Case Bronkopneumonia - Sukabumi

23
PRESENTASI KASUS Oleh : Melissa Kanggriani 2010-061-056 Pembimbing : dr. H.Hasan Basri, Sp.A SMF ILMU KESEHATAN ANAK 1

description

case

Transcript of Case Bronkopneumonia - Sukabumi

Page 1: Case Bronkopneumonia - Sukabumi

PRESENTASI KASUS

Oleh :

Melissa Kanggriani

2010-061-056

Pembimbing :

dr. H.Hasan Basri, Sp.A

SMF ILMU KESEHATAN ANAK

RSUD R. SYAMSUDIN SH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA

Mei 2011

1

Page 2: Case Bronkopneumonia - Sukabumi

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : By. A

Usia : 5 bulan

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Suku bangsa : Sunda

Alamat : Kampung Babakan Sindangkerta RT 005/002 Cipetir, Kadudampit, Kab. Sukabumi

Tanggal mulai rawat : 23 April 2011

Rekam Medis : A006852

IDENTITAS ORANG TUA

Ayah Ibu

Nama Tn. U Ny. N

Usia 50 tahun 40 tahun

Agama Islam Islam

Suku bangsa Sunda Sunda

Alamat Kampung Babakan Sindangkerta RT 005/002 Cipetir, Kadudampit, Kab. Sukabumi

Kampung Babakan Sindangkerta RT 005/002 Cipetir, Kadudampit, Kab. Sukabumi

Pendidikan SD SMP

Pekerjaan kuli tani -

Penghasilan Rp 25.000,00 per hari -

Golongan darah tidak pernah diperiksa AB rhesus +

2

Page 3: Case Bronkopneumonia - Sukabumi

ANAMNESIS

(alloanamnesa ibu pasien)

Keluhan Utama : kejang

Keluhan Tambahan : muntah darah, mencret, panas, batuk dan sesak

Riwayat Penyakit Sekarang :

Tiga hari sebelum masuk rumah sakit, pasien panas, suhunya tidak terlalu tinggi, hanya hangat saja, panasnya terus menerus sepanjang hari. Selain itu, pasien batuk kering, tidak produktif. Setelah batuk pasien muntah. Muntah biasanya berisi ASI, tidak menyemprot, tidak banyak dan tidak sering. Keluhan batuk ini disertai dengan adanya sesak. Sesak yang terjadi tidak menyebabkan pasien menjadi biru. Pasien sempat kejang 6 kali sejak pk. 03.00 – 12.00 WIB. Interval antar kejang ± 1,5 jam. Setiap kali kejang, durasinya ± 5 menit, kelojotan seluruh badan, dan mata melotot ke atas. Kejang terjadi sewaktu pasien tidur sehingga terbangun. Selama kejang, pasien tidak sadar. Ini adalah kejang yang pertama kali. Setelah kejang, pasien sadar dan diberi ASI tetapi tidak lama kemudian muntah. Muntah ± 3 kali, berisi darah dan cairan berwarna kuning, tidak menyemprot, jumlahnya cukup banyak. Kejang yang terjadi tidak disertai trauma namun ada panas. Sewaktu kejang panas tidak terlalu tinggi, namun anak terasa lebih panas daripada sebelum kejang.

Dua jam sebelum masuk rumah sakit, pasien mencret, hanya sekali, jumlahnya sedikit, berwarna kuning, konsistensinya cair, tidak menyemprot, tidak berlendir, tidak ada darah dan baunya seperti BAB biasanya.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pada usia 45 hari, ibu pasien diberitahu oleh dokter anak bahwa anaknya menderita Sindrom Down.

Saat berusia 4 bulan, pasien datang ke Poliklinik Anak dengan keluhan sesak, batuk dan pilek. Batuknya jarang, berdahak dan ini pertama kalinya pasien sesak. Saat itu pasien dinebulisasi dan dilaser serta diberikan dua jenis obat puyer, obat penurun panas dan obat antibiotik. Pasien hanya minum obat selama 2 minggu.

Riwayat Imunisasi :

Imunisasi Hepatitis B dan Polio sewaktu lahir.

Riwayat Kehamilan :

Ibu melakukan antenatal care (ANC) teratur satu kali dalam sebulan ke Poliklinik di RSUD. R. Syamsudin.

3

Page 4: Case Bronkopneumonia - Sukabumi

Pada usia kehamilan 4 bulan, ibu mengalami perdarahan dan memerlukan perawatan di bangsal karena kekurangan darah. Ibu pasien juga pernah demam tinggi disertai dengan menggigil, sakit kepala, batuk, pilek dan mengalami penurunan nafsu makan.

Selama kehamilan ibu hanya mengonsumsi vitamin yang diberikan dokter di Poliklinik dan tidak pernah mengonsumsi obat lainnya.

Riwayat Persalinan :

Bayi laki-laki lahir dari ibu berusia 40 tahun, P6Ao, pada usia kehamilan 9 bulan menurut HPHT secara spontan di rumah. Berat badan lahir = 3300 gram. Panjang badan lahir tidak diukur. Ibu tidak memperhatikan warna ketubannya.

Sewaktu lahir anak menangis lemah, berwarna putih, ada cegukan. Setelah bayi lahir, bidan baru datang. Sewaktu bidan datang dan memeriksa pasien, bidan memberikan vitamin K dan salep mata pada anak dan mengatakan bahwa pasien sehat dan tidak ada kelainan.

Riwayat Makanan :

ASI eksklusif sampai usia 5 bulan. Sempat sekali diberi 2-3 tetes air beras karena orang tuanya merasa bibir bayinya kering.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Nenek pasien memiliki penyakit darah tinggi.

Kakek pasien memiliki riwayat asma.

Bapak pasien kadang-kadang mengalami kurang darah.

Bibi pasien sempat dirawat di rumah sakit selama 2 minggu karena infeksi paru.

Riwayat penyakit jantung dalam keluarga hanya ada pada kakak pasien yang meninggal karena kebocoran jantung.

Riwayat Perkembangan :

Usia 1 bulan : anak dapat menggerakkan tangan dan kakinya dengan aktif, menoleh ke kanan dan ke kiri, bereaksi terhadap bunyi-bunyi atau wajah ibunya. Namun bayi lebih lemas daripada bayi yang seumur dengan dia dan lebih suka tidur.

Usia 2 bulan : anak dapat mengangkat kepala sewaktu tengkurap, dapat bersuara ‘ooo’ dan ‘aaa’, serta tersenyum spontan.

Usia 3 bulan : anak tidak bisa menegakkan kepala saat didudukkan, tidak bisa tertawa dan berteriak, tidak bisa memegang mainan.

Usia 4 bulan : anak tidak bisa tengkurap dan telentang sendiri. Anak cenderung semakin lemas seiring dengan bertambahnya usia.

4

Page 5: Case Bronkopneumonia - Sukabumi

Usia 5 bulan : anak tidak bisa meraih/menggapai barang, menoleh ke arah suara ataupun meraih mainan. Anak tidak dapat lagi mengangkat ekstremitasnya sekuat saat bulan pertama kehidupan.

Kesimpulan : perkembangan pasien ini terlambat untuk anak seusianya.

Riwayat pengobatan :

Saat usia 40 hari, pasien diberikan obat puyer dan obat panas sirup.

Saat berusia 4 bulan, diberikan nebulisasi dan badannya dilaser serta diberikan dua jenis obat puyer, 1 jenis obat penurun panas dan satu lagi obat antibiotik, namun obat tersebut hanya diminum selama 2 minggu.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : pasien tampak sakit berat

Kesadaran : apatis (E4M6V3)

Tanda-tanda vital :

Frekuensi nadi : 170 x/menit

Kualitas nadi : teratur, kuat dan penuh

Frekuensi napas : 44 x/menit

Suhu : 38,1oC

Antropometri :

Berat badan : 5 kg

Berat badan ideal : 7,3 kg

Panjang badan : 55 cm

Panjang badan ideal : 65 cm

WFA : 5/7,3 x 100% = 68,4%

HFA : 55/65 x 100% = 84,6%

WFH : 5/4,6 x 100% = 108,6%

Lingkar kepala : 40 cm

5

Page 6: Case Bronkopneumonia - Sukabumi

Lingkar dada : 42,5 cm

Lingkar perut : 45 cm

Lingkar lengan atas : 12,5 cm

Kepala : normocephali, tidak terdapat deformitas, ubun-ubun besar 3 x 3,5 cm, rambut berwarna coklat, tidak mudah dicabut.

Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera putih, pupil isokor 3 mm/3 mm, refleks cahaya +/+, jarak antara lipatan epicanthus medial 3 cm, brushfield spot –, fissura palpebra 2,5 cm (N : 1,5-2,1 cm).

Telinga : telinga kecil, panjang 3 cm (N : 3,2 cm), kanalis akustikus eksternus +/+, sekret -/-, membran timpani dextra dan sinistra intak, helix lebih banyak daripada normal.

Hidung : batang hidung datar, septum nasi di tengah, sekret -/-, pernapasan cuping hidung -.

Mulut : mukosa oral kering, palatum utuh, faring tidak hiperemis, tonsil T1/T1 tidak hiperemis, mulut terbuka dan lidah sedikit terjulur keluar.

Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening ataupun massa pada leher.

Paru

Inspeksi : bentuk normal, simetris dalam keadaan statis dan dinamis, terdapat retraksi subcostal, intercostal dan substernal

Palpasi : gerakan dada simetris kanan dan kiri

Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi : bunyi napas vesikuler, terdapat ronkhi dan wheezing di kedua lapangan paru

Jantung

Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat.

Palpasi : iktus cordis teraba pada ICS V linea midclavicularis sinistra.

Auskultasi : bunyi jantung 1 dan 2 reguler, tidak ada murmur maupun gallop.

Abdomen

Inspeksi : tampak cembung, venektasi -, lesi kulit –.

Palpasi : distensi, hepar teraba 2 cm di bawah arcus costa, lien tidak teraba.

6

Page 7: Case Bronkopneumonia - Sukabumi

Perkusi : timpani pada seluruh bagian abdomen, shifting dullness – .

Auskultasi : bising usus normal.

Punggung

Inspeksi : bentuk normal, simetris saat inspirasi dan ekspirasi.

Palpasi : vertebra di tengah.

Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru.

Auskultasi : bunyi napas vesikuler, ronki +/+, wheezing +/+.

Ekstremitas : terdapat simian crease pada telapak tangan, edema pada ekstremitas atas, akral dingin, capillary refill time (CRT) < 2 detik

Genitalia : kesan laki-laki, penis kecil, testis sudah turun +/+

Kulit : warna putih, turgor kulit baik

Anus : terdapat lubang anus

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk -/-, Brudzinski 1 dan 2 -/-, Kernig -/-

Motorik : gerakan motorik kurang aktif

Sensorik : tidak ada kelainan

Refleks fisiologis : +/+

Refleks patologis : -/-

DIAGNOSA KERJA

Kejang e.c epilepsi dengan bronkopneumonia berat e.c viral dengan Sindrom Down

DIAGNOSA BANDING

Kejang e.c meningitis dengan bronkopneumonia berat e.c viral dengan Sindrom Down

Kejang e.c meningitis dengan asma bronkiale episodik sering dengan Sindrom Down

7

Page 8: Case Bronkopneumonia - Sukabumi

SARAN PEMERIKSAAN

Darah rutin dan hitung jenis

Rontgen thorax AP dan lateral

EEG

Pemeriksaan kromosom dengan menggunakan PCR

TATALAKSANA

Rawat dalam ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU)

Oksigen 2 liter per menit dengan menggunakan nasal kanul

Pasien dipuasakan dan dipasang NGT

IVFD Tridex 100 sebanyak 500 cc/hari (100 cc/kgBB/hari)

Cefotaxime 3 x 150 mg iv (100-200 mg/kgBB/hari diberikan setiap 6-8 jam secara IM/IV)

Colsancetine 4 x 125 mg iv (50-75 mg/kgBB/hari diberikan setiap 6 jam secara IV)

Kalmetasone 3 x 1 gr iv (0,5-2 mg/kgBB/hari diberikan setiap 6 jam secara IM/IV)

Ranitidine 2 x 7,5 mg iv (2-4 mg/kgBB/hari diberikan setiap 6-8 jam secara IM/IV)

Transamin 3 x 50 mg iv (10 mg/kgBB/hari diberikan setiap 8-12 jam secara IV)

Propiretik 80 mg supp (80 mg supp, dapat diberikan 4 kali sehari)

Nebulizer dengan ventolin 1 ampul/6 jam

8

Page 9: Case Bronkopneumonia - Sukabumi

FOLLOW UP

Tanggal 23 April 2011 (hari rawat ke-1)

24 April 2011 (hari rawat ke-2)

25 April 2011 (hari rawat ke-3)

Sesak + + +

Demam + (38,5oC) + (38,1 oC) -

Edema + (tangan) + (tangan dan kaki)

+ (tangan dan kaki)

Kesadaran somnolen apatis Compos mentis

HR 120 x/menit 142 x/menit 100 x/menitRR 30 x/menit 32 x/menit 36 x/menitSuhu 38,5oC 38,1 oC 36 oC

BAK 3 kali 2 kali 5 kali

BAB 1 kali (kuning ada bintik hitam, lembek)

2 kali (hijau, sedikit)

3 kali (hijau, berlendir)

NGT Cairan hijau (5 cc) Cairan merah kehitaman (darah)

Cairan coklat (10 cc)

Retraksi Intercostal, subcostal, substernal

Intercostal, subcostal, substernal

Intercostal, subcostal, substernal

Ronki +/+ +/+ +/+

Wheezing +/+ +/+ +/+

Lab Hb = 9,3 g/dL Ht = 26,7 %Leukosit = 7100 sel/ mm3

Trombosit = 424.000 sel/ mm3

Hb = 10 g/dL Ht = 29 %Leukosit = 11.000 sel/ mm3

Trombosit = 203.000 sel/ mm3

-

Tatalaksana - O2 2-5 Lpm / sungkup- Puasa- Tridex 100 500 cc/24 jam- Cefotaxime 3 x 150 mg iv- Colsancetine 4 x125 mg iv- Kalmetasone 3 x 1 gr iv- Ranitidine 2 x 7,5 mg iv- Propiretik 80 mg supp- Nebuliser ventolin 1 ampul/6 jam

Lanjutkan terapi sebelumnya

- O2 2 Lpm/nasal kanul- Puasa- Tridex 100 500 cc/24 jam- Cefotaxime 3 x 150 mg iv- Colsancetine 4 x 125 mg iv- Kalmetasone 3 x 1 gr iv- Ranitidine 2 x 7,5 mg iv- Transamin 3 x 50 mg iv- Propiretik 80 mg supp- Nebuliser ventolin 1

9

Page 10: Case Bronkopneumonia - Sukabumi

ampul /6 jamTanggal 26 April 2011 (hari rawat

ke-4)27 April 2011 (hari rawat ke-5)

28 April 2011 (hari rawat ke-6)

Sesak + + + (lebih ringan daripada sebelumnya)

Demam - - -

Edema + (tangan dan kaki) + (tangan dan kaki namun sudah berkurang)

+ (tangan dan kaki namun sudah berkurang)

Kesadaran Compos mentis Compos mentis Compos mentis

HR 146 x/menit 140 x/menit 152 x/menit

RR 32 x/menit 35 x/menit 40 x/menit

Suhu 36,8oC 36,8 oC 35,8 oC

BAK 4 kali 3 kali 3 kali

BAB 3 kali (hijau, berlendir) Tidak BAB 2 kali (hijau, berlendir)NGT Cairan coklat kemerahan Cairan coklat

kehitaman tapi lebih sedikit dibanding sebelumnya

Cairan kuning keruh (20 cc)

Retraksi Intercostal, subcostal, substernal

Intercostal, subcostal, substernal

Intercostal, subcostal, substernal

Ronki +/+ -/- -/-

Wheezing +/+ +/+ namun lebih ringan

-/-

Lab - - -Tatalaksana - O2 2 Lpm/nasal kanul

- Puasa- Tridex 100 500 cc/24 jam- Cefotaxime 3 x 150 mg iv- Colsancetine 4 x125 mg iv- Kalmetasone 3 x 1 gr iv- Ranitidine 2 x 7,5 mg iv- Transamin 3 x 50 mg iv- Propiretik 80 mg supp- Nebuliser ventolin 1 ampul /6 jam

- Coba gut feeding 8 x 15 cc/24 jam- Lanjutkan terapi sebelumnya

- ASI/PASI : 2x20 cc, 2x30 cc, 2x40 cc dalam 24 jam- Tridex 100 220 cc/24 jam- Benutrion VE 100 cc / 24 jam - Terapi lain lanjutkan

10

Page 11: Case Bronkopneumonia - Sukabumi

Tanggal 29 April 2011 (hari rawat ke-7) 30 April 2011 (hari rawat ke-8)

Sesak + (lebih ringan daripada sebelumnya) +Demam - -

Kembung + +

Edema + (tangan dan kaki) + (tangan, kaki dan wajah)Kesadaran Compos mentis Compos mentis

HR 141 x/menit 125 x/menit

RR 35 x/menit 28 x/menit

Suhu 36,5oC 37,6 oC

BAK 3 kali 3 kali

BAB 2 kali (hijau, lembek, banyak) Tidak BABNGT Cairan kuning (20 cc) dan putih

kecoklatan (25 cc) setelah minum ASI

Cairan coklat (total 173 cc/24 jam)

Retraksi Intercostal, subcostal, substernal namun sudah lebih ringan

Intercostal, subcostal, substernal

Ronki -/- -/-Wheezing -/- -/-Abdomen Hipertimpani, hepatomegali (4 cm di

bawah arcus costa)Hipertimpani, hepatomegali (4 cm di bawah arcus costa)

Lab - -Tatalaksana - O2 2 Lpm/nasal kanul

- ASI/PASI : 4x20 cc, 4x25 cc dalam 24 jam - Tridex 100 220 cc/24 jam- Benutrion VE 100 cc / 24 jam- Cefotaxime 3 x 150 mg iv- Colsancetine 4 x125 mg iv- Kalmetasone 3 x 1 gr iv- Ranitidine 2 x 7,5 mg iv- Transamin 3 x 50 mg iv- Propiretik 80 mg supp- Nebuliser ventolin 1 ampul /6 jam

- O2 2 Lpm/nasal kanul- Puasa - Tridex 100 300 cc/24 jam- Benutrion VE 50 cc / 24 jam- Terapi lain lanjutkan

Hari Rawat ke-9 (1 Mei 2011)

S : pasien sesak lebih berat dari sebelumnya (terjadi perburukan), perut sangat kembung

O : Keadaan umum : lemas, tampak sakit berat

Kesadaran : compos mentis (E4M6V5)

11

Page 12: Case Bronkopneumonia - Sukabumi

Laju jantung : 90 x / menit, teratur, kuat, penuh

Laju napas : 19 x / menit

Suhu : 37,5oC

BAK 1 kali, BAB 1 kali berwarna hijau, konsistensi lembek dan jumlahnya sedikit.

Thorax paru :

Inspeksi : tampak simetris kanan dan kiri, tampak adanya retraksi subcostal, intercostal dan substernal tapi lebih ringan

Palpasi : pergerakan dada simetris kanan dan kiri

Perkusi : bunyi sonor pada seluruh lapangan paru

Auskultasi : bunyi napas vesikuler, ronki dan wheezing sudah tidak ada

Abdomen

Inspeksi : tampak cembung, venektasi -, lesi kulit –.

Palpasi : distensi, hepar teraba 4 cm di bawah arcus costa (hepatomegali), lien tidak teraba.

Perkusi : hipertimpani pada seluruh bagian abdomen, shifting dullness – .

Auskultasi : bising usus normal.

Pada pk.14.00 WIB pasien mengalami apnea periodik.

Kesadaran : coma (E1M1V1)

Laju jantung : 60 x / menit

Nadi teraba lemah

Laju napas : 10 x / menit

Suhu : 38oC

Pupil telah midriasis menjadi 3mm/3mm dengan reaksi cahaya yang melambat.

Telah dilakukan resusitasi jantung paru, pemberian ventilasi tekanan positif dan juga pemberian epinefrin 1 ml (diencerkan 1 : 10.000) sebanyak 2 kali namun tidak ada respon.

Pada pk. 14.55 WIB pasien dinyatakan meninggal.

PEMBAHASAN

12

Page 13: Case Bronkopneumonia - Sukabumi

Saya mendiagnosa pasien ini sebagai : kejang e.c bronkopneumonia berat dengan Sindrom Down

Dengan alasan :

1. Bronkopneumonia berat

Pada pasien ini ditemukan adanya sesak napas yang dibuktikan dengan meningkatnya laju napas per menit (≥50x/menit), adanya retraksi subcostal, intercostal dan substernal, demam yang cukup tinggi (38,5oC) yang muncul bersamaan dengan munculnya batuk kering dan pilek. Adanya kejang pada pasien ini menandakan bahwa pneumonia yang diderita merupakan pneumonia yang sangat berat. Ditemukan juga adanya ronki dan wheezing pada kedua lapangan paru. Dan dari hasil lab ditemukan adanya leukositosis (11.000 sel/µL). Dari hasil rontgen juga didapatkan peningkatan corakan bronkovaskuler dan terdapat infiltrat pada kedua lapang paru, dan dari hasil ekspertise disebutkan bahwa hasilnya adalah bronkopneumonia. Diperkirakan penyebabnya adalah viral karena demamnya yang tidak terlalu tinggi, adanya batuk kering yang tidak produktif, retraksi subcostal, intercostal dan substernal yang berat, takipneu dan sesak. Juga ditemukan ronki dan wheezing pada auskultasi dan infiltrat pada pemeriksaan rontgen.

Pneumonia adalah infeksi dari parenkim paru-paru yang ditandai dengan sesak napas, batuk, demam, ronki basah kasar dan gambaran infiltrat pada foto Rontgen dada. Bronkopneumonia adalah inflamasi paru-paru yang terfokus pada bronkus dan mengakibatkan produksi eksudat mukopurulen yang menyumbat beberapa jalur napas yang kecil ini dan menyebabkan konsolidasi yang berbercak-bercak (patchy) pada lobulus yang terkena.

Diagnosis dapat ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut :

1. Sesak napas disertai dengan pernapasan cuping hidung dan tarikan dinding dada

2. Demam

3. Ronki basah kasar

4. Foto thorax yang menunjukkan gambaran infiltrat difus

5. Leukositosis (pada infeksi virus tidak lebih dari 20.000/mm3 dengan predominansi limfosit, dan bakteri dengan leukosit 15.000-40.000/mm3)

Pada usia 3-12 bulan, patogen yang paling sering menyebabkan pneumonia adalah respiratory syncytial virus, virus respiratori lain (virus parainfluenza, virus influenza, adenovirus), S. pneumoniae, H. influenzae (type b, nontypable), C. trachomatis, Mycoplasma pneumoniae, group A streptococcus. Menurut WHO, komplikasi pada pneumonia yang sangat berat salah satunya adalah tidak mau makan/minum/menyusu, letargi, kejang atau tidak sadar, sianosis, distress napas yang berat..

13

Page 14: Case Bronkopneumonia - Sukabumi

2. Sindrom Down

Dari hasil anamnesa didapatkan bahwa usia ibu saat melahirkan pasien adalah 40 tahun. Pada pemeriksaan fisik pasien ini didapatkan bahwa pasien laki-laki, terdapat pelebaran jarak antara lipatan epicanthus medial 3 cm (normal : 1,5-2,5 cm), fissura palpebra lebar yaitu 2,5 cm (normal : 1,5-2,1 cm), telinga kecil berukuran 3 cm (normal : 3,2 cm), lipatan telinga/helix lebih banyak daripada biasanya, batang hidung datar, mulut terbuka dan lidah terjulur keluar, terdapat simian crease pada telapak tangan bayi.

Sindrom Down, yang dapat juga disebut trisomi 21, adalah kelainan kromosom autosom yang paling sering terjadi pada manusia (angka kejadian 1:600 kelahiran) dan berhubungan dengan gangguan kognitif, kelainan dismorfik dan memiliki karakteristik wajah tertentu. Dapat terlihat adanya fissura palpebra yang terletak lebih tinggi, jarak antara lipatan epicanthus melebar, adanya batang hidung yang datar, mulut yang terbuka dengan lidah yang terjulur keluar, telinga kecil dengan helix yang melebihi normal, terdapat simian crease pada telapak tangan. Karakteristik lainnya adalah adanya retardasi mental dengan intelligence quotiens (IQ) antara 20-80 dengan rata-rata 45-55. Sindrom Down ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki dan anak yang dilahirkan oleh ibu berusia lebih dari 35 tahun. Penyebab utama Sindrom Down adalah trisomi pada lengan panjang kromosom 21.

3. Kejang e.c epilepsi

Dari hasil anamnesa, pasien kejang 6 kali sejak pk. 03.00 – 12.00 WIB. Interval antar kejang ± 1,5 jam. Setiap kali kejang, durasinya ± 5 menit, kelojotan seluruh badan, dan mata melotot ke atas. Kejang juga disertai dengan adanya panas yang tidak tinggi, batuk dan sesak. kejang ini merupakan kejang pertama yang dialami pasien ini. Hal-hal ini meningkatkan risiko terjadinya epilepsi pada anak. Kejang terjadi sewaktu pasien tidur sehingga terbangun.

Hal ini sesuai dengan literatur bahwa anak-anak yang memiliki risiko tinggi terkena epilepsi dapat didahului dengan kejang pertama kali yang berhubungan dengan infeksi viral atau demam yang tidak tinggi. Kejang muncul pada pagi hari atau dengan kebingungan, terutama pada fase awal tidur. Tanda-tanda ini umum ditemukan pada epilepsi anak.

Pada awal pemeriksaan saya mendiagnosa banding dengan menigitis karena pada anak ini ditemukan adanya panas meskipun tidak terlalu tinggi disertai dengan penurunan kesadaran. Anak terlihat letargis, terdapat distres napas, dan adanya distensi abdomen. Selain itu, keadaan umum anak tampak sakit berat.

Selain itu, saya juga mendiagnosa banding dengan asma bronkiale episodik sering karena dari hasil anamnesa ditemukan adanya riwayat batuk berulang >3 malam

14

Page 15: Case Bronkopneumonia - Sukabumi

dalam satu minggu, batuknya kering, adanya riwayat asma pada keluarga. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya sesak napas dan wheezing.

Saya menyarankan pemeriksaan :

1. Darah rutin dan hitung jenis karena pada infeksi paru-paru akan terjadi peningkatan jumlah leukosit dan dengan hitung jenis dapat ditentukan infeksi tersebut dikarenakan oleh bakteri atau virus dengan melihat jumlah limfosit dan granulosit. Pada infeksi virus akan terjadi pergeseran ke kanan (peningkatan limfosit) sedangkan pada infeksi bakteri akan terjadi pergeseran ke kiri (peningkatan granulosit).

2. Rontgen dada AP dan lateral dilakukan untuk mengetahui adanya gambaran patchy yang dapat menfukung diagnosa bronkopneumonia

3. Uji bronkodilator untuk menyingkirkan kemungkinan asma karena dengan diberikan bronkodilator pada orang yang asma maka akan cepat terjadi perbaikan.

4. Lumbal punksi untuk menentukan ada infeksi pada sistem saraf pusat atau tidak.

5. Pemeriksaan EEG (Electroencephalography) digunakan untuk membedakan apakah kejang yang dialami oleh pasien ini merupakan epilepsi atau komplikasi dari pneumonia berat yang diderita pasien.

6. Pemeriksaan kromosom untuk menemukan kelainan kromosom yaitu trisomi 21 karena pemeriksaan kromosom merupakan standard baku untuk menentukan penyakit Sindrom Down.

Saya memberikan tatalaksana :

1. Rawat dalam ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) karena pasien memerlukan pengawasan ketat terhadap gejala sesak napasnya serta kemungkinan terjadinya perburukan karena pada pasien dengan Sindrom Down, imunitasnya lebih rendah daripada anak-anak normal.

2. Oksigen 2 liter per menit dengan menggunakan nasal kanul karena pasien masih mengalami sesak dan masih terdapat retraksi dinding dada.

3. Pasien dipuasakan dan dipasangkan NGT karena pasien masih sesak dan dipasangkan NGT supaya jika sesak telah berkurang dapat dicoba memberikan makanan per-NGT sedikit-sedikit sampai toleransi pasien bagus, setelah itu dapat dicoba diberikan per oral dan infus dapat dilepas. NGT juga berfungsi untuk mendekompresi lambung jika terdapat banyak cairan lambung atau darah atau udara yang terkumpul sehingga menyebabkan kembung.

4. IVFD Tridex 100 sebanyak 500 cc/hari (100 cc/kgBB/hari) untuk memenuhi kebutuhan cairan yang masih belum terpenuhi karena asupan per oral yang masih sedikit.

15

Page 16: Case Bronkopneumonia - Sukabumi

5. Cefotaxime 3 x 150 mg iv (100-200 mg/kgBB/hari diberikan setiap 6-8 jam secara IM/IV) untuk mengobati pneumonia yang disebabkan oleh bakteri Gram positif dan negatif. Pada pasien dengan pneumonia viral dapat terjadi superinfeksi dengan bakteri sehingga antibiotik dapat diberikan. Cefotaxime merupakan salah satu drug of choice untuk mengobati pneumonia.

6. Colsancetine 4 x 125 mg iv (50-75 mg/kgBB/hari diberikan setiap 6 jam secara IV) karena chloramphenicol bekerja secara bakteriostatik dan bakterisid serta dapat merusak sintesis protein bakteri.

7. Kalmetasone 3 x 1 gr iv (0,5-2 mg/kgBB/hari diberikan setiap 6 jam secara IM/IV) untuk menurunkan inflamasi dengan mensupresi migrasi neutrofil, menurunkan produksi mediator inflamasi, menekan respon imun normal dan mengembalikan permeabilitas kapiler. Obat ini juga berguna untuk mengurangi respon inflamasi yang berakibat pada penyerangan epitel oleh sel inflamasi tersebut dan juga untuk mengurangi perdarahan yang terjadi.

8. Ranitidine 2 x 7,5 mg iv (2-4 mg/kgBB/hari diberikan setiap 6-8 jam secara IM/IV) untuk mengurangi kadar ion H dan mensuprsesi sekresi asam lambung sehingga dapat mengurangi kembung.

9. Transamin 3 x 50 mg iv (10 mg/kgBB/hari diberikan setiap 8-12 jam secara IV) digunakan untuk mengurangi dan menghentikan perdarahan yang terjadi akibat fibrinolisis yang berlebihan. Dan pada pasien ini terjadi perdarahan dari lambung karena terdapat darah yang keluar dari OGT.

10. Propiretik 80 mg supp (80 mg supp, dapat diberikan 4 kali sehari) jika demam diberikan untuk menurunkan demamnya.

11. Nebulizer dengan ventolin 1 ampul/6 jam untuk membantu meregangkan saluran pernafasan sehingga pasien dapat bernapas dengan lebih mudah.

PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad malam karena sesak napas yang dialami pasien susah untuk kembali normal karena pada pasien dengan Sindrom Down, fungsi organnya lebih buruk daripada anak normal dan kemungkinan mengalami gagal napas lebih sering.

Quo ad functionam : dubia ad malam karena fungsi parunya sulit untuk kembali normal seperti semula walaupun dengan terapi yang adekuat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kliegman, et al. Pneumonia. Dalam Nelson Textbook of Pediatrics, 18th ed. Saunders: Philadelphia, 2007.

16

Page 17: Case Bronkopneumonia - Sukabumi

2. Kliegman, et al. Cytogenetics. Dalam Nelson Textbook of Pediatrics, 18th ed. Saunders: Philadelphia, 2007.

3. Rudolph CD, et al. Chromosomal Disorders. Dalam Rudolph Pediatrics 21st ed. McGraw-Hill: USA, 2003.

4. Kliegman, et al. Chromosomal Disorders. Dalam Nelson Essentials of Pediatrics 5th

ed. Saunders: Philadelphia, 2007.

5. William HJ, et al. Genetic Dysmorphology. Dalam Current Pediatric Diagnosis and Treatment, 18th ed. McGraw-Hill: USA, 2007.

6. William HJ, et al. Bacterial and Viral Pneumonia. Dalam Current Pediatric Diagnosis and Treatment, 18th ed. McGraw-Hill: USA, 2007.

7. Neuman M, Pediatrics Pneumonia. http://emedicine.medscape.com/article/803364-pr. Pembaharuan : 4 Juni 2010.

8. Noenoeng Rahajoe, Bambang Supriatna, Darmawan Budi Setyanto. Pedoman Nasional Asma Anak. IDAI: Jakarta. 2004.

9. Depkes RI. Pneumonia. Dalam Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO dan Depkes RI: Jakarta. 2009.

17