CASE REPORT F20.0 c
description
Transcript of CASE REPORT F20.0 c
STATUS PSIKIATRI
Nama: Sri Chitra Arumsari Supit
NPM : 030.09.241
Tanda Tangan
Tanda TanganDokter Pembimbing:
dr. Jonli Indra, Sp.KJ
Nomor Rekam Medik : xx-xx-xx
Nama Pasien : Ny. J
Nama Dokter yang Merawat : dr. Desmiarti, Sp. KJ
Tanggal Masuk RS : 26 agustus 2015
Rujukan/datang sendiri/keluarga : Keluarga
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn. J
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 16 Juni 1969
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kalideres, Jakarta Barat
Agama : Kristen
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak ada
Status Perkawinan : Sudah menikah (cerai)
Suku Bangsa : Sumatera
Riwayat Perawatan
Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit untuk masalah kejiwaannya.
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Autoanamnesis
Tanggal 26 agustus 2015, pukul 10.00 - 11.00 WIB, di ruang Picu wanita RSJSH
Alloanamnesis
1
Dengan Ny. S (keponakan pasien), tanggal 27 agustus 2015, pukul 15.00 – 15.30
WIB melalui telefon.
A. KELUHAN UTAMA
Pasien dibawa ke RSJSH karena suka marah-marah dan mengamuk hingga
berusaha untuk menusuk cucunya dengan gunting sejak 3 jam SMRS.
B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
Pasien datang ke IGD RSJSH diantar oleh keluarganya karena marah-marah sejak 3
jam SMRS.
Keluarga mengatakan, pasien sering marah tanpa sebab dan berusaha untuk melukai
anggota keluarganya seperti mengejar dan menyetrika cucunya, memukul
keponakannya, dan berusaha melempar anggota keluarga lainnya dengan panci, teko,
magic jar dan barang lainnya. Bahkan pasien sering menjejali cucunya biskuit secara
paksa. Selain itu, pasien juga sering berbicara kacau. Keluhan seperti ini sudah
dirasakan keluarganya sejak 1 bulan yang lalu. Pasien selalu benci kepada suami
keponakannya karena pasien menganggap orang tersebut adalah mantan suaminya
yang kedua. Pasien bahkan sering memegang kemaluan suami keponakannya dengan
kasar sebagai bentuk kekesalan terhadap mantan suaminya yang kedua. Pasien juga
sering melamun dan berbicara sendiri. Pasien mengatakan adanya bisikan bisikan
yang memberitahukan bahwa suami keponakannya adalah benar suaminya sehingga
pasien memegang kemaluan keponakannya. Keluarga mengatakan pasien sulit tidur,
makan jika dipaksa oleh keluarga, dan pasien jarang mandi. Keluarga mengatakan
pasien melakukan hal yang tidak sewajarnya semenjak ditinggalkan oleh mantan
suaminya 6 bulan SMRS.
Riwayat keluhan yang sama pada keluarga disangkal, riwayat cedera
kepala, kejang disangkal. Namun pasien masih merokok sampai sekarang ± 2
bungkus sehari dan sering marah” jika tidak diberikan rokok. Penggunaan obat-
obatan terlarang atau zat psikoaktif dan konsumsi alkohol sebelum munculnya
keluhan diatas disangkal.
C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
1. Gangguan Psikiatrik
Gangguan sekarang sudah dialami pasien sejak 12 tahun yang lalu. Pasien
tidak pernah berobat ke dokter sebelumnya dikarenakan keluhan kambuh-kambuhan
dan keluarga mengira hanya seperti orang tua yang sedang marah-marah biasa.
2
Riwayat Gangguan Medik
Pasien tidak pernah mengalami trauma kepala ataupun kejang. Pasien tidak
mempunyai riwayat gangguan medik sebelumnya. Pasien tidak pernah dirawat karena
penyakit lain, tidak ada riwayat operasi sebelumnya.
2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien merokok dan bisa menghabiskan 2 bungkus sehari, tidak minum alkohol, dan
tidak pernah menggunakan obat-obatan terlarang sebelumnya.
3. Riwayat Gangguan Sebelumnya
2003(12 tahun SMRS)
Tingkat keparahan gangguan
2015 (6 bulan SMRS)
Waktu
3
12 tahun SMRS
(2003)
6 bulan SMRS
(2015)
Pasien marah-
marah dan
membanting
barang
Marah-marah tanpa
sebab, gelisah,
menusuk-nusuk
cucunya, ganguan
tidur, menjadi
pendiam sejak
ditinggal suami.
Halusinasi auditorik
(+), ilusi (+)
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak keempat dari 7 bersaudara. Riwayat infeksi dan trauma
selama kehamilan disangkal, kontrol ANC rutin ke bidan. Pasien dilahirkan secara
spontan, prematur, dan selama kehamilan maupun kelahiran tidak ada masalah yang
serius.
2. Riwayat Perkembangan Kepribadian
a. Masa Kanak
i. Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Masa ini dilalui dengan baik, pasien tergolong anak yang sehat, dengan proses
tumbuh kembang dan tingkah laku sesuai anak seusianya. Pasien tidak pernah
sakit yang serius (berat), dan tidak pernah mengalami kejang dan trauma
kepala saat kecil.
ii. Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien merupakan anak yang cukup aktif, dengan banyak teman
disekelilingnya, prestasi belajarnya kurang, tidak pernah tinggal kelas, namun
pasien berhenti sekolah karena masalah keuangan. Pasien tumbuh dan
berkembang dengan baik, seperti anak-anak lain sebayanya. Pasien tergolong
anak yang baik dan mudah bergaul.
iii. Masa Kanak Akhir (Pubertas dan Remaja)
Pasien mempunyai banyak teman di lingkungan rumahnya dan sudah bisa
mencari pekerjaan.
b. Masa Dewasa
Pasien tidak pernah bekerja, pasien pernah mendaftar kerja di pabrik resleting tetapi
disuruh orang tua berhenti dan menjadi pedangang dipasar saja, setelah bekerja
dipasar, pasien membantu-bantu kegiatan di rumah. Pasien cukup aktif di rumah dan
sebelum sakit, pasien merupakan orang yang sangat aktif dan senang membantu
teman dan keluarganya. Setelah sakit, pasien sangat menutup diri dan jarang bergaul,
menjadi pendiam dan mengurung diri dari teman dan lama-lama keluarganya.
4
3. Riwayat Pendidikan
Pasien menempuh sampai SMP, lalu pasien putus sekolah karena kekurangan biaya.
Selama menempuh pendidikan pasien merupakan anak yang rajin, tidak pernah
mendapat juara, tetapi tidak pernah tinggal kelas juga.
4. Riwayat Pekerjaan
Menurut keluarga pasien, pasien berkerja dipasar sebagai pedagang cabai, tomat,
bawang.
5. Kehidupan Beragama
Pasien beragama Kristen, jarang ke gereja karena berjualan dipasar.
6. Kehidupan Sosial dan Perkawinan
Pasien sudah menikah namun ditinggal suaminya 6bulan SMRS. Hubungan pasien
dengan tetangga dan teman-teman kerja sebelum sakit baik. Setelah sakit pasien
cenderung menarik diri, hubungan dengan tetangga bermasalah.
7. Riwayat Hukum
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum, tidak pernah berurusan dengan
aparat penegak hukum, dan tidak pernah terlibat dalam proses peradilan.
E. RIWAYAT KELUARGA
Pasien merupakan anak keempat dari 7 bersaudara. Di Jakarta, pasien tinggal dirumah
bersama keluarga keponakannya yaitu Ny. S. Pasien merupakan anak kandung dari
Tn. S dan Ny. H, orang tua pasien berada di kampungnya disumatera. Menurut
keluarga pasien, di keluarga tidak ada yang mengalami hal yang sama dengan pasien.
5
8
Tinggal satu rumah
Sakit dengan keluhan sama seperti pasien
Laki-laki
Perempuan
Meninggal
Pasien
F. SITUASI KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANG
Ayah dan ibu pasien tidak bekerja dan tinggal di sumatera. Adik pasien sudah
menikah dan mempunyai anak yaitu ny.s yang tinggal bersama pasien dan ny.s sudah
menikah dan mempunyai seorang cucu. Anak pertama pasien bersama mantan
suamniya, anak ke dua dan ketiganya diurus oleh ke2 orang tua pasien. Biaya hidup
sehari – hari dikatakan keponakan pasien kurang.
G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN KEHIDUPANNYA
Pasien tidak menyadari dirinya sakit dan ingin pulang dari rumah sakit. Pasien tidak
sadar sedang dirawat di RSJSH. Persepsi lingkungan terhadap dirinya, ia dianggap
stress.
III. STATUS MENTAL (Tanggal 26 agustus 2015 pukul 10.00 WIB)
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien seorang wanita usia 44 tahun, tampak sesuai usianya, bertubuh kurus, postur
tubuh agak bungkuk, rambut hitam dan pendek, kulit coklat. Pada saat wawancara
pasien mengenakan baju kemeja kotak-kotak biru-merah, dengan celana panjang jeans
berwarna biru, beralas kaki sandal jepit. Kebersihan dan kerapihan diri terlihat tidak
terawat.
2. Kesadaran
a. Kesadaran sensorium/neurologik : compos mentis
b. Kesadaran psikiatrik : tampak terganggu.
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
a. Sebelum wawancara : pasien sedang duduk diam melamun disofa yang ada
di bangsal.
b. Selama wawancara : pasien duduk disamping pemeriksa, kadang-kadang
melakukan kontak mata. Pasien duduk tenang dan menjawab semua pertanyaan
yang diajukan dengan kurang baik dan perlu diulang pertanyaannya kembali baru
bisa menjawab. Sesekali pasien terdiam menatap pewawancara, kemudian
menjawab lagi.
c. Sesudah wawancara : Pasien melakukan aktivitas berjalan mengambil susu
yang dibagikan petugas RSJSH.
7
4. Sikap Terhadap Pemeriksa: kurang kooperatif
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara : Pembicaraan spontan, artikulasi jelas, intonasi dan
volume kecil.
b. Gangguan berbicara : Tidak ada
B. ALAM PERASAAN (EMOSI)
a. Suasana perasaan : euthym
b. Afek : terbatas
c. Keserasian : serasi
C. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi : ada (halusinasi auditorik)
2. Ilusi : ada (suami keponakannya dianggap mantan suaminya)
3. Depersonalisasi : tidak ada
4. Derealisasi : tidak ada
D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)
1. Taraf Pendidikan : Sesuai dengan tingkat pendidikan
2. Pengetahuan Umum : Baik (mengetahui nama presiden saat ini)
3. Kecerdasan : Rata - rata
4. Konsentrasi : Baik (Pasien dapat mengeja namanya dari depan
kebelakang dan sebaliknya)
5. Orientasi
a. Waktu : Baik (dapat mengetahui waktu wawancara pada siang hari).
b. Tempat : Baik (pasien mengetahui sedang di rumah sakit).
c. Orang: Baik (pasien mengetahui sedang diwawancara oleh
dokter muda).
d. Situasi : Baik (Pasien mengetahui situasi sekitar, saat
wawancara berlangsung).
6. Daya Ingat
a. Jangka panjang : Kurang baik (pasien salah mengingat tahun bercerai dan
jumlah anak yang ia punya)
8
b. Jangka pendek : Baik (pasien dapat mengingat menu makanan yang
dimakan saat pagi).
c. Segera : Baik (Pasien dapat tiga nama benda yang disebutkan
pewawancara)
7. Pikiran Abstraktif : Baik (pasien dapat menjelaskan perbedaan dan
persamaan bola dengan jeruk)
8. Visuospasial : Baik (pasien dapat menggambar jam)
9. Bakat Kreatif : Tidak dapat terlihat
10. Kemampuan menolong diri sendiri: Baik (pasien makan, mandi, dan berpakaian
sendiri)
E. PROSES PIKIR
1. Arus Pikir
a. Produktivitas : Miskin ide
b. Kontinuitas : Koheren
c. Hendaya bahasa : Tidak ada
2. Isi Pikir
a. Preokupasi : tidak ada
b. Waham : ada (curiga)
c. Obsesi : Tidak ada
d. Fobia : Tidak ada
e. Gagasan rujukan : Tidak ada
F. PENGENDALIAN IMPULS : Baik (saat pemeriksan).
G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : Baik (pasien tahu bahwa mencuri itu berdosa)
2. Uji daya nilai : Baik (pasien akan mengembalikan dompet ke kantor polisi
apabila menemukan dompet yang terjatuh di jalanan)
3. Daya nilai realitas : Terganggu (terdapatnya halusinasi dan ilusi).
H. TILIKAN: 1 (Pasien menyangkal bahwa dirinya sakit)
9
I. RELIABILITAS: Taraf dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS INTERNUS
Keadaan Umum : baik, tampak tidak sakit
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 120/82 mmHg
Frekuensi Nadi : 97x/menit
Frekuensi Napas : 22x/menit
Suhu Badan : 36,5 C
Kulit : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik, kering (+).
Kepala : Normocephali, rambut warna hitam, distribusi merata,
Mata : Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks
cahaya tidak langsung +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-, oedem -/-.
Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping hidung (-),
sekret (-)
Telinga : Normotia, membran timpani intak +/+, nyeri tarik -/-.
Mulut : Bibir merah kecoklatan, agak kering, sianosis (-), sariawan (-),
trismus (-), halitosis (+), candidiasis (-).
Lidah :Normoglosia, warna merah muda, kotor (-), tremor (-),
deviasi(-)
Gigi geligi : Baik
Uvula : Letak di tengah, hiperemis (-)
Tonsil : T1/T1, tidak hiperemis
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis
Leher : KGB supra klavikular tidak teraba membesar, kelenjar tiroid
tidak teraba .membesar, trakea letak normal
10
Thorax
Paru
Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris dalam keadaan statis maupun
dinamis, efloresensi dinding dada (-), pulsasi abnormal (-),
gerak napas simetris, irama teratur, retraksi suprasternal (-).
Palpasi : Tidak dilakukan.
Perkusi : Tidak dilakukan.
Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Tidak dilakukan.
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : S1 normal,S2 normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-), edema (-)
Bawah : Akral hangat, sianosis (-), edema (-), deformitas (+) kaki kanan.
Genitalia : Tidak diperiksa
B. STATUS NEUROLOGIK
1. Saraf kranialis (I–XII) : Baik
2. Tanda rangsang meningeal : Tidak ada
3. Refleks fisiologis : (+) normal
4. Refleks patologis : Tidak ada
5. Motorik : Baik
6. Sensorik : Baik
7. Fungsi luhur : Baik
8. Gangguan khusus : Tidak ada
9. Gejala EPS : akatisia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-), tonus
otot (N), tremor (+), distonia (-)
11
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nama Test Hasil Flag Unit Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Darah Lengkap:
Hemoglobin 12 g/dL 11,0-16,0Eritrosit 4.2 juta/mm 30-42Lekosit 10.390 ribu mm3 130-450LED 72 mm/1jam 4-10Trombosit 370 ribu U/L 3,2-4,6Hematokrit 35 g% <20
Hitung Jenis:
Basofil 0 % 0-1Eosinofil 5 % 1-3Batang 0 % 2-6Segmen 51 % 50-70Limposit 37 % 20-40Monosit 7 % 2-8KIMIA DARAHGDS 83 mg/dL <180SGOT 11 U/L <32SGPT 8 U/L <31
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
H. Seorang wanita, Ny. J, 44 tahun, datang ke IGD RSJSH diantar oleh keluarganya
karena marah-marah sejak 3 jam SMRS. pasien sering marah tanpa sebab dan
berusaha untuk melukai anggota keluarganya seperti mengejar dan menyetrika
cucunya, memukul keponakannya, dan berusaha melempar anggota keluarga lainnya
dengan panci, teko, magic jar dan barang lainnya dan sering menjejali cucunya biskuit
secara paksa. Selain itu, pasien juga sering berbicara kacau. Keluhan seperti ini sudah
dirasakan keluarganya sejak 1 bulan yang lalu. Pasien selalu benci kepada suami
keponakannya karena pasien menganggap orang tersebut adalah mantan suaminya
yang kedua. Pasien bahkan sering memegang kemaluan suami keponakannya dengan
kasar sebagai bentuk kekesalan terhadap mantan suaminya yang kedua. Pasien juga
sering melamun dan berbicara sendiri. Pasien mengatakan adanya bisikan bisikan
yang memberitahukan bahwa suami keponakannya adalah benar suaminya sehingga
12
pasien memegang kemaluan keponakannya. Keluarga mengatakan pasien sulit tidur,
makan jika dipaksa oleh keluarga, dan pasien jarang mandi. Keluarga mengatakan
pasien melakukan hal yang tidak sewajarnya semenjak ditinggalkan oleh mantan
suaminya 6 bulan SMRS.
Riwayat keluhan yang sama pada keluarga disangkal, riwayat cedera
kepala, kejang disangkal. Namun pasien masih merokok sampai sekarang ± 2
bungkus sehari dan sering marah” jika tidak diberikan rokok.
Dari pemeriksaan psikiatri ditemukan pasien kurang merawat diri. Halusinasi
auditorik(+), ilusi (+) merasa suami keponkannya adalah mantan suaminya. Daya
nilai realitanya terganggu. Tilikannya derajat 1 (Pasien menyangkal bahwa dirinya
sakit Jiwa).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil dalam batas normal. Pemeriksaan penunjang
dalam batas normal.
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I: Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang Menjadi Fokus Perhatian
Khusus
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan sebagai
berikut:
1. Gangguan kejiwaan karena adanya :
Gangguan fungsi / hendaya dan disabilitas:
Gangguan dalam fungsi pasien jadi tidak dapat melanjutkan pekerjaannya,
gangguan dalam fungsi sosial yaitu pasien menarik diri dari keluarga dan
teman-temannya, dan hendaya dalam penilaian realita dan tilikan.
Distress / penderitaan:
Pasien bicara sendiri, marah-marah, menusuk-nusuk orang.
2. Gangguan jiwa ini sebagai GMNO, karena:
Tidak ada gangguan jiwa yang disebabkan oleh penyakit organik atau
trauma.
Tidak ada gangguan kesadaran neurologik
13
3. Gangguan jiwa ini tidak disebabkan pengaruh zat psikoaktif
Tidak ada gangguan akibat penyalahgunaan obat dan zat psikoaktif yang
berefek pada episode saat ini (menurut pasien dan keluarga, pasien tidak
pernah mengkonsumsi alkohol dan NAPZA).
4. Gangguan psikotik, karena adanya hendaya dalam menilai realita yang
dibuktikan dengan adanya:
- Waham : curiga
Perilaku terdisorganisasi : marah – marah tanpa sebab, bicara sendiri
- Halusinasi : ada (halusinasi auditorik)
- Ilusi : ada (suami keponakannya mirip mantan
suaminya)
Menurut PPDGJ III, gangguan psikosis ini adalah skizofrenia (memenuhi
kriteria umum skizofrenia) :
Terdapat waham yang menetap yang sangat jelas
Terdapat riwayat halusinasi auditorik
Adanya gejala negatif, yaitu sikap apatis, bicara yang jarang, penarikan
diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tidak merawat
diri.
Adanya gejala khas tersebut diatas telah berlangsung dalam kurun waktu
satu bulan atau lebih.
Adanya perubahan yang bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa
aspek perilaku pribadi, yaitu hilangnya minat, hidup tak bertujuan, sikap
larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri secara sosial.
5. Skizofrenia ini termasuk tipe paranoid karena :
Memenuhi kriteria umum skizofrenia
Terdapatnya waham curiga yang menonjol
Terdapat riwayat halusinasi auditorik yang menonjol
Tidak terdapat gangguan afektif, dorongan dan kehendak, serta gejala
katatonik yang menonjol.
14
Aksis II: Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental
Tidak ada diagnosis (tidak terdapat gangguan keperibadian dan retardasi mental).
Aksis III: Kondisi Medis Umum
Tidak ada diagnosis (tidak ada gangguan medis umum)
Aksis IV: Problem Psikososisal dan Lingkungan
Masalah dengan primary support group
Masalah perceraian oleh suaminya dan ketiga anaknya yang diurus oleh mantan
suaminya dan orang tuanya.
Aksis V: Penilaian Fungsi Secara Global
Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien dan observasi, maka skala Global
Assesment of Functioning (GAF) ditentukan berikut ini:
GAF current : 30-21 (gejala sedang/moderate, disabilitas sedang)
GAF saat masuk RS : 20-11 (bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat
berat dalam berkomunikasi, dan mengurus diri)
GAF HLPY : 60-51 (gejala sedang/moderate, disabilitas sedang) Hal ini
berdasarkan karena sakitnya, pasien mengalami disfungsi
sosial.
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F20.0 Skizofrenia Parnoid
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah dengan primary support group
Aksis V : GAF current : 60-51
GAF saat masuk RS : 20-11
GAF HLPY : 60-51
IX. PROGNOSIS
15
A. Quo ad vitam: ad bonam (skizofrenia tidak menyebabkan kematian, tidak ada tanda-
tanda pasien menderita gangguan organik atau penyakit lain).
B. Quo ad functionam: dubia ad bonam (pasien masih dapat menjalankan kegiatan
ringan sehari-.hari, bila gejala-gejala terkontrol)
C. Quo ad sanactionam: dubia ad malam
Faktor Yang Memperingan:
- Bukan merupakan skizofrenia yang disorganisasi
- Gejala timbul didahului oleh stressor yang cukup jelas
- Onset usia yang sudah memasuki usia dewasa
Faktor Yang Memperberat:
- Perceraiannya dan maslah anak yang diurus oleh orang lain
- Tingkat pendidikan yang rendah.
X. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik :
- Tidak didapatkan faktor herediter pada keluarga
- Tidak diketemukan kelainan organik
B. Psikologi/psikiatri :
- Waham curiga
- Tilikan derajat 1
C. Sosial/keluarga :
- Hendaya dalam fungsi sosial
- Perceraian.
XI. TERAPI
1. Rawat Inap
Dengan indikasi:
- Untuk menegakkan diagnosis pasien
- Untuk penyesuaian dan stabilisasi dosis medikasi
- Pasien marah-marah dan mengamuk, dapat mebahayakan orang lain.
2. Psikofarmaka
Risperidon 2x2mg tab per oral16
Risperidon adalah salah satu first-line treatment pada pasien dengan skizofrenia.
Risperidon merupakan obat anti psikotik generasi 2, yang bekerja pada reseptor D2,
5HT2A, dengan efek samping yang relatif lebih rendah daripada obat antipsikotik
generasi pertama. Dosis optimal sebagai dosis terapi adalah 2-4mg per hari, dan pada
pasien ini di berikan 2x2mg = 4mg per hari.
3. Psikoedukasi
Dilakukan psikoedukasi pada pasien dan keluarganya mengenai penyakit yang
dialami pasien, gejala yang mungkin terjadi, rencana tatalaksana yang mungkin
diberikan, pilihan obat, efek samping pengobatan, prognosis penyakit, kemana harus
mencari pertolongan bila kambuh, menekankan pentingnya kepatuhan pengobatan
dan pemeriksaan rutin.
4. Psikoterapi
Psikoterapi suportif
Memotivasi pasien untuk rajin minum obat secara teratur
Memberikan semangat serta dukungan kepada pasien bahwa ia dapat kembali
melakukan aktivitas sehari-hari seperti sebelum sakit.
Memotivasi keluarga tentang pentingnya mengawasi dan ikut serta dalam
mendisiplinkan pasien untuk mengkonsumsi obat yang diberi dan kontrol rutin
setelah pulang dari rumah sakit untuk memperbaikin daya fungsi pasien dan
menghindari terjadi kekambuhan.
Memberikan pengertian pada keluarga, dukungan keluarga terhadap pasien akan
membantu kesembuhan dan kestabilan keadaan pasien secara optimal.
5. Sosioterapi
Pelatihan Ketrampilan Sosial
Melibatkan pasien dalam kegiatan di RSJSH seperti kegiatan terapi kelompok.
Memberikan aktivitas sesuai dengan kemampuan pasien di RSJSH.
Melibatkan pasien dalam kegiatan keagamaan di RSJSH
Menganjurkan pasien untuk mau bersosialisasi dengan pasien lain.
17