Care Plan NSAID

54
3.1.4 Care Plan Apoteker merupakan salah satu profesi kesehatan yang bertanggung jawab pada keberhasilan terapi obat pasien. Adanya care plan diharapkan dapat membantu dalam pelayanan kefarmasian di apotek “AL-AKBAR” sehingga dapat meningkatkan keberhasilan terapi dalam sebuah pengobatan. Contoh pelayanan obat dengan resep di apotek “AL- AKBAR”. Semua data tentang resep didapatkan penulis selama PKP komunitas di Apotek Anggun Sidoarjo. A. Input Terapi Dr. U.S.A SIP : xxx Praktk : JL. xyz, Sidoarjo No.Telp. xxx Sidoarjo, 25 Oktober 2011 R/ Disudrin Drop No.I S3dd 0,2CC (pilek) R/ Sanmol Drop No.I S3dd 0,5 CC (panas)

Transcript of Care Plan NSAID

Page 1: Care Plan NSAID

3.1.4 Care Plan

Apoteker merupakan salah satu profesi kesehatan yang bertanggung jawab

pada keberhasilan terapi obat pasien. Adanya care plan diharapkan dapat

membantu dalam pelayanan kefarmasian di apotek “AL-AKBAR” sehingga dapat

meningkatkan keberhasilan terapi dalam sebuah pengobatan.

Contoh pelayanan obat dengan resep di apotek “AL-AKBAR”. Semua

data tentang resep didapatkan penulis selama PKP komunitas di Apotek Anggun

Sidoarjo.

A. Input Terapi

B. Tujuan Terapi

Tujuan terapi yang ingin dicapai dalam pengobatan adalah mengobati

pilek dan panas pada pasien (anak).

Dr. U.S.ASIP : xxx

Praktk : JL. xyz, SidoarjoNo.Telp. xxx

Sidoarjo, 25 Oktober 2011

R/ Disudrin Drop No.I

S3dd 0,2CC (pilek)

R/ Sanmol Drop No.I

S3dd 0,5 CC (panas)

Nama : An. AUmur : 5 bulanAlamat : -

Page 2: Care Plan NSAID

C. Data Penderita

Nama : An. A

Umur : 5 bulan

Alamat : -

Data penderita diperoleh dari hasil skrining resep sebagai berikut, dilakukan

pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep yang meliputi:

1. Dokter penulis resep

Nama dokter : dr. U.S.A.

Alamat praktek : Jl. XYZ Sidoarjo

SIP : ada

2. Pasien penerima resep

Nama pasien : An. A

Alamat : tidak ada

3. Kelengkapan resep

Tempat dan tanggal penulisan resep : Surabaya, 25 Oktober 2011

Tanda tangan/paraf dokter : ada

Umur : 5 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Berat badan pasien : tidak dicantumkan

Tanda resep : ada

Nama obat dan jumlah yang diinginkan : ada

Bentuk sediaan yang diinginkan : ada

Aturan pakai : ada

Keputusan Resep dapat dilayani

Dari hasil assesment diperoleh data bahwa :

Ibu datang datang dengan membawa resep dari dokter untuk mengobati

anaknya yang berusia 5 bulan yang sedang mengalami pilek dan panas.

Keluhan terjadi lebih dari 3 hari sebelum berobat ke dokter.

Page 3: Care Plan NSAID

D. Tinjauan tentang NSAID

NSAID merupakan obat yang memiliki efek analgesik, antipiretik dan

pada dosis yang lebih tinggi bersifat antiinflamasi. Pasien sering memperoleh

resep NSAID yang banyak menggunakan obat aspirin, paracetamol dan

ibuprofen serta jenis NSAID juga dapat dibeli bebas (Neal, 2005). Secara

umum, NSAID diindikasikan untuk merawat gejala penyakit berikut:

rheumatoid arthritis, osteoarthritis, encok akut, nyeri haid, migrain dan sakit

kepala, nyeri setelah operasi, nyeri ringan hingga sedang pada luka jaringan,

demam, ileus, dan renal colic (Rossi, 2006)

Mekanisme kerja

a. Efek analgesik

Efek analgesik NSAID digunakan baik di perifer maupun sentral, tetapi

umunya di perifer. Analgesik sangat dihubungkan dengan efek

antiinflamasi yang diakibatkan oleh inhibisi dari sintesis prostaglandin

dalam jaringan yang meradang. Prostaglandin menghasilkan rasa nyeri,

namun mempotensiasi nyeri merupakan mediator inflamsi lain (misal :

histamin, brandikinin) (Neal, 2005).

b. Efek antiinflamasi

Pada inflamsi prostaglandin berperan dalam menyebabkan vasodilatasi

dan meningkatkan permeabilitas vaskular. Akan tetapi, inhibisi sintesis PG

oleh NSAID mengurangi sedikit inflamsi karena obat tidak menghambat

mediator inflamasi lainnya. Efek antiinflamasi NSAID relatif ringan

mengurangi nyeri kekakuan dan pembengkakan, namun NSAID tidak

mengubah perjalanan penyakit (Neal, 2005).

c. Efek antipiretik

NSAID tidak mengurangi suhu tubuh normal atau suhu yang meningkat

pada heat stoke yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus. Selama

demam, pirogen endogen (interleukin-1) dilepaskan dari leukosit dan

bekerja langsung pusat termoregulator dalam hipotalamus untuk

menaikkan suhu tubuh. Efek ini berhubungan dengan peningkatan PG

(yang bersifat pirogenik). Aspirin mencegah efek peningkatan suhu tubuh

Page 4: Care Plan NSAID

dari interleukin-1 dengan mencegah peningkatan kadar PG otak (Neal,

2005).

Gambar 3.1 Skema berbagai mediator yang berasal dari Arachidonic acid

(LTB4, LTC4, leukotrienes B4, C4.)(Katzung, 2007).

Page 5: Care Plan NSAID

Farmakokinetik

Sebagian besar NSAID adalah asam lemah, dengan pKa 3-5 yang diserap

dengan baik di lambung dan usus serta adanya makanan tidak mengubah

bioavailabilitas NSAID. Sebagian besar NSAID dimetabolisme melalui

beberapa fase I yang diikuti oleh mekanisme fase II namun ada yang langsung

melalui glucuronidation (fase II) saja. Hasil metabolisme NSAID, sebagian

besar melalui CYP3A atau CYP2C enzim P450 di hati. Sementara ekskresi

ginjal adalah rute yang paling penting untuk eliminasi akhir, hampir semua

mengalami berbagai tingkat ekskresi empedu dan reabsorpsi (sirkulasi

enterohepatik). Bahkan, tingkat iritasi saluran pencernaan yang lebih rendah

berkorelasi dengan jumlah sirkulasi enterohepatik. Sebagian besar NSAID

sangat terikat protein (~ 98%), biasanya dengan albumin. Beberapa NSAID

(misalnya, ibuprofen) adalah campuran rasemat, sementara satu, naproxen,

disediakan sebagai enansiomer tunggal dan beberapa tidak memiliki pusat

kiral (misalnya, diklofenak) (Katzung, 2007).

Farmakodinamik

Aktivitas anti-inflamasi dari NSAID yang dimediasi terutama melalui

penghambatan biosintesis prostaglandin. NSAID memiliki mekanisme aksi

tambahan, termasuk penghambatan kemotaksis, down-regulasi dari produksi

interleukin-1, penurunan produksi radikal bebas dan superoksida, dan

interferensi dengan kalsium-dimediasi peristiwa intraseluler. Selektivitas

untuk COX-1 dan COX-2 adalah bervariasi, inhibitor COX-2 yang sangat

selektif adalah celecoxib, saat ini sedang dikembangkan. COX-2 yang sangat

selektif inhibitor tidak mempengaruhi fungsi trombosit. Dalam pengujian

aspirin, indometasin, piroksikam, dan sulindac lebih efektif dalam

menghambat COX-1; ibuprofen dan meclofenamate menghambat dua

isozymes yang sama. Kemanjuran COX-2 selektif untuk mengurangi efek

samping saluran pencernaan namun disisi lain, selektif COX-2 inhibitor dapat

meningkatkan kejadian edema dan hipertensi. Pada Agustus 2006, celecoxib

adalah COX-2 inhibitor hanya dipasarkan di Amerika Serikat. Rofecoxib dan

valdecoxib, dua yang sebelumnya dipasarkan, sangat selektif COX-2 inhibitor,

Page 6: Care Plan NSAID

telah ditarik dari pasar karena terjadi peningkatan kejadian trombotik

kardiovaskular (Katzung, 2007).

Efek samping

Efek samping dari NSAID sering terjadi, karena pemberian dois tinggi

dalam waktu yang panjang dan sebagian pengguna yang luas pada pasien

lanjut usia yang rentan terhadap efek samping obat. Macam efek samping

NSAID :

a. Dalam lambung, COX-1 menghasilkan PG1 dan PG2 yang menstimulasi

mukus dan sekresi bikarbonat dan menyebabkan vasodilatas, suatu aksi

yang menjaga mukosa lambung. NSAID non selektif menghambat COX-1

menyebabkan berkurang efek sitoprotektif PG dan sering menyebabkan

efek samping yang serius pada GIT termasuk pendarahan dan ulserasi.

Misoprostol perupakan derivat PG yagn serign digunakan untuk

mengurangi efek samping pada GIT (Neal, 2005).

b. NSAID yang selektif seperti celecoxib memiliki insiden yang lebih rendah

pada toksisitas GIT namun insiden infark miokard dan stroke yang lebih

tinggi, yang lebih sering terjadi pada inhibitor COX-2 yang tidak

menghambat terjadinya agregasi platelet (COX-1) sehingga COX-2 tidak

boleh digunakan untuk pasien dengan komplikasi kardiovaskuler (Neal,

2005).

c. Nefrotoksisitas. PGE-2 dan PGI-2 merupakan vasodilator kuat yang

disintesis di medula ginjal dan glomerolus dan terlibat dalam pengaturan

aliran darah ke ginjal serta ekskresi garam dan air. Inhibisi akan

mengakibatkan retensi natrium, penurunan darah ginjal dan gagal ginjal.

d. Obat ini tidak disarankan untuk digunakan oleh wanita hamil, terutama

pada trimester ketiga. Namun parasetamol dianggap aman digunakan oleh

wanita hamil (Graham et. al., 2005), namun harus diminum sesuai aturan

karena dosis tinggi dapat menyebabkan keracunan hati (Wilkes et. al.,

2005).

Page 7: Care Plan NSAID

Jenis dan macam NSAID

Gambar 3.2 Struktur kimia beberapa NSAID (Katzung, 2007)

a. Aspirin

Mekanisme aksi

1. Anagesik

2. Antiinflamasi

3. Antipiretik

4. Antiplatelet

Dosis

Para analgesik antipiretik yang optimal atau dosis aspirin kurang dari

dosis oral yang 0,6-0,65 g umum digunakan. Dosis anti-inflamasi

untuk anak-anak 50-75 mg / kg dalam dosis terbagi dan dosis anti-

inflamasi untuk orang dewasa adalah 45 mg / kg dalam dosis terbagi

Page 8: Care Plan NSAID

b. COX-2 selektif inhibitor

COX-2 inhibitor selektif, atau coxib, dikembangkan dalam

upaya untuk menghambat sintesis prostaglandin oleh isoenzim COX-

2 diinduksi di tempat peradangan tanpa mempengaruhi aktif

isoenzim COX-1 ditemukan pada saluran pencernaan, ginjal, dan

platelet. Coxib selektif mengikat dan memblokir situs aktif dari

enzim COX-2 jauh lebih efektif daripada COX-1. COX-2 inhibitor

memilik fungsi sebagai analgesik, antipiretik, dan anti-inflamasi

serupa dengan NSAID nonselektif, tetapi dengan mengurangi efek

samping gastrointestinal. Demikian juga, COX-2 inhibitor pada dosis

biasa telah terbukti tidak memiliki dampak pada agregasi platelet,

yang dimediasi oleh COX-1 isoenzim. Akibatnya, COX-2 inhibitor

tidak memberikan efek kardioprotektif dari NSAID nonselektif, yang

telah mengakibatkan beberapa pasien yang memakai aspirin dosis

rendah di samping rejimen coxib untuk mempertahankan efek ini,

namun karena COX-2 menyebabkan toksisitas ginjal mirip dengan

yang berhubungan dengan NSAID. Data klinis telah menyarankan

insiden yang lebih tinggi kejadian trombotik kardiovaskular terkait

dengan COX-2 inhibitor seperti rofecoxib dan valdecoxib,

mengakibatkan penarikan mereka dari pasar (Katzung, 2007)

Macam :

1. Celecoxib

2. Etoricoxib

3. Meloxicam

4. Valdecoxib

c. Non selektif COX inhibitor

1. Diklofenak

Diklofenak merupakan turunan asam fenilasetat yang relatif

nonselektif sebagai inhibitor COX. Efek samping terjadi pada

sekitar 20% dari pasien dan termasuk gangguan pencernaan,

perdarahan gastrointestinal okultisme, dan ulserasi lambung,

ulserasi dapat terjadi meskipun lebih jarang dibandingkan dengan

Page 9: Care Plan NSAID

beberapa NSAID lainnya. Diklofenak dengan dosis 150 mg

tampaknya mengganggu aliran darah ginjal dan laju filtrasi

glomerulus. Peningkatan aminotransferase serum dapat terjadi

lebih sering dengan obat ini dibandingkan dengan NSAID lainnya.

2. Diflunisal

Meskipun diflunisal berasal dari asam salisilat, tidak

dimetabolisme menjadi asam salisilat atau salisilat. Ini mengalami

siklus enterohepatik dengan reabsorpsi metabolit glukuronida yang

diikuti oleh pembelahan glukuronida untuk kembali melepaskan

bagian aktif. Dalam rheumatoid arthritis dosis yang dianjurkan

adalah 500-1000 mg sehari dalam dua dosis terbagi. Karena

ekskresi tergantung pada fungsi ginjal serta metabolisme hati, dosis

diflunisal itu harus dibatasi pada pasien dengan gangguan ginjal

yang signifikan (Katzung, 2007).

3. Etodolac

Etodolac adalah asam asetat rasemat derivatif. Obat ini

sedikit lebih COX-2-selektif daripada kebanyakan NSAID lainnya,

dengan COX-2: COX-1 aktivitas rasio sekitar 1:10. Tidak seperti

banyak NSAID rasemat lainnya, etodolac tidak mengalami inversi

kiral dalam tubuh. Dosis 200-400 mg etodolac adalah 3-4 kali

sehari. Meskipun telah diklaim sebagai penyebab toksisitas kurang

lambung dalam hal penyakit ulkus dibandingkan OAINS

nonselektif lainnya (Katzung, 2007).

4. Fenoprofen

Fenoprofen, turunan asam propionat, adalah NSAID paling

erat terkait dengan nefritis interstitial dan jarang digunakan

(Katzung, 2007).

5. Flurbiprofen

Flurbiprofen merupakan turunan asam propionat dengan

mekanisme mungkin lebih kompleks dari daripada NSAID lainnya.

(S) nya (-) menghambat COX nonselektif enansiomer. Kemanjuran

flurbiprofen pada dosis 200-400 mg sebanding dengan aspirin dan

Page 10: Care Plan NSAID

NSAID lainnya dalam uji klinis untuk pasien dengan rheumatoid

arthritis, ankylosing spondylitis, gout, dan osteoarthritis. dalam

cara yang paling, flurbiprofen juga berhubungan jarang dengan

kekakuan cogwheel, ataksia, tremor, dan mioklonus (Katzung,

2007).

6. Ibuprofen

Ibuprofen merupakan turunan asam phenylpropionic

sederhana. Dalam dosis sekitar 2400 mg sehari, ibuprofen adalah

setara dengan 4 g aspirin pada efek anti-inflamasi. Ibuprofen oral

sering diresepkan dalam dosis rendah (<2400 mg), memiliki

analgesik tapi tidak anti-inflamasi kemanjuran. Iritasi

gastrointestinal dan perdarahan terjadi, meskipun lebih jarang

dibandingkan dengan aspirin (Katzung, 2007).

7. Indomethacin

Indometasin adalah turunan indol, Ini adalah inhibitor COX

nonselektif ampuh dan juga dapat menghambat fosfolipase A dan

C, mengurangi migrasi neutrofil, dan mengurangi proliferasi sel T

dan sel B. Probenesid memperpanjang itu indometasin setengah-

hidup dengan pembersihan ginjal dan empedu baik menghambat.

Ini agak berbeda dari NSAIDs lain dalam indikasi dan toksisitas.

Indometasin diindikasikan untuk digunakan dalam kondisi rematik

dan sangat populer untuk gout (Katzung, 2007).

8. Ketoprofen

Ketoprofen merupakan turunan asam propionat yang

menghambat COX baik (nonselektif) dan lipoxygenase.

Administrasi bersamaan probenesid mengangkat tingkat

ketoprofen dan memperpanjang plasma paruh. Efektivitas

ketoprofen pada dosis 100-300 mg setara dengan NSAID lainnya

dalam pengobatan rheumatoid arthritis, osteoarthritis, encok dan

dismenore (Katzung, 2007).

Page 11: Care Plan NSAID

9. Ketorolac

Ketorolac adalah NSAID sistemik dipromosikan untuk

digunakan terutama sebagai analgesik, bukan sebagai obat anti-

inflamasi (meskipun AINS memiliki sifat khas). Obat ini efektif

analgesik dan telah berhasil digunakan untuk menggantikan

morfin dalam beberapa situasi yang melibatkan nyeri ringan

sampai sedang pascaoperasi (Katzung, 2007).

10. Asam Mefenamat Meclofenamate &

Meclofenamate dan asam mefenamat menghambat COX

baik dan fosfolipase A2 (Katzung, 2007).

11. Nabumetone

Nabumetone adalah NSAID nonacid yang digunakan saat

ini, waktunya akan diubah ke turunan asam asetat aktif dalam

tubuh. Hal ini diberikan sebagai prodrug keton yang menyerupai

naproxen (Katzung, 2007).

12. Naproxen

Naproxen adalah turunan asam naphthylpropionic. Ini

adalah satu-satunya NSAID saat ini dipasarkan sebagai

enansiomer tunggal, dan merupakan inhibitor COX nonselektif

(Katzung, 2007).

13. Oxaprozi

Oxaprozin lain NSAID turunan asam propionat, perbedaan

utama dari anggota lain dari subkelompok ini adalah sangat

panjang paruh (50-60 jam), meskipun oxaprozin tidak mengalami

sirkulasi enterohepatik (Katzung, 2007).

14. Fenilbutazon

Fenilbutazon, turunan pyrazolone yang jarang digunakan

saat ini karena toksisitas (Katzung, 2007).

15. Piroksikam

Piroksikam, kelompok oxicam, yang merupakan inhibitor

COX nonselektif dalam konsentrasi tinggi juga menghambat

Page 12: Care Plan NSAID

migrasi leukosit polimorfonuklear, penurunan produksi oksigen

radikal, dan menghambat fungsi limfosit. Piroksikam dapat

digunakan untuk indikasi rematik ringan (Katzung, 2007).

16. Sulindac

Sulindac adalah prodrug sulfoxide, yang diekskresikan

dalam empedu dan kemudian diserap dari usus. Siklus

enterohepatik memperpanjang durasi tindakan untuk 12-16 jam.

Di antara efek samping yang lebih parah, Stevens-Johnson

epidermal nekrolisis sindrom, trombositopenia, agranulositosis,

dan sindrom nefrotik (Katzung, 2007).

17. Tenoxicam

Tenoxicam adalah oxicam mirip dengan piroksikam

sebagai penghambatan COX nonselektif, panjang paruh (72 jam),

efikasi, dan profil toksisitas (Katzung, 2007).

18. Tiaprofen

Tiaprofen merupakan turunan asam propionat rasemat tetapi

bukan stereoconversion. Obat ini menghambat reabsorpsi asam

urat ginjal dengan demikian sedikit menurunkan serum asam urat

(Katzung, 2007).

19. Tolmetin

Tolmetin adalah inhibitor COX nonselektif dengan waktu

paruh pendek (1-2 jam) dan tidak sering digunakan (Katzung,

2007).

20. Azapropazone & Carprofen

Azapropazone (apazone), turunan pyrazolone, secara

struktural terkait dengan fenilbutazon tetapi tampaknya kurang

cenderung menyebabkan agranulositosis. Carprofen merupakan

turunan asam propionat dengan paruh 10-16 jam. Indikasi dan

efek samping dari azapropazone dan carprofen yang mirip dengan

NSAID lainnya (Katzung, 2007).

Page 13: Care Plan NSAID

d. Paracetamol

Paracetamol tidak memiliki efek sebagai antiinflamsi yang

bermakna, tetapi bnyak digunakan sebagai analgesik ringan bila

indikasi nyeri tanpa inflamsi. Paracetamol diabsorbsi baik secara oral

dan tidak menyebabkan iritasi lambung yang bemakna. Paracetamol

memiliki kekurangan berupa hepatotoksik yang mungkin terjadi

pada overdosis (Neal, 2005).

Tabel 3.1 Data half time, jumlah ekskresi di urin dan regimen dosis

beberapa obat NSAID (Katzung, 2007)

NSAID cenderung dibedakan berdasarkan toksisitas dan efektivitas.

Beberapa survei menunjukkan bahwa indometasin, tolmetin, dan

meclofenamate adalah NSAID berhubungan dengan toksisitas terbesar,

Page 14: Care Plan NSAID

sementara salsalate, aspirin, dan ibuprofen paling tidak berbahaya. Untuk

pasien dengan insufisiensi ginjal, salisilat nonacetylated mungkin yang

terbaik. Fenoprofen kurang sering digunakan karena nefritis interstisial.

Diklofenak dan sulindac berhubungan dengan terjadinya kelainan fungsi hati

uji dari NSAID lainnya. Selektif COX-2 inhibitor relatif lebih mahal dan

mungkin paling aman untuk pasien berisiko tinggi untuk perdarahan

gastrointestinal tetapi mungkin memiliki risiko lebih tinggi toksisitas

kardiovaskular. Celecoxib atau NSAID nonselektif atau misoprostol ditambah

omeprazol mungkin tepat pada pasien risiko tertinggi untuk perdarahan

gastrointestinal. Pemilihan NSAID sehingga membutuhkan suatu

keseimbangan efikasi, efektivitas biaya, keamanan, dan berbagai faktor

(misalnya, obat lain juga digunakan, komplikasi, kepatuhan, ekonomi),

sehingga menggunakan NSAID dengan tepat harus disesuaikan dengan

kondisi pasien (Katzung, 2007).

E. Drug Faktor

Pada resep tersebut tertulis nama obat paten Disudrin Drop dan Sanmol Drop,

di apotek Anggun tersedia obat tersebut.

1. Disudrin Drop

Komposisi :

Setiap 0,8 ml mengandung Pseudoefedrin HCl 7,5 mg (ISO, 2008).

Indikasi :

Untuk meringankan bersin-bersin dan hidung tersumbat karena pilek (ISO,

2008)

Farmakologi

Pseudoefedrin Hidroklorida bekerja pada reseptor alfa-adrenergik dalam

mukosa saluran pernapasan sehingga terjadi vasokonstriksi.

Page 15: Care Plan NSAID

Vasokonstriksi menyebabkan berkurangnya pembengkakan pada jaringan

mukosa sinus serta jalan napas pada hidung (Tatro, 2003).

Farmakokinetik

Pseudoefedrin diserap baik disepanjang GIT. Diekskresikan sebagian

besar tidak berubah diurin dengan sedikit dalam bentuk metabolit.

Memiliki waktu paruh sekitar 5 sampai 8 jam, sejumlah kecil yang

didistribusikan ke dalam ASI (Sweetman, 2007).

Dosis

Anak usia 3 – 12 bulan dosis per oral 0,6 ml/kg berat badan setiap 4-6 jam

(Tatro, 2003).

Efek samping

Gangguan pencernaan, sakit kepala, insomnia, eksitasi, tremor, takikardia,

aritmia, mulut kering, palpitasi, sulit berkemih (BNF, 2009 dan Tatro,

2003).

Kontra Indikasi dan Interaksi

Tidak boleh diberikan pada penderita yang peka terhadap simpatomimetik

lain (misal: efedrin, fenilpropanolamin, fenitefrin), penderita tekanan

darah tinggi berat, dan yang mendapat terapi obat antidepresan tipe

penghambat Monoamin Oksidase (MAO) (Tatro, 2003).

Perhatian

1. Hati-hati penggunaan pada penderita dengan gangguan fungsi hati dan

ginjal, glaukoma, hipertrofi prostat, gangguan jantung dan diabetes

mellitus.

2. Tidak dianjurkan penggunaan pada anak usia di bawah 2 tahun, wanita

hamil dan menyusui, kecuali atas petunjuk dokter.

3. Tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan.

4. Hati-hati penggunaan pada penderita tekanan darah tinggi atau yang

mempunyai potensi tekanan darah tinggi atau stroke, seperti pada

penderita dengan berat badan berlebih (over weight) atau penderita

usia lanjut.

5. Bila dalam 3 hari gejala-gejala tidak berkurang, segera hubungi dokter

atau unit pelayanan kesehatan.

Page 16: Care Plan NSAID

6. Hentikan penggunaan obat ini jika terjadi susah tidur, jantung

berdebar dan pusing.

(PIO, 2007)

Kemasan

Disudrin Oral Drops

Botol berisi 10 ml - No. Reg. DTL0214708236A1 (ISO, 2008)

Penyimpanan

Simpan pada suhu kamar (25 - 30 derajat C), terlindung dari cahaya (PIO,

2007).

Dibuat oleh:

PT Medifarma Laboratories, Inc.

PEDIATRICA

Bogor, Indonesia (ISO, 2008)

2. Sanmol Drop

Komposisi

Tiap 0.6 ml mengandung Paracetamol 60 mg (100 mg/ml) (ISO, 2008).

Indikasi

Meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigi, menurunkan

demam yang menyertai influenza dan demam setelah imunisasi (PIO, 2007)

Kontra Indikasi

1. Hipersensitivitas pada Paracetamol.

2. Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat

(PIO, 2007)

Page 17: Care Plan NSAID

Farmakologi

Mengandung paracetamol yang bekerja sebagai analgesik, bekerja dengan

meningkatkan ambang rangsang rasa sakit dan sebagai antipiretik, yang

bekerja langsung pada pusat penghantar panas di hipotalamus.

Dosis

Digunakan setiap 4-6 jam (maksimum 5 dosis per 24 jam)

< 4 bulan (2,7-5 kg) : 40 mg

4-11 bulan (5-8 kg) : 80 mg

12-23 bulan (8-11 kg) : 120 mg

2-3 tahun (11-16 kg) : 160 mg

(PIO, 2007)

1-3 bulan : 30-60 mg setiap 8 jam

3-12 bulan : 60-125 mg setiap 4-6 jam

(Sweetman, 2007)

Efek Samping

1. Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat menyebabkan kerusakan

hati.

2. Efek samping dalam dosis terapi jarang; kecuali ruam kulit, kelainan

darah, pankreatitis akut pernah dilaporkan setelah penggunaan jangka

panjang.

(PIO, 2007)

Perhatian

1. Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita penyakit ginjal.

2. Bila setelah 2 hari demam tidak menurun atau setelah 5 hari nyeri tidak

menghilang, segera hubungi unit pelayanan kesehatan.

3. Penggunaan obat ini pada penderita yang mengkonsumsi alkohol, dapat

mengakibatkan risiko kerusakan fungsi hati.

(PIO, 2007)

Page 18: Care Plan NSAID

Interaksi

1. Alkohol, antikonvulsan, isoniazid : Meningkatkan resiko hepatotoksis.

2. Antikoagulan oral : Dapat meningkatkan efek warfarin.

3. Fenotiazin : Kemungkinan terjadi hipotermia parah.

(PIO, 2007)

Penyimpanan

Simpan pada suhu kamar (25 - 30 derajat C), terlindung dari cahaya (PIO,

2007).

Kemasan

Sanmol Oral Drops

Botol berisi 15 ml (ISO, 2008)

Produsen

PT Sanbe Farma (ISO, 2008)

F. DRP (Drug Releated Problem)

DRP (Drug Related Program) adalah kejadian yang tidak diinginkan

oleh pasien yang terkena atau yang diduga terkena dalam terapi obatnya, yang

dapat mengganggu tercapainya tujuan terapi yang diinginkan, terdiri dari :

1. Tidak tepat indikasi (ineffective drug) obat yang diberikan tidak terlalu

efektif untuk indikasi, kondisi medis yang ada sukar disembuhkan dengan

terapi obat terpilih, bentuk sediaan yang diberikan tidak tepat

2. Need for additional drug therapy kondisi medis pasien membutuhkan

terapi obat awal, terapi obat preventif digunakan mengurangi timbulnya

gejala baru, pasien mempunyai gangguan kesehatan yang memerlukan obat

tetapi pasien tidak mendapatkan obat untuk indikasi tersebut, kondisi medis

pasien membutuhkan terapi tambahan untuk meningkatkan sinergisme efek

terapi

3. Pemilihan obat tidak tepat (unnecessary drug therapy) tidak ada

indikasi yang tepat dengan terapi obat yang diberikan, polifarmasi yang

seharusnya hanya butuh single therapy, kondisi medis pasien yang cukup

diberikan dengan terapi non farmakologi saja, obat yang diberikan untuk

Page 19: Care Plan NSAID

mengurangi efek samping obat lain, penyalahgunaan obat, alkohol, dan

merokok

4. Dosis terlalu rendah (dosage too low) dosis obat terlalu rendah untuk

memberikan respon terapi, interval dosis pemberian yang terlalu jarang

untuk menimbulkan respon terapi, terjadinya interaksi dengan obat lain

sehingga menurunkan absorbsi obat, durasi terapi obat dengan jangka

waktu terlalu pendek untuk menimbulkan respon terapi

5. Dosis terlalu tinggi (dosage too high) interval dosis pemberian yang

terlalu sering, durasi terapi obat dengan jangka waktu terlalu lama,

terjadinya interaksi dengan obat lain sehingga menimbulkan toksisitas

6. Efek samping obat (adverse drug reaction) obat yang menimbulkan

reaksi yang tidak diinginkan yang seharusnya tidak ada dalam indikasi

obat, obat yang aman dibutuhkan untuk mengatasi faktor resiko,

regimentasi dosis yang diberikan atau diubah terlalu cepat, obat

menimbulkan reaksi alergi, obat berkontraindikasi dengan faktor resiko

7. Ketidakpatuhan (noncompliance) pasien tidak memahami aturan pakai

obat, pasien tidak suka minun obat, pasien lupa minum obat, obat terlalu

mahal untuk pasien (psikososial, ekonomi, human error), pasien tidak bisa

menelan atau menggunakan obat, obat tidak tersedia

8. Interaksi antara obat-obat atau obat-makanan. (Cipolle, 2007).

G. Develop Care Plan

Untuk menjamin bahwa pasien dapat menggunakan obat dengan benar

sehingga kualitas hidupnya dapat meningkat, farmasis menyusun suatu care

plan. Dari pengobatan yang diterima pasien, ditemukan adanya DRP. Berikut

adalah tabel yang menunjukkan adanya DRP pada pengobatan pasien.

Page 20: Care Plan NSAID

Tabel 3.3 DRP Pengobatan Pasien serta Penyelesaian Terkait DRP tersebutNama Obat

DRP Kategori DRP Penyelesaian

Disudrin Drop dan Sanmol Drop

Sediaan berbentuk drop sirup, pasien terkadang belum memahami cara menggunakan pipet drop yang benar, sehingga dapat terjadi ketidaksesuaian dosis yang digunakan.

Over Doses dan under doses

Pasien diberi informasi cara menggunakan pipet drop yang benar meliputi pembacaan skala pipet drop yang tepat.

Sanmol Drop

Pasien adalah balita yang masih belum pernah mengkonsumsi obat paracetamol. Tidak diketahui riwayat alergi pasien.

Efek samping Obat

Bila terjadi alergi (kulit ruam dan kemerahan) segera menghubungi dokter untuk segera mendapat terapi pengobatan yang baru.

Tabel 3.4 Drug TherapyProblem (DTP)Drug Therapy

Problem(DTP)

Monitoring Penggunaan Obat (Mx)

RencanaTindakan Profesi (Ax)

Tidak memahami aturan minum obat

Memberikan informasi tentang cara minum obat yang benar saat penyerahan obat (waktu minum obat sebelum atau sesudah makan, cara mengunakan pipet drop yang benar)

Menghubungi pasien via telepon untuk menanyakan obat-obat yang sudah diminum pada saat jam makan dan dapat mendapat kesulitan dalam menggunakan pipet drop.

Efek yang tidak diinginkan

Memberikan informasi tentang efek samping yang paling sering muncul pada obat-obat tertentu dan tindakan yang harus dilakukan jika efek samping terjadi

Menghubungi pasien via telepon untuk menanyakan keadaannya setelah minum obat dalam 3 hari terakhir

Page 21: Care Plan NSAID

Penyerahan obat kepada pasien disertai pemberian informasi mengenai nama

dan jumlah obat, indikasi obat, bentuk sediaan, dosis dan aturan pakai obat, cara

penyimpanan, efek samping yang mungkin timbul dan cara mengatasinya,

makanan atau minuman yang harus dihindari, pemberian nomor telepon apotek

agar bisa dihubungi kembali oleh pasien. Namun tidak semua hal di atas

disampaikan. Hanya seperlunya saja bila pasien meminta lebih detail akan

dijelaskan.

Konseling yang diberikan pada pasien antara lain:

1. Resep terdiri dari 2 macam obat, yaitu Disudrin Drop yang digunakan

untuk pilek dan Sanmol Drop yang digunakan untuk panas pasien.

2. Disudrin Drop digunakan sehari tiga kali 0,2 CC dan Sanmol digunakan

sehari 3 kali 0,5 CC dapat digunakan bersamaan setelah makan.

3. Keduanya merupakan bentuk sediaan tetes drop. Sebagian orang masih

belum paham menggunakan pipet drop yang benar maka perlu memberikan

informasi seperti pembacaan skala pipet drop yang tepat untuk mencegah

kesalahan penggunaan.

4. Bila terjadi efek samping (ruam dan kemerahan di kulit) segera hubungi

dokter.

5. Obat disimpan di tempat sejuk, kering dan terhindar dari sinar matahari.

H. Implement The Care Plan

Tujuan dari pharmaceutical care adalah meningkatkan kualitas hidup pasien

melalui pencapaian outcome terapi yang diinginkan secara optimal. Outcome

terapi yang diinginkan dapat berupa :

Sembuh dari penyakit

Hilangnya gejala penyakit

Diperlambatnya proses penyakit

Pencegahan terhadap suatu penyakit

Untuk menjaminnya hal tersebut, maka dapat dilakukan penyerahan obat

pada pasien disertai dengan pemberian etiket dan informasi pada pasien.

Page 22: Care Plan NSAID

1. Label Disudrin Drop

2. Label Sanmol Drop

Apotek “ANGGUN”Jl. Raya Suko no 7-B Sidoarjo telp. (031)-71175554

Apoteker : Ratna Dewi., S.Si, Apt.SIK: KP 01. 01. 13. 7518

Tgl.25 Oktober 2011 No. 2508An. A

3 x sehari 0,2 CC/ bungkus (PILEK)Sebelum makan/sesudah makan

ɠ

Apotek “ANGGUN”Jl. Raya Suko no 7-B Sidoarjo telp. (031)-71175554

Apoteker : Ratna Dewi., S.Si, Apt.SIK: KP 01. 01. 13. 7518

Tgl.25 Oktober 2011 No. 2508An. A

3 x sehari 0,5 CC/ bungkus (PANAS)Sebelum makan/sesudah makan

ɠ

Page 23: Care Plan NSAID

I. Information sheet

Apotek “ANGGUN”

Jl. Raya Suko no 7-B Sidoarjo telp. (031)-71175554

Apoteker : Ratna Dewi., S.Si, Apt.

SIK: KP 01. 01. 13. 7518

Lembar Informasi

Nama : An. A

Usia : 5 bulan

Tgl : 25 Oktober 2011

Dokter : dr. U.S.A

No. Resep : 2508

1. Resep terdiri dari 2 macam obat, yaitu Disudrin Drop yang

digunakan untuk pilek dan Sanmol Drop yang digunakan untuk

panas pasien.

2. Disudrin Drop digunakan sehari tiga kali 0,2 CC dan Sanmol

digunakan sehari 3 kali 0,5 CC, dapat digunakan bersamaan setelah

makan dan diminum secara teratur.

3. Keduanya merupakan bentuk sediaan tetes drop. Sebagian orang

masih belum paham menggunakan pipet drop yang benar maka perlu

memberikan informasi seperti pembacaan skala pipet drop yang tepat

untuk mencegah kesalahan penggunaan.

4. Bila terjadi efek samping (ruam dan kemerahan di kulit) segera

hubungi dokter.

5. Obat disimpan di tempat sejuk, kering dan terhindar dari sinar

matahari.

Gambar 3.3 Information Sheet

Page 24: Care Plan NSAID

K. Monitor & review the Care Plan

Monitoring dan review adalah bagian dari pharmaceutical care untuk

mencapai tujuan akhir dalam meningkatkan taraf hidup pasien. Salah satu bentuk

monitoring yang bisa dilakukan oleh apoteker adalah dengan melakukan

percakapan via telepon dengan pasien untuk menanyakan kondisi pasien dengan

mengacu pada PMR (Patient Medication Record) atau catatan pengobatan Pasien

untuk review kesehatan pasien.

CATATAN PENGOBATAN PASIENApotek “ANGGUN”

Jl. Raya Suko no 7-B Sidoarjo telp. (031)-71175554Apoteker : Ratna Dewi., S.Si, Apt.

SIK: KP 01. 01. 13. 7518

Identitas PasienNama : An. AAlamat : -Telp. : -Jenis Kelamin : Laki-laki PerempuanTanggal Lahir : Usia 5 bulanPekerjaan : -Suku : JawaGolongan darah : - Berat badan : -Tinggi badan : -

Riwayat Alergi Ada Tidak adaa. Makanan : -b. Obat : -c. Lainnya : -

Riwayat Penyakit :

Riwayat Efek Samping Obat Ada Tidak adaNama obat, dosis, frekuensi Efek Samping

Page 25: Care Plan NSAID

Riwayat PengobatanI. Dengan Resep

No Tgl. &No R/

Data Dokter

Nama / Kekuatan

ObatJmlh Aturan

Pakai DRP Penyelesaian

1.

25/10/112508

dr. U.S.A

Disudrin Drop (7,5

mg/0.8 ml)

1 botol

3 dd 0,2 cc

Over Doses dan under doses

Informasi Penggunaan pipet drop

Sanmol Drop

(100mg/1ml)

1 botol

3 dd 0,5 cc

1.Over Doses dan under doses2.ESO

1.Informasi Penggunaan pipet drop.2.Bila terjadi segera hubungi dokter

Page 26: Care Plan NSAID

Continous Professionalism Development

A. Individual Learning Plan

Panduan pelaksanaan yang jelas dan mendalam dibutuhkan mahasiswa

tingkat profesi karena mahasiswa belum memiliki gambaran yang utuh sebelum

melaksanakan praktek kefarmasian. Dengan adanya rencana belajar, maka

kesempatan emas selama BPP dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin,

dengan mengoptimalkan segala kesempatan dan kemampuan yang ada untuk

mencapai hasil belajar yang maksimal.

B. Writing Individual Learning Portofolio

Portofolio merupakan suatu pencatatan rekaman harian yang diperlukan

dalam proses belajar selama melaksanakan PKP Farmasi Komunitas. Dengan

menuliskan pengalaman pada saat PKP di portofolio, penulis dapat mengetahui

dan mengelompokkan beberapa kejadian yang penulis alami dan penulis amati

dalam bidang learning outcomes yang sangat penting dalam penentuan praktek

profesi kefarmasian. Terkadang fakta di lapangan tidak sesuai dengan teori dan ini

menuntut seorang apoteker mengambil keputusan profesi dalam menyelesaikan

fakta atau masalah yang timbul di lapangan.

Dari proses learning portofolio, pembelajaran penting yang dapat diambil

adalah sebagai berikut :

1. Seorang Apoteker yang ingin membuka praktek kefarmasian di apotek harus

memahami aturan yang ditetapkan, baik oleh pemerintah pusat maupun

daerah.

2. Pengadaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan untuk pelayanan

kefarmasian pada dasarnya ditentukan oleh frekuensi (untuk menghindari

barang yang awalnya bersifat fast moving bisa menjadi dead moving) dan

kecepatan sirkulasi (moving), bukan berorientasi pada jumlah. Dengan kata

lain, pengadaan lebih berorientasi pada pola konsumtif.

3. Seorang Apoteker harus memiliki dedikasi yang tinggi, berdisiplin, dan life

long learner.

4. Professional judgement dalam memberikan pelayanan kepada pasien sangat

diutamakan.

Page 27: Care Plan NSAID

C. Writing Outcomes Presentation

Berikut ini ringkasan capaian hasil belajar yang diperoleh selama PKP

Farmasi Komunitas di Apotek sesuai dengan 7 bidang learning outcomes dan

dipandu dengan learning checklist dimana arti dari angka-angka sebagai berikut :

0 = zero position = mengetahui secara teoritis

1= understanding = memahami berdasarkan penjelasan atau petunjuk

2 = looking = mengamati secara langsung

3 = doing = melakukan sendiri dengan pengawasan

4 = experience = dipercaya melakukan sendiri

Antara lain 7 bidang learning outcomes, yang dilaksanakan selama PKP adalah:

1. Professional Judgement

Kompetensi Deskripsi BelajarLearning checklist

0 1 2 3 4

Pengadaan

Melakukan pemesanan perbekalan

kefarmasian√ √ √

Melakukan penerimaan

perbekalan kefarmasian√ √ √ √

Melakukan penyimpanan dan

pencatatan perbekalan

kefarmasian

√ √ √ √ √

Melakukan pelaporan penggunaan

obat narkotika dan psikotropika√ √ √

Pelayanan resep

Melakukan penyiapan obat-obatan

baik bukan racikan dan racikan

sesuai dengan resep

√ √ √ √ √

Melakukan penerimaan resep dan

assessment pasien√ √ √ √ √

Melakukan penandaan etiket dan

copy resep√ √ √ √ √

Melakukan penyerahan obat

kepada pasien disertai KIE√ √ √ √ √

Pelayanan Melayani kebutuhan obat sesuai √ √ √ √ √

Page 28: Care Plan NSAID

kebutuhan

pasien

permintaan pasien

Melayani kebutuhan obat sesuai

keluhan pasien√ √ √ √ √

Memenuhi kebutuhan informasi √ √ √ √

2. Pharmaceutical Care

Deskripsi belajarLearning checklist

0 1 2 3 4

Menyerahkan obat

kepada

penderita/customer

disertai informasi

Membuat “patient information

sheet (Ix)” untuk diberikan

kepada customer sebagai

bentuk uraian lebih lanjut dan

luas dari label/etiket

√ √ √

Berdialog, belajar percaya diri

untuk berperan sebagai

konsultan memberikan

informasi (Ix) dan konseling

dengan customer.

√ √ √ √

Menyusun care

plan

Menulis (atau melengkapi dan

melanjutkan) data penderita

(patient medication record =Nx)

sehubungan dengan kasus terapi

obat yang terakhir diserahkan

(Tx).

√ √ √ √

Menulis rencana asuhan (care

plan) , yaitu catatan rencana

aktivitas monitoring (Mx) dan

solusi/tindakan

lanjut/actualisasi (Ax), setelah

obat yang terakhir diserahkan.

√ √ √ √

Monitoring terapi,

melalui

komunikasi

Berkomunikasi melalui telepon

(interpersonal oral

communication)

√ √

Page 29: Care Plan NSAID

telepon dan

kunjungan kepada

penderita

Melakukan kunjungan kerumah

(monitoring for assurance drug

usage and safety)

√ √

Berkomunikasi dengan dokter (

confirmation goal of therapy

and medicines)

√ √

patient

medication record Mencatat terapi dan care plan √ √

3. System Management

Kompetensi Deskripsi belajarLearning checklist

0 1 2 3 4

Be a manager

1. Pharmaceuticals (FIFO) √ √ √ √ √

2. Facilities (Eficiency) √ √ √

3. Finance (Accountable) √ √ √ √

4. Human resource

(Productivity)√ √

5. Customer services

(Satisfaction)√ √ √ √ √

4. Practice Business Plan

Kompetensi Deskripsi belajarLearning checklist

0 1 2 3 4

Rencana strategis Mampu menyusun rencana

strategis berdasarkan analisis

SWOT, menentukan visi, misi,

tujuan, dan manfaat pendirian

apotek

√ √ √ √ √

Sistem manajemen Menyusun dokumen rencana

manajemen kefarmasian di

apotek untuk berbagai bidang

√ √ √ √ √

Page 30: Care Plan NSAID

kewajiban sebagai sistem

layanan barang dan jasa

(modal, ketenagaan,

perbekalan kefarmasian,

administrasi keuangan dan

pelaporan, pengembangan)

Rencana

menjalankan

praktek profesi

Menyusun naskah kerangka

konseptual dan operasioanal

praktek profesi farmasi

komunitas langsung kepada

klient. (Pelayanan obat dengan

resep, non resep)

√ √ √ √ √

Membuka praktek

profesi di Apotek

Menyusun kumpulan

dokumen dan borang yang

diperlukan untuk membuka

praktek profesi di apotek

√ √ √ √ √

5. Public Health

Kompetensi Deskripsi belajarLearning checklist

0 1 2 3 4

Prepare public

health

information

Membuat leaflet yang berisi

tentang informasi kesehatan √ √ √ √ √

Implement

Pharmaceutical

Public Health

Profession Action

(public health

initiative activity)

Perencanaan aksi kepedulian

terhadap lingkungan kesehatan

masyarakat sekitar.

Penyuluhan penggunaan obat

yang benar dan baik kepada

masyarakat bekerjsama dengan

RT/RW-Lurah

Practice experince in primary

health care services.

Page 31: Care Plan NSAID

Bakti sosial ke kelompok

masyarakat yang membutuhkan√

6. Research and Development

Kompetensi Deskripsi belajarLearning checklist

0 1 2 3 4

Prepare document-

based Research’s

Plan

Pharmacoeconomy: Cost –

(benefit, effectiveness,

minimazation, utility) Analysis

√ √

Pharmacoepidemiology (the use of

and effect of drugs in large

number of people), in area of

acute/infectious and/or chronic

disease.

√ √ √ √ √

Pharmacogenomic (

personalized / individual

prescription/medication )

√ √

Prepare people-

based Research’s

Plan

Customer (client / patient)

Satisfaction√ √

Pharmacovigilance ( side

effect, safety monitoring/report)√ √

Public health locally “initiative

policy”√ √

7. Continous Profesionalism Development

Kompetensi Deskripsi belajarLearning checklist

0 1 2 3 4

Learning

Portfolio

Development

Individual learning plan

(learning objective and road

map)

√ √ √ √ √

Writing individual learning

portfolio (daily learning

√ √ √ √ √

Page 32: Care Plan NSAID

record)

Writing learning outcomes

presentation (reflection and

report)

√ √ √ √ √

Learning

Reflection and

Improvement

Sharing the learning

achievement in the forum (to

collegeous)

√ √ √ √ √

Access new information

(advance, deep and relevance)√ √ √ √ √

Writing new learning plan issue

for continuing self development√ √ √ √ √

Kesimpulan :

1. Berdasar dari hasil learning checklist di atas maka dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar outcomes belajar dapat dicapai selama BPP

2. Outcomes yang dicapai selama BPP adalah melalui kegiatan mengetahui,

memahami, mengamati atau merekam proses, melakukan sendiri di bawah

bimbingan preceptor maupun dipercaya untuk melaksanakan suatu proses

praktik kefarmasian di apotek.

3. Dengan membuat learning checklist maka mahasiswa akan mengetahui

tahapan capaian belajar yang telah dilaksanakan selama BPP

Saran :

Penyatuan ide dan standar yang jelas antar dosen pembimbing dan pengelola

program profesi akan mempermudah mahasiswa dalam pengerjaan tugas dan

menjalani program profesi.

D. Sharing The Learning Achievement In The Forum

Dari proses learning share, pembelajaran penting yang dapat diambil

adalah sebagai berikut :

Page 33: Care Plan NSAID

a. Sistem pengadaan di setiap apotek sangat bervariasi disesuaikan dengan

kebutuhan dan kondisi apotik (ex : sistem tender dan sistem lelang)

b. Apotik Rumah Sakit memiliki SOP yang jelas dalam melakukan semua

kegiatan di manajerial di apotik, hal ini sangat berbeda dengan Apotik Swasta

yang belum memilik SOP yang jelas (ex : perencaaan dan pengandaan obat

dan alat kesehatan).

E. Access New Information

Dengan adanya hubungan kerjasama antara distributor dan pihak apotek

Anggun, maka apotek Anggun dapat segera menyesuaikan terhadap adanya

perubahan harga beberapa produk obat yang berasal dari salah satu produsen

sediaan obat, sehingga produk-produk dari produsen tersebut yang sudah ada di

apotek Aggun dapat segera disesuaikan harganya mengikuti perubahan harga yang

telah diumumkan oleh distributor dari produsen tersebut.

F. Writing New Learning Plan Issue for Continuing Self Development

Untuk dapat melayani masyarakat, penulis perlu mengembangkan soft skill

yaitu kemampuan berkomunikasi dengan ramah dan sabar dalam menjelaskan

sesuatu kepada pasien. Juga bagaimana dapat memahami kondisi pasien sehingga

tidak mudah emosi apabila menemui pasien yang cerewet atau sedang emosi.

Selain itu, penulis juga akan belajar berkomunikasi yang baik dengan

tenaga kesehatan yang lain, khususnya dokter dalam memberikan informasi

terkait obat