case report kedokteran keluarga

73
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr. wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat, iman dan Islam sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kepaniteraan klinik dengan judul “Wanita 45 tahun dengan Diabetes Melitus Tipe 2, Dislipidemia dan Obesitas dengan fungsi keluarga yang kurang sehat” untuk memenuhi sebagian syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Keluarga di Puskesmas Wirobrajan. Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang telah berjuang dengan membawa agama Allah. Banyak hambatan dalam penyusunan makalah ini, namun berkat dukungan dari banyak pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini. Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1. dr. AS Williamto, selaku Kepala Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta. 2. dr. Nurzammi, sebagai dokter pembimbing klinik di Puskesmas Wirobrajan. 3

description

case report kedokteran keluarga

Transcript of case report kedokteran keluarga

Page 1: case report kedokteran keluarga

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat,

iman dan Islam sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kepaniteraan klinik

dengan judul “Wanita 45 tahun dengan Diabetes Melitus Tipe 2, Dislipidemia

dan Obesitas dengan fungsi keluarga yang kurang sehat” untuk memenuhi

sebagian syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran

Keluarga di Puskesmas Wirobrajan. Semoga shalawat dan salam selalu

dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang telah

berjuang dengan membawa agama Allah.

Banyak hambatan dalam penyusunan makalah ini, namun berkat dukungan

dari banyak pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan kepaniteraan

klinik kedokteran keluarga ini. Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. dr. AS Williamto, selaku Kepala Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta.

2. dr. Nurzammi, sebagai dokter pembimbing klinik di Puskesmas Wirobrajan.

3. dr.Iman Permana, M.Kes, sebagai dokter pembimbing Ilmu Kedokteran

Keluarga Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini dan

selanjutnya.

Semoga laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini dapat

bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 11 Desember 2012

Penyusun,

Fatkhur Ruli M Q

3

Page 2: case report kedokteran keluarga

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ 1

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... 2

KATA PENGANTAR...................................................................................... 3

DAFTAR ISI.................................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 7

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 7

B. Profil Puskesmas Wirobrajan .................................................... 8

C. Tujuan Penulisan........................................................................ 11

D. Manfaat Penulisan...................................................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 13

A. Diabetes Melitus......................................................................... 13

1. Definisi..................................................................................... 13

2. Klasifikasi................................................................................. 14

3. Diagnosis.................................................................................. 15

B. Dislipidemia............................................................................... 19

1. Definisi..................................................................................... 19

2. Epidemiologi............................................................................. 20

3. Klasifikasi................................................................................. 21

4. Faktor Resiko............................................................................ 24

5. Kriteria Diagnostik................................................................... 25

4

Page 3: case report kedokteran keluarga

C. Obesitas...................................................................................... 27

1. Definisi..................................................................................... 27

2. Pengukuran Antropometri........................................................ 29

BAB III PRESENTASI KASUS ................................................................... 31

A. Anamnesis ................................................................................. 31

B. Pemeriksaan Fisik ..................................................................... 32

C. Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 34

D. Diagnosis Banding..................................................................... 34

E. Diagnosis ................................................................................... 34

F. Terapi......................................................................................... 34

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................. 38

A. Analisis Kasus ........................................................................... 38

B. Analisis Kunjungan Rumah ...................................................... 39

C. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Satu Rumah................ 42

D. Genogram Keluarga................................................................... 43

E. Nilai APGAR Keluarga.............................................................. 44

F. SCREEM Keluarga ................................................................... 45

G. Identifikasi Fungsi Keluarga ..................................................... 45

H. Identifikasi PSP (Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku) ................ 47

I. Pedoman Umum Gizi Seimbang ............................................... 48

J. Identifikasi Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ............. 49

K. Pelaksanaan Program ................................................................ 49

L. Diagnosis Kesehatan Keluarga.................................................. 50

5

Page 4: case report kedokteran keluarga

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 51

A. Kesimpulan ............................................................................... 51

B. Saran .......................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 53

6

Page 5: case report kedokteran keluarga

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) menurut American Diabetes Association (ADA)

2003, merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada DM berhubungan dengan kerusakan

jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata,

ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah (Soegondo, 2004).

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan pening-

katan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Dislipidemia mengacu pada

kondisi di mana terjadi abnormalitas profil lipid dalam plasma. Beberapa kelainan

fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,

trigliserida (TG), serta penurunan kolesterol HDL. Berbagai perubahan profil lipid

tersebut saling terkait satu dengan lain sehingga tidak dapat dibicarakan sendiri-

sendiri. Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko utama aterosklerosis dan

penyakit jantung koroner. Dislipidemia adalah salah satu komponen dalam trias

sindrom metabolik selain diabetes dan hipertensi.

Kelebihan berat badan adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat badan

dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas adalah

kondisi kelebihan lemak, baik diseluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian

tertentu. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila

7

Page 6: case report kedokteran keluarga

ditemukan kelebihan berat badan > 20% pada pria dan >25% pada wanita karena

lemak (Ganong W.F. 2003).

Obesitas merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan

lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh ( Mayer,

1973 dalam Pudjiadi, 1990). Obesitas dari segi kesehatan merupakan salah satu

penyakit salah gizi, sebagai akibat konsumsi makanan yang jauh melebihi

kebutuhannya. Perbandingan normal antara lemak tubuh dengan berat badan

adalah sekitar 12 – 35 % pada wanita dan 18 – 23 % pada pria. Obesitas

merupakan salah satu faktor resiko penyebab terjadinya penyakit degeneratif

seperti Diabetes Melitus, penyakit jantung koroner dan hipertensi (Laurentia,

2004)

B. Profil Puskesmas Wirobrajan

Puskesmas Wirobrajan adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan di

wilayah kerja Kecamatan Wirobrajan. Unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan

adalah unit yang melaksanakan tugas teknis operasional di wilayah kerja

puskesmas sebagai unit pelaksana tingkat pertama pembangunan kesehatan di

Indonesia.

Di Kecamatan Wirobrajan terdapat satu puskesmas induk yaitu Puskesmas

Wirobrajan dengan Puskesmas Pembantu Tegalmulyo. Puskesmas Wirobrajan

terletak di kota Yogyakarta dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: sebelah

utara adalah Kecamatan Tegalrejo, sebelah timur adalah Kecamatan Ngampilan

dan Kecamatan Matrijeron, sebelah selatan dan barat adalah Kecamatan Kasihan,

Kabupaten Bantul.

8

Page 7: case report kedokteran keluarga

Luas wilayah Kecamatan Wirobrajan 1,78 km2 dengan pembagian kelurahan

menjadi 3 kelurahan yang terdiri dari: Kelurahan Pakuncen yang terletak di bagian

utara dengan 58 RT dan 12 RW, Kelurahan Wirobrajan terletak di bagian tengah

dengan 56 RT dan 12 RW, Kelurahan Patangpuluhan terletak di bagian selatan

dengan 51 RT dan 10 RW.

Jumlah penduduk Kecamatan Wirobrajan adalah 29.225 jiwa. Dengan jumlah

kepala keluarga 8.592 dan terdiri dari 165 RT, 34 RW serta 36 posyandu. Sasaran

kesehatan wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan yang mengacu pada Indikator

Indonesia Sehat 2010 dan SPM seperti derajat kesehatan, keadaan lingkungan,

perilaku hidup bersih dan sehat, pelayanan kesehatan, perbaikan gizi masyarakat.

Puskesmas Wirobrajan belum dilengkapi dengan fasilitas rawat inap namun

sudah terdapat fasilitas ambulans dan UGD yang pada saat jam kerja dapat

digunakan. Kegiatan pelayanan umum meliputi balai pengobatan umum (BPU),

balai pengobatan gigi (BPG), BKIA/KB, unit farmasi, unit puskesmas keliling,

UKS, konseling gizi, kesehatan lingkungan, promosi kesehatan dan poli lansia,

konseling PHBS, konseling psikologi, dan konseling berhenti merokok.

Untuk mencapai sasaran wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan seperti disebut

di atas, dokter keluarga juga dapat berperan didalamnya. Pelayanan kedokteran

keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh dan memusatkan

pelayanannya pada keluarga sebagai suatu unit. Di mana tanggung jawab dokter

terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis

kelamin pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja.

9

Page 8: case report kedokteran keluarga

Pelayanan dokter keluarga yang melibatkan dokter keluarga sebagai penapis

(goal keeper) di tingkat pelayanan primer, dokter spesialis di tingkat pelayanan

sekunder, rumah sakit rujukan, dan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan yang

berkerja secara bersama-sama menempatkan dokter keluarga pada posisi yang

sangat strategis dalam pembangunan kesehatan.

Tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan dokter keluarga adalah suatu

bentuk pelayanan kesehatan bagi individu, keluarga dan masyarakat yang bermutu

namun terkendali biayanya, yang tercermin dalam tata laksana pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh dokter keluarga.

Tabel 1. Rekapitulasi 10 Besar Diagnosis Pasien Puskesmas WirobrajanPeriode Januari – Oktober 2012

No. ICD Diagnosis Jumlah

1 J.06 Infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas 3703

2 I.10 Hipertensi primer 3594

3 J.00 Common cold/ Nasopharyngitis acute 2591

4 K.04 Penyakit pulpa dan periapikal 1568

5 E.11 Diabetes Mellitus tipe 2 (NIDDM) 1468

6 M.791 Mialgia 1145

7 R.51 Nyeri kepala (headache) 1086

8 E.78 Gang. Metabolisme Lipid & Lipoprotein 855

9 R.50 Febris/ demam 829

10 A.09 Diare dan gastroenteritis 825

C. Tujuan Penulisan

10

Page 9: case report kedokteran keluarga

1. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan suatu

gambaran, penjelasan yang lebih mendalam mengenai penyakit

diabetes melitus, obesitas dan dislipidemia ini. Diharapkan masyarakat

dapat melakukan pencegahan dan pengobatan dini dengan cara yang

tepat.

2. Penulisan laporan kasus kepaniteraan klinik ilmu kedokteran keluarga

ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian

kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kedokteran Keluarga, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

3. Memberikan informasi serta pengetahuan mengenai bentuk pelayanan

kedokteran dengan pendekatan kedokteran keluarga pada penderita

penyakit. Salah satunya dengan menganalisis penyebab, perilaku atau

gaya hidup apakah telah mendukung pengobatan farmakologi atau

tidak. Selain itu juga penyuluhan dilakukan dengan titik berat agar

pasien dan keluarganya menjadi mengetahui lebih banyak tentang

diabetes sehingga dapat diminimalisir terjadinya komplikasi yang

terjadi.

D. Manfaat Penulisan

11

Page 10: case report kedokteran keluarga

1. Manfaat untuk puskesmas

Sebagai sarana kerjasama yang saling menguntungkan untuk dapat

meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan

mendapatkan umpan balik dari hasil evaluasi koasisten dalam rangka

mengoptimalkan peran puskesmas.

2. Manfaat untuk mahasiswa

Sebagai sarana keterampilan dan pengalaman dalam upaya pelayanan

kesehatan dengan menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga.

12

Page 11: case report kedokteran keluarga

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DIABETES MELITUS

1. DEFINISI

Menurut WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes melitus merupakan sesuatu

yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara

umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi

yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin

absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin (PERKENI 2006).

Diabetes Melitus (DM) sering juga dikenal dengan nama kencing manis atau

penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

merupakan kumpulan gejala yang timbul pada diri seseorang yang disebabkan

oleh adanya peningkatan glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut

maupun relatif (Suyono, 2006).

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau kedua-duanya(Sudoyo,Aru W,2006).

Diabetes Melitus adalah suatu penyakit kronik yang ditandai dengan

peningkatan kadar glukosa didalam darah. Penyakit ini dapat menyerang segala

lapisan umur dan sosial ekonomi(Shahab,Alwi, 2006).

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes mellitus

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

13

Page 12: case report kedokteran keluarga

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

kedua-duanya (PERKENI, 2006).

2. KLASIFIKASIDiabetes melitus diklasifikasikan menurut etiologinya seperti yang tertera

pada tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi diabetes menurut etiologinya. Sumber : PERKENI, 2006

Klasifikasi lainnya membagi diabetes melitus atas empat kelompok yaitu

diabetes melitus tipe-1, diabetes melitus tipe-2, diabetes melitus bentuk khusus,

dan diabetes melitus gestasional (Adam, John MF, 2000).

American Diabetes Association (ADA) dalam standards of Medical Care in

Diabetes (2009) memberikan klasifikasi diabetes melitus menjadi 4 tipe yang

disajikan dalam (Dewi, Debhryta Ayu, 2009):

1. Diabetes melitus tipe 1, yaitu diabetes melitus yang dikarenakan oleh adanya

destruksi sel β pankreas yang secara absolut menyebabkan defisiensi insulin.

14

Page 13: case report kedokteran keluarga

2. Diabetes melitus tipe 2, yaitu diabetes yang dikarenakan oleh adanya

kelainan sekresi insulin yang progresif dan adanya resistensi insulin.

3. Diabetes melitus tipe lain, yaitu diabetes yang disebabkan oleh beberapa

faktor lain seperti kelainan genetik pada fungsi sel β pankreas, kelainan genetik

pada aktivitas insulin, penyakit eksokrin pankreas (cystic fibrosis), dan akibat

penggunaan obat atau bahan kimia lainnya (terapi pada penderita AIDS dan

terapi setelah transplantasi organ).

4. Diabetes melitus gestasional, yaitu tipe diabetes yang terdiagnosa atau

dialami selama masa kehamilan.

3. DIAGNOSIS

Diagnosis diabetes melitus harus berdasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa

darah. Dalam menentukan diagnosis diabetes melitus harus diperhatikan asal

bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis,

pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik

dengan bahan darah plasma vena. Untuk memastikan diagnosis diabetes melitus,

pemeriksaan glukosa darah sebaiknya dilakukan di laboratorium klinik yang

terpercaya. Walaupun demikian sesuai dengan kondisi setempat dapat juga

dipakai bahan darah utuh, vena maupun kapiler dengan memperhatikan angka-

angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan WHO. Untuk

pemantauan hasil pengobatan dapat diperiksa glukosa darah kapiler (Sudoyo,Aru

W, 2006).

15

Page 14: case report kedokteran keluarga

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan

adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti tersebut

di bawah ini (PERKENI, 2006) :

1. Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan

berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

2. Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan

disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.

Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl sudah

cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus. Hasil pemeriksaan kadar

glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl juga digunakan untuk acuan diagnosis diabetes

melitus. Untuk kelompok tanpa keluhan khas diabetes melitus, hasil pemeriksaan

glukosa darah yang baru satu kali saja abnormal, belum cukup kuat untuk

menegakkan diagnosis diabetes melitus. Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan

mendapat sekali lagi angka abnormal, baik kadar glukosa darah puasa ≥ 126

mg/dl, kadar glukosa sewaktu ≥ 200 mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil tes

toleransi glukosa oral (TTGO) didapatkan kadar glukosa darah pasca pembebanan

≥ 200 mg/dl (Sudoyo,Aru W, 2006).

16

Page 15: case report kedokteran keluarga

Tabel 3. Kriteria diagnosis diabetes melitus. Sumber : PERKENI, 2006

Ada perbedaan antara uji diagnostik diabetes melitus dengan pemeriksaan

penyaring. Uji diagnostik diabetes melitus dilakukan pada mereka yang

menunjukkan gejala atau tanda diabetes melitus, sedangkan pemeriksaan

penyaring bertujuan untuk mengidentifikasikan mereka yang tidak bergejala, yang

mempunyai resiko diabetes melitus. Serangkaian uji diagnostik akan dilakukan

kemudian pada mereka yang hasil pemeriksaan penyaringnya positif, untuk

memastikan diagnosis definitif (Sudoyo,Aru W, 2006).

Pemeriksaan penyaring bertujuan untuk menemukan pasien dengan Dibetes

melitus, toleransi glukosa terganggu (TGT) maupun glukosa darah puasa

terganggu (GDPT), sehingga dapat ditangani lebih dini secara tepat. Pasien

dengan TGT dan GDPT juga disebut sebagai intoleransi glukosa, merupakan

tahapan sementara menuju diabetes melitus. Kedua keadaan tersebut merupakan

faktor risiko untuk terjadinya diabetes melitus dan penyakit kardiovaskular di

kemudian hari (PERKENI, 2006).

17

Page 16: case report kedokteran keluarga

Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa

darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes

toleransi glukosa oral (TTGO) standar (Sudoyo,Ari W, 2006).

Tabel 4. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai standar penyaring dan diagnosis diabetes melitus. Sumber : PERKENI, 2006.

Diperlukan anamnesis yang cermat serta pemeriksaan yang baik untuk

menentukan diagnosis diabetes melitus, toleransi glukosa terganggu dan glukosa

darah puasa tergagnggu. Berikut adalah langkah-langkah penegakkan diagnosis

diabetes melitus, TGT, dan GDPT.

Gambar 1. Langkah-langkah diagnostik diabetes melitus dan toleransi glukosa terganggu. Sumber : Sudoyo, Aru W, 2006.

18

Page 17: case report kedokteran keluarga

B. Dislipidemia

1. Definisi Dislipidemia

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid

yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total (>240mg/dl), kolesterol

LDL(>160 mg/dl), kenaikan kadar trigliserida (>200 mg/dl) serta penurunan kadar

HDL (<40 mg/dl).

Tabel 5. Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserid menurut NCEP ATP III 2001 (mg/dl).6

19

Page 18: case report kedokteran keluarga

2. Epidemiologi Dislipidemia

Di Indonesia prevalensi dislipidemia semakin meningkat. Penelitian

MONICA di Jakarta 1988 menunjukkan bahwa kadar rata-rata kolesterol total

pada wanita adalah 206,6 mg/dl dan pria 199,8 mg/dl, tahun 1993 meningkat

menjadi 213,0 mg/dl pada wanita dan 204,8 mg/dl pada pria. Dibeberapa daerah

nilai kolesterol yang sama yaitu Surabaya (1985): 195 mg/dl, Ujung Pandang

(1990): 219 mg/dl dan Malang (1994): 206 mg/dl. Apabila dipakai batas kadar

kolesterol > 250 mg/dl sebagai batasan hiperkolesterolemia maka pada MONICA

I terdapatlah hiperkolesterolemia 13,4 % untuk wanita dan 11,4 % untuk pria.

Pada MONICA II hiperkolesterolemia terdapat pada 16,2 % untuk wanita dan 14

% pria.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Sudijanto Kamso dkk. (2004) terhadap

656 responden di 4 kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan

Padang) didapatkan keadaan dislipidemia berat (total kolesterol >240 mg/dL)

pada orang berusia diatas 55 tahun didapatkan paling banyak di Padang dan

Jakarta (>56%), diikuti oleh mereka yang tinggal di Bandung (52,2%) dan

Yogyakarta (27,7%). Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa prevalensi

dislipidemia lebih banyak didapatkan pada wanita (56,2%) dibandingkan pada

pria (47%). Dari keseluruhan wanita yang mengidap dislipidemia tersebut

ditemukan prevalensi dislipidemia terbesar pada rentang usia 55-59 tahun (62,1%)

dibandingkan yang berada pada rentang usia 60-69 tahun (52,3%) dan berusia

diatas 70 tahun (52,6%).

20

Page 19: case report kedokteran keluarga

3. Klasifikasi Dislipidemia

Dislipidemia dapat diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi fenotipik dan

patologik.

a. Klasifikasi Fenotipik

Klasifikasi fenotipik pada dislipidemia dibagi atas klasifikasi berdasarkan

EAS, NCEP, dan WHO.

i. Klasifikasi EAS (European Atheroselerosis Society)

Pada klasifikasi berdasarkan EAS, dislipidemia dibagi 3 golongan, yaitu

hiperkolesterolemia yang merujuk pada peningkatan kolesterol total,

hipertrigliseridemia yang merujuk nilai trigliserida plasma yang meninggi, dan

campuran keduanya seperti dapat dilihat pada tabel 6.

ii. Klasifikasi NECP (National Cholesterol Education Program)

Kapan disebut lipid normal, sebenarnya sulit dipatok pada suatu angka, oleh

karena normal untuk seseorang belum tentu normal untuk orang lain yang disertai

faktor risiko koroner multipel. Walaupun demikian, National Cholesterol

Education Program Adult Treatment Panel III (NCEP ATP III) 2001 telah

membuat satu batasan yang dapat dipakai secara umum tanpa melihat faktor risiko

koroner seseorang seperti dapat dilihat pada tabel 7.

21

Page 20: case report kedokteran keluarga

Tabel 7. Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserid menurut NCEP ATP III 2001 (mg/dl). 4

iii. Klasifikasi WHO (World Health Organization)

Klasifikasi WHO didasarkan pada modifikasi kalsifikasi Fredricson, yaitu

berdasarkan pada pengukuran kolesterol total, trigliserida, dan subkelas

lipoprotein (dapat dilihat pada tabel 8).

22

Page 21: case report kedokteran keluarga

b. Klasifikasi Patogenik

Sedangkan berdasarkan patologinya, dislipidemia 2, yaitu dislipidemia primer

dan sekunder.

i. Dislipidemia Primer

Dislipidemia primer berkaitan dengan gen yang mengatur enzim dan

apoprotein yang terlibat dalam metabolism lipoprotein maupun reseptornya.

Kelainan ini biasanya disebabkan oleh mutasi genetik. Dislipidemia primer

meliputi:

• Hiperkolesterolemia poligenik

• Hiperkolesterolemia familial

• Dislipidemia remnant

• Hyperlipidemia kombinasi familial

• Sindroma Chylomicron

• Hypertrriglyceridemia familial

• Peningkatan Cholesterol HDL

• Peningkatan Apolipoprotein B

ii. Dislipidemia Sekunder

Dislipidemia sekunder disebabkan oleh penyakit atau keadaan yang

mendasari. Hal ini dapat bersifat spesifik untuk setiap bentuk dislipidemia seperti

diperlihatkan oleh tabel 9 dibawah ini.

23

Page 22: case report kedokteran keluarga

Tabel 9 Penyebab Umum Dislipidemia Sekunder

4. Faktor Risiko Dislipidemia

Kadar lipoprotein, terutama kolesterol LDL, meningkat sejalan dengan

bertambahnya usia. Dalam keadaan normal, pria memiliki kadar yang lebih tinggi,

tetapi setelah menopause kadarnya pada wanita mulai meningkat. Faktor lain yang

menyebabkan tingginya kadar lemak tertentu (misalnya VLDL dan LDL) adalah:

Riwayat keluarga dengan dislipidemia

Obesitas

Diet kaya lemak

Kurang melakukan olahraga

Penggunaan alkohol

Merokok

Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik

Kelenjar tiroid yang kurang aktif

Sebagian besar kasus peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol total

bersifat sementara dan tidak berat, dan terutama merupakan akibat dari makan

lemak. Pembuangan lemak dari darah pada setiap orang memiliki kecepatan yang

berbeda. Seseorang bisa makan sejumlah besar lemak hewani dan tidak pernah

memiliki kadar kolesterol total lebih dari 200 mg/dL, sedangkan yang lainnya

24

Page 23: case report kedokteran keluarga

menjalani diet rendah lemak yang ketat dan tidak pernah memiliki kadar

kolesterol total dibawah 260 mg/dL. Perbedaan ini tampaknya bersifat genetik dan

secara luas berhubungan dengan perbedaan kecepatan masuk dan keluarnya

lipoprotein dari aliran darah.

5. Kriteria Diagnostik dan Pemeriksaan Laboratorium Dislipidemia

i. Pedoman Klinis Kadar Lipid Sehubungan Dengan Resiko PKV

Angka patokan kadar lipid yang memerlukan pengelolaan, penting dikaitkan

dengan terjadinya komplikasi kardiovaskuler. Dari berbagai penelitian jangka

panjang di negara-negara barat, yang dikaitkan dengan besarnya resiko untuk

terjadinya PKV (tabel 10), dikenal patokan kadar kolesterol total sbb:

a) Kadar yang diinginkan dan diharapkan masih aman (desirable) adalah < 200

mg/dl

b) Kadar yang sudah mulai meningkat dan harus diwaspadai untuk mulai

dikendalikan (bordeline high) adalah 200-239 mg/dl

c) Kadar yang tinggi dan berbahaya bagi pasien (high) adalah > 240 mg/dl

Untuk trigliserida besamya pengaruh terhadap kemungkinan terjadinya

komplikasi kardiovaskuler belum disepakati benar. NECP (National Cholesterol

Education Program) tidak memasukkan kadar trigliserida dalam anjuran

pengelolaan lipid mereka. Sebaliknya kelompok kontinental memasukkan juga

faktor trigliserida dalam algoritma yang mereka anjurkan, dilandasi oleh

penelitian mereka di Eropa (studi Procam dan studi Paris).

25

Page 24: case report kedokteran keluarga

Di Indonesia data epidemiologis mengenai lipid masih langka, apalagi

longitudinal yang berkaitan dengan angka kesakitan atau angka kematian penyakit

kardiovaskuler.

Tabel 10 Pedoman Klinis untuk Menghubungkan Profil Lipid Dengan Risiko Terjadinya PKV

Secara klinis digunakanlah kadar kolesterol total sebagai tolak ukur,

walaupun berdasarkan patofisiologi, yang berperan sebagai faktor risiko adalah

kolesterol LDL. Namun demikian, kadar kolesterol total dapat juga

menggambarkan kadar kolesterol LDL seperti dapat dilihat pada tabel 11.

26

Page 25: case report kedokteran keluarga

Tabel 11 Kadar Kolesterol Total Dihubungkan dengan Kadar LDL

C. Obesitas

1. Definisi Obesitas

Kelebihan berat badan adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat badan

dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas adalah

kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian

bagian tertentu. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila

ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita karena

lemak (Ganong W.F, 2003). Faktor-faktor penyebab obesitas masih terus diteliti.

Baik faktor lingkungan maupun genetik berperan dalam terjadinya obesitas.

Faktor lingkungan antara lain pengaruh psikologi dan budaya. Dahulu status

sosial dan ekonomi juga dikaitkan dengan obesitas. Individu yang berasal dari

keluarga sosial ekonomi rendah biasanya mengalami malnutrisi. Sebaliknya,

individu dari keluarga dengan status sosial ekonomi lebih tinggi biasanya

menderita obesitas. Kini diketahui bahwa sejak tiga dekade terakhir, hubungan

antara status sosial ekonomi dengan obesitas melemah karena prevalensi obesitas

27

Page 26: case report kedokteran keluarga

meningkat secara dramatis pada setiap kelompok status sosial ekonomi (Zhang,

2004).

Meningkatnya obesitas tak lepas dari berubahnya gaya hidup, seperti

menurunnya aktivitas fisik, dan kebiasaan menonton televisi berjam-jam. Faktor

genetik menentukan mekanisme pengaturan berat badan normal melalui pengaruh

hormon dan neural. Selain itu, faktor genetik juga menentukan banyak dan ukuran

sel adiposa serta distribusi regional lemak tubuh.

Obesitas berhubungan erat dengan distribusi lemak tubuh. Tipe obesitas

menurut pola distribusi lemak tubuh dapat dibedakan menjadi obesitas tubuh

bagian atas (upper body obesity) dan obesitas tubuh bagian bawah (lower body

obesity). Obesitas tubuh bagian atas merupakan dominansi penimbunan lemak

tubuh di trunkal . Terdapat beberapa kompartemen jaringan lemak pada trunkal,

yaitu trunkal subkutaneus yang merupakan kompartemen paling umum,

intraperitoneal (abdominal), dan retroperitoneal.

Obesitas tubuh bagian atas lebih banyak didapatkan pada pria, oleh karena itu

tipe obesitas ini lebih dikenal sebagai “android obesity”. Tipe obesitas ini

berhubungan lebih kuat dengan diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler

daripada obesitas tubuh bagian bawah. Obesitas tubuh bagian bawah merupakan

suatu keadaan tingginya akumulasi lemak tubuh pada regio gluteofemoral. Tipe

obesitas ini lebih banyak terjadi pada wanita sehingga sering disebut “gynoid

obesity”. Tipe obesitas ini berhubungan erat dengan gangguan menstruasi pada

wanita (David., 2004).

28

Page 27: case report kedokteran keluarga

Gambar 2 Data survei obesiti mengikut umur

2. Pengukuran Antropometri sebagai Skreening Obesitas

Obesitas dapat dinilai dengan berbagai cara, metode yang lazim digunakan

saat ini antara lain pengukuran IMT (Index Massa Tubuh), lingkar pinggang, serta

perbandingan lingkar pinggang dan panggul. Sebuah studi menyatakan bahwa

pengukuran lingkar leher juga dapat digunakan sebagai screening obesitas.

Berikut ini penjelasan masing-masing metode pengukuran antropometri tubuh:

A. IMT

Metode yang sering digunakan adalah dengan cara menghitung IMT, yaitu

BB/TB2 dimana BB adalah berat badan dalam kilogram dan TB adalah tinggi

badan dalam meter (Caballero B., 2005). Klasifikasi IMT dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

29

Page 28: case report kedokteran keluarga

Table 12 Klasifikasi IMT (PERKENI, 2006).Klasifikasi IMT (kg/m2)

Berat Badan Kurang < 18.5

Berat Badan Normal 18.5 – 22.9

Berat Badan Lebih ≥ 23BB dengan Resiko 23 – 24.9

Obesitas I 25 – 29.9

Obesitas II ≥ 30

B. Lingkar Pinggang

IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT bukan

merupakan indikator terbaik untuk obesitas Selain IMT, metode lain untuk

pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar

pinggang. Parameter penentuan obesitas merupakan hal yang paling sulit

dilakukan karena perbedaan cutt of point setiap etnis terhadap IMT maupun

lingkar pinggang.

Tabel 13 Kriteria ukuran pinggang berrdasarkan etnis

30

Page 29: case report kedokteran keluarga

BAB III

PRESENTASI KASUS

A. Anamnesis

I. Identitas Pasien

a. Nama : Ny, A S

b. TTL : Pekalongan , 10 April 1967

c. Umur : 45 tahun

d. Jenis Kelamin : Perempuan

e. Agama : Islam

f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

g. Alamat : Sindurejan WB III No 65 RT 44 RW 09 Kelurahan

Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Yogyakarta

h. Asuransi : Jamkesos (Jaminan Kesehatan Sosial)

i. Tanggal kunjungan puskesmas : 4 Desember 2012

j. Tanggal kunjungan rumah I : 5 Desember 2012

k. Tanggal kunjungan rumah II : 8 Desember 2012

II. Keluhan Utama

Pasien datang ke puskesmas Wirobrajan dengan keluhan badan sering

terasa lemas setiap bangun tidur sejak 2 minggu terakhir.

31

Page 30: case report kedokteran keluarga

III. Riwayat Penyakit Sekarang

Saat ini pasien mengaku mudah merasa lelah tiap pagi hari setiap

bangun tidur, selain itu pasien merasa mudah haus, banyak minum, nafsu

makan berkurang dan sering buang air kecil.

IV. Riwayat Penyakit Dahulu

Berdasarkan pernyataan pasien, pasien sebelumnya tidak mengetahui

kondisi penyakit Diabetes yang diderita, baru mengetahui saat kunjungan

ke puskesmas. Pasien juga menyatakan pernah didiagnosis terjadi

pembesaran liver pada September 2012.

V. Riwayat Penyakit Keluarga

Suami pasien sedang dalam perawatan CRF, dengan penanganan

hemodialisa rutin 2 x seminggu, terdiagnosis sejak 8 bulan yang lalu.

Riwayat DM, dan Penyakit Jantung pada keluarga disangkal. Riwayat

Hipertensi pada ayah dari pasien.

B. Pemeriksaan Fisik

I. Keadaan Umum : Baik, CM

II. Tinggi badan : 151 cm

III. Berat Badan : 68 kg

IV. Status Gizi : BMI = 29.82 (Obesitas I)

32

Page 31: case report kedokteran keluarga

V. VS :

TD : 120/80 mmHg

N : 80 x/menit (reguler dan kuat angkat)

RR : 20 x/menit

T: 36.20 C

Kepala/Leher :

normocephal, simetris, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, lensa

mata jernih, JVP meningkat (-), tiroid tidak teraba, limfadenopati leher (-),

deformitas (-), hidung dan telinga dalam batas normal.

• Thorax : Pulmo:

– Inspeksi : simetris,pergerakan seimbang,retraksi (-),bentuk normal

– Palpasi : VF ka=ki,tak ada ketinggalan gerak

– Perkusi : sonor +/+

– Auskultasi : vesikuler +/+,whezing -/-,ronkhi -/-

Cor : S1-2 murni, bising (-), konfigurasi dbn.

• Abdomen

– Inspeksi : flat, DP<DD,

– Auskultasi : peristaltik (+)

– Palpasi : nyeri tekn epigastrium (-),organomegali (-)

– Perkusi : timpani (+), ascites (-)

33

Page 32: case report kedokteran keluarga

• Ekstremitas

– Superior : akral hangat,tonus baik,capilary refill < 2s

– Inferior : akral hangat,tonus baik,capilary refill < 2s

– kekuatan

5 5

5 5

C. Pemeriksaan Penunjang

Tanggal 4 Desember 2012

GDP : 230 mg/dl ( 70 – 120 )

GD2PP : 487 mg/dl ( 90 – 150 )

Chol Tot : 197 mg/dl ( < 200 )

TG : 370 mg/dl ( < 150 )

D. Diagnosis Banding

Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes Melitus Tipe 2

E. Diagnosis

Diabetes Melitus Tipe 2, obesitas dan dislipidemia

F. Terapi

Farmakologi

Terapi dari Puskesmas

Metformin mg500 2 x 1/2 tablet

Gemfibrozil mg300 1 x 1 tablet

Aspilet mg100 1 x 1 tablet

Vit B 12 2 x 1 tablet

Usulan Terapi

Metformin mg500 2 x 1 tablet

Gemfibrozil mg300 1 x 1 tablet

Vit B 12 2 x 1 tablet

Konsul Sp.Pd

34

Page 33: case report kedokteran keluarga

Non-Farmakologi

1. Kebutuhan kalori

BB = 68 Kg

TB = 151 cm

BMI Obesitas I (29.82)

BB ideal = 0.9 x (151-100) = 45.9 kg

Kebutuhan kalori basal = 25 kcal x 45.9 = 1147 kcal

Koreksi =

Usia karna lebih dari 40 tahun, maka dikoreksi dengan -5% dari kalori

basal : 5 % X 1147 = 57,35 kalori

Aktivitas sedang sebagai Ibu Rumah Tangga, maka dikoreksi dengan

+20% dari kalori basal : 20% X 1147 = 229,4 kalori

Karna tergolong gemuk, maka dikoreksi dengan -20% dari kalori basal :

20% X 1147 = 229,4 kalori

Total Kebutuhan Kalori = 1147 – 57,35 + 229,4 – 229,4 = 1089,65 kcal

( dibulatkan 1100 kcal)

Kebutuhan Karbohidrat : 660 (60%)

Kebutuhan Protein : 220 (20%)

Kebutuhan Lemak : 220 (20%)

35

Page 34: case report kedokteran keluarga

2.Diet Total Kalori 1100 kcalori.

Waktu Makan Menu Kcalori

Pagi

Nasi 3/4 gelas (100gr)

Tempe 2 potong (50gr)

Tahu 1 biji besar (110gr)

Sayur 1/2 gelas (50gr)

180

75

75

12.5

Selingan Pepaya 1 potong besar (190gr) 50

Siang

Nasi 1 gelas (130gr)

Tempe 2 potong (50gr)

Tahu 1,5 biji besar (165gr)

Sayur 1/2 gelas (50gr)

Apel 1 buah (85gr)

230

75

112.5

12.5

50

Selingan Pepaya 1 potong besar (190gr) 50

Malam

Nasi 1/2 gelas (65gr)

Ikan 1 potong sedang (40gr)

Sayur 1/2 gelas (50gr)

115

50

12.5

Total 1095

3. Monitoring

Kontrol rutin Kadar Gula Darah, baik Gula Darah Sementara atau Gula

Darah Puasa.

4. Edukasi

36

Page 35: case report kedokteran keluarga

Edukasi dilakukan kepada pasien dan keluarga, edukasi yang diberikan

meliputi tentang:

1. Gaya hidup sehat: menjaga makan, olahraga atau aktifitas fisik tiap

hari.

2. Ketaatan pengobatan.

3. Komplikasi-komplikasi yang dapat timbul.

4. Pentingnya peran keluarga dalam mencapai tujuan pengobatan

pasien.

37

Page 36: case report kedokteran keluarga

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Analisis Kasus

Kunjungan rumah pada pasien dilakukan pada tanggal 5 dan 8 Desember

2012, dari hasil anamnesis pada pasien ini, didapatkan keterangan bahwa pasien

baru mengetahui menderita diabetes pertama kali saat kunjungan ke puskesmas

tanggal 4 Desember. Beberapa hari sebelumnya, ketika datang ke puskesmas

dengan keluhan yang sama, dokter puskesmas menyarankan untuk datang lagi

dengan kondisi puasa sebelumnya untuk dicek kadar gula darah.

Pada bulan September 2012, pasien juga pernah didiagnosis oleh dokter

spesialis penyakit dalam, mengalami pembesaran hati (Hepatomegali), kemudian

berdasarkan pemaparan pasien, dilakukan pengobatan dan pada akhir September

juga, dilakukan pemeriksaan USG, hasil dari pemeriksaan hepar, tidak tampak

pembesaran organ hati.

Pada bulan april 2012, suami pasien didiagnosis mengalami gagal ginjal,

yang harus mendapatkan perawatan cuci darah sebanyak 2 kali dalam satu

minggu. Saat ini sudah berlangsung selama 8 bulan.

Saat ini pasien melakukan kontrol di Puskesmas Wirobrajan untuk

mendapatkan pengobatan Diabetes dan dislipidemia agar kondisi kesehatan selalu

terkontrol. Biaya terapi pada pasien telah ditangani oleh jamkesos, yaitu jaminan

kesehatan sosial. Sedangkan untuk pengobatan suami pasien, selain dari dana

jamkessos, pasien dan keluarga juga mendapat bantuan dari dompet dhuafa.

38

Page 37: case report kedokteran keluarga

SMP Mualimin

Rumah Pasien

Toko Safira

U

Pendekatan yang dilakukan adalah penatalaksaan dengan merencanakan

asupan makanan sehari-harinya, menyarankan untuk melakukan aktifitas jasmani

secara teratur. Hal tersebut bertujuan untuk mengontrol kadar gula darah,

sedangkan bagi anggota keluarga lainnya untuk lebih memperhatikan pola hidup

yang sehat pada pasien.

B. Analisis Kunjungan Rumah.

1. Kondisi pasien.

Saat kunjungan rumah pertama, keluhan pasien sudah semakin berkurang,

badan terasa segar, dari pemeriksaan fisik yang dilakukan juga tidak

didapatkan kelainan yang memperburuk kondisi pasien dan pasien dapat

beraktifitas secara normal sesuai dengan umurnya.

2. Keadaan rumah.

o Letak : Rumah yang dihuni pasien terletak di pemukiman padat penduduk,

beralamat Sindurejan WB III No 65 RT 44 RW 09 Kelurahan

Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Yogyakarta.

39

Page 38: case report kedokteran keluarga

U

VentilasiVentilasi

Rak

T

Meja Kecil

Kasur

Kas

ur

BM

TVAlm

ariAlm

ariMeja Kecil

Kas

ur

Dapur

RakPapan Pembatas

Rumah Tetangga

Rumah Tetangga

6M

6 M

Skala = 1 : 150

o Kondisi : Kokoh, dinding rumah tembok, tidak bertingkat, lantai dari

keramik, atap rumah dari genteng, sebagian genteng terbuat dari kaca,

tidak mempunyai halaman. Dengan luas rumah 6 x 6 meter, dihuni 7

orang.

o Pembagian ruang : di dalam rumah terdapat 1 kamar tidur, 1 ruang tengah,

1 ruang depan, 1 kamar mandi dan dapur

o Ventilasi : Terdapat jendela pada ruang depan dan kamar mandi, terdapat

pula lubang ventilasi pada atas jendela. Akan tetapi diruangan lainnya,

tidak terdapat ventilasi, serta jarak antar rumah berdempetan,

menyebabkan kesan ventilasi kurang baik.

40

Page 39: case report kedokteran keluarga

o Pencahayaan : Pencahayaan di dalam rumah cukup, sehingga dapat

membaca di siang hari tanpa bantuan listrik. Daya listrik pada rumah kos

tersebut sebesar 900 watt, dan dirasa cukup untuk keperluan sehari-hari

seluruh keluarga.

o Kebersihan : kebersihan di dalam rumah kurang, dengan tata letak barang-

barang yang berantakan.

o Sanitasi dasar :

Sumber air bersih : Sumber air dari PAM.

Jamban keluarga : Terdapat 1 buah kamar mandi dengan 1 jamban

jongkok dengan model leher angsa dan bak mandi terbuat dari semen dan

sudah dilapisi porselen. Kesan kamar mandi bersih, tidak bau dan terawat.

Berukuran sekitar 1,5 m x 2 m. Air dalam bak mandi bersih tidak ada

jentik nyamuk.

Saluran Pembuangan Air Limbah : Limbah rumah tangga dialirkan ke

peresapan, tidak ditemukan genangan limbah disekitar rumah. Saluran

pembuangan air limbah digunakan bersama dengan warga lainnya.

Tempat pembuangan sampah : sampah dikumpulkan di keranjang

sampah, yang setiap dipindah ke depan rumah untuk diambil oleh petugas

sampah. Pembayaran sampah ditanggung bersama oleh warga sekitar.

Halaman : halaman depan tidak ada. Langsung jalan gang rumah yang

terbuat dari tanah, dan digunakan sebagai tempat bermain anak-anak

tetangga.

41

Page 40: case report kedokteran keluarga

Kandang : Tidak memiliki kandang untuk hewan – hewan peliharaan atau

ternak.

3. Kepemilikan barang.

Rumah yang di tempati merupakan rumah kontrakan. Keluarga tersebut

memiliki televisi, lemari, tempat tidur, lemari pakaian, peralatan dapur, alat –

alat servis alat elektronik.

4. Keadaan lingkungan sekitar rumah.

Limbah rumah tangga dialirkan melalui saluran limbah, tanpa tempat

sampah diluar rumah. Kesan kebersihan di lingkungan tersebut cukup baik.

C. Daftar anggota keluarga yang tinggal satu rumah

Nama

Kedudukan

dalam

keluarga

L/

PUmur Pendidikan Pekerjaan

Pasien

KDKKet

Bp. A Y Suami L 47 th Tamat SDTeknisi alat

elektronik-

Ny. A S Istri P 45 th Tamat SDIbu Rumah

Tangga√

Sdr. A P Anak 1 P 24 th Tamat SMA Pramu Niaga -

Sdr. R B Menantu L 28 th Tamat SMA Wiraswasta -

Sdr. A R Anak 2 L 21 th Tamat SMAMahasiswa,

Guru Bimbel-

An. R A Anak 3 L 16 th Tamat SMP Pelajar -

An. R S Anak 4 L 12 th SD Pelajar -

42

Page 41: case report kedokteran keluarga

B

DM, Dislipidemia

RB28 th

A P24 th

A S45 th

A Y47 th

A R21 th

R S12 th

R A16 th

CRF

D

Genogram Keluarga A.Y dibuat Tanggal 5 – 12 - 2012

D. Genogram Keluarga

Keterangan:

: Laki-laki : Meninggal : Pasien

: Perempuan B :Breadwinner : yang mencari nafkah

: Tinggal 1 rumah D : Decision Maker : Pengambil Keputusan

43

Page 42: case report kedokteran keluarga

E. Nilai Apgar Keluarga.

Apgar keluarga adalah suatu penentu sehat / tidaknya keluarga

dikembangkan oleh Rosen, Geymon, dan Leyton dengan menilai 5 fungsi

pokok keluarga / tingkat kesehatan keluarga yaitu :

TABEL NILAI APGAR

KRITERIA PERTANYAAN

Respons

Hampir selalu

KadangHampir

tidak pernah

Adaptasi

Apakah pasien puas dengan keluarga karena masing-masing anggota keluarga sudah menjalankan kewajiban sesuai dengan seharusnya

Kemitraan

Apakah pasien puas dengan keluarga karena dapat membantu memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi

Pertumbuhan

Apakah pasien puas dengan kebebasan yang diberikan keluarga untuk mengembangkan kemampuan yang pasien miliki

Kasih SayangApakah pasien puas dengan kehangatan / kasih sayang yang diberikan keluarga

KebersamaanApakah pasien puas dengan waktu yang disediakan keluarga untuk menjalin kebersamaan

TOTALSkoring : Hampir selalu=2 , kadang-kadang=1 , hampir tidak pernah=0Total skor8-10 = fungsi keluarga sehat4-7 = fungsi keluarga kurang sehat0-3 = fungsi keluarga sakitDari tabel APGAR keluarga diatas total nilai skoringnya adalah 7, ini menunjukan fungsi keluarga kurang sehat.

44

Page 43: case report kedokteran keluarga

F. SCREEM Keluarga

SCREEM adalah alat yang digunakan untuk menilai sumber daya

dalam keluarga.

Aspek Sumber Daya PatologiSosial Pasien dapat beriteraksi

dengan baik dengan tetangga sekitarnya

Kultural Pasien dan keluarga tidak mempercayai mitos-mitos yang tidak jelas kebenarannya

Religius Pasien dan keluarga mengajarkan moral-moral agama dan menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agama dengan rajin dan baik

Ekonomi Pasien sebagai ibu rumah tangga, tidak berjualan nasi sejak 8 bulan yang lalu ketika suami mulai melakukan cuci darah.

Pendidikan Pendidikan keluarga cukup, pasien dan suami lulusan SMA, anak – anak mendapatkan pendidikan yang cukup, bahkan ada yang sampai Perguruan tinggi.

Kesehatan Masalah kesehatan cukup bagus, dekat dengan akses yankes dan memiliki jaminan jamkessos

Kesadaran dari pasien tentang kondisi kesehatan kurang.

G.IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Biologis

Suami pasien sedang dalam kondisi menderita gagal ginjal dalam stadium

lanjut, yang harus dilakukan cuci darah sebanyak 2 x dalam seminggu. Pasien dan

45

Page 44: case report kedokteran keluarga

suami pasien, belum mengerti secara pasti penyebab kondisi gagal ginjal yang

dialami suami pasien.

2. Fungsi Afektif

- Hubungan antara pasien dengan suami : baik

- Hubungan antara pasien dengan anak

: baik

Meskipun sering berbeda pendapat dengan anak kedua.

- Hubungan antara pasien dengan saudara : baik

- Hubungan antar saudara : baik

3. Fungsi Sosial dan Budaya

Kedudukan pasien di lingkungan tempat tinggalnya biasa saja, pasien ramah

dan selalu menyapa bila bertemu dengan tetangga, dan respon tetanggapun sangat

baik. Pasien tidak sungkan-sungkan untuk berbincang-bincang dengan tetangga.

Pasien tidak percaya terhadap mitos-mitos yang ada di masyarakat.

4. Fungsi Pendidikan

Pendidikan terakhir pasien adalah SMA, suami pasien juga merupakan

lulusan SMA, anak pertama pasien lulusan SMA, menantu pasien lulusan SMA,

anak kedua sedang menjalani kuliah S1 dengan beasiswa, anak ketiga sedang

menjalani pendidikan SMK dan anak keempat sedang menjalani pendidikan kelas

6 SD.

5. Fungsi Ekonomi

Penghasilan yang didapatkan oleh keluarga disokong penuh dari

penghasilan suami pasien yang bekerja sebagai teknisi servis alat elektronik

46

Page 45: case report kedokteran keluarga

dirumah. Meskipun anak pertama dan menantu juga bekerja, tapi penyokong

utama adalah suami pasien.

6. Fungsi Religius

Fungsi religius pasien dan keluarganya cukup baik. Pasien sering ke masjid

untuk melaksanakan sholat berjamaah.

H. IDENTIFIKASI PSP (Pengetahuan, Sikap dan Perilaku)

1. PSP keluarga tentang kesehatan dasar

a. Pencegahan penyakit

Pasien dan keluarga pasien kurang rajin membersihkan rumah meskipun

tidak membiarkan ada air tergenang didalam rumah atau sekitarnya.

b. Gizi keluarga

Untuk pola konsumsi gizi pasien, frekuensi makan rata-rata 3 kali sehari

dengan menu nasi, lauk pauk (telur, daging, tempe, tahu), sayuran, buah-

buahan. Status gizi pasien obesitas.

c. Higiene dan sanitasi lingkungan

- Halaman rumah dan jalan cukup bersih karena sering disapu

- Lingkungan dalam rumah kurang bersih

- Kondisi pencahayaan di rumah cukup

2. PSP keluarga tentang kesehatan lain

a. Penggunaan pelayanan kesehatan

Bila sakit, pasien dibawa ke puskesmas.

b. Perencanaan dan pemanfaatan fasilitas pembiayaan kesehatan

Pasien menggunakan jaminan kesehatan social

47

Page 46: case report kedokteran keluarga

c. Hal-hal lain yang berhubungan dengan keadaan kesehatan keluarga dan

anggota keluarga

Pasien baru terdiagnosis pertama kali dengan Diabetes saat kontrol ke

puskesmas Wirobrajan. Suami pasien terdiagnosis CRF sejak 8 bulan yang

lalu dan rutin melakukan hemodialisa 2 x dala satu minggu.

I. PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG

NO PUGS

1 Keluarga makan beraneka ragam makanan Tidak

2 Keluarga makan makanan untuk memenuhi kecukupan energi

Ya

3 Keluarga makan makanan karbohidrat setengah dari kebutuhan energi sehari

Ya

4 Keluarga membatasi konsumsi lemak dam minyak seperempat dari kebutuhan energi sehari

Tidak

5 Keluarga menggunakan garam beryodium Ya

6 Keluarga makan makanan sumber zat besi Ya

7 Ibu memberikan ASI sampai bayi umur 6 bulan

- -

8 Keluarga membiasakan makan pagi Tidak

9 Keluarga minum air bersih dan aman yang cukup

Ya

10 Keluarga melakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur

Tidak

11 Keluarga menghindari minum minuman beralkohol

Ya

12 Keluarga makan makanan yang aman bagi kesehatan

Ya

13 Keluarga terbiasa membaca label pada makanan yang dikemas

Tidak

Kesimpulan1. Nilai PUGS keluarga <60%2. Keluarga tidak menerapkan pedoman umum gizi seimbang

48

Page 47: case report kedokteran keluarga

J. IDENTIFIKASI MASALAH PERILAKU HIDUP BERSIH DAN

SEHAT

No.

Kriteria yang dinilai Jawaban Skor

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. - -2. Memberi ASI ekslusif. - -3. Menimbang balita setiap bulan. - -4. Menggunakan air bersih. Ya 15. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Tidak 06. Menggunakan jamban sehat. Ya 17. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu. Tidak 08. Makan buah dan sayur setiap hari. Tidak 09. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. Tidak 010. Tidak merokok di dalam rumah. Ya 1Total jawaban ya 3Interpretasi: Total skor adalah 3 yang berarti keluarga Ny. A S tidak

menerapkan PHBS dengan baik.

K. PELAKSANAAN PROGRAM

NO WAKTU KEGIATAN HASIL

1 4 Desember 2012 Anamnesa, dan pemeriksaan

fisik

Identifikasi masalah

Pada saat anamnesa , pasien

cukup kooperatif dan saat

dilakukan pemeriksaan fisik

ditemukan:

- Gizi obesitas

- Keluhan pasien, badan lemas,

banyak minum, sering BAK

dan nafsu makan berkurang.

- Pengetahuan pasien terhadap

penyakitnya kurang

2 5 Desember 2012 Follow up anamnesa dan

pemeriksaan fisik.

Konseling pasien mengenai

Pasien dan keluarga lebih

paham mengenai penyakitnya

dan akan mengikuti saran

49

Page 48: case report kedokteran keluarga

penyakitnya.

Edukasi tentang penyakit dan

gaya hidup.

Menjelaskan pentingnya

konsultasi ke pelayanan

kesehatan.

untuk mencegah naiknya Gula

Darah Pasien

Pasien akan rutin kontrol ke

puskesmas untuk memantau

gula darah pasien.

3 8 Desember 2012 Follow up anamnesa dan

pemeriksaan fisik

Pasien sudah mengerti dan

sudah bisa menerapkan pola

hidup sehat, menu diet yang

akan berhubungan dengan

penyakitnya.

L. DIAGNOSIS KESEHATAN KELUARGA

Bentuk Keluarga : Keluarga Besar ( Extended Family )

Fungsi yang terganggu : Ekonomi dan Kesehatan

Faktor yang mempengaruhi : Pekerjaan pasien dan anggota keluarga yang

sakit

Faktor yang dipengaruhi : Jumlah dan macam asupan gizi yang tersedia

serta kesehatan

Diagnosis Holistik : Wanita 45 tahun dengan Diabetes Melitus

Tipe 2, Dislipidemia dan Obesitas dengan fungsi keluarga yang kurang sehat

dan sumber daya keluarga yang kurang dibidang ekonomi dan kesehatan.

50

Page 49: case report kedokteran keluarga

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil kunjungan rumah pasien penderita diabetes melitus yang

berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan Kota Yogyakarta dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Diabetes, dislipidemia dan overweight dapat mengganggu fungsi

seseorang dalam keluarga.

2. Dokter keluarga melalui institusi Puskesmas dapat menjadi salah satu

sektor yang berperan dalam menangani kasus diabetes dan dislipidemia

yang mencakup promotif, preventif, kuratif sampai rehabilitative dan

merujuk ke pusat pelayanan kesehatan yang berkompeten dalam

menangani kasus.

3. Kerjasama antara petugas kesehatan, pasien dan keluarga menentukan

keberhasilan terapi.

B. Saran

1. Bagi mahasiswa

Berusaha lebih mendalami, aktif, kreatif, dan variatif dalam

menganalisa permasalahan kesehatan, baik pada keluarga maupun

lingkungannya

Meningkatkan profesionalisme sebelum terjun ke masyarakat

51

Page 50: case report kedokteran keluarga

2. Bagi Puskesmas

Hendaknya terus melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan

usaha promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

52

Page 51: case report kedokteran keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Gandha, Nicho. (2009) FK UI. Diakses pada tanggal 6 Desember 2012, dari

http://digital_122845-S09038fk-Hubungan perilaku-Literatur.pdf

Rahmawati, N. (2009). FKM UI. Diakses pada tanggal 6 Desember 2012, dari

http://digilib.ui.ac.id/126590-S-5633-Aktifitasfisik-Literatur.pdf

Shahab, Alwi (2006). Buku Ajar : Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-4, jilid III. Hal :

1916-1919. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Indonesia

Soegondo, S. (2004). Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus Terkini. Jakarta:

Sagung Seto

Suyono, Slamet (2006). Buku Ajar : Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-4, jilid III.

Hal : 1874-1878. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

Kedokteran Indonesia

USU University. (n.d). Diakses pada tanggal 6 Desember 2012, dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21688/4/Chapter%20II.pdf

W.Sudoyo Aru, S. B. (2007). Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-4, Jilid

III.Hal : 1902-1904. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

Kedokteran Indonesia

53