Cara Memotivasi Anak Untuk Belajar Dalam Lingkungan Keluarga
Click here to load reader
-
Upload
annisa-ahla -
Category
Documents
-
view
230 -
download
1
description
Transcript of Cara Memotivasi Anak Untuk Belajar Dalam Lingkungan Keluarga
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia sepanjang hayatnya berusaha untuk
memperoleh kehidupan yang layak sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaannya. Oleh karena itu semua manusia
berupaya memperoleh pendidikan yang setinggi-tingginya
dalam usaha mempersiapkan diri agar mampu mencapai taraf
dan kualitas hidup yang diharapkan. Dengan pendidikan,
manusia akan memperoleh berbagai macam pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang sangat dibutuhkan dalam hidup
dan kehidupannya baik untuk saat ini maupun untuk masa yang
akan datang, karena dengan berbekal kemampuan dan
keterampilan serta keahlian yang diperoleh dalam pendidikan,
anak akan memiliki bekal untuk mampu memilih, menetapkan
dan mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja sebagai
salah satu cara untuk memenuhi kehidupannya.
Agar anak dapat mencapai apa yang diharapkan, maka
dituntut untuk meningkatkan kemampuannya, dan untuk
meningkatkan kemampuannya diperlukan perhatian dan
motivasi orang tua. Menurut Siahan (1986: 86) bahwa “tidak
1
dapat disangkal lagi bahwa semakin tinggi perhatian orang tua
terhadap belajar anak-anaknya maka semakin tinggi pula
tingkat prestasi belajar anak tersebut”.
Dalam lingkungan keluarga anak-anak akan memperoleh
pewarisan nilai yang ada dalam keluarga, di mana orang tua
sebagai sentral (pusat) pewarisan nilai itu. Sejalan dengan itu,
Pudjosuwarno (1984; 13) mengemukakan bahwa: “prinsip
pendidikan bukanlah memberikan nasehat kepada anak didik,
melainkan menciptakan situasi yang penuh keakraban, di
mana dalam situasi tersebut terwujudlah nilai-nilai kehidupan
dalam bentuk prilaku yang dapat mempengaruhi dan
mendorong peserta didik berbuat atas kesadaran dan kemauan
sendiri”.
Pendapat tersebut menunjukkan betapa pentingnya
suasana interaksi dalam proses pendidikan anak, khususnya
dalam lingkungan keluarga. Peran orang tua dalam penciptaan
situasi atau iklim interaksi adalah sangat penting. Hal ini berarti
bahwa situasi dalam keluarga ditentukan oleh orang tua yang
selanjutnya akan mempengaruhi perilaku anak, termasuk
dalam belajar, sebagaimana dikemukakan oleh Pudjosuwarno
(1984;2) bahwa: “Sikap seseorang terhadap dirinya dan orang
lain, apakah akan sukar atau mudah menyesuaikan diri,
2
tergantung apakah orang tuanya sukar atau, mudah
menyesuaikan diri”.
Perkembangan dan perubahan teknologi yang begitu
cepat, membuat masing-masing anggota keluarga begitu sibuk
dengan urusannnya dan menjadi kurang peduli terhadap
keinginan anggota keluarga lainnya, khususnya antara orang
tua dengan anak. Pertemuan antara orang tua dengan anak
semakin berkurang dan tanpa disadari hal ini telah membawa
dampak negatif terhadap perkembangan kepribadian anak.
Khususnya menyangkut kemauan belajar di lingkungan
keluarga. Dengan kata lain, proses sosialisasi anak menjadi
terhambat. Fenomena ini ditemui hampir semua anak (murid)
yang mengalami kesulitan belajar, misalnya malas, kurang bisa
bergaul, prestasi rendah, dan lain-lain. Jadi pada hakekatnya
pengasuhan orang tua mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap cara belajar anak di lingkungan keluarga. Pengasuhan
orang tua tersebut meliputi hubungan yang terjalin antara orang
tua dengan anak yang berlangsung ataupun hubungan orang
tua dengan anggota keluarga.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengkaji cara-cara orang tua dalam memotivasi anaknya untuk
belajar di lingkungan keluarga.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis
mengangkat pokok permasalah adalah “bagaimana cara-cara
yang tepat dalam memotivasi anak untuk belajat di lingkungan
keluarga”. Masalah pokok ini dirinci ke dalam sub masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian motiasi belajar anak ?
2. Bagaimana peranan keluarga dalam perkembangan anak ?
3. Bagaimana cara memotivasi anak untuk belajar di lingkungan
keluarga ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian motiasi belajar anak
2. Untuk mengetahui peranan keluarga dalam perkembangan
anak
3. Untuk mengetahui cara memotivasi anak untuk belajar di
lingkungan keluarga
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis
a. Menambah pengetahuan teoritik tentang motivasi belajar
anak di lingkungan keluarga
4
b. Sebagai bahan tambahan teoritik untuk pengkajian dan
pengembangan tentang toori motivasi dalam belajar
c. Memperluas wawasan tentang permasalahan cara
memotivasi anak untuk belajar di lingkungan keluarga
2. Manfaat praktis
a. Sebagai masukan bagi orang tua dalam meningkatkan
perhatian dan motivasi belajar anak-anaknya sehingg
dapat meningkatkan kerajinan belajarnya
b. Sebagai masukan bagi guru PGTK terurama dalam upaya
memahami perkembangan anak
c. Sebagai masukan yang berharga bagi mahasiswa PGTK FIP
UNM dalam menempuh tugasnya kelak segagai guru
taman kanak-kanak.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Motivasi Belajar Anak
1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa Inggeris yaitu motivasion
artinya dorongan, pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya
adalah to motive yang berarti mendorong, sebab dan daya
penggerak. Motif adalah “keadaan dalam diri seseorang yang
mendorong individu tersebut untuk beraktivitas gun amencapai
suatu tujuan yang diharapkan “(Suryabrata, 1984: 33). Hal
serupa cmengemukakan bahwa motif adalah adanya penggerak
dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu untuk
tujuan teetentu pula.
Motivasi merupakan salah satu faktor psikologis yang
sangat mempengaruhi dalam melakukan suatu aktivitas. Jadi
seseorang yang melakukan aktivitas seperti halnya aktivitas
belajar supaya behasil dengan tujuan yang ingin dicapainya
perlu memperhatikan dan selalu mengembangkan motivasi
dalam dirinya, sehingga tujuan dan harapan dapat terkabulkan.
6
Menurut Prayitno (1989: 10) ada dua faktor yang
mempengaruhi motivasi, yaitu “faktor instrinsik dan ekstrinsik”.
Motivasi belajar memegang peranan yang penting dalam
memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar
sehingga memiliki kemauan yang tinggi serta energi yang
banyak untuk belajar. Anak yang memilki motifasi yang tinggi
dalam belajar sedikit yang tertinggal belajarnya dan sedikit
pulamelakukan kesalahan dalam belajarnya.
Secara garis besar, motivasi dapat dibedakan menjadi dua
yaitu motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi
yang berasal dari luar diri, sedangkan motivasi intrinsik ialah
motivasi yang berasl dari dalam diri tampa adanya ransangan
dari luar.
Ada beberapa ciri anak yang memilki motivasi belajar
tinggi hal ini dapat diketahui melalui proses belajar di kelas,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Brown (Tirtahardja, 1981:
31) sebagai berikut : tertarik pada guru artinya tidak membenci
atau acuh, tertarik pada mata pelajaran mempunyai antusias
tinggi, selalu bergabung dengan kelompok belajar di kelas, ingin
identitas dirinya diketahui orang lain, kebiasan dan moralnya
selalu dalam kontrol dan selalu mengingat dan mengulang
pelajarannya.
7
2. Fungsi Motivasi
Pentingnya motivasi bagi seseorang dalam melakukan
sesuatu tidak dapat dipungkiri lagi, karena dengan adanya
motivasi maka seseorang akan lebih bersemangat, tidak cepat
berputus asa jika menghadapi suatu masalah dan bekerja,
berusaha memperoleh hasil yang maksimal. Sebaliknya
seseorang yang melakukan kegiatan tanpa ada motivasi yang
kuat, maka seseorang akan nampak kurang bersemangat dan
cepat putus asa jika menghadapi suatu masalah. Fungsi
motivasi dalam belajar telah banyak dikemukakan oleh para ahli
antara lain Hutabarat (Ermiati, 1996: 25) mengemukakan :
Motivasi belajar itu berfungsi sebagai kegiatan jantung belajar, suatu pendorong yang membuat seseorang belajar dan sebagai jantung dan pendorong kegiatan belajar, mengandung makna bahwa hidup matinya dan tinggi rendahnya intensitas kegiatan belajar tergantung dari intensitas motivasi belajar seseorang yang melakukan kegiatan belajar tersebut, dan sebagai pengendali kegiatan yang memiliki motivasi belajar tinggi akan melakukan kegiatan belajar sesuai tujuan yang dicapainya.
Sedangkan menurut Mappa (Rosmidar, 1992: 34)
mengemukakan bahwa fungsi motivasi adalah :
1) Memberikan kekuatan, semangat kepada seseirang yang melakukan kegiatan belajar
2) Mengarahkan kegiatan belajar yang perlu dilakukan dalam usaha mencapai tujuan
8
3) Memilih dan menentukan tingkah laku yang akan dilakukan dalam mencapai usaha mencapai tujuan dan menghindari tingkah laku yang tidak ada hubungannya dengan usaha mencapai tujuan
Dengan demikian fungsi motivasi merupakan pendorong
usaha untuk melakukan suatu aktivitas seperti halnya aktivitas
belajar, di mana motivasi tersebut akan sangat penting bagi
seseorang. Bahkan dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya
motivasi akan sangat menentukan tingkat keberhasilan
seseorang dalam melakukan aktivitasnya.
3. Pengembangan Motivasi
Dalam proses belajar perlu diperhatikan apa yang dapat
mendorong anak agar dapat belajar dengan baik dan memiliki
motivasi berpikir, memusatkan perhatian, merencanakan dan
melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan proses
belajar. Hal seperti di atas dapat ditanamkan pada diri anak
dengan cara memberikan latihan dan kebiasaaan yang kadang-
kadang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.
Sejalan dengan itu, Slameto (1991: 101) mengemukakan
bahwa ada beberapa hal yang dikerjakan orang tua dalam
memberikan motivasi kepada anaknya, yaitu :
1) Membangkitkan dorongan kepada anak untuk belajar
9
2) Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai sehingga dapat merangsang untuk mencapai prestasi yang lebih baik
3) Memberikan kebiasaan belajar yang baik4) Menciptakan kesempatan belajar yang lebih baik
baik anak5) Memberikan rangsangan belajar yang baik kepada
anak.
Sedangkan menurut Good dan Brophy (Prayitno, 1989: 8)
mengemukakan bahwa tingkah laku orang tua yang baik dan
menunjang keberhasilan anak dalam belajar yaitu :
1) Menerima sepenuhnya anak sebagai individu, orang tua tidak memaksa anak.
2) Merumuskan dan menjelaskan harapan-harapan kepada anaknya dalam belajar
3) Memberikan kebebasan atau ruang gerak yang memungkinkan anak melakukan prakarsa
Dengan demikian dalam mengembangkan motivasi belajar
anak orang tua memegang peranan yang sangat menentukan
khususnya dalam mengembangkan atau meningkatkan motivasi
belajar anak. Pengembangan motivasi tersebut dilakukan orang
tua dengan terlihat secara aktif, baik dalam memberikan
rangsangan atau dorongan, ganjaran, kesempatan belajar, dan
sebagainya.
B. Peranan Keluarga dalam perkembangan anak
Pendidikan anak perlu mendapat perhatian dari keluarga,
masyarakat dan pemerintah. Pendidikan anak diawali dari
10
pendidikan keluarga yang merupakan lembaga pendidikan yang
utama dan pertama. Sebagai lembaga pendidikan yang utama
dan pertama maka keluarga merupakan peletak dasar atau
pundamen bagi pendidikan anak dalam mengikuti
perkembangan selanjutnya. Baik atau buruknya anak
dikemudian hari sangat ditentukan oleh keluarga. Pendidikan
keluarga bertujuan memberikan pembinaan dan pengaruh
kepada anak tentang dasar-dasar kehidupan termasuk
pengetahuan agar anak terbuka perhatiannya dalam mencintai
pendidikan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa
iniserta bentuk kehidupan yang semakin mengglobal maka
orang tua, guru dan masyarakat dituntut untuk mencari
alternatif terhadap pembinaan dan pengembangn wawasan
anak. Tri pusat pendidikan yaitu lingkungan, keluarga,
masyarakat mempunyai peranan penting sebagai wadah
pembinaan anak, harus kerja sama dan saling menunjang.
Orang tua yang mengerti akan kebutuhan anak selalu
menyiapkan sarana pendidikan dan juga memberikan motivasi
agar anak bersemangat untuk belajar. Pemberian motivasi
membuat anak dapat percaya diri, kreatif dan berpikir jernih dan
logis. Pembinaan tanpa memaksakan kehendak akan lebih
11
bermanfaat buat kelanjutan kehidupan anak. Kebebasan
keluwesan dan kepercayaan orang tua, memungkinkan
munculnya kreatifitas bagi anak. Prestasi belajar yang baik akan
dapat dicapai apabila tanggung jawab pendidikan tidak
dilimpahkan pada guru semata, tetapi orangtua pun harus
memikul tanggung jawab membuat anaknya dapat belajar dan
memotifasinya setelah berada di lingkungan keluarga.
Prestasi belajar anak sangat ditentukan oleh cara keluarga
dalam membina, menuntun, mendidik anaknya. Orang tua yang
senantiasa memberikan dorongan atau motifasi belajar kepada
anaknya maka anak itu akan mencapai prestasi yang
memuaskan. Karena dalam belajar seorang anak memperoleh
motivasi dari dalam dirinya, juga dari luar dirinya terutama dari
orang tuanya atau keluarga.
Setiap orangtua memilki pola pembianaan yang berbeda
kepada anaknya. Ada orang tua yang memberikan pembinaan
yang keras, ada yang sedang dan ada juga yang terlalu lembut
atau memanjakan.
Motivasi belajar dari luar diri anak terutama dari orang
tuanya sangat berperan untuk pencapaian prestasi seorang
anak, karena orang tuanyalah yang mengatur dan mengetahui
12
keberadaan seorang anak diluar sekolah dan setiap kebutuhan
belajar anak dipenuhi oleh orang tuanya.
Orang tua dalam mendidik anak, khususnya di dalam
rumah tangga sangatlah penting, karena di dalam rumah tangga
seorang anak mula0mula memperoleh bimbingan dan
pendidikan dari orang tuanya. Tugas orang tua aalah sebagai
guru atau pendidik yang utama dan pertama di dalam rumah
tangga dalam menumbuhkan dan mengembangkan kekuatan
mental dan fisik anak.
Bagi orang tua yang sadar akan pentingnya pendidikan
bagi anaknya, akan selalu memandang anak sebagai mahluk
yang berakal yang sedang timbuh dan bergairah serta selalu
ingin menyelidiki dan selalu ingin mengetahui sesuatu yang ada
disekelilingnya. Oleh karena itu orang tua merasa terpanggil
untuk mendidik atau memberikan perhatian atau motivasi
kepada anak-anaknya. Namun tidak dapat disangkal bahwa
selama ini sebagian orang tua lupa dan lalai karena tidak tahu
bagaimana cara melaksanakan tugas yang amat penting itu.
Banyak diantara orang tua yang beranggapan bahwa kalau
anak-anak sudah diserahkan kepada guru di sekolah, maka
selesailah tugas mereka dalam mendidik atau memberikan
perhatian terhadap pendidikan anaknya.
13
Hal tersebut sangat terkait dengan fungsi keluarga
sebagaimana dikemukakan oleh Masri (1974: 44) sebagai
berikut :
a. Fungsi dari keluraga itu tidak hanya merupakan turunan (biologis) tetapi juga merupakan bahagian dari hidup bermasyarakat. Disini keluarga tidak hanya bertugas memelihara anak, tetapi juga berfungsi untuk membentuk idea, cita-cita dan sikap sosial dari anak-anak.
b. Bahwa keluarga itu tidak mempunyai kewajiban untuk meletakkan dasar-dasar pendidikan, rasa keagamaan, kemauan dan rasa kesukaan kepada keindahan, kecakapan dan berekonomi dan pengetahuan penjagaan diri pada si anak.
Sementara itu menurut Rosjidan (1996:3-4)
mengemukakan bahwa terdapat delapan fungsi keluarga yaitu:
a) Fungsi keagamaanUntuk mendorong keluarga sebagai wahana penanaman kaidah-kaidah ajaran agama agar tercipta insan-insan pembangunan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b) Fungsi sosial budayaUntuk mendorong keluarga sebagai wahana persemaian nilai-
nilai luhur budaya masyarakat/bangsa yang mulia dan beradab.
c) Fungsi cinta kasihUntuk mendorong keluarga sebagai wahana pembinaan cinta
kasih sayang serta jiwa kesetiakawanan antara anggota
keluarga dan antara keluarga dengan masyarakat
lingkungannya.
d) Fungsi perlindungan
14
Untuk mendorong sebagai wahana pembinaan untuk
menciptakan rasa aman, damai, nyaman, dan tentram serta
keadilan sebagai cerminan hidup yang sejahtera lahir batin.
e) Fungsi reproduksiUntuk mendorong keluarga sebagai wahana pelaksanaan
kesadaran akan pentingnya peranan reproduksi sehat dalam
upaya mewujudkan keluarga yang sehat dan sejahtera.
f) Fungsi sosialisasiUntuk mendorong keluarga sebagai wahana
sosialisasi dan pendidikan murid yang ekonomi, efisien,
profesional, pembinaan produktivitas, serta
kemandirian dalam memenuhi kebutuhan diri dan
kelurga.
g) Fungsi ekonomi.Untuk mendorong keluarga sebagai wahana pembentukan sikap
hidup yang ekonomi, efisien, profesional, pembinaan
produktivitas, serta kemandirian dalam memenuhi kebutuhan
diri dan keluarga.
Dari pengertian dan uraian tentang fungsi keluarga di
atas, maka semakin tampaklah tanggung jawab orang tua
sebagai kepala keluarga. Sebagai orang tua atau kepala
keluarga yang bertanggung jawab di dalam rumah tangga ia
harus memperhatikan fungsi-fungsi keluarga yang telah
15
dikemukakan di atas. Fungsi yang paling penting adalah
perhatian akan peletakan dasar-dasar pendidikan, karena
keluargalah merupakan lembaga pendidikan yang utama dan
pertama pengalaman itu menjadi dasar untuk pengembangan
kepribadian anak selanjutnya, sebagaimana ditegaskan oleh
Siahan (1986: 2) bahwa :
Di dalam rumah tangga pendidikan harus dimulai, inilah sekolah yang pertama. Di sini ibu bapak sebagai guru-gurunya, maka anak-anak itu harus belajar segala pelajaran yang akan memimpinnya sepanjang hidupnya, yaitu pelajaran tentang penghormatan, penuturan, pengendalian diri dan kejujuran.
Dengan demikian, keluarga merupakan lembaga
pendidikan yang pertama dan utama. Namun saat ini terkadang
terdapat orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya, maka ada
kecenderungan fungsi ini kurang mendapatkan perhatian
terutama dalam memberikan motivasi kepada anak-anaknya
untuk memperhatikan pelajaran di rumah. Di mana terjadai
suatu kecenderungan orang tua melimpahkan sepenuhnya
tanggung jawab tersebut kepada lembaga pendidikan seperti di
sekolah, sehingga orang tua menjadi lebih ringan untuk dapat
melaksanakan segala pekerjaannya. Akan tetapi, tentu saja
tidak semua orang tua yaitu ayan dan ibu sama-sama sibuk
dengan pekerjaannya, pada kenyataan bahwa itulah yang paling
16
banyak waktunya bersama-sama dengan anak. Oleh karena itu,
ibulah sebenarnya yang paling besar pengaruhnya terhadap
pemberian motivasi kepada anak-anaknya untuk melaksanakan
aktivitas belajar di rumah. Namun tidak berarti mengambil
peranan bapak sebagai kepala rumah tangga dalam
memberikan motivasi kepada anak-anaknya.
Lebih jelasnya mengenai fungsi motivasi tersebut
khususnya dalam aktivitas belajar, seperti yang dikemukakan
oleh Sardiman (1992: 84) yaitu :
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang akan dicapai.
3. Menyelesaikan perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Dengan demikian, orang tua sebagai pendidik dan
pengasuh dalam lingkungan keluarga mempunyai fungsi dan
peranan yang sangat menentukan dalam menumbuhkan atau
membangkitkan motivasi anak dalam melaksanakan aktivitas
belajar sehari-hari, baik di rumah maupun di sekolah.
17
C. Cara memotivasi anak untuk belajar di lingkungan
keluarga
Cara orang tua dalam mendidik anaknya sangat besar
pengaruhnya terhadap prestasi belajar anaknya, hal ini
diperrtegas oleh Sutjipto Wirodjojo (Slamet, 1995: 61) yang
menyatakan bahwa :
Keluarga adalah merupakan lembaga
pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga
yang sehat, besar pengaruhnya untuk pendidikan
dalam ukuran kecil, akan tetapi bersifat
menentukan untuk pendidikan dalam ukuran yang
besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.
Melihat pernyataan tersebut, maka dapat dipahami bahwa
betapa pentingnya peranan keluarga dalam pendidikan
anaknya. Cara orang tua dalam mendidik anaknya sangat
berpengaruh untuk kehidupan sosial anak selanjutnya.
Perhatian orang tua terhadap anaknya dalam hal
pendidikan dapat berupa perhatian terhadapn kebutuhan
belajar, cara pengaturan waktu, pemilihan sekolah sesuai bakat
dan minat anaknya, penyediaan fasilitas, mempehatikan
perkembangan belajar anaknya.
18
Dalam hal ini perhatian terhadap perkembangan belajar
meliputi perhatian terhadap apakah anak belajar atau tidak,
apakah anak tahuh atau tidak tahu pelajarannya, bagaimana
hasil evaluasi belajarnya serta hal-hal yang dapat menjadi faktor
keberhasilan anaknya.
Selain daripada hal-hal yang tersebut, maka cara untuk
membangkitkan motivasi belajar pada anak dengan jalan
menempuh berbagai macam motivasi belajar pada anak dengan
jalan menempuh berbagai macam langkah sebagai berikut :
1. Melengkapi bahan atau alat-alat keperluan anak dalam penyelenggaraan pendidikannya.
Seorang anak yang duduk di bangku sekolah sudah
jelas tidak akan dapat memperoleh prestasi belajar yang
baik, jika alat-alat belajar yang diperlukan dalam menunjang
pendidikannya tidak lengkap. Ketidaklengkapan alat-alat atau
bahan-bahan yang diperlukan anak akan menjadi penghalang
baginya dalam belajar.
Lebih jauh lagi akan dapat menyebabkan tertekannya
batin anak jika ia membandingkan dirinya dedngan temannya
di kelas. Konsentrasi pikirannya akan kurang bergairah untuk
belajar, serta menghalanginya untuk belajar lebih baik.
19
Orang tua harus menyediakan dan mengusahakan
pelunasan pembayaran uang sekolah tepat pada waktunya,
sebabn keterlambatan pembayaran uang sekolah apalagi
sampai menunggak beberapa bulan merupakan bagian
beban yang berat bagi anak di sekolah.
Selain itu yang tidak kalah oentingnya juga adalah
perihal kebutuhan pakaian. Anak akan merasa rendah diri
bila pakaian yang dipakainya sepanjang tahun di sekolah
tidak berubah. Hal ini perlu juga mendapat perhatian orang
tua.
2. Memberikan makanan bergizi
Anak-anak yang masih dalam pertumbuhan
perkembangan perlu memperoleh makanan bernilai gizi
tinggi. hal ini adalah untuk membantu pertumbuhan jasmania
di anak, karena dalam masa pertumbuhhan dan
perkembangan diperlukan zat pembangun yang
memperlancar pertumbuhan jaringan tubuh dan otak di anak.
Bila bahan makanan yang diperlukan untuk tumbuh tidak
terpenuhi maka sudah dapat dipastikan bahwa
pertumbuuhan anak tidak berjalan lancar atau sesuai dengan
seharusnya.
20
Kekurangan gizi akan dapat memperhambat dan
memperlambat pertumbuhan seorang anak, dan sudah
barang tentu akan berpengaruh pula pada kelancaran
berpikir berpusat pada otak.
3. Beri kesempatan belajar yang cukup
Dalam kesibukan rumah tangga hendaklah orang tua
memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar, karena
tanpa mengulang baca kembali pelajarannya, akan dipislah
harapan anak itu akan mampu untuk mempertinggi prestasi
belajarnya. Oleh karena itu orang tua perlu memberikan
waktu yang cukup kepada anaknya untuk belajar di rumah.
Orang tua perlua mengontrol jam-jam belajar anaknya,
dengan tujuan supaya anak tahu akan kewajibannya sebagai
seorang pelajar. Tanpa adanya kesempatan belajar yang
diberikan kepada nak untuk belajar maka anak pun tidak
akan mempertinggi hasil belajarnya dari waktu-waktu
sebelumnya.
Bila orang tua melihat anaknya kurang berminat dalam
mengulang pelajarannya maka orang tua hendaklah
memberikan dorongan dan membangkitkan semangat dan
21
perhatian anak terhadap pelajarannya. Pada waktu anak
belajar hendaknya orang tua menunjukkan partisipasinya
dengan jalan menciptakan ketengan, kedamaian dan suasana
nyaman atau menghindari segala hal-hal yang dapat
mengganggu ketenangan belajar anaknya.
4. Hapuskan disipilin yang kaku
Orang tua berfungsi sebagai pengendali dalam rumah
tangga, hendaklah membuat suatu peraturan yang dipatuhi
oleh segenap anggota keluarga, di mana peraturan itu
bertujuan untuk membina dan membentuk anggota keluarga
untuk memiliki disiplin tertentu sesuai dengan tugas dan
aktivitasnya.
Bentuk disiplin untuk anak yang sekolah dan anak yang
sudah kerja tentu sedikit memiliki perbedaan. Untuk anakn
sekolah harus dijamkan disiplin tertentu dalam mengatur
jadwal atau jam-jam npelajaran sekoah deengan jam
perlajaran di luar sekolah (mislanya les-les atau bimbingan)
begitu pula dengan jadwal ekstra korikuler.
5. Jangan terlalu banyak menuntut pada anak
Sebagaimana diketahui bahwa anak mempunyai batas
kemampuan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
22
sebagai anak oleh sebab itu dalam hal belajar dan bekerja
harus ada aturan tertentu orang tua harus menghindari hal-
hal yang dapat menjadikan beban kepada seorang anak
misalnya memberikan tugas-tugas rumah tangga yang terlalu
banyak atau terlalu berat sehingga anak merasa lelah, capek
dan lain-lain, akhirnya anak kehilangan minat untuk belajar.
Dengan banyaknya tuntutan yang diajukan serta yang
diharapkan oleh orang tua maka dengan sendirinya anakpun
tidak akan tumbuhh dan berkembang sebagaimana potensi
yang harus dikembangkan dengan bantuan dari orang lain
terutama orang tua dan gurunya di sekolah (Nasution, 1986:
103-112)
Cambbell (1989: 53-55) mengemukakan bahwa usaha
yang dapat dilakukan untuk membina anak agar menjadi
produktif dan efektif adalah memberikan dorongan berupa :
a) Memperkaya ide, gagasan (idea)Hal ini dapat dilakukan dalam pengalaman dalam kelaurga dan lingkungan sosial tempat anak beradaptasi.
b) Memberi hadiah sebagai perangsang (stimulan)Hadiah bagi anak sebaiknya berupa benda atau hal yang dapat berguna bagi pelajarannya contoh : alat belajar.
c) Memperkenalkan kepada anak orang-orang berprestasi atau orang-orang kreatif.
d) Pengembangan finansiale) Melatih bersikap positif
23
1. Sikap orang tua dalam menunjang motivasi
belajar anak
Berbagai penelitian telah dilakukan tentang bagaimana
sikap keluarga yang dapat menyokong minat atau semangat
anak dalam meningkatkan cara belajar.
Prayitno (1989 :130) mengemukakan bahwa sikap
keluarga yang dapat menyokong minat dan kemauan anak
dalam belajar yang dapat menunjang keberhasilannya adalah :
a. menerima sepenuhnya anak sebagai individu, orang tua tidak memaksakan anak untuk menampilkan prestasi yang tidak sesuai dengan kemauan anaknya.
b. Merumuskan dan menjelaskan harapan-harapan kepada anak dalam belajar.
c. Memberikan kebebasan atau ruang gerak yang memungkinkananak dapat melakukan kreasi dan prakarsa sendiri sesuai kemampuannya.
Selanjutnya Prayitno (1989: 11) mengemukakan
karakteristik orang tua yang mendukung kegiatan belajar yang
tinggi bagi anaknya :
1. Orang tua menerima sebagai mana adanya. Orang tua menerima anaknya tampa syarat, orang tua seperti ini mengembangkan dalam diri anak perasaan aman, gambaran diri yang positif dan bersikap sosial yang tinggi terhadap orang lain. Orang tua yang hanya menerima anaknya kalau si anak melakukan sesuatu yang berprestasi misalny anaknya berprestasi dalam belajar akan menyebabkan timbulnya dalam diri anak penilaian diri sendiri
24
yang rendah, mempunyai permasalahan dalam pemahaman konsep diri, dan akan menimbulkan sikap pada si anak yaitu anti sosial.
2. Lembut namun menetapkan batas-batas yang fleksibel dalam mengatur tingkah laku anak-anaknya. Orangtua seperti ini tidak suka mengancam atau menghukum anaknya jika anak gagal dalam belajar namun selalu berusaha mendorong anak untuk memperbaiki kegagalannya dan cenderung untuk memberikan penghargaan serta penguatan dibanding memberikan kritik dan celaan.
3. Orang tua memberikan kesempatan dan perlengkapan belajar bagi anaknya. Orang tua memberikan kesempatan belajar baik di rumah maupun di luar rumah dengan menyediakan perlengkapan belajar dan berbagai situasi yang menunjang.
4. Orang tua menunjukkan harapan yang positif. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa anak cenderung memiliki harapan-harapan dan memperhatikan sikap orang tuanya berkenaan dengan prestasi belajar.
Di samping menampilkan sikap yang baik dalam
menghadapi anak yang sedang belajar, orang tua juga
hendaknya menampilkan partisipasi langsung dalam
meningkatkan motifasi belajar anaknya dengan cara
memberikan penguatan atau penghargaan terhadap tingkah
laku atau usaha anak yang baik. Dougherti dan Dougherti
dalam Prayitno (1989 : 137) menjelaskan bahwa “orang tua
dapat di pergunakan unutk memotifasi siswa dalam
mengerjakan pekerjaan rumah, mengerjakan pekerjaan sekolah
25
dan bertingkah laku yang sesuai dengan aturan sekolah dan
aturan di rumah”
Selanjutnya di jelaskan bahwa penguatan dari keluarga
mempunyai beberapa keuntungan di bandingkan dengan
penguatan yang dilakukan oleh pihak diluar keluarga misalnya
guru.
Keuntungan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
(a)Orang tua mempunyai kemampuan untuk memberikan
penghargaan atau hak-hak istimewa yang lebih manjur dari
pada apa yang di lakukan oleh sekolah, misalnya orang tua
dapat memantau kegiatan anak dalam menonton televisi
atau bermain dengan kawan. Orang tua juga mengetahui apa
yang di senangi oleh anak sehingga dapat memberikan dan
lebih tahu tentang apa yang patut di berikan sebagai
penguatan bagi anak dalam belajarnya di bandingkan yang
dapat dilakukan sekolah.
(b)Penguatan dari keluarga lebih mudah dilakukan karena orang
tua lebih mempunyai kemampuan untuk mengontrol satu
atau dua orang anak dibanding sekolah yang mengontrol
sejumlah anak. Penguatan yang dilakukan oleh orang tua
sangat praktis dan efektif unutk menunjang keberhasilan
anak dalam belajar.
26
27