Capital budgeting untuk lembaga nonprofit dan sektor publik bagian 1
-
Upload
futurum2 -
Category
Economy & Finance
-
view
537 -
download
2
Transcript of Capital budgeting untuk lembaga nonprofit dan sektor publik bagian 1
www.futurumcorfinan.com
Page 1
Capital Budgeting untuk Investasi (Anggaran)
Lembaga Nonprofit dan Sektor Publik
Bagian Pertama : Suatu Pengantar
Artikel ini merupakan bagian pertama dari pembahasan mengenai Capital Budgeting untuk
Lembaga Nonprofit dan Sektor Publik. Nantinya akan ada tiga bagian untuk pembahasan
Capital Budgeting untuk Lembaga Nonprofit dan Sektor Publik.
Bagian pertama adalah Pengantar, dalam bagian ini akan dibahas capital budgeting untuk
lembaga nonprofit secara umum.
Bagian kedua merupakan pembahasan mengenai metode yang biasa dipakai dalam analisa
capital budgeting untuk lembaga nonprofit (Cost Benefit Analysis, Cost Effectiveness Analysis,
dan Multi Criteria Analysis).
Bagian ketiga akan menyorot bagaimana cara mengidentifikasi dan melakukan penilaian
terhadap cost dan benefit.
Muhammad Putrawal
DILARANG MENG-COPY, MENYALIN,
ATAU MENDISTRIBUSIKAN
SEBAGIAN ATAU SELURUH TULISAN
INI TANPA PERSETUJUAN TERTULIS
DARI PENULIS
Untuk pertanyaan atau komentar bisa
diposting melalui website
www.futurumcorfinan.com
www.futurumcorfinan.com
Page 2
Pengantar
Ketika akan melakukan suatu investasi khususnya dalam jumlah yang besar, tentu kita akan
membutuhkan pertimbangan yang matang mengenai baik buruknya investasi yang dilakukan.
Suatu investasi yang dilakukan harus memiliki NILAI TAMBAH yang dapat dirasakan
manfaatnya. Untuk proyek swasta pekerjaan yang ini biasa dikenal Capital Budgeting. Lalu
bagaimana dengan lembaga nonprofit ataupun sektor publik? Apakah evaluasi seperti ini sudah
umum dilakukan. Mengingat lembaga profit dan nonprofit memiliki karakteristik berbeda yang
dimana lembaga nonprofit lebih bertujuan melayani masyarakat tanpa mengejar maksimalisasi
laba. Apabila kita mengacu kepada negara lain, ternyata evaluasi proyek semacam ini sudah
lumrah dilakukan. Evaluasi yang dilakukan juga dilakukan dengan melihat banyak aspek
tergantung dengan kompleksitas dari investasi yang dijalankan. Lalu mengapa hal ini dirasa
perlu dilakukan? Apa tujuan dari dilakukan evaluasi ini. Berikut kami kutip beberapa alasan
mengapa perlu dilakukan evaluasi investasi khususnya proyek investasi dari dengan mengacu
dari guideline evaluasi investasi di beberapa Negara.
United Kingdom1
The Government is committed to continuing improvement in the delivery of public services. A
major part of this is ensuring that public funds are spent on activities that provide the
greatest benefits to society, and that they are spent in the most efficient way.
1 HM Treasury. The Green Book: Appraisal and Evaluation in Central Government. 2011. Preface.
Halaman v.
www.futurumcorfinan.com
Page 3
Canada2
The Regulatory Cost-Benefit Analysis Guide is provided for the use of federal departments and
agencies as they perform cost-benefit analysis to support regulatory decisions. The guide
incorporates the evolution of regulatory policy and developments in the analysis of the impacts
of regulations in Canada and elsewhere over the past decade. In November 1999, the
Government of Canada instituted the policy that a cost-benefit analysis must be carried out for
all significant regulatory proposals to assess their potential impacts on the environment,
workers, businesses, consumers, and other sectors of society. Regulatory authorities must
make a convincing case that the regulatory approach recommended is superior to non-
regulatory alternatives. They must demonstrate not only that the benefits to Canadians
outweigh the costs, but also that they have structured the regulatory program so that the
excess of benefits over costs is maximized.
New Zealand3
Like all countries, New Zealand has limited resources. The public sector is a major user of the
country’s available resources, and as such, should ensure that it makes a significant positive
contribution to the economy and society in relation to the resources it consumes. The
efficient use of resources has a major impact on the welfare and living standards of
citizens.
Australia:
Negara Bagian Commonwealth4
Cost-benefit analyses can provide guidance on the efficient allocation of resources in areas,
of which there are many in the public sector, where no markets exist to provide this information
‘automatically’.
Negara Bagian – Queensland5
2 Jenkins, Glenn. P.; dan Chun-Yan Kuo. Canadian Regulatory Cost-Benefit Analysis Guide. 2007. Bab 1:
Introduction. Halaman 1. 3 New Zealand Treasury. Cost Benefit Analysis Primer. 2005. Bab 1: Introduction. Halaman 6.
4 Department of Finance and Administration – Commonwealth of Australia. Handbook of Cost-Benefit
Analysis. 2006. Executive Summary. Halaman xi. 5 Department of Infrastructure and Planning – Queensland Government. Project Assurance Framework:
Cost Benefit Analysis. 2010. Bab 1: Overview. Halaman 2.
www.futurumcorfinan.com
Page 4
The government provides services to the community in an increasingly complex and challenging
fiscal and economic environment. In order to provide the highest quality outcomes,
government seeks to optimize value for money in its use of resources.
Dari beberapa alasan di atas terlihat bahwa kata kalimat yang sering digunakan adalah:
Jadi apabila kita rangkai kata tersebut dapat ditarik bahwa alasan utama melakukan evaluasi
adalah dikarenakan adanya keterbatasan sumber daya yang kita miliki sehingga hal tersebut
harus dimanfaatkan secara efisien agar mencapai manfaat yang semaksimal mungkin.
Pemerintah melakukan pelayanan kepada publik dengan berbagai macam tantangan yang
kompleks, salah satunya adalah dalam kemampuan fiskal dan ekonomi. Dengan harapan untuk
menyediakan kualitas pelayanan yang terbaik. Pemerintah perlu mencari penggunaan terbaik
dari sumber daya yang dimiliki dengan manfaat yang paling baik.
Investasi yang dilakukan pemerintah sangatlah penting tidak hanya karena jumlahnya yang
besar, namun juga karena hal ini menyediakan infrastruktur sosial dan ekonomi untuk
masyarakat untuk pertumbuhan ke depannya. Sangatlah penting untuk mengevaluasi proposal
pengadaan investasi untuk memastikan bahwa sumber daya yang dipakai digunakan untuk
kepentingan yang sebaik mungkin.
Efficient Benefit
Limited Resources
Optimize Value for Money
www.futurumcorfinan.com
Page 5
Pengerjaan evaluasi yang telah kami sebutkan diatas biasa dikenal dengan Economic
Evaluation. Tiga hal penting yang ditunjukkan dalam Economic Evaluation antara lain6:
Whether the benefits of a proposed project are likely to exceed its costs;
Which among a range of options to achieve an objective has the highest net benefit; or
Which option is the most cost effective, where benefits are equivalent.
Economic Evaluation antara lain bisa digunakan untuk mengevaluasi peraturan, pengerjaan
proyek, pengadaan aset, ataupun keputusan penting lainnya. Detailnya adalah sebagai berikut7:
Apabila dikaitkan dengan proposal investasi. Pengerjaan economic evaluation membantu kita
mengidentifikasi beberapa isu yang mesti kita jawab dalam proposal investasi. Umumnya,
sebuah proposal investasi dapat diajukan setelah menjawab beberapa pertanyaan seperti8 :
• Apa manfaat spesifik yang dapat diberikan oleh investasi ini?
• Apakah ada opsi lain yang bisa dilakukan untuk mencapai manfaat tersebut?
6 New South Wales TREASURY. NSW Government Guidelines for Economic Appraisal. 2007. Part 1:
Overview and Reporting Requirements. Halaman 6.
7 New Zealand Treasury. Cost Benefit Analysis Primer. 2005. Bab 1: Introduction. Halaman 6.
8 New Zealand Treasury. Cost Benefit Analysis Primer. 2005. Bab 1: Introduction. Halaman 3.
www.futurumcorfinan.com
Page 6
• Apakah ada cara yang lebih baik untuk mengalokasikan sumber daya yang digunakan
dalam investasi ini?
• Apakah investasi ini harus dilakukan oleh pemerintah atau bisa dialihkan kepada pihak
swasta?
Uraian di atas kami ambil dari panduan yang diterbitkan oleh pihak yang berwenang pada
masing-masing negara (pada umumnya adalah departemen keuangan). Sayangnya penulis
belum bisa menemukan panduan dari dalam negeri, hal ini bisa dimengerti mengingat tidak
semua panduan semacam ini dipublikasikan secara umum untuk masyarakat. Namun tentu
lembaga pemerintahan kita sudah memiliki kriteria khusus dalam tata cara melakukan investasi
baik untuk barang dan jasa.
Salah satunya adalah Keputusan Presiden Republik Indonesia No 80 tahun 2003 mengenai
pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah. Meski jika diperhatikan pedoman
ini juga tidak terlalu banyak menyinggung masalah pemanfaatan dari pengadaaan suatu
barang/jasa. Dalam panduan ini tidak terlalu banyak disinggung mengenai bagaimana
mendefinisikan alasan pengadaaan investasi, manfaat yang akan diperoleh, dan bagaimana
cara mendefinisikan manfaat tersebut ke dalam sebuah angka. Panduan ini lebih fokus kepada
bagaimana tahap melakukan pengadaan seperti bagaimana tata cara pelaksanaanya,
pembiayaan, dam metode pemilihan penyedia barang/jasa. Namun bukan berarti manfaat
pengadaan tidak disinggung sama sekali dalam panduan ini. Pada pasal 3 dijelaskan prinsip
dasar tentang pengadaan barang. Detail lengkapnya adalah:
Prinsip Dasar
Pasal 3
Pengadaan barang/jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip:
a. efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan
daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-
singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan;
b. efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah
ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan
sasaran yang ditetapkan;
c. terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi penyedia
barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat di
www.futurumcorfinan.com
Page 7
antara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat/kriteria tertentu
berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan;
d. transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa,
termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi,
penetapan calon penyedia barang/jasa, sifatnya terbuka bagi peserta penyedia
barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada umumnya;
e. adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon
penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak
tertentu, dengan cara dan atau alasan apapun;
f. akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi
kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai
dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa.
Dalam pasal 3 diatas terdapat kata-kata efisien dan efektif meskipun masih dalam pengertian
yang masih umum. Untuk lebih mempertajam definisi tersebut bisa dilakukan dengan Economic
Evaluation. Economic evaluation dapat menjelaskan secara detail dampak positif ataupun
negatif dari investasi yang dilakukan, dampak tersebut juga dapat diterjemahkan dalam suatu
angka, dan tidak hanya bersifat deskriptif saja.
Meskipun Economic Evaluation bukanlah satu-satu faktor yang berpengaruh dalam mengambil
keputusan. Namun pengerjaan ini menyediakan informasi yang penting mengenai dampak
positif ataupun negatif sari setiap opsi yang tersedia.
Economic Evaluation menyediakan beberapa opsi yang bisa dapat diambil dalam menghadapi
suatu masalah. Contohnya proyek untuk membangun gedung bisa dicari alternatif lain seperti
memilih opsi lain, membatalkan, atau renovasi. Economic Evaluation menekankan bahwa opsi
yang harus diambil tidaklah harus membangun gedung namun bisa juga alternatif lain yang
penting tujuannya tercapai. Apablila dirasa cukup hanya dengan melakukan renovasi maka
tidak perlu melakukan pembangunan gedung yang tentu akan memakan biaya yang lebih
besar. Ingatlah prinsip “do more with less”.
www.futurumcorfinan.com
Page 8
1. Lembaga Nonprofit
Arti sederhana dari lembaga nonprofit adalah sebuah lembaga yang menyediakan produk/jasa
tanpa disertai tujuan untuk memaksimalkan keuntungan. Mereka tidak memiliki kepemilikan
saham yang dapat diperdagangkan atau dipindahtangankan ataupun mengambil keuntungan
dari kegiatan usaha mereka guna memperbesar kegiatan usaha yang dilakukan. Pendanaan
untuk lembaga nonprofit bisa berasal dari donatur ataupun kontribusi pajak (untuk lembaga
pemerintahan). Jasa atau produk yang diberikan oleh lembaga nonprofit bukan didasarkan
kepada kemungkinan laku atau tidaknya jasa atau produk yang akan mereka berikan namun
berdasarkan kebutuhan yang ada dan nyata pada masyarakat pada umumnya.
Lembaga nonprofit bisa dibagi menjadi beberapa kelompok seperti tabel dibawah9 :
9 Shim, Jae, K. Financial Essentials for Nonprofit Managers. Bab 1: What Every Nonprofit Manager
Should Know About Accounting and Finance. Halaman 9.
www.futurumcorfinan.com
Page 9
Kegiatan dalam sebuah lembaga nonprofit sendiri dapat bergerak seperti halnya kegiatan bisnis
pada perusahaan yang berorientasi pada profit, meski ada beberapa hal yang berbeda antara
lembaga profit dan nonprofit seperti antara lain:
1. Sebuah lembaga nonprofit pada umumnya tidak memiliki pemilik atau pemegang saham,
dan struktur lembaga diatur oleh dewan direksi atau pihak berwenang lainnya yang tidak
mengambil keuntungan secara langsung dari lembaga nonprofit yang dipimpinnya. Dalam
lembaga nonprofit biasanya tidak terjadi transfer kepemilikan. Untuk alasan ini, lembaga
nonprofit juga biasa disebut perusahaan non-saham.
2. Sebuah lembaga nonprofit dibentuk untuk menjalankan misi khusus ataupun tujuan tertentu
dan memiliki peraturan pajak tersendiri. Untuk beberapa lembaga nonprofit ada yang
mendapat fasilitas perpajakan dari pemerintah, atau mendapatkan dukungan dana langsung
dari pemerintah, dan juga bisa mendapatkan perlakuan khusus dalam transaksi jual beli
ataupun dalam urusan aset bangunan.
3. Lembaga nonprofit dapat menghasilkan surplus keuangan tetapi tidak mendistribusikan
surplus tersebut ke pihak tertentu seperti halnya pembagian dividen kepada pemegang
saham di perusahaan yang berorientasi pada profit.
4. Tingkat kesuksesan dari lembaga nonprofit tidak diukur dari berapa besarnya profit yang
mereka peroleh, tetapi dari berapa banyak layanan dan kualitas layanan yang mereka telah
berikan.
2. Capital Budgeting dalam Lembaga Nonprofit
Di dalam lembaga yang berorientasi pada profit, capital budgeting biasa digunakan untuk
menentukan layak atau tidak layaknya suatu proyek akan dijalankan. Analisa capital budgeting
yang dilakukan dapat berguna untuk melihat pengaruh dari investasi (baik investasi alat
produksi ataupun investasi pada suatu proyek) terhadap peningkatan penjualan, laba, ataupun
nilai ekuitas pemegang saham (shareholders’ value). Contoh pertanyaan-pertanyaan dasar
yang dapat dijawab dengan bantuan analisa capital budgeting antara lain:
Apakah proyek ini dapat kita jalankan sehingga dapat mengembalikan modal yang sudah
ditanamkan plus memberikan tingkat imbal hasil yang memadai?
Apakah investasi proyek ini memiliki pengembalian yang bagus?
Berapa lama waktu pengembalian dari investasi proyek ini?
www.futurumcorfinan.com
Page 10
Sedangkan manfaat [capital] budgeting dalam lembaga nonprofit lebih berguna sebagai alat
kontrol keuangan. Pada lembaga yang berorientasi pada profit, seorang manajer keuangan
dapat mengusulkan perubahan anggaran sehubungan dengan perkembangan perusahaan di
tahun yang berjalan, dengan analisa bahwa penambahan anggaran tersebut dapat
meningkatkan profit yang akan diperoleh.
Di lembaga nonprofit sendiri hal ini sulit untuk dilakukan sehingga diperlukan adanya
perencanaan anggaran yang matang dan kontrol yang lebih baik untuk mengawasi biaya yang
akan dibelanjakan. Kontrol dalam anggaran diperlukan untuk melihat apakah biaya yang
dikeluarkan selama ini sudah melewati limit anggaran atau tidak. Lembaga nonprofit juga dapat
mempertimbangkan berbagai program atau investasi yang perlu dijalankan atau bahkan
dihentikan di tengah jalan.
Capital budgeting pada perusahaan umumnya dilakukan dengan menghitung berapa nilai
surplus [nilai kini] arus kas masuk neto yang akan dihasilkan dari investasi tersebut. Lalu
bagaimana dengan situasi lembaga nonprofit, dimana investasi yang dilakukan tidak selalu
bertujuan untuk menghasilkan arus kas masuk? Bagaimana cara menerapkan analisa capital
budgeting dalam situasi seperti ini?
Berdasarkan riset atas berbagai buku pedoman (guidelines) dan artikel yang telah kami
lakukan, untuk sektor publik di berbagai negara, dalam menganalisa berbagai opsi investasi
maka yang umumnya dipakai adalah Evaluasi Ekonomis (Economic Evaluation) dengan alat
analisa utamanya Analisa Manfaat-Biaya (Cost Benefit Analysis). Yang dilakukan dalam
Economic Evaluation adalah mengukur seberapa besar manfaat dan biaya dari suatu investasi
yang dijalankan. Dampak yang diukur tidak hanya dampak secara finansial tetapi juga dampak
secara sosial dan ekonomi secara keseluruhan.
Perlu diperhatikan bahwa dalam lembaga nonprofit pengertian manfaat sangatlah luas. Berbeda
jika dibandingkan dengan lembaga profit yang hanya melihat arus kas sebagai suatu nilai
tambah.
www.futurumcorfinan.com
Page 11
www.futurumcorfinan.com
Page 12
Contoh salah satu skema digunakannya Economic Evaluation dalam analisa investasi proyek
adalah sebagaimana ditunjukkan di bawah ini10:
Contoh di atas merupakan flow chart evaluasi di negara bagian New South Wales di Australia,
dari skema tersebut terlihat bahwa Economic Evaluation merupakan bagian dari Feasibility
Study terhadap suatu investasi, khususnya melihat dampak secara finansial, dan sosial
ekonomi.
3. Kenapa melakukan Economic Evaluation?
Sudah sejatinya kita harus melakukan analisa terlebih dahulu terhadap investasi yang akan kita
jalankan. Dua alasan utamanya adalah investasi yang dilakukan melibatkan jumlah sumber
daya yang besar dan manfaat yang akan diperoleh baru akan kita nikmati di kemudian hari.
Economic Evaluation mendorong organisasi agar dapat mengalokasikan sumber daya yang
10 New South Wales TREASURY. NSW Government Guidelines for Economic Appraisal. 2007. ANNEX 3.
Halaman 84.
www.futurumcorfinan.com
Page 13
dimilikinya dengan tepat agar pemanfaatannya menjadi lebih maksimal bagi organisasi
tersebut, dan masyarakat sekitarnya.
Beberapa alasan lain melakukan Economic Evaluation adalah:
Alokasi sumber daya yang kita miliki melibatkan banyak pilihan/alternatif/opsi.
Dampaknya luas, baik untuk lembaga itu sendiri, pemerintah, ataupun masyarakat pada
umumnya.
Anggaran terbatas sehingga pemanfaatannya harus memberi manfaat yang maksimal.
4. Langkah – Langkah Melakukan Economic Evaluation
Secara garis besar langkah-langkah yang harus kita kerjakan dalam melakukan Economic
Evaluation adalah11:
11 Department of Treasury and Finance - Victoria. Economic Evaluation for Business Cases Technical
Guidelines. 2013. Appendix B : Summary of the steps in an economic evaluation. Hal 41-42
www.futurumcorfinan.com
Page 14
5. Metode dalam Economic Evaluation
Dalam melakukan Economic Evaluation ada 3 metode yang bisa dilakukan, yaitu Cost Benefit
Analysis (CBA), Cost Effectiveness Analysis (CEA), dan Multi Criteria Analysis (MCA).
Penjelasan rinci mengenai masing-masing metode akan dibahas pada artikel – artikel
selanjutnya.
www.futurumcorfinan.com
Page 15
5.1 Pro dan Kontra
Cost Benefit Analysis (CBA) Cost Effectiveness Analysis
(CEA)
Multi Criteria Analysis
(MCA)
PROS
Menghitung dampak
keseluruhan baik yang bisa
dihitung ataupun tidak
Berguna untuk melihat
efektivitas biaya yang
terhadap satu output yang
diharapkan
Berguna melengkapi CBA
atau CEA
Menyediakan perbandingan
antara beberapa opsi
Sistematis, memaksa kita
untuk memberikan analisa
yang detail dalam
merencanakan program
CONS
Terlalu kompleks dan
membutuhkan banyak
informasi dalam membangun
CBA
Hanya fokus ke satu dampak
spesifik saja, tidak melihat
secara keseluruhan (ruang
lingkup terbatas)
Sangat kompleks apabila
dibandingkan dengan
CBA/CEA, karena melibatkan
pembobotan
Bias dalam penilaian Apabila digunakan sebagai
alat pembanding, hanya bisa
digunakan untuk output yang
sama
Sangat judgmental
Tingkat akurasi dalam
mengkonversi hal yang
kualitatif ke dalam rupiah
www.futurumcorfinan.com
Page 16
5.2 Metode Utama dalam Economic Evaluation
Dalam melakukan Economic Evaluation dianjurkan menggunakan CBA sebagai metode utama,
meski tidak menutup kemungkinan menggunakan CEA dan MCA sebagai metode pelengkap
dan ketika dihadapkan pada situasi tertentu dimana CBA terlalu kompleks untuk dilakukan.
Beberapa alasan mengapa dianjurkan untuk menggunakan CBA adalah:
• Mengevaluasi biaya dan manfaat (baik yang bisa dikuantifikasi atau tidak).
• Memperhitungkan dampak yang tidak bisa dihitung.
• Tujuan dari investasi pemerintah untuk memaksimumkan kesejahteraan masyarakat.
• Metode standar yang digunakan di banyak negara.
• Bisa memfasilitasi perbandingan berbagai alternatif.
• Baik sebagai suatu program manajemen dengan memperhitungkan dampak ke berbagai
pihak, termasuk pihak yang paling berkepentingan.
• Mendorong pemikiran analis ke “Nilai Tambah”.
• Bisa digabungkan dengan strategi evaluasi dan monitoring.
• Cakupannya luas, memperhitungkan dampak untuk berbagai macam pihak, dan
dampak jangka panjang.
• Mengukur manfaat yang diperoleh dalam bentuk Rupiah, sehingga dapat mudah
dipahami dan bisa dipakai untuk membandingkan dengan alternatif lain.
• Membuat kita lebih teliti dalam mengambil keputusan, dengan proses pencarian
informasi terhadap identifikasi biaya dan manfaat yang akan diperoleh.
• Turut mempertimbangkan manfaat kualitatif. Sehingga dapat menjabarkan bahwa
manfaat yang diberikan sesuai dengan visi dan misi suatu lembaga.
www.futurumcorfinan.com
Page 17
5.3 Beberapa Pro dan Kontra dalam CBA:
Kritik yang umumnya disampaikan mengenai CBA adalah12
1. Kritik: Pengerjaan CBA sangat kompleks dan memberatkan.
Tanggapan: Iya benar, tetapi tujuan dari kompleksitas pengerjaan yang dilakukan
adalah untuk mendorong tingkat akurasi dalam pemahaman masalah, dan tujuan yang
ingin dicapai. Sekarang tergantung analis, sejauh mana tingkat akurasi yang analis
harapkan. CBA tidaklah harus kompleks, hal ini bisa tergantung kepada skala dari
investasi yang akan dijalankan.
2. Kritik: Bisa terjadi bias dalam pemakaian asumsi sehingga proposal yang dibuat bisa
terlihat bagus.
Tanggapan: Iya itu bisa terjadi, tapi kritik ini lebih cocok ditujukan kepada pembuat
analisa, dan bukan konsep CBA itu sendiri. CBA justru mendorong untuk menjabarkan
asumsi dengan jelas dan transparan.
6. Memberikan Nilai pada Manfaat dan Biaya
Salah satu tantangan dalam melakukan CBA adalah bagaimana cara memberi nilai pada
manfaat suatu investasi. Yang perlu diperhatikan ketika memberikan nilai pada manfaat dan
biaya adalah13:
12 Australian Government – Civil Aviation Safety Authority. Cost Benefit Analysis Methodology Procedures
Manual. 2007. Bab 3 : Principles of Cost Benefit Analysis.
13 HM Treasury. The Green Book : Appraisal and Evaluation in Central Government. 2011. Bab 5 :
Appraising the Options. Halaman 23.
www.futurumcorfinan.com
Page 18
Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk memberi nilai pada manfaat dan biaya,
baik mengacu kepada nilai pasar ataupun bukan berdasarkan nilai pasar. Pendekatan ini akan
dibahas pada artikel - artikel berikutnya.
7. Alat Pengambil Keputusan dan Tingkat Diskonto
Alat pengambil keputusan yang biasa dipakai dalam Cost Benefit Analysis adalah Net Present
Value (NPV). Hal ini disebabkan bahwa NPV dapat memunculkan nilai present value dari
manfaat dan biaya yang kita bandingkan.
www.futurumcorfinan.com
Page 19
Formula NPV adalah14
Dimana:
B = Benefit
K = Biaya Investasi
C= Biaya Operasional
D =Tingkat diskonto
T = Tahun
Didalam NPV diperlukan informasi mengenai tingkat diskonto. Untuk itu kita perlu menetapkan
berapa tingkat diskonto yang akan dipakai jika melakukan Cost Benefit Analysis. Tingkat
diskonto yang ditetapkan untuk suatu investasi tidaklah harus sama dan bisa berbeda
tergantung dari kategori investasi tersebut.
7.1 Dasar dari Penggunaan Tingkat Diskonto
Menentukan tingkat diskonto yang tepat selalu menjadi aspek yang krusial dalam pengerjaan
Economic Evaluation. Istilah tingkat diskonto sendiri mengacu kepada time value untuk manfaat
dan biaya dari sudut pandang keseluruhan stakeholders. Hal ini kurang lebih sama dengan
konsep dari opportunity cost of capital pada pihak swasta, yang melakukan pendiskonan
terhadap arus kas dari proyeksi suatu investasi. Dalam Economic Evaluation implikasi
penerapan tingkat diskonto bisa lebih kompleks. Tingkat diskonto pada Economic Evaluation
sendiri dikenal dengan Social Discount Rate.
Social Discount Rate merefleksikan keinginan masyarakat untuk memperoleh manfaat pada
saat ini dibandingkan saat masa depan. Memilih tingkat diskonto yang tepat juga memiliki
implikasi yang penting dalam alokasi sumber daya. Memakai tingkat diskonto yang terlalu tinggi
akan menghalangi kemungkinan dijalankan suatu proposal investasi, sedangkan tingkat
14 Department of Treasury and Finance. Economic Evaluation for Business Cases Technical Guidelines.
2013. Bab 7 : Choosing a quantitative assessment tool. Halaman 29.
www.futurumcorfinan.com
Page 20
diskonto yang terlalu rendah bisa menimbulkan masalah kurang efisiennya anggaran yang
dikeluarkan.
Lalu kenapa tingkat diskonto perlu dipakai dalam pengerjaan Economic Evaluation? Perlu
diingat bahwa Economic Evaluation melibatkan perbandingan antara investasi, manfaat, dan
biaya yang timbul pada periode yang berbeda. Kenyataannya adalah investasi awal dilakukan
saat ini sedangkan manfaat dan biaya akan muncul di masa depan. Tingkat diskonto
merefleksikan bahwa penggunaan uang memiliki nilai yang berbeda. Berdasarkan time value of
money, manfaat dan biaya yang terjadi pada rentang waktu yang berbeda tidak bisa langsung
dibandingkan. Seribu rupiah hari ini akan lebih berarti dibandingkan seribu rupiah 5 tahun
mendatang. Untuk itu perlu dilakukan pendiskonan agar perbandingan yang kita lakukan
seimbang.
Ada dua alasan kenapa biaya dan manfaat dengan pada jangka waktu yang berbeda tidak akan
seimbang dibandingkan apabila tidak kita diskon terlebih dahulu. Alasan ini bisa dilihat dari
sudut pandang masyarakat yang menerima manfaat ataupun investor (pemerintah) yang
melakukan investasi.
Dari sudut pandang masyarakat, ada kecenderungan bahwa seseorang akan memilih untuk
menerima manfaat dari barang dan jasa dengan jangka waktu yang secepat mungkin
dibandingkan harus menunggu di kemudian hari. Ada dua versi yang menyebutkan kenapa hal
ini terjadi: (1) Suatu individu mengharapkan tingkat konsumsi mereka akan meningkat di masa
depan. Dengan harapan seperti ini maka seorang individu harus mengeluarkan biaya yang lebih
di masa depan untuk mengkompensasi pengorbanan (saving) pada masa sekarang. (2) Versi
kedua menyebutkan bahwa seseorang akan memiliki positif time preference. Walaupun level
konsumsi di masa depan tidak akan berubah, mereka tetap akan mendiskon masa depan. Hal
ini disebabkan bahwa masyarakat umumnya cenderung bersifat “impatient”, tidak sabar untuk
menerima manfaat. Selain itu ada juga alasan bahwa manusia tidak mungkin hidup selamanya,
sehingga seseorang akan lebih menghargai sesuatu yang pasti bisa mereka rasakan sekarang.
Mengacu kepada alasan-alasan yang telah disebutkan, tingkat dari diskonto bisa mengacu
kepada social rate of time preference (SRTP), atau dapat diartikan sebagai tingkat dimana
masyarakat rela mengorbankan konsumsi pada haru ini untuk kepentingan konsumsi di masa
depan.
Argumen kedua dari tingkat diskonto bisa dilihat dari perspektif dari si investor. Berdasarkan hal
ini, sumber daya yang digunakan untuk investasi bersifat produktif dan memiliki kemungkinan
www.futurumcorfinan.com
Page 21
untuk digunakan di tempat lane, dengan menghasilkan manfaat yang berbeda. Jadi bisa
dibilang ada opportunity cost yang timbul. Untuk itu dalam melakukan suatu investasi maka
manfaat yang diperoleh harus lebih tinggi dibandingkan cost of capitalnya. Apabila lebih kecil
maka ada perlu dicari alternatif lain yang bisa menghasilkan manfaat yang lebih besar. Apabila
mengikuti logika ini maka tingkat diskonto juga bisa mengacu kepada tingkat pengembalian
investasi mengacu kepada investasi di pihak swasta.
Dari penjelasan diatas terlihat bahwa salah satu faktor utama diperlukan dilakukan tingkat
diskonto adalah “Positive Time Preference”.
Dengan beberapa hal yang mempengaruhi “Positive Time Preference” antara lain15 :
(1) Manfaat di masa sekarang lebih berharga dibandingkan di masa depan (time value of
money).
(2) Masyarakat pada umumnya adalah risk averse, masyarakat akan lebih memilih
mendapatkan manfaat yang sudah pasti akan didapat saat ini dibandingkan manfaat masa
depan yang sifatnya masih belum pasti.
(3) Opportunity Cost. Ada kesempatan yang hilang ketika kita memilih mengalokasikan sumber
daya yang kita miliki pada suatu opsi dibandingkan dengan opsi lain yang kita miliki.
7.2 Tingkat Diskonto di Beberapa Negara
Berikut tingkat diskonto di beberapa negara berdasarkan data dari Asian Development Bank
tahun 200716.
15 Rao, Christopher.; Kathie A.Wong, dan Thanos Athanasiou. An Introduction to Cost-Effectiveness
Analysis. 2011. Halaman 145. 16 Zhuang, Juzhong.; Zhihong Liang, Tun Lin, dan Frank De Guzman. Theory and Practice in the Choice
of Social Discount Rate for Cost-Benefit Analysis: A survey. 2007. Bab 3: The Social Discount Rate in Practice around the World. Halaman 17-18.
www.futurumcorfinan.com
Page 22
www.futurumcorfinan.com
Page 23
Apabila menggunakan Formula Ramsey, Social Rate of Time Preference di Indonesia
dibandingkan beberapa negara Asia lainnya17
Sampai sekarang selalu ada perdebatan tentang bagaimana mencari dasar penentuan berapa
tingkat diskonto yang dipakai. Namun apabila dilihat dari penggunaan tingkat diskonto di
beberapa negara ada dua konsep utama yang dipakai dalam penentuan tingkat diskonto, yaitu
berdasarkan cost of capital dan time preference. Cost of capital bisa mengacu pada cost of
borrowing suatu negara, opportunity cost of capital dan benchmark pada rate of return suatu
project yang juga dijalankan oleh pihak swasta.
Penggunaan cost of capital berdasarkan asumsi bahwa sumber daya yang dimiliki terbatas,
kenyataan bahwa baik pihak pemerintah ataupun swasta bersaing di tempat yang sama,
investasi yang dilakukan pemerintah bisa menggantikan investasi swasta, dan begitu juga
sebaliknya investasi pemerintah bisa dialihkan kepada pihak swasta. Berdasarkan logika ini
tingkat diskonto pada investasi publik seharusnya kurang lebih sama dengan investasi swasta.
Time preference rates merefleksikan referensi konsumsi masyarakat pada saat ini. Hal ini bisa
mengacu kepada tingkat konsumsi masyarakat, pertumbuhan PDB.18 Pendekatan ini digunakan
adalah dengan mengacu kepada bahwa faktanya konsumsi saat ini akan dinilai berbeda
dengan konsumsi di masa depan.
17 Zhuang, Juzhong.; Zhihong Liang, Tun Lin, dan Frank De Guzman. Theory and Practice in the Choice
of Social Discount Rate for Cost-Benefit Analysis: A survey. 2007. Bab 2: Theoritical Foundation for The Choice of a Sosial Discount Rate. Halaman 8. 18 Department of Finance and Administration – Commonwealth of Australia. Handbook of Cost-Benefit
Analysis. 2006. Bab 5: Setting Discount Rates. Halaman 67-68.
www.futurumcorfinan.com
Page 24
Appendix
Contoh Economic Evaluation Template19
Template di atas merupakan hasil akhir dari pengerjaan Economic Evaluation. Dari template
diatas terlihat bahwa analisa dibagi menjadi dua bagian yaitu: Part I: Deterministic Case dan
Part II: Dealing with Risk/Uncertainty.
Dalam Part I dilakukan dua analisa yaitu Cost Benefit Analysis (CBA) dan Cost Effectiveness
Analysis (CEA). Pada pengerjaan CBA dilakukan analisa terhadap semua manfaat dan biaya,
baik yang bisa dinilai dengan uang, tidak bisa dinilai dengan uang tetapi bisa dikuantifikasi dan
yang sama sekali tidak dikuantifikasi.
Net Benefit didapat dengan membandingkan selisih antara manfaat dan biaya yang bisa dinilai
dengan uang. Sedangkan untuk hal yang tidak bisa dikuantifikasi cukup diberikan penjelasan
secara narasi saja.
19 Jenkins, Glenn. P.; dan Chun-Yan Kuo. Canadian Regulatory Cost-Benefit Analysis Guide. 2007. Bab
5: Preparing an Accounting Statement. Halaman 48.
www.futurumcorfinan.com
Page 25
Pada CEA, manfaat yang dihitung merupakan manfaat yang tidak bisa dinilai dengan uang
tetapi bisa dikuantifikasi, lalu manfaat tersebut dibandingkan dengan biaya maka sehingga
didapat Cost Effectiveness Ratio.
Part II merupakan tahapan lanjutan dari part I yang bertujuan untuk melihat dampak dari
ketidakpastian yang dihadapi. Hal ini dilakukan dengan melakukan sensitivity analysis pada
variabel kunci dan melakukan analisa simulasi menggunakan monte carlo simulation mengacu
kepada nilai yang telah didapatkan dari analisa bagian pertama.
~~~~~~ ####### ~~~~~~
www.futurumcorfinan.com
Page 26
Disclaimer
This material was produced by and the opinions expressed are those of FUTURUM as of the date of
writing and are subject to change. The information and analysis contained in this publication have been
compiled or arrived at from sources believed to be reliable but FUTURUM does not make any
representation as to their accuracy or completeness and does not accept liability for any loss arising from
the use hereof. This material has been prepared for general informational purposes only and is not
intended to be relied upon as accounting, tax, or other professional advice. Please refer to your advisors
for specific advice.
This document may not be reproduced either in whole, or in part, without the written permission of the
authors and FUTURUM. For any questions or comments, please post it at www.futurumcorfinan.com
© FUTURUM. All Rights Reserved