case.TUMOR-OTAK.pdf

download case.TUMOR-OTAK.pdf

of 55

Transcript of case.TUMOR-OTAK.pdf

  • 1

    IDK 1 : LOBUS FRONTAL

    PENDAHULUAN

    Kedua hemisfer Cerebri masing-masing terbagi menjadi empat lobus yaitu lobus frontal,

    parietal, temporal dan oksipital. Insula terkadang disebut sebagai lobus ke-5. Tulisan ini terutama

    akan membahas tentang neuroanatomi lobus frontal, kelainan yang dapat terjadi dan bagaimana

    cara memeriksanya secara klinis.

    Gambar 1 Gyrus dan sulcus Corteks (Medial)

    Gambar 2 Gyrus dan sulkus Corteks (Lateral)

    Gambar 3 Gyrus dan sulcus korteks (Basal)

    NEUROANATOMI KLINIS

    Lobus Frontal terletak anterior dari sulcus sentralis. Gyrus presentral yang terletak

    anterior dari gyrus presentral termasuk lobus frontal dan mengandung korteks motoric primer.

    Bagian lateral lobus frontal yang terletak anterior gyrus presentral terbagi menjadi gyrus frontalis

  • 2

    superior, media dan inferior. Lobus frontal memanjang dari kutub frontal hingga ke sulcus

    sentralis di atas fissure Sylvii. Lobus ini pada orang kebanyakan menjadi setengah bagian

    anterior dari tiap hemisfer.

    Pada sisi medial lobus frontal memanjang hingga ke sulcus cingulate. Lobulus parasentral

    terdiri dari pemanjangan gyrus pre dan postsentral ke permukaan medial hemisfer di atas sulcus

    cingulate. Bagian ini penting dalam kendali kandungih. Area premotor dan suplemen motoric

    terletak di area 6 anterior dari gyrus presentral. Area motoric suplemen adalah bagianbagian dari

    gyrus frontalis superior yang terletak pada permukaan medial sedangkan area premotor terletak

    pada permukaan lateral. Area lapang pandang frontal terletak di gyrus frontalis media di area 8.

    Gyrus frontalis inferior terbagi menjadi pars orbitalis, pars triangularis, dan pars

    opercularis. Pars opercularis dan pars triangularis pada gyrus frontalis inferior di hemisfer

    dominan mengandung area bicara motoric (Broca) 44 dan 45. Pada permukaan inferior lobus

    frontal, medial dari gyrus frontalis inferior adalah gyrus orbitalis. Gyrus rectus yang merupakan

    struktur paling medial pada permukaan orbital lobus frontal terpisah dari gyrus orbitalis oleh

    sulcus olfactorius. Bulbus dan traktus olfactorius berjalan di bawah sulkus olfactorius.

  • 3

    FUNGSI LOBUS FRONTAL, KELAINAN DAN DIAGNOSIS

    Area yang penting secara klinis pada lobus frontal termasuk area motoric primer, area

    premotor dan suplemen motoric, region prefrontal, area lapang pandang, area bicara motoric, dan

    lobules parasentral.

    Korteks motoric primer (area 4) terletak pada gyrus presentral di lobus frontal termasuk

    dinding anterior dari sulkus sentralis dan memanjang ke atas hingga bagian anterior dari lobules

    parasentral di sisi medial dari hemisfer serebri. Lapisan kortikal ke-5 di area 4 mengandung sel

    pyramidal Betz yang mengandung serat-serat bermielin tebal pada traktus piramidalis. Area 4

    dianggap sebagai lokasi asal dari gerakan volunter, yang mengirim sinyal ke otot melalui traktus

    pyramidalis dan sel kornu anterior dari medulla spinalis. Area motoric primer menerima input

    aferen dari area lain otak yang berpartisipasi dalam perencanaan dan inisiasi dari gerakan

    volunter, terutama nucleus ventro-oral posterior dari thalamus, area premotor 6 dan 8 dan area

    somatosensorik. Area motoric primer mengandung representasi somatotopik dari perifer tubuh

    berbentuk homunculus.

    Lesi pada area 4 mengakibatkan hemiparesis flaccid kontralateral. Kerusakan tambahan

    di area premotor dekatnya dan serat-serat traktus didalamnya mengakibatkan lesi spastik

    hemiparesis yang mencerminkan kerusakan dari jalur piramidalis dan non piramidalis

    Korteks premotor (area 6) adalah area tingkat tinggi untuk seleksi dan perencanaan

    program motoric, yang pada akhirnya akan dieksekusi oleh korteks motoric primer.Area

    premotor diduga mampu untuk menyimpan kemampuan motoric yang telah dipelajari

    bekerjasama dengan serebellum dan ganglia basal.Gerakan yang dilakukan dengan satu tangan

    akan mengaktifkan korteks premotor pada kedua hemisfer. Fungsi lain yang penting dari korteks

    premotor adalah perencanaan dan inisiasi gerakan mata dai area mata frontal (area 8). Stimulasi

    unilateral dari area 8 mengakibatkan pergerakan konjugat dari kedua mata kea rah kontralateral.

    Lesi dari aea 8 yang menurunkan aktivitasnya mengakibatkan pergerakan mata konjugat ke sisi

    lesi dikarenakan aktivitas berlebihan dari area 8 kontralateral.

    Bagian dari lobus frontal yang terletak anterior dari area 6, area 8 dan area bicara motoric

    disebut sebagai korteks prefrontal. Korteks prefrontal melingkup area 9, 12, 32, 45, 47 dan

    lainnya. Secara klinis region prefrontal terbagi menjadi korteks prefrontal dorsolateral, korteks

    prefrontal medial, dan korteks orbitofrontal. Area-area ini sangat berkembang pada manusia dan

    dianggap sebagai kedudukan dari fungsi-fungsi intelektual derajat tinggi.

  • 4

    Korteks prefrontal dorsolateral penting dalam fungsi eksekutif lobus frontal, yaitu

    kemampuan untuk merencanakan , melaksanakan dan memonitor serangkaian tindakan untuk

    mencapai suatu tujuan. Korteks prefrontal medial penting dalam asosiasi auditorik dan visual.

    Korteks orbitofrontal memiliki serangkaian koneksi penting dengan sistim limbic. Sindrom

    disinhibisi berkisar dari kelakuan social yang tidak pantas hingga mania dapat terjadi dengan

    disungsi pada area korteks orbitofrontal. Ketidakstabilan emosional juga dominan dengan mood

    yang bergelombang dan episode tiba-tiba emosi kemarahan, tangis atau tertawa. Area asosiasi

    frontal juga diimplikasikan terlibat pada serangkaian penyakit degenerative seperti demensia.

    Gejala lain dari sindrom prefrontal antara lain: akinetik, inkontinensia, output verbal yang

    sedikit, kemampuan berpikir abstrak menurun dan ketidakmampuan untuk mengambil

    keputusan.

    Area bicara motoric (area Broca / area 44) pada regio basal lobus frontal hemisfer yang

    dominan. Teraktivasi ketika seorang individu berbicara dan bahkan saat bicara diam, yaitu ketika

    kata-kata dan kalimat sedang diformulasikan tanpa sebenarnya dikatakan. Lain halnya dengan

    repetisi kata-kata murni yang didahului oleh aktivasi pada insula. Hal ini mendukung bahwa

    terdapat dua jalur untuk produksi bahasa. Pada bahasa otomatis, rangsangan yang datang

    dilanjutkan oleh aktivasi korteks visual atau auditorik primer ke korteks insular dan akhirnya

    korteks motoric. Pada bahasa ayng tidak otomatis rangsang dari korteks-korteks primer

    diteruskan ke ara broca dan selanjutnya ke korteks motoric primer.

    Gangguan dalam fungsi bahasa disebut aphasia. Istilah aphasia terutama dikaitkan

    dengan fungsi bahasa dalam berbicara, sedangkan dalam menulis disebut agraphia dan dysleksia

    dalam hal membaca. Aphasia patut dibedakan dengan kelainan secara fisik dalam berbicara yang

    disebut disartria yang mempengaruhi artikulasi atau fonasi dalam berbicara. Aphasia yang terjadi

    karena gangguan pada area Broca disebut aphasia broca atau aphasia motoric. Temuan klnis

    yang penting pada aphasia broca adalah kemapuan produksi bahasa yang berkurang atau tidak

    ada sama sekali. Individu tersebut sangat jarang berbicara spintan, mengalami disrtria, berbicara

    kalimat dengan susunan yang amburadul, seringkali mensubstitusi kata-kata dengan suara yang

    mirip namun pengertiannya terhadap bahasa tidak terganggu. Gangguan pada lobules parasentral

    mengakibatkan inkontinensia urin dan faeces.

  • 5

    IDK 2 : TUMOR OTAK

    Adalah neoplasma atau proses desak ruang (SOL), jinak atau ganas, yang timbul di dalam otak,

    meningens dan tengkorak, berasal dari otak atau metastasis.

    ETIOLOGI

    idiopatik

    congenital

    hormonal

    genetik

    lingkungan (kimiawi, radiasi, virus, trauma)

    EPIDEMIOLOGI

    80% CNS, 20% spinal cord

    lebih banyak pria disbanding wanita

    usia tua 40-60 tahun

    MANIFESTASI KLINIS

    Umum : sakit kepala, nausea atau vomit, papiledema

    fokal : tergantung lokasi

    Tekanan Intra Kranial meningkat

    1. sakit kepala

    bersifat dalam, terus menerus, tumpul, terkadang hebat sekali terutama pada saat

    pagi hari dan beraktifitas

    2. muntah

    stimulasi langsung di pusat muntah (CTZ)

    3. papiledema

    batas papil tidak jelas

    warna hiperemis

    ekskavasio hilang

    papil menonjol

    vena-vena menggembung

    arteri mengecil, ada perdarahan dan eksudat di sekeliling papil

  • 6

    KLASIFIKASI

  • 7

    Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:

    1. Lobus frontal

    Menimbulkan gejala perubahan kepribadian

    Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral, kejang fokal

    Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia

    Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy

    Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia

    2. Lobus parietal

    Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym

    Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus angularis

    3. Lobus temporal

    Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului dengan

    aura atau halusinasi

    Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese

    Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala choreoathetosis,

    parkinsonism.

    4. Lobus oksipital

    Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan

    Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi

    hemianopsia, objeckagnosia

    5. Tumor di ventrikel ke III

    Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan obstruksi dari

    cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-

    tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran

    6. Tumor di cerebello pontin angie

    Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma

    Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi

    pendengaran

    Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin angel

  • 8

    7. Tumor Hipotalamus

    Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe

    Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan seksuil

    pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan

    8. Tumor di cerebelum

    Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat erjadi disertai dengan

    papil udem

    Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot-otot

    servikal

    Tumor Otak

    DEFINISI

    Tumor Otak Benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak ganas.

    Tumor Otak Maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi menyusup dan

    menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar (metastase) ke otak dari bagian

    tubuh lainnya melalui aliran darah.

    Beberapa jenis tumor otak jinak bisa tumbuh di dalam otak dan diberi nama sesuai dengan sel

    atau jaringan asalnya:

    -Schwannoma berasal dari sel Schwann yang membungkus persarafan

    -Ependimoma berasal dari sel yang membatasi bagian dalam otak

    -Meningioma berasal dari meningen (jaringan yang melapisi bagian luar otak)

    -Adenoma berasal dari sel-sel kelenjar

    -Osteoma berasal dari struktur tulang pada tengkorak

    -Hemangioblastoma berasal dari pembuluh darah.

    Tumor otak jinak yang bisa merupakan kelainan bawaan adalah:

    -Kraniofaringioma

    -Kordoma

    -Germinoma

    -Teratoma

    -Kista dermoid

    -Angioma.

  • 9

    Meningioma biasanya jinak, tetapi bisa kambuh setelah diangkat.

    Tumor ini lebih sering ditemukan pada wanita dan biasanya muncul pada usia 40-60 tahun, tetapi

    tidak tertutup kemungkinan muncul pada masa kanak-kanak atau pada usia yang lebih lanjut.

    Gejala dan kemungkinan diturunkannya tumor ini tergantung kepada ukuran, kecepatan

    pertumbuhan dan lokasinya di otak. Jika tumbuh sangat besar, bisa menyebabkan kemunduran

    mental seperti demensia (pikun). Tumor ganas otak yang paling sering terjadi merupakan

    penyebaran dari kanker yang berasal dari bagian tubuh yang lain.

    Kanker payudara dan kanker paru-paru, melanoma maligna dan kanker sel darah (misalnya

    leukemia dan limfoma) bisa menyebar ke otak.

    Penyebaran ini bisa terjadi pada satu area atau beberapa bagian otak yang berbeda.

    Tumor otak primer berasal dari dalam otak, yang terdiri dari:

    -Glioma berasal dari jaringan yang mengelilingi dan menyokong sel-sel saraf, beberapa

    diantaranya bersifat ganas

    - Glioblastoma multiformis merupakan jenis yang paling sering ditemukan

    - Astrositoma anaplastik, pertumbuhannya sangat cepat

    - Astrositoma, pertumbuhannya lambat

    -Oligodendroglioma

    - Meduloblastoma, jarang terjadi, biasanya menyerang anak-anak sebelum mencapai pubertas

    - Sarkoma dan adenosarkoma merupakan kanker yang jarang terjadi, yang tumbuh dari struktur

    selain sel saraf.

    Tumor otak yang berasal dari sistem saraf

    Jenis Tumor Asal Status

    Keganasan

    Persentase

    Dari Semua

    Tumor Otak

    Yang

    Sering

    Terkena

    Kordoma Sel saraf dari

    kolumna spinalis

    Jinak tetapi

    invasif

    Kurang dari

    1% Dewasa

    Tumor sel germ Sel-sel embrionik Ganas atau

    jinak 1%

    Anak-

    anak

  • 10

    Glioma (glioblastoma

    multiformis, astrositoma,

    oligodendtrositoma)

    Sel-sel penyokong

    otak, termasuk

    astrosit &

    oligodendrosit

    Ganas atau

    relatif jinak 65%

    Anak-

    anak &

    dewasa

    Hemangioblastoma Pembuluh darah Jinak 1-2%

    Anak-

    anak &

    dewasa

    Meduloblastoma Sel-sel embrionik Ganas

    Anak-

    anak

    Meningioma

    Sel-sel dari selaput

    yg membungkus

    otak

    Jinak 20% Dewasa

    Osteoma Tulang tengkorak Jinak 2&

    Anak-

    anak &

    dewasa

    Osteosarkoma Tulang tengkorak Ganas Kurang dari

    1%

    Anak-

    anak &

    dewasa

    Pinealoma Sel-sel di kelenjar

    pinealis Jinak 1%

    Anak-

    anak

    Adenoma hipofisa Sel-sel epitel

    hipofisa Jinak 2%

    Anak-

    anak &

    dewasa

    Schwannoma

    Sel Schwann yg

    membungkus

    persarafan

    Jinak 3% Dewasa

  • 11

    GEJALA

    Baik pada tumor jinak maupun ganas, gejalanya timbul jika jaringan otak mengalami kerusakan

    atau otak mendapat penekanan. Jika tumor otak merupakan penyebaran dari tumor lain, maka

    akan timbul gejala yang berhubungan dengan kanker asalnya. Misalnya batu berlendir dan

    berdarah terjadi pada kanker paru-paru, benjolan di payudara bisa terjadi pada kanker payudara.

    Gejala dari tumor otak tergantung kepada ukuran, kecepatan pertumbuhan dan lokasinya.

    Tumor di beberapa bagian otak bisa tumbuh sampai mencapai ukuran yang cukup besar sebelum

    timbulnya gejala; sedangkan pada bagian otak lainnya, tumor yang berukuran kecilpun bisa

    menimbulkan efek yang fatal. Gejala awal dari tumor otak seringkali berupa sakit kepala.

    Sakit kepala karena tumor sering kambuh atau dirasakan terus menerus, hebat, bisa terjadi pada

    seseorang yang sebelumnya tidak pernah mengalami sakit kepala, terjadi pada malam hari dan

    tetap ada sampai terbangun. Gejala awal lainnya yang sering ditemukan adalah gangguan

    keseimbangan dan koordinasi, pusing dan penglihatan ganda. Gejala lanjut bisa berupa

    mual dan muntah, demam yang hilang-timbul serta denyut nadi dan laju pernafasan yang

    abnormal cepat atau lambat. Sebelum akhirnya meninggal, terjadi fluktuasi hebat dari

    tekanandarah. Beberapa tumor otak menyebabkan kejang. Kejang lebih sering terjadi pada

    tumor otak jinak, meningioma dan kanker yang pertumbuhannya lambat. Tumor bisa

    menyebabkan lengan atau tungkai pada salah satu sisi tubuh menjadi lemah atau lumpuh dan bisa

    mempengaruhi kemampuan untuk merasakan panas, dingin, tekanan, sentuhan ringan atau

    bendatajam. Tumor juga bisa mempengaruhi pendengaran, penglihatan dan penciuman.

    Penekanan pada otak bisa menyebabkan perubahan kepribadian dan menyebabkan penderita

    merasa mengantuk, linglung dan tidak mampu berfikir. Gejala ini sangat serius dan

    memerlukan penanganan medis segera.

    Astrositoma & Oligodendroglioma

    Astrositoma dan oligodendroglioma merupakan tumor yang pertumbuhannya lambat dan

    mungkin hanya menyebabkan kejang.

    Jika lebih ganas (astrositoma anaplastik dan oligodendroglioma anaplastik) bisa menyebabkan

    kelainan fungsi otak, seperti kelemahan, hilangnya rasa dan langkah yang goyah.

    Astrositoma yang paling ganas adalah glioblastoma multiformis, yang tumbuh sangat cepat

    sehingga menyebabkan meningkatnya tekanan di dalam otak dan menyebabkan sakit kepala,

  • 12

    berfikir menjadi lambat dan rasa ngantuk atau bahkan koma.

    Meningioma

    Tumor jinak yang berasal dari selaput yang membungkus otak (meningen) bisa menyebabkan

    berbagai gejala yang tergantung kepada lokasi pertumbuhannya.

    Bisa terjadi kelemahan atau mati rasa, kejang, gangguan penciuman, penonjolan mata dan

    gangguan penglihatan. Pada penderita lanjut usia bisa menyebabkan hilang ingatan dan

    kesulitan dalam berfikir, mirip dengan yang terjadi pada penyakit Alzheimer.

    Etiologi

    penyebab tumor ini diduga berhubungan dengan genetik, terapi radiasi dan hormon sex, infeksi

    virus dan riwayat cedera kepala. Sekitar 40-80% tumor ini mengalami kehilangan material

    genetik dari lengan panjang kromosom 22, pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2

    merupakan gen supresor tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada 40% meningioma

    sporadik. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom familial yang lain dapat

    berkembang menjadi meningioma multiple, dan sering terjadi pada usia muda. Disamping itu,

    deplesi gen yang lain juga berhubungan dengan pertumbuhan meningioma.

    Terapi terapi

    radiasi juga dianggap turut berperan dalam genesis meningioma. Bagaimana peranan radiasi

    dalam menimbulkan meningioma masih belum jelas. Pasien yang mendapatkan terapi radiasi

    dosis rendah untuk tinea kapitis dapat berkembang menjadi meningioma multipel di tempat yang

  • 13

    terkena radiasi pada dekade berikutnya. Radiasi kranial dosis tinggi dapat menginduksi

    terjadinya meningioma setelah periode laten yang pendek.

    Meningioma juga berhubungan dengan hormon seks dan seperti halnya faktor etiologi lainnya

    mekanisme hormon sex hingga memicu meningioma hingga saat ini masih menjadi perdebatan.

    Pada sekitar 2/3 kasus meningioma ditemukan reseptor progesteron.Tidak hanya progesteron,

    reseptor hormon lain juga ditemukan pada tumor ini termasuk estrogen, androgen, dopamine,

    untuk platelet derived growth factor. Beberapa reseptordan reseptor hormon sex diekspressikan

    oleh meningioma. Dengan teknik imunohistokimia yang spesifik dan teknik biologi molekuler

    diketahui bahwa estrogen diekspresikan dalam konsentrasi yang rendah. Reseptor progesteron

    dapat ditemukan dalam sitosol dari meningioma. Reseptor somatostatin juga ditemukan

    konsisten pada meningioma.

    Pada meningioma multiple, reseptor progesteron lebih tinggi dibandingkan pada meningioma

    soliter. Reseptor progesteron yang ditemukan pada meningioma sama dengan yang ditemukan

    pada karsinoma mammae. Jacobs dk melaporkan meningioma secara bermakna tidak

    berhubungan dengan karsinoma mammae, tapi beberapa penelitian lainnya melaporkan

    hubungan karsinoma mammae dengan meningioma.

    Meningioma merupakan tumor otak yang pertumbuhannya lambat dan tidak menginvasi otak

    maupun medulla spinalis. Stimulus hormon merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan

    meningioma. Pertumbuhan meningioma dapat menjadi cepat selama periode peningkatan

    hormon, fase luteal pada siklus menstruasi dan kehamilan.

    Trauma dan virus sebagai kemungkinan penyebab meningioma telah diteliti, tapi belum

    didapatkan bukti nyata hubungan trauma dan virus sebagai penyebab meningioma.1 Philips et al

    melaporkan adanya sedikit peningkatan kasus meningioma setelah trauma kepala pada populasi

    western Washington state.

    Gambaran Histologi

    Secara histologis, meningioma biasanya berbentuk globuler dan meliputi dura secara luas. Pada

    permukaan potongan, tampak pucat translusen atau merah kecoklatan homogen serta dapat

    seperti berpasir. Dikatakan atipikal jika ditemukan proses mitosis pada 4 sel per lapangan

    pandang elektron atau terdapat peningkatan selularitas, rasio small cell dan nukleus sitoplasma

    yang tinggi, uninterupted patternless dan sheet-like growth. Sedangkan pada anaplastik akan

    ditemukan peningkatan jumlah mitosis sel, nuklear pleomorphism, abnormalitas pola

  • 14

    pertumbuhan meningioma dan infiltrasi serebral. Imunohistokimia dapat membantu diagnosis

    meningioma. Pada pasien dengan meningioma, 80% menunjukkan adanya epithelial membrane

    antigen (EMA) yang positif. Stain negatif untuk anti-Leu 7 antibodi (positif pada Schwannomas)

    dan glial fibrillary acidid protein (GFAP).

    Derajat meningioma

    - Grade I

    Meningothelial meningioma

    Fibrous (fibroblastic) meningioma

    Transitional (mied) meningioma

    Psammomatous Meningioma

    Angiomatous meningioma

    Mycrocystic meningioma

    Lymphoplasmacyte-rich meningioma

    Metaplastic meningioma

    Secretory meningioma

    - Grade II

    Atypical meningioma

    Clear cell meningioma (Intracranial)

    Choroid meningioma

  • 15

    - Grade III

    Rhabdoid meningioma

    Papillary meningioma

    Anaplastic (malignant) meningioma

    Tumor Pinealis

    Kelenjar pinealis terletak di pertengahan otak, yang berfungsi mengatur jam biologis tubuh,

    terutama pada siklus normal diantara bangun dan tidur.

    Tumor pinealis atipikal (tumor sel germ) paling sering terjadi pada masa kanak-kanak dan

    seringkali menyebabkan pubertas dini. Tumor ini bisa merusak pengaliran cairan di sekitar

    otak, sehingga terjadi pembesaran otak dan tengkorak (hidrosefalus) dan kelainan fungsi otak

    yang serius.

    Tumor Kelenjar Hipofisa

    Kelenjar hipofisa terletak di dasar tengkorak, berfungsi mengatur sistem endokrin tubuh.

    Tumor kelenjar hipofisa biasanya jinak dan secara abnormal menghasilkan sejumlah besar

    hormon hipofisa:

    - Peningkatan kadar hormon pertumbuhan yang berlebihan menyebabkan gigantisme (tumbuh

    sangat tinggi) atau akromegali (pembesaran yang tidak proporsional dari kepala, wajah, tangan,

    kaki dan dada)

    -Peningkatan kadar kortikotropin menyebabkan sindroma Cushing

    -Peningkatan kadar TSH (thyroid-stimulating hormone) menyebabkan hipertiroidisme

    -Peningkatan kadar prolaktin menyebabkan amenore (terhentinya siklus menstruasi), galaktore

    (pembentukan ASI pada wanita yang tidak sedang menyusui) dan ginekomastia (pembesaran

    payudara pada pria). Tumor kelenjar hipofisa juga bisa erusak jaringan yang menghasilkan

    hormon, yang pada akhirnya akan menyebabkan kekurangan hormon dalamtubuh.

    Gejala lainnya bisa berupa sakit kepala dan hilangnya lapang pandang luar pada kedua mata.

  • 16

    Patofisiologi Tumor Otak

    Komponen intrakranial :

    CSS Darah Otak

    Infratentorial

    Meningens

    Supratentorial

    Tumor (Meningioma) Ada di lobus basofrontal

    SOL Gejala pada lobus frontal

    Nyeri Kepala Mual dan Muntah papiledema

    # dalam keadaan tidur # ket : statis vena

    pembengkakan & pembesaran

    diskus optikus

    papiledema

    # CT-SCAN frontoparietal

    Frontal Parietal

    # pre-frontal perubahan perilaku, - gejala sensorik

    hilangnya inisiatif aktivitas - penglihatan

    motorik, gangguan mental. - bicara

    - disorientasi

    Mutasi

  • 17

    DIAGNOSA

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Rontgen tulang tengkorak

    dan otak hanya memberikan sedikit gambaran mengenai tumor otak. Semua jenis tumor otak

    biasanya bisa terlihat pada CT scan atau MRI, yang juga bisa menentukan ukuran dan letaknya

    yang pasti. Tumor hipofisa biasanya ditemukan jika telah menekan saraf penglihatan.

    Pemeriksaan darah menunjukkan kadar hormon hipofisa yang abnormal dan tumor biasanya bisa

    didiagnosis dengan CT scan atau MRI. Biopsi dilakukan untuk menentukan jenis tumor dan

    sifatnya (ganas atau jinak). Kadang pemeriksaan mikroskopik dari cairan serebrospinal yang

    diperoleh melalui pungsi lumbal, bisa menunjukkan adanya sel-sel kanker. Jika terdapat

    peningkatan tekanan di dalam tengkorak, maka tidak dapat dilakukan pungsi lumbal karena

    perubahan tekanan yang tiba-tiba bisa menyebabkan herniasi. Pada herniasi, tekanan yang

    meningkat di dalam tengkorak mendorong jaringan otak ke bawah melalui lubang sempit di

    dasar tengkorak, sehingga menekan otak bagian bawah (batang otak). Sebagai akibatnya, fungsi

    yang dikendalikan oleh batang otak (pernafasan, denyut jantung dan tekanan darah) akan

    mengalami gangguan. Jika tidak segera diatasi, herniasi bisa menyebabkan koma dan kematian.

    PENGOBATAN

    Pengobatan tumor otak tergantung kepada lokasi dan jenisnya. Jika memungkinkan, maka tumor

    diangkat melalui pembedahan. Pembedahan kadang menyebabkan kerusakan otak yang bisa

    menimbulkan kelumpuhan parsial, perubahan rasa, kelemahan dan gangguan intelektual. Tetapi

    pembedahan harus dilakukan jika pertumbuhannya mengancam struktur otak yang penting.

    Meskipun pengangkatan tumor tidak dapat menyembuhkan kanker, tetapi bisa mengurangi

    ukuran tumor, meringankan gejala dan membantu menentukan jenis tumor serta pengobatan

    lainnya. Beberapa tumor jinak harus diangkat melalui pembedahan karena mereka terus tumbuh

    di dalam rongga sempit dan bisa menyebabkan kerusakan yang lebih parah atau kematian.

    Meningioma, schwannoma dan ependimoma biasanya diangkat melalui pembedahan. Setelah

    pembedahan kadang dilakukan terapi penyinaran untuk menghancurkan sel-sel tumor yang

    tersisa. Tumor ganas diobati dengan pembedahan, terapi penyinaran dan kemoterapi. Terapi

    penyinaran dimulai setelah sebanyak mungkin bagian tumor diangkat melalui pembedahan.

    Terapi penyinaran tidak dapat menyembuhkan tumor, tetapi membantu memperkecil ukuran

    tumor sehingga tumor dapat dikendalikan. Kemoterapi digunakan untuk mengobati beberapa

  • 18

    jenis kanker otak. Kanker otak primer maupun kanker otak metastatik memberikan respon yang

    baik terhadap kemoterapi. Jika terjadi peningkatan tekanan di dalam otak, diberikan suntikan

    mannitol dan kortikosteroid untuk mengurangi tekanan dan mencegah herniasi. Pengobatan

    kanker metastatik tergantung kepada sumber kankernya. Sering dilakukan terapi penyinaran.

    Jika penyebarannya hanya satu area, maka bisa dilakukan pembedahan.

    PROGNOSIS

    Meskipun diobati, hanya sekitar 25% penderita kanker otak yang bertahan hidup setelah 2 tahun.

    Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma dan oligodendroglioma, dimana kanker

    biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun setelah pengobatan. Sekitar 50% penderita

    meduloblastoma yang diobati bertahan hidup lebih dari 5 tahun.

    Pengobatan untuk kanker otak lebih efektif dilakukan pada:

    - penderita yang berusia dibawah 45 tahun

    - penderita astrositoma anaplastik

    - penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat melalui pembedahan.

  • 19

    IDK 3 : EDEMA CEREBRI

    DEFINISI

    peningkatan kadar air di dalam jaringan otak baik intra maupun ekstraselular sebagai reaksi

    terhadap proses-proses patologis lokal ataupun pengaruh-pengaruh umum yang merusak.

    KLASIFIKASI

    1. Edema Vasogenik

    Yaitu suatu keadaan, dimana terjadi akumulasi di dalam ruangan ektraseluler atau

    terbentuknya kapiler - kapiler baru tanpa disertai pembentukan sawar darah otak yang lengkap,

    karena adanya kebocoran besar cairan melalui kapiler jaringan otak yang rusak.

    Etiologi : tumor otak, trauma, abses otak, perdarahan otak dan meningitis bakteri.

    2. Edema Sitotoksik

    Yaitu terjadi akumulasi cairan di dalam sel sel saraf (neuron & glia) yang mengakibatkan

    pembengkakan sel.

    Etologi : - hipoksia, hipoosmolar, meningitis bakteri

    - iskemia

    - terjadinya kegagalan pompa Na ATP membran plasma

    3. Edema Interstisial

    Yaitu terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik di sistem ventrikel yang

    disebabkan oleh gangguan sirkulasi dari cairan serebrospinal, cairan tersebut terletak di

    interstitial daerah periventrikular.

    Etiologi : obstruksi hidrosefalus

  • 20

    GEJALA KLINIS

    Edema otak dimanifestasikan dengan adanya tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial, yaitu:

    Sakit kepala

    Muntah

    Gangguan kepribadian: irritable, pemarah, apatis dan penurunan prestasi sekolah

    Pada bayi-bayi didapatkan penambahan lingkar kepala lebih besar dari normal

    dan ubun-ubun besar menonjol

    Gangguan penglihatan: edema yang bersifat kronis dapat menyebabkan paralise

    N.VI

    Papil edema: biasanya didapatkan pada anak dengan fontanella yang telah

    menutup

    Gangguan motorik

    PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS

    Anamnesa

    Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan radiologi:

    CT Scan: CT Scan kepala dengan kontras dapat dipakai untuk memastikan diagnosis.

  • 21

    PATOFISIOLOGI

    Jar. Otak/ kapiler mengalami cedera

    Cairan kapiler merembes ke dalam jaringan yg trauma

    Edema mengkompresi Pembuluh darah

    Iskemia Otak

    Dilatasi arteriol diikuti

    tjd lbh bnyk kebocoran

    progresif menjadi lebih buruk

    mematikan pompa Na pada

    sel jaringan

    Terjadi edema

  • 22

    PENATALAKSANAAN

    1. Pada dasarnya sesuai dengan penatalaksanaan peningkatan tekanan intrakranial.

    Menurunkan volume darah otak

    Hiperventilasi

    Elevasi kepala 30o dengan posisi di tengah dengan tujuan tidak menghambat

    venous return

    Menurunkan metabolisme otak dengan pemberian barbiturat

    Cegah atau atasi kejang

    Cegah hiperpireksia

    Apabila mungkin dilakukan surface cooling supaya terjadi hipothermia

    Restriksi cairan 60% kebutuhan, kecuali bila hipotensi

    2. Menurunkan volume dari cairan serebrospinal

    Acetazolamide 25 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3 dosis. Dosis dapat dinaikkan

    25 mg/KgBB/hari (Maksimal 100 mg/KgBB/hari)

    VP shunt

    3. Menurunkan volume otak

    Osmotik diuretik: Mannitol dosis awal 0,5-1 mg/KgBB IV kemudian dilanjutkan

    0,25-0,5 mg/KgBB IV setiap 4-6 jam

    Loop diuretik: Furosemide 0,5-1 mg/KgBB/dosis IV tiap 6-12 jam

    Steroid: Dexamethasone dosis awal 0,5 mg/KgBB IV dilanjutkan dosis rumatan

    0,1 mg/KgBB/dosis tiap 6 jam selama 3 hari

    4. Apabila 1, 2, 3 tidak ada kemajuan, dipertimbangkan untuk melakukan temporal

    dekompresi dengan kraniektomi.

    KOMPLIKASI

    Komplikasi yang mungkin terjadi adalah herniasi otak, distorsi batang otak dan regangan arteri.

    Ditandai dengan keadaan umum anak mendadak memburuk, dengan tanda-tanda berupa

    penurunan kesadaran, dilatasi pupil, bradikardi dan pernafasan yang irregular.

  • 23

    IDK 4 : TEKANAN INTRAKRANIAL

    Ruang intrakranial ditempati oleh :

    1. Jaringan otak : 1400 g

    2. Darah : 75 ml

    3. LCS : 75 ml

    Sehingga menyebabkan suatu tekanan intrakranial yang normalnya 50 - 200 mmH2O atau 4 15

    mmHg.

    TIK meningkat pd keadaan aktivitas sehari-hari, seperti pernapasan abdominal dalam, batuk,

    mengedan karena dapat meningkatkan aliran darah otak.

    Peningkatan TIK untuk sementara tidak berbahaya,namun jika sifatnya menetap mengakibatkan

    rusaknya kehidupan jaringan otak

    Mekanisme Kompensasi

    Hipotesis Monro Kellie

    Tulang tengkorak tdk dpt meluas sehingga bila salah 1 dari ketiga ruangan tersebut meluas,

    2 ruangan lainnya harus mengompensasi dengan volumenya (bila TIK masih konstan) dan

    terbatas.

    mekanisme kompensasi yang mungkin antara lain cairan serebrospinal diabsorpsi

    dengan lebih cepat atau arteri serebral berkonstriksi menurunkan aliran darah otak.

    MANIFESTASI KLINIS

    Perubahan tingkat kesadaran merupakan indikator dari semua tanda TIK. Ada 3 gejala klasik :

    1. Nyeri kepala hebat akibat peregangan durameter & pembuluh darah

    2. Papiledema akibat tekanan & pembengkakan diskus optikus

    3. Muntah

    Tanda lainnya antara lain :

    - Frekuensi denyut nadi & pernapasan

    - Hipertemia

    - Perubahan motorik&sensorik serta bicara

    - Kejang

  • 24

    PATOFISIOLOGI

    Vasodilatasi

    dan Edema otak

    Trauma kepala

    Cedera jaringan otak rusaknya BBB

    Kematian sel Iskemia jaringan otak,

    Hipoksia

    SKALA KOMA GLASGOW

    Digunakan dalam penilaian kesadaran & reaksi terhadap rangsang. Tingkatan kesadaran dalam

    3 kategori,yaitu :

    1. Kemampuan membuka mata

    2. Respon verbal

    3. Respon motorik

    PENATALAKSANAAN

    Metode pemeriksaan radiologi CT scan kepala (untuk mengevaluasi cedera kepala)

    Kriteria dilakukan pembedahan adalah memburuknya status neurologi dengan sangat cepat.

    Penanganan medis dengan memusatkan parameter fisiologik sedekat mungkin dengan keadaan

    normal.

  • 25

    - Tujuan penanganan medis adalah :

    1. Mempertahankan tekanan arteri rata2 (MAP) : 80 mmHg

    2. Mengobati demam

    3. Mempertahankan saturasi O2 ideal (SaO2) yaitu 100%

    4. Menghindari hiperventilasi

    5. Penanganan TIK secara agresif

    6. Pemberian mannitol untuk menurunkan TIK

    Utk mengurangi TIK adalah dgn menginduksi drainase TIK melalui ventrikulostomi,analgesia,

    dan sedasi.

  • 26

    IDK 5 : GANGGUAN MENTAL ORGANIK

    Gangguan otak organik didefinisikan sebagai gangguan dimana terdapat suatu patologi yang

    dapat diidentifikasi (contohnya tumor otak. penyakit cerebrovaskuler, intoksifikasi

    obat).Sedangkan gangguan fungsional adalah gangguan otak dimana tidak ada dasar organik

    yang dapat diterima secara umum (contohnya Skizofrenia. Depresi)

    Menurut PPDGJ III gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan jiwa yang

    dikelompokkan atas dasar penyebab yang lama dan dapat dibuktikan adanya penyakit, cedera

    atau ruda paksa otak, yang berakibat disfungsi otak Disfungsi ini dapat primer seperti pada

    penyakit, cedera, dan ruda paksa yang langsung atau diduga mengenai otak, atau sekunder,

    seperti pada gangguan dan penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari

    beberapa organ atau sistem tubuh.

    1. Delirium

    Delirium adalah suatu sindrom dengan gejala pokok adanya gangguan kesadaran yang biasanya

    tampak dalam bentuk hambatan pada fungsi kognitif.1,3

    Etiologi

    Delirium mempunyai berbagai macam penyebab. Semuanya mempunyai pola gejala serupa yang

    berhubungan dengan tingkat kesadaran dan kognitif pasien. Penyebab utama dapat berasal dari

    penyakit susunan saraf pusat seperti ( sebagai contoh epilepsi ), penyakit sistemik, dan

    intoksikasi atau reaksi.3 putus obat maupun zat toksik. Penyebab delirium terbanyak terletak di

    luar sistem pusat, misalnya gagal ginjal dan hati. Neurotransmiter yang dianggap berperan adalah

    asetilkolin, serotonin, serta glutamat Area yang terutama terkena adalah formasio retikularis.1

    Faktor predisposisi terjadinya delirium, antara lain:

    Usia

    Kerusakan otak

    Riwayatdelirium

    Ketergantungan alkohol

    Diabetes

    Kanker

    Gangguan panca indera

    Malnutrisi.3

  • 27

    Diagnosis

    Kriteria Diagiostik untuk Delirium Karena Kondisi Medis Umum:

    1. Gangguan kesadaran (yaitu, penurunan kejernihan kesadaran terhadap lingkungan)

    dengan penurunan kemampuan untuk memusatkan, mempertahankan, atau mengalihkan

    perhatian.

    2. Gangguan timbul setelah suatu periode waktu yang singkat (biasanya beberapa jam

    sampai hari dan cenderung berfluktuasi selama perjalanan hari.

    1. Perubahan kognisi (seperti defisit daya ingat disorientasi, gangguan bahasa) atau

    perkembangan gangguan persepsi yang tidak lebih baik diterangkan demensia yang telah

    ada sebelumnya, yang telah ditegakkan, atau yang sedang timbul.

    1. Terdapat bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan Iaboratorium

    bahwa gangguan adalah disebabkan oleh akibat fisiologis langsung dan kondisi medis

    umum.

    Gambaran klinis

    Kesadaran (Arousal)

    Dua pola umum kelainan kesadaran telah ditemukan pada pasien dengan delirium, satu pola

    ditandai oleh hiperaktivitas yang berhubungan dengan peningkatan kesiagaan. Pola lain ditandai

    oleh penurunan kesiagaan. Pasien dengan delirium yang berhubungan dengan putus zat

    seringkali mempunyai delirium hiperaktif, yang juga dapat disertai dengan tanda otonomik,

    seperti kemerahan kulit, pucat, berkeringat, takikardia, pupil berdilatasi, mual, muntah, dan

    hipertermia. Pasien dengan gejala hipoaktif kadang-kadang diklasifikasikan sebagai depresi,

    katatonik atau mengalami demensia.1

    Orientasi

    Orientasi terhadap waktu, tempat dan orang harus diuji pada seorang pasien dengan delirium.

    Orientasi terhadap waktu seringkali hilang bahkan pada kasus delirium yang ringan. Orientasi

    terhadap tempat dan kemampuan untuk mengenali orang lain (sebagai contohnya, dokter,

    anggota keluarga) mungkin juga terganggu pada kasus yang berat Pasien delirium jarang

    kehilangan orientasi terhadap dirinya sendiri.

    Bahasa dan Kognisi

    Pasien dengan delirium seringkali mempunyai kelainan dalam bahasa. Kelainan dapat berupa

    bicara yang melantur, tidak relevan, atau membingungkan (inkoheren) dan gangguan

  • 28

    kemampuan untuk mengerti pembicaraan Fungsi kognitif lainnya yang mungkin terganggu pada

    pasien delirium adalah fungsi ingatan dan kognitif umum Kemampuan untuk menyusun,

    mempertahankan dan mengingat kenangan mungkin terganggu, walaupun ingatan kenangan

    yang jauh mungkin dipertahankan. Disarnping penurunan perhatian, pasien mungkin mempunyai

    penurunan kognitif yang dramatis sebagai suatu gejala hipoaktif delirium yang karakteristik.

    Pasien delirium juga mempunyai gangguan kemampuan memecahkan masalah dan mungkin

    mempunyai waham yang tidak sistematik, kadang kadang paranoid.

    Persepsi

    Pasien dengan delirium seringkali mempunyai ketidak mampuan umum untuk membedakan

    stimuli sensorik dan untuk mengintegrasikan persepsi sekarang dengan pengalaman masa lalu

    mereka. Halusinasi relatif sering pada pasien delirium. Halusinasi paling sering adalah visual

    atau auditoris walaupun halusinasi dapat taktil atau olfaktoris. Ilusi visual dan auditoris adalah

    sering pada delirium.

    Suasana Perasaan

    Pasien dengan delirium mempunyai kelainan dalam pengaturan suasana Gejala yang paling

    sering adalah kemarahan, kegusaran, dan rasa takut yang tidak beralasan. Kelainan suasana

    perasaan lain adalah apati, depresi, dan euforia.

    Gejala Penyerta : Gangguan tidur-bangun

    Tidur pada pasien delirium secara karakteristik adalah tergangga Paling sedikit mengantuk

    selama siang hari dan dapat ditemukan tidur sekejap di tempat tidurnya atau di ruang keluarga.

    Seringkali keseluruhan siklus tidur-bangun pasien dengan delirium semata mata terbalik. Pasien

    seringkali mengalami eksaserbasi gejala delirium tepat sebelum tidur, situasi klinis yang dikenal

    luas sebagai sundowning.1

    Gejala neurologis

    Gejala neurologis yang menyertai, termasuk disfagia, tremor, asteriksis, inkoordinasi, dan

    inkontinensia urin.

    Diagnosis Banding

    a. Demensia

    b. Psikosis atau Depresi

  • 29

    Pengobatan

    Tujuan utama adalah mengobati gangguan dasar yang menyebabkan delirium. Tujuan

    pengobatan yang penting lainnya adalah memberikan bantuan fisik, sensorik, dan lingkungan.

    Dua gejala utama dari delirium yang mungkin memerlukan pengobatan farmakologis adalah

    psikosis dan insomnia Obat yang terpilih untuk psikosis adalah haloperidol (Haldol), suatu obat

    antipsikotik golongan butirofenon, dosis awal antara 2 10 mg IM, diulang dalam satu jam jika

    pasien tetap teragitasi, segera setelah pasien tenang, medikasi oral dalam cairan konsentrat atau

    bentuk tablet dapat dimulai, dosis oral +I,5 kali lebih tinggi dibandingkan dosis parenteral Dosis

    harian efektif total haloperidol 5 50 mg untuk sebagian besar pasien delirium. Droperidol

    (Inapsine) adalah suatu butirofenon yang tersedia sebagai suatu formula intravena alternatif

    monitoring EKG sangat penting pada pengobatan ini

    Insomnia diobati dengan golongan benzodiazepin dengan waktu paruh pendek, contohnva.

    hidroksizine (vistaril) dosis 25 100 mg.

    Perjalanan Penyakit dan Prognosis

    Onset delirium biasanya mendadak, gejala prodromal (kegelisahan dan ketakutan) dapat terjadi

    pada hari sebelum onset gejala yang jelas. Gejala delirium biasanya berlangsung selama faktor

    penyebab yang relevan ditemukan, walaupun delirium biasanya berlangsung kurang dari I

    minggu setelah menghilangnya faktor penyebab, gejala delirium menghilang dalam periode 3 7

    hari, walaupun beberapa gejala mungkin memerlukan waktu 2 minggu untuk menghilang secara

    lengkap. Semakin lanjut usia pasien dan semakin lama pasien mengalami delirium, semakin lama

    waktu yang diperlukan bagi delirium untuk menghilang. Terjadinya delirium berhubungan

    dengan angka mortalitas yang tinggi pada tahun selanjutnya, terutama disebabkan oleb sifat

    serius dan kondisi medis penyerta.1

    2. DEMENSIA

    Demensia merupakan suatu gangguan mental organik yang biasanya diakibatkan oleh proses

    degeneratif yang progresif dan irreversible yang mengenai arus pikir. Demensia merupakan

    sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran.

    Fungsi kognitif yang dipengaruhi pada demensia adalah inteligensia umum, belajar dan ingatan,

    bahasa, memecahkan masalah, orientasi, persepsi, perhatian, dan konsentrasi, pertimbangan, dan

    kemampuan sosial. Kepribadian pasien juga terpengaruh.

    Epidemiologi

  • 30

    Demensia sebenarnya adalah penyakit penuaan. Dan semua pasien demensia, 50 60%

    menderita demensia tipe Alzheimer yang merupakan ripe demensia yang paling sering. Kira-kira

    5% dari semua orang yang mencapai usia 65 tahun menderita demensia tipe Alzhermer,

    dibandingkan 15 25% dan semua orang yang berusia 85 tahun atau lebih. Tipe demensia yang

    paling sering kedua adalah demensia vaskular yaitu demensia yang secara kausatif berhubungan

    dengan penyakit serebrovaskular, berkisar antara 15 30% dari semua kasus demensia, sering

    pada usia 60 70 tahun terutama pada laki-laki. Hipertensi merupakan faktor predisposisi

    terhadap penyakit demensia vaskular.

    Penyebab

    1. Penyakit Alzheimer

    2. Demensia Vaskular

    3. Infeksi

    4. Gangguan nutrisional

    5. Gangguan metabolik

    6. Gangguan peradangan kronis

    Diagnosis

    Kriteria Diagnostik untuk Demensia Tipe Alzheimer :

    a. Perkembangan defisit kognitif multipel yang dimanifestasikan oleh baik

    1. Gangguan daya ingat (gangguan kemampuan untuk mempelajari informasi baru dan

    untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya).

    2. Satu (atau lebih) gangguan kogntif berikut :

    a. Afasia (gangguan bahasa)

    b. Apraksia (gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas motorik walaupun fungsi

    motorik adalah utuh)

    c. Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau mengidentitikasi benda walaupun fungsi

    sensorik adalah utuh)

    d. Gangguan dalam fungsi eksekutif (yaitu, merencanakan, mengorganisasi,

    mengurutkan, dan abstrak)

    b. Defisit kognitif dalam kriteria al dan a2 masing-masing menyebabkan gangguan yang

    bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan suatu penurunan

    bermakna dari tingkat fungsi sebelumnya.

  • 31

    c. Defisit tidak terjadi semata-mata hanya selama perjalanan suatu delirium dan menetap

    melebihi lama yang lazim dari intoksikasi atau putus zat.

    d. Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium

    bahwa defisit secara etiologis berhubungan dengan efek menetap dari pemakaian zat

    (misalnya suatu obat yang disalahgunakan).

    Gambaran Klinis

    Gangguan Daya Ingat

    Gangguan ingatan biasanya merupakan ciri yang awal don menonjol pada demensia, khususnya

    pada demensia yang mengenai korteks, seperti demensia tipe Alzheimer. Pada awal perjalanan

    demensia, gangguan daya ingat adalah ringan dan paling jelas untuk peristiwa yang baru terjadi

    Orientasi

    Karena daya ingat adalah penting untuk orientasi terhadap orang, waktu dan tempat, orientasi

    dapat terganggu secara progresif selama perialanan penyaki Demensia. Sebagai contohnya,

    pasien dengan Demensia mungkin lupa bagaimana kembali ke ruangannya setelah pergi ke

    kamar mandi. tetapi, tidak masalah bagaimana beratnya disorientasi, pasien tidak menunjukkan

    gangguan pada tingkat kesadaran.

    Gangguan Bahasa

    Proses demensia yang mengenai korteks, terutama demensia tipe Alzheimer dan demensia

    vaskular, dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa pasien. Kesulitan berbahasa ditandai oleh

    cara berkata yang samar-samar, stereotipik tidak tepat, atau berputar-putar.

    Perubahan Kepribadian

    Perubahan kepribadian merupakan gambaran yang paling mengganggu bagi keluarga pasien

    yang terkena. Pasien demensia mempunyai waham paranoid. Gangguan frontal dan temporal

    kemungkinan mengalami perubahan keperibadian yang jelas, mudah marah dan m eledak

    ledak.

    Psikosis

    Diperkirakan 20 -30% pasien demensia tipe Alzheimer, memiliki halusinasi, dan 30 40%

    memiliki waham, terutama dengan sifat paranoid atau persekutorik dan tidak sistematik.

    Gangguan Lain

    Psikiatrik

  • 32

    Pasien demensia juga menunjukkan tertawa atau menangis yang patologis yaitu, emosi yang

    ekstrim tanpa provokasi yang terlihat.

    Neurologis

    Disamping afasia, apraksia dan afmosia pada pasien demensia adalah sering. Tanda neurologis

    lain adalah kejang pada demensia tipe Alzheimer clan demensia vaskular.

    Pasien demensia vaskular mempunyai gejala neurologis tambahan seperti nyeri kepala, pusing,

    pingsan, kelemahan, tanda neurologis fokal, dan gangguan tidur. Palsi serebrobulbar, disartria,

    dan disfagia lebih sering pada demensia vaskular.

    Reaksi yang katastropik

    Ditandai oleh agitasi sekunder karena kesadaran subjektif tentang defisit intelektualnya di bawah

    keadaan yang menegangkan, pasien biasanya berusaha untuk mengkompensasi defek tersebut

    dengan menggunakan strategi untuk menghindari terlihatnya kegagalan dalam daya intelektual,

    seperti mengubah subjek, membuat lelucon, atau mengalihkan pewawancara dengan cara lain.

    Sindroma Sundowner

    Ditandai oleh mengantuk, konfusi, ataksia, dan terjatuh secara tidak disengaja. Keadaan ini

    terjadi pada pasien lanjut usia yang mengalami sedasi berat dan pada pasien demensia yang

    bereaksi secara menyimpang bahkan terhadap dosis kecil obat psikoaktif.

    Diagnosis Banding

    1. Serangan iskemik transien

    2. Depresi

    3. Penuaan normal

    1. Delirium

    1. Gangguan Buatan (Factitious Disorders)

    2. Skizofrenia

    Pengobatan

    Pendekatan pengobatan umum adalah untuk memberikan perawatan medis suportit, bantuan

    emosional untuk pasien dan keluarganya, dan pengobatan farmakologis untuk gejala spesifik

    (perilaku yang mengganggu). Pengobatan farmakologis dengan obat yang mempunyai aktivitas

    antikolinergik yang tinggi harus dihindari. Walaupun thioridazine (Mellaril), yang mempunyai

    aktivitas antikolinergik yang tinggi, merupakan obat yang efektif dalam mengontrol perilaku

    pasien demensia jika diberikan dalam dosis kecil. Benzodiazepim kerja singkat dalam dosis kecil

  • 33

    adalah medikasi anxiolitik dan sedatif yang lebih disukai untuk pasien demensia. Zolpidem

    (Ambient) dapat digunakan untuk tujuan sedatif. TetrahidroaminoKridin (Tacrine) sebagai suatu

    pengobatan untuk penyakit Alzheimer, obat ini merupakan inhibitor aktivitas antikolinesterase

    dengan lama kerja yang agak panjang.

    Perjalanan Penyakit dan Prognosis

    Perjalanan klasik dan demensia adalah onset pada pasien usia 50 60 tahun dengan pemburukan

    bertahap selama 5 10 tahun, yang akhirnya menyebabkan kematian. usia saat onset dan

    kecepatan pemburukannya adalah bervariasi diantara tipe demensia yang berbeda dan dalam

    kategori diagnostik individual.

    3. GANGGUAN AMNESTIK

    Gangguan amnestik ditandai terutama oleh gejala tunggal suatu gangguan daya ingat yang

    menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan. Diagnosis gangguan

    amnestik tidak dapat dibuat jika mempunyai tanda lain dari gangguan kognitif, seperti yang

    terlihat pada demensia, atau jika mempunyai gangguan perhatian (attention) atau kesadaran,

    seperti yang terlihat pada delirium.

    Epidemiologi

    Beberapa penelitian melaporkan insiden atau prevalensi gangguan ingatan pada gangguan

    spesifik (sebagai contohnya sklerosis multipel). Amnesia paling sering ditemukan pada

    gangguan penggunaan alkohol dan cedera kepala.

    Penyebab

    1. Kondisi medis sistemik

    a. Defisiensi tiamin (Sindroma Korsakoff)

    b. Hipoglikemia

    2. Kondisi otak primer

    1. Kejang

    2. Trauma kepala (tertutup dan tembus)

    3. Tumor serebrovaskular (terutama thalamik dan lobus temporalis)

    4. Prosedur bedah pada otak

    5. Ensefalitis karena herpes simpleks

    6. Hipoksia (terutama usaha pencekikan yang tidak mematikan dan keracunan

    karbonmonoksida)

  • 34

    7. Amnesia global transien

    8. Terapi elektrokonvulsif

    9. Sklerosis multipel

    3. Penyebab berhubungan dengan zat

    a. Gangguan pengguanan alkohol

    b. Neurotoksin

    c. Benzodiazepin (dan sedatif- hipnotik lain)

    d. Banyak preparat yang dijual bebas.

    Diagnosis

    Kriteria Diagnosis untuk Gangguan Amnestik Karena Kondisi Medis Umum.

    1. Perkembangan gangguan daya ingat seperti yang dimanifestasikan oleh gangguan

    kemampuan untuk mempelajari informasi baru atau ketidak mampuan untuk mengingat

    informasi yang telah dipelajari sebelumnya.

    2. Ganguan daya ingat menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau

    pekerjaan dan merupakan penurunan bermakna dan tingkat fungsi sebelumnya.

    3. Gangguan daya ingat tidak terjadi semata-mata selama perjalanan suatu delirium atau

    suatu demensia.

    4. Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium bahwa

    gangguan adalah akibat fisiologis langsung dari kondisi medis umum (termasuk trauma

    fisik)

    Gambaran Klinis

    Pusat gejala dan gangguan amnestik adalah perkembangan gangguan daya ingat yang

    ditandai oleh gangguan pada kemampuan untuk mempelajari informasi baru (amnesia

    anterograd) dan ketidakmampuan untuk mengingat pengetahuan yang sebelumnya diingat

    (amnesia retrograd). Periode waktu dimana pasien terjadi amnesia kemungkinan dimulai

    langsung pada saat trauma atau beberapa saat sebelum trauma. Ingatan tentang waktu saat

    gangguan fisik mungkin juga hilang. Daya ingat jangka pendek (short-term memory) dan

    daya ingat baru saja (recent memory) biasanya terganggu. Daya ingat jangka jauh

    (remote post memory) untuk informasi atau yang dipelajari secara mendalam

    (overlearned) seperti pengalaman maka anak-anak adalah baik, tetapi daya ingat untuk

    peristiwa yang kurang lama ( Iewat dart 10 tahun) adalah terganggu.

  • 35

    Diagnosis Banding

    1. Demensia dan Delirium

    2. Penuaan normal

    3. Gangguan disosiatif

    4. Gangguan buatan

    Pengobatan

    Pendekatan utama adalah mengobati penyebab dasar dari gangguan amnestik Setelah

    resolusi episode amnestik, suatu jenis psikoterapi (sebagai contohnya, kognitif,

    psikodinamika, atau suportif dapat membantu pasien menerima pangalaman amnestik

    kedalam kehidupannya.

    Perjalanan Penyakit dan Prognosis

    Onset mungkin tiba-tiba atau bertahap; gejala dapat sementara atau menetap dan hasil

    akhir dapat terentang dari tanpa perbaikan sampai pemulihan lengkap.1

  • 36

    IDK 6 :

    FUNGSI LUHUR

    Fungsi luhur ( FL ) merupakan sifat khas manusia.

    antar berbagai korteks perseptif primer.

    Fungsi luhur : aktifitas yang mempunyai hubungan dengan kebudayaan, bahasa, ingatan dan

    pengertian

    dan pengenalan segala sesuatu yang berasal dari dunia diluar dirinya, sehingga menjadi

    pengalaman dan miliknya yang dapat dimanfaatkan untuk mengekpresikan dirinya kepada dunia

    luar secara adekuat.

    sensibilitas taktil (kemampuan untuk mengetahui dengan jalan perabaan, penekanan dan

    pemegangan).

    AREA BRODMAN YANG SERING DISEBUT

  • 37

  • 38

    GAMBAR DIATAS ADALAH ILUSTRASI LOKALISASI FUNGSI KHUSUS BELAHAN

    OTAK KANAN DAN KIRI SETELAH KORPUS KALOSUM DIBELAH

    HOMONKULUS MOTORIK

    HOMONKULUS SENSORIK

  • 39

    untuk mengenal (memperhatikan, mengingat perbedaan,

    persamaan dan perbandingan ) dapat menafsirkan.

  • 40

    GANGGUAN FUNGSI LUHUR

    Pendahuluan

    Otak merupakan organ untuk berfikir yang dapat terganggu oleh berbagai sebab seperti stroke.

    Bagian tertentu otak mernpunyai fungsi khusus, fungsi luhur dalam keadaan normal merupakan

    fungsi integritas tertinggi otak yang dapat dinilai. Pada referat ini akan dibahas mengenai

    anatomi, fungsi hemisfer kiri dan kanan, gejala klinik gangguan lobus tertentu.

    Anatomi

    Permukaan korteks serebri superficial terdiri dari 6 lapisan.

    Kortek motor frontal terutama terdiri sel pramidal ( = kortek granular )

    Kortek sensoris parietal terutama lapisan granular ( = kortek granular )

    Fungsi hemisfer kanan dan kiri

    Kerusakan otak unilateral akan memberikan gejala berbeda. Hemisfer kiri merupakan hemisfer

    dominan untuk orang tangan kanan (right handed). Orang kidal 80% hemisfer dominan tetap

    dikiri. Kerusakan hemisfer kiri akan memberi gejala gangguan bahasa / aphasia, sedang hemisfer

    kanan terutama visuospatial.

  • 41

  • 42

    Fungsi lobus frontal

    1. presental gyrus merupakan area motor kontralateral dari wajah, lengan, tungkai, batang.

    2. area Brocca's merupakan pusat bicara motorik pada lobus dominan.

    3. suplementari motor area untuk gerakan kontralateral kepala dan lirikan mata.

    4. area prefrontal merupakan area untuk kepribadian dan inisiatif.

    5. lobulus parasental merupakan pusat kontrol inhibisi untuk miksi dan defikasi.

    Gangguan lobus frontal

    1. presentral gyrus: monophlegi atau hemiphlegia

    2. area Brocca disfasia

    3. suplementari motor area : paralysis kepala dan gerakan bola mata berlawanan arah lesi,

    sehingga kepala dan mata kearah lesi hemisfer

    4. area prefrontal: kerusakan sering bilateral karean gangguan aneurisma a. communican

    anterior, mengakibatkan gangguan tingkab laku / kehilangan inhibisi.

    Ada 3 sindroma prefrontal :

    - Sindroma orbitofrontal : disinhibisi. fungsi menilai jelek, emosi labil.

    - Sindroma frontal konveksitas : apati. indiferens. pikiran abstrak.

    - Sindroma frontal medial: akineti, inkontinen, sparse verbal output

    5. Lobulus parasentral : inkontinentia urin at alvi.

    Lobus parietal

    Fungsi lobus parietal

    1. gyrus postcentral : merupakan kortek sensoris yang menerima jaras afferent dari posisi, raba

    dan gerakan pasif.

    2. gyrus angularis dan supramarginal : hemisfer dominan merupakan bagian area bahwa

    untuk konsep " body imge", dan sadar akan lingkungan luar.

  • 43

    Kemampuan untuk kontruksi bentuk, menghasilkan visual atau ketrampilan proprioseptik. Lobus

    dominan berperan pada kemampuan menghitung atau kalkulasi. Jaras visual radiatio optika

    melalui bagian dalam lobus parietal.

    Gangguan lobus parietal

    1. gangguan korteks sensoris dominan / non - dominan menyebabkan kelainan sensori kortikal

    berupa gangguan : sensasi postural, gerakan pasif, lokalisasi akurat raba halus, " two points

    discrimination", astereognosia," sensory inattention"

    2. gyrus angularis dan supramarginal : aphasia Wernicke's

    3. lobus non - dominan : anosognosia (denies), dressing apraksia, geografikal agnosia,

    konstruksional apraksia.

    4. lobus dominan : Gerstsman sindroma : left & right disorientasi, finger agnosia, akalkuli dan

    agrafia.

    5. gangguan radiasio optika : homonim kuadrananopsi bawah.

  • 44

    Fungsi lobus temporal

    1. kortek auditori terletak pada permukaan gyrus temporal superior ( = gyrus Heschl). Hemisfer

    dominan penting untuk pendengaran bahasa, sedang hemisfer non - dominan untuk mendengar

    nada, ritme dan musik.

    2. gyrus temporalis media & inferior berperan dalam fungsi belajar & memori.

    3. lobus limbic : terletak pada bagian inferior medial lobus temporal, termasuk hipokampus &

    gyrus parahipokampus. Sensasi olfaktoris melalui jaras ini, juga emosi / sifat efektif. Serabut

    olfaktori berakhir di uncus.

    4. jaras visual melalui bagian dalarn lobus temporal sekitar cornu posterior ventrikel lateral.

    Gangguan lobus Temporal

    1. kortek auditori : tuli kortikal. Lobus dominan ketulian untuk mendengar pembicaraan atau

    amusia pada lobus non - dominan

    2. gyrus temporal media & infrior : gangguan memori / belajar

    3. kerusakan lobus limbic : halusinasi olfaktori seperti pada bangkitan parsia komplek. Agresif /

    kelakuan antisosisal, tidak mampu untuk menjaga memori baru.

    4. kerusakan radiasio optika : hemianopsi homonim kuadranopia bagian atas.

  • 45

    Gangguan fungsi lobus occipital

    Lesi Kortikal

    Lesi kortikal memberikan gejala homonim dengan / tanpa kelainan macula. Bila hanya kutub

    occipital terkena maka kelainan macula dengan penglihatan perifer normal. Buta kortikal :

    Karena lesi kortikal yang luas, reflek pupil normal & persepsi cahaya (- ). Anton's sindroma :

    Kerusakan striata dan para striata menyebabkan kelainan interpretasi visual. Pasien tidak sadar

    buta dan menyangkal. Karena kelainan arteri cerebri posterior, juga dapat mengikuti hipoksia &

    hipertensi ensefalopati. Balin sindroma : tidak bisa melirikkan mata volunteer disertai visual

    agnosia, karena lesi parieto-occipital bilateral.

    Halusinasi visual

    Halusinasi karena lesi occipital biasanya sederhana, tampak sebagai pola (zigzag, kilatan) dan

    mengisi lapangan hemianopsi, sedang halusinasi karena lobus temporal berupa bentuk komplek

    clan mengisi seluruh lapang pandang.

    Ilusi visual : distoris bentuk, hilangnya warna, makropsia / mikrosia, sering pada lesi non -

    dominan.

  • 46

    Prosopagnosia : pasien mengenal wajah orang tidak bisa menyebutkan namanya.

    Pendekatan diagnosa dysphasia

    Dengarkan isi dan kelancaran bahasa, amati dengan perintah sederhana sampai komplek

    Penilaian ditujukan pada : bicara spontan, penamaan, pengulangan, baca dan tulis.

    Brocca dysphasia : bicara tak lancar, tertahan, pengertian baik.

    Wernicke dysphasia: pengertian terganggu, bicara lancar tapi tak bearti, neologisme, paraphrasia,

    tulisan jelek.

    Global dysphasia : bicara tak lancar, pengertian jelek.

    Area reseptif dan ekspresi dihubungkan melalui fasikulus arkuata untuk menjalankan fungsi

    intergrasi.

    Dysphasia adalah kelainan dapatan yang ditandai dengan hilangnya kemampuan produksi atau

    pengertian terhadap pembicara dan/tulisan karena kerusakan otak sekunder.

  • 47

    IDK 7 : TERAPI KRANIOTOMI

    PENATALAKSANAAN BEDAH

    Indikasi operasi adalah :

    1. Kondisi neurologis menurun

    2. Tekanan intrakranial yang meningkat

    3. Efek pendesakan massa yang signifikan

    4. Abses yang multipel (aspirasi-drainase) dan accessible

    5. Tidak mampu dilakukan serial CT-scan setiap 1 2 minggu

    6. Lokasi dekat ventrikel

    7. Serial CT-scan menunjukkan adanya penambahan volume abses, atau tidak menunjukkan

    pengurangan volume abses dengan terapi antibiotika selama empat minggu

    8. Diagnosis meragukan (diagnosis banding dengan SOP lain)

    9. Mikroorganismenya diduga resisten.

    Kontraindikasi operasi:

    1. Fase serebritis (untuk eksisi)

    2. Diameter abses kurang dari 3 cm

    3. Gangguan faal hemostasis

    Macam operasi:

    Penanganan abses intrakranial

    Burrhole aspirasi

    1. Prosedur yang cepat dan sederhana, terutama bila menggunakan tehnik stereotaksis,

    guiding ultrasound atau CT-scan

    2. Direkomendasikan pada kasus lesi yang multiple dan dalam dengan dinding yang tipis dan

    belum matur

    3. Dapat dikerjakan dengan anestesia lokal, bed side atau penderita kritis dan berisiko tinggi.

  • 48

    4. Aspirasi dapat dikerjakan pada seluruh fase abses. Pada fase serebritis awal, hasil biopsi

    dapat memberikan kultur yang positif

    Eksisi kraniotomi

    1. Dikerjakan pada fase kapsulasi lanjut (eksisi primer) ataupun setelah aspirasi (eksisi

    sekunder)

    2. Mengurangi insidens kejang dan mencegah kekambuhan

    3. Tidak sesuai untuk fase serebritis, lokasinya dalam, eloquent area dan multipel.

  • 49

    IDK 8 : Penatalaksanaan pada kasus (farmako)

    Ceftriaxone 2x/gr

    - Antibiotik untuk bakteri gram positif

    - Waktu paruh 8 jam

    - Untuk meningitis 2x/hari, untuk infeksi lain umumnya 1x/hari

    - Cara kerja : terikat pada protein plasma

    - Sediaan : bubuk obat suntik ; 0,25gr; 0,5gr; 1gr

    Fenitoin 3x1 ampul

    - Indikasi: antikonvulsan,kejang, dan menaikkan tekanan darah

    - Diberikan peroral atau intravena secara intermitten

    Dexamethason 3x5 mg

    - Glukokortikoid dosis tinggi (0,75mg setara dengan 25mg kortison,5mg prednison)

    - Anti inflamasi, anti alergi

    - Pada pasca operasi (kraniotomi) untuk mengurangi /mencegah oedem serebral

    - Dosis oral 0,5-10mg

    Ranitidin 2x1 ampul

    - Anti histamin (inhibitor reseptor H2)

    - Mencega peningkatan asam lambung,rangsangan nerve vagus

    Ketoprofen 3x1 ampul

    - Analgesik (AINS)

    - Absorbsi berlangsung baik di lambung

    - Waktu paruh plasma kurang lebih 2 jam

    - Efek samping gangguan saluran cerna, hipersensitivitas

    - Dosis 2x100mg/hari

  • 50

    IDK 9 : INTERPRETASI

    Pemeriksaan Fisik

    Kesadaran : kompos mentis

    Sadar penuh kooperatif massa / tumor

    Ada respon terhadap stimulus

    Vital Sign :

    -120/ 70-90)

    -100)

    Pernafasan : 18x / menit (n)

    Suhu : tidak ada demam

    Massa / tumor

    Iskemia

    Merangsang pusat vasomotor merangsang pusat inhibisi jantung

    bradikardi

    Hipertensi

    Catetan :

    Sesuai hokum monro kellie, kondisi dalam otak harus konsisten

    kompensasinya harus menurunkan dari salah 1 komponennya dalam kasus ini

    sirkulasinya yang menurun.

  • 51

    Pupil :

    Bulat

    Isokor : sama ukuran dilatasi pupil (n)

    Diameter : 4 mm (n) (normal : 3-5 mm)

    RCL (Refleks Cahaya Langsung) : + (n)

    RCTL (Refleks Cahaya Tidak Langsung : + (n)

    Jika ada gangguan pada N.III untuk kontraksi dilatasi pupil ada gangguan pada

    hemispere 1 sisi.

    Jantung

    Bunyi jantung I dan II : regular (n)

    Gallop : (-) (n) tidak ada gangguan irama jantung

    Mumur : (-) (n) tidak ada gangguan jantung

    Paru : vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)

    Abdomen :

    Untuk mengetahui muntahnya berasal dari gastronya atau tidak.

    Interpret : datar, supel, bising usus 6x / menit, regular (n)

    Ekstremitas

    Ekstremitas atas Ekstremitas bawah

    Gelang bahu

    siku

    Pergelangan tangan

    Jari-jari

    Gelang panggul

    lutut

    Pergelangan kaki

    Jari-jari

    0 : tidak ada kontraksi, lumpuh total

    1 : tidak ada kontraksi, tidak terlihat gerakan pada sendi yang harus digerakan

    oleh otot tersebut

    2 : dapat digerakan, tapi gerakannya tidak bisa melawan gaya berat

    3 : dapat melakukan gerakan melawan gaya berat

  • 52

    4 : dapat melawan gaya berat, dapat mengatasi sedikit tahanan tapi kurang

    kekuatannya.

    5 : kekuatan normal

    Normalnya : 5555 / 5555 masing-masing untuk ekstremitas atas dan bawah.

    Kalau nilainya 0 : lumpuh / plegi

    Kalau nilainya 1-4 : kelemahan / parese

    Kalau pada kasus : 4444/5555 (eks.atas) 4444/5555 (eks.bawah) : berarti ada

    kelemahan pada semua ekstremitas dextra

    Refleks Fisiologi : (+) tidak ada lesi UMN

    Refleks Patologis : (-) tidak ada kelainan di UMN tapi ada lesi di LMN

    Px. Neurologis :

    GCS : E4 M6 V5

    Untuk mengukur tingkat kesadarannya menurut Skala Koma Glasgow (Glasgow Coma

    Scale). Tanggapan / respon penderita yang perlu diperhatikan adalah :

    Respon mata (E)

    4. Spontan

    3. mata merem (suruh pasien membuka mata)

    2. mata merem (membuka mata dengan rangsang nyeri)

    1. mata merem (tidak ada reaksi membuka mata meskipun dengan rangsang

    nyeri)

    Respon verbal ( bicara) (V)

    5. masih bisa bicara (baik dan tidak ada disorientasi)

    4. kacau ( binggung)

    3. tidak tepat (asal)

    2. mengerang

    1. tidak ada jawaban

    Respon motorik (gerakan) (M)

    6. menurut perintah

    5. mengetahui lokasi nyeri

    4. reflex menghindar

    3. reflex fleksi

  • 53

    2. reaksi ekstensi

    1. tidak ada reaksi

    Jumlah minimal pada pemeriksaan ini adalah 3 dan nilai maksimalnya adalah 15.

    Kalau pada kasus jumlahnya adalah 15 jadi pasien belum ada penurunan kesadaran.

    E4 : Spontan

    M6 : menurut perintah

    V5 : masih bisa bicara (baik dan tidak ada disorientasi)

    Rangsang Meningeal : tidak ada rangsang meningeal

    Jika ada kelainan tanda rangsang meningeal (+) seperti : kaku kuduk, laseque, kernig,

    dan brunzinsky I & II

    Px. Saraf Kranial : tidak ditemukan parese

    Jika ada kelainan : terdapat gangguan di batang otak

    Massa

    Menekan / menggeser fungsi saraf cranial

    parese

    Px. Sensibilitas : hemihipestesi dextra (sensasi raba terganggu)

    Untuk mengetahui fungsi saraf sensorik :

    a. Sensasi taktil superficial (tekanan, raba, suhu)

    b. Indra proprioseptik

    c. Sensasi getar

    d. Fungsi sensorik kortikal

    Fungsi koordinasi : baik

    Fungsi otonom : baik

    Funduskopi ODS (Okulo Dextra Sinistra) : pupil batas kabur, hiperemis, cupping (-),

    A:V = 1:3, ada perdarahan dan eksudat. Kesimpulan papiledema bilateral ec. Tekanan

    intra cranial meningkat SOL intracranial.

  • 54

    Penekukan N.Opticus (N.III)

    Menekan dinding vena retina yang tipis

    Bendungan vena retina

    Diskus opticus menonjol

    Papoledema

    Hiperemis papil batas kabur

    Px. Penunjang

    CT Scan kepala dengan kontras : Tampak lesi isodens kiri di frontoparietal yang

    menyangat setelah pemberian kontras, batas relative tegas dengan perifokal edema

    berbentuk finger print disekitarnya, mengobliterasi ventrikel lateralis kiri, kanan dan

    ventrikel III. Sulci menyempit, gyri mendatar. Tampak pergeseran garis tengah ke kanan.

    Tumor

    SOL

    Karena otak ada di dalam tengkorak

    Pendesakan gyrus postcentralis

    (fungsinya sebagai jaras acendens untuk rangsang raba)

    Jaras fasciculus gracilis dan fasciculus cuneatus terganggu

    Rangasang raba tidak sampai korteks serebri

    Gyrus mendatar,

    sulcus menyempit

  • 55

    REFERENSI

    Patofisiologi, Sylvia

    Patologi, Robbin Kumar

    Markam Soemarmo, Cedera Tertutup Kepala, FK UI

    Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius

    Farmakologi Dasar dan Klinik, Katzung

    Farmakologi dan Terapi, FK UI

    MIMS

    medicastore.com