Case Katarak

40
Lapoan kasus KATARAK SENILIS MATURE OD DISUSUN OLEH: Ristianti Affandi 1102010248 PEMBIMBING : Dr. Hj. Elfi Hendriati Budiman, Sp.M DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN

description

CK

Transcript of Case Katarak

Lapoan kasusKATARAK SENILIS MATURE OD

DISUSUN OLEH:Ristianti Affandi1102010248

PEMBIMBING :Dr. Hj. Elfi Hendriati Budiman, Sp.M

DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAANKLINIK BAGIAN/ SMF MATA RSUD GARUTFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS YARSI2015

BAB ISTATUS PASIENIDENTITAS PENDERITA PEMERIKSANo. CM:Nama : Ristianti AffandiTanggal: 10 Maret 2015NPM: 1102010248Nama: Tn. UUmur: 70 tahun ( L )PEMBIMBINGAlamat: SingajayaPekerjaan: Wiraswasta (Dr. Elfi Hendriati B, Sp.M )

ANAMNESAKeluhan utama : Penglihatan mata kanan buram sejak lebih kurang 6 bulan SMRS.Anamnesa khusus : Pasien datang ke poliklinik mata RSU dr. Slamet Garut dengan keluhan penglihatan mata kanan buram sejak lebih kurang 6 bulan SMRS. Pasien mengaku mata kiri juga buram namun tidak seberat mata kanan. Awalnya kurang lebih 1 tahun SMRS pasien mengalami gangguan saat melihat, sepeti ada yang menghalangi berwarna putih mirip asap dan dirasakan semakin memberat. Keluhan dirasakan baik pada malam hai dan siang hari. Sekarang pasien merasa tidak lagi dapat melihat, buram dan terasa gelap. Keluhan nyeri kepala hebat dan mata merah disangkal. Keluhan mata seperti melihat pelangi disangkal. Keluhan mata perih, gatal dan berair disangkal pasien. Riwayat memakai kaca mata sebelumnya disangkal pasien. Pasien bekerja wiraswata, dan apabila keluar rumah tidak menggunakan kacamata pelindung.

Anamnesa keluarga :Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien. Riwayat penyakit darah tinggi dan penyakit kencing manis dikeluaga disangkal.Riwayat penyakit dahulu: Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal Riwayat tekanan darah tinggi disangkal Riwayat kencing manis disangkal Riwayat trauma pada kedua mata disangkalRiwayat Sosial ekonomi: CukupRiwayat gizi: CukupPEMERIKSAAN1. Status OftalmologiPemeriksaan Subjektif

Visus ODOS

SC1/~1/60

CC--

STN--

KOREKSI--

ADD--

GERAKAN BOLA MATABaik ke segala arahBaik ke segala arah

Pemeriksaan EksternalODOS

Palpebra superiorTidak Ada KelainanTidak Ada Kelainan

Palpebra inferiorTidak Ada KelainanTidak Ada Kelainan

SiliaTumbuh teraturTumbuh teratur

Ap. Lakrimalis Tidak Ada KelainanTidak Ada Kelainan

Konj. Tarsalis superiorTenangTenang

Konj. Tarsalis inferiorTenangTenang

Konj. Bulbi TenangTenang

Kornea Jernih Jernih

COASedang Sedang

Pupil Bulat, ditengahBulat, ditengah

Diameter pupil 2 mm 4 mm

Reflex cahaya

Direct ++

Indirect ++

IrisCoklat, Kripta +Coklat, Kripta +

Shadow test NegatifPositif

Lensa Keruh seluruhnyaKeruh Sebagian

Pemeriksaan Biomikroskop (Slit Lamp)ODOS

Silia Tumbuh teraturTumbuh teratur

Konjungtiva superiorTidak Ada KelainanTidak Ada Kelainan

Konjungtiva inferiorTidak Ada KelainanTidak Ada Kelainan

KorneaJernih Jernih

COASedangSedang

Pupil Bulat, isokor, sentralBulat, isokor, sentral

Iris Coklat, kripta jelasCoklat, kripta jelas

Lensa Keruh seluruhnyaKeruh sebagian

Tonometri schiotz7 / 5.5 = 12.2 mmHg6 / 5.5 = 14.6 mmHg

Palpasi Normal perpalpasiNormal perpalpasi

Pemeriksaan FunduskopiFunduskopi ODOS

Lensa Keruh seluruhnyaKeruh sebagiam

Vitreus Tidak dapat dinilai Sulit dinilai

Fundus Reflex fundus (-)Reflex fundus (+)

PapilTidak dapat dinilaiSulit dinilai

CDRTidak dapat dinilaiSulit dinilai

A/V retina sentralisTidak daoat dinilaiSulit dinilai

Retina Tidak dapat dinilaiSulit dinilai

MaculaTidak dapat dinilai Sulit dinilai

RESUME :Pasien datang ke poliklinik mata RSU dr. Slamet Garut dengan keluhan penglihatan mata kanan buram sejak lebih kurang 6 bulan SMRS. Pasien mengaku mata kiri juga buram namun tidak seberat mata kanan. Awalnya kurang lebih 1 tahun SMRS pasien mengalami gangguan saat melihat, sepeti ada yang menghalangi berwarna putih mirip asap dan dirasakan semakin memberat. Keluhan dirasakan baik pada malam hai dan siang hari. Sekarang pasien merasa tidak lagi dapat melihat, buram dan terasa gelap. Riwayat hipertensi, kencing manis dan trauma sebelumnya disangkal. ODOS

Visus1/~1/60

Gerakan bola mataBaik ke segala arahBaik ke segala arah

Palpebra sup/infTidak ada kelainanTidak ada kelainan

Konjungtiva bulbiTenangTenang

KorneaJernih Jernih

COASedang Sedang

Pupil Bulat isokorBulat isokor

Iris Coklat, kripta +Coklat, kripta +

Lensa Keruh seluruhnyaKeruh sebagian

Tonometri 7 / 5,5 = 12,2 mmHg 6 / 5,5 = 14,6 mmHg

Shadow Test-+

LensaKeruh seluruhnyaKeruh sebagian

Fundus Reflex fundus (+)Reflex fundus (-)

Diagnosa kerja :Katarak senilis mature OD + Katarak senilis imature OSRencana pemeriksaan:1. Pemeriksaan Lab. Darah : Hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, eritrosit, masa pendarahan (BT), masa pembekuan (CT)Pemeriksaan Lab. Kimia darah : glukosa darah sewaktuPemeriksaan Urine : glukosa urin 2. Biometri 3. Pemeriksaan USG mataRencana terapi : Medikamentosa :1. Cendo xitrol ED 6dd gtt II ODS2. Cefadroxil 500mg 2 x 1 tab p.o3. Metilprednisolon 8 mg 3 x 1 tab p.o Non medikamentosa:1. Rencana operasi katarak dengan tekhnik SICE / Fakoemulsifikasi + IOL2. Edukasi tentang penyakit katarak dan operasi katarak3. Kontrol ke dokter setelah tindakan operasiPrognosa : Quo ad vitam: ad bonamQuo ad functionam : dubia ad bonamBAB IITINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI LENSALensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir transparan semua. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang iris, lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul ini merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan epitel lensa. 65% lensa terdiri atas air, sekitar 35% protein (kandungan protein tertinggi diantara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit mineral. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain.2

Bagian-bagian lensa :1. KapsulKapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan tersusun dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul ini mengandung isi lensa serta mempertahankan bentuk lensa pada saat akomodasi. Bagian paling tebal kapsul berada di bagian anterior dan posterior zona preekuator, dan bagian paling tipis berada di bagian tengah kutub posterior.2,32. Serat ZonulaLensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa.2,3

3. Epitel LensaTepat dibelakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel. Sel-sel epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan sel-sel lainnya, seperti sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel tersebut juga dapat membentuk ATP untuk memenuhi kebutuhan energi lensa. Sel-sel epitel yang baru terbentuk akan menuju equator lalu berdiferensiasi menjadi serat lensa.2,64. Lens fibers. Sel epitel memanjang untuk membentuk serat-serat lensa yang mempunyai bentuk yang complicated. Serat lensa yang sudah matur merupakan sel yang sudah tidak mempunyai inti. Serat-serat lensa yang terbentuk selam kehidupan membentuk nukleus dan korteks.2,3NukleusMerupakan bagian tengah yang mengandung serat yang tertua. Nukleus sendiri mempunyai bagian-bagian, dengan yang tertua ada di bagian paling tengah.2,3KorteksMerupakan serat lensa di sekitar nukleus yang berusia muda.2,3

FISIOLOGIFungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Supaya hal ini dapat dicapai, maka daya refraksinya harus diubah-ubah sesuai dengan sinar yang datang sejajar atau divergen. Perubahan daya refraksi lensa disebut akomodasi. Hal ini dapat dicapai dengan mengubah lengkungnya lensa terutama kurvatura anterior.5,1Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil; dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya pararel akan terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh daya biasnya. Kerjasama fisiologik antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan akan berkurang.5,1Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu: kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung; jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan; terletak di tempatnya. Lensa dapat merefraksikan cahaya karena indeks refraksinya, secara normal sekitar 1,4 pada bagian tengah dan 1,36 pada bagian perifer yang berbeda dari aqueous dan vitreous humor yang mengelilinginya. Pada keadaan tidak berakomodasi, lensa memberikan kontribusi 15-20 D dari sekitar 60 D seluruh kekuatan refraksi bola mata manusia. Sisanya, sekitar 40 D kekuatan refraksi diberikan oleh udara dan kornea. 5,1Pada fetus, bentuk lensa hampir sferis dan lemah. Pada orang dewasa lensanya lebih padat dan bagian posterior lebih konveks. Proses sklerosis bagian sentral lensa, dimulai pada masa kanak-kanak dan terus berlangsung secara perlahan-lahan sampai dewasa dan setelah ini proses bertambah cepat dimana nukleus menjadi lebih besar dan korteks bertambah tipis. Pada orang tua lensa menjadi lebih besar, lebih gepeng, warna kekuning-kuningan, kurang jernih dan tampak sebagai grey reflex atau senile reflex, yang sering disangka katarak, padahal salah. Karena proses sklerosis ini, lensa menjadi kurang elastis dan daya akomodasinya pun berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia, pada orang Indonesia dimulai pada umur 40 tahun.5,1METABOLISMETransparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase. Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogen.5KATARAKDefinisiKatarak merupakan kelainan mata tenang dengan gejala penurunan visus penglihatan perlahan. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies yang berarti air terjun. Pandangan pasien dengan katarak tampak seperti terhalang air terjun. Kesan tersebut terjadi akibat keruhnya lensa akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa atau keduanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan proses penyakit intraokuler lainnya. Penuaan/aging merupakan penyebab utama katarak, namun dapat pula disebabkan faktor lain seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok, dan faktor keturunan. Tanpa faktor pajanan, katarak dapat muncul pada usia 70 tahun.1,3EpidemiologiLebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang usia 60 tahun ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan lensa. Sedangkan pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi katarak kongenital pada negara maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran. Frekuensi katarak laki-laki dan perempuan sama besar. Di seluruh dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan akibat katarak.7Etiologi dan Faktor RisikoPenyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh faktor risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit E, radang menahun dalam bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang mengandung timbal.1,3Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti katarak.1,3Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak kongenital. Katarak kongenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika hamil, atau penyebab lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan metabolik lainnya seperti diabetes melitus.1,3Beberapa faktor lain yang mempengaruhi, diantaranya :a. Faktor keturunanb. Pengguanaan obat tertentu, khususnya steroidc. Gangguan pertumbuhand. Operasi mata sebelumnyae. Faktor-faktor lainnya yang belum diketahui.1,3PatofisiologiPatofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum sepenuhnya dapat dipahami diduga melibatkan interaksi kompleks antara berbagai proses fisiologis. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.3,4 Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan sklerosis:1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa yang berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa. Air yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yang menyebabkan kekeruhan lensa.3,42. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabut kolagen terus bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen di tengah. Makin lama serabut tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.3,4Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:1. Kapsulaa. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)b. Mulai presbiopiac. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur d. Terlihat bahan granular2. Epitel-makin tipisa. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata3. Serat lensaa. Serat irregular b. Pada korteks jelas kerusakan serat selc. Brown sclerotic nucleus, sinar UV lama kelamaan merubah protein nukelus lensa, sedang warna coklat protein lensa nucleus mengandung histidin dan triptofan dibanding normald. Korteks tidak berwarna karenai kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi foto oksidasi.2,3Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat perubahan pada serabut halus multipel yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Pada protein lensa menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan penghambatan jalannya cahaya ke retina.3,4KlasifikasiBerdasarkan usia katarak dibagi menjadi 3, yaitu;1. Katarak senilKatarak yang terjadi pada usia lanjut, umumnya terjadi pada usia diatas 50 tahun. Biasanya disebabkan karena proses penuaan.2. Katarak juvenilKatarak yang terjadi pada anak-anak.3. Katarak kongenitalKatarak yang terjadi sebelum atau segera setelah lahir.2Berdasarkan morfologinya katarak dapat diklasifikasikan menjadi:1. Katarak NuklearPada katarak Nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan menjadikan nukleus lensa menjadi berwarna kuning dan opak. Katarak yang lokasinya terletak pada bagian tengah lensa atau nukleus. Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari jernih menjadi kuning sampai coklat. Progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling banyak terjadi. Pandangan jauhlebih dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik.2,3,42. Katarak KortikalPada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks lensa serta komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa. Katarak menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai timbulsekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat, tetapi lebih cepat dibandingkan katarak nuklear. Terdapat wedge-shape opacities/cortical spokes atau gambaran seperti ruji. Keluhan yang biasa terjadi yaitu penglihatan jauh dan dekat terganggu, penglihatan merasa silau.2,3,43. Katarak Subkapsular PosteriorPada katarak subkapsular posterior terjadi peningkatan opasitas pada bagian lensa belakang secara perlahan. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lebih cepat. Bentuk ini lebih sering menyerang orang dengan diabetes, obesitas atau pemakaian steroid jangka panjang. Katarak ini menyebabkan kesulitan membaca, silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang.2,3,4Berdasarkan stadium :1. Katarak InsipienPada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini pada awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia yang disebabkan oleh indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk waktu yang lama.2,42. Katarak ImaturPada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi glaukoma sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test, maka akan terlihat bayangan iris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+).2,43. Stadium IntumesenKekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam lensa menyebabkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibandingkan dalam keadaan normal. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan menyebabkan myopia lentikular.

4. Katarak MaturPada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil disintegrasi melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada lensayang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.2,4

5. Katarak HipermaturMerupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang mengalami degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni. Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif. Cairan/protein lensa yang keluar dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena di anggap sebagai benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena aliran melalui COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan cairan/protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata.2,4

Klasifikasi katarak menurut etiologi;1. Katarak Primer Katarak primer merupakan katarak yang terjadi karena proses penuaan atau degenerasi, bukan karena penyebab yang lain, seperti penyakit sistemik atau metabolik, traumatik, toksik, radiasi dan kelainan kongenital.3,42. Katarak Sekundera. Katarak MetabolikKatarak metabolik atau disebut juga katarak akibat penyakit sistemik, terjadi bilateral karena berbagai gangguan sistemik berikut ini : diabetes melitus, hipokalsemia (oleh sebab apapun), defisiensi gizi, distrofi miotonik, dermatitis atopik, galaktosemia, dan sindrom Lowe, Werner, serta Down. 3,4b. Katarak TraumatikKatarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada lensa atau trauma tumpul pada bola mata. Peluru senapan angin dan petasan merupakan penyebab yang sering; penyebab lain yang lebih jarang adalah anak panah, batu, kontusio, pajanan berlebih terhadap panas (glassblowers cataract), dan radiasi pengion. Di dunia industri, tindakan pengamanan terbaik adalah sepasang kacamata pelindung yang bermutu baik. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueous dan kadang-kadang vitreus masuk ke dalam struktur lensa. Pasien sering kali adalah pekerja industri yang pekerjaannya memukulkan baja ke baja lain. Sebagai contoh, potongan kecil palu baja dapat menembus kornea dan lensa dengan kecepatan yang sangat tinggi lalu tersangkut di vitreus atau retina.3,4c. Katarak KomplikataPenyakit intraokular atau penyakit di bagian tubuh yang lain dapat menimbulkan katarak komplikata. Penyakit intraokular yang sering menyebabkan kekeruhan pada lensa ialah iridosiklitis, glukoma, ablasi retina, miopia tinggi dan lain-lain. Katarak-katarak ini biasanya unilateral. Pada uveitis, katarak timbul pada subkapsul posterior akibat gangguan metabolisme lensa bagian belakang. Kekeruhan juga dapat terjadi pada tempat iris melekat dengan lensa (sinekia posterior) yang dapat berkembang mengenai seluruh lensa. Glaukoma pada saat serangan akut dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan lensa subkapsul anterior. Bentuk kekeruhan ini berupa titik-titik yang tersebar sehingga dinamakan katarak pungtata subkapsular diseminata anterior atau dapat disebut menurut penemunya katarak Vogt. Katarak ini bersifat reversibel dan dapat hilang bila tekanan bola mata sudah terkontrol. Ablasio dan miopia tinggi juga dapat menimbulkan katarak komplikata. Pada katarak komplikata yang mengenai satu mata dilakukan tindakan bedah bila kekeruhannya sudah mengenai seluruh bagian lensa atau bila penderita memerlukan penglihatan binokular atau kosmetik. Jenis tindakan yang dilakukan ekstraksi linear atau ekstraksi lensa ekstrakapsular. Iridektomi total lebih baik dilakukan dari pada iridektomi perifer. Katarak yang berhubungan dengan penyakit umum mengenai kedua mata, walaupun kadang-kadang tidak bersamaan. Katrak ini biasanya btimbul pada usia yang lebih muda. Kelainan umum yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes melitus, hipoparatiroid, miotonia distrofia, tetani infantil dan lain-lain. Diabetes melitus menimbulkan katarak yang memberikan gambaran khas yaitu kekeruhan yang tersebar halus seperti tebaran kapas di dalam masa lensa.Pada hipoparatiroid akan terlihat kekeruhan yang mulai pada dataran belakang lensa, sedang pada penyakit umum lain akan terlihat tanda degenerasi pada lensa yang mengenai seluruh lapis lensa.1,2d. Katarak ToksikKatarak toksik atau disebut juga katarak terinduksi obat, seperti obat kortikosteroid sistemik ataupun topikal yang diberikan dalam waktu lama, ergot, naftalein, dinitrofenol, triparanol, antikolinesterase, klorpromazin, miotik, busulfan. Obat-obat tersebut dapat menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.1e. Katarak Ikutan (membran sekunder)Katarak ikutan merupakan kekeruhan kapsul posterior yang terjadi setelah ekstraksi katarak ekstrakapsular akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa lensa yang tertinggal, paling cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari pasca ekstraksi ektrakapsular. Epitel lensa subkapsular yang tersisa mungkin menginduksi regenerasi serat-serat lensa, memberikan gambaran telur ikan pada kapsul posterior (mutiara Elschnig). Lapisan epitel berproliferasi tersebut dapat membentuk banyak lapisan dan menimbulkan kekeruhan yang jelas. Sel-sel ini mungkin juga mengalami diferensiasi miofibroblastik. Kontraksi serat-serat tersebut menimbulkan banyak kerutan kecil di kapsulposterior, yang menimbulkan distorsi penglihatan. Semua faktor ini dapat menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan setelah ekstraksi katarak ekstrakapsular. Katarak ikutan merupakan suatu masalah besar pada hampir semua pasien pediatrik, kecuali bila kapsul posterior dan vitreus anterior diangkat pada saat operasi. Dulu, hingga setengah dari semua pasien dewasa mengalami kekeruhan kapsul posterior setelah mengalami ekstraksi katarak ekstrakapsular. Namun, tehnik bedah yang semakin berkembang dan materi lensa intraokular yang baru mampu mengurangi insiden kekeruhan kapsul posterior secara nyata.Manifestasi KlinisKatarak berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri disertai gangguan penglihatan yang muncul secara bertahap.1. Penglihatan kabur dan berkabut2. Fotofobia3. Penglihatan ganda4. Kesulitan melihat di waktu malam5. Sering berganti kacamata6. Perlu penerangan lebih terang untuk membaca7. Seperti ada titik gelap didepan mata3,4

DiagnosaDiagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelainan jantung.1Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak subcapsuler posterior dapat membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur intraokuler dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya.1Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur. Pemeriksaan shadow test dilakukan untuk menentukan stadium pada katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari intergritas bagian belakang harus dinilai.1Diagnosis BandingKatarak kongenital yang bermanifestasi sebagai leukokoria perlu dibedakan dengan kondisi lain yang menyebabkan leukokoria, seperti retinoblastoma, retinopathy of prematurity, atau persistent hyperplastic primary vitreus (PHPV).7TatalaksanaIndikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup indikasi visus, medis, dan kosmetik.1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada tiap individu, tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak terhadap aktivitas sehari-harinya.72. Indikasi medis; pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan pada lensa matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi katarak seperti glaukoma imbas lensa (lens-induced glaucoma), endoftalmitis fakoanafilaktik, dan kelainan pada retina misalnya retiopati diabetik atau ablasio retina.73. Indikasi kosmetik; kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus) untuk memperoleh pupil yang hitam.7Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan operasi katarak adalah :1. Biometri : Pengukuran panjang mata dengan memakai pemeriksaan ultrasound dan keratometri untuk mengukur kurvatur kornea sehingga kita dapat menghitung kekuatan implant yang akan dimasukkan ke mata pada saat operasi.3,42. Konfirmasikan bahwa tidak terdapat masalah kesehatan yang lain, terutama hipertensi, penyakit traktus respirasi dan diabetes.43. Beberapa obat dapat meningkatkan insiden perdarahan. Warfarin tidak perlu dihentikan hanya dikurangi dosisnya. Aspirin harus dihentikan 1 minggu sebelum operasi.3,44. Beritahukan pada pasien perkiraan hasil operasi dan komplikasi dari proses operasi yang mungkin terjadi.2Prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi, SICS.1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.8

2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.8

3. PhacoemulsificationPhakoemulsifikasi (phaco) adalah teknik untuk membongkar dan memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.84. Small Incision Cataract Surgery (SICS)Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-8 mm. Namun tetap dikatakan SICS sejak design arsiteknya tanpa jahitan, Penutupan luka insisi terjadi dengan sendirinya (self-sealing). Teknik operasi ini dapat dilakukan pada stadium katarak immature, mature, dan hypermature. Teknik ini juga telah dilakukan pada kasus glaukoma fakolitik dan dapat dikombinasikan dengan operasi trabekulektomi.8Penanganan dapat dilakukan terapi non farmakologis dan medikamentosa dengan tujuan untuk menjaga elemen mata yang masih baik. Tindakan pada terapi non farmakologis misalnya dengan menjaga asupan nutrisi yang diperlukan bagi elemen-elemen mata yang berfungsi langsung terhadap tajam penglihatan (seperti pembuluh darah dan persyarafan) ataupun asupan nutrisi yang diperlukan bagi ketahanan tubuh pasien. Contoh: mengkonsumsi makanan seperti makanan berdaun hijau, buah-buahan, kacang-kacangan dan wortel yang banyak mengandung antioksidan, vitamin A, B, C dan E.Seperti halnya terapi nonfarmakologis, terapi medika mentosa tidak dapat menghilangkan katarak pada kedua mata, namun diharapkan pasien dapat lebih lama menikmati tajam penglihatan sebelum proses opasitas memburuk. Adapun karena kekeruhan lensa pada katarak disebabkan oleh rusaknya protein dan lemak lensa akibat multifaktorial, maka prinsip medikamentosa dalam penanganan katarak adalah menggunakan obat yang mampu mencegah rusaknya protein dan lemak pada lensa, misalnya dengan menstabilkan molekul protein dari denaturasi. Tujuan terapi medikamentosa antara lain:1. Untuk memperlambat kecepatan progresifitas kekeruhan (mencegah rusaknya protein dan lemak penyusun lensa, misalnya dengan menstabilkan molekul protein dari denaturasi) sehingga pasien dapat lebih lama menikmati tajam penglihatan sebelum proses opasitas memburuk. Contoh: obat iodine yang memiliki efek antioksidan seperti potassium iodine, natrium iodine, dll 2. Untuk menjaga kondisi elemen mata misalnya pembuluh darah dan persyarafan mata. Contoh: a. suplemen vitamin A (berfungsi penting dalam penjagaan kondisi retina), contoh: vitamin A 6000 IU, beta carotene (pro-vitamin A) 12.000 IU, b. suplemen vitamin B (berfungsi penting dalam penjagaan kondisi syaraf), contoh vitamin B-2 (riboflavin) 20 mg, vitamin B-6 (pyridoxine hydrochloride) 11 mg, vitamin B complex, dllc. Vitamin C (berfungsi penting dalam penjagaan kondisi pembuluh darah), contoh ascorbic acid 600 mgd. Vitamin E. 3. Untuk menjaga kondisi imunitas tubuh, contoh: suplemen vitamin.KomplikasiKomplikasi operasi dapat berupa komplikasi preoperatif, intraoperatif, postoperatif awal, postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa intra okular (intra ocular lens, IOL).81. Komplikasi preoperatifa. Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas) akibat ketakutan akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5 mg dapat memperbaiki keadaan.b. Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid dan/atau gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida oral untuk mengurangi gejala.c. Konjungtivitis iritatif atau alergi; disebabkan oleh tetes antibiotik topical preoperatif, ditangani dengan penundaan operasi selama 2 hari.d. Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa pemberian salep antibiotik selama satu hari dan diperlukan penundaan operasi selama 2 hari.82. Komplikasi intraoperatifa. Laserasi m. rectus superior; dapat terjadi selama proses penjahitan.b. Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau selama insisi ke bilik mata depan. c. Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa; dapat terjadi akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom.d. Cedera iris dan iridodialisis (terlepasnya iris dari akarnya)e. Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi akibat ruptur kapsul posterior (accidental rupture) selama teknik ECCE. 83. Komplikasi postoperatif awalKomplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi termasuk hifema, prolaps iris, keratopati striata, uveitis anterior postoperatif, dan endoftalmitis bakterial.4. Komplikasi postoperatif lanjutCystoid Macular Edema (CME), delayed chronic postoperative endophtalmitis, Pseudophakic Bullous Keratopathy (PBK), ablasio retina, dan katarak sekunder merupakan komplikasi yang dapat terjadi setelah beberapa waktu post operasi.5. Komplikasi yang berkaitan dengan IOLImplantasi IOL dapat menyebabkan komplikasi seperti uveitis-glaucoma-hyphema syndrome (UGH syndrome), malposisi IOL, dan sindrom lensa toksik (toxic lens syndrome).8

Preventif Dan PromotifKatarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis ialah oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal yang memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan langsung terhatap sinar ultraviolet dengan menggunakan kaca mata gelap dan sebagainya. Pemberian intake antioksidan (seperti asam vitamin A, C dan E) secara teori bermanfaat.Bagi perokok, diusahakan berhenti merokok, karena rokok memproduksi radikal bebas yang meningkatkan risiko katarak. Selanjutnya, juga dapat mengkonsumsi makanan bergizi yang seimbang. Memperbanyak porsi buah dan sayuran. Lindungilah mata dari sinar ultraviolet. Selalu menggunakan kaca mata gelap ketika berada di bawah sinar matahari. Lindungi juga diri dari penyakit seperti diabetes.

PrognosisPrognosis pasien khususnya prognosis visus/tajam penglihatan dapat diprediksi dengan melihat kondisi preoperasi dari pasien. Adapun yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan prognosis yaitu kondisi penyulit seperti uveitis, glaucoma atau lainnya; dan kondisi elemen mata yang lain khususnya syaraf dan retina (dilihat dari hasil pemeriksaan proyeksi sinar dan warna/PSW). Selain itu karena katarak bukan suatu penyakit yang mengancam jiwa maka prognosis untuk kesembuhan dan kosmetika baik. Pengobatan katarak adalah tindakan pembedahan dengan mengeluarkan lensa. Setelah pembedahan lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak, atau lensa tanam okuler.2,3

BAB IIIPEMBAHASANPembahasan di dalam kasus ini antara lain mencakup :1. Mengapa pada pasien ini didiagnosa sebagai pasien dengan Katarak senilis mature?2. Bagaimanakah penatalaksanaan pasien ini ?3. Bagaimana prognosis pada pasien ini ?

1. Mengapa pada pasien ini didiagnosa sebagai pasien Katarak senilis mature?Anamnesis :Keluhan penglihatan mata kanan buram sejak lebih kurang 6 bulan SMRS. Pasien mengaku mata kiri juga buram namun tidak seberat mata kanan. Awalnya kurang lebih 1 tahun SMRS pasien mengalami gangguan saat melihat, sepeti ada yang menghalangi berwarna putih mirip asap dan dirasakan semakin memberat. Keluhan dirasakan baik pada malam hai dan siang hari. Sekarang pasien merasa tidak lagi dapat melihat, buram dan terasa gelap. Keluhan nyeri kepala hebat dan mata merah disangkal. Keluhan mata seperti melihat pelangi disangkal. Keluhan mata perih, gatal dan berair disangkal pasien. Riwayat memakai kaca mata sebelumnya disangkal pasien. Pasien bekerja wiraswata, dan apabila keluar rumah tidak menggunakan kacamata pelindung.Pada pemeriksaan Oftalmologi didapatkan hasil :ODOS

Visus1/~1/60

Gerakan bola mataBaik ke segala arahBaik ke segala arah

Palpebra sup/infTidak ada kelainanTidak ada kelainan

Konjungtiva bulbiTenangTenang

KorneaJernih Jernih

COASedang Sedang

Pupil Bulat isokorBulat isokor

Iris Coklat, kripta +Coklat, kripta +

Lensa Keruh seluruhnyaKeruh sebagian

Shadow Test-+

LensaKeruh seluruhnyaKeruh sebagian

Fundus Reflex fundus (+)Reflex fundus (-)

Pada pemeriksaan eksternal didapatkan shadow test negatif dengan kekeruhan lensa seluruhnya sehingga funduskopi sulit dilakukan. 2. Bagaimakah penatalaksanaan pada pasien ini?Untuk Penatalaksanaan pada pasien dengan diagnosis Katarak senilis matur dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:a. Medikamentosab. Pembedahan : ECCE, ICCE, SICS, Fakoemulsifikasi

3. Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?Quo ad vitam: ad bonamQuo ad Vitam adalah ad bonam karena pada pasien tidak ditemukannya peyakit sistemik yang menyertai dan pasien masih dapat melakukan aktivitasnya seperti biasa. Quo ad functionam: dubia ad bonamQuo ad functionam adalah dubia ad bonam karena setelah dilakukan operasi dan pemberian lensa dapat memperbaiki tajam penglihatan pada pasien ini. Fungsi organ penglihatan tidak seperti orang normal karena pasien sangat bergantung pada penggunaan kacamata.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Penglihatan turun perlahan tanpa mata merah. Ilmu penyakit mata. Edisi ketiga. Jakarta: balai penerbit FKUI; 2007. Hal 200-11.2. Artini W, Hutauruk JA, Yudisianil. Pemeriksaan Dasar Mata. Jakarta : Departemen Ilmu Kesehatan Mata FKUI-RSCM. 2011.3. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika, 2000.4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7th ed. China: Elsevier : 2011. (e-book)5. Guyton AC, Hall EH. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia : W.B. Saunders Company ; 2006.6. Scanlon VC, Sanders T. Indra. In. : Komalasari R, Subekti NB, Hani A, editors. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.7. Ocampo VVD, Roy H. Senile Cataract. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview. Updated on: 22 January 2013. Accessed on: 13 Maret 20158. Cataract Surgery. Available at: http://www.webmd.com/eye-health/cataracts/extracapsular-surgery-for-cataracts. Updated on: 24 August 2011. Accessed on: March 13st 201529