Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

37
BAB I ILUSTRASI KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama : An. W Jenis kelamin : Perempuan Usia : 9 bulan 0 hari Alamat : kp. Mekarsari RT1/RW14 Desa Gandasari Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung Agama : Islam Suku : Jawa Barat Masuk Rumah Sakit Umum Daerah Soreang tanggal 03 Mei 2011 pukul 19.30 Nomor RM : 359135 IDENTITAS ORANG TUA Ayah Nama : Tn. I Usia : 35 tahun Perkawinan ke : 1 Pekerjaan : Buruh harian lepas Pendidikan : SD Penghasilan : tidak menentu Ibu 1

description

meningitis serosa

Transcript of Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

Page 1: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

BAB I

ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. W

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 9 bulan 0 hari

Alamat : kp. Mekarsari RT1/RW14 Desa Gandasari Kecamatan

Katapang Kabupaten Bandung

Agama : Islam

Suku : Jawa Barat

Masuk Rumah Sakit Umum Daerah Soreang tanggal 03 Mei 2011 pukul 19.30

Nomor RM : 359135

IDENTITAS ORANG TUA

Ayah

Nama : Tn. I

Usia : 35 tahun

Perkawinan ke : 1

Pekerjaan : Buruh harian lepas

Pendidikan : SD

Penghasilan : tidak menentu

Ibu

Nama : Ny. I S

Usia : 33 tahun

Perkawinan ke : 1

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SD

Hubungan dengan orang tua: anak kandung

1

Page 2: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

II. ANAMNESIS

Data diperoleh dari alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 3 Mei 2011

dan dari data rekam medis pasien.

1. Keluhan utama

Kejang 2 hari sebelum, masuk rumah sakit

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit pasien kejang sebanyak 5 kali.

Setiap kejang lamanya 5 menit. Kejang hanya dibagian tubuh sebelah kiri,

tangan dan kaki sebelah kiri pasien kaku, disertai dengan mata pasien

mendelik ke atas. Selama kejang penderita tidak sadar. Setelah kejang pasien

sempat menangis lalu pasien tidak sadar kembali.

Keluhan kejang didahului oleh panas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit,

mendadak tinggi. Tidak ada demam lama sebelumnya. Keluhan disertai

dengan muntah setelah pasien kejang, muntah sebanyak 2 kali. Pasien sudah

tidak sadar.

Riwayat kontak dengan penderita dewasa batuk-batuk lama ada, yaitu

tetangga pasien. Tidak ada riwayat alergi makanan ataupun obat. Terdapat

riwayat trauma kepala sewaktu usia 7 bulan, kepala pasien terbentur tiang,

saat itu tidak ada cairan yang keluar dari telinga maupun hidung pasien..

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami penyakit serupa sebelumnya. Riwayat batuk

pilek sering tapi setelah diobati sembuh kembali.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Ada riwayat kejang dikeluarga yaitu ayah pasien. Riwayat batuk lama atau

dalam pengobatan TB paru dikeluarga tidak ada.

2

Page 3: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

5. Silsilah/ikhtisar keturunan

6. Riwayat Pribadi

Riwayat Kehamilan

Selama kehamilan ibu pasien rutin memeriksakan kandungannya ke

puskesmas tiap bulannya. Ibu pasien juga mengaku selama kehamilan

pernah jatuh ke selokan, lupa ketika usia kehamilan yang keberapa, lalu

ibu pasien memeriksakan kehamilannya kepuskesmas dan dikatakan tidak

ada apa-apa.

Riwayat Persalinan

Pasien lahir normal dibantu bidan, dikatakan cukup bulan, berat saat lahir

3,3 kg, dan panjang badan 50 cm. pasien langsung menangis.

Riwayat Pasca Lahir

Tidak ada keluhan.

7. Riwayat Makanan

Pasien diberi ASI sampai usia 4 bulan, tidak ada tambahan susu formula.

Setelah usia 4 bulan pasien sudah diberi bubur nestle.

3

Page 4: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

Saat ini pasien selain masih diberi ASI, pasien juga mengkonsumsi makanan

berupa bubur tepung dengan frekuensi makan dalam sehari 3 kali, habis satu

mangkuk penuh.

Kesan : kuantitas dan kualitas baik sebelum sakit

8. Riwayat Tumbuh Kembang

Usia 4 bulan : pasien sudah bisa memiringkan badan dan

memegang satu barang.

Usia 6 bulan : pasien sudah bisa tengkurap dan mau merangkak.

Usia 9 bulan : pasien sudah bisa ngomong mama, bapak, anak

sedang belajar duduk sendiri.

9. Riwayat Imunisasi

BCG : 1x, usia 1 bulan

DPT : 3x, usia 2, 3, 4 bulan

Polio : 3x, usia 2, 3, 4 bulan

Hepatitis B : 3x, usia 0, 1, 6 bulan

Campak : belum

10. Sosial Ekonomi dan Lingkungan

Sosial ekonomi:

Penghasilan ayah sebagai buruh harian tidak tetap setiap harinya. Nenek

dan kakek pasien ikut membantu menghidupi 7 orang anggota keluarga.

Lingkungan:

Pasien tinggal di mekarsari RT1 RW 14 Desa. Gandasari , masih

menumpang dirumah nenek dari ibu pasien. Lingkungan rumah

berdekatan dengan sawah. Rumah pasien adalah rumah setengah

permanen yaitu setengah terbuat dari tembok dan setengahnya terbuat dari

4

Page 5: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

bilik kayu. Ventilasi, sirkulasi udara dan pencahayaan kurang. Sarana air

berasal dari PAM, dan listrik berasal dari PLN. Jarak rumah pasien

denggan tetangga berdekatan. Fasilitas kesehatan yang terdekat adalah

posyandu dengan jarak tiga rumah dari rumah pasien.

III.PEMERIKSAAN FISIK (tanggal 3 Mei 2011)

A. Pemeriksaan Umum:

1. Keadaan umum : tampak sakit berat

2. Kesadaran : koma

3. Tanda vital:

Frekuensi nadi : 140 kali/menit

Frekuensi nafas : 42 kali/menit

Suhu : 38˚ C (aksila)

Tekanan darah : tidak diukur

4. Status Gizi:

Klinis : edema-, tampak kurus +

Antropometris:

Berat badan (BB) : 5,8 kg

Tinggi badan (TB) : 70 cm

Lingkar kepala : 42 cm

Lingkar lengan atas : 12 cm

BB/U : 5,8/8,4 x 100% = 69 %

TB/U : 70/ 70x 100% = 100%

BB/TB : 5,8/8,6 x 100%= 67%

BMI : -

Simpulan status gizi : gizi buruk (KEP III)

B. Pemeriksaan Khusus:

1. Kulit : pucat (-), petechie (-)

2. Kepala : deformitas (-), ubun-ubun cembung (+)

5

Page 6: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

3. Mata : konjungtiva pucat -/-, sclera ikterik -/-, pupil bulat

isokor, reflex cahaya (+)

4. Telinga : deformitas -/-, nyeri tekan retroaurikuler -/-, secret -/-

5. Hidung : deformitas (-), deviasi septum (-), secret (-)

6. Tenggorok : faring hiperemis (-)

7. Mulut : mukosa kering

8. Leher : KGB tidak teraba.

9. Toraks : simetris dalam keadaan statis dan dinamis

a. Jantung

BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

b. Paru

Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

10. Abdomen :

Perut : lemas, datar, turgor baik

Hepar : tidak teraba

Lien : tidak teraba

Bising usus : (+) normal

11. Ekstremitas : akral hangat, CRT <2”, edema -/-

Pemeriksaan neurologis:

Rangsang meningeal :

o Kaku kuduk : negatif

o Brudzinki : positif

Saraf Otak :

o N. II : pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+

Motorik : semua anggota gerak nilainya 0

Sensorik : sulit dinilai

6

Page 7: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

Refleks patologis : babinski (+), openhaim (+)

Follow up (4 Mei 2011)

Kejang sudah tidak ada, panas tidak ada, mencret 1 kali, terdapat lendir dan berupa

cairan, tidak disertai muntah

Ku : koma

Tanda Vital:

Nadi : 120 x/menit

RR : 29 x/menit

Suhu : 36 0C

Pemeriksaan fisik:

Kepala : ubun-ubun cembung (+)

Mata : tidak anemis, sclera tidak ikterik

Tht : tidak ada kelainan

Mulut : kelembapan menurun

Leher : KGB tidak teraba membesar

Thorax : BJI II normal, tidak ada gallop dan murmur. Vesikuler, tidak

ada rhonki, tidak ada wheezing

Abdomen : lemas, datar, bising usus (+) normal, turgor baik. Hepar dan

lien tidak teraba membesar

Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema

Follow up (6 Mei 2011)

Pasien hari ini mencret sebanyak 3 kali, cair (+), terdapat lendir dan tidak ada

darah, terdapat panas badan, tidak ada kejang.

Ku: koma

Tanda vital:

Nadi : 112 x/menit

RR : 36 x/menit

7

Page 8: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

Suhu ; 37,80C

Pemeriksaan fisik:

Kepala : ubun-ubun cembung (+)

Mata : konjunctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

Tht : tidak ada kelainan

Mulut : kelembapan menurun

Leher : KGB tidak teraba membesar

Thorax : BJI II normal, tidak ada gallop dan murmur, vesikuler, tidak

ada rhonki, tidak ada wheezing

Abdomen : lemas, datar, bising usus (+) meningkat, turgor melambat.

Hepar dan lien tidak teraba membesar

Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema

Pemeriksaan radiologi:

Tampak gambaran bronchopneumonia, tidak tampak gambaran kardiomegali.

Follow up (7 Mei 2011)

Pasien hari ini tidak ada kejang, panas tidak ada, muntah tidak ada.

Ku: koma

Tanda vital:

Nadi : 118 x/menit

RR : 30 x/menit

Suhu ; 36,60C

Pemeriksaan fisik:

Kepala : ubun-ubun cembung (+)

Mata : konjuctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

Tht : tidak ada kelainan

Mulut : kelembapan menurun

Leher : KGB tidak teraba membesar

Thorax : BJI II normal, tidak ada gallop dan murmur. Vesikuler, tidak

8

Page 9: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

ada rhonki, tidak ada wheezing

Abdomen : lemas, datar, bising usus (+) normal, turgor baik. Hepar dan

lien tidak teraba membesar

Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema

Follow up (9 Mei 2011)

Pasien hari ini tidak ada kejang, panas tidak ada, muntah tidak ada, mencret tidak ada.

Pasien terpasang NGT.

Ku: koma

Tanda vital:

Nadi : 100 x/menit

RR : 28 x/menit

Suhu ; 35,60C

Pemeriksaan fisik:

Kepala : ubun-ubun cembung (+)

Mata : konjuctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

Tht : tidak ada kelainan

Mulut : dalam batas normal

Leher : KGB tidak teraba membesar

Thorax : BJI II normal, tidak ada gallop dan murmur. Vesikuler, tidak

ada rhonki, tidak ada gallop.

Abdomen : lemas, datar, bising usus (+) normal, turgor baik. Hepar dan

lien tidak teraba membesar

Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema

Follow up (10 Mei 2011)

Pasien hari ini tidak ada kejang, panas tidak ada, muntah tidak ada, mencret 1 kali.

Pasien terpasang NGT

Ku: koma

Tanda vital:

9

Page 10: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

Nadi : 122 x/menit

RR : 42 x/menit

Suhu ; 37,20C

Pemeriksaan fisik:

Kepala : ubun-ubun cembung (+)

Mata : konjuctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

Tht : tidak ada kelainan

Mulut : dalam batas normal

Leher : KGB tidak teraba membesar

Thorax : BJI II normal, tidak ada gallop dan murmur. Vesikuler, tidak

ada rhonki, tidak ada wheezing

Abdomen : lemas, datar, bising usus (+) normal, turgor baik. Hepar dan

lien tidak teraba membesar

Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema

Follow up (12 Mei 2011)

Pasien hari ini tidak ada kejang, panas tidak ada, muntah tidak ada, mencret 2 kali.

Ku: koma

Tanda vital:

Nadi : 115 x/menit

RR : 33 x/menit

Suhu ; 370C

Pemeriksaan fisik:

Kepala : ubun-ubun cembung (+)

Mata : konjuctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

Tht : tidak ada kelainan

Mulut : dalam batas normal

Leher : KGB tidak teraba membesar

Thorax : BJI II normal, tidak ada gallop dan murmur

Abdomen : lemas, datar, bising usus (+) normal, turgor baik. Hepar dan

10

Page 11: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

lien tidak teraba membesar

Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema

Follow up (13 Mei 2011)

Pasien hari ini tidak ada kejang, panas tidak ada, muntah tidak ada, mencret

sebanyak 3 kali.

Ku: sopor

Tanda vital:

Nadi : 104 x/menit

RR : 28 x/menit

Suhu ; 37,30C

Pemeriksaan fisik:

Kepala : ubun-ubun cembung (+)

Mata : konjuctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

Tht : tidak ada kelainan

Mulut : dalam batas normal

Leher : KGB tidak teraba membesar

Thorax : BJI II normal, tidak ada gallop dan murmur. Vesikuler, tidak

ada rhonki, tidak ada wheezing

Abdomen : lemas, datar, bising usus (+) meningkat, turgor baik. Hepar

dan lien tidak teraba membesar

Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema

Follow up (16 Mei 2011)

Pasien hari ini tidak ada kejang, panas tidak ada, muntah tidak ada, mencret

sebanyak 10 kali.

Ku: koma

11

Page 12: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

Tanda vital:

Nadi : 120 x/menit

RR : 38 x/menit

Suhu ; 36,40C

Pemeriksaan fisik:

Kepala : ubun-ubun cembung (+)

Mata : konjunctiva pucat tidak ada, sclera ikterik tidak ada

Tht : tidak ada kelainan

Mulut : kelembapan menurun

Leher : KGB tidak teraba membesar

Thorax : BJI II normal, tidak ada gallop dan murmur. Vesikuler, tidak

ada rhonki, tidak ada wheezing

Abdomen : lemas, datar, bising usus (+) meningkat, turgor melambat.

Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium (03 Mei 2011)

Darah rutin:

Hb 12 g/dl

Ht 36%

Leukosit 22.500/uL

Trombosit 399000/uL

GDS: 106 mg/dl

Pemeriksaan laboratorium (04 Mei 2011)

Hematologi

Hitung jenis Hasil Satuan Nilai rujukan

Basofil - % 0-1

Eusinofil 1 % 0-3

12

Page 13: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

Stab 3 % 2-6

Segment 80 % 50-70

Lymfosit 15 % 20-40

Monosit 1 % 2-8

LED I/II: LED I = 2 mm/jam

LED II= 5 mm/jam

Nilai rujukan 0-20

GDS 120 mg/dl (nilai rujukan <180)

Pemeriksaan laboratorium (05 Mei 2011)

RO Thorak: kesan bronchopneumonia, tidak tampak kardiomegali.

Pemeriksaan laboratorium (12 mei 2011)

Feses : tinja rutin/lengkap

Makroskopik Hasil Satuan Nilai rujukan

Warna Coklat

Konsistensi Seperti bubur

Lender Positif Negative

Mikroskopik

Eritrosit 0-1 /lpb Negative

Leukosit 0-1 /lpb Negative

Bakteri Positif Negative

Amoeba Negative Negative

Telur cacing Negative Negative

Pemeriksaan laboratorium (16 Mei 2011)

13

Page 14: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

Hematologi

Darah rutin Hasil Satuan Nilai rujukan

Hemoglobin 10 g/dl 11-14,5

Hematokrit 30 % 37-50

Leukosit 10.100 /mm3 4000-10000

Trombosit 426000 /mm3 150.000-400.000

Pemeriksaan laboratorium (20 Mei 2011)

FESES: tinja rutin/lengkap

Makroskopik Hasil Satuan Nilai rujukan

Warna Kuning

Konsistensi Lembek

Lendir Negative Negative

Mikroskopik

Eritrosit 0-1 /lpb Negative

Leukosit 0-1 /lpb Negative

Bakteri Positif Negative

Amoeba Negative Negative

Telur cacing Negative Negative

V. DIAGNOSIS KERJA

1. Meningitis serosa

2. KEP III

3. Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang

VI. DIAGNOSIS BANDING

1. Meningitis purulenta

VII. RENCANA PENGELOLAAN

14

Page 15: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

A. Rencana Pemeriksaan

Lab darah rutin, kimia darah, dan elektrolit

CT Scan kepala

Analisis CSS dengan fungsi lumbal

Kultur darah

B. Rencana Pengobatan dan diit

O2 1-2 liter/menit

RL 40 gtt/jam mikro

Ceftriaxon 2x300 mg (IV)

Ceftazidim 3x175 mg (IV)

Dexametason 3x1,5 (IV)

Streptomisin 1x200 mg (IV)

Diazepam 1,2 mg

Luminal 2x15 mg (IV)

Ranitidine 2x6 mg

Metronidazol 3x40 mg (IV)

PASI lewat NGT

Fisioterapi

OAT ( INH 10 mg/kgBB/hari , dosis maksimal 300 mg = 60 mg 1x1

selama 6-9 bulan, Rimfapisin 15-20 mg/kgBB /hari, dosis maksimal 600

mg = 90 mg 1x1selama 6-9 bulan, Pirazinamid 35 mg/kgBB/hari, dosis

maksimal 2000 mg =180 mg 1x1selama 2 bulan pertama.

Konsultasi gizi dan perencanaan makanan

C. Rencana pemantauan

Pemantauan hasil terapi

Pemantauan perubahan derajat kesadaran, kejang

Pemantauan hasil laboratorium darah dan laboratorium feses

Pemantauan vital sign dan berat badan pasien

15

Page 16: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

Pemantauan fisioterapi

Pemantauan status gizi

D. Rencana edukasi

Pencegahan primer: Menjaga kebersihan diri dan lingkungan, kebutuhan

pangan tercukupi, kontrol kesehatan dan tumbuh kembang secara rutin di

puskesmas atau posyandu terdekat.

Pencegahan Sekunder: Pemberian nutrisi cukup, pencegahan infeksi.

Pencegahan tersier: pemberian fisioterapi

VIII.PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia

Quo ad functionam : dubia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Meningitis Serosa

Definisi

16

Page 17: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

Meningitis adalah radang umum pada arakhnoid dan piamater, disebabkan oleh

bakteri, virus, Ricketsia atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis.

Mikroorganisme ini dapat masuk ke setiap bagian ruang subarachnoid dan dengan

cepat menyebar ke tempat lain. Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan

perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu meningitis serosa dan meningitis

purulenta.

Meningitis serosa adalah radang selaput otak arachnoid dan piamater yang disertai

cairan otak yang jernih. Meningitis serosa masih banyak ditemukan di Indonesia

karena morbiditas tuberkulosis masih tinggi. Meningitis serosa disebut juga

meningitis aseptik, merupakan sindrom klinik meningitis yang tidak disertai dengan

temuan kultur positif pada CSS. Istilah meningitis aseptik mengacu pada kasus

dimana pasien dengan gejala meningitis tapi pertumbuhan bakteri pada kultur tidak

ditemukan.

Etiologi

Penyebab tersering adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lain seperti virus,

Toxoplasma gondii, Ricketsia. Faktor predisposisi dari meningitis adalah infeksi

susunan saraf pusat. Daya pertahanan susunan saraf pusat untuk mencegah infeksi

mencakup keadaan umum yang baik, struktur sawar darah otak yang utuh dan efektif,

aliran darah ke otak yang adekuat, sistem imunologik, hormonal dan seluler yang

berfungsi sempurna.

Patogenesis

Meningitis tuberkulosa adalah komplikasi sistemik sekunder dari tuberkulosis dan

merupakan hasil penyebaran secara hematogen ke piamater atau arakhnoid. Respons

selular dengan adanya limfosit, sel plasma, histosit, dalam waktu yang singkat

menyebabkan pembentukan giant sel dan granuloma atau tuberkuloma. Tuberkuloma

bisanya berada pada hemisfer, serebelum atau serabut spinal.

17

Page 18: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

Sarang infeksi tuberkulosis di luar susunan saraf, pada umumnya di paru-paru,

melepaskan mikrobakterium tuberkulosis. Melalui lintasan hematogen, kuman ini

akan tiba dikorteks serebri. Di daerah ini, kuman dapat berkembang biak dan

membentuk eksudasi kaseosa. Leptomeningen yang menutupi sarang infeksi di

korteks dapat ikut terkena dan menimbulkan meningitis sirkumskripta. Eksudat

kaseosa dapat pecah, sehingga membawa kuman tuberkulosis masuk ke

ruang subaraknoidal.

Gambaran Klinis

Berlangsung dalam beberapa hari yang merupakan gejala infeksi akut, berupa:

Lesu / lemah

Mudah terangsang / Iritibel

Anorexia

Febris tinggi.

Selain itu juga ditemukan gejala dari peningkatan tekanan intrakranial

Nyeri kepala makin berat (anak besar)

Pukul atau pegang kepala (anak kecil)

Merintih (bayi)

Ubun-ubun anterior menonjol tegang

Kesadaran menurun: apatis sampai koma

Papiledema dan/atau pupil midriasis (dilatasi / lebar)

Paresis dan/atau kelumpuhan (temasuk strabismus)

Konvulsi: umum, fokal, partial complex atau “twitching”

Pernafasan Cheyne-Stokes (makin dangkal sampai apnea lalu makin dalam

lalu makin dangkal lagi sampai apnea lalu makin dalam & seterusnya)

18

Page 19: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

Pada pemeriksaan neurologis ditemukan gejala ransang meningens, berupa:

Kaku kuduk: nyeri leher belakang bila digerak atau flexi kedepan

Opisthotonus

Tanda Kerniq & Brundzinsky positif

Secara khusus dibagi menjadi 3 stadium :

1. Stadium 1 : Adanya tanda penyakit umum seperti demam, sefalgia, gelisah,

mudah kesal (iritable)

2. Stadium 2 : Tanda-tanda pada stadium 1 disertai dengan adanya tanda

ransangan meningen dan kelainan neurologi seperti gangguan saraf otak,

hemiplegi, kejang, disertai dengan penurunan kesadaran

19

Page 20: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

3. Stadium 3 : penurunan kesadaran disertai dengan suhu yang tidak teratur

dan semakin tinggi serta gangguan pernafasan dalam bentuk cheynes stokes

atau kussmaul. Selain itu terdapat gangguan miksi.

Diagnosa

Diagnosa meningitis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan klinis, dan

pemeriksaan penunjang.

Diagnosis Banding

Kejang Febris

Demam Tifoid dengan encefalopati

Encefalitis: Kejang-kejang berulang-ulang yang sulit diatasi.

Poliomyelitis

Bisul/Abses Otak, biasanya ada tanda fokal

Keracunan obat: Phenyltoin (Dilantin),Kokain,Anti-depresan trisiklik

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah

Dilakukan pemeriksaan kadar haemoglobin, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju

endap darah (LED), kadar glukosa puasa, kadar ureum, elektrolit. Pada meningitis

serosa didapatkan peningkatan leukosit dan LED.

2. Lumbal pungsi / pemeriksaan cairan otak

20

Page 21: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

Hasil pemeriksaan lumbal pungsi digunakan membedakan antara meningitis

serosa dengan meningitis purulenta.

LP PURULENTA SEROSA

Warna

Sel

Protein

Glukosa

Klorida

Mikroorganisme

Keruh

PMN 1000-10000

100-500 mg%

0-40 mg%

650-680

Kultur

Jernih

MMN 300-500

100-500 mg%

Rendah

510

Khusus/Ziehl-Nielsen

3. Kultur darah

Pemeriksaan ini diperlukan untuk menentukan jenis bakteri yang menginfeksi

meningen sehingga dapat diberikan terapi dengan obat yang sesuai oleh

penyebabnya.

4. Pemeriksaan Radiologis

Dilakukan pemeriksaan rontgen dada dan kepala. Bila perlu dilakukan CT scan

kepala.

Penatalaksanaan

Terapi untuk meningitis ini terbagi menjadi terapi umum dan terapi khusus, yaitu:

1. Terapi Umum

- Istirahat mutlak, bila perlu diberikan perawatan intensif

21

Page 22: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

- Pemberian gizi tinggi kalori tinggi protein

- Posisi penderita dijaga agar tidak terjadi dekubitus

- Keseimbangan cairan tubuh

- Perawatan kandung kemih dan defekasi

- Mengatasi gejala demam, kejang

2. Terapi Khusus

Penatalaksanaan meningitis serosa meliputi :

1) Rejimen terapi :

INH : 10 mg/kgBB/hari dengan dosis maksimal 300 mg

Rifampisin : 15-20 mg/kgBB /hari dengan dosis maksimal 600 mg

Pirazinamid: 35 mg/kgBB/hari dengan dosis maksimal 2000 mg

2) Steroid

Diberikan untuk :

- Menghambat reaksi inflamasi

- Mencegah komplikasi infeksi

- Menurunkan edem cerebri

- Mencegah perlengketan arachnoid dan otak

- Mencegah arteritis / infark otak

Indikasi :

- Kesadaran menurun

- Defisit neurologi fokal

22

Page 23: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

Dosis : Prednison 1-2 mg/kgBB/hari

3) Tindakan untuk mengatasi tekanan intrakranial tinggi (TIT)

Infus diberi hanya 50%-66% biasa. Kalau tidak ada syok, pakai IV

D1/4S.

Kalau ada komplikasi Sindrom IADH, IV diganti D5%W amat pelan

asal TD kuat.

Dexamethasone selama 4 hari (untuk kasus bakteri & TBC)

Diuretik Diamox bisa menolong kalau tekanan intrakranial masih naik

4) Tindakan Anti Kejang

Kejang (Konvulsi) terjadi pada 20-30% kasus meningitis.

Diazepam / Valium IV pelan-pelan

Komplikasi

Pneumonia Aspirasi yang terjadi pada waktu kejang

Subdural Effusion: (20 – 30% bayi) Sering pada kasus H.I.

Sx: Febris baru. Biasanya tidak perlu didranasi kalau tidak ada tanda tekanan

intrakranial karena besarnya.

Sindroma Kelebihan Hormon Antidiuretik (SIADH) (30 – 60%)

Sx: Oliguria sedangkan timbulnya edema umum.

Rx: IV diganti D5%W: pelan sekali, tetapi TD dijaga agar sistol tetap normal.

(Obat diuretik kurang menolong.)

Bisul / Abses Otak: (1%)

Sx: febris baru, “mass effect”. Perlu SCAN & drainase

23

Page 24: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

Komplikasi lanjutan: Tuli, Epilepsi, Hydrokefalus, Retardasi mental, Spastis

otot.

Prognosis

Faktor – faktor resiko:

1. Umur muda

2. Lambatnya pengobatan dimulai

3. Cepatnya tanda meningeal dari permulaan gejala (Onset of Symptoms)

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus ini penderita didiagnosis dengan meningitis serosa dengan malnutrisi

energi protein berat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang.

Dari anamnesis, informasi yang memperkuat dugaan meningitis serosa adalah adanya

gejala berupa demam, tinggi mendadak lalu kejang-kejang, keadaan umum yang

lemah, dan kadang-kadang terdapat bangkitan kejang memperkuat adanya proses

intrakranial. Pemeriksaan fisik yang mendukung, yaitu tanda rangsang meningeal

positif, peningkatan sejumlah reflex fisiologis dan adanya refleks patologis.

24

Page 25: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

Diagnosis kerja pada pasien ini ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan

fisis, dan pemeriksaan penunjang. Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa, anak W

usia 9 bulan dengan berat badan 5,8 kg, TB 70 cm datang dibawa ibunya dengan

keluhan utama kejang . Pasien mengalami kejang fokal disebelah kiri selama 5

menit, kejang berulang dan selama kejang mata pasien mendelik ke atas lalu muntah

setelah pasien kejang. Diketahui pula bahwa pasien kejang setelah sebelumnya

mengalami demam tinggi mendadak. Riwayat kejang pada ayah pasien juga

memperkuat dari diagnosis kerja pada pasien ini.

Terdapat beberapa kemungkinan penyebab timbulnya kejang yang didahului demam,

yaitu kejang demam, infeksi SSP, atau epilepsi yang bersamaan dengan demam.

Pada pemeriksaan fisis didapatkan kesadaran pasien koma, suhu tubuh meningkat

(38°C).

Pemeriksaan tambahan seperti pungsi lumbal, elektroensefalografi ataupun

neuroimaging perlu dilaksanakan karena ada peningkatan intrakranial pada pasien ini,

Pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan darah perifer pada pasien ini

dilakukan untuk mengevaluasi sumber infeksi.

Penatalaksanaan pada pasien ini terutama bertujuan untuk menurunkan panas dan

mencegah kejang terjadi lagi.

Terapi simtomatik yang diberikan pada pasien adalah paracetamol untuk mengatasi

demam. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali, sebanyak 4 kali

sehari. Pemberian obat penurun panas dapat berfungsi untuk mencegah terjadinya

kejang, karena fungsi termoregulator pada anak masih belum matur sehingga panas

tubuh yang tinggi dapat mencetuskan terjadinya kejang. Pada pasien ini diberikan

cairan melalui jalur intravena yaitu infuse Ringer laktat sebab pasien tidak sadar.

25

Page 26: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

Edukasi kepada keluarga pasien mengenai penyakit pasien, pengobatan, dan

prognosisnya. Pada keluarga perlu diedukasi mengenai cara-cara penanganan kejang

bila terjadi lagi di rumah, beserta cara pemberian diazepam per rektal. Selain itu,

perlu diberitahukan akan kemungkinan terjadinya kejang kembali suatu saat. Untuk

mengevaluasi keseluruhan tatalaksana ini, maka secara rutin dilakukan monitor

keadaan umum, kesadaran, tanda vital, dan kejang pada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S. Konsesus Penatalaksanaan Kejang

Demam.Edisi I. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2005.hal.1-14.

Johnston, MV. Seizures in Childhood. In: Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton,

editors. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th ed. Philadelphia: Saunders;

2004.p.1994.

Widodo DP. Kejang Demam: Apa yang Perlu Diwaspadai. Dalam: Tumbuleka

AR, Trihono PP, Kurniati N, Widodo DP, editor. Penanganan Demam pada Anak

Secara Pofesional. Edisi I. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-

RSCM; 2005.hal.58-63.

Tejani NR, Zempsky WT. 2008. Pediatrics, Febrile Seizures. Diunduh dari:

http://emedicine.medscape.com/article/801500.

26

Page 27: Case Report Meningitis Serosa - Irna (Anak)

Baumann R. 2008. Febrile Seizures. Diunduh dari:

http://emedicine.medscape.com/article/1176205-overview.

Panduan Pelayanan Medis Departemen Kesehatan Ilmu Anak Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo. Jakarta: RSCM. Agustus 2007

27