Case Report Otho

download Case Report Otho

of 22

Transcript of Case Report Otho

  • 8/12/2019 Case Report Otho

    1/22

    Fakultas Kedokteran UWKS

    RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

    Laporan Kasus 1

    BAB I

    ILUSTRASI KASUS

    1.1Identitas Pasien Nama : Tn. T Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 40 Th Alamat : Desa Sumber Buluh, Tegal Siwalan, Probolinggo Pekerjaan : Buruh Tani Agama : Islam MRS : Senin, 18 Februari 2013Pukul. 20.30 WIB

    1.2Kronologi KejadianPada tanggal 8 Juni 2012 sekitar Pukul 03.00 WIB pasien mengendarai sepeda motor di daerah

    Corah Sabuh-Gending sepulang dari kolam lele, pasien berada di jalur kiri, tib-tiba dari arah

    berlawanan muncul mobil isuzu panther dan langsung menghantam pasien dari arah depan.

    Pasien jatuh ke sisi kanan jalan dengan posisi bagian yang sebelah kanan terkena benturandengan aspal terlebih dahulu. Kemudian dari arah depan, tangan pasien dilindas sepeda motor

    yang lewat, sampai akhirnya ada yang menolong dan meminggirkan pasien. Pasien mengatakan

    dalam keadaan tidak sadar.

    Pasien selanjutnya dibawa pulang ke rumah. Sore harinya dibawa ke sangkal putung. Baru

    berobat ke poli Orthopedi dan Traumatologi pada 13 februari 2013.

    1.3Anamnesaa. Keluhan Utama : Patah pada lengan atas dan bawah tangan kananb. Riwayat Penyakit Sekarang

    Patah sejak sejak delapan bulan yang lalu. Patah pada daerah lengan atas dan lengan

    bawah. Pasien mengeluh nyeri pada daerah patahan, dan pasien juga tidak dapat

  • 8/12/2019 Case Report Otho

    2/22

    Fakultas Kedokteran UWKS

    RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

    Laporan Kasus 2

    mengangkat telapak tangan ke atas, serta tidak dapat mengangkat jempol, jari telunjuk

    dan jari tengah.

    c. Riwayat Penyakit DahuluDulu tidak pernah mengalami kejadian yang serupa ataupun kecelakaan lalu lintas. Pasien

    tidak memiliki penyakit DM dan Hipertensi.

    d. Riwayat PengobatanPasien sebelum ke Poli Orthopedi RSUD. Dr. Moh. Saleh Probolinggo sempat di bawa ke

    Sangkal Putung di daerah Tegal Siwalan. Di sangkal putung pasien diberi penyangga

    kayu pada lengan kanan, penyangga itu dipasang selama kurang lebih 6 bulan. Pada masa

    tersebut, pasien rutin kontrol ke sangkal putung, dan diberi air obat.

    Apabila pasien mengeluh nyeri, pasien memberli obat Super Tetra di apotek, lalu apabila

    nyerinya tidak hilang, pasien pergi ke mantri terdekat dan seingat pasien diberi 3 macam

    obat. Pasien diberi motivasi untuk berobat ke Dokter ortopedi, namun pasien

    menyangkal karena tidak ada biaya. Sekitar bulan desember, pasien kembali ke sangkal

    putung dan dipasang semacam paralon dan gips di lengan sampai sekarang. Kemudian

    pasien pergi ke poli ortopedi pada tanggal 13 Februari 2013 dan MRS pada 18 Februari

    2013.

    e. Riwayat Sosial : Merokok (+)f. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada yang spesifik herediterg. Riwayat alergi (+) Alergi Seafood

    1.4Pemeriksaan Fisika. Keadaan Umum : Cukupb. Kesadaran : Compos Mentisc. Airway : Jalan Napas Bebas, batuk (-)d. Breathing : RR : 16 x/menit

    Sesak : (-)

    Asthma : (-)

    Suara Napas Tambahan : (-)

    e. Circulation : Tensi : 140/90Nadi : 88 x/menit

  • 8/12/2019 Case Report Otho

    3/22

    Fakultas Kedokteran UWKS

    RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

    Laporan Kasus 3

    Perfusi : merah, hangat, kering

    f. GCS : 456g. Suhu : 36,5 o Ch. a/i/c/d : -/-/-/-i. Grimace : (+)j. Makan/Minum : (+)k. Mual/muntah : (-)l. Status Generalis

    1. KepalaLeher Kepala : Bentuk simetris, deformitas (-) Mata : Konjungtiva anemis (-), sclera ikterus (-), perdarahan (-) Leher : Pembesaran KGB (-), massa (-), deformitas tulang (-)

    2. Thorax2.1 Jantung

    Inspeksi : Bentuk dada simetris, retraksi (-), jejas (-), deformitas (-) Palpasi : Gerakan dinding dada simetris , iktus kordis tidak teraba Perkusi : Batas jantung normal Auskultasi : S1 dan S2 regular, tunggal, tidak ada murmur (-)

    2.2 Paru

    Inspeksi : Bentuk dada simetris, retraksi (-), jejas (-), deformitas (-) Palpasi : Gerakan dinding dada simetris, fremitus fokal ka/ki simetris Perkusi : Sonor Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)

    3. Abdomen

    Inspeksi : Distensi (-), asites (-), jejas (-) Palpasi : Defans muskuler (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba Perkusi : Timpani Auskultasi : Bising usus (+) normal

    4. Tungkai bawah

    Inspeksi : Memar (-), Bengkak (-), Deformitas (-), Perubahan warna kulit (-)

  • 8/12/2019 Case Report Otho

    4/22

  • 8/12/2019 Case Report Otho

    5/22

    Fakultas Kedokteran UWKS

    RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

    Laporan Kasus 5

    III. Darah Lengkap1 Haemoglobin 13,9 L: 13-18 g/dl

    P: 12-16 g/dl

    4 PCV

    (hematokrit)

    43 L:40-50%

    P:35-47%

    2 Leukosit 7.900 4000-

    11000/cmm

    5 Trombosit 322.000 150.000-

    450.000/cmm

    3 Diff.Count -/-

    /5/59/35/1

    0-2/0-1/1-3/45-

    70/35-50/0-2%

    Kesimpulan : pemeriksaan faal hati, ginjal dan darah lengkap dalam batas Normal

    Pemeriksaan Radiologi

    1. Foto polos AP Regio Humerus Dextra

    Kesimpulan :

    Old fracture 1/3 tengah os humerus

    dengan dislokasio ad axim cum

    distractionum

    2. Foto Polos AP Regio Antebrachii danElbow Joint dextra

  • 8/12/2019 Case Report Otho

    6/22

    Fakultas Kedokteran UWKS

    RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

    Laporan Kasus 6

    Kesimpulan :

    Old fractrure 1/3 proximal Os Radius

    Ulna dengan dislokasi ad axim cum

    contractionum

    Kesan : Osteoarthritis Elbow joint

    (Post Traumatica)

    1.6Assestment1. Neglected Fraktur Os Humerus Dextra dengan lesi N. Medianus dan N. Radialis2. Neglected Fraktur R. Antebrachii Dextra

    1.7Planning TheraphySelasa, 19 Februari 2013

    - Profilaksis antibiotik Ceftriaxone 2 gRabu, 20 Februari 2013

    Waktu mulai : Pk. 13.15 WIB Waktu selesai : Pk. 15.10 WIB Lama Operasi : 120 menit Tempat : Kamar Operasi, RSUD. Dr. Moh. Saleh Probolinggo Klasifikasi : Operasi Kotor3. Diagnosa Pre Operatif : Neglected non union Fraktur Os Humerus Dextra

    dengan lesi N. Medianus dan N. Radialis, Neglected Fraktur R. Antebrachii Dextra,

    atrofi musculus extensor dan supinator dextra.

    Diagnosa Operatif : Idem Tindakan : ORIF

  • 8/12/2019 Case Report Otho

    7/22

    Fakultas Kedokteran UWKS

    RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

    Laporan Kasus 7

    - IRNA Bedah :

    Pasien masuk IRNA Bedah ( Ruang Bougenville) Pk. 15.30, keadaan pasien stabil.

    Intervensi yang diberikan :

    1. Infus RL 20 tetes per menit2. Inj Ketorolac 3x30 mg3. Inj Ranitidine 2x1 g4. Inj Ondancetron 2x2 mg5. Inj Ceftriaxone 2x1 g6. Elevasi tangan kanan7. Pasien boleh makan dan minum apabila sudah sadar penuh

    Gambar 6 :Kondisi lengan pasien pos operasi

    1.8 Monitoring Post Op

    1. Kamis, 21 Februari 2013S : Pasien menyatakan nyeri pada luka operasi, masih terasa pusing.

    O : KU cukup, Kesadaran Compos Mentis, pusing (+), mual-muntah (-), ma/mi (-) Vital

    sign :

    - Tekanan darah : 120/80 mmHg- Nadi : 84 x/menit

  • 8/12/2019 Case Report Otho

    8/22

    Fakultas Kedokteran UWKS

    RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

    Laporan Kasus 8

    - RR : 16 x/menit- Suhu : 36,50CStatus Lokalis R. Brachii dan Antebrachii Dextra

    Look : tensocrap (+), soft ban (+), bleeding aktif (-), swelling (+)

    Feel : A : Pulsasi A. radialis dalam batas N, CRT (+)

    V : Vena-vena distal dalam batas N

    N : lesi N. Radialis dan N. Medianus. N. Ulnaris dalam batas N

    Move : Limited et causa pain

    A : Post ORIF Neglected Fracture non union humerus dextra dengan lesi N. Radialis dan

    N. Medianus serta Neglected Fraktur antebrachii dextra hari pertama

    P : Terapi :

    1. Infus RL 20 tetes per menit2. Inj Ketorolac 3x30 mg3. Inj Ranitidine 2x1 g4. Inj Ondancetron 2x2 mg

    Monitoring : Vital sign dan AVN distal.

    2. Jumat, 22 februari 2013S : pasien mengeluh nyeri pada luka operasi, tangan bengkak

    O : KU cukup, Kesadaran Compos Mentis, pusing (-), mual/muntah (-), ma/mi (+)

    Vital Sign : Tekanan darah : 120/80 mmHg

    Nadi : 80x/menit

    RR : 16 x/menit, Suhu 36,50

    C

    Status Lokalis R. Brachii dan Antebrachii Dextra

    Look : tensocrap (+), bleeding aktif (-), swelling > parah dari hari sebelumnya

    Feel : AVN distal dalam batas N, kecuali masalah lesi N. Radialis dan N. Medianus nya

    Move : Limited et causa pain.

    A : Post ORIF Neglected Fracture non union humerus dextra dengan lesi N. Radialis dan

    N. Medianus serta Neglected Fraktur antebrachii dextra hari kedua

    P : Terapi : Infus RL, Inj. Ketorolac, Inj. Ranitidine.

    Monitoring : AVN distal, Vital Sign dan Foto Rontgen Brachii dan Antebrachii Dextra

  • 8/12/2019 Case Report Otho

    9/22

  • 8/12/2019 Case Report Otho

    10/22

  • 8/12/2019 Case Report Otho

    11/22

    Fakultas Kedokteran UWKS

    RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

    Laporan Kasus 11

    Gambaran klinis

    Pada anamnesis didapati nyeri di tempat patah tulang. hematom dalam jaringan lunak dapat

    terbentuk sehingga lengan yang patah akan terlihat lebih besar. Pada pemeriksaan,jelas

    ditemukan tanda fraktur. Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan keutuhan faal N.Radialis dan

    A.Brachialis. karena komplikasi tersering adalah lesi N. Radialis (Wrist drop/drop hand)

    Terapi

    Pada umumnya, pengobatan patah tulang batang humerus dapat ditangani secara tertutup, karena

    toleransinya yang baik terhadap angulasi, pemendekan, serta rotasi fragmen patahan tulang.

    Angulasi fragmen sampai 300 masih dapat ditoleransi, ditinjau dari segi fungsi dan

    kosmetik.Hanya pada fraktur terbuka yang perlu reposisi terbuka, diikuti dengan fiksasi interna.

    Fraktur pada humerus dapat sembuh dengan mudah. Fraktur itu tidak membutuhkan reduksi

    yang sempurna ataupun imobilisasi; beratnya lengan beserta gips luarnya biasanya cukup untuk

    menarik fragmen sehingga menjajar. Gips menggantung dipasang dari bahu sampai pergelangan

    tangan dengan siku yang berfleksi 90 derajat dan bagian lengan bawah tergantung pada kain

    gendongan yamg melingkar pada leher pasien. Gips ini dapat diganti setelah 2-3 minggu dengan

    gips yang pendek (dari bahu ke siku) atau suatu penahan polipropilen fungsional yang dipakai

    selama 6 minggu selanjutnya. Pergelangan tangan dan jari diberi latihan sejak awal. Latihanbahu dengan pemberat dimulai dalam seminggu, tetapi abduksi aktif ditunda hingga fraktur telah

    menyatu.

    Kalau fraktur sangat tak stabil dan sulit dikendalikan fiksasi internal lebih baik dengan plat dan

    sekrup. Pemasangan plat memerlukan banyak keahlian dan pemasangan pen mempunyai

    kelemahan yaitu ujung proksimal pen dapat menggangu kerja supraspinatus.

    Fraktur spiral menyatu sekitar 6 minggu, jenis lainnya dapat memakan waktu 4-6 minggu lebih

    lama. Sekali menyatu, yang diperlukan hanyalah kain gendongan hingga fraktur berkonsolidasi

  • 8/12/2019 Case Report Otho

    12/22

    Fakultas Kedokteran UWKS

    RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

    Laporan Kasus 12

    2.2 MACAM LESI SARAF

    1. NeuropraxisNeuropraxis terjadi bila ada gangguan konduksi impuls syaraf di serabut syaraf,

    dan penyembuhan terjadi tanpa degenerasi wallerian. Neuropraxis adalah tipe cedera

    syaraf yang paling ringan. Ncuropraxis dapat disebabkan oleh lesi biokimia yang

    diakibatkan oleh kontusio atau cedera berupa getaran di serabut syaraf. Terjadi

    kehilangan fungsi syaraf sementara yang reversibel terjadi dalam berjam-jam atau

    berbulan-bulan ( pada umumnya 6-8 minggu ). Gangguan pada fungsi motorik biasanya

    lebih banyak dibandingkan dengan fungsi sensorik. Regenerasi spontan terjadi dalam

    waktu 1 - 4 bulan.

    2. Axonotmesis.Axonotmesis melibatkan kehilangan kontinuitas dari akson dan pembungkus

    myelin, jaringan ikat syaraf tidak ikut terlibat (jaringan encapsulating, epineurium dan

    perineurium). Oleh karena kehilangan sambungan akson, degenerasi wallerian terjadi.

    Kehilangan kedua fungsi motorik dan sensorik lebih cenderung mengarah ke

    axonotmesis daripada neuropraxia, dan penyembuhan terjadi hanya melalui regenerasi

    dari akson, yaitu proses yang memerlukan waktu. Axonotmesis merupakan kerusakan

    yang lebih hebat daripada neuropraxia. Lesi proksimal dapat tumbuh ke arah distal

    secepat 2 sampai 3 mm sehari dan lesi distal selambat 1,5 mm sehari. Regenerasi

    memerlukan waktu beberapa minggu. Penyembuhan terjadi dalam 4-9 bulan.

    3. NeurotmesisNeurotmesis adalah lesi yang lebih parah, tetapi masih dapat sembuh.

    Neurotmesis terjadi pada kontusio yang parah, luka robek, dan laserasi. Tidak hanya

    axon, tetapi jaringan ikat encapsulating juga kehilangan kontinuitas. Saraf tepi

    mengalami disorganisasi berat hingga regenerasi tak dapat terjadi. Ini bisa karena

    sayatan, tusukan, traksi ataupun penyuntikan saraf yang diikuti pembentukan skar.

  • 8/12/2019 Case Report Otho

    13/22

  • 8/12/2019 Case Report Otho

    14/22

    Fakultas Kedokteran UWKS

    RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

    Laporan Kasus 14

    saraf ini membagi diri dalam 2 cabang terminal yaitu:

    a. cabang motoris profundus (nervus interosseus posterior)b. cabang kutaneus superfisialis

    Percabangan ini biasanya terletak pada bagian proksimal lengan bawah, tetapi dapat bervariasi

    dalam jarak 4 sampai 4,5 cm dibawah epikondilus

    lateralis. N. interosseus posterior menembus muskulus supinator untuk mencapai sisi posterior

    lengan bawah dan memberi persarafan motorik Cabang kutaneus mencapai superfisial kira-kira

    10 cm diatas pergelangan tangan. Turun sepanjang sisi lateral lengan bawah dan berakhir dengan

    memberi persarafan sensorik kekulit dorsum tangan, ibu jari, telunjuk dan jari tengah (Dyck

    1975, Dejong 1979, Chusid 1988).

    Nervus radialis pada lengan atas, memberi persarafan motorik untuk:

    a. m.triseps dan m.ankoneus; ekstensor lengan bawahb. m.brakhioradialis; fleksor lengan bawah pada posisi semipronasic. m.ekstensor karpi radialis longus dan brevis; ekstensor radial tangan

    Pada lengan bawah, melalui cabang motoris profunda memberi persarafan motorik untuk:

    a. m. supinator; supinator lengan bawahb. m. ekstensor digitorum; ekstensor ruas jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan

    kelingking

    c. m.ekstensor digiti minime; ekstensor ruas kelingking dan tangand. m.ekstensor karpi ulnaris; ekstensor ulnar tangane. m.abduktor pollicis longus; abduktor ibu jari dan ekstensor radial tanganf. m.ekstensor pollicis brevis dan longus; ekstensor ibu jari dan ekstensor radial tangang. m.ekstensor indicis; ekstensor telujnuk dan tangan

    Fungsi utama dari nervus radialis ini adalah untuk ekstensi sensi siku, pergelangan tangan dan

    jari (Dyck 1987, Chusid 1988).

  • 8/12/2019 Case Report Otho

    15/22

    Fakultas Kedokteran UWKS

    RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

    Laporan Kasus 15

    Cabang sensorik nervus radialis biasanya mempersarafi sisi posterior lengan atas, lengan bawah,

    tangan dan jari jari kecuali kelingking dan sisi ulnar jari manis, tetapi karena ada anstomosis dan

    persarafan yang tumpang tindih, maka distribusi sensoriknys ini sulit ditentukan. Jika ada

    terdapat maksimal pada daerah dorsum ibu jari dan telunjuk (Dejong 1979, Gilroy 1992, Dyck

    1987).

    II. Etiologi

    Etiologi utama adalah Trauma. Pada fraktur dan dislokasi, neuropati terjadi karena penekanan

    saraf oleh fragmen tulang,hematom, kallus yang berbentuk sesudah fraktur, atau karena

    peregangan saraf akibat suatu dislokasi. Neuropati radialis sering terjadi pada fraktur kaput

    humerus. Presis nervus radialis dapat terjadi akibat tidur dengan menggantungkan lengan diatas

    sandaran kursi (Saturday night palsy), atau tidur dengan kepala diatas lengan atas. Akibat

    penekanan pada waktu saraf ini menembus septum intermuskularis lateralis. Pada tempat mana

    saraf ini terletak agak superfisial dan menempel pada tulang (Dyck 1987).

    Disamping itu trauma pada waktu olah raga, penyebab lain adalah Infeksi. Dapat terjadi karena:

    sifilis, herpes zoster, lepres dan TBC. Bisa mengenai saraf atau banyak saraf, Toksi. Lebih

    spesifik mengenai nervus radialis adalah pada lead intoxication, Penyakit vaskuler dan

    Neoplasma

  • 8/12/2019 Case Report Otho

    16/22

    Fakultas Kedokteran UWKS

    RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

    Laporan Kasus 16

    III. Lokalisasi Lesi dan Gejala Klinis

    Lesi penyebab neuropati radialis dapat mengenai saraf disepanjang perjalanannya. Gejala yang

    timbul dipengaruhi oleh lokasi lesi :

    A. Pada level lengan atas lesi pada n.radialis dapat terjadi pada :Aksila, pada waktu melilit humerus di musculoradialis groove, atau sewaktu berjalan superfisial

    pada sisi lateral lenga atas. Menyebabkan parese semua otot yang dipersarafinya yaitu triseps,

    ekstensor pergelangan tangan, ekstensor jari dan brakhioradialis, dan disertai defisit sensorik

    pada daerah yang dipersarafi yaitu sisi lateral-dorsal tangan, ibu jari, jari telunjuk dan jari

    tengah. Lesi pada aksila dapat disebabkan kompresi oleh kruk, dislokasi sendi bahu, fraktur

    humerus dan luka tembus (Dejong 1979, Dyck 1975, Patten 1980).

    B. Lesi neuropati radialisLesi neuropati radialis sewaktu melilit humerus

    atau sewaktu berjalan seperfisial pada aspek

    lateral lengan atas, sering akibat kelamaan

    menggantung lengan diatas sandaran kursi

    (Saturday nigth palsy), akibat tertekannya

    lengan karena posisi yang tidak tepat selama

    anestesi atau tidur, penggunaan torniket yang

    tidak benar atau akibat iritasi dan kompresi oleh

    kallus sesudah fraktur tulang.

    Gejalanya:

    - tidak dapat ekstensi siku karena parese triseps- tidak dapat fleksi siku pada posisi lengan bawah antara pronasi dan supinasi karena

    parese m.brakhioradialis

    - tidak dapat supinasi lengan bawah karena parese m.brakhioradialis- tidak dapat supinasi lengan bawah karena parese m.supinator- wrist drop dan finger drop karena parese ekstensor pergelangan tangan dan jari- gangguan abduksi ibu jari tangan

  • 8/12/2019 Case Report Otho

    17/22

    Fakultas Kedokteran UWKS

    RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

    Laporan Kasus 17

    - refleks triseps negatif atau menurun- gangguan sensorik berupa parestesi atau baal pada bagian dorsal distal lengan bawah, sisi

    leteral dan dorsal tangan, ibu jari, telunjuk dan jari tengah.

    C. Lesi pada bagian saraf yang berjalan antara septum intermuskularis lateralis dan tempatdimana n.interosseus posterior menembus m.supinator mengakibatkan jari yang dipersarafi

    oleh nervus ini.

    Gejalanya:

    - tidak dapat supinasi dan meluruskan jari- tidak ada wrist drop- refleks triseps positif- gangguan sensorik tidak ada

    D. Lesi pada punggung pergelangan tangan, hanya akan menimbulkan gejala sensorik, tanpadefisit motorik.

    2.4 LESI N. MEDIANUS

    Lesi N. Medianus tebagi menjadi beberapa level, antara lain :

    a. Diatas sikuLesi pada daerah ini menyebabkan daerah distal siku kehilangan fungsi pronasi dan

    penurunan kemampuan fleksi telapak tangan.

    b. Di siku N. Medianus pada tingkat ini atau lebih tinggi (diatas siku) menyebabkan "the Blessed

    Hand," atau "Hand of Benediction."

    Pada lengan lengan bawah dapat menyebabkan suatu sindroma yang disebut pronatorteres sindrom.

    Lesi berupa kompresi saraf menyebabkan Median Nerve Palsyc. Pada lengan bawah Lesi setinggi percabangan N. Interosseus anterior menyebabkan Anterior interosseus

    Syndrome.

    d. Pada telapak tangan Kelainannya berupa Carpal Tunnel Syndrome Manifestasi lain adalah paralisis musculus thenar dan biasanya diikuti suatu atrofi.

  • 8/12/2019 Case Report Otho

    18/22

    Fakultas Kedokteran UWKS

    RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

    Laporan Kasus 18

    Tidak dapat mengoposisi dan fleksi ibu jari Kemampuan sensoris yang hilang : Palmar - 3 1/2 jari dan Dorsum - Finger tips'.

    Gambar 4. Ket: Sensorik, hijau medianus, biru ulnaris,

    merah radialis

    2.5 NEGLECTED,MALUNION, NON UNION

    Neglected fraktur adalah yang penanganannya lebih dari 72 jam. sering terjadi akibatpenanganan fraktur pada extremitas yang salah oleh bone setter Umumnya terjadi pada yang

    berpendidikan dan berstatus sosioekonomi yang rendah. Neglected fraktur dibagi menjadi

    beberapa derajat, yaitu:

    a. Derajat 1 :fraktur yang telah terjadi antara 3 hari -3 minggu

    b. Derajat 2 :fraktur yang telah terjadi antara 3 minggu -3 bulan

    c. Derajat 3 :fraktur yang telah terjadi antara 3 bulan 1 tahun

    d. Derajat 4 :fraktur yang telah terjadi lebih dari satu tahun

    Malunion: adalah keadaan dimana fraktur menyembuh pada saatnya tetapi terdapat deformitas

    yang berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, kependekan atau union secara menyilang misalnya

    pada fraktur radius dan ulna.

    Nonunion : disebut nonunion apabila fraktur tidak menyembuh antara 6-8 bulan dan tidak

    didapatkan konsolidasi sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi palsu). Pseudoartrosis dapat

    terjadi tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi bersama-sama infeksi disebut infected

    pesudoarthrosis.

  • 8/12/2019 Case Report Otho

    19/22

    Fakultas Kedokteran UWKS

    RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

    Laporan Kasus 19

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Pada pasien ini terdapat 4 masalah besar yang terjadi diantaranya

    1. Neglected Non union fracktur humerusJeda antara terjadinya trauma dengan proses terapi yang harus dilalui adalah 8 bulan, secara

    otomatis klasifikasi fraktur berubah menjadi suatu neglected fraktur dengan derajat 3 (antara

    3 bulan-1 tahun). Dikatakan non union karena disebut nonunion apabila fraktur tidak

    menyembuh antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan konsolidasi sehingga terdapat

    pseudoartrosis (sendi palsu).

    2. Neglected closed fraktur antebrachii dextraFraktur pada daerah radius dan ulna 1/3 distal

    3. Lesi N. Radialis dan N. MedianusSeperti telah diuraikan pada Bab I, dimana lesi N. Radialis dapat terjadi oleh berbagai

    macam mekanisme. Pada kasus ini, lesi N. Radialis terjadi setinggi Korpus sekitar 1/3 distal

    Os Humerus. Disini terdapat Sebuah celah benjolan oblik melintasi sebelah belakang,

    batang, dari sebelah medial ke sebelah lateral dan memberi jalan kepada saraf radialis atau

    saraf muskulo-spiralis sehingga disebut celah spiralis atau radialis.

    Gejala yang sesuai dengan kelainan ini dan bermanifestasi pada pasien tersebut antara lain :

    a. Drop hand/wrist hand karena parese ekstensor pergelangan tangan dan jarib. Tidak dapat supinasi lengan bawah karena parese m.brakhioradialisc. Tidak dapat supinasi lengan bawah karena parese m.supinatord. Gangguan abduksi ibu jari tangane. Gangguan sensorik berupa parestesi atau baal pada bagian dorsal distal lengan bawah,

    sisi leteral dan dorsal tangan, ibu jari, telunjuk dan jari tengah.

    4. Stiffnessatrofi ototOtot yang atrofi mulai otot-otot lengan bawah sampai otot jari-jari tangan. Mengapa ?

    karena pasien tidak berani untuk menggerakkan tangan, kita tahu apabila tangan ini tidak

    pernah digerakkan maka akan menyebabkan atrofi. Selain itu, gerakan sendi-sendi seperti

    bahu dan siku menjadi kaku.

  • 8/12/2019 Case Report Otho

    20/22

    Fakultas Kedokteran UWKS

    RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

    Laporan Kasus 20

    Adanya lesi N. Medianus disebabkan karena trauma pada regio antebrachii setinggi pergelangan

    tangan, sehingga Tidak dapat mengoposisi dan fleksi ibu jari serta kehilangan kemampuan

    sensoris pada Palmar - 3 1/2 jari dan Dorsum - Finger tips

  • 8/12/2019 Case Report Otho

    21/22

    Fakultas Kedokteran UWKS

    RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

    Laporan Kasus 21

    BAB IV

    PENUTUP

    Kasus diatas adalah salah satu kasus kompleks di bidang orthopedi, antara lain Neglected nonunion fraktur humerus dengan lesi N. Radialis dan N. Medianus, neglected fraktur antebrachii,

    dan stiffening serta atrofi otot karena sudah 8 bulan tidak digerakkan. Kasus ini sangat terlambat

    mendapat penanganan dari paramedis. Padahal fraktur memerlukan penanganan yang cepat dan

    tepat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Seperti pada kasus ini, padahal ada lesi pada N.

    Radialis dan medianus tetapi karena pasien kurang sadar akan pentingnya kesehatan, akhirnya

    tidak ditangani dengan benar. Proses pembentukan tulang baru sudah terjadi, dan rasanya

    terlambat untuk memperbaiki saraf yang putus.

    Lesi N. Radialis terjadi karena fraktur pada derah shaft humerus/ 1/3 distal humerus tepat

    dilewati oleh Nervus ini, dan apabila terjadi lesi pada nervus ini pasien tidak dapat

    mengektensikan pergelangan tangannya, mengabduksi ibu jari, serta gangguan sensorik distal

    lengan bawah.

  • 8/12/2019 Case Report Otho

    22/22

    Fakultas Kedokteran UWKS

    RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

    L K

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Rasjad C. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. edisi 3, PT. Yarsif Watampone, Jakarta.2. Apley AG, Solomon L. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. edisi 7,

    Widya Medika, Jakarta.

    3. De jong, Wim. 1979. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC4. Japardi, Iskardar. 2002.Neuropati Radialis. Medan : Bagian Bedah FK USU digital

    library

    5. Holstein, Arthur. 2008.Fracture of The Humerus with Radial Nerves Paralysis. From Journal ofBone and Joint Surgery 1963;45:1382-1484.

    6. Bharward, Amit. 2012. Study of Incidence and Treatment of Radial Nerve Palsy in the FractureShaft of Humerus. From International Journal of Collaborative Reasearch on Internal Medicine

    and Public Health 2012 Vol. 4 No. 5 p.796-804

    7. Anonim. 2013.Median Nerve.http://en.wikipedia.org/wiki/Median_nerve diakses 23 Februari2013.

    http://en.wikipedia.org/wiki/Median_nerve%20diakses%2023%20Februari%202013http://en.wikipedia.org/wiki/Median_nerve%20diakses%2023%20Februari%202013http://en.wikipedia.org/wiki/Median_nerve%20diakses%2023%20Februari%202013http://en.wikipedia.org/wiki/Median_nerve%20diakses%2023%20Februari%202013http://en.wikipedia.org/wiki/Median_nerve%20diakses%2023%20Februari%202013http://en.wikipedia.org/wiki/Median_nerve%20diakses%2023%20Februari%202013