Case Agung

37
PENDAHULUAN Eklampsia merupakan kejang yang terjadi pada wanita hamil dengan preeclampsia. Hipertensi dalam kehamilan mengkomplikasi 5- 7% kehamilan. 1 Insidensi bentuk severe hipertensi dalam kehamilan ini mencapai 0,02-0,1% dalam kehamilan di Negara maju. 2-6 Di Negara berkembang, insidensi eklampsia lebih tinggi, yaitu hingga mencapai 0,06-1,5%. 7-9 Di Indonesia sendiri, terdapat lebih dari 180.000 kasus eklampsia selama tahun 2010, di mana 1.268 kasus di antaranya berakhir dengan kematian ibu. Penyakit jantung menjadi penyebab kematian dari 5,6 % di amerika serikat tahun 1987 – 1990. Di RS Hasan Sadikin angka kematian ibu karena kelainan jantung pada tahun 1994 – 1998 sebesar 5,4 %. Gagal jantung dalam bahasa yunani dikenal sebagai decompensatio cordis, yang berarti suatu keadaan dimana jantung tidak dapat memompa darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolism tubuh, dan kemampuan tersebut hanya ada kalu disertai dengan peninggian volume diastolic secara abnormal. 1

description

case

Transcript of Case Agung

Page 1: Case Agung

PENDAHULUAN

Eklampsia merupakan kejang yang terjadi pada wanita hamil dengan preeclampsia.

Hipertensi dalam kehamilan mengkomplikasi 5-7% kehamilan. 1 Insidensi bentuk severe

hipertensi dalam kehamilan ini mencapai 0,02-0,1% dalam kehamilan di Negara maju. 2-6 Di

Negara berkembang, insidensi eklampsia lebih tinggi, yaitu hingga mencapai 0,06-1,5%. 7-9 Di

Indonesia sendiri, terdapat lebih dari 180.000 kasus eklampsia selama tahun 2010, di mana 1.268

kasus di antaranya berakhir dengan kematian ibu.

Penyakit jantung menjadi penyebab kematian dari 5,6 % di amerika serikat tahun 1987 –

1990. Di RS Hasan Sadikin angka kematian ibu karena kelainan jantung pada tahun 1994 – 1998

sebesar 5,4 %.

Gagal jantung dalam bahasa yunani dikenal sebagai decompensatio cordis, yang berarti

suatu keadaan dimana jantung tidak dapat memompa darah ke jaringan untuk memenuhi

kebutuhan metabolism tubuh, dan kemampuan tersebut hanya ada kalu disertai dengan

peninggian volume diastolic secara abnormal.

1

Page 2: Case Agung

BAB II

KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. Leni Supartini

Usia : 22 tahun

Alamat : Kampung Tegal Seureh

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Nama Suami : Tn. Suhandi

Usia : 23 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Buruh

Status : Menikah

Tanggal masuk RS : 19 maret 2015

Tanggal keluar RS : 26 maret 2015

2.2 Anamnesis ( Heteroanamnesis )

a. Keluhan Utama :

pasien rujukan Bidan Leni ingin ke poli dengan keluhan sesak napas, setelah

melahirkan 19 hari yang lalu, dan kejang di pintu IGD sebanyak 1 kali.

2

Page 3: Case Agung

b. Riwayat Penyakit Sekarang :

pasien mengalami kejang tiba-tiba saat ke rumah sakit, kejang dialami pasien selama

±15 menit di IGD saat ingin ke poli untuk memeriksa keadaannya. Kejang yang

dialami pasien bersifat generalized, tonik-klonik, dan setelah kejang berhenti pasien

tertidur kemudian sadar dan terlihat lemas dan gelisah. Pasien mengalami sesak sejak

1 minggu yang lalu dan bertambah parah 3 jam SMRS, sesak bertambah jika pasien

beraktivitas. Pasien sering terbangun ketika tidur karena sesak. Pasien juga tidak

kooperatif. Pasien juga mengalami sakit kepala sejak satu hari yang lalu, dan

pandangan pasien sedikit buram, dan sedikit mual. Pasien menyangkal adanya nyeri

ulu hati.

c. Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat keluhan yang sama sebelumnya : disangkal

Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga : disangkal

Riwayat epilepsy : disangkal

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat diabetes mellitus : disangkal

Riwayat alergi : disangkal

Riwayat asma : disangkal

Riwayat trauma : disangkal

3

Page 4: Case Agung

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Di keluarga pasien yaitu ibunya juga mengalami sesak napas, dan juga menderita

hipertensi.

e. Riwayat Haid

Menarche : 9 tahun

Haid : teratur, 7 hari, siklus 30 hari

KB : pil dan suntik selama 2 tahun

HPHT : 1 juni 2014

f. Riwayat Marital

Menikah : 1 kali sejak 2011

Usia saat menikah : 18 tahun

g. Riwayat Obstetri

No Tahun Usia

kehamilan

Riwayat

persalinan

Penolong Tempat Jenis

kelamin

Berat

lahir

1 IUFD

2 19

hari

9 bulan Spontan Bidan RS Bunut Laki-laki 2700

4

Page 5: Case Agung

2.3 STATUS GENERALIS

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : somnolen

Tanda-tanda vital

- Tekanan darah : 200/100 mmHg

- Laju nadi : 124 kali/menit

- Laju nafas : 44 kali/menit

- Suhu : 38,1

Berat badan : 70 kg

Tinggi badan : 151 cm

2.4 PEMERIKSAAN FISIK UMUM

Kepala : normosefali

- Wajah : simetris

- Mata : konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-

- Mulut : mukosa oral basah

- Leher : pembesaran KGB (-), massa (-), JVP meningkat

Thorax :

- Jantung : BJ ireguler, gallop (+), murmur (-)

- Paru : sonor, ronki (+)

- Mammae : retraksi putting -/-

5

Page 6: Case Agung

Abdomen :

- Inspeksi : tambak cembung, linea nigra (+),

- Palpasi : supel, nyeri tekan (+) pada ulu hati, TFU : 2 jari dibawah

umbilicus

- Auskutasi : bising usus (+)

EKstremitas

- Atas : hangat, CRT <2 detik, edema -/-

- Bawah : hangat, CRT <2 detik, edema -/-

2.5 Pemeriksaan Nifas

Mobilisasi : tidak aktif

TFU : 2 jari di bawah umbilicus, kontraksi baik

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Darah Rutin

Hemoglobin 11,6 g/dL 12 – 14

Hematocrit 35% 37 – 47

Leukosit 32.300 sel/µL 4.000 – 10.000

Eritrosit 4.2 juta/µL 3.8 – 5.2

Indeks eritrosit

MCV 85 fL 70 – 180

6

Page 7: Case Agung

MCH 28 pg 26 – 34

MCHC 33 g/dL 32 - 36

Trombosit 341.000 sel /µL 150.000 – 450.000

Kimia Darah

Gula darah sewaktu 86 mg/dL 70 – 180

AST (SGOT) 46 U/I < 31

ALT (SGPT) 27 U/I < 32

Ureum 69 mg/dL 15 – 36

Kreatinin 2.15 mg/dL 0.52 – 1.04

Elektrolit

Natrium (Na) 135 mmol/L 137 – 150

Kalium (K) 2.2 mmol/L 3.5 – 5.5

Calcium 9.6 mg/dL 8 – 10.4

Clorida (Cl) 97 mmol/L 94 – 108

7

Urin Lengkap

Warna Kuning Kuning

Kejernihan Agak jernih Jernih

pH 7.5 4.6 – 8.0

Berat jenih 1.005 1.005 – 1.03

Lekosit Pos(+/25) sel/µL Negative

Nitrit Negative Negative

Protein Pos(+/30) mg/dL Negative

Glukosa Negative Negative

Keton Pos(+/10) mg/dL Negative

Urobilinogen Normal < 1

Bilirubin Negative Negative

Eritrosit Pos(++/25) sel/µL Negative

Mikroskopis Urin

Lekosit 5 – 8 /LPB < 6

Eritrosit 10 – 15 /LPB < 3

Epitel Pos (+) 1-15

Silinder Negative Negative

Kristal Negative Negative

Bakteri Negative Negative

Lain-lain Negative Negative

Page 8: Case Agung

2.7 Pemeriksaan EKG

8

Page 9: Case Agung

Pada gambaran EKG terlihat ada gangguan irama dari jantung ( atrial fibrilasi )

2.8 RESUME

Pasien datang ke RS R. Samsyudin untuk memeriksa keadaannya, pasien

mengalami sesak sejak 1 minggu yang lalu dan bertambah parah 3 jam SMRS, pasien

telah melahirkan anak ke 1 pada tanggal 1 Maret 2015 di RS R. Syamyudin. Riawayat

kejang sebelumnya disangkal, riwayat epilepsy disangkal, riwayat darah tinggi sebelum

dan selama kehamilan disangkal.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit berat,

kesadaran somnolen, tekanan darah 200/100 mmHg, laju nadi 120 kali/menit, laju napas

30 kali/menit, suhu 38,5o C. terdapat konjungtiva anemis, dan pada pemeriksaan jantung

ditemukan BJ irregular diserati gallop (+), serta pada pemeriksaan paru ditemukan ronki

(+). fundus uteri teraba 2 jari diatas simpisis pubis. Ekstremitas pasien teraba hangat,

CRT < 2 detik. Pada gambaran EKG terlihat ada gangguan irama dari jantung ( atrial

fibrilasi )

Hasil laboratorium menunjukan kadar Hb dan Ht di bawah normal, kadar leukosit

tinggi. SGOT, ureum, kreatinin, natrium dan kalium di atas normal.

2.9 DIAGNOSIS BANDING

Dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit

Postpartum kardiomiopati (PPCM )

9

Page 10: Case Agung

Meningitis/encephalitis

Epilepsy

2.10 DIAGNOSIS KERJA

P2A0, usia 22 tahun dengan eklampsi post partum 19 hari + decompensatio cordis FC II

– III

2.11 PENATALAKSANAAN

Pasang DC

Pasang O2

Infus RL + MgSO4 20% loading dose, dilanjutkan dengan maintenance dose

Paracetamol Inj. Ekstra

Furosemid 1 Amp (IV)

Nifedipin SL 3x1

Rawat ICU

Konsul neurologi dan penyakit dalam

2.12 PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad malam

Quo ad functionam : dubia ad malam

10

Page 11: Case Agung

Quo ad sanationam : dubia ad malam

2.13FOLLOW UP

No Tanggal Observasi Tindakan 1 19/03/2015

VK

S : Sesak dan lemasO: -KU : sedang -KES : Somnolen-TD : 200/100 -N : 120 -R : 30-S : 38.5-KA : +/+- jantung : BJ I&II irregular, gallop (+), murmur (-)- paru : sonor, ronki (+)

Abdomen -I : tampak cembung-P : supel, NT(-)-P : timpani -A : BU (+)

-TFU : 2 jari di atas simpisis-ASI : +/+-lochia : -

A : P2A0, usia 22 tahun dengan eklampsi post partum 19 hari + decompensatio cordis FC II – III

-Tirah baring-pasang DC-pasang O2-observasi tanda vital dan kejang-RL + MgSO4 -paracetamol IV-nifedipin 3x1-konsul bagian IPD dan neurologi

2 20/03/2015

VK

S : Sesak, lemas, dan pusing, BAB (-), BAK dengan kateter O: -KU : sedang -KES : Somnolen-TD : 100/70 -N : 147 -R : 45-S : 38,5

-Tirah baring-Observasi tanda vital dan kejang-pantau elektrolit-RL + KCL 12tpm selama 2x, cek elektrolit-ceftriaxone 2x5ml-lasix inj. 3x1

11

Page 12: Case Agung

-KA : +/+- jantung : BJ I&II irregular, gallop (+), murmur (-)- paru : sonor, ronki (+)

Abdomen -I : tampak cembung-P : supel, NT(-)-P : timpani -A : BU (+)

-TFU : 2 jari di atas simpisis-ASI : +/+-lochia : -

A : P2A0, usia 22 tahun dengan eklampsi post partum 20 hari + decompensatio cordis FC II – III

-Bicnat 3x1 PO-KSR 1x1 PO-Aminoral 3x1 PO-Digoxin 1x1 PO

3 21/03/2015

VK

S : Sesak, lemas, pusing, batuk, BAB (-), BAK dengan kateter O: -KU : sedang -KES : Somnolen-TD : 116/63 -N : 122 -R : 39-S : 36,5-KA : +/+- jantung : BJ I&II irregular, gallop (+) murmur (-)- paru : sonor, ronki (+)

Abdomen -I : tampak cembung-P : supel, NT(-)-P : timpani -A : BU (+)

nifas : normal

A : P2A0, usia 22 tahun dengan eklampsi post partum 21 hari + decompensatio cordis FC II – III

-observasi tanda vital dan kejang-ceftriaxone 2x5ml-lasix inj. 3x1-Bicnat 3x1 PO-KSR 1x1 PO-Aminoral 3x1 PO-Digoxin 1x1 PO

4 22/03/2015 S : Sesak, lemas, batuk dan pusing, BAB -observasi tanda

12

Page 13: Case Agung

VK(-), BAK dengan kateterO: -KU : sedang -KES : compos mentis-TD : 110/70 -N : 109 -R : 31-S : 36,8-KA : +/+- jantung : BJ I&II irregular, gallop (+), murmur (-)- paru : sonor, ronki (+)

Abdomen -I : tampak cembung-P : supel, NT(-)-P : timpani -A : BU (+)

nifas : normal

A : P2A0, usia 22 tahun dengan eklampsi post partum 22 hari + decompensatio cordis FC II – III

vital dan kejang-RL + KCL-cefradoxil tab 2x1-lasix inj. 1x1 jika HR > 100 kali/menit-ceftriaxone 2x5ml-lasix inj. 3x1-Bicnat 3x1 PO-KSR 1x1 PO-Aminoral 3x1 PO-Digoxin 1x1 PO

5 23/03/2015

VK

S : batuk, pusing, BAB (-), BAK dengan kateterO: -KU : sedang -KES : Somnolen-TD : 110/70 -N : 91-R : 20-S : 36,7-KA : +/+- jantung : BJ I&II irregular, gallop (+), murmur (-)- paru : sonor, ronki (+)

Abdomen -I : tampak cembung-P : supel, NT(-)-P : timpani -A : BU (+)

nifas : normal

-observasi tanda vital dan kejang-ceftriaxone 2x5ml-lasix inj. 3x1-Bicnat 3x1 PO-KSR 1x1 PO-Aminoral 3x1 PO-Digoxin 1x1 PO

13

Page 14: Case Agung

A : P2A0, usia 22 tahun dengan eklampsi post partum 23 hari + decompensatio cordis FC II – III

6 24/03/2015 S : batuk, pusing, BAB (-), BAK dengan kateterO: -KU : ringan -KES : compos mentis-TD : 120/100 -N : 95 -R : 20-S : 36,2-KA : -/-- jantung : BJ I&II irregular, gallop (+), murmur (-)- paru : sonor, ronki (+)

Abdomen -I : tampak cembung-P : supel, NT(-)-P : timpani -A : BU (+)

nifas : normal

A : P2A0, usia 22 tahun dengan eklampsi post partum 23 hari + decompensatio cordis FC II – III

-observasi tanda vital dan kejang-ceftriaxone 2x5ml-lasix inj. 3x1-Bicnat 3x1 PO-KSR 1x1 PO-Aminoral 3x1 PO-Digoxin 1x1 PO

7 25/03/2015

Kormel bawah

S : batuk , susah BAB, BAK (+)O: -KU : ringan -KES : compos mentis-TD : 120/100 -N : 96 -R : 20-S : 36,1-KA : -/-- jantung : BJ I&II irregular, murmur (-)- paru : sonor, ronki (+)

Abdomen -I : tampak cembung-P : supel, NT(-)

-observasi tanda vital dan kejang-koreksi hipokalemi-cek ulang elektrolit- cefadroxil 2x1 PO- penitizin 2x1 PO

14

Page 15: Case Agung

-P : timpani -A : BU (+)

nifas : normal

A : P2A0, usia 22 tahun dengan eklampsi post partum 24 hari + decompensatio cordis FC II – III

8 26/03/2015

Kormel bawah

S : Sesak, lemas, dan pusing, BAB (-), BAK dengan kateterO: -KU : sedang -KES : Somnolen-TD : 120/100 -N : 88 -R : 20-S : 37-KA : +/+- jantung : BJ I&II regular, gallop (+), murmur (-)- paru : sonor, ronki (+)

Abdomen -I : tampak cembung-P : supel, NT(-)-P : timpani -A : BU (+)

nifas : normal

SGOT : 133SGPT : 72

A : P2A0, usia 22 tahun dengan eklampsi post partum 25 hari + decompensatio cordis FC II – III

-pulang paksa

15

Page 16: Case Agung

16

Page 17: Case Agung

BAB III

PEMBAHASAN

PERMASALAHAN

1. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat ?

2. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat ?

PEMBAHASAN

1. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat ?

Pada pasien ini di diagnosis eklampsia post partus dengan decompensatio cordis FC II – III

EKLAMPSIA

Definisi : menurut National High Blood Preasure Education Program ( NHBPEP),

eklampsia didefinisikan sebagai bangkitan yang tidak dapat dihubungkan dengan

penyebab lain pada wanita dengan preeclampsia.

Faktor resiko :

Faktor resiko hipertensi dalam kehamilan yang berhubungan dengan terjadinya

eklampsia:

17

Page 18: Case Agung

- Usia maternal < 17 tahun atau > 35 tahun

- Kehamilan multifetus

- Nullipara

- Ras afrika – amerika

- Predisposisi genetic

Etiologi :

Penyebab eklampsia berhubungan dengan penyebab hipertensi dalam kehamilan yang

meliputi :

- Invasi trofoblas abnormal

- Intoleransi maternal – fetus

- Genetic

- Defisiensi nutrisi

- Inflamasi dan stress oksidatif

Patofisiologi

Eklampsia merupakan suatu gejala neurologis yang terjadi sebagai akibat proses

kerusakan pada target organ tekanan darah tinggi pada wanita dengan preeclampsia.

Disfungsi endotel terjadi pada preeclampsia memudahkan terjadinya respon abnormal

terhadap kenaikan tekanan darah yang tinggi dan tiba – tiba, yaitu :

- Respon vasospasme ( over-autoregulation ) : vasospasme memberikan

gambaran vasokonstriksi yang disertai dengan edema dan infark jaringan

otak.

- Hypertensive encephalopathy ( loss of autoregulation capacity)

18

Page 19: Case Agung

Karena tekanan darah yang terlalu tinggi, fungsi autoregulasi pembuluh

darah otak melalui vasokonstriksi myogenic hilang. Tonus otot pembuluh

darah menurun dan menyebabkan terjadinya hiperperfusi, edema

vasogenik, dan peradangan jaringan otak. Pada keadaan ini dapat di

jumpai gambaran vasodilatasi disertai perdarahan perivaskuler.

Kedua respon tersebut dapat terjadi bersamaan, sehingga gambaran keduanya dapat

ditemukan secara bersamaan pula.

Adanya kerusakan pada otak menyebabkan neurotransmitter eksitatorik, glutamate,

terlepas dalam jumlah yang banyak. Glutamate dalam jumlah yang banyak menyebabkan

depolarisasi dan terjadinya potensial aksi neuron yang massif.

Manifstasi Klinis

Pasien memberikan gejala-gejala preeclampsia ( tekanan darah tinggi ≥ 140/90 mmHg,

proteinuria 300 mg/24 jam atau +1 dipstik, dan gejala sistemik lain ), disertai dengan

kejang yang bersifat :

- Tanpa didahului aura

- Generalized , tonik-klonik, intensitas kuat. Fase tonik dapat berlangsung

selama 15-20 detik, fase klonik berlangsung selama 60 detik.

- Setelah kejang pasien sadar atau tidak sadar selama beberapa waktu,

disertai dengan pernapasan yang cepat. Setelah tidak sadar, pasien dapat

sadar dan dapat masuk ke dalam combative state

19

Page 20: Case Agung

Sianosis dapat ditemukan pada eklampsia karena terjadinya pernapasan yang

mengakibatkan hipoksia. Demam dapat terjadi, dan merupakan suatu prognosis buruk

karena berhubungan dengan terjadinya perdarahan intraserebral.

Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi pada ibu dan janin, yaitu :

- Komplikasi pada ibu : trauma karena intensitas kejang yang kuat,

pneumonia aspirasi dan edema paru, gagal jantung, gagal ginjal, deficit

neurologis, kematian

- Komplikasi pada janin : fetal bradikardi ( akibat frekuensi dan intensitas

kontraksi uterus meningkat, atau hipoksia dan lactic academia maternal ),

kematian janin ( akibat solution plasenta )

Tatalaksana

Prinsip tatalaksana maupun intrapartum, kecuali mengenai transmisi kehamilan.

- Perbaikan keadaan umum, dengan menjaga ABC ( airway, breathing,

circulation ).

- Control kejang dan pencegahan kejang berulang, menggunakan MgSO4

intravena dengan dosis loading dan maintenance.

- Pemberian obat antihipertensi secara intermitten.

- Menghindari penggunaan diuretic, kecuali terdapat indikasi seperti edema

paru dan pembatasan cairan pada gagal jantung.

20

Page 21: Case Agung

Perbandingan teori dan kasus

Teori Kasus

ANAMNESA

Keluhan utama :

Kejang Tanpa didahului aura Pssien kejang tiba-tiba di

depan pintu IGD

Generalized Kejang mencakup seluruh

badan dan pasien tidak sadar

Tonik – klonik Tonik – klonik

Durasi 65 – 80 detik Durasi ± 15 menit

Post – ictal sadar/tidak sadar.

Setelah tidak sadar pasien

sadar dan combative state

Post – ictal pasien sadar dan

terlihat gelisah

Dapat berulang 2-4 kali Pasien hanya 1 kali kejang

FAKTOR RESIKO Usia maternal < 17 tahun atau

> 35 tahun

Usia pasien 22 tahun

Kehamilan multifetus Kehamilan tunggal

Nullipara Pasien P1A0

21

Page 22: Case Agung

Ras afrika – amerika Ras mongoloid

Predisposisi genetic Riwayat sesak dan hipertensi

pernah dialami oleh ibu

pasien

Penyakit vascular Riwayat hipertensi, penyakit

jantung ada pada ibu pasien,

riwayat DM disangkal

STATUS GENERALIS

Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg 200/100 mmHg

Laju napas Takipneu ( > 20 x/menit ) 40 x/menit post ictal

Suhu Febris/afebris Afebris (380C)

PEMERIKSAAN FISIK

Tanda trauma Trauma kapitis, hematoma di

lidah akibat tergigit selama

kejang

Semua dalam batas normal

Paru – paru Dapat terjadi pneumonia

aspirasi suara napas

tambahan

Sonor , rhonki (+), wheezing

(-)

Ektremitas Dapat terjadi sianosis Tidak terdapat sianosis pada

ekstremitas superior dan

inferior

LABORATORIUM

Trombosit Penanda low platelet pada

HELLP syndrome < 100.000

341.000 sel/µL

22

Page 23: Case Agung

sel/µL

LDH Penanda hemolysis pada

HELLP syndrome dapat >

600 U/L

Tidak dilakukan

SGOT Penanda elevated liver

enzymes pada HELLP

syndrome > 70 U/L

46 U/L

SGPT Penanda elevated liver

enzymes pada HELLP

syndrome > 70 U/L

27 U/L

Kreatinin Gambaran fungsi ginjal

sebagai target organ pada

hipertensi ( < 0,9 gram/dL)

2.15 mg/dL

Protein urin ≥ 300 mg/ 24 jam atau +1

dipstik

+1

TATALAKSANA

Perbaiki keadaan umum Menjaga ABC Menjaga ABC

Pencegahan kejang MgSO4 loading dan

maintenance dose 24 jam

Di RS diberikan MgSO4

loading dan maintenance

dose 24 jam

Penurunan tekanan darah Antihipertensi intermitten

-nifedipine

-metildopa

Antihipertensi intermitten

-nifedipine

23

Page 24: Case Agung

Diuretic diperlukan terdapat

indikasi gagal jantung.

Diuretic yang diberikan :

-lasix inj. 3x1

Pencegahan infeksi Antibiotic spectrum luas :

-cefotaxime

-metronidazole

Antibiotic spectrum luas :

-cefotaxime 2x5 ml

Pada pasien ini selain didiagnosis sebagai eklampsia post partum juga didiagnosis dengan

decompensatio cordis FC grade II – III berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari

hasil anamnesis didapatkan pasien mengalami sesak napas secara tiba – tiba sejak 1 minggu yang

lalu, dirasakan terus – menerus, dan bertambah parah ketika 3 jam SMRS, pasien juga mengeluh

batuk – batuk tidak berdahak. Keluhan sesak napas disertai rasa berdebar – debar dan mudah

lelah. Ada riwayat hipertensi dan sesak pada keluarga yaitu ibu pasien.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit berat disertai sesak, takikardi,

takipnea, peningkatan JVP. Tanda dan gejala tersebut menunjukan diagnosis gagal jantung. Hal

tersebut sesuai dengan kriteria frimingham yaitu terbagi menjadi kriteria mayor dan minor.

Kriteria mayor :

JVP meningkat

Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)

Edema paru akut

Ronkhi basah basal paru

24

Page 25: Case Agung

Kardiomegali

Gallop S3

Refluks hepatojugular

Kriteria minor :

Batuk malam hari

Dyspnea d’effort

Efusi pleura

Takikardi > 120x/menit

Hepatomegaly

Edema ektremitas

Dimana diagnosis dapat ditegakan apabila terdapat 2 gejala mayor atau minimal 1 gejala mayor

+ 2 gejala minor.

Klasifikasi gagal jantung berdasarkan beratnya keluhan dan kapasitas latihan, yaitu klasifikasi

NYHA (1964) :

Class II : penderita penyakit jantung tanpa limitasi aktivitas fisik. Aktivitas sehari-hari

tidak menimbulkan dyspnea atau kelelahan.

Class II : penderita penyakit jantung disertai sedikit limitasi dari aktivitas fisik. Saat

istirahat tidak ada keluhan. Aktivitas sehari – hari menimbulkan dyspnea atau kelelahan.

Class III : penderita penyakit jantung disertai limitasi dari aktivitas fisik yang nyata. Saat

istirahat tidak ada keluhan. Aktivitas fisik yang lebih ringan dari aktivitas sehari – hari

sudah menimbulakan dyspnea atau kelelahan.

25

Page 26: Case Agung

Class IV : penderita penyakit jantung yang tidak mampu melakukan setiap aktivitas fisik

tanpa menimbulkan keluhan. Gejala – gejala gagal jantung bahkan mungkin sudah

Nampak saat istirahat. Setiap aktivitas fisik akan memperberat keluhannya.

Berdasarkan klasifikasi di atas maka pasien didiagnosis decompensatio cordis FC grade II – III

sudah tepat.

Penatalaksanaan pasien

Pada pasien P1A0, penanganan decempensatio cordis FC II – III, sudah dipasang O2, DC, dan

kateter urin. Pasien juga telah diberikan infus RL + MgSO4 intravena dengan dosis loading dan

maintenance. Paracetamol Inj. Ekstra, Furosemid 2x1 Amp (IV), Nifedipin SL 3x1, juga. Lalu

pasien dirawat dan di berikan cairan 500cc/24 jam, Lasix 1x1 ampul, cefotaxime 2x1 ampul,

paracetamol, Aminoral 3x1, PO, Digoxin 1x1 PO, observasi tanda vital, dan kolaborasi dengan

bagian interna.

26

Page 27: Case Agung

BAB IV

KESIMPULAN

1. Diagnosis pasien P2A0 dengan eklampsi post partus 19 hari sudah tepat

2. Diagnosis decompensatio cordis FC II – III sudah tepat berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang didapatkan.

3. Penatalaksanaan pada pasien ini juga sudah tepat dan memadai berdasarkan literature

yang ada

27

Page 28: Case Agung

DAFTAR PUSTAKA

1. Lindheimer MD, Taler SJ, Cunningham FG. Hypertension in pregnancy. J Am Soc

Hypertens. 2008 Nov;2(6) : 484 – 94

2. Tan KH, Kwek K, Yeo GSH. Epidemiologi of pre-eclampsia and eclampsia at the KK

Women’s and Children’s hospital, Singapore. Singapore Med J. 2006 jan; 47(1) : 48 -53.

3. Hernawati D. Analisis Kematian Ibu Indonesia Tahun 2010. Pertemuan Teknis Kesehatan

Ibu; 2011 Apr 6; Bandung.

4. Cunningham FG, Leveno KJ, Gant NF, et al. William Obstetrics 23rd Edition. United

States Of America : McGraw-hill Companies, Inc : 2010

5. Bagian obstetric dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung,

1984. OBSTETRI PATOLOGI UNPAD. Elstar offset : Bandung

28