Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

40
BAB I Pendahuluan Sinusitis adalah infeksi atau peradangan dari mukosa sinus paranasal. Sinusitis mungkin hanya terjadi pada beberapa hari (sinusitis akut) atau dapat berlanjut menjadi sinusitis kronis jika tanpa pengobatan yang adekuat. Angka kejadian sinusitis akut mendekati 3 dalam 1000 orang. Sedangkan sinusitis kronis lebih jarang kira-kira 1 dalam 1000 orang. Bayi di bawah 1 tahun tidak menderita sinusitis karena pembentukan sinusnya belum sempurna, tetapi sinusitis dapat terjadi pada berbagai usia dengan cara lain.Di Amerika diperkirakan lebih dari 30 juta pasien menderita sinusitis. Sekitar 0,5 sampai dengan 2 persen kasus viral rhinosinusitis akan berkembang menjadi infeksi bakterial. Sinusitis jarang mengancam jiwa, tetapi kadang dapat menimbulkan komplikasi yang serius. 1

description

THT

Transcript of Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

Page 1: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

BAB I

Pendahuluan

Sinusitis adalah infeksi atau peradangan dari mukosa sinus paranasal.

Sinusitis mungkin hanya terjadi pada beberapa hari (sinusitis akut) atau dapat

berlanjut menjadi sinusitis kronis jika tanpa pengobatan yang adekuat.

Angka kejadian sinusitis akut mendekati 3 dalam 1000 orang. Sedangkan

sinusitis kronis lebih jarang kira-kira 1 dalam 1000 orang. Bayi di bawah 1 tahun

tidak menderita sinusitis karena pembentukan sinusnya belum sempurna, tetapi

sinusitis dapat terjadi pada berbagai usia dengan cara lain.Di Amerika diperkirakan

lebih dari 30 juta pasien menderita sinusitis.

Sekitar 0,5 sampai dengan 2 persen kasus viral rhinosinusitis akan

berkembang menjadi infeksi bakterial. Sinusitis jarang mengancam jiwa, tetapi

kadang dapat menimbulkan komplikasi yang serius.

1

Page 2: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Hidung dan Sinus Paranasal

Rongga hidung atau kavum nasi adalah rongga yang berbentuk terowongan

dari depan ke belakang yang dipisahkan oleh septum di bagian tengah menjadi

rongga hidung kanan dan kiri. Lobang hidung depan disebut nares anterior dan

lobang hidung belakang disebut nares posterior ( khoana ) yang memisahkan rongga

hidung dengan nasofaring. Di dinding lateral rongga hidung terdapat 3 tonjolan

tulang yang dilapisi mukosa yaitu konka superior, media dan inferor. Celah yang

terdapat diantara konka-konka tersebut atau lebih tepat ruang diantara konka tersebut

dengan dinding lateral rongga hidung disebut meatus yaitu meatus superior, media

dan inferior.

Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit

dideskripsikan karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat

pasang sinus paranasal mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal,

sinus etmoid,dan sinus sphenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan

merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepal , sehingga berbentuk rongga di

dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung.

Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu di meatus medius

terdapat muara-muara dari sinus maksila, sinus frontal dan sinus etmoid anterior. Di

daerah yang sempit ini terdapat prosessus uncinatus, infundibulum, hiatus

semilunaris, recessus frontalis, bula etmoid dan sel-sel etmoid anterior. Daerah yang

sempit dan rumit ini disebut kompleks osteomeatal ( KOM ) yang merupakan faktor

utama patogenesis tejadinya sinusitis.

Mukosa hidung dan sinus paranasal terdiri dari epitel torak berlapis semu

bersilia dan di atasnya terdapat sel-sel goblet yang menghasilkan lendir. Sekresi dari

sel-sel goblet dan kelenjar ini membentuk selimut mukosa. Di atas permukaan

mukosa terdapat silia yang di rongga hidung bergerak secara teratur ke arah

nasofaring dan dari rongga sinus kearah ostium dari sinus tersebut. Silia dan selimut

2

Page 3: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

mukosa ini berfungsi sebagai proteksi dan melembabkan udara inspirasi yang disebut

sebagai sistem mukosilier. Sinus dari kelompok anterior dialirkan ke nasofaring di

bagian depan muara tuba eustachius, sedangkan sinus grup posterior dialirkan ke

nasofaring di bagian postero superior tuba eustachius.

Gambar 1. Anatomi Sinus

2.2 Definisi

Sinusitis atau istilah yang seharusnya rinosinusitis adalah penyakit inflamasi

mukosa yang melapisi hidung dan sinus paranasal. Bila mengenai beberapa sinus

disebut multisinus, sedangkan bila mengenai semua sinus disebut pansinusitis. Sesuai

anatomi yang terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid,

sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid.

Yang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksilaris dan sinusitis

etmoid, sinuisitis frontal dan sinusitis sphenoid lebih jarang. Pada anak hanya sinus

maksila dan sinus etmoid yang berkembang, sedangkan sinus sphenoid belum.

3

Page 4: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

2.3 Klasifikasi

Konsensus intersional yang merupakan hasil Internasional Conference On

Sinus Disease 1993 dan telah disepakati untuk dipakai di Indonesia, mendefinisikan

sinusitis akut dan kronis lebih berdasarkan pada patofisiologi daripada pembagian

waktu yang ketat berdasarkan lamanya penyakit.

Sinusitis diklasifikasikan sebagai sinusitis akut jika periode infeksinya

sembuh dengan terapi medikamentosa , tanpa terjadi kerusakan mukosa. Sinusitis

akut rekuren didefinisikan sebagai episode akut yang berulang yang dapat sembuh

dengan terapi medikamentosa saja sehingga tidak terdapat kerusakan mukosa yang

irreversible. Sinusitis kronis adalah penyakit yang tidak dapat sembuh dengan terapi

medikamentosa saja. Hal yang merupakan paradigma baru dari konsensus

internasional ini adalah, baik pada sinusitis akut maupun kronis, jika obstruksi

ostium dihilangkan dan terjadi aerasi yang adekuat dari sinus-sinus yang menderita

maka mukosa yang telah rusak dapat kembali mengalami regenerasi.

Untuk kepentingan praktis, kriteria untuk sinusitis akut dan kronis pada

penderita dewasa dan anak berdasarkan gambaran klinik dapat dilihat pada tabel 1

Tabel 1. Kriteria sinusitis akut dan kronik pada anak dan dewasa menurut

Internasional Confrence on Sinus Disease 1993.

KRITERIA SINUSITIS AKUT SINUSIIS KRONIK

Dewasa Anak Dewasa Anak

1. Lama gejala dan tanda <8mgg <12 mgg ≥ 8 mgg ≥12mgg

2. Jumlah Episode <4X/thn <6x/thn ≥4x/thn ≥6x/thn

Serangan akut,masing2

berlangsung minimal

10 hari

3.Reversibilitas mukosa Dapat sembuh sempurna Tidak dapat sembuh sempurna

dengan medikamentosa dengan medikamentosa

4

Page 5: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

2.4 Etiologi

Faktor-faktor fisik, kimia, saraf hormonal atau emosional dapat

mempengaruhi mukosa hidung yang selanjutnya mempengaruhi mukosa sinus.

Defisiensi nutrisi, kelelahan, kesegaran fisik yang menurun dan penyakit sistemik

juga penting dalam etiologi sinusitis. Sebagai faktor predisposisi lain ialah

lingkungan berpolusi, udara dingin serta kering yang dapat menyebabkan perubahan

pada mukosa serta kerusakan silia.

Penyebab sinusitis akut adalah:

1. rhinitis akut

2. infeksi faring seperti faringitis, adenoitis, tonsillitis akut

3. infeksi gigi rahang atas M1, M2, M3 serta P1 dan P2 (dentogen)

4. berenang dan menyelam

5. trauma, dapat menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasal

6. barotrauma dapat menyebabkan nekrosis mukosa

Streptococcus pneumonia, Hemophillus influenzae, Moraxella catarhalis

merupakan bakteri patogen yang ditemukan pada hampir 70% penderita sinusitis

akut. Infeksi virus juga berperan dalam sinusitis akut. Adanya kelainan sinus

ditemukan pada 87% pasien yang menderita rhinitis yang disebabkan oleh virus.

Komplikasi bakteri pada rhinitis yang disebabkan oleh virus ditemukan pada 2%

kasus.

Bakteri-bakteri penyebab sinusitis kronis antara lain pneumococcus,

streptococcs, stafilococcus, Hemophilus influenza, kuman gram positif anaerob,

klebsiela, batang gram negatif, Streptococcus pneumonia, Streptococcuc hemoliticus,

pseudomonas. Golongan jamur dari spesies candida, aspergilus juga dilaporkan

sebagai penyebab sinusitis.

Kondisi dan faktor yang berperan pada sinusitis kronik diantaranya

1. Kelainan anatomi yang mempengaruhi kompleks osteomeatal seperti septum

deviasi, konka bulosa, deviasi prosesus uncinatus

2. Rhinitis alergi : alergi sebagai faktor predisposisi dari sinusitis dimana terjadi

edema mukosa dan hipersekresi, kedaan ini akan menimbulkan penyumbatan

5

Page 6: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

muara sinus mengakibatkan stasis sekret. Hal ini sebagai medium infeksi yang

pada akhirnya menimbulkan sinusitis kronik.

3. Nasal polip, dapat menekan kompleks osteometal sehingga menyebabkan

terjadinya sinusitis kronis. Polip mengakibatkan terjadinya kerusakan silia

sehingga terjadi penurunan produksi dan aliran mucus akibatnya terjadi stasis

yang berlanjut menjadi sinusitis. Timbulnya polip nasal biasanya dihubungkan

dengan adanya inflamasi kronik dari rongga hidung.

4. Pengobatan infeksi akut yang tidak sempurna.

5. Faktor hormonal seperti kehamilan, pubertas dimana gangguan hormonal dapat

mengakibatkan terjadinya edema mukosa.

2.5 Patogenesis

Sinusitis terjadi karena sumbatan pada kompleks osteomeatal tempat

bermuaranya sinus di daerah meatus medius. Akibat sumbatan di osteomeatal ini

maka rongga sinus akan kekurangan oksigen. Anoksia dalam rongga sinus ini

berakibat mukosa sinus hipoksia dan menjadi edema yang memperberat sumbatan di

ostium sinus. Edema mukosa dan sumbatan ostium ini menyebabkan sistem

mukosilier untuk mengeluarkan sekret jadi terganggu sehingga cairan akan

menumpuk dalam rongga sinus yang akibatnya mudah terjadi infeksi oleh bakteri

sehingga terjadi sinusitis akut bakteri. Apabila tidak diobati atau pengobatan tidak

tepat maka penyakit dapat berlangsung terus dan bila berlangsung lebih dari 8

minggu sudah terjadi perubahan patologis yang irreversibel pada mukosa sinus

disebut sebagai sinusitis kronik.

2.6 Gejala dan Diagnosis

a. Sinusitis Akut

Gejala Subyektif

Dari anamnesis biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas

(terutama pada anak kecil), berupa pilek dan batuk yang lama, lebih dari tujuh hari.

Gejala subyektif terbagi atas gejala sistemik yaaitu demam dan rasa lesu, serta gejala

lokal yaitu hidung tersumbat, ingus kental yang kadang berbau dan mengalir ke

6

Page 7: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

nasofaring (post nasal drip), halitosis, sakit kepala yang lebih berat pada pagi hari,

nyeri di daerah sinus yang terkena, serta kadang nyeri alih ke tempat lain.

1. Sinusitis Maksilaris

Sinus maksilaris disebut juga Antrum Highmore, merupakan sinus yang

sering terinfeksi oleh karena (1) merupakan sinus paranasal yang terbesar, (2) letak

ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret (drainase) dari sinus

maksilaris hanya tergantung dari gerakan silia (3) dasar sinus maksila adalah dasar

akar gigi (procesus alveolaris), sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis

maksila, (4) ostium sinus maksila terletak di meatus medius di sekitar hiatus

semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.

Pada peradangan aktif sinus maksila atau frontal, nyeri biasanya sesuai

dengan daerah yang terkena. Pada sinusitis maksila nyeri terasa di bawah kelopak

mata dan kadang menyebar ke alveolus sehingga terasa nyeri di gigi. Nyeri alih

dirasakan di dahi dan depan telinga.

Wajah terasa bengkak, penuh dan gigi nyeri pada gerakan kepala mendadak,

misalnya sewaktu naik atau turun tangga. Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang

tumpul dan menusuk. Sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang

berbau busuk. Batuk iritatif non produktif seringkli ada.

2. Sinusitis Ethmoidalis

Sinusitis ethmoidalis akut terisolasi lebih lazim pada anak, seringkali

bermanifestasi sebagai selulitis orbita. Karena dinding lateral labirin ethmoidalis

(lamina papirasea) seringkali merekah dan karena itu cenderung lebih sering

menimbulkan selulitis orbita.

Pada dewasa seringkali bersama-sama dengan sinus maksilaris serta dianggap

sebagai penyerta sinusitis frontalis yang tidak dapat terelakkan.

Gejala berupa nyeri yang dirasakan di pangkal hidung dan kantus medius,

kadang-kadang nyeri di bola mata atau di belakangnya, terutama bila mata

digerakkan, nyeri alih di pelipis, post nasal drip dan sumbatan hidung.

7

Page 8: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

3. Sinusitis Frontalis

Sinusitis frontalis akut hampir selalu bersama-sama dengan infeksi sinus

ethmoidalis anterior.

Gejala subyektif terdapat nyeri kepala yang khas, nyeri berlokasi di atas alis

mata, biasanya pada pagi hari dan memburuk menjelang tengah hari, kemudian

perlahan-lahan mereda hingga menjelang malam.

Pasien biasanya menyatakan bahwa dahi terasa nyeri bila disentuh dan

mungkin terdapat pembengkakan supra orbita.

4. Sinusitis Sfenoidalis

Pada Sinusitis sfenoidalis rasa nyeri terlokalisasi di verteks, oksipital, di

belakang bola mata dan di daerah mastoid. Namun, penyakit ini lebih lazim menjadi

bagian dari pansinusitis, sehingga gejalanya sering menjadi satu dengan gejala infeksi

sinus lainnya.

Gejala Obyektif

Jika sinus yang berbatasan dengan kulit (frontal, maskila dan ethmoid

anterior) terkena secara akut dapat terjadi pembengkakan dan edema kulit yang

ringan akibat periotitis. Palpasi dengan jari mendapati sensasi seperti ada penebalan

ringan atau seperti meraba beludru.

Pembengkakan pada sinus maksila terlihat di pipi dan kelopak mata bawah,

pada sinusitis frontal terlihat di dahi dan kelopak mata atas, pada sinusitis ethmoid

jarang timbul pembengkakan, kecuali bila ada komplikasi.

Pada rhinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada

sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak mukopus

atau nanah di meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior dan

sinusitis sfenoid nanah tampak keluar dari meatus superior. Pada sinusitis akut tidak

ditemukan polip, tumor, maupun komplikasi sinusitis. Jika ditemukan maka kita

harus melakukan penatalaksanaan yang sesuai.

8

Page 9: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

Pada rhinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip). Pada

posisional test yakni pasien mengambil posisi sujud selama kurang lebih 5 menit dan

provokasi test yakni suction dimasukkan pada hidung, pemeriksa memencet hidung

pasien kemudian pasien disuruh menelan ludah dan menutup mulut dengan rapat, jika

positif sinusitis maksilari maka akan keluar pus dari hidung.

Pada pemeriksaan transiluminasi, sinus yang sakit akan menjadi suram atau

gelap. Pemeriksaan transiluminasi bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit,

sehingga tampak lebih suram dibanding sisi yang normal.

Pemeriksaan radiologik yang dibuat adalah posisi waters, PA dan lateral. Akan

tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan udara (air fluid level)

pada sinus yang sakit.

Pemeriksaan mikrobiologik sebaiknya diambil sekret dari meatus medius atau

meatus superior. Mungkin ditemukan bermacam-macam bakteri yang merupakan

flora normal di hidung atau kuman patogen, seperti Pneumococcus, streptococcus,

Staphylococcus dan Haemophylus influenzae. Selain itu mungkin juga ditemukan

virus atau jamur.

b. Sinusitis Sub Akut

Gejala klinisnya sama dengan sinusitis akut hanya tanda-tanda radang akutnya

(demam, sakit kepala hebat, nyeri tekan) sudah reda. Pada rhinoskopi anterior tampak

sekret di meatus medius atau superior. Pada rhinoskopi posterior tampak sekret

purulen di nasofaring. Pada pemeriksaan transiluminasi tampak sinus yang sakit,

suram atau gelap.

c. Sinusitis Kronis

Sinusitis kronis berbeda dengan sinusitis akut dalam berbagai aspek,

umumnya sukar disembuhkan dengan pengobataan medikamentosa saja. Harus dicari

faktor penyebab dan faktor predisposisinya. Polusi bahan kimia menyebabkan silia

9

Page 10: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa hidung. Perubahan tersebut juga dapat

disebabkan oleh alergi dan defisiensi imunologik, sehingga mempermudah terjadinya

infeksi, dan infeksi menjadi kronis apabila pengobatan sinusitis akut tidak sempurna.

Gejala Subjektif

Bervariasi dari ringan sampai berat, terdiri dari:

● Gejala hidung dan nasofaring, berupa sekret pada hidung dan sekret pasca nasal

(post nasal drip) yang seringkali mukopurulen dan hidung biasanya sedikit

tersumbat

● Gejala laring dan faring yaitu rasa tidak nyaman dan gatal di tenggorokan.

● Gejala telinga berupa pendengaran terganggu oleh karena terjadi sumbatan tuba

eustachius

● Ada nyeri atau sakit kepala

● Gejala mata, karena penjalaran infeksi melalui ductus nasolakrimalis

● Gejala saluran nafas berupa batuk dan komplikasi di paru berupa bronkhitis atau

bronkhiektasis atau asma bronkhial.

● Gejala di saluran cerna mukopus tertelan sehingga terjadi gastroenteritis

Gejala Objektif

Temuan pemeriksaan klinis tidak seberat sinusitis akut dan tidak terdapat

pembengkakan pada wajah. Pada rhinoskopi anterior dapat ditemukan sekret kental,

purulen dari meatus medius atau meatus superior, dapat juga ditemukan polip, tumor

atau komplikasi sinusitis. Pada rhinoskopi posterior tampak sekret purulen di

nasofaring atau turun ke tenggorok.

Dari pemeriksaan endoskopi fungsional dan CT Scan dapat ditemukan

etmoiditis kronis yang hampir selalu menyertai sinusitis frontalis atau maksilaris.

Etmoiditis kronis ini dapat menyertai poliposis hidung kronis.

Pemeriksakan Mikrobiologi

10

Page 11: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

Merupakan infeksi campuran oleh bermacam-macam mikroba, seperti kuman

aerob S. aureus, S. viridans, H. influenzae dan kuman anaerob Pepto streptococcus

dan fuso bakterium.

Diagnosis Sinusitis Kronis

Diagnosis sinusitis kronis dapat ditegakkan dengan :

1. Anamnesis yang cermat

2. Pemeriksaan rhinoskopi anterior dan posterior

3. Pemeriksaan transiluminasi untuk sinus maksila dan sinus frontal, yakni pada

daerah sinus yang terinfeksi terlihat suram atau gelap.

4. Pemeriksaan radiologik, posisi rutin yang dipakai adalah posisi waters, PA dan

Lateral. Posisi waters adalah untuk memproyeksikan tulang petrosus supaya

terletak di bawah antrum maksila, yakni dengan cara menengadahkan kepala

pasien sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Posisi ini

terutama untuk melihat adanya kelainan di sinus maksila, frontal dan etmoid.

Posisi posteroanterior untuk melihat sinus frontal dan posisi lateral untuk melihat

sinus frontal, spenoid dan etmoid.

5. Pungsi sinus maksilaris

6. Sinoskopi sinus maksilaris, dapat dilihat keadaan dalam sinus, apakah ada sekret,

polip, jaringan granulasi, massa tumor atau kista dan bagaimana keadaan mukosa

dan apakah osteumnya terbuka. Pada sinusitis kronis akibat perlengketan akan

menyebabkan osteum tertutup sehingga drainase menjadi terganggu.

7. Pemeriksaan histopatologi dari jaringan yang diambil pada waktu dilakukan

sinoskopi

8. Pemeriksaan meatus medius dan meatus superior dengan menggunakan

nasoendoskopi

9. Pemeriksaan CT-Scan, merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan sifat dan

sumber masalah pada sinusitis dengan komplikasi. CT-Scan pada sinusitis akan

tampak : penebalan mukosa, air fluid level, perselubungan homogen atau tidak

11

Page 12: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

homogen pada satu atau lebih sinus paranasal, penebalan dinding sinus dengan

sklerotik (pada kasus-kasus kronik)

2.7 Terapi

a. Sinusitis Akut

Diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotik empirik (2x24 jam).

Antibiotik yang diberikan lini I yakni golongan penisilin atau kotrimoksazol dan

terapi tambahan yakni obat dekongestan oral dan topikal, mukolitik untuk

memperlancar drainase dan analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri. Pada pasien

atopi, diberikan antihistamin atau kortikosteroid topikal. Jika ada perbaikan maka

pemberian antibiotik diteruskan sampai mencukupi 10-14 hari. Jika tidak ada

perbaikan maka dilakukan rontgen-polos atau CT Scan dan atau nasoendoskopi. Bila

dari pemeriksaan tersebut ditemukan kelainan maka dilakukan terapi sinusitis kronik.

Jika tidak ada kelainan maka dilakukan evaluasi diagnosis yakni evaluasi

komprehensif alergi dan kultur dari fungsi sinus.

Terapi pembedahan pada sinusitis akut jarang diperlukan, kecuali bila telah

terjadi komplikasi ke orbita atau intrakranial, atau bila ada nyeri yang hebat karena

ada sekret tertahan oleh sumbatan.

b. Sinusitis Sub Akut

Terapi mula-mula diberikan medikamentosa, bila perlu dibantu dengan

tindakan yaitu diatermi atau pencuci sinus. Obat-obat yang diberikan berupa

antibiotika berspektrum luas atau yang sesuai dengan resistensi kuman selama 10-14

hari. Juga diberikan obat-obat simptomatis berupa dekongestan. Selain itu dapat pula

diberikan analgetika, antihistamin dan mukolitik.

Tindakan dapat berupa diatermi dengan sinar gelombang pendek (Ultra Short

Wave Diathermy) sebanyak 5-6 kali pada daerah yang sakit untuk memperbaiki

vaskularisasi sinus. Kalau belum membaik, maka dilakukan pencucian sinus.

12

Page 13: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

Pada sinusitis maksilaris dapat dilakukan pungsi irigasi. Pada sinusitis ethmoid,

frontal, atau sphenoid yang letak muaranya di bawah, dapat dilakukan tindakan

pencucian sinus cara Proetz.

13

Page 14: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

c. Sinusitis Kronis

Terapi untuk sinusitis kronis :

a. Jika ditemukan faktor predisposisinya, maka dilakukan tata laksana yang sesuai

dan diberi terapi tambahan. Jika ada perbaikan maka pemberian antibiotik

mencukupi 10-14 hari.

b. Jika faktor predisposisi tidak ditemukan maka terapi sesuai pada episode akut lini

II + terapi tambahan. Sambil menunggu ada atau tidaknya perbaikan, diberikan

antibiotik alternatif 7 hari atau buat kultur. Jika ada perbaikan diteruskan antibiotik

mencukupi 10-14 hari, jika tidak ada perbaikan evaluasi kembali dengan

pemeriksaan nasoendoskopi, sinuskopi (jika irigasi 5x tidak membaik). Jika ada

obstruksi kompleks osteomeatal maka dilakukan tindakan bedah yaitu Bedah

Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF) atau bedah konvensional. Jika tidak ada

obstruksi maka evaluasi diagnosis.

c. Diatermi gelombang pendek di daerah sinus yang sakit.

d. Pada sinusitis maksila dilakukan pungsi dan irigasi sinus, sedang sinusitis ethmoid,

frontal atau sfenoid dilakukan tindakan pencucian Proetz.

e. Pembedahan

Radikal :

- Sinus maksila dengan operasi Cadhwell-luc.

- Sinus ethmoid dengan ethmoidektomi

- Sinus frontal dan sfenoid dengan operasi Killian

Non Radikal :

Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF), prinsipnya dengan membuka dan

membersihkan daerah kompleks ostiomeatal.

2.8 Komplikasi Sinusitis

CT-Scan penting dilakukan dalam menjelaskan derajat penyakit sinus dan

derajat infeksi di luar sinus, pada orbita, jaringan lunak dan kranium. Pemeriksaan ini

harus rutin dilakukan pada sinusitis refrakter, kronis atau berkomplikasi.

14

Page 15: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

1. Komplikasi orbita

Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang tersering.

Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi dari ethmoidalis akut, namun

sinus frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita dan dapat

menimbulkan infeksi isi orbita.

Terdapat lima tahapan, yaitu :

a. Peradangan atau reaksi edema yang ringan. Terjadi pada isi orbita akibat infeksi

sinus ethmoidalis di dekatnya. Keadaan ini terutama ditemukan pada anak, karena

lamina papirasea yang memisahkan orbita dan sinus ethmoidalis seringkali

merekah pada kelompok umur ini.

b. Selulitis orbita, edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif menginvasi isi

orbita namun pus belum terbentuk.

c. Abses subperiosteal, pus terkumpul diantara periorbita dan dinding tulang orbita

menyebabkan proptosis dan kemosis.

d. Abses orbita, pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi orbita.

Tahap ini disertai dengan gejala sisa neuritis optik dan kebutaan unilateral yang

lebih serius. Keterbatasan gerak otot ekstraokular mata yang tersering dan kemosis

konjungtiva merupakan tanda khas abses orbita, juga proptosis yang makin

bertambah.

e. Trombosis sinus kavernosus, merupakan akibat penyebaran bakteri melalui saluran

vena ke dalam sinus kavernosus, kemudian terbentuk suatu tromboflebitis septik.

2. Mukokel

Mukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam

sinus. Kista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai

kista retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya.

Dalam sinus frontalis, ethmoidalis dan sfenoidalis, kista ini dapat membesar

dan melalui atrofi tekanan mengikis struktur sekitarnya. Kista ini dapat

bermanifestasi sebagai pembengkakan pada dahi atau fenestra nasalis dan dapat

15

Page 16: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

menggeser mata ke lateral. Dalam sinus sfenoidalis, kita dapat menimbulkan diplopia

dan gangguan penglihatan dengan menekan syaraf didekatnya.

Piokel adalah mukokel terinfeksi, gejalanya hampir sama dengan mukokel

meskipun lebih akut dan lebih berat.

Prinsip terapi adalah eksplorasi sinus secara bedah untuk mengangkat semua

mukosa yang terinfeksi dan memastikan drainase yang baik atau obliterasi sinus.

3. Komplikasi Intra Kranial

a. Meningitis akut, salah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah meningitis

akut, infeksi dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran vena atau

langsung dari sinus yang berdekatan, seperti lewat dinding posterior sinus

frontalis atau melalui lamina kribriformis di dekat sistem sel udara ethmoidalis.

b. Abses dural, adalah kumpulan pus diantara dura dan tabula interna kranium,

seringkali mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini timbul lambat, sehingga

pasien hanya mengeluh nyeri kepala dan sebelum pus yang terkumpul mampu

menimbulkan tekanan intrakranial.

c. Abses subdural adalah kumpulan pus diantara duramater dan arachnoid atau

permukaan otak. Gejala yang timbul sama dengan abses dura.

d. Abses otak, setelah sistem vena, dapat mukoperiosteum sinus terinfeksi, maka

dapat terjadi perluasan metastatik secara hematogen ke dalam otak.

Terapi komplikasi intra kranial ini adalah antibiotik yang intensif, drainase secara

bedah pada ruangan yang mengalami abses dan pencegahan penyebaran infeksi.

4. Osteomielitis dan abses subperiosteal

Penyebab tersering osteomielitis dan abses subperiosteal pada tulang frontalis

adalah infeksi sinus frontalis. Nyeri tekan dahi setempat sangat berat. Gejala sistemik

berupa malaise, demam dan menggigil.

2.9 Prognosis Sinusitis

Dengan pengobatan yang adekuat prognosisnya adalah baik.

16

Page 17: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

BAB III

ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Wahyu Gusrizal

Umur : 13 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku Bangsa : Minang

Alamat : Jl. Andalas no.1 Padang

ANAMNESIS

Seorang pasien laki-laki berumur 17 tahun datang ke poli THT RS. DR. M

Djamil Padang tanggal 24 Agustus 2007 dengan :

Keluhan Utama :

Hidung tersumbat di kedua lubang hidung hilang timbul, sejak 3 tahun yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :

Hidung tersumbat di kedua lubang hidung hilang timbul, sejak 3 tahun yang

lalu

Riwayat bersin-bersin pada pagi hari ada

Riwayat keluar ingus encer dari kedua lubang hidung ada

Gangguan penciuman pada hidung kanan dan kiri tidak ada.

Riwayat sakit tenggorokan, nyeri dan sukar menelan ada.

Riwayat suara berubah menjadi agak sengau tidak ada

Pasien sering terbangun ketika sedang tidur karena tiba-tiba merasa sesak dan

sukar bernafas sejak 1 tahun yang lalu.

Riwayat batuk dan demam ada

Riwayat hidung dan mata gatal disertai mata berair tidak ada

17

Page 18: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

Riwayat rasa nyeri di daerah muka, dibelakang bola mata dan keluar darah dari

hidung tidak ada.

Gangguan pendengaran tidak ada.

Riwayat sakit kepala tidak ada

Riwayat gali gato, serta alergi makanan dan obat-obatan tidak ada.

Pasien telah berobat ke dokter umum, diberi 3 macam obat makan yang tidak

diketahui namanya, namun keluhan tidak berkurang.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak pernah menderita sait seperti ini sebelunya.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.

Ayah pasien menderita gali gato, dan ibu pasien mendrita asma.

Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, dan Kebiasaan.

Pasien adalah seorang siswa SMP kelas 2.

Pasien sering makan jajanan es.

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum : Sakit sedang

Kesadaran : Composmentis cooperatif

Tekanan darah : 120/90 mmHg

Frekuensi nadi : 90 x/menit

Frekuensi nafas : 20 x/menit

Suhu : 37,20C

Pemeriksaan Sistemik

Kepala : tidak ada kelainan

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Paru

18

Page 19: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

Inspeksi : simetris kiri dan kanan dalam keadaan statis dan dinamis

Palpasi : fremitus kiri = kanan

Perkusi : sonor kiri = kanan

Auskultasi : suara nafas vesikuler normal, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung

Inspeksi : ictus tidak terlihat

Palpasi : ictus terba 1 jari medial LMCS RIC V, tidak kuat angkat

Perkusi : batas jantung normal

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (–)

Abdomen

Inspeksi : tidak tampak membuncit

Palpasi : hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : tympani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Extremitas : edem -/-

Status Lokalis THT

Telinga

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Daun telinga

Kel kongenital Tidak ada Tidak ada

Trauma Tidak ada Tidak ada

Radang Tidak ada Tidak ada

Kel. Metabolik Tidak ada Tidak ada

Nyeri tarik Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada

Diding liang

telinga

Cukup lapang (N)Cukup lapang (N) Cukup lapang(N)

Sempit

Hiperemi Tidak Tidak

Edema Tidak ada Tidak ada

Massa Tidak ada Tidak ada

19

Page 20: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

Sekret/serumen

Bau Tidak ada Tidak ada

Warna Tidak ada Tidak ada

Jumlah Tidak ada Tidak ada

Jenis Tidak ada Tidak ada

Membran timpani

Utuh

Warna Putih mengkilat putih mengkilat

Reflek cahaya (+), arah jam 5 (+), arah jam 7

Bulging Tidak ada Tidak ada

Retraksi Tidak ada Tidak ada

Atrofi Tidak Tidak

Perforasi

Jumlah perforasi Tidak ada Tidak ada

Jenis Tidak ada Tidak ada

Kwadran Tidak ada Tidak ada

Pinggir Tidak ada Tidak ada

Gambar

Mastoid

Tanda radang Tidak ada Tidak ada

Fistel Tidak ada Tidak ada

Sikatrik Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

20

Page 21: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada

Tes garpu tala

Rinne (+) (+)

Schwabach Sama dengan

pemeriksa

Sama dengan

pemeriksa

Weber Tidak ada lateralisasi

Kesimpulan Pendengaran

normal

Pendengaran

normal

Audiometri Tidak dilakukan

Hidung

PemeriksaanKelainan Dektra Sinistra

Hidung luar

Deformitas Tidak ada Tidak ada

Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada

Trauma Tidak ada Tidak ada

Radang Tidak ada Tidak ada

Massa Tidak ada Tidak ada

Sinus paranasal

PemeriksaanDekstra Sinistra

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada

Rinoskopi Anterior

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

21

Page 22: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

Vestibulum Vibrise Ada Ada

Radang Tidak ada Tidak ada

Cavum nasi

Cukup lapang (N)

Cukup lapang Cukup lapangSempit

Lapang

Sekret

Lokasi Tidak ada Tidak ada

Jenis - -

Jumlah - -

Bau - -

Konka inferior Ukuran Eutrofi Eutrofi

Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Licin Licin

Edema Tidak ada Tidak ada

Konka media Ukuran Eutrofi Eutrofi

Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Licin Licin

Edema Tidak ada Tidak ada

Septum

Cukup

lurus/deviasiCukup lurus Cukup lurus

Permukaan licin licin

Warna Merah muda Merah muda

Spina Tidak ada Tidak ada

Krista Tidak ada Tidak ada

Abses Tidak ada Tidak ada

Perforasi Tidak ada Tidak ada

- Lokasi Tidak ada Meatus media,

menutupi kavum

nasi

22

Page 23: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

Bentuk Tidak ada Tidak ada

Ukuran - -

Permukaan - -

Warna - -

Konsistensi - -

Mudah digoyang - -

Pengaruh

vasokonstriktor- -

Gambar

Rinoskopi Posterior

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Koana

Cukup lapang (N)

Sempit

Lapang

Cukup lapang Cukup lapang

Mukosa

Warna Merah muda Merah muda

Edem Tidak Tidak

Jaringan granulasi Tidak ada Tidak ada

Konka inferior

Ukuran Eutrofi Eutrofi

Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Licin Licin

Edem Tidak Tidak

23

Page 24: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

Adenoid Ada/tidak Tidak ada Tidak ada

Muara tuba

eustachius

Tertutup sekret Tidak Tidak

Edem mukosa Tidak Tidak

Massa

Lokasi Tidak ada Tidak ada

Ukuran - -

Bentuk - -

Permukaan - -

Post Nasal Drip Ada/tidak ada ada

Jenis

Gambar

Orofaring dan mulut

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Palatum mole +

Arkus Faring

Simetris/tidak Simetris Simetris

Warna Merah muda Merah muda

Edem Tidak Tidak

Bercak/eksudat Tidak ada Tidak ada

Dinding faring Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Licin Licin

Ukuran T2 T3

Warna Merah muda Merah muda

24

Page 25: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

Tonsil

Permukaan Licin Licin

Muara kripti melebar melebar

Detritus Tidak ada Tidak ada

Eksudat Tidak ada Tidak ada

Perlengketan

dengan pilarTidak ada Tidak ada

Peritonsil

Warna Merah muda Merah muda

Edema Tidak Tidak

Abses Tidak ada Tidak ada

Tumor

Lokasi Tidak ada Tidak ada

Bentuk - -

Ukuran - -

Permukaan - -

Konsistensi - -

Gigi Karies/Radiks An odontia

Lidah

Warna Merah muda

Bentuk Normal

Deviasi Tidak ada

Massa Tidak ada

Gambar

25

Page 26: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

Laringiskopi Indirek

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Epiglotis

Bentuk Seperti kubah Seperti kubah

Warna Merah muda Merah muda

Edema Tidak Tidak

Pinggir rata/tidak rata Rata

Massa Tidak ada Tidak ada

Ariteniod

Warna Merah muda Merah muda

Edema Tidak Tidak

Massa Tidak ada Tidak ada

Gerakan Baik Baik

Ventrikular band

Warna Merah muda Merah muda

Edema Tidak Tidak

Massa Tidak ada Tidak ada

Plica vokalis

Warna putih putih

Gerakan Simetris Simetris

Pingir medial Rata Rata

Massa Tidak ada Tidak ada

Subglotis/trakea Massa Tidak ada Tidak ada

Sekret Tidak ada Tidak ada

Sinus piriformis Massa Tidak ada Tidak ada

Sekret Tidak ada Tidak ada

Valekula Massa Tidak ada Tidak ada

Sekret ( jenisnya ) Tidak ada Tidak ada

26

Page 27: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

Gambar

Pemeriksaan Kelenjar getah bening leher

Inspeksi : tidak tampak adanya tanda-tanda pembesaran kelenjar getah bening

submental, submandibula, dan regio colli

Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening

RESUME

1. Anamnesis

Pasien laki-laki, umur 13 tahun dengan keluhan hidung tersumbat di kedua

lubang hidung sejak 3 tahun yang lalu. Pasien sering terbangun ketika sedang

tidur karena tiba-tiba merasa sesak dan sukar bernafas sejak 1 tahun yang lalu.

Riwayat batuk-batuk dan demam ada. Riwayat sakit tenggorokan, nyeri dan sukar

menelan ada. Rasa cairan mengalir di tenggorokan ada sejak 1 tahun yang lalu.

2. Pemeriksaan fisik

Hidung

Rinoskopi posterior : post nasal drip +/+

Orofaring dan mulut : Tonsil : T2-T3, muara kripti melebar.

3. Diagnosis Kerja : Sinusitis kronik + Tonsilitis kronik

4. Diagnosis Tambahan :

5. Diagnosis Banding :

6. Pemeriksaan Anjuran

- Roentgen foto sinus para nasal posisi Waters dan lateral.

7. Terapi anjuran: FESS

8. Prognosis

- quo ad vitam : bonam

- quo ad sanam : bonam

27

Page 28: Case Sinusitis Ica-rini Baru ...

Daftar Pustaka

1. Peter AH. Penyakit sinus paranasalis. Dalam: Adams, Boies, Higler (eds).

Buku Ajar Penyakit THT, edisi 6. Jakarta: EGC; 1997. hal 240-53

2. Endang M, Damajanti S. Sinusitis. Dalam: Soepardi EA, Iskandar NH (eds).

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, edisi 6.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. hal 150-53

3. Amelia, 2007, Sinusitis, http://nusaindah.tripod.com/kessinusitis.htm

4. Amelia,2007, Sinusitis kronis

http://www.medicastore.com/cybermed/detail_pyk .php?idktg=15&iddtl=55

5. Armelia, 2004, Sinusitis, http://www.mitrakeluarga.net/sinusitis.html. 2004.

6. Handoko, S. Iwan., 2003, Sinusitis,

http://www.klinikku.com/pustaka/medis/tht/ sinusitis.html

7. Supartono, Gilbert,

2006,Sinusitishttp://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/14

TrappedGaspadaPenerbangan024.pdf/14TrappedGaspadaPenerbangan024.h

tml

8. Kennnedy DW, Bolger WE, Zinreich SJ. Diseases Of The Sinuses Diagnosis

And Management. Decker ; 2001.

28