Case Report Derry
-
Upload
dwi-tantri-sp -
Category
Documents
-
view
95 -
download
1
Transcript of Case Report Derry
BAB I
PENDAHULUAN
Karsinoma buli – buli merupakan 2% dari seluruh keganasan, dan merupakan
keganasan kedua terbanyak pada sistem urogenitalia setelah karsinoma prostat. Tumor ini
dua kali lebih sering menyerang pria daripada wanita. Di daerah industri kejadian tumor
ini meningkat tajam.
Tumor ganas kandung kemih sekitar 90% adalah karsinoma sel transisional dan
10% adalah ca skuamosa dan jarang sekali adenokarsinoma yang berasal dari jaringan
urakus. Di daerah sistoma dapat menyebabkan kanker skuamosa. Kanker kandung kemih
dapat berupa kapiler, noduler, ulseratif atau infiltratif. Derajat keganasan ditentukan oleh
tingkat diferensiasi dan penetrasi ke dalam dinding atau jaringan sekitar kandung kemih.
Epitel transisional terdiri dari 4-7 lapisan sel epitel, ketebalan lapisan tergantung dari
tingkat distensi kandung kemih. Adapun yang berperan dalam masalah ini adalah sel
basal, sel intermediate, sel superficial, inilah yang akan menutupi sel intermediate,
bergantung pada apakah kandung kemih dalam keadaan distensi atau tidak.
Setiap tahun, lebih dari 73.000 kasus baru dilaporkan di Eropa dan lebih dari
56.000 kasus baru di Amerika Serikat. Sebuah persentase dasar dari para penderita
penyakit ini…..Bila terjaid metastase, rata – rata ketahanan hidup penderita mencapai 1
tahun. Untuk meningkatkan angka ketahanan hidup, usaha intensif sejak dua dekade lalu
difokuskan pada pengembangan regimen kemoterapi untuk penderita penyakit ini, baik
pada saat perioperatif dan pada penyakit yang lanjut (Waxman, 2007).
Transitional cell carcinoma (TCC) of the urinary bladder is the second most common
genitourinary malignancy. Each year, over 73,000 new cases are reported in Europe and
over 56,000 new cases in the United States. A substantial percentage of these patients
develop metastases despite initial management for presumed localized disease, whereas
others have metastases at the time of presentation.Once metastasis occurs, the median
survival for patients with TCC is approximately 1 year. To improve this poor survival
rate, intense efforts over the past two decades have focused on the development of active
1
chemotherapeutic regimens for use in this disease, both in the perioperative setting and in
the setting of advanced disease.( Waxman, Jonathan. 2007. Urological Cancers in Clinical
Practice. Springer : London)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
EPIDEMIOLOGY
ETIOLOGY AND RISK FACTORS
PATHOLOGY
UROTHELIAL CARCINOMA
ORIGIN AND PATTERNS OF DISSEMINATION OF UROTHELIAL CARCINOMA
NATURAL HISTORY
PROGNOSTIC INDICATORS
DIAGNOSIS
EARLY DETECTION
STAGING
PREVENTION
NONUROTHELIAL TUMORS OF THE BLADDER
NONEPITHELIAL BLADDER TUMORS
2
2.2 Etiologi dan faktor resiko
Keganasan buli – buli terjadi karena induksi bahan karsinogenik yang banyak terdapat di
sekitar kita. Beberapa faktor resiko yang mempermudah seseorang menderita karsinoma
buli – buli adalah :
1. Pekerjaan
Pekerja – pekerja di pabrik kimia (terutama pabrik cat), laboratorium, pabrik
korek api, tekstil, pabrik kulit, dan pekerja pada salon/pencukur rambut sering
terpapar oleh bahan karsinogen berupa senyawa amin aromatik (2-naftilamin,
bensidin, dan 4-aminobifamil).
2. Perokok
Resiko untuk mendapatkan karsinoma buli – buli pada perokok adalah 2 – 6 kali
lebih besar dibandingkan dengan bukan perokok. Rokok mengandung bahan
karsinogen berupa amin aromatik dan nitrosamin.
3. Infeksi saluran kemih
Telah diketahui bahwa kuman – kuman E.Coli dan Proteus spp menghasilkan
nitrosamine yang merupakan zat karsinogen.
4. Kopi, pemanis buatan dan obat – obatan
3
Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan
siklamat, serta pemakaian obat – obat siklofosfamid yang diberikan intravesika,
fenasetin, opium, dan obat anti tuberkulosa INH dalam jangka waktu lama dapat
meningkatkan resiko timbulnya karsinoma buli – buli. (Purnomo)
2.3 Bentuk tumor
Tumor buli – buli dapat berbentuk papiler, tumor non – invasive (in situ), noduler
(infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif. (Purnomo)
2.4 Perjalanan penyakit
Karsinoma buli – buli yang masih dini merupakan tumor supoerfisial. Tumor ini lama –
kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina propria, otot, dan lemak perivesika yang
kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya.
Di samping itu tumor dapat menyebar secara limfogen maupun hematogen. Penyebaran
limfogen menuju kelenjar limfe perivesika, obturator, iliaka eksterna, dan iliaka komunis;
sedangkan penyebaran hematogen paling sering ke hepar, paru – paru, dan tulang.
(Purnomo)
2.5 Jenis histopatologi
Sebagian besar ( + 90% ) tumor buli – buli adalah karsinoma sel transisional. Tumor ini
bersifat multifokal yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel
4
transisional yaitu di pielum, ureter, atau uretra posterior, sedangkan jenis yang lainnya
adalah karsinoma sel skuamosa ( + 10% ) dan adenokarsinoma ( + 2% ) (Purnomo).
2.5.1 Adenokarsinoma
Terdapat 3 grup adenokarsinoma pada buli – buli, di antaranya adalah :
1. Primer terdapat di buli – buli, dan biasanya terdapat di dasar dan di fundus buli –
buli. Pada beberapa kasus sistitis glandularis kronis dan ekstrofia vesika pada
perjalanannya lebih lanjut dapat mengalami degenerasi menjadi adenokarsinoma
buli – buli.
2. Urakhus persisten (yaitu merupakan sisa duktus urakhus) yang mengalami
degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
3. Tumor sekunder yang berasal dari fokus metastasis dari organ lain, di antaranya
adalah : prostat, rectum, ovarium, lambung, mamma, dan endometrium.
Prognosis adenokarsinoma buli – buli sangat jelek (Purnomo).
2.5.2 Karsinoma Sel Skuamosa
Karsinoma sel skuamosa terjadi karena rangsangan kronis pada buli – buli sehingga sel
epitelnya mengalami metaplasia berubah menjadi ganas. Rangsangan kronis itu dapat
terjadi karena : infeksi saluran kemih kronis, batu buli – buli, kateter menetap yang
dipasang dalam jangka waktu lama, infestasi cacing Schistosomiasis pada buli – buli, dan
pemakaian obat – oabatan siklofosfamid secara intravesika (Purnomo).
2.6 Gambaran klinis
The most common presenting symptom of bladder cancer is painless
hematuria, which occurs in about 85% of patients ( Varkarakis et al, 1974 ). In reality,
5
nearly all patients with cystoscopically detectable bladder cancer have at least
microhematuria if enough urin samples are tested ( Messing and Valencourt, 1990 ).
However, hematuria is often quite intermittent so that a negative result on one or two
specimens has little meaning in ruling out the presence of bladder cancer ( Messing and
Reznikoff, 1987 ; Messing and Valencourt, 1990 ). Thus, if a patient in the bladder
cancer age range has unexplained hematuria on a urin specimen (either microscopically
or grossly evident) and a “confirmatory” second specimen is free of any hematuria,
cystoscopic examination is still usually warranted ( Messing, 1987 ; Messing et al, 1992 ;
Khadra et al, 2000 ; Messing, 2000 ). Others have disagreed with this recommendation,
suggesting a confirmatory microscopic urinalysis be done ( Khan et al, 2002 ), but
genders, age breakdowns, associated symptoms, and other characteristics were absent
from their report. It is likely that several urin specimens must be negative if one is to
safely forego cystoscopy. Moreover, in individuals older than age 60 or younger people
with smoking or other significant exposures, a very low threshold for performing
cystoscopy is warranted. Of concern is that in two recent reports from Sweden and the
United States, over 70% of patients with bladder cancer had macroscopic hematuria as
their presenting finding rather than having their tumors detected during the evaluation of
asymptomatic microhematuria ( O'Donnell et al, 2004 ; Boman et al, 2002b ).
Perlu diwaspadai jika seorang pasien datang dengan mengeluh hematuria yang
bersifat 1. tanpa disertai nyeri (painless), 2. kambuhan (intermittent), dan 3. terjadi pada
seluruh proses miksi (hematuria total). Meskipun seringkali karsinoma buli – buli tanpa
disertai gejala disuri, tetapi pada karsinoma in situ atau karsinoma yang sudah
mengadakan infiltrasi luas tidak jarang menunjukkan gejala iritasi buli – buli.
Hematuria dapat menimbulkan retensi bekuan darah sehingga pasien datang
meminta pertolongan karena tidak dapat miksi. Keluhan akibat penyakit yang telah lanjut
berupa gejala obstruksi saluran kemih bagian atas atau edema tungkai. Edema tungkai ini
disebabkan karena adanya penekanan aliran limfe oleh massa tumor atau oleh kelenjar
limfe yang membesar di daerah pelvis (Purnomo).
6
2.7 Derajat Invasi Tumor (Stadium)
Penentuan derajat invasi tumor berdasarkan sistem atau berdasarkan penentuan stadium
dari Marshall.
Tabel 1. Stadium karsinoma buli – buli sesuai sistem TNM dan stadium menurut
Marshall (Purnomo).
TNM Marshall Uraian
Tis
Ta
T1
T2
T3a
T3b
T4
N1 – 3
M1
0
0
A
B1
B2
C
D1
D1
D2
Karsinoma in situ
Tumor papilari non invasif
Invasi submukosa
Invasi otot superfisial
Invasi otot profunda
Invasi jaringan lemak prevesika
Invasi ke organ sekitar
Metastasis ke limfonudi regional
Metastasis hematogen
7
2.8 Palpasi Bimanual
Palpasi bimanual dikerjakan dengan narkose umum (supaya otot buli – buli relaks) pada
saat sebelum dan sesudah reseksi tumor TUR buli – buli. Jari telunjuk kanan melakukan
colok dubur atau colok vagina sedangkan tangan kiri melakukan palpasi buli – buli di
daerah suprasimfisis untuk memperkirakan luas infiltrasi tumor (T).
2.9 Laboratorium
Selain pemeriksaan laboratorium rutin, diperiksa pula : 1. sitologi urin yaitu pemeriksaan
sel – sel urotelium yang terlepas bersama urin, 2. antigen permukaan sel (cell surface
antigen), dan flow cytometri yaitu mendeteksi adanya kelainan kromosom sel – sel
urotelium.
2.10 Diagnosa
Pemeriksaan IVP dapat mendeteksi adanya tumor buli – buli berupa filing defect
dan mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada di ureter atau pielum.
Didapatkannya hidroureter atau hidronefrosis merupakan salah satu tanda adanya
8
infiltrasi tumor ke ureter atau muara ureter. CT scan atau MRI berguna untuk
menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya.
Pemeriksaan air kemih menunjukkan adanya darah dan sel-sel kanker. Sistografi atau
urografi intravena bisa menunjukkan adanya ketidakteraturan pada garis luar dinding
kandung kemih. USG, CT scan atau MRI bisa menunjukkan adanya kelainan dalam
kandung kemih.
Sistoskopi dilakukan untuk melihat kandung kemih secara langsung dan mengambil
contoh jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik. Kadang sistoskopi digunakan untuk
mengangkat kanker.
2.11 Terapi
Tindakan yang pertama kali dilakukan pada pasien karsinoma buli – buli adalah reseksi
buli – buli transuretra atau TUR buli – buli. Pada tindakan ini dapat sekaligus ditentukan
luas infiltrasi tumor. Terapi selanjutnya tergantung pada stadiumnya, antara lain 1. Tidak
perlu terapi lanjutan akan tetapi selalu mendapat pengawasan yang ketat atau wait and
9
see, 2. Instilasi intravesika dengan obat – obat Mitomisin C, BCG, 5-Fluoro Uracil,
Siklofosfamid, Doksorubisin, atau dengan Interferon, 3. Sistektomi radikal, parsial, atau
total, 4. Radiasi eksterna, dan 5. Terapi ajuvan dengan kemoterapi sistemik antara lain
regimen Sisplatinum-Siklofosfamid dan Adriamisin (Cis C A).
2.12 Diversi urin
Sistektomi radikal adalah pengangkatan buli – buli dan jaringan sekitarnya (pada pria
berupa sistoprostatektomi) dan selanjutnya aliran urin dari ureter dialirkan melalui
beberapa cara diversi urin, antara lain :
1. Ureterosigmoidostomi: yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke dalam
sigmoid. Cara ini sekarang tidak banyak dipakai lagi karena banyak menimbulkan
penyulit.
2. Konduit usus: yaitu mengganti buli – buli dengan ileum sebagai penampung urin,
sedangkan untuk mengeluarkan urin dipasang kateter menetap melalui sebuah
stoma. Konduit ini diperkenalkan oleh Bricker pada tahun 1950 dan saat ini tidak
banyak dikerjakan lagi karena tidak praktis.
3. Diversi urin kontinen: yaitu mengganti buli – buli dengan segmen ileum dengan
membuat stoma yang kontinen (dapat menahan urin pada volume tertentu). Urin
kemudian dikeluarkan melalui sebuah stoma dengan melakukan kateterisasi
mandiri secara berkala. Cara diversi urin ini yang terkenal adalah cara Kock
pouch dan Indiana pouch.
4. Diversi urin Orthotopic: adalah membuat neobladder dari segmen usus yang
kemudian dilakukan anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa lebih fisiologis
untuk pasien, karene berkemih melalui uretra dan tidak memakai stoma yang
dipasang di abdomen. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Camey dengan
berbagai kekurangannya dan kemudian disempurnakan oleh Studer dan
Hautmann.
Kontrol berkala
10
Semua pasien karsinoma buli – buli harus mendapatkan pemeriksaan secara berkala, dan
secara rutin dilakukan pemeriksaan klinis, sitologi urin serta sistoskopi. Jadwal
pemeriksaan berkala itu pada : 1. Tahun I dilakukan setiap 3 bulan sekali, 2. Tahun II
setiap 4 bulan sekali, dan 3. Tahun III dan seterusnya: setiap 6 bulan sekali.
Tabel 2. Alternatif terapi setelah TUR buli – buli (Purnomo).
Stadium Tindakan
Superfisial
(Stadium 0 – A)
Invasif
(Stadium B – C – D1)
Metastasis
(stadium D2)
TUR Buli / fulgurasi
Instilasi intravesika
TUR Buli
Sistektomi atau radiasi
Ajuvantivus kemoterapi
Radiasi paliatif
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 STATUS PASIEN MRS : Kamis, 23 April 2009 Waktu Pemeriksaan : Jumat, 24 April 2009
11
Bangsal : Cempaka
Identitas : Nama : Ny. TS (Titis Sulistyani) Usia : 49 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl. Bung Tomo Gg.Swadaya RT.18 Kel. Sei Keledang Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : - Agama : Islam Suku : -
3.2 HASIL ANAMNESA1. Keluhan Utama
Kencing berdarah
2. Riwayat penyakit sekarangHematuri 4 tahun yang lalu, hilang 3 tahun yang lalu. Post operasi tumor kandungan. Nyeri akhir BAK, frekuensi BAK meningkat pagi atau malam hari. Tidak berobat ke puskesmas. MRS 3x. Nyeri saat menahan kencing ( - ). Sistoskopi tumor kandung kemih, CT Scan perut.
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat penyakit keluarga
3.3 HASIL PEMERIKSAAN FISIK
1. Status generalisata Keadaan Umum : Compos mentis
BB= Kg TB = cm Tanda Vital :
o Tekanan darah :160/80 mmHg
o Nadi : 88 x/menit
12
o Pernafasan : 20 x/menit
o Suhu : 36,8 0C
Kepala : Anemis (-/-), ikterik (-/-), sianosis(-)
Leher : Deviasi trachea (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thoraks :
Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan simetris
Palpasi : Fremitus vokal teraba kiri=kanan
Perkusi : Sonor kiri=kanan
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi (+/+), whezzing
(-/-), S1 S2 tunggal, reguler.
Regio thorakalis posterior : Lihat status lokalis.
Abdomen :
Inspeksi : Flat, distensi (-)
Palpasi : Sufel, nyeri tekan (-), organomegali (-)
Perkusi : Timpani, nyeri ketok CVA (-/-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, oedem (-/-)
13
Status lokalis
Flank Area : massa (?), Bulging (?), Nyeri tekan (?), Nyeri ketok CVA (-/-)
Vesica Urinaria : Ballotement (?), Massa (?), Nyeri tekan (?),
Genetalia Eksterna : edema (-), hiperemi (-)
3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 14 – 4 – 2009
SGOT 20
SGPT 12
Alkali phosphatase 70
Gama GT 12
Bilirubin Total 1
Bilirubin Direk 0,2
Bilirubin Indirek 0,8
Protein Total 7,6
Albumin 4,0
Globulin 3,6
Ureum 21,3
Creatinin 1,2
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 24 – 4 – 2009
SGOT 25
SGPT 25
Alkali phosphatase 56
Gama GT 12
Bilirubin Total 0,7
Bilirubin Direk 0,2
Bilirubin Indirek 0,5
Protein Total 7,4
Albumin 3,8
Globulin 3,6
Ureum 37,4
Creatinin
Leukosit 11.300 K/µL
RBC 3,88 M/µL
14
Hb 11,1 g/dL
HCT 32,9 %
Trombosit 268 K/µL
LED 84
BT 130
CT 8’
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 27 – 4 – 2009
Leukosit 8.700 K/µL
RBC 3,55 M/µL
Hb 9,5 g/dL
HCT 29,8 %
Trombosit 211 K/µL
Kultur Urin
Jumlah kuman : 1.000.000 km/ml/24 jam
Jenis kuman : Klebsiella Sp.
Sensitif : Amikasin, Nitrofurantoin, Meropenem, Fosfomycine
3.5 DIAGNOSA
Suspect Ca Buli
3.6 PENATALAKSANAAN
15
3.7 PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI
3.8 DIAGNOSA AKHIR Ca Buli
3.9 RENCANA TUR Buli
16
BAB IV
ANALISIS KASUS DAN PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
Purnomo, Basuki. . Dasar – dasar Urologi. Sagung Seto : Yogyakarta
Waxman, Jonathan. 2007. Urological Cancers in Clinical Practice. Springer : London