Carmanita Tri Handoko Tuty Cholid Metamorfosis Ketimuran filerangsang proses pematangan protein pada...

1
BERAS sebagai sumber pangan tentu bukan aneh bagi kita, tapi ternyata bulir padi ini juga dapat digunakan untuk perawatan kulit. Hal itu terlihat dari produk baru SKII, Skin Signature Melting Rich Cream (SSMRC). Dalam produk tersebut, merek perawatan kulit asal Jepang ini meng- gunakan ekstrak dedak beras Jepang atau disebut rice sterol. Bahan tersebut dikatakan efektif meng- aktifkan enzim PAD yang berperan me- rangsang proses pematangan protein pada kulit. Dari situ lapisan permukaan kulit akan terbentuk lebih kencang. SKII mengatakan produk SSMRC memberikan hasil yang sudah dapat terasa dalam jangka waktu empat minggu. SKII sendiri selama ini telah dike- nal dengan inovasinya menggunakan bahan-bahan alam untuk produknya, seperti pitera yang berasal dari fermen- tasi ragi. (RO/Big/M-2) Percaya fesyen tidak lagi mendikte, IPMI tidak membuat satu tren khusus. Namun, inspirasi Timur dominan dalam peragaan tahunan ini. EBET HALAMAN 13 MINGGU, 31 OKTOBER 2010 Style FOTO-FOTO: MI / M IRFAN Priyo Oktaviano BLITZ Perawatan Kulit dengan Dedak Beras JIKA di Jakarta Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) menggelar peragaan tahunan, di Yogyakarta, sejak Rabu (27/10) sampai kemarin, digelar pekan mode. Sejak pertama kali diadakan pada 2006, Jogja Fashion Week (JFW) mengangkat kekuatan fesyen andalan mereka, apalagi kalau bukan batik. Kain adati tersebut dikemas dalam berbagai gaya, dari tradisional hingga modern. Pada tahun ini gaya yang dikemas tampaknya semakin beragam. Busana kasual makin banyak, begitu juga dengan busana muslim. Perkem- bangan yang bukan hanya dari sisi jumlah perancang ini tentunya yang diharapkan publik fesyen. Dengan begitu, batik benar-benar dapat jadi bagian fesyen umum dan industri batik terangkat. (Big/M-3) Jogja Fashion Week MI/USMAN ISKANDAR DOK. SK-II Metamorfosis Ketimuran BAGI yang suka jam tangan berkesan feminin dan romantis, Tambour Bijou Blush dari Louis Vuitton yang berwarna pink bisa jadi pilihan. Senada dengan jam, strap-nya juga memiliki pink mother-of-pearl yang lembut. Strap mengguna- kan monogram douceur strap yang mengelilingi tangan tiga kali. Namun, bagi yang lebih memilih kesan elegan dan mewah, Tambour Bijou Black Force akan menjadi pilihan yang co- cok. Bahannya menggunakan black diamond dan black force steel yang lebih kuat empat kali dibanding baja biasa. Seperti seri sebelumnya, kedua jam ini juga memiliki ciri unik, yaitu corak monogram ower dan 18 mm diameter innovative small case. (*/M-7) Tambour Bijou dari Louis Vuitton DOK LOUIS VUITTON Barli Asmara G AYA atau sen- tuhan personal, yang su- dah jadi perhatian fesyen global sejak bebe- rapa musim lalu, tampak- nya baru mulai mendapat momennya di Indonesia. Dalam beberapa peragaan busana terakhir, kata-kata ‘gaya personal’ dan ‘identitas pribadi’ makin sering disebut- kan desainer Indonesia. Ini pula yang terjadi dalam peragaan tren tahunan Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) yang berlangsung Rabu (27/10) di Jakarta. Peragaan yang sekaligus awal rangkaian peringatan hari jadi ke-25 IPMI itu menekankan kebebasan fesyen. “Sekarang konsumen tidak bisa didikte. Everybody has their own fashion. Kita desainer hanya memberi benang merahnya, kata Ketua IPMI Des Sjamsidar Isa. Anggota baru IPMI Adesagi pun menambahkan, “Jadi tidak ada lagi istilah salah kostum, orang bebas saja mau pakai apa.” Nyatanya benang merah gaya personal bukan berarti ruang luas untuk modikasi pribadi. Desainer IPMI cenderung tetap mengeluarkan busana satu po- Era Soekamto tongan yang kaya detail serta motif. Busana yang su- dah kom- plet i n i tentu- nya tidak membu- tuhkan banyak tam- bahan sen- tuhan priba- di baik lewat aksesori maupun cara pakai. Maka, kebebasan fe- syen menurut IPMI tampaknya fesyen yang beragam seba- gaimana karakter de- sainer itu sendiri. Kedelapan desainer IPMI menampilkan siluet ragam, yakni longgar, melekuk tu- buh hingga bervolume. Benang merahnya adalah terjemahan yang sama atas tema Metamorphic , yakni metamorfosis fesyen Timur. Makin modern Fesyen Timur terutama diangkat lewat kain-kain energik sekaligus modern dengan warna neon, siluet volume dan motif bunga yang kekanakan. Jika saja sang desainer tidak menjelaskan, tidak disangka bunga-bunga itu adalah buah tangan perajin Tasikmalaya. Adesagi berhasil membuat metamorfosis yang makin indah layaknya pada kupu- kupu. “Memang dibentuk modern agar semua mata, baik lokal maupun internasional, bisa me- lihat. Ternyata unsur lokal bisa dibuat modern juga,” katanya. Koleksi menarik lain ada- lah milik Priyo Oktaviano. Ia bukan hanya menampilkan gaya busana edgy dengan pa- danan celana dan blus lilit atau drapery tapi juga modifikasi cheongsam. Modifikasi cheongsam telah ditampilkan Louis Vuitton di Pekan Mode Paris beberapa minggu lalu. Kebangkitan ekonomi China memang mem- buat mereka menjadi target rumah mode dunia. Untuk desainer Indonesia seperti Priyo, meski koleksinya dipamerkan di Paris, mungkin tetap tidak langsung disasar konsumen China. Begitu pun gaya itu bisa menjadi cara untuk menjaring pasar yang lebih luas. Tidak fokus Show tren ini sekali lagi menunjukkan eksistensi IPMI di dunia fesyen dalam negeri. Namun, sedikitnya jumlah desainer yang berpartisipasi --hanya sembilan dari lebih dari 30 anggota--menimbulkan tanya akan perannya di mata anggota IPMI sendiri. Ketua IPMI yang biasa di- sapa Cami, dalam kesempatan berbeda, mengakui banyaknya peragaan gabungan di Indone- sia bisa membuat desainer tidak fokus. Banyaknya event fesyen bu- kan hanya membingungkan desai ner, penggemar fesyen juga dibuat bingung jika tidak ada spesifikasi koleksi yang jelas. Cami juga merasa sebaiknya dibuat spesifikasi yang jelas dari tiap event fesyen dan de- sainer menaatinya. Soal kelangsungan peragaan tren IPMI, Cami menyerahkan kepada desainer. Peragaan tersebut, katanya, dibuat untuk membantu desainer yang be- lum mampu berperagaan tung- gal. Maka, ketika mereka sudah mampu, mungkin tidak diper- lukan lagi peragaan bersama. (*/M-3) miweekend@ mediaindonesia.com Bintang Krisanti adati, terma- suk kain In- donesia. Na- mun, kain-kain ini tidak melulu diwujudkan dalam gaya tribal, melainkan sangat modern. Gaya ini terutama tampak dalam kolek- si dua anggota baru, Barli dan Adesagi. Barli mengolah jum- putan dengan teknik smock yang menjadi ciri khasnya. Smock jumputan itu diwu- judkan dalam gaun- gaun mini dengan rok ala kurungan. Tidak kalah men- colok adalah ko- leksi Despololita dari Adesagi. Koleksinya benar-benar Tidak Kunjung Lulus bukan karena Malas Bagi kebanyakan orang, kuliah adalah soal belajar, lulus, mencari kerja. Move, hlm 17 Carmanita Tri Handoko Tuty Cholid Adesagi

Transcript of Carmanita Tri Handoko Tuty Cholid Metamorfosis Ketimuran filerangsang proses pematangan protein pada...

Page 1: Carmanita Tri Handoko Tuty Cholid Metamorfosis Ketimuran filerangsang proses pematangan protein pada kulit. Dari situ lapisan permukaan kulit akan terbentuk lebih kencang. SKII mengatakan

BERAS sebagai sumber pangan tentu bukan aneh bagi kita, tapi ternyata bulir padi ini juga dapat digunakan untuk perawatan kulit. Hal itu terlihat dari produk baru SKII, Skin Signature Melting Rich Cream (SSMRC).

Dalam produk tersebut, merek perawatan kulit asal Jepang ini meng-gunakan ekstrak dedak beras Jepang atau disebut rice sterol.

Bahan tersebut dikatakan efektif meng-aktifkan enzim PAD yang berperan me-rangsang proses pematangan protein pada kulit. Dari situ lapisan permukaan kulit akan terbentuk lebih kencang. SKII mengatakan produk SSMRC memberikan hasil yang sudah dapat terasa dalam jangka waktu empat minggu.

SKII sendiri selama ini telah dike-nal dengan inovasinya menggunakan bahan-bahan alam untuk produknya, seperti pitera yang berasal dari fermen-tasi ragi. (RO/Big/M-2)

Percaya fesyen tidak lagi mendikte, IPMI tidak membuat satu tren khusus. Namun, inspirasi Timur dominan dalam peragaan tahunan ini.

EBET

HALAMAN 13MINGGU, 31 OKTOBER 2010Style

FOTO-FOTO: MI / M IRFANPriyo Oktaviano

BLITZ

Perawatan Kulit dengan Dedak BerasJIKA di Jakarta Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) menggelar peragaan tahunan, di Yogyakarta, sejak Rabu (27/10) sampai kemarin, digelar pekan mode. Sejak pertama kali diadakan pada 2006, Jogja Fashion Week (JFW) mengangkat kekuatan fesyen andalan mereka, apalagi kalau bukan batik. Kain adati tersebut dikemas dalam berbagai gaya, dari tradisional hingga modern. Pada tahun ini gaya yang dikemas tampaknya semakin beragam. Busana kasual makin banyak, begitu juga dengan busana muslim. Perkem-bangan yang bukan hanya dari sisi jumlah perancang ini tentunya yang diharapkan publik fesyen. Dengan begitu, batik benar-benar dapat jadi bagian fesyen umum dan industri batik terangkat. (Big/M-3)

Jogja Fashion Week

MI/USMAN ISKANDAR

DOK. SK-II

MetamorfosisKetimuran

BAGI yang suka jam tangan berkesan feminin dan romantis, Tambour Bijou Blush dari Louis Vuitton yang berwarna pink bisa jadi pilihan. Senada dengan jam, strap-nya juga memiliki pink mother-of-pearl yang lembut. Strap mengguna-kan monogram douceur strap yang mengelilingi tangan tiga kali. Namun, bagi yang lebih memilih kesan elegan dan mewah, Tambour Bijou Black Force akan menjadi pilihan yang co-cok. Bahannya menggunakan black diamond dan black force steel yang lebih kuat empat kali dibanding baja biasa. Seperti seri sebelumnya, kedua jam ini juga memiliki ciri unik, yaitu corak monogram fl ower dan 18 mm diameter innovative small case. (*/M-7)

Tambour Bijou dari Louis Vuitton

DOK LOUIS VUITTON

Barli Asmara

GA Y A a t a u s e n -tuhan

personal, yang su-dah jadi perhatian

fesyen global sejak bebe-rapa musim lalu, tampak-nya baru mulai mendapat momennya di Indonesia. Dalam beberapa peragaan busana terakhir, kata-kata ‘gaya personal’ dan ‘identitas

pribadi’ makin sering disebut-kan desainer Indonesia.

Ini pula yang terjadi dalam peragaan tren tahunan Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) yang berlangsung Rabu (27/10) di Jakarta. Peragaan yang sekaligus awal rangkaian peringatan hari jadi ke-25 IPMI itu menekankan kebebasan fesyen.

“Sekarang konsumen tidak bisa didikte. Everybody has their own fashion. Kita desainer hanya memberi benang merahnya, kata Ketua IPMI Des Sjamsidar Isa. Anggota baru IPMI Adesagi pun menambahkan, “Jadi tidak ada lagi istilah salah kostum, orang bebas saja mau pakai apa.”

Nyatanya benang merah gaya personal bukan berarti ruang luas untuk modifi kasi pribadi. Desainer IPMI cenderung tetap mengeluarkan busana satu po-Era Soekamto

tongan yang kaya detail serta motif.

B u s a n a yang su-d a h kom-p l e t i n i t e n t u -nya tidak membu-t u h k a n banyak t a m -bahan s e n -tuhan priba-di baik l ewat aksesor i mau pun cara pakai. Maka, kebebasan fe-syen menurut IPMI tampaknya fesyen yang beragam seba-gaimana karakter de-sainer itu sendiri.

Kedelapan desainer IPMI menampilkan siluet ragam, yakni longgar, melekuk tu-buh hingga bervolume. Benang merahnya adalah terjemahan yang sama atas tema Metamorphic , yakni metamorfosis fesyen Timur.

Makin modernFesyen Timur terutama

diangkat lewat kain-kain

energik sekaligus modern dengan warna neon, siluet volume dan motif bunga yang kekanakan.

Jika saja sang desainer tidak menjelaskan, tidak disangka bunga-bunga itu adalah buah tangan perajin Tasikmalaya. Adesagi berhasil membuat metamorfosis yang makin indah layaknya pada kupu-kupu.

“Memang dibentuk modern agar semua mata, baik lokal maupun internasional, bisa me-lihat. Ternyata unsur lokal bisa dibuat modern juga,” katanya.

Koleksi menarik lain ada-lah milik Priyo Oktaviano. Ia bukan hanya menampilkan gaya busana edgy dengan pa-danan celana dan blus lilit atau drapery tapi juga modifikasi cheongsam.

Modifikasi cheongsam telah ditampilkan Louis Vuitton di Pekan Mode Paris beberapa minggu lalu. Kebangkitan ekonomi China memang mem-buat mereka menjadi target rumah mode dunia.

Untuk desainer Indonesia seperti Priyo, meski koleksinya dipamerkan di Paris, mungkin tetap tidak langsung disasar konsumen China. Begitu pun gaya itu bisa menjadi cara untuk menjaring pasar yang lebih luas.

Tidak fokus Show tren ini sekali lagi

menunjukkan eksistensi IPMI di dunia fesyen dalam negeri. Namun, sedikitnya jumlah desainer yang berpartisipasi --hanya sembilan dari lebih dari 30 anggota--menimbulkan tanya akan perannya di mata anggota IPMI sendiri.

Ketua IPMI yang biasa di-sapa Cami, dalam kesempatan berbeda, menga kui banyaknya peragaan gabungan di Indone-sia bisa membuat desainer tidak fokus.

Banyaknya event fesyen bu-kan hanya membi ngungkan desai ner, penggemar fesyen juga dibuat bingung jika tidak ada spesifikasi koleksi yang jelas.

Cami juga merasa sebaiknya dibuat spesifi kasi yang jelas dari tiap event fesyen dan de-sainer menaati nya.

Soal kelangsungan peragaan tren IPMI, Cami menyerahkan kepada desainer. Peragaan tersebut, katanya, dibuat untuk membantu desainer yang be-lum mampu berperagaan tung-gal. Maka, ketika mereka sudah mampu, mungkin tidak diper-lukan lagi peragaan bersama. (*/M-3)

[email protected]

Bintang Krisanti

adati, terma-suk kain In-donesia. Na-

mun, kain-kain ini tidak melulu d i w u j u d k a n

dalam gaya tribal, melainkan sangat

modern.Gaya ini terutama

tampak dalam kolek-si dua anggota baru, Barli dan Adesagi. Barli mengolah jum-putan dengan teknik smock yang menjadi ciri khasnya. Smock jumputan itu diwu-judkan dalam gaun-gaun mini dengan rok

ala kurungan. Tidak kalah men-colok adalah ko-leksi Despololita dari Adesagi. K o l e k s i n y a b e n a r - b e n a r

Tidak Kunjung Lulus bukan karena Malas

Bagi kebanyakan orang, kuliah adalah soal belajar, lulus, mencari kerja.

Move, hlm 17

Carmanita Tri Handoko Tuty Cholid

Adesagi