Case 1 Promosi Kesehatan

43
CASE 1 PROMOSI KESEHATAN MAKALAH disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah BHBP 4 Dosen Pembina Dani Rizali Firman, drg. Disusun oleh Tutor 7 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2015

description

Makalah Promosi Kesehatan

Transcript of Case 1 Promosi Kesehatan

Page 1: Case 1 Promosi Kesehatan

CASE 1

PROMOSI KESEHATAN

MAKALAH

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah BHBP 4

Dosen Pembina

Dani Rizali Firman, drg.

Disusun oleh

Tutor 7

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2015

Page 2: Case 1 Promosi Kesehatan

i

DAFTAR NAMA ANGGOTA

Tutor 7 BHBP 4

1. Teja Karimah Saad 160110130007

2. M. Khizfi Nurfiqoh 160110130017

3. Dias Mareta Kusuma N. 160110130027

4. Hedy Diana 160110130037

5. Lulu Luthfiah 160110130048

6. Ruri Nawang Sari 160110130058

7. Muhammad Arfianto Nur 160110130069

8. Ririn Fitri Pebriani 160110130079

9. Catherine Gitta M. 160110130090

10. Erki Ramdhani F. 160110130100

11. Bunga Hasna Adilah 160110130110

12. Khodijah Syukriyah 160110130120

13. Zahra Najmi Afifah 160110130130

Page 3: Case 1 Promosi Kesehatan

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah swt. karena makalah ini dapat diselesaikan

dengan tepat waktu. Makalah ini berjudul ―Case 1: Promosi Kesehatan‖. Makalah ini

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pada blok Bioethics and Human Behavior

Program (BHBP) 4 di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. Dalam

penyelesaian makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Dr. Nina Djustina,

drg., M.Kes

2. Pembimbing mata kuliah BHBP 4, Dani Rizali Firman, drg.

3. Orangtua

4. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.

Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dalam menambah

informasi dan wawasan mengenai promosi kesehatan. Penulis telah berusaha sebaik-

baiknya dalam menulis makalah ini. Jika masih terdapat kesalahan, penulis bersedia

menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.

Jatinangor, 19 April 2015

Penulis

Page 4: Case 1 Promosi Kesehatan

iii

DAFTAR ISI

DAFTAR NAMA ANGGOTA .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 3

2.1 Indeks DMF-T ................................................................................................. 3

2.2 OHI-S (Oral Hyigiene Index – Simplified) ..................................................... 7

2.3 Indeks def-t ...................................................................................................... 9

2.4 Promosi Kesehatan dan Strategi Promosi Kesehatan .................................... 11

2.5 Visi dan Misi Promosi Kesehatan .................................................................. 12

2.6 Model Health Promotion ............................................................................... 13

2.7 Klasifikasi Sasaran Promosi Kesehatan ........................................................ 17

2.8 Strategi Promosi Kesehatan .......................................................................... 19

2.8.1 Berdasarkan Rumusan WHO (1994) ...................................................... 19

2.8.2 Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Piagam Ottawa ..................... 21

2.9 Definisi Satuan Penyuluhan (Satpel)............................................................. 24

2.9.1 Pendahuluan ........................................................................................... 24

2.9.2 Tujuan .................................................................................................... 26

2.10 Cara Menentukan Satpel ............................................................................ 27

BAB III TINJAUAN KASUS .............................................................................................. 36

3.1 Kasus ............................................................................................................. 36

3.2 Hipotesis ........................................................................................................ 36

3.3 Hasil Diskusi ................................................................................................. 36

BAB IV PENUTUP .......................................................................................................... 38

4.1 Kesimpulan.................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 39

Page 5: Case 1 Promosi Kesehatan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan totalitas dari faktor lingkungan, perilaku, pelayanan

kesehatan,dan faktor keturunan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Status

kesehatan akantercapai secara optimal, jika keempat faktor secara bersama-sama

memiliki kondisi yangoptimal pula.

Melihat keempat faktor pokok yang mempengaruhi kesehatan masyarakat tersebut,

maka dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat, hendaknya

diperlukan intervensi yang juga diarahkan pada keempat faktor tersebut. Pendidikan

atau promosi kesehatan merupakan bentuk intervensi terhadap faktor perilaku. Namun

demikian, faktor lingkungan, pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan juga

memerlukan intervensi promosi kesehatan.

Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan dari

istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan,

Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi

kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang

bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan

peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di

dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku

masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud Indeks OHI-S?

1.2.2 Apa yang dimaksud Indeks DMF-T?

1.2.3 Apa yang dimaksud Indeks def-t?

1.2.4 Apa definisi dari Health Promotion dan Strategi Promosi Kesehatan?

1.2.5 Bagaimana Visi dan Misi Promosi Kesehatan?

1.2.6 Apa saja Model Promosi Kesehatan?

1.2.7 Apa saja Klasifikasi dari Sasaran Promosi Kesehatan?

1.2.8 Bagaimana Strategi Promosi Kesehatan?

1.2.9 Apa Definisi dari Satuan Penyuluhan (Satpel)?

Page 6: Case 1 Promosi Kesehatan

2

1.2.10 Bagaimana Cara Menentukan Satpel?

1.3 Tujuan Penulisan

Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk

menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan

harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut masyarakat, kelompok atau individu

dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Oleh karena itu,

pendidik atau petugas yang melakukan promosi kesehatan memerlukan pengetahuan

yang baik mengenai strategi promosi kesehatan, metode penyampaian pesan-pesan

kesehatan, alat bantu pendidikan kesehatan dan juga teknik penyampaian serta media

yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan tersebut dengan harapan

masyarakat dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik dan

dapat berpengaruh terhadap perilakunya.

Page 7: Case 1 Promosi Kesehatan

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Indeks DMF-T ( Zahra Najmi Afifah 130110130130)

Menurut Priyono (2000) DMF-T merupakan keadaan gigi geligi

seseorang yang pernah mengalami kerusakan, hilang, perbaikan, yang

disebabkan oleh karies gigi, indikator ini digunakan untuk gigi geligi tetap.

Gigi sulung digunakan indeks decayed ectraction filled teeth (def-t).

Tujuan pemeriksaan DMF-T adalah untuk melihat status karies gigi,

perencanaan upaya promotif dan preventif, merencanakan kebutuhan

perawatan, membandingkan status pengalaman karies gigi masyarakat dari

satu daerah dengan daerah lain atau membandingkan antara sebelum dan

sesudah pelaksanaan program, serta untuk memantau perkembangan status

pengalaman karies individu

Indeks ini diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson JW pada tahun

1938 untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi.

Pemeriksaannya meliputi pemeriksaan pada gigi (DMFT) dan permukaan gigi

(DMFS).

Indeks ini didasarkan pada kenyataan bahwa kalau jaringan keras gigi

mengalami kerusakan maka gigi tersebut tidak dapat pulih sendiri dan akan

meninggalkan bekas kerusakan yang menetap.

Gigi yang rusak tersebut akan tetap tinggal rusak (D - Decay), dan

kalau dirawat dengan dicabut maka akan disebut gigi hilang (M - Missing due

to caries) atau ditambal (F - Filling due to caries). Maka dari itu indeks karies

DMF adalah indeks yang irreversible, yang berarti indeks tersebut mengukur

total life time caries experience.

Nilai DMF-T adalah penjumlahan D+ F+ T. Indikator utama pengukuran

DMF-T menurut WHO adalah pada anak usia 12 tahun, yang dinyatakan

dengan indeks DMF-T yaitu ≤ 3, yang berarti pada usia 12 tahun jumlah gigi

yang berlubang (D), dicabut karena karies gigi (M), dan gigi dengan tumpatan

yang baik (F), tidak lebih atau sama dengan 3 gigi per anak.

Page 8: Case 1 Promosi Kesehatan

4

Pengertian masing-masing komponen dari DMF-T adalah :

D artinya Decay yaitu kerusakan gigi permanen karena karies yang masih

dapat ditambal

M artinya Missing yaitu gigi permanen yang hilang karena karies atau gigi

karies yang mempunyai indikasi untuk dicabut.

F artinya Filling yaitu gigi permanen yang telah ditambal karena karies.

Indeks dan kriteria DMF-T terdiri atas:

a. Decay (karies gigi)

Indeks karies untuk gigi dewasa sampai saat ini masih menggunakan DMF-

T Indeks. Decay (D) adalah jumlah gigi karies dalam mulut subyek atau

sampel, dan karies tersebut masih bisa ditambal (Priyono, 2000).

Yg termasuk dalam D:

1. Karies pd pit dan fisur maupun permukaan halus gigi

2. Ada kerusakan lunak pd dasar dan dinding kavitas

3. Enamel undermined

4. Gigi dengan tumpatan sementara

5. Karies sekunder

6. Karies pd permukaan akar gigi

b. Missing

Missing atau kehilangan gigi yang dimaksud dalam pemeriksaan DMF-T

adalah kehilangan gigi oleh karena karies. Komponen missing (M) adalah gigi

yg hilang atau telah dicabut karena karies atau gigi berkaries yang mempunyai

indikasi pencabutan.

Yang termasuk dalam Missing:

1. Gangren pulpa, pulpitis kronis, nekrosis pulpa yg sudah tidak bisa

dirawat lagi

2. Gangren radix

c. Filling (tumpatan)

Filling (F), dalam hal ini yang dimaksud adalah tumpatan, yaitu semua gigi

yang telah ditambal permanen dengan baik juga gigi yang sedang dalam

erawatan saluran akar.

Page 9: Case 1 Promosi Kesehatan

5

Perhitungan DMF-T berdasarkan pada 28 gigi permanen, adapun gigi yang

tidak dihitung adalah sebagai berikut :

Gigi molar ketiga.

Gigi yang belum erupsi. Gigi disebut erupsi apabila ada bagian gigi yang

menembus gusi baik itu erupsi awal (clinical emergence), erupsi sebagian

(partial eruption) maupun erupsi penuh (full eruption).

Gigi yang tidak ada karena kelainan congenital dan gigi berlebih

(supernumerary teeth).

Gigi yang hilang bukan karena karies, seperti impaksi atau perawatan

ortodontik.

Gigi tiruan yang disebabkan trauma, estetik dan jembatan.

Gigi susu yang belum tanggal.

Untuk menganalisis skor DMFT digunakan formula sebagai berikut:

DMF-T = D + M + F

DMF-T =

Jumlah D + M + F

Jumlah orang yg diperiksa

Kriteria penilaian DMF-T (WHO) adalah

Sangat Rendah : 0,0 – 1,1

Rendah : 1,2 – 2,6

Sedang : 2,7 – 4,4

Tinggi : 4,5 – 6,5

Sangat Tinggi : > 6,6

Tabel 1. Kode Status Gigi Geligi Umum

KONDISI/ STATUS GIGI TETAP GIGI SUSU

Sehat 0 A

Berkaries/ berlubang 1 B

Page 10: Case 1 Promosi Kesehatan

6

Y

a

n

g

t

e

r

m

a

s

u

k

d

a

l

a

Decay adalah gigi dengan kode status: 1,2

Yang termasuk dalam Missing adalah gigi dengan kode status: 4

Yang termasuk dalam Filling adalah gigi dengan kode status: 3

Kekurangan indeks DMF-T :

1. Tidak dapat menggambarkan banyak karies yang sebenarnya. Karena jika

pada gigi terdapat dua karies atau lebih, karies yang dihitung adalah tetap

satu gigi. Oleh karena itu ada pula indeks DMF-S (DMF-Surface)

2. Indeks DMF-T tidak dapat membedakan kedalaman dari karies , misalnya

karies superfisal, media dan profunda

3. Tidak valid untuk gigi yang hilang karena penyebab lain selain karies

4. Tidak valid untuk pencabutan perawatan ortodonti

5. Tidak dapat digunakan untuk karies akar

Ada tumpatan, dengan karies 2 C

Ada tumpatan, tanpa karies 3 D

Gigi dicabut/ telah dicabut karena

karies

4 E

Gigi dicabut karena sebab lain, bukan

krn karies

5 -

Fissure sealing 6 F

Bridge abutment, mahkota khuus,

veneer/ implant

7 G

Gigi belum erupsi/ tidak tumbuh 8 -

Tdk termasuk kriteria di atas/ Tdk

tercatat/ tdk terukur (not recorded/ not

assessed)

9 -

Page 11: Case 1 Promosi Kesehatan

7

2.2 OHI-S (Oral Hyigiene Index – Simplified)

( Khodijah Syukriyah 160110130120 )

OHI-S atau Oral Hyigiene Index-Simplified dulunya Oral Hygiene

Index (OHI) oleh Greene dan Vermillion. OHI-S merupakan penilaian

terhadap kebersihan mulut individu atau suatu grup secara

kuantitatif.Perbedaan OHI-S dan OHI adalah dari jumlah gigi penentu dimana

OHI-S memiliki gigi penentu enam buah sedangkan OHI memiliki gigi

penentu 12 buah. Diubah menjadi 6 gigi penentu karena alasan lamanya waktu

yang diperlukan untuk memeriksa 12 gigi dan melelahkan. Nilai OHI-S

berdasarkan perhitungan jumlah debris dan kalkulus yang ada di dalam mulut.

Rumus OHI-S:

OHI-S= ∑ Debris Index (DI) + ∑ Calculus Index (CI)

Gigi yang dijadikan penentu OHI-S adalah empat gigi permukaan

facial dan dua gigi permukaan lingual. Gigi yang diperiksa pada permukaan

facial adalah gigi 16, 11, 26, dan 31. Gigi yang diperiksa pada permukaan

lingual adalah gigi 36 dan 46.

GAMBAR GIGI PENENTU OHI-S

Kriteria OHI-S menurut standar WHO adalah 0-1 untuk kategori baik, 1,3-3,0

untuk kategori sedang, dan 3,1-6,0 untuk kategori buruk.

1. Debris Index

Page 12: Case 1 Promosi Kesehatan

8

Debris index atau DI merupakan nilai dari endapan lunak atau plak

yang melekat pada gigi penentu. Memeriksanya menggunakan sonde atau

disclosing.

Debris Index/DI=

Penilaian debris index:

0 =tidak ada debris lunak+pewarnaan ekstrinsik

1 = 1/3 permukaan gigi terdapat debris lunak atau tidak ada debris

lunak, ada pewarnaan ekstrinsik

2 = 1/3 tapi 2/3 permukaan gigi terdapat debris lunak

3 = 2/3 permukaan gigi terdapat debris lunak

Kriteria DI menurut standar WHO adalah 0,0-0,6 untuk kategori baik;

0,7-1,8 untuk kategori sedang; dan 1,9-3,0 untuk kategori buruk.

GAMBAR PENILAIAN DEBRIS INDEX

2. Calculus Index

Calculus index atau CI merupaka nilai dari endapan keras atau karang

gigi yang melekat oada gigi penentu. Memeriksanya dengan menggunakan

sonde.

Calculus Index=

Penilaian calculus index:

0 = permukaan gigi bersih

1 = 1/3 permukaan gigi ada karang gigi supra gingiva

2 = 1/3 tapi 2/3 permukaan gigi ada karang gigi supra gingiva atau

pada servikal atau leher gigi terdapat bercak-bercak karang gigi

subgingiva tapi permukaan gigi bersih

Page 13: Case 1 Promosi Kesehatan

9

3 = 2/3 permukaan gigi ada karang gigi atau permukaan gigi bersih

karang gigi melingkari servikal

Kriteria CI menurut standar WHO adalah 0,0-0,6 untuk kategori baik; 0,7-1,8

untuk kategori sedang; dan 1,9-3,0 untuk kategori buruk.

2.3 Indeks def-t ( Ririn Fitri Pebriani 160110130079 )

Indeks decayed extracted filled tooth (def-t) adalah suatu indeks yang

digunakan untuk mengevaluasi pengalaman karies pada gigi susu.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan ke dalam kategori D.

2. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen

dimasukkandalam kategori D.

3. Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori D

4. Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies dimasukkan dalam

kategori E.

5. Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan

perawatanortodonti tidak dimasukkan dalam kategori M.

6. Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori F.

7. Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar dimasukkan dalam

kategori F.

8. Pencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi tidak dimasukkan

dalamkategori E.

Komponen def-t sebagai berikut :

d (decay) meliputi kode B dan C

e (extracted) meliputi kode D

f (filling) meliputi kode E

Rumus yang digunakan untuk menghitung def-t :

def-t = d + e + f

def-t rata-rata =

Page 14: Case 1 Promosi Kesehatan

10

Kategori def-t menurut WHO :

0,0 – 1,1 = sangat rendah

1,2 – 2,6 = rendah

2,7 – 4,4 = sedang

4,5 – 6,5 = tinggi

6,6 > = sangat tinggi

Tabel 2.1.Kode pemeriksaan karies dengan indeks WHO

(Sumber : Oral Health Surveys, 1997)

WHO merekomendasikan kelompok umur tertentu untuk diperiksa

yaitukelompok umur 5 tahun untuk gigi susu. Anak-anak seharusnya diperiksa di

antara ulangtahun mereka yang ke 5 dan 6. Umur ini menjadi umur indeks untuk gigi

susu karena tingkat karies pada kelompok umur ini lebih cepat berubah daripada gigi

permanen sekaligus umur 5 tahun merupakan umur anak mulai sekolah. Namun, di

negara yang usia masuk sekolahnya lebih lambat, dapat digunakan umur 6 atau 7

tahun sebagai umur indeksnya. Pada kelompok umur ini, sebaiknya gigi susu yang

hilang tidak dimasukkan ke dalam skor m (missing) karena kesulitan membedakan

penyebab kehilangan gigi, apakah karena sudah waktunya tanggal atau dicabut karena

karies.

Page 15: Case 1 Promosi Kesehatan

11

2.4 Promosi Kesehatan dan Strategi Promosi Kesehatan ( Ruri Nawang Sari 160110130058 )

Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu

kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat

atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan

semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam

rangka perubahan perilaku masyarakat.

WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna,

baik fisik, mental, dan sosial masyarakat harus mampu mengenal,

mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu mengubah atau

mengatasi lingkungannya.

Menurut Green (cit, Notoatmodjo, 2005), promosi kesehatan adalah

segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait

dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan

perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Green juga

mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama,

yaitu :

1. Faktor predisposisi (predisposising factors), yang meliputi

pengetahuan dan sikap seseorang.

2. Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi sarana, prasarana,

dan fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan perilaku.

3. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi

seseorang untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-

undang, peraturanperaturan, surat keputusan.

Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-program

kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di

dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.

Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan

secara efektif dan efisien, diperlukan cara dan pendekatan yang strategis. Cara

ini sering disebut ―strategi‖, yakni teknik atau cara bagaimana mencapai atau

Page 16: Case 1 Promosi Kesehatan

12

mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan tersebut secara berhasil guna

dan berdaya guna.

2.5 Visi dan Misi Promosi Kesehatan

( Ruri Nawang Sari 160110130058 )

Visi umum promosi kesehatan (UU Kesehatan dan WHO) yakni :

Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan

derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara

ekonomi maupun sosial.

Untuk mencapai visi, perlu upaya-upaya yang harus dilakukan, dan

inilah yang disebut "MISI". Jadi yang dimaksud misi pendidikan kesehatan

adalah upaya yang harus dilakukan untuk mencapai visi tersebut. Misi

promosi kesehatan secara umum dapat dirumuskan menjadi 3 butir :

a. Advokat (Advocate)

Melakukan kegiatan advokasi terhadap para pengambil keputusan

diberbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan. Melakukan

advokasi berarti melakukan upaya-upaya agar para pembuat keputusan atau

penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa program

kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui kebijakan-kebijakan atau

keputusan-keputusan politik.

b. Menjembatani (Mediate)

Menjadi jembatan dan menjalin kemitraan dengan berbagai program

dan sektor yang terkait dengan kesehatan. Dalam melaksanakan program-

program kesehatan perlu kerjasama dengan program lain di lingkungan

kesehatan, maupun sektor lain yang terkait. Oleh sebab itu, dalam

mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini, peran promosi kesehatan

diperlukan.

c. Memampukan (Enable)

Memberikan kemampuan atau keterampilan kepada masyarakat agar

mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri

secara mandiri. Hal ini berarti kepada masyarakat diberikan kemampuan atau

keterampilan agar mereka mandiri dibidang kesehatan, termasuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan mereka. Misalnya pendidikan dan pelatihan

Page 17: Case 1 Promosi Kesehatan

13

dalam rangka meningkatkan keterampilan cara-cara bertani, beternak,

bertanam obat-obatan tradisional, koperasi, dan sebagainya dalam rangka

meningkatkan pendapatan keluarga. Selanjutnya dengan ekonomi keluarga

yang meningkat, maka kemampuan dalam pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan keluarga juga meningkat.

2.6 Model Health Promotion

(Dias Mareta Kusuma N 160110130027)

(Erki Ramdhani F 160110130100)

Tujuan dari promosi kesehatan adalah untuk meningkatkan tingkat

kesejahteraan dari individu, keluarga, populasi, dan masyarakat. Upaya

meningkatkan kondisi sehat pada individu, keluarga, populasi, dan masyarakat

dapat menggunakan salah satu model promosi kesehatan yaitu Tannahill

model.

Tannahill (1990) mengatakan bahwa promosi kesehatan dibentuk dari

tiga area aktivitas yang saling terkait yaitu pendidikan kesehatan (health

education), perlindungan kesehatan (health protection), dan pencegahan

(prevention).

Promosi kesehatan mencakup usaha untuk meningkatkan kesehatan

positif dan mencegah iil-health melalui lapisan pendidikan kesehatan yang

saling overlap, yaitu pendidikan kesehatan (health education), pencegahan

(prevention), dan perlindungaN kesehatan (health protection).

1) Health Education (Pendidikan Kesehatan)

Pendidikan kesehatan merupakan sebuah aktivitas yang termasuk di dalamnya

adalah komunikasi dengan individu atau kelompok dengan maksud untuk

bertukar pengetahuan, kepercayaan, perilaku, sikap dalam suatu arah yang

menuju kepada peningkatan kesehatan. Pendidikan kesehatan masih

merupakan komponen yang penting dari promosi kesehatan, walaupun itu

bukan lagi merupakan subset.

Contohnya adalah pendidikan yang diberikan kepada anak sekolah

mengenai resiko kesehatan karena merokok.

2) Disease Prevention (Pencegahan Penyakit)

Pencegahan penyakit, termasuk di dalamnya intervensi spesifik yang

ditujukanuntuk menghindari kontak dengan faktor yang menyebabkan resiko

Page 18: Case 1 Promosi Kesehatan

14

penyakit, atau jika hal ini tidak mungkin, pencegahan penyakit dapat berupa

perawatan untuk meminimalisir resiko bahaya dari suatu proses penyakit.

Pencegahan penyakit ini biasanya dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu primer,

sekunder, dan tersier.

3) Health Protection (Perlindungan Kesehatan)

Perlindungan kesehatan ini melibatkan aktifitas kolektif yang mengarah pada

faktor di luar kendali individu. Tannahill mendefinisikannya sebagai berikut:

―Legal or fiscal controls, other regulations or policies, or voluntary codes

of practice aimed at the prevention of ill-health or the positive

enhancement of well-being.”

Ketiga hal di atas dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini:

Gambar : Model Promosi menurut Tannahill

Tannahill (1990) menghasilkan model promosi yang didasarkan

hubungan antara pendidikan, perlindungan, dan pencegahan kesehatan. Dasar

dari model ini digambarkan oleh tiga lingkaran yang saling terkait. Model ini

menghasilkan tujuh domain yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan

luasnya cakupan promosi kesehatan dan memberikan dasar yang baik untuk

mengklasifikasikan dalam menganalisa kebijakan.

Beberapa domain secara bersama-sama bertujuan untuk mencegah

kondisi sakit dan melakukan peningkatan kesehatan dan kondisi sejahtera.

Page 19: Case 1 Promosi Kesehatan

15

Domain 5, 6, dan 7 secara khusus memiliki fokus untuk mengukur pada

tujuan kondisi sejahtera dan domain 1, 2, 3, dan 4 memiliki fokus untuk

mengukur tindakanpencegahan terdepan. Dari beberapa domain terlihat

pendidikan kesehatan bertujuan untuk memberikan pendidikan pada kelompok

profesional, dan pembuat kebijakan di masyarakat (seperti domain 2, 4, 5, dan

7).

Domain 1 :

Pencegahan merupakan upaya untuk menghindari dari kondisi sakit,

meliputi:

immunisasi, skrining pada kelompok rentan , dan penemuan kasus

malnutrisi. Daerah ini termasuk tindakan pencegahan seperti imunisasi dan

cervical screening,penemuan kasus hypertensi,screening untuk kelainan

handicap congenital,pengawasan perkembangan,dental fissure sealing,dan

penggunaan nikotin didalam permen karetuntuk memberikan sensasi merokok.

Domain 2 :

Preventive health education adalah pendidikan yang ditujukan untuk

mendorong perubahan perilaku sehat individu dalam upaya pencegahan

terhadap penyakit dan pendidikan yang diberikan tenaga kesehatan yang

digunakan untuk mendukung layanan pencegahan. Contoh dukungan tenaga

kesehatan dalam hal skrining nutrisi atau penggunaan fasilitas publik,

mendorong keluarga rawan gizi untuk aktif datang ke posyandu. Edukasi

kesehatan mengarah pada proteksi kesehatan positif. Contoh melobi untuk

melarang pengiklanan tembakau.

Domain 3:

Preventive health protection merupakan sebuah peraturan, sebagai

contoh:

program makanan tambahan anak sekolah, peraturan makanan yang aman,

kebijakan fiskal untuk industry makanan. Edukasi kesehatan untuk

pencegahan proteksi kesehatan.contohnya melobi untuk perundang-undangan

penggunaan sabuk pengaman. Banyaknya contoh dari pencegahan proteksi

kesehatan sudah banyak disebutkan. Contoh pemberian fluor pada air minum

untuk proteksi dari penyakit gigi.

Page 20: Case 1 Promosi Kesehatan

16

Domain 4 :

Protective health education merupakan pendidikan kesehatan untuk

mendukung domain 3 yang ditujukan untuk pencegahan. Contoh proses lobi

untuk peraturan makanan yang sehat, penambahan pajak untuk makanan dan

upaya lain yang mempengaruhi pada lingkungan social sebagai tindakan

efektif yang sinergi dengan pelayanan pencegahan. Edukasi kesehatan

mengarah pada proteksi kesehatan positif. Contoh melobi untuk melarang

pengiklanan tembakau.

Domain 5:

Health education meliputi pendidikan yang ditujukan mendorong

perubahan perilaku sehat individu untuk mencapai kesehatan yang lebih

optimal, seperti mendorong untuk melakukan aktivitas fisik atau olah raga

diwaktu senggang, merubah kebiasaan diet, dan empowering individu atau

kelompok untuk sejahtera (contoh meningkatkan self esteem). Edukasi

kesehatan positif,terdapat dua kategori:edukasi kesehatan mengarah pada

mempengaruhi perilaku pada alasan-alasan kesehatan positif(seperti dorongan

untuk menggunakan waktu senggang untuk berolahraga) dan yana mana

mencari untuk menolong individu,kelompok atau seluruh komunitas untuk

mengembangkan sifat kesehatan yang postif.

Domain 6:

Health protection adalah peraturan permerintah. Contoh kebijakan

keuanganuntuk meningkatkan sarana dan prasarana yang menunjang

kesehatan seperti sarana rekreasi dan fasilitas olahraga di komunitas,

menciptakan sarana bermain bagi anak, program bantuan stimulasi usaha bagi

keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga. Proteksi kesehatan

postif. Contoh kebijakan merokok ditempat bekerja,untuk menciptakan

lingkungan kerja dengan udara yang bersih.

Domain 7:

Health protective health education untuk mencapai kondisi lebih

sejahtera, contoh lobbying dengan pembuat kebijakan. Mendorong dan

mendukung anggota masyarakat untuk mengekspresikan keinginannya seperti

perlunya sarana olah raga. Memfasilitasi keluarga rawan gizi, berdialog

dengan pemegang kebijakan setingkat lurah, petugas pemegang program

nutrisi di tingkat puskesmas dan dinas kesehatan.

Page 21: Case 1 Promosi Kesehatan

17

Daerah ini termasuk usaha edukasi untuk mempengaruhi gaya hidup

dalam ketertarikan untuk mencegah penyakit,sama baiknya dengan usaha

untuk menganjurkan mengambil layanan pencegahan. Sebagai tambahan,dua

arah dasar dari proses edukasi jangan dilupakan: komunikasi harus digunakan

untuk memastikan bahwa layanan pencegahan yang tepat dan diinginkan

tersebut lengkap. Contoh saran

berhenti merokok dan informasinya.

2.7 Klasifikasi Sasaran Promosi Kesehatan

(M. Khizfi Nurfiqoh 160110130017)

Berdasarkan tahapan dari promosi kesehatan, maka sasaran promosi kesehatan

terbagi menjadi:

1. Sasaran Primer(primary target)

Sasaran primer adalah masyarakat umum yang dapat kemudian

dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu

hamil dan menyusui untuk masalah kesehatan ibu dan anak (KIA), serta anak

sekolah untuk masalah kesehatan remaja dan lainnya. Sasaran promosi kesehatan

ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat.

2. Sasaran Sekunder (secondary target)

Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat,

tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta

berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah

diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali

memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan

masyarakat sekitarnya. Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi

kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat

untuk masyarakat sekitarnya.

3. Sasaran Tersier (tertiary target)

Sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan (decision

maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu

harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh

kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran

sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi

(advocacy)

Page 22: Case 1 Promosi Kesehatan

18

Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan (tempat pelaksanaan):

1. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)

Keluarga adalah persemaian manusia sebagai anggota masyarakat, masing-

masing keluarga menjadi tempat yang kondusif untuk tumbuhnya perilaku sehat

bagi anak- anak sebagai calon anggota masyarakat. Proses kesehatan sangat

berperan,sasaran utamanya adalah orang tua,terutama ibu.

2. Promosi kesehatan pada tatanan sekolah

Sekolah merupakan tempat lanjutan untuk meletkkan dasar perilaku bagi anak,

temsuk perilaku kesehatan. Sekolah dan lingkungan sekolah yang sehat cangat

kondusif untuk berperilaku sehat bagi anak-anak. Sasaran antara promosi

kesehatan di sekolah adalah guru, guru memperoleh pelatihan-pelatihan tentang

kesehatan dan promosi kesehatan yang cukup, selanjutnya guru akan

meneruskannya kepada murid- muridnya.

3. Promosi kesehatan pada tempat kerja

Selama hidup kurang lebih 8 jam perhari para pekerja menghabiskan waktu

untuk menjalankan aktivitas yang beresiko terhadap kesehatannya. Resiko itu

tergantung jenis pekerjaan, lingkungan, dan individu yang berada di dalamnya.

Promosi kesehatan di tempat kerja dilakukan oleh pimpinan perusahaan atau

tempat kerja memberikan fasilitas bekerja yang kondusif, misalnya tersedia air

bersih, tempat sampah, kantin, ruang istirahat, tempat pembuangan kotoran, dan

sebagainya. Selain itu perusahaan juga harus menyediakan unit K3 (Keselamatan

dan Kesehatan Kerja). Pemasangan poster atau leaflet berisi pesan untuk selalu

menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.

4. Promosi kesehatan di tempat-tempat umum (TTU)

Tempat umum adalah tempat dimana orang-orang berkumpul pada waktu

tertentu, misalnya pasar, terminalbus, stasiun kereta api, mall, dan lain

sebagainya. Bentuk promosi kesehatan dalam bidang fasilitas seperti penyediaan

tempat sampah, tempat cuci tangan, tempat pembuangan air kotor, ruang tunggu

perokok-nonperokok, kantin, dan lain sebagainya. Pemasangan poster dan

penyedianan leaflet yang berisi cara-cara menjaga kesehatan atau kebersihan

adalah bentuk promosi kesehatan.

5. Pendidikan kesehatan di Institusi pelayanan kesehatan

Tempat pelayanan kesehatna seperti rumah sakit, puskesmas, balai

pengobatan, poliklinik, dan tempat praktik dokter adalah tempat yang strategis

Page 23: Case 1 Promosi Kesehatan

19

untuk dijadikan tempat promosi kesehatan. Ketika ada keluarga yang sakit,

mereka akan lebih peka terhdap informasi kesehatan terutama yang berkaitan

dengan masalah kesehatan atau penyakit yang sedang dideritanya maupun

keluarganya. Promosi kesehatan ini seperti mendengarkan nasihat dokter, perawat,

dan petugas kesehatan lainnya.

Pelaksanaan promosi kesehatan ini dapat dilakukan secara individual,

berkelompok, ataupun secara massal. Contoh promosi kesehatan yang dilakukan

oleh institusi pelayanan kesehatan ini adalah menyediakan leaflet atau selebaran

tentang informasi yang berisikan penyakit-penyakit mengenai jenisnya,

pencegahan, serta perawatannya.

2.8 Strategi promosi kesehatan

( Teja Karimah Saad 160110130007)

( Lulu Luthfiah 160110130048)

2.8.1 Berdasarkan Rumusan WHO (1994)

Strategi promosi kesehatan secara global ini terdiri dari 3 hal, yaitu:

1. Advokasi (Advocacy)

Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang

lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam

konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat

keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat,

sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita

inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat

berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang,

peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya.

Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam bentuk, baik secara formal

inaupun informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan

seminar tentang issu atau usulan program yang ingin dimintakan dukungan

dari para pejabat yang terkait. Kegiatan advokasi secara informal misalnya

sowan kepada para pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan,

untuk secara informal minta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau

mungkin dalam bentuk dana atau fasilitas lain. Dari uraian ini dapat

disimpulkan bahwa sasaran advokasi adalah para pejabat baik eksekutif

Page 24: Case 1 Promosi Kesehatan

20

maupun legislatif, di berbagai tingkat dan sektor, yang terkait dengan masalah

kesehatan (sasaran tertier)

2. Dukungan Sosial (Social support)

Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari

dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh

masyarakat formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar

para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai

(pelaksana program kesehatan) dengan masyarakat (penerima program)

kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada

dasarnya adalah mensosialisasikan program-program kesehatan, agar

masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi terhadap program

kesehatan tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai

upaya bina suasana, atau membina suasana yang kondusif . Bentuk kegiatan

dukungan sosial ini antara lain: pelatihan-pelatihan para toma, seminar,

lokakarya, bimbingan kepada toma, dan sebagainya. Dengan demikian maka

sasaran utama dukungan sasial atau bina suasana adalah para tokoh

masyarakat di berbagai tingkat (sasaran sekunder).

3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)

Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan

kepada masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah

mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk kegiatan

pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara lain:

penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat

dalam bentuk misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan

peningkatan pendapatan keluarga (income generating skill). Dengan

meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap

kemampuan dalam peme¬liharan kesehatan mereka, misalnya: terbentuknya

dana sehat, terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes, dan sebagainya.

Kegiatan-kegiatan semacam ini di masyarakat sering disebut "gerakan

masyarakat" untuk kesehatan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa

sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat (sasaran primer).

Page 25: Case 1 Promosi Kesehatan

21

2.8.2 Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa

Charter)

Konferensi internasional promosi kesehatan yang pertama

dilaksanakan di Ottawa, Canada yang berlangsung pada tanggal 17-21

November 1986. Konferensi promosi kesehatan yang pertama ini mengambil

tema ― Menuju Kesehatan Masyarakat Baru‖ (The Move Towards a New

Public Health). Konferensi ini diikuti oleh kurang lebih 100 negara baik

negara maju dan negara berkembang. Konferensi promosi kesehatan yang

pertama ini tidak terlepas dari Deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang

―Pelayanan Kesehatan Dasar‖ atau Primary Health Care. Kesepakatan-

kesepakatan yang dicapai dalam konferensi ini merupakan peletakan dasar

pembaharuan promosi kesehatan dalam konteks seperti tema konferensi ini,

yakni

―Gerakan Menuju Kesehatan Masyarakat Baru‖ Kesepakan bersama tersebut

dituangkan dalam Piagam Ottawa.

1. Kebijakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan (Healthy Public

Policy)

Kegiatan ditujukan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan.

Hal ini berarti setiap kebijakan pembangunan dalam bidang apapun harus

mempertimbangkan dampak kesehatan bagi masyarakat.

Promosi kesehatan lebih daripada sekadar perawatan kesehatan.

Promosi kesehatan menempatkan kesehatan pada agenda dari pembuat

kebijakan di semua sektor pada semua level, mengarahkan mereka supaya

sadar akan konsekuensi kesehatan dari keputusan mereka dan agar mereka

menerima tanggung jawab mereka atas kesehatan.

Hal ini dimaksudkan agar dapat membuat pilihan yang lebih sehat dan

lebih mudah untuk pembuat keputusan. Kebijakan Berwawasan Kesehatan

artinya setiap keputusan pimpinan selalu memandang atau mempunyai cara

pandang tentang kresehatan. Contoh sederhana ketika camat mengeluarkan

ijin mendirikan bangunan maka harus ada ketentuan bahwa yang membuat

bangunan harus membangun bangunan dengan didukung sarana kesehatan

seperti jamban keluarga.

Page 26: Case 1 Promosi Kesehatan

22

2. Mengembangkan Jaring Kemitraan dan Lingkungan yang Mendukung

(Create Partnership and Supportive Environments)

Kegiatan ini bertujuan mengembangkan jaringan kemitraan dan

suasana yang mendukung terhadap kesehatan. Kegiatan ini ditujukan kepada

pemimpin organisasi masyarakat serta pengelola tempat-tempat umum dan

diharapkan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, baik lingkungan

fisik maupun lingkungan nonfisik yang mendukung atau kondusif terhadap

kesehatan masyarakat.

Masyarakat kita kompleks dan saling berhubungan. Kesehatan tidak

dapat dipisahkan dari tujuan-tujuan lain. Kaitan yang tak terpisahkan antara

manusia dan lingkungannya menjadikan basis untuk sebuah pendekatan sosio-

ekologis bagi kesehatan. Prinsip panduan keseluruhan bagi dunia, bangsa,

kawasan, dan komunitas yang serupa, adalah kebutuhan untuk memberi

semangat pemeliharaan yang timbal-balik —untuk memelihara satu sama lain,

komunitas, dan lingkungan alam kita. Konservasi sumber daya alam di seluruh

dunia harus ditekankan sebagai tanggung jawab global. Perubahan pola hidup,

pekerjaan, dan waktu luang memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan.

Promosi kesehatan menciptakan kondisi hidup dan kondisi kerja yang aman.

Penjajakan sistematis dampak kesehatan dari lingkungan yang berubah pesat

terutama di daerah teknologi, daerah kerja, produksi energi dan urbanisasi

sangat esensial dan harus diikuti dengan kegiatan untuk memastikan

keuntungan yang positif bagi kesehatan masyarakat.

Perlindungan alam dan lingkungan yang dibangun serta konservasi

dari sumber daya alam harus ditujukan untuk promosi kesehatan apa saja.

Lingkungan yang mendukung adalah lingkungan dimana kita akan

menjadikan contoh yang baik tentang kesehatan lingkungan ketika kita akan

melakukan promosi kesehatan. Contohnya adalah adanya sekolah sehat yang

mempunyai lingkungan yang sehat.

3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan ( Reorient Health Service)

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan merupakan tanggung jawab

bersama antara pemberi dan penerima pelayanan. Orientasi pelayanan

diarahkan dengan menempatkan masyarakat sebagai subjek (melibatkan

masyarakat dalam pelayanan kesehatan) yang dapat memelihara dan

meningkatkan kualitas kesehatannya sendiri. Hal tersebut berarti pelayanan

Page 27: Case 1 Promosi Kesehatan

23

kesehatan lebih diarahkan pada pemberdayaan masyarakat. Bentuk-bentuk

pemberdayaan masyarakat dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

bervariasi mulai dari terbentuknya LSM yang peduli kesehatan, baik dalam

bentuk pelayanan maupun bantuan teknis, sampai upaya-upaya swadaya

masyarakat.

Tanggung jawab untuk promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan

dibagi di antara individu, kelompok komunitas, profesional kesehatan, institusi

pelayanan kesehatan, dan pemerintah. Mereka harus bekerja sama melalui

suatu sistem perawatan kesehatan yang berkontribusi untuk pencapaian

kesehatan. Peran sektor kesehatan harus bergerak meningkat pada arah

promosi kesehatan, di samping tanggung jawabnya dalam menyediakan

pelayanan klinis dan pengobatan. Pelayanan kesehatan harus memegang

mandat yang meluas yang merupakan hal sensitif dan ia juga harus

menghormati kebutuhan kultural. Mandat ini harus mendukung kebutuhan

individu dan komunitas untuk kehidupan yang lebih sehat, dan membuka

saluran antara sektor kesehatan dan komponen sosial, politik, ekonomi, dan

lingkungan fisik yang lebih luas.

Reorientasi pelayanan kesehatan juga memerlukan perhatian yang kuat

untuk penelitian kesehatan sebagaimana perubahan pada pelatihan dan

pendidikan profesional. Hal ini harus membawa kepada perubahan sikap dan

pengorganisasian pelayanan kesehatan dengan memfokuskan ulang kepada

kebutuhan total dari individu sebagai manusia seutuhnya. Reorientasi

Pelayanan Kesehatan artinya setiap kegiatan promosi kesehatan diorientasikan

bagaimana pelayanan kesehatan yang seharusnya dan dapat terjangkau setiap

kalangan. Contohnya adalah pemanfaatan sarana kesehatan terdekat sebagai

wadah informasi dan komunikasi tentang kesehatan.

4. Meningkatkan Keterampilan Individu ( Increase Individual Skills)

Derajat kesehatan masyarakat akan terwujud secara efektif jika unsur-

unsur yang terdapat dimasyarakat tersebut bergerak bersama-sama.

Memperkuat kegiatan masyarakat berarti memberikan bantuan terhadap

kegiatan yang sudah berjalan di masyarakat sehingga lebih dapat berkembang.

Di samping itu, tindakan ini memberi kesempatan masyarakat untuk

berimprovisasi yaitu melakukan kegiatan dan berperan serta aktif dalam

pembangunan kesehatan.

Page 28: Case 1 Promosi Kesehatan

24

Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri atas

kelompok, keluarga, dan individu. Kesehatan masyarakat terwujud apabila

kesehatan kelompok , keluarga dan individu terwujud. Oleh sebab itu

peningkatan keterampilan anggota masyarakat atau individu sangat penting

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat

memelihara serta meningkatkan kualitas kesehatannya.

Promosi kesehatan mendukung pengembangan personal dan sosial

melalui penyediaan informasi, pendidikan kesehatan, dan pengembangan

keterampilan hidup. Dengan demikian, hal ini meningkatkan pilihan yang

tersedia bagi masyarakat untuk melatih dalam mengontrol kesehatan dan

lingkungan mereka, dan untuk membuat pilihan yang kondusif bagi kesehatan.

5. Memperkuat Kegiatan Masyarakat ( Strengthen Community Action)

Promosi kesehatan bekerja melalui kegiatan komunitas yang konkret

dan efisien dalam mengatur prioritas, membuat keputusan, merencanakan

strategi dan melaksanakannya untuk mencapai kesehatan yang lebih baik. Inti

dari proses ini adalah memberdayakan komunitas. Pengembangan komunitas

menekankan pengadaan sumber daya manusia dan material dalam komunitas

untuk mengembangkan kemandirian dan dukungan sosial, dan untuk

mengembangkan sistem yang fleksibel untuk memerkuat partisipasi publik

dalam masalah kesehatan. Gerakan Masyarakat merupakan suatu partisipasi

masyarakat yang menunjang kesehatan. Contoh gerakan Jum’at bersih

2.9 Definisi Satuan Penyuluhan (Satpel) (Bunga Hasna Adilah 160110130110)

2.9.1 Pendahuluan

Mengajar atau memberikan penyuluhan kepada masyarakat adalah

suatu usaha untuk membimbing masyarakat ke arah suatu perubahan perilaku

yang kita harapkan. Menurut Eliza Herijulianti (2001), untuk mencapai suatu

keberhasilan dalam penyuluhan, hendaknya sebelum memberikan penyuluhan

sebaiknya dibuat persiapan atau perencanaan, baik perencanaan penyuluh

maupun perencanaan pembuatan media komunikasi. Proses perencanaan

penyuluhan ini merupakan pedoman dalam proses belajar mengajar atau

Page 29: Case 1 Promosi Kesehatan

25

proses kegiatan selama penyuluhan, yang lazim dikenal dengan sebutan satuan

pelajaran atau sering disebut Satpel.

Adapun manfaat membuat satuan pelajaran sebelum penyuluhan,

yaitu:

a. Hasil penyuluhan akan segera diketahui.

Sebelum penyuluhan kita melakukan tes awal. Kemudian setelah

penyuluhan, kita melakukan atau memberikan tes akhir. Hasil kedua tes ini

dapat kita bandingkan. Soal yang diberikan pada tes awal dan tes akhir

harus dibuat sama. Jika tes akhir menunjukan prestasi yang lebih baik

daripada tes awal, maka hal ini menandakan penyuluh telah berhasil dalam

mencapai tujuan penyuluhan.

b. Kegiatan penyuluhan akan lebih lancar.

Hal ini dikarenakan penyuluh telah merencanakan kegiatan apa saja

yang harus dilakukan oleh penyuluh dan kegiatan apa yang harus

dilakukan oleh sasaran sejak pendahuluan sampai dengan penutupan.

Kegiatan dilaukan secara sistematis sesuai dengan materi dan tujuan

penyuluhan.

c. Pengetahuan dalam memberikan penyuluhan akan bertambah.

Hal ini dikarenakan penyuluh dalam mempersiapkan maeri harus

selalu membuka buku sumber untuk mencari bahan yang harus sesuai

dengan kebutuhan.

d. Bahan atau materi penyuluhan akan lebih dikuasai.

Dalam menyampaikan materi, penyuluh tidak akan tersendat-sendat

dan tidak canggung sehingga materi yang dipersiapkan sesuai dengan

waktu yang tersedia.

e. Alat bantu dalam penyuluhan dapat terlebih dahulu dipersiapkan, seperti

proyektor untuk media visual.

Dalam membuat satuan pelajaran (Satpel), semua kemampuan harus

dirumuskan secara jelas. Komponen satuan pelajaran terdiri dari tujuan yang

hendak dicapai, bahan atau materi yang akan diberikan, metode yang

Page 30: Case 1 Promosi Kesehatan

26

digunakan kegiatan belajar mengajar/kegiatan penyuluhan, sumber yang

digunakan dan evaluasi.

2.9.2 Tujuan

Tujuan pengajaran atau penyuluhan adalah hadil yang harus dicapai

setelah pengajaran/penyulihan selesai diberikan yang berupa terjadinya

perubahan perilaku. Tujuan pengajaran ini disebut tujuan instruksional.

Tujuan instruksional ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Rumusan tujuan instruksional umum menggambarkan perubahan

tingkah laku yang masih umum, yang masih banyak sekali jumlahnya,

sehingga sukar sekali bagi kita untuk mengadakan pengukuran. Dikatakan

sukar diukur karena tujuan ini menggambarkan perubahan perilaku yang

tidak dapat ditentukan dengan pasti dan bukan merupakan tingkah laku

yang spesifik. Rumusan TIU ini sebaiknya ditulis dalam membuat

persiapan pengajaran karena TIU mempunyai peranan yang sangat penting

sekali dalam tujuan instruksional khusus (TIK).

Fungsi TIU, yaitu membantu mempercepat penyusunan TIK. Sebagai

perbandingan, dapat diukur apakah TIK yang kita buat sudah benar-benar

spesifik dalam menggambarkan pola tingkah laku yang mudah diukur.

b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

TIK adalah rumuan kata-kata dalam kalimat yang menggambarkan

perubahan tingkah laku sasaran yang diinginkan setelah sasaran

menyelesaikan suatu kegiatan belajar.

Perubahan tingkah laku ini dapat diketahui dengan jelas baik melalui

pengamatan maupun melalui tes. Kedua tujuan instruksional tersebut pada

prinsipnya harus dirumuskan secara lengkap dan mengandung empat

unsur/komponen, diantaranya:

(1) Audience, sasaran yang harus dapat mengerjakan perbuatan yang

dinyatakan dalam tujuan.

(2) Behavior, perilaku yang harus dimiliki oleh sasaran setelah merek

menerima pelajaran.

Page 31: Case 1 Promosi Kesehatan

27

(3) Condition, persyaratan yang harus ada atau diperhatikan pada saat

perilaku yang diharapkan dimiliki oleh audiensi itu dievaluasi.

(4) Degree, target tujuan yang harus dicapai atau tingkatan minimal yang

harus dimiliki audiensi.

Persyaratan dalam membuat TIK, antara lain:

(1) Harus menggunakan istilah kata kerja yang operasional, yaitu kata

kerja yang menunjukkan tingkah laku yang dapat diamati.

(2) Harus berorientasi pada sasaran berbentuk tingkah laku sasaran.

(3) Harus dalam bentuk hasil belajar.

(4) Hanya meliputi satu jenis tingkah laku.

Contoh:

Setelah pelajaran selesai, siswa SMA kelas 10 dapat menerjemahkan

uraian tentang kesehatan dalam bahasa Inggris ke bahasa Indonesia paling

sedikit sebanyak satu halaman dalam tempo 60 menit.

Audience: Siswa SMA kelas 10

Behavior: Dapat menerjemahkan uraian tentang kesehatan dalam bahasa

Inggris ke bahasa Indonesia.

Condition: Tanpa membuka kamus.

Degree: Sebanyak satu halaman selama 60 menit.

2.10 Cara Menentukan Satpel

( Bunga Hasna Adillah 160110130110 )

Bahan/Materi yang Diberikan

Bahan/materi yang diberikan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan

dan latar belakang sasaran agar materi mudah dipahami oleh sasaran,

penyusunan materi harus sistematik. Istilah asing sebaiknya sudh

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan penggunaan istilah harus ajeg

dari awal sampai akhir penyuluhan.

Pemilihan Metode

(Muhammad Arfianto Nur 160110130069)

Pemilihan metode yang tepat akan menentukan keberhasilan proses

penyuluhan. Untuk memperoleh metode yang tepat, seorang penyuluh harus

Page 32: Case 1 Promosi Kesehatan

28

dapat memahami kriteria pemilihan metode serta mengerti tentang prinsip-

prinsip menggunakan metode mengenai jenis-jenis metode beserta

karakteristiknya

Pemilihan metode harus mengacu pada kriteria tertentu, yaitu :

1. Menunjang penyampaian TIK yag telah ditetapkan. Hal ini tergantung

pada perubahan perilaku yang diharapkan, berdasarkan taksonomi Bloom yang

membagi perilaku manusia dalam 3 ranah, yaitu :

Kognitif (Pengetahuan)

Afektif (Sikap)

Psikomotor (Keterampilan)

2. Sesuai dengan materi yang akan disajikan

3. Sesuai dengan karakteristik siswa/sasaran/usia/tingkat pendidikan.

4. Bergantung pada waktu yang tersedia

5. Bergantung pada sarana dan prasarana

6. Bergantung pada banyak sasaran

7. Bergantung pada kemampuan penyuluh

8. Bergantung pada besar kecilnya ruangan

Page 33: Case 1 Promosi Kesehatan

29

Prinsip Penggunaan Metode

Tidak ada satupun metode yang dapat digunakan untuk mencapai semua

tujuan

Sebaiknya digunakan lebih dari satu metode dalam satu penyuluhan

Tujuan Instruksional Khusus

Meningkatkan

/membentuk pengetahuan

Meningkatkan/membentuk

keterampilan

Meningkatkan/

membentuk sikap

Metode yang digunakan :

Ceramah

Diskusi

Tanya Jawab

Pemberian Tugas

Metode yang digunakan :

Demonstrasi

Eksperimen

Praktik

Metode yang digunakan :

Permainan

Simulasi

Kegiatan Belajar Mengajar

(Hedy Diana 160110130037)

Kegiatan belajar mengajar (KBM) adalah kegiatan yang harus dilakukan oleh

penyuluh maupun sasaran dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Langkah

ini merupakan langkah yang harus ditempuh agar proses belajar/penyuluhan berjalan

dengan lancar sehingga dapat dapat timbul interaksi antara penyuluh dengan audiensi

sehingga audiensi akan mengalami perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan yang

diinginkan. Di dalam SATPEL harus ditulis apa saja kegiatan guru/Penyuluh dan apa

saja kegiatan audiensi.

Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan merupakan pemikiran langkah yang harus ditempuh oleh

guru/penyuluh untuk membantu audiensi mencapai tujuan instruksional atau

terjadinya perubahan tingkah laku. Kegiatan penyuluh dalam mengatur strategi

pembelajaran meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Pendahuluan

Tahap ini membutuhkan waktu 10% dari waktu pertemuan yang dialokasikan dan

bertujuan membawa siswa kebagian pokok pembelajaran. Peristiwa belajar yang

perlu dilaksanakan pada tahap inni, antara lain :

Page 34: Case 1 Promosi Kesehatan

30

Menyiapkan siswa atau menenangkan siswa

Memberi salam

Memperkenalkan diri

Menarik perhatian siswa

Menimbulkan atau meningkatkan motivasi

Memberitahukan TIK yang akan dicapai

Menjelaskan KBM

Menyajikan bahan pengait dengan cara persepsi/tes awal

Fungsi tahapan ini untuk merangsang terciptanya kondisi internal pada diri siswa

2. Pengembangan

Banyak orang beranggapan bahwa tahap ini merupakan pengajaran sesungguhnya.

Sebanyak 65% dari alokasi waktu yang tersedia digunakan untuk menyampaikan

materi yang bersifat pengetahuan, 25% sisanya untuk materi yang bersifat

keterampilan.

KBM yang dilaksanakan, meliputi :

Penyampaian materi

Pemotivasian dan pembimbingan siswa belajar

Pemerolehan umpan balik

3. Konsolidasi

Mengonsolidasi bagian materi yang telah diajarkan menjadi satu kesatuan

dilakukan dengan cara merangkum. Dalam proses konsolidasi kita harapkan

adanya persamaan pandangan antara penyuluh dan sasaran terhadap pesan yang

telah disampaikan.

4. Pemberian tugas

Pemberi tugas meliputi :

Menghubungkan apa yang didapat dengan apa yang akan

diajarkan/diberikan.

Menutup pelajaran/penyuluhan

Menenangkan sasaran

Memberi salam

5. Kegiatan sasaran

Bila di dalam kelas:

Anak duduk dengan tenang

Page 35: Case 1 Promosi Kesehatan

31

Menyiapkan alat pelajaran

Mendengarkan/melaksanakan perintah penyuluh

Mencatat

Menjawab pertanyaan

Bila di masyarakat :

Sasaran duduk dengan tenang

Mendengarkan

Menjawab dan bertanya

Dalam metode demonstrasi sasaran mungkin ikut serta memperaktikannya

Menenekankan apa yang sedang diberikan

Alat Peraga / Media Promosi Kesehatan

(Catherine Gitta M. 160110130090)

Alat peraga atau media dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat

bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa, atau

dicium untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi. Alat bantu ini

sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan

sesuatu dalam proses penyuluhan (Notoatmodjo, 2007). Alat peraga ini disusun

berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima

atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk

menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian /

pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk

mengerahkan indera sasaran penyuluhan sebanyak mungkin kepada suatu objek

sehingga mempermudah proses penerimaan pengetahuan yang baru.

Biasanya, dalam suatu kegiatan promosi kesehatan akan digunakan beberapa

alat peraga secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis dan foto dan

sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik tunggal maupun

dikombinasikan, ada dua hal yang tetap harus diperhatikan, yaitu alat peraga harus

mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran dan ide atau gagasan yang terkandung di

dalamnya harus dapat diterima oleh masyarakat sasaran. Alat peraga yang digunakan

secara baik akan memberikan keuntungan bagi penyuluh, antara lain:

1. Dapat menghindari salah pengertian atau salah tafsir

Page 36: Case 1 Promosi Kesehatan

32

2. Dapat memperjelas materi yang diterangkan dan mempermudah sasaran

menangkap materi yang telah dijelaskan

3. Materi yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutamaaa hal-hal yang

mengesankan

4. Dapat menarik dan memusatkan perhatian sasaran

5. Dapat member motivasi yang kuat untuk melakukan hal-hal yang diajarkan

atau dianjurkan.

Alat peraga dapat dibagi ke dalam empat kelompok besar, yaitu:

1. Benda asli

Merupakan benda yang keberadaannya sungguh ada, baik hidup maupun

mati. Alat peraga menggunakan benda asli merupakan yang paling baik karena

mudah dan cepat dikenal serta mempunyai bentuk dan ukuran yang tepat.

Namun, kelemahan alat peraga asli ini adalah tidak selalu mudah dibawa ke

mana-mana sebagai alat bantu mengajar. Alat peraga asli ini dibagi lagi

menjadi:

Benda sesungguhnya

Spesimen, benda sesungguhnya yang telah diawetkan.

Sample, benda sesungguhnya untuk diperdagangkan.

2. Benda tiruan

Merupakan benda yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda

tiruan dapat digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi

kesehatan jika tidak memungkinkan untuk menggunakan benda aslinya,

misalnya karena ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dan lain-

lain. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah,

kayu, plastik, dan lain-lain.

3. Gambar / media grafis

Poster

adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar

dengan sedikit kata-kata. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan,

ilustrasi, kartun, foto, atau gambar. Kata-kata pada poster harus jelas

artinya, tepat pesannya, dan dapat mudah dibaca pada jarak kurang

lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada tempat yang mudah

Page 37: Case 1 Promosi Kesehatan

33

dilihat dan banyak dilalui orang karena tujuan utama poster adalah

untuk mempengaruhi orang banyak. Oleh karena itu, poster harus

dibuat semenarik mungkin, namun tetap sederhana dan hanya berisi

satu ide saja.

Poster dikatakan baik jika mampu diingat untuk waktu yang lama

oleh orang yang melihatnya dan dapat mendorong untuk bertindak.

Leaflet

adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat

singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana.

Ide yang disajikan pada leaflet dapat beragam dan disajikan secara

berlipat.

4. Gambar alat optik

Foto

Sebagai bahan untuk alat peraga, foto digunakan dalam bentuk:

a) Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan dan

menggambarkan suatu cerita, kegiatan dan lain-lain.

b) Dokumentasi lepasan, yaitu foto-foto yang berdiri sendiri dan

tidak disimpan dalam bentuk album. Menggambarkan satu pokok

persoalan atau titik perhatian.

Slide

Slide pada umumnya digunakan pada sasaran kelompok. Slide ini

sangat efektif untuk membahas suatu topik tertentu dan peserta dapat

mencermati setiap materi dengan seksama, karena slide sifatnya dapat

diulang-ulang.

Film

Film lebih kearah sasaran secara massal, sifatnya menghibur

namun bernuansa edukatif.

Selain pengelompokan di atas, alat peraga juga dapat dikelompokkan menjadi 3

kategori berdasarkan indera yang dilibatkan, yaitu:

a. Alat bantu lihat

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasikan indera mata pada

saat penyuluhan. Alat ini dibagi lagi ke dalam 2 bentuk yaitu

1. Alat yang diproyeksikan (contoh: slide, film)

Page 38: Case 1 Promosi Kesehatan

34

2. Alat yang tidak diproyeksikan (contoh: gambar dua dimensi,

gambar tiga dimensi, gambar peta, bagan, bola dunia, boneka dan

lain-lain).

b. Alat bantu dengar

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indera pendengar pada

saat proses penyampaian bahan penyuluhan, misalnya piringan hitam,

radio, pita suara dan lain-lain.

c. Alat bantu lihat-dengar

Alat ini berguna dalam menstimulasi indera penglihatan dan

pendengaran pada waktu proses penyuluhan, misalnya televisi, video

cassette dan lain-lain.

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan, media ini dapat dibagi

menjadi 3 yakni :

a. Media cetak

Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari

gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang

termasuk dalam media ini adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip

chart (lembar balik), rubric atau tulisan pada surat kabar atau majalah,

poster, foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.

Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup

banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu

listrik, mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar.

Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek

gerak dan efek suara dan mudah terlipat.

b. Media elektronik

Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat

dan didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang

termasuk dalam media ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD,

VCD.

Kelebihan dari media ini antara lain lebih mudah dipahami, lebih

menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan

seluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang

serta jangkauannya lebih besar.

Page 39: Case 1 Promosi Kesehatan

35

Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih tinggi, sedikit rumit,

perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang,

peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan

penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.

c. Media Luar Ruang

Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media

cetak maupun elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran,

banner dan televisi layar lebar.

Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik,

sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan

seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya

relatif besar.

Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit,

perlu alat canggih untuk produksinya, persiapan matang, peralatan selalu

berkembang dan berubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan

keterampilan untuk mengoperasikannya.

Media penyuluhan kesehatan yang baik adalah media yang mampu

memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat

penerimaan sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku

sesuai dengan pesan yang disampaikan.

Sumber Pelajaran

Sumber pelajaran adalah buku atau bahan bacaan yang digunakan sebagai

acuan pengembangan materi yang akan disampaikan pada saat penyuluhan. Sumber

pelajaran sebaiknya diambil dari bahan-bahan bacaan yang memiliki sumber yang

jelas sehingga kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan oleh penyuluh. Bahan

bacaan yang dianjurkan berupa textbook, jurnal ilmiah, situs-situs ilmiah, dan lain-lain

sumber lain yang evidence-based.

Evaluasi

Evaluasi merupakan tes yang dilakukan kepada sasaran untuk mengetahui

sampai sejauh mana materi dapat ditangkap oleh sasaran. Evaluasi dapat berupa tes

lisan, tes tulisan, maupun tes perbuatan.

Page 40: Case 1 Promosi Kesehatan

36

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus Dokter gigi Afgan setelah lulus dari FKG Unpad ditempatkan di Puskesmas A

di kaki gunung Manglayang. Hasil survei pada masyarakat di Kecamatan A di kaki

gunung Manglayang sebagai berikut : indeks OHI-S 6,0 dan nilai DMF-T penduduk

usia produktif 8,3 dan indeks def-t pada anak-anak 9,7.

Hasil survei tersebut menunjukkan pentingnya dokter Afgan merencanakan

mengadakan promosi kesehatan (health promotion) dengan menggunakan strategi

promosi kesehatan (Health Promotion Strategy). Dokter gigi Afgan melaksanakan

program promosi kesehatan dengan memperhatikan visi, misi, sasaran, dan ruang

lingkupnya dengan menggunakan metode promosi kesehatan berdasar pada model-

model promosi dan berbagai strategi kesehatan.

Salah satu bentuk promosi kesehatan yang dipilih yaitu penyuluhan, beliau

menuliskan perencanaan penyuluhan dalam bentuk satuan penyuluhan (Satpel).

Setelah pelaksanaan penyuluhan, Dokter gigi Afgan kembali melakukan

survei dan hasilnya menunjukkan penurunan indeks OHI-S, Indeks DMF-T, dan def-t

sebanyak 10 % pada tahun pertama.

3.2 Hipotesis Hipotesis berdasarkan diskusi kelompok kami sebagai berikut :

1. Kurangnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan gigi dan

mulut sehingga OH masyarakat buruk.

2. Penyuluhan kurang efektif sehingga penurunan indeks OHI-S, Indeks

DMF-T, dan def-t hanya 10%.

3.3 Hasil Diskusi Kurangnya tingkat kesadaran masyarakat di kaki gunung Manglayang

terhadap kesehatan gigi dan mulut, sehingga OH masyarakat buruk yang dapat dilihat

dari indeks OHI-S, DMF-T, dan def-t yang termasuk dalam kategori yang sangat

rendah. Oleh karena itu, dokter gigi Afgan mengadakan promosi kesehatan dalam

Page 41: Case 1 Promosi Kesehatan

37

bentuk penyuluhan. Sebelum memberikan penyuluhan, dokter gigi Afgan perlu

melakukan proses perencanaan yang disebut dengan Satuan Penyuluhan (Satpel).

Komponen yang terdapat dalam satuan penyuluhan terdiri dari tujuan yang hendak

dicapai, bahan atau materi yang akan diberikan, metode yang akan digunakan,

kegiatan belajar mengajar atau kegiatan penyuluhan, sumber yang digunakan, dan

evaluasi.

Penyuluhan yang dilakukan dokter gigi Afgan kurang efektif, sehingga

penurunan indeks OHI-S, Indeks DMF-T, dan def-t hanya 10%. Oleh karena itu,

dokter gigi Afgan perlu melakukan 4 tingkat pencegahan penyakit dalam perspektif

penyakit masyarakat menurut Level dan Clark lainnya selain Health promotion, yakni

Specific protection (perlindungan khusus salah satunya melalui flouridasi), Early

diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera pada gigi yang

telah mengalami karies), Disability limitation (membatasi atau mengurangi terjadinya

kecacatan), dan Rehabilitation (pemulihan).

Page 42: Case 1 Promosi Kesehatan

38

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil diskusi yang telah kami dapatkan, maka kami dapat

menyimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah upaya yang sangat penting untuk

meningkatkan kesehatan masyarakat serta untuk membuat masyarakat mau dan

mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya sesuai dengan visi misi promosi

kesehatan. Promosi kesehatan tersebut harus dapat dilakukan oleh seorang dokter gigi

dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut masyarakat.

Page 43: Case 1 Promosi Kesehatan

39

DAFTAR PUSTAKA

1. Naidoo J & Wills J. (2000). Health promotion foundation for practice

secondedition Bailliere Tindall. Philadelphia

2. Notoatmodjo, Soekidjo, Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi, Rineka

Cipta, Jakarta, 2003.

3. Pintauli, Sondang, dan Taizo. (2008). Menuju Gigi dan Mulut Sehat. Medan:

USU Press.