Case Ortho

37
PRESENTASI KASUS CLOSED FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL SINISTRA PENYUSUN : Ghea Putri Pragita (11020102) Pradea Ramadhan (1102008298) PEMBIMBING : Dr. H. Husodo Dewo Adi, SpOT, K-spine KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DR.SLAMET GARUT FAKULTAS KEDOKTERAN YARSI 1

description

kedoteran

Transcript of Case Ortho

PRESENTASI KASUS

CLOSED FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL SINISTRA

PENYUSUN :Ghea Putri Pragita (11020102)Pradea Ramadhan (1102008298)

PEMBIMBING :Dr. H. Husodo Dewo Adi, SpOT, K-spineKEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM DR.SLAMET GARUTFAKULTAS KEDOKTERAN YARSI

GARUT2014BAB IPENDAHULUAN

Fraktur adalah diskontinuitas tulang, tulang rawan, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial. Penilaian penyembuhan fraktur (union) didasarkan atas union secara klinis dan union secara radiologik. Penilaian secara klinis dilakukan dengan pemeriksaan pada daerah fraktur dengan melakukan pembengkokan pada daerah fraktur, pemutaran dan kompresi untuk mengetahui adanya adanya atau perasaan nyeri pada penderita. Keadaan ini dapat dirasakan oleh pemeriksa atau oleh penderita sendiri. Apabila tidak ditemukan adanya gerakan, maka secara klinis telah terjadi union dari fraktur.

Union secara radiologik dinilai dengan pemeriksaan rontgen pada daerah fraktur dan dilihat adanya garis fraktur atau kalus dan mungkin dapat ditemukan adanya trabekulasi yang sudah menyambung pada kedua fragmen. Pada tingkat lanjut dapat ditemukan adanya medula atau ruangan dalam daerah fraktur.

Pada proses penyembuhan tulang dapat terjadi hasil yang tidak diinginkan, dimana tulang menyatu sesuai dengan harapan, baik cara penyatuan maupun waktu terjadinya penyatuan. Proses penyembuhan yang dimaksud adalah malunion, delayed nonunion dan union.

BAB II

STATUS PASIENIDENTITAS PASIEN

Nama

: Tn. AUsia

: 38 thJenis Kelamin

: Laki - lakiAlamat

: Di LimbanganStatus

: MenikahPekerjaan

: BuruhPendidikan

: SMASuku

: Sunda

Agama

: Islam

Ruang Rawat

: Marjan Atas

Tanggal Masuk RS: 20-11-14ANAMNESIS

Diambil dari autoanamnesis tanggal 05-01-15Keluhan Utama: Nyeri hebat pada paha kiri dan luka lecet di tangan sejak 4 jam SMRSRiwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke IGD RSUD dr. Slamet, Garut dengan keluhan nyeri pada paha kiri sejak 3 jam SMRS. Keluhan ini berawal dari kecelakaan lalu lintas yang menimpa pasien pada tgl 15 desember 2014 sekitar jam 19.00 WIB. Pasien mengeluh nyeri terutama saat di tekan dan saat digerakkan sehingga membuat pasien tidak bisa berdiri dan tidak bisa berjalan, namun pasien masih bisa menggerakkan kaki bagian bawah. Keluhan disertai luka lecet dikedua lengan. Pingsan setelah kecelakaan disangkal pasien.

Kronologi kejadian, Menurut pasien, kecelakaan terjadi ketika pasien sedang mengendarai sepeda motor saat itu pasien berusaha menghindar dari sebuah mobil yang melaju dari arah berlawanan sehingga menyebabkan pasien jatuh terhempas dari motornya dengan kecepatan cukup tinggi kemudian jatuh dan kaki kanan tertimpa bagian motor, pasien langsung dibawa ke rumah sakit, keluhan mual dan muntah disangkal. Buang air kecil dan besar tidak ada keluhan. Perdarahan yang keluar dari kepala, hidung dan telinga disangkal. Setelah mendapatkan perawatan di IGD, lalu pasien dibawa ke ruang rawat inap untuk diobservasi dan terapi lebih lanjut.Riwayat Penyakit Dahulu :Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan sebelumnyaRiwayat penyakit hipertensi sebelumnya disangkal

Riwayat penyakit gula disangkalRiwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat penyakit hipertensi, kencing manis, asma dan keganasan pada anggota keluarga disangkal oleh pasien.Riwayat Pengobatan :Pasien belum berobat sebelumnya.

Riwayat Kebiasaan :

Pasien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : tampak sakit ringanKesadaran

: compos mentis

Tanda-tanda vital: Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Nadi

: 100x/menit

Pernapasan

: 20x/menit

Suhu

: 36.0C

Tinggi Badan

: 160 cmBerat Badan

: 57 kgKeadaan Gizi

: Baik

Status Generalis :

Kepala

Normocephali, rambut hitam dengan distribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak terdapat jejas maupun benjolan

Mata

Bentuk normal, simetris, pupil bulat dan isokor, conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+).

Telinga

Normotia, liang telinga lapang, tidak hiperemis, darah (-/-) sekret (-/-), serumen (+/+), membran timpani utuh, benda asing (-/-).

Hidung

Bentuk normal, tidak ada deformitas, septum deviasi (-), konka hipertrofi (-/-), tidak hiperemis, sekret (-/-), darah (-/-).

Mulut

Bibir luka (-), hematom (-), trismus (-), gigi- geligi dalam batas normal, oral hygiene baik. Leher

Inpeksi : jejas (-), oedem (-), hematom (-)

Palpasi : Bentuk normal, tidak teraba pembesaran KGB dan tiroid, nyeri tekan (-) Thorax

Paru Paru

Inspeksi : gerak napas kanan dan kiri simetris, retraksi sela iga (-/-), jejas (-), oedem (-), hematom (-), deformitas (-)

Palpasi: vocal fremitus simetris kiri dan kanan, nyeri tekan (-/-)

Perkusi : sonor di kedua lapang paru

Auskultasi: suara nafas vesikuler kanan dan kiri, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi:Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi:Ictus cordis teraba pada sela iga 5 linea mid clavicula sinistra

Perkusi:Batas jantung normal

Auskultasi:BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-) Abdomen

Inspeksi : datar, jejas (-), hematom (-), oedem (-)Auskultasi : bising usus (+)

Palpasi : supel, nyeri tekan dinding perut (-), defense muscular (-)

Perkusi : timpani, shifting dullness (-)

Genitalia

Tidak ada jejas, tidak terdapat nyeri

Ekstremitas bawah

Kanan Kiri

OtotEutrofiEutrofi

TonusNormotoniNormotoni

MassaTidak ada kelainanTidak ada kelainan

SendiTidak ada kelainanTidak ada kelainan

GerakkanAktif Terbatas

KekuatanNormalNormal

OedemaTidak Ada Ada

Status lokalis regio femur sinistra :

Look :

(+) pembengkakan di lutut dan tungkai atas kiri; (-) angulasi; (-) rotasi

(+) deformitas

Ditemukan luka lecet di kedua tanganFeel :

(+) pembengkakan di tungkai atas kiri dan lutut, suhu kulit normal, teraba keras, (-) mobile, (+) nyeri tekan, pulsasi ke distal (+), CRT 1

Move :

(-) krepitasi

ROM aktif-pasif terbatas akibat nyeri

LABORATORIUM

HematologiMasa perdarahan/BT: 2 menit (1-3 Menit)

Masa pembekuan/CT: 8 menit (5-11 Menit)

Darah Rutin

Hb

: 9,4

(13,0-18.0 g/dl)

Hematokrit: 30

(40-51 %)Leukosit : 12.000/mm3

(3.600 10.600/mm3)Trombosit: 413.000/mm3(150.000 440.000/mm3)

Eritrosit: 3.23 juta/mm3(3.5 6.5 juta/mm3)

Hitung Jenis Leukosit

Basofil

: 1 %

(0-1)

Eosinofil: 6%

(1-6%)

Batang

: 0%

(3-5%)

Netrofil: 57%

(50-70%)

Limfosit: 29%

(30-45%)

Monosit: 3%

(1-10%)

Kimia Klinik

AST (SGOT)

: 15 U/L

(s/d 27)

ALT (SGPT)

: 14 U/L

(s/d 40)

Ureum

: 45 mg/dL

(15-50)

Kreatinin

: 0.8 mg/dL

(0.50-0,70)

Glukosa Darah Puasa : 96 mg/dl

(70-110)

Glukosa Darah 2 PP : 105 mg/dl

(60 tahun dan penyebabnya adalah kecelakaan rumah tangga.

D. ETIOLOGI

Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita harus mengetahui kondisi fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah. Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan memuntir (shearing).

Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan membengkok, memutar dan tarikan. Trauma dapat bersifat :1. Trauma langsungTrauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.2. Trauma tidak langsungDisebut trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan extensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.

Tekanan pada tulang dapat berupa :

Tekanan berputar yang dapat menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik

Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal

Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur impaksi, dislokasi, atau fraktur dislokasi

Kompresi vertikal dapat menyebabkan fraktur komunitif atau memecah misalnya pada bahan vertebra.

Trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu akan menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z

Fraktur oleh karena remuk

Trauma karena tarikan pada ligamen atau tendo akan menarik sebagian tulang.E. KLASIFIKASI Fraktur dapat dibedakan jenisnya berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan disekitar, bentuk patahan tulang, dan lokasi pada tulang fisis.1. Berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan disekitarFraktur dapat dibagi menjadi :a. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.

b. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat (menurut R. Gustillo), yaitu:

Derajat I :

1. Luka 1 cm

2. Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulse

3. Fraktur kominutif sedang

4. Kontaminasi sedang Derajat III :Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan neurovaskular serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur terbuka derajat III terbagi atas:

1. Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi luas/flap/avulsi atau fraktur segmental/sangat kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.

2. Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau kontaminasi masif.

3. Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.

2. Berdasarkan bentuk patahan tulang

a) Transversal

Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang atau bentuknya melintang dari tulang. Fraktur semacam ini biasanya mudah dikontrol dengan pembidaian gips.

b) Spiral

Adalah fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang timbul akibat torsi ekstremitas atau pada alat gerak. Fraktur jenis ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak.

c) Oblik

Adalah fraktur yang memiliki patahan arahnya miring dimana garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang.

d) Segmental

Adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang, ada segmen tulang yang retak dan ada yang terlepas menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darah.

e) Kominuta

Adalah fraktur yang mencakup beberapa fragmen, atau terputusnya keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang.

f) Greenstick

Adalah fraktur tidak sempurna atau garis patahnya tidak lengkap dimana korteks tulang sebagian masih utuh demikian juga periosterum. Fraktur jenis ini sering terjadi pada anak anak.

g) Fraktur Impaksi

Adalah fraktur yang terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya, seperti pada satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.

h) Fraktur Fissura

Adalah fraktur yang tidak disertai perubahan letak tulang yang berarti, fragmen biasanya tetap di tempatnya setelah tindakan reduksi.

3. Berdasarkan lokasi pada tulang fisis

Tulang fisis adalah bagian tulang yang merupakan lempeng pertumbuhan, bagian ini relatif lemah sehingga strain pada sendi dapat berakibat pemisahan fisis pada anak anak. Fraktur fisis dapat terjadi akibat jatuh atau cedera traksi. Fraktur fisis juga kebanyakan terjadi karena kecelakaan lalu lintas atau pada saat aktivitas olahraga. Klasifikasi yang paling banyak digunakan untuk cedera atau fraktur fisis adalah klasifikasi fraktur menurut Salter Harris :

a) Tipe I

Fraktur transversal melalui sisi metafisis dari lempeng pertumbuhan, prognosis sangat baik setelah dilakukan reduks i tertutup.

b) Tipe II

Fraktur melalui sebagian lempeng pertumbuhan, timbul melalui tulang metafisis , prognosis juga sangat baik denga reduksi tertutup.

c) Tipe III

Fraktur longitudinal melalui permukaan artikularis dan epifisis dan kemudian secara transversal melalui sisi metafisis dari lempengpertumbuhan.Prognosis cukup baik meskipun hanya dengan reduksi anatomi.

d) Tipe IV

Fraktur longitudinal melalui epifisis, lempeng pertumbuhan dan terjadi melalui tulang metafisis. Reduksi terbuka biasanya penting dan mempunyai resiko gangguan pertumbuhan lanjut yang lebih besar.

e) Tipe V

Cedera remuk dari lempeng pertumbuhan, insidens dari gangguan pertumbuhan lanjut adalah tinggi.

4. Klasifikasi fraktur femur dapat dibagi dalam :a. Fraktur collum femur :Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung yaitu misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak langsung yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah, dibagi dalam :

Fraktur intrakapsuler (Fraktur collum femur)

Fraktur extrakapsuler (Fraktur intertrochanter femur)

b. Fraktur subtrochanter femur :Ialah fraktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter minor, dibagi dalam beberapa klasifikasi tetapi yang lebih sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi Fielding & Magliato, yaitu :

tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor

tipe 2 : garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor

tipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanterminorc. Fraktur batang femur (dewasa)Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan lalu lintas dikota kota besar atau jatuh dari ketinggian, patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam shock, salah satu klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan daerah yang patah. Dibagi menjadi :

Tertutup Terbuka, ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang patah dengan dunia luar dibagi dalam tiga derajat, yaitu ;Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil, biasanya diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam menembus keluar.Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm) luka ini disebabkan karena benturan dari luar.Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak banyak yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah)

Fraktur femur kanan 1/3 distalFraktur femur kanan 1/3 proksimal

Spiraldisplaced tertutupkominutif displaced tertutup

d. Fraktur supracondyler femur :Fraktur supracondyler fragment bagian distal selalu terjadi dislokasi ke posterior, hal ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot otot gastrocnemius, biasanya fraktur supracondyler ini disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan tinggi sehingga terjadi gaya axial dan stress valgus atau varus dan disertai gaya rotasi. e. Fraktur intercondyler femur :Biasanya fraktur intercondular diikuti oleh fraktur supracondular, sehingga umumnya terjadi bentuk T fraktur atau Y fraktur.f. Fraktur condyler femur :Mekanisme traumanya biasa kombinasi dari gaya hiperabduksi dan adduksi disertai dengan tekanan pada sumbu femur keatas.

F. GAMBARAN KLINIKRiwayatBiasanya terdapat riwayat cedera, diikuti dengan ketidakmampuan menggunakan tungkai yang mengalami cedera, fraktur tidak selalu dari tempat yang cedera suatu pukulan dapat menyebebkan fraktur pada kondilus femur, batang femur, pattela, ataupun acetabulum.Umur pasien dan mekanisme cedera itu penting, kalau fraktur terjadi akibat cedera yang ringan curigailah lesi patologik nyeri, memar dan pembengkakan adalah gejala yang sering ditemukan, tetapi gejala itu tidak membedakan fraktur dari cedera jaringan lunak, deformitas jauh lebih mendukung.Tanda tanda local :

a) Look : Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur, cedera terbuka

b) Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan

c) Movement : Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi sendi dibagian distal cedera.

G. DIAGNOSIS

1. Anamnesa (Ada tidaknya trauma)

Bila tidak ada riwayat trauma berarti fraktur yang terjadi adalah fraktur patologis. Jika terjadi trauma, harus diperinci jenis, berat-ringannya trauma, arah trauma, dan posisi penderita atau ekstrimitas yang bersangkutan (mekanisme trauma).

2. Pemeriksaan Umum

Dicari kemungkinan komplikasi umum, misalnya : shock pada fraktur multiple, fraktur pelvis, serta tanda-tanda fraktur terbuka terinfeksi.

3. Pemeriksaan status lokalis

1. Look

1. Deformitas

a. Penonjolan yang abnormalitas

b. Angulasi

c. Rotasi

d. Shortning

2. Fungsio laesa (hilangnya fungsi) seperti pada fraktur cruris menyebabkan tidak bisa berjalan.

3. Warna kulit yang kemerahan atau kehitaman atau hiperpigmentasi

2. Feel (palpasi)

1. Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit

2. Apabila ada pembengkakan, apakah terjadi fruktuasi atau oedema terutama disekitar persendian

3. Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, dan letak kelainan

3. Move

1. Krepitasi

Terasa krepitasi bila fraktur digerakkan, tp ini bukan cara yang baik dan kurang halus. Krepitasi timbul oleh pergeseran atau beradunya ujung-ujung tulang kortikal. Pada tulang spongiosa atau tulang rawan epifisis tidak terasa krepitasi.

2. Nyeri bila ditekan, baik pada gerak aktif maupun pasif

3. Memeriksa seberapa jauh gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang tidak mampu dilakukan (ROM)

4. Gerakan yang tidak normal : gerakan yang terjadi tidak pada sendi, misalnya pertengahan femur bisa digerakkan

4. Pemeriksaan Laboratorium

1. HB dan hematokrit menurun akibat perdarahan

2. Laju endap darah (LED) meningkat pada jaringan rusak yang meluas

3. Kalsiom dan posfat meningkat pada masa penyembuhan

4. Kreatinin meningkat pada trauma yang terjadi pada otot

5. Alkalin posfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.

5. Pemeriksaan arteriografi dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan vaskular akibat fraktur.

H. PENATALAKSANAAN1. Terapi konservatif :

Proteksi Immobilisasi saja tanpa reposisi Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips Traksi

Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin Metode Pemasangan traksi:

Traksi Manual Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency.

Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.

Traksi Mekanik Ada dua macam, yaitu :

Traksi Kulit

Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg.

Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips.

Traksi Skeletal

Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.

Kegunaan pemasangan traksiTraksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya :

Mengurangi nyeri akibat spasme otot

Memperbaiki dan mencegah deformitas

Immobilisasi

Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi).

Mengencangkan pada perlekatannya.

2. Terapi operatif ORIF (Open Reduction internal fixation)Indikasi ORIF :

Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggi

Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup

Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan

Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi

I. Stadium Penyembuhan Fraktur Proses penyembuhan fraktur terdiri atas lima stadium yaitu :a. Pembentukan hematomFraktur merobek pembuluh darah dalam medulla, korteks dan periosteum sehingga timbul hematom.b. Organisasi Dalam 24 jam, kapiler dan fibroblas mulai tumbuh ke dalam hematom disertai dengan infiltrasi sel sel peradangan. Dengan demikian, daerah bekuan darah diubah menjadi jaringan granulasi fibroblastik vaskular.c. Kalus sementaraPada sekitar hari ketujuh, timbul pulau pulau kartilago dan jaringan osteoid dalam jaringan granulasi ini. Kartilago mungkin timbul dari metaplasia fibroblas dan jaringan osteoid ditentukan oleh osteoblas yang tumbuh ke dalam dari ujung tulang. Jaringan osteoid, dalam bentuk spikula ireguler dan trabekula, mengalami mineralisasi membentuk kalus sementara. Tulang baru yang tidak teratur ini terbentuk dengan cepat dan kalus sementara sebagian besar lengkap pada sekitar hari kedua puluh lima.d. Kalus definitiveKalus sementara yang tak teratur secara bertahap akan diganti oleh tulang yang teratur dengan susunan havers kalus definitif.e. RemodelingKontur normal dari tulang disusun kembali melalui proses remodeling akibat pembentukan tulang osteoblastik maupun resorpsi osteoklastik. Keadaaan terjadi secara relatif lambat dalam periode waktu yang berbeda tetapi akhirnya semua kalus yang berlebihan dipindahkan, dan gambaran serta struktur semula dari tulang tersusun kembali.J. Kelainan Penyembuhan Fraktur Tulang memperlihatkan kemudahan penyembuhan yang besar tetapi dapat terjadi sejumlah penyulit atau terdapat kelainan dalam proses penyembuhan.a. MalunionKelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan deformitas, angulasi atau pergeseran.b. Penyatuan tertundaKeadaan ini umum terjadi dan disebabkan oleh banyak faktor, pada umumnya banyak diantaranya mempunyai gambaran hiperemia dan dekalsifikasi yang terus menerus. Faktor yang menyebabkan penyatuan tulang tertunda antara lain karena infeksi, terdapat benda asing, fragmen tulang mati, imobilisasi yang tidak adekuat, distraksi, avaskularitas, fraktur patologik, gangguan gizi dan metabolik.c. Non union (tak menyatu)Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa. Kadang kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor faktor yang dapat menyebabkan non union adalah tidak adanya imobilisasi, interposisi jaringan lunak, pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella dan fraktur yang bersifat patologis.K. KOMPLIKASI

a. Sindrom Emboli Lemak

Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan sukar bernafas. Gejala dari sindrom emboli lemak mencakup dyspnea, perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor), tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.

b. Sindrom Kompartemen

Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot. Gejala gejalanya mencakup rasa sakit karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia. Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta (radius atau ulna).

c. Nekrosis Avaskular (Nekrosis Aseptik)

Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur (yaitu kepala dan leher), saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah. Karena nekrosis avaskular mencakup proses yang terjadi dalam periode waktu yang lama, pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya sampai dia keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien merupakan hal yang penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya melaporkan nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada saat menahan beban.

d. Osteomyelitis

Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi. Luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang terlihat tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur fraktur dengan sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko osteomyelitis yang lebih besar

e. Gangren Gas

Gas gangren berasal dari infeksi yang disebabkan oleh bakterium saprophystik gram-positif anaerob yaitu antara lain Clostridium welchii atau clostridium perfringens.

Clostridium biasanya akan tumbuh pada luka dalam yang mengalami penurunan suplai oksigen karena trauma otot. Jika kondisi ini terus terjadi, maka akan terdapat edema, gelembung gelembung gas pada tempat luka. Tanpa perawatan, infeksi toksin tersebut dapat berakibat fatal.

L. PENCEGAHAN Pencegahan fraktur dapat dilakukan berdasarkan penyebabnya. Pada umumnya fraktur disebabkan oleh peristiwa trauma benturan atau terjatuh baik ringan maupun berat. Pada dasarnya upaya pengendalian kecelakaan dan trauma adalah suatu tindakan pencegahan terhadap peningkatan kasus kecelakaan yang menyebabkan fraktur.a. Pencegahan Primer Pencegahan primer dapat dilakukan dengan upaya menghindari terjadinya trauma benturan, terjatuh atau kecelakaan lainnya. Dalam melakukan aktifitas yang berat atau mobilisasi yang cepat dilakukan dengan cara hati hati, memperhatikan pedoman keselamatan dengan memakai alat pelindung diri.b. Pencegahan SekunderPencegahan sekunder dilakukan untuk mengurangi akibat akibat yang lebih serius dari terjadinya fraktur dengan memberikan pertolongan pertama yang tepat dan terampil pada penderita. Mengangkat penderita dengan posisi yang benar agar tidak memperparah bagian tubuh yang terkena fraktur untuk selanjutnya dilakukan pengobatan. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk melihat bentuk dan keparahan tulang yang patah. Pemeriksaan dengan foto radiologis sangat membantu untuk mengetahui bagian tulang yang patah yang tidak terlihat dari luar. Pengobatan yang dilakukan dapat berupa traksi, pembidaian dengan gips atau dengan fiksasi internal maupun eksternal.c. Pencegahan TersierPencegahan tersier pada penderita fraktur yang bertujuan untuk mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan tindakan pemulihan yang tepat untuk menghindari atau mengurangi kecacatan. Pengobatan yang dilakukan disesuaikan dengan jenis dan beratnya fraktur dengan tindakan operatif dan rehabilitasi. Rehabilitasi medis diupayakan untuk mengembalikan fungsi tubuh untuk dapat kembali melakukan mobilisasi seperti biasanya. Penderita fraktur yang telah mendapat pengobatan atau tindakan operatif, memerlukan latihan fungsional perlahan untuk mengembalikan fungsi gerakan dari tulang yang patah. Upaya rehabilitasi dengan mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi antara lain meminimalkan bengkak, memantau status neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan dan pengaturan otot, partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktivitas ringan secara bertahap.DAFTAR PUSTAKA

1. Rasjad, Chairuddin, 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Penerbit Bintang Lamumpatue Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, Hal: 149-153

2. Apley, A. G. Dan Louis Solomon, 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Edisi Ketujuh. Penerbit Widya Medika, Jakarta

3. Anonim, fraktur femur. Dalam kumpulan Kuliah Ilmu bedah Khusus, Aksara Medisina FK UI< Jakarta, 1987.

4. Anonim, Fraktur. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Editor : Sjamsihidajat, Wim de Jong, EGC, Jakarta, 1997.

5. Harrelson J.M, Ortopedi Umum. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Sabiston. Editor : dr. Devi H, Alih bahasa : De Petrus A, EGC, Jakarta, 1994.

6. Jergesen F. H., Ortopedi. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery), Editor : Theodore R. Schrock, Alih bahasa : Adji Dharma, Petrus, Gunawan, EGC, Jakarta, 1995.7. Suratun, Heryati, Manurung Santa, Raenah Een. Gangguan system musculoskeletal. Jakarta: EGC. 2008. p149-52.

8. Khurmaga Hendradi. Fraktur. Jakarta: UKRIDA. 2013. p6.

9. Patel PR. Radiologi. ed. 2. Jakarta: Erlangga. 2006. P222-3.

10. Helmi ZN. Buku ajar gangguan muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika. 2011. p411-55

11. Sjamsuhidayat, de Jong. Buku ajar ilmu bedah. ed 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG. 2011. p959-1083 .

12. Bucholz RW, Heckman JD, Court-Brown CM. Rockwood & Green's Fractures in Adults, 6th Edition. USA: Maryland Composition. 2006. p80-331 .

13. Adnan, M. TulangdanSendidalam: Diktat Radiologi IV. Bursa BukuKedokteran AesculapiusFakultasKedokteranUniversitasHasanuddin, 1983. Hal 2.

14. AO Foundation. Open Complete Articular Multifragmentary Distal Femoral Fracture.[online]. 2009. [Cited August 16]. Available from http://www2.aofoundation.org

15. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Hip Fracture. [online]. 2009. [Cited August 16]. Available from http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A0039216. Sabiston. Buku ajar bedah. Edisi ke-2. Penerbit buku kedokteran, EGC. Jakarta, 1994, Hal; 380-3.

Lig. iliofemorale

28