case.TUMOR-OTAK.pdf
-
Upload
ayuw-agustriani -
Category
Documents
-
view
45 -
download
0
Transcript of case.TUMOR-OTAK.pdf
-
1
IDK 1 : LOBUS FRONTAL
PENDAHULUAN
Kedua hemisfer Cerebri masing-masing terbagi menjadi empat lobus yaitu lobus frontal,
parietal, temporal dan oksipital. Insula terkadang disebut sebagai lobus ke-5. Tulisan ini terutama
akan membahas tentang neuroanatomi lobus frontal, kelainan yang dapat terjadi dan bagaimana
cara memeriksanya secara klinis.
Gambar 1 Gyrus dan sulcus Corteks (Medial)
Gambar 2 Gyrus dan sulkus Corteks (Lateral)
Gambar 3 Gyrus dan sulcus korteks (Basal)
NEUROANATOMI KLINIS
Lobus Frontal terletak anterior dari sulcus sentralis. Gyrus presentral yang terletak
anterior dari gyrus presentral termasuk lobus frontal dan mengandung korteks motoric primer.
Bagian lateral lobus frontal yang terletak anterior gyrus presentral terbagi menjadi gyrus frontalis
-
2
superior, media dan inferior. Lobus frontal memanjang dari kutub frontal hingga ke sulcus
sentralis di atas fissure Sylvii. Lobus ini pada orang kebanyakan menjadi setengah bagian
anterior dari tiap hemisfer.
Pada sisi medial lobus frontal memanjang hingga ke sulcus cingulate. Lobulus parasentral
terdiri dari pemanjangan gyrus pre dan postsentral ke permukaan medial hemisfer di atas sulcus
cingulate. Bagian ini penting dalam kendali kandungih. Area premotor dan suplemen motoric
terletak di area 6 anterior dari gyrus presentral. Area motoric suplemen adalah bagianbagian dari
gyrus frontalis superior yang terletak pada permukaan medial sedangkan area premotor terletak
pada permukaan lateral. Area lapang pandang frontal terletak di gyrus frontalis media di area 8.
Gyrus frontalis inferior terbagi menjadi pars orbitalis, pars triangularis, dan pars
opercularis. Pars opercularis dan pars triangularis pada gyrus frontalis inferior di hemisfer
dominan mengandung area bicara motoric (Broca) 44 dan 45. Pada permukaan inferior lobus
frontal, medial dari gyrus frontalis inferior adalah gyrus orbitalis. Gyrus rectus yang merupakan
struktur paling medial pada permukaan orbital lobus frontal terpisah dari gyrus orbitalis oleh
sulcus olfactorius. Bulbus dan traktus olfactorius berjalan di bawah sulkus olfactorius.
-
3
FUNGSI LOBUS FRONTAL, KELAINAN DAN DIAGNOSIS
Area yang penting secara klinis pada lobus frontal termasuk area motoric primer, area
premotor dan suplemen motoric, region prefrontal, area lapang pandang, area bicara motoric, dan
lobules parasentral.
Korteks motoric primer (area 4) terletak pada gyrus presentral di lobus frontal termasuk
dinding anterior dari sulkus sentralis dan memanjang ke atas hingga bagian anterior dari lobules
parasentral di sisi medial dari hemisfer serebri. Lapisan kortikal ke-5 di area 4 mengandung sel
pyramidal Betz yang mengandung serat-serat bermielin tebal pada traktus piramidalis. Area 4
dianggap sebagai lokasi asal dari gerakan volunter, yang mengirim sinyal ke otot melalui traktus
pyramidalis dan sel kornu anterior dari medulla spinalis. Area motoric primer menerima input
aferen dari area lain otak yang berpartisipasi dalam perencanaan dan inisiasi dari gerakan
volunter, terutama nucleus ventro-oral posterior dari thalamus, area premotor 6 dan 8 dan area
somatosensorik. Area motoric primer mengandung representasi somatotopik dari perifer tubuh
berbentuk homunculus.
Lesi pada area 4 mengakibatkan hemiparesis flaccid kontralateral. Kerusakan tambahan
di area premotor dekatnya dan serat-serat traktus didalamnya mengakibatkan lesi spastik
hemiparesis yang mencerminkan kerusakan dari jalur piramidalis dan non piramidalis
Korteks premotor (area 6) adalah area tingkat tinggi untuk seleksi dan perencanaan
program motoric, yang pada akhirnya akan dieksekusi oleh korteks motoric primer.Area
premotor diduga mampu untuk menyimpan kemampuan motoric yang telah dipelajari
bekerjasama dengan serebellum dan ganglia basal.Gerakan yang dilakukan dengan satu tangan
akan mengaktifkan korteks premotor pada kedua hemisfer. Fungsi lain yang penting dari korteks
premotor adalah perencanaan dan inisiasi gerakan mata dai area mata frontal (area 8). Stimulasi
unilateral dari area 8 mengakibatkan pergerakan konjugat dari kedua mata kea rah kontralateral.
Lesi dari aea 8 yang menurunkan aktivitasnya mengakibatkan pergerakan mata konjugat ke sisi
lesi dikarenakan aktivitas berlebihan dari area 8 kontralateral.
Bagian dari lobus frontal yang terletak anterior dari area 6, area 8 dan area bicara motoric
disebut sebagai korteks prefrontal. Korteks prefrontal melingkup area 9, 12, 32, 45, 47 dan
lainnya. Secara klinis region prefrontal terbagi menjadi korteks prefrontal dorsolateral, korteks
prefrontal medial, dan korteks orbitofrontal. Area-area ini sangat berkembang pada manusia dan
dianggap sebagai kedudukan dari fungsi-fungsi intelektual derajat tinggi.
-
4
Korteks prefrontal dorsolateral penting dalam fungsi eksekutif lobus frontal, yaitu
kemampuan untuk merencanakan , melaksanakan dan memonitor serangkaian tindakan untuk
mencapai suatu tujuan. Korteks prefrontal medial penting dalam asosiasi auditorik dan visual.
Korteks orbitofrontal memiliki serangkaian koneksi penting dengan sistim limbic. Sindrom
disinhibisi berkisar dari kelakuan social yang tidak pantas hingga mania dapat terjadi dengan
disungsi pada area korteks orbitofrontal. Ketidakstabilan emosional juga dominan dengan mood
yang bergelombang dan episode tiba-tiba emosi kemarahan, tangis atau tertawa. Area asosiasi
frontal juga diimplikasikan terlibat pada serangkaian penyakit degenerative seperti demensia.
Gejala lain dari sindrom prefrontal antara lain: akinetik, inkontinensia, output verbal yang
sedikit, kemampuan berpikir abstrak menurun dan ketidakmampuan untuk mengambil
keputusan.
Area bicara motoric (area Broca / area 44) pada regio basal lobus frontal hemisfer yang
dominan. Teraktivasi ketika seorang individu berbicara dan bahkan saat bicara diam, yaitu ketika
kata-kata dan kalimat sedang diformulasikan tanpa sebenarnya dikatakan. Lain halnya dengan
repetisi kata-kata murni yang didahului oleh aktivasi pada insula. Hal ini mendukung bahwa
terdapat dua jalur untuk produksi bahasa. Pada bahasa otomatis, rangsangan yang datang
dilanjutkan oleh aktivasi korteks visual atau auditorik primer ke korteks insular dan akhirnya
korteks motoric. Pada bahasa ayng tidak otomatis rangsang dari korteks-korteks primer
diteruskan ke ara broca dan selanjutnya ke korteks motoric primer.
Gangguan dalam fungsi bahasa disebut aphasia. Istilah aphasia terutama dikaitkan
dengan fungsi bahasa dalam berbicara, sedangkan dalam menulis disebut agraphia dan dysleksia
dalam hal membaca. Aphasia patut dibedakan dengan kelainan secara fisik dalam berbicara yang
disebut disartria yang mempengaruhi artikulasi atau fonasi dalam berbicara. Aphasia yang terjadi
karena gangguan pada area Broca disebut aphasia broca atau aphasia motoric. Temuan klnis
yang penting pada aphasia broca adalah kemapuan produksi bahasa yang berkurang atau tidak
ada sama sekali. Individu tersebut sangat jarang berbicara spintan, mengalami disrtria, berbicara
kalimat dengan susunan yang amburadul, seringkali mensubstitusi kata-kata dengan suara yang
mirip namun pengertiannya terhadap bahasa tidak terganggu. Gangguan pada lobules parasentral
mengakibatkan inkontinensia urin dan faeces.
-
5
IDK 2 : TUMOR OTAK
Adalah neoplasma atau proses desak ruang (SOL), jinak atau ganas, yang timbul di dalam otak,
meningens dan tengkorak, berasal dari otak atau metastasis.
ETIOLOGI
idiopatik
congenital
hormonal
genetik
lingkungan (kimiawi, radiasi, virus, trauma)
EPIDEMIOLOGI
80% CNS, 20% spinal cord
lebih banyak pria disbanding wanita
usia tua 40-60 tahun
MANIFESTASI KLINIS
Umum : sakit kepala, nausea atau vomit, papiledema
fokal : tergantung lokasi
Tekanan Intra Kranial meningkat
1. sakit kepala
bersifat dalam, terus menerus, tumpul, terkadang hebat sekali terutama pada saat
pagi hari dan beraktifitas
2. muntah
stimulasi langsung di pusat muntah (CTZ)
3. papiledema
batas papil tidak jelas
warna hiperemis
ekskavasio hilang
papil menonjol
vena-vena menggembung
arteri mengecil, ada perdarahan dan eksudat di sekeliling papil
-
6
KLASIFIKASI
-
7
Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
1. Lobus frontal
Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral, kejang fokal
Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy
Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia
2. Lobus parietal
Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym
Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus angularis
3. Lobus temporal
Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului dengan
aura atau halusinasi
Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese
Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala choreoathetosis,
parkinsonism.
4. Lobus oksipital
Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan
Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi
hemianopsia, objeckagnosia
5. Tumor di ventrikel ke III
Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan obstruksi dari
cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-
tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran
6. Tumor di cerebello pontin angie
Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi
pendengaran
Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin angel
-
8
7. Tumor Hipotalamus
Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan seksuil
pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan
8. Tumor di cerebelum
Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat erjadi disertai dengan
papil udem
Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot-otot
servikal
Tumor Otak
DEFINISI
Tumor Otak Benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak ganas.
Tumor Otak Maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi menyusup dan
menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar (metastase) ke otak dari bagian
tubuh lainnya melalui aliran darah.
Beberapa jenis tumor otak jinak bisa tumbuh di dalam otak dan diberi nama sesuai dengan sel
atau jaringan asalnya:
-Schwannoma berasal dari sel Schwann yang membungkus persarafan
-Ependimoma berasal dari sel yang membatasi bagian dalam otak
-Meningioma berasal dari meningen (jaringan yang melapisi bagian luar otak)
-Adenoma berasal dari sel-sel kelenjar
-Osteoma berasal dari struktur tulang pada tengkorak
-Hemangioblastoma berasal dari pembuluh darah.
Tumor otak jinak yang bisa merupakan kelainan bawaan adalah:
-Kraniofaringioma
-Kordoma
-Germinoma
-Teratoma
-Kista dermoid
-Angioma.
-
9
Meningioma biasanya jinak, tetapi bisa kambuh setelah diangkat.
Tumor ini lebih sering ditemukan pada wanita dan biasanya muncul pada usia 40-60 tahun, tetapi
tidak tertutup kemungkinan muncul pada masa kanak-kanak atau pada usia yang lebih lanjut.
Gejala dan kemungkinan diturunkannya tumor ini tergantung kepada ukuran, kecepatan
pertumbuhan dan lokasinya di otak. Jika tumbuh sangat besar, bisa menyebabkan kemunduran
mental seperti demensia (pikun). Tumor ganas otak yang paling sering terjadi merupakan
penyebaran dari kanker yang berasal dari bagian tubuh yang lain.
Kanker payudara dan kanker paru-paru, melanoma maligna dan kanker sel darah (misalnya
leukemia dan limfoma) bisa menyebar ke otak.
Penyebaran ini bisa terjadi pada satu area atau beberapa bagian otak yang berbeda.
Tumor otak primer berasal dari dalam otak, yang terdiri dari:
-Glioma berasal dari jaringan yang mengelilingi dan menyokong sel-sel saraf, beberapa
diantaranya bersifat ganas
- Glioblastoma multiformis merupakan jenis yang paling sering ditemukan
- Astrositoma anaplastik, pertumbuhannya sangat cepat
- Astrositoma, pertumbuhannya lambat
-Oligodendroglioma
- Meduloblastoma, jarang terjadi, biasanya menyerang anak-anak sebelum mencapai pubertas
- Sarkoma dan adenosarkoma merupakan kanker yang jarang terjadi, yang tumbuh dari struktur
selain sel saraf.
Tumor otak yang berasal dari sistem saraf
Jenis Tumor Asal Status
Keganasan
Persentase
Dari Semua
Tumor Otak
Yang
Sering
Terkena
Kordoma Sel saraf dari
kolumna spinalis
Jinak tetapi
invasif
Kurang dari
1% Dewasa
Tumor sel germ Sel-sel embrionik Ganas atau
jinak 1%
Anak-
anak
-
10
Glioma (glioblastoma
multiformis, astrositoma,
oligodendtrositoma)
Sel-sel penyokong
otak, termasuk
astrosit &
oligodendrosit
Ganas atau
relatif jinak 65%
Anak-
anak &
dewasa
Hemangioblastoma Pembuluh darah Jinak 1-2%
Anak-
anak &
dewasa
Meduloblastoma Sel-sel embrionik Ganas
Anak-
anak
Meningioma
Sel-sel dari selaput
yg membungkus
otak
Jinak 20% Dewasa
Osteoma Tulang tengkorak Jinak 2&
Anak-
anak &
dewasa
Osteosarkoma Tulang tengkorak Ganas Kurang dari
1%
Anak-
anak &
dewasa
Pinealoma Sel-sel di kelenjar
pinealis Jinak 1%
Anak-
anak
Adenoma hipofisa Sel-sel epitel
hipofisa Jinak 2%
Anak-
anak &
dewasa
Schwannoma
Sel Schwann yg
membungkus
persarafan
Jinak 3% Dewasa
-
11
GEJALA
Baik pada tumor jinak maupun ganas, gejalanya timbul jika jaringan otak mengalami kerusakan
atau otak mendapat penekanan. Jika tumor otak merupakan penyebaran dari tumor lain, maka
akan timbul gejala yang berhubungan dengan kanker asalnya. Misalnya batu berlendir dan
berdarah terjadi pada kanker paru-paru, benjolan di payudara bisa terjadi pada kanker payudara.
Gejala dari tumor otak tergantung kepada ukuran, kecepatan pertumbuhan dan lokasinya.
Tumor di beberapa bagian otak bisa tumbuh sampai mencapai ukuran yang cukup besar sebelum
timbulnya gejala; sedangkan pada bagian otak lainnya, tumor yang berukuran kecilpun bisa
menimbulkan efek yang fatal. Gejala awal dari tumor otak seringkali berupa sakit kepala.
Sakit kepala karena tumor sering kambuh atau dirasakan terus menerus, hebat, bisa terjadi pada
seseorang yang sebelumnya tidak pernah mengalami sakit kepala, terjadi pada malam hari dan
tetap ada sampai terbangun. Gejala awal lainnya yang sering ditemukan adalah gangguan
keseimbangan dan koordinasi, pusing dan penglihatan ganda. Gejala lanjut bisa berupa
mual dan muntah, demam yang hilang-timbul serta denyut nadi dan laju pernafasan yang
abnormal cepat atau lambat. Sebelum akhirnya meninggal, terjadi fluktuasi hebat dari
tekanandarah. Beberapa tumor otak menyebabkan kejang. Kejang lebih sering terjadi pada
tumor otak jinak, meningioma dan kanker yang pertumbuhannya lambat. Tumor bisa
menyebabkan lengan atau tungkai pada salah satu sisi tubuh menjadi lemah atau lumpuh dan bisa
mempengaruhi kemampuan untuk merasakan panas, dingin, tekanan, sentuhan ringan atau
bendatajam. Tumor juga bisa mempengaruhi pendengaran, penglihatan dan penciuman.
Penekanan pada otak bisa menyebabkan perubahan kepribadian dan menyebabkan penderita
merasa mengantuk, linglung dan tidak mampu berfikir. Gejala ini sangat serius dan
memerlukan penanganan medis segera.
Astrositoma & Oligodendroglioma
Astrositoma dan oligodendroglioma merupakan tumor yang pertumbuhannya lambat dan
mungkin hanya menyebabkan kejang.
Jika lebih ganas (astrositoma anaplastik dan oligodendroglioma anaplastik) bisa menyebabkan
kelainan fungsi otak, seperti kelemahan, hilangnya rasa dan langkah yang goyah.
Astrositoma yang paling ganas adalah glioblastoma multiformis, yang tumbuh sangat cepat
sehingga menyebabkan meningkatnya tekanan di dalam otak dan menyebabkan sakit kepala,
-
12
berfikir menjadi lambat dan rasa ngantuk atau bahkan koma.
Meningioma
Tumor jinak yang berasal dari selaput yang membungkus otak (meningen) bisa menyebabkan
berbagai gejala yang tergantung kepada lokasi pertumbuhannya.
Bisa terjadi kelemahan atau mati rasa, kejang, gangguan penciuman, penonjolan mata dan
gangguan penglihatan. Pada penderita lanjut usia bisa menyebabkan hilang ingatan dan
kesulitan dalam berfikir, mirip dengan yang terjadi pada penyakit Alzheimer.
Etiologi
penyebab tumor ini diduga berhubungan dengan genetik, terapi radiasi dan hormon sex, infeksi
virus dan riwayat cedera kepala. Sekitar 40-80% tumor ini mengalami kehilangan material
genetik dari lengan panjang kromosom 22, pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2
merupakan gen supresor tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada 40% meningioma
sporadik. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom familial yang lain dapat
berkembang menjadi meningioma multiple, dan sering terjadi pada usia muda. Disamping itu,
deplesi gen yang lain juga berhubungan dengan pertumbuhan meningioma.
Terapi terapi
radiasi juga dianggap turut berperan dalam genesis meningioma. Bagaimana peranan radiasi
dalam menimbulkan meningioma masih belum jelas. Pasien yang mendapatkan terapi radiasi
dosis rendah untuk tinea kapitis dapat berkembang menjadi meningioma multipel di tempat yang
-
13
terkena radiasi pada dekade berikutnya. Radiasi kranial dosis tinggi dapat menginduksi
terjadinya meningioma setelah periode laten yang pendek.
Meningioma juga berhubungan dengan hormon seks dan seperti halnya faktor etiologi lainnya
mekanisme hormon sex hingga memicu meningioma hingga saat ini masih menjadi perdebatan.
Pada sekitar 2/3 kasus meningioma ditemukan reseptor progesteron.Tidak hanya progesteron,
reseptor hormon lain juga ditemukan pada tumor ini termasuk estrogen, androgen, dopamine,
untuk platelet derived growth factor. Beberapa reseptordan reseptor hormon sex diekspressikan
oleh meningioma. Dengan teknik imunohistokimia yang spesifik dan teknik biologi molekuler
diketahui bahwa estrogen diekspresikan dalam konsentrasi yang rendah. Reseptor progesteron
dapat ditemukan dalam sitosol dari meningioma. Reseptor somatostatin juga ditemukan
konsisten pada meningioma.
Pada meningioma multiple, reseptor progesteron lebih tinggi dibandingkan pada meningioma
soliter. Reseptor progesteron yang ditemukan pada meningioma sama dengan yang ditemukan
pada karsinoma mammae. Jacobs dk melaporkan meningioma secara bermakna tidak
berhubungan dengan karsinoma mammae, tapi beberapa penelitian lainnya melaporkan
hubungan karsinoma mammae dengan meningioma.
Meningioma merupakan tumor otak yang pertumbuhannya lambat dan tidak menginvasi otak
maupun medulla spinalis. Stimulus hormon merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan
meningioma. Pertumbuhan meningioma dapat menjadi cepat selama periode peningkatan
hormon, fase luteal pada siklus menstruasi dan kehamilan.
Trauma dan virus sebagai kemungkinan penyebab meningioma telah diteliti, tapi belum
didapatkan bukti nyata hubungan trauma dan virus sebagai penyebab meningioma.1 Philips et al
melaporkan adanya sedikit peningkatan kasus meningioma setelah trauma kepala pada populasi
western Washington state.
Gambaran Histologi
Secara histologis, meningioma biasanya berbentuk globuler dan meliputi dura secara luas. Pada
permukaan potongan, tampak pucat translusen atau merah kecoklatan homogen serta dapat
seperti berpasir. Dikatakan atipikal jika ditemukan proses mitosis pada 4 sel per lapangan
pandang elektron atau terdapat peningkatan selularitas, rasio small cell dan nukleus sitoplasma
yang tinggi, uninterupted patternless dan sheet-like growth. Sedangkan pada anaplastik akan
ditemukan peningkatan jumlah mitosis sel, nuklear pleomorphism, abnormalitas pola
-
14
pertumbuhan meningioma dan infiltrasi serebral. Imunohistokimia dapat membantu diagnosis
meningioma. Pada pasien dengan meningioma, 80% menunjukkan adanya epithelial membrane
antigen (EMA) yang positif. Stain negatif untuk anti-Leu 7 antibodi (positif pada Schwannomas)
dan glial fibrillary acidid protein (GFAP).
Derajat meningioma
- Grade I
Meningothelial meningioma
Fibrous (fibroblastic) meningioma
Transitional (mied) meningioma
Psammomatous Meningioma
Angiomatous meningioma
Mycrocystic meningioma
Lymphoplasmacyte-rich meningioma
Metaplastic meningioma
Secretory meningioma
- Grade II
Atypical meningioma
Clear cell meningioma (Intracranial)
Choroid meningioma
-
15
- Grade III
Rhabdoid meningioma
Papillary meningioma
Anaplastic (malignant) meningioma
Tumor Pinealis
Kelenjar pinealis terletak di pertengahan otak, yang berfungsi mengatur jam biologis tubuh,
terutama pada siklus normal diantara bangun dan tidur.
Tumor pinealis atipikal (tumor sel germ) paling sering terjadi pada masa kanak-kanak dan
seringkali menyebabkan pubertas dini. Tumor ini bisa merusak pengaliran cairan di sekitar
otak, sehingga terjadi pembesaran otak dan tengkorak (hidrosefalus) dan kelainan fungsi otak
yang serius.
Tumor Kelenjar Hipofisa
Kelenjar hipofisa terletak di dasar tengkorak, berfungsi mengatur sistem endokrin tubuh.
Tumor kelenjar hipofisa biasanya jinak dan secara abnormal menghasilkan sejumlah besar
hormon hipofisa:
- Peningkatan kadar hormon pertumbuhan yang berlebihan menyebabkan gigantisme (tumbuh
sangat tinggi) atau akromegali (pembesaran yang tidak proporsional dari kepala, wajah, tangan,
kaki dan dada)
-Peningkatan kadar kortikotropin menyebabkan sindroma Cushing
-Peningkatan kadar TSH (thyroid-stimulating hormone) menyebabkan hipertiroidisme
-Peningkatan kadar prolaktin menyebabkan amenore (terhentinya siklus menstruasi), galaktore
(pembentukan ASI pada wanita yang tidak sedang menyusui) dan ginekomastia (pembesaran
payudara pada pria). Tumor kelenjar hipofisa juga bisa erusak jaringan yang menghasilkan
hormon, yang pada akhirnya akan menyebabkan kekurangan hormon dalamtubuh.
Gejala lainnya bisa berupa sakit kepala dan hilangnya lapang pandang luar pada kedua mata.
-
16
Patofisiologi Tumor Otak
Komponen intrakranial :
CSS Darah Otak
Infratentorial
Meningens
Supratentorial
Tumor (Meningioma) Ada di lobus basofrontal
SOL Gejala pada lobus frontal
Nyeri Kepala Mual dan Muntah papiledema
# dalam keadaan tidur # ket : statis vena
pembengkakan & pembesaran
diskus optikus
papiledema
# CT-SCAN frontoparietal
Frontal Parietal
# pre-frontal perubahan perilaku, - gejala sensorik
hilangnya inisiatif aktivitas - penglihatan
motorik, gangguan mental. - bicara
- disorientasi
Mutasi
-
17
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Rontgen tulang tengkorak
dan otak hanya memberikan sedikit gambaran mengenai tumor otak. Semua jenis tumor otak
biasanya bisa terlihat pada CT scan atau MRI, yang juga bisa menentukan ukuran dan letaknya
yang pasti. Tumor hipofisa biasanya ditemukan jika telah menekan saraf penglihatan.
Pemeriksaan darah menunjukkan kadar hormon hipofisa yang abnormal dan tumor biasanya bisa
didiagnosis dengan CT scan atau MRI. Biopsi dilakukan untuk menentukan jenis tumor dan
sifatnya (ganas atau jinak). Kadang pemeriksaan mikroskopik dari cairan serebrospinal yang
diperoleh melalui pungsi lumbal, bisa menunjukkan adanya sel-sel kanker. Jika terdapat
peningkatan tekanan di dalam tengkorak, maka tidak dapat dilakukan pungsi lumbal karena
perubahan tekanan yang tiba-tiba bisa menyebabkan herniasi. Pada herniasi, tekanan yang
meningkat di dalam tengkorak mendorong jaringan otak ke bawah melalui lubang sempit di
dasar tengkorak, sehingga menekan otak bagian bawah (batang otak). Sebagai akibatnya, fungsi
yang dikendalikan oleh batang otak (pernafasan, denyut jantung dan tekanan darah) akan
mengalami gangguan. Jika tidak segera diatasi, herniasi bisa menyebabkan koma dan kematian.
PENGOBATAN
Pengobatan tumor otak tergantung kepada lokasi dan jenisnya. Jika memungkinkan, maka tumor
diangkat melalui pembedahan. Pembedahan kadang menyebabkan kerusakan otak yang bisa
menimbulkan kelumpuhan parsial, perubahan rasa, kelemahan dan gangguan intelektual. Tetapi
pembedahan harus dilakukan jika pertumbuhannya mengancam struktur otak yang penting.
Meskipun pengangkatan tumor tidak dapat menyembuhkan kanker, tetapi bisa mengurangi
ukuran tumor, meringankan gejala dan membantu menentukan jenis tumor serta pengobatan
lainnya. Beberapa tumor jinak harus diangkat melalui pembedahan karena mereka terus tumbuh
di dalam rongga sempit dan bisa menyebabkan kerusakan yang lebih parah atau kematian.
Meningioma, schwannoma dan ependimoma biasanya diangkat melalui pembedahan. Setelah
pembedahan kadang dilakukan terapi penyinaran untuk menghancurkan sel-sel tumor yang
tersisa. Tumor ganas diobati dengan pembedahan, terapi penyinaran dan kemoterapi. Terapi
penyinaran dimulai setelah sebanyak mungkin bagian tumor diangkat melalui pembedahan.
Terapi penyinaran tidak dapat menyembuhkan tumor, tetapi membantu memperkecil ukuran
tumor sehingga tumor dapat dikendalikan. Kemoterapi digunakan untuk mengobati beberapa
-
18
jenis kanker otak. Kanker otak primer maupun kanker otak metastatik memberikan respon yang
baik terhadap kemoterapi. Jika terjadi peningkatan tekanan di dalam otak, diberikan suntikan
mannitol dan kortikosteroid untuk mengurangi tekanan dan mencegah herniasi. Pengobatan
kanker metastatik tergantung kepada sumber kankernya. Sering dilakukan terapi penyinaran.
Jika penyebarannya hanya satu area, maka bisa dilakukan pembedahan.
PROGNOSIS
Meskipun diobati, hanya sekitar 25% penderita kanker otak yang bertahan hidup setelah 2 tahun.
Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma dan oligodendroglioma, dimana kanker
biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun setelah pengobatan. Sekitar 50% penderita
meduloblastoma yang diobati bertahan hidup lebih dari 5 tahun.
Pengobatan untuk kanker otak lebih efektif dilakukan pada:
- penderita yang berusia dibawah 45 tahun
- penderita astrositoma anaplastik
- penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat melalui pembedahan.
-
19
IDK 3 : EDEMA CEREBRI
DEFINISI
peningkatan kadar air di dalam jaringan otak baik intra maupun ekstraselular sebagai reaksi
terhadap proses-proses patologis lokal ataupun pengaruh-pengaruh umum yang merusak.
KLASIFIKASI
1. Edema Vasogenik
Yaitu suatu keadaan, dimana terjadi akumulasi di dalam ruangan ektraseluler atau
terbentuknya kapiler - kapiler baru tanpa disertai pembentukan sawar darah otak yang lengkap,
karena adanya kebocoran besar cairan melalui kapiler jaringan otak yang rusak.
Etiologi : tumor otak, trauma, abses otak, perdarahan otak dan meningitis bakteri.
2. Edema Sitotoksik
Yaitu terjadi akumulasi cairan di dalam sel sel saraf (neuron & glia) yang mengakibatkan
pembengkakan sel.
Etologi : - hipoksia, hipoosmolar, meningitis bakteri
- iskemia
- terjadinya kegagalan pompa Na ATP membran plasma
3. Edema Interstisial
Yaitu terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik di sistem ventrikel yang
disebabkan oleh gangguan sirkulasi dari cairan serebrospinal, cairan tersebut terletak di
interstitial daerah periventrikular.
Etiologi : obstruksi hidrosefalus
-
20
GEJALA KLINIS
Edema otak dimanifestasikan dengan adanya tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial, yaitu:
Sakit kepala
Muntah
Gangguan kepribadian: irritable, pemarah, apatis dan penurunan prestasi sekolah
Pada bayi-bayi didapatkan penambahan lingkar kepala lebih besar dari normal
dan ubun-ubun besar menonjol
Gangguan penglihatan: edema yang bersifat kronis dapat menyebabkan paralise
N.VI
Papil edema: biasanya didapatkan pada anak dengan fontanella yang telah
menutup
Gangguan motorik
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan radiologi:
CT Scan: CT Scan kepala dengan kontras dapat dipakai untuk memastikan diagnosis.
-
21
PATOFISIOLOGI
Jar. Otak/ kapiler mengalami cedera
Cairan kapiler merembes ke dalam jaringan yg trauma
Edema mengkompresi Pembuluh darah
Iskemia Otak
Dilatasi arteriol diikuti
tjd lbh bnyk kebocoran
progresif menjadi lebih buruk
mematikan pompa Na pada
sel jaringan
Terjadi edema
-
22
PENATALAKSANAAN
1. Pada dasarnya sesuai dengan penatalaksanaan peningkatan tekanan intrakranial.
Menurunkan volume darah otak
Hiperventilasi
Elevasi kepala 30o dengan posisi di tengah dengan tujuan tidak menghambat
venous return
Menurunkan metabolisme otak dengan pemberian barbiturat
Cegah atau atasi kejang
Cegah hiperpireksia
Apabila mungkin dilakukan surface cooling supaya terjadi hipothermia
Restriksi cairan 60% kebutuhan, kecuali bila hipotensi
2. Menurunkan volume dari cairan serebrospinal
Acetazolamide 25 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3 dosis. Dosis dapat dinaikkan
25 mg/KgBB/hari (Maksimal 100 mg/KgBB/hari)
VP shunt
3. Menurunkan volume otak
Osmotik diuretik: Mannitol dosis awal 0,5-1 mg/KgBB IV kemudian dilanjutkan
0,25-0,5 mg/KgBB IV setiap 4-6 jam
Loop diuretik: Furosemide 0,5-1 mg/KgBB/dosis IV tiap 6-12 jam
Steroid: Dexamethasone dosis awal 0,5 mg/KgBB IV dilanjutkan dosis rumatan
0,1 mg/KgBB/dosis tiap 6 jam selama 3 hari
4. Apabila 1, 2, 3 tidak ada kemajuan, dipertimbangkan untuk melakukan temporal
dekompresi dengan kraniektomi.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah herniasi otak, distorsi batang otak dan regangan arteri.
Ditandai dengan keadaan umum anak mendadak memburuk, dengan tanda-tanda berupa
penurunan kesadaran, dilatasi pupil, bradikardi dan pernafasan yang irregular.
-
23
IDK 4 : TEKANAN INTRAKRANIAL
Ruang intrakranial ditempati oleh :
1. Jaringan otak : 1400 g
2. Darah : 75 ml
3. LCS : 75 ml
Sehingga menyebabkan suatu tekanan intrakranial yang normalnya 50 - 200 mmH2O atau 4 15
mmHg.
TIK meningkat pd keadaan aktivitas sehari-hari, seperti pernapasan abdominal dalam, batuk,
mengedan karena dapat meningkatkan aliran darah otak.
Peningkatan TIK untuk sementara tidak berbahaya,namun jika sifatnya menetap mengakibatkan
rusaknya kehidupan jaringan otak
Mekanisme Kompensasi
Hipotesis Monro Kellie
Tulang tengkorak tdk dpt meluas sehingga bila salah 1 dari ketiga ruangan tersebut meluas,
2 ruangan lainnya harus mengompensasi dengan volumenya (bila TIK masih konstan) dan
terbatas.
mekanisme kompensasi yang mungkin antara lain cairan serebrospinal diabsorpsi
dengan lebih cepat atau arteri serebral berkonstriksi menurunkan aliran darah otak.
MANIFESTASI KLINIS
Perubahan tingkat kesadaran merupakan indikator dari semua tanda TIK. Ada 3 gejala klasik :
1. Nyeri kepala hebat akibat peregangan durameter & pembuluh darah
2. Papiledema akibat tekanan & pembengkakan diskus optikus
3. Muntah
Tanda lainnya antara lain :
- Frekuensi denyut nadi & pernapasan
- Hipertemia
- Perubahan motorik&sensorik serta bicara
- Kejang
-
24
PATOFISIOLOGI
Vasodilatasi
dan Edema otak
Trauma kepala
Cedera jaringan otak rusaknya BBB
Kematian sel Iskemia jaringan otak,
Hipoksia
SKALA KOMA GLASGOW
Digunakan dalam penilaian kesadaran & reaksi terhadap rangsang. Tingkatan kesadaran dalam
3 kategori,yaitu :
1. Kemampuan membuka mata
2. Respon verbal
3. Respon motorik
PENATALAKSANAAN
Metode pemeriksaan radiologi CT scan kepala (untuk mengevaluasi cedera kepala)
Kriteria dilakukan pembedahan adalah memburuknya status neurologi dengan sangat cepat.
Penanganan medis dengan memusatkan parameter fisiologik sedekat mungkin dengan keadaan
normal.
-
25
- Tujuan penanganan medis adalah :
1. Mempertahankan tekanan arteri rata2 (MAP) : 80 mmHg
2. Mengobati demam
3. Mempertahankan saturasi O2 ideal (SaO2) yaitu 100%
4. Menghindari hiperventilasi
5. Penanganan TIK secara agresif
6. Pemberian mannitol untuk menurunkan TIK
Utk mengurangi TIK adalah dgn menginduksi drainase TIK melalui ventrikulostomi,analgesia,
dan sedasi.
-
26
IDK 5 : GANGGUAN MENTAL ORGANIK
Gangguan otak organik didefinisikan sebagai gangguan dimana terdapat suatu patologi yang
dapat diidentifikasi (contohnya tumor otak. penyakit cerebrovaskuler, intoksifikasi
obat).Sedangkan gangguan fungsional adalah gangguan otak dimana tidak ada dasar organik
yang dapat diterima secara umum (contohnya Skizofrenia. Depresi)
Menurut PPDGJ III gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan jiwa yang
dikelompokkan atas dasar penyebab yang lama dan dapat dibuktikan adanya penyakit, cedera
atau ruda paksa otak, yang berakibat disfungsi otak Disfungsi ini dapat primer seperti pada
penyakit, cedera, dan ruda paksa yang langsung atau diduga mengenai otak, atau sekunder,
seperti pada gangguan dan penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari
beberapa organ atau sistem tubuh.
1. Delirium
Delirium adalah suatu sindrom dengan gejala pokok adanya gangguan kesadaran yang biasanya
tampak dalam bentuk hambatan pada fungsi kognitif.1,3
Etiologi
Delirium mempunyai berbagai macam penyebab. Semuanya mempunyai pola gejala serupa yang
berhubungan dengan tingkat kesadaran dan kognitif pasien. Penyebab utama dapat berasal dari
penyakit susunan saraf pusat seperti ( sebagai contoh epilepsi ), penyakit sistemik, dan
intoksikasi atau reaksi.3 putus obat maupun zat toksik. Penyebab delirium terbanyak terletak di
luar sistem pusat, misalnya gagal ginjal dan hati. Neurotransmiter yang dianggap berperan adalah
asetilkolin, serotonin, serta glutamat Area yang terutama terkena adalah formasio retikularis.1
Faktor predisposisi terjadinya delirium, antara lain:
Usia
Kerusakan otak
Riwayatdelirium
Ketergantungan alkohol
Diabetes
Kanker
Gangguan panca indera
Malnutrisi.3
-
27
Diagnosis
Kriteria Diagiostik untuk Delirium Karena Kondisi Medis Umum:
1. Gangguan kesadaran (yaitu, penurunan kejernihan kesadaran terhadap lingkungan)
dengan penurunan kemampuan untuk memusatkan, mempertahankan, atau mengalihkan
perhatian.
2. Gangguan timbul setelah suatu periode waktu yang singkat (biasanya beberapa jam
sampai hari dan cenderung berfluktuasi selama perjalanan hari.
1. Perubahan kognisi (seperti defisit daya ingat disorientasi, gangguan bahasa) atau
perkembangan gangguan persepsi yang tidak lebih baik diterangkan demensia yang telah
ada sebelumnya, yang telah ditegakkan, atau yang sedang timbul.
1. Terdapat bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan Iaboratorium
bahwa gangguan adalah disebabkan oleh akibat fisiologis langsung dan kondisi medis
umum.
Gambaran klinis
Kesadaran (Arousal)
Dua pola umum kelainan kesadaran telah ditemukan pada pasien dengan delirium, satu pola
ditandai oleh hiperaktivitas yang berhubungan dengan peningkatan kesiagaan. Pola lain ditandai
oleh penurunan kesiagaan. Pasien dengan delirium yang berhubungan dengan putus zat
seringkali mempunyai delirium hiperaktif, yang juga dapat disertai dengan tanda otonomik,
seperti kemerahan kulit, pucat, berkeringat, takikardia, pupil berdilatasi, mual, muntah, dan
hipertermia. Pasien dengan gejala hipoaktif kadang-kadang diklasifikasikan sebagai depresi,
katatonik atau mengalami demensia.1
Orientasi
Orientasi terhadap waktu, tempat dan orang harus diuji pada seorang pasien dengan delirium.
Orientasi terhadap waktu seringkali hilang bahkan pada kasus delirium yang ringan. Orientasi
terhadap tempat dan kemampuan untuk mengenali orang lain (sebagai contohnya, dokter,
anggota keluarga) mungkin juga terganggu pada kasus yang berat Pasien delirium jarang
kehilangan orientasi terhadap dirinya sendiri.
Bahasa dan Kognisi
Pasien dengan delirium seringkali mempunyai kelainan dalam bahasa. Kelainan dapat berupa
bicara yang melantur, tidak relevan, atau membingungkan (inkoheren) dan gangguan
-
28
kemampuan untuk mengerti pembicaraan Fungsi kognitif lainnya yang mungkin terganggu pada
pasien delirium adalah fungsi ingatan dan kognitif umum Kemampuan untuk menyusun,
mempertahankan dan mengingat kenangan mungkin terganggu, walaupun ingatan kenangan
yang jauh mungkin dipertahankan. Disarnping penurunan perhatian, pasien mungkin mempunyai
penurunan kognitif yang dramatis sebagai suatu gejala hipoaktif delirium yang karakteristik.
Pasien delirium juga mempunyai gangguan kemampuan memecahkan masalah dan mungkin
mempunyai waham yang tidak sistematik, kadang kadang paranoid.
Persepsi
Pasien dengan delirium seringkali mempunyai ketidak mampuan umum untuk membedakan
stimuli sensorik dan untuk mengintegrasikan persepsi sekarang dengan pengalaman masa lalu
mereka. Halusinasi relatif sering pada pasien delirium. Halusinasi paling sering adalah visual
atau auditoris walaupun halusinasi dapat taktil atau olfaktoris. Ilusi visual dan auditoris adalah
sering pada delirium.
Suasana Perasaan
Pasien dengan delirium mempunyai kelainan dalam pengaturan suasana Gejala yang paling
sering adalah kemarahan, kegusaran, dan rasa takut yang tidak beralasan. Kelainan suasana
perasaan lain adalah apati, depresi, dan euforia.
Gejala Penyerta : Gangguan tidur-bangun
Tidur pada pasien delirium secara karakteristik adalah tergangga Paling sedikit mengantuk
selama siang hari dan dapat ditemukan tidur sekejap di tempat tidurnya atau di ruang keluarga.
Seringkali keseluruhan siklus tidur-bangun pasien dengan delirium semata mata terbalik. Pasien
seringkali mengalami eksaserbasi gejala delirium tepat sebelum tidur, situasi klinis yang dikenal
luas sebagai sundowning.1
Gejala neurologis
Gejala neurologis yang menyertai, termasuk disfagia, tremor, asteriksis, inkoordinasi, dan
inkontinensia urin.
Diagnosis Banding
a. Demensia
b. Psikosis atau Depresi
-
29
Pengobatan
Tujuan utama adalah mengobati gangguan dasar yang menyebabkan delirium. Tujuan
pengobatan yang penting lainnya adalah memberikan bantuan fisik, sensorik, dan lingkungan.
Dua gejala utama dari delirium yang mungkin memerlukan pengobatan farmakologis adalah
psikosis dan insomnia Obat yang terpilih untuk psikosis adalah haloperidol (Haldol), suatu obat
antipsikotik golongan butirofenon, dosis awal antara 2 10 mg IM, diulang dalam satu jam jika
pasien tetap teragitasi, segera setelah pasien tenang, medikasi oral dalam cairan konsentrat atau
bentuk tablet dapat dimulai, dosis oral +I,5 kali lebih tinggi dibandingkan dosis parenteral Dosis
harian efektif total haloperidol 5 50 mg untuk sebagian besar pasien delirium. Droperidol
(Inapsine) adalah suatu butirofenon yang tersedia sebagai suatu formula intravena alternatif
monitoring EKG sangat penting pada pengobatan ini
Insomnia diobati dengan golongan benzodiazepin dengan waktu paruh pendek, contohnva.
hidroksizine (vistaril) dosis 25 100 mg.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Onset delirium biasanya mendadak, gejala prodromal (kegelisahan dan ketakutan) dapat terjadi
pada hari sebelum onset gejala yang jelas. Gejala delirium biasanya berlangsung selama faktor
penyebab yang relevan ditemukan, walaupun delirium biasanya berlangsung kurang dari I
minggu setelah menghilangnya faktor penyebab, gejala delirium menghilang dalam periode 3 7
hari, walaupun beberapa gejala mungkin memerlukan waktu 2 minggu untuk menghilang secara
lengkap. Semakin lanjut usia pasien dan semakin lama pasien mengalami delirium, semakin lama
waktu yang diperlukan bagi delirium untuk menghilang. Terjadinya delirium berhubungan
dengan angka mortalitas yang tinggi pada tahun selanjutnya, terutama disebabkan oleb sifat
serius dan kondisi medis penyerta.1
2. DEMENSIA
Demensia merupakan suatu gangguan mental organik yang biasanya diakibatkan oleh proses
degeneratif yang progresif dan irreversible yang mengenai arus pikir. Demensia merupakan
sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran.
Fungsi kognitif yang dipengaruhi pada demensia adalah inteligensia umum, belajar dan ingatan,
bahasa, memecahkan masalah, orientasi, persepsi, perhatian, dan konsentrasi, pertimbangan, dan
kemampuan sosial. Kepribadian pasien juga terpengaruh.
Epidemiologi
-
30
Demensia sebenarnya adalah penyakit penuaan. Dan semua pasien demensia, 50 60%
menderita demensia tipe Alzheimer yang merupakan ripe demensia yang paling sering. Kira-kira
5% dari semua orang yang mencapai usia 65 tahun menderita demensia tipe Alzhermer,
dibandingkan 15 25% dan semua orang yang berusia 85 tahun atau lebih. Tipe demensia yang
paling sering kedua adalah demensia vaskular yaitu demensia yang secara kausatif berhubungan
dengan penyakit serebrovaskular, berkisar antara 15 30% dari semua kasus demensia, sering
pada usia 60 70 tahun terutama pada laki-laki. Hipertensi merupakan faktor predisposisi
terhadap penyakit demensia vaskular.
Penyebab
1. Penyakit Alzheimer
2. Demensia Vaskular
3. Infeksi
4. Gangguan nutrisional
5. Gangguan metabolik
6. Gangguan peradangan kronis
Diagnosis
Kriteria Diagnostik untuk Demensia Tipe Alzheimer :
a. Perkembangan defisit kognitif multipel yang dimanifestasikan oleh baik
1. Gangguan daya ingat (gangguan kemampuan untuk mempelajari informasi baru dan
untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya).
2. Satu (atau lebih) gangguan kogntif berikut :
a. Afasia (gangguan bahasa)
b. Apraksia (gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas motorik walaupun fungsi
motorik adalah utuh)
c. Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau mengidentitikasi benda walaupun fungsi
sensorik adalah utuh)
d. Gangguan dalam fungsi eksekutif (yaitu, merencanakan, mengorganisasi,
mengurutkan, dan abstrak)
b. Defisit kognitif dalam kriteria al dan a2 masing-masing menyebabkan gangguan yang
bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan suatu penurunan
bermakna dari tingkat fungsi sebelumnya.
-
31
c. Defisit tidak terjadi semata-mata hanya selama perjalanan suatu delirium dan menetap
melebihi lama yang lazim dari intoksikasi atau putus zat.
d. Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium
bahwa defisit secara etiologis berhubungan dengan efek menetap dari pemakaian zat
(misalnya suatu obat yang disalahgunakan).
Gambaran Klinis
Gangguan Daya Ingat
Gangguan ingatan biasanya merupakan ciri yang awal don menonjol pada demensia, khususnya
pada demensia yang mengenai korteks, seperti demensia tipe Alzheimer. Pada awal perjalanan
demensia, gangguan daya ingat adalah ringan dan paling jelas untuk peristiwa yang baru terjadi
Orientasi
Karena daya ingat adalah penting untuk orientasi terhadap orang, waktu dan tempat, orientasi
dapat terganggu secara progresif selama perialanan penyaki Demensia. Sebagai contohnya,
pasien dengan Demensia mungkin lupa bagaimana kembali ke ruangannya setelah pergi ke
kamar mandi. tetapi, tidak masalah bagaimana beratnya disorientasi, pasien tidak menunjukkan
gangguan pada tingkat kesadaran.
Gangguan Bahasa
Proses demensia yang mengenai korteks, terutama demensia tipe Alzheimer dan demensia
vaskular, dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa pasien. Kesulitan berbahasa ditandai oleh
cara berkata yang samar-samar, stereotipik tidak tepat, atau berputar-putar.
Perubahan Kepribadian
Perubahan kepribadian merupakan gambaran yang paling mengganggu bagi keluarga pasien
yang terkena. Pasien demensia mempunyai waham paranoid. Gangguan frontal dan temporal
kemungkinan mengalami perubahan keperibadian yang jelas, mudah marah dan m eledak
ledak.
Psikosis
Diperkirakan 20 -30% pasien demensia tipe Alzheimer, memiliki halusinasi, dan 30 40%
memiliki waham, terutama dengan sifat paranoid atau persekutorik dan tidak sistematik.
Gangguan Lain
Psikiatrik
-
32
Pasien demensia juga menunjukkan tertawa atau menangis yang patologis yaitu, emosi yang
ekstrim tanpa provokasi yang terlihat.
Neurologis
Disamping afasia, apraksia dan afmosia pada pasien demensia adalah sering. Tanda neurologis
lain adalah kejang pada demensia tipe Alzheimer clan demensia vaskular.
Pasien demensia vaskular mempunyai gejala neurologis tambahan seperti nyeri kepala, pusing,
pingsan, kelemahan, tanda neurologis fokal, dan gangguan tidur. Palsi serebrobulbar, disartria,
dan disfagia lebih sering pada demensia vaskular.
Reaksi yang katastropik
Ditandai oleh agitasi sekunder karena kesadaran subjektif tentang defisit intelektualnya di bawah
keadaan yang menegangkan, pasien biasanya berusaha untuk mengkompensasi defek tersebut
dengan menggunakan strategi untuk menghindari terlihatnya kegagalan dalam daya intelektual,
seperti mengubah subjek, membuat lelucon, atau mengalihkan pewawancara dengan cara lain.
Sindroma Sundowner
Ditandai oleh mengantuk, konfusi, ataksia, dan terjatuh secara tidak disengaja. Keadaan ini
terjadi pada pasien lanjut usia yang mengalami sedasi berat dan pada pasien demensia yang
bereaksi secara menyimpang bahkan terhadap dosis kecil obat psikoaktif.
Diagnosis Banding
1. Serangan iskemik transien
2. Depresi
3. Penuaan normal
1. Delirium
1. Gangguan Buatan (Factitious Disorders)
2. Skizofrenia
Pengobatan
Pendekatan pengobatan umum adalah untuk memberikan perawatan medis suportit, bantuan
emosional untuk pasien dan keluarganya, dan pengobatan farmakologis untuk gejala spesifik
(perilaku yang mengganggu). Pengobatan farmakologis dengan obat yang mempunyai aktivitas
antikolinergik yang tinggi harus dihindari. Walaupun thioridazine (Mellaril), yang mempunyai
aktivitas antikolinergik yang tinggi, merupakan obat yang efektif dalam mengontrol perilaku
pasien demensia jika diberikan dalam dosis kecil. Benzodiazepim kerja singkat dalam dosis kecil
-
33
adalah medikasi anxiolitik dan sedatif yang lebih disukai untuk pasien demensia. Zolpidem
(Ambient) dapat digunakan untuk tujuan sedatif. TetrahidroaminoKridin (Tacrine) sebagai suatu
pengobatan untuk penyakit Alzheimer, obat ini merupakan inhibitor aktivitas antikolinesterase
dengan lama kerja yang agak panjang.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Perjalanan klasik dan demensia adalah onset pada pasien usia 50 60 tahun dengan pemburukan
bertahap selama 5 10 tahun, yang akhirnya menyebabkan kematian. usia saat onset dan
kecepatan pemburukannya adalah bervariasi diantara tipe demensia yang berbeda dan dalam
kategori diagnostik individual.
3. GANGGUAN AMNESTIK
Gangguan amnestik ditandai terutama oleh gejala tunggal suatu gangguan daya ingat yang
menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan. Diagnosis gangguan
amnestik tidak dapat dibuat jika mempunyai tanda lain dari gangguan kognitif, seperti yang
terlihat pada demensia, atau jika mempunyai gangguan perhatian (attention) atau kesadaran,
seperti yang terlihat pada delirium.
Epidemiologi
Beberapa penelitian melaporkan insiden atau prevalensi gangguan ingatan pada gangguan
spesifik (sebagai contohnya sklerosis multipel). Amnesia paling sering ditemukan pada
gangguan penggunaan alkohol dan cedera kepala.
Penyebab
1. Kondisi medis sistemik
a. Defisiensi tiamin (Sindroma Korsakoff)
b. Hipoglikemia
2. Kondisi otak primer
1. Kejang
2. Trauma kepala (tertutup dan tembus)
3. Tumor serebrovaskular (terutama thalamik dan lobus temporalis)
4. Prosedur bedah pada otak
5. Ensefalitis karena herpes simpleks
6. Hipoksia (terutama usaha pencekikan yang tidak mematikan dan keracunan
karbonmonoksida)
-
34
7. Amnesia global transien
8. Terapi elektrokonvulsif
9. Sklerosis multipel
3. Penyebab berhubungan dengan zat
a. Gangguan pengguanan alkohol
b. Neurotoksin
c. Benzodiazepin (dan sedatif- hipnotik lain)
d. Banyak preparat yang dijual bebas.
Diagnosis
Kriteria Diagnosis untuk Gangguan Amnestik Karena Kondisi Medis Umum.
1. Perkembangan gangguan daya ingat seperti yang dimanifestasikan oleh gangguan
kemampuan untuk mempelajari informasi baru atau ketidak mampuan untuk mengingat
informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
2. Ganguan daya ingat menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau
pekerjaan dan merupakan penurunan bermakna dan tingkat fungsi sebelumnya.
3. Gangguan daya ingat tidak terjadi semata-mata selama perjalanan suatu delirium atau
suatu demensia.
4. Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bahwa
gangguan adalah akibat fisiologis langsung dari kondisi medis umum (termasuk trauma
fisik)
Gambaran Klinis
Pusat gejala dan gangguan amnestik adalah perkembangan gangguan daya ingat yang
ditandai oleh gangguan pada kemampuan untuk mempelajari informasi baru (amnesia
anterograd) dan ketidakmampuan untuk mengingat pengetahuan yang sebelumnya diingat
(amnesia retrograd). Periode waktu dimana pasien terjadi amnesia kemungkinan dimulai
langsung pada saat trauma atau beberapa saat sebelum trauma. Ingatan tentang waktu saat
gangguan fisik mungkin juga hilang. Daya ingat jangka pendek (short-term memory) dan
daya ingat baru saja (recent memory) biasanya terganggu. Daya ingat jangka jauh
(remote post memory) untuk informasi atau yang dipelajari secara mendalam
(overlearned) seperti pengalaman maka anak-anak adalah baik, tetapi daya ingat untuk
peristiwa yang kurang lama ( Iewat dart 10 tahun) adalah terganggu.
-
35
Diagnosis Banding
1. Demensia dan Delirium
2. Penuaan normal
3. Gangguan disosiatif
4. Gangguan buatan
Pengobatan
Pendekatan utama adalah mengobati penyebab dasar dari gangguan amnestik Setelah
resolusi episode amnestik, suatu jenis psikoterapi (sebagai contohnya, kognitif,
psikodinamika, atau suportif dapat membantu pasien menerima pangalaman amnestik
kedalam kehidupannya.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Onset mungkin tiba-tiba atau bertahap; gejala dapat sementara atau menetap dan hasil
akhir dapat terentang dari tanpa perbaikan sampai pemulihan lengkap.1
-
36
IDK 6 :
FUNGSI LUHUR
Fungsi luhur ( FL ) merupakan sifat khas manusia.
antar berbagai korteks perseptif primer.
Fungsi luhur : aktifitas yang mempunyai hubungan dengan kebudayaan, bahasa, ingatan dan
pengertian
dan pengenalan segala sesuatu yang berasal dari dunia diluar dirinya, sehingga menjadi
pengalaman dan miliknya yang dapat dimanfaatkan untuk mengekpresikan dirinya kepada dunia
luar secara adekuat.
sensibilitas taktil (kemampuan untuk mengetahui dengan jalan perabaan, penekanan dan
pemegangan).
AREA BRODMAN YANG SERING DISEBUT
-
37
-
38
GAMBAR DIATAS ADALAH ILUSTRASI LOKALISASI FUNGSI KHUSUS BELAHAN
OTAK KANAN DAN KIRI SETELAH KORPUS KALOSUM DIBELAH
HOMONKULUS MOTORIK
HOMONKULUS SENSORIK
-
39
untuk mengenal (memperhatikan, mengingat perbedaan,
persamaan dan perbandingan ) dapat menafsirkan.
-
40
GANGGUAN FUNGSI LUHUR
Pendahuluan
Otak merupakan organ untuk berfikir yang dapat terganggu oleh berbagai sebab seperti stroke.
Bagian tertentu otak mernpunyai fungsi khusus, fungsi luhur dalam keadaan normal merupakan
fungsi integritas tertinggi otak yang dapat dinilai. Pada referat ini akan dibahas mengenai
anatomi, fungsi hemisfer kiri dan kanan, gejala klinik gangguan lobus tertentu.
Anatomi
Permukaan korteks serebri superficial terdiri dari 6 lapisan.
Kortek motor frontal terutama terdiri sel pramidal ( = kortek granular )
Kortek sensoris parietal terutama lapisan granular ( = kortek granular )
Fungsi hemisfer kanan dan kiri
Kerusakan otak unilateral akan memberikan gejala berbeda. Hemisfer kiri merupakan hemisfer
dominan untuk orang tangan kanan (right handed). Orang kidal 80% hemisfer dominan tetap
dikiri. Kerusakan hemisfer kiri akan memberi gejala gangguan bahasa / aphasia, sedang hemisfer
kanan terutama visuospatial.
-
41
-
42
Fungsi lobus frontal
1. presental gyrus merupakan area motor kontralateral dari wajah, lengan, tungkai, batang.
2. area Brocca's merupakan pusat bicara motorik pada lobus dominan.
3. suplementari motor area untuk gerakan kontralateral kepala dan lirikan mata.
4. area prefrontal merupakan area untuk kepribadian dan inisiatif.
5. lobulus parasental merupakan pusat kontrol inhibisi untuk miksi dan defikasi.
Gangguan lobus frontal
1. presentral gyrus: monophlegi atau hemiphlegia
2. area Brocca disfasia
3. suplementari motor area : paralysis kepala dan gerakan bola mata berlawanan arah lesi,
sehingga kepala dan mata kearah lesi hemisfer
4. area prefrontal: kerusakan sering bilateral karean gangguan aneurisma a. communican
anterior, mengakibatkan gangguan tingkab laku / kehilangan inhibisi.
Ada 3 sindroma prefrontal :
- Sindroma orbitofrontal : disinhibisi. fungsi menilai jelek, emosi labil.
- Sindroma frontal konveksitas : apati. indiferens. pikiran abstrak.
- Sindroma frontal medial: akineti, inkontinen, sparse verbal output
5. Lobulus parasentral : inkontinentia urin at alvi.
Lobus parietal
Fungsi lobus parietal
1. gyrus postcentral : merupakan kortek sensoris yang menerima jaras afferent dari posisi, raba
dan gerakan pasif.
2. gyrus angularis dan supramarginal : hemisfer dominan merupakan bagian area bahwa
untuk konsep " body imge", dan sadar akan lingkungan luar.
-
43
Kemampuan untuk kontruksi bentuk, menghasilkan visual atau ketrampilan proprioseptik. Lobus
dominan berperan pada kemampuan menghitung atau kalkulasi. Jaras visual radiatio optika
melalui bagian dalam lobus parietal.
Gangguan lobus parietal
1. gangguan korteks sensoris dominan / non - dominan menyebabkan kelainan sensori kortikal
berupa gangguan : sensasi postural, gerakan pasif, lokalisasi akurat raba halus, " two points
discrimination", astereognosia," sensory inattention"
2. gyrus angularis dan supramarginal : aphasia Wernicke's
3. lobus non - dominan : anosognosia (denies), dressing apraksia, geografikal agnosia,
konstruksional apraksia.
4. lobus dominan : Gerstsman sindroma : left & right disorientasi, finger agnosia, akalkuli dan
agrafia.
5. gangguan radiasio optika : homonim kuadrananopsi bawah.
-
44
Fungsi lobus temporal
1. kortek auditori terletak pada permukaan gyrus temporal superior ( = gyrus Heschl). Hemisfer
dominan penting untuk pendengaran bahasa, sedang hemisfer non - dominan untuk mendengar
nada, ritme dan musik.
2. gyrus temporalis media & inferior berperan dalam fungsi belajar & memori.
3. lobus limbic : terletak pada bagian inferior medial lobus temporal, termasuk hipokampus &
gyrus parahipokampus. Sensasi olfaktoris melalui jaras ini, juga emosi / sifat efektif. Serabut
olfaktori berakhir di uncus.
4. jaras visual melalui bagian dalarn lobus temporal sekitar cornu posterior ventrikel lateral.
Gangguan lobus Temporal
1. kortek auditori : tuli kortikal. Lobus dominan ketulian untuk mendengar pembicaraan atau
amusia pada lobus non - dominan
2. gyrus temporal media & infrior : gangguan memori / belajar
3. kerusakan lobus limbic : halusinasi olfaktori seperti pada bangkitan parsia komplek. Agresif /
kelakuan antisosisal, tidak mampu untuk menjaga memori baru.
4. kerusakan radiasio optika : hemianopsi homonim kuadranopia bagian atas.
-
45
Gangguan fungsi lobus occipital
Lesi Kortikal
Lesi kortikal memberikan gejala homonim dengan / tanpa kelainan macula. Bila hanya kutub
occipital terkena maka kelainan macula dengan penglihatan perifer normal. Buta kortikal :
Karena lesi kortikal yang luas, reflek pupil normal & persepsi cahaya (- ). Anton's sindroma :
Kerusakan striata dan para striata menyebabkan kelainan interpretasi visual. Pasien tidak sadar
buta dan menyangkal. Karena kelainan arteri cerebri posterior, juga dapat mengikuti hipoksia &
hipertensi ensefalopati. Balin sindroma : tidak bisa melirikkan mata volunteer disertai visual
agnosia, karena lesi parieto-occipital bilateral.
Halusinasi visual
Halusinasi karena lesi occipital biasanya sederhana, tampak sebagai pola (zigzag, kilatan) dan
mengisi lapangan hemianopsi, sedang halusinasi karena lobus temporal berupa bentuk komplek
clan mengisi seluruh lapang pandang.
Ilusi visual : distoris bentuk, hilangnya warna, makropsia / mikrosia, sering pada lesi non -
dominan.
-
46
Prosopagnosia : pasien mengenal wajah orang tidak bisa menyebutkan namanya.
Pendekatan diagnosa dysphasia
Dengarkan isi dan kelancaran bahasa, amati dengan perintah sederhana sampai komplek
Penilaian ditujukan pada : bicara spontan, penamaan, pengulangan, baca dan tulis.
Brocca dysphasia : bicara tak lancar, tertahan, pengertian baik.
Wernicke dysphasia: pengertian terganggu, bicara lancar tapi tak bearti, neologisme, paraphrasia,
tulisan jelek.
Global dysphasia : bicara tak lancar, pengertian jelek.
Area reseptif dan ekspresi dihubungkan melalui fasikulus arkuata untuk menjalankan fungsi
intergrasi.
Dysphasia adalah kelainan dapatan yang ditandai dengan hilangnya kemampuan produksi atau
pengertian terhadap pembicara dan/tulisan karena kerusakan otak sekunder.
-
47
IDK 7 : TERAPI KRANIOTOMI
PENATALAKSANAAN BEDAH
Indikasi operasi adalah :
1. Kondisi neurologis menurun
2. Tekanan intrakranial yang meningkat
3. Efek pendesakan massa yang signifikan
4. Abses yang multipel (aspirasi-drainase) dan accessible
5. Tidak mampu dilakukan serial CT-scan setiap 1 2 minggu
6. Lokasi dekat ventrikel
7. Serial CT-scan menunjukkan adanya penambahan volume abses, atau tidak menunjukkan
pengurangan volume abses dengan terapi antibiotika selama empat minggu
8. Diagnosis meragukan (diagnosis banding dengan SOP lain)
9. Mikroorganismenya diduga resisten.
Kontraindikasi operasi:
1. Fase serebritis (untuk eksisi)
2. Diameter abses kurang dari 3 cm
3. Gangguan faal hemostasis
Macam operasi:
Penanganan abses intrakranial
Burrhole aspirasi
1. Prosedur yang cepat dan sederhana, terutama bila menggunakan tehnik stereotaksis,
guiding ultrasound atau CT-scan
2. Direkomendasikan pada kasus lesi yang multiple dan dalam dengan dinding yang tipis dan
belum matur
3. Dapat dikerjakan dengan anestesia lokal, bed side atau penderita kritis dan berisiko tinggi.
-
48
4. Aspirasi dapat dikerjakan pada seluruh fase abses. Pada fase serebritis awal, hasil biopsi
dapat memberikan kultur yang positif
Eksisi kraniotomi
1. Dikerjakan pada fase kapsulasi lanjut (eksisi primer) ataupun setelah aspirasi (eksisi
sekunder)
2. Mengurangi insidens kejang dan mencegah kekambuhan
3. Tidak sesuai untuk fase serebritis, lokasinya dalam, eloquent area dan multipel.
-
49
IDK 8 : Penatalaksanaan pada kasus (farmako)
Ceftriaxone 2x/gr
- Antibiotik untuk bakteri gram positif
- Waktu paruh 8 jam
- Untuk meningitis 2x/hari, untuk infeksi lain umumnya 1x/hari
- Cara kerja : terikat pada protein plasma
- Sediaan : bubuk obat suntik ; 0,25gr; 0,5gr; 1gr
Fenitoin 3x1 ampul
- Indikasi: antikonvulsan,kejang, dan menaikkan tekanan darah
- Diberikan peroral atau intravena secara intermitten
Dexamethason 3x5 mg
- Glukokortikoid dosis tinggi (0,75mg setara dengan 25mg kortison,5mg prednison)
- Anti inflamasi, anti alergi
- Pada pasca operasi (kraniotomi) untuk mengurangi /mencegah oedem serebral
- Dosis oral 0,5-10mg
Ranitidin 2x1 ampul
- Anti histamin (inhibitor reseptor H2)
- Mencega peningkatan asam lambung,rangsangan nerve vagus
Ketoprofen 3x1 ampul
- Analgesik (AINS)
- Absorbsi berlangsung baik di lambung
- Waktu paruh plasma kurang lebih 2 jam
- Efek samping gangguan saluran cerna, hipersensitivitas
- Dosis 2x100mg/hari
-
50
IDK 9 : INTERPRETASI
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : kompos mentis
Sadar penuh kooperatif massa / tumor
Ada respon terhadap stimulus
Vital Sign :
-120/ 70-90)
-100)
Pernafasan : 18x / menit (n)
Suhu : tidak ada demam
Massa / tumor
Iskemia
Merangsang pusat vasomotor merangsang pusat inhibisi jantung
bradikardi
Hipertensi
Catetan :
Sesuai hokum monro kellie, kondisi dalam otak harus konsisten
kompensasinya harus menurunkan dari salah 1 komponennya dalam kasus ini
sirkulasinya yang menurun.
-
51
Pupil :
Bulat
Isokor : sama ukuran dilatasi pupil (n)
Diameter : 4 mm (n) (normal : 3-5 mm)
RCL (Refleks Cahaya Langsung) : + (n)
RCTL (Refleks Cahaya Tidak Langsung : + (n)
Jika ada gangguan pada N.III untuk kontraksi dilatasi pupil ada gangguan pada
hemispere 1 sisi.
Jantung
Bunyi jantung I dan II : regular (n)
Gallop : (-) (n) tidak ada gangguan irama jantung
Mumur : (-) (n) tidak ada gangguan jantung
Paru : vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen :
Untuk mengetahui muntahnya berasal dari gastronya atau tidak.
Interpret : datar, supel, bising usus 6x / menit, regular (n)
Ekstremitas
Ekstremitas atas Ekstremitas bawah
Gelang bahu
siku
Pergelangan tangan
Jari-jari
Gelang panggul
lutut
Pergelangan kaki
Jari-jari
0 : tidak ada kontraksi, lumpuh total
1 : tidak ada kontraksi, tidak terlihat gerakan pada sendi yang harus digerakan
oleh otot tersebut
2 : dapat digerakan, tapi gerakannya tidak bisa melawan gaya berat
3 : dapat melakukan gerakan melawan gaya berat
-
52
4 : dapat melawan gaya berat, dapat mengatasi sedikit tahanan tapi kurang
kekuatannya.
5 : kekuatan normal
Normalnya : 5555 / 5555 masing-masing untuk ekstremitas atas dan bawah.
Kalau nilainya 0 : lumpuh / plegi
Kalau nilainya 1-4 : kelemahan / parese
Kalau pada kasus : 4444/5555 (eks.atas) 4444/5555 (eks.bawah) : berarti ada
kelemahan pada semua ekstremitas dextra
Refleks Fisiologi : (+) tidak ada lesi UMN
Refleks Patologis : (-) tidak ada kelainan di UMN tapi ada lesi di LMN
Px. Neurologis :
GCS : E4 M6 V5
Untuk mengukur tingkat kesadarannya menurut Skala Koma Glasgow (Glasgow Coma
Scale). Tanggapan / respon penderita yang perlu diperhatikan adalah :
Respon mata (E)
4. Spontan
3. mata merem (suruh pasien membuka mata)
2. mata merem (membuka mata dengan rangsang nyeri)
1. mata merem (tidak ada reaksi membuka mata meskipun dengan rangsang
nyeri)
Respon verbal ( bicara) (V)
5. masih bisa bicara (baik dan tidak ada disorientasi)
4. kacau ( binggung)
3. tidak tepat (asal)
2. mengerang
1. tidak ada jawaban
Respon motorik (gerakan) (M)
6. menurut perintah
5. mengetahui lokasi nyeri
4. reflex menghindar
3. reflex fleksi
-
53
2. reaksi ekstensi
1. tidak ada reaksi
Jumlah minimal pada pemeriksaan ini adalah 3 dan nilai maksimalnya adalah 15.
Kalau pada kasus jumlahnya adalah 15 jadi pasien belum ada penurunan kesadaran.
E4 : Spontan
M6 : menurut perintah
V5 : masih bisa bicara (baik dan tidak ada disorientasi)
Rangsang Meningeal : tidak ada rangsang meningeal
Jika ada kelainan tanda rangsang meningeal (+) seperti : kaku kuduk, laseque, kernig,
dan brunzinsky I & II
Px. Saraf Kranial : tidak ditemukan parese
Jika ada kelainan : terdapat gangguan di batang otak
Massa
Menekan / menggeser fungsi saraf cranial
parese
Px. Sensibilitas : hemihipestesi dextra (sensasi raba terganggu)
Untuk mengetahui fungsi saraf sensorik :
a. Sensasi taktil superficial (tekanan, raba, suhu)
b. Indra proprioseptik
c. Sensasi getar
d. Fungsi sensorik kortikal
Fungsi koordinasi : baik
Fungsi otonom : baik
Funduskopi ODS (Okulo Dextra Sinistra) : pupil batas kabur, hiperemis, cupping (-),
A:V = 1:3, ada perdarahan dan eksudat. Kesimpulan papiledema bilateral ec. Tekanan
intra cranial meningkat SOL intracranial.
-
54
Penekukan N.Opticus (N.III)
Menekan dinding vena retina yang tipis
Bendungan vena retina
Diskus opticus menonjol
Papoledema
Hiperemis papil batas kabur
Px. Penunjang
CT Scan kepala dengan kontras : Tampak lesi isodens kiri di frontoparietal yang
menyangat setelah pemberian kontras, batas relative tegas dengan perifokal edema
berbentuk finger print disekitarnya, mengobliterasi ventrikel lateralis kiri, kanan dan
ventrikel III. Sulci menyempit, gyri mendatar. Tampak pergeseran garis tengah ke kanan.
Tumor
SOL
Karena otak ada di dalam tengkorak
Pendesakan gyrus postcentralis
(fungsinya sebagai jaras acendens untuk rangsang raba)
Jaras fasciculus gracilis dan fasciculus cuneatus terganggu
Rangasang raba tidak sampai korteks serebri
Gyrus mendatar,
sulcus menyempit
-
55
REFERENSI
Patofisiologi, Sylvia
Patologi, Robbin Kumar
Markam Soemarmo, Cedera Tertutup Kepala, FK UI
Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius
Farmakologi Dasar dan Klinik, Katzung
Farmakologi dan Terapi, FK UI
MIMS
medicastore.com