CASE Brain Tumor

42
BAB I STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. S Usia : 70 tahun Suku : Jawa Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan : (-) Pendidikan Terakhir : SD Status : Menikah Agama : Islam Alamat : Ponorogo No RM : 35 xx xx Tanggal MRS : 14 Januari 2016 A. Keluhan Utama Kelemahan anggota gerak kanan. B. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke IGD RSUD Harjono Ponorogo jam 15.00 tanggal 14 Januari 2016 dengan keluhan kelemahan anggota gerak kanan. Keluhan dirasakan sejak 1 bulan yang lalu dan dirasakan semakin lama semakin memberat. Keluarga mengatakan pasien makin lama semakin sulit bicara lalu akhir-akhir ini sama 1

description

adalah

Transcript of CASE Brain Tumor

Page 1: CASE Brain Tumor

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S

Usia : 70 tahun

Suku : Jawa

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : (-)

Pendidikan Terakhir : SD

Status : Menikah

Agama : Islam

Alamat : Ponorogo

No RM : 35 xx xx

Tanggal MRS : 14 Januari 2016

A. Keluhan Utama

Kelemahan anggota gerak kanan.

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD Harjono Ponorogo jam 15.00 tanggal 14

Januari 2016 dengan keluhan kelemahan anggota gerak kanan. Keluhan

dirasakan sejak 1 bulan yang lalu dan dirasakan semakin lama semakin

memberat. Keluarga mengatakan pasien makin lama semakin sulit bicara lalu

akhir-akhir ini sama sekali tidak bisa bicara sejak 1 minggu yang lalu. Tidak

pernah ada penurunan kesadaran, akan tetapi pasien semakin sulit diajak

komunikasi dan kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari.

Pasien tidak mengeluhkan nyeri kepala, mual, dan muntah. Pasien tidak

pernah kejang sebelumnya. Tidak bisa buang air besar selama 7 hari terakhir,

tidak ada keluhan buang air kecil. Nafsu makan turun sejak 1 minggu yang

lalu. Minggu yang lalu pasien sudah datang ke poli saraf dangan keluhan yang

1

Page 2: CASE Brain Tumor

sama dan disarankan oleh dokter spesialis saraf untuk melakukan CT-Scan

kepala. Kemudian pasien melakukan CT-Scan kepala pada 11 Januari 2016.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Sakit serupa : disangkal

Riwayat Hipertensi : disangkal

Riwayat Diabetes Melitus : disangkal

Riwayat mondok di RS : disangkal

Riwayat operasi : disangkal

Riwayat TBC : diakui (pengobatan terputus)

Kesan : terdapat riwayat TBC yang pengobatannya terputus

D. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Sakit serupa : disangkal

Riwayat Hipertensi : disangkal

Riwayat Diabetes Melitus : disangkal

Kesan : tidak terdapat riwayat penyakit keluarga

E. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum : Lemah, apatis

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,5ºC

RR : 18 x/menit

Kesan: keadaan umum lemah dan pasien apatis

2) Pemeriksaan Kepala

Kepala : Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Reflek Cahaya

(+/+), Pupil Isokor (+), Ukuran Pupil ± 3 mm

Kesan: pemeriksaan kepala dalam batas normal

2

Page 3: CASE Brain Tumor

3) Pemeriksaan Leher

Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-/-)

Kesan: pemeriksaan leher dalam batas normal

4) PemeriksaanThorax

Pulmo : Inspeksi : Simetris

Palpasi : Ketinggalan Gerak (-/-)

Perkusi : Sonor

Auskultasi :Suara Dasar Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)

Cor: Inspeksi : Ictus Cordis (tidak tampak)

Palpasi : Ictus Cordis (teraba)

Perkusi : Redup (normal)

Auskultasi : Bunyi Jantung I-II reguler, Bising Jantung(-)

Kesan: cor dan pulmo dalam batas normal

5) Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : Simetris, dinding abdomen sama tinggi dengan dinding

dada.

Auskultasi : Peristaltik (+) Normal

Perkusi : Timpani

Palpasi : Nyeri Tekan (-)

Kesan: abdomen dalam batas normal

6) Pemeriksaan Ekstremitas

Edema Ekstremitas - -

- -

Akral H H

H H

Kesan : pemeriksaan ekstremitas dalam batas normal

3

Page 4: CASE Brain Tumor

F. Status Neurologis

Kesadaran : compos mentis (GCS E4VxMx )

Kesan: terdapat afasia global

Meningeal Sign:

- Kaku Kuduk : (-)

- Kernig sign : (-) / (-)

- Brudzinski I : (-)

- Brudzinski II : (-) / (-)

- Brudzinski III : (-)

Kesan: meningeal sign dalam batas normal

Nervus Cranialis :

N.I (Olfaktorius) :

Pemeriksaan Hidung Kanan Hidung Kiri

Daya Pembauan SDE SDE

N.II (Optikus)

Pemeriksaan Mata kanan Mata kiriVisus SDE SDELapang Pandang SDE SDEFunduskopi

a. Arteri/venab. Papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N.III (Okulomotorius)Pemeriksaan Mata kanan Mata kiriPtosis (-) (-)PupilBentukDiameterReflex CahayaDirekIndirek

Bulat3 mm

(+)(+)

Bulat3 mm

(+)(+)

Akomodasi SDE SDEGerak bola mataAtasBawahMedial

SDESDESDE

SDESDESDE

4

Page 5: CASE Brain Tumor

Medial atas SDE SDE

N. IV (Throklearis)Pemeriksaan Mata kanan Mata kiriGerakan bola mataMedial SDE SDE

N.V (Trigeminus)Pemeriksaan Kanan KiriMotorik

Mengunyah SDE SDESensibilitas

Cabang oftalmikusCabang maksilarisCabang mandibularis

SDESDESDE

SDESDESDE

ReflexKornea (+) (+)

N. VI (Abdusens)Pemeriksaan Mata kanan Mata kiriGerakan bola mataLateral SDE SDE

N.VII (Facialis)Pemeriksaan Kanan KiriMotorik

Mengangkat alisMenyeringaiMencucu

SDESDESDE

SDESDESDE

SensorikDaya kecap lidah 2/3 depan SDE SDE

N.VIII (Vestibulokoklearis)Pemeriksaan Kanan KiriPendengaran Tes Bisik

Test RinneTest WeberTest Swabach

SDE

Tidak dilakukan

SDE

Tidak dilakukan

KeseimbanganTest RombergTest Finger to Nose

SDESDE

SDESDE

5

Page 6: CASE Brain Tumor

N.IX (Glosofaringeus) dan N.X (Vagus)Pemeriksaan HasilArkus faringPasifGerakan aktif

SimetrisSimetris

Reflex muntah (+) / (+)

N. XI (Assesorius)Pemeriksaan Kanan KiriMemalingkan kepala SDE SDE Mengangkat bahu SDE SDE

N.XII (Hypoglosus)Pemeriksaan HasilPosisi lidah NormalPapil lidah NormalAtrofi otot lidah (-)

Kesan: NI, N II, N III, N IV, N V, N VI, NVII, NVIII, N XI sulit

dilakukan evaluasi karena pasien tidak kooperatif.

Motorik

Gerakan T B

T B

Kekuatan Otot SDE SDE

SDE SDE

Tonus dbn dbn

dbn dbn

Atropi : - -

- -

Kesan: terdapat lateralisasi dextra

Klonus

6

Page 7: CASE Brain Tumor

Kaki : -/-

Patella : -/-

Kesan: pemeriksaan klonus dalam batas normal

Sensorik

Nyeri : Ekstremitas Atas : SDE

Ekstremitas Bawah : SDE

Raba : Ekstremitas Atas : SDE

Ekstremitas Bawah : SDE

Suhu : Ekstremitas Atas : SDE

Ekstremitas Bawah : SDE

Kesan : pemeriksaan sensorik sulit dievaluasi karena pasien tidak

kooperatif

Refleks Fisiologis

Reflek bisep : (+3/+3)

Reflek trisep : (+3/+3)

Reflek brachioradialis : (+2/+2)

Reflek patella : (+2/+2)

Reflek achilles : (+2/+2)Kesan: pemeriksaan reflek fisiologis dalam batas normal

Refleks Patologis

Hoffman : (-/-)

Trommer : (-/-)

Babinski : (+/-)

Chaddock : (+/-)

Oppenheim : (-/-)

Gordon : (-/-)

Schaefer : (-/-)

Kesan: reflek patologis Babinski (+/-) dan chaddock (+/-)

7

Page 8: CASE Brain Tumor

Provokasi Nyeri

Laseque : SDE

Patrick : SDE

Kontra Patrick : SDE

Kesan: pemeriksaan provokasi nyeri dalam batas normal

Cerebral Sign

Finger to Nose : SDE

Rebound Test : SDE

Heel to Shin : SDE

Kesan: pemeriksaan cerebral sign sulit dievaluasi karena pasien tidak

kooperaif

Fungsi Vegetatif :

Miksi : kuning, jernih

Defekasi : belum BAB 7 hari

Kesan: defekasi tidak lancar

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah lengkap

Pemeriksaan Hasil Nilai NormalWBC 8.1 4.0-10.0 103/UlRBC 4.61 3.50-5.00 103/uLHB 13.0 11.0-15.0 gr/dLHCT 37.8 37.0-47.0 %PLT 376 100-300 103/uLSGOT 27 0 – 38U/LSGPT 6.3 0 – 40 U/LALP 237 98 – 279 U/LLemak

Kolesterol TotalTrigliserid

14697

140 - 200 mg/L36 - 165 mg/L

Fungsi Ginjal

8

Page 9: CASE Brain Tumor

UreumKreatininAsam Urat

30.50.95.4

10 – 50 mg%0.7 – 1.4 mg%3.4 – 7 mg%

GDA 115 <126 gr/dlKesan: terdapat peningkatan trombosit

Pemeriksaan CT-Scan

Kesan: Massa isoden pada temporal sinistra, batas tidak tegas, dengan perifocal

edema. Deviasi midline structure : 1 cm, ventricle lateral terdesak. Tidak

dilakukan pemeriksaan dengan kontras. Kesimpulan : brain tumor temporal

sinistra.

H. Resume

Pasien datang ke IGD RSUD Harjono pada tanggal 14 Januari 2016

dengan keluhan kelemahan anggota gerak kanan. Keluhan dirasakan sejak 1 bulan

yang lalu dan dirasakan semakin lama semakin memberat. Keluarga mengatakan

pasien makin lama semakin sulit bicara lalu akhir-akhir ini sama sekali tidak bisa

bicara sejak 1 minggu yang lalu.

Dari status interna TD: 120/80mmHg, N/S: 80/36,5oC. Status neurologi

kesadaran compos mentis GCS E4 Vx M6 dengan lateralisasi dextra, hasil

laboratorium terdapat peningkatan trombosit dan dari hasil CT scan terdapat

massa isoden pada temporal sinistra, batas tidak tegas, dengan perifocal edema.

Deviasi midline structure : 1 cm, ventricle lateral terdesak.

9

Page 10: CASE Brain Tumor

I. Diagnosis kerja

Diagnosis Klinis : hemiparese dextra, afasia global , massa di

temporal sinistra

Diagnosis Topis : temporal sinistra

Diagnosis Etiologi : brain tumor

J. Penatalaksanaan

Farmakologi

Rl 16 tpmInj dexamethason 4x1Inj Ranitidin 2x1Inj citicolin 2x500mg

Non farmakologi

Paliative care

K. Prognosis

Disease : Dubia ad malam

Disability : Dubia ad malam

Disatissfaction : Dubia ad malam

Discomfort : Dubia ad malam

Death : Dubia ad malam

ANALISIS KASUS

10

Page 11: CASE Brain Tumor

11

PEMERIKSAAN FISIKANAMNESIS

1. Pasien merasa anggota gerak

kanan lemah. Keluhan

terjadi sejak 1 bulan yang

lalu.

2. Pasien tidak bisa bicara

sejak 1 minggu yang lalu

3. Sakit kepala -, mual -,

muntah - , penurunan

kesadaran -

4. Pasien masuk rumah sakit

untuk yang pertama kali.

5. Pasien memiliki riwayat tbc

6. penyakit hipertensi

.

1. Tekanan Darah

120/80 mmHg

2. N/S: 80/36,5oC

3. Kesadaran: CM GCS:

E4VxMx

Afasia global

4. Gerakan terbatas pada

extremitas superior et

inferior dextra

5. Reflek patologis:

Babinski(+/-) chadock

(+/-)

Diagnosis Banding: Tumor otak CVA

Gold standard:

Head CT Scan

Pemeriksaan Penunjang:

Foto Thorax dan CT Scan

LAB

Darah Lengkap, Faal ginjal

Page 12: CASE Brain Tumor

Follow up

1. Tanggal 14 Januari 2016

Keluhan : badan dan extremitas dextra masih terasa lemas, tidak bisa

bicara, pusing (-), mual (-), muntah (–)

Status Interna

TD: 130/90 mmHg

N : 80x/menit

S : 36,2°C

RR: 16x/menit

Status neurologis

Kesadaran : compos mentis, GCS E4VxMx

Meningeal sign : (-)

Nn. Cranialis : Reflek cahaya (+), Lingual palsy (-), Facial palsy (-).

Motorik : Gerak Kekuatan

Sensorik nyeri

Reflek Patologis : Babinski (+/-) chaddock (+/-)

Provokasi Nyeri : SDE

Fungsi Vegetasi : miksi (+) , defekasi (–)

Diagnosis

Dx klinis : hemiparese dextra, afasia global , massa di temporal sinistra

Dx Topis : temporal sinistra

Dx etiologis : brain tumor

12

T B

T B

SDE SDE

SDE SDE

SDE SDE

SDE SDE

Page 13: CASE Brain Tumor

Terapi :

2. Tanggal 15 Januari 2016

Keluhan : badan dan extremitas dextra masih terasa lemas, tidak bisa

bicara, pusing (-), mual (-), muntah (–)

Status Interna

TD: 120/80 mmHg

N : 88x/menit

S : 36,2°C

RR: 18x/menit

Status neurologis

Kesadaran : compos mentis, GCS E4VxMx

Meningeal sign : (-)

Nn. Cranialis : Reflek cahaya (+), Lingual palsy (-), Facial palsy (-).

Motorik : Gerak Kekuatan

Sensorik nyeri

Reflek Patologis : Babinski (+/-) chaddock (+/-)

Provokasi Nyeri : SDE

Fungsi Vegetasi : miksi (+) , defekasi (–)

13

Rl 16 tpmInj dexamethason 4x1Inj Ranitidin 2x1Inj citicolin 2x500mgMotivasi rujuk

T B

T B

SDE SDE

SDE SDE

SDE SDE

SDE SDE

Page 14: CASE Brain Tumor

Diagnosis

Dx klinis : hemiparese dextra, afasia global , massa di temporal sinistra

Dx Topis : temporal sinistra

Dx etiologis : brain tumor

Terapi

Rl 16 tpmInj dexamethason 4x1Inj Ranitidin 2x1Inj citicolin 2x500mgMotivasi rujuk

3. Tanggal 16 Januari 2016

Keluhan : badan dan extremitas dextra masih terasa lemas, tidak bisa

bicara, pusing (-), mual (-), muntah (–)

Status Interna

TD: 130/80 mmHg

N : 80x/menit

S : 36,2°C

RR: 18x/menit

Status neurologis

Kesadaran : compos mentis, GCS E4VxMx

Meningeal sign : (-)

Nn. Cranialis : Reflek cahaya (+), Lingual palsy (-), Facial palsy (-).

Motorik : Gerak Kekuatan

Sensorik :nyeri

14

T B

T B

SDE SDE

SDE SDE

SDE SDE

SDE SDE

Page 15: CASE Brain Tumor

Reflek Patologis : Babinski (+/-) chaddock (+/-)

Provokasi Nyeri : SDE

Fungsi Vegetasi : miksi (+) , defekasi (+)

Diagnosis

Dx klinis : hemiparese dextra, afasia global , massa di temporal sinistra

Dx Topis : temporal sinistra

Dx etiologis : brain tumor

Terapi

Rl 16 tpmInj dexamethason 4x1Inj Ranitidin 2x1Inj citicolin 2x500mgMotivasi rujuk

4. Tanggal 17 Januari 2016

Keluhan : badan dan extremitas dextra masih terasa lemas, tidak bisa bicara

Status Interna

TD: 120/80 mmHg

N : 80x/menit

S : 36,2°C

RR: 20x/menit

Status neurologis

Kesadaran : compos mentis, GCS E4VxMx

Meningeal sign : (-)

Nn. Cranialis : Reflek cahaya (+), Lingual palsy (-), Facial palsy (-)

Motorik : Gerak Kekuatan

15

T B

T B

SDE SDE

SDE SDE

Page 16: CASE Brain Tumor

Sensorik nyeri

Reflek Patologis : Babinski (+/-) chaddock (+/-)

Provokasi Nyeri : SDE

Fungsi Vegetasi : miksi (+) , defekasi (–)

Diagnosis

Dx klinis : hemiparese dextra, afasia global , massa di temporal sinistra

Dx Topis : temporal sinistra

Dx etiologis : brain tumor

Terapi

Rl 16 tpmInj dexamethason 4x1Inj Ranitidin 2x1Inj citicolin 2x500mgMotivasi rujuk

5. Tanggal 18 Januari 2016

Keluhan : badan dan extremitas dextra masih terasa lemas, tidak bisa

bicara

Status Interna

TD: 120/80 mmHg

N : 80x/menit

S : 36,5°C

RR: 18x/menit

Status neurologis

Kesadaran : compos mentis, GCS E4VxMx

Meningeal sign : (-)

Nn. Cranialis : Reflek cahaya (+), Lingual palsy (-), Facial palsy (-).

16

SDE SDE

SDE SDE

Page 17: CASE Brain Tumor

Motorik : Gerak Kekuatan

Sensorik :nyeri

Reflek Patologis : Babinski (+/-) chaddock (+/-)

Provokasi Nyeri : SDE

Fungsi Vegetasi : miksi (+) , defekasi (+)

Diagnosis

Dx klinis : hemiparese dextra, afasia global , massa di temporal sinistra

Dx Topis : temporal sinistra

Dx etiologis : brain tumor

Terapi

Citicolin 2x500mg

17

Metil prednisolon 3x4mgRanitidine 2x1Vit B12 3x1

T B

T B

SDE SDE

SDE SDE

SDE SDE

SDE SDE

Page 18: CASE Brain Tumor

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Sistem Saraf Pusat

Otak terdiri dari serebrum, serebelum, dan batang otak yang dibentuk oleh

mesensefalon, pons, dan medulla oblongata. Bila kalvaria dan dura mater

disingkirkan, di bawah lapisan arachnoid mater kranialis dan pia mater

kranialis terlihat gyrus, sulkus, dan fisura korteks serebri. Sulkus dan fisura

korteks serebri membagi hemisfer serebri menjadi daerah lebih kecil yang

disebut lobus (Sherwood, 2012).

Gambar 1. Bagian-bagian otak

Seperti terlihat pada gambar di atas, otak terdiri dari 3 bagian, yaitu :

1. Serebrum (Otak Besar)

Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri dari dua

hemisfer. Hemisfer kanan berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh

sebelah kiri dan hemisfer kiri berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh

sebelah kanan. Masing-masing hemisfer terdiri dari empat lobus. Bagian

lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai

parit disebut sulkus. Keempat lobus tersebut masing-masing adalah lobus

frontal, lobus parietal, lobus oksipital dan lobus temporal.

18

Page 19: CASE Brain Tumor

a. Lobus parietal merupakan lobus yang berada di bagian tengah

serebrum. Lobus parietal bagian depan dibatasi oleh sulkus sentralis

dan bagian belakang oleh garis yang ditarik dari sulkus parieto-

oksipital ke ujung posterior sulkus lateralis (Sylvian). Daerah ini

berfungsi untuk menerima impuls dari serabut saraf sensorik thalamus

yang berkaitan dengan segala bentuk sensasi dan mengenali segala

jenis rangsangan somatik.

b. Lobus frontal merupakan bagian lobus yang ada di bagian paling

depan dari serebrum. Lobus ini mencakup semua korteks anterior

sulkus sentral dari Rolando. Pada daerah ini terdapat area motorik

untuk mengontrol gerakan otot-otot, gerakan bola mata; area broca

sebagai pusat bicara; dan area prefrontal (area asosiasi) yang

mengontrol aktivitas intelektual.

c. Lobus temporal berada di bagian bawah dan dipisahkan dari lobus

oksipital oleh garis yang ditarik secara vertikal ke bawah dari ujung

atas sulkus lateral. Lobus temporal berperan penting dalam

kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam

bentuk suara.

d. Lobus oksipital berada di belakang lobus parietal dan lobus temporal.

Lobus ini berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan

manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap

oleh retina mata.

Apabila diuraikan lebih detail, setiap lobus masih bisa dibagi menjadi

beberapa area yang punya fungsi masing-masing, seperti terlihat pada

gambar di bawah ini.

19

Page 20: CASE Brain Tumor

2. Serebelum (Otak Kecil)

Serebelum atau otak kecil adalah komponen terbesar kedua otak.

Serebelum terletak di bagian bawah belakang kepala, berada di belakang

batang otak dan di bawah lobus oksipital, dekat dengan ujung leher bagian

atas. Serebelum adalah pusat tubuh dalam mengontrol kualitas gerakan.

Serebelum juga mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya:

mengatur sikap atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan, koordinasi

otot dan gerakan tubuh. Selain itu, serebelum berfungsi menyimpan dan

melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti

gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan

mengunci pintu dan sebagainya.

3. Batang Otak

Batang otak berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala

bagian dasar dan memanjang sampai medulla spinalis. Batang otak

bertugas untuk mengontrol tekanan darah, denyut jantung, pernafasan,

kesadaran, serta pola makan dan tidur. Bila terdapat massa pada batang

otak maka gejala yang sering timbul berupa muntah, kelemahan otat wajah

baik satu maupun dua sisi, kesulitan menelan, diplopia, dan sakit kepala

ketika bangun.

Batang otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:

a. Mesensefalon atau otak tengah (disebut juga mid brain) adalah bagian

teratas dari batang otak yang menghubungkan serebrum dan

serebelum. Saraf kranial III dan IV diasosiasikan dengan otak tengah.

Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan,

gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan

pendengaran.

b. Pons merupakan bagian dari batang otak yang berada diantara

midbrain dan medulla oblongata. Pons terletak di fossa kranial

posterior. Saraf Kranial (CN) V diasosiasikan dengan pons.

c. Medulla oblongata adalah bagian paling bawah belakang dari batang

otak yang akan berlanjut menjadi medulla spinalis. Medulla oblongata

20

Page 21: CASE Brain Tumor

terletak juga di fossa kranial posterior. CN IX, X, dan XII disosiasikan

dengan medulla, sedangkan CN VI dan VIII berada pada perhubungan

dari pons dan medulla (Sherwood, 2012).

B. Tumor Otak

1. Definisi

Tumor otak atau glioma merupakan sekelompok tumor yang

timbul dalam sistem saraf pusat dan dapat dijumpai beberapa derajat

diferensiasi glia. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu

sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain,

disebut tumor otak metastase. (Huff, 2009).

2. Epidemiologi

Meningioma merupakan jenis tumor yang sering dijumpai yaitu

sekitar 33,4% yang diikuti dengan glioblastoma, yaitu sebanyak 17,6%.

Berdasarkan data-data dari Central Brain Tumor Registry of the United

State (CBTRUS) dari tahun 2004-2005 dijumpai 23.62 per 100,000 orang-

tahun ( umur 20+). Kadar mortilitas di Amerika Utara, Western Europe

dan Australia dijumpai 4-7 per 100,000 orang per tahun pada pria dan 3-5

per 100,000 orang per tahun pada wanita

Di Medan data-data lengkap tentang penyakit tumor otak belum

ada, namun dari observasi yang dilakukan tahun 2005 terhadap 48

penderita tumor otak yang dirawat di beberapa rumah sakit;

RSUP.H.Adam Malik, RS Haji medan diperoleh hasil sebagai berikut:

Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (72,92 persen)

dibanding perempuan (27,08 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51

sampai ≥60 tahun (29,17 persen); selebihnya terdiri dari berbagai

kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. hanya

43 penderita (89,59 persen) yang dioperasi dan lainnya (10,41 persen)

tidak dilakukan operasi karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau

tumor metastase (sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di cerebellum

(20,83 persen), sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus

21

Page 22: CASE Brain Tumor

otak, suprasellar, medulla spinalis, brainstem, cerebellopontine angle dan

multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), jenis tumor

terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma (25,00 persen), sisanya

terdiri dari berbagai jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan

(Hakim. AA, 2005).

3. Klasifikasi

Berdasarkan WHO dibagi menjadi 9 kategori tumor otak primer,

yaitu :

Tipe Sel Asal

Infiltratif astrisitoma

Pilositik astrositoma

Astrosit

Astrosit

Oligodendroglioma Oligodendrosit

Mixed Oligodendroglioma Oligodendrosit, astrosit

Glioblastoma multiforme Astrosit, astroblas, spongioblas

Ependomoma Ependimosit

Meduloblastoma Sel primitif neural

Meningioma Meningen

Other

Berdasarkan lokasi, yaitu :

a. Supratentorial tumor yang terletak diatas tentorium serebelli

b. Infratentorium atau subtentorium tumor yang terletak dibawah

tentorium serebelli dalam fossa cranni posterior

Pembagian tumor otak berdasarkan asal sel, yaitu :

a. Tumor otak primer

Tumor yang berasal dari jaringan otak

i. Glioma

ii. Medulloblastoma

iii. Meningioma

iv. Schwannoma

v. Craniopharingioma

22

Page 23: CASE Brain Tumor

vi. Germ cell tumor

vii. Tumor pineal

b. Tumor otak sekunder

- Tumor yang tumbuh ketika kanker menyebar dari tempat lain ke

otak dan menyebabkan tumor otak

- Tumor sekunder tidak sama dengan tumor otak primer, karena

sel yang terdapat pada tumor otak sekunder mirip dengan sel asal

tumor metastasis tersebut yang abnormal

- Terapi tergantung pada asal tumor dan perluasan penyebaran

tumor, usia, keadaan umum pasien, respon terhadap pengobatan

sebelumnya.

4. Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab dari brain tumor belum dapat diketahui secara pasti,

walaupun genetik dan faktor lingkungan dapat berperan dalam

perkembangannya. Faktor resiko yang perlu ditinjau meliputi :

a. Herediter

Sindrom herediter seperti von Recklinghausen’s Disease, tuberous

sclerosis, retinoblastoma, multiple endocrine neoplasma bisa

meningkatkan resiko tumor otak. Gen yang terlibat bisa dibahagikan

pada dua kelas iaitu tumor –suppressor genes dan oncogens. Selain

itu, sindroma seperti Turcot dapat menimbulkan kecenderungan

genetik untuk glioma tetapi hanya 2% ( Mehta, 2011)

b. Radiasi

Radiasi jenis ionizing radiation bisa menyebabkan tumor otak

jenis neuroepithelial tumors, meningiomas dan nerve sheath tumors.

Selain itu, paparan therhadap sinar X juga dapat meningkatkan risiko

tumor otak.( Keating, 2001)

c. Substansi karsinogenik

Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas

dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik

23

Page 24: CASE Brain Tumor

seperti nitrosamides dan nitrosoureas yang bisa menyebabkan tumor

system saraf pusat ( Petrovich, et al., 2003).

d. Virus

Infeksi virus juga dipercayai bisa menyebabkan tumor otak.

Contohnya, virus Epseien-barr. (Kauffman, 2007)

e. Gaya hidup

Penelitian telah menunjukkan bahwa makanan seperti makanan

yang diawetkan, daging asap atau acar tampaknya berkorelasi dengan

peningkatan risiko tumor otak. Di samping itu, risiko tumor otak

menurun ketika individu makan lebih banyak buah dan sayuran.

(Stark-Vance, et al., 2011)

5. Patofisiologi

Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif yang

disebabkan oleh 2 faktor : gangguan fokal akibat tumor dan gangguan

fokal akibat kenaikan tekanan intracranial.

Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan

otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan

kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang

ditimbulkan tumor yang berumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.

Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai

kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan

gangguan serebrovaskuler primer.

Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron

dihubungkan dengan kompresi, invasi dan perubahan suplai darah ke

jaringan otak. Peningkatan tekanan intakranial dapat diakibatkan oleh

beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya

odema sekitar otak dan perubahan sirkulasi cairan cerebrospinal.

Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor.

Tumor ganas menimbulkan odema dalam jaringan otak sekitar. Obstruksi

vena dan odema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak

24

Page 25: CASE Brain Tumor

menimbulkan kenaikan volume intrakranial dan meningkatkan tekanan

intrakranial.

Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral

keruang subaraknoid menimbulkan hidrosfalis. Kenaikan tekanan yang

lama mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum. Herniasi menekan

mesensepalan menyebabkan hilangnya kesadaran. Gangguan fokal terjadi

apabila : penekanan pada jaringan otak, infiltrasi/invasi langsung pada

parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Gejala yang

ditimbulkan dari gangguan fokal tergantung lokasi tumor tersebut:

a. Tumor pada lobus oksipital : serengan konvulsi didahului oleh aura,

hemianopsia homonim kontralateral, agnosia visual sulit untuk

memperkirakan jarak cenderung untuk tersesat dalam lingkungan

yang sudah dikenalnya.

b. Tumor pada temporalis, tinitus, halusinasi pendengaran, afasia

sensorik, kelumpuhan wajah, anopsia kuandaran superior,

hemianopsia.

c. Tumor pada lobus periatalis : hilangnya fungsi sensori kortikalis,

gangguan lokalisasi sensorikdeskriminasi dua titik, grafestesia, cacat

visual.

d. Tumor pada serebelum : papil edema dini, nyeri kepala, gangguan

pergerakan, hipotonia, hiperekstensibilitas sendi, memecahkan kata

menjadi suku kata yang terpisah.

e. Tumor ventrikel & hipotalamus samnolensia, diabeets insipindus

obsesites, gangguan pengaturan suhu, nyeri kepala terus-menerus,

papil edema, peningkatan tekanan intra cranial

f. Tumor pada labus frontalis : perubahan mental, hemiparesis, ataksia,

gangguan bicara, depresi, bingung, tingkah laku aneh, gangguan

berjalan tidak mantap, afaksia, apraksia (Brown, 2006)

25

Page 26: CASE Brain Tumor

6. Manifestasi Klinis

Secara umum pasien tumor otak bisa memiliki gejala seperti

perubahan perilaku contohnya, pasien mungkin mudah lelah atau kurang

konsentrasi. Selain itu, gejala hipertensi intracranial seperti sakit kepala,

mual, vertigo. Serangan epilepsi juga sering dijumpai pada pasien tumor

otak.

a. Lobus frontal

Menimbulkan gejala perubahan kepribadian seperti depresi.

Menimbulkan masalah psychiatric.

Bila jaras motorik ditekan oleh tumor hemiparese kontra lateral,

kejang fokal dapat timbul. Gejala kejang biasanya ditemukan

pada stadium lanjut

Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan

inkontinentia.

Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia.

b. Lobus temporal

Dapat menimbulkan gejala hemianopsia.

Gejala neuropsychiatric seperti amnesia, hypergraphia dan Déjà

vu juga dapat timbul.

Lesi pada lobus yang dominan bisa menyebabkan aphasia.

c. Lobus parietalis

Akan menimbulkan gangguan sensori dan motor yang

kontralateral.

Bila ada lesi pada lobus yang dominant gejala disfasia.

Lesi yang tidak dominan bisa menimbulkan geographic agnosia

dan dressing apraxia.

d. Lobus oksipital

Menimbulkan homonymous hemianopia yang kontralateral

Gangguan penglihatan yang berkembang menjadi object agnosia.

26

Page 27: CASE Brain Tumor

7. Komplikasi

a. Herniasi

b. Perdarahan pada tumor

c. hidrocepalus

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan neuroradiologis yang dilakukan bertujuan untuk

mengidentifikasi ada tidaknya kelainan intra kranial, adalah dengan:

a. Rontgen foto (X-ray) kepala; lebih banyak sebagai screening test, jika

ada tanda-tanda peninggian tekanan intra kranial, akan memperkuat

indikasi perlunya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

b. Angiografi; suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras ke

dalam pembuluh darah leher agar dapat melihat gambaran peredaran

darah (vaskularisasi) otak

c. Computerized Tomography (CT-Scan kepala) dapat memberikan

informasi tentang lokasi tumor tetapi MRI telah menjadi pilihan untuk

kebanyakan karena gambaran jaringan lunak yang lebih jelas (Schober,

2010)

d. Magnetic Resonance Imaging (MRI), bisa membuat diagosa yang

lebih dini dan akurat serta lebih defititif. Gambar otak tersebut

dihasilkan ketika medan magnet berinteraksi dengan jaringan pasien

itu

9. Penatalaksanaan

Glucocorticoid biasanya diberikan untuk meringankan gejala edema.

a. Whole Brain Radiation Therapi merupakan terapi yang utama untuk

tumor otak yang malignant. Cara diberikan dengan 30-37.5 Gy dalam

10-15 fraction. Selain itu, stereotaxic radiosurgery biasanya

digunakan pada pasien dengan kadar meatastasis yang lebih kurang.

Terapi ini hanya memperlambatkan kambuhnya tumor otak dan tidak

memperpanjangkan survival.

b. Pembedahan juga merupakan pilihan terapi yang hanya dilakukan

pada tumor yang jinak. Pembedahan lebih sukar dilakukan pada tumor

27

Page 28: CASE Brain Tumor

otak yang ganas karena adanya metastase ke organ yang lain. Terapi

radiasi juga diberikan selepas pembedahan untuk hasil yang lebih

baik.

c. Kemoterapi merupakan terapi yang diberikan pada tumor otak jenis

metastase dan pada tumor opak yang tidak dapat disembuhkan dangan

pembedahan. Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma dan

astrositoma stadium tinggi yang meluas ke batang otak, kemoterapi

dapat membantu sebagai terapi paliatif.

d. Jika terapi-terapi diatas tidak membantu, terapi piliatif diberikan untuk

memperingankan gejala-gjala yang dialami oleh pasien

10. Prognosis

Prognosa penderita tumor otak didapati bahwa tanpa terapi radiasi,

harapan hidup rata-rata pasien dengan metastase otak adalah 1 bulan.

Selain itu, Resectability Tumor, lokasi tumor, usia pasien, dan histologi

tumor adalah penentu utama kelangsungan hidup. Pasien dengan kejang

sekunder ke tumor otak umumnya mengalami kerusakan neurologis yang

jelas selama kursus 6 bulan. Kebanyakan pasien dengan metastase otak

mati dari perkembangan keganasan utama mereka bukan dari kerusakan

otak (Huff, 2009).

28

Page 29: CASE Brain Tumor

BAB III

KESIMPULAN

Tumor otak atau glioma merupakan sekelompok tumor yang timbul dalam

sistem saraf pusat dan dapat dijumpai beberapa derajat diferensiasi glia.Ada dua

macam tumor otak yaitu primer dan sekunder. Penderita tumor otak lebih banyak

pada laki-laki (72,92 persen) dibanding perempuan (27,08 persen) dengan

kelompok usia terbanyak 51 sampai ≥60 tahun (29,17 persen). Lokasi tumor

terbanyak berada di cerebellum (20,83 persen), sedangkan tumor-tumor lainnya

tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, brainstem,

cerebellopontine angle dan multiple.

Penyebab dari brain tumor belum dapat diketahui secara pasti, walaupun

genetik dan faktor lingkungan dapat berperan dalam perkembangannya. Tumor

otak menyebabkan gangguan neurologik progresif yang disebabkan oleh 2 faktor :

gangguan fokal akibat tumor dan gangguan fokal akibat kenaikan tekanan

intracranial. Manifestasi klinis dari brain tumor beragam tergantung dari letak

massa.

Pemeriksaan dengan Head CT- Scan membantu dalam penegakkan

diagnosis dan pentuan lokasi massa dari brain tumor. Penatalaksanaan dari brain

tumor adalah dengan pemberian glucocorticoid untuk meringankan gejala edema,

radioterapi, kemoterapi dan pembedahan, pembedahan hanya dapat dilakukan

pada tumor jinak sedangkan pada tumor ganas tidak dapat dilakukan pembedahan

karena sudah metastasis ke organ lain. Prognosis pasien dengan brain tumor

tergantung dari resectability tumor, lokasi tumor, usia pasien, dan histologi tumor

adalah penentu utama kelangsungan hidup

29

Page 30: CASE Brain Tumor

DAFTAR PUSTAKA

Brown C.T.,2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Price S.

A, Wilson L. M. Edisi VI. Elsevier Science

Edy S., Windarti J., 2013. Clinical Characteristic and Histopathology of Brain

Tumor at Two Hospitals in Bandar Lampung. Universitas Lampung

Hakim, A.A., 2005. Kasus-Kasus Tumor Otak di RSUP H. Adam Malik dan

RSUP H.Medan Tahun 2003 dan 2004, Majalah Kedokteran Nusantara

Vol.38,No3.

http://usupress.usu.ac.id/files/MKN%20Vol_%2038%20No_

%203%20Sept_%202005.pdf

Huff, Ropper, JS., 2009. Neoplasm, Brain. Available

from:http://emedicine.medscape.com/article/779664-overview.

Kauffman, T.L., 2007. Geriatric Rehabilitation Manual. 2nd ed. Philadelphia:

Elsevier

Lubis N., Widowati W., et al., 2006. Secondary Brain Tumor.

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/

195708071982112-WIENDARTUN/brain_metastasis.pdf

Mehta, M.P., 2011. Principle And Practice Of Neuro-Oncology. USA: Demos

medical.

Petrovich, Z., Brady, L.W.,Apuzzo, M.L.J., 2003. Combined Modality Therapy of

Central Nervous System Tumor. New York: Springer

Satria A., 2011. Angka Harapan Hidup Dua Tahun Penderita Low Grade dan

High Grade Glioma yang Mendapatkan Terapi Radiasi. Universitas

Diponegoro.

Schober, O., Heindel, W., 2010.W., PET-CT Hybrid Imaging. Texas: Thieme

Sherwood, Lauralee., 2012. Susunan Saraf Pusat, dalam: Fisiologi Kedokteran.

Edisi VI. Jakarta : Penerbit EGC

Stark-Vance, V., Dubay, M.L., 2010. 100 Question & Answer About Brain

Tumor, 2ndEdition.USA: Jones and Bartlett

30