Case Report Dr David- Novi

55
BAB II LAPORAN KASUS STATUS KEPANITERAAN KLINIK BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH Nama Mahasiswa : Novi Agustina NIM : 030.007.189 Dokter Pembimbing : dr. David Idrial, Sp. OT A. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. MF Umur : 18 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. Asrama BS Rt 09/10. No: 20, Cililitan Pendidikan : SMA Pekerjaan : Pelajar Agama : Islam Suku bangsa : Betawi Status pernikahan : Belum menikah 1

Transcript of Case Report Dr David- Novi

Page 1: Case Report Dr David- Novi

BAB II

LAPORAN KASUS

STATUS KEPANITERAAN KLINIK BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH

Nama Mahasiswa : Novi Agustina

NIM : 030.007.189

Dokter Pembimbing : dr. David Idrial, Sp. OT

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. MF

Umur : 18 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Asrama BS Rt 09/10. No: 20, Cililitan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pelajar

Agama : Islam

Suku bangsa : Betawi

Status pernikahan : Belum menikah

Tanggal Masuk RS: 19 Februari 2012

1

Page 2: Case Report Dr David- Novi

B. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara Autoanamnesis dan Alloanamnesis dengan ibu pasien pada

tanggal 20 Februari 2012.

1. KELUHAN UTAMA

Tungkai kanan dan tungkai kiri tidak sama panjang, setelah kecelakaan motor 7 bulan

SMRS.

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

OS mengeluh tungkai kanan dan tungkai kiri nya tidak sama panjang setelah OS

mengalami kecelakaan motor 7 bulan SMRS. Tungkai kanan OS lebih pendek dari tungkai

kirinya. OS juga mengeluhkan bengkak di daerah paha sebelah kanan yang terjadi beberapa

saat OS mengalami kecelakaan, bengkak hingga saat ini masih dialami OS, kadang terasa

nyeri, terutama saat OS berjalan.OS mengeluhkan menjadi sulit berjalan karena kedua

tungkainya tidak sama panjang, dan saat ini OS berjalan menggunakan tongkat. Saat ini OS

datang ke RSUD Budhi Asih untuk melakukan operasi pada tungkai kanan nya.

OS tidak mengeluhkan kelainan pada tungkai kiri dan juga anggota gerak lainnya. Sakit

kepala, mual, muntah disangkal oleh OS. BAB dan BAK normal.

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pada tanggal 26 Juni 2011, OS mengalami kecelakaan motor, OS sedang mengendarai

motor dengan kecepatan ± 80 km/jam menabrak mobil dibagian belakang. Paha kanan OS

terbentur stang motor kemudian OS terpental ± 100 meter kedalam gerobak sayur. Tidak ada

pingsan atau pun muntah setelah jatuh, dan tidak ada benturan dikepala. Setelah jatuh OS

tidak bisa bangun sendiri karena rasa sakit di tungkai kanan nya, setelah itu OS langsung

dibawa ke IGD RSUD Budhi Asih. Tindakan yang dilakukan di IGD saat itu adalah

pembersihan luka terbuka pada tungkai bawah kanan, pemasangan bidai pada tungkai kanan,

pemberian antibiotik, penghilang nyeri dan dilakukan pemeriksaan rontgen tungkai kanan.

Pada saat itu OS di diagnosis fraktur femur 1/3 proksimal tertutup dan fraktur tibia 1/3

proksimal terbuka. Kemudian OS mendapatkan perawatan di bangsal RSUD Budhi Asih

selama 1 minggu dan direncanakan operasi tungkai kanan oleh dokter, namun OS menolak

untuk melakukan operasi, dan pulang setelah 1 minggu di rawat.2

Page 3: Case Report Dr David- Novi

Setelah pulang dari RS, OS melanjutkan pengobatannya ke alternatif/tukang urut. OS

mengatakan tungkai kanan atas dan bawahnya di urut setiap dua kali seminggu selama 7

bulan setelah keluar dari RS, OS merasakan tungkai kanan nya tidak membaik dan menjadi

lebih pendek sehingga pada akhirnya OS memutuskan untuk datang ke poli bedah orthopedi

dan dijadwalkan untuk dilakukan operasi pada tungkai kanan nya dan kembali di rawat di

RSUD Budhi Asih.

OS mengaku memiliki riwayat penyakit asma yang jarang kambuh.

4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama. Riwayat penyakit hipertensi,

kencing manis, asma dan keganasan pada anggota keluarga disangkal oleh OS.

5. RIWAYAT KEBIASAAN

Minum-minuman alkohol dan merokok disangkal oleh OS. OS juga mengaku jarang

berolahraga.

6. RIWAYAT ALERGI

OS menyangkal adanya alergi obat ataupun makanan

C. PEMERIKSAAN FISIK (20 Februari 2012)

Keadaan Umum

Kesadaran : Compos mentis

Kesan sakit : Tampak sakit sedang

BB/TB : 56 Kg/ 172 cm

BMI : 18,9 kg/m2

Kesan gizi : Gizi normal

Tanda Vital :

Tekanan darah: 120/80 mmHG Suhu: 36,2 0C3

Page 4: Case Report Dr David- Novi

Nadi: 84 x/menit Pernafasan: 16 x/menit

Status generalis

1. Kepala : Normocephal, (-) jejas

2. Mata : CA -/-; SI -/-; pupil bulat isiokor; refleks cahaya langsung/tidak langsung +/+

3. Leher : KGB dan Tiroid tidak teraba membesar; JVP: 5+1 mmH20

4. Thoraks

Jantung :

- Inspeksi : tampak pulsasi ictus cordis

- Palpasi : iktus cordis teraba di ICS V 1 cm medial linea midklavikularis

iiiiiiiiiiiiiiiiisinistra.

- Perkusi :

Batas Atas : ICS III linea parasternalis sinistra.

Batas Kiri : ICS V, 1 cm medial linea midklavikularis sinistra.

Batas Kanan : ICS III-V linea sternalis dekstra.

- Auskultasi: BJ I normal, BJ II normal, reguler. Murmur (-) Gallop (-)

Paru:

- Inspeksi : tampak pergerakan dinding dada simetris saat statis dan dinamis

- Palpasi : pergerakan dinding dada simetris, vocal fremitus simetris

- Perkusi : sonor pada kedua lapang paru.

- Auskultasi: suara nafas vesikuler, rhonki -/-, whezzing -/-\

5. Abdomen :

- Inspeksi : warna kulit sawo matang, datar, (-) ikterik, (-) spider nevi

- Palpasi : teraba supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar

4

Page 5: Case Report Dr David- Novi

- Perkusi : timpani

- Auskultasi: bising usus (+) normal, 3x/ menit

6. Ekstremitas :

Akral hangat pada keempat ekstremitas (+); Oedema (-).

Status Lokalis (Regio Femoris Dextra)

Look :

- (+) pembengkakan di tungkai atas kanan; (-) angulasi; (-) rotasi

- (+) deformitas

Feel :

- (+) pembengkakan di tungkai atas kanan, 6 cm diatas lutut, ukuran: 10 x 8 cm, suhu

kulit normal, teraba keras, (-) mobile, (-) nyeri tekan

- Panjang tungkai kanan: 96 cm, panjang tungkai kiri: 100 cm.

Move :

- (-) krepitasi

- ROM aktif-pasif terbatas akibat nyeri

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG (7 Februari 2012)

Laboratorium:

Leukosit : 12.700 /uL

Eritrosit : 4,9 juta/uL

Hemoglobin : 15,1 gr/dl

Hematokrit : 44 %

5

Page 6: Case Report Dr David- Novi

Trombosit : 243.000

LED : 4 mm/jam

Hit jenis leukosit :

basofil / eosinofil / batang / segmen / limfosit / monosit : 0 / 0 / 2 / 72 / 19 / 7

Masa perdarahan : 2’30” menit

Masa pembekuan : 12’00’ menit

Rontgen:

- Thorax PA : paru dan jantung dalam batas normal

- Os. Femur dextra AP - Lateral :

Deskripsi:

fraktur lama pertengahan transverse displace

Os. Femur dextra cum contractionum dengan kalus

Tidak tampak destruksi tulang

Kesan: Fraktur femur dextra 1/3 tengah

E. RESUME

OS, laki-laki, usia 18 tahun datang dengan keluhan kelainan pada tungkai kanannya

setelah kecelakaan motor 7 bulan SMRS. Kedua tungkai tidak sama panjang, tungkai kanan

lebih pendek dari tungkai kiri. OS juga mengeluh adanya pembengkakan di paha kanan sejak

OS mengalami kecelakaan, bengkak terus menerus dan kadang terasa sakit terutama saat

berjalan. Saat ini OS berjalan dengan menggunakan tongkat. Setelah kecelakaan motor 7

bulan yang lalu, OS sempat dirawat selama 1 minggu di RS dan OS menolak operasi yang

disarankan oleh dokter. Setelah pulang dari RS, OS melakukan pengobatan alternatif dengan

6

Page 7: Case Report Dr David- Novi

di urut, 2x/minggu selama 7 bulan, sampai akhirnya dirasakan tidak ada perubahan pada

tungkainnya OS pergi ke RS dan dijadwalkan untuk operasi tungkai kanan.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan: status lokalis femur dextra Look: (+) pembengkakan

di tungkai atas kanan; (-) angulasi; (-) rotasi; (+) deformitas. Feel : (+) pembengkakan di

tungkai atas kanan, 6 cm diatas lutut, ukuran: 10 x 8 cm, suhu kulit normal, teraba keras, (-)

mobile, (-) nyeri tekan; Panjang tungkai kanan: 96 cm, panjang tungkai kiri: 100 cm. Move:

(-) krepitasi; ROM aktif-pasif terbatas akibat nyeri.

Pada pemeriksaan Rontgen Os. femur dextra, didapatkan: fraktur lama pertengahan

transverse displace; Os. Femur dextra cum contractionum dengan kalus.

F. DIAGNOSIS KERJA

Malunion fraktur femur 1/3 tengah transverse displace tertutup

G. PENATALAKSANAAN

- IVFD Asering 20 tetes/menit

- Operasi release soft tissue skletal deffect

- Osteotomi

- Skletal traksi

- Pro operasi ORIF

H. PROGNOSIS

- Ad Vitam : Ad bonam

- Ad Sanationam : Dubia ad bonam

- Ad Fungsionam : Dubia ad bonam

7

Page 8: Case Report Dr David- Novi

LAPORAN PEMBEDAHAN

(20 FEBRUARI 2012)

Tanggal : 20 Februari 2012

Dokter Bedah : dr. David, Sp OT

Diagnosis : Malunion fraktur femur dextra

Jenis Operasi : Clear, Elektif, Mayor

Tindakan Pembedahan:

- Release soft tissue

- Osteotomi

- Skletal traksi

- Pro ORIF

Uraian Pembedahan:

1. Posisi LLD dalam spinal anastesi

2. Asepsis dan antisepsis medan operasi, mempersempit dengan duk steril

3. Insisi posterior lateral diperdalam

4. Ditemukan malunion fraktur femur, dilakukan osteotomi dan release soft tissue

5. Kontrol perdarahan dan tutup luka operasi dengan meninggalkan drain

6. Pasang skletal traksi

7. Operasi selesai

Instruksi Post Operasi

1. Awasi Keadaan Umum

8

Page 9: Case Report Dr David- Novi

2. IVFD Asering 1500 cc/24 jam

3. Terapi:

- Inj Sulbacef 2x1 gr

- Inj Tramadol 100 gr dalam 500 cc cairan/ 8 jam

- Inj Ketesse 3x50 gr

- Inj Ranitidine 2x150 gr

4. Cek darah perifer bila Hb < 10 gr/dl tranfusi PRC 500cc s/d Hb > 10 gr/dl

5. Pasang skletal traksi beban 4 kg

6. Rontgen kontrol femur dextra AP-Lateral dengan terpasang traksi beban 4 Kg

7. Tirah baring 24 jam

FOLLOW UP

Tanggal S O A P21/2/12 Nyeri

bekas op (+)Demam (-)

TD:120/80 mmHgN: 84 x/menitS: 35,8 0CP: 16x/menit

Status Lokalis:(Femur dextra)Look: - Luka bekas op tertutup

elastic perban,- drain (+): darah- (+) skletal traksi beban 4kgFell: NT (+)

Lab: 20/2/12- Leukosit: 13400/ul- Hb: 13,4 gr/dl- Ht: 39 %

Post Osteotomi H-1Malunion fr. Femur dextra

- IVFD Asering 1500/24 jam

- Diit TKTP- Inj Sulbacef 2x1 gr- Inj Tramol 3x100gr dalam

500 cc cairan- Inj ketesse 3x50 gr drip

100 cc (15 menit)- Inj Ranitidine 2x150 gr- Pertahankan skletal traksi

beban 4kg- Elevasi bed 20 cm- Rontgen kontrol femur

dextra AP-Lateral (terpasang beban 4 kg)

9

Page 10: Case Report Dr David- Novi

- Trombosit: 256.000/ul23/2/12 Nyeri

bekas op <<Demam (-)

TD:100/80 mmHgN: 74 x/menitS: 36,2 0CP: 14x/menit

Status Lokalis:(Femur dextra)Look: - Luka bekas op tertutup

elastic perban,- drain (+): darah- (+) skletal traksi beban 6kgFell: NT (+)

Post Osteotomi H-3Malunion fr. Femur dextra

- Diit TKTP- Inj Sulbacef 2x1 gr- Inj Ketoprofen 2x100 gr- Tab Ranitidine 2x150 mg- Pertahankan skletal traksi

beban 4kg 6kg- Pro rawat luka & GV

28/2/12 Nyeri bekas op <<Demam (-)

TD:120/80 mmHgN: 80 x/menitS: 35,8 0CP: 16x/menit

Status Lokalis:(Femur dextra)Look: - Luka bekas op tertutup

elastic perban,- (+) skletal traksi beban

11kgFell: NT (+)

Lab: 26/2/12- Leukosit: 7100/ul- Hb: 12,5 gr/dl- Ht: 40%- Trombosit: 326.000/ul- HbsAg (+) Reaktif

Post Osteotomi H-8Malunion fr. Femur dextra

- Diit TKTP- Tab Ciprofloxacin

2x500mg- Tab As. Mefenamat 3x500

mg- Tab Ranitidine 2x150 mg- Pertahankan skletal traksi

beban 11kg- Aff DC

1/3/12 Nyeri bekas op <<Demam (-)

TD:110/70 mmHgN: 76 x/menitS: 36 0CP: 14x/menit

Status Lokalis:(Femur dextra)Look: - Luka bekas op tertutup

elastic perban,- (+) skletal traksi beban

12kgFell: NT (+)

Post Osteotomi H-10Malunion fr. Femur dextra

- Diit bebas TKTP- Tab Ciprofloxacin

2x500mg- Tab As. Mefenamat 3x500

mg- Tab Ranitidine 2x150 mg- Pertahankan skletal traksi

beban 11kg12 kg- Rencana op ORIF & Bone

graft Senin 5/3/12

5/3/12 Puasa (+)Demam

TD:110/80 mmHgN: 80 x/menit

Malunion fr. Femur dextra

Pre Op ORIF & bone graft

10

Page 11: Case Report Dr David- Novi

(-) S: 36 0CP: 16x/menit

Status Lokalis:(Femur dextra)Look: - Luka bekas op tertutup

elastic perban,- (+) skletal traksi beban

12kgFell: NT (+)

Lab: 2/3/12- Leukosit: 14500/ul- Hb: 11,7 gr/dl- Ht: 34%- Trombosit: 421.000/ul

Rontgen Os Femur AP-Lateral (3 Maret 2012)

Deskripsi:

(+) soft tissue sweling

(+) kalus

Fraktur lama pertengahan

transverse displace

Kesan:

Fraktur femur 1/3 tengah tranverse

LAPORAN PEMBEDAHAN

11

Page 12: Case Report Dr David- Novi

(5 MARET 2012)

Tanggal : 5 Maret 2012

Dokter Bedah : dr. David, Sp OT

Diagnosis : Malunion fraktur femur dextra

Jenis Operasi : Clear, Elektif, Mayor

Tindakan Pembedahan:

- ORIF plate & screw

- Bone graft

Uraian Pembedahan:

1. Posisi LLD dalam anastesi spinal

2. Asepsis dan antisepsis medan operasi, dipersempit dengan doek steril

3. Incisi longitudinal luka lama operasi di perdalam

4. Ditemukan fragmen fraktur femur, dilanjutkan pemasangan locking plate 10 holes +

screw 5,0 10 pcs

5. Cek stabilitas stabil

6. Kontrol perdarahan & pasang graft (hon gross)

7. Tutup luka op, di pasang dry vac (vacum drain)

8. Operasi selesai

Instruksi Post Operasi

1. Awasi Keadaan Umum

2. IVFD Asering 1500 cc/24 jam

3. Terapi:

12

Page 13: Case Report Dr David- Novi

- Inj Sulbacef 2x1 gr

- Inj Gentamycin 2x50 gr

- Inj Tramadol 100 gr dalam 500 cc cairan/ 8 jam

- Inj Ketesse 3x50 gr drip 100cc cairan (15 menit)

- Inj Ranitidine 2x150 gr

4. Rontgen kontrol femur dextra AP-Lateral

5. Cek darah perifer/rutin bila Hb < 10 gr/dl tranfusi PRC 500cc s/d Hb > 10 gr/dl

6. Lain-lain lapor

FOLLOW UP

Tanggal S O A P6/3/12 Nyeri

bekas op (+)Demam (-),

TD:110/70 mmHgN: 80 x/menitS: 36 0CP: 16x/menit

Status Lokalis:(Femur dextra)Look: - Luka bekas op tertutup

elastic perban,- drain (+): 200cc/24 jam

semi hemoragic

Fell: NT (+)

Move: ROM terbatas akibat nyeri

Lab: 5/3/12- Leukosit: 13100/ul- Hb: 10,5 gr/dl- Ht: 31 %- Trombosit: 444.000/ul

Post operasi ORIF H-1Malunion fr. Femur dextra

- IVFD Asering 1000/24 jam

- Diit TKTP- Inj Gentamicin 2x50 gr- Inj Tramadol 2x100gr

dalam 500 cc cairan- Inj ketesse 3x50 gr drip

100 cc (15 menit)- Inj Ranitidine 2x150 gr- Mobilisasi duduk- Pesan tongkat/ axillary

cruth bilaeral- Cek lab rutin post tranfusi

13

Page 14: Case Report Dr David- Novi

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI DAN FISIOLOGI TULANG

Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan, dan otot

menyusun kurang lebih 50%.Kesehatan baikya fungsi system musculoskeletal sangat

tergantung pada sistem tubuh yang lain. Struktur tulang- tulang memberi perlindungan

terhadap organ vital termasuk otak, jantung dan paru. Kerangka tulang merupakan kerangka

yang kuat untuk meyangga struktur tubuh otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh

bergerak metrik.

Tulang meyimpam kalsium, fosfor, magnesium, fluor. Tulang dalam tubuh manusia yang

terbagi dalam empat kategori: tulang panjang (missal femur tulang kumat) tulang pendek

(missal tulang tarsalia),tulang pipih (sternum) dan tulang tak teratur (vertebra). Tulang

tersusun oleh jaringan tulang kanselus (trabekular atau spongius).Tulang tersusun atas

sel,matrik protein,deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas tiga jenis dasar osteoblas,osteosit

dan osteocklas. Osteoblas berfungi dalam pembetukan tulang dengan mensekresikan matriks

tulang. Matrik merupakan kerangka dimana garam - garam mineral anorganik di timbun.

Ostiosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharahan fungsi tulang dan tarletak

ostion. Ostioklas adalah sel multi nukliar yang berperan dalam panghancuran,resorpsi dan

remodeling tulang. Tulang diselimuti oleh membran fibrus padat di namakan periosteum

mengandung saraf,bempembuluh darah dan limfatik. Endosteum adalah membrane faskuler

tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga – rongga dalam tulang

kanselus.

Sumsum tulang merupakan jaringan faskuler dalam rongga sumsum tulang panjang dan

dalam pipih.Sumsum tulang merah yang terletak di sternum,ilium,fertebra dan rusuk pada

orang dewasa,bertanggung jawab pada produksi sel darah merah dan putih.pembentukan

tulang .Tulang mulai tarbentuk lama sebelum kelahiran. (Mansjoer. 2000 : 347)

14

Page 15: Case Report Dr David- Novi

FRAKTUR

A. Definisi Fraktur dan Mekanisme Fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang, sering diikuti oleh kerusakan jaringan

lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan persarafan.

Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya

benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat

berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan

tulang klavikula atau radius distal patah.

Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma

tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan

luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi

atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut

fraktur dislokasi. 

A. Etiologi / Predisposisi

Penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu

1. Cedera Traumatik

Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :

a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah

secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan

pada kulit di atasnya.

b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,

misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.

c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.

2. Fraktur Patologik

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor

dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :

a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali

dan progresif.

b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat

timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.

15

Page 16: Case Report Dr David- Novi

c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang

mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan kegagalan absorbsi

Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.

3. Secara Spontan

Disesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan

orang yang bertugas dikemiliteran.

B. Patofisiologi

Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989). Ketika patah

tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan

lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan

sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang

dibawah periosteum dan jaringan tulang yang mengitari fraktur. Terjadinya respon inflamasi

akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan

leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk

memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang

terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian

merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh

darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot,

sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang

iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini

menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf.

C. Pembagian Fraktur

Secara umum, berdasarkan ada tidaknya hubungan antara tulang yang fraktur dengan

dunia luar, fraktur juga dapat dibagi menjadi 2, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka.

Disebut fraktur tertutup apabila kulit di atas tulang yang fraktur masih utuh. Sedangkan

apabila kulit di atasnya tertembus dan terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur

dengan dunia luar maka disebut fraktur terbuka, yang memungkinkan kuman dari luar dapat

masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang patah sehingga cenderung untuk mengalami

kontaminasi dan infeksi. 

16

Page 17: Case Report Dr David- Novi

Fraktur berdasarkan derajat atau luas garis fraktur terbagi atas  : complete, dimana tulang

patah terbagi menjadi dua bagian (fragmen) atau lebih, serta incomplete (parsial).

Fraktur parsial terbagi lagi menjadi:

1. Fissure/Crack/Hairline: tulang terputus seluruhnya tetapi masih tetap di tempat, biasa

terjadi pada tulang pipih

2. Greenstick Fracture: biasa terjadi pada anak-anak dan pada os radius, ulna, clavicula,

dan costae

3. Buckle Fracture: fraktur di mana korteksnya melipat ke dalam

Berdasarkan garis patah/konfigurasi tulang dibagi menjadi  :

1. Transversal: garis patah tulang melintang sumbu tulang (80-100o dari sumbu tulang)

2. Oblik: garis patah tulang melintang sumbu tulang (<80o atau >100o dari sumbu tulang)

3. Longitudinal: garis patah mengikuti sumbu tulang

4. Spiral: garis patah tulang berada di dua bidang atau lebih

5. Comminuted: terdapat 2 atau lebih garis fraktur

Jenis-

jenis fraktur

Berdasarkan hubungan antar fragmen fraktur:

1. Undisplace: fragmen tulang fraktur masih terdapat pada tempat anatomisnya

17

Page 18: Case Report Dr David- Novi

2. Displace: fragmen tulang fraktur tidak pada tempat anatomisnya, terbagi atas:

- Shifted Sideways: menggeser ke samping tapi dekat

- Angulated: membentuk sudut tertentu

- Rotated: memutar

- Distracted: saling menjauh karena ada interposisi

- Overriding: garis fraktur tumpang tindih

- Impacted: satu fragmen masuk ke fragmen yang lain

D. Manifestasi Klinis

1. Deformitas

Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya

perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :

a. Rotasi pemendekan tulang.

b. Penekanan tulang.

2. Bengkak : Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam

jaringan yang berdekatan dengan fraktur.

3. Echimosis dari perdarahan Subculaneous.

4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.

5. Tenderness / keempukan.

6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan

kerusakan struktur didaerah yang berdekatan.

7. Kehilangan sensasi ( mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya syaraf/perdarahan ).

8. Pergerakan abnormal.

9. Dari hilangnya darah.

10. Krepitasi

11. Apabila fraktur terjadi pada ekstremitas atau persendian, maka akan ditemui keterbatasan

LGS (lingkup gerak sendi).

E. Pemeriksaan Penunjang

Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur, sehingga perlu

dilakukan pemeriksaan penunjang.

18

Page 19: Case Report Dr David- Novi

a. Pemeriksaan rontgen: Dilakukan dengan 2 proyeksi yaitu anterior-posterior dan lateral

Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur. Pemeriksaan ini juga berguna untuk

mengikuti proses penyembuhan tulang.

b. Scan tulang, tomogram, CT-scan/ MRI: Memperlihatkan frakur dan

mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak

c. Pemeriksaan darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun

(pendarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel),

Peningkatan Sel darah putih adalah respon stres normal setelah trauma.

F. Diagnosis Fraktur

Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik dan pemeriksaan sinar-x pasien.

Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada daerah tersebut. Bila berdasarkan

pengamatan klinis diduga ada fraktur, maka perlakukanlah sebagai fraktur sampai terbukti

lain.

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan secara Umum

Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan

pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing) dan sirkulasi

(circulation), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi,

baru lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu tejadinya kecelakaan

penting ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden period 1-

6 jam. Bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan anamnesis dan

pemeriksaan fisis secara cepat, singkat dan lengkap. Kemudian lakukan foto radiologis.

Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan

yang lebih berat pada jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto.

Penatalaksanaan Kedaruratan

Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak menyadari adanya

fraktur dan berusaha berjalan dengan tungkai yang patah, maka bila dicurigai adanya fraktur,

penting untuk meng-imobilisasi bagian tubuh segara sebelum pasien dipindahkan.

19

Page 20: Case Report Dr David- Novi

Bila pasien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum dapat

dilakukan pembidaian, ekstremitas harus disangga diatas dan dibawah tempat patah untuk

mencegah gerakan rotasi maupun angulasi. Gerakan fragmen patahan tulang dapat

menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak dan perdarahan lebih lanjut.

Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi dengan menghindari

gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian yang memadai sangat penting

untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang. Daerah yang cedera

diimobilisasi dengan memasang bidai sementara dengan bantalan yang memadai, yang

kemudian dibebat dengan kencang. Imobilisasi tulang panjang ekstremitas bawah dapat juga

dilakukan dengan membebat kedua tungkai bersama, dengan ektremitas yang sehat bertindak

sebagai bidai bagi ekstremitas yang cedera. Pada cedera ektremitas atas, lengan dapat

dibebatkan ke dada, atau lengan bawah yang cedera digantung pada sling. Peredaran di distal

cedera harus dikaji untuk menentukan kecukupan perfusi jaringan perifer.

Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk mencegah

kontaminasi jaringan yang lebih dalam. Jangan sekali-kali melakukan reduksi fraktur, bahkan

bila ada fragmen tulang yang keluar melalui luka. Pasanglah bidai sesuai yang diterangkan di

atas.

Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap. Pakaian dilepaskan dengan

lembut, pertama pada bagian tubuh sehat dan kemudian dari sisi cedera. Pakaian pasien

mungkin harus dipotong pada sisi cedera. Ektremitas sebisa mungkin jangan sampai

digerakkan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

Prinsip Penanganan Fraktur

Prinsip-prinsip tindakan/penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian

fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi

Reduksi, yaitu : restorasi fragmen fraktur sehingga didapati posisi yang dapat diterima.

Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada

kesejajarannya dan posisi anatomis normal.

20

Page 21: Case Report Dr David- Novi

Sasarannya adalah untuk memperbaiki fragmen-fragmen fraktur pada posisi anatomik

normalnya.

Metode untuk reduksi adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka.

Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang mendasarinya

tetap sama. Biasanya dokter melakukan reduksi fraktur sesegera mungkin untuk

mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan

perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera

sudah mengalami penyembuhan.

Metode reduksi :

1. Reduksi tertutup, pada kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan dengan

mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan)

dengan “Manipulasi dan Traksi manual”. Sebelum reduksi dan imobilisasi, pasien harus

dimintakan persetujuan tindakan, analgetik sesuai ketentuan dan bila diperlukan diberi

anestesia. Ektremitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan sementara gips, bidai

atau alat lain dipasang oleh dokter. Alat imobilisasi akan menjaga reduksi dan

menstabilkan ektremitas untuk penyembuhan tulang. Rontgen harus dilakukan untuk

mengetahui apakah fragmen tulang telah dalam kesejajaran yang benar.

2. Traksi

Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi

disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. Secara umum traksi dilakukan dengan

menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan

sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah.

Metode pemasangan traksi antara lain :

a. Traksi manual

Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan

emergency

b. Traksi mekanik, ada 2 macam :

- Traksi kulit (skin traction)

Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan

dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.

- Traksi skeletal

21

Page 22: Case Report Dr David- Novi

Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction.

Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit

melalui tulang / jaringan metal.

Kegunaan pemasangan traksi antara lain:

1. Mengurangi nyeri akibat spasme otot

2. Memperbaiki & mencegah deformitas

3. Immobilisasi

4. Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)

5. Mengencangkan pada perlekatannya

Prinsip pemasangan traksi :

- Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik.

- Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar

reduksi dapat dipertahankan

- Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus.

- Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol.

- Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai. Traksi yang dipasang harus

baik dan terasa nyaman.

3. Reduksi terbuka, pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan

pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin,

kawat, sekrup, palt, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahan kan

fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.

22

Page 23: Case Report Dr David- Novi

Imobilisasi

Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan dalam

posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan.

Sasarannya adalah mempertahankan reduksi di tempatnya sampai terjadi penyembuhan.

Metode untuk mempertahankan imobilisasi adalah dengan alat-alat “eksternal” (bebat,

brace, case, pen dalam plester, fiksator eksterna, traksi, balutan) dan alat-alat “internal”

(nail, lempeng, sekrup, kawat, batang, dll)

Tabel 1. Perkiraan Waktu Imobilisasi yang Dibutuhkan untuk Penyatuan Tulang Fraktur

 Rehabilitasi

Sasarannya meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan normal pada bagian yang sakit.

23

Page 24: Case Report Dr David- Novi

Untuk mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi dan

imobilisasi adalah peninggian untuk meminimalkan bengkak, memantau status

neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan isometrik dan pengaturan otot,

partisipasi dalam aktifitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktifitas kembali secara

bertahap dapat memperbaiki kemandirian fungsi. Pengembalian bertahap pada aktivitas

semula diusahakan sesuai batasan terapeutik.

Tabel 2. Ringkasan Tindakan terhadap Fraktur

PROSES PENYEMBUHAN TULANG

Tahapan penyembuhan tulang terdiri dari: inflamasi, proliferasi sel, pembentukan kalus,

penulangan kalus (osifikasi), dan remodeling.

1. Inflamasi. 

24

Page 25: Case Report Dr David- Novi

Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya

pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan pembentukan

hematoma di tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena

terputusnya pasokan darah. Tempat cidera kemudian akan diinvasi oleh magrofag (sel darah

putih besar), yang akan membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan

nyeri.

2. Proliferasi Sel.

Setelah kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk benang-benang

fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast

dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast (berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel

periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada

patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum,

tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro

minimal pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang berlebihan akan merusak sruktur

kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif.

3. Tahap Pembentukan Kalus. 

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain

sampai celah  sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan

fibrus, tulang rawan, dan tulang serat matur. Bentuk kalus dan volume dibutuhkan untuk

menghubungkan defek secara langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan

pergeseran tulang. Perlu waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung

dalam tulang rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis fargmen tulang tidak bisa lagi

digerakkan.

4. Tahap Penulangan Kalus (Osifikasi).

Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai tiga minggu  patah

tulang, melalui proses penulangan endokondral. Patah tulang panjang orang dewasa normal,

penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat bulan. Mineral terus menerus ditimbun

sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan keras. Permukaan kalus tetap bersifat

elektronegatif.

5. Tahap Menjadi Tulang Dewasa (Remodeling). 

Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi

tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu berbulan-

bulan sampai bertahun – tahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan,

25

Page 26: Case Report Dr David- Novi

fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus – stres fungsional

pada tulang. Tulang kanselus mengalami penyembuhan dan remodeling lebih cepat daripada

tulang kortikal kompak, khususnya pada titik kontak langsung.

Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis mengalami remodeling

(pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis menjauhi batang tulang secara

progresif. Remodeling tulang terjadi sebagai hasil proses antara deposisi dan resorpsi

osteoblastik tulang secara bersamaan. Proses remodeling tulang berlangsung sepanjang

hidup, dimana pada anak-anak dalam masa pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance)

yang positif, sedangkan pada orang dewasa terjadi keseimbangan yang

negative. Remodeling juga terjadi setelah penyembuhan suatu fraktur.

H. KOMPLIKASI

1. Sindroma Kompartemen

Sindroma kompartemen adalah suatu sindrom yang terjadi karena beberapa hal, bisa

disebabkan oleh fraktur, di mana terjadi peningkatan tekanan intrakompartemen sehingga

terjadi iskemia jaringan. Peningkatan tekanan ini

disebabkan oleh terisinya cairan ke dalam

kompartemen (fascia), dan tidak diikuti oleh

pertambahan luas/volume kompartemen itu

sendiri. Cairan tersebut dapat berupa darah atau

edema yang disebabkan oleh fraktur. Dengan

meningkatnya tekanan intrakompartemen

(interstitial) yang melampaui tekanan perfusi kapiler (pembuluh darah), akan menyebabkan

aliran darah yang seyogyanya mensuplai oksigen dan nutrisi ke jaringan menjadi tidak

adekuat (kolaps). Hal ini akan memicu terjadinya iskemia jaringan, yang menyebabkan

edema sehingga tekanan intrakompartemen tersebut akan semakin meningkat. Bila hal ini

tidak diatasi, maka iskemia yang terjadi akan menimbulkan kematian jaringan dan nekrosis,

yang pada akhirnya dapat mengancam nyawa.

Secara umum terdapat beberapa tanda (sign) untuk sindroma kompartemen, yang

disingkat menjadi 5P:

Pain (nyeri), yang sering ditemukan dan terjadi di awal sindrom

26

Page 27: Case Report Dr David- Novi

Parestesia, yaitu gangguan pada saraf sensorik

Paralisis, yaitu gangguan motorik yang ditemukan setelah beberapa waktu

Pallor, yaitu pucat pada kulit akibat berkurangnya suplai darah

Pulselessness, yaitu kehilangan denyut arteri

Cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan teknik fasciotomi, suatu tindakan operatif

untuk membebaskan cairan yang terperangkap di dalam kompartemen.

2. Major Blood Loss

Hal ini disebabkan vaskularisasi yang ekstensif pada daerah femur. Apabila terjadi

perdarahan secara signifikan (lebih dari 1 liter) dapat berakibat secara sistemik, seperti shock,

hipotensi, dan takikardia.

Lieurance et al mengemukakan bahwa sekitar 40 persen penderita fraktur femur

mengalami kehilangan darah rata-rata sebanyak 1.276 cc. Hal ini dapat diminimalisasi

dengan cara mengimobilisasi tulang yang mengalami fraktur, memperbaiki deformitas,

menyambung (ligasi) pembuluh darah serta resusitasi.

3. Infeksi

Pada fraktur, infeksi dapat terjadi melalui 3 jalur:

Fraktur terbuka yang disertai luka yang terpajan ke lingkungan luar

Fraktur yang disertai hematoma, di mana bakteri dibawa oleh aliran darah

Infeksi pasca operasi

Infeksi pada fraktur dapat dibagi menjadi infeksi luar (superfisial) dan infeksi dalam.

Pada infeksi luar, penanganan dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik dan pembersihan

serta mengelola luka dengan baik. Jika infeksi terjadi di dalam, maka drainase pus,

pembersihan jaringan nekrotik dan mengelola luka merupakan penanganan yang baik.

Pemberian antibiotik juga dapat dilakukan, namun tidak semua antibiotik memiliki spektrum

yang tepat. Sebaiknya dilakukan analisis mikroorganisme sebelum pemberian antibiotik.

4. Penyembuhan abnormal pada fraktur

MALUNION

27

Page 28: Case Report Dr David- Novi

Malunion adalah keadaan dimana fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi terdapat

deformitas yang terbentuk angulasi, varus / valgus, rotasi, kependekan atau union secara

menyilang misalnya pada fraktur radius dan ulna.

Etiologi

Fraktur tanpa pengobatan

Pengobatan yang tidak adekuat

Reduksi dan imobilisasi yang tidak baik

Pengambilan keputusan serta teknik yang salah pada awal pengobatan

Osifikasi premature pada lempeng epifisis karena adanya trauma

Gambaran klinis

Deformitas dengan bentuk yang bervariasi

Gangguan fungsi anggota gerak

Nyeri dan keterbatasan pergerakan sendi

Ditemukan komplikasi seperti paralysis tardi nervus ulnaris

Osteoarthritis apabila terjadi pada daerah sendi

Bursitis atau nekrosis kulit pada tulang yang mengalami deformitas

Pemeriksaan radiologist

Pada foto roentgen terdapat penyambungan fraktur tetapi pada posisi yang tidak sesuai

dengan keadaan yang normal.

Pengobatan

Konservatif

Dilakukan refrakturisasi dengan pembiusan umum dan imobilisasi sesuai dengan fraktur yang

baru. Apabila ada kependekan anggota gerak dapat digunakan sepatu orthopedic.

Operatif

Osteotomi koreksi (osteotomi Z) dan bone graft disertai dengan fiksasi interna

28

Page 29: Case Report Dr David- Novi

Osteotomi dengan pemanjangan bertahap, misalnya pada anak – anak.

Osteotomi yang bersifat baji

DELAYED UNION

Delayed union adalah fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3 -5 bulan (3 bulan

untuk anggota gerak atas dan 5 bulan untuk anggota gerak bawah)

Etiologi

Etiologi delayed union sama dengan etiologi pada nonunion

Gambaran klinis

Nyeri anggota gerak pada pergerakan dan waktu berjalan.

Terdapat pembengkakan

Nyeri tekan

Terdapat gerakan yang abnormal pada daerah fraktur

Pertambahan deformitas

Pemeriksaan radiologist

Tidak ada gambaran tulang baru pada ujung daerah fraktur

Gambaran kista pada ujung – ujung tulang karena adanya dekalsifikasi tulang

Gambaran kalus yang kurang disekitar fraktur.

Pengobatan

Konservatif

Pemasangan plester untuk imobilisasi tambahan selama 2 – 3 bulan.

Operatif

Bila union diperkirakan tidak akan terjadi, maka segera dilakukan fiksasi interna dan

pemberian bone graft.

29

Page 30: Case Report Dr David- Novi

NONUNION

Disebut nonunion apabila fraktur tidak menyembuh antara 6 – 8 bulan dan tidak didapatkan

konsolidasi sehingga didapat pseudoarthrosis (sendi palsu). Pseudoarthrosis dapat terjadi

tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi sama – sama dengan infeksi disebut infected

pseudoarthrosis.

Beberapa jenis nonunion terjadi menurut keadaan ujung – ujung fragmen tulang.

Hipertrofik

Ujung – ujung tulang bersifat sklerotik dan lebih besar dari normal yang disebut gambaran

elephant’s foot. Garis fraktur tampak dengan jelas. Ruangan antar tulang diisi dengan tulang

rawan dan jaringan ikat fibrosa. Pada jenis ini vaskularisasinya baik sehingga biasanya hanya

diperlukan fiksasi yang rigid tanpa pemasangan bone graft.

Atrofik (Oligotrofik)

Tidak ada tanda – tanda aktivitas seluler pada ujung fraktur. Ujung tulang lebih kecil dan

bulat serta osteoporotik dan avaskular. Pada jenis ini disamping dilakukan fiksasi rigid juga

diperlukan pemasangan bone graft.

Gambaran klinis

Nyeri ringan atau sama sekali tidak ada

Gerakan abnormal pada daerah fraktur yang membentuk sendi palsu yang disebut

pseudoarthrosis.

Nyeri tekan atau sama sekali tidak ada.

Pembengkakan bisa ditemukan dan bisa juga tidak terdapat pembengkakan sama sekali

Pada perabaan ditemukan rongga diantara kedua fragmen.

Pemeriksaan radiologist

Terdapat gambaran sklerotik pada ujung – ujung tulang

Ujung – ujung tulang berbentuk bulat dan halus

Hilangnya ruangan meduler pada ujung – ujung tulang

30

Page 31: Case Report Dr David- Novi

Salah satu ujung tulang dapat berbentuk cembung dan sisi lainnya cekung

(psedoarthrosis)

Pengobatan

Fiksasi interna rigid dengan atau tanpa bone graft

Eksisi fragmen kecil dekat sendi. Misalnya kepala radius, prosesus stiloid ulna

Pemasangan protesis, misalnya pada fraktur leher femur

Stimulasi elektrik untuk mempercepat osteogenesis.

PENYEBAB NONUNION DAN DELAYED UNION

Vaskularisasi pada ujung – ujung fragmen yang kurang

Reduksi yang tidak adekuat

Imobilisasi yang tidak adekuat sehingga terjadi gerakan pada kedua fragmen.

Waktu imobilisasi yang tidak cukup

Infeksi

Distraksi pada kedua ujung  karena adanya traksi yang berlebihan

Interposisi jaringan lunak diantara kedua fragmen tulang

Terdapat jarak yang cukup besar antara kedua fragmen

Destruksi tulang misalnya oleh karena tumor atau osteomielitis (fraktur patologis)

Disolusi hematoma fraktur oleh jaringan sinovia (fraktur intrakapsuler)

Kerusakan periosteum yang hebat sewaktu terjadi fraktur atau operasi

Fiksasi interna yang tidak sempurna

Delayed union yang tidak diobati

Pengobatan yang salah atau sama sekali tidak dilakukan pengobatan

Terdapat benda asing diantara kedua fraktur, misalnya pemasangan screw diantara kedua

fragmen.

FRAKTUR FEMUR

A. Anatomi dan Fisiologi Tulang Femur

31

Page 32: Case Report Dr David- Novi

Femur pada ujung bagian atasnya memiliki caput, collum, trochanter major dan

trochanter minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola dan berartikulasi

dengan acetabulum dari os coxae membentuk articulatio coxae. Pada pusat caput terdapat

lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatan ligamentum dari caput.

Sebagian suplai darah untuk caput femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasuki

tulang pada fovea.

Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan ke bawah,

belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat (pada wanita sedikit lebih

kecil) dengan sumbu panjang batang femur. Besarnya sudut ini perlu diingat karena dapat

dirubah oleh penyakit.

Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher dan batang. Yang

menghubungkan dua trochanter ini adalah linea intertrochanterica di depan dan crista

intertrochanterica yang mencolok di bagian belakang, dan padanya terdapat tuberculum

quadratum.

Bagian batang femur umumnya menampakkan kecembungan ke depan. Ia licin dan bulat

pada permukaan anteriornya, namun pada bagian posteriornya terdapat rabung, linea aspera.

Tepian linea aspera melebar ke atas dan ke bawah.Tepian medial berlanjut ke bawah sebagai

crista supracondylaris medialis menuju tuberculum adductorum pada condylus

medialis.Tepian lateral menyatu ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada

permukaan posterior batang femur, di bawah trochanter major terdapat tuberositas glutealis,

32

Page 33: Case Report Dr David- Novi

yang ke bawah berhubungan dengan linea aspera. Bagian batang melebar ke arah ujung distal

dan membentuk daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya, disebut fascia poplitea.

Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis, yang di bagian posterior

dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan anterior condylus dihubungkan oleh

permukaan sendi untuk patella. Kedua condylus ikut membentuk articulatio genu. Di atas

condylus terdapat epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum adductorium berhubungan

langsung dengan epicondylus medialis.

33

Page 34: Case Report Dr David- Novi

Otot-otot femur terdiri dari 3 kelompok

1. Kelompok anterior (ekstensor)

- m. rectus femoris

- m. vastus lateralis

- m. vastus medialis

- m. vastus intermedius genu

- m. sartorius

2. Kelompok medial (adduktor)

- m. pectineus

- m. gracilis

- m. adductor longus

- m. adductor brevis

- m. adductor magnus

3. Kelompok posterior (fleksor)

- m. biscep femoris

- m. semitendinosus

- m. semimembranosus

- m. psoas major

- m. iliacus

- m. tensor fascia lata

Vaskularisasi femur: arteri femoralis superficial, a obturator, vena saphena magna, vena

obturator, vena femoralis.

B. Definisi Fraktur Femur

Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat

trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak

dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang

cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok.

C. Klasifikasi Fraktur Femur

Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :

1. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam kapsul sendi panggul

- Fraktur kapital: pada kaput femur

34

Page 35: Case Report Dr David- Novi

- Fraktur subkapital: fraktur yang terletak dibawah kaput femur

- Fraktur transervikal: fraktur pada kolum femur

2. Fraktur Ekstrakapsuler;

Terjadi di luar kapsul sendi panggul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang

lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.

- Fraktur sepanjang trokanter mayor dan minor

- Fraktur intertrokanter

- Fraktur subtrokanter

Fraktur Kolum Femur

Fraktur kolum femur termasuk fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian proksimal

femur, yang termasuk kolum femur adalah mulai dari bagian distal permukaan kaput femoris

sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter. Fraktur kolum femur dapat disebabkan

oleh trauma langsung yaitu misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah

trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh

trauma tidak langsung yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah.

Pada pemeriksaan fisik, fraktur kolum femur dengan pergeseran akan menyebabkan

deformitas yaitu terjadi pemendekan serta rotasi eksternal sedangkan pada fraktur tanpa

pergeseran deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa memperhatikan jumlah pergeseran fraktur

yang terjadi, kebanyakan pasien akan mengeluhkan nyeri bila mendapat pembebanan, nyeri

tekan di inguinal dan nyeri bila pinggul digerakkan.

Standar pemeriksaan radiologi untuk fraktur kolum femur adalah rontgen pinggul dan

pelvis anteroposterior dan cross-table lateral.

Klasifikasi fraktur kolum femur menurut Garden’s adalah sebagai berikut :

a. Grade I : Fraktur inkomplit ( abduksi dan terimpaksi)

b. Grade II : Fraktur lengkap tanpa pergeseran

c. Grade III : Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian (varus malaligment)

d. Grade IV : Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian segmen yang

bersinggungan

35

Page 36: Case Report Dr David- Novi

Klasifikasi Garden’s untuk Fraktur Kolum FemurKlasifikasi Pauwel’s untuk fraktur kolum

femur juga sering digunakan. Klasifikasi ini berdasarkan atas sudut yang dibentuk oleh garis

fraktur dan bidang horizontal pada posisi tegak.

a. Tipe I : garis fraktur membentuk sudut 30° dengan bidang horizontal pada posisi tegak

b. Tipe II : garis fraktur membentuk sudut 30-50° dengan bidang horizontal pada posisi

tegak

c. Tipe III: garis fraktur membentuk sudut >50° dengan bidang horizontal pada posisi

tegak

Klasifikasi Pauwel’s untuk Fraktur Kolum Femur

Fraktur Subtrochanter Femur

Faktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter minor, dibagi dalam

beberapa klasifikasi tetapi yang lebih sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi

Fielding & Magliato, yaitu :

36

Page 37: Case Report Dr David- Novi

- tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor

- tipe 2 : garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor

- tipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanterminor

Fraktur Batang Femur/ Diafisis femur

Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan lalu

lintas dikota kota besar atau jatuh dari ketinggian, patah pada daerah ini dapat menimbulkan

perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam shock, salah satu

klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan

daerah yang patah. Dibagi menjadi :

1. Tertutup

2. Terbuka, ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang patah

dengan dunia luar dibagi dalam tiga derajat, yaitu ;

Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil, biasanya

diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam menembus keluar.

Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm) luka ini disebabkan karena benturan dari

luar.

Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak banyak

yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah)

Gambaran Klinis

Penderita pada umumnya dewasa muda. Ditemukan pembengkakan dan deformitas pada

tungkai atas berupa rotasi eksterna dan pemendekan tungkai dan mungkin datang dalam

keadaan schok.

Penatalaksanaan

4. Terapi konservatif

- Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan terapi definitif

untuk mengurangi spasme otot

37

Page 38: Case Report Dr David- Novi

- Traksi tulang berimbang dengan bagian Pearson pada sendi lutut. Indikasi traksi

terutama yang bersifat kominutif dan segmental.

- Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah terjadi union fraktur secara klinis

5. Terapi operatif

- Pemasangan plate and screw terutama pada fraktur proksimal dan distal femur

- Mempergunakan K-nail, AO-nail atau jenis-jenis lain baik dengan operasi tertutup

ataupun terbuka. Indikasi K-nail, AO-nail terutama pada fraktur diafisis.

- Fiksasi eksternal terutama pada fraktur segmental, fraktur kominutif, infected

pseudoartrosis atau fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat.

Fraktur Supracondyler Femur

Fraktur supracondyler fragment bagian distal selalu terjadi dislokasi ke posterior, hal ini

biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot – otot gastrocnemius, biasanya

fraktur supracondyler ini disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan tinggi

sehingga terjadi gaya axial dan stress valgus atau varus dan disertai gaya rotasi.

Fraktur Intercondylair

Biasanya fraktur intercondular diikuti oleh fraktur supracondular, sehingga umumnya

terjadi bentuk T fraktur atau Y fraktur.

Fraktur Condyler Femur

Mekanisme traumanya biasa kombinasi dari gaya hiperabduksi dan adduksi disertai

dengan tekanan pada sumbu femur keatas.

Fraktur Suprakondiler Femur Dan Fraktur Interkondiler 

Daerah suprakondiler adalah daerah antara batas proksimal kondilus femur dan batas

metafisis dengan diafisis femur. Fraktur suprakondiler femur sering bersama-sama

38

Page 39: Case Report Dr David- Novi

dengan fraktur interkondiler yang memberikan masalah pengelolaan yang lebih

kompleks.

Klasifikasi menurut Neer, Grantham, Shelton (1967) :

Tipe I: fraktur suprakondiler dan kondiler bentuk T.

Tipe IIA: fraktur suprakondiler dan kondiler dengan sebagian metafisis (bentuk Y).

Tipe II: sama seperti IIA tetapi bagian metafisis lebih kecil.

Tipe III: fraktur suprakondiler komunitif dengan fraktur kondiler yang tidak total.

39

Page 40: Case Report Dr David- Novi

DAFTAR PUSTAKA

1. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: PT. Yarsif Watampone. 2007. 355-71;

429-45.

2. Brinker. Review of Orthopaedic Trauma, Pennsylvania: Saunders Company, 2001.53-63.

2. Fizuhri SB. Uji Banding Penggunaan Skrew Paralel pada Fraktur Colum Femur: Sebuah

Studi Biomekanika. Available at: http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/ detail.jsp?

id=107838&lokasi=lokal. Accessed on: March 1, 2012.

3. Apley AG, Solomon L. Apley’s System of Orthopaedics Fractures.

ButterworthHeinemann, 1993. 364-374.

4. Anonim. Femur. Available at: http://www.answer.com/library/sport%20science%20and

%20 medicine-cid.29334. Accesed on: March 3, 2012

5. Penyembuhan tulang. Available at: http://prastiwisp.wordpress.com/2010/07/08/proses-

penyembuhan-dan-pertumbuhan-tulang-komposisi-tulang/. Accesed on: February 29, 2012

40