Case Spondilitis Tb ~Wahida
Transcript of Case Spondilitis Tb ~Wahida
-
7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida
1/25
0
LAPORAN KASUS
SPONDILITIS TB
Disusun oleh:
Nurul Wahida bt Hamdan
030.08.301
Pembimbing:
Dr. Ananda Setiabudi, Sp.S
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF
Periode 6 Mei 20138 Juni 2013
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA
-
7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida
2/25
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya sampaikan kepada Allah yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat kasih sayang, kenikmatan, dan kemudahan yang begitu besar sehingga saya
dapat menyelesaikan kasus dengan judul Spondilitis TB. Penulisan makalah kasus ini dibuat
dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan bagian NEURO di RSUD Budhi
Asih, Periode 6 Mei 20138 Juni 2013.
Penulis menyadari dengan adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga
referat ini dapat terselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya
kepada dr. Ananda Setiabudi SpS selaku pembimbing yang telah membantu dan memberikan
bimbingan dalam penyusunan referat ini, dan kepada semua pihak yang turut serta membantu
penyusunan kasus ini.
Akhir kata dengan segala kekurangan yang penulis miliki, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun akan penulis terima untuk perbaikan selanjutnya. Semoga laporan kasus ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang mempergunakan terutama untuk proses kemajuan
pendidikan selanjutnya.
Jakarta, 24 Mei 2013
Nurul Wahida bt Hamdan
-
7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida
3/25
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar 1
Daftar isi ...............2
BAB I
Pendahuluan..............3
BAB II
Laporan Kasus..............5
BAB III
Analisis Kasus.............14
BAB IV
Tinjauan Pustaka 16
DAFTAR PUSTAKA.............24
-
7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida
4/25
3
BAB I
PENDAHULUAN
Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis spinal yang dikenal pula dengan nama Potts
disease of the spine atau tuberculous vertebral osteomyelitis merupakan suatu penyakit yang
banyak terjadi di seluruh dunia. Terhitung kurang lebih 3 juta kematian terjadi setiap tahunnya
dikarenakan penyakit ini. Penyakit ini pertama kali dideskripsikan oleh Percival Pott pada tahun
1779 yang menemukan adanya hubungan antara kelemahan alat gerak bawah dengan kurvatura
tulang belakang, tetapi hal tersebut tidak dihubungkan dengan basil tuberkulosa hingga
ditemukannya basil tersebut oleh Koch tahun 1882, sehingga etiologi untuk kejadian tersebut
menjadi jelas.
Di waktu yang lampau, spondilitis tuberkulosa merupakan istilah yang dipergunakan
untuk penyakit pada masa anak-anak, yang terutama berusia 3 5 tahun. Saat ini dengan adanya
perbaikan pelayanan kesehatan, maka insidensi usia ini mengalami perubahan sehingga golongan
umur dewasa menjadi lebih sering terkena dibandingkan anak-anak. Terapi konservatif yang
diberikan pada pasien tuberkulosa tulang belakang sebenarnya memberikan hasil yang baik,
namun pada kasus kasus tertentu diperlukan tindakan operatif serta tindakan rehabilitasi yang
harus dilakukandengan baik sebelum ataupun setelah penderita menjalani tindakan operatif.
Insidensi spondilitis tuberkulosa bervariasi di seluruh dunia dan biasanya berhubungan
dengan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang tersedia serta kondisi sosial di
negara tersebut. Saat ini spondilitis tuberkulosa merupakan sumber morbiditas dan mortalitas
utama pada negara yang belum dan sedang berkembang, terutama di Asia, dimana malnutrisi dan
kepadatan penduduk masih menjadi merupakan masalah utama. Pada negara-negara yang sudah
berkembang atau maju insidensi ini mengalami penurunan secara dramatis dalam kurun waktu
30 tahun terakhir. Perlu dicermati bahwa di Amerika dan Inggris insidensi penyakit ini
mengalami peningkatan pada populasi imigran, tunawisma lanjut usia dan pada orang dengan
tahap lanjut infeksi HIV (Medical Research Council TB and Chest Diseases Unit).
Pada kasus-kasus pasien dengan tuberkulosa, keterlibatan tulang dan sendi terjadi pada
kurang lebih 10% kasus. Walaupun setiap tulang atau sendi dapat terkena, akan tetapi tulang
-
7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida
5/25
4
yang mempunyai fungsi untuk menahan beban (weight bearing) dan mempunyai pergerakan
yang cukup besar lebih sering terkena dibandingkan dengan bagian yang lain. Dari seluruh kasus
tersebut, tulang belakang merupakan tempat yang paling sering terkena tuberkulosa tulang
(kurang lebih 50% kasus), diikuti kemudian oleh tulang panggul, lutut dan tulang-tulang lain di
kaki, sedangkan tulang di lengan dan tangan jarang terkena. Area torako-lumbal terutama torakal
bagian bawah (umumnya T 10) dan lumbal bagian atas merupakan tempat yang paling sering
terlibat karena pada area ini pergerakan dan tekanan dari weight bearingmencapai maksimum,
lalu dikuti dengan area servikal dan sakral.
Defisit neurologis muncul pada 10-47% kasus pasien dengan spondilitis tuberkulosa. Di
negara yang sedang berkembang penyakit ini merupakan penyebab paling sering untuk kondisi
paraplegia non traumatik. Insidensi paraplegia, terjadi lebih tinggi pada orang dewasa
dibandingkan dengan anakanak. Hal ini berhubungan dengan insidensi usia terjadinya infeksi
tuberkulosa pada tulang belakang, kecuali pada dekade pertama dimana sangat jarang ditemukan
keadaan ini.
-
7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida
6/25
5
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny PR
Umur :29 tahun
Pekerjaan : -
Alamat : Jl. Sawah Barat Dalam II No 8 RT/RW 01/06, Pondok Bambu,
Duren Sawit
Status : Menikah
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
No rekam medis : 87 43 15
Tanggal masuk RS : 16 Mei 2013
ANAMNESIS : Autoanamnesis
Keluhan utama :Nyeri pinggang sejak 2 bulan SMRS Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang 2 bulan SMRS. Nyeri dirasakan seperti ada
bagian yang tertarik, sehingga pasien menjadi sulit untuk bergerak, duduk, bungkuk dan
tidak bias berjalan. Nyeri mulai dirasakan menjalar ke kaki kiri. Pasien juga mengeluh
terdapat benjolan seperti bisul di bagian pinggang sebelah kanan 1 tahun, sebelumnya
pernah keluar cairan berwarna abu- abu, berbau dan nyeri bila dipegang. Pasien
menyangkal adanya batuk lama, pengobatan lama, pusing dan muntah. Seminggu SMRS
pasien mengalami demam tinggi dan diobati dengan obat penurun panas. 4 bulan yang lalu
pasien merasakan keluhan semakin berat. Penurunan berat badan (+), nafsu makan
menurun (+).
-
7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida
7/25
6
Riwayat Penyakit Dahulu- Riwayat hipertensi (-), tidak diketahui pasien dan keluarga- Riwayat DM (-)- TB/ pengobatan 6 bulan (-)- Riwayat Sakit jantung (-)- Riwayat Stroke(-)- Riwayat Trauma kepala (-)- Riw menstruasi normal
Riwayat Penyakit Keluarga- Riwayat hipertensi (-)- Riwayat DM (-)- Riwayat Sakit jantung (-)- Riwayat stroke (-)
Riwayat Kebiasaan- Riwayat merokok (-)- Olahraga jarang
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Sikap Kooperatif : Kooperatif
Tanda Vital : Tekanan Darah : 120/90 mmhg
Nadi : 80 x /menit
Suhu : 36.4 derajat celcius
Pernapasan. : 20 x/menit.
-
7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida
8/25
7
Kepala : Normocephali, rambut hitam distribusi merata
Mata : Conjungtiva anemis -/-Sklera ikterik -/-
Hidung : Tidak tampak secret, tidak tampak deviasi septum.
Telinga : NormotiaSerumen +/+ , Membran timpati tidak tampak
pada kedua telinga
Mulut : Bibir Tampak kering, tidak pucat, tidak sianosis, oral
hygine baik.
Leher : Tidak ada pembesaran KGB dan Kelenjar thyroid
Thorax : Jantung : IC tidak terlihat
IC teraba di ICS V 3cm lateral LMCS
Batas jantung kiri 1 cm lateral
LMCS
S1/S2 Reguler , murmur - , gallop
Paru : Pergerakan nafas simetris saat bernafas
Vocal Fremitus simetris
Sonor pada kedua lapang paru
SN vesikular +/+ rh -/- wh -/-
Abdomen : Datar, Supel , NT - , BU + (3 x permenit)
Ektremitas : Hangat pada keempat ekstremitas
Tidak didapatkan edema pada keempat ektremitas
STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 M6 V5 = 15
Saraf cranial :
-
7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida
9/25
8
N I : tidak dilakukan
N II : visus tidak dilakukan , pupil isokor diameter 3 mm RCL +/+, RCTL +/+
N III, IV, VI : Nistagmus (-)
N V : Motorik : deviasi rahang (-)
Sensorik : Cabang 1(ophtalmikus) : normal
Cabang 2 (maxilla) : normal
Cabang 3 (mandibula) :normal
N VII : Motorik : lagoftalmus -/-, sulkus
nasolabialis simetris
Sensorik : gangguan pengecapan baik
N VIII : Ketajaman pendengaran dalam batas normal
N IX dan N X : Refleks batuk dan muntah tidak dilakukan
N XI : M. Sternocleidomastoideus & M. Trapezius dalam batas normal
N XII : Lidah :besarnya normal, normotrofi, tidak berkerut, deviasi(-) ,
tremor (-), fasikulasi (-)
I. SISTEM MOTORIKKanan Kiri Keterangan
Ekstremitas atas
-Kekuatan
-Tonus
-Gerakan involunter
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
kesan : normal
Ekstremitas bawah
-Kekuatan
-Tonus
-Gerakan involunter
Normal
Normal
Normal
Melemah
Normal
Normal
Kesan :
-paraparese kaki kiri
-
7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida
10/25
9
II. SISTEM SENSORIKKanan Kiri Keterangan
Raba (+) (+) Normal
Nyeri (+) (+) Normal
Suhu (+) (+) Normal
Propioseptif (+) (+) Normal
III. REFLEKSKanan Kiri Keterangan
Fisiologis-Biceps
-Triceps
- Patella
- Archilles
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Normal
Normal
Normal
Normal
Patologis
-Babinsky
-Chaddock
(-)
(-)
(-)
(-)
Normal
Normal
IV. RANGSANG MENINGEALKanan Kiri
- Lasegue
- Kernig
- Patrick
- Contrapatrick
- Kaku kuduk
- Brudzinky I
- Brudzinky II
(-)
(-)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(+) 60 nyeri
(+)
-
7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida
11/25
10
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan laboratoriumHasil Nilai normal
Hematologi
Leukosit 5,3 3,6-11 ribu/uL Normal
Hemoglobin 11,0 11,7-15,5 g/dL Menurun
Hematokrit 33 35-47 % Menurun
Trombosit 395 150-440 ribu/uL Normal
LED 18 0-20 mm/jam Normal
Kimia klinik (Hati)
SGOT 22
-
7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida
12/25
11
Elektrolit
Kalsium 8,9 8,4-10,2 mmol/L Normal
Kesan : Hasil masih dalam batas normal
2) Foto thoraxkesan : normal
3) Foto lumbosakraldidapatkan gambaran kompresi corpus vetebra L5, suspek HNP L4-5, L5-S1 dandianjurkan untuk melakukan MRI.
-
7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida
13/25
12
RESUME
Seorang wanita, 29 tahun datang ke poli dengan keluhan nyeri pinggang sejak 2 bulan SMRS.
Nyeri dirasakan seperti ada bagian yang tertarik, sehingga pasien menjadi sulit untuk bergerak,
duduk, bungkuk dan tidak bisa berjalan. Nyeri mulai dirasakan menjalar ke kaki kiri. Pasien juga
mengeluh terdapat benjolan seperti bisul di bagian pinggang sebelah kanan 1 tahun,
sebelumnya pernah keluar cairan berwarna abu- abu, berbau dan nyeri bila dipegang.menyangkal
adanya batuk lama, pengobatan lama, pusing, muntah. Seminggu SMRS pasien mengalami
demam tinggi dan diobati dengan obat penurun panas. 4 bulan yang lalu pasien merasakan
keluhan semakin berat. Penurunan berat badan (+), nafsu makan menurun (+). Pada pemeriksaan
rangsang meningeal didapatkan tanda laseque dan kerniq positif pada tungkai sebelah kiri. Tanda
patrick dan contrapatrick positif kedua- duanya.
Dari pemeriksaan fisik untuk status generalis didapatkan dalam batas normal. Pemeriksaan status
neurologis didapatkan kesan pada pemeriksaan motorik paraparese extremitas kiri. Pada
pemeriksaan penunjang, untuk hasil laboratorium hemoglobin 11g/dL, hematokrit 33%, ureum
10 mg/dl. Pada foto lumbosakral didapatkan gambaran kompresi corpus vetebra L5, suspek HNP
L4-5, L5-S1 dan dianjurkan untuk melakukan MRI.
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KLINIS : Paraparese extremitas bawah kiriHNP L4-5, L5-S1
DIAGNOSIS TOPIS : Kompresi corpus vertebra L5 DIAGNOSIS ETIOLOGI : Spondilitis TB DIAGNOSIS PATOLOGIS : Infeksi
DIAGNOSIS BANDING
Tumor vertebra HNP SOL medulla spinalis
-
7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida
14/25
13
PEMERIKSAAN ANJURAN
Rencana fisioterapi Rencana pemeriksaan kultur BTA Rencana MRI torakal Bone scanning
PENATALAKSANAAN
IVFD Asering / 12 jam Strepomicyn 1xsyr Metilprednisolon tab 1x1 Ranitidin tab 2x1
PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam Ad sanasionam : Dubia ad bonam Ad fungsionam : Dubia ad bonam
-
7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida
15/25
14
BAB III
ANALISA KASUS
Pasien dengan keluhan lemah pada tungkai sisi kiri dapat mengarah pada kasus infeksi,
kongenital, neoplasma, trauma maupun kelainan degeneratif di daerah tulang belakang. Dari
anamnesis didapatkan data bahwa tungkai sisi kiri lemah mulai timbul 2 bulan SMRS,
sehingga kemungkinan kelainan kongenital dapat disingkirkan. Usia penderita yang baru 29
tahun dapat menyingkirkan kemungkinan kelainan degeneratif karena usia.
Nyeri pada tulang belakang dapat berasal dari suatu keganasan pada tulang belakang
maupun infeksi spesifik seperti tuberkulosis. Nyeri yang timbul pada pasien ini bersifat hilangtimbul. Sifat nyeri ini lebih mengarah pada tuberkulosis. Pada tumor tulang yang sangat jarang
terjadi, nyeri bersifat difus dan terus-menerus. Oleh karena itu, kemungkinan suatu keganasan
dapat disingkirkan.
Pasien juga mengeluh terdapat benjolan seperti bisul di bagian pinggang sebelah kanan
1 tahun, sebelumnya pernah keluar cairan berwarna abu- abu, berbau dan nyeri bila dipegang. Ini
dapat mengarah pada kasus infeksi.
Dari hasil anamnesis didapat data berupa nyeri pinggang yang disertai seperti ada bagian
yang tertarik, lama kelamaan penderita mengalami kesulitan berjalan. Dari pemeriksaan
neurologi, didapatkan tanda laseque positif yang menandakan adanya tanda isialgia dan iritasi
pleksus lumbosakral dan kerniq positif pada extremitas bawah kiri, ini menandakan
kemungkinan HNP- lumbal yang dapat unilateral. Hasil pemeriksaan penunjang yaitu jumlah
leukosit 5.300 /mm3, serta rontgen lumbosakral didapatkan gambaran kompresi corpus vetebra
L5, suspek HNP L4-5, L5-S1 dan dianjurkan untuk melakukan MRI. Dari data-data di atas,
diagnosis kerja spondilitis TB dapat ditegakkan.
Timbulnya paraplegia menandakan adanya suatu proses pada medula spinalis penderita
setinggi L3. Pada kasus-kasus spondilitis TB seringkali ditemukan gejala ini terutama pada
keadaan lanjut. Data-data ini mengarah pada suatu spondilitis tuberkulosis.
-
7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida
16/25
15
Terapi pada penyakit spondilitis tuberkulosis adalah terapi konservatif dan terapi
pembedahan. Terapi konservatif bertujuan untuk memperbaiki keadaan umum dan eliminasi
kuman penyebab dengan kombinasi antibiotik. Terapi konservatif juga bertujuan untuk
mempersiapkan pasien yang akan dilakukan tindakan bedah.
Prosedur pembedahan yang dilakukan adalah bedah kostotransversektomi berupa
debridement dan penggantian corpus vertebra yang rusak dengan tulang spongiosa atau kortiko-
spongiosa. Teknik lainnya adalah posterokostotransversektomi, yaitu sama seperti di atas namun
dilakukan dari posterior. Operasi pembedahan sebaiknya dilakukan 3 minggu setelah pemberian
obat-obat antituberkulosis (OAT). Tujuan tindakan ini adalah untuk mencegah penyebaran atau
diseminasi penyakit bila operasi dilakukan sebelum pemberian OAT. OAT dilanjutkan setelah
pembedahan sampai 6 bulan sesuai dengan pedoman dari WHO dan dapat ditambah sesuai
dengan keadaan penyakit pasien.
-
7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida
17/25
16
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Tuberkulosis tulang belakang atau dikenal juga dengan spondilitis tuberkulosa
merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif oleh mikobakterium
tuberkulosa. Tuberkulosis tulang belakang selalu merupakan infeksi sekunder dari fokus di
tempat lain dalam tubuh. Percivall Pott (1793) yang pertama kali menulis tentang penyakit ini
dan menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penyakit ini dengan deformitas tulang
belakang yang terjadi, sehingga penyakit ini disebut juga sebagai penyakit Pott.(1)
Spondilitis tuberkulosa merupakan 50% dari seluruh tuberkulosis tulang dan sendi yang
terjadi. Di Ujung Pandang insidens spondilitis tuberkulosa ditemukan sebanyak 70% dan
Sanmugasundarm juga menemukan persentase yang sama dari seluruh tuberkulosis tulang dan
sendi. Spondilitis tuberkulosa terutama ditemukan pada kelompok umur 2-10 tahun dengan
perbandingan yang hampir sama antara wanita dan pria.
Spondilitis paling sering ditemukan pada vertebra T8-L3, dan paling jarang pada vertebra
C1-C2. Spondilitis tuberculosis biasanya mengenai korpus vertebra, tetapi jarang menyerang
arkus vertebra.(2)
ETIOLOGI
Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di tempat
lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh mikobakteriumn tuberkulosis tipik (2/3 dari tipe human
dan 1/3 dari tipe bovin) dan 5-10% oleh mikobakterium tuberkulosa atipik. Lokalisasi spondilitis
tuberkulosa terutama pada daerah vertebra torakal bawah dan lumbal atas1, sehingga diduga
adanya infeksi sekunder dari suatu tuberkulosis traktus urinarius, yang penyebarannya melalui
pleksus Batson pada vena paravertebralis.
PATOFISIOLOGI
Penyakit ini pada umumnya mengenai lebih dari satu vertebra. Infeksi berawal dari bagian
sentral, bagian depan atau daerah epifisial korpus vertebra. Kemudian terjadi hiperemi dan
-
7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida
18/25
17
eksudasi yang menyebabkan osteoporosis dan perlunakan korpus. Selanjutnya terjadi kerusakan
pada korteks epifisis, diskus intervertebralis dan vertebra sekitarnya. Kerusakan pada
bagian depan korpus ini akan menyebabkan terjadinya kifosis.
Kemudian eksudat (yang terdiri atas serum, leukosit, kaseosa, tulang yang fibrosis serta
basil tuberkulosa) menyebar ke depan, di bawah ligamentum longitudinal anterior. Eksudat ini
dapat menembus ligamentum dan berekspansi ke berbagai daerah di sepanjang garis ligamen
yang lemah.
Pada daerah servikal, eksudat terkumpul di belakang fasia paravertebralis dan menyebar ke
lateral di belakang muskulus sternokleidomastoideus. Eksudat dapat mengalami protrusi ke
depan dan menonjoi ke dalam faring yang dikenal sebagai abses faringeal. Abses dapat berjalan
ke mediastinum mengisi tempat trakea, esofagus atau kavum pleura.
Abses pada vertebra torakalis biasanya tetap tinggal pada daerah toraks setempat
menempati daerah paravertebral, berbentuk massa yang menonjol dan fusiform. Abses pada
daerah ini dapat menekan medula spinalis sehingga timbul paraplegia.
Abses pada daerah lumbal dapat menyebar masuk mengikuti muskulus psoas dan muncul
di bawah ligamentum inguinal pada bagian medial paha. Eksudat juga dapat menyebar ke daerah
krista iliaka dan mungkin dapat mengikuti pembuluh darah femoralis pada trigonum skarpei atau
regio glutea. Kumar membagi perjalanan penyakit ini dalam 5 stadium yaitu:
1. Stadium implantasi.
Setelah bakteri berada dalam tulang; maka bila daya tahan tubuh penderita menurun,
bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung selama 6-8 minggu.
Keadaan ini umumnya terjadi pada daerah paradiskus dan pada anak-anak umumnya
pada daerah sentral vertebra.
2. Stadium destruksi awal.Setelah stadium implantasi, selanjutnya terjadi destruksi korpus vertebra serta
penyempitan yang ringan pada diskus. Proses ini berlangsung selama 3-6 minggu.
3. Stadium destruksi lanjut.
Pada stadium ini terjadi destruksi yang masif, kolaps vertebra dan terbentuk massa
-
7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida
19/25
18
kaseosa serta pus yang berbentuk cold abses (abses dingin), .yang terjadi 2-3 bulan
setelah stadium destruksi awal. Selanjutnya dapat terbentuk sekuestrum serta kerusakan
diskus intervertebralis. Pada saat ini terbentuk tulang baji terutama di sebelah depan
(wedging anterior) akibat kerusakan korpus vertebra, yang menyebabkan terjadinya
kifosis atau gibus.
4. Stadium gangguan neurologis.
Gangguan neurologis tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang terjadi, tetapi
terutama ditemukan oleh tekanan abses ke kanalis spinalis. Gangguan ini
ditemukan 10% dari seluruh komplikasi spondilitis tuberkulosa. Vertebra
torakalis mempunyai kanalis spinalis yang lebih kecil sehingga gangguan
neurologis lebih mudah terjadi pada daerah ini.
Bila terjadi gangguan neurologis, maka perlu dicatat derajat kerusakan paraplegia,
yaitu:
1. Derajat IKelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah melakukan aktivitas atau
setelah berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi gangguan saraf sensoris.
2. Derajat IITerdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita masih apat
melakukan pekerjaannya
3. Derajat IIITerdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi gerak/aktivitas
penderita serta hipestesia/anesthesia
4. Derajat IVTerjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan defekasi dan
miksi. Tuberkulosis paraplegia atau Pott paraplegia dapat terjadi secara dini atau
lambat tergantung dari keadaan penyakitnya.
Pada penyakit yang masih aktif, paraplegia terjadi oleh karena tekanan ekstradural dari abses
paravertebral atau akibat kerusakan langsung sumsum tulang belakang ol eh adanya
granulasi jaringan. Paraplegia pada penyakit yang sudah tidak aktif/sembuh terjadi oleh karena
-
7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida
20/25
19
tekanan pada jembatan tulang kanalis spinalis atau oleh pembentukan jaringan fibrosis
yang progresif dari jaringan granulasi tuberkulosa.Tuberkulosis paraplegia terjadi secara
perlahan dan dapat terjadi destruksi tulang disertai angulasi dan gangguan vaskuler vertebra.
Derajat I-III disebut sebagai paraparesis dan derajat IV disebut sebagai paraplegia.
5. Stadium deformitas residual.
Stadium ini terjadi kurang lebih 3-5 tahun setelah timbulnya stadium implantasi. Kifosis atau
gibus bersifat permanen oleh karena kerusakan vertebra yang masif di sebelah depan.
GAMBARAN KLINIS
Secara klinik gejala tuberkulosis tulang belakang hampir sama dengan gejala tuberkulosis pada
umumnya, yaitu badan lemah/lesu, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, suhu
sedikit meningkat (subfebril) terutama pada malam.
hari serta sakit pada punggung. Pada
anak-anak sering disertai dengan menangis pada malam hari (night cries).
Pada tuberkulosis vertebra servikal dapat ditemukan nyeri di daerah belakang kepala,
gangguan menelan dan gangguan pernapasan akibat adanya abses retrofaring.
Kadangkala penderita datang dengan gejala abses pada daerah paravertebral, abdominal,
inguinal, poplitea atau bokong, adanya sinus pada daerah paravertebral atau penderita
datang dengan gejala-gejala paraparesis, gejala paraplegia, keluhan gangguan pergerakan tulang
belakang akibat spasme atau gibus.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Peningkatan laju endap darah dan mungkin disertai dengan leukositosis Uji Mantoux positif Pada pemeriksaan biakan kuman mungkin ditemukan mikobakterium Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar linfe regional Pemeriksaan histopatologis dapat ditemukan tuberkel
-
7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida
21/25
20
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan foto toraks untuk melihat adanya tuberkulosis paru Foto polos vertebra, ditemukan osteoporosis, osteolitik dan destruksi korpus vertebra,
disertai penyempitan diskus intervertebralis yang berada diantara korpus tersebut dan
mungkin dapat ditemukan adanya massa abses paravertebral.
Pada foto AP, abses paravertebral di daerah servikal berbentuk sarang burung (bird'snets), di daerah torakal berbentuk bulbus dan pada daerah lumbal abses terlihat
berbentuk fusiform
Pada stadium lanjut terjadi destruksi vertebra yang hebat sehingga timbal kifosis Pemeriksaan foto dengan zat kontras Pemeriksaan mielografi dilakukai bila terdapat gejala-gejala penekanan sumsum tulang Pemeriksaan CT scan atau CT dengan mielografi Pemeriksaan MRI
DIAGNOSIS
Diagnosis spondilitis tuberkulosa dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan
pemeriksaan radiologis. Untuk melengkapkan pemeriksaan, maka dibuat suatu standar
pemeriksaan pada penderita tuberkulosis tulang dan sendi, yaitu:
Pemeriksaan klinik dan neurologis yang lengkap Foto tulang belakang posisi AP dan lateral Foto polos toraks posisi PA UjiMantoux Biakan sputum dan pus untuk menemukan basil tuberkulosa
PENGOBATAN
Prinsipnya pengobatan tuberkulosis tulang belakang harus dilakukan sesegera mungkin untuk
menghentikan progresivitas penyakit serta mencegah paraplegia.
Pegobatan terdiri atas:
-
7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida
22/25
21
1. Terapi konservatif berupa:
Tirah baring (bed rest)
Memperbaiki keadaan umum penderita
Pemasangan brace pada penderita, baik yang dioperasi ataupun yang tidak dioperasi
Pemberian obat antituberkulosa
Obat-obatan yang diberikan terdiri atas:
Isonikotinik hidrasit (INF) dengan dosis oral 5 mg/kg berat badan per hari dengandosis maksimal 300 mg. Dosis oral pada anak-anak 10 mg/kg berat badan.
Asam para amino salisilat Dosis oral 8-12 mg/kg berat badan. Etambutol. Dosis oral 15-25 mg/kg berat badan per hari. Rifampisin. Dosis oral 10 mg/kg berat badan diberikan pada anak-anak. Pada orang
dewasa 300-400 mg per hari.
Untuk mendapatkan hasil pengobatan yang efektif dan mencegah terjadinya kekebalan kuman -
tuberkulosis terhadap obat yang diberikan maka diberikan kombinasi beberapa obat
tuberkulostatik. Regimen yang dipergunakan di Amerika dan di Eropa adalah INH dan
Rifampisin selama 9 bulan. INH + Rifampisin + Etambutol diberikan selama 2 bulan dilanjutkan
dengan pemberian INH + Rifampisin selama 7 bulan, Di Korea diberikan kombinasi antara INH
+ Rifampisin selama 6-12 bulan atau INH + Etambutol selama 9-18 bulan.
Standar pengobatan di Indonesia berdasarkan program,P2TB paru adalah:
Kategori 1
Untuk penderita baru BTA (+) dan BTA (-)/rontgen (+), diberikan dalam dua tahap, yaitu:
Tahap I, diberikan Rifampisin 450 mg, Etambutol 750 mg, INH 300 mg danPiraz inamid 1.500 mg. Obat diberikan setiap hari selama 2 bulan pertama (60 kali).
Tahap II, diberikan Rifampisin 450 mg dan INH 600 mg. Obat diberikan tigakali seminggu (intermiten) selama 4 bulan (54 kali).
-
7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida
23/25
22
Kategori 2
Untuk penderita baru BTA .(+) yang sudah pernah minum obat selama lebih sebulan,
termasuk penderita dengan BTA (+) yang kambuh/gagal yang diberikan dalam dua tahap, yaitu:
Tahap I, diberikan Streptomisin 750 mg (injeksi), INH 300 mg, Rifampisin 450mg, Pirazinamid 1.500 mg dan Etambutol 750 mg, Obat diberikan setiap hari,
Streptomisin injeksi hanya 2 bulan pertama (60 kali) dan obat lainnya selama 3 bulan
(90 kali).
Tahap II, diberikan INH 600 mg, Rifampisin 450 mg dan Etambutol 1.250 mg.Obat diberikan 3 kali seminggu (intermiten) selama 5 bulan (66 kali),
Kriteria penghentian pengobatan yaitu apabila:
Keadaan umum penderita bertambah baik Laju endap darah menurun dan menetap Gejala-gejala klinis berupa nyeri dan spasme berkurang Gambaran radiologik ditemukan adanya unionpada vertebra
2. Terapi Operatif
Walaupun pengobatan kemoterapi merupakan pengobatan utama bagi penderita tuberkulosis
tulang belakang, namun tindakan operatif masih memegang peranan penting dalam
beberapa hal, yaitu bila terdapat cold abses (abses dingin), lesi tuberkulosa, paraplegia
Abses dingin (Cold Abses)
Cold abses yang kecil tidak memerlukan tindakan operatif oleh karena dapat terjadi
resorpsi spontan dengan pemberian obat tuberkulostatik.
Pada abses yang besar dilakukan drainase bedah.
Ada tiga Cara untuk menghilangkan lesi tuberkulosa, yaitu:
debridemen fokal kosto-transversektomi
-
7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida
24/25
23
debridemen fokal radikal yang disertai bone graft di bagian depanParaplegia
Penanganan yang dapat dilakukan pada paraplegia, yaitu:
Pengobatan dengan kemoterapi semata-mata Laminektomi Kosto-transveresektomi Operasi radikal Osteotomi pada tulang baji secara tertutup dari belakang
lndikasi operasi
a. Bila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau malah semakin
berat. Biasanya tiga minggu sebelum tindakan operasi di lakukan, setiap spondi li tis
tuberkulosa diberikan obat tuberkulostatik.
b. Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara terbuka dan
sekaligus debrideman serta bone graft
c. Pada pemeriksaan radiologis baik dengan foto polos, mielografi ataupun pemeriksaan CT dan
MRI ditemukan adanya penekanan langsung pada medula spinalis
-
7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida
25/25
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Martini F.H., Welch K. The Lymphatic System and Immunity. In : Fundamentals ofAnantomy and Physiology. 5th ed. New Jersey : Upper Saddle River, 2001: 132,151
2. Savant C, Rajamani K. Tropical Diseases of the Spinal Cord. In : Critchley E,Eisen A.,editor. Spinal Cord Disease : Basic Science, Diagnosis and Management. London : Springer-
Verlag, 2007: 378-87.
3. Lindsay, KW, Bone I, Callander R. Spinal Cord and Root Compresion. In : Neurology andNeurosurgery Illustrated. 2nded. Edinburgh : Churchill Livingstone,2001 : 388.
4. Graham JM, Kozak J. Spinal Tuberculosis. In : Hochschuler SH, Cotler HB, Guyer RD.,editor. Rehabilitation Of The Spine : Science and Practice. St. Louis : Mosby-Year Book,
Inc., 2003 : 387-90.
5. Mansjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Spondilitis tuberkulosis. Editor:Mansjoer A; Jakarta; Media Aesculapius.2000
6. Salter RB. Texbook of Disorder and Injuries of the Musculoskeletal System. Editor: Eric PJohnson. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins.1999
7. Lumbantobing SM. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: FakultasKedokteran Universitas Indonesia.2008
8. Hidalgo JA. 2013. Pott Disease (Tuberculous Spondylitis). (online)http://emedicine.medscape.com/article/226141-overview
http://emedicine.medscape.com/article/226141-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/226141-overview