Case Kulit Soreang Scabies
-
Upload
febri-mutiarani-putri -
Category
Documents
-
view
138 -
download
1
description
Transcript of Case Kulit Soreang Scabies
Case Report
Skabies
Disusun oleh:
Dewi Kurnia Lestari (110.2008.068)
Ditya Ayu Dwiputri (110.2008.082)
Isyana Prasantini (110.2008.312)
Nurindah Dwi Utami (110.2008.296)
Sheinny Herliandry (110.2008.xxx)
Siti Hidayah Tsaniawati (110.2008.315)
Wulan Anindya Danirmala (110.2008.321)
Pembimbing:
dr. Hedi Hendrawan R., Sp.KK; M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
SMF KULIT DAN KELAMIN RSUD SOREANG
NOVEMBER
2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan karunia-
Nya sehingga dapat menyelesaikan presentasi kasus yang berjudul “ Skabies” sebagai salah
satu syarat untuk mengikuti ujian di kepaniteraan klinik SMF Kulit di RSUD Soreang.
Pada kesempatan kali ini, izinkan kami sebagai penulis untuk mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami untuk menyelesaikan presentasi kasus
ini, terutama kepada pembimbing saya dr. Hedi Hendrawan R., Sp.KK; M.Kes yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing kami. Terima kasih juga kami ucapkan kepada
keluarga kami yang selalu memberikan dukungan dan memotivasi kami hingga saat ini, serta
kepada teman-teman kami yang sedang menjalani kepanitraan di RSUD Soreang.
Kami menyadari bahwa penulisan pada presentasi kasus ini banyak terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu kami mengharapkan saran serta kritik yang dapat membangun
dalam presentasi kasus ini guna untuk perbaikan di kemudian hari. Semoga presentasi kasus
ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua baik sekarang maupun dihari yang akan
datang.
Soreang, November 2013
Penulis
2
BAB I
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS
Nama : An. R
Usia : 1 Tahun 16 hari
Jenis kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Sunda
Agama : Islam
Alamat : Cilastari 1/3 Alam Endah Kec. Rancabali Kab. Bandung
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Belum bekerja
No. Rekam medis : xxxxxx
Tanggal Periksa : 04 - 11 - 2013
II. ANAMNESA
Alloanamnesa dengan ibu pasien pada tanggal 04 november 2013
Keluhan utama : Bruntus – bruntus pada leher bagian belakang, punggung, kedua
lengan, sela-sela jari tangan, dan perut bagian bawah yang
terasa gatal
Riwayat P enyakit S ekarang :
Pasien datang ke poli kulit RSUD Soreang, menurut ibu pasien terdapat
bruntus – bruntus pada leher bagian belakang, kedua lengan, sela-sela jari tangan,
punggung dan perut bagian bawah yang terasa gatal sejak 2 minggu SMRS. Bruntus
– bruntus awalnya timbul pada leher belakang kemudian meluas ke punggung, kedua
lengan dan sela jari tangan lalu ke perut bagian bawah sebesar jarum pentul yang
terasa gatal terutama semakin hebat pada saat malam hari, sehingga pasien sulit tidur
dan rewel. Bruntus – bruntus sering digaruk namun tidak menimbulkan luka.
Ibu pasien sudah pernah menggunakan sabun detol dan bedak caladin
untuk mengobati pasien namun keluhan menetap. Pasien belum pernah berobat ke
dokter sebelumnya. Keluhan tidak disertai demam, sakit kepala, mual muntah. Pasien
tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan.
3
Menurut ibu pasien, seluruh anggota keluarga pasien yang berada
dalam satu rumah mempunyai keluhan yang sama. Pasien mandi 2x sehari dengan
mengganti pakaian dan baju dalamnya setiap mandi. Ibu pasien mengaku jarang
menjemur kasur, mengganti seprei, sarung bantal dan selimut. Riwayat memakai
handuk dan sabun mandi bersama-sama dengan anggota lainnya disangkal. Handuk
dicuci 1 bulan sekali.
Pasien tidak memiliki hewan peliharaan. Riwayat pasien pernah digigit
serangga disangkal. Riwayat menemukan kutu atau bercak bercak pada pakaian /
celana dalam disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
-
Riwayat Penyakit Keluarga :
Ayah, Ibu dan Kakak pasien mengalami keluhan serupa
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos mentis.
Tanda-tanda vital : T : 110 / 60 mmHg.
N : 110 X/ mmt.
R : 28 X/ mmt.
S : 36,6º C.
Kepala : Normocephale, rambut hitam, distribusi merata, tidak ada kelainan
kulit
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, alis mata hitam, tidak
ada madarosis
Telinga : Bentuk telinga normal, tidak tampak sekret keluar, tidak ada kelainan
kulit
Hidung : Normal, deviasi (-), sekret (-), tidak ada kelainan kulit
Mulut : bibir tidak kering, caries dentis (-), faring hiperemis (-)
4
Leher : Trakea di tengah, KGB tidak membesar, terdapat kelainan kulit pada
leher belakang (lihat status lokalis)
Thoraks : bentuk normal, pergerakan simetris, tidak terdapat kelainan kulit
Paru : Suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, terdapat kelainan
kulit (lihat status dermatologikus)
Ekstremitas atas : akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, terdapat
kelainan kulit (lihat status dermatologikus)
Ekstremitas bawah : akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, terdapat
kelainan kulit
(lihat status dermatologikus)
Status Dermatologis
Lokalisasi : Regioner
Distribusi : Diskrete
At Regio : - Colli posterior
- Thoraks posterior
- Antebrachii bilateral
- Interdigitalis manus bilateral
- Abdomen
Lesi : Multipel, bentuk bulat, ukuran milier sampai lentikuler diameter 0,3
– 0,7 cm, menimbul, batas tegas, kering
Efloresensi : Papula eritema, kanalikuli sulit ditemukan
5
6
Resume
Seorang anak perempuan berusia 1 tahun 16 hari datang ke poliklinik kulit dan
kelamin RSUD Soreang, menurut ibu pasien terdapat bruntus – bruntus pada leher bagian
belakang, kedua lengan, sela-sela jari tangan, punggung dan perut bagian bawah yang terasa
gatal sejak 2 minggu SMRS. Bruntus – bruntus awalnya timbul pada leher belakang
kemudian meluas ke punggung, kedua lengan dan sela jari tangan lalu ke perut bagian bawah
sebesar jarum pentul yang terasa gatal terutama semakin hebat pada saat malam.
Faktor predisposisi :
- Pasien tidur satu kamar dengan temannya yang mengalami keluhan serupa
- Pasien jarang menjemur kasur, mengganti seprei, sarung bantal dan
selimut.
- Pasien mencuci handuknya 1x sebulan.
7
Faktor presipitasi : Garukan pada kulit yang gatal.
Diagnosis Banding :
- Pediculosis Corporis
- Purigo hebra
Diagnosis Kerja : Scabies
Usulan Pemeriksaan :
Pemeriksaan pita selopan dengan KOH 10 %
Penatalaksanaan :
Umum :
a. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan cara penularannya
b. Menjelaskan bahwa scabies adalah penyakit menular
c. Menerangkan pentingnya menjaga kebersihan perseorangan dan lingkungan
tempat tinggal
d. Mencuci piring, selimut, handuk, dan pakaian dengan bilasan terakhir dengan
menggunakan air panas
e. Menjemur kasur, bantal, dan guling secara rutin
f. Bila gatal sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat menyebabkan
luka dan resiko infeksi
g. Menjelaskan pentingnya mengobati anggota keluarga yang menderita keluhan
yang sama
h. Memberi penjelasan bahwa pengobatan dengan penggunaan krim yang dioleskan
pada seluruh badan tidak boleh terkena air, jika terkena air harus diulang kembali.
Krim dioleskan ke seluruh tubuh saat malam hari menjelang tidur dan didiamkan
selama 8 jam hingga keesokan harinya. Obat digunakan 1 x seminggu dan dapat
diulang seminggu kemudian.
Khusus : 8
- Topikal : Permetrin cream 5 % dioleskan sekali ke seluruh tubuh dan dibersihkan
setelah 10 jam ( cream dioleskan dari mulai leher sampai ujung kaki)
- Sistemik : Antihistamin Cetirizine 2 x 10 mg selama 3 hari.
Prognosis :
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad Fungtionam : Ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
9
LANDASAN TEORI
A. Definisi.
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. (Handoko, R, 2001).
B. Epidemiologi.
Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6 % - 27 % populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja. (Sungkar, S, 1995).
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan Seksual). (Haandoko, R, 2001).
C. Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 . Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8 – 12 hari.(Handoko, R, 2001).
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3 – 4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. ( Mulyono, 1986).
10
Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7 – 14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang. (Andrianto dan Tang Eng Tie, 1989).
D. Patogenesis.
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.(Handoko, R, 2001).
E . Cara Penularan.
Penyakit scabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung dan erat atau dapat pula melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang yang sehat. Di Amerika Serikat dilaporkan, bahwa scabies dapat ditularkan melalui hubungan seksual meskipun bukan merupakan akibat utama. (BrownT.Y. et al, 1999).
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu tempat yang relative sempit. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada. (Benneth, F.J., 1997).
Penularan scabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas. Di Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk. Dibeberapa sekolah didapatkan kasus pruritus selama beberapa bulan yang sebagian dari mereka telah mendapatkan pengobatan skabisid. (Meyer, J. et al, 2000).
F . Gejala Klinis.
Ada 4 tanda cardinal (Handoko, R, 2001) :
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
11
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.
G . Klasifikasi.
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain (Sungkar, S, 1995):
1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated).
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
2. Skabies incognito.
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.
3. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
12
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan.
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 – 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
5. Skabies Norwegia.
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.
6. Skabies pada bayi dan anak.
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. (Harahap. M, 2000).
7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden).
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas. (Harahap. M, 2000).
H . Pembantu Diagnosis.
Cara menemukan tungau (Handoko, R, 2001):
1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan diatas sebuah kaca objek, lalu ditutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya : lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya.
4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin.
13
I. Diagnosis.
Diagnosis scabies ditegakkan atas dasar (Harahap.M, 2000):
1. Ada terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok, panjangnya beberapa millimeter sampai 1 cm dan pada ujungnya tampak vesikula, papula atau pustula.
2. Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan tangan bagian volar, siku, lipat ketiak bagian depan, areola mammae, sekitar umbilicus, abdomen bagian bawah, genitalia eksterna pria.Pada oaring dewasa jarang terdapat di muka dan kepala, kecuali pada penderita imunosupresif, sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi di seluruh permukaan kulit.
3. Penyembuhan cepat setelah pemberian obat anti skabies topical yang efektif. 4. Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu anggota keluarga menderita
gatal, harus dicurigai adanya skabies. Gatal pada malam hari disebabkan oleh temperature tubuh menjadi lebih tinggi sehingga aktivitas kutu meningkat.
J . Diferensial Diagnosis.
Diagnosis bandingnya adalah (Siregar, R.S,1996):
1. Prurigo, biasanya berupa papel-papel yang gatal, predileksi pada bagian ekstensor ekstremitas.
2. Gigitan serangga, biasanya jelas timbul sesudah ada gigitan, efloresensinya urtikaria papuler.
3. Folikulitis, nyeri berupa pustule miliar dikelilingi daerah yang eritem.
K . Penatalaksanaan
Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati termasuk pasangan seksnya. Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan scabies yaitu:
Permetrin.
Merupakan obat pilihan untuk saat ini , tingkat keamanannya cukup tinggi, mudah pemakaiannya dan tidak mengiritasi kulit. Dapat digunakan di kepala dan leher anak usia kurang dari 2 tahun. Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8 jam kemudian dicuci bersih
Malation.
Malation 0,5 % dengan daasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya diberikan beberapa hari kemudian.(Harahap. M, 2000).
Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %).
14
Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Sering terjadi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. (Handoko, R, 2001).
Sulfur.
Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10 % secara umum aman dan efektif digunakan. Dalam konsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama 3 malam. (Harahap, M, 2000).
Monosulfiran.
Tersedia dalam bentuk lotion 25 %, yang sebelum digunakan harus ditambah 2 – 3 bagian dari air dan digunakan selam 2 – 3 hari. (Harahap, M, 2000).
Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan).
Kadarnya 1 % dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan dan jarang terjadi iritasi. Tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian.(Handoko, R, 2001).
Krotamiton 10 % dalam krim atau losio, merupakan obat pilihan. Mempunyai 2 efek sebagai antiskabies dan antigatal.(Handoko, R, 2001).
L. Prognosis.
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat di berantas dan memberikan prognosis yang baik. (Harahap, M, 2000).
Kesimpulan
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya.
Penularannya dengan 2 cara kontak langsung dan kontak tak langsung. Pada penyakit skabies ditemukan 4 tanda cardinal yaitu pruritus nocturna, menyerang
manusia secara berkelompok, adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan dan menemukan tungau.
Ujud kelainan kulit pada penyakit skabies yaitu ditemukannya papul, vesikel, erosi, ekskoriasi, krusta dan lain-lain.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda Adhi . Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed. 5. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta : 2007.
2. Bag./SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. FK.
Unair/RSU Dr. Soetomo. Surabaya : 2007.
3. Lab/SMF. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP
Sanglah. Denpasar : 2000.
4. Sularsito Sri Adi , Soebaryo Retno Widowati, Kuswadji . Dermatologi Praktis . Ed. 1.
PERDOSKI. 1989.
5. Wiederkehr, M., Schwart, R. A. 2006. Scabies. Available at:
http://www.emedicine.com/DERM/topic471.htm.
6. Stone, S.P, scabies and pedikulosis, in: Freedberg, et al. Fitzpatrick’s Dermatology In
General Medicine 6th edition. Volume 1. McGraw-Hill Professional. 2003
III. PEMBAHASAN
16
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinik, dan pemerksaan yang
dilakukan. Dari anamnesis didapatkan bruntus – bruntus kemerahan yang gatal timbul pada
sela kedua tangan, perut bagian bawah, kemaluan, bokong, kedua kaki. Keluhan gatal
dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari. Pasien tinggal bersama teman-temannya
di pesantren dan riwayat orang sekitar yang mengalami keluhan yang sama dibenarkan oleh
pasien, yakni teman pasien yang tidur satu kamar. Pasien dapat didiagnosis menderita
penyakit skabies, dimana hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa dengan ditemukannya 2
dari tanda 4 tanda kardinal skabies maka diagnosis klinis dapat ditegakkan.1 Diagnosis
ditegakkan jika ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal yakni :
1. Pruritus nokturna (gatal pada malam hari ) karena akitivitas tungau lebih tinggi pada
malam hari
2. Ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh keluarga, sebagian
tetangga yang berdekatan
3. Ditemukannya kanalikulus pada tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-
abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata –rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan ditemukan papul dan vesikel.
4. Menemukan tungau. Merupakan hal yang paling diagnostik.
Dimana tanda kardinal yang ditemukan adalah pruritus nokturna, adanya orang di sekitar
pasien yang mengalami keluhan yang sama .
Dari status dermatologinya kita dapatkan bahwa terdapat lesi . Pada pemeriksaan
dermatologis didapatkan lesi regioner pada region abdomen, intergluteal, interdigitalis
manus bilateral, genital. Lesi multiple, diskret, bilateral, batas tegas, bentuk bulat, ukuran
miliar sampai lentikuler diameter 0,3 – 0,7 cm, menimbul dari permukaan kulit, kering.
Efloresensi papul eritematosa. Hal ini sesuai untuk diagnosis skabies, dimana di dalam teori
dikatakan bahwa predileksi terjadinya pada daerah dengan stratum korneum yang tipis,
namun karena pada anak-anak lapisan stratum korneum tubuhnya sebagian besar masih tipis
maka penyebarannya dapat bersifat atipikal. Selain itu pada pasien ini pada daerah sela jari
kedua tangan juga didapatkan effloresensi berupa papula, bentuk bulat, berbatas tegas,
penyebaran diskrit dan multiple.
Pada kasus ini dipikirkan diagnosis banding yaitu prurigo hebra yaitu penyakit kulit
kronis dimulai sejak bayi atau anak, sering terdapat pada anak dengan tingkat social ekonomi
17
dan hygiene rendah. Penyebab pasti belum diketahui, diduga sebagai penyakit herediter,
akibat kepekaan kulit terhadap gigitan serangga. Tanda khasnya adalah adanya papul-papul
miliar tidak berwarna, berbentuk kubah, sangat gatal. Tempat predileksinya di ekstremitas
bagian ekstensor dan simetris. Diagnosis ini dapat disingkirkan karena pasien baru
mengalami keluhan 1 bulan yang lalu dan tidak peka tehadap gigitan nyamuk.
Sedangkan pada pedikulosis korporis kelainan kulitnya berupa papul milier disertai
bekas garukan yang menyeluruh pada tubuh pasien. Pada dermatitis, meskipun memberikan
kelainan kulit yang hamper sama namun pada dermatitis tidak akan ditemukan kanalikuli,
adan pada anamnesa tidak didapatkan adanya anggota keluarga yang menderita keluhan yang
sama.
Penatalaksanaan pada kasus scabies dapat dilakukan baik dengan non-
medikamentosa dan medikamentosa. Penatalaksanaan non medikamentosa yaitu dengan
memberikan eduksai seperti Rajin melakukan pengobatan dan seluruh keluarga harus diobati,
menjaga kebersihan pasien dan keluarga, seluruh pakaian di rumah dicuci dengan
menggunakan air hangat, kasur, bantal, dan benda-benda lain yang tidak bisa dicuci dapat
dijemur, kontrol seminggu lagi untuk melihat hasil terapi dan perkembangan penyakit .
Pada pasien ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan memberikan obat
secara topikal dan sistemik. Obat topikal yang diberikan adalah Permetrin 5 % krim dioleskan
ke seluruh tubuh pada malam hari selama 10 jam, satu kali dalam seminggu. Pada teori yang
telah dikemukakan bahwa obat topikal yang paling baik diberikan pada anak-anak berupa
permetrin 5 % mengingat efektif pada semua stadium skabies dan toksisitasnya yang rendah1.
Serta penggunannya yang mudah dan dapat diperoleh dengan midah di apotek. Selain itu
untuk mengurangi gatal yang dialami pasien terutama pada malam hari juga diberikan obat
antihistamin yaitu Klorfeniramin maleat 2 x1/2 tablet. Obat ini murah dan mudah didapat
namun memiliki efek mengantuk karena efek sedatif.
18