Case Omsk Maligna

download Case Omsk Maligna

of 21

description

PROGNOSIS• Quo ad vitam : ad bonam• Quo ad functionam : ad malam• Quo ad sanationam : ad malam

Transcript of Case Omsk Maligna

LAPORAN KASUS(Otitis Media Supuratif Kronik Tipe Maligna)

Disusun Oleh :Vito Jonathan[07120110034]

Pembimbing :dr. Pulo Raja Soaloon Banjarnahor, Sp.THT

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN TELINGA, HIDUNG, TENGGOROKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPANRUMAH SAKIT UMUM SILOAMLAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN Nama: Ny.N Jenis Kelamin: Perempuan Tanggal Lahir: 07 April 1984 Usia: 31 tahun Status: Sudah Menikah Pekerjaan: Agama: Islam Alamat: Tangerang, Banten No. Rekam Medis: RSUS 00-68-47-20

ANAMNESISAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari, 7 Januari 2016 di Bangsal lantai 4 Rumah Sakit Umum Siloam (RSUS).

Keluhan Utama:Nyeri pada telinga kanan sejak 3 hari SMRS Keluhan Tambahan: Sakit kepala dirasakan sejak 3 hari yang lalu Nyeri saat menelan dirasakan sejak 1-2 minggu yang lalu Telinga keluar cairan sejak 2 hari yang lalu Telinga berdenging sejak 2 hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang:Pasien datang dengan keluhan nyeri pada daerah telinga sejak 3 hari yang lalu. Nyeri yang dirasakan pada telinga kanan baik disentuh maupun tidak disentuh. Nyeri yang pasien rasakan seperti di tusuk-tusuk, dan skala nyeri nya adalah 7/10. Selain itu pasien juga mengeluhkan telinga yang berdenging, tetapi pasien tidak tahu apakah itu dari telinga kanan atau dari telinga kiri, dan pasien juga mengeluhkan keluar nya cairan dari telinga kanan sejak 2 hari yang lalu. Cairan yang keluar berupa darah yang bercampur dengan nanah dan jumlah cairan nya tidak banyak. Menurut pengakuan pasien sebelumnya pasien juga pernah keluar cairan yang berbau tetpai sudah sejak 2 bulan yang lalu, tetapi karena tidak keluar cairan lagi dan menurut pasien itu hal yang biasa, maka pasien tidak pergi ke dokter. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala sejak 3 hari yang lalu, sakit nya dirasakan pada seluruh kepala, sakit yang dirasakan seperti di tusuk-tusuk. Sakit kepala yang dirasakan pasien tidak menjalan ke daerah tubuh lainnya. Sakit kepala yang dirasakan 7/10. Pasien juga memiliki keluhan sakit saat menelan sejak 1-2 minggu yang lalu, menurut pengakuan pasien, pasien sudah sering mengalamai kejadian tersebut, maka pasien tidak pergi ke dokter, karena hal itu sudah wajar buat pasien. Sakit saat menelan yang dirasakan pasien tidak sampai menganggu makan pasien, pasien tetap bisa makan, makanna yang padat. Pasien tidak memiliki keluhan lain seperti mual, muntah, demam, pandangan menjadi dua, gangguan keseimbangan, dan gangguan pendengaran.

Riwayat Penyakit Dahulu :Pasien mengaku tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya. Pasien juga tidak pernah menderita penyakit berat sehingga harus dirawat di rumah sakit. Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan, maupun riwayat operasi sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi, maupun diabetes mellitus. Pasien menyangkal adanya riwayat gangguan darah dan juga infeksi TB paru.

Riwayat Penyakit Keluarga :Menurut pasien tidak ada anggota keluarga dari ayah maupun ibu yang menderita penyakit yang sama. Tidak ada juga riwayat keluarga yang terkena kanker. Hanya saja ibu pasien memiliki hipertensi.

Riwayat Kebiasaan : Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok. Pasien tidak mengkonsumsi alkohol, maupun menggunakan NAPZA. Pasien mengaku sering menggaruk telinga nya karena gatal, dan tak jarang menggunakan cotton bud.

Riwayat Ekonomi, Lingkungan dan Sosial : Pasien mengaku bahwa ia cukup mampu untuk membiayai hidupnya sehari-hari dengan makan makanan yang cukup sehat. Pasien lama tinggal sendiri, akan tetapi sejak 1 tahun lalu pasien mulai tinggal dengan ibunya. Pasien telah menikah, tetapi sudah berpisah dengan suaminya, suami pasien tiba-tiba menghilang. Menurut pasien rumah dan lingkungan tempat tinggalnya cukup bersih dan terawat. Sekarang pasien bekerja sebagai buruh cuci.Anamnesis Sistem / Review of System Sistem Serebrospinal: sakit kepala (+), pusing (-), demam (-), gelisah (-), kelumpuhan (-), kejang (-), mata dobel (-), lemas (+). Sistem Kardiovaskular: nyeri dada (-), sesak nafas (-), sianosis (-), jantung berdebar (-). Sistem Respiratoris: hidung tersumbat (-\-), hidung meler (-), anosmia (-), hiperosmia (-), batuk (-), pilek (-), nyeri tenggorokan (+). Sistem Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), konstipasi (-), nyeri perut (-). Sistem Urogenital : frekuensi buang air kecil normal, warna air kencing seperti biasa. Sistem Muskuloskeletal : pegal linu (-), badan lemas (+), deformitas (-), nyeri otot (-), bengkak (-), kaku sendi (-), memar (-). Sistem Integumentum : bintik merah (-), kulit kering (-), kulit pucat (-), sianotik (-), kulit kemerahan (-).

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum : tampak sakit berat Kesadaran: Compos Mentis (GCS 15) Tanda - tanda vital Nadi: 80x/menit (regular, isi cukup) Tekanan darah : 110/80 mmHg Laju pernafasan: 20x/menit Suhu tubuh (axilla): 37.0 C

Pengukuran berat dan tinggi badan Berat badan: 38 kg Tinggi badan: 159 cm BMI (Body Mass Index) : 15.07 (underweight)

Status Generalis Kepala Rambut: persebaran rambut merata, rambut hitam, lurus, tipis. Struktur tulang : tidak tampak deformitas. Wajah Kulit : edema (-), ikterik (-), pucat (-). Mata: pupil bulat isokor, gerakan kedua bola mata baik, sklera ikterik (-\-), konjungtiva anemis (+/+), reflex cahaya direk (+\+) dan indirek (+\+). Hidung : kedua lubang hidung simetris, masih dalam 1 alignment, septum deviasi ke arah kiri, polip (-/-), benda asing (-/-), sekret (+/+), mukosa atrofi (+/+), mukosa hiperemis (-/-). Telinga : lubang telinga luas, sekret (+/-), serumen kering (-/-), darah (+/-), cholesteatom (+/-), membran timpani perforasi (+/-), terdapat nyeri tekan mastoid (+/-), nyeri tekan tragus (+/-) Mulut: halitosis (-), mukosa kering (+), lidah merah & bersih, karies (-), gigi ompong (-), gusi berdarah (-), sariawan (+), faring hiperemis (+). Tenggorokan : terdapat perbesaran tonsil T2/T2, ditemukan tonsil hiperemis(+/+) , dedritus (-/-), post nasal drip (-/-) Leher: Tidak terdapat perbesaran kelenjar getah bening

Thorax (Paru & Jantung) Anterior Inspeksi : pernafasan simetris saat statis dan dinamis, ictus cordis tidak terlihat, bentuk dada normal, retraksi (-), deformitas (-), bekas luka (-). Palpasi : pengembangan paru kanan dan kiri simetris, tactile vocal fremitus simetris kanan dan kiri Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru. Auskultasi: suara nafas vesikular, ronchii (-/-), wheezing (-/-), stridor (-/-), gallop (-/-), murmur (-/-).

Abdomen Inspeksi: permukaan datar, distensi (-), bekas luka (-), dilatasi vena (-), striae (-), rash (-). Auskultasi: bising usus (+). Palpasi: nyeri tekan (-) tidak teraba massa. Perkusi: timpani pada seluruh region abdomen.

Genitalia: tidak diperiksa.

Ekstremitas Superior : Sianosis (-/-), akral hangat, edema (-/-), deformitas (-/-), CRT < 2 detik. Inferior: Sianosis (-/-), akral hangat, edema (+/+), deformitas (-/-), CRT < 2 detik..

Status Lokalis THT (Telinga, Hidung dan Tenggorokan)a. TelingaKananKiri

Daun telingaNormotiaNormotia

PreaurikularFistula (-)Fistula (-)

RetroaurikularNyeri tekan (-), fistula (-), abses (-)Nyeri tekan (-), fistula (-), abses (-)

Liang telinga (dengan otoskop) : Mukosa Sekret / Discharge Serumen Darah Cholesteatom Benda asing Jaringan granulasi Spora / Hifa jamur Benjolan

Hiperemis (-)(+)(+)(+)(+)(-)(-)(-)(-)

Hiperemis (-)(-)(+)(-)(-)(-)(-)(-)(-)

Membran timpani (dengan otoskop) :Perforasi, reflex cahaya (-) di daerah marginal, Retraksi (-)Intact, Reflex cahaya (+) di arah jam 4,Perforasi (-), Retraksi (-)

Nyeri tekan tragus(+)(-)

Nyeri tarik telinga(+)(-)

b. HidungKananKiri

Deformitas(-)(-)

Nyeri tekan : Pangkal hidung Pipi Dahi(-)(-)(-)(-)(-)(-)

Krepitasi(-)(-)

Vestibulum (dengan rhinoskop)Rambut (+)hiperemis (-)Sekret : (-) Massa (-)Rambut (+)hiperemis (-)Sekret : (-) Massa (-)

Septum deviasi (+)(+)

Dasar hidung Tidak tampak krustaTidak tampak krusta

Nasofaring(dengan nasoendoskopi)Tidak tampak massa pada nasofaring

c. TenggorokanPada saat pemeriksaan tenggorokan, ditemukan perbesaran tonsil T2/T2, lalu tonsil dan faring hiperemis. Tidak ditemukan dedritus, post nasal drip, dan uvula yang membengkak.

PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DILAKUKANPemeriksaan Hematologi Pre-operasi (29-12-15)Complete Blood CountBiochemistry

Hemoglobin10.20 g/dL -

Hematocrit30.30 % -Ureum12 mg/dL

RBC3.77 10^6/L -Creatinine0.30 mg/dL +

WBC21.43 10^3/L +eGFR209.8 ml/mnt

Platelet425 10^3/LElectrolyte

MCV80.50 fLNatrium137 mmol/L

MCH27.70 pgKalium3.6 mmol/L

MCHC33.70 g/dL Chloride101 mmol/L

Pemeriksaan Hematologi (3-1-16) Post-operasiComplete Blood Count

Hemoglobin7.80 g/dL

Hematocrit23.30 %

RBC2.90 10^6/L

WBC10.51 10^3/L

Platelet680 10^3/L

MCV80.50 fL

MCH26.70 pg

MCHC33.50 g/dL

Blood Smear Morphology:Kesan: anemia hipokrom normositer suspek anemia et causa defisiensi Fe.DSCT Mastoid Non Contrast:Tampak opasifikasi pada kavum timpani bilateral, kanalis akustikus internus bilateranl terutaman kanan curiga disertai cholesteatoma yang mendestruksi struktur maleus, incus, dan stapes, dan mendestruksi aditus ad antrum dan antrum mastoid kanan.Pneumoenchepale pada cerebellum sisi kanan dan CPA kananNasal septum deviasi kearah kiriFoto Thorax AP/PA:Kesan: COR dalam batas normal Tidak tampak penebalan hilus Tidak tampak infiltratRESUMEPasien perempuan, 31 tahun datang dengan keluhan sakit pada telinga kanannya sejak 2 hari yang lalu. Lalu pasien mengeluhkan telinga berdenging sejak 2 hari yang lalu, keluar darah dan seperti nanah pada telinga kanannya sejak 2 hari yang lalu, sakit kepala sejak 3 hari yang lalu dan sakit saat menelan sejak 1-2 minggu yang lalu. Pasien tidak pernah mengalami gejala ini sebelumnya, dan pasien tidak mengkonsumsi obat apapun untuk menghilangkan nyerinya. Pasien memiliki riwayat kebiasaan menggaruk kuping dan menggunakan cotton bud.Pada pemeriksaan fisls status generalis ditemukan konjungtiva anemis, terdapat nyeri tekan pada daerah telinga kanan, terdapat perforasi pada telinga kanan daerah marginal, dan terdapat sekret berupa darah dan nanah pada telinga kanan. Pasien juga memiliki perbesaran tonsil T2/T2 disertai dengan hiperemis. Pasien memiliki deviasi septum nasal kearah kiri.Pada pemeriksaan lab ditemukan pasien sangat anemis dengan jumlah HB dan eritrosit yang rendah, lalu ditemukan leukositosis serta hipoalbumi dan hipercreatinine.Pada pemeriksaan foto CT scan mastoid non kontras, ditemukan opasifikasi pada kavum timpani bilateral, kanalis akustikus internus bilateranl terutaman kanan curiga disertai cholesteatoma yang mendestruksi struktur maleus, incus, dan stapes, dan mendestruksi aditus ad antrum dan antrum mastoid kanan. Selain itu juga terdapat septum deviasi nasal ke arah kiri, dan pneumoenchepale pada cerebellum sisi kanan dan CPA kanan.

DIAGNOSIS Diagnosis Kerja: Otitis media supuratif kronik tipe maligna telinga kanan dengan suspek abcess otak Pengkajian : Dari anamnesis ditemukan keluhan sakit pada telinga kanan, yang disertai dengan keluarnya sekret yang berupa seperti nanah dan terdapat darah. Pasien juga mengeluhkan telinga nya berdenging yang diikuti dengan sakit kepala dan nyeri saat menelan. Dari pemeriksaan fisik ditemukan sekret pada liang telinga kanan, yang berbentuk seperti nanah yang bercampur dengan darah dan berbau. Lalu terdapat nyeri tekan pada telinga kanan, dan ditemukan cholesteatoma serta membran timpani yang perforasi pada daerah marginal. Dari pemeriksaan penunjang foto CT scan mastoid non contrast, ditemukan opasifikasi pada kavum timpani bilateral, kanalis akustikus internus bilateral terutama kanan curiga disertai cholesteatoma yang mendestruksi struktur maleus, incus, dan stapes, dan mendestruksi aditus ad antrum dan antrum mastoid kanan

Diagnosis Banding : 1. Otitis Media Supuratif tipe Jinak: Perforasi pada membran timpani, disertai dengan keluar nya cairan merupakan jenis dari otitis media supuratif, tetapi yang membedakan jinak dengan ganas atau maligna adalah, letak dari perforasi itu sendiri. Biasanya pada jinak letak perforasi nya terdapat di center, sedangkan pada ganas letak perforasi nya bisa marginal atau atik. Selain itu pada jinak tidak ditemukan cholesteatoma, dimana pada ganas ditemukan cholesteatoma yang dapat mengdestruksi tulang.

PEMERIKSAAN PENUNJANG ANJURAN LAINNYAPemeriksaan Radiologi :Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan radiologi kepala dan leher, namun agar lebih jelas dalam menegakkan diagnosis, sebaiknya dilakukan pemeriksaan radiologi seperti:

MRI KepalaPemeriksaan foto MRI otak, dapat melihat apakah terdapat komplikasi intracranial, seperti abcess ekstradural, abcess subdural, meningitis, abses otak otogenik.PENATALAKSANAANPada pasien ini telah diberikan terapi medikamentosa, antara lain: Ceftazidime PCT Metronidazole Vit K Omeprazole Tarivid Otic H202 LaxadinPada pasien ini telah dilakukan mastoidektomi radikal AD pada tanggal 1/1/16PROGNOSIS Quo ad vitam: ad bonam Quo ad functionam: ad malam Quo ad sanationam: ad malam

FIFE Feeling: Pasien merasa tidak nyaman dan takut dengan penyakit yang dideritanya. Idea: Pasien mengetahui tentang penyakit yang sedang dideritanya. Function: Pasien merasa sangat terganggu sebab pasien tidak dapat bekerja lagi dan melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri. Expectation: Pasien ingin sembuh dan berharap terapi yang akan dijalaninya dapat memperingan keadaannya.

TINJAUAN PUSTAKAA. DefinisiOtitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif. Masing-masing mempunyai bentuk akut dan kronis. Pada beberapa penelitian, diperkirakan terjadinya otitis media yaitu 25% pada anak-anak. Infeksi umumnya terjadi dua tahun pertama kehidupan dan puncaknya pada tahun pertama masa sekolah.Radang telinga tengah menahun atau otitis media supuratif kronik (OMSK), yang biasa disebut congek adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous, mukous atau purulen. Penyakit ini biasanya diikuti oleh penurunan pendengaran dalam beberapa tingkatan.

B. InsidensiInsiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia dan orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang sedang berkembang.Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam hal definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban dunia akibat OMSK melibatkan 65330 juta orang dengan telinga berair, 60% di antaranya (39200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan. Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia.

C. Klasifikasi OMSKOMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen. Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafasatas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous. Sekret mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosatelinga tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek.Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:

Fase aktifPada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen. Ukuran perforasi bervariasi dari sebesar jarum sampai perforasi subtotal pada pars tensa. Jarang ditemukan polip yang besar pada liang telinga luar. Perluasan infeksi ke sel-sel mastoid mengakibatkan penyebaran yang luas dan penyakit mukosa yang menetap harus dicurigai bila tindakan konservatif gagal untuk mengontrol infeksi, atau jika granulasi pada mesotimpanum dengan atau tanpa migrasi sekunder dari kulit, dimana kadang-kadang adanya sekret yangberpulsasi diatas kuadran posterosuperior.

Fase tidak aktif / fase tenangPada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga.

Faktor predisposisi pada penyakit tubotimpani : Infeksi saluran nafas yang berulang, alergi hidung, rhinosinusitis kronis Pembesaran adenoid pada anak, tonsilitis kronis Mandi dan berenang dikolam renang, mengkorek telinga dengan alat yang terkontaminasi Malnutrisi dan hipogammaglobulinemia Otitis media supuratif akut yang berulang

2. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral lebihsering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah nekrotis. Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu : 1. KongenitalKriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital, menurut Derlaki dan Clemis (1965) adalah:Berkembang dibelakang dari membran timpani yang masih utuh.Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel undiferential yang berubah menjadi epitel skuamous selama perkembangan. Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang temporal, umumnya pada apeks petrosa. Dapat menyebabkan fasialis parese, tuli saraf berat unilateral, dan gangguan keseimbangan.2. Didapat. Kolesteatoma yang didapat seringnya berkembang dari suatu kantong retraksi. Jika telah terbentuk adhesi antara permukaan bawah kantong retraksi dengan komponen telinga tengah, kantong tersebut sulit untuk mengalami perbaikan bahkan jika ventilasi telinga tengah kembali normal. Area kolaps pada segmen atik atau segmen posterior pars tensa membrane timpani. Epitel skuamosa pada membrane timpani normalnya membuang lapisan sel-sel mati dan tidak terjadi akumulasi debris, tapi jika terbentuk kantong retraksi dan proses pembersihan ini gagal, debris keratin akan terkumpul dan pada akhirnya membentuk kolesteatoma. Pengeluaran epitel melalui leher kantong yang sempit menjadi sangat sulit dan lesi tersebut membesar. Membran timpani tidak mengalami perforasi dalam arti kata yang sebenarnya : lubang yang terlihat sangat kecil, merupakan suatu lubang sempit yang tampak seperti suatu kantong retraksi yang berbentuk seperti botol, botol itu sendiri penuh dengan debris epitel yang menyerupai lilin. Teori lain pembentukan kolesteatoma menyatakan bahwa metaplasia skuamosa pada mukosa telinga tengah terjadi sebagai respon terhadap infeksi kronik atau adanya suatu pertumbuhan ke dalam dari epitel skuamosa di sekitar pinggir perforasi, terutama pada perforasi marginal. Destruksi tulang merupakan suatu gambaran dari kolesteatoma didapat, yang dapat terjadi akibat aktivitas enzimatik pada lapisan subepitel. Granuloma kolesterol tidak memiliki hubungan dengan kolesteatoma, meskipun namanya hampir mirip dan kedua kondisi ini dapat terjadi secara bersamaan pada telinga tengah atau mastoid.Granuloma kolesterol, disebabkan oleh adanya kristal kolesterol dari eksudat serosanguin yang ada sebelumnya. Kristal ini menyebabkan reaksi benda asing, dengan cirsi khas sel raksasa dan jaringan granulomatosa.

D. Etiologi dan PatogenesisPenyebab terbesar otitis media supuratif kronis adalah infeksi campuran bakteri dari meatus auditoris eksternal , kadang berasal dari nasofaring melalui tuba eustachius saat infeksi saluran nafas atas. Organisme-organisme dari meatus auditoris eksternal termasukstaphylococcus, pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B.coli dan aspergillus. Organisme dari nasofaring diantaranya streptococcus viridans, streptococcus A hemolitikus, streptococcus B hemolitikus dan pneumococcus.Suatu teori patogenesis mengatakan terjadinya otititis media nekrotikans akut menjadi awal penyebab OMSK yang merupakan hasil invasi mukoperiusteum organisme yang virulen, terutama berasalh dari nasofaring terbesa pada masa kanak-kanak, atau karena rendahnya daya tahan tubuh penderita sehingga terjadinya nekrosis jaringan akibat toxin nekrotik yang dikeluarkan oleh bakteri kemudian terjadi perforasi pada membrane timpani setelah penyakit akut berlalu membrane timpani tetap berlubang atau sembuh dengan membrane atrofi.Pada saat ini kemungkinan besar proses primer untuk terjadinya OMSK adalah tuba eustachius, telinga tengah dan sel-sel mastoid. Faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis sangat majemuk, antara lain :1. gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis akibat :a. infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulangb. obstruksi anatomic tuba eustachius parsial atau total2. perforasi membrane timpani yang menetap3. terjadinya metaplasia skuamosa / perubahan patologik menetap lainnya pada telinga tengah4. obstruksi terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid5. terdapat daerah dengan skuester atau otitis persisten ddi mastoid6. faktor konstitusi dasar seperti alergi kelemahan umum atau perubahan mekanisme pertahanan tubuh.

E. Manifestasi Klinis:Pasien mengeluh otore, vertigo, tinitus, rasa penuh ditelinga, telinga berair (sekret dapat berupa mukoid atau purulent), atau gangguan pendengaran (Kapita Selekta, 2002). Nyeri telinga atau tidak nyaman biasanya ringan dan seperti merasakan adanya tekanan ditelinga. Gejala-gejala tersebut dapat terjadi secara terus menerus atau intermiten dan dapat terjadi pada salah satu atau pada kedua telinga.Gejala otitis media kronik yang penting adalah gangguan pendengaran, yang biasanya konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena darah yang sakit, ataupun kolesteatoma, dapat menghantarkan bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita supurasi telinga tengah kronik, dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya dura mater atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Vertigo pada pasien dengan supurasi telinga tengah kronik merupakan gejala serius lainnya. Gejala ini memberi kesan adanya suatu fistula, berarti ada erosi pada labirin tulang sering kali pada kanalis semisirkularis horisontalis. Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam, sehingga timbul labirintitis (ketulian komplit), dan dari sana mungkin berlanjut menjadi meningitis.F. Diagnosis:Mengingat bahaya komplikasi, OMSK maligna harus dideteksi sejak dini. Diagnosis pasti ditegakkan pada penemuan di kamar operasi. Beberapa tanda klinis sebagai pedoman adalah perforan pada marginal atau atik, abses atau fistel petroanrikuler, polip atau jaringan granulasi ditelinga tengah, sekret pembentuk nanah dan berbau khas (Kapita Selekta, 2002).Pada inspeksi telinga didapatkan mukosa telinga hiperemisi gelembung udara atau cairan di belakang membrana tympani. Membrani tympani tampak kering atau perforasi (terdapat lubang pada membran tympani) membrana tympani tampak reetraksi ke dalam.Kultur dari sekret didapatkan bakteri, bakteri tersebut dapat merupakan penyebab dari OMA yang resisten. X-ray atau CT scan kepala didapat penyebaran dari infeksi telinga tengah .Uji fistula perlu dilakukan pada setiap kasus supurasi telinga tengah kronik dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada membrana timpani dan dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga tengah. Untuk tujuan ini dapat digunakan otoskop pneumatik bila dapat dipastikan pemasangan yang erat. Uji ini perlu rutin dikerjakan pada pasien-pasien dengan otitis media kronik, karena fistula sering kali ada sekalipun tanpa vertigo. Akan tetapi uji fistula yang berhasil negatif, belum dapat menyingkirkan kemungkinan adanya fistula.G. Tatalaksana:Prinsip pengobatan OMSK adalah :1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani.2. Pemberian antibiotika :a.topikal antibiotik ( antimikroba)b.sistemik.3. Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.TerapiTerapi otitis media supuratif kronik (OMSK) memiliki beberapa kesulitan. Diantaranya membutuhkan waktu yang lama, gejala sering berulang, sekret yang keluar tidak cepat kering dan sekret yang selalu kambuh. Masalah ini dapat disebabkan :1.Perforasi membran timpani. Perforasi membran timpani yang permanen menyebabkan telinga tengah terpapar langsung & terus-menerus oleh dunia luar.2. Sumber infeksi. Sumber infeksi yang masih ada dapat terjadi pada nasofaring, faring, hidung dan sinus paranasalis.3.Jaringan patologik. Jaringan patologik yang ireversibel telah terbentuk dalam rongga mastoid.4.Gizi & higiene. Status gizi dan higiene pasien yang kurang.Ada 3 cara terapi konservatif (medikamentosa) otitis media supuratif kronik (OMSK) benigna, yaitu :1. Obat pencuci telinga. Bahannya H2O2 3%. Berikan selama 3-5 hari. Pengobatanini kita berikan bila sekret telinga keluar terus-menerus.2. Obat tetes telinga. Lanjutkan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik & kortikosteroid setelah sekret yang keluar telah berkurang. Jangan berikan selama lebih 1-2 minggu secara berturut-turut. Juga hindari pemberiannya pada otitis media supuratif kronik OMSK) tenang. Hal ini disebabkan semua antibiotik tetes telinga bersifat ototoksik.3. Obat antibiotik. Berikan antibiotik oral golongan ampisilin atau eritromisin sebelum hasil tes resistensi obat kita terima. Berikan eritromisin jika pasien alergi terhadap golongan penisilin. Berikan ampisilin asam klavulanat bila terjadi resistensi ampisilin.Selain terapi konservatif (medikamentosa), tindakan pembedahan dapat pula kita lakukan pada otitis media supuratif kronik (OMSK) benigna.PembedahanAda beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain:1.Mastoidektomi sederhana ( simple mastoidectomy)2.Mastoidektomi radikal3.Mastoidektomi radikal dengan modifikasi4.Miringoplasti5.Timpanoplasti

Ada lima tipe dasar dari prosedur timpanoplasti menurut Zollner dan Wullstein (1952): Tipe I timpanoplasti disebut Miringoplasti. Hanya merekonstruksi membran timpaniyang berlubang. Tipe II timpanoplasti digunakan untuk perforasi membran timpani dengan erosimaleus. Ini melibatkan pencangkokan pada inkus atau sisa-sisa maleus tersebut. Tipe III timpanoplasti diindikasikan untuk penghancuran dua ossicles, dengan stapesmasih utuh dan mobile. Ini melibatkan penempatan cangkokan ke stapes, danmenyediakan perlindungan untuk perakitan. Tipe IV timpanoplasti digunakan untuk penghancuran tulang pendengaran, yangmencakup semua atau bagian dari lengkungan stapes. Ini melibatkan penempatancangkokan pada atau sekitar kaki stapes mobile. Tipe V timpanoplasti digunakan ketika kaki dari stapes menetap.6.Pendekatan ganda timpanoplasti ( Combined approach tympanoplasty)Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.H. Prognosis: Prognosis kolesteatom yang tidak diobati akan berkembang menjadi meningitis, abes otak, prasis fasialis atau labirintis supuratif yang semuanya fatal. Sehingga OMSK type maligna harus diobati secara aktif sampai proses erosi tulang berhenti.

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi, Sp.THT, Prof. Dr. Efiaty Arsyad, Prof. Dr. Nurbaiti Iskandar, Sp.THT, Prof. Dr. Jenny Bashiruddin, Sp.THT, and DR. Dr. Ratna Dwi Restuti, Sp.THT. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.2. Adams, L. G. et al. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Ed. ke-6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta3. Djaafar, Zainul, Helmi, Ratna Restuti. 2007. Komplikasi Otitis Media Supuratif. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 78 85. 4. Endang, M. & Nusjirwan, R. 2006. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.5. Anatomi fisiologi telinga. Available from : http://arispurnomo.com/anatomi-fisiologi-telinga

22