Case Otitis Eksterna Difusa

32
REFLEKSI KASUS OTITIS EKSTERNA DIFUSA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD Dr.ADHYATMA, MPH Disusun Oleh : Ardi Rizal Hidayat 01.209.5834 Pembimbing : dr. Dina Permatasari, Sp.THT-KL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

description

Case Otitis Eksterna Difusa

Transcript of Case Otitis Eksterna Difusa

REFLEKSI KASUSOTITIS EKSTERNA DIFUSADiajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan KlinikDi Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD Dr.ADHYATMA, MPH

Disusun Oleh :Ardi Rizal Hidayat01.209.5834

Pembimbing :dr. Dina Permatasari, Sp.THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNGSEMARANG2015STATUS PASIENII.1.IDENTITAS PASIEN1. Nama: Tn.A1. Usia: 28 tahun1. Jenis Kelamin: Laki-laki1. Alamat: Ngaliyan1. Pekerjaan: Penjaga Tol

II.2. ANAMNESIS Keluhan Utama: Nyeri telnga kiri Riwayat Penyakit Sekarang:Pasien datang ke Poli THT RSUD dr.Adhyatma tanggal 6 Februari 2015 pukul 11.00 wib mengeluh nyeri telinga kiri. Nyeri pada telinga kiri ini sudah berlangsung sekitar 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Dan semakin nyeri apabila ditarik telinganya. Nyeri ini sangat mengganggu aktifitasnya dan akan mendingan apabila dibuat istirahat. Pasien juga merasakan ada gangguan pendengaran pada telinga kiri. Pada telinga kiri terasa penuh, dan gembrebeg. Pasien mengatakan tidak merasakan telinganya kemasukan benda atau hewan apapun. Ada riwayat keluar cairan berwarna bening dan berbau dari telinga kiringya, tidak ada keluhan bunyi berdengung pada telinga kiri, tidak ada riwayat sakit tenggorokan ataupun pilek sebelumnya. Sebelumnya pasien sering membersihkan telinga dengan cotton buds karena terasa gatal. Keluhan ini belum diobati sebelumnya. Riwayat Penyakit DahuluRiwayat ISPA: disangkalRiwayat alergi obat dan makanan: disangkalRiwayat tonsillitis : disangkal Riwayat DM: disangkalRiwayat Hipertensi: disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga:Dikeluarga tidak ada yang seperti ini

1. Riwayat Sosial EkonomiKesan ekonomi cukup

II.3. PEMERIKSAAN FISIKStatus generalisata0. Kesadaran : Compos mentis 0. Aktivitas : Normoaktif 0. Sikap : Kooperatif 0. Status gizi : BaikStatus lokalis (THT)Kepala & leher :1. Kepala : mesocephale 1. Wajah : simetris 1. Leher : pembesaran kelj.limfe (-)TELINGABagian AuriculaDextraSinistra

AuriculaBentuk normalnyeri tarik (-)nyeri tragus (-)Bentuk normalnyeri tarik (+)nyeri tragus (+)

Pre auricularBengkak (-)nyeri tekan (-)fistula (-)Bengkak (-)nyeri tekan (-)fistula (-)

Retro auricularBengkak (-)Nyeri tekan (-)Bengkak (-)Nyeri tekan (-)

MastoidBengkak (-)Nyeri tekan (-)Bengkak (-),Nyeri tekan (-)

CAE Serumen (-)hiperemis (-)Sekret (-)Oedem (-) Serumen (+)hiperemis (+)Sekret (+)Oedem (+)

Membran timpaniIntakputih mengkilatrefleks cahaya (+)Tidak terlihat

Membran timpani (-)OedemHiperemis Serumen AD AS

HIDUNG DAN SINUS PARANASALLuar:KananKiri

BentukNormalNormal

SinusNyeri tekan (-)Nyeri tekan (-)

Inflamasi/tumor(-)(-)

Rhinoskopi AnteriorKananKiri

Sekret(-)(-)

Mukosahiperemis (-)edema (-)basah (-)pucat (-)hiperemis (-)edema (-)basah (-)pucat (-)

Konka Mediahipertrofi (-) hiperemis (-) hipertrofi (-) hiperemis (-)

Konka Inferiorhipertrofi (-) hiperemis (-) hipertrofi (-) hiperemis (-)

Tumor(-)(-)

SeptumDeviasi (-)

Massa(-)(-)

TENGGOROKANLidahUlcus (-) Stomatitis (-)

UvulaBentuk normal, di tengah, hiperemis (-)

TonsilDextraSinistra

UkuranT1T1

PermukaanRataRata

WarnaHiperemis (-)Hiperemis (-)

KripteMelebar (-)Melebar (-)

Detritus(-)(-)

Faring Mukosa hiperemis (-), dinding rata, granular (-)

II.4.RINGKASAN1. Anamnesis 1. Nyeri telinga kiri (+)1. Terdapat penurunan pendengaran pada AS (+)1. Keluar cairan serous dan berbau AS (+)1. Terasa gembrebeg dan penuh AS (+)1. Riwayat membersihkan dengan cotton buds (+)1. Pemeriksaan Fisik1. Pada pemeriksaan telinga terdapat nyeri tekan tragus dan nyeri tarik auriculla1. CAE Hiperemis, oedem, sekret serous, serumen (+)1. Membran timpani tidak terlihat AS

II.5. USULAN PEMERIKSAAN Pemeriksaan tes penala (tes weber, tes rinne, tes scwabach)

II.6. DIAGNOSIS BANDING Otitis eksterna difusa AS Otitis media perforata AS

II.7. DIAGNOSIS Otitis eksterna difusa ASII.8. TERAPI:1. Medikamentosa Ofloxacin 200mg 2x1 Cataflan50mg2x1

1. Operatif1. Ear toilet

II.9. EDUKASI Telinga jangan terkena air Kontrol 1 minggu kemudian

II.10. PROGNOSA:Quo ad vitam: dubia ad bonamQuo ad sanam: dubia ad bonamQuo ad fungsionales: dubia ad bonam

BAB IITINJAUAN PUSTAKAANATOMI2.1. Anatomi dan Fisiologi Telinga Anatomi telinga dibagi atas telinga luar,telinga tengah,telinga dalam: 2.1.1 Telinga Luar Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran tympani. Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang diliputi kulit. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga (meatus akustikus eksternus) berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, di sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasikelenjar keringat = Kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen, dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 - 3 cm. Meatus dibatasi oleh kulit dengan sejumlah rambut, kelenjar sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telah mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang berkelok-kelok yang menghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklat-coklatan yang dinamakan serumen (minyak telinga). Serumen berfungsi menangkap debu dan mencegah infeksi.

Gambar 2.1 : Telinga luar, telinga tengah, telinga dalam. Potongan Frontal Telinga 1,2,32.1.2 Telinga TengahTelinga tengah berbentuk kubus dengan : Batas luar : Membran timpani Batas depan : Tuba eustachius Batas Bawah : Vena jugularis (bulbus jugularis) Batas belakang : Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis. Batas atas : Tegmen timpani (meningen / otak ) Batas dalam: Berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis,tingkap lonjong (oval window),tingkap bundar (round window) dan promontorium.Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut Pars flaksida (Membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah Pars Tensa (membrane propia). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut umbo. Dimembran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya reflek cahaya yang berupa kerucut. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah belakang, untuk menyatakan letak perforasi membrane timpani.Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar kedalam, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling berhubungan . Prosesus longus maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian.Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada lamina propria yang tipis yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan. Dalam telinga tengah terdapat dua otot kecil yang melekat pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara. maleus, inkus, dan stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng. Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Ditempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah.

Gambar 2.2 : Membran Timpani 1,2,3Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran eustachius (tuba auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan antara kedua sisi membrane tympani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut menganga atau ketika menelan makanan. Ketika terjadi suara yang sangat keras, membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk mencegah pecahnya membran tympani. Karena ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka dan udara akan masuk melalui tuba auditiva ke telinga tengah, sehingga menghasilkan tekanan yang sama antara permukaan dalam dan permukaan luar membran tympani. 2.1.3 Telinga DalamTelinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut holikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.Kanalis semi sirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap.Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membrane vestibuli (Reissners membrane) sedangkan dasar skala media adalah membrane basalis. Pada membran ini terletak organ corti.Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti.

Gambar 2.3 : Gambar labirin bagian membrane labirin bagian tulang, Telinga Dalam 1,2,3,5Kokleabagian koklea labirin adalah suatu saluran melingkar yang pada manusia panjangnya 35mm. koklea bagian tulang membentuk 2,5 kali putaran yang mengelilingi sumbunya. Sumbu ini dinamakan modiolus, yang terdiri dari pembuluh darah dan saraf. Ruang di dalam koklea bagian tulang dibagi dua oleh dinding (septum). Bagian dalam dari septum ini terdiri dari lamina spiralis ossea. Bagian luarnya terdiri dari anyaman penyambung, lamina spiralis membranasea. Ruang yang mengandung perilimf ini dibagi menjadi : skala vestibule (bagian atas) dan skala timpani (bagian bawah). Kedua skala ini bertemu pada ujung koklea. Tempat ini dinamakan helicotrema. Skala vestibule bermula pada fenestra ovale dan skala timpani berakhir pada fenestra rotundum. Mulai dari pertemuan antara lamina spiralis membranasea kearah perifer atas, terdapat membrane yang dinamakan membrane reissner. Pada pertemuan kedua lamina ini, terbentuk saluran yang dibatasi oleh:1. membrane reissner bagian atas2. lamina spiralis membranasea bagian bawah3. dinding luar kokleasaluran ini dinamakan duktus koklearis atau koklea bagian membrane yang berisi endolimf. Dinding luar koklea ini dinamakan ligamentum spiralis.disini, terdapat stria vaskularis, tempat terbentuknya endolimf.

Gambar 2.4 : Koklea 2,3Didalam lamina membranasea terdapat 20.000 serabut saraf. Pada membarana basilaris (lamina spiralis membranasea) terdapat alat korti. Lebarnya membrane basilaris dari basis koklea sampai keatas bertambah dan lamina spiralis ossea berkurang. Nada dengan frekuensi tinggi berpengaruh pada basis koklea. Sebaliknya nada rendah berpengaruh dibagian atas (ujung) dari koklea.

GAMBAR 2.5 : Organ korti 2,3Pada bagian atas organ korti, terdapat suatu membrane, yaitu membrane tektoria. Membrane ini berpangkal pada Krista spiralis dan berhubungan dengan alat persepsi pada alat korti. Pada alat korti dapat ditemukan sel-sel penunjang, sel-sel persepsi yang mengandung rambut. Antara sel-sel korti ini terdapat ruangan (saluran) yang berisi kortilimf. Duktus koklearis berhubungan dengan sakkulus dengan peralatan duktus reunions. Bagian dasar koklea yang terletak pada dinding medial cavum timpani menimbulkan penonjolan pada dinding ini kearah cavum timpani. Tonjolan ini dinamakan promontorium.VestibulumVestibulum letaknya diantara koklea dan kanalis semisirkularis yang juga berisi perilimf. Pada vestibulum bagian depan, terdapat lubang (foramen ovale) yang berhubungan dengan membrane timpani, tempat melekatnya telapak (foot plate) dari stapes. Di dalam vestibulum, terdapat gelembung-gelembung bagian membrane sakkulus dan utrikulus. Gelembung-gelembung sakkulus dan utrikulus berhubungan satu sama lain dengan perantaraan duktus utrikulosakkularis, yang bercabang melalui duktus endolimfatikus yang berakhir pada suatu lilpatan dari duramater, yang terletak pada bagian belakang os piramidalis. Lipatan ini dinamakan sakkus endolimfatikus. Saluran ini buntu.Sel-sel persepsi disini sebagai sel-sel rambut yang di kelilingi oleh sel-sel penunjang yang letaknya pada macula. Pada sakkulus, terdapat macula sakkuli. Sedangkan pada utrikulus, dinamakan macula utrikuli.Kanalis semisirkularisanlis Di kedua sisi kepala terdapat kanalis-kanalis semisirkularis yang tegak lurus satu sama lain. didalam kanalis tulang, terdapat kanalis bagian membran yang terbenam dalam perilimf. Kanalis semisirkularis horizontal berbatasan dengan antrum mastoideum dan tampak sebagai tonjolan, tonjolan kanalis semisirkularis horizontalis (lateralis).Kanalis semisirkularis vertikal (posterior) berbatasan dengan fossa crania media dan tampak pada permukaan atas os petrosus sebagai tonjolan, eminentia arkuata. Kanalis semisirkularis posterior tegak lurus dengan kanalis semi sirkularis superior. Kedua ujung yang tidak melebar dari kedua kanalis semisirkularis yang letaknya vertikal bersatu dan bermuara pada vestibulum sebagai krus komunis. Kanalis semisirkularis membranasea letaknya didalam kanalis semisirkularis ossea. Diantara kedua kanalis ini terdapat ruang berisi perilimf. Didalam kanalis semisirkularis membranasea terdapat endolimf. Pada tempat melebarnya kanalis semisirkularis ini terdapat sel-sel persepsi. Bagian ini dinamakan ampulla.Sel-sel persepsi yang ditunjang oleh sel-sel penunjang letaknya pada Krista ampularis yang menempati 1/3 dari lumen ampulla. Rambut-rambut dari sel persepsi ini mengenai organ yang dinamakan kupula, suatu organ gelatinous yang mencapai atap dari ampulla sehingga dapat menutup seluruh ampulla.

2.1.4 Fisiologi pendengaran Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang kekoklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ketelinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengimplikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.

Gambar 2.6 : Fisiologi Pendengaran

OTITIS EKSTERNADEFINISIOtitis eksterna, juga dikenal sebagai telinga perenang atau swimmers ear, adalah radang telinga luar baik akut maupun kronis. Kulit yang melapisi saluran telinga luar menjadi merah dan bengkak karena infeksi oleh bakteri atau jamur dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret di liang telinga, dan kecenderungan untuk kambuh kembali. Pengobatan amat sederhana tetapi membutuhkan kepatuhan penderita terutama dalam menjaga kebersihan liang telinga. Infeksi ini sangat umum dan mempengaruhi semua kelompok umur. Saluran telinga luar adalah sebuah terowongan pendek yang berjalan dari lubang telinga hingga gendang telinga yang berada di dalam telinga. Secara normal bagian ini dilapisi kulit yang mengandung rambut dan kelenjar yang memproduksi lilin.2.3 ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO2.3.1 Etiologi Swimmers ear (otitis eksterna) sering dijumpai. Terdiri dari inflamasi, iritasi atau infeksi pada telinga bagian luar. Dijumpai riwayat pemaparan terhadap air, trauma mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang telinga. Berenang dalam air yang tercemar merupakan salah satu cara terjadinya otitis eksterna (swimmers ear).Kebanyakan disebabkan alergi pemakaian topikal obat tetes telinga. Alergen yang paling sering adalah antibiotik, contohnya: neomycin, framycetyn, gentamicin, polimixin, dan anti histamin. Sensitifitas poten lainnya adalah metal dan khususnya nikel yang sering muncul pada kertas dan klip rambut yang mungkin digunakan untuk mengorek telinga.2.3.2 Faktor Risiko Suka membersihkan atau mengorek-ngorek telinga dengan cotton buds, ujung jari atau alat lainnya Kelembaban merupakan foktor yang penting untuk terjadinya otitis eksterna. Sering berenang, air kolam renang menyebabkan maserasi kulit dan merupakan sumber kontaminasi yang sering dari bakteri Penggunaan bahan kimia seperti hairsprays, shampoo dan pewarna rambut yang bisa membuat iritasi dan mematahkan kulit rapuh, yang memungkinkan bakteri dan jamur untuk masuk kondisi kulit seperti eksema atau dermatitis di mana kulit terkelupas atau pecah, dan tidak bertindak sebagai penghalang atau pelindung dari kuman atau jamur kanal telinga sempit infeksi telinga tengah diabetes.2.4 EPIDEMIOLOGISetiap tahun, otitis eksterna terjadi pada 4 dari setiap 1000 orang di Amerika Serikat. Kejadian lebih tinggi selama musim panas, mungkin karena partisipasi dalam kegiatan air lebih tinggi. Otitis eksterna akut, kronis, dan eczematous merupakan otitits yang umum di Amerika Serikat, namun otitis necrotizing jarang terjadi. Secara umum di dunia frekuensi otitis eksterna tidak diketahui, namun insidennya meningkat di Negara tropis seperti Indonesia.Tidak ada ras ataupun jenis kelamin yang berpengaruh terhadap angka kejadian otitis eksterna. Umumnya, tidak ada hubungan antara perkembangan otitis eksterna dan usia. Sebuah studi epidemiologi tunggal di Inggris menemukan prevalensi selama 12-bulan yang sama untuk individu yang berusia 5-64 tahun dan prevalensinya meningkat pada usia lebih dari 65 tahun.3,52.5 PATOFISIOLOGIKanalis auditorius eksternal dilapisi dengan epitel skuamosa dan panjangnya sekitar 2,5 cm pada orang dewasa. Fungsi kanal auditori eksternal adalah untuk mengirimkan suara ke telinga tengah sekaligus melindungi struktur yang lebih proksimal dari benda asing dan setiap perubahan kondisi lingkungan. Sepertiga luar kanal adalah tulang rawan dan terorientasi di superior dan posterior, bagian dari kanal berisi serumen yang diproduksi oleh kelenjar apokrin. Dua pertiga dari bagian dalam kanal adalah osseus, ditutupi dengan kulit tipis yang melekat erat, dan berorientasi inferior dan anterior; bagian ini adalah kanal yang tidak memiliki kelenjar apokrin atau folikel rambut.Jumlah serumen yang dihasilkan bervariasi antara individu. Serumen umumnya bersifat asam (pH 4-5), sehingga menghambat pertumbuhan bakteri atau jamur. Sifat lilin dari serumen melindungi epitel yang mendasari dari maserasi atau kerusakan kulit.Otitis eksterna mungkin berkembang pada atlet akuatik atau perenang sebagai akibat dari paparan air yang berlebihan yang mengakibatkan pengurangan secara keseluruhan dari serumen. Penurunan serumen ini kemudian dapat menyebabkan pengeringan dari kanalis auditorius eksternal dan pruritus. Pruritus kemudian dapat menyebabkan probing dari kanalis auditorius eksternal, mengakibatkan kerusakan kulit dan memudahkan kejadian untuk infeksi. Obstruksi saluran pendengaran eksternal dari serumen yang berlebihan, debris, exostosis peselancar, atau kanal yang sempit dan berliku-liku juga dapat menyebabkan infeksi dengan cara retensi kelembaban.Organisme yang paling umum dijumpai pada OE adalah P aeruginosa (50%), S aureus (23%), anaerob dan organisme gram negatif (12,5%), dan jamur seperti Aspergillus dan Candida spesies (12,5%). Otomikosis adalah infeksi di saluran pendengaran eksternal yang disebabkan oleh spesies Aspergillus sebanyak 80-90% dari kasus. Kondisi ini ditandai oleh adanya hifa yang panjang, putih, berbentuk benang yang tumbuh dari permukaan kulit. Dalam sebuah penelitian, 91% dari kasus otitis eksternal disebabkan oleh bakteri. 2.6 KLASIFIKASI1. Penyebab tidak diketahui a. Malfungsi kulit : dermatitis seboroita, hiperseruminosis, asteotosis b. Eksema infantil : intertigo, dermatitis infantil. c. otitis eksterna membranaosa.d. Miringitis kronik idiopatik e. Lupus erimatosus, psoriasis 2. Penyebab infeksi a. Bakteri gram (+) : furunkulosis, impetigo, pioderma, ektima, sellulitis, erisipelas. b. Bakteri gram ( -) : Otitis eksterna diffusa, otitis eksterna bullosa, otitis eksterna granulosa, perikondritis. c. Bakteri tahan asam : mikobakterium TBC d. Jamur dan ragi (otomikosis) : saprofit atau patogen. e. Merringitis bullosa, herpes simplek, herpes zoster moluskum kontangiosum, variola dan varicella. f. Protozoa g. Parasit3. Erupsi neurogenik : proritus simpek, neurodermatitis lokalisata/desiminata, ekskoriasi, neurogenik. 4. Dermatitis alergika, dermatitis kontakta ( venenat), dermatis atopik, erupsi karena obat, dermatitis eksamatoid infeksiosa, alergi fisik. 5. Lesi traumatika : kontusio dan laserasi, insisi bedah, hemorhagi ( hematom vesikel dan bulla), trauma ( terbakar, frosbite, radiasi dan kimiawi). 6. Perubahan senilitas.7. Deskrasia vitamin 8. Diskrasia endokrin.7,38

Tabel 1: Klasifikasi Otitis Eksterna menurut G.G.BrowningMenurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi : 1 Otitis Eksterna Ringan : Kulit liang telinga hiperemis dan eksudat Liang telinga menyempit 2. Otitis Eksterna Sedang : Liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat positif 3. Otitis Eksterna Komplikasi : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak 4. Otitis Eksterna Kronik : Kulit liang telinga/pina menebal, keriput. Eritema positif. Secara umum otitis eksterna akut ada 2, yaitu otitis eksterna sirkumskripta dan otitis eksterna difus. Otitis eksterna sirkumskriptaOleh karena kulit di sepanjang sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka di tempat itu bisa terjadi infeksi pada pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel.Kuman penyebab biasanya Staphyloccoccus aureus atau Staphylococcus albus. Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar di bawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran, bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga.Terapi tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal bisa diberikan salep atau tetes antibiotika. Jika dinding furunkel tebal, dilakukan insisi kemudian dipasang drainage untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan antibiotik sistemik, hanya diberikan obat simptomatik seperti analgetik dan obat penenang.Otitis eksterna difusSering mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam. Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman penyebab biasanya golongan Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai penyebab ialah Staphylococcus albus, Escherichia coli dan sebagainya.Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti secret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media. Pengobatannya dengan membersihkan liang telinga, memasukkan tampon yang mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara kulit yang meradang dengan obatnya. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika sistemik.2.7 DIAGNOSISUntuk menegakkan diagnosis dari otitis eksterna dapat diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang meliputi:2.7.1 ANAMNESISPasien mungkin melaporkan gejala berikut: Otalgia Rasa penuh ditelinga Gatal Discharge (Awalnya, debit mungkin tidak jelas dan tidak berbau, tetapi dengan cepat menjadi bernanah dan berbau busuk) penurunan pendengaran tinnitus Demam (jarang) Gejala bilateral (jarang) Rasa sakit di dalam telinga (otalgia) bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala mengelirukan. Rasa sakit bisa tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.7 Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga. Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akuta.7Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna. Edema kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen, penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat -obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.5,7 2.7.2 PEMERIKSAAN FISIKTemuan pemeriksaan fisik dapat mencakup sebagai berikut: Nyeri tekan tragus Eritematosa dan edema saluran auditori eksternal Discharge purulen Eczema dari daun telinga Adenopati Periauricular dan servikal Demam (jarang) Pada kasus yang berat, infeksi dapat menyebar ke jaringan lunak sekitarnya, termasuk kelenjar parotis. Ekstensi tulang juga dapat terjadi ke dalam tulang mastoid, sendi temporomandibular, dan dasar tengkorak, dalam hal saraf kranial VII (wajah), IX (glossopharingeus), X (vagus), XI (aksesori), atau XII (hypoglossal) dapat terpengaruh.

2.8 PENATALAKSANAANTerapi utama dari otitis eksterna melibatkan manajemen rasa sakit, pembuangan debris dari kanalis auditorius eksternal, penggunaan obat topikal untuk mengontrol edema dan infeksi, dan menghindari faktor pencetus. Dengan lembut membersihkan debris dari kanalis auditorius eksternal dengan irigasi atau dengan menggunakan kuret plastik lembut atau kapas di bawah visualisasi langsung. Pembersihan kanal meningkatkan efektivitas dari obat topikal. Obat topikal aural biasanya termasuk asam ringan (untuk mengubah pH dan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme), kortikosteroid (untuk mengurangi peradangan), agen antibiotik, dan / atau agen antijamur. Infeksi ringan: otitis eksterna ringan biasanya merespon dengan penggunaan agen acidifying dan kortikosteroid. Sebagai alternatif, campuran perbandingan (2:1) antara alkohol isopropil 70% dan asam asetat dapat digunakan. Infeksi sedang: Pertimbangkan penambahan antibiotik dan antijamur ke agen acidifying dan kortikosteroid. Antibiotik oral digunakan pada pasien dengan demam, imunosupresi, diabetes, adenopati, atau pada individu-individu dengan ekstensi infeksi di luar saluran telinga. Dalam beberapa kasus, kasa (dengan panjang 1/4 inci) dapat dimasukkan ke dalam kanal, dan obat ototopic dapat diterapkan secara langsung ke kasa (2-4 kali sehari tergantung pada frekuensi dosis yang dianjurkan dokter). Setelah kasa digunakan, harus dicabut kembali 24-72 jam setelah insersi. Dalam kasus pasien dengan tympanostomy atau diketahui adanya perforasi, persiapan non-ototoxic topical (misalnya, fluorokuinolon, dengan atau tanpa steroid). Dalam kasus otitis kronis, tidak menular, resisten terhadap terapi, krim tacrolimus 0,1% (melalui kasa yang diganti setiap saat hingga hari ketiga) mengakibatkan tingginya tingkat resolusi setelah 9-12 hari terapi.

OTITIS EKSTERNA

Pertimbangkan mengambil sampel

Evaluasi secara rutin dalam 5-7 hari jika imunocompromized atau diabetes, gejala memburuk, gejala tidak hilang dalam 1 mingguTERAPIEdukasi+ analgetika+ tetes telinga topical+/- menghilangkan debris

Rujuk ke THT jika:Terapi gagalGejala dan tanda yang beratKemungkinan adanya otitis eksternal necrotizing

Gambar 2: Skema terapi otitis eksterna

2.9 PROGNOSIS Umumnya otitis eksterna dapat sembuh jika segera diobati dan faktor pencetusnya dapat dihindari. Akan tetapi otitis eksterna sering kambuh jika kebersihan telinga tidak dijaga, adanya riwayat penyakit tertentu seperti diabetes yang menyulitkan penyembuhan otitis sendiri, dan tidak menghindari faktor pencetus dengan baik.