Case Spondilitis Tb ~Wahida

download Case Spondilitis Tb ~Wahida

of 25

Transcript of Case Spondilitis Tb ~Wahida

  • 7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida

    1/25

    0

    LAPORAN KASUS

    SPONDILITIS TB

    Disusun oleh:

    Nurul Wahida bt Hamdan

    030.08.301

    Pembimbing:

    Dr. Ananda Setiabudi, Sp.S

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF

    Periode 6 Mei 20138 Juni 2013

    RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA

  • 7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida

    2/25

    1

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur saya sampaikan kepada Allah yang Maha Esa yang telah

    memberikan rahmat kasih sayang, kenikmatan, dan kemudahan yang begitu besar sehingga saya

    dapat menyelesaikan kasus dengan judul Spondilitis TB. Penulisan makalah kasus ini dibuat

    dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan bagian NEURO di RSUD Budhi

    Asih, Periode 6 Mei 20138 Juni 2013.

    Penulis menyadari dengan adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga

    referat ini dapat terselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya

    kepada dr. Ananda Setiabudi SpS selaku pembimbing yang telah membantu dan memberikan

    bimbingan dalam penyusunan referat ini, dan kepada semua pihak yang turut serta membantu

    penyusunan kasus ini.

    Akhir kata dengan segala kekurangan yang penulis miliki, segala saran dan kritik yang

    bersifat membangun akan penulis terima untuk perbaikan selanjutnya. Semoga laporan kasus ini

    dapat bermanfaat bagi semua pihak yang mempergunakan terutama untuk proses kemajuan

    pendidikan selanjutnya.

    Jakarta, 24 Mei 2013

    Nurul Wahida bt Hamdan

  • 7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida

    3/25

    2

    DAFTAR ISI

    Kata pengantar 1

    Daftar isi ...............2

    BAB I

    Pendahuluan..............3

    BAB II

    Laporan Kasus..............5

    BAB III

    Analisis Kasus.............14

    BAB IV

    Tinjauan Pustaka 16

    DAFTAR PUSTAKA.............24

  • 7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida

    4/25

    3

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis spinal yang dikenal pula dengan nama Potts

    disease of the spine atau tuberculous vertebral osteomyelitis merupakan suatu penyakit yang

    banyak terjadi di seluruh dunia. Terhitung kurang lebih 3 juta kematian terjadi setiap tahunnya

    dikarenakan penyakit ini. Penyakit ini pertama kali dideskripsikan oleh Percival Pott pada tahun

    1779 yang menemukan adanya hubungan antara kelemahan alat gerak bawah dengan kurvatura

    tulang belakang, tetapi hal tersebut tidak dihubungkan dengan basil tuberkulosa hingga

    ditemukannya basil tersebut oleh Koch tahun 1882, sehingga etiologi untuk kejadian tersebut

    menjadi jelas.

    Di waktu yang lampau, spondilitis tuberkulosa merupakan istilah yang dipergunakan

    untuk penyakit pada masa anak-anak, yang terutama berusia 3 5 tahun. Saat ini dengan adanya

    perbaikan pelayanan kesehatan, maka insidensi usia ini mengalami perubahan sehingga golongan

    umur dewasa menjadi lebih sering terkena dibandingkan anak-anak. Terapi konservatif yang

    diberikan pada pasien tuberkulosa tulang belakang sebenarnya memberikan hasil yang baik,

    namun pada kasus kasus tertentu diperlukan tindakan operatif serta tindakan rehabilitasi yang

    harus dilakukandengan baik sebelum ataupun setelah penderita menjalani tindakan operatif.

    Insidensi spondilitis tuberkulosa bervariasi di seluruh dunia dan biasanya berhubungan

    dengan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang tersedia serta kondisi sosial di

    negara tersebut. Saat ini spondilitis tuberkulosa merupakan sumber morbiditas dan mortalitas

    utama pada negara yang belum dan sedang berkembang, terutama di Asia, dimana malnutrisi dan

    kepadatan penduduk masih menjadi merupakan masalah utama. Pada negara-negara yang sudah

    berkembang atau maju insidensi ini mengalami penurunan secara dramatis dalam kurun waktu

    30 tahun terakhir. Perlu dicermati bahwa di Amerika dan Inggris insidensi penyakit ini

    mengalami peningkatan pada populasi imigran, tunawisma lanjut usia dan pada orang dengan

    tahap lanjut infeksi HIV (Medical Research Council TB and Chest Diseases Unit).

    Pada kasus-kasus pasien dengan tuberkulosa, keterlibatan tulang dan sendi terjadi pada

    kurang lebih 10% kasus. Walaupun setiap tulang atau sendi dapat terkena, akan tetapi tulang

  • 7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida

    5/25

    4

    yang mempunyai fungsi untuk menahan beban (weight bearing) dan mempunyai pergerakan

    yang cukup besar lebih sering terkena dibandingkan dengan bagian yang lain. Dari seluruh kasus

    tersebut, tulang belakang merupakan tempat yang paling sering terkena tuberkulosa tulang

    (kurang lebih 50% kasus), diikuti kemudian oleh tulang panggul, lutut dan tulang-tulang lain di

    kaki, sedangkan tulang di lengan dan tangan jarang terkena. Area torako-lumbal terutama torakal

    bagian bawah (umumnya T 10) dan lumbal bagian atas merupakan tempat yang paling sering

    terlibat karena pada area ini pergerakan dan tekanan dari weight bearingmencapai maksimum,

    lalu dikuti dengan area servikal dan sakral.

    Defisit neurologis muncul pada 10-47% kasus pasien dengan spondilitis tuberkulosa. Di

    negara yang sedang berkembang penyakit ini merupakan penyebab paling sering untuk kondisi

    paraplegia non traumatik. Insidensi paraplegia, terjadi lebih tinggi pada orang dewasa

    dibandingkan dengan anakanak. Hal ini berhubungan dengan insidensi usia terjadinya infeksi

    tuberkulosa pada tulang belakang, kecuali pada dekade pertama dimana sangat jarang ditemukan

    keadaan ini.

  • 7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida

    6/25

    5

    BAB II

    LAPORAN KASUS

    IDENTITAS PASIEN

    Nama : Ny PR

    Umur :29 tahun

    Pekerjaan : -

    Alamat : Jl. Sawah Barat Dalam II No 8 RT/RW 01/06, Pondok Bambu,

    Duren Sawit

    Status : Menikah

    Agama : Islam

    Bangsa : Indonesia

    No rekam medis : 87 43 15

    Tanggal masuk RS : 16 Mei 2013

    ANAMNESIS : Autoanamnesis

    Keluhan utama :Nyeri pinggang sejak 2 bulan SMRS Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang 2 bulan SMRS. Nyeri dirasakan seperti ada

    bagian yang tertarik, sehingga pasien menjadi sulit untuk bergerak, duduk, bungkuk dan

    tidak bias berjalan. Nyeri mulai dirasakan menjalar ke kaki kiri. Pasien juga mengeluh

    terdapat benjolan seperti bisul di bagian pinggang sebelah kanan 1 tahun, sebelumnya

    pernah keluar cairan berwarna abu- abu, berbau dan nyeri bila dipegang. Pasien

    menyangkal adanya batuk lama, pengobatan lama, pusing dan muntah. Seminggu SMRS

    pasien mengalami demam tinggi dan diobati dengan obat penurun panas. 4 bulan yang lalu

    pasien merasakan keluhan semakin berat. Penurunan berat badan (+), nafsu makan

    menurun (+).

  • 7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida

    7/25

    6

    Riwayat Penyakit Dahulu- Riwayat hipertensi (-), tidak diketahui pasien dan keluarga- Riwayat DM (-)- TB/ pengobatan 6 bulan (-)- Riwayat Sakit jantung (-)- Riwayat Stroke(-)- Riwayat Trauma kepala (-)- Riw menstruasi normal

    Riwayat Penyakit Keluarga- Riwayat hipertensi (-)- Riwayat DM (-)- Riwayat Sakit jantung (-)- Riwayat stroke (-)

    Riwayat Kebiasaan- Riwayat merokok (-)- Olahraga jarang

    PEMERIKSAAN FISIK

    STATUS GENERALIS

    Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang

    Kesadaran : Kompos mentis

    Sikap Kooperatif : Kooperatif

    Tanda Vital : Tekanan Darah : 120/90 mmhg

    Nadi : 80 x /menit

    Suhu : 36.4 derajat celcius

    Pernapasan. : 20 x/menit.

  • 7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida

    8/25

    7

    Kepala : Normocephali, rambut hitam distribusi merata

    Mata : Conjungtiva anemis -/-Sklera ikterik -/-

    Hidung : Tidak tampak secret, tidak tampak deviasi septum.

    Telinga : NormotiaSerumen +/+ , Membran timpati tidak tampak

    pada kedua telinga

    Mulut : Bibir Tampak kering, tidak pucat, tidak sianosis, oral

    hygine baik.

    Leher : Tidak ada pembesaran KGB dan Kelenjar thyroid

    Thorax : Jantung : IC tidak terlihat

    IC teraba di ICS V 3cm lateral LMCS

    Batas jantung kiri 1 cm lateral

    LMCS

    S1/S2 Reguler , murmur - , gallop

    Paru : Pergerakan nafas simetris saat bernafas

    Vocal Fremitus simetris

    Sonor pada kedua lapang paru

    SN vesikular +/+ rh -/- wh -/-

    Abdomen : Datar, Supel , NT - , BU + (3 x permenit)

    Ektremitas : Hangat pada keempat ekstremitas

    Tidak didapatkan edema pada keempat ektremitas

    STATUS NEUROLOGIS

    Kesadaran : Compos mentis

    GCS : E4 M6 V5 = 15

    Saraf cranial :

  • 7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida

    9/25

    8

    N I : tidak dilakukan

    N II : visus tidak dilakukan , pupil isokor diameter 3 mm RCL +/+, RCTL +/+

    N III, IV, VI : Nistagmus (-)

    N V : Motorik : deviasi rahang (-)

    Sensorik : Cabang 1(ophtalmikus) : normal

    Cabang 2 (maxilla) : normal

    Cabang 3 (mandibula) :normal

    N VII : Motorik : lagoftalmus -/-, sulkus

    nasolabialis simetris

    Sensorik : gangguan pengecapan baik

    N VIII : Ketajaman pendengaran dalam batas normal

    N IX dan N X : Refleks batuk dan muntah tidak dilakukan

    N XI : M. Sternocleidomastoideus & M. Trapezius dalam batas normal

    N XII : Lidah :besarnya normal, normotrofi, tidak berkerut, deviasi(-) ,

    tremor (-), fasikulasi (-)

    I. SISTEM MOTORIKKanan Kiri Keterangan

    Ekstremitas atas

    -Kekuatan

    -Tonus

    -Gerakan involunter

    Normal

    Normal

    Normal

    Normal

    Normal

    Normal

    kesan : normal

    Ekstremitas bawah

    -Kekuatan

    -Tonus

    -Gerakan involunter

    Normal

    Normal

    Normal

    Melemah

    Normal

    Normal

    Kesan :

    -paraparese kaki kiri

  • 7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida

    10/25

    9

    II. SISTEM SENSORIKKanan Kiri Keterangan

    Raba (+) (+) Normal

    Nyeri (+) (+) Normal

    Suhu (+) (+) Normal

    Propioseptif (+) (+) Normal

    III. REFLEKSKanan Kiri Keterangan

    Fisiologis-Biceps

    -Triceps

    - Patella

    - Archilles

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    (+)

    Normal

    Normal

    Normal

    Normal

    Patologis

    -Babinsky

    -Chaddock

    (-)

    (-)

    (-)

    (-)

    Normal

    Normal

    IV. RANGSANG MENINGEALKanan Kiri

    - Lasegue

    - Kernig

    - Patrick

    - Contrapatrick

    - Kaku kuduk

    - Brudzinky I

    - Brudzinky II

    (-)

    (-)

    (+)

    (+)

    (-)

    (-)

    (-)

    (+) 60 nyeri

    (+)

  • 7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida

    11/25

    10

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    1) Pemeriksaan laboratoriumHasil Nilai normal

    Hematologi

    Leukosit 5,3 3,6-11 ribu/uL Normal

    Hemoglobin 11,0 11,7-15,5 g/dL Menurun

    Hematokrit 33 35-47 % Menurun

    Trombosit 395 150-440 ribu/uL Normal

    LED 18 0-20 mm/jam Normal

    Kimia klinik (Hati)

    SGOT 22

  • 7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida

    12/25

    11

    Elektrolit

    Kalsium 8,9 8,4-10,2 mmol/L Normal

    Kesan : Hasil masih dalam batas normal

    2) Foto thoraxkesan : normal

    3) Foto lumbosakraldidapatkan gambaran kompresi corpus vetebra L5, suspek HNP L4-5, L5-S1 dandianjurkan untuk melakukan MRI.

  • 7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida

    13/25

    12

    RESUME

    Seorang wanita, 29 tahun datang ke poli dengan keluhan nyeri pinggang sejak 2 bulan SMRS.

    Nyeri dirasakan seperti ada bagian yang tertarik, sehingga pasien menjadi sulit untuk bergerak,

    duduk, bungkuk dan tidak bisa berjalan. Nyeri mulai dirasakan menjalar ke kaki kiri. Pasien juga

    mengeluh terdapat benjolan seperti bisul di bagian pinggang sebelah kanan 1 tahun,

    sebelumnya pernah keluar cairan berwarna abu- abu, berbau dan nyeri bila dipegang.menyangkal

    adanya batuk lama, pengobatan lama, pusing, muntah. Seminggu SMRS pasien mengalami

    demam tinggi dan diobati dengan obat penurun panas. 4 bulan yang lalu pasien merasakan

    keluhan semakin berat. Penurunan berat badan (+), nafsu makan menurun (+). Pada pemeriksaan

    rangsang meningeal didapatkan tanda laseque dan kerniq positif pada tungkai sebelah kiri. Tanda

    patrick dan contrapatrick positif kedua- duanya.

    Dari pemeriksaan fisik untuk status generalis didapatkan dalam batas normal. Pemeriksaan status

    neurologis didapatkan kesan pada pemeriksaan motorik paraparese extremitas kiri. Pada

    pemeriksaan penunjang, untuk hasil laboratorium hemoglobin 11g/dL, hematokrit 33%, ureum

    10 mg/dl. Pada foto lumbosakral didapatkan gambaran kompresi corpus vetebra L5, suspek HNP

    L4-5, L5-S1 dan dianjurkan untuk melakukan MRI.

    DIAGNOSIS

    DIAGNOSIS KLINIS : Paraparese extremitas bawah kiriHNP L4-5, L5-S1

    DIAGNOSIS TOPIS : Kompresi corpus vertebra L5 DIAGNOSIS ETIOLOGI : Spondilitis TB DIAGNOSIS PATOLOGIS : Infeksi

    DIAGNOSIS BANDING

    Tumor vertebra HNP SOL medulla spinalis

  • 7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida

    14/25

    13

    PEMERIKSAAN ANJURAN

    Rencana fisioterapi Rencana pemeriksaan kultur BTA Rencana MRI torakal Bone scanning

    PENATALAKSANAAN

    IVFD Asering / 12 jam Strepomicyn 1xsyr Metilprednisolon tab 1x1 Ranitidin tab 2x1

    PROGNOSIS

    Ad vitam : Dubia ad bonam Ad sanasionam : Dubia ad bonam Ad fungsionam : Dubia ad bonam

  • 7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida

    15/25

    14

    BAB III

    ANALISA KASUS

    Pasien dengan keluhan lemah pada tungkai sisi kiri dapat mengarah pada kasus infeksi,

    kongenital, neoplasma, trauma maupun kelainan degeneratif di daerah tulang belakang. Dari

    anamnesis didapatkan data bahwa tungkai sisi kiri lemah mulai timbul 2 bulan SMRS,

    sehingga kemungkinan kelainan kongenital dapat disingkirkan. Usia penderita yang baru 29

    tahun dapat menyingkirkan kemungkinan kelainan degeneratif karena usia.

    Nyeri pada tulang belakang dapat berasal dari suatu keganasan pada tulang belakang

    maupun infeksi spesifik seperti tuberkulosis. Nyeri yang timbul pada pasien ini bersifat hilangtimbul. Sifat nyeri ini lebih mengarah pada tuberkulosis. Pada tumor tulang yang sangat jarang

    terjadi, nyeri bersifat difus dan terus-menerus. Oleh karena itu, kemungkinan suatu keganasan

    dapat disingkirkan.

    Pasien juga mengeluh terdapat benjolan seperti bisul di bagian pinggang sebelah kanan

    1 tahun, sebelumnya pernah keluar cairan berwarna abu- abu, berbau dan nyeri bila dipegang. Ini

    dapat mengarah pada kasus infeksi.

    Dari hasil anamnesis didapat data berupa nyeri pinggang yang disertai seperti ada bagian

    yang tertarik, lama kelamaan penderita mengalami kesulitan berjalan. Dari pemeriksaan

    neurologi, didapatkan tanda laseque positif yang menandakan adanya tanda isialgia dan iritasi

    pleksus lumbosakral dan kerniq positif pada extremitas bawah kiri, ini menandakan

    kemungkinan HNP- lumbal yang dapat unilateral. Hasil pemeriksaan penunjang yaitu jumlah

    leukosit 5.300 /mm3, serta rontgen lumbosakral didapatkan gambaran kompresi corpus vetebra

    L5, suspek HNP L4-5, L5-S1 dan dianjurkan untuk melakukan MRI. Dari data-data di atas,

    diagnosis kerja spondilitis TB dapat ditegakkan.

    Timbulnya paraplegia menandakan adanya suatu proses pada medula spinalis penderita

    setinggi L3. Pada kasus-kasus spondilitis TB seringkali ditemukan gejala ini terutama pada

    keadaan lanjut. Data-data ini mengarah pada suatu spondilitis tuberkulosis.

  • 7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida

    16/25

    15

    Terapi pada penyakit spondilitis tuberkulosis adalah terapi konservatif dan terapi

    pembedahan. Terapi konservatif bertujuan untuk memperbaiki keadaan umum dan eliminasi

    kuman penyebab dengan kombinasi antibiotik. Terapi konservatif juga bertujuan untuk

    mempersiapkan pasien yang akan dilakukan tindakan bedah.

    Prosedur pembedahan yang dilakukan adalah bedah kostotransversektomi berupa

    debridement dan penggantian corpus vertebra yang rusak dengan tulang spongiosa atau kortiko-

    spongiosa. Teknik lainnya adalah posterokostotransversektomi, yaitu sama seperti di atas namun

    dilakukan dari posterior. Operasi pembedahan sebaiknya dilakukan 3 minggu setelah pemberian

    obat-obat antituberkulosis (OAT). Tujuan tindakan ini adalah untuk mencegah penyebaran atau

    diseminasi penyakit bila operasi dilakukan sebelum pemberian OAT. OAT dilanjutkan setelah

    pembedahan sampai 6 bulan sesuai dengan pedoman dari WHO dan dapat ditambah sesuai

    dengan keadaan penyakit pasien.

  • 7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida

    17/25

    16

    BAB IV

    TINJAUAN PUSTAKA

    PENDAHULUAN

    Tuberkulosis tulang belakang atau dikenal juga dengan spondilitis tuberkulosa

    merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif oleh mikobakterium

    tuberkulosa. Tuberkulosis tulang belakang selalu merupakan infeksi sekunder dari fokus di

    tempat lain dalam tubuh. Percivall Pott (1793) yang pertama kali menulis tentang penyakit ini

    dan menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penyakit ini dengan deformitas tulang

    belakang yang terjadi, sehingga penyakit ini disebut juga sebagai penyakit Pott.(1)

    Spondilitis tuberkulosa merupakan 50% dari seluruh tuberkulosis tulang dan sendi yang

    terjadi. Di Ujung Pandang insidens spondilitis tuberkulosa ditemukan sebanyak 70% dan

    Sanmugasundarm juga menemukan persentase yang sama dari seluruh tuberkulosis tulang dan

    sendi. Spondilitis tuberkulosa terutama ditemukan pada kelompok umur 2-10 tahun dengan

    perbandingan yang hampir sama antara wanita dan pria.

    Spondilitis paling sering ditemukan pada vertebra T8-L3, dan paling jarang pada vertebra

    C1-C2. Spondilitis tuberculosis biasanya mengenai korpus vertebra, tetapi jarang menyerang

    arkus vertebra.(2)

    ETIOLOGI

    Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di tempat

    lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh mikobakteriumn tuberkulosis tipik (2/3 dari tipe human

    dan 1/3 dari tipe bovin) dan 5-10% oleh mikobakterium tuberkulosa atipik. Lokalisasi spondilitis

    tuberkulosa terutama pada daerah vertebra torakal bawah dan lumbal atas1, sehingga diduga

    adanya infeksi sekunder dari suatu tuberkulosis traktus urinarius, yang penyebarannya melalui

    pleksus Batson pada vena paravertebralis.

    PATOFISIOLOGI

    Penyakit ini pada umumnya mengenai lebih dari satu vertebra. Infeksi berawal dari bagian

    sentral, bagian depan atau daerah epifisial korpus vertebra. Kemudian terjadi hiperemi dan

  • 7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida

    18/25

    17

    eksudasi yang menyebabkan osteoporosis dan perlunakan korpus. Selanjutnya terjadi kerusakan

    pada korteks epifisis, diskus intervertebralis dan vertebra sekitarnya. Kerusakan pada

    bagian depan korpus ini akan menyebabkan terjadinya kifosis.

    Kemudian eksudat (yang terdiri atas serum, leukosit, kaseosa, tulang yang fibrosis serta

    basil tuberkulosa) menyebar ke depan, di bawah ligamentum longitudinal anterior. Eksudat ini

    dapat menembus ligamentum dan berekspansi ke berbagai daerah di sepanjang garis ligamen

    yang lemah.

    Pada daerah servikal, eksudat terkumpul di belakang fasia paravertebralis dan menyebar ke

    lateral di belakang muskulus sternokleidomastoideus. Eksudat dapat mengalami protrusi ke

    depan dan menonjoi ke dalam faring yang dikenal sebagai abses faringeal. Abses dapat berjalan

    ke mediastinum mengisi tempat trakea, esofagus atau kavum pleura.

    Abses pada vertebra torakalis biasanya tetap tinggal pada daerah toraks setempat

    menempati daerah paravertebral, berbentuk massa yang menonjol dan fusiform. Abses pada

    daerah ini dapat menekan medula spinalis sehingga timbul paraplegia.

    Abses pada daerah lumbal dapat menyebar masuk mengikuti muskulus psoas dan muncul

    di bawah ligamentum inguinal pada bagian medial paha. Eksudat juga dapat menyebar ke daerah

    krista iliaka dan mungkin dapat mengikuti pembuluh darah femoralis pada trigonum skarpei atau

    regio glutea. Kumar membagi perjalanan penyakit ini dalam 5 stadium yaitu:

    1. Stadium implantasi.

    Setelah bakteri berada dalam tulang; maka bila daya tahan tubuh penderita menurun,

    bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung selama 6-8 minggu.

    Keadaan ini umumnya terjadi pada daerah paradiskus dan pada anak-anak umumnya

    pada daerah sentral vertebra.

    2. Stadium destruksi awal.Setelah stadium implantasi, selanjutnya terjadi destruksi korpus vertebra serta

    penyempitan yang ringan pada diskus. Proses ini berlangsung selama 3-6 minggu.

    3. Stadium destruksi lanjut.

    Pada stadium ini terjadi destruksi yang masif, kolaps vertebra dan terbentuk massa

  • 7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida

    19/25

    18

    kaseosa serta pus yang berbentuk cold abses (abses dingin), .yang terjadi 2-3 bulan

    setelah stadium destruksi awal. Selanjutnya dapat terbentuk sekuestrum serta kerusakan

    diskus intervertebralis. Pada saat ini terbentuk tulang baji terutama di sebelah depan

    (wedging anterior) akibat kerusakan korpus vertebra, yang menyebabkan terjadinya

    kifosis atau gibus.

    4. Stadium gangguan neurologis.

    Gangguan neurologis tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang terjadi, tetapi

    terutama ditemukan oleh tekanan abses ke kanalis spinalis. Gangguan ini

    ditemukan 10% dari seluruh komplikasi spondilitis tuberkulosa. Vertebra

    torakalis mempunyai kanalis spinalis yang lebih kecil sehingga gangguan

    neurologis lebih mudah terjadi pada daerah ini.

    Bila terjadi gangguan neurologis, maka perlu dicatat derajat kerusakan paraplegia,

    yaitu:

    1. Derajat IKelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah melakukan aktivitas atau

    setelah berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi gangguan saraf sensoris.

    2. Derajat IITerdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita masih apat

    melakukan pekerjaannya

    3. Derajat IIITerdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi gerak/aktivitas

    penderita serta hipestesia/anesthesia

    4. Derajat IVTerjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan defekasi dan

    miksi. Tuberkulosis paraplegia atau Pott paraplegia dapat terjadi secara dini atau

    lambat tergantung dari keadaan penyakitnya.

    Pada penyakit yang masih aktif, paraplegia terjadi oleh karena tekanan ekstradural dari abses

    paravertebral atau akibat kerusakan langsung sumsum tulang belakang ol eh adanya

    granulasi jaringan. Paraplegia pada penyakit yang sudah tidak aktif/sembuh terjadi oleh karena

  • 7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida

    20/25

    19

    tekanan pada jembatan tulang kanalis spinalis atau oleh pembentukan jaringan fibrosis

    yang progresif dari jaringan granulasi tuberkulosa.Tuberkulosis paraplegia terjadi secara

    perlahan dan dapat terjadi destruksi tulang disertai angulasi dan gangguan vaskuler vertebra.

    Derajat I-III disebut sebagai paraparesis dan derajat IV disebut sebagai paraplegia.

    5. Stadium deformitas residual.

    Stadium ini terjadi kurang lebih 3-5 tahun setelah timbulnya stadium implantasi. Kifosis atau

    gibus bersifat permanen oleh karena kerusakan vertebra yang masif di sebelah depan.

    GAMBARAN KLINIS

    Secara klinik gejala tuberkulosis tulang belakang hampir sama dengan gejala tuberkulosis pada

    umumnya, yaitu badan lemah/lesu, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, suhu

    sedikit meningkat (subfebril) terutama pada malam.

    hari serta sakit pada punggung. Pada

    anak-anak sering disertai dengan menangis pada malam hari (night cries).

    Pada tuberkulosis vertebra servikal dapat ditemukan nyeri di daerah belakang kepala,

    gangguan menelan dan gangguan pernapasan akibat adanya abses retrofaring.

    Kadangkala penderita datang dengan gejala abses pada daerah paravertebral, abdominal,

    inguinal, poplitea atau bokong, adanya sinus pada daerah paravertebral atau penderita

    datang dengan gejala-gejala paraparesis, gejala paraplegia, keluhan gangguan pergerakan tulang

    belakang akibat spasme atau gibus.

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan laboratorium

    Peningkatan laju endap darah dan mungkin disertai dengan leukositosis Uji Mantoux positif Pada pemeriksaan biakan kuman mungkin ditemukan mikobakterium Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar linfe regional Pemeriksaan histopatologis dapat ditemukan tuberkel

  • 7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida

    21/25

    20

    Pemeriksaan radiologis

    Pemeriksaan foto toraks untuk melihat adanya tuberkulosis paru Foto polos vertebra, ditemukan osteoporosis, osteolitik dan destruksi korpus vertebra,

    disertai penyempitan diskus intervertebralis yang berada diantara korpus tersebut dan

    mungkin dapat ditemukan adanya massa abses paravertebral.

    Pada foto AP, abses paravertebral di daerah servikal berbentuk sarang burung (bird'snets), di daerah torakal berbentuk bulbus dan pada daerah lumbal abses terlihat

    berbentuk fusiform

    Pada stadium lanjut terjadi destruksi vertebra yang hebat sehingga timbal kifosis Pemeriksaan foto dengan zat kontras Pemeriksaan mielografi dilakukai bila terdapat gejala-gejala penekanan sumsum tulang Pemeriksaan CT scan atau CT dengan mielografi Pemeriksaan MRI

    DIAGNOSIS

    Diagnosis spondilitis tuberkulosa dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan

    pemeriksaan radiologis. Untuk melengkapkan pemeriksaan, maka dibuat suatu standar

    pemeriksaan pada penderita tuberkulosis tulang dan sendi, yaitu:

    Pemeriksaan klinik dan neurologis yang lengkap Foto tulang belakang posisi AP dan lateral Foto polos toraks posisi PA UjiMantoux Biakan sputum dan pus untuk menemukan basil tuberkulosa

    PENGOBATAN

    Prinsipnya pengobatan tuberkulosis tulang belakang harus dilakukan sesegera mungkin untuk

    menghentikan progresivitas penyakit serta mencegah paraplegia.

    Pegobatan terdiri atas:

  • 7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida

    22/25

    21

    1. Terapi konservatif berupa:

    Tirah baring (bed rest)

    Memperbaiki keadaan umum penderita

    Pemasangan brace pada penderita, baik yang dioperasi ataupun yang tidak dioperasi

    Pemberian obat antituberkulosa

    Obat-obatan yang diberikan terdiri atas:

    Isonikotinik hidrasit (INF) dengan dosis oral 5 mg/kg berat badan per hari dengandosis maksimal 300 mg. Dosis oral pada anak-anak 10 mg/kg berat badan.

    Asam para amino salisilat Dosis oral 8-12 mg/kg berat badan. Etambutol. Dosis oral 15-25 mg/kg berat badan per hari. Rifampisin. Dosis oral 10 mg/kg berat badan diberikan pada anak-anak. Pada orang

    dewasa 300-400 mg per hari.

    Untuk mendapatkan hasil pengobatan yang efektif dan mencegah terjadinya kekebalan kuman -

    tuberkulosis terhadap obat yang diberikan maka diberikan kombinasi beberapa obat

    tuberkulostatik. Regimen yang dipergunakan di Amerika dan di Eropa adalah INH dan

    Rifampisin selama 9 bulan. INH + Rifampisin + Etambutol diberikan selama 2 bulan dilanjutkan

    dengan pemberian INH + Rifampisin selama 7 bulan, Di Korea diberikan kombinasi antara INH

    + Rifampisin selama 6-12 bulan atau INH + Etambutol selama 9-18 bulan.

    Standar pengobatan di Indonesia berdasarkan program,P2TB paru adalah:

    Kategori 1

    Untuk penderita baru BTA (+) dan BTA (-)/rontgen (+), diberikan dalam dua tahap, yaitu:

    Tahap I, diberikan Rifampisin 450 mg, Etambutol 750 mg, INH 300 mg danPiraz inamid 1.500 mg. Obat diberikan setiap hari selama 2 bulan pertama (60 kali).

    Tahap II, diberikan Rifampisin 450 mg dan INH 600 mg. Obat diberikan tigakali seminggu (intermiten) selama 4 bulan (54 kali).

  • 7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida

    23/25

    22

    Kategori 2

    Untuk penderita baru BTA .(+) yang sudah pernah minum obat selama lebih sebulan,

    termasuk penderita dengan BTA (+) yang kambuh/gagal yang diberikan dalam dua tahap, yaitu:

    Tahap I, diberikan Streptomisin 750 mg (injeksi), INH 300 mg, Rifampisin 450mg, Pirazinamid 1.500 mg dan Etambutol 750 mg, Obat diberikan setiap hari,

    Streptomisin injeksi hanya 2 bulan pertama (60 kali) dan obat lainnya selama 3 bulan

    (90 kali).

    Tahap II, diberikan INH 600 mg, Rifampisin 450 mg dan Etambutol 1.250 mg.Obat diberikan 3 kali seminggu (intermiten) selama 5 bulan (66 kali),

    Kriteria penghentian pengobatan yaitu apabila:

    Keadaan umum penderita bertambah baik Laju endap darah menurun dan menetap Gejala-gejala klinis berupa nyeri dan spasme berkurang Gambaran radiologik ditemukan adanya unionpada vertebra

    2. Terapi Operatif

    Walaupun pengobatan kemoterapi merupakan pengobatan utama bagi penderita tuberkulosis

    tulang belakang, namun tindakan operatif masih memegang peranan penting dalam

    beberapa hal, yaitu bila terdapat cold abses (abses dingin), lesi tuberkulosa, paraplegia

    Abses dingin (Cold Abses)

    Cold abses yang kecil tidak memerlukan tindakan operatif oleh karena dapat terjadi

    resorpsi spontan dengan pemberian obat tuberkulostatik.

    Pada abses yang besar dilakukan drainase bedah.

    Ada tiga Cara untuk menghilangkan lesi tuberkulosa, yaitu:

    debridemen fokal kosto-transversektomi

  • 7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida

    24/25

    23

    debridemen fokal radikal yang disertai bone graft di bagian depanParaplegia

    Penanganan yang dapat dilakukan pada paraplegia, yaitu:

    Pengobatan dengan kemoterapi semata-mata Laminektomi Kosto-transveresektomi Operasi radikal Osteotomi pada tulang baji secara tertutup dari belakang

    lndikasi operasi

    a. Bila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau malah semakin

    berat. Biasanya tiga minggu sebelum tindakan operasi di lakukan, setiap spondi li tis

    tuberkulosa diberikan obat tuberkulostatik.

    b. Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara terbuka dan

    sekaligus debrideman serta bone graft

    c. Pada pemeriksaan radiologis baik dengan foto polos, mielografi ataupun pemeriksaan CT dan

    MRI ditemukan adanya penekanan langsung pada medula spinalis

  • 7/28/2019 Case Spondilitis Tb ~Wahida

    25/25

    24

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Martini F.H., Welch K. The Lymphatic System and Immunity. In : Fundamentals ofAnantomy and Physiology. 5th ed. New Jersey : Upper Saddle River, 2001: 132,151

    2. Savant C, Rajamani K. Tropical Diseases of the Spinal Cord. In : Critchley E,Eisen A.,editor. Spinal Cord Disease : Basic Science, Diagnosis and Management. London : Springer-

    Verlag, 2007: 378-87.

    3. Lindsay, KW, Bone I, Callander R. Spinal Cord and Root Compresion. In : Neurology andNeurosurgery Illustrated. 2nded. Edinburgh : Churchill Livingstone,2001 : 388.

    4. Graham JM, Kozak J. Spinal Tuberculosis. In : Hochschuler SH, Cotler HB, Guyer RD.,editor. Rehabilitation Of The Spine : Science and Practice. St. Louis : Mosby-Year Book,

    Inc., 2003 : 387-90.

    5. Mansjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Spondilitis tuberkulosis. Editor:Mansjoer A; Jakarta; Media Aesculapius.2000

    6. Salter RB. Texbook of Disorder and Injuries of the Musculoskeletal System. Editor: Eric PJohnson. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins.1999

    7. Lumbantobing SM. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: FakultasKedokteran Universitas Indonesia.2008

    8. Hidalgo JA. 2013. Pott Disease (Tuberculous Spondylitis). (online)http://emedicine.medscape.com/article/226141-overview

    http://emedicine.medscape.com/article/226141-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/226141-overview