case parkinson

24
TINJAUAN PUSTAKA I. DEFINISI Penyakit Parkinson adalah gangguan neurodegeratif yang progresif dari sistem saraf pusat. Penyakit Parkinson merupakan gejala kompleks yang dimanifestasikan oleh 6 tanda utama tremor saat beristirahat, kekakuan, bradikinesia-hipokinesia, posisi tubuh fleksi, kehilangan refleks postural, freezing phenomena. Secara patologis penyakit Parkinson ditandai oleh degenerasi neuron-neuron berpigmen neuromelamin, terutama di pars kompakta substansia nigra yang disertai inklusi sitoplasmik eosinofilik(Lewy bodies), atau disebut juga Parkinsonisme idiopatik atau primer. Sedangkan Parkinsonisme adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks postural, atau disebut juga sindrom Parkinsonisme. II. EPIDEMIOLOGI Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurologis yang mengenai sekitar 1% dari kelompok usia si atas 50 tahun dan sekitar 2% dari mereka yang berusia lebih dari 70 tahun. Penyakit lebih sering pada usia di antara 50-59 tahun dan jarang bermula sebelum 30 tahun atau setelah usia 80 tahun.

description

Penyakit Parkinson adalah gangguan neurodegeratif yang progresif dari sistem saraf pusat. Penyakit Parkinson merupakan gejala kompleks yang dimanifestasikan oleh 6 tanda utama tremor saat beristirahat, kekakuan, bradikinesia-hipokinesia, posisi tubuh fleksi, kehilangan refleks postural, freezing phenomena. Secara patologis penyakit Parkinson ditandai oleh degenerasi neuron-neuron berpigmen neuromelamin, terutama di pars kompakta substansia nigra yang disertai inklusi sitoplasmik eosinofilik(Lewy bodies), atau disebut juga Parkinsonisme idiopatik atau primer.Sedangkan Parkinsonisme adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks postural, atau disebut juga sindrom Parkinsonisme.

Transcript of case parkinson

Page 1: case parkinson

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Penyakit Parkinson adalah gangguan neurodegeratif yang progresif dari sistem

saraf pusat. Penyakit Parkinson merupakan gejala kompleks yang dimanifestasikan

oleh 6 tanda utama tremor saat beristirahat, kekakuan, bradikinesia-hipokinesia,

posisi tubuh fleksi, kehilangan refleks postural, freezing phenomena. Secara patologis

penyakit Parkinson ditandai oleh degenerasi neuron-neuron berpigmen

neuromelamin, terutama di pars kompakta substansia nigra yang disertai inklusi

sitoplasmik eosinofilik(Lewy bodies), atau disebut juga Parkinsonisme idiopatik atau

primer.

Sedangkan Parkinsonisme adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor

waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks postural, atau disebut

juga sindrom Parkinsonisme.

II. EPIDEMIOLOGI

Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurologis yang mengenai sekitar 1%

dari kelompok usia si atas 50 tahun dan sekitar 2% dari mereka yang berusia lebih

dari 70 tahun. Penyakit lebih sering pada usia di antara 50-59 tahun dan jarang

bermula sebelum 30 tahun atau setelah usia 80 tahun.

III. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

Penyebab penyakit Parkinson belum diketahui secara pasti, namun terdapat

berbagai dugaan diantaranya infeksi virus yang non konvensional (belum diketahui)

dan reaksi abnormal terhadap virus yang sudah umum. namun dari penelitian

eksperimental faktor lingkungan memiliki peranan penting terjadinya penyakit

Parkinson. Resiko Parkinson meningkat pada pemaparan pestisida (paraquat,

organoklorin, karbamat), pemaparan pada logam (timbal dengan besi, besi dengan

tembaga).

Pada penelitian meta-analisi terhadap 44 penelitian kasus kontrol dan 4

penelitian kohort (Herman dkk, 2002) mengemukakan didapatkan bukti yang kuat

Page 2: case parkinson

bahwa perokok mempunyai resiko yang lebih rendah untuk mendapatkan penyakit

Parkinson. Resiko mantan perokok yaitu 0,80% dan yang masih merokok 0,39%

dibanding mereka yang bukan perokok. Minum kopi juga memberikan lindungan

terhadap penyakit Parkinson dibanding mereka yang bukan peminum kopi yaitu

0,69%.

Hipotesis radikal bebas

Diduga bahwa oksidasi enzimatik dari dopamin dapat merusak neuron

nigrostriatal, karena proses ini menghasilkan hidrogen peroksid dan radikal-oksi

lainnya. Walaupun ada mekanisme pelindung untuk mencegah kerusakan dari stres

oksidatif, namun pada usia lanjut mungkin mekanisme ini gagal.

Hipotesis neurotoksin

Diduga bahwa satu atau lebih macam zat neurotoksin berperan dalam proses

neurodegenerasi pada Parkinson. Sebagai contoh dikemukakan kemampuan zat

MPTP ( I-methyl-4phenyl-1,2,3,6-tetrahydroperidine ) atau toksin sejenis MPTP yang

secara selektif toksik terhadap substansia nigra dan lokus seruleus dan mencetus

sindrom yang serupa sengan Parkinson pada manusia.

IV. KLASIFIKASI

Parkinson dapat dibagi atas 3 bagian besar :

1. Primer atau paralisis agitans

Bentuk sindrom Parkinson yang kronis yang paling sering dijumpai yang disebut

juga paralisis agitans. Kira-kira 7-8 kasus Parkinson termasuk jenis ini.

2. Sekunder atau simptomatis

Dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain seperti tuberkulosis,

sifilis meningovaskuler, iatrogenik atau drug induced, misalnya golongan

fenotiazin, reserpin, tetrabenazin dan lain-lain, misalnya perdarahan serebral

petekial pasca trauma yang berulang-ulang pada petinju, infark lakuner, tumor

serebri, hipoparatiroid dan kalsifikasi.

3. Parkinson plus / sindrom paraparkinson

Gejala Parkinson hanya merupakan sebagian dari gambaran penyakit keseluruhan.

Page 3: case parkinson

V. PATOFISIOLOGI

Gejala utama sindrom Parkinson ialah bradikinesia, rigiditas, dan tremor yang

sebagian disebabkan oleh tidak seimbangnya aktivitas sistem motor alfa dengan

motor gamma. Didapatkan depresi aktivitas gamma dan peningkatan aktivitas alfa.

Saat ini belum dapat diungkapkan dengan baik bagaimana berkurangnya dopamin di

striatium dapat menyebabkan tremor, rigiditas, dan akinesia. Ganglia basal berfungsi

untuk menyusun rencana neurofisiologi yang dibutuhkan dalam melakukan gerakan

dan bagian yang diperankan oleh serebelum ialah mengevaluasi informasi yang

didapat sebagai umpan balik mengenai pelaksanaan gerakan.

Tugas primer dari ganglia basal adalah mengumpulkan program untuk

gerakan, sedangkan serebelum memonitor dan melakukan pembetulan kesalahan

yang terjadi sewaktu program gerakan diimplementasikan. Salah satu gambaran dari

gangguan ekstrapiramidal ialah gerakan involuntar.

Dasar patologinya mencakup lesi di ganglia basal (kaudatus, putamaen,

palidum, nukleus subtalamus) dan batang otak (substansia nigra, nukleus rubra, lokus

seruleus). Secara sederhana penyakit atau kelainan sistem motorik dapat dibagi

sebagai berikut :

1. Piramidal : kelumpuhan disertai reflek tendon yang meningkat dan reflek

superfisial yang abnormal.

2. Ekstrapiramidal : didominasi oleh adanya gerakan-gerakan involuntar.

3. Serebelar : adanya ataksia, walaupun sensasi propioseptif normal, sering disertai

nigtasmus.

4. Neuromuskular : kelumpuhan, sering disertai atrofi otot dan reflek tendon yang

menurun.

VI. GAMBARAN KLINIK

Gejala yang didapatkan pada sindrom Parkinson :

1. Tremor

Biasanya merupakan gejala pertama pada paralisis agitans. Tremor

biasanya bermula pada satu ekstremitas atas dan kemudian melibatkan

ekstremitas bawah pada sisi yang sama. Beberapa waktu kemudian sisi lainnya

Page 4: case parkinson

juga terlibat dengan urutan yang serupa. Kepala, bibir dan lidah sering tidak

terlibat atau terlibat pada stadium penyakit yang lanjut. Frekuensi tremor

Parkinson berkisar antara 4-7 gerakan per menit. Tremor terutama timbul bila

penderita dalam keaadan istirahat dan dapat ditekan untuk sementara bila

ekstremitas digerakkan. Tremor menjadi bertambah hebat dalam keadaan emosi

dan menghilang bila tidur.

2. Rigiditas

Pada stadium dini, rigiditas otot terbatas pada satu ekstremitas atas, dan

hanya terdeteksi pada gerakan pasif. Biasanya lebih jelas bila peradangan di fleksi

dan ekstensi secara pasif dan pronasi supinasi lengan bawah secara pasif. Pada

stadium lanjut, rigiditas menjadi menyeluruh dan berat sehingga memberikan

tahanan bila persendian-persendian digerakkan secara pasif. Rigiditas merupakan

peningkatan jawaban terhadap regangan otot pada otot antagonis dan agonis.

Salah satu gejala dini dari rigiditas adalah hilangnya gerak asosiasi lengan bila

berjalan. Meningkatnya tonus otot pada sindroma Parkinson disebabkan oleh

meningkatnya aktivitas neuron motorik alfa.

3. Bradikinesia

Pada bradikinesia, gerakan voluntar manjadi lamban dan memulai suatu

gerakan yang sulit. Didapatkan berkurangnya gerak asosiatif bila berjalan. Sulit

untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lamban mengenakan pakaian,

lambat mengambil suatu objek. Ekspresi atau mimik muka berkurang (seolah

muka topeng ). Bila berbicara gerakan lidah dan bibir menjadi lambat. Gerak

halus sewaktu menulis atau mengerjakan benda-benda berukuran kecil menjadi

sulit dan menghilang. Bradikinesia merupakan hasil akhir dari ganguan integrasi

pada impuls optik, propiosptik, dan impuls sensorik lainnya di ganglia basal. Ini

mengakibatkan berubahnya aktivitas refleks yang mempengaruhi neuron motorik

gamma dan beta.

4. Wajah Parkinson

Bradikinesia menyababkan ekspresi serta mimik muka berkurang. Muka

menjadi seperti topeng. Kedipan mata berkurang. Disamping itu, muka seperti

Page 5: case parkinson

berminyak dan ludah sukar keluar dari mulut karena berkurangnya gerak menelan

ludah.

5. Mikrografia

Bila tangan yang dominan yang terlibat, maka tulisan tangan secara

gradual menjadi kecil dan rapat. Pada beberapa kasus. Hal ini merupakan gejala

dini.

6. Sikap Parkinson

Bradikinesia mengakibatkan langkah menjadi kecil yang khas pada

penyakit Parkinson. Pada stadium yang lebih lanjut, sikap penderitadalam fleksi,

kepala difleksi ke dada, bahu membengkok ke depan, dan lengan tidak

melengkung ketika berjalan.

7. Bicara

Rigiditas dan bradikinesia otot pernapasan, pita suara, otot faring, lidah

dan bibir mengakibatkan bicara atau pengucapan kata-kata yang monoton dengan

volume kecil. Pada beberapa kasus suara mengurang sampai berbentuk suara

bisikan yang dalam.

8. Disfungsi autonom

Dapat terjadi karena berkurangnya secara progresif sel-sel neuron di

ganglia simpatis. Ini mengakibatkan keringat berlebihan, air ludah berlebihan,

ganguan spingter, terutama inkontinensia dan hipotensi ortostatik.

9. Demensia

Penderita penyakit parkinson idiopatik banyak menunjukkan perubahan

status mental selama perjalanan penyakitnya. Disfungsi visuospasial merupakan

defisit kognitif yang sering dilaporkan pada penyakit parkinson. Degenerasi jalur

dopaminergik, termasuk nigrostriatal, mesokortikal, dan mesolimbik berpengaruh

terhadap gangguan intelektual. Degenerrasi dari neuron transmitter lainnya

mungkin pula mempunyai peranan dalam kemunduran intelektual pada penyakit

Parkinson. Ganguan mental ini dapat pula disertai gangguan visual atau auditoar

dan waham.

Page 6: case parkinson

VII. DIAGNOSIS

Diagnosis penyakit Parkinson berdasarkan klinis dengan ditemukannya gejala

motorik utama antara lain tremor pada waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia dan

hilangnya refleks postural. Kriteria diagnosis yang dipakai di Indonesia adalah

kriteria Hughes (1992) :

Possible : didapatkan 1 dari gejala-gejala utama

Probable : didapatkan 2 dari gejala-gejala utama

Definite : didapatkan 3 dari gejala-gejala utama

Untuk kepentingan klinis diperlukan adanya penetapan berat ringannya

penyakit dalam hal ini digunakan stadium klinis berdasarkan Hoehn and Yahr (1967)

yaitu :

Stadium 1: Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan, terdapat

gejala yang mengganggu tetapi menimbulkan kecacatan, biasanya terdapat tremor

pada satu anggota gerak, gejala yang timbul dapat dikenali orang terdekat (teman)

Stadium 2: Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal, sikap/cara

berjalan terganggu

Stadium 3: Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu saat

berjalan/berdiri, disfungsi umum sedang

Stadium 4: Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak

tertentu, rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat

berkurang dibandingkan stadium sebelumnya

Stadium 5: Stadium kakhetik (cachactic stage), kecacatan total, tidak mampu

berdiri dan berjalan walaupun dibantu.

Dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan yang seksama umumnya

diagnosis sindrom Parkinson sudah dapat ditegakkan. Hanya sedikit saja pemeriksaan

penunjang lain dibutuhkan setelah evaluasi klinik yang lengkap.

Pada tiap kunjungan perlu diperoleh :

1. Tekanan darah yang di ukur dalam keadaan berbaring dan berdiri untuk

mendeteksi hipotensi ortostatik, yang dapat pula diperberat oleh medikasi.

2. Menilai respon terhadap stres

Page 7: case parkinson

Penderita tampaknya dapat berespon baik terhadap pengobatan sampai ia

mengalami stres ringan. Penderita disuruh melakukan tugas sederhana, seperti

dengan tangan diekstensikan dan disuruh dengan cepat membuka dan menutup

jari-jari disatu sisi dan pada waktu yang bersamaan disuruh menghitung mundur

dimulai dari angka seratus. Stres ringan ini biasanya telah cukup menimbulkan

peningkatan tremor dan rigiditas pada ekstremitas lainnya bila penderita belum

berespon baik terhadap medikasi.

3. Mencatat dan mengikuti kemampuan fungsional

Penderita disuruh menulis nama dan tanggal di atas kertas dan menulis

kalimat sederhana dan mengambarkan lingkaran-lingkaran konsentris dengan

tangan kiri dan kanan. Kertas ini disimpan untuk perbandingan waktu follow up

berikutnya.

4. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan EEG dapat menunjukkan perlambatan yang progresif dengan

memburuknya penyakit. CT-scan otak menunjukkan atrofi kortikal difus dengan

melebarnya sulsi dan hidrosefalus eks vakuo pada kasus lanjut.

VIII. TERAPI

1. Medikamentosa

a. Levodopa

Banyak dokter yang menunda pengobatan simptomatis dengan levodopa

sampai memang dibutuhkan. Bila gejala masih ringan, tidak menganggu,

sebaiknya levodopa jangan dimulai. Hal ini mengingat bahwa efektifitas

berkaitan dengan lama waktu pemakaiannnya. Bila sudah beberapa bulan atau

tahun sering timbul komplikasi misalnya gejala on-off. Mendadak penderita

beberapa saat imobil, gerakan seolah membeku, jadi berhenti.

Disamping itu, didapatkan juga berbagai komplikasi lain apakah gejala

sudah mengganggu kegiatan sehari-hari, kehidupan dirumah, dikantor dan

efek psikologis. Levodopa melintasi sawar darah otak dan memasuki SSP.

Disini dia mengalami perubahan enzimatis menjadi dopamin yang

menghambat aktivitas neuron ganglia basal. Neuron ini juga dipengaruhi oleh

Page 8: case parkinson

aktivitas eksitasi dan sistem kolinergik. Jadi berkurangnya inhibisi sistem

dopaminergik pada nigrostrtial dapat diatasi oleh meningkatnya jumlah

dopamin dan keseimbangan antara inhibisi dopaminergik dan eksitasi

kolinergik dipulihkan. Efek samping : nausea, muntah, distres abdominal,

hipotensi postural, aritmia jantung, diskinesia, abnormalitas laboratorium.

b. Inhibitor dopa dekarboksilasi dan levodopa

Untuk mencegah agar levodopa tidak diubah menjadi dopamin diluar otak,

maka levodopa dikombinasikan dengan inhibitor enzim dopa dekarboksilase

(benzerazide) yaitu enzim yang mengkonversi levodopa menjadi dopamin.

c. Bromokriptin

Adalah agonis dopamin, obat yang langsung menstimulasi reseptor

dopamin, diciptakan untuk mengatasi beberapa kekurangan levodapa.

Sementara itu, efek samping bromokriptin sama dengan efek samping

levodopa. Obat ini diindikasikan bila terapi dengan levodopa atau karbidopa /

levodopa tidak atau kurang berhasil atau bila terdapat diskinesia atau fenimen

on-off. Dosis bromokroptin ialah dimulai dengan 2,5 mg sehari, ditingkatkan

menjadi 2x2,5 mg dan kemudian dapat ditingkatkan sampai 40-45 sehari

bergantung respon. Dosis sampai 200mg sehari pernah digunakan.

d. Obat antikolinergik

Obat antikolinergik menghambat sistem kolinergik di ganglia basal.

Sistem kolinergik secara normal diinhibisi mengakibatkan aktivitas yang

berlebihan pada sistem kolinergik. Pada penderita penyakit Parkinson yang

ringan dengan gangguan ringan obat antikolinergik paling efektif. Obat

antikolinergik triheksifenidil, benztropin dan biperiden. Mulut kering,

konstipasi dan retensio urin merupakan komplikasi yang sering dijumpai pada

pengguna obat antikolinergik.

e. Anti histamin

Kerjanya antihistamin pada terapi penyakit Parkinson belum terungkap.

Sebagian besar obat antihistamin mempunyai sifat antikolinergik ringan, yang

mungkin mendasari khasiatnya pada Parkinson. Obat ini dapat digunakan

tunggal bila penyakit ini sudah lanjut. Obat ini dapat digunakan sebagai

Page 9: case parkinson

tambahan pada levodopa dan bromokriptin. Difenhidramin (benadryl)

merupakan preparat yang bermanfaat. Dosis dapat 3-4 x 50 mg sehari. Efek

samping ialah mengantuk dan toleransi timbul cepat.

f. Amantadin ( symmetrel )

Mantadin berfungsi membebaskan sisa dopamin dari simpanan presinaptik

di jalur nigrostrial. Obat ini ajuvan yang berguna yang dapat memberikan

perbaikan lebih lanjut pada penderita yang tidak dapat mentoleransi dosis

levodopa atau bromokriptin yang tinggi. Obat ini dalam bentuk kapsul 100mg.

Dosisnya ialah 2x100mg. Efek samping di ekstremitas bawah, insomnia,

mimpi buruk, jarang dijumpai hipotensi postural, retensio urin, dan gagal

jantung.

g. Selegiline (suatu inhibitor MAO jenis B)

Inhibitor MAO diduga berguna pada penyakit Parkinson karena

neurotransminsi dopamin dapat ditingkatkan dengan mencegah perusakannya.

Baik dikombinasikan dngan levodopa. Dosisnya 10 mg sehari.

2. Terapi Pembedahan

Bertujuan untuk memperbaiki atau mengembalikan seperti semula proses

patologis yang mendasari (neurorestorasi).

a. Terapi ablasi lesi di otak

Termasuk katergori ini adalah thalamotomy dan pallidotomy

Indikasi : - fluktuasi motorik berat yang terus menerus

- diskinesia yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan medik

Dilakukan penghancuran di pusat lesi di otak dengan menggunakan kauterisasi.

Efek operasi ini bersifat permanen seumur hidup dan sangat tidak aman untuk

melakukan ablasi dikedua tempat tersebut.

b. Deep Brain Stimulation (DBS)

Ditempatkan semacam elektroda pada beberapa pusat lesi di otak yang

dihubungkan dengan alat pemacunya yang dipasang di bawah kulit dada

seperti alat pemacu jantung. Pada prosedur ini tidak ada penghancuran lesi di

otak, jadi relatif aman. Manfaatnya adalah memperbaiki waktu off dari

levodopa dan mengendalikan diskinesia.

Page 10: case parkinson

c. Transplantasi

Percobaan transplantasi pada penderita penyakit Parkinson dimulai 1982

oleh Lindvall, jaringan medula adrenalis (autologous adrenal) yang

menghasilkan dopamin. Jaringan transplan (graft) lain yang pernah digunakan

antara lain dari jaringan embrio ventral mesensefalon yang menggunakan

jaringan premordial steam atau progenitor cells, non neural cells (biasanya

fibroblast atau astrosytes), testis-derived sertoli cells dan carotid body

epithelial glomus cells. Untuk mencegah reaksi penolakan jaringan diberikan

obat immunosupressant cyclosporin A yang menghambat proliferasi T cells

sehingga masa hidup graft jadi lebih panjang. Transplantasi yang berhasil baik

dapat mengurangi gejala penyakit Parkinson selama 4 tahun kemudian efeknya

menurun 4-6 tahun sesudah transplantasi. Teknik operasi ini sering terbentur

bermacam hambatan seperti ketiadaan donor, kesulitan prosedur baik teknis

maupun perijinan.

3. Non Farmakologik

a. Edukasi

Pasien serta keluarga diberikan pemahaman mengenai penyakitnya,

misalnya pentingnya meminum obat teratur dan menghindari jatuh.

Menimbulkan rasa simpati dan empati dari anggota keluarganya sehingga

dukungan fisik dan psikik mereka menjadi maksimal.

b. Terapi rehabilitasi

Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup

penderita dan menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta

mengatasi masalah-masalah sebagai berikut abnormalitas gerakan,

kecenderungan postur tubuh yang salah, gejala otonom, gangguan perawatan

diri (Activity of Daily Living-ADL), dan perubahan psikologik. Latihan yang

diperlukan penderita parkinson meliputi latihan fisioterapi, okupasi, dan

psikoterapi.

Latihan fisioterapi meliputi latihan gelang bahu dengan tongkat, latihan

ekstensi trunkus, latihan frenkle untuk berjalan dengan menapakkan kaki pada

Page 11: case parkinson

tanda-tanda di lantai, latihan isometrik untuk kuadrisep femoris dan otot

ekstensor panggul agar memudahkan menaiki tangga dan bangkit dari kursi.

Latihan okupasi yang memerlukan pengkajian ADL pasien, pengkajian

lingkungan tenpat tinggal atau pekerjaan. Dalam pelaksanaan latihan dipakai

bermacam strategi, yaitu :

Strategi kognitif : untuk menarik perhatian penuh/konsentrasi, bicara jelas

dan tidak cepat, mampu menggunakan tanda-tanda verbal maupun visual

dan hanya melakukan satu tugas kognitif maupun motorik.

Strategi gerak : seperti bila akan belok saat berjalan gunakan tikungan

yang agak lebar, jarak kedua kaki harus agak lebar bila ingin memungut

sesuatu di lantai.

Strategi keseimbangan : melakukan ADL dengan duduk atau berdiri

dengan kedua kaki terbuka lebar dan dengan lengan berpegangan pada

dinding. Hindari eskalator atau pintu berputar. Saat berjalan di tempat

ramai atau lantai tidak rata harus konsentrasi penuh jangan bicara atau

melihat sekitar.

Seorang psikolog diperlukan untuk mengkaji fungsi kognitif,

kepribadian, status mental pasien dan keluarganya. Hasilnya digunakan untuk

melakukan terapi rehabilitasi kognitif dan melakukan intervensi psikoterapi.

IX. PROGNOSIS

Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala Parkinson,

sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali

terkena Parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya. Tanpa

perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progres hingga terjadi total disabilitas,

sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat menyebabkan

kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda.

Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan

lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang

dapat sangat parah.

Page 12: case parkinson

Parkinson sendiri tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal, tetapi

berkembang sejalan dengan waktu. Rata-rata harapan hidup pasien Parkinson pada

umumnya lebih rendah dibandingkan yang tidak menderita Parkinson. Pada tahap

akhir, Parkinson dapat menyebabkan komplikasi seperti tersedak, pneumoni, dan

memburuk yang dapat menyebabkan kematian. Progresifitas gejala pada Parkinson

dapat berlangsung 20 tahun atau lebih. Namun demikian pada beberapa orang dapat

lebih singkat. Tidak ada cara yang tepat untuk memprediksikan lamanya penyakit ini

pada masing-masing individu. Dengan tatalaksana yang tepat, kebanyakan pasien

Parkinson dapat hidup produktif beberapa tahun setelah diagnosis.

Page 13: case parkinson

ILUSTRASI KASUS

Seorang pasien perempuan berumur 64 tahun datang ke Poli Saraf RSUP DR.M Djamil

Padang pada tanggal 2 Mei 2013 dengan :

ANAMNESIS

Keluhan Utama :

Gemetar pada kedua tangan

Riwayat Penyakit Sekarang :

Gemetar pada kedua tangan sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya hanya pada tangan

kanan, namun 1 bulan terakhir juga dirasakan pada tangan kirinya. Rasa gemetar ini

terutama dirasakan saat pasien sedang melipat tangannya ketika sholat. Gemetar ini

dirasakan hilang apabila pasien menggerakkan tangannya. Gemetar pada tangan ini

juga dirasakan saat pasien sedang beristirahat. Rasa gemetar ini juga dirasakan pasien

pada kaki dan bibirnya.

Pasien mengeluhkan langkah kaki menjadi lambat sehingga pasien sulit untuk

berolahraga sejak 3 bulan ini.

Pasien mengeluhkan sering kejang betis pada malam hari.

Pasien juga mengeluhkan tulisan semakin tidak bagus dan menjadi rapat.

Gangguan tidur tidak ada

BAB dan BAK tidak ada keluhan

Pasien belum pernah berobat sebelumnya.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat trauma/ kecelakaan/ jatuh terduduk sebelumnya tidak ada.

Tidak pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat pemakaian obat-obatan tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini

Page 14: case parkinson

Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan :

Pasien seorang pensiunan dengan aktivitas cukup.

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis :

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : komposmentis kooperatif

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 76x /menit

Nafas : 21x /menit

Suhu : 36,8oC

Status Internus :

KGB : Leher, aksila dan inguinal tidak membesar

Leher : JVP 5-2 CmH2O

Thorak : Paru : Inspeksi : simetris kiri dan kanan dalam statis dan dinamis

Palpasi : fremitus normal kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru

Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung : Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : batas-batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : irama teratur, bising (-)

Abdomen : Inspeksi : Tidak tampak membuncit

Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, ballotement (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) Normal

Corpus Vertebrae :

Inspeksi : Deformitas (-), Gibbus (-), Tanda radang (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-)

Page 15: case parkinson

Status Neurologis :

1. GCS 15 : E4 M6 V5

2. Tanda rangsangan meningeal :

- Kaku kuduk (-)

- Brudzinsky I (-)

- Brudzinsky II (-)

- Kernig (-)

3. Tanda peningkatan tekanan intrakranial :

- pupil isokor diameter 3mm/3mm

- muntah proyektil (-)

- sakit kepala progresif (-)

4. Nn Kranialis :

- N I : penciuman baik

- N II : tajam penglihatan baik, lapangan pandang normal

- N III, IV, VI : pupil bulat, diameter 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+) gerakan bola

mata bebas ke segala arah, strabismus (-), diplopia (-)

- N V : refleks kornea (+/+), bisa membuka mulut, menggerakkan rahang ke

kiri dan ke kanan

- N VII : bisa mengangkat dahi, menutup mata, mengangkat alis simetris,

plika nasolabialis simetris, sensasi lidah 2/3 depan normal

- N VIII : fungsi pendengaran baik, nistagmus (-)

- N IX, X : arcus faring simetris, uvula di tengah, refleks muntah (+), sensasi 1/3

lidah normal

- N XI : bisa mengangkat bahu dan bisa melihat kiri dan kanan

- N XII : lidah simetris di dalam dan saat dijulurkan

5. Motorik : 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 eutonus, eutrofi

6. Sensibilitas : berespon dengan rangsangan taktil dan nyeri

7. Reflek fisiologis : Refleks biceps ++/++, Refleks triceps ++/++, Refleks KPR ++/++,

Refleks APR ++/++

8. Reflek patologis : Refleks Hoffman Tromner -/-, Refleks Babinsky Group -/-

Page 16: case parkinson

9. Fungsi otonom : BAK dan BAB normal, sekresi keringat baik

10. Fungsi luhur : kesadaran baik, intelektual menurun, reaksi emosi baik

11. Tanda demensia : reflek glabela (-), snout (-), menghisap (-), menggenggam (-),

palmomental (-)

12. Tanda- tanda parkinson : tremor (+), rigiditas (-), akinesia (-), wajah parkinson (-),

langkah menjadi kecil (+), bicara melambat (-), demensia (-)

Diagnosis Kerja :

Diagnosis Klinis : Parkinson Disease

Diagnosis Topik : Subs. Nigra pars Compacta

Diagnosis Etiologi : Idiopatik

Terapi :

Dopaminergik : Sifrol 3 X 0,25 mg

Antikolinergik : Triheksifenidil 3 X 2 mg

Neurotropik : Neurodex 3 x 1 tab