Case Based Discussion Kejang Demam Simpleks
-
Upload
maia-rahmayani -
Category
Documents
-
view
115 -
download
1
description
Transcript of Case Based Discussion Kejang Demam Simpleks
CBD TUNGGALSEORANG ANAK DENGAN KEJANG DEMAM SIMPLEKS DAN
STATUS GIZI BAIK
Pembimbing :
dr. Hartono, Sp.A
dr. Slamet Widi, Sp.A
dr. Z. Hidajati, Sp.A
dr. Lilia Dewiyanti, Sp.A
Disusun oleh :
Nurdila Rahmayani
(01.208.5739)
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG2013
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. FS
Umur : 1 tahun 4 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : -
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Sendangguwo, Tembalang
Nama Ayah : Tn. A
Umur : 28 tahun
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMA
Nama Ibu : Ny. S
Umur : 25 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Bangsal : Parikesit
No CM : 22.51.91
Masuk RS : 10 Maret 2013
B. DATA DASAR
1. Anamnesis
Alloanamnesis dengan ibu penderita dilakukan pada tanggal 11 Maret
2013 pukul 14.00 WIB di ruang Parikesit dan didukung dengan catatan
medis.
2
Keluhan Utama : Kejang
Keluhan Tambahan : Demam, batuk, pilek
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sebelum masuk rumah sakit :
5 hari SMRS pasien mengeluh demam semlenget, demam
dirasakan terus menerus. Selain itu pasien juga batuk dan pilek.
Oleh orangtua dibawa ke klinik 24 jam lalu diberi obat dan
sembuh. Namun, demam muncul lagi. Buang air besar dan buang
air kecil lancar, anak tidak rewel saat buang air kecil maupun
besar. Anak tidak mual dan muntah, nafsu makan dan minum baik,
anak tidak kehausan.
1 hari SMRS ± pukul 07.00 anak demam tinggi disertai kejang.
Anak mengalami kejang selama < 15 menit (± 3 menit), kelojotan
dengan mata melirik ke atas, mulut tertutup rapat, tidak berbusa,
saat kejang pasien tidak sadar, setelah kejang pasien sadar lalu
menangis. Keluarga pasien segera membawa pasien ke RSUD
Kota Semarang dan sesampainya di IGD pasien sempat kejang
sekali selama ± 3 menit dengan kondisi sama seperti kejang
sebelumnya, suhu 39,80C dan oleh dokter jaga disarankan untuk
mondok.
Ibu pasien menyangkal pasien menderita batuk > 3 minggu dan
demam > 2 minggu, berat badan anak selalu naik, nafsu makan
baik.
Ibu pasien menyangkal adanya mimisan, gusi berdarah, dan
munculnya bintik-bintik merah di kulit pasien.
Ibu pasien mengatakan pasien tidak pernah mengalami benturan
keras di kepala.
Ibu pasien mengatakan pasien tidak pernah mengalami luka tusuk
besi kotor maupun luka kotor akibat terjatuh.
Riwayat keluar cairan dari telinga yang didahului panas juga
disangkal.
3
Setelah masuk rumah sakit :
1 hari setelah masuk rumah sakit, pasien masih mengeluh badan
teraba hangat, batuk, dan pilek. Kejang sudah tidak dialami pasien.
Buang air kecil dan besar masih seperti biasa. Nafsu makan dan
minum baik.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Penyakit Pernah/Tidak Penyakit Pernah/Tidak
Diare Disangkal TBC Disangkal
DBD Disangkal Alergi Disangkal
Batuk Pernah Trauma Disangkal
Kejang Disangkal Operasi Disangkal
Malaria Disangkal Lain-lain Disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Di keluarga tidak ada yang pernah sakit seperti ini.
Riwayat penyakit epilepsi disangkal.
Riwayat Persalinan dan Kehamilan :
Anak laki lahir dari ibu usia 24 tahun G1P0A0, hamil 39 minggu, lahir
secara spontan. Persalinan ditolong oleh bidan, anak lahir langsung
menangis, berat badan lahir 3200 gram. Panjang badan 49 cm, lingkar
kepala saat lahir ibu lupa, lingkar dada saat lahir ibu juga lupa.
Kesan : neonatus aterm, vigorous baby, lahir secara spontan.
Riwayat Pemeliharaan Prenatal :
Ibu biasa memeriksakan kandungannya secara teratur ke bidan 2x setiap
bulan sampai usia kehamilan 8 bulan. Setelah > 8 bulan ibu memeriksakan
kehamilan 1x dalam 2 minggu. Selama hamil ibu mengaku mendapat
imunisasi TT 2x di bidan. Tidak pernah menderita penyakit selama
kehamilan. Riwayat perdarahan saat hamil disangkal. Riwayat trauma saat
4
hamil disangkal. Riwayat minum obat tanpa resep dokter ataupun minum
jamu disangkal. Obat–obat yang diminum selama kehamilan adalah
vitamin dan tablet penambah darah.
Kesan : riwayat pemeliharaan prenatal baik.
Riwayat Pemeliharaan Postnatal :
Pemeliharaan postnatal dilakukan di Bidan.
Kesan : riwayat pemeliharaan postnatal baik.
Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan :
Berat badan lahir 3200 gram, panjang badan 49 cm, berat badan sekarang
10 kg, panjang badan sekarang 76 cm.
Perkembangan :
Senyum : 2 bulan
Miring : 3 bulan
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Merangkak : 6 bulan
Berdiri : ± 10 bulan
Berjalan : ± 1 tahun
Berlari : ± 1 tahun
Bicara : ± 1 tahun
Melompat : ± 1 tahun
Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan umur.
5
Riwayat Makan dan Minum Anak :
Ibu mengaku anak masih diberi ASI sampai sekarang usia 16 bulan. Anak
mendapat ASI ekslusif sampai umur 6 bulan. Setelah usia 6 bulan ibu
memberi ASI dan bubur susu. Mulai usia 12 bulan, anak diberi nasi dan
sayur sop serta lauk (ikan, telur, tempe, tahu, dll).
Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan dan minum baik.
Riwayat Imunisasi :
BCG : 1 x (umur 1 minggu, scar di lengan kanan atas)
DPT : 2 x (umur 2 bulan dan 4 bulan)
Polio : 2 x (saat lahir dan umur 4 bulan)
Hepatitis : 2 x (saat lahir dan umur 4 bulan)
Campak : 1 x (umur 9 bulan)
Kesan : Imunisasi dasar tidak sesuai jadwal pada KMS
Riwayat Keluarga Berencana :
Ibu mengikuti program KB suntik setiap 3 bulan sekali.
Riwayat Sosial Ekonomi :
Ayah pasien bekerja sebagai buruh sedangkan Ibu pasien adalah ibu rumah
tangga. Menanggung 1 orang anak. Biaya pengobatan menggunakan
Jamkesmas.
Kesan: sosial ekonomi kurang.
Data Keluarga :
Ayah Ibu
Perkawinan ke 1 1
Umur saat menikah 25 th 22 th
Agama Islam Islam
Pendidikan terakhir SMA SMA
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Data Perumahan :
Kepemilikan rumah : rumah sendiri
Keadaan rumah : dinding rumah tembok, 2 kamar tidur, tiap kamar
terdapat jendela dan lubang ventilasi, 1 kamar mandi, 1 ruang tamu, 1
dapur. Limbah dibuang ke selokan sekitar. Sumber air minum adalah air
tanah yang direbus sendiri, sumber air untuk mencuci juga dari air tanah.
Keadaan lingkungan : jarak antar rumah berdekatan kurang lebih setengah
meter.
2. Pemeriksaan Fisik
Tanggal 11 Maret 2013 pukul 14.00 WIB.
Anak laki-laki, usia 1 tahun 4 bulan, berat badan 10 kg, panjang badan 76
cm.
Keadaan umum : composmentis, tampak sakit sedang, kesan gizi baik,
kejang (-)
Tanda vital :
Tekanan darah : tidak dilakukan
HR (Nadi) : 120x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR (Laju Nafas) : 48x/menit, reguler
Suhu : 37,5 o C (axilla)
Status Internus
Kepala : mesocephale, ubun-ubun besar cekung (-)
Rambut : hitam, terdistribusi merata
Mata : mata cowong -/-, pupil isokor +/+, konjungtiva
anemis -/-, sklera ikterik -/-, edema palpebra -/-
Hidung : sekret -/- , nafas cuping hidung -/-, mukosa
hiperemis +/+
Telinga : discharge -/-
Mulut : bibir kering (-) , bibir sianosis (-) , trismus (-)
Tenggorokan : tonsil T1/T1, mukosa faring hiperemis (+), detritus
(-), granulasi (-)
Leher : tidak ada pembesaran KGB
Thoraks :
o Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V 1 cm medial linea
midclavicula sinistra
Perkusi : batas jantung sulit ditentukan
Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
o Paru - paru
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris saat inspirasi dan
ekspirasi, retraksi (-)
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi : sonor di seluruh paru
Auskultasi : suara napas vesikuler di seluruh lapang paru,
rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani di seluruh kuadran, nyeri ketok sudut
costovertebra -/-
Palpasi : supel, turgor kembali cepat, hepar dan lien tidak
teraba, nyeri tekan suprapubik (-) , nyeri tekan (-)
Alat kelamin : laki- laki, phimosis (-)
Anorektal : dalam batas normal, hiperemis (-)
Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Akral sianosis -/- -/-
Oedem -/- -/-
CRT <2’’ <2’’
Pemeriksaan Neurologis
- Pemeriksaan Refleks Fisiologis :
o Bisep (+)
o Trisep (+)
o Patella (+)
o Achiles (+)
- Pemeriksaan Refleks Patologis :
o Babinski (-)
o Cadock (-)
o Gordon (-)
o Openheim (-)
- Pemeriksaan Rangsang Meningeal
o Kaku kuduk : (-) tidak terdapat tahanan
o Brudzinsky I : (-) kedua tungkai tidak fleksi
o Brudzinsky II : (-) tungkai lain tidak fleksi
o Kernig : (-) sudut > 135 0, tidak nyeri dan tidak terdapat
hambatan
3. Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin tanggal 10 Maret 2013
Hb : 9,9 g/dl
Ht : 31,10 %
Leukosit : 8500/uL
Trombosit : 376.000/uL
4. Pemeriksaan Khusus
Data Antropometri :
Anak laki-laki, usia 16 bulan
Berat badan : 10 kg
Panjang badan : 76 cm
Pemeriksaan status gizi (Z score) :
WAZ = BB – median = 10 - 11,1 = -0.9 (Normal)
SD 1,20
HAZ = TB – median = 76 – 80,4 = -1,4 (Normal)
SD 3,00
WHZ = BB – median = 10 – 10 ,2 = -0,25 (Normal)
SD 0,8
Kesan : status gizi baik dan perawakan normal seusianya.
C. RESUME
Telah diperiksa seorang bayi laki-laki usia 16 bulan dengan berat badan 10
kg dan tinggi badan 76 cm. Keluhan utama kejang dengan durasi ± 2 menit,
kelojotan dengan mata melirik ke atas, mulut tertutup rapat, tidak berbusa dan
pasien tidak sadar selama kejang. Setelah kejang pasien sadar dan mengantuk.
Keluhan disertai batuk pilek sejak 5 hari SMRS.
Riwayat terbentur di kepala disangkal. Riwayat tertusuk benda tajam dan
kotor disangkal, luka kotor akibat jatuh disangkal. Riwayat keluar cairan dari
telinga yang didahului panas juga disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapat:
Keadaan Umum : compos mentis, tampak sakit sedang, kesan gizi
baik, tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi.
Tanda Vital :
Tekanan darah : tidak dilakukan
HR (Nadi) : 120x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR (Laju Nafas) : 48x/menit, reguler
Suhu : 37.5 o C (axilla)
Status Internus : dalam batas normal
Pemeriksaan Neurologis :
Refleks fisiologis : dalam batas normal
Refleks patologis : (-)
Rangsang meningeal : (-)
Pemeriksaan Penunjang didapat :
Darah Rutin :
10 Maret 2013
Hb 9,9 g/dl
Ht 31,10 %
Leukosit 8500/ul
Trombosit 376.000/ul
Pemeriksaan Khusus didapat : Status gizi baik
D. DIAGNOSIS BANDING
- Observasi kejang
o Cerebral
Akut sesaat
Infeksi
o Ekstrakranial
Kejang demam simpleks
Kejang demam kompleks
o Intrakranial
Meningitis
Ensefalitis
Meningoensefalitis
Gangguan elektrolit
Gangguan metabolik
Gangguan kardiovaskular
Keracunan
Kronik berulang
Epilepsi
o Non cerebral
Tetanus, Tetani
- ISPA
o Atas
Faringitis
Tonsillitis
Sinusitis
Rhinitis
o Bawah
BRPN
Bronkiolitis
Pneumonia
- Status Gizi Baik
E. DIAGNOSIS SEMENTARA
I. KDS
II. Faringitis
III. Status gizi baik
F. TERAPI (MEDIKAMENTOSA dan DIETETIK)
Tx/ : O2 2-4 lpm (bila perlu)
Infus RL 10 tpm
Injeksi cefotaxim 3 x 250 mg iv
Injeksi dexametason 2 x 1/3 amp (selama 2 hari)
Injeksi diazepam 0,3 mg (iv) prn (bila kejang)
PO : Diazepam 5 mg
PCT syr 3 x 3/4 cth
Diet : ASI, makan dan minum seperti biasa sama seperti sebelum anak sakit
BBI : 10,6 Kg
Kalori : 1030 kkal/ hari
Protein : 21,2 g/ hari
Program : Evaluasi KU, TTV, pantau kejang berulang
G. PROGNOSA
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
H. USULAN
Cek darah rutin ulang
GDS
Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Ca, Mg
Pemeriksaan EEG (atas indikasi)
Pemeriksaan lumbal pungsi (atas indikasi)
I. NASEHAT
Di rumah sakit :
Tirah baring
Minum obat teratur.
Di rumah :
Bila anak sakit, segera periksa ke pelayanan kesehatan terdekat
Sedia obat penurun panas di rumah
Sedia termometer dan obat anti kejang (diazepam) per rektal
Bila anak demam, segera beri obat penurun panas dan dikompres
dengan air biasa, di bagian lipat paha dan lipat ketiak. Jika menggigil
kompres dengan air hangat.
Bila anak kejang, jangan panik, longgarkan pakaian anak, beri
diazepam melalui dubur anak dengan posisi anak terlentang miring,
bila tidak berhenti segera dibawa ke rumah sakit terdekat
TINJAUAN PUSTAKA
Kejang Demam
Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal diatas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan-5 tahun. Menurut ILAE,
Commission on Epidemiology and Prognosis Epilepsi anak yang pernah
mengalami kejang tanpa demam, kemudian mengalami kejang demam tidak
termasuk dalam kejang demam dan kejang disertai demam yang terjadi pada bayi
berumur kurang dari 1 bulan juga tidak termasuk dalam kejang demam. Saraf
Anak sepakat bahwa anak yang berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5
tahun mengalami kejang yang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain
misalnya infeksi SSP atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.
Manifestasi Klinis
Bangkitan kejang pada bayi dan anak-anak sering terjadi bersamaan
dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, biasanya berkembang bila
suhu tubuh mencapai 39°C atau lebih, disebabkan oleh infeksi di luar susunan
saraf pusat (ISPA, OMA, dll). Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama
sewaktu demam. Kejang dapat bersifat tonik-klonik, tonik, klonik, fokal, atau
akinetik. Berlangsung singkat beberapa detik sampai 10 menit, diikuti periode
mengantuk singkat pasca kejang. Kejang demam yang menetap lebih dari 15
menit menunjukkan adanya penyebab organik seperti infeksi atau toksik dan
memerlukan pengamatan menyeluruh.
Patofisiologi
Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam
(lipid) dan permukaan luar (ion). Dalam keadaan normal membran sel neuron
dapat dengan mudah dilalui oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion
Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya kecuali Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi
ion K dalam sel neuron tinggi dan ion Na rendah. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan luar sel maka terdapat potensial membran sel neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan
bantuan enzim Na-K-ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan
potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya:
- Perubahan konsentrasi ion di ekstraseluler.
- Rangsangan mendadak berupa mekanis, kimiawi, atau aliran listrik dari
sekitarnya.
- Perubahan patofisiologi dari membran sendiri dari penyakit atau
keturunan.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1°C akan menaikan metabolisme
basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak
berusia 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan
orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu, dapat
terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron,dan dalam waktu yang
singkat terjadi difusi ion K maupun Na melalui membran. Perpindahan ini
mengakibatkan lepas muatan listrik yang besar, sehingga meluas ke membran sel
lain melalui neurotransmitter, dan terjadilah kejang.
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda. Pada anak dengan
ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38°C. Pada anak
dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40°C.
Terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang
yang rendah, sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada suhu
berapa penderita kejang.
Klasifikasi Kejang Demam
Unit Kerja Koordinasi Neurologi IDAI 2006 membuat klasifikasi kejang
demam pada anak menjadi :
a. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure) merupakan 80% di antara
seluruh kejang demam.
Kejang demam berlangsung singkat
Durasi kurang dari 15 menit
Kejang dapat umum, tonik, dan atau klonik
Umumnya akan berhenti sendiri.
Tanpa gerakan fokal.
Tidak berulang dalam 24 jam
b. Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure)
Kejang lama dengan durasi lebih dari 15 menit.
Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial.
Berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau
kejang berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan anak tidak sadar. Kejang
lama terjadi pada 8% kejang demam.
Selain klasifikasi diatas, terdapat juga klasifikasi lain, yaitu klasifikasi
Livingston. Klasifikasi ini dibuat karena jika anak kejang maka akan timbul
pertanyaan, dapatkah diramalkan dari sifat dan gejala mana yang memiliki
kemungkinan lebih besar untuk menderita epilepsi. Livingston (1954) membagi
kejang demam atas 2 golongan :
1. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion)
2. Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsy triggered off by fever)
Modifikasi Livingston diatas dibuat untuk diagnosis kejang demam
sederhana adalah:
1. Umur anak ketika kejang adalah 6 bulan dan 4 tahun
2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit
3. Kejang bersifat umum
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal
tidak menunjukkan kelainan
7. Frekuensi bangkitan kejang di dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh
kriteria modifikasi Livingston diatas digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi
oleh demam. Kejang kelompok kedua ini memiliki kelainan yang menyebabkan
timbulnya kejang, sedangkan demam hanya merupakan faktor pencetus saja.
Langkah Diagnostik
Dari anamnesis yang harus ditanyakan adalah adanya kejang, kesadaran,
lama kejang, suhu sebelum/ saat kejang, frekuensi, interval, keadaan pasca kejang,
penyebab demam di luar susunan saraf pusat. Riwayat perkembangan anak,
riwayat kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga. Pertanyaan juga
harus menyingkirkan penyebab kejang lainnya, misalnya tetanus.
Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan adalah kesadaran, suhu tubuh,
tanda rangsang meningeal, refleks patologis, tanda peningkatan tekanan
intrakranial, tanda infeksi di luar SSP.
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab
kejang demam, di antaranya :
a) Pemeriksaan darah tepi lengkap, gula darah, elektrolit, kalsium serum,
urinalisis, biakan darah, urin atau feses.
b) Pungsi lumbal sangat dianjurkan pada anak berusia di bawah 12 bulan,
dianjurkan pada anak usia 12-18 bulan, dan dipertimbangkan pada anak di
atas 18 bulan yang dicurigai menderita meningitis. Pemeriksaan ini pada KDS
masih kontroversial karena masih belum ditemukan keefektifannya.
c) Foto X-ray dan pencitraan seperti CT -Scan atau MRI diindikasikan pada
keadaan riwayat atau tanda klinis trauma, kemungkinan lesi struktural otak
(mikrocephal, spastik), adanya tanda peningkatan tekanan intrakranial,
adanya kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis N.VI,
dan papiledema..
d) EEG dipertimbangkan pada kejang demam yang tidak khas. Misalnya kejang
demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam
fokal.
Terapi
Algoritma Penghentian Kejang Demam
Jika pasien datang dalam keadaan kejang, berikan diazepam intravena
dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau
dalam waktu 3-5 menit dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang praktis dan
dapat diberikan oleh orang tua dirumah adalah diazepam rektal dengan dosis 0,5-
0,75 mg/kg atau diazepam rektal untuk anak dengan berat badan kurang dari 10kg
dan 10 mg untuk anak dengan berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazpam rektal
dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak
diatas usia 3 tahun.
Bila pada pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, diazepam
dapat diberikan lagi dengan interval 5 menit. Bila masih gagal dianjurkan ke RS
dan diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila masih belum
Kejang tidak berhentiRawat ICU
Diazepam rektal 0,5 mg/kgBBBoleh diulang setelah 5 menit
Kejang (Ke RS)Diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB
KejangFenitoin IV 10-20 mg/kgBB dengan kecepatan 1mg/kg/menit
Kejang berhentiLanjutkan dengan dosis 4-8 mg/kg/hari
dimulai 12 jam setelah dosis awal
Kejang
berhenti berikan fenitoin secara IV dengan dosis awal 10-20 mg/kg/ kali dengan
kecepatan 1mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis
selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/ hari dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila belum
berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif.
Bila kejang berhenti, tentukan apakah anak termasuk dalam kejang demam
yang memerlukan pengobatan rumatan atau hanya memerlukan pengobatan
intermiten bila demam. Pengobatan rumatan adalah pengobatan yang diberikan
terus menerus untuk waktu yang cukup lama, yaitu 1 tahun bebas kejang,
kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan. Pengobtan rumatan
diberikan bila kejang demam menunjukkan salah satu atau lebih gejala berikut :
kejang lama >15 menit
anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum dan sesudah kejang
misalnya hemiparesis, Cerebral Palsy, retardasi mental.
Kejang fokal
Bila ada keluarga sekandung atau orang tua yang mengalami epilepsi
Pengobatan rumatan dipertimbangkan bila:
- Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
- Kejang demam yang terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
- Kejang demam ≥4 kali pertahun.
Pengobatan rumatan yang diberikan adalah:
Asam valproate 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis atau fenobarbital 3-
4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
Pengobatan intermiten adalah pengobatan yang diberikan pada saat anak
mengalami demam, untuk mencegah terjadinya kejang demam. Terdiri dari
pemberian antipiretik ( parasetamol 10-15 mg/kgBB/ kali diberikan 4 kali
sehariatau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali diberikan 3-4 kali) dan antikonvulsan
(diazepam oral 0,3mg/kgBB setiap 8 jam pada saat demam atau diazepam rektal
0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu >38,5 °C).
Tatalaksana di Emergensi :
←
Komplikasi
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya
dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lebih
lama (>15 menit) biasanya disertai apnoe, hipoksemia, hiperkapnea, asidosis
laktat, hipotensi artrial, suhu tubuh makin meningkat, metabolisme otak
meningkat.
Prognosis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada
pasien yang awalnya normal. Kejang demam dapat berulang di kemudian hari
atau dapat berkembang menjadi epilepsi di kemudian hari. Faktor resiko
berulangnya kejang pada kejang demam adalah:
a. Riwayat kejang demam dalam keluarga.
b. Usia di bawah 12 bulan.
c. Suhu tubuh saat kejang yang rendah.
d. cepatnya kejang setelah demam
Faktor resiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah:
a. kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam
pertama.
b. Kejang demam kompleks.
c. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung.
Edukasi pada Orang Tua
Sebagai seorang dokter sebaiknya kita mengurangi kecemasan orang tua
dengan cara :
- Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya memiliki prognosis yang
baik
- Memberitahukan cara penangan kejang
- Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
- Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus
diingat adanya efek samping obat.
Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang
1. Tetap tenang dan tidak panik
2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring.
Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun
kemungkinan lidah trgigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.
4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
5. Tetap bersama pasien selama kejang
6. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti
7. Bawa kedokter atau Rumah Sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau
lebih
DAFTAR PUSTAKA
1. Soetomenggolo, Buku ajar neurologi, 1999, Ismael S. KPPIK-XI, 1983;
2. http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-
pada-disentri-basiler.html
3. Provisional commission on epidemiology and prognosis. Epilepsia
1993;34;592-74
4. Konsensus Penanganan Kejang Demam, Ikatan Dokter Anak Indonesia,
2005
5. Knudsen, Febrile seizures-treatment and outcome. Epilepsia 2000;41;2-9
6. Sodium valproate, Phenobarbital and placebo. Neuropediatrics
1984;15;37-42