146063167 Farmakologi Eksperimental Pengaruh Cara Pemberian Terhadap Absorbsi Obat
Cara Pemberian Obat
-
Upload
addina-ainul-haq-otf -
Category
Documents
-
view
136 -
download
11
Transcript of Cara Pemberian Obat
CARA PEMBERIAN OBAT
• BENTUK SEDIAAN OBAT
SEDIAAN PADAT
• TABLET
• KAPLET
• KAPSUL
• PIL
• GRANULA
• BOLI
• BENTUK SEDIAAN OBAT
SEDIAAN SEMI PADAT
• SALEP
• KRIM
• GEL
• SUPOSITORIA
• BENTUK SEDIAAN OBAT
SEDIAAN CAIR
• SIRUP
• LARUTAN
• SUSPENSI
• EMULSI
• SISTEM SAL. CERNA
1. ENTERAL
Rongga mulut-poros usus
contoh:oral,sublingual,
bukal, rektal
2. PARENTRAL (Diluar sal cerna)
Contoh : topikal, inhalasi, suntikan
• SISTEM KARDIOVASKULER
1. INTRAVASKULER
(lgs ke pemb.darah)
Contoh : intravena, intratekal, intrakardial
2. EKSTRAVASKULER
Contoh : i.m. (intramuskuler=otot), s.c (subkutan= dibawah
kulit)., i.p. (intraperitoneal= rongga perut), peroral, inhalasi
• CARA ORAL
KEUNTUNGAN:
• Relatif aman
• Praktis
• Ekonomis
• Kerugian cara oral
• Timbulnya efek lambat
• Tidak bermanfaat utk pasien: sering muntah, diare,
tdk sadar, tdk kooperatif
• Utk obat iritatif dan rasa tdk enak penggunaannya
terbatas
• Obat yang inaktif/terurai oleh cairan
lambung/usustidak bermanfaat (penisilin G,
insulin)---- ELP (Efek Lintas Pertama)
• Obat absorbsi tidak teratur
• SUBLINGUAL
Cara: Obat diletakkan di bawah lidah yg kaya akan
pembuluh darah
KEUNTUNGAN ???
1. Efek obat cepat
2. Kerusakan obat di saluran cerna & metabolisme di
dinding usus dan hati dpt dihindari (tdk lewat vena
porta)
CONTOH:
Nitrogliserin (angina pektoris
Isoprenalin (asma bronkial)
• CARA REKTAL
Tujuan:
1. Efek lokal
2. Efek sistemik
KAPAN???
Bila obat oral sulit/tdk dpt dilakukan krn:
• Iritasi lambung
• Terurai di lambung
• Tjd efek lintas pertama
• Contoh : Asetosal, parasetamol, indometasin,
teofilin, barbiturat
FAKTOR YG MEPENGARUHI ABSORBSI???
1. Btk sediaan
2. Basis suppo
3. Materi tinja
4. Pelepasan obat
• CARA PARENTRAL
(Obat dimasukkan ke dlm tubuh selain sal cerna)
KEUNTUNGAN:
1. Dpt utk pasien yg tidak sadar, sering muntah
diare,, yg sulit menelan/pasien yang tdk kooperatif
2. Dpt utk obat yg mengiritasi lambung
3. Dpt menghindari kerusakan obat di sal cerna dan
hati
4. Bekerja cepat dan dosis ekonomis
KELEMAHAN
1. Kurang aman
2. Tidak disukai pasien
3. Berbahaya( suntikan---infeksi)
• KULIT
TUJUAN:
• EFEK LOKAL (Jaringan sasaran)
• EFEK SISTEMIK ---tempat kerja sistemik.
(Transdermal therapeutic system)
contoh :
skopolamin---mabuk jalan
nitrogliserin----angina pektoris
Absorbsi tergantung:
• Sifat fisika kimia obat
• Kondisi kulit
• Jenis bahan pembawa
Penghalang Absorbsi: STRATUM KORNEUM
• kulit
JENIS PEMBERIAN
1. TRANSEPIDERMAL (menembus epidermis)----
intraseluler dan interseluler
2.TRANSAPENDAGEAL (lewat alat tambahan kulit)----
transfolikuler, klj minyak,kelenjar keringat
• INHALASI
(memasukkan obat ke sal. nafas)
TUJUAN : EFEK LOKAL& SISTEMIK
KEUNTUNGAN:
1. Absorbsi tjd cepat & homogen---perm. Absorbsi
luas
2. Kadar obat dpt dikontrol
3. Terhindar dari efek lintas pertama
4. Dpt diberikan lgs pd bronkus-----asma bronkial
• inhalasi
KERUGIAN
• Diperlukan alat & metoda khusus
• Sukar mengatur dosis
• Sering mengiritasi epitel paru ---sekresi sal nafas
• Toksisitas pd jantung. paru--- v. pulmunal---atrium
kiri
CONTOH:
GAS: oksigen----anoksia
UAP: eter---- anestesi, amilnitril---angina
AEROSOL : Adrenalin ----asma
•
SUNTIKAN (INJEKSI)
Diberikan bila:
• Obat tidak diabsorbsi di sal. Cerna
• Dibutuhkan kerja cepat
• suntikan
1. Intradermal (mll dermis)
2. Subkutan (dibawah kulit)
• syarat : tdk iritatif
• Absorbsi S.C< I.M krn suplai darah dlm jaringan
kulit lbh sedikit drpd jar otot.
3. Intravena (lewat vena). Berguna utk obat iritatif dan lar
hipertonis ---efek cepat.
4. Intraarterial ( lewat p.d arteri)
5. Intra tekal (lewat R. subarachnoid)
6. Intramuskuler (Lewat otot)
• SUNTIKAN
6. INTRAMUSKULER (LEWAT OTOT)
Tempat penyuntikan
• Pantat (gluteus maximus)
• Lengan bag. Atas (deltoid)
• Paha (vastus lateralis)
Sakit---oki dipilih yg tidak dekat syaraf
7. INTRAPERITONEUM( lewat rongga perut)
8. INTRAMEDULER (lewat sumsum tulang)
9. INTRAARTIKULER (LEWAT SENDI)
BENTUK SEDIAAN OBAT
• FARMAKOLOGI
• FAKULTAS KEDOKTERAN
• UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
• 2011
Defenisi Yang Berhubungan dengan Obat
• Obat adalah zat aktif berasal dari nabati,
hewani, kimiawi alam maupun sintesis dalam
dosis atau kadar tertentu dapat dipergunakan
untuk preventif (profilaksis), rehabilitasi, terapi,
diagnosa terhadap suatu keadaan penyakit pada
manusia maupun hewan.
• zat aktif tersebut tidak dapat dipergunakan
begitu saja, sebagai obat terlebih dahulu harus
dibuat dalam bentuk sediaan. Oleh karena itu
muncul sediaan pil, tablet, kapsul, sirup,
suspensi, supositoria, salap dan lain-lain.
• Obat jadi yaitu suatu obat yang telah melalui
seluruh tahap proses pembuatan.
• Bentuk sediaan obat adalah sediaan farmasi
dalam bentuk tertentu sesuai kebutuhan,
mengandung satu zat aktif atau lebih dalam
pembawa yang digunakan sebagai obat dalam
ataupun obat luar.
• Obat paten atau specialite adalah obat milik
perusahaan tertentu dengan nama khas yang
diberikan produsennya dan dilindungi hukum,
yaitu merek terdaftar (proprietary name).
• Obat generik (generic name) adalah obat dengan
nama umum tanpa melanggar hak paten obat
bersangkutan.
• Obat generik berlogo yaitu obat yang diprogram
oleh pemerintah dengan nama generik yang
dibuat secara CPOB (Cara Pembuatan Obat yang
Baik). Harga obat disubsidi oleh pemerintah. Logo
generik menunjukkan persyaratan mutu yang
ditetapkan oleh MenKes RI.
• Obat esensial adalah obat yang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat banyak dengan nama generik
atau resmi untuk pelayanan kesehatan masyarakat
banyak, terutama di rumah sakit atau puskesmas,
tercantum dalam DOEN dan ditetapkan oleh
MenKes RI.
Manfaat Bentuk Sediaan Obat
Bentuk sediaan obat sangat bermanfaat, yaitu antara lain :
• Menjaga stabilitas bahan berkhasiat yang
dikandungnya
• Ketetapan takaran/dosis pemakaian obat setiap
kali pemberian
• Praktis, aman dan menyenangkan dalam
pemakaian, karena BSO disesuaikan dengan rute
pemberian
• Menentukan angka bioavailabilitas
• Menentukan onset of action and duration of action
• Dokter bebas menentukan pilihan sediaan untuk
pasien
• Dapat ditentukan mutunya dan mudah diawasi
• Dapat dijadikan komoditi ekonomi.
Bentuk sediaan obat (BSO), dapat dibagi dalam
beberapa bentuk, sebagai berikut :
A. Sediaan Padat, terdiri dari :
1. Serbuk
Serbuk adalah obat-obat baik tunggal ataupun
merupakan campuran obat-obat yang halus, terbagi rata,
kering dan digunakan baik untuk pemakaian dalam maupun
pemakaian luar.
Syarat-syarat serbuk adalah :
• Halus
• Homogen
• Kering
Serbuk dapat dibedakan atas :
a. Pulvis
Pulvis adalah serbuk yang tidak dibagi-bagi
digunakan untuk pemakaian dalam maupun pemakaian
luar. Pulvis untuk pemakaian dalam hanya terbatas pada
obat yang relatif tidak poten
b. Pulveres
Pulveres adalah serbuk yang dibagi dalam
bungkus-bungkus sebagai dosis pemakaiannya dan hanya
digunakan untuk pemakaian dalam. Serbuk terbagi
dibungkus dengan kertas perkamen.
Keuntungan sediaan serbuk :
• Bahan dan dosis obat dapat divariasi agar cocok
dengan pasien tertentu
• Lebih stabil dibandingkan sediaan cair
• Penyebaran dan absorpsi berlangsung lebih cepat
Kerugian :
• Rasa dan bau tidak dapat ditutupi
• Tidak semua obat dapat diberikan dalam bentuk
serbuk misalnya obat yang saling bereaksi satu
sama lain.
2. Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat
dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut . Dalam
praktek pelayanan resep di apotik, kapsul cangkang keras di
isi dengan tangan.
Keuntungan sebagai berikut :
-.Pembebasan dan absorpsi obat dalam saluran
pencernaan cepat
-.Obat-obat dapat bervariasi untuk kepentingan pasien
-.Dapat diberikan dosis yang tepat untuk suatu pengobatan.
•
• Kerugian :
Sukar diberikan kepada anak-anak dan
pasien yang sukar menelan
Obat bentuk kapsul perlu untuk :
• Mencegah bau yang tidak enak
• Mencegah rasa yang tidak enak
• Mencegah kerusakan obat karena udara
3. Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan
obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Keuntungan (bila diformulasi dengan baik) :
• Dosis obat teliti dan stabil
• Memenuhi sifat fisika dan kimia untuk waktu
yang diperlukan
• Pembebasan yang khas dapat diberikan
• Rasa dan iritasi pada lambung dapat dihindari
• Praktis dalam penggunaan dan penyimpanan.
Kerugian :
• Tidak dapat diberikan pada anak-anak dan
pasien yang parah
• Kadang-kadang sifat-sifat umum suatu obat
tidak dapat diharapkan efektif.
Tablet per oral
Diabsorpsi pada saluran pencernaan, yang
termasuk golongan ini adalah :
Tablet umum
Tablet untuk penggunaan per oral, baik yang
dihancurkan dalam air atau langsung ditelan, yang bahan
aktifnya dalam saluran pencernaan diabsorpsi atau bekerja
local (antasida).
Tablet kunyah
Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah,
memberikan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut,
mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak
enak. Jenis tablet ini digunakan dalam formulasi tablet
untuk anak, terutama formulasi multivitamin, antasida, dan
antibiotik tertentu.
Tablet berlapis banyak
Tablet dengan beberapa lapisan atau tablet dalam
tablet, lapisan dalam menjadi inti dan lapisan luarnya
disebut kulit.
Tujuan tablet berlapis banyak :
-.Untuk memisahkan bahan obat berbeda satu
sama lain karma tidak tersatukan.
-.Untuk menyediakan obat dan pelepesannya
dalam dua tingkatan atau lebih untuk
mendapatkan suatu kerja diperpanjang.
Tablet berbuih (tablet efervesen)
Kombinasi utama dari tablet efervesen adalah
kombinasi antara senyawa asam yakni asam sifrat atau
asam tartat ataupun kombinasi dari keduanya dengan
senyawa basa yakni Natrium Bikarbonat. Tablet efervesen
sebelum ditelan dilarutkan dalam air, sehingga
menghasilkan gas karbondioksida (CO2).
Tablet bersalut
Yang termasuk tablet bersalut antara lain :
• Tablet salut biasa
Umumnya tablet disalut dengan gula, tetapi
penyalutan dengan gula mempunyai beberapa kelemahan
sehingga menyebabkan penggunaan salut selaput lebih
diterima.
• Tablet selut-enterik
Jika obat dapat rusak atau inaktif karena cairan
lambung atau dapat mengeritasi mokosa lambung,
diperlukan bahan penyalut enterik, yang bertujuan untuk
menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung.
• Tablet depo
Termasuk tablet yang pelepasan obatnya
dikendalikan dengan tujuan untuk memperpanjang efek
terapi (kerja obat) dengan cara merancang tablet
melepaskan obatnya secara perlahan-lahan.
Tablet Oral
Tablet oral dapat dibedakan :
a. Yang diabsorpsi secara langsung melalui mukosa
mulut dan menghasilkan efek sistematik
b. Umumnya bekerja lokal sekitar mulut atau
tenggorokan, tetapi dapat juga ditujukan untuk
absorpsi sistematik setelah ditelan.
Yang termasuk tablet oral adalah :
Tablet hisap (Lozenges)
Tablet umumnya ditujukan untuk pengobatan
iritasi atau infeksi mulut atau tenggorokan, tetapi dapat
juga mengandung bahan aktif yang ditujukan untuk
absorpsi sistematik setelah ditelan. Kebanyakan tablet
hisap mengandung anti septik, anestesi lokal,
ekspetoransia. Yang termasuk juga tablet hisap adalah
pastiles dan trockes.
Tablet sublingual
Tablet sublingual digunakan dengan cara
meletakkan tablet dibawah lidah, sehingga zat aktif diserap
secara langsung melalui mukosa mulut. Cara ini berguna
untuk penyerapan obat yang dirusak saluran pencernaan
atau sedikit sekali diabsorpsi oleh saluran pencernaan.
Contoh: Nitrogliserin. Tablet ditaruh dibawah lidah akan
melarut segera untuk memberikan efek obat dengan cepat.
Tablet bukal
Tablet bukal digunakan dengan cara meletakan
tablet diantara pipi dan gusi, sehingga zat aktif diserap
langsung melalui mukosa mulut.
Contoh yang penting diberikan dengan cara ini senyawa
hormon steroid (seperti tablet progesteron).
Kebaikan tablet sublingual dan bukal :
• Terhindar dari ²First pass effect”.
• Angka bioavailabilitas tinggi, efek terapi mudah
tercapai.
Keburukan tablet sublingual dan bukal:
• Kemungkinan salah dalam cara pemakaian, yaitu
obat tidak didiamkan terlebih dahulu di dalam
mulut tapi langsung ditelan sehingga akibatnya
efek terapi sulit dicapai.
• Rasa dan bau kurang enak sulit dihindarkan.
Tablet Dengan Pelepasan Terkendali
Tablet dengan pelepasan terkendali terdiri dari
tablet depo dan bentuk kerja diperlambat.
A. Tablet depo dapat dibedakan
a. Sustained – release (sustained-action atau
pembebasan bahan aktif berlanjut)
Keunggulan tipe bentuk sediaan ini
menghasilkan kadar obat dalam darah yang merata tanpa
perlu mengulangi pemberian unit dosis, pengaruhnya
biasanya berlangsung 8 sampai 12 jam. Obat sustained –
release cocok untuk pengobatan penyakit kronik dari
penyakit yang akut.
b. Repeat – release (repeat-action atau bentuk kerja
berulang)
Berupa tablet khusus dibuat sedemikian
rupa supaya dosis awal dari obatnya dilepaskan dari kulit
tablet, sedangkan dosis kedua dari inti tablet. Yang diantara
keduanya dipisahkan oleh salut penyekat yang perlahan-
lahan tenbus air. Tablet semacam ini memungkinkan
pelepasan dua dosis obat dari sebuah tablet, sehingga
mengurangi makan obat yang berulang kali.
c. Prolonged – release (prolonged-action atau
pembebasan bahan aktif diperpanjang)
Bentuk sediaan prolonged-release yang
menahan pelepasan obat, frekuensi penggunaan harus
lebih sedikit dari pada bentuk obat dengan bentuk sediaan
biasa.
B. Bentuk kerja diperlambat (delayed-release)
Tablet salut enterik
Pelepasan obat dari sediaannya dapat dengan
sengaja diperlambat supaya obat dapat sampai pada usus
mengingat beberapa alasan :
• Untuk obat yang dirusak pada cairan lambung
• Untuk obat yang menimbulkan rangsang (iritasi)
yang berlebihan pada lambung
• Obat yang menimbulkan rasa mual
• Obat yang diabsorpsi lebih baik dalam usus dari
pada dalam lambung.
4. SUPOSITORIA
Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai
bobot dan bentuk yang diberikan melalui rektal, vagina
atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut
pada suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak sebagai
pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat
terapetik yang bersifat lokal atau sistematik.
Keuntungan :
• Dapat diberikan pada pasien muntah-muntah dan
tidak sadar
• Dapat menghindari kerusakan oleh enzim
pencernaan
• Dapat menghindari biotrasformasi dihepar
• Dapat menghindari iritasi lambung oleh obat
• Lebih sesuai untuk digunakan oleh pasien dewasa,
anak-anak dan bayi yang tidak dapat atau tidak
mau menelan obat.
Kerugian :
• Kurang cocok untuk daerah tropik
• Dapat menimbulkan iritasi
Supositoria diberikan apabila :
• Pemberian per oral tidak mungkin
• Pasien tidak dapat minum obat itu
• Diinginkan kerja yang lama dari obat.
Macam Supositoria :
• Supositoria memberikan efek lokal dan sistemik
(dubur)
• Ovula memberikan efek lokal (vagina)
• Beccilla memberikan efek lokal (urethra)
B. SEDIAAN SETENGAH PADAT ( SEMI SOLID )
Unguenta = ointment = salep
a. Penggolongan salep menurut konsistensinya
• Salep : adalah sediaan dengan konsistensi kuat
yang jika dioleskan diatas kulit akan melunak dan
membentuk suatu lapisan penutup pada
permukaan kulit
• Cream : - Adalah salep yang banyak mengandung
air tidak kurang dari 60%
- Mempunyai konsistensi lebih lembut
dan halus dari salep asli
-.Berupa emulsi dan biasanya dari tipe yang
mudah dicuci dengan air
-.Biasanya digunakan pada daerah yang
terangsang dan sensitif.
• Pasta :
-.Adalah salep kental kaku, biasanya tidak meleleh
pada suhu tubuh
-.Membentuk lapisan pelindung didaerah yang
dioleskan
-.Mengandung zat padat lebih besar dari 50%.
• Jelly :
- Adalah selep yang lebih halus, umumnya cair
- Mengandung sedikti atau tanpa lilin
- Dipergunakan terutama pada membran mukosa, sebagai
pelicin atau basis.
b. Penggolongan salep menurut terapi berdasarkan daya
penetrasinya
Salep epidermis
– Dimaksudkan hanya bekerja dipermukaan
kulit untuk menghasilkan efek lokal
– Diharapkan tidak diserap dan berlaku
sebagai pelindung, antiseptik,
adstringens, parasiticed, counterirritant.
– Dasar salep yang kerap dipakai ialah
vaselin.
Salep endodermis
-. Dimaksudkan untuk melepaskan obat agar memasuki
kulit tetapi tidak menembus kulit
-. Diserap sebagian saja dan berlaku sebagai emollient,
stimulant, anodyna dan lokal irritant
-. Dasar salep yang terbaik adalah minyak tumbuh-
tumbuhan dan lemak alami.
Salep deadermis
-. Dimaksudkan untuk melepaskan obat menembus kulit
dan menimbulkan efek konstitusi (yang mendasar)
Penggolongan salep menurut terapi tidak dapat dipastikan
karena akan dipengaruhi oleh faktor-faktor :
• Keadaan kulit penderita
• Ukuran penggunaan
• Lama kontak salep dengan kulit
• Tingkat gesekan yang dilakukan dalam
penggunaan
Oculenta = salep mata
Adalah salep steril untuk pengobatan mata
menggunakan dasar salep yang cocok.
• Kebaikan :
• Waktu kontak zat aktif obat
dengan mata bertambah
dibandingkan dengan guttae
• Harga lebih murah
• Sediaan lebih stabil
• Keburukan :
• Pandangan kabur karena
pengaruh dasar salap
• Kurang nyaman di mata
Tujuan pemberian obat bentuk pasta adalah :
a. Menyerap eksudat dari kulit yang luka/infeksi,
karena adanya bahan porous yang dapat
menyerap cairan.
b. Mengurangi atau menghilangkan rasa gatal pada
kulit.
c. Menfixer/melengketkan obat pada kulit, sehingga
dapat terlaksana kontak obat dengan kulit.
d. Dapat memberikan rasa sejuk karena mengandung
air.
C. SEDIAAN CAIR
Sediaan cair dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Solutiones (larutan)
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung
satu atau lebih bahan obat yang larut. Biasanya dilarutkan
dalam air. Sediaan ini dapat digunakan untuk pemakaian
dalam atau pemakaian luar.
Solusio terbagi dua, yaitu solusio obat dalam (per-
oral) dan solusio obat luar. Bila disebutkan solusio saja,
yang dimaksudkan adalah solusio obat dalam.
• Keuntungan :
Merupakan campuran homogen
Dosis mudah dirubah-rubah
dalam pengobatan
Dapat diencerkan bila
mengiritasi lambung
Absorpsi cepat dan onset
tercapai cepat
Cocok untuk anak-anak dan bayi
Mudah diberi deodorant
Untuk pemakaian luar mudah
dipakai.
• Kerugian :
Volume lebih besar
Ada obat yang tak stabil dalam
larutan
Ada obat yang rasa dan bau
sukar ditutupi dalam larutan.
Contoh larutan untuk obat luar :
Collutoria = kolutorium = obat
cuci mulut.
Collyria = obat cuci mata.
Collyria adalah sediaan berupa larutan steril,
jernih, bebas partikel asing, Isotonis, yang digunakan untuk
mencuci mata, dapat ditambahkan bufer dan pengawet.
Gargarisma = Gargle = Obat Kumur
Obat kumur adalah sediaan berupa
larutan, umumnya dalam pekat yang
harus di encerkan dahulu sebelum
digunakan, dimaksudkan untuk digunakan
sebagai pencegahan atau pengobatan
Infeksi tenggorok.
• Contoh Larutan untuk obat
dalam :
Elixira = Eliksir
• Sebagai pelarut utama
digunakan etanol yang
dimaksudkan untuk
mempertinggi kelarutan obat.
Kadar etanol dalam eliksir adalah
5-10%. Bila kadar alkohol dalam
eliksir adalah 10-12% dalam
sediaan, maka fungsi alkohol
selain meningkatkan kelarutan
juga berfungsi sebagai pengawet
sehingga tidak perlu lagi
dibubuhi pengawet yang lain.
Sirupsi = Sirup
Sirup adalah sediaan cair berupa Larutan yang mengandun
sakarosa. Kecuali dinyatakan lain kadar sakarosa tidak
kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%.
Dalam perdagangan sediaan larutan dapat dibedakan :
- Berupa larutan sudah jadi dan dibuat tersedia bagi ahli
farmasi untuk diserahkan kepada pasiennya.
- Campuran kering untuk larutan, terutama sekali antibiotik
diberikan dalam bentuk bubuk kering atau ganul untuk
diracik kembali dengan jumlah air suling yang dicantumkan,
segera sebelum diserahkan kepada pasien. Larutan ini stabil
7-14 hari.
2. Suspensi
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat
padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam
cairan pembawa.
Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat
mengendap, dan bila digojog perlahan-lahan, endapan
harus segera terdispersi kembali.
Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin
stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus
menjamin sediaan mudah digojog dan dituang
Pada etiket harus tertera “kocok dahulu” dan disimpan
dalam wadah tertutup baik dan disimpan di tempat sejuk.
Kebaikan dan Keburukan sediaan suspensi :
Kebaikan
a. Bentuk sediaan lebih mudah ditelan
dibandingkan dengan sediaan padat
lainnya secara oral.
b. Mudah diberikan kepada bayi dan anak-
anak serta dosisnya mudah diatur.
c. Rasa dan bau yang tidak enak dapat
ditutupi dengan korigensia.
Keburukan
a. Pada beberapa zat aktif, rasa dan
baunya sulit diatasi dengan
korigensia
b. Beberapa zat aktif tidak stabil
dalam bentuk sediaan cair
sehingga akan rusak bila
disimpan lebih lama
c. Bisa terjadi reaksi penggumpalan
dalam penyimpanan yang agak
lama.
Sirup dan suspensi kering adalah sediaan obat yang dalam
perdagangan berada dalam keadaan kering (powder), bila
hendak diberikan kepada pasien harus ditambahkan
aquadest sampai garis tanda kalibrasi yang diinginkan.
Setelah menjadi sirup atau suspensi cair, waktu
penggunaan amat terbatas yaitu 7-10 hari. Kalau waktu
pemakaian lebih lama potensi obat menurun atau hilang.
3. Emulsi
Sediaan emulsi dapat digunakan untuk
pemakaian :
a. Per oral
b. Per injeksi
c. Pada kulit atau membran
mukosa seperti lotion, linimen,
cream dan salep.
Tipe Emulsi
Tipe Emulsi terdiri dari :
a. Emulsi tipe O/W (Oil/Water =
minyak dalam air)
b. Dapat diencerkan dengan air
secara kontinyu. Umumnya
digunakan sebagai obat dalam.
c. Emulsi tipe W/O (Water/Oil = air
dalam minyak)
d. Tidak dapat diencerkan dengan
air. Umumnya digunakan sebagai
obat luar.
4. Beberapa sediaan cairan untuk penggunaan khusus
• Lotion = Lasio = Bedak Kocok
Adalah suatu sediaan dengan medium air
yang digunakan pada kulit tanpa digosokkan. Biasanya
mengandung substansi tak larut yang tersuspensi, dapat
pula berupa larutan dan emulsi dimana mediumnya adalah
air. Biasanya ditambah gliserin untuk mencegah efek
pengeringan, sebaliknya diberi alkohol untuk cepat kering
pada waktu dipakai dan memberikan efek menyejukkan.
Lotion dipakai untuk efek menyejukkan, mengeringkan,
antipruritik, dan efek protektif dalam pengobatan
dermatoses akut. Jangan digunakan pada luka yang berair
sebab akan terjadi “caking” dan runtuhan kulit serta bakteri
dapat tetap tinggal di bawah lotion yang menjadi cake.
Wadah losio harus diberi label untuk
memberi petunjuk pada pasien, supaya mengocok dengan
seksama sebelum pemakaian dan juga hanya pemakaian
luar.
• Potiones = Potio
Adalah sediaan berupa cairan yang
dimaksudkan untuk diminum, dibuat sedemikian rupa
hingga dapat digunakan sebagai volume dosis tunggal
dalam jumlah yang banyak, umumnya 50 ml.
• Enema / Clisma = Pompa
Adalah larutan air atau minyak atau
suspensi untuk pemberian rektal. Enema dapat digunakan
untuk :
– Efek lokal dan sistematik
– Untuk membersihkan usus besar.
• Irigasi
Irigasi adalah larutan steril yang
digunakan untuk mencuci atau membersihkan luka terbuka
atau rongga-rongga tubuh. Etiket diberi tanda bahwa
sediaan ini tidak dapat digunakan untuk injeksi.
• Guttae (obat tetes)
• Adalah sediaan cair, berupa
larutan, emulsi, suspensi
• Untuk obat dalam atau obat luar
dengan cara meneteskan
Guttae untuk obat luar adalah sebagai berikut :
1. Guttae Oris (tetes mulut),
setelah diencerkan dengan air
dikumur-kumur tidak untuk
ditelan.
2. Guttae Auriculares (tetes telinga)
3. Guttae Nasales (tetes hidung)
4. Guttae Ophthalmicae (tetes
mata)
– Harus steril
– Dapat berupa larutan
dan suspensi
Kebaikan guttae per-oral :
– Pemakaian mudah, praktis dan aman
terutama bagi bayi dan anak
– Pemberian dapat dicampur dengan
makanan dan minuman untuk menutupi
rasa dan bau yang tidak enak dari obat
– Pemberian dengan bantuan pipet lebih
praktis, aman dan dosis tepat.
Keburukan guttae per-oral :
– Harga lebih mahal, karena wadah sulit
dan harus disertai penetes
– Dalam peracikan sulit dilaksanakan dan
untuk pengadaan pipet.
• Injeksi
Sediaan steril dapat berupa :
– Larutan
– Emulsi
– Suspensi
– Serbuk (untuk
dilarutkan atau di
suspensikan).
RESEP
Cara penulisan Resep
Harus diperhatikan tentang bagian-bagian dalam
penulisan resep yaitu:
1. Inscriptio à identitas dokter, kota tempat praktek,
tanggal pembuatan resep dan tanda R/
2. Ordinatio (Prescriptio) à Nama dan jumlah
masing-masing obat, serta bentuk yang dibuat
3. Singnatura à Cara pemakaian obat dan identitas
pasien
4. Subscriptio à tanda-tangan atau paraf dokter
BAHASA DALAM PERESEPAN
• TUJUAN: MAMPU BERKOMUNIKASI DENGAN
APOTEKER DENGAN MENGGUNAKAN RESEP
SEBAGAI SARANA
• BAHASA KOMUNIKASI: BAHASA LATIN:
BHS MATI, KEPASTIAN ARTI, BHS DUNIA
KEDOKTERAN.
SINGKATAN LATIN DALAM PENULISAN RESEP
6 tahap melakukan panatalaksanaan pasien suatu penyakit
secara rasional dan ilmiah secara tertulis (resep)
• Mendefinisikan permasalahan pasien
• Menjelaskan tujuan terapi secara spesifik
• Menjelaskan kesesuaian terapi dengan obat pilihan
• Memulai suatu terapi
• Memberikan informasi, instruksi dan peringatan
• Melakukan monitoring pengobatan dan menghentikan
terapi
PRINSIP PENGOBATAN
• PENGOBATAN DILAKUKAN STLH UPAYA PENCEGAHAN
DAN PENGEND. PENYAKIT TELAH TERLAKSANA
• PERTIMBANGAN :
- DIAGNOSA DITEGAKKAN DG TEPAT
- OBAT DIBERIKAN SESUAI DG AGEN PENYAKIT
- DOSIS, CARA DAN FREKUENSI PEMBERIAN
SESUAI ATURAN
- KONTROL RESPON TERNAK THD OBAT
- DILAKUKAN HANYA APABILA MENGUNTUNGKAN.
- MENGETAHUI DAN MEMATUHI WITHDRAWL TIME UNT
HINDARI RESIDU