Case Report Draft

4
Abstrak Narkoba telah banyak merusak generasi bangsa tanpa memandang usia,pendidikan bahkan jabatan sekalipun. Jumlah pemakai narkona pun semakin bertambah dan meluas. Banyak faktor yang menjadikan seseorang memakai narkoba. Peranan keluarga sangatlah penting dalam membantu seseorang melalui proses rehabilitasi,karena pada awalnya keluarga merupakan benteng utama dari ancaman bahaya penyalahgunaan narkoba. Seorang pria berusia 22 tahun mengaku sangat dekat dengan kedua orangtua dan terjerumus narkoba dengan awal mencoba-coba dan berlanjut karena ingin meningkatkan rasa percaya diri,pria tersebut memutuskan menikah dan berkeluarga dengan tujuan keluar dari masalah tersebut akan tetapi itu hanya bertahan beberapa bulan dan faktor dukungan orangtua yang membuat ia memutuskan mengikuti rehabilitasi. Tidak semua pemakai narkoba berasal dari keluarga broken home,bisa didapatkan seseorang memakai narkoba dikarenakan orangtua yang overprotective,pola asuh merupakan salah satu faktor yang melatar-belakangi pemakaian narkoba dan pendidikan spiritual sangatlah penting dalam hal pecegahan maupun pada saat rehabilitasi. Peran Keluarga sebagai unit unit kecil dalam masyarakat merupakan wadah utama proses sosialisasi yang dapat mendukung seseorang pecandu pada rehabilitasi. Latar Belakang Faktor penyebab pemakaian narkoba sudah tidaklah spesifik lagi,banyak faktor seperti masalah sekolah,keluarga, ingin mencoba,masalah kepercayaan diri,pergaulan dll. Gejala dan tanda bagi pemakai terkadang tidak terlihat jelas membuat orangtua dan lingkungan sekitar tidak menyadari bahwa anak/kawan nya memakai narkoba membuat penanganan yang terlambat, banyak dari pengguna narkoba yang meninggal dikarenakan over dosis. Salah satu upaya untuk mencegah banyaknya korban meninggal akibat overdosis adalah dengan rehabilitasi, akan tetapi rehabilitasi tidak mutlak menjamin seseorang untuk bersih dari narkoba karena faktor lingkunga saat ia kembali ke tempat awal sangat berpengaruh. Sekitar

description

whatever

Transcript of Case Report Draft

Abstrak

Narkoba telah banyak merusak generasi bangsa tanpa memandang usia,pendidikan bahkan jabatan sekalipun. Jumlah pemakai narkona pun semakin bertambah dan meluas. Banyak faktor yang menjadikan seseorang memakai narkoba. Peranan keluarga sangatlah penting dalam membantu seseorang melalui proses rehabilitasi,karena pada awalnya keluarga merupakan benteng utama dari ancaman bahaya penyalahgunaan narkoba. Seorang pria berusia 22 tahun mengaku sangat dekat dengan kedua orangtua dan terjerumus narkoba dengan awal mencoba-coba dan berlanjut karena ingin meningkatkan rasa percaya diri,pria tersebut memutuskan menikah dan berkeluarga dengan tujuan keluar dari masalah tersebut akan tetapi itu hanya bertahan beberapa bulan dan faktor dukungan orangtua yang membuat ia memutuskan mengikuti rehabilitasi.Tidak semua pemakai narkoba berasal dari keluarga broken home,bisa didapatkan seseorang memakai narkoba dikarenakan orangtua yang overprotective,pola asuh merupakan salah satu faktor yang melatar-belakangi pemakaian narkoba dan pendidikan spiritual sangatlah penting dalam hal pecegahan maupun pada saat rehabilitasi. Peran Keluarga sebagai unit unit kecil dalam masyarakat merupakan wadah utama proses sosialisasi yang dapat mendukung seseorang pecandu pada rehabilitasi.

Latar Belakang

Faktor penyebab pemakaian narkoba sudah tidaklah spesifik lagi,banyak faktor seperti masalah sekolah,keluarga, ingin mencoba,masalah kepercayaan diri,pergaulan dll. Gejala dan tanda bagi pemakai terkadang tidak terlihat jelas membuat orangtua dan lingkungan sekitar tidak menyadari bahwa anak/kawan nya memakai narkoba membuat penanganan yang terlambat, banyak dari pengguna narkoba yang meninggal dikarenakan over dosis.Salah satu upaya untuk mencegah banyaknya korban meninggal akibat overdosis adalah dengan rehabilitasi, akan tetapi rehabilitasi tidak mutlak menjamin seseorang untuk bersih dari narkoba karena faktor lingkunga saat ia kembali ke tempat awal sangat berpengaruh. Sekitar 4,2% penduduk usia 15-64 tahun pengguna narkoba, diantaranya 88% laki-laki dan 12% perempuan. Data BNN dan UI, sebanyak 1,5% (3,2 juta) dari 200 juta penduduk Indonesia menjadi pelaku penyalahgunaan narkoba pada tahun 2005. Sekitar 30 hingga 40 orang meninggal setiap harinya dikarenakan penyalahgunaan narkoba di Indonesia dari perkiraan pengguna narkoba sekitar 3,2 juta jiwa.[1] .

Presentasi Kasus

Seorang residen berumur 22 tahun pemakai narkoba yang sedang dalam rehabilitasi di BNN (badan narkotika nasional) ,mengaku memakai narkoba sejak SMA dan mendapatkan nya dari teman, ia mengaku mencoba narkoba karena pergaulan yang membuatnya tertarik mencoba narkoba. Jenis narkoba yang dipakai bermulai dari estacy dan berlanjut ke sabu-sabu. Ia memutuskan memakai narkoba karena ingin meningkatkan kepercayaan diri dalam hal mendekati wanita,tuntutan pekerjaan yang membuat depresi juga salah satu faktor yang membuat ia terus mengkonsumsi narkoba,ia membeli narkoba dengan uangnya sendiri. Residen tersebut mengaku memiliki hubungan yang dekat dengan keluarga terutama pada kedua orangtua,ia mengaku tidak pernah ada maslah keluarga yang membuatnya terjerumus pada narkoba. Saat keluarganya mengetahui ia mengkonsumsi narkoba reaksi keluarga sempat tidak percaya dan akhirnya sangat marah. Keluarga menyarankan residen untuk menikah dan berkeluarga agar memiliki tanggungan besar sehingga dapat meninggalkan narkoba, akan tetapi itu hanya bertahan beberapa bulan dan residen lanjut memakai narkoba,pernikahan nya pun retak dan ia bercerai meski telah emiliki seorang anak. Setelah itu residen memutuskan untuk rehabilitasi karena dukungan keluarga serta ada paman yang bertugas di BNN, residen berharap dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi setelah selesai rehabilitasi.Fakta berbicara bahwa tidak semua keluarga mampu menciptakan kebahagiaan bagi semua anggotanya. Banyak keluarga mengalami problema-problema tertentu. Salah satunya ketidakharmonisan hubungan keluarga. Banyak keluarga berantakan yang ditandai oleh relasi orangtua yang tidak harmonis dan matinya komunikasi antara mereka. Ketidakharmonisan yang terus berlanjut sering berakibat perceraian. Kalau pun keluarga ini tetap dipertahankan, maka yang ada sebetulnya adalah sebuah rumah tangga yang tidak akrab dimana anggota keluarga tidak merasa betah. Akhirnya orangtua sering minggat dari rumah atau pergi sampai larut malam. Kemana anak harus berpaling? Berhadapan dengan situasi demikian, remaja merasa bimbang, bingung dan ketiadaan pegangan dalam hidupnya. Kebimbangan mereka semakin diperparah oleh sikap orangtua yang mengkambinghitamkan mereka. Lebih parah lagi kalau sikap ini lahir dari watak orangtua yang otoriter dan feodalistik. Remaja akhirnya menjadi takut dan mencari sendiri pegangan hidupnya. Dalam pencaharian inilah mereka akhirnya terjerumus ke dalam narkotika. Para remaja sesuai dengan umurnya, suka bergaul dengan kelompoknya. Tidak mustahil mereka menceburkan diri ke dalam kelompok narkotika. Lebih lagi kalau anak merasa orangtua di rumah sangat tidak bersahabat. Faktor ketidakharmonisan dalam keluarga punya relasi saling mempengaruhi yang sangat kuat dengan kenyataan biologis-psikologis kodrati remaja sebagai manusia. Dikatakan bahwa usia remaja adalah usia serba tidak pasti, penuh gejolak. Remaja, di satu pihak, ingin melepaskan diri dari pengaruh orangtua. Namun di lain pihak ia belum sepenuhnya berdiri sendiri. Dengan demikian jika orangtua tidak bisa bertindak untuk dapat dipercayai sekaligus mengayomi, maka remaja akan mencari tempat sandaran lain berupa kelompok para remaja yang tidak tertutup kemungkinan telah terlibat narkotika. Umur remaja pun adalah umur serta bertanya dan mencari tahu. Kepada siapa mereka harus bertanya jika orangtua hanya punya waktu bertengkar dan terus keluar rumah? Tidak mustahil mereka akhirnya mau mencoba sendiri seperti apa rasanya narkotika itu. Narkotika akhirnya bisa dilihat oleh remaja sebagai pengganti kasih sayang dan perhatian yang tidak mereka alami dari orangtua di rumah. Namun bukan berarti orang tua harus mengendurkan sikap dalam pendidikan anak. Pendidikan anak tetap harus secara solid, namun hendaknya orang tua harus bijak dalam bersikap dan tahu dimana, dan kapan kita harus lembut, dan keras. Ingat anak adalah investment yang tak ternilai untuk keluarga, bukan Stock, mobil, dan properties mewah. Sebagai orang tua tak jarang kita harus korbankan kesenangan dan kepentingan kita demi mendidik anak kita sendiri. Luangkan waktu Anda untuk belajar mendidik anak, jangan pikir bahwa kita orang tua sudah tahu segalanya, perkembangan zaman juga menuntut reformasi dibidang pendidikan anak.Dr.Idries. RS. POLRI Kramat Jati, Jakarta./Indonesia Media