dengan cara yang meyakinkan, Heru membantah Pak SBY intervensi.Kalau Pak SBY intervensi, berarti itu sama saja melecehkan KPK. Ini bahasa yang sering saya dengardi dalam bantahan-bantahan itu.

Bahkan, Heru tak segan-segan berbohong dengan mengaku pernah mengatakan kepada saya—disebutnya "sahabat saya Anas"— bahwa kebenaran ini suatu saat akan terungkap. Sebab, kesalahanitu hanya sementara bisa disembunyikan.

Saya ingat betul dan yakin betul bahwa Heru tidak pernah mengatakan itu kepada saya, apalagi terkaitdengan kasus di KPK. Jangankan mengatakan, pernah ketemu atau komunikasi saja tidak. Sejak sayadi Partai Demokrat, hanya beberapa kali saya bertemu Heru di Cikeas. Itupun tidak perna bicaraserius, hanya menyapa dan ngobrol ringan. Sejak saya di DPR dan Pak SBY menjadi presiden periodekedua, belum pernah saya berkomunikasi dengan yang bersangkutan. Bagaimana dia bisamenyampaikan pesan itu kepada saya, kecuali pesan imajiner? Atau, jangan-jangan, pesan itusebenarnya untuk orang lain yang dekat dengan dia.

Menjelang tidur, saya sempat ngobrol agak panjang dengan Amir Ishak, petugas jaga yang baru dapatgiliran malam. Asalnya dari Kebumen, Jawa Tengah. Orangnya enak, ramah, dan cepat akrab."Sabar saja, Pak Anas. Nasib kita sama," begitu nasihatnya.

Dia menjelaskan, maksudnya sama-sama sepi, tak ada hiburan, tak ada tontonan. Bedanya, diamenjaga, saya dijaga. Sebagaimana petugas yang lain, jatah jam jaga adalah setengah hari alias 12jam. Tugas Amir hari ini akan berakhir pagi nanti jam tujuh.

Saya sabar mendengarkan dia bercerita tentang sejarah politik dan kerajaan zaman dulu. Denganfasih, dia menjelaskan naik-turunnya kerajaan-kerajaan di Jawa, sejak Tumapel, Singosari, Kediri,Majapahit, Demak, Pajang, dan Mataram. Datang dan perginya raja-raja Jawa itu dia jelaskan denganterperinci mirip guru sejarah. Menarik karena wawasan sejarahnya cukup bagus. Saya hanya khusyukmendengarkan sembari kasih komentar tambahan sedikit-sedikit.

Inti dari sejarah politik kerajaan-kerajaan Jawa dulu adalah politik “bumi hangus”. Setiap pemenangselalu menghancurkan yang dikalahkan. Kerajaan diluluhlantakkan dan yang dianggap berhargadibawa pergi oleh pemenang perang. Pusat kerajaan yang kalah diratakan dengan tanah sehingga yangtersisa tinggal kenangan. Jikapun ada, hanya bekas-bekas reruntuhan atau situs yang tak lagi utuh.Politik bumi hangus dan dendam tak berkesudahan hamper menjadi model politik sampai Indonesiamemasuki zaman modern.

Tanggal 13 Januari 2014

Jam 03.20, saya bangun. Sekitar sepuluh menit kemudian Amir memanggil dari tempat duduknya.“Pak Anas, Bangun. Sudah jam setengah empat,”dengan suara yang tidak terlalu keras.

Saya memang berpesan agar dibangunkan jam 03.30 pagi. Mengapa ?, Selain berusaha dapat jatahwaktu shalat malam, hari ini adalah hari senin. Kalau tidak ada halanga biasanya Senin - Kamisadalah waktu jeda makan siang hari. Selain melestarikan ajaran puasa Senin - Kamis, ini jugasekaligus usaha mengendalikan berat badan yang terus bertambah dalam beberapa tahun terakhir ini.Tawaran sarapan pagi dari kolega (Rudi, Budi, Wawan) saya Tolak halus.“Tadi saya mendahului sarapan roti jam empat pagi,”saya menjelaskan.

Tentu mereka paham. Selain memang puasa Senin - Kamis diajarkan, hati kecil saya ingin berat badansaya berangsur turun. Untuk kesehatan, untuk efesiensi baju dan celana, dan untuk kepantasan juga.Tidak pantas rasanya kalau berat badan bertambah atau bertahan selama menjadi’santrinya’AbrahamSamad, jadi, terlalu kuat alasan saya berpuasa Senin-kamis.

Sesuai jadwal yang disampaikan Kepala Rutan Arifuddin bahwa Senin boleh dijenguk keluarga,selesai mandi dan shalat dhuha saya minta tolong damuri, penjaga pengganti amir, untuk Tanya keArifuddin. Saya khwatir keterputusan informasi dan kabar akan membuat keluarga gelisah. Rudi,Budi dan Wawan juga bersiap –siap menemui keluarga. Ternyata yang dibawa Damuri bukan kabarbagus. Kata Kepala Rutan, keluarga belum bisa menjenguk karena belum ada surat dari penyidik.Tentu saja saya agak kecewa. Sabar menjadi makin penting.

Meskipun dilarang bertemu keluarga, tetapi informasi harus sampai. Sekurang –kurangnyamengabarkan kondisi kesehatan. Caranya, saya tulis surat pendek buat Tia. Bagaimana bisa sampai ketangan Tia? Saya menitipkan surat itu ke Wawan. Pesan saya, kalau bisa nanti airin Rachmi Diany(istri Wawan) kontak Saan Mustopa, kemudian Saan bisa antar surat itu ke rumah. Hanya jalur ituyang memungkinkan. Jalur keluarga Rudi dan Budi belum ada yang nyambung dengan keluarga atauteman –teman saya.

Ketika tidak punya pilihan kartena belum diizinkan bertemu keluarga, yang bisa saya lakukan adalahberdiam di kamar. Pilihan terbaik adalah menambah raakat shalat dhuha dan saya lanjutkan denganshalat tasbih. Tentu saja durasi shalat tasbih agak panjang. Subhanallah, tak sampai lima menit setelahselesai shalat tasbih Damuri kembali masuk dan membawa kabar baik. Kabar apa? Ternyata sayasudah boleh bertemu keluarga dan penasehat hukum, apalagi keluarga dan teman –teman. Dilarangoleh aturan Rutan, katanya.

Segera saya ganti kostum. Sarung berganti celana, baju harus dibalut rompi kebesaran Tahanan KPKwarna oranye. Baju –baju kotor saya siapkan dan sejurus kemudian bergerak ke ruang Posko Rutan.Pertemuan tidak boleh dilakukan di tempat tahanan –tahanan lainnya menerima keluarga. Salah satualasannya karena saya tidak boleh bertemu dengan Andi Mallaranggeng. Alasan lain saya tak tahu.Pokoknya tidak boleh.

Alhamdulillah, walau waktu tinggal tersisa 45 menit dari jatah penjengukan, saya bertemu adik saya,Anna Luthfie, dan beberapa pengecara, Firman Wijaya, Handika Wongso, Indra Nathan dan MarlonTobing. Yang paling penting adalah mengabarkan secara langsung kondisi saya. Meskipun tidakbersentuhan dengan jatah makanan dari KPK, alhamdulillah saya tetap sehat, karena ada tiga kawanyang selalu berbagai ketika waktunya makan. Adik saya dan lawyer Tanya, dari mana dan makan apaselama tiga hari ini? Saya jawab sambil berkelekar, “Ada kiriman dari malaikat.”Tenang saja dimana–mana ada malaikat.

Saya ceritakan juga perstiwa pemeriksaan dan penahanan hari Jumat silam. Garis besarnya saja, tidaklengkap dengan rinci. Saya sampaikan juga bahwa sejak Jumat malam saya diisolasi di kamar dantidak boleh keluar sama sekali. Bahkan utntuk ke kamarnya Rudi, Budi dan Wawan yang beradadalam blok yang sama, dilarang keras. Semua penjaga menyampaikan bahwa mereka hanyamenjalankan perintah. Bahkan pintu harus dikunci. Kalau butuh apa –apa bisa memanggil penjaga,semisal minta air panas untuk minum atau urusan lain. Kepada Anas memang ada perlakuan khusus,mungkin dianggap harus diisolasi dan belum boleh bersosialisasi. Saya bilang ke lawyer, tidak perludipersoalkan, karena saya ingin menjalani kebijakan isolasi ini secara alamiah saja.

Keluhan saya satu –satunya terhadap kamar tahanan adalah baunya yang pesing dan menyengat.Memang ada bubuk kopi dan arang hitam yang ditaruh untuk melawan bau itu. Tetapi rupanyakekuatan sang bau terlalu perkasa untuk ditundukkan oleh kekuatan bubuk kopi dan arang. Mirippertarungan antara kekuasaan vs. kaum tertindas. Hal –hal lain di kamar itu tidak ada keluhan, karenaharus disadari bahwa yang saya tempati itu adalah kamar tahanan, bukan kama pribadi, bukan kamarhotel.

Atas hebatnya kekuatan bau tersebut, saya minta tolong agar Damuri mau membuka pintu kamar.Kalau pintu kamar dibuka, udara yang agak segar bisa masuk sehingga bau tidak terlalu kuat. Karenasemua terpantau CCTV, Damuri ditanya Kepala Rutan. “Kenapa pintu kamar tidak terkunci? Jangan

dibuka –dibuka pintu kamar Anas!”Begitulah pertanyaan dan arahannya. Damuri lantas menjelaskanbahwa kamar saya bau dan saya meminta agar pintu dibuka. Setelah diberi penjelasan itu, KepalaRutan membolehkan pintu dibuka sedikit. Tetapi Damuri diperintahkan memastikan agar Anas tidakkeluar –keluar dari kamar. Padahal sama sekali tidak. Bagaimana bisa keluar kamar jika pintu dikuncidari luar? Isolasi adalah isolasi. Tidak masalah untuk saya jalani, meskipun itu hanya khusus untukAnas.

14 Januari 2014

Alhamdulillah, pagi ini setelah gerak-gerak sedikit, mandi segar dan penuh semangat. Pasalnya,dalam status sebagai hari libur nasional, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW adalah salah satuhari untuk bisa dijenguk keluarga. Dijenguk itu maknanya bisa bertemu, kangen-kangenan,komunikasi langsung, kiriman logistik jasmani dan rohani-termasuk intelektual, penggantian bajukotor ke baju bersih dan tentu saja bisa keluar dari kamar tahanan. Bayangkan betapa pentingnyawaktu atau jadwal jenguk bagi tahanan.

Pagi ini kondisi lebih segar karena isolasi sudah bisa ditembus. Mestinya belum bisa dan masihdilarang untuk keluar kamar. Tetapi selalu saja ada jalan yang bisa dikreasi dan itu pasti bagian daripetunjuk Tuhan. Ternyata Tuhan mengirim bau pesing sebagai jalan untuk membuka isolasi. Pastianeh dianggapnya. Bagamana bisa?

Mungkin karena tekanan dari bawah makin kuat, maka dari lubang air buangan untuk mandi bau itumakin keras serangannya ke hidung. Pintu dibukapun tidak sanggup mengatasinya. Saya tanyakan keDamuri, bagaimana baunya? Dia jujur mengakui bahwa sengatannya makin hebat. Saya minta tolongdia untuk lapor kepada Kepala Rutan Bapak Arifuddin. Isinya adalah laporan kondisi kamar dankeluhan bahwa serangan bau itu mulai bikin saya “mabuk”.

Definisi “mabuk”di sini adalah mulai pusing-pusing dan mual. Karena itu, alternatifnya saya mintaizin sementara pindah istirahat, bergabung dengan Prof. Rudi, Budi dan Wawan, atau saya tetap dikamar yang sekarang tetapi lubang pembuangan kamar mandi ditutup untuk mengurangi hebatnya baupesing. Jika ditutup maka saya harus mandi di kamar mandi mereka bertiga.

Kepala Rutan segera merespons dengan cara yang minimalis. Dikirimlah seorang petugas cleaningservice dengan membawa semprotan pengharum! Jelas bukan solusi sama sekali. Saya perintahkansang petugas untuk masuk ke kamar mandi dan merasakan baunya. Saya bilang, “mau disemprotpakai parfum atau pengharum sepuluh biji pun tak akan bisa melawan bau.”Jalan satu-satunya adalahmenutup lubang air. Sebentar dia bilang memang bau dan dia akan kembali lapor Kepala Rutan. Taklama setelah itu datanglah petugas untuk urusan itu, semacam OB khusus untuk memperbaikikerusakan-kerusakan kecil dan mengecek jika ada permintaan atau complaint dari penghuni Rutan.Namanya Edi, orangnya pendek kekar dan cekatan.

Edi tahu persis sejarah kamar itu. Dulunya dapur dan dibawahnya ada tempat pembuangan kotoran.Dulu ketika kamar itu dipakai, memang semua lobang ditutup dan kamar mandi tidak dipakai. Kamarmandi kembali dipakai untuk menyambut saya. Dia perintahkan untuk memfungsikan kembali kamarmandi, salah satunya dengan membuka lubang air. Makanya dia segera tahu apa yang harus segeraditutup. Dialah yang sebelumnya membuka dan sekarang dan sekarang dia yang harus menutup. Miriplagu dangdut.

“Saya ‘kan hanya menjalankan perintah, Pak,”katanya sambil tersenyum.

Dalam waktu 30 menit semuanya sudah beres. Bau berkurang drastis, meskipun tidak hilang. Sebagaikonsekuensinya, kamar mandi tidak bisa dipakai. Inilah jalan menuju berakhirnya isolasi. TetapiKepala Rutan berpesan kepada Damuri agar Anas hanya boleh keluar kamar untuk mandi. Saya bilangiya, tidak masalah. Dalam hati saya, sehari saya bisa mandi berkali-kali. Masih juga ada kesempatanwudhu dan buang air. Intinya, isolasi sudah bisa diakhiri. Berkat bau, isolasi selesai.

Praktis sejak tadi malam, saya bebas keluar-masuk kamar dengan dalih ke kamar mandi. Apalagi parasenior di kamar sebelah selalu mengajak untuk ke kamarnya. Alasannya ada kopi, ada kue, ada buah,intinya mengajak gabung untuk ngobrol-ngobrol, ketawa-ketawa dan saling membunuh waktu yangpanjang. Untuk kali pertama pula saya bisa duduk berempat di meja makan kecil di kamar sebelah.

Karena itu pula, pagi ini kami berempat merencanakan, merumuskan, dan mengusulkan sesuatukepada Kepala Rutan atas hak kami mendapat kunjungan keluarga. Biasanya, ketika libur nasioanal,para tahanan menemui keluarga di hall lantai 1 yang biasa dipakai shalat Jumat.Semua dikumpulkandisitu. Kami punya usul baru, yakni tetap menggunakan ruang jengukan di lantai bawah (basement)Gedung KPK. Kami minta tolong kepada petugas jaga, Timur Pakpahan, untuk telepon atau SMSKepala Rutan. Tidak lama kemudian ada jawaban singkat, “Akan dipikirkan.”Meskipun jawabannyakurang menggembirakan, kami merasa masih ada peluang. Benar saja. Menjelang jam 10.00 adajawaban yang intinya usulan diterima dan diizinkan.

Kami berangkat bersama ke depan, ke ruang jengukan keluarga, diantar oleh Timur. Ada empatruangan, pas untuk masoing-masing kami dan keluarga. Berkah hari ini makin bertambah dengankesempatan berkenalan dengan keluarga Prof. Rudi, Mas Budi dan Kang Wawan. Diantara mereka,saya baru kenal Airin, istri Wawan. Dulu hadir pada Musda Demokrat Banten setelah terpilih menjadiwalikota Tangerang Selatan. Kebetulan Demokrat mendukung Airin dan saya ikut pidato di kampanyehari terakhir. Saling kenal diantara keluarga itu penting, agar kalau ada urusan apa-apa bisakoordinasi. Alhamdulillah, tadi keluarga saling kenalan dan bertukar nomor kontak. Rencana berhasil,target tercapai.

Hari ini adalah kesempatan pertama bertemu Tia, istri saya. Kemarin Senin baru adik dan beberapapenasehat hukum yang sempat jenguk di ruang Posko Rutan. Tia datang bersam Mbak Dina (kakakipar saya), Yunianto Wahyudi alias Mustang, Dzamrusyamsi, Dandy Setiawan dan Yogi Gunawan.Tiga nama terakhir hanya sebentar karena namanya tak tercantum dalam Daftar Nama Keluarga.Ketat sekali. Ketat, tertib dan hampir lemah logika. Tetapi petugas ‘kan hanya menjalankan perintahsaja.

Kami ngobrol sebagaimana layaknya keluarga. Kalau tidak bertemu istri untuk waktu yang lebih lamadari sekarang itu hal biasa. Tapi itu karena ada tugas keluar kota atau luar negeri. Bukan tidak bisabertemu karena mondok di tahanan KPK. Tentu pertemuan terasa spesial. Meskipun lewat Luthfiekabar kondisi saya telah sampai ke Tia, tetapi bertemu langsung menyaksikan saya sehat adalah jalanterbaik untuk tenang. Cerita tetap beda dengan rupa. Kabar tidak bisa menggambarkan semuanya.

Selain kangen-kangenan, saya berkesempatan untuk tanda tangan urusan administrasi PPI. Ada SKuntuk kepengurusan PPI Sumatera Barat yang besok, 15 Januari 2014, akan melaksanakan pelantikan;lewat Gede Pasek Suardika saya berpesan agar semua agenda PPI tetap dijalankan sesuai rencana,termasuk pelantikan di berbagai daerah. Penahanan saya bukan alasan PPI tak bergerak dan berhenti.Harus tetap berjalan dan bergerak seperti komitmen dan semangat awal.

PPI harus berani membangun tradisi baru, yakni tak tergantung pada figur. Seperti saya jelaskan dantegaskan berkali-kali, PPI tidak boleh diidentikkan dengan Anas atau Anas identik dengan PPI. PPIbukan propertinya Anas dan keluarga Anas. PPI adalah kumpulan komitmen, semangat, idealisme,tanggung jawab, kecakapan, keberanian dan tenaga pergerakan dari anak-anak bangsa yang terbukadan majemuk untuk mencintai dan bekerja demi Indonesia yang lebih baik. Ada Anas atau tidak adaAnas, PPI harus tetap berjalan. PPI harus hadir dengan logika organisasi yang terlembaga, bukanlogika personalisasi. Meskipun berat, karena modal utamanya adalah semangat dan keberanian, tetapipercobaan sejarah ini harus ditempuh sehingga bisa member warna baru sekecil apapun. Apakah iniakan berhasil? Biarlah sejarah yang memutuskan. Yang penting adalah ikhtiar sungguh-sungguhbermodalkan optimisme dan kerja keras.

Saya juga tanda tangan urusan keluarga, yaitu raport anak-anak. Tugas orang tua yang paling simpleadalah tanda tangan raport anak-anaknya sebelum dikembalikan ke pihak sekolah. Selama ini urusananak-anak-Akmal, Nawal, Najih dan Najma-detailnya diurus oleh Tia. Hal-hal yang prinsip saja yangkami putuskan bersama. Selain istri saya lebih telaten dan waktunya lebih memungkinkan, anak-anaksejak kecil memang sudah terbiasa dengan pola itu. Saya banyak di luar, Tia focus di dalam.Anehnya, yang bertugas tanda tangan tetap saja saya, padahal Tia yang lebih berhak. Tradisinyabegitu. Ya sudah saya laksanakan saja dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab.

Soal anak memang selalu jadi pikiran dan perhatian. Tak ada orang tua yang tidak terkena rumus itu,terkecuali yang mau dikategorikan tak bertanggung jawab. Sejak awal serangan pemberitaan miringdan tuduhan-tuduhan yang menyangkut kasus hokum, anak-anak saya pelan-pelan melakukanadaptasi. Adaptasi yang dipaksa keadaan. Pasti anak-anak seusia Akmal, Nawal, Najih dan Najmamasih terbatas pengetahuan dan pemahamannya tentang apa yang terjadi. Pasti juga pemberitaan-pemberitaan yang bergelombang dahsyat punya pengaruh kepada anak-anak. Yang saya syukuriadalah anak-anak paham bapaknya berada di dunia politik yang keras dan apa yang terjadi terkaitdengan apa yang menjadi peran bapaknya. Pada saatnya kelak mereka akan memiliki kapasitas yangcukup untuk melihat dan mencerna apa yang terjadi. Yang pasti saya merasa telh membebani anak-anak dengan sesuatu yang tidak seharusnya dan tidak tepat waktunya. Mereka masih anak-anak untukmenerima beban yang terlalu berat.

Hari ini Akmal, Nawal, Najih dan Najma belum bisa ketemu menjenguk saya. Sebaiknya memangtidak usah dulu untuk sementara waktu. Alhamdulillah, mereka diwakili oleh surat masing-masing.Surat tertutup untuk ayahnya ditahanan. Saya dengar bahkan ibunya tidak boleh mengintip apa isisurat-surat itu. Menulis surat adalah perjuangan tersendiri buat anak-anak seusia mereka, terutamaNajih dan Najma. Akmal dan Nawal sudah lumayan kemapuannya menulis.

Akmal menulis suratnya di kertas merah. Judul depannya : SEPERTI WARNA SURAT INI, ABAHHARUS BERANI! Isi suratnya meminta saya tetap semangat, tetap tegar, apapun yang terjadi.Bapaknya harus punya keyakinan yang teguh atas apapun yang dilakukan orang. Kalau bapaknyatidak apa-apa, Akmal tidak apa-apa. Akmal juga menulis bahwa suratnya adalah penggantikehadirannya, karena tidak bisa menemui dan menemani.

Surat Nawal agak berbeda. Di sampulnya ditulis : “Kalau amplopnya sudah dibuka, tidak bolehditerima. Karena kalau sudah terbuka berarti kurirnya yang salah.”Tersenyum saya membaca tulisanNawal di amplop surat. Ternyata benar adanya. Surat Nawal ada di dalam amplop rangkap tiga! Isisuratnya bagian awal menanyakan kabar. Lalu menceritakan bahwa pada tanggal 10 Januari 2014melihat abahnya dating ke KPK. Dia menulis bahwa dia suka gaya saya ketika dating denganguyonan. Tetapi protes karena lama menunggu di TV. Nawal menceritakan, ia menunggu berita di TVsambil bikin candaan singkatan KPK=Komisi Paling Kepo. Dalam suratnya Nawal juga protes kenapakasih hadiah tahun baru ke SBY, tetapi belum ada hadiah untuk Nawal. Sama dengan Akmal, Nawalminta abahnya tetap semangat dan pantang menyerah, sambil terus berdoa dari Yogya.

14 Januari 2014

Hari ini Akmal, Nawal, Najih, dan Najma belum bisa ketemu menjenguk saya. Sebaiknya memangtidak usah dulu untuk sementara waktu. Alhamdulillah, mereka diwakili oleh surat masing-masing.Surat tertutup untuk ayahnya di tahanan. Saya dengar bahkan ibunya tidak boleh mengintip apa isisurat-surat itu. Menulis surat adalah perjuangan tersendiri buat anak-anak seusia mereka, terutamaNajih dan Najma. Akmal dan Nawal sudah lumayan kemampuan menulisnya.Akmal menulis suratnya di kertas merah. Judul depannya "SEPERTI WARNA SURAT INI, ABAHHARUS BERANI!" Isi suratnya meminta saya tetap semangat, tetap tegar, apa pun yang terjadi.Bapaknya harus punya keyakinan yang teguh atas apa pun yang dilakukan orang. Kalau bapaknyatidak apa-apa, Akmal tidak apa-apa. Akmal juga menulis bahwa suratnya adalah penggantikehadirannya, karena tidak bisa menemui dan menemani.

Surat Nawal agak berbeda. Di sampulnya ditulis "Kalau amplopnya sudah dibuka, tidak bolehditerima. Karena kalau sudah terbuka berarti kurirnya yangsalah." Tersenyum saya membaca tulisanNawal di amplop surat. Ternyata benar adanya. Surat Nawal ada di dalam amplop rangkap tiga! Isisuratnya bagian awal menanyakan kabar. Lalu menceritakan bahwa pada tanggal 10 Januari 2014melihat abahnya datang ke KPK. Dia menulis bahwa dia suka gaya saya ketika datang denganguyonan. Tetapi, protes karena lama menunggu di TV.

Nawal menceritakan, ia menunggu berita di TV sambil bikin candaan singkatan: KPK = KomisiPaling Kepo. Dalam suratnya, Nawal juga protes kenapa kasih hadiah tahun baru ke SBY, tetapibelum ada hadiah untuk Nawal. Sama dengan Akmal, Nawal minta abahnya tetap semangat danpantang menyerah, sambil terus berdoa dari Yogya.

Memang, ketika sampai di KPK, saya bikin kelakar ringan. Saya bilang, benar informasi yangmenyebutkan Anas tidak mau dipanggil KPK. Nama saya Anas, kok dipanggil KPK? Ya, jelas tidakmau. Istri dan anak-anak saya memanggil Abah. Teman-teman ada yang memanggil Mas dan Cak.Jadi, jangan dipanggil KPK, begitu canda saya. Mengapa bercanda? Karena, hal-hal yang lebih seriussudah saya sampaikan kepada teman-teman wartawan di Durensawit, sebelum salat Jumat. Ketikadatang setelah Jumat, saya merasa tak perlu lagi bikin pernyataan serius. Tetapi, karena wartawansudah menunggu dari pagi dan jumlahnya sangat banyak, tak tega rasanya tidak member statementyang bisa mereka setor ke redaktur masing-masing. Ya, sudah, bikin guyonan saja, biar ada beritauntuk teman-teman wartawan di KPK.

Mungkin Akmal dan Nawal menunggu saya lewat berita di TV sama dengan para wartawan yangmenunggu sejak pagi. Surat panggilan memang menyebut jam 10.00 pagi. Karena harus menemuiwartawan yang sudah beberapa hari menunggu di Durensawit terlebih dulu, saya baru berangkat keKPK setelah salat Jumat di Masjid Matraman dan makan siangdi Restoran Sederhana, Pasar Rumput,langganan lama yang cukup lama tidak disambangi. Saya bergerak dari Pasar Rumput persis jam13.30 dan tiba di Gedung KPK sekitar 13.45.

Lain halnya dengan Najih. Isinya singkat saja: “Abah, aku akan support Abah sampai Najihmeninggal.”Ditutup dengan, “OK. Cuman ini yang bisa Najih tulis.”Di bawah tertulis: “Your Son,Najih.”Sedangkan Najma lebih singkat lagi: “Abah, semoga berhasil, ya, dan tetap sehat.”DariNajma, dengan tanda tangan. Najih kelas 5 SD dan Najma kelas 3 SD. Suratnya singkat, padat, danjelas.

Tetapi, Najih punya titipan spesial, yaitu sebuah bantal-guling. Sejak kecil, Najih tak bisa lepas daribantal-gulingnya. Guling itulah yang dibawa ke mana pun dia pergi, baik ke luar kota atau luar negeri.Kalau tanpa guling itu, tidurnya gelisah. Guling itu sejak lama diberi nama Bambang untukmenggambarkan kedekatan dan sudah dianggap semacam “teman”. Hari ini, guling itu diserahkankepada saya untuk menjadi teman di tahanan.

Saya membayangkan betapa berat dia melepaskan Bambang. Tetapi, hari ini, Bambang dilepaskandan diserahkan kepada abahnya. Sungguh saya merasa Najih telah mengorbankan apa yangdianggapnya berharga. Saya pun bertanya-tanya, apakah nanti malam Najih bisa tidur pulas. Jangan-jangan gelisah karena ditinggal Bambang-nya. Malah, jadi saya yang gelisah, sambil merasa banggabahwa Najih rela berkorban. Sudah harus menerima beban, ia masih mau merelakan “teman tidur”-nya

Rabu, 15 Januari 2014

Kembali pagi ini saya bangun jam 03.30 pagi. Setelah wudu, dilanjutkan tahajud dan salat hajat,menunggu panggilan azan subuh. Di sela-sela, saya makan tempe goreng dan minum air putih cukupbanyak. Ada niat berpuasa saja hari ini.

Selesai salat subuh dan mengaji, saya baca-baca buku dan tanpa terasa kemudian tertidur lagi. Barubangun sekitar jam tujuh, ketika ada pergantian petugas jaga.

Setelah mata melek sempurna, terdengar suara panggilan dari Prof Rudi Rubiandini, mengajak sayasarapan pagi. "Sudah disiapkan, Mas," begitu katanya. Saya sempat mikir-mikir apakah ikut sarapanpagi atau jadi berpuasa saja hari ini. Akhirnya, saya memutuskan tidak jadi berpuasa dan kemudiansarapan berempat dengan Prof Rudi, Mas Budi, dan Kang Wawan. Sambil sarapan, kami berdiskusidan ngobrol ngalor-ngidul, termasuk membahas isu-isu yang dimuat media. Tadi malam, Prof Rudimembisikan bahwa acara ILC di TV One sedang membahas tema tentang saya. Entah dari mana ProfRudi mendapat informasi itu. Yang jelas, memang benar adanya, acara bincang klub para pengacaradi TV One itu membahas ucapan terima kasih saya ketika keluar dari gedung KPK menuju ruangtahanan.

Beberapa hari, Prof Rudi tengah mempersiapkan diri untuk sidang hari Kamis. Saya lihat bahannyadipelajari dengan sungguh-sungguh, mulai dari Berita Acara Pemeriksaan (BAP) para saksi hinggadakwaan dari jaksa penuntut umum (JPU) KPK. Semua BAP itu dibaca teliti oleh Prof Rudi. Diberitanda, mana keterangan di BAP saksi yang merugikan dan mana yang menguntungkan. Sebagai GuruBesar ITB, persiapan yang baik agaknya telah menjadi kebiasaannya. Kesiapan akademis.

Prof Rudi bersemangat mematahkan dakwaan jaksa yang berdasarkan BAP para saksi yang sudahdipahaminya secara baik. Bagian-bagian yang dianggap penting di-stabilo dan diberi tanda merah danhijau. Merah sebagai tanda merugikan dan hijau sebagai tanda menguntungkan. Pikir saya, boleh jugacara Profesor Rudi dalam mempersiapkan diri. Kami menggoda, jangan sampai lulus terlalu baik.Cukup Cum Laude saja. Beliau menjawab dengan tertawa, "Namanya juga ihktiar."Beda halnya dengan Budi Santoso. Pengusaha asal Pontianak ini pada hari Kamis akan menghadapivonis. Kasusnya terkait dengan Djoko Susilo. Dia tampak sudah pasrah dan siap apa pun putusanhakim. Yang dia protes adalah awalnya kasus ini sudah ditangani oleh polisi dan dirinya sudahditetapkan sebagai tersangka oleh Mabes Polri. Atas kebijakan dan perintah presiden kepada Kapolri,seluruh kasus yang terkait simulator SIM harus diserahkan dan ditangani KPK. Selain itu, dia merasasudah jatuh tertimpa tangga. Sudah ditipu 94 miliar kok malah jadi korban hukum di KPK?Sementara, yang menipu malah berada dalam perlindungan LPSK. Persisnya saya belum pernahmendalami kasusnya seperti apa. Yang jelas, sebagai kenalan baru, Budi sangat ramah dan mudahbergaul. Dia juga tampak sebagai tipe yang loyal kepada kawan-kawannya. Sebagai pengusaha, diamengeluh atas iklim bisnis dan praktik penegakan hukum di Indonesia yang tidak pasti dan tidak adil.Dia banyak cerita tentang kondisi dan praktik-praktik di lapangan yang mengerikan. Budi Santosodituntut 12 tahun dan besok menanti putusan hakim. Yang jelas, ia tampak sudah siap.

Beda, Prof Rudi, beda Budi Santoso, dan beda lagi dengan Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan.Dia baru saja ditetapkan sebagai tersangka kasus alkes di Banten bersama Atut, kakaknya. Wawanyang tipenya lebih pendiam tidak mudah ditangkap reaksi dan sikapnya. Yang saya lihat dia juga tetaptenang. Tidak kelihatan gusar atau marah-marah.

Sama dengan saya, Wawan juga didampingi Bang Buyung (Adnan Buyung Nasution) dan timnyasebagai penasihat hukum. Ada juga Firman Wijaya di dalamnya. Tadi sore setelah Bang Buyung dkkbertemu saya di Posko Rutan, Wawan berkesempatan bertemu dan konsultasi. Pasalnya, besokWawan akan diperiksa sebagai tersangka terkait Akil Mochtar. Tentu Wawan membutuhkankonsultasi dan juga pengacara yang besok akan mendampinginya. Saya sendiri tadi belum banyakbicara tentang langkah-langkah hukum dan strategi dalam menghadapi sangkaan dan nanti dakwaandengan para penasihat hukum. Bang Buyung baru tanya-tanya informasi seputar penahanan danbagaimana kondisi saya di tahanan.Setelah saya terlepas dari isolasi, kami berempat banyak waktu untuk ngobrol dan diskusi, baik dimeja makan maupun di kamar Rudi dan Wawan. Sebagai sesama tahanan, kompak dan perasaansenasib adalah pilihan satu satunya. Saling menyuguhkan dan bahkan saling bersih-bersih piring danalat alat makan setelah selesai. Pokoknya, mirip kerjaaan anak kos.

Bahkan, saya mendapat pelajaran main gaple. Profesor memberi briefing bagaimana prinsip-prinsippermainan gaple.Ternyata, model permainannya sederhana saja sehinggga dengan cepat saya bisamengerti. Untuk kali pertama, saya ikut main gaple dalam gang "empat sekawan". Siapa yang kalah?Ternyata semua berkesempatan kalah. Secanggih apa pun kemampuan mereka bertiga bermain kartu,selalu ada ruang misteri, karena kartunya tertutup. Sehebat apa pun orang merencanakan hidupnya,selalu ada misteri yang mengiringinya. Hidup mengandung elemen misteri sebagaimana alamterkembang di depan mata kita.

Profesor Rudi, Wawan, Budi Santoso, dan saya adalah bagian dari kekayaan Tuhan tentang misterihidup itu. Begitu pula yang lain. Semua perjalanan hidup dipandu oleh dinamika antara rencanamanusia dan misteri yang dikirim Tuhan. Hidup yang sesungguhnya adalah hari ini. Yang kemarinsudah menjadi sejarah, tak bisa diubah. Besok belum terjadi. Apa yang akan terjadi besok, kita takpernah tahu. Definisi terkini tentang hidup adalah apa yang kita jalani hari ini. Hanya itu. Selebihnyaadalah rencana-rencana dan ikhtiar-ikhtiar yang akan bertemu dengan garis batas ketentuan dan takdirTuhan.

Panta Rei. Semua bergerak, semua berubah. Tak ada yang kekal, tiada yang abadi. Keabadian adalahwilayah prerogratif Tuhan. Perubahan terus-menerus adalah ruang ikhtiar yang disediakan Tuhanuntuk manusia berada di dalamnya. Di situlah kita akan bertemu kadang kala rasa manis, kadang kalarasa getir.

Kamis, 16 Januari 2014

Hari ini adalah jadwal dijenguk keluarga. Kamis jam 10-12 adalah kesempatan bertemu wajah wajahlain diluar kami berempat dan penjaga. Khususnya keluarga, kerabat, handai taulan dan sahabat.

Waktunya diatur ketat dan pendek. Pasti ada alasannya. Kalau mau panjang ya jangan jadi tahananbegitu logikanya. Sama dengan ucapan Johan Budi, “kalo Anas mau nyaman, ya tidur aja di hotel”.

Bagi para petugas yang berkuasa di rutan makin ketat, makin tegas, makin bikin sulit tahanan dankeluarganya, mungkin dianggap sebagai prestasi. Itu kata beberapa tahanan lama yang saya dengar.Saya tidak peduli degan kesulitan kesulitan dan pembatasan pembatasan yang saya rasakan sebagaitahanan. Silahkan saja dilaksanakan, meski acap kali tidak rasional.

Selesai saya tulis surat balasan untuk Akmal, Nawal, Najih dan Najma, serta surat khusus untuksahabat sahabat aktivis PPI, saya bersiap menuju ruang jengukan. Dalam pikiran saya pastilah banyakkeluarga dan sahabat yang akan bertemu.Ternyata yang bisa masuk hanya istri saya Tia, Mbak Dinadan Aci.

Tiga perempuan yang lain lain terhalang di lobby KPK, menunggu ijin dari penyidik. Sampai selesaijam 12 siang, sahabat sahabattetap tidak bisa masuk. Alasan petugas karena penyidik tidak ada ditempat sedang ada penggeledahan. Semua ? Semua tidak ada di tempat, begitu kata petugas penjagarutan. Padahal tim penyidik saya ada 10 orang. Apakah info petugas itu benar, saya tidak bisamengkonfirmasi.

Tapi, ya sudahlah. Sebagai tahanan kategori "tapol" saya tak dalam posisi banyak menuntut, bahkanuntuk hal hal yang biasanya diperbolehkan bagi tahanan yang lain. Itu konsekuensi biasa saja. Apalagiteman teman diluar terus melakukan usaha usaha untuk menjelaskan kepada public tentang apa yangterjadi. Meskipun itu inisiatif mandiri mereka, tetap saja akan dikaitkan dengan saya.

Wajar kalo ada persepsi bahwa itu atas perintah atau koordinasi dengan saya, walau kenyataannyatidak. Teman teman adalah orang orang yang merdeka dalam berpikir dan menyikapi perkembangansesuai dengan informasi, pengetahuan dan pemahaman mereka. Mereka punya indera social, politik,dan hukum untuk dapat mencerna apa yang terjadi dan bagaimana memberikan respons.

Agar ada komunikasi, saya menulis surat pendek untuk teman teman yang dilarang masuk, sepertiSaan Mustopa, Sudewo, Andy Soebjakto, Nur Iswan, Tridianto, Aidul Fitri dan yang lain lain.Beberapa di antara mereka sudah dating dua atau tiga kali untuk menjenguk, tetapi nasibnya belumcocok. Surat saya isinya sederhana : permohonan maaf, saran untuk bersabar dan informasi bahwanama mereka sudah ada dalam daftar yang saya serahkan kepada penyidik, baik langsung maupunmelalui penasihat hukum. Surat saya titipkan kepada Tia. Minimal ada komunikasi, meskipun hanyabaca tulisan pendek.

Dari keluarga, selain dapat kiriman logistic, baju baju ganti dan beberapa peralatan lain, saya dapatbanyak titipan bacaan, doa, amalan untuk memperkuat jalur spiritual. Spiritualitas adalah kekuatandan jalur yang tak terbantahkan. Hal ini memang transenden, tetapi saya yakini nyata.

KUMPULAN BERITA TENTANG ANAS URBANINGRUMPASCA DITANGKAP KPK

Sikap Santai dan Ketenangan Seorang AnasUrbaningrum; Sepenggal Cerita Menuju KPK

REP | 12 January 2014 | 06:09 Dibaca: 347 Komentar: 6 2

Anas Urbaningrum, sosok yang tetap tenang dan santai dalam menghadapi ujian hukumberbau politik ala KPK dengan sang sutradara Cikeas cs dan Sengkuni cs. Tulisan di bawahini disarikan dari kultweet Gede Pasek Suardika (@G_paseksuardika) mengenai situasimenjelang keberangkatan Anas memenuhi panggilan -yang tidak jelas- KPK hinggapenahanan Anas oleh KPK.

… .Tiba di Bali untuk urus sedikit tugas di Dapil, ehh ingin juga berbagi cerita ringan-ringansesaat sebelum Anas ditahan KPK. Kita mulai cerita di hari H penahanan saja ya. Di angkakeramat 10-01 (alias 10 Januari) sejak pagi sampai malam. Semoga saja menarik.

Pagi rencana bincang-bincang dengan media direncanakan pukul 09.30 WIB. Tapi saya BBMMas Anas untuk mundur sedikit karena masih terjebak macet. Dengan santai, Anas menjawab

OK. Setiba saya di Duren Sawit, media sudah banyak. Bahkan beberapa sudah siaran live disana beberapa kali. Saya langsung masuk dan bertemu Anas.

Diskusi kecil terjadi. Saya kaget Anas santai dengan memakai sarung. Bahkan minta kalaubisa duduk santai saja. Akhirnya teman-teman mengubah set tempat jumpa pers. Namunkarena sudah siap live banyak media, sulit mengubah perangkat. Akhirnya dibuatlah lesehan.

Acara jumpa pers berlangsung lancar. Meski sudah selesai, ternyata ada yang belum jelas diawak media. Anas datang ke KPK atau tidak. Karena tampil sarungan. Lalu Anas kembali kekediamannya.

Usai jumpa pers, sahabat-sahabat Anas ikut bercengkrama. Sedikitpun tidak ada raut tegangdi wajah Anas. Bahkan gelak tawa, humor-humor kerap bersahutan. Menjelang waktu sholatJumat, Anas mengatakan mau berangkat sendiri saja ke KPK. Semua teman-teman tidakdiperkenankan ikut. “Saya sendiri saja,”kata Anas. Saya pun memberikan saran. Jangansendiri sekali. Kalau ada apa-apa biar ada saksi. Ini kan bukan urusan kecil. Atas saran itu,Anas bersedia. Syaratnya ada, saat di KPK dia mau jalan sendiri. “Saya hari ini akan hadapisendiri karena saya juga akan di tahan sendiri,”kata Anas.

Ada humor juga. “Dari pada berkoar ‘berani jujur hebat’tapi serahin BB saja takut, mendingdiam tapi datang sendiri,”kata Anas. Saya pun tertawa paham siapa yang di sindir. Untuktidak diketahui awak media, saya pun meminta beberapa teman PPI memberikan beberapaketerangan pers ke media, sementara saya naik kijang bersamanya.

Setelah di jalan, Anas berbintang dengan Yunianto (Masteng) dimana sholat Jumat. Ada duamasjid di timbang. “Ahh yang di Menteng saja, biar Bli bisa ngopi-ngopi”. Sebuah pikiransederhana, tapi pesan toleransi yang kuat. Sayangnya jalan macet.

Akhirnya untuk mengejar adzan, pilih masjid terdekat yang pas lewat. Saya pun tidak tahunama masjidnya, tapi dekat lokasi ada taman. Saya pun menunggu di taman sambil BBM-an.Semua telepon yang masuk tidak saya angkat.

Usai sholat Jumat, kita kembali ke mobil. Saya kagum melihat Anas, begitu banyak yangbersalaman dengan penuh hormat. Ini anomali sosial. Seorang tersangka korupsi yang di nilaipenyakit masyarakat tetapi masyarakat malah memandang sebaliknya. Suara rakyat suaraTuhan. Itu pikir saya. Sambil berjalan, saya ingin sekali menghiburnya. Tapi melihatwajahnya yang tenang santai bahkan sering guyon, membuat saya bingung sendiri. Tiba-tibaAnas minta makan dulu. Kita pun makan masukan Padang tidak jauh dari Manggarai.

Ada yang lucu saat makan. Televisi yang di stel di rumah makan itu menayangkan acarapersiapan keamanan yang begitu ketat. Konon sampai 560 personel. Mereka berbaris. “Lhoyang mau dijaga masih santai makan disini”, celetuk seorang pengunjung sambil memandangAnas. Anas pun terpingkal-pingkal tertawa. “Kita makan dulu, he.. he.. he.. Tapi kasihan jugabapak polisi harus sebanyak itu,”sahut Anas.

Suasana seram di KPK, tapi penuh humor di rumah makan. Usai makan, kita pun lanjutberangkat menuju KPK. Sampai di KPK, kembali Anas ingatkan, “Biarkan saya masuksendiri. Nanti belakangan saja nyusulnya.”Setelah sapa wartawan, Anas masuk. Kami punbergegas menyusul masuk. Dan setelah masuk, kami pun duduk santai menunggu.

Singkat cerita, Anas di tahan. Kita pun paham. Persiapan sudah dilakukan. Sebelum menujukeluar, saya minta izin bertemu Anas untuk mengetahui ada pesan apa untuk keluarga. Sayapun masuk sejenak dengan Dandy Setiawan.

Saya lihat sudah pakai rompi KPK sambil membawa map. Sedikit pun tidak ada raut pucat.Hanya lelah saja. “Mas tetap teguh dan tabah”, kata saya. “Biasa saja. Ini kan sudah kita tahu.Kita hadapi. Kebenaran pasti menang”, sahutnya.

Ada beberapa pesan untuk keluarga, tapi yang banyak untuk PPI. “PPI terus jalankan. Yangjadwal pelantikan jalankan saja. Bli nanti jumpa pers saja”. Setelah itu Anas bersamapenyidik keluar dan ratusan awak media sudah menyambutnya. Suasana sangat hiruk-pikuk.Saya tidak tahu apa yang akan dikatakan. Setelah sedikit berkomentar Anas di giring kemobil. Suasana hiruk-pikuk. Pagar pembatas KPK sebelah kanan jebol.

Disaat berjalan tiba-tiba, plok… !! Kepala Anas terkena pecahkan telur. Saya pun terkena.Untung ada wartawan yang tahu pelakunya dan langsung di dorong dekat saya. Saya punpegang pelakunya. Beberapa bogem mentah mendarat di wajahnya. Polisi pun segeraamankan. Tapi akhirnya saya tidak bisa lagi mengikuti Anas ke tahanan. Opera khas KPK itumemag lucu. Setelah diperiksa sebenarnya bisa langsung di tahan tanpa harus ada babakpanggung terbuka itu. Saya menyesalkan…

Demikian sepenggal cerita menjelang penahanan Anas oleh KPK. (Sumber@G_paseksuardika)

http://politik.kompasiana.com/2014/01/12/sikap-santai-dan-ketenangan-seorang-anas-urbaningrum-sepenggal-cerita-menuju-kpk-625864.html

Anas Urbaningrum Dilarang Menulis CatatanHarian

OPINI | 21 February 2014 | 16:03 Dibaca: 557 Komentar: 12 5

Pada hari Rabu, 19 Februari 2014 sekitar pukul 10 pagi, sebuah tulisan yang berjudul“Buku Harian Anas Urbaningrum; 10 Januari 2014”yang berasal dari tulisan Anas selamaberada di tahanan KPK yang kami simpan dalam draft akun kompasiana ini tidak sengajaterposting. Awalnya draft tulisan tersebut akan dibagikan kepada sahabat-sahabat Anas. Sejakditersangkakan oleh KPK pada 22 Februari 2013 dan ditahan pada 10 Januari 2014, Anasmemang rajin menulis dan membaca buku yang dibawakan oleh sahabat-sahabatnya, sebuah“pertapaan produktif”. Setiap hari-hari yang dilalui Anas dalam tahanan KPK, dituliskannyadalam sebuah catatan harian yang pada kemudian hari kumpulan catatan harian Anas tersebutakan dibukukan. Beberapa tulisan ringan Anas selama ditahanan KPK sudah dipublishmelalui beberapa media sosial, seperti akun twitter @anasurbaningrum, yang kinimenggunakan admin yang bertugas untuk memposting tulisan-tulisan Anas ke dalam akuntwitternya.

Mengenai tulisan “Buku Harian Anas Urbaningrum; 10 Januari 2014” memangsengaja langsung kami hapus, karena beberapa hal. Terlebih semenjak catatan harian tersebutterbit pula di salah satu media online, kini ruang gerak Anas untuk menulis dibatasi olehKPK. Tulisan Anas harus diserahkan dulu ke penyidik KPK untuk dibaca terlebih dahulu.Ruang tahanan Anas dipindahkan. Penjagaan terhadap Anas diperketat. Para penjaga Anasdari rumah tahanan Guntur, eks tentara diganti. Para sahabat dan keluarga yang inginmenjenguk dibatasi. Atas beberapa alasan tersebut, tulisan Anas yang sempat terpostinglangsung kami hapus.

Sedari awal, memang Anas menjadi, –kami menyebutnya- tahanan politik spesialKPK. Perlakuan yang diberikan kepada Anas harus berbeda dibandingkan tahanan KPKlainnya. Mungkin ada yang merasa ‘terganggu’ dengan catatan harian Anas, sehinggamembuat KPK langsung bereaksi keras, Anas Urbaningrum dilarang menulis kembali..!!Penjagaan terhadap Anas harus diperketat..!! Padahal Anas hanya menulis hal-hal yangringan saja.

Lepas dari itu semua, pembukuan catatan harian Anas akan tetap dilakukan, walaudalam keadaan sesempit apapun. Jika sesuai rencana, buku tersebut akan diterbitkan bulanMaret. Kumpulan catatan harian Anas sudah terkumpul 50 halaman selama 20 hari Anasberada ditahanan KPK.

Anas dan kami yakin betul, bahwa ketika kita berjuang tentang kebenaran dankeadilan, kebenaran itu akan menang. Ini adalah salah satu ikhtiar Anas dalam membukalembaran-lembaran selanjutnya dalam keyakinan untuk menemukan kebenaran dan keadilan.“Memperjuangkan keyakinan tidak bersalah di medan yang berat adalah tantangantersendiri. Apalagi di KPK, lembaga yang dianggap selalu benar dan hampir tanpa kritik,karena kritik kepada KPK dianggap sebagai pro-koruptor”, begitulah kata Anas dalamcatatan hariannya. (@sahabat_anas)

http://politik.kompasiana.com/2014/02/21/anas-urbaningrum-di-larang-menulis-catatan-harian-634751.html

Hari Ke-43 Anas Urbaningrum Menjadi “TahananPolitik”

HL | 22 February 2014 | 10:47 Dibaca: 1113 Komentar: 56 8

Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com)

Kemarin, 21 Februari 2014 Anas Urbaningrum sudah menjalani hari ke 43 sebagai“tahanan politik”sejak ditahan oleh KPK pada 10 Januari 2014 lalu. Sebagian hari-hari Anasdilewati dengan menulis dan membaca buku. Namun rutinitas menulis Anas agaknya saat iniakan sulit dilakukan karena dilarang oleh KPK. Entah apa alasan KPK melarang Anasmenulis? Kamis, 20 Februari 2014, Anas kembali mendapat kunjungan dari sahabat-sahabatnya. Kini giliran Misbakhun (politisi Partai Golkar) dan Yudi Latif (Pengamat Politik)yang berkesempatan menjenguk, dan tidak ketinggalan, Gede Pasek Suardika yang selalurajin menjenguk Anas. Misbakhun mengatakan bahwa pemenjaraan Anas adalah sebuahbentuk kedzaliman.

Hari itu menjadi sedikit menarik karena sebelumnya catatan harian AnasUrbaningrum selama ditahanan sempat bocor disalah satu media online. Gede Pasekmenjelaskan bahwa selama berada di tahanan, Anas sibuk membaca dan menulis. Hasiltulisannya itu kemudian disampaikan Anas kepada sahabat atau keluarganya yangmenjenguk. Nantinya kumpulan tulisan-tulisan tersebut akan dibukukan. Ada tim khususyang mengurus pembukuan tersebut. Catatan harian Anas Urbaningrum yang bocor dimediaonline tanggal 10-12 Februari 2013 itu baru pembuka saja.

Pada pukul 10.30 pagi kemarin Anas kembali menjalani pemeriksaan di KPK.Padahal melalui kuasa hukumnya, Firman Wijaya, Anas meminta penundaan pemeriksaankarena masih sakit gigi. Sakit yang sudah dirasa oleh Anas sejak 2 minggu yang lalu dan barudiperbolehkan berobat oleh KPK pada beberapa waktu lalu. Namun KPK tetap menjadwalkanpemerikasaan terhadap Anas, hasilnya Anas tidak bisa memberikan keterangan karenamemang gigi kanannya masih sakit. Rencananya Anas akan dimintai keterangan olehpenyidik KPK terkait kasus gratifikasi proyek Hambalang dan pengadaan laboratoriumkesehatan di Universitas Airlangga, sesuatu yang Anas tidak tahu sama sekali. Kasus yangmengada-ngada dan sangat dipaksakan.

Anas masih akan menjalani hari-hari yang panjang sebagai tahanan politik. Kitamasih tidak tahu apakah rutinitas menulis Anas masih akan dijalankan, karena panjagaanterhadap Anas kini diperketat oleh KPK. Namanya juga tahanan politik, begitulah… .

Terus berjuang dalam mencari kebenaran yang kau dan kami yakini, Sahabat.

Saling menghidupi, saling menumbuhkan, saling menguatkan. Salam, Sahabat AnasUrbaningrum. (@sahabat_anas)

http://politik.kompasiana.com/2014/02/22/hari-ke-43-anas-urbaningrum-menjadi-tahanan-politik-634873.html

Kilas Balik Perjalanan Penzaliman Terhadap AnasUrbaningrum; 22 Februari 2013 –22 Februari2014

REP | 23 February 2014 | 15:55 Dibaca: 529 Komentar: 13 1

Tepat tanggal 22 Februari tahun lalu, Anas Urbaningrum resmi ditetapkan sebagai tersangkakasus gratifikasi proyek Hambalang. Proses dan penanganan kasus Anas ini cukup menarikdan menyita perhatian publik dan media selama satu tahun ini. Nuansa politik sangat kentalmenyelimuti proses hukum Anas. Banyak kejanggalan dan ‘keistimewaan’tersendiri yangdiberikan terhadap Anas, “anak yang tidak diinginkan lahir”oleh SBY sebagai empunyaPartai Demokrat. Perjalanan karir politik Anas dikebiri oleh penguasa hanya karena Anastidak ‘patuh’terhadap Cikeas, karena Anas hanya patuh terhadap sesuatu yang dia yakinikebenarannya. Berikut kilas balik perjalanan penzaliman terhadap Anas Urbaningrum.

1. Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC); Survei Pesanan (?)

Dalam hasil survey SMRC yang dirilis pada Minggu, 03 Februari 2013 dengan tajuk“Kinerja Pemerintah dan Partai, Tren Anomali 2012-2013” disebutkan bahwaelektabilitas Partai Demokrat berada pada angka 8,3 persen. Situasi inidimanfaatkan oleh para ‘gerombolan sengkuni’ untuk mendesak agar AnasUrbaningrum bertanggung jawab dan mundur dari jabatan Ketua Umum PartaiDemokrat. Sebuah penyikapan yang tidak bijak terhadap suatu hasil survei.Seharusnya seluruh elemen Partai Demokrat menyikapinya dengan kerja kerasuntuk menaikkan kembali angka elektabilitas Partai Demokrat. Ternyata setelah satutahun berlalu, elekabilitas Partai Demokrat yang saat ini pimpin oleh SusiloBambang Yudhoyono sebagai Ketua Umum dan Syarief Hasan sebagai KetuaHarian tidak kunjung naik. Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang dirilispada Minggu, 02 Februari 2014 elektabilitas Partai Demokrat berada dilevelterendah, 4,7 persen. Kali ini para ‘gerombolan sengkuni’bungkam. Tidak adadesakan agar Ketua Umum bertanggung jawab dan mundur akibat elektabilitaspartai yang semakin merosot tajam.

2. Pidato Presiden dari Mekah; Intervensi terhadap KPK

Menanggapi hasil survey SMRC, Presiden SBY menggelar konferensi pers kepadamasyarakat Indonesia yang disiarkan langsung oleh media-media televisi diIndonesia pada Senin, 04 Februari 2013.

“Sejak kemarin malam dan sepanjang hari ini, saya terima banyak berita dari tanahair sesuai rilis survei tentang keadaan parpol dilihat dari sisi dukungan publik saatini. Yang jadi perhatian adalah merosotnya angka untuk Partai Demokrat. Padahal,dalam Pemilu 2009 lalu, PD masih mendapat 21 persen suara. Atas hasil ini, terusterang beberapa kader mangatakan SOS, sudah berada dalam lampu merah. Adayang mengatakan ada kesan mengapa kasus ini tidak kunjung selesai, seakandiulur-ulur, tidak ada konklusi.

Saya yakin KPK, yang jadi andalan dalam penegakan hukum dan pemberantasankorupsi, tidak tebang pilih. Dari tanah yang mulia ini saya mohon kepada KPKuntuk bisa segera melakukan tindakan konklusif dan tuntas terhadap apa yangdilakukan sejumlah kader PD. Kalau memang dinyatakan salah, kita terima memangsalah. Kalau tidak salah, kita ingin tahu bahwa itu tidak salah. Termasuk dalam halini Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum yang diperiksa KPK dandicitrakan publik bersalah dalam kasus korupsi, meski KPK belum menjelaskankasus ini.

Apa yang dilakukan dan diucapkan SBY kepada KPK adalah bentuk intervensi. SBYberusaha mengintervensi KPK agar menjadikan Anas Urbaningrum sebagaitersangka. Jadi sungguh aneh kalau tiba-tiba sejumlah tokoh partai Demokrat –terutama Presiden SBY– menimpakan kesalahan turunnya elektabilitas PartaiDemokrat hanya pada Anas Urbaningrum. Seolah-olah turunnya elektabilitas PartaiDemokrat hanya karena kasus Hambalang. Padahal ada kasus Bank Century yangsudah lebih dulu meletus dengan kerugian negara yang jauh lebih besar.Masyarakat akan bisa dengan mudah menerjemahkan pesan SBY itu sebagaisebuah pesan politik agar KPK benar-benar menetapkan status Anas sebagaitersangka. Pertanyaannya adalah persoalan hukum apa yang tengah dihadapi Anassaat itu? Tersangka bukan, saksi bukan. Karena saat itu Anas diperiksa KPK dalamkedudukannya sebagai terperiksa, orang yang diperiksa, dimintai keterangan dalamdugaan satu tindak pidana. Keadaan seperti ini membuat KPK menjadi sangatdilematis.

3. SBY Pimpin Pembenahan Partai Demokrat; Kudeta Terhadap Anas

Jumat, 08 Februari 2013 SBY menegaskan, akan memimpin langsung upayapembenahan internal Partai Demokrat. Dengan cara mengambil alih kendali partaisecara keseluruhan dengan mendepak Anas Urbaningrum, bisa dibilang ini adalahpraktek otoritarian dalam partai. Apalagi Anas Urbaningrum tidak diangkat oleh SBYsebagai ‘pemilik’dan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Anas dipilih melaluimekanisme kongres. Karena itu, bila Anas dinilai gagal memimpin partai,seharusnya SBY mendorong digelarnya Kongres Luar Biasa (KLB). Ini cara yanglebih elegan dan demokratis dibandingkan menggunakan cara-cara militer untukmengkudeta Anas dari posisinya sebagai Ketua Umum Partai Demokrat hanyadengan sebuah pertemuan di kediamannya di Puri Cikeas Indah. Lebih tidak eleganlagi langkah SBY itu dilakukan disaat Anas belum ditetapkan sebagai tersangka olehKPK.

Terlebih, Keputusan Majelis Tinggi Partai (MTP) telah melanggar AD/ART PartaiDemokrat, ada indikasi putusan ini bagian dari mengkerdilkan fungsi ketua umumPartai Demokrat atau diistilahkan sebagai kudeta. Padahal dalam AD PartaiDemokrat pasal 13 ayat 5 yang mengatur jenis kebijakan strategis yang menjadiwewenang MTP Demokrat. Dalam pasal tersebut, kebijakan strategis yang menjadiwewenang MTP terdiri dari tujuh item. Pertama, penunjukan pasangan capres dancawapres. Kedua, penunjukan calon pimpinan DPR dan alat kelengkapan fraksiDemokrat di DPR dan MPR. Ketiga, penentuan calon partai koalisi. Keempat,penentuan caleg DPR. Kelima, penentuan cagub dan cawagub dalam pilkada.Keenam, menyusun rancangan AD/ART serta program kerja lima tahun untukditetapkan dalam kongres.

Karena tidak diatur dalam AD Partai Demorat maka, pengambilalihan yang dilakukanoleh Majelis Tinggi Partai Demokrat telah melanggar AD/ART Partai Demokrat.

Lebih gambling mengenai “Cara-cara SBY Mengkudeta Anas Urbaningrum”silahkanbaca http://chirpstory.com/li/52173

4. Pakta Integritas; Upaya Menghabisi Karir Politik Anas

Minggu, 10 Februari 2013 di Puri Cikeas, SBY mengumpulkan Dewan PimpinanDaerah (DPD) Partai Demokrat untuk memimpin penandatanganan 10 poin PaktaIntegritas. Sebanyak 33 DPD hadir dan menandatangani Pakta Integritas dihadapanKetua Majelis Tinggi Partai.

Penetapan Anas sebagai tersangka sebenarnya sudah bisa dipastikan sebelum KPKsecara resmi mengumumkannya. Pidato SBY yang secara eksplisit mengambilalihkendali Partai Demokrat dan meminta Anas fokus pada kasus hukum dugaankorupsi yang ditangani KPK, merupakan sinyal kuat bahwa karier politik Anas akandihabisi.

Anas sendiri tidak hadir pada malam itu, dan baru menandatangani Pakta Integritaspada Kamis, 14 Februari 2014 di kantor DPP Partai Demokrat.

5. Rapimnas; Petisi “Pemuda Demokrat Penegak Konstitusi”

Banyak yang menduga bahwa agenda Rapimnas (Rapat Pimpinan Nasional) PartaiDemokrat yang digelar pada Minggu, 17 Februari 2013 di Hotel Syahid Jakartadidesain Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat SBY untuk melengserkan KetuaUmum Demokrat Anas Urbaningrum dari jabatannya. Hal tersebut terlihat dari suratundangan yang ganjil, yang seharusnya ditandatangani oleh Anas selaku KetuaUmum dan Ibas selaku Sekretaris Jenderal. Namun ternyata undangan kepadapeserta rapimnas ditandatangi Sekretaris Majelis Tinggi Jero Wacik bersamaSekretaris Jenderal Ibas.

Upaya SBY untuk melengserkan Anas dalam Rapimnas kandas setelah adanyaancaman Walk Out dan beredarnya petisi “Pemuda Demokrat Penegak Konstitusi”.Berikut isi petisinya:

1. Ketum ANAS URBANINGRUM adalah produk konstitusional kongres PartaiDemokrat II di Bandung yang sah.

2. Melengserkan Anas Urbaningrum dari jabatan Ketum adalahinkonstitusional. Ketum Anas Urbaningrum hanya dapat diganti melaluikongres sebagaimana yang termaktub dalam AD/ART Partai Demokrat.

3. Menolak dan mengutuk keras upaya-upaya yang mengarah kepadapemaksaan KLB (Kongres Luar Biasa) yang tidak sesuai dengan AD/ARTPartai Demokrat.

4. Jika dalam rapimnas tanggal 17 Februari 2013 ada kondisi yang mengarahpada upaya-upaya inkonstitusional, maka kami akan menyatakan walkoutdan melakukan pressure massa untuk menggagalkan acara tersebut.

5. Meminta kepada Majelis Tinggi untuk mengembalikan pelaksanaanorganisasi ke DPP.

6. Sprindik Bocor (Atau Di Bocorkan?); By Design

Bocornya Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) KPK yang menyebutkan AnasUrbaningrum sebagai tersangka kasus korupsi merupakan permainan yangdipertontonkan oleh KPK. Desakan SBY yang meminta agar status Anas segeradiputuskan, membuat institusi pimpinan Abraham Samad Cs itu membuat sebuahskenario dengan memunculkan sprindik.

Abraham Samad seharusnya dapat dijerat UU Nomor 14 Tahun 2008 tentangKeterbukaan Informasi Publik (UU KIP) dengan ancaman penjara dua tahun penjara.UU KIP juga memuat ancaman pidana bagi pelaku yang mengakses ataumenyebarluaskan secara tidak sah informasi yang dikecualikan atau rahasia. DalamPasal 17 huruf a UU KIP disebutkan bahwa informasi publik yang dikecualikanadalah informasi yang apabila dibuka dapat menghambat proses penegakan hukum.Yakni, menghambat proses penyelidikan dan penyidikan suatu tindak pidana.

Dalam sejarah penegakan hukum di Indonesia, baru kali ini terjadi pembocoransprindik. Menjadi parah, saat bocornya sprindik itu ada di KPK, lembaga penegakanhukum yang dikagumi masyarakat. Sudah ada jual beli pengaruh, ada justice forsale, jual beli keadilan yang terjadi dalam proses sprindik bocor tersebut.

keputusan Komite Etik KPK yang hanya memberikan sanksi kepada Ketua KPKAbraham Samad dan stafnya Wiwin Suwandi tanpa bisa menyebutkan motif daripembocoran sprindik tersebut sangat disayangkan. Hal tersebut menjadi pentingkarena sebelumnya ada isu berkembang luas bahwa ada perpecahan sikap diantarapimpinan KPK terkait kasus yang menimpa Anas Urbaningrum. Bocornya sprindiklebih dari sekedar kelalaian, dan justru merupakan kesengajaan untukmembocorkan. Kebocoran ini seperti disengaja dan semakin menguatkan isu yang

berkembang selama ini di publik bahwa diantara pimpinan KPK ada yang tidaksetuju menjadikan Anas sebagai tersangka dan sebagai lainnya setuju. Yang tidaksetuju tentunya akan terdesak ikut menjadikan Anas tersangka.

7. Anas Tersangka; Mata Rantai Peristiwa Politik

Anas secara resmi ditersangkakan pada 22 Februari 2013, hal tersebut disampaikanoleh juru bicara KPK, Johan Budi. Surat perintah penyidikan (Sprindik)ditandatangani oleh Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto.

Penetapan Anas sebagai tersangka sudah diduga sebelumnya. Penetapan Anassebagai tersangka pun merupakan mata rantai sejak Ketua Dewan Pembina SBYmenyampaikan delapan solusi penyelamatan partai, yang di dalamnya memintaAnas fokus pada dugaan kasus hukum. Sejak menyampaikan delapan solusipenyelamatan partai, SBY sudah mengetahui informasi kuat Anas akan ditetapkansebagai tersangka. Hal itu pun telah disiapkan SBY, yang berlanjut padapenandatanganan pakta integritas. Langkah berikutnya adalah pengunduran diriSekretaris Jenderal Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas dari keanggotaannya DPR.Ini mata rantai, sadar atau tidak sadar.

8. Pidato Anas; Ini Baru Halaman Pertama

Sabtu, 23 Februari 2013 bertempat di kantor DPP Partai Demokrat, AnasUrbaningrum menyampaikan pidato pengunduran diri sebagai Ketua Umum PartaiDemokrat. Pidato pengunduran diri tersebut dilakukan melalui pidato yangdisampaikan Anas tanpa menggunakan teks. Pidato tersebut pun mendapat reaksidan respon dari banyak pihak, baik dari politisi dan pengamat politik hingga ahlihukum dan ahli komunikasi. Seluruh elemen yang merespon sepertinya tahu betuldengan apa yang tersirat di balik seluruh pernyataan Anas dalam pidatonya.

“Di atas segalanya, saya ingin menyatakan barangkali ada yang berpikirbahwa ini adalah akhir dari segalanya. Hari ini, saya nyatakan ini barupermulaan. Hari ini saya nyatakan ini baru sebuah awal langkah-langkahbesar. Hari ini saya nyatakan ini baru halaman pertama. Masih banyakhalaman-halaman berikutnya yang akan kita buka dan bacabersama.”Demikian kutipan pidato Anas. Berikut pidato lengkap pengunduran diriAnas Urbaningrum sebagai Ketua Umum Partai Demokrat :

http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/02/23/1/133361/Ini-Pidato-Lengkap-Pengunduran-Diri-Anas-Urbaningrum

9. Kunjungan Sahabat; Dukungan Untuk Anas

Pasca ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK, kediaman Anas di Duren Sawit ramaioleh para sahabat yang datang untuk memberikan dukungan dan merasa prihatinatas apa yang menimpa Anas dan menyebutnya sebagai “musibah politik”.Sahabat yang datang tidak hanya sahabat-sahabat Anas di Partai Demokrat,terhitung seperti Akbar Tandjung, Din Syamsuddin, Harry Tanoe, Mahfud MD, ShintaNuriyah (Istri Mantan Presiden Abdurrahman Wahid), Yenny Wahid, Priyo BudiSantoso, Fahri Hamzah, Ahmad Yani, Syarifuddin Suding, AM Fatwa, dan sahabat-sahabat lintas parpol, HMI, KAHMI, dan lainnya.

Anas memang istimewa walaupun telah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPKtetapi ia tak henti-hentinya mendapatkan dukungan dari banyak pihak. Sesuatu yangsangat jarang terjadi ketika seseorang baru saja ditetapkan sebagai tersangka olehKPK.

10. Paspor Anas disita; Istimewanya Anas

Senin, 25 Februari 2013 petugas imigrasi mendatangi rumah Anas di Duren Sawit.Tim dari imigrasi memberikan surat permintaan paspor, dan menyita paspor Anas.Banyak tersangka yang dicegah ke luar negeri tetapi paspornya tidak ditarik, ini tidaklazim. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia seharusnya menjelaskan alasanpenarikan paspor Anas Urbaningrum. Penarikan paspor Anas merupakan langkahberlebihan. penyitaan seperti itu tidak lazim dilakukan oleh Kemenkumham terhadapseorang tersangka. meski Anas dicegah bepergian ke luar negeri namun paspornyatidak boleh disita.

Anas sendiri merasa diistimewakan karena paspornya tidak hanya ditarik, tetapipetugas Imigrasi bahkan harus mendatangi kediamannya untuk mengambil pasporitu.“Beda atau tidak beda buat saya sama saja. Contohnya begini, ini yangsederhana yah, siapa yang dicekal tidak pernah paspornya dijemput di rumah. TapiAnas diistimewakan, apalagi Menteri Hukum dan HAM yang membawahi imigrasiadalah Amir Syamsuddin yang merupakan Anggota Dewan Pembina PartaiDemokrat,”ujar Anas.

11. KLB Partai Demokrat; KLB Versi Anas

Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat yang dilaksanakan pada 30 Maret 2013di Bali mempertontonkan demokrasi yang semu. Kubu Cikeas di bawah kendaliKetua Majelis Tinggi SBY menciptakan panggung kongres yang “seolah-olah”demokratis, tetapi sebenarnya sudah dikondisikan untuk memufakati pemilihan calontertentu. Marzuki Alie yang kabarnya ingin mencalonkan sebagai Ketua Umum punlangsung ditegur keras oleh SBY. Marzuki Alie sempat bermanuver denganmengumpulkan Ketua DPC Partai Demokrat se-Indonesia di Hotel Aston Denpasarpada Jumat malam sekitar pukul 23.00 WITA sebelum KLB. “Saya ingatkan, siapayang mencederai kepentingan partai hanya untuk memenuhi kepentingan pribadinyaadalah yang akan menghancurkan partai kita. Ini peringatan saya,”tegas

SBY.Sungguh KLB yang penuh rekayasa dan sudah diseting sedemikian rupa. KLBadalah dagelan politik SBY.

Partai Demokrat tidak memiliki kehendak untuk memajukan proses konsolidasidemokrasi yang kini sedang berjalan di Indonesia. Bahkan, bukan membangundemokrasi yang saat ini masih kurang ideal, Demokrat malah melegitimasi perilakupolitik yang sebenarnya bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi.

Terpilihnya SBY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat kian menegaskan bahwapolitik Indonesia tidak bisa lepas dari sistem paternalistik dan politik dinasti. Denganberpasangannya ayah dan anak dalam jabatan tertinggi partai Demokrat, PartaiDemokrat memperlihatkan sebuah upaya membangun sebuah partai keluarga.

Namun ternyata di Bali bukan hanya Partai Demokrat yang sedang melangsungkanKLB. Anas Urbaningrum mempunyai KLB versi lain. Misalnya saja, Keliling LihatBali, Keluyuran Luar Biasa, Keindahan Lovina Bali, Kintamani Luar Biasa, KerajinanLuar Biasa, Kerangnya Luar Biasa, Kuta Luar Biasa, Kawan2 Luar Biasa, KenyangLuar Biasa, sampai Kelapa Luar Biasa, #KLB.

Saat sedang berada di Bali, gerak-gerik Anas selalu diikuti oleh intel, entah intelsuruhan siapa dan untuk apa menginteli Anas? Tentu dengan mudah kita dapatmengetahui suruhan siapa intel tersebut.

12. Deklarasi PPI; Bergerak… !!!

Minggu, 15 September 2014, kediaman Anas Urbaningrum di Duren Sawit di sulapmenjadi Rumah Pergerakan. Anas beserta para sahabat mendeklarasikan OrmasPerhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), sebagai wadah seluruh masyarakat untukmembangun Indonesia yang lebih baik. PPI adalah milik bersama, Anas bukan PPI,Anas adalah bagian dari PPI. PPI adalah organisasi gerakan budaya yang akanmelahirkan ide dan gagasan dalam membangun Indonesia yang lebih baik. PPIbukan gerakan perlawanan, PPI adalah gerakan untuk memuliakan kebudayaanIndonesia, untuk memadukan harmoni sosial dalam kemajemukan Indonesia. PPIakan menjadi wadah dan magnet untuk menyatukan potensi yang lahir dari anakbangsa dalam berkontribusi untuk memberikan warna positif untuk Indonesia.Gerakan ini adalah gerakan untuk membangun ikatan sinergi dari seluruh potensianak-anak bangsa yang belum terpadu dalam sebuah gerakan yang kontributif untukIndonesia. PPI punya mimpi dengan pendekatan kebudayaan dan harmoni, PPIingin memberikan warna bagi bidang kehidupan yang ada di dalam perkembangankemajuan negara kita. PPI tidak sekedar berpikir politik, justru PPI ini fokus untukmemajukan dan memuliakan kebudayan nasional. Indonesia yang ber-BhinekaTunggal Ika.

Deklarasi PPI dihadiri oleh Prof. Mubarok, Nazaruddin Syamsuddin, Gede PasekSuardika, Mirwan Amir, Mulyana W Kusuma. Hadir pula Saan Mustopa. Pascamenghadiri deklarasi PPI, Saan Mustopa dicopot dari Sekretaris Fraksi PartaiDemokrat DPR RI. Begitu pula dengan Gede Pasek Suardika, dicopot dari KetuaKomisi III DPR RI.

Banyak kader Demokrat yang aktif di ormas lain tapi tidak pernah dipermasalahkan.Sukar untuk tidak disebut khawatir dan galau. Bahkan sampai pada level paranoid.Terdapat sikap paranoid atau ketakutan luar biasa dari kalangan internal PartaiDemokrat atas berdirinya ormas PPI.

13. Duren Sawit Digeledah; Banyak Kejanggalan…

Selasa, 12 November 2013 KPK menggeledah rumah Athiyyah Laila (Istri Anas).Banyak kejanggalan dan pelanggaran prosedur dari penggeledahan rumah AttiyaLaila yang dilakukan oleh KPK. Menarik, jika kita cermati ada beberapa indikasi yangmenegaskan jika KPK sangat bernafsu untuk mencari bukti untuk menjerat Anas.Atau bahkan KPK terkesan memaksa Anas untuk bersalah dengan berbagai cara.Pertama, apa motif KPK mengambil uang operasional PPI yang berasal darisumbangan anggota berjumlah Rp. 1 miliar?? KPK melakukan penggeledahandengan surat atas kasus Mahfud Suroso terhadap dugaan keterlibatan Attiya, bukanatas nama PPI. Jadi cacat hukumnya menyita uang operasional PPI yang sudahjelas asalnya dari sumbangan anggota PPI. Kedua, apa motif KPK melakukanpenggeledahan tanpa pemberitahuan, tanpa memberitahu RT dan keamanansetempat?? RT setempat dan pihak rumah Anas mengaku belum mendapatkansurat resmi perintah penyidikan. Publik pun harus mengetahui bahwa rumah yangdigeledah KPK adalah rumah milik PPI, bukan lagi rumah milik Attiya. Ketiga, apamotif KPK menyita BlackBerry dan kartu kredit milik Anas Urbaningrum?? KPKmenggeledah rumah Attiyah Laila atas kasus Mahfud Suroso. Lantas mengapa BBdan kartu kredit Anas yang disita?? KPK juga mengambil passport Attiya padahal itubukan kewenangan yuridis KPK, melainkan kewenangan petugas Imigrasi.Keempat, apa motif KPK merampas surat pengunduran diri Attiya yang sudahditandatangani sebelum proyek Hambalang digelar?? KPK melakukan tindakananarkis dngn mengambil paksa dokumen pengunduran diri Attiya dari Dutasaripadahal itu bukti asli pembelaan diri. Apakah ada jaminan dokumen tersebut tidakdihilangkan KPK mengingat banyak dokumen rahasia banyak kasus besar tiba-tibaraib dari tangan KPK. Kelima, apa motif KPK membawa buku yasin bergambarAnas, padahal ada dua buku yasin bersamaan di tempat yang sama yangbergambar Ibas?? Dari kejanggalan-kejanggalan tersebut, muncul pertanyaanbesar, pertama, mengapa KPK ngotot melakukan penggeledahan rumah Anas??padahal Mahfud Suroso sendiri sudah menjelaskan jika Anas-Attiya tidak adahubungannya dengan proyek Hambalang. Kedua, mengapa selama kasusHambalang KPK tidak mengacuhkan pernyataan dan kesaksian dari Yulianismaupun Mindo Rossa Manulang??

14. Anas, Tokoh Paling Di Zalimi KPK Tahun 2013

Penahanan Anas bagian dari bargaining politik SBY dengan KPK. Sikap KPK yangterus mengulur proses hukum Anas adalah bentuk penganiayaan, akhirnya politikbermain. Timbul kesan KPK dikendalikan oleh kekuatan politik penguasa dalammenjalankan tugasnya pokok dan fungsinya. Hanya untuk kasus gratifikasi sudah

sampai ratusan orang diperiksa, dan hasil pemeriksaan pun belum juga jelas. KPKitu penegak hukum, pengusung keadilan. Bukan seperti Kamtib era Orde Baru, yangdigunakan untuk mematikan karir politik seseorang. Anas sudah lama menjaditersangka, tapi selama itu pula perkembangan kasus Anas tidak jelas padahal lebihdari 100 saksi sudah diperiksa. KPK benar-benar menggantung masa depan dankehormatan Anas. KPK benar-benar kehilangan akal dan strategi untuk berkilah soaltidak segera ditahannya Anas yang sudah 10 bulan digantung statusnya sebagaitersangka tapi tidak dtahan. Usai Abraham Samad, kini Zulkarnaen jugamengungkapkan alasan yang sama, yakni penahanan Anas terkendala tidak adanyaruang tahanan. Namun, secara tersirat KPK akhirnya jujur membuka alasan bahwaKPK takut Anas akan bebas demi hukum jika dilakukan penahanan dalam waktucepat. Pernyataan Zulkarnaen ini mengejutkan. Ini menunjukkan KPK sendri tidakmemiliki bukti kuat bahwa Anas terlibat dalam sangkaan gratifikasi Hambalang.Karena bukti gratifikasi mobil Harrier kepada Anas lemah, kini KPK mmburu ‘dosa’Anas didugaan aliran dana Kongres Partai Demokrat di Bandung. Namun anehnya,kandidat ketua umum lainnya yakni Marzuki Alie dan Andi Mallarangeng tidak dibidikdalam kasus yang sama. Johan Budi pun tidak bisa memberikan jawaban terkaitalasan Abraham Samad yang pernah beralasan bahwa KPK belum bisa menahanAnas karena sel penuh. Dengan ditahannnya Kajari Praya dan Ratu Atut (saat itu),makin membuktikan kalau pernyataan Ketua KPK hanya dalih Karena diduga kuatKPK tidak memiliki dua alat bukti cukup untuk berani menahan Anas.

15. Pemanggilan Anas; “Dan Atau Proyek-Proyek Lainnya”(?)

Pada Selasa, 07 Januari 2014 Anas dijadwalkan diperiksa oleh KPK terkait dengankasus gratifikasi proyek Hambalang dan atau proyek-proyek lainnya”. Kalimat danatau proyek-proyek lainnya tersebut mengundang pertanyaan Anas dan tim kuasahukum mengenai kejelasan sangkaan apa yang dimaksud dalam kalimat dan atauproyek-proyek lainnya. Sehingga Anas melalui tim kuasa hukumnya memintakejelasan kepada KPK, namun KPK enggan memberikan kejelasan dalam suratpemanggilan tersebut. KPK malah menanggapinya dengan emosional. Seharusnyalembaga penegak hukum tersebut tidak perlu memperlihatkan sifat emosional ketikaada warga negara yang mempertanyakan sangkaan yang diajukan kepadanya. Halitu merupakan sebuah permintaan kejelasan.

Ketidakhadiran Anas itu merupakan perwujudan sebuah sikap. Anas hanya memintakejelasan terkait sangkaan KPK yang tidak menyebutkan secara rinci kasus apayang disangkakan terhadap dirinya. Karena meminta penjelasan itu dilindungi UUPasal 112 ayat 1 KUHAP yang menyatakan penyidik yang melakukan pemeriksaandengan menyebutkan alasan pemanggilan secara jelas. Perbedaan nyataPenyelidikan dengan Penyidikan adalah soal kepastian delik dan ada tidaknyatersangka. Kalau sudah penyidikan harus sudah jelas, tempus delictie, dolusdelictie harus jelas ketika sudah ada tersangka. Kalau kalimat proyek-proyek lainnyamaka tidak ada kejelasan peristiwa apa dan kapan.

16.Penangkapan Anas; Kado Tahun Baru Untuk SBY

“Saya berterima kasih hari ini ditahan, yang tanda tangan penahanan adalah PakAbraham Samad, kedua terima kasih kepada penyidik yang hari ini memeriksa sayaadalah Pak Endang Tarsa dan Pak Bambang Sukoco dan terima kasih kepada timpenyelidik dipimpin Heri Mulianto, dan lain-lain. Di atas segalanya saya berterimakasih kepada Pak SBY, sesudah peristiwa ini punya arti, punya makna dan menjadihadiah tahun baru 2014, yang lain-lain nanti saja, yang saya yakin adalah ketikakita berjuang tentang kebenaran dan keadilan, ujungnya kebenaran akanmenang, terima kasih”.

Itulah kalimat yang diucapan Anas saat keluar dari gedung KPK dan resmi ditahanoleh KPK pada Jumat, 10 Januari 2014.

Anas akhirnya memenuhi panggilan KPK, walaupun surat pemanggilan Anas masihdinilai ganjil dengan adanya kalimat “dan atau proyek-proyek lainnya”. Pada Selasa,07 Januari 2014 Anas dipanggil KPK, namun Anas urung hadir karena masukan dariTim Kuasa hukum Anas yang masih mempertanyakan kalimat “dan atau proyek-proyek lainnya”. Tim kuasa hukum mengkritisi isi surat panggilan yang mengatakanbahwa ada pemeriksaan terhadap proyek-proyek lain. Itu tidak jelas, kasus yangmana? Proyek yang mana? Karena ini menyangkut kepastian hukum dan keadilan.Orang yang dipanggil dan diperiksa didengar keterangannya harus jelas untuktuduhan apa. KPK harus menjaga kewibawaannya sebagai lembaga penegakhukum yang berdasarkan hukum dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Dalam buku harian Anas yang sempat bocor ke media, diketahui bahwa proyek-proyek lain yang dimaksud misalnya proyek pembangunan gedung Biofarma,pembangunan universitas-universitas, pembangunan gedung pajak. Sesuatu yangAnas sendiri tidak tahu apa itu maksudnya.

17. Hari-hari Anas di Tahanan; Pertapaan Produktif

Hari-hari Anas dalam tahanan KPK, banyak dilalui untuk membaca dan menulis.Setiap keluarga atau sahabat yang mengunjungi Anas selalu membawakan bahanbacaan untuk Anas. Di dalam tahanan pun Anas sangat rajin menulis, suatukegemaran Anas yang sudah lama jarang dilakukan karena kesibukannya selamaini. Beberapa waktu lalu tulisan Anas selama berada di dalam tahanan sempat bocorke media, tulisan mengenai catatan harian Anas selama ditahanan. Lepas daribocornya tulisan Anas ke media yang menyebabkan KPK melarang Anas untuk

menulis kembali, hari-hari Anas selama di tahanan KPK adalah suatu bentuk‘pertapaan produktif’. Meskipun mungkin dirasakan penahanan itu adalah hal yangmungkin bagi sebagian orang menyulitkan, tapi bagi kaum pergerakan, penahananitu bagian dari pertapaan untuk menembus hal-hal yang lebih baik lagi.

Manusia bisa dipenjarakan tubuhnya, namun tidak jiwanya!!!!

Saling menghidupi, saling menumbuhkan, saling menguatkan. Sahabat AnasUrbaningrum. (@sahabat_anas)

http://politik.kompasiana.com/2014/02/23/kilas-balik-perjalanan-penzaliman-terhadap-anas-urbaningrum-22-februari-2013-22-februari-2014-635098.html

Kebenaran Sedang Menunjukkan JalannyaOPINI | 26 February 2014 | 16:11 Dibaca: 414 Komentar: 4 2

Begitu istimewanya kah Anas bagi KPK? Untuk sekelas kasus gratifikasi saja harusditurunkan belasan penyidik KPK, tak terbayang berapa puluh penyidik KPK yangdiperlukan untuk kasus seberat Century? Betapa borosnya SDM di KPK karena hanya untuksatu tersangka saja memerlukan belasan penyidik. Begitu lemahkah kualitas penyidik SDMpenyidik KPK sehingga hanya satu pekerjaan kecil sampai diterbitkannya 3 Sprindik. Tidakcukupkah ratusan saksi-saksi yang dipanggil KPK hanya untuk menyelesaikan kasus Anas.Tidak cukupkah waktu satu tahun bagi KPK untuk mengungkap kasus gratifikasi, sebuahkasus yang sangat mudah untuk membuktikannya, dimana ada orang yang memberi, sesuatuyang diberi, dan orang yang menerima.

Upaya-upaya pemaksaan terhadap status hukum Anas semakin banyak yang terungkap, inilahcara kebenaran menunjukkan jalannya. Menolak lupa, bagaimana Angelina Sondakhmengalami depresi berat setelah ada oknum penegak hukum mendatanginya di Rutan PondokBambu, penegak hukum tersebut meminta Angie untuk menyebut (menyeret) AnasUrbaningrum dalam kasus Hambalang. Penegak hukum tersebut menjanjikan akanmemperingan hukuman Angie jika Angie bersedia ikut menyeret Anas. Angie berkata, ketikaada pihak-pihak yang memaksa saya untuk menyerang, menyebut nama Anas, saya itu stressluar biasa. Angie berprinsip, apapun sanksi yang akan diterimanya, dia tidak akan mau untukmemfitnah seseorang, karena ini menyangkut tentang kebenaran. Hal tersebut sesuai denganprintah Allah dalam Al-Quran, “janganlah kamu memfitnah dan menzalimi orang lain,sesungguhnya siksa Allah itu lebih berat bagi yang zalim”. Rindo Rosalina Manulang,mantan anak buah Nazaruddin pun pernah meminta Angie untuk ikut menyeret Anas. Haltersebut dibenarkan oleh Mindo Rosalina Manulang yang membenarkan bahwa dirinyapernah meminta Angie untuk menyeret nama Anas dalam lingkaran kasus yang menjeratNazaruddin. Permintaan Mindo Rosalina Manulang itu disampaikan pada 26 April 2012 diRutan Pondok Bambu, Jakarta Timur.

Tidak hanya Angie, Sylvia Soleha alias Bu Pur juga dipaksa oleh penyidik KPK agarmengaku mengenal Anas. Hal tersebut disampaikan Bu Pur saat menjadi saksi DeddyKusdinar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta Selatan pada Selasa, 10 Desember2013. “Saya tidak pernah kenal dengan Anas Urbaningrum, tapi saat diperiksa penyidik KPKsaya dipaksa untuk kenal”, ujar Bu Pur. Tidak hanya dipaksa, istri Kombes Pol Puronomo inijuga terang-terangan menyebut penyidik KPK telah merekayasa keterangannya saat prosespenyidikan. Salah satu yang direkayasa oleh penyidik KPK adalah pengakuan bahwa diaditulis pernah mengurus perkembangan kontrak tahun jamak proyek Hambalang ke Sudarto,staf Ditjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan.

Pada, Selasa 25 Februari 2014, keadilan bagi Anas menunjukkan jalannya. Dalam sidanglanjutan dengan terdakwa Deddy Kusdinar, mantan Kepala Biro Kemenpora membacakanpledoi yang menerangkan terkait adanya aliran dana kepada Anas sebesar Rp. 2.2 Milyar dariproyek Hambalang seperti yang ada dalam dakwaan JPU (Jaksa Penuntut Umum)KPK TIDAK BENAR. Deddy menerangkan bahwa tidak pernah kenal atau bertemu denganAnas. Anas pun merasa bingung karena pernah dijadikan saksi terdakwa Deddy Kusdinarpada Selasa 21 Januari 2014 di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta Selatan karenaAnas tidak mengenal Deddy Kusdinar.

Semakin lama, semakin jelas apa yang sebenarnya terjadi. Tuduhan terhadap Anas semakinkabur. Tuduhan Anas menerima gratifikasi mobil Harrier dalam pembangunan proyekHambalang sudah hilang ditelan bumi. KPK tidak bisa membuktikan tuduhannya terhadapAnas terkait penerimaan gratifikasi mobil Harrier. Silahkan baca :

http://politik.kompasiana.com/2013/02/16/herier-anas-urbaningrum-536162.html

http://hukum.kompasiana.com/2013/02/23/inilah-bukti-mobil-harrier-anas-bukan-gratifikasi-537347.html

http://www.itoday.co.id/politik/harrier-anas-bukan-gratifikasi-proyek-hambalang

Semakin di buka di pengadilan, ternyata Hambalang semakin jauh dari Anas. Seperti‘candaan’Anas yang mengatakan bahwa jarak Hambalang ke Duren Sawit itu jauh. Sedianyapernyataan Anas ini semakin terbuka di pengadilan. Lalu sangkaan JPU KPK dalam terdakwaDeddy Kusdinar yang menyebut Anas menerima uang Rp. 2.2 Milyar dari proyek Hambalanguntuk Kongres Partai Demokrat di Bandung jelas-jelas dibantah oleh Deddy Kusdinar,mantan Kepada Biro Kemenpora. Itulah mengapa KPK menggunakan frasa “dan atau proyek-proyek lainnya”dalam Sprindik Anas. Yang terpenting Anas tersangka dulu, urusan Harrierdan uang Rp. 2.2 Milyar paling-paling nanti akan lupa dengan dugaan baru. Entah kapanakan ditemukan?

Saat ini kabarnya telah terbit sprindik baru untuk Anas, dengan No. 14b. KPK punmenambahkan jumlah penyidik untuk ikut memburu Anas. Tim penyidik yang baru inidipimpin oleh Bambang Tertianto. Untuk Sprindik No. 14b dibawah kendali BambangTertianto sudah disiapkan TPPU (Tindak Pidana Pencucian Uang). TPPU unik karenaberangkat dari predicate crime yang belum jelas. TPPU adalah tindak pidana lanjutan yangartinya sebelumnya sudah ada tindak pidana tertentu sebagaimana disebutkan dalam pasal 2UU No. 8 Tahun 2010. Artinya untuk menjerat Anas dalam TPPU, harus terbukti dahulubahwa Anas telah melakukan tindak pidana. Pertanyaannya tindak pidana apa yang sudahterbukti dilakukan oleh Anas?? Memang Anas tidak istimewa. Bahkan Anas pun tidak maudiistimewakan. Justru KPK yang mengistimewakan Anas melalui ‘layanan prima’nya denganmengepung Anas di setiap sudut agar Anas terkena.

Teruslah berjuang Sahabat, kebenaran sedang menunjukkan jalannya…

Saling menghidupi, saling menumbuhkan, saling menguatkan. Salam Sahabat AnasUrbaningrum. (@sahabat_anas)

http://politik.kompasiana.com/2014/02/26/kebenaran-sedang-menunjukkan-jalannya-635800.html

Gede Pasek: TPPU, “Sajian Istimewa”KPK UntukAnas

OPINI | 03 March 2014 | 19:37 Dibaca: 373 Komentar: 5 1

Menarik untuk mendiskusikan tentang TPPU (Tindak Pidana Pencucian Uang) yang saat inisedang ramai dan menarik untuk dibicarakan. TPPU awalnya diatur dalam UU Nomor 15Tahun 2002, lalu UU Nomor 25 Tahun 2003 dan terakhir UU Nomor 8 Tahun 2010. Perlahantapi pasti TPPU semakin top. Cara penanganan TPPU memang sangat efektif dan ringkasdalam mempercepat proses penuntasan dan penyelamatan uang negara atau uang hasilkejahatan.

Secara umum TPPU atau money laundring adalah suatu perbuatan untuk menyembunyikanatau menyamarkan uang atau harta hasil tindak pidana, dan fokusnya biasanya padakejahatan yang terorganisir dan besar, seperti narkoba, illegal logging, human trafficking,terorisme, korupsi dan lainnya.

Ada tiga pihak yang disasar, yaitu TPPU aktif, yaitu orang yang menempatkan ataumentransfer, mengalihkan, dan lain-lain. Kemudian TPPU pasif, yaitu orang yang menerima.Dan terakhir TPPU penikmat, yaitu orang yang ikut menikmati. Sanksinya berat untuk TPPU,penjara maksimal 20 tahun dengan denda maksimal 10 Miliar.

Untuk mencegah ketentuan ini disalahgunakan oleh penegak hukum, maka ada syaratuntuk penulusuran TPPU, yaitu adanya Predicate Crime atau dikenal dengan harus adatindak pidana lain yang mendahului dari TPPU tersebut. Artinya, basis TPPU adalah adanyakejahatan sebagai awal adanya uang atau harta yang ilegal. Hanya saja, penegak hukumakan lambat jika harus menunggu putusan pidana awal tuntas. Sehingga mereka diberiwewenang, meski belum terbukti, TPPU sudah bisa jalan. Namun harus tetap jelas pidanayang mana yang dijadikan predicate crime untuk menempatkan sebuah kasus TPPU.

Posisi predicate crime adalah prasyarat mutlak yang harus ada terlebih dahulu sebelumTPPU, tapi predicate crime itu tidak mesti sudah putusan in kracht. Pemahaman TPPUberbeda dengan peristiwa dimana pelaku kejahatan menikmati hasil kejahatan, atau punpenadahan dalam KUHP. Meski mirip, tapi spirit TPPU adalah untuk kejahatan besar danterorganisir.

Ada beberapa kasus yang saat ini sedang ditangani KPK dengan TPPU. Misalnya kasussaham Garuda dengan tersangka Nazaruddin. Kasus Nazaruddin tampaknya masih “tariPoco-Poco”, mengingat aktingnya masih diperlukan di kasus lainnya. Lalu ada kasus AkilMochtar, Wawan, dan lain-lain. Hasilnya memang menakjubkan, puluhan mobil, rumah,ruko, gedung dan lain-lain berhasil disita. Bahkan kasus Jenderal Djoko Susilo, asetnya jugatersita sebelum kasus utama Simulator SIM. Hanya aset Nazaruddin yang masih amanselain saham dan kebun kelapa sawit. Tapi sisanya masih bisa diselamatkan Nazaruddinhingga kini.

Di luar itu, saat ini Anas Urbaningrum pun akan dibidik kasus TPPU oleh KPK. Hanya sajabelum jelas posisi predicate crime nya yang mana? Apakah gratifikasi Harrier yangmenjadikannya tersangka, atau uang Rp 2,21 M seperti dalam dakwaan Dedi Kusdinar?Atau sedang dicari-cari dulu. Jadi TPPU mendahului sebelum ditemukan sangkaankejahatan mana dalam posisi predicate crime nya?

Ini agak unik, karena konon ada sprindik tertanggal 28 Februari 2014 untuk kasus TPPU,tapi tidak dijelaskan predicate crimenya yang mana. Apakah korupsi Hambalang? BioFarma? E-KTP? PLTS? Bila itu benar, kembali Anas Urbaningrum mendapatkan sajian

istimewa. Dari kasus sprindik bocor, sprindik dengan status proyek lain-lainnya, yangkeduanya itu fenomena pertama kali dalam sejarah KPK. Kalau sekarang AnasUrbaningrum dikenakan bonus TPPU tanpa kejelasan predicate crime, maka ini jugamenjadi kado istimewa untuk Anas Urbaningrum.

Anas Urbaningrum memang bukan tersangka yang harus diperlakukan istimewa, tapisejarah formal menyatakan Anas Urbaningrum itu istimewa dalam proses hukumnya. TPPUdulu, untuk pidana asalnya bisa dicari belakangan. Bila kasus gratifikasi Harrier dijadikanpredicate crime maka TPPU itu salah sasaran. Karena mobilnya sudah disita dan tinggaldibuktikan di pengadilan. Kalau sesuai dakwaan Dedi Kusdinar aliran uang Rp 2,21 M makajelas sesuai dakwaan mengalir katanya ke hotel, beli BlackBerry, entertainment, dan lain-lain. Jadi peruntukkannya sudah bisa ditelusuri. Itu pun kalau benar. Jadi TPPU nya menjadilucu. Tetapi kalau di luar itu semua, maka ini jadi sejarah baru dalam penegakan hukumpidana. Pasang TPPU dulu, baru cari tuduhan kejahatan asalnya. Kalau mau model inidikenakan, maka semua pejabat bisa dikenakan TPPU dulu baru dicari kejahatan asalnya.Kalau itu dibenarkan maka negara kita tidak lagi berdasarkan negara hukum denganpenghormatan terhadap hak asasi manusia, tapi sudah menjadi negara kekuasaan.Kekuasaan bebas menafsirkan hukum dan bebas cara menegakkannya. Prosedur danaturan mengikuti keinginan, bukan keinginan yang harus tunduk pada prosedur dan aturanyg berlaku.

Saya membayangkan, bagaimana kalau dari Presiden, Menteri, pejabat negara, Gubernur,Bupati dan lain-lain, semua dikenakan TPPU tanpa perlu predicate crime nya, dan setelahdikenakan TPPU, tinggal mereka semua dengan pembuktian terbalik harus membuktikanharta-hartanya itu di dapat dari mana. Lalu siapa yang bisa kenakan TPPU semua pejabat diKPK, lalu mereka juga harus melakuan pembuktian terbalik tanpa perlu ada predicate crimenya. Betapa riuhnya Indonesia kalau logika itu dipakai untuk menegakkan hukum bernamapemberantasan TPPU. Kena dulu, sangkaan belakangan, bukti belakangan.

Salam Sahabat Anas Urbaningrum, saling menghidupi, saling menumbuhkan, salingmenguatkan. (@sahabat_anas)

(Tulisan diatas berasal dari kultwit @G_paseksuardika).

http://hukum.kompasiana.com/2014/03/03/gede-pasek-tppu-sajian-istimewa-kpk-untuk-anas-636966.html

Gede Pasek: Sikap Koruptif Kewenangan KPKBerbasis Dendam

OPINI | 06 March 2014 | 16:07 Dibaca: 171 Komentar: 1 1

Baru usai jenguk Anas, hari pertama setelah diberi bonus Sprindik TPPU oleh KPK. KondisiAnas baik, meskipun ruangan penerimaannya sempit dan berbeda. Biasanya ruangansempit itu ada AC. Sekarang statusnya sudah ‘mati’dengan alasan kompresor rusak. Inimenambah kisah lain soal perlakuan yang tidak sama dengan tahanan KPK lainnya yangdialami oleh Anas.

Sejak ditahan, Anas hanya diberi kasur busa tipis, berbeda dengan tahanan yang lain, diberikasur matras. Anas kemarin sempat urus pemeriksaan sakit giginya, ada yang aneh juga.Sebelumnya perlu hitungan minggu untuk baru bisa berobat, sekarang, setelah dua kali keRSCM diperiksa, saat diperiksa yang ketiga, pihak petugas RSCM didampingi penyidikminta rekomendasi dari RS Polri Kramat Jati. Aneh juga, karena kan sudah diperiksasebelumnya disana. Alhasil berobat pun batal hanya karena birokrasi, sementara rasa sakittidak kenal birokrasi spesial tersebut.

Terlepas dari itu, saya sempat ngobrol mengenai pengenaan TPPU kepada Anas.Jawabannya, “Saya sudah tahu satu bulan yang lalu. Ada tahanan spesial yang kebetulandiperiksa dan dititipkan di lantai 9. Yang bersangkutan menyampaikan kepada beberapatahanan disana kalau Anas pasti akan kena TPPU”. Info itu pun langsung sampai ke Anas.Yang bersangkutan, menurut Anas, menyebut dua info: 1. Soal TPPU, dan 2. Soalperempuan. Isu soal perempuan sudah bocor terlebih dahulu ke media, sehingga belumatau tidak jadi skenario itu keluar. (Silahkan baca: http://asatunews.com/berita-20568-rencana-fitnah-terhadap-anas-urbaningrum-dibongkar-triomacan.html) Namun yang keluarskenario TPPU dengan Sprindik tertanggal 28 Februari 2014. “Hebat ya Bli, pengumumanKPK kalah sama info tahanan,”kata AU.

Sebagai orang yang sedikit belajar hukum, saya mencoba menanyakan mengenaipemeriksaan Anas selama ini. Sebenarnya kasus utamanya atau kasus asalnya apa? Anasjustru menjawab, “Saya justru bingung. Jadi tersangka Harrier tapi nggak ada soal itu. Inipaling karangan yang bersangkutan yang selalu dijadikan rujukan,”kata Anas dengan mimikbingung juga. Namun ada hal yang menarik dari Anas. “Silakan segera saja bawa semua kepengadilan secepatnya. Biar semua terang,”katanya. Suasana ruangan yang panasmembuat suasana jenguk terganggu. Saya pun tidak bisa lama karena harus menghadiriRapat Paripurna DPR RI.

Tapi paling tidak, saya bisa melihat Anas masih tegar di ‘pertapaannya’dengan segalakeistimewaannya membuat saya bangga dan miris. Bangga karena mempunyai sahabatmasih tegar menghadapi masalah yang berat, miris karena hanya untuk meminta perlakuanyang sama dengan tahanan yang lain saja begitu sulit. Bukan keistimewaan yang dimintaAnas, tapi persamaan. Karena selalu tidur dengan kasur busa tipis, kini gangguan sakitpinggang mulai rutin dialami Anas. Sehingga setiap jam jenguk Mbak Tia selalu mengajaktukang pijat keluarganya untuk ikut. Tampaknya perlu ada penjelasan resmi dari KPK,apakah soal kecil ini memang kebijakan resmi KPK untuk membedakan fasilitas kasur bagitahanan, yang di depan hukum masih berstatus praduga tidak bersalah tersebut memangdibedakan. Apalagi sudah ada pemeriksaan dokter soal masalah gangguan pinggang yangdialami Anas.

Sebuah renungan: Kita boleh dendam, marah, benci dengan Anas, tapi janganlah semuakewenangan yang ada digunakan untuk menyalurkan hasrat kebencian, kemarahan, dan

dendam yang ada. Karena itu sama saja dengan sikap koruptif kewenangan berbasisdendam.

Salam Sahabat Anas Urbaningrum, saling menghidupi, saling menumbuhkan, salingmenguatkan. (@sahabat_anas)

(Tulisan diatas berasal dari kultwit @G_paseksuardika).

http://hukum.kompasiana.com/2014/03/06/gede-pasek-sikap-koruptif-kewenangan-kpk-berbasis-dendam-637725.html

Kami Ingin Menjadi Saksi Menemani AnasMelawan Ketidakadilan !!!

OPINI | 09 March 2014 | 10:26 Dibaca: 140 Komentar: 1 1

Sebagai teman dan sahabat dari Anas, dan sedikit mempelajari ilmu hukum, apa yangdilakukan KPK dengan penyitaan beberapa aset di Ponpes Krapyak dengan alasan TPPUmembuat hati saya gundah. Penyitaan itu waktunya hampir bersamaan dengan saat sayamenjenguk Anas dan pamitan karena reses dan persiapan untuk menjadi calon anggotaDPD RI. Saya sebelumnya bersyukur skenario keluarnya fitnah-fitnah soal perempuanberhasil ‘digagalkan’oleh akun twitter TrioMacan2000 sudah yang mendeteksinya. Lalu soalrencana penyitaan Sekretariat PPI sudah kami duga, karena akan bisa mengirim dua pesansekali langkah. Menyita sekaligus mengganggu aktivitas PPI. Tidak masalah.

Namun atas apa yang dilakukan di Ponpes Krapyak kemarin betul-betul cara barumenghancurkan moralitas keluarga Anas dan nama besar tokoh NU tersebut. Polapenghancuran secara moralitas merupakan ‘modus’yang dilakukan sebelum masuk kepersidangan sehingga peradilan opini telah memvonis sebelum sidang.Untuk asas transparansi sesuai amanat UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang KPK, makamenjadi kewajiban KPK untuk menjelaskan apa sebenarnya Predicate Crime atau pidanaasal yang menjadi dasar penetapan TPPU. Sebab TPPU bukan jenis pidana yang berdirisendiri. TPPU harus memiliki pidana asalnya. Penjelasan ini akan menjadi fair, apakahkasus gratifikasi Harrier? Kasus aliran dana Hambalang dalam Kongres Partai Demokrat?Kasus Bio Farma? Kasus RS di Unair? Atau kasus apa? Ini penting karena kewenanganyang dimiliki KPK terkait TPPU masih kontroversial, serta kasus nyata yang menjadikanAnas tersangka juga masih tidak jelas.Apakah bisa kasus pidana asal belum jelas tetapi sudah melompat ke TPPU? Apakah hanyakarena alasan ketentuan tidak perlu menunggu pidana asal in kracht di UU tentang TPPUmenjadi dasar akrobat bebas main sita apa saja dengan alasan TPPU? Apakah mencarikebenaran materiil dalam kasus pidana materiil boleh untuk menggunakan pidana formildengan cara-cara yang melanggar prinsip-prinsip dasar TPPU.Biar fair dan memang KPK bertugas untuk menegakkan hukum dan keadilan, maka KPKharus segera mengumumkan apa pidana asal dari pengenaan TPPU pada Anas. Apakahsprindik “dan atau proyek-proyek lainnya”itu dijadikan dasar TPPU? Kalau KPK tidak mau,tidak berani mengumumkan secara terbuka kepada rakyat dan juga kepada Anas mengenaipidana asal yang mana, maka TPPU itu terkesan hanya langkah panik, kalap, dan tidakrasional dalam menerapkan TPPU, dan hanya akan mengesankan KPK menjadi alatpenterjemah konflik politik semata.Bantahlah kesan tersebut dengan bersikap fair dan terbuka. Apa pidana asal (predicatecrime) yang menjadi prasyarat mutlak pengenaan TPPU. Tidak perlu bersilat lidah karenapenyitaan sudah dilakukan. Jangan lagi arogan dengan statement seperti yang lalu, ketikaAnas bertanya apa itu “dan atau proyek-proyek lainnya”, lalu memberi saran untuk datangdan bertanya kepada penyidik. Faktanya penyidik juga tidak bisa menjelaskan. Apakahkasus tidak jelas pidana asal di TTPU ini juga nasibnya akan sama?Keluarga besar Ponpes Krapyak yang dirintis sejak zaman perjuangan bangsa sampaikemudian berkembang pesat itu kini menjadi taruhan nama baik, setelah KPK secaraambisius, bernafsu menyita aset Ponpes termasuk asrama putrinya hanya karena dibelipada tahun 2010-2012. Seakan-akan Ponpes itu lebih kecil dari Anas. Padahal jelas PonpesKrapyak jauh lebih tua, lebih besar, lebih berkembang dan tentunya asetnya lebih besar dariAnas.Kalau selama ini KPK bebas mendegradasikan lembaga negara atas nama korupsi, makasaya yakin ambisinya untuk mendegradasikan kekuatan kultural dan spiritual itu akan gagal.Saya yakin inilah titik balik dan akan terjadi pembongkaran berbagai skenario busuk dibalik

kemenangan-kemenangan KPK yang dulu memang profesional, tetapi kini di tangangenerasi ketiga KPK dikelola dengan emosional dan irasional.Saya yakin, doa para pecinta kekuatan kultural dan spiritual menjadi energi perjuangan bagiAnas sekeluarga untuk bangkit mengembalikan jati dirinya. Banyak orang bingung, saya kokmau tetap menemani Anas sekeluarga disaat terpuruk? Saya jawab: “Saya ingin menjadisaksi menemani Anas melawan ketidakadilan”. Anas dan keluarga sekarang memangsedang memasuki rute mendaki tebing terjal bebatuan. Berat! Tapi itu tanda kalau puncaksudah dekat. Kebenaran pasti menang..!Maaf..! Tampaknya bagi KPK jauh lebih bangga menyita aset di Ponpes Krapyak dari padamenyita aset Nazaruddin yang sudah terkena TPPU sejak dua tahun lalu.Kami temani kAU melawan!! Salam Sahabat Anas Urbaningrum, saling menghidupi, salingmenumbuhkan, saling menguatkan. (@sahabat_anas)(Tulisan diatas berasal dari kultwit @G_paseksuardika).

http://hukum.kompasiana.com/2014/03/09/kami-ingin-menjadi-saksi-menemani-anas-melawan-ketidakadilan--638116.html

Fakta Harrier Anas UrbaningrumHL | 09 March 2014 | 15:46 Dibaca: 3742 Komentar: 14 0

Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com)

Sekitar bulan Agustus-September 2009, Anas beberapa kali melontarkan pembicaraantentang niatnya untuk membeli sebuah mobil. Akhirnya Anas memutuskan untuk membelimobil Toyota Harrier secara kredit dari M. Nazaruddin, yang pada saat itu Nazaruddinmenawarkan diri untuk menalangi pembelian mobil Harrier untuk Anas.

Pada akhir Agustus 2009, Anas menyerahkan uang sebesar Rp 200 juta kepadaNazaruddin sebagai uang muka dari Anas kepada Nazaruddin untuk pembelian mobilHarrier tersebut. Sejumlah teman dekat Anas maupun Nazaruddin pun tahu soal serahterima uang itu. Di sana ada Saan Mustopa, Pasha Ismayadi Sukardi dan Maimara Tando.Belakangan Anas mengetahui bahwa Nazaruddin membeli mobil Harrier tersebut secaratunai dari showroom dengan cek atas nama PT. Pasific Putra Metropolitan. PT. Pasific PutraMetropolitan mengeluarkan uang dalam bentuk cash yang berasal dari brangkasoperasional sebesar Rp. 150.000.000, dan cek dengan nomor EP 677964 sebesar Rp.520.000.000 untuk membeli mobil Harrier tersebut. Uang yang ada di rekening PT. PasificPutra Metropolitan bukan berasal dari Hambalang, mana mungkin itu uang Hambalang,sedangkan proyek Hambalang baru dimulai pada Januari tahun 2011.Mobil tersebut kemudian diambil dari kantor Nazaruddin pada 12 September 2009 oleh stafAnas yang bernama Nurahmad. Anas sendiri tidak mengetahui bagaimana detail pembeliansampai proses pengurusan surat.Lalu pada Februari 2010 Anas membayar cicilan kedua sebesar Rp 75 juta kepadaNazaruddin. Pembayaran itu disaksikan staf ahli Anas yang bernama M. Rahmad.Namun setelah Kongres Partai Demokrat di Bandung pada Mei 2010, Anas banyakmendapat pertanyaan dari rekan sejawat dan mendengar kabar beredar bahwa mobilHarrier tersebut adalah pemberian dari Nazaruddin. Kemudian Anas memutuskan untukmengembalikan mobil Harrier tersebut kepada Nazaruddin.Pada saat mobil dikembalikan, Nazaruddin menolak dengan alasan di rumahnya sudahpenuh mobil dan tidak ada tempat lagi untuk menyimpan mobil. Akhirnya Nazaruddinmeminta agar mobil tersebut dijual saja untuk dikembalikan “mentahnya”saja, dalam bentukuang tunai.Pada Juli 2010 Anas meminta Nurahmad menjual mobil Harrier tersebut. Kemudian, mobilHarrier tersebut dijual di showroom di daerah Kemayoran sebesar Rp 500 juta. Showroom

mentransfer uang hasil jual beli tersebut ke rekening Nurahmad pada 12 Juli 2010.Selanjutnya, Nurahmad mencairkan uang itu pada 13 Juli 2010. Nurahmad kemudiandiminta oleh Anas untuk menyerahkan uang hasil penjualan mobil tersebut kepadaNazaruddin. Setelah menghubungi Nazaruddin melalui telepon dan SMS akhirnya disepakatibertemu di Plaza Senayan pada 17 Juli 2010. Nurahmad pergi bersama saksi bernama Yadidan Adromi dengan membawa uang hasil penjualan mobil Harrier tersebut sebesar Rp 500juta dalam bentuk tunai.Setiba di Plaza Senayan, Nazaruddin memberi kabar bahwa dirinya tidak bisa menemuinyakarena masih rapat disebuah restoran Jepang dilantai empat Plaza Senayan. Nazaruddinkemudian mengatakan dirinya akan mengutus ajudannya yang bernama Wahyudi Utomo,biasa dipanggil Iwan. Kemudian Iwan dan Nurahmad bertemu di food court yang berada dilantai tiga Plaza Senayan. Atas inisiatif Nurahmad, dibuatlah tanda terima yangditandatangani Iwan sebagai bukti serah terima. Setelah menerima uang dari Nurahmad,Iwan kembali menemui Nazaruddin restoran Jepang di lantai empat. Sebelum meninggalkanPlaza Senayan, Nurahmad mengirimkan pesan pendek kepada Nazaruddin untukmemberitahukan bahwa uang telah diberikan kepada Iwan. Nazaruddin pun menjawabpesan pendek itu.Setelah tiba di rumah Nazaruddin di Pejaten, Iwan membawakan bungkusan berisi uang Rp500 juta itu dan meletakkannya di sofa dalam kamar Nazaruddin, di tempat biasa dimanaIwan selalu meletakkan tas Nazaruddin. Iwan memastikan bahwa Nazaruddin telahmenerima uang sebesar Rp 500 juta sebagai “ganti”mobil Harrier milik Anas.Esok harinya, Nurahmad kembali memastikan dengan berkirim SMS kepada Nazaruddinuntuk menanyakan perihal uang yang sudah diserahkan kepada Iwan. Melalui SMS,Nazaruddin menyatakan bahwa uang tersebut sudah diterimanya.Mobil Harrier yang pernah dimiliki Anas Urbaningrum itu menjadi pembicaraan pentingmenyusul skandal kebocoran Sprindik KPK. Di dalam Sprindik itu disebutkan bahwa KPKakan melakukan penyidikan dugaan tindak pidana korupsi berupa penerimaan hadiah ataujanji terkait pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional diHambalang, Bogor, Jawa Barat yang dilakukan Anas Urbaningrum saat menjabat sebagaianggota DPR.Bagaimana mungkin bisa mobil Harrier disangkakan kepada Anas karena dianggap sebagaigratifikasi proyek Hambalang? Karena pembelian mobil Harrier tersebut pada tanggal 12September 2009, sedangkan proyek Hambalang baru dimulai awal 2011.Anas didakwa oleh KPK karena dituduh menerima gratifikasi atau janji dalam prosesperencanaan, pelaksanaan proyek Hambalang dan proyek lain, saat Anas menjabat sebagaiAnggota DPR RI. Pembelian mobil Harrier itu tanggal 12 September 2009, dan saat itu Anasbelum menjadi anggota DPR RI. Anas dilantik menjadi anggota DPR RI pada 1 Oktober2009.#MenolakLupaSaling menghidupi, saling menumbuhkan, saling menguatkan. Salam, Sahabat AnasUrbaningrum. (@sahabat_anas)

http://hukum.kompasiana.com/2014/03/09/fakta-harrier-anas-urbaningrum-638159.html

Pernyataan Sikap PPI Mengenai PencapresanJokowi

REP | 29 March 2014 | 11:12 Dibaca: 148 Komentar: 7 0

Salam Pergerakan!!

Ini adalah pernyataan sikap Pimpinan Nasional Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI)tentang pernyataan dan komentar yang kontraproduktif mengenai pencapresan Jokowi darikader PPI dan akun-akun twitter dengan atribut PPI dan Anas Urbaningrum yang tidakbertanggung jawab.

Pernyataan Sikap Pimpinan Nasional Perhimpunan Pergerakan Indonesia

Salam Pergerakan!!

1. Pimpinan Nasional PPI tidak dalam posisi menilai atau mengkritik Jokowi.2. Semua yang menggunakan nama dan atau atribut Anas Urbaningrum dan PPI, tidak

diperbolehkan melakukan manuver atau serangan politik untuk mendelegitimasikeberadaan Jokowi.

3. PPI belum bersikap soal pencapresan.4. Diperintahkan kepada segenap pimpinan dan fungsionaris serta kader PPI disemua

level kepengurusan, untuk tidak memberikan komentar yang kontraproduktif soalJokowi.

5. Kemudian juga yang mengatasnamakan Anas Urbaningrum dan PPI dalam berbagairagam nama di social media atau organisasi untuk tidak memberikan komentarnegatif soal pencapresan Jokowi.

6. Sikap politik PPI maupun organ-organ yang mengatasnamakan Anas Urbaningrumdalam bentuk apapun, menunggu hasil Rapimnas PPI yang akan digelar mingguketiga bulan April. Hingga keluarnya hasil Rapimnas, maka sikap politik PPI masihnetral.

7. Jika setelah pernyataan sikap ini masih ada pihak atau individu yang melakukantindakan di luar arahan ini, maka itu di luar koridor PPI dan Anas Urbaningrum.

Demikian pernyataan sikap dan klarifikasi dari Pimpinan Nasional PPI, harap menjadimaklum. Salam Pergerakan!

Pimpinan Nasional PPIJumat, 28 Maret 2014

Ma’mun Murod Albarbasy

*Catatan:- Pernyataan ini penting karena ada yang mengatasnamakan Anas Urbaningrum dan PPIyang menyerang jokowi.- PPI saat ini fokus untuk mendampingi Anas Urbaningrum dalam melawan Rezim yangsedang berkuasa. Dan tidak tertarik membuka front baru terhadap pihak lain.

http://politik.kompasiana.com/2014/03/29/pernyataan-sikap-ppi-mengenai-pencapresan-jokowi-643136.html

Nyanyian Anyeb Nazaruddin dan ‘Kecele’nyaKPK

OPINI | 20 April 2014 | 22:01 Dibaca: 180 Komentar: 0 0

Pada Selasa, 15 April 2014 Arif Rahman Hakim, Sekretaris Jenderal Komisi PemilihanUmum (KPU) saat Anas Urbaningrum menjadi anggota KPU tahun 2001-2005 diperiksaKomisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai saksi kasus Tindak Pidana Pencucian Uang(TPPU) Anas Urbaningrum. Arif Rahman Hakim dimintai keterangan oleh penyidik KPKmengenai masa kerja serta penghasilan Anas saat menjabat sebagai anggota KPU tahun2001-2005.

Menurut Gede Pasek Suardika, jika KPK tidak juga menemukan bukti TPPU Anas saatmenjabat sebagai anggota KPU, bisa jadi bidan atau rumah sakit dimana Anas lahir bisadiperiksa juga oleh KPK. Siapa tahu saat lahir memang ada gratifikasi atau TPPU.Lalu pada Kamis, 17 April 2014 Bupati Kutai Timur, Isran Noor juga diperiksa oleh KPK.Isran Noor diperiksa sebagai saksi mengenai dugaan TPPU perusahaan tambang milikAnas di Kutai Timur. Lagi-lagi ‘nyanyian’dari Nazaruddin menjadi senjata andalan KPK.Nazaruddin pernah menyatakan bahwa Anas memiliki usaha tambang di Kutai. Dalampemeriksaan itu, Isran Noor menjelaskan tidak ada nama Anas Urbaningrum yangmendapat izin tambang di sana. Maksud hati ingin membuktikan kepemilikan tambang Anasdi Kutai, KPK malah dibuat malu dan kecele berat. Hasil pemeriksaan Isran Noor jugamengubur harapan KPK menjerat Anas melalui kasus lain di luar gratifikasi yang hingga kinigagal dibuktikan.Yulianis, mantan staff keuangan Nazaruddin memberikan klarifikasi terkait perusahaantambang tersebut melalui akun twitternya. Yulianis mengungkapkan bahwa perusahaantambang di Kutai tersebut sebenarnya adalah perusahaan milik Nazaruddin, karena Yulianissendirilah yang menyiapkan perusahaan tersebut. Perusahaan dengan nama PT. Arina KotaJaya adalah salah satu perusahaan dari beberapa perusahaan yang diajukan olehNazaruddin untuk mendapat izin dari Isran Noor selaku Bupati Kutai Timur.Melalui kicauan Yulianis pula diungkapkan bahwa dugaan Anas memiliki hotel di Bali itutidak benar. Sebenarnya hotel tersebut adalah hotel yang ingin di beli oleh Nazaruddinmelalui proses lelang. Yulianis mendaftarkan Nazaruddin untuk mengikuti lelang tersebutatas nama PT. Permai Raya Wisata. Saat itu Yulianis bersama rekannya diberikan ceksebesar Rp. 60 miliar sebagai jaminan dalam proses pelelangan hotel tersebut. Cek tersebutditandatangani oleh Oktarina Fury selaku Direktur Utama PT. Permai Raya Wisata.Melihat posisi kasus Anas saat ini, makin jelas ini bukan tindakan penegakan hukum. Tapipembunuhan karir politik Anas dengan memanfaatkan penegakan hukum. Jika KPKkonsisten, seharusnya kasus gratifikasi mobil Harrier dibawa ke pengadilan dulu. Namunkarena KPK tidak yakin dengan tuduhan gratifikasi mobil Harrier, maka sekarang KPKmemburu kesalahan Anas, mencari-cari kesalahan Anas, bahkan memaksakan kesalahanAnas, yang penting Anas ‘kena’.Analogi penanganan kasus Anas di KPK mungkin seperti ini. Jika saat Anas di KPU ada yasudah itu yang dipakai, jika di perusahaan tambang yang katanya milik Anas ada ya sudahitu yang dipakai, jika di hotel yang juga katanya milik Anas ada ya sudah hotel itu yangmenjadi target. Intinya Anas harus bersalah, karena waktu sudah mepet dan kasus Anasharus segera dilimpahkan ke pengadilan. Mengenai pidana, peristiwa dan sangkaannya apayang penting ada.Dulu gratifikasi mobil Harrier digunakan KPK sebagai ‘alat’untuk menetapkan tersangkakepada Anas. Sekarang untuk bisa menghukum Anas, KPK masih mencari-cari ‘alat’yanglainnya lagi. Bolehkan penegakan hukum seperti ini?Jika sahabat pernah mengunjungi gedung KPK, sahabat pasti melihat begitu banyaknyaderetan mobil mewah hasil sitaan KPK. Tapi anehnya mobil Harrier hasil gratifikasi untukAnas tidak ada? Seharusnya itu disita dan dipajang di lokasi yang strategis agar sejajar

dengan ambisi para petinggi KPK untuk menghancurkan Anas. Atau jika KPK berani,disejajarkan dengan mobil-mobil milik Nazaruddin yang hingga kini masih aman taktersentuh oleh KPK, walaupun Nazaruddin juga dikenai TPPU, tetapi sepertinya KPK takutuntuk menyita aset-aset Nazaruddin.Melihat cara penyidikan KPK untuk membawa kasus Anas ke pengadilan terasa sangatganjil dan aneh, dan hal ini tidak ditemukan dalam kasus lainnya di KPK. Penyidikan selalumemilah hal-hal ’sensitif’untuk tidak diperiksa, walau itu petunjuk untuk membuat terangperistiwa pidananya. Tetapi yang tidak jelas dan tidak ’sensitif’langsung diburu. Ada kasusyang sudah ada dengan petunjuknya yang kuat tapi ’sensitif’, KPK malah sibuk bersilatlidah, menghindari diri untuk menjalankan kewajiban mencari terang peristiwa pidanatersebut.Kita tunggu apa dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) KPK di pengadilan nanti, akankahgratifikasi mobil Harrier masih ada? Akankah aliran dana Rp 2,21 miliar ke Kongres PartaiDemokrat tahun 2010 di Bandung yang dipakai? Ataukah TPPU sejak Anas menjadianggota KPU? Ataukah mengenai perusahaan tambang? Ataukah terkait kepemilikan hoteldi Bali? Atau yang lainnya.Namun mendahului hasil dakwaan Anas dipersidangan nanti, KPK sudah memastikanbahwa hukuman untuk Anas akan lebih berat. Itu adalah salah satu statement konyol yangdikeluarkan oleh KPK. Logika hukum yang aneh. Masuk persidangan saja belum, dakwaansaja belum, proses pembuktian saja belum, apalagi tuntutan. Apa dasar KPK memberikanpernyataan bahwa hukuman untuk Anas akan lebih berat? Jelas sudah, KPK sangatemosional terhadap Anas, sehingga tidak lagi berbasis fakta hukum dalam menuntutseseorang.Dalam hukum acara pidana, dasar suatu tuntutan adalah dakwaan, alat bukti, sikapterdakwa, resedivis atau bukan, pledoi dan fakta persidangan. Ini baru proses penyidikan,KPK sudah menetapkan tuntutan yang berat untuk Anas. Penegakan hukum model apa ini?Sudah di setting dari awal. Dakwaan belum jelas, tetapi hukuman berat sudah disiapkan.Semakin terang dan jelas, dari proses hingga statement KPK menunjukkan bahwa Anasmemang target yang dirancang dari awal dan endingnya sudah disiapkan.Korupsi terbesar adalah jika kekuasaan penegakan hukum pidana korupsi dilakukan dengancara-cara melawan hukum dan korupsi kewenangan.Tetapi apapun itu, KPK telah sukses ‘membunuh’karir politik Anas dalam momentumPemilu 2014 ini. KPK telah sukses ‘mematikan’kiprah Anas di tahun politik ini. Selama 11bulan Anas menyandang ‘gelar’tersangka, selama 4 bulan Anas ditahan KPK dengan kasusyang semakin tidak jelas dan ditambahkan terus, menjadikan Anas dipaksa ‘mati’ketikaseharusnya bersinar.Hebatnya lagi, Nazaruddin bebas datang ke KPK tanpa mengenakan rompi KPK, bebasjalankan bisnis, bebas apa saja dengan syarat Nazaruddin harus ‘bernyanyi’untuk serangAnas, tentu nyanyiannya harus sesuai dengan arahan sang sutradara. Barter yang ironis.Terlepas dari itu semua, kematian seseorang ditentukan oleh Tuhan. Begitu juga kematianpolitik Anas. Kami yakin Anas akan bangkit. Anas harus bangkit melawan upayamematikannya secara politik dengan perlawanan yang lebih keras, terukur, akuntabel,faktual dan berbasis data. Anas harus tegas dan keras menyuarakan kebenaran yangdiyakini. Tuhan bersama kebenaran.Mei nanti kasus Anas akan masuk ke persidangan. Momentum kebangkitan harusdicanangkan. Mei adalah siklus Kebangkitan Nasional. Saatnya bangkit dan melawansecara terbuka. Selamat berjuang sahabat. Kami hanya bisa membantu berdoa, sedikitmenganalisa dan meneriakkan keanehan dan keganjilan yang sahabat alami. “Satyam EvaJayate”, Kebenaran Pasti Menang..!! Percayalah tidak ada kekuasaan yang abadi, yang adahanyalah kebenaran yang abadi.(@sahabat_anas)

http://hukum.kompasiana.com/2014/04/20/nyanyian-anyeb-nazaruddin-dan-kecelenya-kpk-648286.html

Anas Urbaningrum Mengaku SalahOPINI | 10 January 2014 | 13:47 Dibaca: 780 Komentar: 23 16 - KOMPASIANA

ARIEF BUDIMAN ADVAdvokat / http://advokatariefbudiman.blogspot.com / [email protected] /[email protected] / 082177759328 / Palembang

Hari ini , Jum’at “keramat”, sekira pukul 10.00 wib (10/1/2014), Anas Urbaningrum menjawabpertanyaan kita mengenai tanggapannya terhadap pemanggilan dirinya sebagai tersangkadalam kasus korupsi Proyek Hambalang dan/atau proyek-proyek lainnya. (lihat di sini).

Ada beberapa catatan penting dan “paling penting ”dari penjelasan Anas.

Catatan penting yang pertama adalah Anas tidak menghilang dalam beberapa hari ini. Inimejawab para sahabat wartawan yang dalam beberapa hari sudah nyangglong (menunggu,pen) di kediamannya namun tidak berhasil menemuinya. Dijelaskan oleh Anas bahwadirinya memang tidak berada di Jakarta sejak Selasa dini hari karena ada kegiatan di luarkota (Jakarta, pen), diantaranya adalah sowan silaturahim ke sahabat-sahabat pergerakan. Anas juga sowan ke ibunya di Blitar dan kedua mertuanya, yangmenurutnya mereka adalah jimat hidup baginya.

Kedua. Anas sesungguhnya tidak mangkir. Ketidak-hadirannya menuruti saran dari TimPenasehat Hukumnya yang menyatakan bahwa Surat Panggilan KPK harus dipertanyakan,kalimat “dan/atau proyek-proyek lainnya”adalah tidak jelas (tidak memiliki kepastuianhukum, pen).

Ketiga, tidak benar Anas melawan KPK, yang benar adalah Anas ingin bekerja samadegan KPK, untuk menemukan kebenaran dibutuhkan kejelasan atau kepastian.

Keempat, proses pemberian gelar tersangka terkait dinamika proses politik internaldalam Partai Demokrat. Terkait pidato politik SBY di Jeddah. Peristiwa penting terkaitproses politik internal partai: pengambil alihan kewenangan Ketua Umum Partai danbocornya sprindik kpk terhadap kasus Anas.

Kelima, Anas tidak akan pernah lari. Anas pasti akan menghadapi proses hukum dan akanbekerja sama dengan KPK. Dijelaskannya bahwa sejak ditetapkan sebagai tersangkapaspornya sudah disita oleh pihak imigrasi.

Keenam, Anas tidak perlu dijemput paksa dengan brimob bersenjata, dijelaskannyabiarlah brimob melakukan tugas lain seperti di daerah konflik atau berpotensi konflik, sayatahu alamat KPK di Rasuna Said dan saya akan datang sendiri.

Dari penjelasan Anas ada dua catatan yang paling penting. Yang pertama adalahAnasmengisyaratkan bahwa ada saksi atau calon saksi yang layak untuk dipanggil tetapiseolah-olah KPK menghindari untuk memanggilnya. Siapakah yang dimaksud olehAnas? Apakah yang dimaksud adalah Ibas yang belakangan telah menjadi issu sentral dimedia? Apakah saksi yang dimaksud juga berpotensi menjadi tersangka? (Menunggu bolabergulir)

Catatan paling penting kedua, menurut penulis bahkan merupakan yang “paling-palingpenting”adalah kalimat Anas yang menyatakan “tidak ada pemegang kebenaran

tunggal, tidak ada manusia yang selalu benar”. “Manusia itu sifat dasarnya bisa alfadan bisa salah. tidak boleh ada lembaga atau orang yang dinisbatkan kepadanyaselalu benar, yang selalu benar hanya Tuhan“. Kalimat ini, jika mengacu pada kalimatsebelumnya, sepertinya ditujukan kepada KPK secara kelembagaan dan kepada Abraham Ssecara kepersonalan. Lebih lanjut Anas menyatakan bahwa “setiap kita punya potensiuntuk salah, setiap kita juga punya potensi untuk benar. FILOSOFI DASAR ini pentinguntuk kita sadari bersama“. Sifat dasar bahwa manusia tempatnya alfa salah merupakanfilosofi dasar bagi Anas, apakah ini mengisyaratkan bahwa Anas juga ALFA ketika membuatpernyataan gantung Anas di Monas. Apakah ini juga mengisyaratkan bahwa Anas telahmelakukan keSALAHan dalam Proyek Hambalang? Atau juga terhadap proyek-proyeklainnya. (Biarkan bola bergulir).

Salam bahagia.

Inilah Surat Kaleng "Pegawai KPK" untuk AnasUrbaningrum

Rabu, 13 November 2013 , 15:40:00 WIB

Laporan: Ade Mulyana

RMOL. Selain buku Yasin dan uang Rp 1 miliar milik Perhimpunan Pergerakan Indonesia, penyidik Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) juga menyita sepucuk surat kaleng dalam penggeledahan yang dilakukan di markas ormas yang didirikan Anas

Urbaningrum itu, kemarin.

Surat tersebut ditulis oleh seseorang yang mengaku sebagai pegawai di KPK. Dalam suratnya dia menyampaikan keprihatinan

terhadap Anas yang menjadi korban politik elit Partai Demokrat.

Surat yang disita KPK merupakan surat asli, namun beberapa anggota PPI sudah menggandakan surat itu.

Berikut isi lengkap surat kaleng itu:

Kepada yth

Bapak Anas Urbaningrum

di tempat.

Sebelumnya saya mohon maaf, dengan surat ini, dan untuk kebaikan saya, dan menjaga kerahasian ini, maaf saya

menyebut identitas saya yang sebenarnya. Saya adalah pegawai biasa di KPK.

Pak Anas yang lugu dan polos. Politik itu memang benar-benar sadis dan tidak ada hati nurani. Teman, kerabat, tidak heran

kalau itu musuh, dan lawan politik. Termasuk Pak Anas adalah korban politik dari elit petinggi-petinggi di internal sendiri.

Dibalik ini semua adalah Pak SBY dan kroninya.

Masalah bocornya sprindik, saya tersenyum, tapi hati saya terluka. Pak Anas, saya adalah pengagum Pak Anas.

Dan dibelakang Pak Anas banyak yang suport, dan kita siap mendukung perlawanan politik ini. Termasuk mahasiswa, kita

sudah mulai cerdas, agar kebenaran itu siap kita dukung.

Pak Anas, ada hal yang penting, saya informasikan. Di KPK itu ada surat pemeriksan Bendahara Demokrat Nazarudin. Di

mana BAP nya tersebut, Nazarudin melaporkan, di mana Pak SBY menerima dana untuk kampanye Pilpres 2009. Dimana,

BAP tersebut sudah ditandatangani Nazarudin. Tapi, sampai sekarang ini, tidak pernah diangkat KPK. Dan tidak diteruskan

langsung sampai sekarang. Mungkin nanti bisa saya kasih softcopynya ke Pak Anas. Mungkin ini bisa sebagai amunisi

perlawanan politik buat Bapak.

Demikian surat ini saya buat sbg bentuk pendukung dan pengagum Pak Anas. Akhir kata saya ucapkan Maju terus,

kebenaran pasti terungkap.[dem]

http://www.rmol.co/read/2013/11/13/133080/Inilah-Surat-Kaleng-Pegawai-KPK-untuk-Anas-

Urbaningrum-

Pasek: Kelak catatan Anas di sel KPKdibukukan

Reporter : Putri Artika R | Kamis, 20 Februari 2014 16:04

Merdeka.com - Ada saja kegiatan yang dilakukan oleh mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas

Urbaningrum setelah ditahan olehKPK . Selain membaca, Anas menuliskan pengalaman hidupnya sendiri

di dalam Rutan.

Sahabat karibnya, I Gede Pasek mengatakan hasil pengalaman pribadinya itu kelak akan dibukukan.

"Iya, itu tulisan mas Anas, yang nanti akan dibukukan," ujar Pasek yang menjenguk Anas, Kamis (20/2).

Menurut Pasek, tulisan harian Anas yang kemarin di publikasikan di sebuah media online adalah baru

permulaan. Nantinya masih akan ada tulisan-tulisan Anas lagi yang akan dipublikasikan di media tersebut.

"Itu baru pembuka saja," ujar Pasek.

Pasek mengatakan, Anas menitipkan tulisan tersebut kepada istri, sahabat maupun kerabat untuk minta

dipublikasikan. Tulisan-tulisan itu sebagai penghibur Anas yang tengah menjalani proses hukum

diKPK karena menjadi tersangka kasus korupsi.

"Macam-macam, bisa lewat mbak Athiyyah, kadang lewat saya, bisa lewat pengacaranya, siapa aja yg

kebetulan dateng, tulisan selesai, dititipin. Ya biar ada hiburan, menulis itu kan bagian dari dialektika

pemikiran yang bagus," ujar Pasek.

Untuk dibuatkan buku, Pasek mengungkapkan ada tim khusus. Tim khusus itu nantinya mengumpulkan

semua tulisan Anas selama di bui.

http://www.merdeka.com/peristiwa/pasek-kelak-catatan-anas-di-sel-kpk-dibukukan.html

Dulu Cinta, Sekarang Benci

Partai Demokrat, partai yang didirikan, salah satunya oleh Pak Susilo Bambang Yudhoyono atau Pak SBY,

pernah begitu digjaya pada pemilihan umum 2009. Partai berlambang bintang mercy itu, jadi jawara dalam

rally adu raih suara. Di pemilu 2009, Demokrat berhasil mendulang 20,85 persen suara, mengalahkan

Golkar yang pada waktu itu hanya bisa meraup 14,45 persen suara. Demokrat juga berhasil

menenggelamkan PDI-P, yang hanya mendapatkan 14,03 persen suara.

Dengan raihan suara sebesar itu, partai yang kini diketuai oleh Pak SBY sendiri, mencatatkan diri di

puncak papan klasmen pesta demokrasi 2009. Sekaligus oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), ditetapkan

sebagai partai yang berhak mengangkat trofi pemilu legislatif 2009. Maka dengan dulangan suara paling

besar, Demokrat dan Pak SBY, yang kala itu masih menjadi ketua dewan pembina partai, sangat pede

untuk maju ke gelanggang pemilihan presiden atau Pilpres di tahun yang sama. Sebagai pemenang,

Demokrat pun bagai gula manis yang banyak dirubung semut. Partai-partai peserta pemilu lainnya,

terutama yang menempati posisi klasmen tengah dan yang terancam degradasi, ramai-ramai

mendekatinya. Mereka melangkah dengan pasti mendekati rumah Demokrat, mengetuk pintunya, dan

menyatakan cintanya kepada Pak SBY dan Demokrat. Mereka siap diajak koalisi.

Padahal sebelum hasil pemilu legislatif diketahui, partai-partai yang kemudian menghuni papan klasmen

tengah dan bawah, berputar-putar, melangkah kemana-mana, bertamu ke rumah-rumah besar politik,

mengetuk pintunya, seraya mengajak ngobrol tuan rumah, bagaimana bila nanti berkoalisi. Tapi, setelah

diketahui Demokrat adalah tuan rumah yang banyak mendapatkan makanan, mereka pun ramai-ramai,

adu gegas menuju halaman rumah Demokrat, mengetuk pintunya, dan tanpa basa-basi, menyatakan siap

diajak berkoalisi.

Harapan mereka, setelah berkoalisi, dan kemudian Pak SBY menang di Pilpres, lalu jadi presiden, akan

kebagian remah-remah politik di susunan kabinet menteri nanti. Padahal, sebelum semuanya pasti,

mereka kebingungan, pada siapa mereka akan bergandengan tangan. Partai Ka’bah, Partai Persatuan

Pembangunan (PPP), misalnya sempat merapat ke Gerindra, partai yang didirikan Pak Prabowo Subianto,

pensiunan jenderal bintang tiga yang juga pernah jadi komandan jenderalnya pasukan elit TNI-AD,

Kopassus.

Tapi, karena arah angin politik masih belum jelas, PPP juga coba mengetuk pintu Golkar dan PDI-P. Dua

partai ini, dalam pemilu sebelumnya adalah dua besar peraih suara terbanyak. Di pemilu 2004, beringin di

urutan pertama peraih suara terbanyak, dan PDI-P, di posisi dua. Di pemilu sebelumnya lagi, yakni pemilu

1999, PDI-P adalah pamuncak klasmen pemilu. Sementara Golkar adalah runner up-nya. Demokrat malah

belum ada. Baru di pemilu 2004, Demokrat pertama kali bertanding dalam kompetisi politik. Hasilnya

lumayan, meski baru lahir, tapi partai ini berhasil menembus klasmen papan tengah. Raihan

suaranya mencapai7,45 persen atau 8, 4 juta suara. Padahal saat itu, yang jadi kontestan kompetisi politik

cukup banyak, mencapai 24 partai.

Pemilu 2009, mungkin kenangan terindah yang dirasakan Partai Demokrat. Sebab pada pemilu itu,

Demokrat raihan suaranya naik berlipat-lipat dibanding 2004. Total suara yang berhasil didulang bintang

mercy itu, mencapai 21,7 juta suara atau 20,4 persen dari total suara nasional yang sah. Kenangan manis

itu, kian sempurna, setelah Pak SBY yang berpasangan dengan Pak Boediono, menang telak dalam

Pemilihan Presiden 2009. Duet Pak SBY-Boediono, berhasil mengalahkan pasangan Ibu Megawati-Pak

Prabowo dan Pak Jusuf Kalla (Pak JK)-Pak Wiranto. Raihan suara yang didapat duet Pak SBY-Pak Boed,

mencapai 73,8 juta suara atau 60,80 persen. Sementara Ibu Mega dan Pak Prabowo hanya berhasil

mendulang 32,5 juta suara atau 26,76 persen. Di urutan terakhir Pak JK dan Pak Wir, yang hanya bisa

menambang dukungan 15 jutaan pemilih atau 12,41 persen.

Tapi kemudian badai pun datang. Adalah kasus yang melilit Bendahara Umum Partai Demokrat, M

Nazaruddin yang kemudian meluluhlantakan kekuatan Partai Demokrat. Sebab, setelah Nazaruddin getol

bernyanyi di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sederet putra terbaik Partai Demokrat, satu persatu

masuk penjara, seperti Mbak Angelina Sondakh, lalu Pak Andi Mallarangeng, dan terakhir Mas Anas

Urbaningrum, Ketua Umum Demokrat yang terpilih dalam kongres partai di Bandung. Mas Anas kini tak

lagi menjadi ketua umum, setelah ia mengundurkan usai ditetapkan sebagai tersangka oleh komisi anti

rasuah.

Cinta pendukung pun, kemudian perlahan menjauh. Bahkan, mereka seperti mulai menaruh benci kepada

bintang mercy. Hasil survei Charta Politika, lembaga riset yang dikomandani Mas Yunarto mencatatkan

itu. Survei Charta sendiri dilakukan pada 1-8 Maret 2014 dengan jumlah responden sebanyak 1200 orang.

Hasilnya, Partai Demokrat bukan lagi, partai yang dianggap konsisten memberantas korupsi. Iklan katakan

tidak pada korupsi, yang dulu jadi andalan bintang mercy saat menghadapi pemilu 2009, seperti hilang tak

berbekas di ingatan publik.

Sebanyak 17,6 persen responden menyatakan PDI-P, adalah partai yang paling konsisten memberantas

korupsi. Di urutan dua, Golkar dengan 11,4 persen, lalu diikuti Gerindra yang dianggap sebagai partai

paling konsisten oleh 9,5 persen responden. Baru di bawah Gerindra, adalah Partai Demokrat, yang dinilai

sebagai partai paling konsisten memerangi korupsi, hanya oleh 9,0 persen responden.

Nah, yang menarik adalah hasil sigi Charta tentang partai yang tidak disukai masyarakat alias dibenci

publik. Ternyata, Partai Demokrat, dalam survei Charta, adalah partai yang paling tak disukai masyarakat.

Partai Demokrat tak disukai oleh 17,1 persen responden. Di posisi dua, partai yang paling tak disukai

masyarakat, adalah PKS. Partai kader ini, tak disukai oleh 8,5 persen responden. Berikutnya Golkar yang

tak disukai oleh 6,6 persen responden. Sementara yang tak menyukai PDI-P, hanya 4,9 persen.

Apa yang dicatat Charta Politika, dalam surveinya,hanya menggambarkan, bahwa Demokrat yang dulu

begitu banyak didukung dan dicintai, hingga jadi jawara pemilu, kini justru menjadi partai yang paling tak

disukai masyakarat. Dulu cinta, sekarang benci, mungkin itu kalimat yang bisa mewakili kondisi Demokrat

saat ini.

http://politik.kompasiana.com/2014/04/08/dulu-cinta-sekarang-benci-646028.html

Beda Catatan Anas dan Andi MallarangengHL | 23 February 2014 | 13:14 Dibaca: 1511 Komentar: 46 24

Barusan selesai saya baca catatan harian Anas Urbaningrum yangditayangkanasatunews.com. Dari sini tergambar kecerdasan sosial seorang Anas, salahsatunya terlihat dari kecepatan dan keakuratan Anas mengingat nama-nama orang yangbaru pertama kali dikenalnya baik di KPK maupun di Rutan Guntur.

Sayang sekali, tulisan Anas tersebut berakibat fatal. Nama-nama pegawai KPK yangdisebut-sebut Anas dikabarkan dimutasi oleh KPK ke tempat lain. Kemudian Anas diisolasike ruang tahanan lain dengan pembatasan kebebasan menulis seperti sebelumnya.

Membaca catatan harian Anas tersebut, mau tak mau pikiran saya melayang pada catatanAndi Mallarangeng di kolom Analisis Viva.co.id, juga ditulis dari tahanan KPK. Rupanya,Andi produktif menulis. Tulisan tangan tentu saja. Berhubung tahanan dilarang peganglaptop, telepon genggam, atau iPad. Tulisan tangan tersebut diserahkan keredaksi Vivanews kemudian diterbitkan setiap hari Rabu.

Sudah barang tentu catatan Andi dan Anas berbeda pada pokok dan rinciannya. Tetapiyang paling saya ingat dari sisi perbedaan itu adalah, Andi sama sekali tak pernahmenyinggung-nyinggung kasusnya dalam seri tulisannya tersebut, yang kebetulan telahsaya baca di Vivanews. Apa belum? Entahlah.

Andi malah menuliskan hal-hal yang sama sekali tak terkait dengan kasusnya, seperti karyaJohn Lenon; Karl Mark; buku Inferno karya Dan Brown dan “matematika populasi”ThomasMalthus; budaya nrimo dalam kultur Jawa; mata uang digital (Bitcoin); pentingnya diasporaIndonesia di luar negeri; liburan dua minggu Obama di Hawai, yang dikaitkan dengan SBY(dan presiden-presiden Indonesia lainnya) yang sama sekali tak pernah terlihat liburanberminggu-minggu seperti Obama; “virus Presiden”; hubungan bentuk negara dan krisisekonomi dan politik; menjadikan dunia sebagai surga dengan demokrasi; dll.

Secara umum, tulisan-tulisan Andi tersebut terlihat apik, segar, dan sangat menyenangkanuntuk dibaca. Tergambar keluasan minat dan pengetahuan seorang Andi. Sakingmenariknya, saya sampai nonstop membacanya hingga tuntas semua artikel. Selesaimembaca, dengan sendirinya, timbul simpati pada seorang Andi Mallarangeng. Beda sekalisaat membaca tulisan-tulisan Anas.

Kemudian saya menduga-duga mengapa Andi tak membahas kasusnya. Mungkin karenaAndi paham proporsionalitas pembelaan kasus hukum, yakni di pengadilan, bukan di mediamassa. Andi tak perlu menggalang opini publik untuk mendukungnya, mengasihani diri,meratap, dst. Andi seolah tak kawatir dengan kasusnya.

Jauh berbeda dengan seorang Anas Urbaningrum. Jreng! Dalam catatan hariannya, di haripertama ia ditahan, tanggal 10 Januari 2014, terbentang narasi Anas membahas kasusnya.Dengan gamblang Anas “menyerang”karakter Ketua KPK Abraham Samad.

“Abraham adalah calon komisioner KPK yang menjelang fit & proper test di DPR datang keDurensawit (kediaman Anas, pen.), tengah malam, untuk meminta dukungan. Abrahamdatang diantar Salahuddin Alam, teman saya di Partai Demokrat asal Sulawesi,”tulis Anas.

“Malam itu, tanpa saya minta, Abraham menyampaikan komitmen untuk saling dukung dansaling menjaga sebagai sesama anak muda. Ternyata, di dalam proses saya menjadi

tersangka terdapat peran serius Abraham, yang bahkan menyampaikan harus pakai carakekerasan. Istilah yang dipakai adalah “pakai kekerasan dikit”. Tentu saja dalam kalimat ituterkandung makna memaksa atau pemaksaan atau keharusan. Entah maksudnya memaksadari segi waktu atau dari segi substansi perkara yang disangkakan,”lanjut Anas.

Anas juga menyorot sprindik ganda yang dikeluarkan KPK. Selain juga membahas frase“dan atau proyek-proyek lainnya”dalam surat panggilan yang dilayangkan KPK padadirinya. Diceritakannya, bagaimana proses tanya-jawab dirinya dengan penyidik KPK soalfrase “dan atau proyek-proyek lainnya”tersebut.

Bayangkan, berani-beraninya Anas membangun narasi yang menyerang danmendelegitimasi KPK, disaat ia sedang ditahan oleh KPK. Seolah KPK bukan menegakkanhukum, bukan menjalankan undang-undang, melainkan sedang memerangi Anas denganpenuh sentimen pribadi. Sudah pasti KPK bereaksi keras.

Terlihat, Anas begitu ceroboh dan amatiran. Apakah Anas tak terpikir bahwa saat ini iasedang ditahan oleh KPK? Mengapa gagah-gagahan menjelek-jelekkan KPK. Kabarnya,tulisan Anas tersebut akan dibukukan sekitar Maret 2014 ini… tetap saja hal demikianceroboh karena berarti Anas masih dalam kewenangan KPK.

Banyak sekali blunder tak perlu yang dilakukan Anas. Dari sesumbar siap digantung diMonas sampai mendelegitimasi KPK dengan tulisan-tulisannya. “Jualan”Anas tersebutsegera “dibeli”oleh KPK. Dalam meniti jalan; mata Anas seolah tertutup sehingga ia masuklobang berkali-kali.

Blunder terbarunya adalah mengkampanyekan diri sebagai “tapol”(tahanan politik). Benar-benar mengherankan— tapol apanya?! Kan sudah jelas tahanan kasus korupsi di KPK kokdibilang tapol. Seorang kawan diskusi teriak “pret!”menanggapi kampanye tapol itu.

(Sutomo Paguci)

http://hukum.kompasiana.com/2014/02/23/beda-catatan-anas-dan-andi-mallarangeng-635073.html

SBY “Memakan”Anaknya?OPINI | 02 March 2013 | 18:53 Dibaca: 1531 Komentar: 0 2

Samdy Saragih

Dalam “acara paling bergengsi”Indonesia Lawyers Club tiga minggu lalu, artis Anwar Fuadimengatakan bahwa SBY mempunyai tiga anak kandung. Para hadirin terdiam menunggu“kehebohan”yang barangkali ingin diungkapkan Anwar. “Anak pertama adalah AgusHarimurti, anak kedua Ibas, dan anak ketiga adalah Partai Demokrat,”kata salah satupendiri Partai Demokrat ini. Turun tangannya SBY yang mengambil alih wewenang AnasUrbaningrum, kata Anwar, adalah bentuk kecintaannya kepada Demokrat.

Jauh sebelumnya, sudah muncul kabar burung yang mengatakan bahwa SBY tidak beranisama Anas karena yang bersangkutan punya “senjata”yang ditakutkan SBY. Senjata ituadalah keterlibatan anak kandung SBY yang juga sekjen Demokrat, Ibas, dalam kasuskorupsi. Hal ini terbukti dalam minggu ini ketika apa yang disebut “halaman berikutnya”sudah mulai terkuak yaitu Ibas juga kecipratan dana Hambalang.

Tentu timbul pertanyaan, mengapa SBY berani mengambil risiko ini? Alasannya barangkalikarena SBY tahu cepat atau lambat Anas akan ditetapkan sebagai tersangka. Otomatisnama Ibas akan terseret juga. Jika dia tidak turun tangan seperti tiga minggu lalu, citraDemokrat akan terus merosot hingga titik nadir.

Jika SBY tahu Ibas bakal terseret, mengapa dia tega melihat anaknya jatuh ke lubangjarum? Menurut saya SBY sudah menghitung dengan cermat untung rugi dari tindakannyayang mengambil alih wewenang Anas. Seperti apa?

Pertama Ibas memang bersalah. Sebagai penguasa barangkali SBY bisa mengintervensidan menyelamatkan anaknya. Tapi SBY sadar bahwa kekuasaannya tinggal 1,5 tahun lagi.Itu artinya “keselamatan”Ibas hanyalah sejauh masa kekuasaannya. Tapi keuntunganminimalis ini memiliki risiko maksimalis bahwa elektabilitas Demokrat akan semakin turun.Pilihan ini mensyaratkan bahwa keselamatan Ibas satu paket dengan Anas. Maksudnyaadalah SBY harus membiarkan Anas tetap berkuasa di Partai Demokrat dan dengankekuasaannya ini, Anas akan bisa membawa-bawa nama Demokrat untuk menekan KPK.Jadi SBY tidak mengintervensi langsung, melainkan Anaslah yang melakukannya. Entah,apa dan bagaimana cara yang dilakukan Anas itu, terbukti sikap pimpinan KPK terbelah.

Karena pilihan pertama ini tidak menjamin Ibas selamat untuk jangka waktu panjang, makaSBY membuat pilihan kedua. Pilihan kedua adalah mencabut kekuasaan Anas sehinggayang bersangkutan tidak bisa membawa-bawa nama Demokrat untuk mengintervensi KPK.Risikonya sudah jelas, Anas memang ditetapkan sebagai tersangka dan bakal “membukalembaran-lembaran berikutnya”yang menyeret Ibas. Mengingat besarnya risiko ini SBYbahkan harus memohon bimbingan Tuhan di depan Ka’bah.

Dengan mengambil pilihan ini, SBY sebenarnya tidak mengintervensi KPK secara langsung,seperti dikatakan Anas. Tapi justru Anaslah yang tidak bisa mengintervensi KPK karenakekuasaanya sebagai ketua partai penguasa dirampas. Akan tetapi, sebagai cara untukmenarik simpati masyarakat, Anas memutarbalikkan fakta bahwa seolah-olah SBY-lah yangmelakukannya intervensi itu.

Sampai di sini barangkali terlihat bahwa SBY masih orang tua yang tega terhadap anaksendiri. Jika hal ini benar, lantas mengapa? Saya kira ini ada hubungannya dengan

bagaimana SBY memandang Demokrat. Setahun lalu saya pernah membahas tentang halini di SBY Pascapresiden. Saya menduga bahwa bagi SBY, Demokrat adalah lebih daripartai biasa, khususnya sesudah dia tidak lagi menjadi presiden. Demokrat adalaheksistensi SBY.

Eksistensi itu bisa dilihat sejauh mana dirinya punya pengaruh, baik di masa sekarangmaupun masa mendatang. Dalam dunia politik pengaruh itu dapat ditunjukkan lewatkebesaran partai yang didirikannya. SBY tidak mungkin tahan melihat Demokrat hanyasebagai partai gurem. Dia ingin melihat Demokrat menjadi partai besar, meski tidak harusselalu menjadi pemenang pemilu. Sudah tentu perasaannya hancur manakala lembagasurvei memperlihatkan elektabilitas Demokrat yang merosot hari demi hari sedangkan diahanya berdiam diri.

Maka SBY pun turun tangan dengan mengambil risiko “sang pangeran”bernama EdhiBaskoro harus terseret kasus. Banyak pengamat yang bilang Ibas disiapkan untuk menjadinahkoda Demokrat di tahun-tahun mendatang. Tentu tidak hanya nahkoda Demokrat tetapicalon pemimpin bangsa juga. Tapi SBY setelah berpikir panjang berkeputusan supayaanaknya itu lebih baik dikorbankan. Jika nantinya pemberitaan media semakin gencarmengarah kepada Ibas, toh SBY dengan gampang menyuruh anaknya sendiri mundur darijabatan sekjen, sehingga tidak memperburuk citra partai. Sudah ada preseden terkait hal iniketika Ibas mundur dari DPR sesudah kedapatan titip absen. Jika pun nanti jadi tersangkaKPK, Ibas akan dihukum ringan saja. Umur Ibas masih muda dan 20 atau 30 tahun lagimasih bisa berkecimpung di dunia politik.

Jika Ibas nanti bebas, yang lebih penting adalah dia disediakan karpet merah bernamaPartai Demokrat yang tetap menjadi partai kuat. Bandingkan dengan Anas misalnya, jika jaditersangka, sudah tidak punya kekuatan politik apa-apa. Anas bukanlah sosok seperti SBYyang mampu mempunyai pengikut di masyarakat. Kekuatan Anas terletak padakecerdasannya dalam berorganisasi. Anas tidak mungkin bisa mendirikan partai besar.Paling jauh yang bisa dilakukan Anas adalah masuk ke partai besar seperti Demokrat danperlahan-lahan menguasainya. Inilah yang menjadi pertimbangan SBY. Ketimbang partaihancur oleh “orang lain”, lebih baik diselamatkan meski anak sendiri jadi korban. Toh SBYmasih punya “pangeran-pangeran”lain yang meneruskan eksistensinya di masamendatang.

Secara tidak langsung, langkah SBY mengorbankan Ibas, seperti mencamkan kata-kataBung Karno yang dikutip dari Thomas Carlyle, bahwa “dalam revolusi ayah kandung bisamemakan anaknya sendiri”. Tentu definisi “revolusi”dan “memakan anak kandung”ituadalah menurut kamus SBY sendiri.

http://politik.kompasiana.com/2013/03/02/sby-memakan-anaknya-539480.html

Anas Terjungkal! Akankah Karier PolitiknyaTerhenti?

OPINI | 23 February 2013 | 11:14 Dibaca: 307 Komentar: 0 3

Fitri.y Yeye

Pengumuman KPK menetapkan Anas Urbaningrum sebagai tersangka kasus korupsiHambalang dengan sangkaan gratifiksi, bukan lagi sesuatu yang mengagetkan masyarakat.Semenjak Nazaruddin menyanyi dua tahun lalu, terseret sejumlah nama kader-kaderdemokrat termasuk Anas Urbaningrum sebagai pimpinan partai.

Akhir-akhir ini publik kembali diingatkan akan kasus korupsi di negeri ini. Termasuk kasusAnas yang menjadi berita top di sejumlah media. Semenjak menurunnya elektabilitas partaiDemokrat yang di pimpin Anas telah bergulir ke pemermukaan isu-isu yang akanmenggelincirkan Anas.

Kemana arah kasus hukum Anas bermuarapun telah dapat di prediksi banyak pihak. KarenaKetu Majelis Tinggi (SBY) telah berulang kali mengungkapkan secara tersirat, bahwasanyaAnas akan menjadi tersangka. Keluarnya pakta Integritas Partai Demokrat, jelas-jelasmenunjukkan bahwa sebanarnya SBY telah tahu status Anas akan berakhir sebagai tersangka.

Mengagumkan, ketika para politikus di negeri ini berkicau ke sana-kemari anas tetaplah diamdan bersahaja. Kemudian publik bertanya mungkinkah ini adalah salah satu strategi politikSBY untuk menggulingkan Anas? Perhitungan politik yang sangat cermat dari seorang SBY,sangat terstruktur dan dengan mudah dibaca kemana arahnya.

Dari semua sinyal-sinyal yang dilakukan SBY sebagai ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat,wajar jika akhirnya banyak masyarakat yang mengait-ngaitkan penetapan status hukum Anassebagai tersangka adalah sebuah intervensi untuk menyelamatkan reputasi SBY. Anas adalahkorban bisikan para “Sengkuni”Demokrat.

Kita tentu berharap KPK mampu bekerja secara profesional, karena lembaga inilah satu-satunya harapan rakyat untuk mengungkap semua kasus korupsi yang telah mendarah dagingdi negeri ini. Meskipun sebagaian masyarakat menerima keputusan KPK atas penetapanAnas, bahkan mungkin ada yang bersorak dan bersyukur dan secepatnya ingin menyaksikanAnas di gantung di Monas sana.

Barangkali kita tak harus menutup mata, bahwa rasa-rasanya tidak mungkin penetapan Anasbebas dari muatan politis. Setelah ungkapan-ungkapan tersirat Sby, sprindik yang bocor.Pakta integritas, pengunduran diri sekjen PD dari DPR, benang merahnya tergaris sangatjelas.

Penetapan Anas sebagai tersangka diharapkan sebagian kalangan sebagai pintu masuk bagipemerintah untuk membuat sistem yang jelas mengenai sumber dana sebuah partai. Jika tidakkasus-kasus seperti kasus Anas akan terus berulang dan berulang lagi. mungkin inilah yangmenurut sebagian pendukung Anas menyatakan Anas juga korban sebuah sistem carut-marutdi republik ini.

“Sudahlah” barangkali ungkapan itulah yang akan di ucapkan oleh Anas Urbaningrumdengan statusnya kini. Dia yang sampai hari ini masih saya anggap sebagai seorang politikusmuda yang handal, berbakat dengan pengalaman politik yang telah menempanya sejak usiamuda membuat saya yakin beliau akan mampu untuk kuat, tegar dan kokoh.

Ia yang kita kenal kalem dan tenang. Memahami betul dengan ayat yang menyatakan“bahwaTuhan akan memberikan kekuasaan itu kepada siapa yang dikehendakinya. Danmencabut kekuasaan itu dari siapa yang dikehendakinya.”

Anas bukanlah orang yang gila dan haus kuasa. Sosoknya yan apa adanya dan tenang, puntidak akan bernyanyi-nyanyi seperti Nazar dengan status yang kini disematkan KPKkepadanya. Anas tetaplah akan menjadi seorang Anas denga gaya khasnya, meskipun ujianberat ini menimpanya. Anas tidak akan mau terang-terangan menyerang lawan politiknyakarena ia cukup santun dan berhati-hati.

Kalaupun nantinya dia terbukti dinyatakan bersalah. Di usinya yang 43 th saat ini, masihcukup mungkin baginya untuk melanjutkan karier politiknya setelah di penjara. Hal inimungkin saja terjadi. Seperti kisah Nelson Mandela yang setelah 25 tahun dipenjara akhirnyamuncul sebagai presiden.

Bagi Seorang Anas, politik adalah kehidupannya. Meskipun kejam dan jahat ia akanmenerimanya dengan ikhlas. Tentu saja dia tidak diam benar-benar diam tanpa melakukansesuatu. Karena ada ribuan “Sahabat Anas”yang setia mendukungnya. Yang meyakini bahwaAnas sedang dizalimi.

Harapan masih akan terus ada bagi Anas, Karier politiknya tidak akan mati begitu saja, adakekuatan kepercaan publik pada sosoknya yang tenang. Itulah nantinya yang akan membawadia kembali besar. Di sanalah kekuatan seorang politikus itu kembali bangkit. Maka tak salahjika dikatakan ini adalah awal bagi seorang anas Urbaningrum, meskipun untuk episod yanglain di kehidupan berpolitiknya.

Kita lihat dan tunggu saja kemana akhirnya cerita ini berakhir.

IJP: Selamat Bertapa, Cak Anas!

Mari aku ceritakan kisah kita, dari generasi 1990-an. 20 tahun lalu aku bertemu denganmu di

acara LK II HMI Cabang Depok. Aku jadi peserta, kau jadi pembicara. Tahun 1994 kalau

tidak salah, hari, tanggal dan bulannya aku lupa. Kau waktu itu menjadi Ketua Umum

Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI). Aku tidak pernah berencana masuk

HMI, asal kau tahu. Semula aku diundang menjadi pembicara LK I HMI oleh Nusron Wahid

(kini dia Ketua Umum Pemuda Ansor). Kebetulan aku datang cepat, mengikuti paparan MS

Ka’ban (kini Ketua Umum Partai Bulan Bintang). Lalu aku mengisi acara. Oleh Panitia LK I,

aku diberi sertifikat kelulusan sebagai kader HMI, karena mengikuti sesi paling penting,

yakni Nilai Identitas Kader.

Lalu aku mengikuti sedikit proses di tubuh HMI. Aku jadi pengurus komisariat, lalu cabang.

Ketika kawanku Rifky Mochtar terpilih sebagai Ketua Badko HMI Jabar, aku baru tahu

bagaimana HMI. Jabatan kawanku dicopot. Berikutnya aku makin tahu HMI, ketika proses

pencalonanku sebagai Ketua Senat Mahasiswa Universitas Indonesia (SMUI) ternyata tidak

didukung oleh PB HMI yang waktu itu dipimpin oleh Taufik Hidayat. Aku malah dianggap

terlalu ikhwan untuk ukuran HMI. Sebaliknya, aku dianggap terlalu HMI oleh para ikhwan.

Ya, sudah.

Waktu peristiwa 1998, aku berada di jalanan, bersama barisan mahasiswa dan alumni

Keluarga Besar Universitas Indonesia (KBUI). Aku sempat bermalam di Gedung MPR-DPR

pada tanggal 19-20 Mei 1998. Setelah itu aku bekerja di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Pramita, Tangerang (sekarang Universitas Pramita). Aku melihat kiprahmu di layar televisi,

yakni menjadi tim ini dan tim itu, termasuk melakukan revisi terhadap paket undang-undang

bidang politik. Ada nama Rama Pratama juga dijejerkan dengan namamu. Aku kenal lama

dengan Rama, dia mantan manajer kampanyeku di FEUI dalam Pemira SMUI 1995.

Ketika aku bekerja sebagai peneliti dan analis di Departemen Politik dan Perubahan

Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS), kita kembali bertemu. Malah,

lebih sering bertemu. Apalagi aku sering ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), tempatmu

berkantor. Aku mengisi acara-acara yang diadakan di Media Center KPU. Ketika para

wartawan kesulitan menemuimu, aku dengan senang hati menghubungimu, lalu kemudian

kau memberikan informasi yang mereka butuhkan.

Namamu kembali muncul waktu ada kritikan soal mobil dinas yang dipakai oleh para

komisioner KPU. Terlalu mewah. Kawan-kawan KAHMI Pro sepakat agar kau kembalikan

mobil itu. Mereka saweran. Aku tak tahu detilnya, apakah ada kawan yang meminjamkan

mobilnya untuk kau pakai.

***

Usai Pemilu 2004 yang berhasil itu, satu demi satu komisioner KPU diperiksa Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) RI. Aku kebetulan akrab dengan pimpinannya. Bahkan, salah

satu Wakil Ketua KPK RI, Erry Rijana Hardja Pamengkas, hadir dalam pernikahanku pada

tahun 2002, lalu memberikan sambutan atas nama keluarga istriku. Aku ikut alur kepindahan

kantor KPK RI ke Jalan Veteran III dari kantor pertamanya, saking seringnya kesana,

berdiskusi dengan komisioner-komisionernya. Di gudang dataku, masih banyak tumpukan

makalah-makalah, disain, CD sampai blue print KPK RI yang dikirimkan kepadaku, guna

aku baca-baca.

Beberapa komisioner KPU ditahan KPK RI, sebagai prestasi pertama. Ah, kaum

cendekiawan, rata-rata. Mereka menyebut namamu dan nama Valina Sinka Subekti juga, dua

orang anggota KPU yang akrab denganku. Kalian berdua sama sekali “lolos”dari lubang

maut. Dalam saat yang tidak baik buat kariermu itu, aku dan kau jadi pembicara diskusi di

Blora Center, satu lembaga yang memenangkan SBY sebagai Presiden 2004-2009. Ada

Johan Silalahi dan almarhum kawan kita, Yon Hotman. Aku lupa, apakah Jusuf Rizal juga

ada di acara itu. Yang jelas, ketika ada Kongres Partai Demokrat di Bali pada 2005, aku ikut

kesana bersama Jusuf Rizal dan Hendri Sitompul. Kongres akhirnya memilih Hadi Utomo

sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.

Aku masih ingat diskusi itu. Di sana, aku mendorong dan menantangmu untuk membuka

karier baru, yakni menjadi politisi. Nama partainya langsung aku sebut: Partai Demokrat.

Pesanku jelas, politisi sipil harus mulai masuk pasar politik. Para jenderal yang membentuk

partai politik di era reformasi, perlu didampingi dan dilapisi oleh politisi sipil yang memiliki

keahlian dan kemampuan. Tentu aku tahu, bukan hanya aku yang kau dengarkan saran-

sarannya. Yang jelas, aku dan kawan-kawan itu yang kemudian “menjerumuskan”-mu ke

kancah politik, di tengah gemuruh angin perubahan.

Dan lewatmu juga –serta Andi Alifian Mallarangeng –aku menitipkan sejumlah kawan yang

ingin menjadi politisi Partai Demokrat. Ya, aku sering bertemu Andi Mallarangeng di sebuah

kedai kopi di seberang Istana Negara. Sejak Gus Dur tak lagi jadi presiden, aku jarang ke

Istana Negara. Di era Gus Dur jadi presiden, aku sempat bekerja di dalamnya selama tiga

bulan, menjadi bagian dari Tim Asistensi Presiden Bidang Ekonomi yang dianggotai Faisal H

Basri, M Nawir Messi dan almarhum Arif Arryman PhD. Beberapa kali aku ke Istana, untuk

duduk-duduk saja dan menikmati suasananya yang begitu terbuka untuk umum.

***

Seingatku, ketika aku kemudian memutuskan kembali menjadi politisi, tepatnya tanggal 6

Agustus 2008, kau menitipkan pesan. Ya, apalagi kalau bukan agar aku juga masuk Partai

Demokrat. Tapi entahlah, aku merasa lebih baik bersahabat denganmu, ketimbang berada

dalam satu perkawanan di satu partai politik. Aku ingat candaan Ja’far Hafsah, ketika

mengantarkan berkas caleg Partai Demokrat ke KPU: “Indra, kamu sudah kami siapkan

nomor urut satu di Sumbar II. Kenapa kamu malah ke Partai Golkar?”Beberapa kawanku

memang menganjurkan aku masuk Partai Demokrat, tapi ayahku sudah memberikan satu

garisan: “Kamu boleh masuk partai politik, asal kamu masuk Partai Golkar”.

Makanya, kita akhirnya menjadi dua orang yang saling memberi pesan, baik via senyuman

atau candaan. Hampir tak pernah ada debat panas antara aku denganmu, ketika kita beradu

argumen di layar televisi. Bahkan, kita sms-an pas debat rehat. Aku tetap memandang kau

sebagai senior yang mengisi LK II-ku di HMI Cabang Depok itu. Tergigit lidahku, apabila

aku bersitegang denganmu di layar kaca, sepanas apapun materi debat yang kita hadapi.

Begitupula sampai debat pilpres digelar, kita tak sungguh-sungguh berdebat panas.

Sebuah lembaga mengganjar penampilan kau, Fadli Zon dan aku dengan Charta Politica

Award 2009 sebagai Komunikator Terbaik Tiga Pasang Capres. Kau mendapatkannya untuk

SBY-Boediono, Fadli mendapatkannya untuk Mega-Prabowo dan aku mendapatkannya

untuk JK-Wiranto. Jejak jasamu jelas untuk kemenangan Partai Demokrat dan SBY-

Boediono.

Ketika kau maju menjadi Calon Ketua Umum Partai Demokrat, akupun mendukungmu. Aku

pasang foto kita berdua di laman facebook, lalu hadir dalam acara Pidato Kebudayaanmu di

Jakarta Theater. Bahkan, aku ikut menelepon beberapa pengurus Partai Demokrat di daerah-

daerah, menegaskan dukunganku. Aku menyaksikan kemenanganmu via televisi dari

Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Waktu itu ada pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

Kalteng, Partai Golkar dan Partai Demokrat berkoalisi. Sejak saat itulah namamu menjulang,

salah satunya sebagai Calon Presiden yang akan menggantikan SBY. Kau ada di urutan

teratas.

Dan kisah selanjutnya kemudian publik tahu. Sengkuni sudah kau tulis dalam status bbm-mu

sejak survei itu diumumkan. Lalu kau jadi tersangka kasus gratifikasi sebuah mobil yang

terkait dengan perusahaan pemenang proyek Hambalang. Entah mengapa, untuk kedua

kalinya kau bermasalah dengan mobil, setelah kasus pengembalian mobil KPU itu. Ah, Cak,

kenapa kau tak naik sepeda saja? Bukan hanya kau, sebelumnya Nazaruddin, orang yang

tidak aku kenal riwayatnya, sudah lebih dahulu ditangkap di Cartagena, Kolombia, negara

tempat banyak kartel obat bius. Yang aku kaget, Anggelina Sondakh –kawanku juga –ikut

jadi tersangka. Berikutnya menyusul Andi Alifian Mallarangeng.

KPK Jilid I yang memenjarakan komisioner-komisioner KPU tak bisa menjeratmu. KPK Jilid

II sama sekali menuai masalah internal. KPK Jilid III yang bahkan ikut kau pilih sebagai

Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI, malah menjeratmu.

Aku bersyukur kita masih punya satu momen pertemuan, yakni ketika aku maju sebagai

Calon Walikota Pariaman dari jalur perseorangan. Dalam statusmu sebagai tersangka, aku

kirim direct message ke akun twittermu @AnasUrbaningrum: “Cak, mau makan sate di

Pariaman?”Ya, aku tidak punya nomor ponselmu, seperti sebelumnya. Semula, aku

mengundang Fahmi Idris, tetapi ada acara wisuda putrinya. Dan kaupun membalasnya, cepat.

Kau bahkan mengubah jadwalmu di Jambi. Kita memang tidak sempat makan sate Pariaman,

saking padatnya jadwalku sejak pagi sampai malam hari. Tapi setahuku, kau ke makam

Syech Burhanuddin di Ulakan, makan durian di Kayu Tanam, lalu makan Sate Mak Syukur

di Padang Panjang. Kau memang maestro kuliner Nusantara, Cak. Ada stafku yang ikut.

Selamat bertapa, Cak Anas. Sejak 1998 kau sudah di jalur atas seluruh pergerakan politik

negeri ini. Kau lewati tiga kali pemilu dengan indah. Kau menang jadi Ketua Umum PB

HMI, terpilih jadi Komisoner KPU, menang Pemilu 2009, menang Pilpres 2009, lalu menang

lagi sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Jarang kau kalah, apalagi menyerah.

Untuk pemilu keempat ini, 09 April 2014, kau mungkin menggunakan hak suaramu di

penjara. Ataukah juga kau menggunakan hak suaramu untuk Pilpres, 09 Juli 2014, di penjara?

Yang jelas, ketika kau merayakan HUT ke-45, 16 Juli 2014, mudah-mudahan aku hadir di

sisimu, bersamamu, entah di penjara, entah di mana. Kita tidak hanya merayakan HUT-mu

yang 45. Kita merayakan terpilihnya Presiden Republik Indonesia ke-7 bersama-sama kawan-

kawan sebarisan..

Catatan Indra Jaya Piliang

Anas UrbaningrumDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Anas Urbaningrum

Ketua Umum Partai Demokrat ke-3

Masa jabatan23 Mei 2010 – 23 Februari 2013 atau 30 Maret2013

Didahului oleh Hadi Utomo

Digantikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono

Anggota Dewan Perwakilan Rakyatdari Daerah Pemilihan Jawa Timur VI

Masa jabatanOktober 2009 – Juli 2010

Anggota Komisi Pemilihan Umum

Masa jabatan2001–2005

Informasi pribadi

Lahir 15 Juli 1969 (umur 44)

Desa Ngaglik,Kecamatan Srengat, Blitar,Indonesia

Partai politikPartai Demokrat

Suami/istri Athiyyah Laila

Anak Akmal NaseeryAqeela Nawal FathinaAqeel Najih EnayatAisara Najma Waleefa

Agama Islam

Situs web www.bunganas.com

Anas Urbaningrum (lahir di Blitar, Jawa Timur, 15 Juli 1969; umur 44 tahun) adalah KetuaUmum DPP Partai Demokrat dari 23 Mei 2010 hingga resmi diberhentikan pada 30 Maret2013[1] setelah sebelumnya Anas menyatakan berhenti pada 23 Februari 2013[2]. Terpilih padausia 40 tahun menjadikannya salah seorang ketua partai termuda di Indonesia. Sebelumnya iaadalah Ketua Bidang Politik dan Otonomi Daerah DPP Partai Demokrat dan Ketua FraksiDemokrat di Dewan Perwakilan Rakyat. Anas terpilih menjadi anggota DPR RI pada Pemilu2009 dari Daerah Pemilihan Jawa Timur VI (Kota Blitar, Kabupaten Blitar, KotaKediri, Kabupaten Kediridan Kabupaten Tulungagung dengan meraih suara terbanyak. Sejakterpilih menjadi ketua partai, ia mengundurkan diri dari jabatannya di DPR. Anas ditetapkansebagai tersangka oleh KPK pada 22 Februari 2012. Dalam surat dakwaan Deddy Kusdinar,Anas disebutkan menerima Rp2,21 miliar dari proyek Hambalang untuk membantupencalonannya sebagai ketua umum dalam kongres Partai Demokrat tahun 2010. Anas ditahandi rutan Jakarta Timur kelas 1 cabang KPK pada tanggal 10 Januari 2014.[3]

Tentang

Lahir di Desa Ngaglik, Srengat, Blitar, Jawa Timur, Anas menempuh pendidikan dari SD hinggaSMA di Kabupaten Blitar. Setelah lulus dari SMA, ia masuk ke Universitas Airlangga, Surabaya,melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) pada 1987. Di kampus ini ia belajar diJurusan Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, hingga lulus pada 1992.

Anas melanjutkan pendidikannya di Program Pascasarjana Universitas Indonesia dan meraihgelar master bidang ilmu politik pada 2000. Tesis pascasarjananya telah dibukukan dengan judul"Islamo-Demokrasi: Pemikiran Nurcholish Madjid" (Republika, 2004). Kini ia tengahmerampungkan studi doktor ilmu politik pada Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.

Kiprah Anas di kancah politik dimulai di organisasi gerakan mahasiswa. Ia bergabungdengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) hingga menjadi Ketua Umum Pengurus Besar HMIpada kongres yang diadakan di Yogyakarta pada 1997.

Dalam perannya sebagai ketua organisasi mahasiswa terbesar itulah Anas berada di tengahpusaran perubahan politik pada Reformasi 1998. Pada era itu pula ia menjadi anggota TimRevisi Undang-Undang Politik, atau Tim Tujuh, yang menjadi salah satu tuntutan Reformasi.

Pada pemilihan umum demokratis pertama tahun 1999, Anas menjadi anggota Tim SeleksiPartai Politik, atau Tim Sebelas, yang bertugas memverifikasi kelayakan partai politik untuk ikutdalam pemilu. Selanjutnya ia menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum periode 2001-2005 yangmengawal pelaksanaan pemilu 2004.

Setelah mengundurkan diri dari KPU, Anas bergabung dengan Partai Demokrat sejak 2005sebagai Ketua Bidang Politik dan Otonomi Daerah.

Pad 22 Februari 2013, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Anas sebagaitersangka atas atas dugaan gratifikasi dalam proyek Hambalang. Keeasokan harinya, pada 23Februari 2013, Anas menyatakan berhenti dari jabatannya sebagai Ketua Umum DPP PartaiDemokrat dalam sebuah pidato yang disampaikan di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta.

Pengalaman

Ketua Umum Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) 2013 - sekarang

Ketua Umum DPP Partai Demokrat 2010-2013

Anggota Presidium Korps Alumni HMI 2012-2015

Masa Reformasi 1998 dan Transisi Politik

Anas ditunjuk untuk menjadi anggota tim revisi undang-undang politik atau yang dikemal dengannama Tim Tujuh. Tim ini dipimpin oleh Ryaas Rasyid dengan anggota lainnya adalah AffanGaffar (alm.), Andi Mallarangeng, Djohermansyah Djohan, Luthfi Mutty, dan Ramlan Surbakti.

Tim ini mengasilkan rancangan paket undang-undang pemilu yang akhirnya disahkan oleh DPRRI menjadi UU No. 2/1999 tentang Partai Politik, UU No. 3/1999 tentang Pemilhan Umum, danUU No. 4/1999 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD.

Dalam mempersiapkan pemilu demokratis pertama pada tahun 1999, pemerintah membentukPanitia Persiapan Pembentukan Komisi Pemilihan Umum pada 3 Februari 1999 yang dikenaldengan nama Tim Sebelas. Tugas tim ini adalah memverifikasi pemenuhan syarat administratifpartai dalam untuk mengkuti pemilu. Anas dipilih menjad anggota tim yang dipimpin olehNurcholish Madjid (alm.). Anggota lainnya adalah Adi Andojo Sutjipto, Adnan Buyung Nasution,Affan Gaffar (alm.), Andi Mallarangeng, Eep Saefulloh Fatah, Kastorius Sinaga, Miriam Budiardjo(alm.), Mulyana W. Kusumah, dan Rama Pratama.

Setelah melalui proses verifikasi, Tim ini mengumumkan 48 partai yang berhak mengikuti pemilu1999.

Menjadi Anggota Komisi Pemilihan Umum

Anas dilantik menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada periode 2000-2007 olehPresiden Abdurrahman Wahid (alm.) pada 24 April 2001. Anas menjadi anggota KPU bersamadengan Chusnul Mar’iyah, Daan Dimara, Hamid Awaludin, Imam Prasodjo, Mudji Sutrisno,Mulyana W Kusuma, Nazaruddin Syamsuddin, Ramlan Surbakti, Rusadi Kantaprawira, danValina Singka Subekti. Para anggota KPU tersebut kemudian memilih Nazaruddin Syamsuddinsebagai ketua.

Tugas besar KPU periode ini adalah melaksanakan pemilihan presiden secara langsung yangpertama dalam sejarah yang merupakan salah satu tonggak penting demokratisasi di Indonesia.Anas mengundurkan diri dari KPU pada 8 Juni 2005.

Menjadi Anggota DPR RI

Anas terpilih menjadi anggota DPR RI pada Pemilu 2009 dari daerah pemilihan Jawa Timur VIIyang meliputi Kota Blitar, Kabupaten Blitar, Kota Kediri, Kabupaten Kediri dan KabupatenTulungagung dengan meraih suara terbanyak, yaitu 178.381 suara, melebihi angka BilanganPembagi Pemilih (BPP) sebesar 177.374 suara.

Pada 1 Oktober 2009, Anas ditunjuk menjadi Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR RI. Tugasberat yang berhasil dijalankannya dengan baik adalah menjaga kesolidan seluruh anggota FraksiPartai Demokrat dalam voting Kasus Bank Century.

Menyusul pemilihannya sebagai ketua umum partai, pada 23 Juli 2010 Anas mengundurkan diridari DPR.

Terpilih sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat

Sebagai partai pemenang pemilu 2009, kongres ke-2 Partai Demokrat di Bandung pada 20-23Mei 2010 menjadi peristiwa penting dalam politik Indonesia.

Anas mendeklarasikan pencalonannya di Jakarta pada 15 April 2010. Dalam pidatodeklarasinya, Anas menegaskan bahwa kesiapan dirinya bukanlah untuk bersaing, apalagibertanding. Pencalonanya bukan untuk memburu jabatan. Menurut Anas, kongres adalahsebuah kompetisi rutin dan penuh persahabatan antar sesama saudara. “Semua kandidatadalah kader-kader terbaik partai Demokrat dan sahabat seperjuangan,”kata Anas.

Dalam deklarasi itu Anas menyatakan akan mengusung agenda institusionalisasi partai. Artinya,bagaimana mentransformasi pemikiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagaifigur penting dan sentral dalam Partai Demokrat menjadi institusi partai yang kuat. Agendalainnya adalah stabilisasi internal; kaderisasi yang baik, bermutu, dan sistematis; desentralisasipengelolaan partai secara terukur; pembangunan budaya politik yang bersih, cerdas, santunsebagai karakter partai; serta manajemen logistik yang kuat dan akuntabel.

Pemikiran politik Anas selanjutnya dituangkan dalam pidato kebudayaan “Membangun BudayaDemokrasi”yang diselenggarakan di Jakarta pada 16 Mei 2010. Pidato ini dilakukan untukmelanjutkan tradisi berwacana yang sudah lama dijalankan oleh para founding fathers bangsaini, seperti Bung Karno, Bung Hatta, Sjahrir; para pemikir seperti Tan Malaka, Soedjatmoko, danbahkan Kartini yang menuangkan pemikirannya melalui tulisan.

Dalam pidato tersebut, Anas menjelaskan bahwa politik uang, patronase, sub-nasionalisme,dominannya “ascribed status”, meritokrasi yang lemah dan “zero sum game”merupakantantangan terbesar dalam membangun budaya demokrasi. Anas menempatkan meritokrasisebagai agenda terpenting dalam membangun budaya demokrasi, yang harus dijaga dari polusipolitik uang. Meritokrasi juga akan membuahkan sejumlah pemimpin yang kompeten dan tidak

akan melahirkan orang kuat yang melampaui sistem dan institusi sehingga check and balancedapat berlangsung secara efektif.

Dalam rangkaian persiapan kongres, Anas meluncurkan buku “Revolusi Sunyi”di Aula HarianPikiran Rakyat, Bandung. Buku ini mengungkap kiat-kiat sukses Partai Demokrat dan SBYmemenangkan pemilu 2009. Anas mengungkapkan ketelatenan Partai Demokrat melakukansurvei pasar yang dilakukan secara periodik dengan melibatkan semua elemen partai. BukuRevolusi Sunyi mengulas kesaksian bagaimana sebuah parpol bekerja keras menghadapipemilu tanpa melakukan publikasi yang “gaduh”.

Kompetisi di kongres berlangsung ketat dengan tiga kandidat kuat: Anas, Andi Mallarangeng(yang juga Menteri Pemuda dan Olah Raga RI), dan Marzuki Alie (Ketua DPR RI) yang baru sajamendeklarasikan pencalonannya sehari sebelum kongres dimulai.

Dalam pemungutan suara putaran pertama, Anas unggul (236 suara) dari Marzuki Alie (209suara) dan Andi Mallarangeng (82 suara). Karena tidak ada kandidat yang memperoleh suaralebih dari 50 persen, pemungutan suara putara kedua dilakukan. Menjelang putaran kedua,Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberi pernyataan agar perwakilan DPD dan DPCmemilih ketua umum Partai Demokrat sesuai dengan hati nurani, yang mengindikasikanberjalannya demokrasi internal di partai terbesar ini.

Pada putaran kedua, Anas unggul dengan perolehan 280 suara. Marzuki Alie memperoleh 248suara, sementara dua suara dinyatakan tidak sah. Pemilihan ini membuat Anas menjadi salahseorang ketua umum partai politik termuda di Indonesia. Menanggapi hasil pemungutan suaratersebut Anas mengatakan, “Anda lihat sendiri, saya menang dalam pemilihan yang demokratis.Ini bukti, selain Partai Demokrat adalah partai yang mengutamakan demokrasi, Pak SBY jugademokrat sejati karena tidak pernah ikut campur pemilihan, termasuk mendukung salah satucalon.”

Pada 17 Oktober 2010, Anas melantik pengurus pleno DPP Partai Demokrat yang berjumlah2.000 orang pada saat peringatan ulang tahun partai tersebut di Jakarta.

Mendongkel Anas Lewat Survei

Sejak kasus korupsi Wisma Atlet di Palembang terkuak oleh KPK, nama Anas disebut-sebut olehNazaruddin sebagai orang yang paling bertanggung jawab dalam kasus Hambalang. Anas jugadisebut-sebut oleh Nazar sebagai pengendali Permai Group, sebuah holding perusahaan yangikut dalam tender-tender proyek APBN. Dalam vonis terhadap Nazaruddin dalam kasus WismaAtlet, majelis hakim tetap yakin bahwa pengendali Permai Group adalah Nazaruddin danNeneng Sri Wahyuni, istri Nazar.[4] Nazar divonis 4 tahun 10 bulan penjara atas dakwaan suapdalam kasus Wisma Atlet.

Akibat nyanyian Nazaruddin tersebut sejumlah kalangan internal Partai Demokrat tak henti-hentinya menggoyang kedudukan Anas. Sejumlah manuver, pernyataan di media, bahkan forumresmi partai seperti Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) dan Silaturrahmi Nasional (Silatnas)digunakan untuk mendongkel Anas dari kursi ketua umum. Namun semua itu belum berhasil.

Puncaknya, pada 3 Februari 2013, lembaga survei Saiful Mujani Research & Consulting merilishasil jajak pendapat yang menyimpulkan anjloknya elektabilitas Demokrat hingga 8persen.[5] Rilis survey ini langsung direspon oleh Sekretaris Dewan Pembina yang juga MenteriEnergi dan Sumber Daya Mineral RI Jero Wacik yang mengadakan jumpa pers di kediamanpribadinya pada hari yang sama dan meminta Presiden SBY, selaku Ketua Dewan Pembina danKetua Majelis Tinggi, turun tangan menyelematkan partai dari turunnya elektabilitas tersebut.[6]

Permintaan Wacik tersebut diikuti oleh sejumlah petinggi Demokrat lainnya. Anggota DewanPembina yang juga Menteri Koperasi dan UKM RI Syarief Hasan juga menyatakan hal yangsama. Menurut Syarief, "Ini adalah pesan SOS untuk Pak SBY untuk menyelamatkan Demokrat.Jika tidak, bisa-bisa Demokrat tidak lolos parliamentary threshold."[7]

Bak gayung bersambut, pada 4 Februari 2013 dalam konferensi pers di Jeddah, Arab Saudi,Presiden SBY menyatakan akan meminta petunjuk Yang Maha Kuasa.[8] Menurut Yudhoyono, iadiminta turun tangan bukan semata-mata karena dirinya adalah Dewan Pembina, namun lebih

karena ia adalah penggagas dan pendiri partai. SBY meminta publik sabar karena ia akanberibadah umrah dan dalam ibadah itu ia akan meminta kepada Allah. "Saya akanmenyampaikan respon nanti di Madinah, Kairo, atau mungkin nanti ketika tiba di tanah air," katamantan Pangdam Sriwijaya tersebut.

Kehidupan Pribadi dan Keluarga

Olahraga merupakan salah satu hobi Anas, selain membaca. Anas gemar bermain voli, bulutangkis, dan sepak bola. Hampir tidak pernah ia melewatkan kesempatan menonton langsungpertandingan Tim Nasional Indonesia. Ia pernah mengatakan bahwa sewaktu menjadi wartawandi Surabaya, penugasan favoritnya adalah meliput pertandingan sepak bola. Kini, Anas kerapdiundang menjadi komentator pertandingan sepak bola nasional dan internasional di televisi.Anas memilih Manchester United, FC Barcelona dan AC Milan sebagai tim sepak bola favoritnyadi kancah internasional. Di tanah air, tim sepak bola pujaan Anas selain Timnas Garuda adalahPSBI Blitar.

Anas menikah dengan Athiyyah Laila Attabik (Tia). Anas dan Tia pertama kali bertemu karenadiperkenalkan teman-teman di HMI Yogyakarta. Menurut Tia, dia dan Anas tidak pernahberpacaran. Masa perkenalannya pun sangat singkat, hanya empat bulan. Tia dan Anas hanyabertemu tiga kali dan bicara lewat telepon empat kali. Menurut Tia, “Saat dia melamar, saya punsudah merasa klik dengannya.”

Dalam sebuah wawancara, Ryaas Sayid mengenang permintaan Anas agar ia menjadi jurubicara untuk melamar kepada orang tua Tia, K.H. Attabik Ali, di Pondok Pesantren Krapyak,Yogyakarta. Bersama Andi Mallarangeng dan Affan Gaffar (alm.) berangkatlah Ryaas keYogyakarta. Anas dan Tia menikah pada 10 Oktober 1999 di Yogyakarta.

Saat ini, Anas dan Tia tinggal di Duren Sawit, Jakarta Timur, bersama keempat anak mereka:Akmal Naseery (lahir 2000), Aqeela Nawal Fathina (lahir 2001), Aqeel Najih Enayat (lahir 2003),dan Aisara Najma Waleefa (lahir 2005).

Penghargaan

Bintang Jasa Utama dari Presiden RI, 1999

Publikasi

Revolusi Sunyi: Mengapa Partai Demokrat dan dan SBY Menang Pemilu 2009?, (Jakarta:

Teraju), 2010

Bukan Sekadar Presiden, (Jakarta: Hikmah), 2009

Takdir Demokrasi: Politik untuk Kesejahteraan Rakyat, (Jakarta: Teraju), 2009

Menjemput Pemilu 2009, (Jakarta: Yayasan Politika), 2008

Melamar Demokrasi: Dinamika Pemilu Indonesia, (Jakarta: Republika), 2004

Islamo-demokrasi: Pemikiran Nurcholish Madjid, (Jakarta: Republika), 2004

Pemilu Orang Biasa: Publik Bertanya Anas Menjawab, , (Jakarta: Republika), 2004

Ranjau-Ranjau Reformasi: Potret Konflik Politik Pasca Kejatuhan Soeharto, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada), 1999

Jangan Mati Reformasi, (Jakarta: Yayasan Cita Mandiri Indonesia), 1999

Menuju Masyarakat Madani: Pilar dan Agenda Pembaruan, (Jakarta: Yarsif Watampone),

1997.

Rujukan

1. ^ http://www.antaranews.com/berita/366128/anas-resmi-diberhentikan-dari-ketua-umum

2. ^ http://nasional.kompas.com/read/2013/02/23/14090477/Anas.Mundur.sebagai.Ketua.Umum.Partai.Demokrat

3. ^ http://www.antaranews.com/berita/413510/anas-ditahan-berterima-kasih-ke-kpk

4. ^ http://www.suarapembaruan.com/home/majelis-hakim-tetap-yakini-nazaruddin-mengontrol-permai-grup/19328

5. ^ http://politik.news.viva.co.id/news/read/387357-survei-smrc--politisi-demokrat-paling-dipersepsi-korupsi

6. ^ http://www.merdeka.com/peristiwa/suara-demokrat-jeblok-sby-diminta-turun-tangan.html

7. ^ http://polhukam.rmol.co/read/2013/02/03/96851/Syarief-Hasan:-SBY-Harus-Turun-Tangan-Selamatkan-Demokrat-

8. ^ http://news.detik.com/read/2013/02/04/204643/2161012/10/diminta-selamatkan-pd-sby-akan-minta-petunjuk-yang-

kuasa

Pranala luar

(Indonesia) Tokoh Indonesia

(Indonesia) Situs web resmi Partai Demokrat

(Indonesia) Anas Urbaningrum dan Kekisruhan di Kongres KAHMI Februari 2013

Demi Menjerat Anas, KPK Dikooptasi Kabah Dijual

by Ronin Samurai

Kalau pun Anas terima gratifikasi mobil Harier ( yang sebenarnya Anas beli secara mencicil dan

dilakukan sebelum menjabat sebagai anggota DPR), apa sih urgentnya bagi seorang SBY untuk

menjatuhkan Anas Urbaningrum dari jabatannya sebagai ketua umum Partai Demokrat ?

Jika Presiden SBY benar –benar antikorupsi, pasti Anas menjadi elit Partai Demokrat terakhir yang

harus diperiksa KPK karena masih banyak, ratusan elit PD yang terkenal korup dan merugikan

keuangan negara.

Namun jika Anas tidak dihancurkan dengan segala cara, ya bukan SBY namanya. Kelamahan terbesar

SBY adalah tidak mampu menolak permintaan sang istri sehingga ketika ibu negara minta Anas harus

dilumatkan, pikiran dan hati SBY dikendalikan secara tanpa sadar oleh titah sang istri tersebut.

Urusan negara, rakyat dan lain –lain silahkan antri atau tunggu hingga obsesi pribadi ibu negara

untuk melihat Anas mati di penjara sudah terpenuhi.

Sulit dipungkiri, sesuai keinginan belahan jiwa, SBY lebih banyak mengurus kasus –kasus hukum

selama periode kedua pemerintahannya. Selain berupaya menyelamatkan diri dan kroni –kroninya,

SBY juga mencurahkan waktu, tenaga dan pikirannya serta sumber daya negara untuk

menghancurkan musuh politik utama yang bernama Anas Urbaningrum.

Hasilnya, selama dua tahun Anas Urbaningrum diadili oleh majelis hakim bernama opini sesat

bentukan SBY dan para sengkuninya. Terhitung sejak Nazarudin berhasil lolos dari pencekalan

dirinya oleh KPK karena pengkhianatan oknum Direktur Penyidikan KPK sendiri yang membocorkan

pengajuan cegah KPK ke Ditjen Imigrasi kepada Nazarudin dengan imbalan uang suap sebesar Rp. 5

miliar.

Pada awalnya tidak ada sama sekali nama Anas Urbaningrum disebut Nazarudin sebagai salah satu

apalagi sebagai pelaku utama korupsi Wisma Atlet dan Hambalang. Jika memori rakyat bangsa ini

cukup kuat, kasus korupsi wisma atlet adalah merupakan titik awal pengusutan korupsi –korupsi lain

di seputar Nazarudin cs dan grup usahanya, Permai Grup.

Nazarudin sebelum jadi terduga korupsi, buron dan kemudian menjadi tersangka, adalah seorang

pengusaha muda sukses melejit menjadi elit politik Partai Demokrat dengan jabatan bendahara umum.

Banyak orang tidak tahu, Nazarudin sebelum menjabat sebagai Bendum PD, Nazar sudah menjabat

Pelaksana Tetap Bendum PD di DPP PD di mana Ketua Umum PD dijabat oleh Hadi Utomo, ipar

Presiden SBY. Nazar menggantikan Zainal Abidin, Bendum PD yang tiba –tiba meninggal dunia

secara mendadak. Wakil Bendahara PD saat itu ada dua orang, yakni : Jody Heryanto dan M.

Nazarudin. Jody mustahil ditunjuk menjadi Plt. Bendum PD karena karena saat itu sedang terjerat

masalah hukum akibat menggelapkan uang nasabahnya sebesar Rp. 80 miliar (kini Jody Heryanto

berstatus buronan kejaksaan karena melarikan diri dari vonis kasasi yang menghukumnya 3 tahun

penjara ).

Nazarudin yang bertutur kata manis, royal mentraktir teman –teman dan selalu andalkan suap dalam

melobi atau berbisnis, ditunjuk Ketum PD Hadi Utomo sebagai Plt. Bendum PD sejak tahun 2009.

Melalui jasa baik Hadi Utomo, Andi Malarangeng dan Edhie Baskoro Yudhoyono, Nazarudin

kemudian berhasil menjabat sebagai Bendum PD hasil pemilihan formatur terkait susunan pengurus

DPP Partai Demokrat paska kongres PD 2010 lalu di Bandung. Keliru jika publik menganggap bahwa

Anas Urbaningrum sebagai orang yang merekomendasikan Nazarudin sebagai Bendum PD 2010 –

2015.

Nazarudin yang panik karena dirinya yang semula berstatus sebagai anggota DPR, elit politik, orang

istana dan pengusaha muda sukses, tiba –tiba terjerembab ke titik nadir sebagai terduga korupsi dan

terpaksa harus melarikan diri karena permintaan cegah dari KPK sudah disampaikan ke

Kemenhukham. Itu artinya, hanya tinggal menunggu waktu saja, dirinya pasti ditetapkan sebagai

tersangka.

Nazar tidaklah secerdas yang rakyat Indonesia sangka. Saya tahu persis siapa Nazarudin di saat awal

dia pindah ke Jakarta, ikut dibawa oleh seorang anggota DPR Fraksi PPP Syahrial Agamas, yang juga

adalah Ketua Umum Gerakan Pemuda Kabah (GPK) saat itu. Kelebihan Nazar adalah karakternya

yang gigih dan ulet plus mulut manisnya yang ‘berbisa’. Pendidikan Nazarudin terakhir hanyalah

SMA dan lalu tanpa sepengetahuan siapa pun, tiba –tiba Nazarudin mengaku sudah mendapatkan

gelar sarjana ekonomi (SE). Sangat mudah untuk mengetahui apakah Nazar itu lulusan SMA atau

sarjana ekonomi. Tanyakan saja ilmu dasar ekonomi kepada dirinya, pasti Nazarudin tidak mampu

menjawab sepatah kata pun.

Saya ungkapkan fakta ini agar rakyat tahu bahwa Nazarudin bukan orang yang cerdas secara

akademis. Jika dia mampu menipu, memfitnah, membuat dan menyebar informasi palsu, menggiring

dan membuat opini sesat dan seterusnya, pastilah karena ada pihak lain atau orang – orang yang

menjadi otak intelektual atau sutradara yang mengendalikan Nazarudin dari balik layar.

Siapa pengendali Nazarudin sewaktu dia buron ke Singapura dan melancarkan serangan –serangan

bernuansa tuduhan terhadap tokoh dan pejabat tertentu termasuk terhadap anggota keluarga presiden ?

Nazar pasti mendapatkan bantuan pihak ketiga yang dapat dipastikan adalah sekelompok orang yang

berasal dari keluarga terkemuka di Sumatera Utara. Lalu, ketika Nazarudin berhasil menimbulkan

ketakutan pihak penguasa negeri ini dan terutama keluarga menteri yang memang terlibat korupsi

triliunan di berbagai proyek, tuduhan Nazarudin dari Singpura itu memancing datangnya bantuan

yang sangat besar untuk menyelamatkan keluarga penguasa dan keluarga menteri itu, sekaligus

membuka peluang besar untuk menjalankan rencana menghancurkan Anas Urbaningrum Ketua

Umum Partai Demokrat hasil kongres Bandung yang sejak hari pertama terpilih sudah menjadi target

untuk dijatuhkan penguasa dengan segala cara, tak peduli cara halal mau pun cara haram alias jalan

setan.

Skenario penghancuran Anas Urbaningrum disusun dan dimatangkan di istana dan dikediaman

penguasa, kemudian dibawa ke Singapura. Di sebuah apartemen di kawasan Roxy Marina Road,

Singapura yang dikawal ketat oleh sejumlah body guard, Nazarudin bersembunyi dan menerima tamu

istimewa utusan keluarga penguasa yang membawa skenario untuk dijalankannya dengan upah yang

luar biasa besar, yakni perlindungan hukum atas begitu banyak tindak pidana korupsi yang

dilakukannya serta jaminan kekebalan hukum terhadap saudara – saudaranya seperti Hashim dan

Nasir yang sebenarnya terlibat penuh dalam semua korupsi Nazar. Tidak hanya itu, Nazarudin juga

mendapat jaminan bahwa harta kekayaannya yang berasal dari korupsi yang merugikan negara Rp.

6.1 triliun, tidak akan disita KPK. Plus bonus besar lain seperti penetapan kakak kandungnya M. Nasir

kembali menjadi calon legislatif dari Partai Demokrat.

Semua tawaran menggiurkan untuk Nazarudin dan keluarganya itu hanya bisa diraihnya jika dia mau

dan mampu menjalankan skenario yang sudah disusun secara sangat matang, cermat dan

komprehensif dari pusat jantung kekuasaan Indonesia. Nazar hanya mendapat tugas dan tanggung

jawab sebagai pemain utama dalam sebuah sandiwara politik dan hukum tingkat tinggi hasil rekayasa

maha karya seorang jenius yang kebetulan menjadi penguasa negara. Tugas dan tanggung jawab

Nazarudin itu tidak terlalu berat, di samping itu dia akan mendapatkan dukungan maksimal dari

banyak media massa di Indonesia yang sudah menjadi kolaborator sang sutradara, lengkap dengan

antek –anteknya yang menjadi loudspeaker dan backing vocal dari setiap ocehan fitnah yang keluar

dari mulut seorang Nazarudin.

Saya tidak membahas lagi mengenai kisah panjang Nazarudin selama dia buron ke Singapura,

Malaysia, Vietnam sampai kemudian ‘ditangkap’di sebuah kota turis di Kolumbia. Semua itu

hanyalah dagelan semata, menipu rakyat Indonesia. Semua itu hanyalah pengecohan, pengelabuan

dan penipuan untuk menciptakan drama penangkapan Nazarudin yang seolah –olah nyata padahal

hanya rekayasa. Termasuk juga penjemputan Nazarudin oleh pesawat sewaan yang menghabiskan

uang negara lebih Rp. 5 miliar. Satu –satunya, alur cerita yang tidak sesuai skenario adalah ketika

Istri Nazarudin, Neneng Wahyuni dan anaknya ternyata tidak ikut bersama –sama dia menumpang

pesawat khusus jemputan dari Jakarta. Ada perubahan rencana mendadak. Meski Neneng adalah juga

bersatus buronan, anehnya KPK tidak serta merta menangkap dan membawa Nenang si buronan

korupsi PLTS, menumpang pesawat yang sama dengan Nazarudin. Sang sutradara berubah pikiran,

Neneng dan anak Nazarudin dikawal petugas KPK dan oknum aparat lainnya terbang menuju Kuala

Lumpur, Malaysia untuk dijadikan sandera agar memastikan Nazarudin taat dan patuh sepenuhnya

terhadap setiap kata, titik koma dan peran yang tercantum pada skenario yang sudah disiapkan

sutradara.

Nazarudin, Si Raja Koruptor Besar Indonesia yang telah menyita perhatian rakyat selama berbulan –

bulan dan menyebabkan mimpi buruk sepanjang tidur malam banyak pejabat dan keluarga penguasa

Indonesia, kembali dengan selamat di Jakarta dan memulai lakonnya sebagai juru fitnah nomor wahid

untuk menghancurkan Anas Urbaningrum, menjatuhkannya dari jabatan ketua umum, merusak total

reputasi Anas sekaligus juga menyerang semua lawan politik penguasa yang sudah lama menjadi

incaran. Sutradara kampiun itu memerlukan Nazarudin sebagai tangan kanannya untuk melindungi

diri, keluarga dan kroni – kroninya dari jeratan berbagai korupsi triliunan rupiah yang selalu

dijadikam isu besar oleh partai –partai, aktivis hukum dan antikorupsi, politisi DPR dan medi massa.

Peran Nazarudin sangat strategis dalam menghancurkan Anas Urbaningrum dan musuh – musuh

penguasa. Bagaimana dengan KPK ? Sayang beribu sayang, jika sebelumnya hanya satu dua oknum

KPK yang berwatak durjana, kini gerombolan srigala itu semakin banyak jumlahnya di KPK. Sebagai

institusi penegak hukum khususnya pemberantas korupsi, KPK jilid III sekarang ini tidak ubahnya

seperti herder penguasa. Siap menerkam siapa saja atas perintah tuannya.

Kembali kepada Nazarudin yang akhirnya sukses menjalankan perannya meski melewati tenggat

waktu yang ditetapkan sutradara. Rencana sutradara untuk tetap bersembunyi di balik layar terpaksa

dilanggar karena Anas yang sudah hampir 2 tahun menjadi korban penghancuran karakter melalui

fitnah Nazar yang dikobarkan luas oleh pemain badut – badut figuran dan media massa bayaran,

ternyata tetap tidak dapat dijatuhkan. KPK herder penguasa tak mamu mencari bukti cukup untuk

seret Anas sebagai tersangka. Segala cara sudah dilakukan, segala tuduhan sudah dilontarkan, opini

sesat sudah dianggap kebenaran oleh mayoritas rakyat yang jadi korban penipuan. Namun KPK

belum juga berhasil menemukan dua bukti yang cukup untuk dapat menetapan Anas sebagai

tersangka korupsi.

Sang sutradara marah besar. Ratusan miliar sudah dihabiskan, lebih setahun waktu dilewatkan,

pendaftaran calon legislatif untuk pemilu sudah di depan mata, para asisten dan crew tidak becus

menjalankan kewajiban. Semuanya kualitas tiruan. Abal –abal. Sementara itu, di rumah kediaman,

ibu ratu alias istri sutradara kian cemas. Khawatir semua sandiwara maha karya sang suami gagal total

dan balik membawa malapetaka kepada diri mereka dan keluarganya. Akhirnya, dengan sangat

terpaksa sang sutradara muncul di hadapan publik. Mematut –matut wajah di depan kamera agar

dapat disaksikan seluruh rakyat Indonesia tanpa rasa curiga.

Tidak tanggung yang dilakukan sang sutradara untuk memastikan Anas dapat dijadikan tersangka.

Nama tuhan, tanah suci kelahiran nabi dan kiblat umat Islam sedunia dia jadikan senjata pamungkas

diarahkan kepada KPK yang dinilainya begitu lamban hanya untuk menetapkan satu orang anak muda

bernama Anas Urbaningrum sebagai tersangka. Nama agung tuhan, tanah suci tujuan haji dan kota

kelahiran agama Islam dijadikan topeng kemunafikan ketika ia melancarkan serangan keji terhadap

seorang hamba Allah yang bernama Anas Urbaningrum. Masya Allah… astaghfirullah… Ampunkan

kami ya Allah ..sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui dan Maha Kuasa atas segala mahluk

ciptaanmu dan seluruh alam semesta.

Jutaan fitnah keji diciptakan, dituduhkan, dilekatkan ke wajah Anas, ternyata masih kurang. Tidak

cukup ratusan miliar dihabiskan hanya untuk membiayai berbagai operasi intelijen ilegal dan operasi

haram lainnya. Tidak cukup kooptasi hasil penghancuran KPK mesti dilalukannya. Tak cukup untuk

merekayasa hanya satu kasus korupsi yang bisa mengubah status Anas dari manusia merdeka menjadi

seorang tersangka. Masih tak cukup.

Mau tidak mau sang sutradara harus menerima kenyataan bahwa musuh utamanya adalah waktu. Dia

tak mampu menghentikannya. Dia hanya dapat memanfaatkan waktu yang tersisa. Apa boleh buat,

tiba saatnya kekuasaan dan ancaman menjadi senjata. KPK silahkan pilih : Anas harus jadi tersangka.

Jika tak mampu penuhi perintah itu, maka para komisioner KPK lah yang menggantikannya ! Benar –

benar luar biasa.

Kelihatannya sudah menjadi suratan takdir, Anas harus menjadi tersangka untuk delik pidana korupsi

yang tidak jelas dan untuk pertama kali dalam sejarah hukum dunia, terhadap kasus Anas dilekatkan

tuduhan pasal gratifikasi pada kasus yang tidak tercantum dalam UU Antikorupsi dan KHUP yakni : ”

kasus dan lain –lain”. Selamat untuk Anas Urbaningrum yang eksistensinya di jagat politik Indonesia

berhasil melahirkan yurisprudensi dan preseden baru dalam ilmu hukum dan pemberantasan korupsi

yang diciptakan oleh KPK. Semoga banyak doktor dan ahli hukum dilahirkan dari pengkajian “kasus

dan lain –lain”yang sudah diputuskan KPK, melebihi kuasa yang dimiliki majelis hakim di sebuah

pengadilan.

Kita dihaturkan juga ucapan selamat untuk sang sutradara, yang telah menjalankan perannya melebihi

Sutradara Agung yang sesungguhnya, Sutradara Pemilik Hidup dan Kehidupan, Sutradara Yang Maha

Kuasa dan Maha Adil, Sutradara Agung yang senantiasa kita sebut dan kita sembah sebagai Tuhan,

Dia Allah SWT. Selamat..semoga Allah mengampunimu dan kita semua. Amiin Ya Rabbalalamiin.

http://yudisamara.com/2014/01/12/demi-menjerat-anas-kpk-dikooptasi-kabah-dijual-sby/