Case Prolaps Uteri123
-
Upload
ahllaqi-f-seiei -
Category
Documents
-
view
10 -
download
4
description
Transcript of Case Prolaps Uteri123
LAPORAN KASUS
SEORANG WANITA 47 TAHUN DENGAN
PROLAPS UTERI
Pembimbing :
dr. Jati Suwantoro, Sp.OG
Disusun Oleh :
Rudolf Fernando Wibowo (406138124)
Susanti (406148083)
KEPANITRAAN KLINIK BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi salah satu syarat menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter di bagian Ilmu Obstetri dan Gynekologi RSUD Kota Semarang.
Nama : Rudolf Fernando Wibowo & Susanti
NIM : 406138124 dan 406148083
Fakultas : Kedokteran Umum
Tingkat : Universitas Tarumanagara Jakarta
Bidang Pendidikan : Ilmu Obstetri dan Gynekologi
Laporan Kasus : Seorang wanita 47 tahun dengan Prolaps Uteri
Pembimbing : dr. Jati S. Sp.OG
Telah Diperiksa dan Disahkan Tanggal Mengetahui :
Pembimbing
dr. Jati S. Sp.OG
BAB I
PENDAHULUAN
Prolapsus alat-alat genitalia dapat disamakan dengan suatu hernia, di mana suatu organ
genitalia turun ke dalam vagina, bahkan bila mungkin ke luar dari liang vagina. Keadaan ini
sebagian besar dikarenakan kelemahan dari otot-otot, fascia dan ligamentum-ligamnetum
penyokongnya. Prolapsus genitalia ini secara umum dapat berupa prolapsus vagina dan atau
prolapsus uteri.
Prolapsus genitalia yang sering ditemukan adalah Pelvic Organ Prolapse (POP) yaitu
prolapsus uteri, uterosistokel, sistokel, atau rektokel. Uretrokel saja jarang terjadi, sedangkan
enterokel lebih sering ditemukan terutama pada pasien-pasien pasca tindakan histerektomi.
Kasus ini sering terdapat pada wanita dengan paritas yang tinggi dan 40% dari mereka
membutuhkan tindakan pengobatan dan kasus ini jarang sekali ditemukan pada seorang wanita
nullipara.
Diperkirakan 50% dari wanita yang telah melahirkan akan menderita prolapsus genitalia
dan hampir 20% kasus ginekologi yang menjalani operasi adalah akibat kasus prolapsus
genitalia. Angka ini akan terus meningkat jumlahnya akibat usia harapan hidup wanita Indonesia
yang terus meningkat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Losif dan Bekazzy (1984) ditemukan hampir
50% wanita terutama wanita pasca menopause yang mengalami prolapsus genitalia mempunyai
masalah urogenital akibat keadaan tersebut, akan tetapi prevalensinya secara pasti sangat sulit
ditentukan dengan tepat. Hal ini disebabkan banyak wanita tersebut yang tidak mau atau merasa
malu, takut ataupun enggan untuk membicarakan masalah–masalah yang dialaminya, bahkan
tabu, baik pada teman, keluarga, tenaga kesehatan, maupun dokter.Oleh karena itu, pengetahuan
dan pemahaman tentang prolapsus urogenital cukup penting sehingga setiap wanita yang
mengalaminya dapat hidup dengan layak tanpa memberikan beban yang berat pada keluarga
maupun pada masyarakat apabila ditatalaksana dengan tepat dan benar sejak dini.
BAB II
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. W Nama suami : Tn. R
Usia : 47 tahun Usia : 52 tahun
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Ngablak Kidul, Desa Muktiharjo
Pedurungan
No. CM : 313769
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Benjolan pada jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poli kandungan dengan keluhan benjolan pada
jalan lahir sejak ± 2 bulan yang lalu. Pertama tama benjolan dirasakan kecil, namun semakin
lama benjolan dirasakan semakin besar dan mengganjal. Benjolan tidak nyeri, dapat bertambah
besar dan mengganjal terutama saat mengejan / jongkok dan keluhan menghilang saat berbaring.
Benjolan dirasakan lunak. 1 bulan SMRS pasien mengeluh keluar flek sedikit sedikit, warna
merah segar. Nyeri perut (-), keputihan (-), BAB normal, BAK kadang nyeri dan tersendat
sendat. Trauma pada panggul disangkal.
Riwayat Haid :
Menarche usia 15 tahun
Lama : 6 hari
Siklus : 28 hari
Riwayat Pernikahan :1x /1986 / ♀20 tahun / ♂ 23 tahun
Riwayat Obsetri P4A0
I. 1987 / ♂ / 2800 gram / Lahir di Bidan / Spontan / Aterm / Sehat
II. 1991 / ♀ / 3000 gram / Lahir di Bidan / Spontan / Aterm / Sehat
III. 1995 / ♀ / 2700 gram / Lahir di Bidan / Spontan / Aterm / Sehat
IV. 2001 / ♂ / 2900 gram / Lahir di RS Panti Wiloso / SC / aterm / sehat
Riwayat Kontrasepsi : kb susuk selama 3 bulan setelah melahirkan anak I
kb steril tahun 2001
Riwayat Gyn : kista (-), mioma (-), abortus (-)
Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi (-), DM (-), asma (-), alergi(-), jantung (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Hipertensi (-), DM (-), asma (-), alergi(-), jantung (-)
III. Pemeriksaan Fisik (22/12/2014)
Status Generalis
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Compos mentis
- Keadaan gizi : Baik
- Tanda-tanda vital : Tekanan darah = 130/80 mmHg
Nadi = 82 x/menit
Pernapasan = 18 x/menit
Suhu = 36,5°C
- Berat badan : 57 kg Tinggi badan : 154 cm
- Kepala : Normosefal, tidak teraba benjolan
- Mata : Konjungtiva anemis -/-
Sklera ikterik -/-
Pupil bulat, isokor, reflex cahaya +/+
- Telinga : Normotia, sekret -/-, serumen -/-
- Hidung : Bentuk normal, sekret -/-
- Mulut dan Tenggorok :
Bibir : tidak sianosis Uvula : di tengah
Faring : tidak hiperemis Lidah : tidak kotor
Tonsil : ukuran T1/T1, tenang, tidak hiperemis
- Leher : Trakea di tengah
Kelenjar tiroid tidak membesar
- KGB :Retroaurikuler, submandibula, cervical, supraclavicula,
aksila,inguinal tidak teraba membesar.
- Payudara : Simetris kanan dan kiri, areola mammae tidak retraksi,
Tak tampak hiperpigmentasi pada areola mammae,
Tidak teraba massa, tanda radang (-), nyeri tekan (-)
-Thoraks :
a. Paru :
Inspeksi : Retraksi (-), bentuk simetris pada saat statis& dinamis
Palpasi : Stem fremitus kanan kiri sama kuat.
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
b. Jantung :
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis.
Palpasi : Ictus cordis teraba, ICS V linea midclavicula sinistra.
Perkusi :
• Batas kiri : di ICS V, Linea midclaviculasinistra
• Batas kanan : Sejajar ICS V, linea midsternal dekstra
• Batas pinggang jantung : di ICS III linea parasternalsinistra
Auskultasi : Bunyi Jantung I/II regular, murmur (-/-) gallop (-/-).
- Abdomen : status obstetrikus
- Anus dan genitalia : Tampak benjolan pada vagina ᶲ 2cm warna merah muda
mengkilat, dapat dimasukkan dengan jari. Nyeri tekan (-)
- Ekstremitas : Akral teraba hangat, tidak terdapat edema pada kedua tungkai
- Neurologis : Tidak tampak adanya defisit neurologis
Status Obstetri
-
Status Ginekologi
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : sikatrik (-), tanda radang (-), dinding perut datar, lineanigra (-) striae
gravidarum (-) perdarahan flek-flek (-), tampak benjolan pada vagina ᶲ 2cm warna merah
muda mengkilat, dapat dimasukkan dengan jari.
Palpasi : Benjolan teraba lunak, mobile, nyeri tekan pada benjolan (-), TFU: 3 jari diatas
simpisis pubis
Inspekulo : (-)
Pemeriksaan Dalam : tidak dilakukan
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal Pemeriksaan : 29/7/2015
HEMATOLOGI HASIL NILAI NORMAL
Hemoglobin 13,0 12 – 16 g / Dl
Hematokrit 39,50 37-47 %
Jumlah Leukosit 11.9 4 .8– 10.8 / µL
Jumlah Trombosit 286 (150 – 400).10^3 / µL
Masa Perdarahan / BT 02 min 00 sec 1-3
Masa Pembukan / CT 08 min 00 sec 5-15
KIMIA KLINIK HASIL NILAI NORMAL
Glukosa Darah Sewaktu 102 70 – 115 mg/dL
Natrium 141.0 134.0 – 147.0 mmol/L
Kalium 4.10 3.50 – 5.20 mmol/L
Kalsium 1.18 1.12 – 1.32 mmol/L
IMUNOLOGI HASIL NILAI NORMAL
HBsAg Negatif Negatif
DIAGNOSIS KERJA
P4A0 U47
Prolaps Uteri grade II
RESUME
Pasien datang ke poli kandungan dengan keluhan benjolan pada jalan lahir sejak ± 2 bulan yang
lalu. Pertama tama benjolan dirasakan kecil, namun semakin lama benjolan dirasakan semakin
besar dan mengganjal. Benjolan tidak nyeri, dapat bertambah besar dan mengganjal terutama
saat mengejan / jongkok dan keluhan menghilang saat berbaring. Benjolan dirasakan lunak. 1
bulan SMRS pasien mengeluh keluar flek sedikit sedikit, warna merah segar. Nyeri perut (-),
keputihan (-), BAB normal, BAK kadang nyeri dan tersendat sendat. Keluhan demam, mual,
muntah disangkal. Riwayat trauma pada panggul disangkal.
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah menderita penyakit seperti ini. Riwayat penyakit
hipertensi, diabetes mellitus, asma, alergi, penyakit jantung disangkal. Tidak ada riwayat penyakit pada
keluarga.
Pemeriksaan Fisik didapatkan:
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Status Gyn
- Fluksus : (-)
- Flour albus : (-)
- Vulva uretra vagina : tidak ada kelainan, dinding vagina licin
- Portio : menonjol pada lunak, ostium uteri externa tertutup,nyeri tekan (-) penipisan (-)
- Corpus uteri : seukuran telur angsa
- Cavum douglas : tidak menonjol
- Adneksa parametrium :
kanan : tidak teraba massa
kiri : tidak teraba massa
Status Obstetri
• TFU : 3 jari diatas simphisis
• DJJ : -
• HIS : -
• Leopold : -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal Pemeriksaan : 29/7/2015
HEMATOLOGI HASIL NILAI NORMAL
Hemoglobin 13,0 12 – 16 g / Dl
Hematokrit 39,50 37-47 %
Jumlah Leukosit 11.9 4 .8– 10.8 / µL
Jumlah Trombosit 286 (150 – 400).10^3 / µL
Masa Perdarahan / BT 02 min 00 sec 1-3
Masa Pembukan / CT 08 min 00 sec 5-15
KIMIA KLINIK HASIL NILAI NORMAL
Glukosa Darah Sewaktu 102 70 – 115 mg/dL
Natrium 141.0 134.0 – 147.0 mmol/L
Kalium 4.10 3.50 – 5.20 mmol/L
Kalsium 1.18 1.12 – 1.32 mmol/L
IMUNOLOGI HASIL NILAI NORMAL
HBsAg Negatif Negatif
Perencanaan:
Rencana terapi
IVFD RL 20 tpm
Inj. Cefotaxim 2 x 1 gr
Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
Rencana rawat inap
Pengawasan keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda perburukan.
Memonitor input dan output cairan.
Memonitor jumlah tetesan infus per menit.
Mencukupi kebutuhan nutrisi
Rencana operatif
Histerektomi
EDUKASI
Menjelaskan kepada keluarga tentang kondisi pasien.
PROGNOSA
Ibu:
Ad vitam : bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Follow up
Pukul Follow up
31/7/2015
06.30
S : benjolan pada jalan lahir
O : KU : baik / compos mentis
Vital Sign
Tekanan darah : 102/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Frekuensi napas : 22 x/menit
Suhu : 36,5 oC
St.internus : dalam batas normal
Benjolan pada vagina (+) flek (-)
A:
P4A0 U48 th
Prolaps Uteri
Pro operasi histerektomi tggl 1 / 8 /2015
P :
Obs KU , TTV
Foto rongent thorax untuk persiapan operasi
Pukul Follow up
1/8/2015
14.00
S : nyeri post op (+), pusing (+)
O : KU : tampak sakit sedang
Vital Sign
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Frekuensi napas : 22 x/menit
Suhu : 36,5 oC
St.internus : dalam batas normal
A:
P4A0 U48 th
post histerektomi a/i prolaps uteri
P :
Obs KU , TTV
Memasangkan bedsite monitor
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi Prolaps Uteri
Prolaps uteri adalah turunnya uterus kedalam introitus vagina
diakibatkan oleh kegagalan atau kelemahan dari ligamentum dan jaringan
penyokong (fasia).[1,8]
3.2 Etiologi
Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan
penyulit, merupakan penyebab prolapsus uteri, dan memperburuk prolaps yang
sudah ada. Faktor-faktor lain adalah tarikan pada janin pada pembukaan belum
lengkap, prasat Crede yang berlebihan untuk mengeluarkan plasenta, dan
sebagainya. Jadi, tidaklah mengherankan bila prolapsus genitalia terjadi segera
sesudah partus atau dalam masa nifas. Asites dan tumor-tumor di daerah pelvis
mempermudah terjadinya prolapsus uteri. Bila prolapsus uteri dijumpai pada
nulipara, faktor penyebabnya adalah kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan
3.3 Klasifikasi Prolaps Uteri
Mengenai istilah dan klasifikasi prolapsus uteri terdapat perbedaan
pendapat antara ahli ginekologi. Friedman dan Little (1961) mengemukakan
beberapa macam klasifikasi yang dikenal yaitu:[5]
A. Prolapsus uteri tingkat I,dimana serviks uteri turun sampai introitus
vaginae; Prolapsus uteri tingkat II, dimana serviks menonjol keluar dari
introitus vaginae; Prolapsus uteri tingkat III, seluruh uterus keluar dari
vagina, prolapsus ini juga dinamakan prosidensia uteri. [5]
B. Prolapsus uteri tingkat I, serviks masih berada di dalam vagina; Prolapsus
uteri tingkat III, serviks keluar dari introitus vaginae, sedang pada
prosidensia uteri, uterus seluruhnya keluar dari vagina.[5]
C. Prolapsus uteri tingkat I, serviks mencapai introitus vaginae; Prolapsus
uteri tingkat II, uterus keluar dari introitus kurang dari ½ bagian; Prolapsus
uteri tingkat III, uterus keluar dari introitus vaginae lebih dari ½ bagian.[5]
D. Prolapsus uteri tingakat I, serviks mendekati prosessus spinosus; Prolapsus
uteri tingkat II, serviks terdapat antara prosessus spinosus dan introitus
vaginae; Prolapsus uteri tingkat III, serviks keluar dari introitus vaginae.[5]
E. Klasifikasi ini sama dengan klasifikasi D, ditambah dengan prolapsus uteri
tingkat IV (prosidensia uteri).[5]
3.4 Faktor Resiko Prolaps Uteri
1. Multiparitas
Persalinan pervaginam adalah yang paling sering dikutip sebagai faktor
risiko untuk prolaps uteri. Tidak ada kesepakatan apakah itu kehamilan atau
kelahiran itu sendiri yang merupakan predisposisi disfungsi dasar panggul.
Namun, banyak penelitian telah dijelaskan menunjukkan bahwa melahirkan tidak
meningkatkan kecenderungan wanita untuk prolaps uteri. Misalnya, pada studi
Organ Penyokong Panggul (POSST), peningkatan paritas dikaitkan dengan
peningkatan kejadian prolaps (Swift, 2005). Selain itu, risiko prolaps organ pelvis
meningkat 1,2 kali pada persalinan pervaginam. Studi kohort yang dilakukan di
Oxford pada 17.000 wanita untuk membandingkan wanita nulipara dengan wanita
yang telah mengalami dua kali melahirkan, mengalami peningkatan delapan kali
lipat berkunjung ke rumah sakit untuk prolaps organ pelvis.[9]
2. Usia
Seperti dijelaskan sebelumnya, usia lanjut juga terlibat dalam
pengembangan prolaps organ pelvis. Dalam studi POSST, ada 100-persen
peningkatan risiko prolaps untuk setiap dekade kehidupan. Pada wanita berusia 20
sampai 59 tahun, kejadian prolaps organ pelvis berlipat ganda dengan setiap
dekade. Seperti risiko prolaps organ pelvis lainnya, penuaan adalah proses yang
kompleks. Peningkatan insiden mungkin akibat dari penuaan fisiologis dan proses
degeneratif serta hipoestrogenisme.[9]
3. Penyakit jaringan ikat
Wanita dengan gangguan jaringan ikat lebih mungkin untuk
mengembangkan prolaps organ pelvis. Dalam sebuah studi seri kasus kecil,
sepertiga dari wanita dengan sindrom Marfan dan tiga perempat dari wanita
dengan sindrom Ehlers-Danlos melaporkan riwayat prolaps organ pelvis.[9]
4. Ras
Prevalensi perbedaan ras, prolaps organ pelvis telah dibuktikan dalam
beberapa penelitian. Perempuan kulit hitam dan Asia menunjukkan risiko
terendah, sedangkan wanita Hispanik tampaknya memiliki risiko tertinggi.
Meskipun perbedaan kandungan kolagen telah dibuktikan antara ras, perbedaan
ras di tulang panggul juga mungkin memainkan peran. Misalnya, perempuan kulit
hitam lebih sering memiliki lengkungan kemaluan sempit dan panggul android
atau antropoid. Bentuk-bentuk ini adalah pelindung terhadap prolaps organ pelvis
dibandingkan dengan panggul ginekoid khas wanita Kaukasia yang paling.[9]
5. Peninggian tekanan intraabdomen
Peningkatan tekanan intra-abdomen yang kronis diyakini memainkan
peran dalam patogenesis prolas organ pelvis. Kondisi ini dapat sebabkan oleh
obesitas, sembelit kronis, batuk kronis, dan angkat berat berulang-ulang. Sejumlah
penelitian mengidentifikasi obesitas sebagai faktor risiko independen untuk stres
inkontinensia urin (Brown, 1996; Burgio, 1991; Dwyer, 1988). Namun, hubungan
dengan perkembangan prolaps organ pelvis kurang jelas (Hendrix, 2002; Nygaard,
2004). Berkenaan dengan mengangkat, sebuah studi Denmark menunjukkan
bahwa asisten perawat yang terlibat dengan angkat berat berulang berada pada
peningkatan risiko untuk menjalani intervensi bedah untuk prolaps, dengan rasio
odds 1,6 (Jorgensen, 1994). Selain itu, merokok dan penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK) juga telah terlibat dalam pengembangan prolaps organ pelvis,
meskipun sedikit data mendukung hubungan ini (Gilpin, 1989; Olsen, 1997).
Demikian pula, meskipun batuk kronis menyebabkan kenaikan tekanan intra-
abdomen, tidak ada mekanisme yang jelas. Beberapa percaya bahwa senyawa
kimia dalam tembakau yang dihirup dapat menyebabkan perubahan yang
menyebabkan POP daripada batuk kronis sendiri. (Wieslander, 2005).[9]
2.5 Patofisiologi Prolaps Uteri
Normalnya, uterus di fiksasi pada tempatnya oleh otot dan ligamentum
membentuk dasar pelvis. Prolaps uteri terjadi ketika dasar pelvis yaitu otot dan
ligamentum mengalami peregangan, terjadi kerusakan, dan kelemahan sehingga
mereka tidak sanggup untuk menyokong organ pelvis, sehingga uterus dan organ
pelvis lainnya jatuh ke introitus vaginae. Prolaps bisa saja terjadi secara tidak
komplet, atau pada beberapa kasus yang berat, terjadi prolaps yang komplet
sehingga uterus jatuh sampai keluar vagiana.[2]
Gambar 03. Prolaps uteri.[10]
Gambar 04. Anatomi daras panggul.[8]
2.6 Manifestasi Klinis
Gejala sangat berbeda-beda dan bersifat individual. Kadangkala penderita
yang satu dengan prolaps yang cukup berat tidak mempunyai keluhan apapun,
sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan.
Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai:[5]
Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genialia
eksterna.[2]
Rasa sakit di panggul dan pinggang (backache). Biasanya jika penderita
berbaring, keluhan menghilang atau menjadi kurang. [2]
Prolaps uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut:
Å Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita waktu
berjalan dan bekerja. Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan
lecet sampai luka dan dekubitus pada portio uteri.[2]
Å Leukorea karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan
karena infeksi serta luka pada portio uteri.[2]
2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan-keluhan penderita dan pemeriksaan ginekologik umumnya
dengan mudah dapat menegakkan diagnosis prolapsus genitalis. Pasien dengan
prolaps uteri biasanya mengeluhkan adanya benjolan yang keluar dari alat
kelaminnya.[5] Pasien biasanya mengeluhkan:[2]
Rasa berat pada atau rasa tertekan pada pelvis.
Pada saat duduk pasien merasakan ada benjolan seperti ada bola atau
kadang-kadang keluar dari vagina.
Nyeri pada pelvis, abdomen, atau pinggang.
Nyeri pada saat berhubungan.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ginekologi biasanya mudah dilakukan, Friedman dan Little
menganjurkan sebagai berikut; Penderita dalam posisi jongkok disuruh mengejan
dan ditentukan dengan pemeriksaan dengan jari, apakah portio uteri pada posisi
normal atau portio telah sampai introitus vagina, atau apakah serviks uteri sudah
keluar dari vagina. Selanjutnya dengan penderita berbaring dalam posisi litotomi,
ditentukan pula panjangnya serviks uteri. Serviks uteri yang lebih panjang dari
ukuran normal dinamakan elongasio kolli. [5] Berikut adalah stadium untuk prolaps
uteri:[2]
Tabel 01. Lima stadium untuk prolaps.[2,8]
Stadium 0: Tidak ada prolaps. Stadium I: Sebagian besar portio distal mengalami prolaps > 1 cm di atas
himen. Stadium II: Sebagian besar portion distal mengalami prolaps ≤ 1cm di
proksimal atau distal himen. Stadium III: Sebagian besar portio distal mengalami prolaps > 1 cm
dibawah himen tetapi benjolan tidak lebih 2 cm dari panjang vagina. Stadium IV: Prolaps komplet termasuk bagian dari vagina.
Gambar 05. Prolaps uteri saat kehamilan karena peninggian tekananintraabdominal dan prolaps uteri total setelah dilakukan seksiosesarea elektif.[11]
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu banyak membantu. Tes
Papanicolaou (Pap smear sitologi) atau biopsi dapat diindikasikan pada
kasus yang jarang terjadi yang dicurigai karsinoma, meskipun ini harus
ditangguhkan ke dokter perawatan primer atau dokter kandungan.[2]
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG bisa digunakan untuk membedakan prolaps dari
kelainan-kelainan lain.[2]
2.8 Penatalaksanaan Prolaps Uteri
1. Observasi
Derajat luasnya prolaps tidak berkaitan dengan gejala. Mempertahankan
prolaps tetap dalam stadium I merupakan pilihan yang lebih tepat. Beberapa
wanita mungkin lebih memilih untuk mengobservasi lanjutan dari prolaps.
Mereka juga harus memeriksakan diri secara berkala untuk mencari
perkembangan gejala baru atau gangguan (seperti buang air kecil atau buang air
besar terhambat, erosi vagina).[8]
2. Terapi Konservatif
Latihan otot dasar panggul
Latihan ini sangat berguna pada prolaps ringan, terutama yang terjadi pada
pasca persalinan yang belum lewat 6 bulan. Tujuannya untuk menguatkan
otot-otot dasar panggul dan otot-otot yang mempengaruhi miksi. Namun
dari penelitian yang dilakukan oleh Cochrane review of conservative
management prolaps uterus yang diterbitkan pada tahun 2006
menyimpulkan bahwa latiahan otot dasar panggul tidak bukti ilmiah yang
mendukung. Caranya ialah, penderita disuruh menguncupkan anus dan
jaringan dasar panggul seperti biasanya setelah selesai berhajat atau
penderita disuruh membayangkan seolah-olah sedang mengeluarkan air
kencing dan tiba-tiba menghentikkanya. [5,8,9]
Pemasangan pessarium
Pengobatan dengan pessarium sebetulnya hanya bersifat paliatif, yakni
menahan uterus di tempatnya selama pessarium tersebut dipakai. Oleh
karena jika pessarium diangkat, timbul prolaps lagi. Meskipun bukti yang
mendukung penggunaan pessarieum tidak kuat, mereka digunakan oleh
86% dari ginekolog dan 98% dari urogynaecologists. Prinsip pemakaian
pessarium ialah bahwa alat tersebut membuat tekanan pada dinding vagina
bagian atas, sehingga bagian dari vagina tersebut besereta uterus tidak
dapat turun dan melewati vagina bagian bawah. Pessarium yang paling
baik untuk prolaps genitalia ialah pessarium cincin, terbuat dari plastik.
Jika dasar panggul terlalu lemah dapat digunakan pessarium Napier.[5,8]
Tabel 02. Pedoman Pemasangan Pessarium.[5]
Sebagai pedoman untuk mencari ukuran yang cocok, diukur dengan jari jarak antara forniks vagina dengan pinggir atas introitus vagina, ukuran tersebut dikurang 1 cm untuk mendapat diameter dari pessarium yang akan dipakai.
Pessarium diberi zat pelicin dan dimasukkan miring sedikit kedalam vagina. Setelah bagian atas masuk ke dalam vagina, bagian tersebut ditempatkan ke forniks vagina posterior. Kadang-kadang pemasangan pessarium dari plastik mengalami kesukaran.
Apabila pessarium tidak dapat dimasukkan, sebaiknya dipakai pessarium dari karet dengan per didalamnya.
Untuk mengetahui setelah pemasangan, apakah ukuran cocok, penderita
disuruh batuk atau mengejan. Jika pessarium tidak keluar, penderita disuruh jalan-jalan, apabila ia tidak merasa nyeri, pessarium dapat diteruskan.
Pessarium dapat dipakai selama beberapa tahun, asal saja penderita diawasi secara teratur. Periksa ulang sebaiknya dilakukan 2 ± 3 bulan sekali, vagian diperiksa dengan inspekulo untuk menentukan ada tidaknya perlukaan. Pessarium dibersihkan dan dicucihamakan dan kemudian di pasang kembali.
Indikasi penggunaan pessarium: - Kehamilan. - Bila penderita belum siap untuk dilakukan operasi. - Sebagai terapi tes, menyatakan bahwa operasi harus dilakukan. - Penderita menolak untuk dioperasi. - Untuk menghilangkan gejala yang ada, sambil menunggu waktu
operasi dapat dilakukan.
Gambar 06. Jenis-jenis pessarium. A. Cube pessary. B. Gehrung pessary. C.Hodge with knob pessary. D. Regula pessary. E. Gellhorn pessary.F. Shaatz pessary. G. Incontinence dish pessary. H. Ring pessary.I. Donut pessary.[9]
Gambar 08. Cara pemasangan pessarium (A,B dan C) dan cara melepaskannya
(D).[9]
3. Terapi Bedah
Prolaps uteri biasanya disertai dengan prolapsus vagina. Maka, jika
dilakukan pembedahan untuk prolaps uteri, prolaps vagina perlu ditangani pula.
Ada kemungkinan terdapat prolaps vagina yang membutuhkan pembedahan,
padahal tidak ada prolaps uteri atau prolaps uteri yang ada belum perlu dioperasi.
Di Inggris dan Wales pada tahun 2005-2006, 22.274 operasi dilakukan untuk
prolaps vagina. Beberapa literatur melaporkan bahwa dari operasi prolaps rahim,
disertai dengan perbaikan prolaps vagina pada waktu yang sama. Indikasi untuk
melakukan operasi pada prolaps uteri tergantung dari beberapa faktor, seperti
umur penderita, keinginan untuk masih mendapat anak atau untuk
mempertahankan uterus, tingkat prolaps, dan adanya keluhan. Macam-macam
operasi untuk prolaps uterus sebagai berikut:[8]
Ventrofiksasi
Pada wanita yang masih tergolong muda dan masih menginginkan anak,
dilakukan operasi untuk uterus ventrofiksasi dengan cara memendekkan
ligamentum rotundum atau mengikat ligamentum rotundum ke dinding
perut atau dengan cara operasi Purandare.[5]
Operasi Manchester
Pada operasi ini biasanya dilakukan amputasi serviks uteri, dan penjahitan
ligamentum kardinale yang telah dipotong, di muka serviks dilakukan pula
kolporafia anterior dan kolpoperineoplastik. Amputasi serviks dilakukan
untuk memperpendek serviks yang memanjang (elo ngasio kolli).
Tindakan ini dapat menyebabkan infertilitas, abortus, partus prematurus,
dan distosia servikalis pada persalinan. Bagian yang penting dari operasi
Manchester ialah penjahitan ligamentum kardinale di depan serviks karena
dengan tindakan ini ligamentum kardinale diperpendek, sehingga uterus
akan terletak dalam posisi anteversifleksi, dan turunnya uterus dapat
dicegah.[5]
Histerektomi vagina
Operasi ini tepat untuk dilakukan untuk prolaps uterus dalam tingkat
lanjut, dan pada wanita yang telah menopause. Setelah uterus diangkat,
puncak vagina digantungkan pada ligamentum rotundum kanan dan kiri,
atas pada ligamentum infundibulo pelvikum, kemudian operasi akan
dilanjutkan dengan kolporafi anterior dan kolpoperineorafi untuk
mencegah prolaps vagina di kemudian hari.[5]
Kolpokleisis (operasi Neugebauer-Le Fort)
Pada waktu obat-obatan serta pemberian anestesi dan perawatan pra/pasca
operasi belum baik untuk wanita tua yang seksualnya tidak aktif lagi dapat
dilakukan operasi sederhana dengan menjahit dinding vagina depan
dengan dinding vagina belakang, sehingga lumen vagian tertutup dan
uterus terletak di atas vagina. Akan tetapi, operasi ini tidak memperbaiki
sistokel dan retrokel sehingga dapat menimbulkan inkontinensia urinae.
Obstipasi serta keluhan prolaps lainnya juga tidak hilang.[5]
2.9 Komplikasi Prolaps Uteri
Komplikasi yang dapat menyertai prolaps uteri adalah:[5]
Kreatinisasi mukosa vagina dan portio uteri. Prosidensia uteri disertai
dengan keluarnya dinding vagina (inversio); karena itu mukosa vagina dan
serviks uteri menjadi tebal serta berkerut, dan berwarna keputih-putihan.[5]
Dekubitus. Jika serviks uteri terus keluar dari vagina, ujungnya bergeser
dengan paha dan pakaian dalam; hal itu dapat menyebabkan luka dan
radang, dan lambat laun timbul ulkus dekubitus. Dalam keadaan demikian,
perlu dipikirkan kemungkinan karsinoma, lebih-lebih pada penderita
berusia lanjur.[5]
Hipertrofi serviks uteri dan elangasio kolli. Jika serviks uteri turun ke
dalam vagina sedangkan jaringan penahan dan penyokong uterus masih
kuat, karena tarikan ke bawah di bagian uterus yang turun serta
pembendungan pembuluh darah, serviks uteri mengalami hipertrofi dan
menjadi panjang pula. Hal yang terakhir ini dinamakan elongasio kolli.[5]
Kemandulan. Karena serviks uteri turun sampai dekat pada introitus
vaginae atau sama sekali keluar dari vagina, tidak mudah terjadi
kehamilan.[5]
2.10 Prognosis
Sebagian besar wanita (lebih dari 40%) yang mempunyai prolaps derajat
awal biasanya timbul gejala minimal atau tidak terdapat gejala sama sekali.
Latihan otot dasar panggul dapat membantu atau mencegah perburukan prolaps
derajat awal.[12]
DAFTAR PUSTAKA
1. Faraj R, Broome J. Laparoscopic Sacrohysteropexy and Myomectomy forUterine Prolapse: A Case Report and Review of the Literature. Journal ofMedical Case Report 2009. [database on the NCBI]. [cited on September23, 2013]; 02:1402. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2783099/pdf/1752-1947-3-99.pdf.
2. Barsoom RS, Dyne PL. Uterine Prolapse in Emergency Medicine.Medscape Article. [database on the medscape] 2011. [cite on September28, 2013]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/797295-overview#showall.
3. Anhar K, Fauzi A. Kasus Prolapsus Uteri di Rumah Sakit DR. MohammadHoesin Palembang Selama Lima Tahun (1999 ± 2003). DepartemenObstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UniversitasSriwijaya/RSMH Palembang. [database on the internet]. [cited onSeptember 23, 2013]. Available from: http://digilib.unsri.ac.id/download/KASUS%20PROLAPSUS%20UTERI%20DI%20RUMAH%20SAKIT%20DR_%20MOHMMAD%20HOESIN.pdf.
4. Detollenaere RJ, Boon J, Stekelenburg J, Alhafidh AH, Hakvoort RA, etal. Treatment of Uterine Prolapse Stage 2 or Higher: A RandomizedMulticenter Trial Comparing Sacrospinnosus Fixation with VaginalHysterectomy (SAVE U Trial). BMC Womens Health Journals 2011.[database on the NCBI]. [cited on September 23, 2013]; 02:1402.Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3045971/pdf/1472-6874-11-4.pdf.
5. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kandungan. EdisiKedua, Cetakan Ketujuh. Jakarta: PT Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo. 2009. Hal: 9-11,432,433,436,437
6. Anatomy of uterine [image on the Gray’s Anatomy Student Consult 20102010. [cited on September 27, 2013]. Available from:http://www.studentconsult.com/bookshop/chome/default.cfm?shortcut=anatomy.
7. Standring S, Ellis H, Healy JC, Johnson D, Williams A, et al. Gray’ssAnatomy: The Anatomical Basis of Clinical Practice. 39th Edition.[textbook of Anatomy]. Elsevier Churchill Livingstone: 2008.
8. Doshani A, Teo R, Mayne CJ, Tincello DG. Uterine Prolapse. ClinicalReview 2007. [database on the NCBI]. [cited on September 23, 2013];335:819-823. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2034734/pdf/bmj-335-7624-cr-00819.pdf .
9. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD,Cunningham FG. Williams Gynecology. The McGraw-Hill Companies.2008.
10. Pelvic Organ Prolaps; A Guide for Women. InternationalUrogynecological Association 2011. [article in the internet]. [cited onSeptember 27, 2013]; 335:819-823. Available from:http://c.ymcdn.com/sites/www.iuga.org/resource/resmgr/brochures/eng_pop.pdf.
11. Vita DD, Giordano S. Two Succesful Natural Pregnancies in a Patientwith Severe Uterine Prolapse: A Case Report. J Med Case Report 2011.[database on the NCBI]. [cite on September 28, 2013]. Available from:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3180421/ .
12. Pelvic Organ Prolaps; A Guide for Women. InternationalUrogynecological Association 2011. [article in the internet]. [cited onSeptember 27, 2013]; 335:819-823. Available from:http://c.ymcdn.com/sites/www.iuga.org/resource/resmgr/brochures/eng_pop.pdf .